kata pengantar - stasiun meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1....

25
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] i KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Oktober 2018 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2018, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Oktober 2018. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si NIP. 19670305 199102 1 005

Upload: others

Post on 23-Mar-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan

hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika

mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,

politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah

satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program

pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan

Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya

menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Oktober 2018 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan

iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2018, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut

bulan Oktober 2018. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi

meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak

kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin

ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai

isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

ttd

I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si

NIP. 19670305 199102 1 005

Page 2: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] ii

TIM REDAKSI

Pelindung : I Wayan Mustiks, S.Si, M.Si

Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom

Editor : Hana Solihah, S.Si

Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E

Aprilia Susilowati, S.Tr

Tim Analisis dan Prakiraan : Nizam Mawardi, S.Tr

Pande Made Rony Kurniawan, SST

Debora Truly Marpaung, SST

Ibnu Susilo, S.Tr

Tim Distribusi : Suryanti Agustina, SP

Adelina M Situmorang, SE

Desain : M. Taufik, S.SI

Teknisi : Kuswito

Alamat Redaksi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam

Batu Besar, Batam 29466

Telpon : 0778-761415

Fax : 0778-761401

Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id

Email : [email protected]

Page 3: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i

Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii

I. RINGKASAN ....................................................................................................................................................... 1

II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2018 ................................................................................... 2

IV. PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2018 .................................................................................................. 11

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT OKTOBER 2018................................................................................... 16

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI

OKTOBER 2018 ............................................................................................................................................... 19

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................................... 22

Page 4: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang

Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2018 adalah sebagai

berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata yaitu berada pada kondisi normal, bawah

normal maupun di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin didominasi

dari arah Tenggara-Selatan dengan kecepatan rata-rata 6,1 km/jam.

b. Pada bulan September nilai SOI, dan ENSO di wilayah Indonesia berada pada kondisi netral

sehingga kurang cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan

curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September. Sedangkan nilai IOD positif

mempengaruhi pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Perambatan MJO dengan

sifat lemah pada awal hingga pertengahan bulan Agustus turut memberikan pengaruh dengan

berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Kepulauan Riau.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2018 hingga

September 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim

periode Oktober 1998 s.d September 2018. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA

dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.63305 dan RMSE (error)

19.849 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2018 pada dasarian III diprakirakan

berada pada kisaran normalnya, sedangkan dasarian I dan II berada pada kisaran di bawah normal.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan

dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1

September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.

Page 5: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 2

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2018

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati

garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua

Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional

(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai

Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan

matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun

mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman

iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan

kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.

Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.

Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar

pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke

tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan

menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan

equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)

hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-

Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena

fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Septemberan Oscillation) juga

mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan

menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase

aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (April-Juni)

dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.

Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-

3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (

100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (

160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).

Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit

mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan

memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah

pada satelit.

Page 6: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 3

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2018

1. Monsun

Pada bulan September, matahari telah berada pada titik paling utara bumi yaitu 23.5°LU atau

biasa disebut ‘summer soltice’ kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh

kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka

laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.

Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi tempat pengumpulan massa udara yang cukup

mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut September 2018

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan September 2018

Page 7: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 4

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan September 2018

berkisar antara 27.00 - 30.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.50 - +0.50C (Gambar.2). Di wilayah

Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50 - +0.50C yang menunjukkan suhu muka

laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu

muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses

pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan September 2018

Pada bulan September 2018, tekanan udara di BBU secara umum lebih rendah dari pada BBS

dan sekitar equator karena matahari berada di sekitar wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa

udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga

membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan

angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga

terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang

dapat menghasilkan hujan.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan September 2018

Page 8: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 5

Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan

September umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang di dominasi dari arah

Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5 hingga 10 knot (Gambar. 5)

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan September 2018

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan

September 2018, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.49 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern

Oscillation Index) selama bulan September sebesar -10.0. Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya

pengaruh terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia

khususnya Indonesia bagian timur.

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4

Page 9: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 6

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI

3. MJO (Madden-Septemberan Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 8. Rata-rata OLR September 2018

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.

Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan

konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu

wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang

kecil/rendah. Pada bulan September 2018, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di

wilayah utara Pulau Sumatera, Kalimantan, dan sebagian besar wilayah Papua yaitu berkisar antara

180 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti

yang ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 200 - 220 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa

tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2018 tidak cukup banyak.

