keanekaragaman perbandingan tipe stomata daun_memakai kesimpulan.docx

10
KEANEKARAGAMAN PERBANDINGAN TIPE STOMATA DAUN POHON PENGHIJAUAN PADA LOKASI JALAN A.P. PETTARANI DAN KAWASAN INDUSTRI DI KOTA MAKASSAR Elis Tambaru 1) , Resti Ura’ 2) 1) Jurusan Biologi, Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea 90245, Makassar. 2) Jurusan Ilmu Kehutanan, Fak. Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea 90245, Makassar. [email protected] ABSTRACT The research is aimed to know the biodiversity of comparative leaf stomatal type of regreening trees in locations A.P. Pettarani street and Industrial Estate on Makassar City, was done from September-November 2011 in locations A.P. Pettarani street and Industrial Estate. The Method used is based analyze of stomatal to rub aceton a surface of the leaf. Analysed leaf stomatal by using descriptive. The results showed that stomatal paracytic type (Swietenia macrophylla King. and Polyalthia longifolia Bent&Hook. var. pendula) and phanerophor. Wodyetia bifurcata Irvine and Bambusa vulgaris Schrad. var. vitata A&C Rivieria is longitudinal arrangement of stomatal and Cryptophor. The highest density of stomatal on the leaf Swietenia macrophylla King. of 877 stomatal mm -2 and the lowest of density of stomatal on the leaf Wodyetia bifurcata Irvine of 184 stomatal mm -2 on location Makassar Industrial Estate. Key words: biodiversity, comperative, type stomatal, regreening trees, Makassar City PENDAHULUAN Bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan berimplikasi pada meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kota Makassar mempunyai luas wilayah 175,77 km 2 dengan jumlah penduduk 1.272.349 jiwa (BPS, 2010). Permasalahan perkotaan pada saat ini telah menjadi kendala yang cukup sulit untuk diatasi. Pertambahan jumlah penduduk kota berarti juga peningkatan kebutuhan ruang, karena ruang tidak dapat bertambah, maka yang terjadi adalah perubahan penggunaan lahan, yang cenderung menurunkan proporsi lahan-lahan yang sebelumnya 1

Upload: hanifan-al-ghifari-w

Post on 18-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEANEKARAGAMAN PERBANDINGAN TIPE STOMATA DAUNPOHON PENGHIJAUAN PADA LOKASI JALAN A.P. PETTARANIDAN KAWASAN INDUSTRI DI KOTA MAKASSAR

Elis Tambaru1), Resti Ura2)1) Jurusan Biologi, Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea 90245, Makassar.2) Jurusan Ilmu Kehutanan, Fak. Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea 90245, [email protected]

ABSTRACT

The research is aimed to know the biodiversity of comparative leaf stomatal type of regreening trees in locations A.P. Pettarani street and Industrial Estate on Makassar City, was done from September-November 2011 in locations A.P. Pettarani street and Industrial Estate. The Method used is based analyze of stomatal to rub aceton a surface of the leaf. Analysed leaf stomatal by using descriptive. The results showed that stomatal paracytic type (Swietenia macrophylla King. and Polyalthia longifolia Bent&Hook. var. pendula) and phanerophor. Wodyetia bifurcata Irvine and Bambusa vulgaris Schrad. var. vitata A&C Rivieria is longitudinal arrangement of stomatal and Cryptophor. The highest density of stomatal on the leaf Swietenia macrophylla King. of 877 stomatal mm-2 and the lowest of density of stomatal on the leaf Wodyetia bifurcata Irvine of 184 stomatal mm-2 on location Makassar Industrial Estate.

Key words: biodiversity, comperative, type stomatal, regreening trees, Makassar City

