kayu

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembuatan bangunan yang terbuat dari kayu sudah ada sejak zaman dahulu kala. Dalam pembuatannya, tentu tiap wilayah memiliki cara dan pengetahuan yang berbeda dalam perencanaan strukturnya. Di wilayah Indonesia, perencanaan struktur kayu dapat dengan mudah kita amati dari bentuknya yang tradisional hingga modern sudah ada di Indonesia. Bangunan kayu tradisional bisa kita amati pada rumah-rumah adat di Indonesia utamanya berupa rumah panggung. Perencanaan bangunan ini tidak lepas dari akulturasi masyarakat sekitar mengenai adanya bahaya makhluk-makhluk buas pada zaman dulu sehingga dibuatlah rumah berbentuk panggung. Sama dengan Negara-negara lainnya, perencanaan struktur bangunan kayu tidak lepas terbentuk dari akulturasi masyarakat sekitar. Di Negara-negara bagian Eropa, perencanaan struktur bangunan kayu lebih ditujukan untuk menghangatkan badan dari suhu dingin di luar. Salah satu Negara Eropa yang bisa kita pelajari dengan mudah adalah Negara Belanda. Seperti kita ketahui, Negara Belanda telah berada di Indonesia pada masa kolonial. Keberdaan Belanda di Indonesia meninggalkan ilmu dan pengetahuan mengenai akulturasi

Upload: ivanhidayat

Post on 06-Dec-2015

274 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: KAYU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembuatan bangunan yang terbuat dari kayu sudah ada sejak zaman

dahulu kala. Dalam pembuatannya, tentu tiap wilayah memiliki cara dan

pengetahuan yang berbeda dalam perencanaan strukturnya. Di wilayah

Indonesia, perencanaan struktur kayu dapat dengan mudah kita amati dari

bentuknya yang tradisional hingga modern sudah ada di Indonesia. Bangunan

kayu tradisional bisa kita amati pada rumah-rumah adat di Indonesia utamanya

berupa rumah panggung. Perencanaan bangunan ini tidak lepas dari akulturasi

masyarakat sekitar mengenai adanya bahaya makhluk-makhluk buas pada zaman

dulu sehingga dibuatlah rumah berbentuk panggung. Sama dengan Negara-

negara lainnya, perencanaan struktur bangunan kayu tidak lepas terbentuk dari

akulturasi masyarakat sekitar. Di Negara-negara bagian Eropa, perencanaan

struktur bangunan kayu lebih ditujukan untuk menghangatkan badan dari suhu

dingin di luar.

Salah satu Negara Eropa yang bisa kita pelajari dengan mudah adalah

Negara Belanda. Seperti kita ketahui, Negara Belanda telah berada di Indonesia

pada masa kolonial. Keberdaan Belanda di Indonesia meninggalkan ilmu dan

pengetahuan mengenai akulturasi Negara Belanda dalam perencanaan struktur

bangunan kayu yang mereka buat di Indonesia. Dari tinjauan di atas, maka saya

ingin membahas mengenai akulturasi dalam perencanaan struktur bangunan

kayu Belanda.

1.2. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang, saya merumuskan dan membatasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah perkembangan struktur kayu di Indonesia dan di

Belanda?

2. Bagaimana sejarah perkembangan peraturan perencanaan struktur kayu

untuk bangunan di Indonesia dan di Belanda?

Page 2: KAYU

3. Bagaiman akulturasi dalam perencanaan bangunan kayu di Indonesia dan di

Belanda?

1.3. TUJUAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penulisan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah perkembangan struktur kayu di Indonesia dan di

Belanda.

2. Mengetahui sejarah perkembangan peraturan perencanaan struktu kayu

untuk bangunan di Indonesia dan di Belanda.

3. Mengetahui akulturasi dalam perencanaan bangunan kayu di Indonesia da di

Belanda.

