kata pengantar - kementerian ppn/bappenas ekonomi... · perkembangan perjanjian ekonomi...

115
I

Upload: nguyenthuan

Post on 09-Jun-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan

yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Publikasi triwulan II tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan II tahun 2015. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat

dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi

perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia

triwulan II tahun 2015 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan

investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun

dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan

publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Agustus 2015

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Ringkasan Eksekutif

Perekonomian dunia hingga semester I tahun 2015 masih melambat akibat

perbaikan secara bertahap perekonomian negara-negara maju, dan perlambatan

ekonomi negara-negara berkembang. Perekonomian Amerika Serikat triwulan II

tahun 2015 tumbuh sebesar 3,7 persen, melambat dibandingkan triwulan II tahun

2014 yang tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY). Perlambatan ini disebabkan oleh

penurunan investasi non-residensial dan pelemahan belanja pemerintah.

Pada triwulan yang sama, perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh

sebesar 1,4 persen (YoY), menguat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,0 persen (YoY). Meskipun demikian, perbaikan

resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa

2010 masih berjalan melambat. Perlambatan ini disebabkan oleh pertumbuhan

ekonomi Jerman yang berada di bawah perkiraan, stagnasi perekonomian Perancis,

dan perekonomian Finlandia yang terkontraksi.

Pada semester I tahun 2015, kondisi ekonomi Tiongkok masih dihadapkan pada

ketidakpastian kondisi ekonomi global dan ekonomi domestik, serta tekanan bagi

pemerintah makin kuat. Sepanjang bulan April hingga Juni 2015 perekonomian

Tiongkok tumbuh sebesar 7,0 persen (YoY), sedikit menurun dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,5 persen (YoY).

Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015

dengan tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia

dipengaruhi oleh pelemahan pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan

konsumsi rumah tangga. Di samping itu, lapangan usaha Pertambangan dan

Penggalian tumbuh terkontraksi akibat pertambangan batubara yang menurun.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini diiringi dengan peningkatan inflasi beserta

tren melemahnya nilai tukar Rupiah selama triwulan II tahun 2015. Tingkat inflasi

Juni 2015 mencapai 7,3 persen (YoY) dengan nilai tukar Rupiah pada posisi akhir

bulan Rp 13.339/USD.

Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 2.096,3 juta, hal itu disebabkan karena neraca perdagangan sektor non-

migas mengalami surplus sebesar USD 4.822,3 juta. Sementara itu, neraca

perdagangan sektor migas pada triwulan yang sama mengalami defisit sebesar USD

2.726,0 juta. Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan II tahun

2015 mengalami pertumbuhan sebesar 195,4 persen (YoY).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2015 surplus sebesar

USD 2,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan I tahun

2015 yang mencapai surplus USD 2,4 miliar. Menguatnya kinerja NPI tersebut

disebabkan oleh membaiknya defisit neraca transaksi berjalan dengan defisit

sebesar USD 4,5 miliar (2,1 persen PDB). Sejalan dengan surplus NPI, cadangan

devisa Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mencapai USD 108,0 miliar atau

setara dengan 6,8 bulan impor. Jumlah ini menurun dibanding triwulan I tahun 2015

yang mencapai USD 111,6 miliar (QtQ). Penurunan tersebut disebabkan oleh

meningkatnya pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan

penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I

tahun 2015 sebesar Rp 85.459,2 miliar, lebih besar dari realisasi semester I

tahun 2014 atau tumbuh sebesar 17,4 persen. Untuk Penanaman Modal Asing

(PMA), realisasi semester I tahun 2015 sebesar USD 13.936,1 juta, dan mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 2,5 persen dibandingkan semester I tahun 2014.

Dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus menunjukkan peningkatan.

Sampai dengan triwulan II tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp

2.864,2 triliun.

Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga

berlaku mencapai Rp 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010

mencapai Rp 486,7 triliun. Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015

mengalami pertumbuhan mencapai 5,26 persen (YoY). Rata-rata kunjungan

wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan II tahun 2015 sekitar

776.303 orang dengan jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang.

Penjualan mobil dan motor di Indonesia sampai dengan triwulan II tahun 2015

melemah karena menurunnya daya beli masyarakat akibat perlambatan

perekonomian Indonesia. Pada Juni 2015 total penjualan mobil dan motor masing-

masing sebesar 82.139 unit dan sebesar 574.714 unit. Sementara, penjualan semen

di Indonesia pada bulan Mei 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014,

yaitu menurun sebesar 7,9 persen. Walaupun menurun dibanding tahun 2014,

penjualan selalu meningkat dari bulan April sampai bulan Juni tahun 2015.

III Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................................................................... III

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................................................................................... VII

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................................................................................................IX

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA................................................................................................................................................................ 2

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ..................................................................................................................................................... 2

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa ................................................................................................................................................................. 4

Perekonomian Tiongkok ...................................................................................................................................................................................... 7

Perekonomian Singapura ..................................................................................................................................................................................... 9

OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016 ......................................................................................................................................................10

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA .................................................................................................................................................14

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ....................................................................................................................................................19

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................................................................................................................................. 19

Indeks Tendensi Konsumen ............................................................................................................................................................................. 23

Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................................................................................................................... 24

Neraca Pembayaran Indonesia........................................................................................................................................................................ 25

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ........................................................................................................................................................ 30

Pembiayaan Utang Pemerintah ....................................................................................................................................................................... 30

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang ......................................................................................................................................................... 30

Posisi Utang Pemerintah .................................................................................................................................................................................... 31

Surat Berharga Negara (SBN) .......................................................................................................................................................................... 33

Pinjaman .................................................................................................................................................................................................................. 36

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL...................................................................................................................................... 38

Isu Terkini ............................................................................................................................................................................................................... 38

Devaluasi Yuan, Ini Dampak Bagi Indonesia Menurut Mantan Menkeu Era SBY ........................................................................ 38

Bentuk Depo Bapok Kita, Mendag Pangkas Rantai Distribusi ............................................................................................................ 38

Menteri Perdagangan terbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No 48/M/DAG/PER/7/2015 tentang

Ketentuan Umum di Bidang Impor guna mengatasi masalah dwelling time ................................................................................. 39

Pemerintah Fasilitasi Permasalahan Investasi (debottlenecking) ..................................................................................................... 40

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ................................................................................................................................................................41

Perkembangan Ekspor ....................................................................................................................................................................................... 41

Perkembangan Impor ......................................................................................................................................................................................... 45

Perkembangan Neraca Perdagangan ............................................................................................................................................................ 47

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan II Tahun 2015 .................................................................................................................................. 50

Perkembangan Harga Domestik ..................................................................................................................................................................... 51

Perkembangan Harga Komoditi Internasional ......................................................................................................................................... 51

PERKEMBANGAN INVESTASI ...........................................................................................................................................................................54

Perkembangan Investasi.................................................................................................................................................................................... 54

Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 ............................................................................................................................................... 55

IV Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Realisasi Per Sektor ............................................................................................................................................................................................. 55

Realisasi Per Lokasi ............................................................................................................................................................................................. 56

Realisasi per Negara ............................................................................................................................................................................................ 58

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL .............................................................................................................59

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................................................................................ 59

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA.......................................................................................... 59

Ekspor ASEAN Ke Tiongkok ............................................................................................................................................................................. 60

Impor ASEAN Dari Tiongkok ........................................................................................................................................................................... 60

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) ........................................................................... 61

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ...................................................................................................... 63

Ekspor Impor Indonesia-ASEAN .................................................................................................................................................................... 63

Perdagangan Antar Negara ASEAN ............................................................................................................................................................... 64

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ................................................................................................................................................. 66

Perkembangan Moneter Global ...................................................................................................................................................................... 66

Perkembangan Moneter Domestik ................................................................................................................................................................ 68

Inflasi ..........................................................................................................................................................................................................................69

Inflasi Global ........................................................................................................................................................................................................... 69

Inflasi Domestik .................................................................................................................................................................................................... 70

Nilai Tukar Mata Uang Dunia ........................................................................................................................................................................... 73

Indeks Harga Saham ............................................................................................................................................................................................ 75

Indeks Harga Komoditas Internasional ....................................................................................................................................................... 76

Harga Bahan Pokok Nasional ........................................................................................................................................................................... 78

Respon Kebijakan Moneter ............................................................................................................................................................................... 79

SEKTOR PERBANKAN ..........................................................................................................................................................................................80

Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan I Tahun 2015 ......................................................................................................84

Pertumbuhan Industri Pengolahan ............................................................................................................................................................... 84

Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri ................................................................................................................................................ 86

Data Penjualan Komoditas Industri Utama ................................................................................................................................................ 89

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri .................................................................................................................................... 91

Jumlah Wisatawan ............................................................................................................................................................................................... 92

LAMPIRAN ............................................................................................................................................................................................................... 95

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................................................................................... 96

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................................................................................... 97

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang .............................................................................................................................................................. 98

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang (lanjutan) ......................................................................................................................................... 99

Lampiran 3: Indeks Saham Global ............................................................................................................................................................... 100

Lampiran 3: Indeks Saham Global (lanjutan) .......................................................................................................................................... 101

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ........................................................................................................................... 102

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................................................... 103

VII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ....................................................................................... 3

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa ........................................................................ 5

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) .................................................................. 8

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ...................................................................................... 9

Tabel 5.Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ............................................................................................ 10

Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 12

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) ................................................................................ 14

Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ............................................................................................................... 20

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) .......................................................................................... 22

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ....................................................................................................... 23

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Oktober 2014 – Juli 2015............................................... 24

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan II Tahun 2015 .................. 28

Tabel 13.Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan II Tahun 2015 (Triliun Rupiah) ............................................................................................................................................................ 30

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Triliun Rupiah) ............ 31

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan II Tahun 2015 .............................................. 32

Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 32

Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah) ............................................................................................................................................................ 33

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) ............................................................................................................................................................ 34

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah) ............ 35

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah) ....... 36

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................. 41

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 43

Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015 .............................................................................................................................. 44

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan II Tahun 2015 ............ 44

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan II Tahun 2015 .................................................................................. 45

Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................................. 46

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan II Tahun 2015 ...................................................... 47

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan II Tahun 2015 ................................................................. 48

Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 48

Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ................................................................................................. 48

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika .............................................................................................. 49

Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................... 49

VIII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tabel 33. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan II Tahun 2015 ................................................. 50

Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu ................................................................................................... 51

Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ............................................................................... 52

Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan II Tahun 2015 (persen) ................................................ 54

Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Semester I ................................................................... 55

Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Semester I Tahun 2015 Berdasar Sektor ............................................................................................................................................ 55

Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 ....................................................... 56

Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar) ......................................................................................................................................... 57

Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) .......................................................................................................................................... 57

Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 ....................................................... 58

Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015 ................................... 58

Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................. 59

Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok ....................................................................................................................... 60

Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok ..................................................................................................................... 61

Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ..................................................... 61

Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN ........................................................................................................................... 63

Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN ............................................................................................................................. 64

Tabel 50. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun 2012-2014....................................................................... 64

Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase) ................................................................................................................................................... 67

Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY) ...................................................................................................................... 70

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik ............................................................................................................................ 71

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen............................................................................. 71

Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) ............................................................................................... 72

Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) ......................................................................................... 72

IX Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)......................................................................... 15

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan II Tahun 2015 (persen) ......................................................................................................................................................... 19

Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 24

Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Juli 2015 ................... 25

Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 ............... 26

Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 26

Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015.. 27

Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Juni 2015 ....................................................................................... 41

Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga Juni 2015 ......................................................................................... 45

Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan II Tahun 2015 ....... 50

Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .............................. 62

Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi ............ 62

Gambar 13. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD) ................................................................................... 66

Gambar 14. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY) .................................................................................................... 69

Gambar 15. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ...................................................................... 74

Gambar 16. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ............................................................ 76

Gambar 17. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................... 77

Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok ..................................................... 78

Gambar 19. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ........................................................................ 80

Gambar 20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................... 81

Gambar 21. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ...................................................... 82

Gambar 22. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) ............................................................ 84

Gambar 23. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan II-Tahun 2015 ........... 84

Gambar 24. Proporsi Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas .................................................................. 85

Gambar 25. Ekspor Produk Industri ........................................................................................................................ 86

Gambar 26. Realisasi Investasi PMA Dan PMDN Sektor Industri Tahun 2015 ............................................. 86

Gambar 27. Realisasi Proyek Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015 .................................................... 87

Gambar 28. Realisasi Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015 .................................................................. 87

Gambar 29. Realisasi Proyek Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015 ................................................. 88

Gambar 30. Realisasi Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015 ............................................................... 88

Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015 ............................................................... 89

Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015 .............................................................. 90

Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015 ............................................................. 90

Gambar 34. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan II Tahun 2015 ........................................................ 91

Gambar 35. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan II Tahun 2015 ......................................................... 92

Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan, Hingga Triwulan II Tahun 2015 93

Gambar 37. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Perolehan Devisa ...................................... 94

X Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Gambar 38. Perbandingan Daya Saing Pariwisata Tahun 2015 ....................................................................... 94

Gambar 39. Inflasi YoY 66 Kota April-Juni 2015 .................................................................................................. 96

Gambar 40. Inflasi MtM 66 Kota April-Juni 2015 .................................................................................................. 97

Gambar 41. Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................................................. 98

Gambar 42. Perkembangan Indeks Nilai Tukar (1 Januari 2004 = 100) ........................................................ 99

Gambar 43. Perkembangan Indeks Saham Global .............................................................................................. 100

Gambar 44. Perkembangan Indeks Saham Global .............................................................................................. 101

Gambar 45. Indeks Harga Komoditas Internasional .......................................................................................... 102

Gambar 46. Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................ 103

1 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan perlambatan pada triwulan II tahun

2015 menjadi sebesar 3,7 persen (YoY).

Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,4 persen (YoY) pada

triwulan II tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tumbuh sebesar 1,0 persen (YoY).

Sepanjang bulan April hingga Juni 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 7,0

persen (YoY), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY).

Pada bulan Juli 2015, IMF memproyeksi perekonomian dunia tetap tumbuh sebesar

3,3 persen pada tahun 2015.

2 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia hingga semester I tahun 2015 masih melambat akibat

perbaikan secara bertahap perekonomian negara-negara maju, dan perlambatan

ekonomi negara-negara berkembang. Kondisi ini menggambarkan kelanjutan

kontraksi output Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain seperti

Kanada dan Meksiko. Hal ini disebabkan oleh musim dingin yang buruk dan

pemogokan buruh di Pantai Barat Amerika Serikat, seiring dengan penurunan

capital expenditure sektor minyak yang berkontribusi pada pelemahan aktivitas

perekonomian Amerika Serikat. Pertumbuhan output dan permintaan dalam negeri

pada negara-negara maju dan negara-negara berkembang mengalami pelemahan.

Harga minyak mengalami penguatan diatas ekspektasi pada triwulan II tahun 2015,

akibat permintaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan produksi minyak Amerika

Serikat. Seiring dengan penguatan harga minyak mentah, harga bahan bakar minyak

mulai meningkat. Hal ini berdampak pada kenaikan inflasi umum bulanan pada

mayoritas negara-negara maju, meskipun inflasi inti tetap stabil. Inflasi umum di

negara-negara berkembang cenderung menurun akibat pelemahan permintaan

dalam negeri.

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat

Bureau Economic Analysis merilis revisi terakhir pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat triwulan I tahun 2015 yang sebelumnya terkontraksi sebesar 0,2 persen

menjadi tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I

tahun 2015 disebabkan oleh aktivitas di pelabuhan Pantai Barat Amerika Serikat

yang terganggu akibat pemogokan buruh. Di sisi lain, penguatan konsumsi domestik

dan investasi residensial menopang perekonomian Amerika Serikat dalam

menghadapi pelemahan ekonomi global. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh

sebesar 3,7 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2015, melambat dibandingkan

triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY). Perlambatan ini

disebabkan oleh pelemahan belanja pemerintah. Meskipun demikian, kenaikan

belanja konsumen, dan ekspor lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan PDB riil pada triwulan II tahun 2015 tercermin dari kontribusi positif

pada meningkatnya pengeluaran konsumsi pribadi, belanja pemerintah daerah,

ekspor, investasi tetap non-residensial, investasi peralatan bisnis, serta penurunan

impor. Sementara, stagnasi belanja pemerintah pusat dan penurunan belanja non-

pertahanan berkontribusi negatif bagi perekonomian. Departemen Perdagangan

Amerika Serikat merilis perlambatan konsumsi yang tumbuh 3,1 persen (YoY) pada

triwulan II tahun 2015, setelah tumbuh 3,8 persen (YoY) pada periode yang sama

tahun sebelumnya. Pengeluaran konsumsi menyumbang 70,0 persen dari seluruh

perekonomian Amerika Serikat. Konsumsi barang mengalami kenaikan sebesar 5,5

3 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

persen (YoY), dan konsumsi jasa naik sebesar 2,0 persen (YoY) pada triwulan II

tahun 2015. Peningkatan belanja konsumen yang cukup kuat khususnya pada

barang tahan lama seperti kendaraan, dan peralatan rumah tangga dapat

mengimbangi pelemahan investasi bisnis terutama peralatan.

Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara keseluruhan tumbuh sebesar 2,6 persen

(YoY) pada triwulan II tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan II tahun 2014

sebesar 1,2 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah pusat tidak mengalami

pertumbuhan, dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 1,2 persen. Selanjutnya, belanja pemerintah untuk bidang

pertahanan tumbuh sebesar 0,3 persen, meningkat setelah terkontraksi sebesar 0,5

persen (YoY). Di sisi lain, belanja pemerintah non-pertahanan mengalami kontraksi

sebesar 0,4 persen pada triwulan II tahun 2015, cenderung membaik setelah

terkontraksi 2,2 persen (YoY) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Berbeda

dengan belanja pemerintah pusat, belanja pemerintah daerah mengalami kenaikan

dengan tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY), sedangkan triwulan II tahun 2014 tumbuh

sebesar 2,6 persen (YoY).

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)

2014 2015

I II III IV I II

Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,7

Konsumsi 1,3 3,8 3,5 4,3 1,8 3,1

Barang 1,1 6,7 4,1 4,1 1,1 5,5

Jasa 2,6 13,9 7,5 6,1 2,1 2,0

Investasi –2,5 12,6 7,4 2,1 8,6 5,2

Ekspor 6,0 5,6 7,9 2,5 -6,0 5,2

Impor 8,3 4,4 9,0 0,7 7,1 2,8

Belanja Pemerintah 0,0 1,2 1,8 –1,4 -0,1 2,6

Belanja Pemerintah Pusat 0,3 –1,2 3,7 –5,7 1,1 0,0

Belanja Pertahanan –4,6 –0,5 4,5 –10,3 1,0 0,3

Belanja Non-Pertahanan 8,9 –2,2 2,5 2,1 1,2 –0,4

Belanja Pemerintah Daerah –0,2 2,6 0,6 1,3 –0,8 4,3

Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2015

Investasi Amerika Serikat hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,2 persen (YoY),

melambat dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 12,6 persen

(YoY). Hal ini disebabkan oleh faktor pelemahan kegiatan eksplorasi minyak akibat

pemangkasan anggaran oleh perusahaan-perusahaan hingga sebesar 68,2 persen,

merupakan penurunan kedua terbesar sejak triwulan II tahun 1986. Berdasarkan

laporan Bureau Economic Analysis, perlambatan investasi mencerminkan

peningkatan pertumbuhan investasi tetap residensial, investasi peralatan non-

residensial, investasi produk kekayaan intelektual dan investasi struktur non-

residensial, serta penurunan pada invetasi peralatan non-residensial. Pada tahun

4 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

2015, The Fed melaksanakan kebijakan tight monetary policy, seiring dengan tren

penurunan harga komoditas dunia termasuk minyak mentah, serta perbaikan

kosumsi dalam negeri, pasar tenaga kerja, dan apresiasi mata uang dolar. Pada bulan

September 2015, rencana kenaikan federal fund rate dilakukan untuk menjaga

momentum perekonomian Amerika Serikat yang terus membaik, dan tren

penurunan tingkat pengangguran.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis neraca perdagangan pada bulan

Juni 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 43,8 miliar, meningkat

dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 40,9 miliar. Defisit perdagangan

barang naik menjadi sebesar USD 63,5 miliar, sedangkan sektor jasa mengalami

penurunan surplus menjadi sebesar USD 19,7 miliar. Ekspor barang dan jasa turun

USD 0,2 miliar menjadi USD 127,6 miliar. Kinerja ekspor barang menurun terutama

disebabkan oleh penurunan barang modal, bahan dan penawaran barang industri,

serta barang konsumsi. Sementara itu, ekspor jasa mengalami sedikit kenaikan

disebabkan oleh peningkatan bisnis jasa (jasa penelitian dan pembangunan, jasa

manajerial dan proesional, jasa hubungan dan teknis perdagangan) dan transportasi

(termasuk jasa pelabuhan dan tarif penumpang). Impor barang dan jasa meningkat

USD 2,7 miliar menjadi USD 191,1 miliar, dengan peningkatan pada impor barang

yang disebabkan oleh kenaikan pada barang konsumsi, barang modal, serta bahan

dan penawaran barang industri. Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya

untuk transportasi (termasuk jasa pelabuhan dan tarif penumpang) dan wisata

(untuk semua tujuan termasuk pendidikan).

Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, jumlah pengangguran hingga bulan Juni

2015 hanya turun sebesar 375.000 orang menjadi 8,3 juta orang. Dalam 12 bulan

terakhir tingkat pengangguran turun 0,8 persen atau sebesar 995.000 orang.

Kenaikan jumlah lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai sektor, diantaranya

pada bisnis jasa dan profesional, kesehatan, keuangan, perdagangan retail, serta

pergudangan dan transportasi. Kondisi ini menandai momentum menurunnya

tingkat pengangguran sejak bulan Oktober 2008. Pada bulan Juni 2015, penyerapan

tenaga kerja di sektor non-pertanian sebesar 223.000 orang. Penurunan tingkat

pengangguran diharapkan berimbas pada penguatan perekonomian dalam negeri

menghadapi gejolak perekonomian global.

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa

Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan

resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa

2010 masih berjalan melambat. Perlambatan Ekonomi di kawasan Eropa dan Uni

Eropa pada triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Jerman,

stagnasi perekonomian Perancis, dan perekonomian Finlandia yang terkontraksi

karena resesi perekonomian tahunan negara-negara Nordik sejak tahun 2012.

5 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Namun demikian, tercapainya kesepakatan bailout ketiga dari kreditor dengan

Yunani untuk dana privatisasi independen, dan pengaturan terhadap kredit

perbankan yang macet sebesar EUR 86,0 miliar. Perbaikan ekonomi Yunani yang

terus membaik diharapkan dapat mendorong akselerasi perekonomian kawasan

Eropa.

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa

Pertumbuhan PDB (%)

Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)

Q2-14 Q2-15 Q1-15 Q2-15

Kawasan Eropa (U19) 0,7 1,0 0,4 0,3

Uni Eropa (U28) 1,2 1,2 0,4 0,4

Sumber: Eurostat

Berdasarkan publikasi Eurostat, Latvia diperkirakan menjadi negara di kawasan

Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan II tahun 2015,

yaitu sebesar 1,2 persen (QtQ). Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan

sedikit meningkat dengan tumbuh 0,4 persen (QtQ), dibandingkan triwulan I tahun

2015 yang tumbuh hanya 0,3 persen. Finlandia menjadi negara yang diperkirakan

mengalami kontraksi ekonomi paling dalam pada triwulan II tahun 2015, yang

besarnya 0,4 persen (QtQ). Di sisi lain, perekonomian Perancis diperkirakan

mengalami stagnasi pada triwulan II tahun 2015. Sedangkan Italia, Portugal, dan

Spanyol dalam tren positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 0,2

persen (QtQ), 0,4 persen (QtQ), dan 1,0 persen (QtQ). Perekonomian Yunani

diperkirakan tumbuh sebesar 0,8 persen, setelah sebelumnya mengalami stagnasi

pada triwulan I tahun 2015.

Pada bulan Juni tahun 2015, indeks harga sektor industri dari keseluruhan industri

di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan sebesar 2,2 persen

(YoY), dan 2,9 persen (YoY). Sementara, produksi industri di kawasan Eropa dan Uni

Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh sebesar 1,2 persen (YoY), dan 1,7

persen (YoY), dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Produksi

industri meningkat disebabkan oleh kenaikan produksi barang modal sebesar 1,7

persen, barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 2,5 persen, barang setengah jadi

sebesar 0,2 persen, dan barang konsumsi tahan lama sebesar 0,1 persen

dibandingkan Juni 2014. Sementara itu, produksi sektor industri yang menguat di

kawasan Uni Eropa disebabkan oleh peningkatan barang modal sebesar 2,4 persen,

barang konsumsi tahan lama sebesar 2,2 persen, produksi energi sebesar 1,7 persen,

barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 1,5 persen, serta barang setengah jadi

sebesar 0,8 persen dibandingkan bulan Juni 2014.

Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada

bulan Juni 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR 26,4 miliar,

meningkat dibandingkan bulan Juni 2014 yang besarnya EUR 16,1 miliar. Pada Juni

6 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

2015, negara-negara Uni Eropa juga mengalami surplus sebesar EUR 10,4 miliar,

meningkat dibandingkan bulan Juni 2014 yang surplus sebesar EUR 2,0 miliar.

Sejalan dengan tren positif neraca perdagangan Eropa, volume perdagangan ritel

bulan Juni 2015 di kawasan Eropa meningkat sebesar 1,2 persen (YoY) dan 2,0

persen (YoY) di Uni Eropa dibandingkan bulan Juni 2014. Hal ini disebabkan oleh

kenaikan penjualan pada sektor non-makanan sebesar 2,3 persen, bahan bakar

kendaraan bermotor sebesar 1,8 persen serta sektor makanan, minum, dan

tembakau sebesar 0,1 persen. Di sisi lain, peningkatan volume perdagangan Uni

Eropa karena penjualan pada sektor makanan naik sebesar 3,4 persen, dan sektor

makanan, minuman, dan tembakau naik sebesar 0,8 persen, serta bahan bakar

kendaraan bermotor naik sebesar 1,4 persen.

Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan. Rasio

defisit anggaran pemerintah terhadap PDB pada triwulan I tahun 2015 di kawasan

Eropa menjadi sebesar 2,3 persen, menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2014

sebesar 2,5 persen. Defisit anggaran pemerintah terhadap PDB di Uni Eropa juga

menurun dari triwulan IV tahun 2014 sebesar 2,8 persen menjadi 2,6 persen pada

triwulan I tahun 2015. Sebaliknya, perbaikan fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa

tidak diikuti perbaikan kondisi tingkat utang terhadap PDB. Pada triwulan I tahun

2015, di kawasan Euro tingkat utang mencapai 92,9 persen dari PDB, sedikit

meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 92,0 persen.

Sejalan dengan peningkatan tingkat utang terhadap PDB di kawasan Eropa, Uni

Eropa juga mengalami peningkatan tingkat utang sebesar 88,2 persen terhadap PDB

dibandingkan triwulan IV tahun 2014 sebesar 86,9 persen. Pada triwulan I tahun

2015, Yunani, Italia, dan Portugal menjadi negara dengan tingkat utang terhadap

PDB tertinggi yaitu masing-masing sebesar 168,8 persen; 135,1 persen; dan 129,6

persen. Sementara itu negara dengan tingkat utang terhadap PDB terendah adalah

Estonia sebesar 10,5 persen, Luxemburg sebesar 21,6 persen, dan Bulgaria sebesar

29,6 persen.

Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan Eropa diikuti oleh penurunan

jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan Juni

mencapai 11,1 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan Juni 2014 sebesar 11,6

persen (YoY). Tingkat pengangguran pada bulan Juni 2015 merupakan yang

terendah sejak bulan Agustus 2012. Sedangkan, tingkat pengangguran di Uni Eropa

pada bulan Juni 2015 sebesar 9,6 persen, menurun dibandingkan bulan Juni 2014

sebesar 10,2 persen. Eurostat mengestimasi jumlah tenaga kerja di Uni Eropa

sebanyak 23.296 juta orang, dimana 17.756 juta orang berada di kawasan Eropa.

Jumlah orang yang menganggur di Uni Eropa turun sebesar 1.448 juta orang, dan

811.000 di kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Tingkat

pengangguran tertinggi terdapat di Yunani (25,6 persen per bulan April 2015), dan

7 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Spanyol (22,5 persen). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah adalah

Jerman (4,7 persen), dan Republik Ceko (4,9 persen).

Perekonomian Tiongkok

Pada semester I tahun 2015, kondisi ekonomi Tiongkok masih dihadapkan pada

ketidakpastian kondisi ekonomi global, ekonomi domestik, dan tekanan bagi

pemerintah yang semakin kuat. Pemerintah Tiongkok menerapkan perekonomian

yang terus bergerak maju dengan tetap menjaga stabilitas, melalui perbaikan

regulasi ekonomi makro, reformasi sistem, dan inovasi kelembagaan. Hal ini

menyebabkan perekonomian Tiongkok secara bertahap masih melambat seiring

dengan reformasi struktural yang kembali dilanjutkan. Sepanjang bulan April hingga

Juni 2015, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 7,0 persen (YoY), sedikit

menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar

7,5 persen (YoY). Perekonomian Tiongkok bergerak pada jalur yang tepat, beberapa

indikator ekonomi mengalami kenaikan secara stabil. Pemerintah Tiongkok

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi tidak lagi menjadi prioritas.

Pemerintah Tiongkok menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015

hanya sebesar 7,0 persen (YoY). Tiongkok mengharapkan pertumbuhan yang

berkualitas dan berkelanjutan, serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan

fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan tajam yang berdampak pada

berkurangnya lapangan kerja dan pendapatan.

Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic China, nilai tambah industri

tersier pada triwulan II tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB dan tumbuh

8,4 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini

menandai percepatan pengembangan dan inovasi di bidang perindustrian.

Kesenjangan pendapatan antara rumah tangga perkotaan dan pedesaan semakin

mengecil. Pada triwulan II tahun 2015, pendapatan per kapita rumah tangga di

perkotaan adalah 2,83 kali dari rumah tangga pedesaan atau berkurang 0,04 persen

(YoY) dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan

pengurangan konsumsi energi per unit PDB mencapai 5,9 persen (YoY).

Investasi aset tetap Tiongkok pada triwulan II tahun 2015 tumbuh 11,4 persen

(YoY). Sementara itu, anggaran pemerintah untuk invetasi mengalami kenaikan

sebesar 18,6 persen (YoY). Berbeda dengan investasi lainnya, pinjaman dalam

negeri dan investasi asing masing-masing mengalami penurunan 4,8 persen (YoY)

dan 30,9 persen (YoY). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Tiongkok

yang fokus mendorong perbaikan konsumsi dalam negeri melalui penyaluran kredit,

untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan sektor pertanian. Di sisi lain,

Kementerian Perdagangan Tiongkok merilis penjualan retail barang konsumsi pada

bulan Juni 2015 tumbuh 10,6 persen (YoY), melambat dibandingkan bulan Juni 2014

yang tumbuh sebesar 12,6 persen (YOY). Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan

penjualan retail hanya bersifat sementara dimana hanya sebagian konsumen

8 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

membeli barang-barang konsumsi sebelum harga barang naik, namun penguatan

konsumsi dalam negeri belum dapat menahan laju perlambatan ekonomi, dan

penurunan harga-harga komoditas.

Sektor properti Tiongkok yang sempat terpuruk akibat perlambatan ekonomi pada

semester I tahun 2014, secara bertahap semakin menguat. Pada triwulan II tahun

2015, penjualan bangunan perumahan dan bangunan komersial turun masing-

masing sebesar 12,9 persen (YoY) dan 10,0 persen (YoY). Meskipun demikian, total

investasi di sektor real estate selama semester I tahun 2015 sebesar CNY 4.6395,1

miliar, atau tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY) diharapkan dapat memberikan

sentimen positif dalam penguatan kinerja sektor properti Tiongkok. Pada 30 Maret

2015, People’s Bank of China (PBOC) melaksanakan kebijakan penurunan rasio uang

muka untuk pembelian rumah kedua dari 60,0 persen menjadi sebesar 40,0 persen

di seluruh wilayah negara. Pencabutan kebijakan awal tersebut dilakukan untuk

mendorong terjadinya pertumbuhan, mengingat investasi properti merupakan

faktor pendorong utama perekonomian Tiongkok.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 akibat reformasi

struktural berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang memburuk.

Perdagangan Tiongkok pada bulan Juni 2015 hanya mencapai surplus sebesar USD

46,54 miliar. Surplus neraca perdagangan Tiongkok menurun dibandingkan bulan

Mei 2015 sebesar USD 59,50 miliar. Kinerja ekspor bulan Juni 2015 mengalami

peningkatan sebesar 2,8 persen (YoY) dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya. Hal ini disebabkan devaluasi mata uang Yuan, dan perbaikan ekspor

negara-negara di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan menjadi penanda

perbaikan permintaan global terhadap barang dan jasa Tiongkok. Sementara itu,

impor mengalami penurunan sebesar 6,1 persen (YoY) dibandingkan bulan yang

sama tahun sebelumnya. Kinerja impor yang melemah akibat penurunan harga

komoditas global, dan perbaikan pemintaan dalam negeri Tiongkok.

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)

PMI Tiongkok

Mei-15 Jun-15

HSBC 49,2 49,6

NBS China 50,2 50,2

Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic China, 2015

Pelemahan aktivitas manufaktur Tiongkok semakin memburuk menunjukkan

kinerja sektor manufaktur paling lemah sejak bulan April 2014. Hal ini disebabkan

oleh sedikit kenaikan jumlah output dan penguatan aktivitas penjualan di sektor.

Namun demikian, tanda-tanda pelemahan aktivitas industri masih terus terjadi.

Pada bulan Juni 2015, laba perusahaan di sektor industri menurun sebesar 0,3

persen (YoY), dan pengurangan jumlah buruh pabrik-pabrik di Tiongkok menjadi

yang paling tajam dalam enam tahun dapat menjadi sentimen negatif bagi kinerja

9 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

sektor manufaktur. National Bureau of Statistic China juga merilis data PMITM

sebesar 50,2 tidak berubah dibandingkan bulan Mei 2015. Hal ini disebabkan oleh

indeks produksi, indeks permintaan baru, dan indeks waktu pengiriman dari

supplier sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih tinggi dari batas nilai

indeks PMITM manufaktur Tiongkok sebesar 50,0. Kondisi ini menggambarkan

perekonomian Tiongkok kehilangan momentum penguatan sektor manufaktur pada

triwulan II tahun 2015 dan upaya bertahap untuk menstimulasi pertumbuhan

ekonomi serta penciptaan lapangan kerja dari pemerintah sangat dibutuhkan.

Perekonomian Singapura

Perlambatan ekonomi Singapura pada triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh

rebalancing ekonomi Tiongkok, kontraksi sektor manufaktur akibat permintaan

global yang tidak menentu, pasar properti melambat, dan ketidakpastian perbaikan

ekonomi global. Perekonomian Singapura sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis

global akibat keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar, sehingga

permasalahan eksternal akan berdampak besar terhadap kinerja perekonomian

dalam negeri Singapura.

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015

Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)

Q2-14 Q2-15 Q1-15 Q2-15

Pertumbuhan Ekonomi 2,3 1,8 4,1 -4,0

Manufaktur 1,3 -4,9 1,7 -18,3

Konstruksi 3,0 2,5 4,2 2,9

Perdagangan Retail dan

Grosir 1,6 5,0 20,5 -1,7

Asuransi dan Keuangan 5,1 7,1 -12,8 2,5

Akomodasi dan Jasa Makanan 0,1 -0,6 -6,5 -1,4

Bisnis Jasa 2,2 2,0 3,1 -3,6

Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura

Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura

mengalami penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics Singapore, kinerja

ekspor terkontraksi sebesar 5,8 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan Juni

2014. Sementara, kinerja impor juga terkontraksi sebesar 4,1 persen (YoY),

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pelemahan kinerja ekspor

disebabkan oleh penurunan tajam ekspor minyak domestik yang terkontraksi

hingga 25,3 persen (YoY). Namun, penguatan ekspor domestik non-minyak sebesar

4,7 persen (YoY), dan re-ekspor minyak sebesar 1,9 persen (YoY) belum dapat

mendorong secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan Juni 2015.

Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan II tahun 2015 disebabkan

oleh penurunan rekayasa transportasi, dan industri biomedis. Di sisi lain,

pertumbuhan sektor konstruksi Singapura pada triwulan II tahun 2015 cenderung

moderat didorong oleh aktivitas konstruksi sektor swasta. Produksi sektor

10 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

perdagangan ritel dan grosir pada triwulan II tahun 2015 semakin membaik

disebabkan oleh perbaikan kinerja segmen perdagangan grosir, perdagangan besar,

dan kenaikan penjualan kendaraan bermotor yang cukup kuat. Seiring dengan

penguatan di sektor perdagangan ritel dan grosir, sektor asuransi dan keuangan

juga mengalami perbaikan disebabkan oleh penguatan segmen manajemen

keuangan. Pertumbuhan sektor akomodasi dan jasa makan Singapura terkontraksi

pada triwulan II tahun 2015. Penurunan kinerja di sektor akomodasi dan jasa

makanan didorong oleh perlambatan akibat melemahnya kinerja sektor makanan

dan minuman. Sementara, pertumbuhan di sektor bisnis jasa yang cenderung

melambat disebabkan pelemahan segmen sewa dan leasing serta jasa administrasi

dan pendukung.

Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura memperkirakan tahun

2015 negara tersebut akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung

moderat. Sektor yang berorientasi eksternal seperti asuransi dan keuangan, serta

perdagangan besar mendukung pertumbuhan semester II tahun 2015. Penurunan

harga minyak mentah menyebabkan perlambatan pertumbuhan sektor kelautan

dan lepas pantai. Di sisi lain, sektor yang berorientasi dalam negeri seperti bisnis

jasa, serta sektor komunikasi dan informasi diperkirakan tumbuh moderat.

Sementara, pengetatan pasar tenaga kerja akan berimplikasi pada tertahannya laju

pertumbuhan sektor padat karya seperti jasa makanan. Dengan demikian,

pemerintah Singapura akan menjaga pertumbuhan ekonomi pada level 2,5-4,0

persen.

OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016

Tabel 5.Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2014 2015 2016

Dunia 3,4 3,3 3,8

Negara Maju 1,8 2,1 2,4

Amerika Serikat 2,4 2,5 3,0

Kawasan Eropa 0,8 1,5 1,7

Negara Berkembang 4,6 4,2 4,7

Tiongkok 7,4 6,8 6,3

ASEAN-5 4,6 4,7 5,1 Amerika Latin dan Karibia

1,3 0,5 1,7

Sub Sahara Afrika 5,0 4,4 5,1

Sumber: World Economic Outlook, Juli 2015

Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan

pelemahan fluktuasi pergerakan harga saham, dan potensi penurunan pertumbuhan

PDB mengindikasikan rentannya perekonomian serta menjadi resiko jangka

menengah bagi negara-negara maju maupun berkembang. Pemulihan kondisi

11 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

ekonomi di Amerika Utara mempengaruhi upaya perbaikan perekonomian negara-

negara maju. Namun demikian, akselerasi aktivitas perekonomian negara-negara

maju akan terwujud melalui pelonggaran kebijakan, neutral fiscal policy di Kawasan

Eropa, penurunan harga minyak mentah, serta perbaikan kepercayaan dan kondisi

pasar tenaga kerja. Sentimen positif bagi perbaikan ekonomi tersebut juga

diimbangi dengan faktor negatif seperti rencana kenaikan federal fund rate Amerika

Serikat, kenaikan suku bunga sovereign bond beberapa negara di kawasan Eropa,

serta perlambatan tingkat konsumsi dan investasi bisnis khususnya peralatan di

Jepang.

IMF memperkirakan akselerasi pertumbuhan konsumsi, dan investasi di Amerika

Serikat. Selain itu, kenaikan tingkat upah, perbaikan kondisi pasar tenaga kerja,

kelonggaran kebijakan pasar keuangan, penurunan harga minyak mentah, dan

penguatan pasar properti menjadi penanda penguatan ekonomi Amerika Serikat

tahun 2016. Di sisi lain, perekonomian di kawasan Eropa diperkirakan cenderung

tumbuh moderat, permintaan dalam negeri dan inflasi mulai tumbuh. Penurunan

harga minyak dunia, kinerja kredit yang membaik, kebijakan fiskal yang lebih netral,

dan depresiasi mata uang Euro dapat mendorong pemulihan ekonomi pada tahun

2015 dan 2016. Pemulihan ekonomi Eropa mendorong perbaikan permintaan

domestik yang cukup kuat, dan kenaikan tingkat inflasi mulai terjadi. IMF merevisi

naik proyeksi pertumbuhan ekonomi mayoritas negara di kawasan Eropa, kecuali

Yunani.

Sementara, pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung

melambat pada tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh perekonomian negara eksportir

minyak yang melemah, rebalancing perekonomian Tiongkok, hambatan struktural,

serta proyeksi pelemahan ekonomi Amerika Selatan akibat penurunan harga

komoditas global. Pada tahun 2016, kondisi perekonomian negara berkembang

diperkirakan membaik. Hal ini digambarkan melalui perbaikan kondisi di beberapa

negara yang mengalami pelemahan ekonomi termasuk Rusia, Timur Tengah dan

Afrika Tengah. Meskipun demikian, beberapa negara berkembang diperkirakan

akan tumbuh moderat diatas tren pertumbuhan. Pada tahun 2015, IMF menyatakan

transisi perekonomian Tiongkok menuju model pertumbuhan ekonomi baru

digambarkan melalui terganggunya pasar keuangan yang terjadi pada bulan Juni

2015. Namun demikian, pemerintah Tiongkok diharapkan dapat melaksanakan

kebijakan untuk antisipasi cepat tidak hanya pertumbuhan kredit dan investasi,

tetapi juga kemungkinan gejolak ekonomi lainnya sebagai bagian dari rebalancing

perekonomian.

Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan

melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan yang cenderung moderat pada tahun

2016. Negara-negara eksportir komoditas di Amerika Latin akan merevisi

pertumbuhan ekonomi 0,5 hingga 2,0 persen akibat perlambatan aktivitas

12 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

perekonomian jangka pendek, penurunan harga komoditas, serta ruang kebijakan

yang terbatas. Sementara itu, Brazil sebagai salah satu perekonomian terbesar

diperkirakan tumbuh dibawah prediksi akibat tantangan daya saing, risiko jangka

pendek pembatasan air dan listrik, pengetatan fiskal serta dampak penyelidikan

kasus Pertrobas. Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami

perlambatan. Hal ini tercermin melalui penurunan harga komoditas, kinerja

perekonomian negara-negara yang terkena dampak Ebola, dan permasalahan

geopolitik. Di sisi lain, pemenuhan kebutuhan pembiayaan negara eksportir minyak

di Sub Sahara Afrika rentan terhadap berbagai sentimen negatif seperti tight

monetary policy Amerika Serikat, serta lambatnya pemulihan ekonomi Eropa dan

Tiongkok.

Table 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

2014 2015 2016

ADO* ADOS** ADO* ADOS**

Asia 6,3 6,3 6,1 6,3 6,2

Asia Timur 6,6 6,5 6,2 6,3 6,2

Tiongkok 7,4 7,2 7,2 7,0 7,0

Asia Selatan 6,8 7,2 7,3 7,6 7,6

Asia Tengah 5,1 3,5 3,5 4,5 4,2

ASEAN 4,4 4,9 4,6 5,3 5,1

Singapura 2,9 3,0 2,8 3,4 3,4

Sumber: Asian Development Outlook, 2015 *ADO adalah Asia Development Outlook

*ADOS adalah Asia Development Outlook Supplement

Pada bulan Juli 2015, ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan negara-

negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Pertumbuhan negara-negara

berkembang Asia yang cenderung stabil menyebar ke berbagai kawasan. Proyeksi

pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan dikoreksi naik dan tumbuh lebih cepat

dibandingkan kawasan lain di Asia. Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia

Timur dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat, serta Asia Tengah

menunjukkan pelemahan.

ADB memprediksi pada tahun 2015 dan 2016 pertumbuhan ekonomi di kawasan

Asia Timur masih melambat akibat pelemahan ekonomi Tiongkok yang terus

berlanjut, seiring dengan penurunan investasi khususnya investasi residensial,

koreksi pada sektor manufaktur, dan pengendalian laju pertumbuhan kredit.

Meskipun demikian, penguatan konsumsi dalam negeri, rencana paket stimulus, dan

membaiknya pasar tenaga kerja Tiongkok diharapkan dapat mempertahankan

momentum pertumbuhan. Di sisi lain, negara-negara di kawasan Asia Timur lainnya

seperti Hongkong, Korea Selatan, dan Taiwan diperkirakan juga tumbuh melambat.

Hal ini disebabkan penurunan wisatawan dari Tiongkok ke Hongkong, penurunan

HSBC PMITM Korea Selatan menjadi yang terendah dalam 21 bulan terakhir pada

13 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

bulan Mei 2015, dan tingkat ekspor Korea Selatan yang terkontraksi pada bulan Juni

2015, serta penurunan invetasi dan belanja pemerintah Taiwan.

Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 didorong oleh

rendahnya harga komoditas, penguatan konsumsi domestik, dan kenaikan

permintaan global yang berdampak pada ekspor. Sektor keuangan Tiongkok terkena

dampak dari pertumbuhan tidak proporsional dalam tiga triwulan terakhir. Hal ini

berdampak terhadap koreksi di pasar saham, dan berimplikasi terhadap tingkat

konsumsi, serta investasi Tiongkok sepanjang triwulan II tahun 2015. Namun

demikian, kebijakan stimulus diperkirakan terus berlanjut untuk menjaga agenda

reformasi, mengantisipasi penurunan harga-harga komoditas, dan memperbaiki

pertumbuhan dari perdagangan luar negeri. Pada tahun 2016, harga komoditas

diperkirakan kembali meningkat, sehingga mendorong pelemahan ekonomi. ADB

menyarankan pemerintah Tiongkok untuk melaksanakan kebijakan fiskal yang

proaktif, dan kebijakan moneter yang akomodatif.

Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan pada tahun

2015 dan 2016 semakin membaik disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India

yang cenderung stabil, penguatan di sektor pertanian akibat angin monsoon pada

musim panen, sektor manufaktur, kenaikan jumlah proyek investasi dan perolehan

pajak tidak langsung di India. Di sisi lain, perlambatan aktivitas ekonomi negara-

negara lain dapat memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan kawasan Asia

Selatan. Kondisi ini disebabkan oleh resiko geopolitik di Pakistan, Bangladesh dan

Sri Lanka, pelemahan investasi infrastruktur di Maladewa, serta lambatnya

pemulihan ekonomi akibat gempa besar di Nepal.

Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring

dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.

Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara eksportir energi seperti Azerbaijan,

Kazakhstan, Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat penurunan harga

minyak mentah dan gas. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara-negara importir

energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta Tajikistan juga melambat karena

pelemahan konsumsi domestik akibat remittances yang lebih rendah. Pada tahun

2016, pelemahan ekonomi pada sebagian besar negara-negara eksportir, rendahnya

permintaan dalam negeri, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia akan menahan

laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia Tengah.

Pertumbuhan Kawasan ASEAN mengalami perlambatan, dan menyebar ke sebagian

besar negara di kawasan tersebut. Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun

2015 diperkirakan melambat seiring penundaan pencairan anggaran, penerimaan

pajak dibawah target, realisasi bertahap keuntungan investasi akibat reformasi

ekonomi, perbaikan kinerja ekspor, dan penurunan harga komoditas terus menurun.

Namun demikian, tingkat ekspor dan invetasi akan pulih pada tahun 2016.

14 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Perekonomian Thailand juga mengalami perlambatan akibat penurunan harga

komoditas yang berpengaruh besar pada sektor pertanian dan meningkatnya utang

rumah tangga, meskipun konsumsi swasta, penguatan sektor pariwisata, dan

investasi meningkat. Di sisi lain, perlambatan ekonomi juga terjadi di negara Asia

Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam akibat penurunan harga

komoditas global.

Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015, proyeksi pertumbuhan ekonomi

Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan pada sektor

manufaktur sebesar 4,0 persen menyebabkan penurunan output rekayasa

transportasi, dan industri biomedis. Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan

oleh sektor jasa khususnya perdagangan besar, retail, dan bisnis jasa. Faktor-faktor

sepertinya penurunan harga minyak mentah akan berdampak pada kinerja

beberapa sektor, dan indutsri yang terkait pariwisata akan dipengaruhi penurunan

jumlah wisatawan yang datang dalam satu tahun.

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA

Pada triwulan II tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami

fluktuasi akibat kekhawatiran pasar minyak mentah akibat kondisi oversupply. Tren

harga minyak mentah menurun pada triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh

kemungkinan penghapusan sanksi ekonomi terkait kesepakatan nuklir Iran, dan

kekhawatiran penurunan permintaan energi Eropa akibat potensi gagal bayar utang

Yunani kepada IMF. Sementara itu, minyak mentah dari Nigeria mulai mencari pasar

ke Amerika Serikat, dan kebijakan baru dari pemerintah Amerika Serikat

mengizinkan ekspor kondensat. Kondisi ini dapat mendorong harga minyak mentah

semakin terpuruk mengingat Amerika Serikat merupakan konsumen minyak kedua

terbesar di dunia. Demikian pula dengan kebijakan efisiensi penggunaan bahan

bakar minyak, dan lemahnya permintaan minyak mentah akibat perlambatan

ekonomi negara-negara maju semakin menekan pasar global.