4

PENDAHULUANBertambahnya jumlah penduduk di perkotaan berimplikasi pada meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kota Makassar mempunyai luas wilayah 175,77 km2 dengan jumlah penduduk 1.272.349 jiwa (BPS, 2010). Permasalahan perkotaan pada saat ini telah menjadi kendala yang cukup sulit untuk diatasi. Pertambahan jumlah penduduk kota berarti juga peningkatan kebutuhan ruang, karena ruang tidak dapat bertambah, maka yang terjadi adalah perubahan penggunaan lahan, yang cenderung menurunkan proporsi lahan-lahan yang sebelumnya merupakan Ruang Terbuka Hijau (RTH).Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, bahwa suatu wilayah kota diwajibkan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30% dari luas kota dan minimal 20% adalah ruang terbuka hijau publik. Lahan bervegetasi sering disebut RTH. Ruang Terbuka Hijau merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan di perkotaan yang diperuntukan bagi penghijauan kota (Abril, 2009). Peningkatan konsentrasi kandungan CO2 di udara akan menyebabkan kenaikan suhu bumi, sehingga terjadilah Efek Rumah Kaca. Respon pertumbuhan akibat CO2 yang terlalu tinggi di atas ambang batas, maka dapat menyebabkan perubahan bentuk morfologi, anatomi dan biokimia pada tanaman (Singsaas et al., 2003), juga dapat menyebabkan sebagian stomata daun tertutup, sehingga mengurangi transpirasi (Gohil et al., 2010). Vegetasi harus memiliki sifat dan karateristik tertentu yangdapat membantu mengatasi masalah-masalah berhubungan dengan lingkungan. Vegetasi perkotaan berfungsi memberi estetika, penyatu ruang, meminimalkan pencemaran udara dan menghasilkan oksigen dan ameliorasi iklim mikro (Grey dan Deneke, 1978; Lovelli et al., 2010; Zhao et al., 2009).Kota Makassar merupakan pusat berbagai kegiatan di antaranya perekonomian dan pendidikan, sehingga penduduknya semakin terus bertambah jumlahnya. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Makassar mengakibatkan aktivitas masyarakatnya juga semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari padatnya kendaraan bermotor di jalan. Untuk menyeimbangkan emisi gas CO2 perlu dibarengi dengan penghijauan pohon di Kota Makassar dengan menanam berbagai jenis pohon sesuai dengan peruntukan lahan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan Keanekaragaman perbandingan tipe stomata daun pohon penghijauan pada lokasi Jalan A.P Pettarani dan kawasan industri di Kota Makassar.

BAHAN DAN CARA KERJAPenelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2011. Lokasi pengambilan sampel jenis pohon penghijaauan di Kota Makassar dilakukan pada 2 (dua) lokasi yaitu: Jalan A.P. Pettarani (terpolusi kendaraan bermotor) dan lokasi Kawasan Industri Makassar (terpolusi pabrik).

Alat yang DigunakanGunting tanaman, meteran, selotif, kamera, objek gelas, mikroskop Binokuler, skala micrometer, mikroskop Bino & Photo model DS.Fil Nikon ECLIPSE 80i, hand tally counter, kantong sampel, label, dan alat tulis menulis.

Bahan yang DigunakanDaun jenis pohon penghijauan yaitu: mahoni Swietenia macrophylla King.,, glodokan tiang, Polyalthia longifolia Bent& Hook. var. pendula, palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Irvine., dan bambu hias Jepang Bambusa vulgaris Schrad var. vitata A&C Riviere. Zat kimia yang digunakan dalam pembuatan cetakan stomata pada penelitian ini.

Cara KerjaDaun dari jenis pohon penghijauan yang akan diteliti karakteristik stomatanya dipilih dari pohon yang berpenampilan sehat dan tidak terserang penyakit menggunakan metode (BP2KM, 2011), setiap daun dari sampel pohon penelitian diolesi dengan aceton selama + 3 menit, selanjutnya dilekatkan di gelas objek dan diamati di bawah mikroskop binoluler dengan skala mikrometer, selanjutnya difoto menggunakan mikroskop Bino & Photo. Pengamatan karakteristik tipe stomata digunakan referensi Nugroho et al,. 2006; Sunarti et al,. 2008; Pandey dan Chandha, 1996; Agustini, 1999 dan Kurnia, 2005 dalam Hidayat, 2009. Perhitungan untuk indeks stomata (IS) berdasarkan rumus (Wilmer (1983) dalam Damayanti, 2007) sebagai berikut:

S/LIS = x 100% (S + E)/L

Keterangan:S = jumlah stomata E = jumlah sel epidermis L = satuan luas daunAnalisis data stomata secara deskkriptif. Penelitian ini juga dilakukan pengukuran faktor lingkungan sebagai data pendukung dalam melakukan pembahan hasil penelitian.