Page 3: KAYU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN STRUKTUR KAYU INDONESIA

Sejarah perkembangan struktur kayu di suatu wilayah erat hubungannya

dengan akulturasi yang terjadi di daerah tersebut. Perilaku masyarakat dan

budaya yang terjadi menumbuhkan pengetahuan akan perencanaan sturktur

bangunan kayu yang disesuaikan dengan kegunaan dan fungsi nya. Selain itu,

ketersediaan kayu sebagai sumber utama bangunan kayu juga mempengaruhi

akan perencanaan struktur kayu.

Di wilayah Indonesia, perkembangan struktur kayu di mulai sejak zaman

dahulu kala. Kayu yang merupakan sumber daya alam yang besar di Indonesia

telah di manfaatkan dalam pembuatan berbagai jenis bangunan. Keberadaan

perencanaan pembangunan struktur kayu yang sudah sejak lama dapat dengan

mudah kita ketahui. Hal yang dapat dengan mudah kita amati adalah keberdaaan

rumah-rumah adat. Rumah-rumah adat di Indonesia sebagian besar komponen

struktur nya terbuat dari kayu. Seperti kita ketahui, rumah-rumah adat di setiap

daerah berbeda satu sama lainnya. Hal ini di akibatkan akulturasi suatu daerah

berpengaruh pada perencanaan struktur kayu di daerah tersebut. Salah satu

teknik perencanaan bangunan kayu yang terkenal di Indonesia adalah rumah

panggung. Pembuatan rumah panggung, awalnya disebabkan oleh kekhawatiran

masyarakat akan hewan buas yang mengancam masyarakat. Mensiasati hal ini

dan seiring perkembangan akulturasi, masyarakat zaman dahulu membuat rumah

panggung. Rumah panggung merupakan rumah yang berbentuk seperti

panggung, dengan lantai dasar yang berada cukup tinggi dari permukaan tanah.

Penyangga rumah ini adalah kumpulan kayu yang ditata dan meletakannya

sejajar arah serat sehingga memiliki daya dukung yang kuat. Dari akulturasi ini,

masyarakat menjadi tahu bahwa kayu memiliki daya dukung yang jauh lebih

kuat jika pembebanan dilakuakn di permukaan yang sejajar arah serat ketimbang

permukaan yang berlawanan arah serat.

Page 4: KAYU

Seiring perkembangan zaman dan kemudahan mendapatkan kayu, kayu

mulai sering di gunakan untuk pembuatan rumah tinggal di Indonesia. Dengan

disertai dengan pengalaman mengenai pengenalan jenis-jenis kayu dan kekuatan

kayu masyarakat menjadi mudah dalam merencanakan bangunan kayu. Zaman

silih berganti, pendidikan dalam perencanaan kayu semakin berkembang di

tambah lagi masuknya Belanda pada masa kolonial memberikan pengaruh pada

perencanaan kayu di Indonesia. Belanda meninggalkan teknik perencanaan kayu

tradisional khas mereka lewat bangunan-bangunan kayu kuno yang terletak di

kawasan kota lama Indonesia.

Sebagai salah satu negara besar penghasil kayu, Indonesia material kayu.

memiliki kirakira 4000 jenis kayu4. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan

material kayu dalam berbagai macam sektor kebutuhan, termasuk juga

diantaranya sektor bangunan dan konstruksi. Di Indonesia penggunaan kayu

untuk keperluan konstruksi, dilihat dari segi ekonomi, sangatlah menguntungkan

karena jumlah dan jenisnya yang sangat beragam5. Selain itu, kayu adalah

merupakan material yang berasal dari alam, jadi dapat digunakan tanpa melewati

pengolahan sekalipun seperti perannya sebagai kayu bakar. Oleh karena

kelebihan-kelebihan yang dimiliki kayu, dapat kita perhatikan bahwa material

utama bangunan-bangunan tradisional di Indonesia sebagian besar menggunakan

material kayu.