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)

Harga Minyak Mentah Dunia

Rata-rata Triwulanan Rata-rata Bulanan

2014 2015 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Apr Mei Juni

Crude Oil (Rata-rata) 103.7 106.3 100.4 74.6 51.6 60.4 57.5 62.5 61.3 Crude Oil; Brent 107.9 109.8 102.1 76.0 53.9 62.1 59.4 64.6 62.3 Crude Oil; Dubai 104.4 106.1 101.5 74.6 52.2 61.4 58.8 63.7 61.8 Crude Oil; WTI 98.7 103.1 97.5 73.2 48.6 57.8 54.4 59.3 59.8 Indonesian Crude Price Oil 103.7 106.3 100.4 74.6 51.6 59.1 57.9 61.9 59.4

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar

internasional. Peningkatan harga minyak ICP disebabkan oleh supply minyak OPEC

pada bulan Mei 2015 mengalami kenaikan 0,023 juta barel per hari atau menjadi

30,972 juta barel per hari. Selain itu, laporan Energy Information Administration

15 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

menyatakan tingkat stok dan distillate fuel oil Amerika Serikat selama bulan Juni

2015 masing-masing mengalami peningkatan menjadi 218,5 juta barel, dan 135,4

juta barel dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk kawasan Asia

Pasifik, penguatan harga minyak mentah disebabkan oleh peningkatan ekspor

minyak mentah Iran meskipun perlambatan ekonomi Tiongkok masih perlu

diwaspadai.

Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

16 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Box 1. Dampak Devaluasi Yuan Terhadap Perekonomian Indonesia

Perekonomian Tiongkok kembali melambat pada triwulan II tahun 2015.

Pertumbuhan yang melambat merupakan bagian dari proses rebalancing

perekonomian Tiongkok, sehingga dapat tumbuh sesuai target sebesar 7,0 persen

(YoY). Perlambatan ekonomi Tiongkok triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh

penurunan harga komoditas global dan kinerja sektor manufaktur, pengurangan

jumlah buruh pabrik-pabrik paling tajam dalam enam tahun terakhir, kinerja ekspor

pada bulan Juni 2015 hanya tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY), serta surplus neraca

perdagangan terus menurun hingga mencapai USD 46,54 miliar pada bulan Juni

2015. Pasar keuangan Tiongkok juga terkena dampak dari perlambatan ekonomi

seperti capital loss terbesar dalam delapan tahun terakhir, pada 8 juni 2015 indeks

harga saham turun tajam hingga posisi 3.507,19, serta dalam sepuluh menit lebih

dari 1.000 saham turun di pasar saham Shanghai dan Shenzen hingga

terkena autorejection.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meredam perlambatan ekonomi adalah

devaluasi mata uang. Pada 11 agustus 2015, People's Bank of China (PBoC)

melakukan devaluasi atas nilai tukar harian yuan sekitar 2,0 persen atau terbesar

sepanjang sejarah, menjadi sebesar CNY 6,3306 per USD atau level terendah dalam

35 bulan terakhir. Kebijakan ini dilakukan bertujuan untuk mecegah pelemahan

kinerja ekspor dan mencegah capital outflow. Namun demikian, beberapa

pertimbangan lain juga mendasari PBoC diantaranya menjaga nilai tukar Yuan

terhadap US Dolar dengan stabil dengan kebijakan trading band, dan menjadikan

mata uang Yuan sebagai Global Reserve Currency. Trading band adalah kebijakan

pemerintah hanya memperbolehkan fluktuasi mata uang Yuan terhadap mata uang

Internasional sebesar persentase tertentu per hari. Upaya pemerintah Tiongkok

menjadikan Yuan sebagai mata uang internasional semakin terlihat melalui lobi

kepada IMF untuk menyertakan Yuan dalam Special Drawing Rights (SDR) dan

perkirakan kebijakan devaluasi berlaku dalam jangka panjang.

Devaluasi Yuan memberikan dampak penurunan kinerja berbagai bursa saham

dunia seperti Dow Jones turun sebesar 1,21 persen dan Euro Stox turun sebesar

2,52 persen. Selain itu, pengaruh devaluasi Yuan juga berdampak pada indeks saham

mayoritas negara Asia. Pada 12 agustus 2015, indeks Nikkei dan Topix turun 1,2

persen, indeks Hangseng 2,38 persen, indeks FTSE Straits Time turun 2,90 persen,

dan indeks KOSPI turun 0,56 persen.

17 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Kebijakan devaluasi Yuan menyebabkan kekhawatiran cukup besar bagi

perekonomian Indonesia. Kinerja IHSG turun hingga 3,1 persen atau penurunan

paling tajam di dunia pada sesi perdagangan 12 agustus 2015. Selain itu,

pertumbuhan ekspor komoditas semakin mengecil seiring dengan penurunan

permintaan bahan baku industri Tiongkok, fluktuasi harga minyak mentah dunia,

dan kenaikan jumlah barang-barang impor dari Tiongkok semakin besar akan

menjadi setimen negatif bagi perekonomian Indonesia. Devaluasi Yuan juga

menyebabkan spekulasi penundaan kenaikan federal fund rate oleh The Fed yang

berimplikasi pada apresiasi USD, dan depresiasi Rupiah semakin dalam. Dengan

demikian, perekonomian Indonesia hanya mengandalkan konsumsi domestik untuk

mengatasi dampak ekonomi akibat devaluasi Yuan. Beberapa langkah yang dapat

dilakukan pemerintah Indonesia seperti keep buying policy melalui peningkatan

penyerapan belanja sosial seperti bantuan tunai, program padat karya, menaikkan

pendapatan tidak kena pajak (PTKP), dan insentif pajak jika perusahaan tidak PHK

akan menjaga daya beli masyarakat tetap stabil.

18 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015 dengan

tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2015 surplus sebesar USD 2,9

miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan I tahun 2015 yang mencapai

surplus USD 2,4 miliar.

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

19 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015

dengan tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY) atau menjadi yang paling rendah sejak

tahun 2009. Pada triwulan II tahun sebelumnya, ekonomi Indonesia mampu tumbuh

sebesar 5,0 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia terutama disebabkan

oleh pelemahan harga komoditas, perlambatan ekonomi negara mitra dagang, dan

ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate. Dari dalam negeri, perlambatan ekonomi

Indonesia dipengaruhi oleh pelemahan pertumbuhan investasi, konsumsi

pemerintah, dan konsumsi rumah tangga.

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan II Tahun 2015 (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi dipicu oleh melambatnya

pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha. Di samping itu, lapangan usaha

Pertambangan dan Penggalian tumbuh terkontraksi akibat pertambangan batubara

yang menurun. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014,

sebanyak dua belas lapangan usaha mengalami perlambatan (YoY). Kedua belas

lapangan usaha tersebut adalah 1) Pengadaan Listrik dan Gas, 2) Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 3) Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum, 4) Jasa Keuangan dan Asuransi, 5) Jasa Perusahaan, 6) Transportasi

dan Pergudangan, 7) Jasa Lainnya, 8) Konstruksi, 9) Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 10) Informasi dan Komunikasi, 11) Industri

Pengolahan, dan 12) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Di sisi lain, sebanyak empat

lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014.

Keempat lapangan usaha tersebut adalah 1) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib, 2) Jasa Pendidikan, 3) Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan, dan 4) Real Estat.

20 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan II tahun 2015 semakin

menurun dengan kontraksi sebesar 5,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II tahun 2014 yang terkontraksi 1,1 persen (YoY). Penurunan

pertumbuhan ini terjadi karena kontraksi pada pertambangan batu bara dan lignit

dengan kontraksi sebesar 24,2 persen (YoY). Sementara itu, pertambangan bijih

logam serta minyak, gas, dan panas bumi juga menurun 7,1 persen dan 2,2 persen

(YoY).

Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4,2 4,6 3,5 4,6 5,3 5,0 3,6 2,8 4,0 6,6

Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,7 2,7 -2,0 1,1 0,8 2,2 -1,2 -5,9

Industri Pengolahan 4,7 5,4 3,7 4,2 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,4

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es

9,8 4,7 2,4 4,4 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3,5 3,6 4,7 4,5 3,6 3,2 2,8 2,7 2,3 2,2

Konstruksi 5,4 6,3 6,5 6,2 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3,0 4,8 4,9 6,1 6,1 5,1 4,8 3,5 4,0 1,7

Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,9 8,3 8,9 8,4 8,5 8,0 7,1 6,3 6,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

7,0 7,0 6,9 6,3 6,5 6,4 5,9 4,9 3,6 3,9

Informasi dan Komunikasi 10,6 11,4 10,1 9,5 9,8 10,5 9,8 10,0 10,1 9,6

Jasa Keuangan dan Asuransi 13,2 11,0 9,2 3,5 3,2 4,9 1,5 10,2 7,6 2,5

Real Estate 8,9 7,7 5,4 4,3 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0

Jasa Perusahaan 7,8 7,6 8,2 8,0 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,6 -2,1 6,4 3,8 2,9 -2,5 2,6 6,9 4,7 6,5

Jasa Pendidikan 11,7 3,2 8,6 9,4 5,2 5,4 7,3 7,1 5,9 12,2

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

6,9 5,2 8,3 10,7 7,7 8,5 9,9 6,1 7,3 8,2

Jasa lainnya 5,6 5,6 6,2 8,2 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga dipicu oleh pertumbuhan Penyediaan

Listrik dan Gas sebesar 0,8 persen (YoY) yang pada triwulan II tahun sebelumnya

dapat tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY). Perlambatan ini terjadi karena kontraksi

pada pengadaan gas dan produksi es sebesar 7,9 persen (YoY).

21 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Selain itu, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor juga

melambat dengan hanya tumbuh sebesar 1,7 persen meskipun pada triwulan yang

sama tahun sebelumnya mampu tumbuh 5,1 persen (YoY). Kontraksi pada

perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya sebesar 3,6 persen (YoY)

menyebabkan perlambatan pertumbuhan lapangan usaha ini. Perlambatan

pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum dengan pertumbuhan 3,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan II tahun 2014 sebesar 6,5 persen (YoY).

Perlambatan juga terjadi pada Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 7,6

persen (YoY) pada triwulan II tahun 2015 meskipun pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya mampu tumbuh sebesar 10,0 persen (YoY). Transportasi dan

Pergudangan tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2015 atau

melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II tahun 2014 sebesar

8,5 persen (YoY). Hal ini terjadi akibat perlambatan pertumbuhan angkutan rel yang

hanya tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY).

Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY), juga melambat dibandingkan

dengan triwulan II tahun 2014 yang besarnya 4,8 persen (YoY) akibat kontraksi

yang besar pada industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 6,3 persen. Di samping itu,

terjadi kontraksi pada industri kertas dan barang dari kertas; percetakan dan

reproduksi sebesar 3,1 persen (YoY); industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan

barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya sebesar 2,0 persen (YoY); serta

industri batubara dan pengilangan migas sebesar 1,9 persen (YoY).

Sementara itu, kinerja Jasa Pendidikan yang tumbuh sebesar 12,2 persen (YoY)

cukup berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan

II tahun 2015. Pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, lapangan usaha ini

hanya mampu tumbuh 5,4 persen (YoY). Meskipun melambat dibandingkan dengan

triwulan II tahun 2014 yang mampu tumbuh 10,5 persen (YoY), kinerja Informasi

dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 9,6 persen (YoY) juga berperan

dalam mendorong perekonomian. Pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh

pertumbuhan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,1 persen (YoY)

meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya sebesar 8,5 persen (YoY).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2015

masih ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,0 persen

(YoY), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh

5,1 persen (YoY). Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang paling tinggi adalah

perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang tumbuh 6,1 persen, diikuti

restoran dan hotel yang tumbuh 5,3 persen (YoY), serta kesehatan dan pendidikan

sebesar 5,2 persen (YoY).

22 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga

5,5 5,2 5,4 5,4 5,4 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,7 22,8 5,6 -0,2 -8,3 -7,9

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3,0 3,2 12,4 7,9 6,1 -1,5 1,3 2,8 2,7 2,3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

7,9 5,5 6,0 2,1 4,7 3,7 3,9 4,3 4,3 3,6

Ekspor Barang dan Jasa 3,5 2,1 1,3 9,4 3,2 1,4 4,9 -4,5 -0,9 -0,1

Dikurangi Impor Barang dan Jasa

2,9 0,9 4,9 -0,9 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,3 -6,9

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada triwulan II tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit

yang Melayani Rumah Tangga) terkontraksi sebesar 7,9 persen (YoY), menurun

tajam dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan II tahun

2014 sebesar 22,8 persen (YoY).

Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh 2,3 persen (YoY), lebih

tinggi dibandingkan pada triwulan II tahun 2014 yang terkontraksi sebesar 1,5

persen (YoY). Perlambatan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan II

tahun 2015 didorong oleh pertumbuhan pada konsumsi individu yang hanya

mampu tumbuh sebesar 13,0 persen (YoY) meskipun konsumsi kolektif terkontraksi

3,7 persen (YoY) sedangkan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya

terkontraksi masing-masing 1,4 persen (YoY) dan 1,6 persen (YoY).

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan II tahun 2015 tumbuh

sebesar 3,6 persen (YoY), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan

PMTB pada triwulan II tahun 2014 yang besarnya mencapai 3,7 persen (YoY).

Perlambatan PMTB terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan kendaraan

sebesar 7,5 persen (YoY) serta mesin dan perlengkapan sebesar 5,6 persen (YoY).

Selain itu, terjadi perlambatan pada produk kekayaan intelektual yang tumbuh

sebesar 4,2 persen (YoY) dan bangunan yang tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY) pada

triwulan II tahun 2014.

Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana

ekspor barang dan jasa masih terkontraksi sebesar 0,1 persen (YoY), memburuk

dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang pertumbuhannya mencapai 1,0 persen

(YoY). Pertumbuhan negatif tersebut terjadi akibat ekspor barang non-migas yang

terkontraksi sebesar 1,5 persen (YoY). Meskipun demikian, ekspor barang migas

mampu tumbuh tinggi sebesar 8,0 persen (YoY), meningkat tajam dibandingkan

23 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

dengan triwulan II tahun 2014 yang pertumbuhannya terkontraksi sebesar 8,8

persen (YoY). Selain itu, ekspor jasa juga tumbuh 1,3 persen (YoY), meskipun

melambat dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,2 persen

(YoY). Di sisi lain, impor barang dan jasa terkontraksi sebesar 6,8 persen (YoY) atau

menurun dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 0,4 persen

(YoY). Penurunan pertumbuhan impor terjadi akibat menurunnya pertumbuhan

impor barang non-migas dan jasa yang masing-masing tumbuh 11,1 dan 1,5 persen

(YoY). Dengan demikian, net ekspor mencapai Rp 31.933 triliun.

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan II tahun 2015 mencapai 105,2 basis

poin yang menunjukkan kondisi ekonomi konsumen sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen

disebabkan oleh peningkatan pada semua komponen indeks. Komponen pendapatan

rumah tangga meningkat dengan nilai sebesar 104,4. Selain itu, komponen pengaruh

inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari serta tingkat konsumsi beberapa

komoditi makanan juga meningkat dengan nilai sebesar 105,6 basis poin. Tingkat

optimisme konsumen ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015

yang mencapai 100,9.

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Pendapatan rumah tangga 108,8 110,7 113,5 106,1 96,63 104,4

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari 110,4 112,6 109,9 106,3 109,0 105,6

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

112,5 108,5 113,2 113,0 100,7 105,6

Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Meskipun pada triwulan II tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun 5,0 persen (YoY),

masih terdapat optimisme konsumen yang menganggap triwulan II tahun 2015

lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme konsumen

diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 dengan

ITK sebesar 112,2 basis poin. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen

pada triwulan II tahun 2015 terutama didorong oleh peningkatan perkiraan

pendapatan rumah tangga sebesar 115,5 dan peningkatan rencana pembelian

barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan sebesar 106,4.

24 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia melemah pada bulan April 2015 yang

besarnya 107,4. Pada bulan Mei 2015, nilai IKK meningkat menjadi sebesar 112,8.

Namun pada bulan Juni 2015, IKK mengalami pelemahan menjadi 111,3. Pelemahan

kembali terjadi pada bulan Juli 2015 dengan nilai IKK sebesar 109,9. Pelemahan

tersebut terutama didorong oleh melemahnya kedua komponen pembentuknya baik

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

yang masing-masing turun sebesar 1,5 poin dari bulan sebelumnya.

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Oktober 2014 – Juli 2015

KETERANGAN 2014 2015

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 120,6 120,1 116,5 120,2 120,2 116,9 107,4 112,8 111,3 109,9

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

113,3 114,1 110,2 109,7 110,3 107,5 98,9 102,6 100,3 98,8

Penghasilan saat ini 129,1 128,1 123,8 124,5 124,5 124,8 118,2 120,9 120,5 114,6

Ketersediaan lapangan kerja 99,5 103,2 100,5 96,5 95,6 93,5 84,3 89,5 86,1 84,9

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

111,2 110,9 106,4 108,2 110,8 104,2 94,3 98,5 94,3 97,0

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 128,0 126,1 122,8 130,7 130,2 126,2 115,9 122,9 122,4 120,9

Ekspektasi Penghasilan 135,4 135,5 133,2 143,4 144,1 141,9 135,1 139,5 138,7 137,7

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

118,7 116,1 113,9 114,7 113,6 110,5 101,7 107,5 105,9 104,7

Ekspektasi Kegiatan Usaha 129,9 126,6 121,3 133,9 132,7 126,2 111,1 121,9 122,5 120,4

Sumber: Bank Indonesia

Pada bulan Juli 2015, terjadi pelemahan IKE dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden terhadap penghasilan yang

menurun dari 120,5 pada bulan Juni 2015 menjadi sebesar 114,6 pada bulan Juli

2015. Selain itu, pelemahan IKE juga disebabkan oleh persepsi responden terhadap

ketersediaan lapangan kerja yang juga menurun dari 86,1 pada bulan Juni 2015

25 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

menjadi sebesar 84,9 pada bulan Juli 2015. Meskipun demikian, indeks persepsi

responden terhadap ketepatan waktu pembelian barang tahan lama pada bulan Juli

2015 sebesar 97,0 meningkat dibandingkan dengan bulan Juni 2015.

Di sisi lain, IEK pada bulan Juli 2015 sebesar 120,9 lebih rendah dibandingkan

dengan IEK pada bulan Juni 2015 yang besarnya 122,4. Pada bulan Juli 2015, indeks

ekspektasi kegiatan usaha yang melemah menyebabkan pelemahan IEK dengan nilai

indeks sebesar 120,4 dari 122,5 pada bulan Juni 2015. Sementara itu, indeks

ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan indeks ekspektasi penghasilan juga

mengalami pelemahan masing-masing sebesar 1,2 dan 1,0 poin.

Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Juli 2015

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Trend penurunan IKK terjadi pada bulan April–Juli 2015. Pada bulan April 2015,

pertumbuhan IKK sempat menurun tajam hingga 5,7 persen (YoY). Pertumbuhan

IKK pada bulan Mei 2015 melambat menjadi sebesar 3,5 persen (YoY). Sementara

pada bulan Juni 2015, IKK mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,3 persen

(YoY) dan kembali menurun tajam hingga 8,3 persen (YoY) pada bulan Juli 2015.

Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2015 surplus sebesar

USD 2,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan I tahun

2015 yang mencapai surplus USD 2,4 miliar. Menguatnya kinerja NPI tersebut

disebabkan oleh membaiknya defisit neraca transaksi berjalan dengan defisit

sebesar USD 4,5 miliar (2,1 persen PDB). Pada triwulan sebelumnya, defisit neraca

transaksi berjalan mencapai USD 9,6 miliar (4,3 persen PDB). Di sisi lain, surplus

neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II tahun 2015 sebesar USD 2,5

miliar lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan I tahun 2015

sebesar USD 6,3 miliar. Sejalan dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada

triwulan II tahun 2015 mencapai USD 108,0 miliar atau setara dengan 6,8 bulan

impor.

26 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja defisit neraca transaksi berjalan yang membaik pada triwulan II tahun 2015

didorong oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan non-migas sebesar USD

5,9 miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang surplus sebesar USD 3,9

miliar. Kenaikan surplus ini terjadi seiring dengan kenaikan ekspor non-migas

menjadi sebesar USD 34,7 miliar dari USD 33,1 miliar pada triwulan sebelumnya

serta penurunan impor non-migas menjadi USD 28,8 miliar dari USD 29,1 miliar

pada triwulan sebelumnya seiring dengan melambatnya permintaan domestik.

Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas sebesar USD 2,1 miliar semakin

menurun dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD 1,3

miliar akibat akselerasi impor migas yang lebih tinggi dibanding ekspor migas.

Ekspor migas meningkat sebesar USD 4,6 miliar dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar USD 4,4 miliar. Namun, penurunan terjadi pada impor migas

sebesar USD 6,8 miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 5,6

miliar.

27 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Defisit neraca perdagangan jasa pada triwulan II tahun 2015 sebesar USD 2,6 miliar,

lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada triwulan I tahun 2015 sebesar USD 1,9

miliar. Peningkatan defisit neraca perdagangan jasa dipengaruhi oleh menurunnya

net penerimaan jasa perjalanan akibat turunnya penerimaan dari wisatawan

mancanegara yang berkunjung ke Indonesia dan bertambahnya penduduk

Indonesia yang bepergian ke luar negeri selama masa liburan sekolah.

Di sisi lain, surplus neraca transaksi finansial yang menurun dipengaruhi oleh

ketidakpastian di pasar keuangan global akibat terus meningkatnya kekhawatiran

investor. Hal ini mendorong aliran masuk modal asing pada instrumen finansial

domestik yang masih cukup besar. Selain itu, arus keluar investasi penduduk ke luar

negeri terutama dalam bentuk penempatan simpanan swasta di luar negeri juga

mempengaruhi penurunan surplus neraca transaksi modal dan finansial. Pada

triwulan II tahun 2015, aliran investasi langsung sebesar USD 6,7 miliar lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 5,8 miliar seiring dengan

penarikan pinjaman dari pihak afiliasi yang lebih tinggi, di saat aliran modal asing

langsung melalui ekuitas sedikit lebih rendah.

Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015

Sumber : Bank Indonesia

Investasi portofolio mencapai surplus sebesar USD 5,8 miliar, meskipun lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 8,8 miliar. Masih

berlanjutnya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate, terus menurunnya

harga komoditas, melambatnya perekonomian Tiongkok, melemahnya

perekonomian domestik dan melemahnya nilai tukar Rupiah memengaruhi

penurunan investasi portofolio.

Sementara itu, investasi lainnya defisit sebesar USD 6,9 miliar atau lebih rendah

dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD 4,9 miliar. Hal

28 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

ini terutama dipengaruhi oleh transaksi penempatan simpanan sektor swasta

domestik di luar negeri dan peningkatan piutang dagang yang sejalan dengan

peningkatan ekspor. Selain itu, penarikan pinjaman luar negeri juga menurun akibat

perlambatan perekonomian domestik.

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan II Tahun 2015

2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

I. Transaksi Berjalan -6,0 -10,1 -8,6 -4,3 -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,1 -4,5

A. Barang 1,6 -0,6 0,1 4,7 3,4 -0,4 1,6 2,4 3,1 4,1

- Ekspor 44,9 45,2 43,8 48,1 43,9 44,5 43,6 43,2 37,8 39,7

- Impor -43,3 -45,8 -43,7 -43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6

1. Barang Dagangan Umum

1,3 -0,8 -0,5 4,2 2,8 -703,0 1,2 2,2 2,7 3,8

- Ekspor, fob. 44,6 45,0 43,2 47,5 43,4 44,2 43,2 42,9 37,5 39,4

- Impor, fob. -43,3 -45,8 -43,7 -43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6

1. Non-migas 4,1 1,3 2,1 6,3 5,6 2,5 4,3 4,9 3,9 5,9

a. Ekspor 36,1 37,0 34,7 38,9 35,8 36,7 36,0 36,6 33,1 34,7

b. Impor -32,0 -35,8 -32,6 -32,6 -30,2 -34,2 -31,6 -31,6 -29,1 -28,8

2. Migas -2,9 -2,1 -2,6 -2,1 -2,7 -3,2 -3,1 -2,8 -1,3 -2,1

a. Ekspor 8,5 7,9 8,5 8,7 7,6 7,5 7,3 6,4 4,4 4,6

b. Impor -11,3 -10,0 -11,2 -10,8 -10,3 -10,7 -10,4 -9,2 -5,6 -6,8

2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3

- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3

- Impor, fob. -9,0 -7,0 -7,0 -8,0 -6,0 -5,0 -6,0 -7,0 -4,0 -4,0

B. Jasa - jasa -2,6 -3,6 -2,8 -3,1 -2,1 -2,8 -2,5 -2,6 -1,9 -2,6

II. Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

III. Transaksi Finansial 0,0 8,7 4,5 8,7 7,1 13,9 14,7 8,9 6,3 2,5

1. Investasi langsung 3,3 3,3 5,5 0,2 3,2 3,7 6,0 3,0 2,3 3,6

2. Investasi portofolio 3,8 3,8 1,5 1,8 8,7 8,0 7,4 1,9 8,8 5,8

3. Investasi lainnya -6,9 1,6 -2,2 6,8 -4,8 2,1 1,4 4,1 -4,9 -6,9

IV. Total (I + II + III) -6,0 -1,4 -4,1 4,4 2,2 4,3 7,7 3,0 2,2 -2,0

V. Selisih Perhitungan Bersih

-0,6 -1,0 1,5 0,0 -0,1 0,0 -1,2 -0,6 -0,9 -0,9

VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)

-6,6 -2,5 -2,6 4,4 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9

- Posisi Cadangan Devisa 104,8 98,1 95,7 99,4 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0

Dalam Bulan Impor 5,7 5,4 5,2 5,5 5,7 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8

Transaksi Berjalan (%PDB)

-2,7 -4,5 -3,9 -2,1 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -1,9 -2,1

Sumber : Bank Indonesia

29 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Sampai dengan triwulan II tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp

186,1 triliun.