Page 10: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 7

b. Fase MJO

MJO selama bulan September 2018 berada pada fase 5 sampai 3 dengan sifat yang kuat pada

perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa

wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan September. Secara teori,

kondisi MJO ini memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk

juga untuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar 9. Fase MJO

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada

kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan September 2018 nilai IOD

berada pada kondisi positif yang bernilai -+0.86. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan

September 2018 secara umum IOD berpengaruh dalam mengurangi peluang pertumbuhan awan di

wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 10. Grafik IOD

Page 11: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 8

C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2018

Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Hang Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah

hujan dan sifat hujan bulan September 2018 adalah sebagai berikut:

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN OKTOBER 2016

a. Hujan

Sifat hujan bulan Oktober 2016 di Barelang bawah Normal (B) sampai atas Normal (A) dengan

curah hujan selama sebulan berkisar 188,8 mm - 361,8 mm atau antara 74,9 % - 143,6 %. Curah hujan

terendah terjadi di Tanjung Piayu dan tertinggi di Sie Ladi. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Oktober

2016 terdapat 17 hari hujan terukur dan 6 hari hujan tidak terukur (TTU) dengan total curah hujan

sebesar 233,3 mm atau berkisar 92,6% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian

I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 49,6 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah

curah hujan 47,8 mm, dan dasarian III terjadi 9 hari dengan curah hujan 142,6 mm. Curah hujan tertinggi

55,9 mm terjadi pada tanggal 25 Oktober 2016.

Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan September 2018 di Hang Nadim

Lokasi RR September 2018 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 132.0 159.6 Bawah Normal

Piayu 143.0 134.8 Normal

Pagoda 142.4 118.7 Atas Normal

Sei Harapan 215.8 229.5 Normal

Sei Ladi 227.6 176.0 Atas Normal

Tanjung Uncang 210.8 155.0 Atas Normal

Sengkuang 133.4 178.4 Bawah Normal

Air Limbah 233.8 195.9 Atas Normal

Mukakuning 97.8 140.1 Bawah Normal

Nongsa 126.2 148.9 Bawah Normal

Page 12: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 9

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,7°C - 30,0° C. Suhu udara terendah dalam

bulan September 2016 adalah 22,8 ° C terjadi pada tanggal 03 dan 19 Oktober 2016 pagi hari dan suhu

udara tertinggi 33,6°C terjadi pada tanggal 15 Oktober 2016 siang hari.

Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Oktober 2016 di Hang Nadim

c. Kelembapan Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 95 %. Kelembaban udara terendah

mutlak 47% terjadi pada tanggal 15 September 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi

98% terjadi tanggal 28 dan 29 Oktober 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan

Oktober 2016 lebih kering dibandingkan bulan September 2016.

22

24

26

28

30

32

34

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

TEM

PER

ATU

R

TANGGAL

T- MAXIMUM

T- MINIMUM

T- RATA-RATA

Page 13: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 10

Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Oktober 2016 di Hang Nadim

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Oktober 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari

arah Selatan sampai Barat dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari

Barat dengan kecepatan 45 km/jam terjadi pada tanggal 15 Oktober 2016.

40

50

60

70

80

90

100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

RH

(%

)

TANGGAL

RH MAXIMUM

RH MINIMUM

RH RATA-RATA

Page 14: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 11

PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2018

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Oktober, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada di BBS (Belahan Bumi

Selatan) dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 4.0°LS menuju 16.0°LS

(http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah

pada Oktober 2018 berada di sekitar wilayah equator.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Oktober 2018 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2018

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2018

Pola angin rata-rata bulan Oktober secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan

(BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) dan pertemuan

massa udara (konvergen) di sekitar bagian ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah belokan

angin (shearline) dan pertemuan massa udara (konvergen) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang

menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung dalam

proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Oktober 2018

Page 15: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 12

2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan

curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.

Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, NOAA (National Oceanic and

Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) dan

BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan

Oktober 2018 dalam kondisi Normal. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak cukup memberi

pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of

Meteorology Australia) hingga akhir Oktober 2018 menunjukkan berada pada kondisi normal dengan

nilai SOI sebesar -10, sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan curah hujan di

wilayah Indonesia khususnya bagian timur.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2016 s.d. Awal Oktober 2018

Page 16: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 13

3. MJO (Madden-Septemberan Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,

khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut

NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Oktober 2018 dengan sifat lemah dan

berada pada fase 1 hingga 2 sehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah

Indonesia (Gambar 20). Nilai anomali OLR bernilai positif di wilayah Indonesia berada di sebagian

Sumatera dan Kalimantan bagian barat. Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di

wilayah tersebut pada awal dan pertengahan bulan September tidak banyak, untuk wilayah Kepulauan

Riau nilai anomali OLR berkisar antara -5 hingga 5 sehingga tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau

diprediksi juga tidak cukup banyak.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan September 2018 dan prakiraan Bulan Oktober 2018

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 01 Oktober 2018 dan prakiraan 15 hari kedepan

Page 17: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 14

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya

Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BMKG, NASA dan BoM (gambar 21),

bulan Oktober 2018 DMI akan berada pada kondisi kuat positif sehingga secara umum mengurangi

penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan September di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun

(1993-2017) diketahui:

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Oktober

dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam. Hampir seluruh wilayah Batam sekitar 200 – 300 mm dan

Batam bagian Timur sekitar 300 – 350 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada

bulan Oktober 2018 akan sama dengan bulan September 2018, sehingga peluang curah hujannya

cenderung sama bila dibandingkan dengan bulan September 2018.