2.2. SEJARAH PERKEMBANGAN STRUKTUR KAYU BELANDA

Perkembangan struktur kayu di Belanda erat hubungannya dengan

akulturasi masyarakatnya. Selama berabad-abad, bangunan tempat tinggal di

Belanda terbuat dari kayu dengan atap berupa tumpukan jerami. Letak geogrefis

yang terletak di bawah lautan membuat masyarakat belanda memanfaatkan kayu

untuk bangunan-bangunan seperti kincir air. Pemanfaatan kayu juga untuk

bangunan-bangunan umum kecuali gereja dan balai kota. Pembuatan bangunan

itu lebih mengaplikasikan batu dalam pembuatannya. Hal lainnya, Belanda

memanfaatkan kayu untuk membantu pengolahan tepung gandum. Hingga pada

akhirnya masyarakat Belanda membuat kincir angin untuk memenuhi kebutuhan

mereka. Pembuatan kincir angin diyakini banyak ahli merupakan bangunan yang

Page 5: KAYU

unik dan membantu dalam perkembangan struktur kayu. Bangunan kincir angin

pada umumnya tersusun lebih dari 2 lantai dan tebuat dari kayu untuk bangunan

kuno. Bangunan kincir angin menerapkan banyak ilmu fisika dan pesawat

sederhana didalamanya. Seiring perkembangan zaman, pembuatan angunan

dengan kayu semakin maju. hal ini ditunjukan dengan penggunaan kayu sebagai

atap bangunan rumah tinggal mereka.

Bangunan kayu memiliki tradisi panjang di Belanda. Pada Tahun 1650

terjadi kebakaran pada rentetan bangunan kayu. Karena hal ini, Belanda mulai

membatasi penggunaan kayu sebagai bahan bangunan karena sifat kayu yang

mudah terbakar. Hingga pada Tahun 1901, pemerintah Belanda mengeluarkan

hukum resmi pertama untuk peraturan bangunan kayu, bahwa pembangunan

permanen dengan struktur kayu telah dilarang. Terdapat pengecualian untuk

bangunan sekitar kota-kota berbenteng yang telah disimpan untuk pertahanan

mereka saat itu. Hal ini adalah alasan bahwa kota masih sepenuhnya berdinding

non kayu di Naarden bagian timur kota Amsterdam pada zaman itu. Dalam 200

Tahun kemudian, Belanda tidak punya tradisi ke masa kini, rumah-rumah kayu

harus di impor dari luar negri. Sebgaian besar bangunan kayu mereka adalah

hasil ekspor Negara luar. Sekitar 30 tahun kemudian baru Belanda

mengeluarkan peraturan mengenai pembangunan bangunan dengan material

tradisional yaitu kayu.

2.3. SEJARAH PERKEMBANGAN PERATURAN PERENCANAAN

STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN INDONESIA

Keruntuhan banguan kayu pada umumnya akibat sambungan atau

hubungan yang tidak memenuhi standar dan sistem strukturnya tidak tahan

gempa. Peraturan Kayu di Indonesia sangat ketinggalan jaman, sejak tahun

1961 Peraturan Kayu Indonesia (PKKI 1961) 52 tahun tidak mengalami

perubahan. Beberapa draft peraturan kayu tahun 1980, dan 2002 pernah dibuat

sampai dengan terbitnya SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi

kayu. Saat ini peraturan-peraturan di luar negeri menggunakan metode disain

baik Load and Resistance Factor Design (LRFD) maupun Alowable Stress

Design (ASD), Breyer 2008. PKKI 1961 menggunakan cara ASD lama. Pada

Page 6: KAYU

SNI 7973:2013 yang mengadopsi NDS 2012, memuat baik LRFD/DFBK dan

ASD/DTI dan keduanya dapat digunakan dalam desain.

