buletin stasiun meteorologi batam april 2014

Upload: meteosamrat

Post on 16-Oct-2015

164 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Buletin Meteorologi Wilayah Batam

TRANSCRIPT

  • Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

    BULETIN

    BMKG

    Edisi O4, April 2014

    K A T A P E N G A N T A R

    Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir

    dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa

    depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek

    lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi

    keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan

    dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta

    mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

    setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

    Buletin Meteorologi edisi April 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim

    wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta pra-

    kiraan pasang surut bulan April 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang pen-

    yampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga

    kepada masyarakat umum.

    Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-

    rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun

    sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar

    buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-

    yaan mengenai isu-isi meteorolog di wilayah Kepulauan Riau

    .

    KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

    HANG NADIM BATAM

    PHILIP MUSTAMU S.Sos

    NIP. 19590406 198203 1 002

  • TIM REDAKSI

    PELINDUNG :

    PHILIP MUSTAMU, S.Sos.

    KEPALA STASIUN METEOROLOGI

    KLAS I HANG NADIM BATAM

    PENANGGUNGJAWAB :

    TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

    KEPALA SEKSI DATA DAN

    INFORMASI

    ANGGOTA TIM :

    YAYAN HERMAWAN

    DUDI JUHANDINATA, S.Stat.

    SRI SULISMIYATI, A.Md.

    NIZAM MAWARDI, A.Md.

    ADHITYA PRAKOSO, A.Md.

    AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md.

    TATA NASKAH

    NOOR AZIZAH, S.Kom.

    NANGSIP CAHYANA, A.Md.

    DUATI WARDANI, A.Md.

    MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

    STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

    Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

    Phone :

    +62-778-761507 ext 4116

    Fax. +62-778-761401

    E-mail : [email protected]

    hangnadim.kepri.bmkg.go.id

    bmkg.bpbatam.go.id

  • DAFTAR ISI

    K A T A P E N G A N T A R

    I . R I N G K A S A N 4

    I I . P E N G E R T I A N 5

    I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M

    A. KERAGAMAN HUJAN

    B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN MARET 2014

    1. Monsun

    2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean

    Dipole (IOD)

    3. Madden - Julian Oscilation (MJO)

    4. IOD (Indian Ocean Dipole)

    C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2014

    5

    7

    7

    9

    1 0

    1 2

    1 3

    I V . P R A K I R A A N B U L A N A P R I L 2 0 1 4

    A. DINAMIKA ATMOSFIR

    1. Tekanan Udara dan Angin

    2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation)

    3. MJO

    4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

    A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2014

    1. Prakiraan Hujan Dasarian

    2. Prakiraan Hujan Bulanan

    1 7

    1 7

    1 8

    1 9

    2 1

    2 3

    2 4

    V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S

    L A U T B U L A N A P R I L 2 0 1 4

    2 6

    V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N A P R I L 2 0 1 4 3 0

    V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M

    D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N

    A P R I L 2 0 1 4

    3 5

    V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

    IX. A R T I K E L 4 0

    X. P R O F I L 4 2

  • 1. Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2014 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang

    yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan

    bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:

    Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan maret 2014 merata. Dimana di seluruh wila-

    yah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah cu-

    rah hujan di Pulau Batam pada bulan Maret 2014 berkisar antara 50 - 100 mm. Berdasarkan

    hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Timur Laut dengan

    kecepatan 10 hingga 25 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses

    pembentukan awan.

    Untuk kondisi atmosfer dibulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:

    MJO pada bulan Maret berada pada fase 6 hingga 2 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah

    Indonesia berada fase 3 dan 4. Pada gambar MJO tidak melewati wilayah Indonesia sehingga

    pada bulan Maret MJO tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan curah

    hujan di wilayah Indonesia termasuk. Untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup besar

    sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sedikit. Nilai anomali Suhu Muka

    Laut) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan Maret

    2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang

    mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau se-

    hingga jumlah curah hujan cenderung lebih sedikit.

    2. Secara umum kondisi cuaca bulan April 2014 di Batam berdasarkan keluaran program HyBMG

    2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh pred-

    iksi curah hujan tiap dasarian mulai April 2014 hingga Maret 2015. Data masukan yang digunakan

    adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode April 1998 s.d Maret 2014.. Dan dengan

    mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya,

    serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan April 2014 adalah normal

    hingga atas normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm 300 mm.

    I. RINGKASAN

    Page 4 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • A. SIFAT HUJAN

    Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan

    nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

    Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

    1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

    2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

    3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

    B. NORMAL CURAH HUJAN

    1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

    Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

    2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

    Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

    3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

    Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

    Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31

    Januari 1990, dan seterusnya.