Sampai dengan triwulan II tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.864,2

triliun.

Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada

akhir tahun 2010 menjadi Rp 2.171,2 triliun pada triwulan II tahun 2015.

Sampai dengan bulan triwulan II tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri (bruto)

mencapai Rp 11,8 triliun atau 24,2 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P

2015.

30 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Pembiayaan Utang Pemerintah

Dalam tahun 2015, utang pemerintah ditargetkan mencapai Rp 279,4 triliun (neto)

yang terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 297,7 triliun, pinjaman luar

negeri (neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto)

sebesar Rp 1,7 triliun. Dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus

menunjukkan peningkatan. Tabel 13 di bawah menunjukkan perkembangan

pembiayaan utang pemerintah selama lima tahun terakhir. Dalam periode 5 tahun

terkahir (2010-2014), realisasi pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata

sebesar 30,6 persen. Pada tahun 2010 pembiayaan utang pemerintah mencapai

sebesar Rp 86,9 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 252,2 triliun di tahun 2014.

Di tahun 2014, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp 265,0

triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp 13,4 triliun, dan pinjaman

dalam negeri (neto) sebesar Rp 0,6 triliun.

Tabel 13.Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan II Tahun 2015 (triliun )

Jenis Pembiayaan Utang

I SBN (Neto) 91,1 119,9 159,7 224,6 265,0 297,7 30,6

II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (4,6) (17,8) (23,5) (5,8) (13,4) (20,0) 31,0

a. Penarikan (Bruto) 54,8 33,7 31,4 49,5 48,1 48,6 (3,2)

i. Pinjaman Program 29,0 15,3 15,0 18,4 17,8 7,5 (11,5)

ii. Pinjaman Proyek 17,1 14,3 12,6 31,1 30,3 41,1 15,4

b. Penerusan Pinjaman (8,7) (4,2) (3,8) (3,9) (3,0) (4,5) (23,2)

c. Pembayaran Cicilan Pokok (50,6) (47,3) (51,1) (57,2) (64,2) (64,2) 6,1

III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0,4 0,6 0,8 0,5 0,6 1,7 12,9

Jumlah 86,9 102,7 137,0 219,3 252,2 279,4 30,5

Real

2010

Real

2011

Real

2012

Rata-Rata

2010-2014

Real

2013

Real

2014

APBN-P

2015

Sumber : Kementerian Keuangan

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang

Pagu dan realisasi pembiayaan utang sampai dengan triwulan II tahun 2015 pada

dilihat pada tabel 14. Selama tahun 2015, target pembiayaan melalui pinjaman

(neto) adalah sebesar negatif Rp 18,3 triliun yang terdiri dari pinjaman luar negeri

(neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp

1,7 triliun. Sementara itu, target pembiayaan melalui SBN (neto) adalah sebesar Rp

297,7 triliun. Sampai dengan Triwulan II tahun 2015, realisasi pembiayaan utang

seluruhnya mencapai Rp 186,1 triliun. Jumlah ini mencapai 66,6 persen dari nilai

yang ditetapkan pada APBN-P 2015.

31 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Triliun Rupiah)

TOTAL (neto) 217,4 246,5 279,4 186,1 66,6%

PINJAMAN (neto) -7,3 -18,5 -18,3 -20,2 110,1%

Pinjaman Luar Negeri (neto) -7,7 -19,2 -20,0 -20,5 102,5%

- Pinjaman Program 18,4 17,8 7,5 1,3 16,7%

- Pinjaman Proyek 35,0 30,3 41,1 10,5 25,6%

- Penerusan Pinjaman (SLA) -3,9 -3,0 -4,5 -0,6 14,2%

- Pembayaran Cicilan Pokok ULN -57,2 -64,2 -64,2 -31,6 49,3%

Pinjaman Dalam Negeri (neto) 0,4 0,6 1,7 0,3 19,6%

- Pinjaman Dalam Negeri 0,5 0,8 2,0 0,4 20,1%

-Pembayaran Cicilan Pokok PDN 0,1 0,1 0,3 0,1 22,8%

SURAT BERHARGA NEGARA (neto) 224,7 265,0 297,7 206,3 69,3%

- SBN 327,7 428,1 452,2 286,6 63,4%

- Jatuh tempo dan Buyback SBN -103,1 163,2 -154,5 -80,3 52,0%

Real 2014APBN-P

2015Real 2015 PersentaseINSTRUMEN Real 2013

Sumber : Kementerian Keuangan

Berdasarkan komposisinya, sampai dengan triwulan II tahun 2015, realisasi

pembiayaan utang melalui SBN (neto) memiliki porsi terbesar, yakni sebesar Rp

206,3 triliun atau mencapai 69,3 persen dari nilai yang ditetapkan dalam APBN-P

2015. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh pinjaman luar negeri dan pinjaman

dalam negeri. Sampai dengan triwulan II tahun 2015, realisasi pinjaman (neto)

mencapai negatif Rp 20,2 triliun. Realisasi pinjaman luar negeri (neto) mencapai

sebesar negatif Rp 20,5 triliun atau melebihi target 2,5 persen dari nilai yang

ditetapkan di dalam APBN-P 2015 yang mencapai negatif Rp 20,0 triliun. Sementara

itu, sampai dengan akhir triwulan II tahun 2015, realisasi pinjaman dalam negeri

(neto) mencapai angka Rp 0,3 triliun atau mencapai sebesar 19,6 persen dari nilai

APBN-P 2015 yang ditargetkan sebesar Rp 1,7 triliun.

Posisi Utang Pemerintah

Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2010 – triwulan II tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 15. Dalam kurun waktu 2010-Juni 2015, total utang pemerintah

pusat meningkat rata-rata sebesar 11,2 persen. Sampai dengan triwulan II tahun

2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.864,2 triliun. Total utang

pemerintah tersebut terdiri atas dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman

dan dalam bentuk SBN. Sampai dengan triwulan II tahun 2015, outstanding

pinjaman pemerintah mencapai sebesar Rp 692,9 triliun atau naik rata-rata sebesar

2,3 persen dalam kurun waktu 2010–triwulan II tahun 2015. Sementara itu,

outstanding SBN sampai dengan triwulan II tahun 2015 mencapai Rp 2.171,2 triliun,

atau meningkat rata-rata sebesar 15,3 persen.

32 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan II Tahun 2015 Rata-Rata

2010 2011 2012 2013 2014 2010-2015

Total Utang Pemerintah Pusat 1.681,66 1.808,95 1.977,71 2.375,49 2.604,94 2.864,18 11,2

a Pinjaman 617,26 621,29 616,61 714,44 673,72 692,94 2,3

1. Pinjaman Luar Negeri 616,87 620,28 614,81 712,17 670,81 689,38 2,2

Bilateral*) 380,67 381,66 359,80 383,53 332,22 334,49 -2,6

Multilateral**) 208,28 212,96 230,23 288,29 292,01 307,04 8,1

Komersil***) 27,34 25,15 24,37 40,00 46,34 47,65 11,8

Suppliers***) 0,57 0,50 0,41 0,35 0,24 0,21 -18,2

Lain-Lain***) - - - - - -

2. Pinjaman Dalam Negeri 0,39 1,01 1,80 2,27 2,91 3,56 55,6

b SBN 1.064,40 1.187,66 1.361,10 1.661,05 1.931,22 2.171,24 15,3

Denominasi Valas 161,97 195,63 264,91 399,40 456,62 554,29 27,9

Denominasi Rupiah 902,43 992,03 1.096,19 1.261,65 1.474,60 1.616,95 12,4

Outstanding (dalam IDR triliun)2015

Catatan:

*Termasuk semi commercial

**Beberapa termasuk semi concessional

***Seluruhnya termasuk commercial

Sumber : Kementerian Keuangan

Persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang pemerintah selama 2010-

triwulan II tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 16. Dalam kurun waktu tersebut,

porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan dari

36,7 persen di tahun 2010 menjadi 24,2 persen pada triwulan II tahun 2015.

Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan II Tahun 2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Total Utang Pemerintah Pusat (dalam triliun IDR) 1.681,66 1.808,95 1.975,43 2.375,49 2.604,94 2.864,18

a Pinjaman (dalam triliun IDR) 617,26 621,29 614,33 714,44 673,72 692,94

b SBN (dalam triliun IDR) 1.064,40 1.187,66 1.361,10 1.661,05 1.931,22 2.171,24

Denominasi Valas 161,97 195,63 264,91 399,40 456,62 554,29

Denominasi Rupiah 902,43 992,03 1.096,19 1.261,65 1.474,60 1.616,95

Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang 36,7% 34,3% 31,1% 30,1% 25,9% 24,2%

Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang 9,6% 10,8% 13,4% 16,8% 17,5% 19,4%

Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang 53,7% 54,8% 55,5% 53,1% 56,6% 56,5% Sumber: Kementerian Keuangan

Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah terus mengalami

peningkatan dalam kurun waktu 2010-Triwulan II Tahun 2015. Sampai Triwulan II

Tahun 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai 75,8 persen dari total

utang pemerintah. Porsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang

secara rata-rata berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding SBN

valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami peningkatan dari 9,6 persen

pada tahun 2010 menjadi 19,4 persen pada Triwulan II Tahun 2015.

33 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

Surat Berharga Negara (SBN)

Posisi outstanding SBN dalam kurun waktu 2010-triwulan II tahun 2015

ditunjukkan pada tabel 17. Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami

peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010

menjadi Rp 2.171,2 triliun pada triwulan II tahun 2015. Dalam kurun lima tahun

terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat

dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke

tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN domestik meningkat rata rata

sebesar 12,4 persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada

meningkatnya outstanding SBN domestik. Outstanding SBN domestik meningkat dari

Rp 902,4 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 1.617,0 triliun pada triwulan II tahun

2015.

Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah)

JENIS SBN 31 Des 2010 31-Des-11 31-Des-12 31-Des-13 31-Des-14 31 Juni 2015

I. SBN Rupiah

Fixed Rate 399.724 485.515 576.240 707.391 891.866 994.448

ORI 40.672 31.627 34.153 43.882 54.097 54.098

Variable Rate 142.795 135.063 122.755 122.755 113.344 104.180

Zero Coupon 2.512 2.512 1.263 - - -

SPN 29.795 29.900 22.820 34.050 39.950 46.500

SBSN 25.717 38.988 63.035 87.174 110.704 156.209

SUP 248.432 244.636 240.144 234.870 229.054 225.926

SBR - - - - 2.391 2.391

SDHI 12.783 23.783 35.783 31.533 33.197 33.197

Total SBN Rupiah 902.430 992.025 1.096.193 1.261.655 1.474.603 1.616.948

II. SBN Valas

Total SBN Valas 161.976 195.630 264.907 399.400 456.616 554.292

GRAND TOTAL SBN (I+II) 1.064.406 1.187.655 1.361.100 1.661.055 1.931.218 2.171.240

Asumsi Kurs (IDR/USD) 8.991 9.068 9.670 12.189 12.440 13.332

Asumsi Kurs (IDR/JPY) 110 117 112 116 104 109

Asumsi Kurs (IDR/EUR) 15.133 14.920

Nilai SBN Valas

- INDO (dalam miliar USD) 16,20 18,70 22,95 27,14 29,19 32,19

- SBSN (dalam miliar USD) 0,65 1,65 2,65 4,15 5,00 6,50

- RIEURO (dalam miliar EURO) 1,00 1,00

- RIJPY (dalam miliar JPY) 95,00 95,00 155,00 155,00 155,00 155,00

Komposisi

SBN Rupiah (dalam %) 0,85 0,84 0,81 0,76 0,76 0,74

SBN Valas (dalam %) 0,15 0,16 0,19 0,24 0,24 0,26 Sumber: Kementerian Keuangan

Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu tahun 2010-

triwulan II tahun 2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 27,9

persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp 162,0 triliun pada tahun 2010

menjadi Rp 554,3 triliun pada triwulan II tahun 2015. Dalam mata uang asing,

sampai dengan triwulan II tahun 2015, outstanding SBN valas dalam mata uang USD

adalah sebesar USD 38,69 miliar dan mata uang Yen Jepang sebesar JPY 155,00

34 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

miliar dan dalam mata uang euro sebesar EUR 1 miliar. Penerbitan SBN dalam mata

uang EUR ini dilakukan Pemerintah untuk pertama kalinya pada bulan Juli 2014.

Alasan yang melatarbelakangi penerbitan SBN EUR ini, antara lain (i) sebagai

diversifikasi instrumen dan diversifikasi basis investor, (ii) benchmark yield curve

surat utang RI yang baru, dan (iii) pembiayaan tambahan bagi APBN.

Selanjutnya Eurobonds diharapkan dapat membuka basis investor baru bagi

pemerintah untuk menerbitkan surat utang di masa depan. Permintaan atas Euro

Bonds sangat tinggi yang menunjukkan bahwa kepercayaan asing terhadap

Indonesia makin meningkat. Selain itu strategi yang dilakukan pemerintah ketika

yield dalam dolar naik, maka pemerintah masuk ke Euro dimana yield di Euronya

mengalami penurunan. Imbal hasil (yield) Eurobonds ini juga jauh lebih rendah,

sedangkan harganya juga lebih bagus. Selain membuka basis investor baru,

penerbitan Eurobonds juga diharapkan mampu memperoleh suatu benchmark yield

curve surat utang Indonesia yang baru yang akan menjadi reference bagi para pihak

di Indonesia di kemudian hari dalam menerbitkan Eurobonds.

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)

Target Nominal Realisasi % Realisasi

sd 31 Juni 2015

SBN Netto 277.049.800 297.698.382 206.264.334 69,29%

SBN Jatuh Tempo 2015 153.612.324 154.487.324 80.329.701 52,00%

Rencana Buyback 3.000.000 3.000.000 - 0,00%

Kebutuhan Penerbitan 2015 (Gross)* 430.662.124 452.185.706 286.594.035 63,38%

SUN 202.935.000

SUN Domestik 152.560.000

- ON 116.860.000

- SPN 32.700.000

- Private Placement 3.000.000

- SUN RITEL -

SUN Valas 50.375.000

SBSN 83.662.035

SBSN Domestik 57.240.035

SBSN Valas 26.422.000

UraianTarget

APBN-P 2015

Sumber : Kementerian Keuangan

Selanjutnya tabel 18 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2015 (neto)

terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN. Dalam upaya

pemenuhan target pembiayaan SBN neto, penerbitan SBN dilakukan secara periodik.

Kenaikan penerbitan SBN dalam kurun waktu lima tahun terakhir antara lain

ditujukan untuk refinancing. Refinancing tersebut dilakukan melalui penerbitan

utang baru yang mempunyai syarat dan kondisi yang lebih baik. Sampai dengan

triwulan II tahun 2015, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp 206,3 triliun

atau mencapai 69,3 persen persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.

35 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

Posisi kepemilikan SBN domestik sampai dengan triwulan II tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 19 di bawah ini. Dari sisi kepemilikan SBN domestik, sampai

dengan triwulan II tahun 2015, realisasi penerbitan SBN domestik lebih banyak

diserap oleh investor non-bank; terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana,

dan investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN domestik yang

diserap oleh investor non-bank mencapai Rp 906,8 triliun atau 66,9 persen dari total

SBN domestik. Investor perbankan menyerap Rp 369,1 triliun atau 27,2 persen dari

total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar 5,94 persen dimiliki oleh Institusi

Pemerintah.

Selanjutnya dari tabel 19 dapat dilihat juga bahwa kepemilikan SBN domestik oleh

investor non-bank dalam kurun waktu 2010 - triwulan II tahun 2015 meningkat

rata-rata sebesar 14,3 persen. Peningkatan ini lebih besar dibanding peningkatan

kepemilikan SBN domestik oleh investor perbankan yang meningkat rata-rata 11,2

persen dari Rp 217,27 triliun di akhir tahun 2010 menjadi Rp 369,1 triliun pada

triwulan II tahun 2015. Sedangkan kepemilikan SBN domestik oleh Institusi

Pemerintah meningkat tinggi rata-rata sebesar 35,8 persen dari Rp 17,42 triliun di

tahun 2010 menjadi Rp 80,6 triliun pada triwulan II tahun 2015.

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-RataPersentase

Kepemilikan

Bank 217,27 265,03 299,66 335,43 375,55 369,11 11,2 27,21%

Bank BUMN Rekap 131,72 148,64 147,52

Bank Swasta Rekap 54,93 67,33 81,58

Bank Non Rekap 26,26 42,84 62,07

BPD Rekap 1,41 4,32 3,67

Bank Syariah 2,95 1,90 4,83

Institusi Pemerintah 17,42 7,84 3,07 44,44 41,63 80,58 35,8 5,94%

Non Banks 406,52 450,75 517,53 615,38 792,77 906,74 17,4 66,85%

Reksadana 51,16 47,22 43,19 42,50 45,79 56,28 1,9 4,15%

Asuransi 79,30 93,09 83,42 129,55 150,60 161,81 15,3 11,93%

Asing 195,76 222,86 270,52 323,83 461,35 537,53 22,4 39,63%

Dana Pensiun 36,75 34,39 56,46 39,47 43,30 46,32 4,7 3,41%

Sekuritas 0,13 0,14 0,30 0,88 0,81 0,74 41,6 0,05%

Individu 32,48 30,41 32,23 2,38%

Lain lain 43,43 53,05 64,64 46,68 60,51 71,82 10,6 5,29%

Total 641,21 723,62 820,26 995,25 1.209,95 1.356,43 16,2 1,00 Sumber : Kementerian Keuangan

Selanjutnya kenaikan kepemilikan SBN domestik oleh investor non-bank yang

meningkat rata-rata 17,4 persen dalam kurun waktu 2010-2015. Kepemilikan SBN

domestik didominasi oleh investor asing. Dalam kurun waktu 2010-triwulan II

tahun 2015, kepemilikan investor asing pada SBN meningkat rata-rata sebesar 22,4

persen. Besarnya kepemilikan asing mengindikasikan bahwa investor asing

memiliki kepercayaan terhadap kondisi fundamental perekonomian di dalam negeri.

Namun demikian, besarnya kepemilikan asing terhadap SBN tersebut perlu

36 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014

diwaspadai karena sangat rentan terhadap risiko terjadinya sudden reversal yang

dapat berdampak sistemik terhadap perekonomian secara nasional. Untuk

mengantisipasi terjadinya resiko tersebut, berbagai kebijakan dilakukan

pemerintah, antara lain dengan melakukan penyempurnaan terhadap protokol

manajemen krisis (crisis management protocol/CMP) di pasar SBN dan

mempersiapkan skema mekanisme stabilisasi pasar SBN melalui Bond Stabilisation

Framework (BSF).

Pinjaman

Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman

dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan

pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui

pinjaman pada tahun 2010-triwulan II tahun 2015. Sampai dengan bulan triwulan II

tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri (bruto) mencapai Rp 11,8 triliun atau

24,2 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015. Realisasi pinjaman

luar negeri tersebut merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru

mencapai Rp 10,5 triliun atau 25,6 persen dari pagu APBN-P 2015 dan pinjaman

program sebesar Rp 1,3 triliun atau 16,7 persen dari pagu APBN-P 2015. Masih

rendahnya realisasi pinjaman proyek, antara lain disebabkan oleh lambatnya proses

pengadaan barang dan jasa, lambatnya proses pembebasan lahan dan pemberian ijin

pemanfaatan lahan, perubahan desain proyek, reorganisasi dan perubahan

nomenklatur beberapa K/L, penggantian pejabat perbendaharaan, serta adanya

rencana pembatalan pembiayaan beberapa proyek melalui pinjaman luar negeri.

Selain itu, pelaksanaan proyek dalam semester I tahun 2015 pada umumnya baru

sampai pada tahap penyelesaian proses pengadaan barang dan jasa, sehingga

penyerapan dana masih terbatas pada pembayaran uang muka atau kegiatan

persiapan proyek. Sementara itu terkait realisasi pinjaman program, rendahnya

realisasi disebabkan karena sebagian besar pencairan pinjaman program akan

dilakukan pada semester II tahun 2015 sesuai dengan jadwal penarikan dan

menunggu proses penyelesaian policy matrix terlebih dulu. Selanjutnya adalah

realisasi pinjaman dalam negeri. Sampai dengan akhir triwulan II tahun 2015

realisasi pinjaman dalam negeri (neto) mencapai Rp 0,3 triliun atau sebesar 19,6

persen dari pagu APBN-P 2015.

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah)

PINJAMAN 55,19 34,37 31,95 49,99 48,74 50,34 12,11 24,1%

Pinjaman Luar Negeri (bruto) 54,79 33,75 31,02 49,51 48,10 48,65 11,78 24,2%

- Pinjaman Program 28,97 15,27 15,00 18,39 17,77 7,50 1,25 16,7%

- Pinjaman Proyek 25,82 18,48 16,40 31,12 30,33 41,15 10,53 25,6%

Pinjaman Dalam Negeri 0,40 0,62 0,80 0,48 0,64 1,69 0,33 19,6%

Real 2015 %JENIS PEMBIAYAAN UTANG Real 2013APBN-P

2015Real 2010 Real 2011 Real 2012 Real 2014

Sumber : Kementerian Keuangan

37

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah sebesar USD 39.299,9

juta, mengalami penurunan sebesar 11,74 persen jika dibandingkan dengan triwulan

II tahun 2014.

Pada akhir triwulan II tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 37.218,0

juta atau menurun sebesar 20,3 persen (YoY).

Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 2.096,3 juta.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK

DAN INTERNASIONAL

38

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Isu Terkini

Devaluasi Yuan, Ini Dampak Bagi Indonesia Menurut Mantan Menkeu Era SBY

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengingatkan pemerintah bahwa ekspor

Indonesia kian terancam dengan langkah Bank Sentral Tiongkok (People Bank of China)

melakukan devaluasi Yuan hampir 2 persen.

Menurutnya, devaluasi Yuan akan membuat ekspor Tiongkok menjadi kompetitif.

Namun, sambungnya, hal itu akan menyulitkan Zona Euro karena ekspor mereka

menjadi tidak kompetitif, sehingga pemulihan Zona Euro semakin terganggu. Di sisi

lain, ungkapnya, kebijakan itu bisa membuat the Fed menunda kenaikan bunganya.

Kombinasi ini, lanjutnya, akan membuat ketidakpastian di pasar semakin

berkepanjangan. "Devaluasi Yuan juga akan memukul ekspor Asia di pasar dunia.

Artinya, ekspor Indonesia ke pasar dunia bisa menjadi semakin sulit karena harga

barang Tiongkok menjadi lebih murah," tulisnya pada akun Twitter @ChatibBasri,

Selasa (11/8/2015).

Penguatan ekonomi Tiongkok dapat memicu kenaikan ekspor Indonesia ke Tiongkok.

Namun, ungkap Chatib, dengan devaluasi Yuan, dampaknya belum jelas karena impor

Tiongkok akan berkurang. Untuk mempertahankan daya saing, tuturnya, bisa jadi

negara lain melakukan competitive devaluation. Apabila hal ini terjadi, sambungnya,

akan ada resiko currency war. "Kalau itu terjadi maka bisa dibayangkan nilai tukar akan

terus melemah dan ketidakpastian pasar terjadi. Karena itu kita harus antisipasi. Dalam

situasi global yang tidak pasti ini, sumber pertumbuhan harus bertumpu pada pasar

domestik. Karena itu 'keep buying strategy' jadi penting," tegasnya.

