kata pengantar - mejikubirubiru | everything i … · web viewpolitik adalah kajian ilmu social,...
TRANSCRIPT
Makalah Kapita Selekta Ilmu Sosial
Politik Bangsa Masa Kini
Penyusun:
Apriyoga Amazon
44111010162
Universitas Mercu Buana
Fakultas Ilmu komunikasi
Jakarta
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadariat Tuhan YME. Atas limpahan rahmat, taufik, serta
petunjuknya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah yang saya susun ini berjudul “POLITIK BANGSA MASA KINI”,
sebuah kajian mengenai keberadaan perpolitikan negeri tercita Indonesia.
Penulis menyadari makalah ini masih sarat dengan kekurangan dan
kekurangan dalam penyusunannya, baik itu dari segi sistematika maupun isi
materi yang belum maksimal. Demikian pengantar isi makalah yang kami
susun, terimakasih bagi semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunannya.
Jakarta, 12 Januari 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politik adalah kajian ilmu social, yang tidak bisa lepas dari aktivitas kehidupan
manusia. Mengapa demikian? Karena manusia adalah makhluk social. Sehingga
bagaimanapun orang memandang politik, selama manusia ada dan berupaya untuk
melanjutkan peradabannya, maka selama itu pula politik aka nada bersama
berdampingan dengan manusia. Sekalipun saat ini politik telah mengalami
berbagai pergeseran, namun rasanya kita tidak harus dan tidak bisa begitu saja
dalam menilai baik tidak politik, karena pada dasarnya poltik tu dikendalikan oleh
manusia, maka wajar kalu suatu ketika politik mengalami sedikit perubahan
makna Karena manusia sendiri apda dasarnya selalu berupaya untuk berubah.
Hanya tingal kita bisa tidak melihat sisi baik dari politik itu.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi sorotan utama dalam makalah ini ialah:
1. Hakikat politik, arti dan sejarah perkembangannya?
2. Konsep-konsep perpolitikan?
3. Pola dan bentuk-bentuk politik?
4. Politik modernisasi serta integritasnya?
5. Dan kajian istimewa tentang partai politik?
BAB IIKAJIAN TENTANG POLITIK INDONESIA
DILIHAT DARI SUDUT PANDANG NASIONALISME BANGSA
Sebuah kajian yang perlu pemahaman dan pengkajian materi mendalam. Tidak mudah
bagi kami untuk menjelaskan secara gamblang mengenai materi politik ini, tapi
kendati demikian kami telah dan akan selalu berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami untuk menguraikannya dalam ragam dan bentuk serta pola
yang lebih mudah dimengerti oleh pembaca semua.
2.1 Pengertian Politik
Secara etimologi politik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata polistaia.
Polis diartikan negara, kota yakni suatu masyarakat yang mampu mengurus diri
sendiri atau mandiri, sementara taia berarti urusan. Secara sederhana dari tata
bahasanya politik dapat diartikan urusan yang mengurusi masalah negara kota.
Menurut para pakar dan ahli politik.
1. Thomas M. Magstadt dan Peter M. Schotten (1988:7), politik adalah segala
sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang berkaitan dengan
tatanan, kekuasaan, dan keadilan.
2. Cecep Darmawan (2009), politik ialah segala sesuatu yang berkenaan
dengan negara, termasuk didalamnya kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan, maupun pembagian dan pengalokasian nilai-nilai didalam
masyarakat yang bersangkutan.
Pengertian politik dapat dilihat dan diklasifikasikan juga dalam ranah-ranah
sebagai berikut:
1. Politik dalam arti kepentingan,
Politik adalah ilmu yang menjelaskan tentang kepentingan, baik dalam
kontek individu, kelompok, cara meraih, merebut, atau memperhatikan
kepentingan perorangan maupun kelompok.
2. Politik dalam arti kebijakan
Politik adalah aturan main dalam mengurusi masalah kebijakan-kebijakan
dalam mempertahankan kepentingan yang dapat diterima oleh berbagai
kalangan. Dengan karakteristik terjadinya sebuah pengembangan makna
politik, luas dan berkembangnya kajian atau objek ilmu politik.