    C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

    III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

    A . K E R A G A M A N H U J A N

    Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

    dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

    dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

    pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-

    lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-

    pengaruhi keragaman iklim di Indonesia

    KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

    Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

    Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

    Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

    Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

    II. PENGERTIAN

    Page 5 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan

    sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam

    mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat

    diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam

    menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut ber-

    pengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem

    ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-

    masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

    El Nino dan La Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini

    akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di

    Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada dae-

    rah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan

    IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

    Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-

    Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena

    fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mem-

    pengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan

    menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan

    hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau

    (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

    Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8

    phase. Phase-1 di Afrika (210 BB - 60 BT), phase-2 di samudra India bagian barat

    (60 BT 80 BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80 BT 100 BT) phase-4 & pha-

    se-5 di benua maritim Indonesia ( 100 BT 140 BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat

    (140BT-160 BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160 BT 180 BT) , dan phase-8 daerah kon-

    veksi di belahan bumi bagian barat ( 180 160 BB). Pada umumnya hujan tropis berasal

    dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang

    panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR

    (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

    Page 6 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • Page 7 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Maret 2014

    B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MARET 2013

    1. Monsun

    Pada bulan Maret matahari berada tepat di atas wilayah equator atau disebut sebagai

    equinox. Matahari mulai berada pada penjalarannya dari equator menuju Bumi Bagian Utara

    (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 15 yaitu dari 9.8LS menuju 5.2LU. Hal

    ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya

    pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Maret 2014 tercatat telah terjadi 1 siklon tropis

    di wilayah selatan Indonesia diantaranya Siklon Tropis Gilian. Siklon tropis dan pusat pusat

    tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi

    kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hu-

    jan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

    Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Maret 2014

    Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

    sst_analysis/images/monsstv2.png

    Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

    sst_analysis/images/monanomv2.png

  • Page 8 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk

    Kepulauan Riau pada bulan Maret 2014 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu

    muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak

    yang mendukung penguapan. Kondisi yang demikian ini sebenarnya meningkatkan

    kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi

    menyebabkan terjadinya hujan. Namun nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah

    perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan Maret 2014 kondisi

    suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung da-

    lam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah

    curah hujan cenderung lebih sedikit.

    Pada bulan Maret, tekanan udara di ekuator secara umum lebih rendah dari pada di

    BBU dan BBS sehingga menyebabkan massa udara bergerak dari dua wilayah BBU dan BBS

    (bertekanan tinggi) menuju equator (bertekanan rendah) akibatnya kedua massa udara ini

    saling bertemu di wilayah equator. Hal ini memicu terbentuknya pola angin konvergen yang

    memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai Inter Tropical Convergance Zone

    (ITCZ). Sebagaimana terlihat pada (Gbr. 4), pola gerakan massa udara (angin) ini merupakan

    pola angin ITCZ. Akibatnya, pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah

    utara hingga timur laut. Ditinjau dari pola angin yang terjadi di wilayah Kepulauan Riau pada

    bulan Maret 2014 kurang mendukung dalam pertumbuhan awan hujan.

    Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Maret 2014

    Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?

    page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

  • Page 9 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5

    hingga 20 Km/Jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan

    awan.

    2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

    Pada bulan Maret, ENSO berada pada kondisi netral. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

    anomali SST Nino 3.4 pada akhir Maret, nilainya masih sama dengan keadaan pada bulan yang

    lalu yaitu +0.27 C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Maret 2014

    berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Maret mencapai -12.8. Hal

    ini belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan

    pada bulan Maret. Baru akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negative terjadi selama mini-

    mal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El Nino.

    Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan Maret 2014

    Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Maret 2014

    Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

    page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

  • Page 10 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

    a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

    OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi

    ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi

    sampai ke luar angkasa. Awan awan konvektif adalah salah satu faktor yang

    menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup ham-

    paran awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata rata

    pada bulan Maret relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di

    sebagian wilayah equator. Nilai OLR yang lebih kecil menunjukkan tutupan awan

    konvektif yang tebal. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup besar.

    Sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sedikit.

    Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI

    Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

    Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

    Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

  • Page 11 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan Maret 2014

    b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

    MJO pada bulan Maret berada pada fase 6 hingga 2 dengan sifat lemah hingga

    kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4. Pada gambar (9) MJO tidak melewati wila-

    yah Indonesia sehingga pada bulan Maret MJO tidak berpengaruh terhadap penambahan

    atau pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.