Minimum Rata-rata Maksimum

SUHU UDARA 22.8 27.2 34.6

KELEMBAPAN UDARA 42% 84% 100%

ANGIN 5 Km/jam 10 Km/jam 50 Km/jam

HARI HUJAN 10 18* 26

*13 hari disertai petir

Page 18: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 15

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2018

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

Oktober 2018 hingga September 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan

dasarian Hang Nadim periode Oktober 1998 s.d September 2018.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian

periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.63305 dan RMSE (error) 19.849. Hasilnya

menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2018 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian III

berada pada kisaran normalnya, sedangkan dasarian I dan II berada pada kisaran di bawah normal.

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil

prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Oktober 2018 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2018

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September di Barelang dapat

diprakirakan sebagai berikut:

Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2018

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal

Normal Batam, Rempang dan Galang

Bawah Normal -

Page 19: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 16

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) OKTOBER 2018

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan

angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun

terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.

Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan

gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.

Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide

(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut

mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda

dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air

untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam

jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata

ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt

Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang

surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti

bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini

kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten

Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

i. BATU AMPAR

ii. SEKUPANG

Page 20: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 17

2. KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA

i. DABO SINGKEP

Page 21: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 18

5. KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENINTING

6. KABUPATEN NATUNA

i. SEDANAU

Page 22: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 19

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI OKTOBER 2018

1. STASIUN METEOROLOGI HANG

NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, August 2018

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm

1 0550 1756 2317 1050

2 0550 1756 0000 1148

3 0550 1756 0015 1246

4 0549 1755 0114 1345

5 0549 1755 0212 1442

6 0549 1755 0309 1537

7 0549 1754 0404 1631

8 0548 1754 0457 1722

9 0548 1754 0549 1812

10 0548 1754 0639 1902

11 0548 1753 0729 1951

12 0547 1753 0819 2041

13 0547 1753 0910 2130

14 0547 1752 1000 2220

15 0547 1752 1050 2310

16 0547 1752 1139 2359

17 0546 1752 1227 0000

18 0546 1751 1314 0047

19 0546 1751 1400 0133

20 0546 1751 1444 0219

21 0546 1751 1528 0304

22 0546 1751 1612 0349

23 0545 1750 1657 0434

24 0545 1750 1743 0520

25 0545 1750 1831 0607

26 0545 1750 1922 0657

27 0545 1750 2016 0750

28 0545 1750 2112 0846

29 0545 1750 2210 0943

30 0545 1750 2309 1042

31 0545 1750 0000 1140

2. STASIUN METEOROLOGI

TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, August 2018

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm

1 0549 1755 2315 1048

2 0548 1754 0000 1146

3 0548 1754 0013 1244

4 0548 1754 0112 1343

5 0547 1753 0211 1440

6 0547 1753 0308 1535

7 0547 1753 0403 1629

8 0547 1753 0456 1720

9 0546 1752 0547 1811

10 0546 1752 0638 1900

11 0546 1752 0728 1950

12 0546 1751 0817 2039

13 0545 1751 0908 2129

14 0545 1751 0958 2219

15 0545 1751 1047 2308

16 0545 1750 1137 2357

17 0545 1750 1225 0000

18 0544 1750 1312 0045

19 0544 1750 1358 0132

20 0544 1749 1442 0217

21 0544 1749 1527 0302

22 0544 1749 1611 0347

23 0544 1749 1655 0432

24 0544 1749 1741 0518

25 0543 1749 1830 0605

26 0543 1749 1920 0655

27 0543 1748 2014 0748

28 0543 1748 2111 0843

29 0543 1748 2209 0941

30 0543 1748 2308 1040

31 0543 1748 0000 1138

Page 23: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 20

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, August 2018

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0534 1739 2255 1037

2 0534 1738 2353 1134

3 0533 1738 0000 1233

4 0533 1737 0052 1331

5 0533 1737 0151 1428