Penelitian di negara-negara seperti Kanada, Australia, New Zealand

Amerika Serikat dan banyak Negara di Eropa menghasilkan teknologi yang

berkembang dengan pesat. Forest Product Laboratory di Amerika telah 100

tahun lebih melakukan penelitian kayu, Woodhandbook, 2010. Jenis kayu di luar

negeri pada negara-negara tersebut di atas pada umumnya adalah softwood atu

kayu berdaun jarum, sedangkan di daerah tropis atau Indonesia adalah hardwood

atau kayu berdaun lebar. Peraturan Kayu Indonesia yang baru SNI 7973:2013

sebagian besar mengacu kepada peraturan luar negeri. Sifat-sifat kayu tropis

yang umumnya hardwood dapat berbeda dengan softwood sehingga peraturan

dari luar negeri tidak dapat diadopsi begitu saja. Penelitian mengenai sifat-sifat

kayu tropis pada cara-cara atau teori yang ada dalam SNI 7973:2013 sebagian

telah dilakukan. Penyesuaian telah dilakukan pada kuat acuan untuk kayu

berdaun lebar pada SNI 7973:2013. Peralatan dan dana yang besar dukungan

dari industri dan pemerintah di luar negeri menyebabkan perkembangan

teknologi yang cepat dalam penelitian untuk menyiapkan teknologi tepat guna

dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan juga pengurangan risiko

bencana khususnya akibat gempa. Bangunan bertingkat rendah dengan elemen-

elemen struktur kayu rekayasa prafabrikasi telah menjadi solusi utama untuk

bangunan perumahan.

Gambar. Contoh Kayu Rekayasa

Akhir-akhir ini penggunaan kayu laminasi silang (Cross Laminated

Timber/ CLT) sebagai dinding geser maupun lantai untuk bangunan tinggi

banyak digunakan. CLT menggunakan perekat untuk merangkaikan lapisan-

Page 7: KAYU

lapisan papan atau balok kayu menjadi suatu panel berukuran besar. Perekat di

Indonesia masih termasuk mahal harganya, sehingga penggunaan paku untuk

merekatkan atau melaminasi papan-papan menjadi satu kesatuan lebih murah

dan mudah dilakukan. Dinding geser papan kayu silang laminasi-paku

merupakan salah satu pengembangan dibandingkan CLT yang menggunakan

perekat.

Sistim struktur bangunan pada umumnya menggunakan rangka sebagai

sistim pendukung lantai. Rangka umumunya terdiri dari elemen-elemen balok

dan kolom, baik dengan kayu solid maupun glulam, Pada daerah gempa yang

membutuhkan kekakuan dan kekuatan dalam arah horizontal, elemen dinding

geser pada umumnya digunakan. Pada struktur bangunan kayu elemen-elemen

tersebut juga umum digunakan. Perkembangan sistim struktur pada bangunan

kayu karena kebutuhan akan bangunan bertingkat maupun kecepatan

konstruksinya mulai bergeser dari sistim rangka kearah sistim panel. Sistim

lantai, dan dinding pendukung lantai saat ini menggunakan panel CLT (cross

laminated timber). Demikian pula dengan atap penutup bangunan juga

menggunakan sistim panel yang sangat berbeda dengan atap rangka batang

konvensional.

Elemen dinding geser pada awal mulanya lebih banyak menggunakan

rangka kayu dengan lapisan penutup dari gipsum atau plywood. Perkembangan

terakhir adalah digunakannya papan kayu silang laminasi (Cross Laminated

Timber / CLT). CLT ini dapat direkayasa sehingga mempunyai kekuatan dan

kekakuan yang mencukupi untuk digunakan pada dinding geser bangunan

bertingkat rendah, sedang maupun tinggi. Bangunan bertingkat dari kayu

tersebut pada umumnya mempergunakan dinding geser sebagai penahan beban

gravitasi selain penahan beban lateral angin atau gempa.

Perencanaan struktur kayu harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan

dan kestabilan disamping efisien dari segi ekonomis. SNI 7973:2013

Spesifikasi disain untuk konstruksi kayu telah mengatur tatacara disain struktur

kayu tersebut. LRFD dan ASD yang digunakan dalam NDS 2012 menjadi salah

satu acuan untuk SNI 7973:2013. Pertimbangan dan penyesuaian dilakukan

untuk jenis kayu, iklim dan kondisi lingkungan di Indonesia. Penelitian-

Page 8: KAYU

penelitian juga masih perlu dilakukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan

yang ada di dalam peraturan tersebut. Kuat acuan kayu telah disesuaikan

dengan jenis kayu dan kelembaban di Indonesia. Secara umum perhitungan

mekanika tidak mengalami perubahan, tetapi banyak faktor-faktor koreksi yang

berlaku baik untuk DTI maupun DFBK yang digunakan dalam disain, danakan

dijelaskan di bawah ini. Faktor ketahanan, faktor waktu dan factor konversi

format digunakan hanya untuk DFBK. Untuk nilai kuat acuan, walaupun ada

dual concept dalam SNI 7973:2013, hanya satu nilai acuan (DTI) yang dimuat

dan dapat dipakai juga pada DFBK dengan faktor konversi format, studi lebih

lanjut masih diperlukan untuk nilai acuan tersebut.

2.4. SEJARAH PERKEMBANGAN PERATURAN PERENCANAAN

STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN BELANDA

Dalam Perkembangan peraturan struktur kayu, Negara-negara Eropa

termasuk Belanda tidak mengeluarkan peraturan spesifik menenai itu. Peraturan

perencanaan struktur kayu terbentuk akibat perbedaan code yang berbeda antar

Negara. Untuk mengatasi adanya perbedaan kode nasional dan standar teknis

spesifikasi maka, negara-negara anggota Uni Eropa telah menyusun dan

mengembangkan selama 30 tahun terakhir suatu peraturan bernama eurocode.

Sehingga tercipta keselarasan aturan teknis struktural dan geoteknik untuk

teknik sipil yang bekerja pada perbedaan bahan konstruksi seperti beton, baja,

batu, kayu, aluminium dan bahan geoteknik (tanah dan batu). Eurocode adalah

seperangkat aturan teknis yang diselaraskan dan dikembangkan oleh Komite

Eropa untuk standarisasi desain struktur konstruksi di Uni Eropa. Filosofi dasar

eurocode yaitu sebagai altenatif dikarenakan perbedaan aturan di negara-negara

anggota Uni Eropa, selain itu eurocode dimaksudkan sebagai pedoman acuan

dengan tujuan sebagai berikut :

1. Sarana untuk membuktikan kepatuhan melalui persyaratan kekuatan

mekanik dan stabilitas serta keamanan dalam kasus kebakaran yang

ditetapkan oleh hukum Uni Eropa.

2. Dasar untuk rekayasa konstruksi dan spesifikasi kontrak.

Page 9: KAYU

3. Kerangka untuk menciptakan spesifikasi teknis yang diselaraskan untuk

produk bangunan.

Eurocode diterbitkan sebagai Standar Eropa yang terpisah, masing-masing

memiliki sejumlah bagian. Pada tahun 2002, sepuluh bagian eurocode telah

dikembangkan dan diterbitkan:

• EN 1990: Dasar desain struktural

• EN 1991: (Eurocode 1) Tindakan pada struktur

• EN 1992: (Eurocode 2) Desain struktur beton

• EN 1993: (Eurocode 3) Desain struktur baja

• EN 1994: (Eurocode 4) Desain dari baja komposit dan struktur beton

• EN 1995: (Eurocode 5) Desain struktur kayu

• EN 1996: (Eurocode 6) Desain struktur batu

• EN 1997: (Eurocode 7) Desain geoteknik

• EN 1998: (Eurocode 8) Desain struktur untuk resistensi gempa

• EN 1999: (Eurocode 9) Desain struktur aluminium

Eurocode merupakan standarisasi yang wajib digunakan bagi para pekerja

teknik

sipil Eropa dan kemungkinan akan menjadi standar de-facto untuk sektor

swasta baik di Eropa dan di seluruh dunia.

Jadi untuk peraturan perencanaan struktur kayu di Belanda

menggunakan Eurocode 5 tahun 1995 yang diterbitkan sebagai standar Eropa

yang diselaraskan dan dikembangkan oleh Komite Eropa untuk standarisasi

desain struktur konstruksi di Uni Eropa.