    Gbr. 9 Fase MJO

    Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

    page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

  • Page 12 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    4. IOD (Indian Ocean Dipole)

    Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)

    berada pada kisaran netral (-0,5C s.d 0,5C) pada sekitar akhir Maret 2014. Nilai IOD

    pada akhir Maret bernilai +0,230C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Maret

    2014, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan

    di wilayah Indonesia bagian barat.

    C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2014

    Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2014 yang diterima dari stasiun /

    AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di

    sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2014 adalah

    sebagai berikut:

    Gbr. 10 Grafik IOD

  • Page 13 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Maret

    2014 merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah

    normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan Maret 2014

    berkisar antara 50 - 100 mm.

    Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Maret 2014

    Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Maret 2014

    Lokasi RR Maret 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

    Hang Nadim 57.7 163.8 Bawah Normal

    Pagoda 98.2 137.6 Bawah Normal

  • Page 14 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Maret 2014

    Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang

    yang terjadi selama bulan Maret 2014. Sebaran Hujan merata di wilayah Pulau Batam,

    Rempang dan Galang.

  • 1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Maret 2014 Stamet Hang Nadim

    a. Hujan

    Hujan bulan Maret 2014 di Hang Nadim dengan curah hujan selama sebulan dengan 6

    hari hujan berkisar 0.2 mm - 57,7 mm atau antara 0,08% - 22,9%. Dasarian I tidak terjadi

    hujan, dasarian II terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 57,5 mm, dan dasarian III

    terjadi 1 hari hujan dengan jumlah curah hujan 0,2 mm. Curah hujan tertinggi 29,6 mm ter-

    jadi pada tanggal 16 Maret 2014.

    Page 15 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Maret 2014 di Hang Nadim

  • b. Suhu Udara

    Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,0 C - 28,9 C. Suhu udara teren-

    dah dalam bulan Maret 2014 adalah 23,4 C terjadi pada tanggal 30 Maret 2014 pagi

    hari dan suhu udara tertinggi 32,6 C terjadi pada tanggal 29 Maret 2014 siang hari.

    C. Kelembaban Udara

    Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 90 %. Kelembaban

    udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 05 Maret 2014 siang hari, sedangkan

    kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 17 Maret 2014.

    d. Angin Permukaan

    Selama periode dasarian I III Maret 2014 angin permukaan secara umum

    didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam 23 km/jam,

    arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut sekitar 41 km/jam terjadi pada tanggal

    11 Maret 2014.

    Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Maret 2014 di Hang Nadim

    Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Maret 2014 di Hang Nadim

    Page 16 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • A. DINAMIKA ATMOSFIR

    1. Tekanan Udara dan Angin.

    Pada bulan April, posisi matahari dalam gerak semunya berada di sekitar wilayah Be-

    lahan Bumi Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.2 yaitu dari 5.2

    LU menuju 17.0LU (http://www.physicalgeography.net). Namun, sifat lautan yang lebih lama

    menyimpan panas menyebabkan suhu muka laut di BBS dan equator masih lebih tinggi

    dibanding BBU. Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada April

    2014 masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS) dan ekuator khu-

    susnya.

    Akibatnya, pola angin rata-rata bulan April secara dominan bertiup dari Bumi

    Bagian Utara (BBU) dan Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju katulistiwa. Angin dari arah BBU

    dan BBS ini bertemu di sekitar wilayah ekuator. Daerah pertemuan angin ini disebut ITCZ

    (Intercontinental Convergance Zone).

    Page 17 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    I V . P R A K I R A A N B U L A N A P R I L 2 0 1 4

    Prediksi Anomali Suhu Muka Laut

    periode Maret-April-Mei 2014

    Rata-rata Tekanan Udara

    pada Bulan April 2014

    Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April 2014

    Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

    glbbld_DJF_nov2012.html

  • Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 17, pola

    angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran

    angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan

    awan-awan hujan.

    2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

    ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

    penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di

    wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA

    (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric

    Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

    menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal untuk bulan April 2014. Dengan

    demikian, diprakirakan tidak akan terdapat penambahan maupun pengurangan jumlah curah

    hujan di wilayah Indonesia.

    Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan April 2014

    Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

    Page 18 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM

    (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal April menunjukkan kondisi dibawah normal

    dengan nilai mencapai -13.3. Namun hal ini secara umum belum terlalu berpengaruh

    terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan April. Hal ini

    hanya akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negatif terjadi selama minimal dua bulan

    berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El Nino. Sehingga dipra-

    kirakan untuk bulan April 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan

    jumlah curah hujan yang signifikan.