Sumber: Bisnis.com, 11 Agustus 2015

Bentuk Depo Bapok Kita, Mendag Pangkas Rantai Distribusi

Kementerian Perdagangan RI kembali melakukan terobosan guna menstabilkan harga

barang kebutuhan pokok (bapok). Kali ini, Kemendag memfasilitasi pembentukan

DEPO BAPOK KITA. Tujuannya guna memangkas distribusi. Panjangnya rantai

distribusi menjadi penyebab utama meningkatnya harga komoditas dari daerah asal ke

pasar tujuan, yang ditaksir hingga 15 persen.

“Pembentukan DEPO BAPOK KITA bertujuan memangkas rantai distribusi komoditas

yang terlalu panjang sehingga berdampak pada tingginya harga di tingkat konsumen,”

tegas Menteri Perdagangan RI Rachmat Gobel pada acara peresmian DEPO BAPOK

KITA pertama di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, hari ini (10/8). Pembentukan DEPO

BAPOK KITA, kata Mendag, didasarkan pada nota kesepahaman antara Perusahaan

Umum (Perum) Bulog dengan PD. Pasar Jaya, Pusat Koperasi Pedagang Pasar DKI Jaya,

Bank BRI, dan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir (BLU-LPDB)

yang selanjutnya disebut PIHAK KITA. Mendag menjelaskan, mekanisme DEPO BAPOK

39

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

KITA, yaitu Bulog sebagai pemasok utama akan menyediakan barang kebutuhan pokok

langsung dari petani ataupun importir (dengan perjanjian tertentu) yang nantinya akan

diperjualbelikan di kios yang telah disediakan di pasar setempat kepada

pedagang. Selain panjangnya rantai distribusi, kata Mendag, faktor lain yang

mempengaruhi harga di tingkat konsumen yang perlu dibenahi yaitu peran bandar

barang kebutuhan pokok di pasar induk yang dominan dalam menentukan harga dan

relatif lemahnya akses pembiayaan para pedagang di pasar rakyat. Oleh karena itu,

Mendag berharap pendirian DEPO BAPOK KITA dapat membantu para pedagang

mendapat akses sumber pasokan barang kebutuhan pokok dengan harga yang lebih

kompetitif.

“Upaya ini juga untuk memfasilitasi pedagang pasar rakyat agar mendapatkan akses

pembiayaan dengan mekanisme lebih sederhana, mudah, cepat, dan dengan bunga

yang lebih ringan,” tuturnya. Akses pembiayaan pedagang pasar akan diatur secara

bilateral antara Koperasi Pasar/Lembaga Keuangan Bank-Lembaga Keuangan Non-

Bank (KOPPAS/LKB-LKNB) dan pedagang itu sendiri. Diakui Mendag, pembenahan

yang dilakukan ini akan menimbulkan pro dan kontra. Namun, Rachmat berkeyakinan

pembentukan depo ini akan mengikis pengeluaran ekstra para pedagang yang selama

ini dibebankan kepada konsumen. “Memang tidak mudah melakukan perbaikan, namun

jika semua instansi bekerja sama bukan tidak mungkin hal ini dapat terlaksana. Ke

depan akan ada sepuluh DEPO BAPOK KITA di wilayah Jakarta hingga akhir tahun,”

pungkas Mendag.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan, 10 Agustus 2015

Menteri Perdagangan terbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No

48/M/DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor guna

mengatasi masalah dwelling time

Menteri Perdagangan terbitkan aturan baru tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor

guna menciptakan tertib administrasi di bidang impor dan sebagai upaya Kemendag

untuk mengatasi masalah dwelling time di pelabuhan. Aturan tersebut tertuang dalam

Permendag No 48/M/DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.

Berdasarkan peraturan tersebut, importir diwajibkan untuk memiliki Angka Pengenal

Impor (API) dan izin impor dari Kementerian/Lembaga Teknis lain (khusus untuk

impor barang yang dibatasi) sebelum barang masuk ke dalam daerah pabean

Indonesia. Terhadap importir yang tidak memiliki perizinan impor, Kemendag akan

memberikan sanksi pembekuan API dan sanksi lain sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pengaturan tersebut pada dasarnya telah sesuai dengan hasil perhitungan dwelling

time di Pelabuhan Tanjung Priok periode Juni 2012-Juni 2013 yang dilakukan oleh

Bappenas. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kontribusi terbesar dwelling time di

Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari waktu di proses pre-clearance, yaitu waktu yang

40

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

dihitung sejak kapal melakukan unloading barang sampai penyerahan Pemberitahuan

Impor Barang (PIB). Sebagian besar importir (69,85 persen) baru menyerahkan PIB

setelah unloading selesai dikerjakan. Padahal proses penyiapan PIB sudah dapat

dilakukan mulai dari kapal yang mengangkut barang berangkat dari pelabuhan asal,

sehingga penyerahan dokumen PIB dapat dilakukan bahkan sebelum kapal tiba di

Pelabuhan tujuan.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan, 3 Juli 2015

Pemerintah Fasilitasi Permasalahan Investasi (debottlenecking)

Terkait permasalahan dalam investasi, pemerintah telah melakukan fasilitasi

penyelesaian permasalahan yang di hadapi oleh penanam modal (dedobttlenecking)

dalam merealisasikan investasinya di Indonesia. Berdasar data dari BKPM, hingga 11

Mei 2015, sebanyak 22 perusahaan telah selesai permasalahannya. Total

debottlenecking sebanyak 88 perusahaan, yang terdiri dari 48 perusahaan yang sudah

ada Surat Persetujuan/Izin Prinsip (SP/IP), 18 perusahaan belum ada SP/IP dan 22

perusahaan sudah selesai permasalahannya. Adapun rincian debottlenecking

perusahaan sebagai berikut:

1. Debottlenecking Yang Sudah Selesai (22 perusahaan)

Berdasarkan jenis permasalahan utama, terdapat 4 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait penyalahgunaan izin, 2 perusahaan menghadapi permasalahan

terkait RTRW dan lahan, 2 perusahaan menghadapi permasalahan terkait adanya

penolakan masyarakat, 3 perusahaan menghadapi permasalahan terkait larangan

ekspor raw material, 2 perusahaan menghadapi permasalahan terkait perizinan, 2

perusahaan menghadapi permasalahan terkait kontrak kerjasama, 1 perusahaan

menghadapi permasalahan terkait tenaga kerja, 1 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait tax incentive, 2 perusahaan menghadapi permasalahan

pemalsuan terkait merek/izin, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait

jaminan keamanan, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait kuota impor raw

sugar, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait pengenaan anti dumping.

2. Debottlenecking Yang Masih Difasilitasi Belum Ada SP/IP (18 perusahaan)

Berdasarkan jenis permasalahan utama, terdapat 1 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait jaminan pasokan bahan baku, 2 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait kontrak kerjasama, 2 perusahaan menghadapi permasalahan

terkait perizinan, 1 perusahaan menghadapi permasalahan RTRW dan lahan, serta 12

perusahaan baru menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia.

3. Debottlenecking Yang Masih Difasilitasi Sudah Ada SP/IP (48 perusahaan)

Berdasarkan jenis permasalahan utama, terdapat 16 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait RTRW dan lahan, 13 perusahaan menghadapi permasalahan

terkait perizinan, 5 perusahaan menghadapi permasalahan terkait jaminan pasokan

41

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

bahan baku, 2 perusahaan menghadapi permasalahan terkait kuota impor raw sugar, 7

perusahaan menghadapi permasalahan terkait adanya moratorium penghentian

sementara perizinan usaha perikanan tangkap, 1 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait adanya pembangunan ilegal, 1 perusahaan menghadapi

permasalahan terkait pengenaan pajak, 1 perusahaan menghadapi permasalahan

terkait adanya penolakan masyarakat, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait

sengketa pemegang saham, dan 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait tax

incentive.

Sumber: Siaran Pers BKPM, 11 Mei 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN

Perkembangan Ekspor

Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Juni 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah sebesar USD 39.299,9

juta, mengalami penurunan sebesar 11,74 persen jika dibandingkan dengan triwulan II

tahun 2014. Pada periode yang sama, ekspor sektor migas dan non-migas mengalami

penurunan sebesar 45,3 persen dan 4,5 persen. Sementara itu, komoditas hasil minyak

dalam sektor migas turun sebesar 50,1 persen, sedangkan ekspor produk

pertambangan dalam sektor non-migas menurun sebesar 7,4 persen.

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan II Tahun 2015

Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15

Nilai Ekspor (USD Juta) 190.031,80

182.567,60

176.292,70

44.525,53

39.299,98

13.506,00

Migas 36.977,20

32.633,00

30.331,90

7.813,03

4.268,39

1.440,00

Minyak Mentah 12.293,40 10.204,70 9.528,20 2.432,10

1.554,99 574,00

42

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15

Hasil Minyak 4.163,30 4.299,10 3.623,40 1.024,42 510,72 158,00

Gas 20.520,50 18.129,20 17.180,30 4.356,51

2.202,68 708,00

Non-Migas 153.054,60

149.934,60

145.960,80

36.712,50

35.031,59

12.066,00

Pertanian 5.569,20 5.728,30 5.770,60 1.386,54

1.371,61 486,00

Industri 116.136,70 113.030,10 117.329,90 29.843,97

28.508,37

9.885,00

Pertambangan 31.348,70 31.176,20 22.850,00 5.477,70

5.067,91

1.613,00 Pertumbuhan Ekspor*

(%) -6,60 -3,90 -3,44 -2,50 -11,74 -12,35

Migas -10,80 -11,80 -7,05 -4,50 -45,37 -48,32

Minyak Mentah -11,10 -17,00 -6,63 -10,70 -36,06 -42,83

Hasil Minyak -12,80 3,30 -15,72 2,90 -50,15 -50,52

Gas -10,30 -11,70 -5,23 -2,30 -49,44 -51,59

Non-Migas -5,50 -2,00 -2,65 -2,00 -4,58 -4,41

Pertanian 7,80 2.9 0,74 1,30 -1,08 0,51

Industri -5,00 -2.7 3,80 5,50 -4,48 -4,95

Pertambangan -9,60 -56.0 -26,71 -29,90 -7,48 -7,25

Proporsi Ekspor** (%) 100 100 100 100 100 100

Migas 19,50 17,90 17,21 18,00 10,86 10,66

Minyak Mentah 6,50 5,60 5,40 5,00 3,96 4,25

Hasil Minyak 2,20 2,40 2,06 2,00 1,30 1,17

Gas 10,80 9,90 9,75 10,00 5,60 5,25

Non Migas 80,50 82,10 82,79 82,00 89,14 89,34

Pertanian 2,90 3,10 3,27 3,00 3,49 3,60

Industri 61,10 61,90 66,55 67,00 72,54 73,19

Pertambangan 16,50 17,10 12,96 12,00 12,90 11,95

Sumber Pertumbuhan

(%)

Migas -2,10 -2,00 -1,21 -0,80 -4,93 -5,15

Minyak Mentah -0,70 -0,90 -0,36 -0,60 -1,43 -1,82

Hasil Minyak -0,30 0,10 -0,32 0,10 -0,65 -0,59

Gas -1,10 -1,20 -0,51 -0,20 -2,77 -2,71

Non-Migas -4,50 -1,70 -2,19 -1,70 -4,08 -3,94

Pertanian 0,20 0,10 0,02 0,00 -0,04 0,02

Industri -3,00 -1,70 2,53 3,70 -3,25 -3,63

Pertambangan -1,60 -9,60 -3,46 -3,70 -0,96 -0,87

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)

43

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Total nilai ekspor sektor non-migas Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah

sebesar USD 35.031,5 juta dan mengalami penurunan sebesar 4,5 persen (YoY).

Berdasarkan data pada total nilai ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel

22), didapat komoditas dengan nilai ekspor terbesar pada triwulan II tahun 2015

adalah lemak dan minyak hewan/nabati (HS-15) dengan nilai USD 5.184 juta, dengan

proporsi 14,8 persen terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan nilai dan

proporsi terbesar selanjutnya adalah bahan bakar mineral (HS-27) dengan nilai USD

4.118 juta, dengan proporsi 11,7 persen terhadap total ekspor non-migas. Namun,

apabila melihat dari sisi pertumbuhan pada triwulan II tahun 2015, karet dan barang

dari karet (HS-40) memiliki nilai pertumbuhan positif yang paling besar, yaitu sebesar

24,2 persen. Sementara itu, bahan bakar mineral (HS-27) menjadi barang ekspor

dengan pertumbuhan negatif paling besar pada triwulan II tahun 2015, yaitu sebesar -

16,9 persen (YoY), yang diikuti oleh perhiasan/permata (HS-71) dengan pertumbuhan

-16,6 persen.

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015

HS Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015

15 Lemak & minyak hewan/nabati

5.491,06 5.184,03 -15,25 -5,59 14,96 14,80

27 Bahan bakar mineral 4.958,51 4.118,04 4,13 -16,95 13,51 11,76

85 Mesin/peralatan listrik 2.408,53 2.141,67 -5,07 -11,08 6,56 6,11

40 Karet dan Barang dari Karet

1.298,70 1.612,96 145,17 24,20 3,54 4,60

71 Perhiasan/Permata 1.863,51 1.552,50 -23,89 -16,69 5,08 4,43

87 Kendaraan dan Bagiannya 1.147,06 1.391,22 7,42 21,29 3,12 3,97

84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

1.476,54 1.317,21 -3,64 -10,79 4,02 3,76

64 Alas kaki 1.136,30 1.263,40 7,48 11,19 3,10 3,61

44 Kayu, Barang dari Kayu 1.060,03 1.077,75 11,72 1,67 2,89 3,08

62 Pakaian jadi bukan rajutan 1.006,11 1.016,98 1,93 1,08 2,74 2,90

Lainnya 14.866,15 14.312,79 -1,71 -3,72 40,49 40,95

TOTAL NON-MIGAS 36.712,50 35.031,62 -2,03 -4,58 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume ekspor non-migas Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah sebesar

114.390 juta kg dan mengalami penurunan sebesar 10,2 persen (YoY). Berdasarkan

data total volume ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel 22), didapat

komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan II tahun 2015 adalah bahan

bakar mineral (HS-27) dengan volume 89.351 juta kg, dengan proporsi 78,1 persen

terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan nilai dan proporsi terbesar

selanjutnya adalah Lemak & minyak hewan/nabati (HS-15) dengan berat 7.978 juta kg,

dengan proporsi 6,9 persen terhadap total ekspor non-migas. Namun, apabila melihat

dari sisi pertumbuhan pada triwulan II tahun 2015, bijih, kerak, dan abu logam (HS-26)

44

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

memiliki nilai pertumbuhan paling besar, yakni sebesar 1.482,1 persen (YoY).

Sementara itu, bubur kayu/pulp (HS-47) merupakan barang ekspor non-migas dengan

pertumbuhan negatif paling besar jika dibandingkan dengan sembilan komoditas

lainnya, dengan penurunan sebesar 29,0 persen (YoY).

Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015

HS Komoditas Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015

27 Bahan bakar mineral 106.057,51 89.351,33 -3,02 -15,75 83,18 78,11

15 Lemak & minyak hewan/nabati

5.678,33 7.978,63 -7,65 40,51 4,45 6,97

25 Garam, Belerang, Kapur 2.720,47 2.818,97 4,31 3,62 2,13 2,46

44 Kayu, Barang dari Kayu 1.611,10 1.599,73 19,96 -0,71 1,26 1,40

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam

79,77 1.262,10 -99,76 1482,16 0,06 1,10

48 Kertas/Karton 1.103,17 1.103,95 3,81 0,07 0,87 0,97

23 Ampas/Sisa Industri Makanan

311,46 1.100,07 158,63 253,20 0,24 0,96

38 Berbagai produk kimia 1.061,06 907,74 -2,79 -14,45 0,83 0,79

40 Karet dan Barang dari Karet

855,01 893,34 1,18 4,48 0,67 0,78

47 Bubur kayu/Pulp 1.167,51 828,08 16,94 -29,07 0,92 0,72

Lainnya 6.864,31 6.546,64 5,01 -4,63 5,38 5,72

TOTAL NON-MIGAS 127.509,69 114.390,58 -21,94 -10,29 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan ekspor non-migas ke-5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan II

tahun 2015 turun sebesar 4,4 persen (YoY). Dari ke lima negara tujuan utama,

pertumbuhan positif terjadi pada ekspor non-migas ke India, yakni sebesar 18,0

persen. Sedangkan pertumbuhan negatif terjadi pada ekspor non-migas ke Singapura

(18,4 persen), Tiongkok (13,0 persen), Jepang (7,2 persen) dan Amerika (0,4 persen).

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan II Tahun 2015

Negara Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi (%)

2014 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015

Amerika Serikat 15.856,78 4.072,65 4.053,91 232,91 -0,46 11,09 11,57

China 16.458,86 4.043,31 3.517,74 -93,73 -13,00 11,01 10,04

India 12.223,74 2.920,46 3.447,65 -92,21 18,05 7,95 9,84

Jepang 14.565,74 3.535,88 3.279,45 -68,00 -7,25 9,63 9,36

Singapura 10.065,89 2.697,47 2.200,76 -14,99 -18,41 7,35 6,28

TOTAL 5 NEGARA

69.171,02 17.269,77 16.499,50 -85,29 -4,46 47,04 47,10

TOTAL LAINNYA

76.789,78 19.442,73 18.532,12 -57,68 -4,68 52,96 52,90

TOTAL NON-MIGAS

145.960,80 36.712,50 35.031,62 -77,52 -4,58 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

45

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Perkembangan Impor

Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga Juni 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada akhir triwulan II tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 37.218,0

juta atau menurun sebesar 20,3 persen (YoY). Impor barang konsumsi, bahan baku dan

barang modal masing-masing mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -13,3

persen, -21,1 persen dan 19,4 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

2014. Impor hasil minyak (USD 4.180,9 juta) pada triwulan II tahun 2015 lebih besar

dibandingkan impor minyak mentah (USD 2.264,2 juta) dan gas (USD 549,2 juta).

Impor sektor migas dan non-migas mengalami pertumbuhan yang negatif masing-

masing sebesar -35,2 persen dan -15,8 persen.

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan II Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15

Nilai Impor (USD Juta) 191.670,90 186.628,30 178.178,80 46.723,10 37.218,00 12.978,10

Barang Konsumsi 13.415,20 13.138,90 12.667,20 3.328,10 2.882,50 1.027,90

Bahan Baku 140.111,30 141.957,20 136.208,60 35.751,30 28.174,40 9.773,50

Barang Modal 38.144,40 31.532,20 29.303,00 7.643,70 6.161,10 2.176,70

Migas 42.565,30 45.266,40 43.459,90 10.793,60 6.994,30 2.577,50

Minyak Mentah 10.803,20 13.585,80 13.072,53 3.525,10 2.264,20 864,00

Hasil Minyak 28.680,50 28.568,10 27.363,16 6.564,90 4.180,90 1.560,20

Gas 3.081,60 3.112,90 3.024,97 704,30 549,20 153,30

Non-Migas 149.125,30 141.362,30 134.718,90 35.929,50 30.223,70 10.400,60

Pertumbuhan Impor*

(%) 8,02 -2,60 -45,00 -4,18 -20,34 -17,33

Barang Konsumsi 0,17 -2,00 -36,00 -7,55 -13,39 -10,80

Bahan Baku 7,01 1,30 -4,00 -3,40 -21,19 -18,20

Barang Modal 15,21 -17,40 -71,00 -6,22 -19,40 -16,20

Migas 4,58 4,50 -4,00 1,87 -35,20 -24,06

Minyak Mentah -3,15 25,80 -38,00 1,87 -35,77 -25,58

Hasil Minyak 1,94 -0,40 -42,00 -0,30 -36,31 -23,28

Gas 118,17 1,00 -28,00 2,63 -22,02 -23,31

46

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15

Non- Migas 9,00 -6,10 -47,00 -5,86 -15,88 -15,47

Proporsi Impor** (%) 100 100 100 100 100 100

Barang Konsumsi 7,00 7,00 71,00 7,12 7,74 7,92

Bahan Baku 73,10 76,10 764,00 76,52 75,70 75,31

Barang Modal 19,90 16,90 164,00 16,36 16,55 16,77

Migas 22,21 23,80 244,00 23,10 18,79 19,86

Minyak Mentah 5,64 7,30 73,00 7,54 6,08 6,66

Hasil Minyak 14,96 15,30 154,00 14,05 11,23 12,02

Gas 1,61 1,70 17,00 1,51 1,48 1,18

Non-Migas 77,80 75,00 756,00 76,90 81,21 80,14

Sumber Pertumbuhan

(%) -20,34 -17,33

Barang Konsumsi 0,00 -0,10 -3,00 -0,54 -1,04 -0,86

Bahan Baku 5,10 1,00 -31,00 -2,60 -16,04 -13,70

Barang Modal 3,00 -2,90 -12,00 -1,02 -3,21 -2,72

Migas 1,00 1,10 -1,00 0,43 -6,61 -4,78

Minyak Mentah -0,10 1,90 -3,00 0,14 -2,18 -1,70

Hasil Minyak 0,30 -0,10 -6,00 -0,04 -4,08 -2,80

Gas 1,90 0,00 0,00 0,04 -0,32 -0,28

Non-Migas 7,00 -4,60 -35,00 -4,50 -12,90 -12,40

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)

Pertumbuhan impor non-migas pada triwulan II tahun 2015 (YoY) mengalami

penurunan sebesar -15,8 persen disebabkan oleh adanya penurunan impor di berbagai

komoditas diantaranya penurunan impor mesin dan peralatan mekanik (HS-84)

sebesar 20,4 persen dengan proporsi 17,9 persen dari nilai total impor non-migas;

penurunan impor mesin dan peralatan listrik (HS-85) sebesar 11,0 persen dengan

proporsi impor 13,1 persen; serta penurunan impor besi dan baja (HS-72) sebesar 37,4

persen dengan proporsi impor 4,7 persen.

Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan II Tahun 2015

HS KOMODITAS Nilai Impor (Juta USD)

Pertumbuhan YoY

(%) Proporsi (%)

Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015

84 Mesin dan Peralatan

Mekanik 6.810,78 5.414,99 -0,54 -20,49 18,96 17,92

85 Mesin dan Peralatan Listik 4.446,60 3.956,73 -8,13 -11,02 12,38 13,10

39 Plastik dan Barang dari

Plastik 2.044,42 1.793,45 1,89 -12,28 5,69 5,94

29 Bahan Kimia Organik 1.788,16 1.527,94 -1,34 -14,55 4,98 5,06

72 Besi dan Baja 2.282,65 1.427,49 -19,79 -37,46 6,35 4,73

87 Kendaraan Bermotor dan

Bagiannya 1.618,83 1.330,36 -20,28 -17,82 4,51 4,40

73 Benda-benda dari Besi dan

Baja 1.111,22 919,79 -14,22 -17,23 3,09 3,04

10 Serealia 994,79 779,29 1,70 -21,66 2,77 2,58

23 Sisa Industri Makanan 1.006,42 775,39 46,74 -22,96 2,80 2,57

47

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

52 Kapas 687,85 548,39 -2,41 -20,27 1,91 1,82

Lainnya 13.137,70 11.735,42 -6,93 -10,67 36,57 38,85

TOTAL NON MIGAS 35.929,42 30.223,70 -5,86 -15,88 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai impor dari 5 (lima) negara utama asal impor Indonesia pada triwulan II tahun

2015 mengalami pertumbuhan sebesar 3,0 persen (YoY). Penurunan impor terbesar

berasal dari Amerika, Jepang, dan Singapura dengan penurunan masing-masing sebesar

43,0 persen, 14,1 persen, dan 7,4 persen. Pada triwulan II tahun 2015, impor dari

Tiongkok merupakan impor terbesar Indonesia dengan proporsi sebesar 23,9 persen

dengan pertumbuhan (YoY) sebesar 45,3 persen.

Pada triwulan II tahun 2015, impor non-migas dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa

masih cukup besar, dengan proporsi masing-masing sebesar 21,9 persen dan 9,5

persen dari total impor non-migas Indonesia. Namun dari sisi pertumbuhan (YoY),

impor non-migas dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa menunjukkan pertumbuhan yang

negatif, masing-masing sebesar 17,0 persen dan 14,0 persen.

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan II Tahun 2015

Negara Nilai Impor Non Migas (Juta USD)

Pertumbuhan YoY

(%) Proporsi (%)

2014 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015

Tiongkok 30.461,55 4.987,55 7.247,05 60,65 45,30 22,30 23,98

Jepang 16.938,18 4.046,80 3.474,14 9,52 -14,15 12,34 11,49

Singapura 10.150,53 2.470,08 2.285,53 8,21 -7,47 7,44 7,56

Amerika 8.102,40 3.791,31 2.158,36 -38,09 -43,07 6,53 7,14

Thailand 9.694,76 1.376,60 2.018,55 88,61 46,63 7,23 6,68

TOTAL 5

NEGARA 75.347,42 16.672,33 17.183,63 20,32 3,07 55,83 56,85

TOTAL ASEAN 28.942,00 8.001,10 6.634,20 -0,50 -17,08 22,27 21,95

TOTAL UNI

EROPA 12.668,80 3.341,40 2.870,70 -6,04 -14,09 9,30 9,50

TOTAL

LAINNYA 59.371,48 15.869,00 13.040,07 -23,72 -17,83 44,17 43,15

TOTAL NON-

MIGAS 134.718,90 35.929,00 30.223,70 -4,12 -15,88 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 2.096,3 juta, hal itu disebabkan karena neraca perdagangan sektor non-

migas mengalami surplus sebesar USD 4.822,3 juta. Sementara neraca perdagangan

sektor migas pada triwulan yang sama mengalami defisit sebesar USD 2.726,0 juta.

Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan II 2015 mengalami

pertumbuhan sebesar 195,4 persen (YoY).

48

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan II Tahun 2015

2014 Q2 2014 Q2 2015 Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q2 2015

Ekspor Total (USD Juta) 176.292,70 44.525,53 39.299,98 -3,43 -11,74

Ekspor Migas 30.331,90 7.813,03 4.268,39 -7,05 -45,37

Ekspor Non-Migas 145.960,80 36.712,50 35.031,59 -2,64 -4,58

Impor Total (USD Juta) 178.178,80 46.723,10 37.203,60 -4,53 -20,37

Impor Migas 43.459,90 10.793,60 6.994,40 -3,99 -35,20

Impor Non-Migas 134.718,90 35.929,50 30.209,20 -4,70 -15,92

Neraca Perdagangan (USD Juta) -1.886,10 -2.197,57 2.096,38 -53,73 195,40

Migas -13.128,00 -2.980,57 -2.726,01 3,92 -8,54

Non-Migas 11.241,90 783,00 4.822,39 31,38 515,89

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan II tahun 2015 mengalami

defisit sebesar USD 3.396,5 juta, hal itu disebabkan oleh defisit pada neraca

perdagangan sektor non-migas sebesar USD 3.729,3 juta, lebih besar dari surplus pada

sektor migas sebesar USD 332,7 juta.

Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok

2014 Q2 2014 Q2 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q2 2015

Ekspor Total (USD Juta) 17.606,22 4.185,01 3.861,11 -22,10 -7,74

Ekspor Migas 1.147,36 141,70 343,38 -13,07 142,33

Ekspor Non-Migas 16.458,86 4.043,31 3.517,73 -22,66 -13,00

Impor Total (USD Juta) 30.624,34 8.030,61 7.257,65 2,60 -9,63

Impor Migas 162,78 18,19 10,61 -41,66 -41,67

Impor Non-Migas 30.461,55 8.012,42 7.247,04 3,01 -9,55

Neraca Perdagangan (USD Juta) -13.018,12 -3.845,60 -3.396,54 79,61 -11,68

Migas 984,57 123,51 332,77 -5,41 169,43

Non-Migas -14.002,69 -3.969,11 -3.729,31 68,93 -6,04

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 623,8 juta, hal itu disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor migas sebesar USD 818,5 juta yang lebih besar dari defisit pada sektor non-

migas sebesar USD 194,6 juta.

Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang

2014 Q2 2014 Q2 2015 Pertumbuhan (YoY) ()

2014 Q2 2015

Ekspor Total (USD Juta) 23.165,66 5.732,02 4.104,09 -14,47 -28,40

Ekspor Migas 8.599,92 2.196,14 824,60 -21,83 -62,45

Ekspor Non-Migas 14.565,74 3.535,88 3.279,49 -9,44 -7,25

Impor Total (USD Juta) 17.007,58 4.442,10 3.480,23 -11,81 -21,65

49

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Impor Migas 69,40 10,18 6,05 -69,89 -40,57

Impor Non-Migas 16.938,18 4.431,92 3.474,18 -11,10 -21,61

Neraca Perdagangan (USD Juta) 6.158,08 1.289,92 623,86 -21,07 -51,64

Migas 8.530,52 2.185,96 818,55 -20,81 -62,55

Non-Migas -2.372,44 -896,04 -194,69 -20,12 -78,27

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada bulan triwulan II tahun 2015 mengalami

surplus sebesar USD 2.052,0 juta. Hal tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca

perdagangan sektor non-migas dan sektor migas, masing-masing sebesar USD 1.895,5

juta dan USD 156,5 juta.

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika

2014 Q2 2014 Q2 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q2 2015

Ekspor Total (USD Juta) 16.529,90 4.181,42 4.235,81 5,34 1,30

Ekspor Migas 673,12 108,77 181,89 10,39 67,22

Ekspor Non-Migas 15.856,78 4.072,65 4.053,92 5,14 -0,46

Impor Total (USD Juta) 8.170,11 2.369,62 2.183,74 -9,88 -7,84

Impor Migas 67,71 22,60 25,38 -64,68 12,30

Impor Non-Migas 8.102,40 2.347,02 2.158,36 -8,69 -8,04

Neraca Perdagangan (USD Juta) 8.359,80 1.811,80 2.052,07 26,17 13,26

Migas 605,41 86,17 156,51 44,81 81,63

Non-Migas 7.754,38 1.725,63 1.895,56 24,91 9,85

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perdagangan Indonesia-India juga menunjukkan kinerja yang baik karena

menunjukkan surplus neraca perdagangan selama triwulan II tahun 2015, yaitu

sebesar USD 2.784,2 juta. Adapun surplus ini disebabkan oleh surplus pada neraca

perdagangan sektor non-migas dan sektor migas, masing-masing sebesar USD 2.752,9

juta dan USD 34,35 juta.

Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India

2014 Q2 2014 Q2 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q2 2015

Ekspor Total (Juta USD) 16.201,04 2.930,78 3.522,13 -4,67 20,18

Ekspor Migas 413,44 10,32 77,49 91,02 650,87

Ekspor Non-Migas 15.787,60 2.920,46 3.447,62 -5,91 18,05

Impor Total (Juta USD) 12.248,96 1.170,24 737,84 -6,00 -36,95

Impor Migas 25,22 125,81 43,14 17,42 -65,71

Impor Non-Migas 12.223,74 1.044,42 694,70 -6,04 -33,48

Neraca Perdagangan (Juta USD) 3.952,08 1.760,54 2.784,29 -0,30 58,15

Migas 388,22 -115,49 34,35 99,13 -129,74

Non-Migas 3.563,86 1.876,04 2.752,92 -5,44 46,74

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

50

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan II Tahun 2015

Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan II Tahun 2015

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan II tahun 2015 naik dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 105,46. Penurunan terjadi pada satu lapangan

usaha, sementara 16 lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan. Lapangan usaha

Pertambangan dan Penggalian merupakan lapangan usaha dengan penurunan indeks,

sedangkan lapangan usaha yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Pertanian,

Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Adapun perkiraan ITB triwulan II tahun 2015

adalah sebesar 106,90.

Tabel 33. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan II Tahun 2015

No

Sektor dalam ITB

Variabel pembentuk ITB Trw II-2015

ITB Trw II-2015

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas

Produksi/Usaha

Rata Rata Jam

Kerja

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

111,90 - 111,90 -

2 Pertambangan dan Penggalian 94,39 97,37 87,72 94,74

3 Industri Pengolahan 106,02 108,85 108,67 102,55

4 Pengadaan Listrik dan Gas 111,28 115,88 112,97 106,75

5 Pengadaaan Air 104,95 108,58 105,97 101,49

6 Kosntruksi 106,44 107,10 108,06 105,21

51

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

103,16 102,24 104,10 103,54

8 Transportasi dan Pergudangan 110,01 112,58 110,83 107,52

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 106,55 106,29 108,55 105,92

10 Informasi dan Komunikasi 108,33 109,52 107,50 107,69

11 Jasa Keuangan 102,88 105,50 103,37 100,50

12 Real Estat 102,63 105,60 100,00 101,27

13 Jasa Perusahaan 105,76 108,57 106,40 103,14

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

109,78 114,43 115,36 103,57

15 Jasa Pendidikan 110,63 116,13 109,68 106,45

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 107,61 110,65 112,00 103,23

17 Jasa Lainnya 106,64 111,92 105,56 102,72

Indeks Tendensi Bisnis 105,46 107,04 107,36 103,72

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Harga Domestik

Sejak bulan Januari 2015 hingga Juli 2015, lima komoditas tertentu (beras medium,

gula pasir, tepung terigu, minyak goreng kemasan, dan minyak goreng curah)

mengalami fluktuasi harga yang cukup besar. Pada bulan Juli 2015, kelima komoditas

tersebut mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Penurunan harga terbesar

terjadi pada komoditas beras medium, sebesar 39,5 persen. Komoditas selanjutnya

yang mengalami penurunan adalah gula pasir dan minyak goreng curah, dengan

penurunan masing-masing sebesar 35, 5 persen dan 32,9 persen.

Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu

Komoditas Unit 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

HARGA

Minyak Goreng Kemasan

Rp/620ml 15.110 15.102 15.214 15.198 15.191 14.563 12.463

Minyak Goreng Curah Rp/kg 11.331 11.269 11.302 11.233 11.190 10.767 7.215

Tepung Terigu Rp/kg 8.838 8.799 8.833 8.832 8.863 8.904 6.237

Beras Medium Rp/kg 9.646 9.943 10.375 10.010 9.892 9.930 6.003

Gula Pasir Rp/kg 11.167 11.158 11.428 11.807 12.533 13.116 8.453

INFLASI PERIODIK

Minyak Goreng Kemasan

% 0,69 -0,05 0,74 -0,10 -0,04 -4,14 -14,42

Minyak Goreng Curah % 0,27 -0,55 0,30 -0,61 -0,38 -3,78 -32,99

Tepung Terigu % 0,13 -0,44 0,39 -0,02 0,35 0,46 -29,95

Beras Medium % 3,23 3,09 4,35 -3,52 -1,18 0,38 -39,55

Gula Pasir % -0,44 -0,08 2,42 3,32 6,15 4,65 -35,55

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Perkembangan Harga Komoditi Internasional

Berdasarkan data harga komoditas internasional yang didapat dari Bank Dunia,

diketahui bahwa pada bulan Juli 2015, sebagian besar harga komoditas internasional

terpilih mengalami penurunan secara periodik apabila dibandingkan dengan bulan

sebelumnya. Dimana penurunan harga terbesar adalah pada komoditas bijih besi (17,4

persen), disusul oleh minyak mentah (14,8 persen), dan nikel (11,0 persen). Sementara

52

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

itu, peningkatan harga komoditas pada bulan Juli 2015 dialami oleh komoditas kakao

sebesar 2,6 persen.

Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih

Komoditas Unit 2013 2014 2015

Apr Mei Jun Jul ENERGI Coal, Australia ($/mt) 84,60 70,13 57,81 60,40 58,84 59,35 Crude oil, West Texas ($/bbl) 97,90 93,11 54,44 59,27 59,80 50,90 PERTANIAN Cocoa ($/kg) 2,44 3,06 2,87 3,10 3,24 3,33 Coffee, robusta ($/kg) 2,08 2,22 2,03 1,93 1,99 1,92 Palm oil ($/mt) 857,00 821,44 662,00 659,00 671,00 636,00 Soybeans ($/mt) 538,00 491,77 395,00 389,00 397,00 405,00 Shrimp, Mexico ($/kg) 13,84 17,25 15,65 15,54 15,76 15,87 Woodpulp ($/mt) 823,10 876,91 875,00 875,00 875,00 875,00 Rubber*, Singapore ($/kg) 2,79 1,96 1,70 1,84 1,83 1,64 LOGAM & MINERAL Copper ($/mt) 7.332,00 6.863,40 6.042,09 6.294,78 5.833,01 5.456,75

Iron ore ($/dmtu)

135,00 96,94 52,00 60,00 63,00 52,00

Nickel ($/mt) 15.032,0

0 16.893,3

8 12.830,9

2 13.511,3

4 12.825,2

3 11.413,1

0

Tin ($/mt) 22.283,0

0 21.898,8

7 15.900,8

8 15.803,5

9 15.064,9

4 15.071,5

3 Zinc ($/mt) 1.910,00 2.160,97 2.212,72 2.281,80 2.082,09 2.000,68 INFLASI PERIODIK ENERGI Coal, Australia % -12,24 -17,10 -3,83 4,47 -2,58 0,86 Crude oil, West Texas Int.

% 3,93 -4,89 13,94 8,87 0,89 -14,88

PERTANIAN Cocoa % 2,09 25,50 -0,30 7,94 4,64 2,67 Coffee, robusta % -8,37 6,56 -0,11 -4,89 3,06 -3,46 Palm oil % -14,21 -4,15 -1,49 -0,45 1,82 -5,22 Soybeans % -8,97 -8,59 -1,99 -1,52 2,06 2,02 Shrimp, Mexico % 37,57 24,63 0,00 -0,70 1,42 0,70 Woodpulp % 7,91 6,54 0,00 0,00 0,00 0,00 Rubber*, Singapore, RSS3

% -17,46 -29,87 -2,02 8,33 -0,68 -10,38

LOGAM & MINERAL Copper % -7,91 -6,39 1,72 4,18 -7,34 -6,45 Iron ore % 5,06 -28,19 -10,34 15,38 5,00 -17,46 Nickel % -14,35 12,38 -6,72 5,30 -5,08 -11,01 Tin % 5,48 -1,72 -8,73 -0,61 -4,67 0,04 Zinc % -2,05 13,14 9,07 3,12 -8,75 -3,91

Sumber: Bank Dunia, diolah

53

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN INVESTASI DAN

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Pada sisi penggunaan, perhitungan PDB Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

tumbuh sebesar 3,55 persen (YoY).

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I

tahun 2015 mencapai sebesar Rp 85.459,24 miliar.

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan II tahun 2015

mengalami defisit sebesar USD -7,1 juta.

54

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN INVESTASI

Perkembangan Investasi

Berdasarkan perhitungan PDB dengan menggunakan tahun dasar tahun 2010,

perekonomian Indonesia pada triwulan II tahun 2015 tumbuh sebesar 4,7 persen

(YoY), melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2014, dengan pertumbuhan

tertinggi dicapai oleh Jasa Pendidikan dari sisi produksi yang tumbuh sebesar 12,2

persen.

Secara spasial, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun

2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau Jawa, dengan kontribusi

terhadap PDB sebesar 58,4 persen, diikuti pulau Sumatera sebesar 22,3 persen,

Kalimantan 8,2 persen, dan pulau-pulau lainnya 11,1 persen.

Pada sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) sebesar 3,6 persen (YoY) dibanding triwulan II tahun 2014 sementara

pertumbuhan (QtQ) mengalami kenaikan sebesar 3,0 persen. Semester I tahun 2015,

pertumbuhan PMTB (YoY) sebesar 3,9 persen.

Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan II Tahun 2015 (persen)

Q2-2014

SMT 1-2014

Q2-2015 Q2-2015 SMT 1-2015

(QtQ) (YoY) (QtQ) (YoY) (YoY)

Pertumbuhan PDB 3,8 5,1 3,8 4,7 4,7

Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan)

3,8 4,2 3,0 3,6 3,9

a. Bangunan 4,1 5,2 3,4 4,8 5,1

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,5 -1,7 -1,4 -5,6 -3,3

c. Kendaraan 2,6 -8,6 0,4 -7,5 -6,5

d. Peralatan Lainnya 0,4 -0,9 5,6 10,2 7,6

e. Sumber Daya Hayati -13,1 1,5 -5,2 15,0 9,9

f. Produk Kekayaan Intelektual 38,0 45,5 29,6 4,2 7,0

Share (%, atas dasar Harga Berlaku)

Share PMTB terhadap PDB 32,1 32,0

32,3 32,5

a. Bangunan 23,9 23,8

24,4 24,5

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,4 3,5

3,0 3,1

c. Kendaraan 1,5 1,5

1,4 1,4

d. Peralatan Lainnya 0,4 0,4

0,4 0,4

e. Sumber Daya Hayati 1,7 1,8

1,9 2,0

f. Produk Kekayaan Intelektual 1,2 1,0

1,2 1,1

Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB), pertumbuhan

triwulan II tahun 2015 (YoY) sebesar 3,6 persen secara lebih detil didorong oleh

pertumbuhan produk sumber daya hayati yang tumbuh sebesar 15,0 persen,

peralatan lainnya 10,2 persen dan Bangunan dengan pertumbuhan 4,8 persen. Adapun

55

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

sumbangan terbesar dalam komponen PMTB pada triwulan II tahun 2015 secara

detil yaitu pada Bangunan dengan sumbangan 24,4 persen

Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015

Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Semester I

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (%)

(Rp miliar) (USD juta) PMDN PMA

2007 34.878,7 10.341,4 68,9 72,6

2008 20.363,4 14.871,4 -41,6 43,8

2009 37.799,8 10.815,2 85,6 -27,3

2010 60.626,3 16.214,8 60,4 49,9

2011 76.001,1 19.474,2 25,4 20,1

2012 92.182,0 24.564,7 21,3 26,1

2013 128.150,6 28.617,5 39,0 16,5

2014 156.126,2 28.529,7 21,8 -0,3

2015 Semester I 85.459,2 13.936,1 17,4 -2,5 Sumber : BKPM, diolah

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I

tahun 2015 sebesar Rp 85.459,2 miliar, lebih besar dari realisasi semester I tahun

2014 atau tumbuh sebesar 17,4 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),

realisasi semester I tahun 2015 sebesar USD 13.936,1 juta, dan mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 2,5 persen dibandingkan semester I tahun 2014.

Realisasi Per Sektor

Realisasi per sektor untuk PMA pada semester I tahun 2015 sebesar USD 13.936,1 juta

atau mengalami penurunan sebesar minus 2,5 persen dibandingkan semester I tahun

2014. Penurunan terjadi di sektor primer dan sekunder, dengan penurunan terbesar

pada sektor primer sebesar 21 persen. Untuk PMDN pada periode yang sama terjadi

pertumbuhan sebesar 17,4 persen. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan sektor

primer sebesar 22,3 persen, dan sektor sekunder 85,5 persen. Adapun dilihat secara

sumbangannya, pada semester I tahun 2015, untuk PMA sektor tersier memberikan

sumbangan terbesar dengan share 39,1 persen dan pemberi sumbangan terbesar untuk

PMDN yaitu sektor sekunder sebesar 50,3 persen.

Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Semester I Tahun 2015 Berdasar Sektor

Tahun PMA

Jumlah (Juta USD)

PMDN Jumlah

(Rp Miliar) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2007 599,3 4.697,0 5.045,1 10.341,4 4.377,4 26.289,8 4.211,5 34.878,7

2008 335,6 4.515,2 10.020,5 14.871,4 1.757,7 15.914,8 2.690,8 20.363,4

2009 462,6 3.831,1 6.521,2 10.815,0 4.415,9 19.434,4 13.949,5 37.799,8

2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12.327,4 25.485,3 22.813,6 60.626,3

56

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tahun PMA

Jumlah (Juta USD)

PMDN Jumlah

(Rp Miliar) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16.306,9 39.048,0 20.645,7 76.000,6

2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20.369,1 49.888,9 21.924,0 92.182,0

2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25.715,6 51.171,1 51.263,9 128.150,6

2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16.520,6 59.034,7 80.571,0 156.126,3

2015 Semester I 3.110,9 5.376,1 5.449,1 13.936,1 7.674,4 43.015,0 34.769,8 85.459,2 Pertumbuhan Semester I (YoY) (%)

-21,0 -19,9 49,9 -2,5 22,3 85,5 -19,8 17,4

Share Semester I Tahun 2015 (%)

22,3 38,6 39,1 100,0 9,0 50,3 40,7 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Dilihat per sektor/bidang usaha, pada semester I tahun 2015 realisasi PMA pada lima

besar sektor/bidang dan persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan

adalah sektor Transportasi, Gudang, dan Komunikasi dengan persentase 17,5 persen,

Pertambangan 15,7 persen, Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 9,9 persen , Industri

Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi lain 6,9 persen dan Industri Kimia dan

Farmasi 6,5 persen. Untuk PMDN, terbesar secara berurutan adalah Industri Makanan

16,5 persen, Listrik, Gas, dan Air 13,6 persen, Industri Kimia dan Farmasi 12,9 persen,

Konstruksi 9,7 persen dan Industri Mineral Non-Logam 7,8 persen.

Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015

PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha USD Juta %

Terhadap total

Sektor/Bidang Usaha Rp. Miliar % Terhadap

total

1 Transportasi, Gudang & Komunikasi

2.442,7 17,5 1 Industri Makanan 14.139,8 16,5

2 Pertambangan 2.181,3 15,7 2 Listrik, Gas dan Air 11.616,3 13,6

3 Ind. Logam, Mesin & Elektronik

1.375,3 9,9 3 Ind. Kimia dan Farmasi

11.038,8 12,9

4 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain

955,5 6,9 4 Konstruksi 8.325,1 9,7

5 Ind. Kimia dan Farmasi 899,1 6,5 5 Ind. Mineral Non-Logam

6.650,5 7,8

Gabungan lainnya 6.082,2 43,6

Gabungan lainnya 33.688,7 39,4

Jumlah / Total 13.936,1 100,0

Jumlah / Total 85.459,2 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Realisasi Per Lokasi

Berdasarkan lokasi per wilayah, pada semester I tahun 2015 dibandingkan semester

I tahun 2014, pertumbuhan realisasi PMDN terbesar terjadi di Papua dengan

pertumbuhan sebesar 448,6 persen diikuti pulau Sulawesi sebesar 357,9 persen dan

Bali dan Nusa Tenggara 96,8 persen. Dilihat dari sumbangannya, Jawa, Sumatera,

dan Kalimantan memberikan sumbangan terbesar pada semester I tahun 2015 yaitu

57,1 persen, 23,5 persen dan 13,9 persen.

57

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar)

TAHUN

LOKASI

TOTAL Sumatera Jawa

Bali & Nusa

Tenggara Kalimantan Sulawesi

Maluku

Papua

2007 10.754,5 18.668,9 15,7 1.558,0 3.881,6 0,0 0,0 34.878,7

2008 4.840,1 7.819,6 29,0 1.821,4 1.147,5 0,0 294,7 15.952,3

2009 12.230,7 25.766,5 50,8 2.934,4 1.187,4 0,0 41,0 42.210,8

2010 4.224,2 35.140,4 2.119,3 14.575,6 4.337,6 0,0 229,3 60.626,3

2011 16.334,4 37.176,3 356,9 13.467,4 7.227,6 13,6 1.424,9 76.001,1

2012 14.256,2 52.692,9 3.167,8 16.739,7 4.901,0 323,9 100,5 92.182,0

2013 22.913,8 66.495,7 4.400,2 28.713,6 3.624,2 1.114,9 888,2 128.150,6

2014 29.561,1 97.057,1 468,9 21.419,5 7.113,4 156,3 349,9 156.126,3

2015 Semester I 20.102,6 48.811,4 361,3 11.874,8 4.077,7 48,2 183,1 85.459,2

Pertumbuhan Semester I (YoY) (%)

70,1 -2,8 96,8 23,5 357,9 -21,7 448,6 17,4

Share Semester I Tahun 2015 (%)

23,5 57,1 0,4 13,9 4,8 0,1 0,2 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Untuk PMA pertumbuhan semester I tahun 2015 dibandingkan semester I tahun

2014 mengalami penurunan sebesar minus 2,5 persen dengan pertumbuhan positif

terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dan Sulawesi. Lokasi lainnya yaitu Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Maluku, dan Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara sumbangan,

pada semester I tahun 2015 pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera memberikan

sumbangan terbesar yaitu 55 persen, 15,6 persen dan 14,1 persen.

Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)

TAHUN

LOKASI

TOTAL Sumatera Jawa

Bali & Nusa

Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2007 1.398,5 8.503,5 56,7 300,6 79,6 0,0 2,5 10.341,4

2008 1.009,9 13.566,8 95,5 115,2 65,4 0,0 18,7 14.871,5

2009 776,2 9.370,6 233,8 284,4 141,6 5,9 2,8 10.815,3

2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8

2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2

2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9

2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5

2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6

2015 Semester I 1.964,1 7.659,0 597,8 2.167,9 790,8 50,2 706,4 13.936,1

Pertumbuhan Semester I (YoY) (%)

-4,6 -0,6 8,1 -22,4 107,5 -8,5 -4,6 -2,5

Share Semester I Tahun 2015 (%)

14,1 55,0 4,3 15,6 5,7 0,4 5,1 100,0

Sumber : BKPM, diolah

58

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Berdasar lokasi menurut provinsi, pada semester I tahun 2015 untuk PMDN, dari lima

besar lokasi investasi yang diminati, 4 (empat) provinsi diantaranya terletak di Pulau

Jawa, dengan kontribusi realisasi PMDN terbesar yaitu Jawa Barat sebesar 18,0 persen.

Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 PMA PMDN

Lokasi (Propinsi) US$ Juta %

Terhadap Total

Lokasi (Propinsi)

Rp. Miliar % Terhadap

Total

Jawa Barat 3.644,4 26,2 Jawa Barat 15.419,7 18,0

DKI Jakarta 1.601,2 11,5 Jawa Timur 12.641,7 14,8

Kalimantan Timur 1.173,8 8,4 DKI Jakarta 8.267,0 9,7

Banten 1.009,3 7,2 Jawa Tengah 7.219,5 8,4

Jawa Timur 835,5 6,0 Sumatera Selatan 7.202,7 8,4

Gabung lainnya 5.671,9 40,7 Gabung lainnya 34.708,7 40,6

Jumlah 13.936,1 100,0 Jumlah 85.459,2 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Untuk PMA, limalokasi dengan realisasi paling besar berturut-turut adalah Jawa Barat,

DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Banten dan Jawa Timur dengan sumbangan realisasi PMA

terbesar berasal dari Jawa Barat sebesar 26,2 persen.

Realisasi per Negara

Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015

PMA USD Juta % Thd Total

Negara

Malaysia 2.594,3 18,6

Singapura 2.302,6 16,5

Jepang 1.577,7 11,3

Korea Selatan 787,9 5,7

Amerika Serikat 611,9 4,4

Gabung Lainnya 6.061,8 43,5

Jumlah 13.936,1 100,0 Sumber : BKPM, diolah

Pada semester I tahun 2015, empat dari lima besar negara asal investasi PMA

merupakan negara-negara di Asia, yaitu: 1) Malaysia, dengan nilai investasi sebesar

USD 2.594,3 juta atau 18,6 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Singapura

dengan nilai USD 2.302,6 juta (16,5 persen); 3) Jepang dengan nilai realisasi investasi

USD 1.577,7 juta (11,3 persen); 4) Korea Selatan dengan nilai realisasi investasi USD

787,9 juta (5,7 persen). Amerika Serikat berada di peringkat ke-5 dengan nilai USD

611,9 Juta atau 4,4 persen dari total realisasi investasi PMA.

59

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia

Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan

pada tabel di bawah.

Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional

No PERJANJIAN EKONOMI STATUS

1 ASEAN-EU Free Trade Agreement (FTA) Negotiations launched

(the 7th round of negotiations)

2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Negotiations launched (the 3rd

round of negotiations)

2 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched (consultation pre-negotiation)

3 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Negotiations launched (the 2nd round of negotiations)

4 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement

Negotiations launched (the 9th round of negotiations)

5 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Negotiations launched

(the 9th round of negotiations)

6 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 7th round of negotiations)

7 Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA) Negotiations launched

(the 1st round of negotiations)

8 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group

(JSG) 9 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG

10 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing 11 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG

12 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect

13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect 16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 17 ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect

18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect

19 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect

21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

Signed and In Effect

Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan II tahun 2015

mengalami defisit sebesar USD 7,1 juta. Indonesia, Singapura dan Thailand mengalami

defisit perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 3.598 juta, USD

4.476 juta dan USD 292 juta. Sementara itu, Malaysia dan Filipina mengalami surplus

perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 2.389 juta dan USD 1.755

juta.

60

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Ekspor ASEAN Ke Tiongkok

Nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok pada triwulan II tahun 2015 mengalami

pertumbuhan positif sebesar 12,1 persen (QtQ). Namun bila dibandingkan dengan

triwulan yang sama di tahun 2014 (YoY), nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok mengalami

penurunan sebesar -2,8 persen.

Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok

Nilai Ekspor ASEAN ke Tiongkok (Juta USD)

Pertumbuhan (%) Proporsi

(%)*

Q1 2015 Q2 2015 Q2 2015

(QtQ) Q2 2015

(YoY) Q2 2015

ASEAN (5 Negara) 35.726 40.065 12,1 -2,8 7,2 Indonesia 4.319 5.015 16,1 -13,4 0,9 Mineral Products 1.565 1.711 9,4 -21,1 0,3 Mineral Fuels, Mineral Oils & Products 1.471 1.584 7,7 -23,6 0,3 Animal or Vegetable Fats and Oils 577 726 25,9 -8,5 0,1 Pulp of Wood, Paper and Paperboard 357 397 11,2 27,5 0,1 Malaysia 12.000 13.984 16,5 1,5 2,5 Machine, Electrical Equipment 8.373 8.626 3,0 -2,0 1,5 Electrical Machinery and Equipment 7.480 7.784 4,1 -0,4 1,4 Mineral Products 1.329 2.526 90,0 41,6 0,5 Mineral Fuels, Mineral Oils & Products 1.154 2.230 93,2 52,1 0,4 Singapura 6.844 7.298 6,6 -3,3 1,3 Machine, Electrical Equipment 3.056 3.337 9,2 8,4 0,6 Electrical Machinery and Equipment 2.025 2.302 13,7 8,5 0,4 Nuclear Reactors, Machinery 1.031 1.035 0,4 8,0 0,2 Plastics, Rubber and Articles Thereof 942 988 4,9 -9,2 0,2 Thailand 8.215 9.090 10,6 -0,1 1,6 Machine, Electrical Equipment 3.288 3.495 6,3 2,0 0,6 Plastics, Rubber and Articles Thereof 1.859 1.917 3,2 -11,1 0,3 Electrical Machinery and Equipment 1.701 1.880 10,5 5,2 0,3 Nuclear Reactors, Machinery 1.587 1.615 1,8 -1,4 0,3 Filipina 4.348 4.679 7,6 -6,7 0,8 Machine, Electrical Equipment 3.303 3.303 0,0 -3,7 0,6 Electrical Machinery and Equipment 2.178 2.282 4,8 1,7 0,4 Nuclear Reactors, Machinery 1.124 1.020 -9,2 -14,0 0,2 Mineral Products 446 728 63,0 -21,4 0,1

Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC

Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok

Impor ASEAN Dari Tiongkok

Impor ASEAN-5 dari Tiongkok pada triwulan I tahun 2015 adalah sebesar USD 47,2

miliar atau turun sebesar -2,1 persen (QtQ) dan -0,5 persen (YoY). Dibandingkan

dengan triwulan II tahun 2014 (YoY), impor dari Tiongkok ke Indonesia turun sebesar

17,2 persen, ke Malaysia turun sebesar 0,8 persen, ke Singapura turun sebesar 0,1

persen. Namun, dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 (YoY), impor dari

Tiongkok ke Thailand dan Filipina masing-masing naik sebesar 10,5 persen dan 14,8

persen.

61

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok

Nilai Impor ASEAN dari Tiongkok (Juta USD)

Pertumbuhan () Proporsi

()*

Q1 2015 Q2 2015 Q2 2015 (QtQ) Q2 2015

(YoY) Q2 2015

ASEAN (5 Negara) 48.234.0 47.216,6 -2,1 -0,5 11,3 Indonesia 9.163,8 8.613,6 -6,0 -17,2 2,1 Machine, Electrical Equipment 3.016,5 3.094,6 2,6 -4,1 0,7 Nuclear Reactors, Machinery 1.610,9 1.568,9 -2,6 -4,7 0,4 Electrical Machinery and Equipment

1.405,6 1.525,6 8,5 -3,4 0,4

Textiles and Textile Articles 993,9 1.154,6 16,2 -22,8 0,3 Malaysia 11.273,6 11.595,8 2,9 -0,8 2,8 Machine, Electrical Equipment 3.610,0 3.704,0 2,6 5,0 0,9 Electrical Machinery and Equipment

2.316,7 2.407,3 3,9 4,1 0,6

Textiles and Textile Articles 1.014,5 1.424,8 40,4 9,8 0,3 Base Metals and Articles 1.414,5 1.367,9 -3,3 -7,5 0,3 Singapura 13.084,1 11.774,1 -10,0 -0,1 2,8 Machine, Electrical Equipment 5.225,2 5.183,5 -0,8 5,4 1,2 Electrical Machinery and Equipment

3.171,8 3.191,1 0,6 14,3 0,8

Nuclear Reactors, Machinery 2.053,4 1.992,4 -3,0 -6,4 0,5 Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport

2.147,6 1.414,5 -34,1 10,7 0,3

Thailand 9.079,7 8.798,6 -3,1 10,5 2,1 Machine, Electrical Equipment 3.339,5 3.329,9 -0,3 12,3 0,8 Electrical Machinery and Equipment

1.720,7 1.723,4 0,2 21,7 0,4

Nuclear Reactors, Machinery 1.618,9 1.606,5 -0,8 3,7 0,4 Base Metals and Articles 1.272,0 1.184,2 -6,9 0,4 0,3 Filipina 5.632,7 6.434,5 14,2 14,8 1,5 Machine, Electrical Equipment 1.575,7 1.588,1 0,8 10,1 0,4 Base Metals and Articles 938,9 1.079,0 14,9 16,8 0,3 Electrical Machinery and Equipment

947,8 948,0 0,0 12,2 0,2

Textiles and Textile Articles 643,3 938,7 45,9 27,2 0,2

Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC

Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal

(SKA)

Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia

Periode SKA

Preferensi SKA Non-Preferensi

(%) SKA Preferensi + SKA Non-

Preferensi (%)

2012 45,40 11,81 57,21

2013 50,71 12,36 63,06

2014 50,61 11,90 62,51

Jan-Juni 2015

55,99 13,75 69,74

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

62

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Sepanjang bulan Januari sampai dengan Juni 2015, penggunaan SKA preferensi dan

SKA non-preferensi telah mencapai 69,7 persen terhadap total ekspor Indonesia

dimana SKA preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan utilisasi sebesar 56,0

persen. Sementara itu, sepanjang bulan Januari sampai dengan Juni 2015, spesifik

untuk SKA preferensi, Form A merupakan Form yang paling banyak dimanfaatkan

dengan tingkat utilisasi sebesar 26,7 persen yang diikuti oleh Form D (20,5 persen).

Sebagai tambahan, pada kurun waktu yang sama Form B mendominasi utilisasi

penggunaan SKA Non-Preferensi dengan tingkat utilisasi sebesar 90,1 persen.

Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

63

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA

Ekspor Impor Indonesia-ASEAN

Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan II tahun 2015

adalah sebesar USD 8,7 miliar sedangkan nilai impor Indonesia ke ASEAN sebesar USD

10,2 miliar. Nilai ekspor yang lebih rendah daripada nilai impor mengakibatkan pada

triwulan kedua tahun ini Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar USD

1,5 miliar. Berkaitan dengan pertumbuhan kumulatif nilai ekspor dan impor antara

triwulan II tahun 2014 dan triwulan II tahun 2015, baik ekspor maupun impor

mengalami penurunan pertumbuhan masing-masing sebesar 15,1 persen dan 22,5

persen.

Namun, pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN antara triwulan I tahun 2014 dan

triwulan I tahun 2015 (YoY) dilihat dari masing-masing negara tujuan mengalami tren

pertumbuhan yang bervariasi dimana Laos adalah negara tujuan ekspor yang

mengalami pertumbuhan positif tertinggi sebesar 34,7 persen diikuti oleh Brunei (33,7

persen). Sedangkan negara tujuan ekspor yang mengalami penurunan terbesar adalah

Singapura dengan penurunan sebesar 24,3 persen dan proporsi total ekspor sebesar

37,5 persen.

Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN

Negara Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan (%)* Proporsi (%)**

Apr-15 Mei-15 Jun-15 Kumulatif Q2 2015 Q2 2015

Brunei 9,4 7,6 12,4 29,3 33,7 0,3

Kamboja 31,7 36,7 38,6 107,0 -5,5 1,2

Laos 1,1 0,7 0,1 1,9 34,7 0,0

Malaysia 689,1 665,0 727,7 2.081,9 -21,5 23,8

Myanmar 39,3 32,9 39,9 112,1 -6,1 1,3

Filipina 323,1 289,4 378,2 990,6 4,3 11,3

Singapura 1.050,6 1.084,9 1.135,0 3.270,5 -24,3 37,5

Thailand 473,7 478,4 578,1 1.530,2 1,3 17,5

Vietnam 218,1 189,9 197,5 605,5 2,4 6,9

Total Ekspor 2.836,1 2.785,5 3.107,5 8.729,1 -15,1 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**) : proporsi terhadap total ekspor (%)

Dari aspek impor, semua negara importir mengalami pertumbuhan negatif dengan Laos

sebagai negara pemasok impor Indonesia yang mengalami penurunan paling besar

yaitu sebesar 99,8 persen. Sementara itu, Singapura tidak hanya merupakan negara

tujuan ekspor utama Indonesia melainkan juga negara pemasok terbesar impor

Indonesia dengan proporsi total impor sebesar 47,2 persen walaupun Singapura juga

mengalami pertumbuhan negatif sebesar -24,6 persen (YoY).

64

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN

Negara Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan (%)* Proporsi (%)**

Apr-15 Mei-15 Jun-15 Kumulatif Q2 2015 Q2 2015

Brunei 0,7 0,1 0,3 1,1 -99,7 0,0

Kamboja 1,1 1,3 1,6 4,0 -11,6 0,0

Laos 0,0 0,0 0,0 0,0 -99,8 0,0

Malaysia 875,0 676,6 834,8 2.386,4 -11,7 23,3

Myanmar 14,7 12,3 16,8 43,8 -14,5 0,4

Filipina 52,2 53,0 60,3 165,5 -15,2 1,6

Singapura 1.545,6 1.691,4 1.591,0 4.828,0 -24,6 47,2

Thailand 610,6 676,9 747,4 2.034,9 -22,1 19,9

Vietnam 29,5 227,9 242,4 762,8 -16,1 7,5

Total Impor 3.392,3 3.339,4 3.494,8 10.226,5 -22,5 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**) : proporsi terhadap total impor (%)

Perdagangan Antar Negara ASEAN

Proporsi ekspor terbesar pada tahun 2014 dialami oleh Singapura sebesar 42,1 persen,

diikuti oleh Malaysia (21,5 persen), Thailand (19,6 persen) dan Indonesia (13,1

persen). Sedangkan proporsi impor terbesar pada tahun 2014 berturut-turut dialami

oleh Singapura (31,3 persen), Malaysia (22,3 persen), Indonesia (21,1 persen) dan

Thailand (17,9 persen). Sementara itu Singapura, Thailand dan Malaysia mendapatkan

surplus perdagangan paling positif dengan ASEAN, yaitu masing-masing sebesar USD

52,3 miliar; USD 16,1 miliar; dan USD 11,5 miliar.

Tabel 50. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun 2012-2014

Neraca (Juta USD) Proporsi Ekspor ke ASEAN

(%) Proporsi Impor dari

ASEAN (%)

2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014

Indonesia -

11.991.0 -

13.400,8 -11.080 13,1 12,5 13,1 19,8 19,9 21,1

Brunei 45,3 812,6 273,0 0,6 0,8 0,7 0,7 0,7 0,7

Kamboja * -1.500,7 -1.538,8 0,3 0,4

0,9 1,0

Malaysia 6.153.6 8.926,0 11.537,4 19,1 19,7 21,5 20,2 20,3 22,3

Filipina -5.149,5 -5.556,5 -6.947,5 3,1 2,7 3,0 5,5 5,2 6,7

Singapura 50.030,8 50.890,9 52.300,7 40,6 39,8 42,1 29,4 28,7 31,3

Thailand 14.109,6 15.317,6 16.131,4 17,8 18,3 19,6 15,7 16,2 17,9

Vietnam * -3.393,8 -2.702,6 5,5 5,7

7,7 7,9

Sumber: UN COMTRADE, diolah

Keterangan (*) : Data tahun 2015 belum tersedia

65 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan I Tahun 2015

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada April-Juni 2015 masing-masing sebesar

6,79 persen, 7,15 persen, dan 7,26 persen.

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan II tahun 2015

sebesar Rp 13.175,00 per USD.

Rata-rata IHSG (Indonesia) pada triwulan II tahun 2015 sebesar 5.071,15.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat dan jauh dari

batas ambang aman yang besarnya 8,0 persen, yaitu sebesar 20,3 persen pada

bulan Mei 2015.

Pada bulan Mei 2015, rasio kredit bermasalah cukup terkendali pada kisaran

2,58 persen.

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER

DAN SEKTOR KEUANGAN

66 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

66

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER

Perkembangan Moneter Global

Perkembangan perekonomian global masih mengalami perlambatan. Perlambatan

perekonomian khususnya terjadi di kawasan Eropa, Tiongkok, Rusia, dan Brazil.

Perlambatan perekonomian diiringi dengan tren penurunan cadangan devisa global

menjadi USD 11,4 triliun hingga akhir triwulan I tahun 2015 yang sebelumnya USD

11,6 triliun pada triwulan IV tahun 2014 (Gambar 13). Penurunan terjadi pada

cadangan devisa negara-negara berkembang sebesar 2,9 persen dibanding triwulan

sebelumnya (QtQ), sebaliknya pada negara maju terjadi peningkatan sebesar 1,9

persen (QtQ).

Gambar 13. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD)

Sumber: International Monetary Fund, data

Di sisi lain, ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan dan menjadi motor

pemulihan ekonomi global. Amerika Serikat terpantau terus menunjukkan

perbaikan dan berada dalam siklus meningkat sampai akhir triwulan II tahun 2015.

Inflasi AS meningkat menjadi 0,1 persen pada Juni secara tahunan (YoY) dengan

tingkat pengangguran yang menurun menjadi 5,3 persen. Tingkat pengangguran AS

semakin mendekati tingkat estimasi non-accelerating inflation rate of unemployment

(NAIRU) yang berarti hal ini memberikan sinyal bahwa peluang The Fed untuk

segera menaikkan suku bunganya pada akhir tahun 2015 atau awal tahun 2016

semakin besar.

Perekonomian kawasan Eropa selama triwulan II tahun 2015 menunjukkan

pemulihan yang lambat. Volatilitas politik dan risiko finansial membayangi

pemulihan ekonomi seiring dengan proses gagal bayar yang terjadi di Yunani pada

akhir Juni 2015. European Central Bank (ECB) masih melangsungkan kebijakan

Quantitative Easing (QE) hingga September 2016 untuk menstimulus pertumbuhan

dan menghindari deflasi berkepanjangan. Kebijakan QE direspon positif oleh

peningkatan tingkat inflasi pada akhir triwulan II menjadi 0,2 persen. Seiring dengan

peningkatan inflasi, tingkat pengangguran mengalami penurunan pada triwulan II

67 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

67

tahun 2015 menjadi 11,1 persen. Akan tetapi, indeks kepercayaan konsumen

semakin menurun menjadi -5,6 persen pada akhir triwulan II tahun 2015.

Perekonomian Rusia masih mengalami resesi pada akhir triwulan II tahun 2015.

Dewan Eropa memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia hingga Januari 2016

sehubungan dengan konflik politik antara Rusia dan Ukraina yang masih terus

berlanjut. Melemahnya ekonomi Rusia karena ekonomi Rusia sangat tergantung

pada ekspor energi yang dilanda anjloknya harga minyak. Atas hal tersebut, Rubel

sampai akhir triwulan II tahun 2015 terus melemah terhadap USD. Namun, tingkat

inflasi mengalami sedikit perbaikan dan menurun menjadi sebesar 15,3 persen pada

Juni 2015 yang sebelumnya 16,9 persen pada Maret 2015. Meski menurun, tingkat

inflasi ini masih jauh di atas target inflasi jangka panjang Central Bank of Russia

(CBR) sebesar 4 persen.

Perekonomian Asia Pasifik mengalami perlambatan. Isu akan terjadinya

peningkatan suku bunga The Fed dan terjadinya depresiasi mata uang negara-negara

emerging market di Asia dapat berpengaruh pada peningkatan biaya pinjaman,

peningkatan volatilitas keuangan, serta pengurangan arus modal negara-negara di

Asia. Perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015

seiring dengan melemahnya ekspor akibat melemahnya permintaan global. Hal ini

semakin memburuk diikuti dengan terjadinya kejatuhan saham Shanghai Composite

(SSEC). Perlambatan ekonomi direspon oleh Bank Sentral Tiongkok (PboC) dengan

memangkas tingkat suku bunganya menjadi 4,85 persen pada Juni 2015.

Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase)

Negara Apr-15 Mei-15 Jun-15

Tiongkok 5,35 5,10 4,85

Australia 2,25 2,00 2,00

India 7,50 7,50 7,25

Selandia Baru 3,50 3,50 3,25

Korea Selatan 1,75 1,75 1,50

Sumber: Bank Indonesia

Perekonomian Brazil mengalami penurunan selama triwulan II tahun 2015. Terjadi

peningkatan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Tingkat inflasi Brazil pada

Juni mencapai 8,89 persen (YoY), di mana angka ini merupakan yang tertinggi sejak

12 (dua belas) tahun terakhir. Sementara itu tingkat pengangguran Brazil meningkat

menjadi 6,9 persen pada Juni 2015 yang merupakan pengangguran tertinggi sejak 2

(dua) tahun terakhir. Kelesuan perekonomian tersebut disikapi oleh bank sentral

Brazil (Banco Central do Brasil) dengan memfokuskan kebijakan moneter untuk

68 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

68

pencapaian inflasi pada tingkat 4,5 persen dan tetap mempertahankan suku

bunganya pada triwulan II tahun 2015.

Di tengah prospek peningkatan suku bunga The Fed, selama triwulan II tahun 2015

bank sentral sebagian besar negara memilih untuk mempertahankan suku

bunganya. Adapun beberapa bank sentral yang menurunkan tingkat suku bunganya,

antara lain Tiongkok, Australia, India, Selandia Baru, dan Korea Selatan (Tabel 51).

Penurunan suku bunga ini dilakukan untuk menstimulus perekonomian. Penurunan

suku bunga bank sentral diperkirakan akan semakin memperlemah nilai tukar yang

diharapkan ke depannya dapat meningkatkan ekspor masing-masing negara guna

mencapai surplus neraca perdagangan.

Perkembangan Moneter Domestik

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2015 melambat menjadi

4,7 persen (YoY) dan 3,8 persen (QtQ). Perekonomian Indonesia secara tahunan

tumbuh lebih lambat, terutama karena kontraksi dari sektor pertambangan dan

penggalian. Sementara itu secara triwulanan, pertumbuhan negatif juga terjadi pada

sektor pertambangan dan penggalian, serta jasa keuangan dan asuransi.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini diiringi dengan peningkatan inflasi beserta

tren melemahnya nilai tukar Rupiah selama triwulan II tahun 2015. Tingkat inflasi

Juni 2015 mencapai 7,3 persen (YoY) dengan nilai tukar Rupiah pada posisi akhir

bulan Rp 13.339/USD. Pelemahan nilai tukar ini tidak diikuti dengan peningkatan

kinerja ekspor di mana kinerja ekspor akhir triwulan II tahun 2015 menurun

menjadi 13,44 miliar USD yang sebelumnya pada akhir triwulan I tahun 2015

sebesar 13,71 miliar USD.

Dalam upaya mengendalikan inflasi untuk menuju sasaran 4±1 persen pada tahun

2015 dan 2016 serta untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan, Bank

Indonesia (BI) selama triwulan II tahun 2015 memutuskan untuk tetap

mempertahankan suku bunganya pada tingkat 7,5 persen. Hal ini diiringi dengan

penurunan suku bunga deposito berjangka waktu 1 (satu), 3 (tiga) dan 6 (enam)

bulan masing-masing 7,76 persen; 8,27 persen; dan 8,73 persen pada Juni 2015.

Sementara itu, suku bunga kredit juga mengalami penurunan menjadi 12,97 persen

pada Juni 2015 dibanding Maret 2015 yang sebesar 12,99 persen.

Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan II tahun 2015 sebesar Rp

4359,5 triliun, tumbuh melambat 13,0 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan

pada akhir triwulan I tahun 2015 yang sebesar 16,3 persen (YoY) (Gambar 14).

Perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang kuasi (simpanan berjangka

dan tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta simpanan giro valuta asing)

dan uang beredar sempit (M1). Jika dilihat berdasarkan faktor yang mempengaruhi,

perlambatan pertumbuhan uang beredar disebabkan oleh melambatnya ekspansi

keuangan Pemerintah Pusat dan pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan.

69 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

69

Gambar 14. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY)

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan Devisa selama April-Juni 2015 mengalami penurunan. Pada April 2015

terjadi penurunan cadangan devisa menjadi sebesar USD 110,9 miliar dibandingkan

bulan Maret 2015. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran

untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan penggunaan devisa dalam

rangka stabilisasi nilai tukar. Begitu juga dengan cadangan devisa pada Mei dan Juni

2015 yang masing-masing menurun menjadi USD 110,8 miliar dan USD 108,0 miliar.