3. Politik secara institusional
Politik adalah ilmu yang mempelajari lembaga-lembaga politik seperti
negara, pemerintah, DPR dsb semuanya terkait dengan kajian ilmu politik.
4. Menurut hakikat politik itu sendiri
Politik adalah ilmu yang meneliti manusia dalam usahanya memperoleh
kekuasaan (postulation approach), tentang kehausan kekuasaan, motivasi
memperoleh dan menggunakan kekuasaan (psocologys approach) juga
sebagai kajian kekuasaan sebagai gejal sosial, dimana kekuasaan itu
berlaku atau digunakan sebagai alat untuk menjelaskan keadaan
masyarakat (sociologis approach).
2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Politik
Asal muasal kemunculan ilmu politik
Jika hanya dilihat dari rumpun ilmu social maka politik masih dikatakan sangat muda
karena politik baru lahir apda abad ke-19. Namun jika kita pandang dari objek kajian
politiknya itu sendiri secara orisinil maka ilmu politik usiannya sudah sangat tua,
bahkan sampai disebut sebagai ilmu social tertua. Untuk lebih jelasnya kita bisa
mengkajinya dari sudut pandang kajian orisinalnya, menurut sejarah ilmu politik telah
ada sejak tahun 450 S.M. (Budihardjo, 2008:5). Buktinya pada saat itu pemikiran
mengenai negara telah ada di Yunani kuno, hal ini diperjelas oleh karya-karya
Herodicus (ahli sejarah), Plato(Bapak filsafat politik), Aristoteles (Bapak ilmu politik)
yang telah meletakan dasar-dasar ilmu politik.
Perkembangan politik di Indonesia
Jika kita mengkajinya lebih dalam, disesuaikan dengan pengertian politik
secara umum, maka kita bisa menyebutkan bahwa politik di Indonesia juga telah lahir
jauh-jauh hari tepatnya sejak masyarakat ada, lalu mengkaji konsep mengenai
masyarakatnya, dan terlebih pada upaya-upaya pemilihan para pemimpin mereka.
Perkembangannya dilanjutkan juga oleh masyarakat yang membentuk suatu kerajaan.
Maka mereka telah menggauli ilmu dan kajian politik. Hanya saja yang perlu kita
garis bawahi adalah perbedaan khususnya saja, antara politik jaman dahulu dengan
politik masa kini. Dan juga mungkin mereka tidak mengetahui kalau-kalau yang
mereka lakukan itu aalah proses politik.
Memang sangat jauh berbeda sesuai dengan tahap perkembangan. Perkembangan
yang kami maksudkan yaitu perkembangan kebudayaan, peradaban, latar belakag
pendidikan dan yang tidak kalah penting dilihat dari perkembangan penmgaruh bagsa
luar yang masuk kedalah bangsa atau peradaban suatu bangsa atau negara. Ditambah
lagi dengan perkembangan Ilmu Pengetauhan dan Teknologi yang saat ini sedang kita
rasakan bersama. Tentulah politik abad lalu dengan abad sekarang jauh berbeda.
Kendati demikian jika melihat dari perkembangan pola, bentuk dan konsep mengenai
politiknya itu sendiri maka kami sangat optimis meramalkan bahwa politik dinegara
kita akan teurs mengalami perkembangan dan gejolak yang lebih besar dari pada yang
sekarang kita alami dan rasakan ini. Mungkin itu lebih baik ataupun sebaliknya malah
lebih buruk (dilihat dari banyak sedikitnya memberikan maslahat bagi masyarakat).
Wallahu ’alam.