HASILHasil identifikasi karakteristik stomata daun pohon penghijauan yang tumbuh di JalanA.P. Pettarani (jalan terpadat dan terpolusi kendaraan bermotor) dan Kawasan Industri Makassa (terpolusi pabrik) disajikan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Keanekaragaman Karakteristik Anatomi Penampang Membujur Daun Jenis Pohon Penghijauan di Jalan A.P. Pettarani dan Kawasan Industri MakassarKarakteristikMahoniGlodokan tiang

ABAB

Letak stomata

Tipe stomataPanjang stomataLebar stomataIndeks stomataTipe sel epidermis atasTipe sel epidermis bawahDinding sel epidermis atasDinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomataLetak sel penutupPembukaan stomataPenyebaran stomataTipe penyebaran stomataAdaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik16,8 21,6 m14,4 19,2 m19,16 22,57 %Beraturan BeraturanTidak BeraturanBerlekuk dangkal - lurus Berlekuk dangkal - lurus Berbentuk ginjalPanerofor7,2 9,6 mTidak beraturanTipe potato (amfistomatik)Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik19,2 m16,8 19,2 m19,32 21,36 % Beraturan BeraturanBerlekuk dangkal - lurus Berlekuk dangkal lurus Berbentuk ginjalPanerofor4,8 - 7,2 mTidak beraturanTipe potato (amfistomatik)Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik24 26,4 m19,2 21,6 m14,49 16,94 %Tidak beraturanTidak beraturanBerlekuk dangkalBerlekuk dangkalBerbentuk ginjalPanerofor4,8 7,2 mTidak beraturanTipe potato (amfistomatik)Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik19,2 21,6 m14,4 16,8 m 19,69 23,04 %Tidak beraturanTidak beraturanBerlekuk dangkalBerlekuk dangkalBerbentuk ginjalPanerofor4,8 7,2 mTidak beraturanTipe potato (amfistomatik)

Karakteristik Palem Ekor TupaiBambu Hias Jepang

ABAB

Letak stomata

Tipe stomata

Panjang stomataLebar stomataIndeks stomataTipe sel epidermis atas

Tipe sel epidermis bawah

Dinding sel epidermis atasDinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomataLetak sel penutupPembukaan stomataPenyebaran stomataTipe penyebaran stomataAdaxial (atas), Abaxial (bawah) Stomata di damping 2 sel tetangga24 36 m12 - 24 m15,25 20,75 %Memanjang segi 4-5

Beraturan

BeraturanLurusBerbentuk ginjalKriptofor4,8 7,2 mBeraturanTipe potato (amfistomatik)Adaxial (atas), Abaxial (bawah)Stomata di damping 2 sel tetangga26,4 36 m14,4 19,2 m30,50 42,98 %Memanjang segi 4-5

Beraturan

Lurus LurusBerbentuk ginjalKriptofor2,4 7,2 mBeraturan Tipe potato (amfistomatik)Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Longitudinal

14,4 16,8 m9,6 12 m12,63 15,5 %Beraturan ada sel panjang dan pendekBeraturan ada sel panjang dan pendekBerlekuk dalamLurusBerbentuk halterKriptofor2,4 mBeraturanTipe potato (amfistomatik)Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Longitudinal

9,6 16,8 m7,2 12 m 12,76 20,02 %Beraturan ada sel panjang dan pendekBeraturan ada sel panjang dan pendekBerlekuk dalamLurusBerbentuk halterKriptofor2,4 mBeraturanTipe potato (amfistomatik)

Keterangan: (A) Lokasi A.P. Pettarani dan (B) Lokasi Kawasan Industri Makassar

Tabel 2. Perbandingan Stomata Daun Pada Lokasi Jalan A.P. Pettarani dan Kawasan Industri Makassar

KarakteristikMahoniGlodokan tiangPalem Ekor TupaiBambu Hias Jepang

ABABABAB

Kerapatan Stomata Abaxial (mm2)Jumlah Sel Epidermis Abaxial (mm2)Indeks Stomata Abaxial (%)743