Page 10: KAYU

BAB III

CONTOH DAN PEMBAHASAN

3.1. CONTOH BANGUNAN STRUKTUR KAYU

1. Bangunan kayu tahan gempa Rumah Bilik Ciater, Jawa Barat

Bangunan ini menggunakan pondasi umpak, pondasi ini terbuat dari

kayu. Pondasi ini terbuat dari beton dengan tinggi kira – kira 50 cm. Di atas

pondasi ini ada balok pengikat yang menghubungkan pondasi satu dengan

pondasi lainya. Agar pondasi ini menjadi satu kesatuan dan saling mengikat

ketika terjadi gaya horisontal. Lantai pada bangunan ini menggunakan lantai

kayu, konstruksi lantai kayu yang sederhana adalah papan – papan yang

langsung dipasang dan dipaku diatas sloof atau balok loteng. Ukuran papan yang

digunakan adalah tebal minimal 20 mm, lebar 90-140 mm.

Gambar. Rumah Bilik Ciater

(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )

Page 11: KAYU

Dinding bangunan ini menggunakan anyaman bambu yang dianyam

kepang. Tampak dari gambar di atas, agar anyaman dinding bambu ini dapat

berdiri kuat dan tidak mudah jatuh saat mendapat gaya horisontal berupa angina

atau gempa, maka dinding anyaman bambu ini diikatkan pada kayu – kayu kecil

yang berfungsi untuk mengikat dinding bambu ini. Kayu – kayu yang digunakan

untuk mengikat dinding ini dipasang secara horisontal dan vertikal. Jarak antara

kayu – kayu untuk pengikat dinding ini adalah 100 cm. Dinding anyaman

bamboo ini diikat dari dalam, agar terlihat rapi untuk bagian dalam ruangan.

Tidak ada kayu – kayu kecil yang melintang secara vertikal dan horisontal

dibagian dalam ruangan.

Bangunan ini tidak menggunakan plafon, struktur pada atap sengaja di

expose dan untuk penerangan pada siang hari, karena atap bangunan ini dapat

tembus cahaya, sehingga cahaya pada siang hari dapat masuk. Dengan demikian

aktifitas di lantai atas tidak terganggu.

Gambar. Dinding bambu anyam kepang

(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )

Page 12: KAYU

Tiang penyangga untuk lantai dua diberi siku – siku atau kuda – kuda

agar

tidak terjadi momen. Agar tiang penyangga ini kuat, maka diberi balok pengikat

antara tiang yang satu dengan tiang yang lain.

Gambar. Atap

(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )

Gambar. Sambungan pada tiang lantai dua

(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )

Page 13: KAYU

Gambar (a) potongan, gambar (b) perspektif sambungan

1. Tiang menerus sampai ke atap

2. Balok pengikat tiang dengan tiang lainnya

3. Balok penyangga lantai dua

4. Balok penyangga lantai dua

5. Kayu siku – siku atau kuda – kuda

Pada gambar detail sambungan dapat dilihat teknik sambungan pada

bangunan ini. No.1 adalah tiang lantai satu yang menerus hingga lantai kedua

dan ke atap. Kolom no.2 adalah kolom pengikat tiang. Tiang – tiang ini

berjarak antara 4 m, sehingga butuh kolom pengikat agat tiang ini tetep

berdiri sempurna. Kolom no.3 adalah kolom penyangga untuk lantai dua.

Papan – papan untuk lantai dua ini nantinya akan direkatkan atau di paku

pada kolom no.3 dan kolom no.4. kolom no.4 adalah kolom penyangga untuk

lantai dua yang letaknya memanjang. Sedangkan kolom no.3 adalah kolom

penyangga lantai dua yang letaknya melebar. dan untuk no.5 adalah kuda-

kuda yang berfungsi untuk menahan tiang agar tiang dan kolom penyangga

lantai dua semakin kuat. Sehingga bangunan ini dapat menahan saat terjadi

getaran gempa.