2.3 Konsep Dasar Ilmu Politik
Jika kita kaji lebih dalam mengenai objek kajian ilmu politik maka jawabannya akan
sangat banyak dan beragam, namun agar kajiannya menjadi lebih sederhana dan lebih
mudah dipahami maka kami akan menguraikan dalam kajian-kajian sebagai berikut:
1. Negara
Negara adalah organisasi masyarakat yang memiliki wilayah, memiliki kekuasaan dan
diaukui secara de yure dan de facto oleh angotanya (rakyat) juga oleh beberapa negara
lain secara sah dan ditaati oleh raakyatnya. Dalam hal ini Negara berfungsi sebagai
agen bagi proses pelaksanaan kepentingan politik atau aspirasi masyarakat. Adapun
yang menjadi tugas negara dalam hal ini ialah:
a. mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan pada masyarakat
b. mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan
kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat umum.
2. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk
memengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain dengan sedemikian rupa
sehingga tingkah lakunya sesusi dengan yang dinginkan oleh orang atau kelompok
yang memepengaruhinya (Miriam Budiardjo,1992:35). Dalam hal ini kekuasaan juga
jelas sangat terkait erat dengan politik. Kekuasaan menjadi objek yang cukup vital
dalam kajian politik. Dan selama kekuasaan itu diingikan untuk ada maka selama itu
pula politik akan tetap ada dalam kehidupan umat manusia.
3. Kebijakan dan Pengambilan Keputusan
Berpolitik adalah bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu dalam
mengarahkan tindakan pada sebuah tujuan. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa
politik merupakan alternatif yang diterapkan untuk mencapai suatu tujuan, salah
satunya tujuan untuk mengangkat seorang pemimpin, maka politiklah alternatifnya.
4. Konflik dan Kerjasama
Hal ini pula yang cukup menjadi sorotan penting dalam kajian ilmu politik. Karena
manusia itu pada dasarnya memiliki keinginan dan harapan masing-masing serta
diberkahi cara pandang yang berbeda maka hal ini akan mengakibatkan kemungkinan
munculnya kerjasama atau sebaliknya konflik. Dalam dunia perpolitikan hal ini
sangat mungkin terjadi. Namun itu adalah hal yang wajar dan alamiah.
2.4 Partai Politik
Definisi partai politik.
1. Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang
teroragisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan
kekuasaan terhadap pemerintahan (bagi pimpinan partainya), dimana
kekuasaan ini akan memberikan manfaat yang bersifat idiil dan materil kepada
anggota partainya.
2. R.H Soltau, partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit
banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang
memanfaatkan kekuasaannya dengan tujuan untuk menguiasai pemerintah dan
melaksanakan kebijakan umum mereka.
3. Sigmun Meuman mengartikan partai politik sebagi organisasi dari aktivis-
aktivis politik yang berusaha untuk mengusai kekuasaan didalam
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat, yang didasari oleh persaingan
dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda.
Tujuan dan fungsi partai poltik
Tujuan partai politik sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 2 tahun
2008,
1. Tujuan umum:
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa
b. Menjaga dan memelihara keutuhan NKRI
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila
d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintaan
b. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupam
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara
c. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Fungsi Partai politik:
1. Sebagai sarana komunikasi politik
2. Sebagai sarana sosialisasi politik
3. Sebagai sarana rekrutmen politik
4. Sebagai sarana pengatur konplik
2.5 Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa yunani dari kata demos yang berarti rakyat dan
kratos atau kratein yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Secara istilah demokrasi
diartikan pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat , baik secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Unsur pokok demokrasi:
1. Dukungan yang luas kepada pemerintahan
2. Kompetisi kekuasaan
3. Pergantian kekuasaan
4. Perwakilan umum
5. Kekuasaan mayoritas
6. Hak dan perbedaan pendapat dan pengabaian perintah
7. Persamaan hak politik
8. Konsultasi umum
9. Kebebasan pers.
Model-model demokrasi
1. Sistem presidesial (Amerika)
2. Sistem parlementer (Inggris)
2.6 Integrasi, Demokrasi dan Pembaharuan Politik
Pada waktu anggota DPR/MPR periode 1987-1992 dilantik 1 oktober 1987,
para anggota mengangkat sumpah/janji, bahwa mereka akan membela pancasila
sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup dan sebagai ideologi nasional.