    3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

    Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di

    Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut

    MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 April s.d 15 April 2014

    MJO berada pada fase 3 dan 4 atau berada pada wilayah Samudera Hindia bagian Timur

    hingga Kepulauan Indonesia. Hal ini cukup mempengaruhi dalam penambahan jumlah

    curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing

    Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia

    secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +5 Wm-2, dan khusus untuk wilayah Kepulauan

    Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d +5. Hal ini

    berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April tidak akan terlalu

    banyak.

    Gbr.19 Grafik SOI Januari 2011 sampai dengan awal April 2014

    Page 19 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan Maret 2014 dan Prakiraan Bulan April 2014

    Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 31 Maret 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan

    Page 20 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

    Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom

  • 4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

    Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di

    Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM,

    grafik indeks IOD awal April 2014 berada pada kisaran -0,5 0C s.d 0,5 0C (netral) dengan

    nilai terakhir -0.58 (Gbr. 22) dan prediksi bulan April 2014 bernilai -0.02. Sedangkan BMKG

    memprediksi nilai indeks dipole mode April 2014 bernilai -0,16 (Gbr. 23). Secara umum

    dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan

    April 2014 tidak akan ada penambahan jumlah curah hujan yang signifikan di wilayah

    Indonesia bagian barat termasuk Batam.

    Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2014 dari BoM

    Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

    Page 21 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

  • 5. Tinjauan Klimatologis

    Kondisi cuaca bulan April di Batam berdasarkan data klimatologis selama 20 tahun

    (1993-2012) diketahui:

    Hujan lebih sering terjadi pada pagi hingga sore hari yaitu sekitar pukul 09.00 WIB s.d

    17.00 WIB. Secara umum curah hujan di Batam merata hingga Pulau Galang yaitu antara

    100 250 mm.

    Kesimpulan:

    Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di

    Batam pada bulan April 2014 lebih besar dibandingkan bulan Maret yang lalu.

    Page 22 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Minimum Rata-rata Maksimum

    SUHU UDARA (C) 22.8 27.5 34.2

    KELEMBAPAN UDARA 45% 84% 100%

    ANGIN (Km/Jam) 5 7 70

    HARI HUJAN 8 17 25

    *14 hari disertai petir

  • B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2014

    1. Prakiraan Hujan Dasarian

    Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

    (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

    April 2014 hingga Maret 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan da-

    sarian Hang Nadim periode April 1998 s.d Maret 2014.

    Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan

    dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,93407 dan RMSE (error) 8,4447.

    Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2014 diprakirakan:

    Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada

    dasarian I, II, dan III nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.

    Page 23 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Dasarian Pertama 62.9

    Dasarian Kedua 57

    Dasarian Ketiga 64.6

    Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

    Normal

  • 2. Prakiraan Hujan Bulanan

    Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat

    diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan April 2014 di wilayah Barelang

    sebagai berikut:

    Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2014

    Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2014

    Page 24 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    JUMLAH CURAH

    HUJAN

    0 mm - 150 mm -

    150 mm - 300 mm Batam, Rempang dan Galang

    300 mm - 450 mm -

    WILAYAH

  • dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan April 2014 di Barelang

    dapat diprakirakan sebagai berikut :

    Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2014

    Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2014

    Page 25 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    SIFAT HUJAN WILAYAH

    Atas Normal Batam bagian Tengah

    Normal Batam bagian Barat dan Timur, Rempang, Galang

    Bawah Normal -

  • Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan

    Kepulauan Riau pada bulan April 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

    menggunakan Software Windwave 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi

    gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

    V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

    A P R I L 2 0 1 4

    Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2014

    WILAYAH PERAIRAN

    TINGGI

    GELOMBANG

    ( m )

    ARAH & KECEP.

    ANGIN

    ( km/jam )

    ARUS LAUT

    ( cm/s )

    Batam - Tanjung Pinang 0,75 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 5

    Batam - Tarempa 1 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 15

    Batam - Natuna 1 1,25 Timur Laut - 20 Barat - 25

    Batam - Karimun 0,5 1 Timur Laut - 20 Timur - 5

    Batam - Lingga 0,75 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 10

    Batam - Singapura 0,5 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 5

    Batam - Dumai 0,5 1 Timur Laut - 20 Barat - 5

    Batam - Tambelan 1 1,25 Timur Laut - 20 Barat - 20

    Page 26 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • Page 27 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I April 2014

    Gbr.28 Peta Analisa Angin Bulan Maret 2014

  • Page 28 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I April 2014

    Gbr.30 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Maret 2014

  • Page 29 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I April 2014

    Gbr. 31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Maret 2014

  • A. Pendahuluan

    Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi

    akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang

    terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibias-

    kan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam

    orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal

    yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

    B. Pola Pasang Surut

    Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu

    kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah

    setiap hari disebut diurnal tide ( air pasang harian).

    Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut

    mempunyai semi-diurnal tide.

    Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat

    surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

    Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan

    paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari.

    Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung

    rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang

    naik dan pasang surut air.

    C. Paras Pasang Surut.

    Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High

    Water (HT) / Higt Tide (Ht)

    Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide

    Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka

    phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang

    berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para

    nelayan dan lain sebagainya.

    Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepu-

    lauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

    V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )

    Page 30 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • Page 31 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    KOTA BATAM

    1. Batu Ampar, April 2014

    2. Sekupang, April 2014

    1

    2

  • II. KABUPATEN BINTAN

    3. Tanjung Uban, April 2014

    4. Tanjung Pinang, April 2014

    3

    4

    Page 32 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • III. KABUPATEN KARIMUN

    5. Tanjung Balai Karimun, April 2014

    IV. KABUPATEN LINGGA

    6. Dabo Singkep, April 2014

    5

    6

    Page 33 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • V. KABUPATEN ANAMBAS

    7. Selat Peninting, April 2014

    VI. KABUPATEN NATUNA

    8. Sedanau, April 2014

    7

    Page 34 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    8

  • Page 35 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

    B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N A P R I L 2 0 1 4

    1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

    2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

    Location : E104 07, N01 07, April 2014

    DATE

    SUN MOON

    Rise Set Rise Set

    hm hm hm hm

    1 0604 1811 0706 1933

    2 0604 1811 0758 2025

    3 0603 1811 0849 2116

    4 0603 1810 0940 2207

    5 0603 1810 1030 2257

    6 0602 1810 1119 2345

    7 0602 1810 1207 000

    8 0602 1809 1253 0032

    9 0601 1809 1338 0117

    10 0601 1809 1423 0202

    11 0601 1809 1507 0245

    12 0600 1808 1551 0329

    13 0600 1808 1636 0413

    14 0600 1808 1723 0458

    15 0600 1808 1811 0544

    16 0559 1808 1902 0634

    17 0559 1807 1956 0725

    18 0559 1807 2052 0819

    19 0559 1807 2149 0916

    20 0558 1807 2246 1013

    21 0558 1807 2343 1111

    22 0558 1806 000 1207

    23 0558 1806 0038 1302

    24 0557 1806 0132 1355

    25 0557 1806 0224 1448

    26 0557 1806 0315 1539

    27 0557 1806 0405 1630

    28 0557 1806 0456 1721

    29 0556 1805 0546 1813

    30 0556 1805 0637 1905

    Location : E104 32, N00 55, April 2014

    DATE

    SUN MOON

    Rise Set Rise Set

    hm hm hm hm

    1 0602 1809 0705 1931

    2 0602 1809 0756 2023

    3 0602 1809 0847 2114

    4 0601 1809 0938 2205

    5 0601 1808 1029 2255

    6 0601 1808 1118 2343

    7 0600 1808 1205 000

    8 0600 1808 1252 0030

    9 0600 1807 1337 0116

    10 0559 1807 1421 0200

    11 0559 1807 1505 0244

    12 0559 1807 1549 0327

    13 0559 1806 1635 0411

    14 0558 1806 1721 0456

    15 0558 1806 1810 0543

    16 0558 1806 1901 0632

    17 0558 1806 1954 0724

    18 0557 1805 2050 0818

    19 0557 1805 2147 0914

    20 0557 1805 2244 1012

    21 0557 1805 2341 1109

    22 0556 1805 000 1206

    23 0556 1804 0036 1300

    24 0556 1804 0130 1354

    25 0556 1804 0222 1446

    26 0555 1804 0313 1537

    27 0555 1804 0403 1628

    28 0555 1804 0454 1720

    29 0555 1804 0545 1811

    30 0555 1804 0636 1903

  • 3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

    4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

    Page 36 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Location : E108 24, N03 55, April 2014