Gambar. Detail sambungan pada tiang lantai dua

(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )

Page 14: KAYU

2. Phill Merril Enviromental Centre

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa bangunan ini menggunakan

struktur sederhana yaitu struktur panggung, sistem struktur yang digunakan

bangunan kantor ini adalah sistem struktur portal atau rangka. Bangunan

kantor ini mengunakan pondasi beton denagn ukuran kira – kira 30 cm x 30

cm. Bangunan ini menggunakan pondasi beton karena di area ini merupakan

area yang lembab sehingga tidak cocok menggunakan pondasi kayu karena

dikhawatirkan kayu dapat mudah lapuk karena dia area lembab. Karena kayu

di area lembab penyusutannya lebih cepat. Jarak antara kolom dengan kolom

lainnya adalah 400 cm. Bangunan ini hampir sama dengan sistem rumah

panggung. Tetapi dibagian bawah dari bangunn ini digunakan sebagai ruang

parkir bukan sebagai kolong.

Bangunan ini menggunakan dinding kayu dengan sistem pemasangan

dinding sirap pada bagian belakang bangunan. Pada bagian depan bangunan

ini didominasi dengan kayu – kayu atau papan horisontal. Kayu ini berukuran

kecil

dan dipasang melintang atau horisontal melewati balok – balok struktur. Kayu

- kayu horisontal ini berfungsi sebagai pengikat balok – balok struktur utama.

Pada sambungan balok dan kolom pada bangunan ini menggunakan pelat besi

atau baja. Yang berfungsi menopang balok – balok struktur, baja ini dipasang

menembus kolom dan menahan balok agar tidak terjadi momen saat terjadi

Gambar. Phill Merril Enviromental Centre

(Sumber : Architectural Record (record interiors/southAmerica/computers in architecture) the magazine of the AIA, :wordl trade

centre 1973-2001, edisi 10)

Page 15: KAYU

goncangan gempa. Bangunan ini menggunakan sambungan baut simplex dan

plat baja.

Dari gambar potongan di atas dapat dilihat bahwa bangunan ini

menggunakan atap lesenar dengan konstruksi rangka batang. Yaitu konstruksi

rangka yang terletak pada sebuah bidang dan saling dihubungkan dengan

sendi pada ujungnya, sehingga membentuk suatu bagian bangunan yang

terdiri dari segitiga – segitiga. Untuk konstruksi rangka batang sederhana

kemiringan atap

tidak ditentukan. Dapat ditentukan dengan sesuka hati pemiliknya atau

pembangunnya.

Bangunan ini menggunakan struktur portal, dengan menggunakan atap

lesenar. Dengan atap lesenar ini bagian atap terdiri dari segitiga – segitiga

kecil yang memperkuat struktur bangunan. Sehingga bangunan ini jika

mendapat gaya horisontal berupa angin atau goncangan gempa bumi, tidak

akan mudah merobohkan bangunan karena struktur ini terdiri dari kumpulan

segitiga – segitiga pada bagian atapnya, sehingga gaya horisontal ini akan

ditahan oleh bentuk segitiga ini.

Gambar. Detail sambungan pada tiang lantai dua

(Sumber : Architectural Record (record interiors/southAmerica/computers in architecture) the magazine of the AIA, :wordl trade

centre 1973-2001, edisi 10)

Page 16: KAYU

3.2. PEMBAHASAN

Perkembangan perencanaan struktur kayu sudah semakin maju. Di

Indonesia, perkebangan struktur kayu dikategorikan sudah maju. Dapat dilihat

pada contoh kasus bahwa Indonesia mampu mendesain rumah tahan gempa.

Rumah tahan gempa ini pada prinsipnya merupakan kehebatan pada pondasinya.

Model pondasi pada contoh kasus 1, model pondasi ini dengan mengikat seumua

batang pancang kayu setinggi 50 cm. Sehingga saat adanya gempa bumi,

pondasi akan bergerak secara bersama-sama. Pergerakan yang seragam inilah

yang membuat bangunan tahan terhadap settlement. Kemudian untuk model

bangunan. Sesuai dengan budaya dan akulturasi Indonesia, bangunan ini berupa

panggung. Permodelan ini hamper sama dengan rumah-rumah adat jawa yang

berupa rumah panggung. Banyak orang bilang, struktur ini sangatlah ajaib.