Upacara pelantikan tersebut merupakan puncak penggalangan politik, yang dirintis
sejak Seminar II Angkatan Darat bulan Agustus 1966 dan disempurnakan dalam
Seminar Hankam bulan November 1967, yang akan dibangun selesai runtuhnya Orde
Lama.
Dasar rumusan ideologi pancasila sebagai dasar negara resmi dimulai setelah
Sidang MPR 1978. Akan tetapi usaha pertama ke arah itu Dasar pemikiran waktu itu
adalah bahwa kekacauan ideology menimbulkan kekacauan kehidupan politik.
“terlalu banyak peta, terlalu banyak petunjuk”, begitulah almarhum Mayjen Soewarto,
Komandan Seskoad waktu itu, dalam membahas tantanan dan proses politik setelah
1966-1967.
Pokok pemikiran Seminar II Angkatan Darat dan Seminar Hankam itu berkisar
pada dua masalah.
1. Kesatuan dan persatuan harus dijaga, berapapun biayanya,
2. Stabilitas politik merupakan prasyarat usaha-usaha lain, seperti pembangunan
ekonomi, akan tetapi kepanglimaan politik diubah dalam artian, syarat-syarat
kehidupan politik tidak lagi didasarkan pada kepanglimaan partai, melainkan
kepanglimaan peran unggul ABRI. Karena itu, meskipun prioritas pembangunan
adalah ideology “pembangunan”; kepanglimaan politik berangsur ditangani oleh
tritunggal ABRI-Golkar-Kopri, terutama setelah Pemilu 1971.
Dengan segala kelemahan dan kekurangan yang masih ada, ABRI adalah satu-
satunya kelembagaan sosial d-politik yang mempertahankan Indonesia secara rasional
menyeluruh. Langkah-langkah perluasan kehidupan demokrasi di Indonesia serta
pemikiran-pemikiran pembaharuan hanya dapat dilakukan, sejauh persepsi tentang
persatuan dan kesatuan tidak terancam. Batasan ini perlu dikemukakan, arena
perdebatan tentang “demokratisasi kehidupan politik”dan”pembaharuan
politik”hanyalah dapat dilakukan dengan realistis, apabila kedudukan unggul atau
keporosan ABRI diakui sebagai premis dasar.
Oleh karena itu, salah satu faktor politik yang harus diakui ialah, bahwa untuk
jangka waktu 5-10 tahun mendatang, bobot dari keperosotan peran ABRI akan tetap
memainkan peran yang paling menentukan, meski bukan peran satu-satunya.
Sebabnya sederhana saja. ABRI adalah satu-satunya kelembagaan sosial-politik,
yang mampu menyelaraskan satunya ideology dengan organisasi. Tanpa organisasi
ideology akan terbang layang sebagai gagasan lepas. Dengan melalui organisasi,
ideology menjadi peta bumi politik, pegangan yang yang dipakai sebagai dasar
berbuat, bertindak, dan berkarya. Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk dan
dalam geografi tanah air kita yang terbentang luas, ABRI adalah ABRI adalah
kelembagaan yang paling tidak acak di antara kelembagaan sosial-politik lainnya
yang amat acak.
Sekarang sudah lebih 20 tahun kita bergumul dengan masalah-masalahpersatuan
dan kesatuan. Sudah tiba saatnya untuk memikirkan bagaimana mengisi integrasi
nasional tadi dengan demokrasi dan pembaharuan.
Generasi yang lahir mereka sepenuhnya mekar dan dewasa dalam alam serba
pembangunan. Spontan, berani dan kreatif, mereka tidak ada cacat mental “pernah
merasakan masa penjajahan” yang dialami kakek-kakek mereka. Jiwa pembaru-
ditambah dengan kesadaran, bahwa bangsanya terlibat dalam persaingan ketat dengan
kesadaran, bahwa bangsanyaterlibat dlam persaingan ketat dengan bangsa lain didunia
membuat mereka hampir-hampir menerima sebagai wajar persoalan mendasar, seperti
kesatuan-kesatuan.