6 0533 1737 0248 1522

7 0533 1736 0344 1614

8 0532 1736 0439 1705

9 0532 1735 0531 1754

10 0532 1735 0623 1842

11 0532 1735 0714 1931

12 0532 1734 0805 2020

13 0532 1734 0856 2109

14 0531 1734 0946 2158

15 0531 1733 1036 2248

16 0531 1733 1125 2337

17 0531 1733 1213 0000

18 0531 1732 1300 0025

19 0531 1732 1345 0112

20 0531 1732 1429 0158

21 0531 1732 1512 0244

22 0531 1731 1556 0330

23 0531 1731 1639 0416

24 0531 1731 1724 0503

25 0531 1731 1811 0551

26 0531 1730 1901 0642

27 0531 1730 1954 0735

28 0531 1730 2050 0832

29 0531 1730 2148 0930

30 0531 1730 2247 1029

31 0531 1730 2345 1127

4. STASIUN METEOROLOGI

TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, August 2018

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0553 1759 2320 1053

2 0553 1759 0000 1151

3 0553 1759 0018 1249

4 0552 1758 0117 1348

5 0552 1758 0215 1445

6 0552 1758 0312 1540

7 0551 1757 0407 1634

8 0551 1757 0500 1725

9 0551 1757 0552 1815

10 0551 1756 0642 1905

11 0550 1756 0732 1954

12 0550 1756 0822 2044

13 0550 1756 0912 2134

14 0550 1755 1003 2223

15 0550 1755 1052 2313

16 0549 1755 1142 0000

17 0549 1755 1230 0002

18 0549 1754 1317 0050

19 0549 1754 1403 0136

20 0549 1754 1447 0222

21 0549 1754 1531 0307

22 0548 1754 1615 0352

23 0548 1753 1700 0437

24 0548 1753 1746 0523

25 0548 1753 1834 0610

26 0548 1753 1925 0700

27 0548 1753 2019 0753

28 0548 1753 2115 0848

29 0548 1753 2213 0946

30 0548 1753 2312 1045

31 0548 1753 0 1143

Page 24: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 21

5. STASIUN METEOROLOGI DABO

SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, August 2018

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0548 1755 2316 1048

2 0548 1754 0 1145

3 0548 1754 0014 1244

4 0547 1754 0113 1342

5 0547 1753 0211 1440

6 0547 1753 0308 1535

7 0547 1753 0403 1628

8 0546 1753 0456 1720

9 0546 1752 0547 1811

10 0546 1752 0637 1900

11 0545 1752 0727 1950

12 0545 1751 0817 2040

13 0545 1751 0907 2130

14 0545 1751 0957 2219

15 0545 1751 1047 2309

16 0544 1751 1136 2358

17 0544 1750 1224 0

18 0544 1750 1311 0046

19 0544 1750 1357 0132

20 0544 1750 1442 0218

21 0543 1750 1526 0303

22 0543 1749 1610 0347

23 0543 1749 1655 0432

24 0543 1749 1742 0517

25 0543 1749 1830 0605

26 0543 1749 1921 0655

27 0543 1749 2015 0747

28 0543 1749 2111 0843

29 0543 1749 2209 0940

30 0543 1748 2308 1039

31 0542 1748 0 1137

6. STASIUN METEOROLOGI

TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, August 2018

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm

1 0542 1747 2305 1045

2 0542 1747 0 1142

3 0542 1747 0003 1241

4 0542 1746 0102 1339

5 0541 1746 0201 1436

6 0541 1745 0258 1530

7 0541 1745 0354 1623

8 0541 1745 0448 1714

9 0540 1744 0540 1803

10 0540 1744 0631 1852

11 0540 1744 0722 1940

12 0540 1743 0813 2029

13 0540 1743 0903 2119

14 0540 1743 0954 2208

15 0539 1742 1044 2258

16 0539 1742 1133 2347

17 0539 1742 1221 0

18 0539 1742 1308 0035

19 0539 1741 1353 0122

20 0539 1741 1437 0208

21 0539 1741 1521 0254

22 0539 1741 1604 0339

23 0539 1740 1648 0425

24 0539 1740 1733 0511

25 0539 1740 1821 0600

26 0538 1740 1911 0650

27 0538 1740 2004 0743

28 0538 1739 2100 0840

29 0538 1739 2158 0938

30 0538 1739 2257 1036

31 0538 1739 2355 1135

Page 25: KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 22

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang

membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan

angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia

bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera

Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang

bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,

sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,

maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum

menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ (Intertropical

Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya

daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan

hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan

curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden-

Septemberan

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)

di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai

pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari

barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur

dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing

Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode

(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia

dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun

Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR

yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan

nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-

1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara

tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-

1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan

fenomena cuaca