Bangunan yang sebegitu besar, mampu ditahan oleh kayu-kayu yang ditata dan

dipasang searah serat. Sedangkan untuk contoh kasus 2, bangunan ini didesain

dengan permodelan struktur berupa segitiga yang mengarah ke luar bangunan.

Tujuan dari permodelan ini adalah untuk memecah beban horizontal berupa

angin. Selain itu model dari bangunan ini hampi sama dengan kasus 1.

Bangunan di desain dengan model panggung. Namun yang membedakannya

adalah penggunaan cor beton untuk bagian bawah kayu, karena ditakutkan kayu

akan cepat rusak jika berada pada situasi yang lembab. Kemudian untuk bentuk

bangunan Phill Mery Enviromentals Centre ini terdapa keseimbangan tiap sisi

bangunan. Keseimbangan ini ditujukan agar mampu bertahan pada saat keadaan

gempa.

Perkembangan struktur kayu di Indonesia mendapat pengaruh dari

akulturasi masyarakatnya. sebagian besar masih menggunakan sistem panggung

pada perencanaan strukturnya. Hal ini sulit untuk lepas dari kebiasaan

perencanaan di Indonesia karena memang diakui kekuatan kayu yang sejajar

arah serat pada tiap cagak rumah panggung begitu kuat. Disamping itu akulturasi

masyarakat Indonesia yang kental, membuat seni dari adat tiap-tiap daerah sulit

untuk ditiggalkan. Seperti adanya ukiran batang pada desain kayu dan kusen

rumah mereka.

Page 17: KAYU

Perkembangan struktur kayu di Belanda juga mendapat pengaruh dari

masyarakatnya. Disamping itu pengalaman dan kemajuan pengetahuan mereka

tentang kayu membuat mereka lebih maju daripada kita. Penggunaan kuda-kuda

kayu contohnya, beberapa dari kita belajar melalui bangunan-bangunan kayu

kuno di kotalama. Kemudian, pengaruh akulturasi mereka anyak membuat kincir

angin untuk membantu pekerjaan mereka. Pembuatan kincir angin itu

memberikan kontribusi dalam pembuatan struktur kayu di dunia saat ini seperti

pembuatan generator.

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Perkembangan struktur kayu di tiap wilayah tidak lepas dari akulturasi

masyarakat sekitar. Permodelan struktur dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Di

Indonesia struktur kayu tradisional banyak berupa rumah-rumah panggung.

Sedangkan di Belanda struktur kayu mereka gunakan dalam pembuatan kincir

Page 18: KAYU

angin tradisional. Indonesia menggunakan standard an peraturan SNI sedangkan

Belanda menggunakan Eurocode dalam perencanaaan struktur bangunan kayu.

4.2. SARAN

Tiap daerah memiliki keunikan dan cara yang berbeda dalam

merencanakan struktur bangunan kayu. Sebagai seorang yang bergerak di bidang

konstruksi, alangkah baiknya jika mau mempelajari dan membandingkan

perencaan struktur kayu yang berbeda-beda tersebut serta mengaplikasikannya

dalam kegiatan konstruksi. Selain itu perlu adanya riset mengenai permodelan

struktur kayu di berbagai daerah sebagai wawasan tambah di bidang ilmu

konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

Beusekom, van. Building in wood in the Netherland. ICOMOS -

Netherlands/Foundation National Contact Monuments

Mujiana. 2010. Skripsi. Memahami Konstruksi kayu Pada Bangunan 2 Lantai Tahan

Gempa.Departemen Arsitektur FT UI. Jakata

Tjondro, J A. 2014. Perkembangan dan Prospek Rekayasa Struktur Kayu di Indonesia.

Page 19: KAYU

Saputri. Sartika, Yuni. 2012. Thesis. Studi Perbandingan Perancangan Pondasi Dangkal Dengan Menggunakan Eurocode 7 Terhadap NAVFA. Jurusan Teknik FT UKM. Bandung