Maka dari itu kita harus sadar, bahwa perubahan cepat yang telah kita alami
selama 20 tahun lebih, mau tidak mau memaksa kita untuk memikirkan perlunya
pemikiran kea rah partisipasi yang lebih luas daripada yang telah dikerjakan selama
ini. Tahap sentralisasi dan integrasi sebagai sasaran pokok, perlu dilengkapi dengan
tahap persiapan demokratis melalui keikutsertaan yang lebih tersebar. Kunci
persoalannya adalah bagaimana kita mengelolanya sedemikian rupa, sehingga proses
demokratisasi tidak diarikan sebagai tahap menuju anarki, apalagi disentegrasi.
Sebaliknya setiap tahap harus dapat mencari bentuk-bentuk kelembagaan sosial,
ekonomi, dan politik yang makin membuahkan rasa yang memiliki yang lebih luas di
kalangan pimpinan masyarakat dari berbagai kalangan dan golongan.
Gagasan pembaharuan perlu dikaji secara konseptual dan dicooba secara
operasional secara bertahap, agar tiap-tiap kesalahan atau kemelesetan operasional
dapat dikoreksi dalam batas-batas kemampuan kendali. Dengan demikian fungsi
integrasi diperkuat oleh demokratisasi dan dihidupkan oleh pembaharuan-
pembaharuan yang selektif. Setiap keberhasilan dalam mata rantai integrasi,
demokratisasi dan pembaharuan, pada gilirannya memperkuat tiap satuan dalam mata
rantai. Tapi karena dapat menyalurkan aspirasi yang berbeda-beda setiap lingkungan
masyarakat, daerah, adat, bahasa dan keagamaan yang beraneka ragam, tanpa
kehilangan kerangka dasar persatuan dan kesatuan.
2.7 Pembangunan Politik Masyarakat
Pada kenyataannya masyarakat kita belum semuanya paham dan mengerti mengenai
politik baik secara khusus ataupun secara keseluruhan. Maka dari itu dengan tujuan
untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada masayrakat perlu kiranya
dilakukan yang namanya pendidikan politik. Hal ini bisa dilakukan dalam pendidikan
formal, informal ataupun non formal. Hal perlu mengingat seperti yang kita tau saat
ini paradigma masyarakat tentang politik sangat kurang baik, mereka memandang dan
berkata bahwa politik itu kotor. Benarkah? Karena hal itu sehingga angka golput
dalam beberapa pemilihan umum begitu meningkat signifikan.
Selain itu tujuan dari pendidikan politik itu ditujukan untuk membangun dan
meningkatkan partisipasi politik, guna mewujudkan tujuan dari politik itu sendiri
seutuhnya sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No.2 Tahun 2008
tentang partai politik.
2.8 Politik Modernisasi
Beberapa konsekuensi modernisasi harus diperhatikan seiring dengan
pembicaraan yang dibahas. Orang-orang mungkin merasa kehilangan kepribadian
moral mereka. Komunitas-komunitas yang mungkin kita kenal telah berubah bentuk.
Masyarakat yang sedang dalam proses modernisasi diri mencari bentuk baru bagi
kesempurnaan, kepastian baru untuk menggantikan sesuatu yang telah hilang melalui
perubahan. Semua masyarakat yang memodernisasikan diri berada dalam proses
transisi.
Efek kondisi-kondisi selama modernisasi adalah tekanan yang yang berlebihan
pada kekuasaan. Kekuasaan adalah kompensasi bagi kelemahan dan disintegrasi serta
yang paling potensial untuk dipenuhi. Proses modernisasi menghasilkan suatu
dorongan kuat pada individu, kepemimpinan, serta kebengisan pada suatu waktu di
saat masyarakat industri yang kompleks bergelut dengan masalah hilangnya
individualitas, dengan alienasi dan perasaan individu yang berlebihan.