    DATE

    SUN MOON

    Rise Set Rise Set

    hm hm hm hm

    1 0554 1803 0655 1926

    2 0553 1803 0745 2019

    3 0553 1803 0836 2111

    4 0553 1802 0927 2202

    5 0552 1802 1017 2251

    6 0552 1802 1106 2340

    7 0552 1802 1154 000

    8 0551 1802 1241 0026

    9 0551 1801 1326 0111

    10 0550 1801 1412 0155

    11 0550 1801 1456 0237

    12 0550 1801 1541 0320

    13 0549 1801 1627 0403

    14 0549 1801 1715 0447

    15 0549 1801 1804 0533

    16 0548 1800 1856 0622

    17 0548 1800 1950 0713

    18 0548 1800 2046 0806

    19 0547 1800 2143 0902

    20 0547 1800 2241 1000

    21 0547 1800 2337 1057

    22 0546 1800 000 1154

    23 0546 1800 0031 1250

    24 0546 1800 0124 1344

    25 0545 1759 0215 1438

    26 0545 1759 0305 1530

    27 0545 1759 0355 1622

    28 0545 1759 0444 1714

    29 0544 1759 0534 1807

    30 0544 1759 0625 1859

    Location : E103 23, N01 03, April 2014

    DATE

    SUN MOON

    Rise Set Rise Set

    hm hm hm hm

    1 0607 1814 0709 1936

    2 0607 1814 0801 2028

    3 0606 1814 0852 2119

    4 0606 1813 0943 2210

    5 0606 1813 1033 2300

    6 0605 1813 1122 2348

    7 0605 1812 1210 000

    8 0605 1812 1256 0035

    9 0604 1812 1342 0120

    10 0604 1812 1426 0205

    11 0604 1812 1510 0248

    12 0603 1811 1554 0332

    13 0603 1811 1639 0416

    14 0603 1811 1726 0501

    15 0603 1811 1814 0548

    16 0602 1810 1905 0637

    17 0602 1810 1959 0728

    18 0602 1810 2055 0823

    19 0602 1810 2152 0919

    20 0601 1810 2249 1016

    21 0601 1809 2346 1114

    22 0601 1809 000 1210

    23 0601 1809 0041 1305

    24 0600 1809 0135 1359

    25 0600 1809 0227 1451

    26 0600 1809 0318 1542

    27 0600 1809 0408 1633

    28 0600 1808 0459 1724

    29 0559 1808 0549 1816

    30 0559 1808 0641 1908

  • 5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

    6. Stasiun Meteorologi Tarempa

    Page 37 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Location : E104 34, S00 28, April 2014

    DATE

    SUN MOON

    Rise Set Rise Set

    hm hm hm hm

    1 0602 1809 0705 1930

    2 0602 1809 0756 2022

    3 0602 1809 0848 2114

    4 0601 1808 0939 2204

    5 0601 1808 1029 2254

    6 0601 1808 1118 2343

    7 0600 1807 1206 000

    8 0600 1807 1252 0029

    9 0600 1807 1337 0115

    10 0600 1807 1421 0159

    11 0559 1806 1505 0243

    12 0559 1806 1549 0327

    13 0559 1806 1634 0411

    14 0558 1806 1721 0456

    15 0558 1805 1809 0543

    16 0558 1805 1900 0632

    17 0558 1805 1953 0724

    18 0557 1805 2049 0818

    19 0557 1805 2146 0915

    20 0557 1804 2244 1012

    21 0557 1804 2340 1110

    22 0557 1804 000 1206

    23 0556 1804 0036 1301

    24 0556 1804 0129 1354

    25 0556 1804 0222 1446

    26 0556 1803 0313 1537

    27 0556 1803 0403 1628

    28 0555 1803 0454 1719

    29 0555 1803 0545 1811

    30 0555 1803 0636 1902

    Location : E106 15, N03 12, April 2014

    DATE

    SUN MOON

    Rise Set Rise Set

    hm hm hm hm

    1 0555 1803 0656 1926

    2 0554 1803 0747 2018

    3 0554 1803 0837 2110

    4 0554 1803 0928 2201

    5 0553 1802 1018 2251

    6 0553 1802 1107 2339

    7 0552 1802 1155 000

    8 0552 1802 1242 0026

    9 0552 1802 1328 0111

    10 0551 1802 1413 0155

    11 0551 1801 1457 0238

    12 0551 1801 1542 0321

    13 0550 1801 1628 0404

    14 0550 1801 1715 0448

    15 0550 1801 1804 0534

    16 0549 1800 1856 0623

    17 0549 1800 1950 0714

    18 0549 1800 2046 0808

    19 0548 1800 2143 0904

    20 0548 1800 2240 1001

    21 0548 1800 2337 1059

    22 0547 1800 000 1156

    23 0547 1800 0031 1251

    24 0547 1759 0124 1345

    25 0547 1759 0216 1438

    26 0546 1759 0306 1530

    27 0546 1759 0356 1622

    28 0546 1759 0445 1714

    29 0546 1759 0536 1806

    30 0546 1759 0626 1859

  • Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses

    pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

    mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin

    kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki

    wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada

    saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada

    waktu tertentu Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD

    (Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

    antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

    (Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

    Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan

    uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya

    secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

    menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung

    berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

    daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur

    sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian

    besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO

    (El Nino-Shouthern

    Oscillation)

    : Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

    Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

    permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan

    wilayah yang luas ITCZ

    (Intertropical

    Convergence Zone)

    : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

    yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ

    berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan

    cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

    Page 38 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum

    menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO

    (Madden-Julian

    Oscillation)

    : Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-

    tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan

    penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan

    hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat

    ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar

    ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

    berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada

    suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya

    akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun

    yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan

    dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

    berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

    periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,

    1978-2007, dsb) OLR

    (Outgoing

    Longwave

    Radiation).

    : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

    dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan

    konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan

    konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971

    -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan

    kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI

    (Southern

    Oscillation Index)

    : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

    atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan

    periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1

    diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,

    dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-

    ungan dengan fenomena cuaca

    Page 39 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

  • HARI METEOROLOGI DUNIA KE-64

    Pada tanggal 23 Maret 1950 para ilmuwan di dunia yang menggeluti tentang ilmu atmosfer

    bersepakat untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai Hari Meteorologi Dunia (World Meteorology

    Day). Tema yang diambil pada hari tersebut sesuai dengan isu dunia akan perkembangan ilmu

    atmosfer khususnya yang berkaitan erat dengan ilmu meteorologi. Tahun 2014 genap 64 tahun

    umur ilmu meteorologi ini dikenal di kalangan masarakat ilmuan di dunia ini. Dalam rangka Menye-

    marakkan Hari Meteorologi Dunia ke 64 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam telah menyiapkan

    beberapa kegiatan. Diawali dengan kegiatan donor darah yang diadakan pada hari Kamis tanggal 20

    Maret 2014 di Kantor Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam. Bekerja sama dengan Palang Merah

    Indonesia (PMI) kota Batam, kegiatan donor darah berjalan lancar. Selama 5 jam kegitan ini

    dilaksanakan, terdapat 65 calon pendonor yang mendaftar, dan 32 diantaranya berhasil mendonor-

    kan darahnya.

    Selain kegiatan donor darah, Senin tanggal 25 Maret 2014 pukul 08.00 WIB bertempat di

    Kantor Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam pejabat eselon III-IV beserta segenap pegawai

    mengikuti kegiatan upacara Hari Meteorologi Dunia Ke 64. Kepala Stasiun Meteorologi Hang

    Nadim Batam, Philip Mustamu, S.Sos bertindak sebagai Inspektur upacara. Dalam amanatnya,

    Inspektur upacara membacakan amanat Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dan

    diantara isinya bahwa kebutuhan masyarakat akan informasi cuaca dan iklim yang tepat waktu dan

    terpercaya, semakin meningkat

    Kegiatan Donor Darah

    Page 40 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    I X . A R T I K E L

  • Page 41 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Upacara Hari Meteorologi Dunia Ke-64

    Informasi yang dibutuhkan pun menjadi semakin detil dan bervariasi. Dalam kerangka

    tersebut, investasi di bidang cuaca - iklim harus diperkuat, baik dalam kelengkapan dan kecanggihan

    fasilitas observasi, pengolahan dan analisis maupun investasi bidang dasar pengetahuan dan sains

    dengan kombinasi edukasi dan riset, agar mendukung dihasilkannya informasi yang secara kualitas

    dan kuantitas dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Perkembangan kebutuhan tersebut perlu

    ditopang oleh sumberdaya manusia yang cerdas dan mampu beradaptasi terhadap perubahan.

    Untuk itulah sangat diperlukan kuatnya kontribusi kaum muda sebagai sumberdaya manusia di

    masa mendatang. Pada peringatan Hari Meteorologi Dunia tahun ini Badan Meteorologi Dunia/

    World Meteorological Organization (WMO) mengangkat tema:

    Weather and Climate: Engaging Youth atau

    Cuaca dan Iklim: Mengundang Partisipasi Kaum Muda

    Kaum muda pada masa sekarang rata-rata lebih sehat, lebih berpendidikan, dan lebih

    terampil. Pemuda-pemuda inilah yang akan memimpin Indonesia pada tahun 2045 kelak. Pemuda

    pemudi ini akan menghadapi berbagai permasalahan berbarengan dengan percepatan

    perkembangan teknologi yang semakin tinggi dan keniscayaan perubahan iklim serta berbagai

    dampak negatifnya.

  • Page 42 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Tema itu menjadi reminder, early warning dan alarm untuk kita semua. Maknanya,

    jika kita inginkan BMKG kita ini semakin jaya, sempurna dan berkelas dunia, maka mari kita siapkan

    sebuah fondasi, landasar dan dasar pijak bagi mereka generasi muda BMKG yang saat ini

    kepemimpinannya diamanahkan kepada kita semua. Dalam upacara ini juga terdapat penyerahan

    Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Award yang langsung diberikan oleh Kepala Stasiun

    Meteorologi Hang Nadim Batam kepada 3 orang pegawai sebagai penghargaan bagi pegawai teladan.