2876

20,480877

3396

20,497411

2183

15,880443

1681

20,943209

992

17,963184

305

37,580885

5469

13,907683

3773

15,540

Keterangan: (A) Lokasi A.P. Pettarani dan (B) Lokasi Kawasan Industri Makassar

PEMBAHASANTipe stomata daun dari pohon mahoni dan glodokan tiang bersifat parasitik, sedangkan kedua tipe stomata pada penelitian ini dijumpai pada Dicotyledoneae. Stomata pada daun kelompok tanaman class ini susunannya tersebar di dalam jaringan daun, sedangkan sel penutup stomatanya berbentuk ginjal. Selanjutnya pada daun palem ekor tupai memiliki tipe stomata didampingi oleh dua sel tetangga yang tersusun sejajar dan bentuk sel penutup seperti ginjal. Tipe stomata bambu hias Jepang sel penutupnya berbentuk halter. Menurut Nugroho et al,. (2006); Pandey dan Chandha (1996) pada kedua jenis pohon tersebut, stomata daunnya tersusun pada deret longitudinal/sejajar umumnya terdapat pada Monocotyledoneae. Tipe penyebaran stomata daun pada keempat jenis pohon penelitian yaitu: mahoni, palem ekor tupai, glodokan tiang, dan bambu hias Jepang pada kedua permukaan daunnya adaxial lebih sedikit jumlah stomatanya dibandingkan dengan permukaan abaxial lebih banyak jumlah stomatanya. Selanjutnya menurut Pandey dan Chandha (1996), tipe jenis stomata yang penyebarannya terdapat pada kedua permukaan daun di atas disebut tipe potato (disajikan pada Tabel 1) .Jumlah stomata pada permukaan bawah suatu mekanisme adaptasi pohon terhadap lingkungan darat (Campbell et al,. 2003), sehingga mengurangi transpirasi (Larcher, 1995; Taiz dan Zeiger, 2002).Hasil penelitian kerapatan stomata pada daun mahoni dan bambu hias Jepang jumlah stomata daunnya tertinggi di atas 500 stomata mm-2. Kerapatan stomata daun glodokan tiang kriteria sedang dengan jumlah stomata daun 300-500 stomata mm-2. Kerapatan stomata pada daun palem ekor tupai termasuk kriteria rendah karena kerapatan stomatanya kurang dari 300 stomata mm-2. Menurut Agustini, 1999 dan Kurnia, 2005 dalam Hidayat, 2009, ukuran panjang stomata: kurang panjang (< 20 m), panjang (20-25 m) dan sangat panjang (>25 m).Kerapatan stomata: rendah (< 300 stomata mm-2), sedang (300-500 stomata mm-2) dan tinggi (> 500 stomata mm-2).Jumlah sel epidermis tertinggi pada jenis pohon bambu hias Jepang sebanyak 5469 sel epidermis mm-2 terdapat di lokasi A.P. Pettarani dan terendah pada jenis palem ekor tupai 305 sel epidermis mm-2 di lokasi Kawasan Industri Makassar (disajikan padaTabel 2). Hasil penelitian ini terlihat, bahwa jumlah sel epidermis daun berbanding terbalik dengan jumlah stomata daun. Pengaruh faktor lingkungan tempat tumbuh dan jenis tanaman dapat memengaruhi jumlah sel epidermis. Jenis pohon yang tumbuh di lingkungan yang terpolusi jumlah sel epidermis daun lebih banyak daripada tempat kurang terpolusi, demikian juga dengan jumlah stomata lebih sedikit.Hasil pengukuran faktor lingkungan pada lokasi penelitian Jalan A.P. Pettarani yaitu: kadar debu 79,57 - 116,322 gN/m3, kecepatan angin 0,30 - 1,51 m/detik. Suhu di udara 30,80 - 38,70 0C, dan kelembapan udara 30,67- 56,33 RH %. Lokasi Kawasan IndustriMakassar yaitu: kadar debu 36,793 - 140,535 gN/m3, kecepatan angin 0,56 - 2,25 m/detik. Suhu di udara 33,9 - 43,00 0C, dan kelembapan udara 34,33 - 51,00 RH %.Jumlah stomata daun dapat dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh dan jenis tanaman. Hal ini didukung dari hasil penelitian ini, bahwa lingkungan terpolusi debu seperti pada lokasi Jalan A.P. Pettarani dan Kawasan Industri Makassar kerapatan stomata daun jumlahnya sedikit. Berkurangnya jumlah stomata pada permukaan daun, dapat disebabkan oleh debu yang terjerap di permukaan daun, sehingga menutupi stomata. Menurut Gardner et al. (1985) Fitter dan Hay (1981), pada permukaan daun terdapat sejumlah stomata yang berfungsi sebagai tempat difusi CO2 saat stomata terbuka. Absorpsi CO2 ke dalam jaringan daun secara fisiologis berhubungan dengan banyaknya stomata per satuan luas daun.Kerusakan stomata daun dapat disebabkan adanya partikel debu yang terjerap di permukaan daun dan debu yang masuk melalui celah stomata. Menurut Rantung (2006) partikel debu yang masuk ke stomata, selanjutnya akan menumpuk di sekitar jaringan daun, sehingga dapat menyebabkan kerusakan stomata yang pada akhirnya menghambat absorpsi CO2, pertumbuhan dan perkembangan pohon.