Modernisasi merupakan suatu tujuan yang tidak dibatasi pada sebuah tempat
atau wilayah tunggal, pada sebuah Negara atau kelas tertentu atau pada sekelompok
rakyat dengan hak-hak istimewa. Modernisasi dan keinginan untuk itu, menjangkau
seluruh dunia. Jadi, modernisasi adalah sejenis harapan yang khusus. Melekat di
dalamnya adalah seluruh revolusi sejarah masa lampau serta seluruh keinginan
manusia yang paling tinggi. Apa pun arah yang diambilnya perjuangan untuk menjadi
modern memberi arti tertentu bagi generasi kita. Ia menguji pranata dan kepercayaan
lama kita.. ia meletakkan Negara kita di bursa gagasan dan ideologi. Begitu kerasnya
kekuatan yang terjadi sehingga kita terpaksa untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan baru terhadap pranata kita sendiri. Setiap Negara, apakah sudah modern,
atau sedang menjadi modern, sama-sama mengharap dan takut akan hasilnya.
Contohnya masalah politik kembar yang dihadapi semua pemerinyah yaitu perubahan
yang tertata serta suksesi damai di dalam pemerintahan.
Pranata demokratis seperti yang kita ketahui telah mengalami transformasi
yang begitu radikal di kebanyakan Negara yang sedang menjadi modern sehingga
merupakan penyimpangan yang membuta bagi kita kalau tidak mengakui bahwa
pranata-pranata tersebut telah berubah menjadi sesuatu yang lain. Pendekatan untuk
melihat masyarakat seperti itu sebagai masyarakat yang prademokratis membawa kita
pada pandangan bahwa pranata-pranata paksaan tertentu mungkin diperlukan bagi
pengaturan dan integrasi dari suatu komunitas yang sedang menjadi modern.
Bagi para pengamat yang belajar di dalam tradisi Barat dan menaruh perhatian
pada masalah-masalah masyarakat industry modern, suatu cara yang bermanfaat
untuk menata hubungan –hubungan sosial dan politik bagi tujuan-tujuan
perbandingan adalah melalui studi tentang stratifikasi social.
Modernisasi mungkin bisa digambarkan didalam masyarakat nonindustri
sebagai suatu penggantian (transposisi) peran-peran tertentu secara profesional,
teknis, administrative serta penggantian institusi-institusi yang mendukung peran-
peran ini seperi rumah sakit, sekolah, universitas,. Meskipun demikian, masyarakt
nonindustri yang sedang menjadi modern kekurangan daya dorongan pemersatu
seperti masyarakat industry.
Beberapa ciri modernisasi yang terdapat dalam masyarakat industri modern oleh
F.X Sutton:
1. Keunggulan norma-norma universal, spesifik dan pencapaian.
2. Tingginya derajat mobilitas social (secara umum, dan tidak harus dalam
pengertian mobilitas vertical).
3. System pembagian kerja yang berkembang baik, terpisah dari struktur
social lainnya.
4. System kelas “egaliter” didasarkan atas pola-pola umum dari pencapaian
kerja.
5. Adanya ‘asosiasi’ yang secara fungsional memiliki struktur khusus dan
non-askriptif.
BAB III
3.1Kesimpulan
Politik pada dasarny a adalah hal yang baik untuk diketahui, dipahami
untuk diaktualsasikan dalam aktivitas dan partisifasi aktiv masyarakat dalam
setiap kegiatan perpolitikan bangsa. Apalagi beberapa hari lagi pesta
demokrasi akans segera dilaksanakan. Kita akan dapat mengidentifikasi
permasalahan dunia perpolitikan negara kita. Dengan melihat langsung nanti
pada pelaksanaan pesta demokrasi tersebut. Jika masyarakat Indonesia
partisifasif berarti politik kita baik-baik saj, sebaliknya jika nantinya banyak
yang golput atau bahkan tidak memberikan suaranya sama sekali, mak
perpolitikan kita harus segera mendapat perhatian yang cepat dan serius.
Mengingat saat ini sepertinya telah tertancap dalam paradigma masyarakat
mengenai kotornya politk.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Cecep.2009. Pengantar Ilmu Politik.Bandung. Laboratorium PKn
UPI Bandung.
Pickles, Dorothy. 1990. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta. Rineka Cipta.
Alfian.1986. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta. PT
Gramedia.