    Setelah upacara Hari Meteorologi Dunia selesai, dilanjutkan kegiatan aksi simpatik dengan

    melakukan kunjungan ke Yayasan Panti Asuhan Darul Muhith Batu Besar. Kegiatan ini dimulai pukul

    10.00 WIB. Para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyalurkan sumbangan berupa

    kebutuhan bagi anak-anak yang berada di Panti Asuhan Darul Muhith Batu Besar. Sumbangan ini

    diserahkan langsung Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Philip Mustamu, S.Sos kepada

    Ketua Yayasan Panti Asuhan Darul Muhith dan disaksikan para Pegawai Stasiun Meteorologi Hang

    Nadim Batam. Ketua Yayasan Darul Muhith, Drs Fariq Suhadi mengucapkan terima kasih atas

    bantuan yang diberikan dan sangat bermanfaat untuk kebutuhan anak-anak di panti asuhan darul

    Muhith.

    Aksi Simpatik Kunjungan Ke Yayasan Panti Asuhan Darul Muhith Batu Besar

  • Buletin Meteorologi kali ini menampilkan profil Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun

    Meteorologi Hang Nadim Batam, Tri Agus Pramono, S.Kom. Pria kelahiran Jakarta, 7 April 1972 ini

    ternyata mempunyai hobby olahraga Bola Basket dan berenang. Bapak 42 tahun ini telah dikaruniai

    dua orang anak, yaitu Listia Annisa Pramono dan Muhammad Afwi Pramono.

    Perjalanan karir beliau dimulai sejak lulus dari Akademi Meteorologi dan Geofisika dan

    menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan penempatan pertama di Sub Bidang Aerologi

    Bidang Meteorologi BMKG Pusat Jakarta pada tahun 1995. Tak hanya karir, jodohpun rupanya be-

    liau temukan sejak bersekolah di AMG. Sri Sulismiyati, teman sekampus yang kemudian menjadi

    teman hidup beliau dan kini menjabat sebagai Kepala Kelompok Forecaster Stasiun Meteorologi

    Hang Nadim Batam.

    Suka duka menjadi forecaster sudah beliau rasakan sejak bertugas di Batam tahun 2000.

    Mulai dari harus berdinas ketika hari raya, saat hujan petir, hingga merasakan demam panggung keti-

    ka menghadapi kamera saat talkshow maupun live interview. Yang paling berat beliau rasakan adalah

    beban moril menjadi seorang forecaster yang harus memberikan prakiraan yang tepat terkait

    keadaan cuaca di Batam dan sekitarnya. Namun hal ini tidak menciutkan niatnya untuk terus belajar

    dan berusaha menyajikan prakiraan cuaca dengan tingkat validitas yang tinggi. Bahkan beliau sudah

    merasakan manfaat dari ilmu yang selama ini digeluti, Senang rasanya kita bisa mengetahui lebih

    dulu tentang cuaca yang mungkin akan terjadi, sehingga kita bisa memberikan early warning kepada

    masyarakat. tambahnya.

    Page 43 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    X . P R O F I L

  • Page 44 E D I S I 4 A P R I L 2 0 1 4

    Lain halnya menjadi seorang Kasi, beliau harus dihadapkan dengan bermacam-macam karak-

    ter pegawai dan masyarakat dan bagaimana beliau mengkoordinir seluruh pegawai yang berada di

    bawah seksi yang beliau pimpin.

    Harapan beliau bagi rekan-rekan seprofesinya agar menjalankan profesi ini dengan ikhlas

    dengan niat beribadah Sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas pasti akan baik hasilnya dan kita pun

    enak menjalaninya, tapi bila kita mengerjakan dengan tidak ikhlas maka akan terasa berat untuk di-

    jalani .

    Terakhir beliau berharap agar semua pembaca dapat berkontribusi dalam pembuatan

    Buletin Meteorologi ini sehingga lebih baik dan lebih berbobot.

    TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

    Riwayat Pendidikan:

    1991 1994 : D3 Meteorologi di Akademi Meteorologi dan Geofisika Jakarta

    2005 2007 : S1 Sistem Informasi di STMIK Putera Batam

    Riwayat Pekerjaan:

    1995 2000: Subid Aerologi Bidang Meteorologi BMKG Pusat Jakarta

    2000 2012: Forecaster Stamet Hang Nadim Batam

    2012 sekarang: Kepala Seksi Data dan Informasi Stamet Hang Nadim Batam