keanekaragaman harimau
DESCRIPTION
sejarah keanekaragaman harimauTRANSCRIPT
KEANEKARAGAMAN HARIMAU
BERASAL DARI EVOLUSI HARIMAU GIGI PEDANG
Oleh: Prabasthoro Fendy K. (M0410047)
Menurut para ahli, keanekaragaman makhluk hidup seperti yang kita lihat sekarang
ini terbentuk dari proses evolusi. Ketika bumi baru saja terbentuk, yang terjadi adalah proses
evolusi yang lebih besar, yang kemudian memunculkan sel pertama (ancestor cell). Setelah
dalam waktu yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel pertama ini kemudian
memunculkan organisme multiseluler pada awal era Paleozoikum. Proses evolusi makhluk
hidup berlanjut seiring dengan perubahan iklim dan pergeseran benua. Pada akhirnya sebagai
hasil proses evolusi, bermunculanlah beranekaragam makhluk hidup.
Sumber terjadinya variasi adalah mutasi, yaitu perubahan susunan kimiawi DNA
yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu lama. Mutasi memodifikasi DNA
dan menyebabkan terjadinya spesies baru (spesiasi). Jadi mekanisme evolusi adalah
akumulasi perubahan secara bertahap dalam kurun waktu lama, sampai suatu kelompok
organisme cukup nyata berbeda dari kelompok asalnya sehingga dapat disebut sebuah spesies
baru. Hal tersebut dapat terjadi bila ada penghalang fisik yang memisahkan suatu populasi
induknya (yang akan menghasilkan spesiasi alopatrik), atau gene pools mereka menjadi
terpisah akibat adanya variasi lingkungan (yang akan menghasilkan spesiasi parapatrik). Pola
evolusi dikenal dengan evolusi divergen (bila dua atau lebih spesies berevolusi dari sebuah
leluhur yang sama), dan evolusi konvergen (bila evolusi organisme yang berasal dari leluhur
yang berbeda, beradaptasi pada lingkungan hidup yang sama).
Secara geografis, penyebaran harimau nyaris menjangkau seluruh asia, yaitu dari
Turki timur sampai laut Okhotsk. Dalam kurun waktu 50 tahun belakangan ini, wilayah hidup
mereka telah banyak berkurang. Namun, harimau masih dapat dijumpai di beberapa macam
jenis hutan termasuk hutan kering (dry deciduous), hutan lembab (mouist deciduous), hutan
semi hijau (semi evergreen), hutan hijau basah (wet evergreen), sungai, rawa-rawa dan hutan
bakau. Mereka juga dapat dijumpai di hutan-hutan bertanaman coniferous di East Rusia, di
habitat berumput tinggi di Himalaya Selatan, serta dihutan-hutan tropis yang ada di Sumatra
dan Malaysia. Harimau-harimau tersebut menunjukan toleransi yang sama terhadap variasi
ketinggian, temperature dan curah hujan.
Harimau yang dijumpai di beberapa jenis hutan dan iklim ini menunjukan bahwa
habitat pada hakikatnya bukanlah element penting dalam sejarah evolusi harimau. Namun
keragaman garis tigris dari macan Phantera ini memungkinkan besar karena mereka
mengikuti penyebaran cervid (sejenis rusa) dan bovid (sejenis babi) di Asia tenggara pada
jaman Pleistocence. (Flerov 1960; Geist 1971).
Sebagaimana halnya dengan evolusi ungulate berukuran besar (Misalnya: Axis,
Rusa, Cervus, Bos) yang menciptakan Wilayah baru bagi hewan pemangsa berbadan besar
yang hidup di pinggir hutan. Pleistocence merupakan jaman es (glaciation) pada kla Plistosen
sekitar 1,7 sampai 10 ribu tahun yang lalu. Iklim dari jaman es berfluktuas secara ekstrim
yang merupakan habitat pertama kali nenek moyang harimau yaitu harimau gigi pedang
(Sabertooth) ada. Ada dua macam Sabertooth di dunia ini. Pertama, Harimau gigi pedang dari
barat Amerika yang terkenal pada akhir zaman es. Kedua, harimau gigi pedang dari genus
Smilodon. Harimau gigi pedang ini diperkirakan memakan binatang besar seperti kuda,
kerbau, dan rusa.
Kucing raksasa seukuran anjing besar itu memiliki taring sepanjang sekitar 13
centimeter. Karakteristik taring sepanjang itu biasanya digunakan hewan untuk menangkap
dan membunuh mangsanya sekaligus. Selain itu juga digunakan untuk melindungi diri dari
serangan musuh. Misalnya, taring-taring itu digunakan saat perebutan teritori tempat hidup
dan melindungi si betina. Sedikitnya empat masa glacial muncul berseling dengan masa
interglacial yang lebih hangat. Suhu dingin yang berkaitan dengan jaman es diperkirakan
paling berat menimpa daerah garis lintang utara. Sedangkan di daerah tropis, efek yang
paling jelas adalah perubahan tinggi permukaan air laut.