KESIMPULAN Keanekaragaman perbandingan Tipe stomata mahoni dan glodokan tiang adalah parasitik, letaknya tersebar pada permukaan epidermis daun, tipe sel penutup stomata bentuk ginjal dan letak sel penutup stomata panerofor. Palem ekor tupai sel penutup bentuk ginjal, bambu hias Jepang berbentuk halter, penyebaran stomata longitudinal, letak sel penutup stomata kriptofor. Karakteristik tipe stomata daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuh dan jenis pohon penghijauan. Kerapatan stomata daun terbanyak dijumpai pada pohon mahoni dan bambu hias Jepang. Kerapatan stomata daun tertinggi pada mahoni yaitu 877 stomata mm-2 dan terendah pada palem ekor tupai sebanyak 184 stomata mm-2, tumbuh pada lokasi Kawasan Industri Makassar.KEPUSTAKAANAbril, 2009. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kawasan Perkotaan. http/google web. Diakses 6/5/2009,5:33 pm.[BP2KM] Balai Penelitian & Pengembangan Kehutanan Makassar, 2011. Cara mengamati Stomata dengan Metode Aceton, Makassar. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2010. Makassar Dalam Angka. Makassar, hal. 22-111.Campbell, N.A., J.B. Reece dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi. Edisi Kelima - Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 309-310.Damayanti, F., 2007. Analisis Kromosom dan Anatomi Stomata pada Beberapa Plasma Nutfah Pisang (Musa sp.) Asal Kalimantan Timur. Bioscientiae Volume 4, Nomor 2 Juli 2007, halaman 53-61.Fitter, A.H. and R.K.M. Hay, 1981. Environmental Physiology of Plants. Published by Arrangement with Academic Press, Inc.,(London) Ltd., 421 pp.Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell, 1985. Physiology of Crop Plants. The Iowa State University Press, pp. 1-73.Gohil, H.l., M.J. Correl and T. Sinclair, 2010. Predicting the Effects of Gas Diffusivity on Photosynthesis and Transpiration of Plants Grown Under Hypobaria. (Online) www.sciencedirect.com. 12 August 2010. Department of Agricultural and Biological Engineering, University of Florida. Published by Elsevier Ltd.on Behalf of COSPAR. Grey, G. and F. Deneke, 1978. Urban Forestry. Copy Editing was Supervised by Eugene Patty, 279 pp.Hidayat, S.R., 2009. Analisis Karakteristik Stomata, Kadar Klorofil dan Kandungan Logam Berat pada Daun Pohon Pelindung Jalan Kawasan Lumpur Porong Sidoarjo. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Malang, hal. 35-59. Larcher, W., 1995. Physiological Plant Ecology Ecophysiology and Stress Physiology of Functional Groups. Third Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Printed in Berlin, 506 pp. Lovelli, A., M.Perniola, T. Tommaso, D. Ventrella, M. Moriondo, and M. Amato, 2010. Effects of Rising Atmospheric CO2 on Crop Evapotranspiration in a Mediterranean Area. Agricultural Water Management Elsevier B.V. 97: 1287-1292. Nugroho, L.H., Purnomo dan I. Sumardi, 2006. Struktur & Perkembangan Tumbuhan. Penerbit Peneber Swadaya. Jakarta, hal. 84-119. Pandey, S.N. and A. Chandha,1996. A Texbook of Botany Plant Anatomy and Economic Botany Volume III. Vikas Publishing House PVT LTD New Delhi, pp. 96-103.Rantung, J.L., 2006. Dampak Polusi Udara Pada Pohon Angsana (Pterocarpus indicus Willd.). Eugenia 12(2); 167-172.Singsaas, E.L., D.R. Ort and E.H. Delucia, 2003. Elevated CO2 Effects on Mesophyll Conductance and Its Consequences for Interpreting Photosynthetic Physiology. Plant, Cell and Environment 27: 41-50.Sunarti, S., Rugayah, E.F. Tihurun, 2008. Studi Anatomi Daun Jenis-jenis Averrhoa di Indonesia untuk Mempertegas Status Taksonominya. Berita Biologi 9(3): 253-257. Taiz, L. and E. Zeiger, 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associates . Inc. Publishers, Sunderland, Massachusetts, pp. 111-192Zhao, M.,Z.K., F.J. Escobedo and J. Gao, 2009. Impacts of Urban Forests on Offsetting Carbon Emissions from industrial Energy Use in Hangzhou, China. Elevier Ltd. All Rights reserved. Journal of Environmental Management 91:807-813.