Pada masa glacial air membeku seperti es, permukaan laut menurun sehingga
menghasilkan daratan kering baru yang luas. Pada saat iklim menjadi hangat, lapisan-lapisan
es meleleh dan menaikan permukaan air laut dan kembali menaikan jembatan darat. Di asia
tenggara pulau-pulau yang berada di dasar Selat sunda, antara lain: Sumatra, Jawa dan
Borneo secara bergantian tergabung karena es yang terbentuk kemudian terpisah lagi saat es
meleleh. Bagi binatang mamalia besar, Pleistocence merupakan jaman yang penuh dengan
kekacauan. Tingkat spesiasi dan kepunahan meningkat empat kali lipat dibanding dengan
jaman tersier, dan bebebrapa grup mamalia mengalami ledakan penyebaran (Kurten 1971;
Geist 1983)
Hal tersebut bisa dilihat dari hewan buruan yaitu Rusa berkembang biak dengan baik
selama jaman Pleistocence. Dari pusat perkembangan mereka di Asia jenis keturunan cervids
yang hidup di hutan dan berbadan kecil ini mirip dengan muntjac yang ada sekarang, mereka
menyebar dan menempati berbagai jenis wilayah. Ukuran tubuh dan kompleksitas anler
meningkat sebagai cervids yang dibedakan kedalam habitat di pinggiran hutan dan padang
rumput. Gigi geraham Hypsodont yang panjang pada hewan Chital, Babi rusa (Hogdeer) dan
Barangsingha, berkembang pada saat spesies-spesies ini berubah menjadi hewan pemakan
rumput di pinggiran hutan, atau lebih di khususkan lagi pemakan rumput di savana dan tanah
berawa-rawa (Geist, 1983).
Meskipun demikian pada masa sekarang ini, sebagian besar dari 14 spesies cervid
atau lebih membawa sifat bawaan turunan untuk tetap tinggal di hutan dan mendiami habitat
hutan padat, daerah hutan terbuka atau pinggiran hutan. Keluarga Bovid Juga dibedakan
menjadi aneka jenis spesies yang luas di benua Asia saja, terdapat sekitar 50 genera. Awal
masa Pleistocence ditandai dengan munculnya bovine, lembu, bison dan buffalo (banteng)
(Kurten, 1971). Dengan mendiami habitat yang lebih terbuka, bovids ini berkembang dengan
memiliki gigi yang besar (High Crowned teeth), yang mana lebih kuat untuk mengunyah
rumput silika (silica-laden-grasses). Kelompok lembu liar di masa kini berjumlah tiga
spesies yang dapat dijumpai di india dan asia tenggara. Banteng adalah hewan yang hidup di
hutan kering terbuka dan lapangan yang ada di tengah hutan (glades); kouprey; sekarang
hampir punah, ia hanya dapat dijumpai di hutan kering terbuka, sedangkan Gaur lebih
menyukai habitat hutan yang lebih padat, mereka keluar dimalam hari untuk memakan
rumput di tanah terbuka dan juga dilapangan yang ada di tengah hutan (glades) (Wharton
1957).
Seiring penyebaran dan perkembangan cervid dan bovid secara tidak langsung dalam
waktu yang bersamaan akan menimbulkan keanekaragaman pada jenis harimau dari waktu ke
waktu. Daerah yang memiliki jumlah unglate biomass terbanyak di Asia selatan adalah
daerah dimana tanah rumput dan hutan membentuk suatu mozaik dan interdigitasi beberapa
jenis tumbuhan yang berbeda sehingga mendukung kekayaan komunitas unglate. Perubahan
aliran sungai, peristiwa kebakaran dan gangguan antrophogenic lain sangat mempengaruhi
perkembangan jumlah habitat pinggiran yang disukai beberapa spesies unglate. Demikian
pula dengan jumlah populasi harimau yang sangat tergantung pada jumlah biomasa mangsa
yang tersedia.
Fosil harimau tertua ditemukan berupa tulang tengkorak dan rahang yang diperkirakan
berusia 2,16 juta-2,55 juta tahun. Fosil tersebut ditemukan di China. Nama ilmiah dari fosil
harimau tertua ini adalah Panthera zdanskyi. Harimau ini mungkin kerabat dari Harimau gigi
pedang yang tinggal di jaman es 1,7 juta tahun lalu. Akan tetapi harimau ini tidak memliki
taring panjang seperti pada smilodon, diperkiraka jarena ukuran buruannya yang belum
terlalu besar seprti di jaman es. Berdasarkan deskripsi di jurnal tersebut, harimau ini memiliki
gigi taring atas yang berkembang dengan baik serta hidung yang relatif panjang dibandingkan
harimau pada umumnya yang mirip dengan morfologi hariamu gigi pedang. Tengkorak
harimau ini relatif lebih kecil, sempat diduga milik harimau betina, tetapi pemodelan ukuran
keseluruhan menunjukkan bahwa tengkorak itu tengkorak pejantan. Secara umum, tengkorak
harimau purba itu sama dengan tengkorak harimau modern. Sepertinya, makanan harimau ini
sama dengan makanan harimau saat ini, termasuk memakan rusa dan babi. Harimau ini
adalah kerabat dari harimau modern. Analisis juga menyebutkan bahwa evolusi gigi taring
dan rahang atas berlangsung lebih dulu dibandingkan rahang dan gigi bawah. Evolusi diduga
dipacu perubahan ukuran mangsa yang semakin besar. Analisis akurat tentang umur fosil
harimau ini diperlukan untuk mengetahui urutan waktu evolusi harimau secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Flerov 1960; Geist 1971. Riding the Tiger: Tiger Conservation in Human Dominated
Landscapes diedit oleh John Seidensticker, Peter Jackson, Sarah Christie : 84
Iskandar T. Djoko.2001. Evolusi. Departemen Biologi. Bandung : ITB
Kurten. 1971; Geist 1983. Deer of the World: Their Evolution, Behaviour and Ecology.
Valerius Geist : 185
Sukandarrumidi., Datun, M. 1980. Geologi Sejarah 2. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Wharton. 1957. On the evolution of the Caprinae : 55