Di tengah perlambatan ekonomi, kinerja pasar modal ikut melemah, hal ini

tercermin pada IHSG yang memiliki tren menurun pada akhir triwulan II tahun

2015. Penurunan IHSG mencapai titik terendahnya pada pertengahan Juni 2015

yang mencapai level 4.837,794 yang merupakan IHSG terendah sejak 5 Februari

2014. Pelemahan indeks saham ini disebabkan oleh sentimen negatif dari faktor

eksternal maupun domestik. Di sisi eksternal, sentimen negatif datang dari proses

gagal bayar Yunani dan kejatuhan saham Tiongkok yang dapat menyebabkan capital

outflow di negara-negara berkembang. Di sisi domestik, sentimen negatif berasal

dari rilis data perekonomian Indonesia yang semakin melemah.

Inflasi

Inflasi Global

Pada triwulan II tahun 2015, pergerakan inflasi global cukup variatif (tabel 52).

Inflasi di Indonesia, Brazil, India, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Kawasan

Eropa, dan Inggris cenderung meningkat selama periode April-Juni 2015.

Sebaliknya, beberapa negara yang mengalami penurunan inflasi antara lain Rusia,

Tiongkok, Thailand, dan Jepang.

Pada akhir periode triwulan II tahun 2015, meskipun Rusia mengalami penurunan

tingkat inflasi, negara ini tetap menempati tingkat inflasi tertinggi dibandingkan

negara-negara lainnya dengan nilai inflasi sebesar 15,3 persen (YoY). Sedangkan

Thailand merupakan negara yang mengalami tingkat deflasi tertinggi selama

triwulan II tahun 2015. Deflasi Thailand pada periode April-Juni 2015 masing-

70 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

70

masing sebesar 1,04 persen, 1,27 persen, dan 1,07 persen (YoY). Selain Thailand,

Singapura juga mengalami deflasi selama triwulan II tahun 2015. Sementara itu, AS

telah keluar dari zona deflasi dan pada Juni 2015 mencatatkan tingkat inflasi

sebesar 0,1 persen (YoY).

Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY)

Apr-15 Mei-15 Jun-15

Indonesia 6,79 7,15 7,26

BRIC

Brazil 8,17 8,47 8,89

Rusia 16,4 15,8 15,3

India 5,79 5,74 6,1

Tiongkok 1,5 1,2 1,4

ASEAN-4

Singapura -0,5 -0,4 -0,3

Malaysia 1,8 2,1 2,5

Thailand -1,04 -1,27 -1,07

Negara Maju

Kawasan Euro 0 0,3 0,2

AS -0,2 0 0,1

Inggris -0,1 0,1 0

Jepang 0,6 0,5 0,4

Sumber: Bloomberg, data

Sementara itu, jika dibandingkan dengan akhir triwulan I tahun 2015, Indonesia

mengalami peningkatan inflasi. Jika triwulan sebelumnya inflasi tahunan Indonesia

sebesar 6,38 persen pada bulan Maret 2015 (YoY), maka pada triwulan II tahun

2015 inflasi berada pada posisi 7,26 persen pada bulan Juni 2015 (YoY).

Peningkatan inflasi pada triwulan II tahun 2015 ini merupakan dampak dari faktor

seasonal menjelang perayaan Idul Fitri dan datangnya gelombang panas El-Nino

yang dapat mengurangi jumlah pasokan barang.

Inflasi Domestik

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada April-Juni 2015 masing-masing sebesar 6,79

persen, 7,15 persen, dan 7,26 persen. Pada periode yang sama secara bulanan

(MtM), Indonesia mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,36 persen, 0,50

persen, dan 0,54 persen. Sedangkan secara tahun kalender selama triwulan II tahun

2015, Indonesia sempat mengalami deflasi sebesar 0,08 persen pada April 2015,

yang kemudian pada Mei dan Juni 2015 disusul inflasi sebesar 0,42 persen dan 0,96

persen (Tabel 53).

71 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

71

Inflasi pada akhir triwulan II tahun 2015 terpantau meningkat dibandingkan inflasi

pada akhir triwulan sebelumnya pada bulan Maret 2015. Peningkatan inflasi

terutama disebabkan pengaruh dari peningkatan harga barang-barang menjelang

perayaan Idul Fitri dan antisipasi akan datangnya musim kemarau dari gelombang

panas El-Nino. Kedua hal tersebut telah mendorong peningkatan harga-harga

khususnya pada kelompok bahan makanan.

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik

Apr-15 Mei-15 Jun-15

Year-on-Year 6,79 7,15 7,26

Month-to-Month 0,36 0,5 0,54

Tahun kalender -0,08 0,42 0,96

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Secara tahunan (YoY), selama triwulan II tahun 2015, harga diatur Pemerintah mengalami inflasi tertinggi dibanding komponen inflasi lainnya, namun dengan tren yang menurun. Adapun inflasi harga bergejolak yang memiliki tren yang semakin meningkat di mana pada April 2015 sebesar 6,25 persen (YoY) menjadi 8,83 persen (YoY) pada Juni 2015. Komponen inflasi inti selama triwulan II tahun 2015 tetap stabil pada tingkat 5,04 persen (YoY) (Tabel 54).

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen

Komponen YoY MtM

Apr-15 Mei-15 Jun-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15

Inti 5,04 5,04 5,04 0,24 0,23 0,26

Bergejolak 6,25 8,1 8,83 -0,91 1,52 1,74

Diatur pemerintah

13,26 13,35 13,14 1,88 0,38 0,26

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Pada April 2015, inflasi komponen harga diatur Pemerintah mencapai 1,88 persen

(MtM) merupakan yang tertinggi dibandingkan komponen inflasi lainnya dan

menyumbang inflasi sebesar 0,37 persen (MtM) terhadap pembentukan inflasi

bulanan. Sebaliknya komponen inflasi harga bergejolak mengalami deflasi 0,91

persen (MtM) dan menyumbang deflasi 0,15 persen (MtM) dalam pembentukan

inflasi bulanan. Besarnya sumbangan inflasi harga diatur Pemerintah secara bulanan

salah satunya disebabkan oleh peningkatan harga BBM yang terjadi di akhir Maret

2015.

Berbeda dengan bulan April, komponen inflasi tertinggi secara bulanan pada Mei

dan Juni 2015 dimiliki oleh inflasi harga bergejolak (volatile food) dengan tren yang

terus meningkat. Inflasi ini pada Mei dan Juni 2015 masing-masing menyumbang

0,29 persen (MtM) dan 0,33 persen (MtM) dalam pembentukan inflasi bulanan.

Peningkatan harga pada volatile food terutama disebabkan oleh faktor musiman

yaitu berupa peningkatan permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang

72 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

72

bersamaan dengan mulai datangnya musim kemarau dari gelombang panas El-Nino.

Sementara itu, sumbangan komponen inflasi inti terhadap pembentukan inflasi

bulanan tercatat cukup stabil selama April-Juni 2015 (Tabel 55).

Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share)

Komponen

Apr-15 Mei-15 Jun-15

UMUM (headline) 0,36 0,5 0,54

Inti 0,14 0,13 0,16

Bergejolak -0,15 0,29 0,33

Diatur Pemerintah 0,37 0,08 0,05

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Secara tahunan, inflasi kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan

tembakau merupakan yang tertinggi selama triwulan II tahun 2015. Namun, jika

dilihat secara bulanan, kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan serta bahan makanan memiliki inflasi tertinggi dan membentuk inflasi

bulanan dengan share terbesar dibanding kelompok pengeluaran lainnya. Pada

bulan April 2015 inflasi tertinggi dimiliki oleh kelompok transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan sebesar 1,8 persen (MtM) serta deflasi terjadi pada kelompok

bahan makanan sebesar 0,79 persen (MtM). Tingginya inflasi pada kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan di bulan April merupakan dampak dari

peningkatan harga BBM yang terjadi pada akhir Maret 2015. Sedangkan pada Mei

dan Juni 2015 inflasi tertinggi dimiliki oleh kelompok bahan makanan masing-

masing sebesar 1,39 persen (MtM) dan 1,6 persen (MtM) serta tidak ada satu pun

kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara bulanan. Komoditas bahan

makanan yang dominan memberikan sumbangan inflasi tertinggi adalah cabai

merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras (Tabel 56).

Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY)

Kelompok Pengeluaran YoY (2015) MtM (2015)

Apr Mei Jun Apr Mei Jun

UMUM (headline) 6,79 7,15 7,26 0,36 0,50 0,54 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

7,85 7,84 7,75 1,80 0,20 0,11

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 4,15 4,15 4,13 0,05 0,06 0,07 Kesehatan 5,76 5,68 5,63 0,38 0,34 0,32 Sandang 3,67 3,78 3,76 0,24 0,23 0,28 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar

7,52 7,49 7,33 0,22 0,20 0,23

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

8,30 8,47 8,71 0,50 0,50 0,55

Bahan Makanan 6,29 7,92 8,58 -0,79 1,39 1,60 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

73 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

73

Secara tahunan (YoY), 82 kabupaten/kota mengalami inflasi selama triwulan II

tahun 2015 (Lampiran 1). Pada akhir triwulan II tahun 2015, terjadi inflasi sebesar

7,26 persen (YoY) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 120,14. Secara

tahunan selama April-Juni 2015, kota Tual tercatat memiliki inflasi tertinggi masing-

masing sebesar 17,6 persen (YoY); 18,85 persen (YoY); dan 17,83 persen (YoY).

Sementara itu, inflasi terendah di bulan April dan Mei 2015 dimiliki oleh kota

Maumere masing-masing 1,98 persen (YoY) dan 1,46 persen (YoY), sedangkan di

bulan Juni, Ambon tercatat memiliki inflasi terendah sebesar 1,7 persen (YoY).

Sementara itu, jika ditinjau secara bulanan sebaran inflasi/deflasi di 82 kabupaten/

kota lebih merata dibandingkan secara tahunan (Lampiran 1). Inflasi tertinggi pada

bulan April 2015 dimiliki kota Tual sebesar 1,31 persen (MtM), pada bulan Mei 2015

dimiliki kota Palu sebesar 2,24 persen (MtM), dan pada bulan Juni 2015 dimiliki kota

Sorong sebesar 1,9 persen (MtM). Peningkatan inflasi di ketiga kota tersebut secara

umum disebabkan oleh peningkatan harga pada bahan makanan yang sebagian

besar berupa ikan segar dan bumbu-bumbuan. Sebaliknya, deflasi terendah pada

bulan April dimiliki kota Manokwari sebesar 0,69 persen (MtM); pada bulan Mei

dimiliki kota Pangkal Pinang sebesar 0,61 persen (MtM); dan pada Juni dimiliki kota

Tual sebesar 0,8 persen (MtM). Deflasi yang terjadi pada kota Tual di bulan Juni

2015 disebabkan oleh penurunan harga pada komoditas ikan sebagai akibat

melimpahnya pasokan pada bulan Juni 2015.

Nilai Tukar Mata Uang Dunia

Berdasarkan nilainya pada akhir bulan, selama triwulan II tahun 2015 baik secara

bulanan (MtM), awal tahun (YtD), maupun tahunan (YoY), sebagian besar nilai tukar

terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tren pelemahan (Lampiran 2). Tren

pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS sejalan dengan normalisasi kebijakan bank

sentral AS dan perbaikan data perekonomian AS yang memberikan tekanan

terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk Rupiah.

Jika dilihat secara bulanan, pada bulan April 2015 mata uang sebagian besar negara-

negara terpilih sempat mengalami penguatan terhadap dolar AS, termasuk Rupiah.

Penguatan tertinggi pada akhir April 2015 dialami oleh Rubel Rusia yang menguat

11,34 persen (MtM) meskipun secara tahunan masih mengalami pelemahan

terdalam. Sementara itu, pada Mei dan Juni 2015 mata uang sebagian besar negara

mengalami pelemahan terhadap dolar AS, namun terdapat beberapa negara yang

mengalami penguatan nilai tukar terhadap dolar AS pada akhir Juni 2015 antara lain

Brasil, India, Singapura, Kawasan Euro, Inggris, dan Jepang. Poundsterling Inggris

mengalami penguatan tertinggi sebesar 2,63 persen (MtM) pada akhir Juni 2015

seiring dengan positifnya data-data perekonomian di negara tersebut.

74 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

74

Gambar 15. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

0

20

40

60

80

100

120

140

Jan-95

Aug-95

Mar-96

Oct-96

May-97

Dec-97

Jul-98

Feb-99

Sep-99

Apr-00

Nov-00

Jun-01

Jan-02

Aug-02

Mar-03

Oct-03

May-04

Dec-04

Jul-05

Feb-06

Sep-06

Apr-07

Nov-07

Jun-08

Jan-09

Aug-09

Mar-10

Oct-10

May-11

Dec-11

Jul-12

Feb-13

Sep-13

Apr-14

Nov-14

Jun-15

IndonesiaBISBIDRIndex MalaysiaBISBMYRIndex FilipinaBISBPHRIndex

SingapuraBISBSGRIndex ThailandBISBTHRIndex

Sumber: Bank for International Settlements

Jika dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), selama April-Juni

2015, sebagian besar mata uang negara terpilih juga mengalami pelemahan

terhadap dolar AS. Adapun Rusia merupakan satu-satunya negara yang mengalami

penguatan terhadap dolar AS selama April-Juni 2015 masing-masing 10,75 persen

(YtD); 1,89 persen (YtD); dan 4,26 persen (YtD). Meskipun perekonomian Rusia

masih dalam kondisi resesi, namun dapat dilihat bahwa telah terjadi sedikit

perbaikan ekonomi yang ditunjukkan dengan penguatan Rubel terhadap dolar AS

dibanding awal tahun. Sebaliknya pada periode yang sama, Real Brazil menjadi mata

uang yang terdepresiasi paling dalam dibanding mata uang lainnya dengan masing-

masing pelemahan sebesar 13,43 persen (YtD); 19,89 persen (YtD); dan 16,76

persen (YtD). Adapun Rupiah Indonesia mengalami tren pelemahan nilai tukar yang

semakin meningkat selama triwulan II tahun 2015 secara YtD.

Berbeda halnya secara bulanan maupun awal tahun, Rusia merupakan negara yang

mengalami depresiasi terdalam secara tahunan (YoY). Pelemahan nilai tukar Rubel

Rusia terhadap dolar AS pada akhir Juni 2015 merupakan yang tertinggi dibanding

mata uang lainnya, yakni sebesar 62,85 persen (YoY). Sedangkan nilai tukar Yuan

Tiongkok secara tahunan merupakan satu-satunya mata uang yang terapresiasi

terhadap US Dollar, yakni sebesar 0,03 persen (YoY) pada akhir Juni 2015.

Secara relatif, nilai tukar Rupiah tergolong lemah dibandingkan mata uang negara

sekawasan. Pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) memang tidak hanya

membuat Rupiah melemah, namun juga mengkoreksi nilai tukar mata uang

beberapa negara (Gambar 15). Akan tetapi, secara riil nilai tukar Rupiah relatif lebih

rendah dibandingkan negara sekawasan lainnya (lihat Gambar 15). Pada bulan Juni

2015, nilai REER Indonesia semakin menurun menjadi 88,84, berada dibawah REER

75 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

75

Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand yang secara berturut-turut mencatat

REER sebesar 95,01; 117,52; 113,42; dan 105,67.

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap US dolar selama triwulan II tahun 2015

sebesar Rp 13.175,00 per USD, melemah sebesar 2,03 persen dibandingkan triwulan

sebelumnya. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada akhir Juni 2015mencapai Rp

13.339,00 per USD. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun

faktor internal. Tekanan terhadap Rupiah dari faktor eksternal; terutama

dipengaruhi oleh faktor kekhawatiran akan normalisasi kebijakan bank sentral AS

(The Fed). Kekhawatiran tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi AS yang

semakin didukung kuat dengan proses gagal bayar Yunani dan perlambatan

ekonomi Tiongkok, sehingga mendorong permintaan terhadap dolar AS yang

selanjutnya menopang penguatan USD. Sedangkan dari faktor internal antara lain

dengan berkurangnya nilai ekspor dan cadangan devisa serta adanya lonjakan

permintaan terhadap US dollar untuk pembayaran utang.

Indeks Harga Saham

Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama bulan April-Juni 2015

mengalami tren pelemahan saham secara bulanan. Pada bulan April dan Mei 2015

bursa saham yang mengalami tren penguatan berkala adalah Tiongkok (SSEA),

Amerika Serikat (DJIA dan S&P 500), dan Jepang (N225), sedangkan bursa saham

lainnya berfluktuasi. Pada akhir Juni 2015, hampir seluruh bursa saham mengalami

pelemahan secara bulanan dan pelemahan tertinggi dialami oleh bursa saham

Tiongkok (SSEA) sebesar 7,25 persen (MtM) kecuali bursa saham Thailand (SETI)

yang mengalami penguatan tipis 0,57 persen (MtM). Pelemahan bursa saham ini

karena sentimen negatif dari perlambatan ekonomi dunia yang diperkirakan terjadi

selama triwulan II tahun 2015, proses gagal bayar Yunani, dan kejatuhan saham

Tiongkok (Lampiran 3).

Dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), negara yang bursa

sahamnya mengalami penguatan secara berkala selama triwulan II tahun 2015

adalah Brasil (IBOV), Rusia (RTSI), Tiongkok (SSEA), Amerika Serikat (S&P 500),

Kawasan Eropa (STOXX-50), dan Jepang (N225). Sedangkan bursa saham negara-

negara lain bergerak variatif selama bulan April-Juni 2015. Meskipun pada Juni 2015

bursa saham Tiongkok (SSEA) mengalami kejatuhan saham secara bulanan, akan

tetapi jika dibandingkan dengan awal tahun 2015 SSEA merupakan bursa saham

dengan penguatan tertinggi selama triwulan II tahun 2015.

Sama halnya secara YtD, bursa saham yang mengalami penguatan terbesar secara

tahunan selama triwulan II tahun 2015 adalah Tiongkok (SSEA) yang mencapai

108,82 persen (YoY) pada akhir Juni 2015. Sebaliknya, bursa saham yang mengalami

pelemahan terbesar adalah Rusia (RTS), yakni mencapai 31,20 persen (YoY) pada

akhir Juni 2015.

76 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

76

Seiring dengan perbaikan ekonomi di AS, pada tanggal 30 Juni 2015, Indeks DJIA dan

S&P 500 ditutup pada level 17.619,51 dan 2.063,11. Jika dibandingkan secara

tahunan (YoY), terlihat bahwa bursa saham Wall Street memiliki tren positif selama

triwulan II tahun 2015. Namun, bursa Wall Street mengalami pelemahan secara

bulanan (MtM) di akhir Juni dipicu oleh sentimen negatif seiring dengan isu

peningkatan suku bunga The Fed dan proses gagal bayar Yunani.

Rata-rata IHSG (Indonesia) pada triwulan II tahun 2015 sebesar 5.071,15. Nilai rata-

rata IHSG tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan I tahun 2015. Jika

dibandingkan dengan awal tahun 2015 (YtD), bursa saham Indonesia juga

mengalami pelemahan selama bulan April-Juni 2015. Hal yang sama juga terjadi jika

dibandingkan secara bulanan (MtM), namun jika dibandingkan secara tahunan

(YoY) bursa saham IHSG mengalami penguatan. Indeks saham Indonesia pada akhir

Juni 2015 berada dilevel 4.910,658 dimana merupakan IHSG terendah dibandingkan

posisi akhir bulan sebelumnya. Pelemahan IHSG selama triwulan II tahun 2015 lebih

dipengaruhi oleh sentimen negatif eksternal seiring melemahnya bursa saham

Tiongkok beserta sentimen negatif internal terhadap perlambatan perekonomian

pada triwulan II.

Indeks Harga Komoditas Internasional Gambar 16. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

40

60

80

100

120

140

160

BERAS GULA GANDUM COKELAT JAGUNG KACANG KEDELAI

Sumber: Bloomberg, data diolah

(3 Januari 2012=100)

Mayoritas komoditas internasional mengalami pergerakan indeks penurunan harga

selama triwulan II tahun 2015, baik dibanding awal tahun (YtD) maupun secara

tahunan (YoY). Komoditas beras, gula, dan gas alam mengalami penurunan indeks

harga secara berkala jika dibanding awal tahun. Sementara itu, secara tahunan

(YoY), hampir semua indeks harga komoditas terpilih mengalami penurunan indeks

harga secara berkala dengan penurunan indeks harga terbesar dimiliki komoditas

minyak mentah Brent Oil dan gas alam. Hanya komoditas gandum dan perak yang

mengalami fluktuasi harga secara tahunan (Lampiran 4).

77 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

77

Tren penurunan indeks harga sebagian besar komoditas yang terjadi pada triwulan

II tahun 2015 ini mencerminkan kelesuan perekonomian dunia. Jika dibandingkan

secara bulanan (MtM), di posisi akhir bulan April dan Mei, hampir semua komoditas

mengalami penurunan harga. Hal sebaliknya terjadi pada akhir bulan Juni di mana

sebagian besar komoditas mengalami peningkatan kecuali komoditas minyak

mentah Brent Oil dan komoditas logam mulia berupa emas, tembaga, dan perak.

Kecenderungan penurunan indeks harga logam mulia menunjukkan bahwa

permintaan akan komoditas ini menurun seiring dengan penguatan dolar Amerika

Serikat yang membuat sifat hedging logam mulia (emas dan perak) menjadi turun.

Gambar 17. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global

40

50

60

70

80

90

100

110

120

EMAS PERAK BRENT OIL TEMBAGA GAS ALAM

Sumber: Bloomberg, data diolah

(3 Januari 2012=100)

Pada April 2015, minyak mentah Brent Oil sempat mengalami peningkatan indeks

harga sebesar 21,18 persen (MtM) seiring dengan kabar penurunan jumlah lahan

pengeboran minyak di Amerika Serikat. Namun, pada akhir Mei dan Juni 2015,

minyak mentah Brent Oil kembali mengalami penurunan indeks harga. Tren

penurunan harga yang terjadi sejak pertengahan tahun 2014 lalu karena

melimpahnya pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang tidak

didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari negara OPEC. Sementara itu,

anjloknya harga juga tidak didukung oleh peningkatan permintaan global akan

komoditas ini.

Komoditas energi lainnya, yaitu gas alam juga mengalami penurunan. Penurunan

indeks harga gas alam secara utama disebabkan oleh meningkatnya produksi

khususnya di Amerika Serikat yang tidak diiringi oleh meningkatnya permintaan

global. Tiongkok dan negara-negara kawasan Eropa sebagai pengguna gas alam

terbesar pun pada triwulan II tahun 2015 mengalami kelesuan perekonomian yang

berimbas pada permintaan komoditas energi dunia.

78 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

78

Harga Bahan Pokok Nasional

Selama periode April-Juni 2015, daging sapi, daging ayam broiler, daging ayam

kampung, telur ayam ras, telur ayam kampung, ikan teri asin, dan kacang hijau

mengalami peningkatan harga secara bulanan (MtM). Sebaliknya, hanya komoditas

kedelai impor dan gula pasir yang mengalami penurunan harga secara berkala.

Sementara itu harga bahan pokok nasional lainnya mengalami fluktuasi (Lampiran

5). Pada akhir bulan April, mayoritas harga bahan pokok mengalami penurunan

dengan penurunan harga terbesar dialami oleh cabai merah keriting dan cabai

merah biasa masing-masing 5,26 persen (MtM) dan 4,45 persen (MtM). Sebaliknya,

pada akhir bulan Mei dan Juni 2015 mayoritas harga bahan pokok nasional

mengalami peningkatan harga sebagai dampak meningkatnya permintaan

memasuki bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri.

Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok

95,0

145,0

195,0

245,0

295,0

345,0

Mar'15 Apr'15 Mei'15 Juni'15Minyak Goreng Kemasan Minyak Goreng Curah Daging Sapi Daging Ayam Daging Ayam Kampung

Telur Ayam Telur Ayam Kampung Kedelai Impor Kedelai Lokal Beras

Gula Pasir Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa Bawang Merah Ikan Teri Asin

Kacang Hijau Kacang Tanah Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah (2009=100)

Jika dibandingkan dengan posisi pada awal tahun 2015 (YtD), selama bulan April-

Juni 2015 sebagian besar komoditas kebutuhan pokok mengalami peningkatan

harga. Komoditas bawang merah mengalami peningkatan harga tertinggi pada

triwulan II tahun 2015. Sebaliknya harga komoditas minyak goreng curah, telur

ayam kampung, kedelai impor, cabe merah keriting dan cabe merah biasa

mengalami tren negatif dengan penurunan tertinggi dialami oleh cabe merah

(keriting dan biasa), sedangkan harga bahan pokok lainnya bervariatif.

79 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

79

Secara tahunan (YoY), selama triwulan II tahun 2015, mayoritas harga bahan pokok

nasional meningkat. Sementara itu hanya komoditas minyak goreng curah yang

mengalami tren penurunan harga secara berkala. Adapun bahan pokok yang

mengalami fluktuasi harga secara tahunan antara lain daging ayam broiler, kedelai

impor, cabe merah keriting, dan cabe merah biasa.

Respon Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18 Juni 2015 memutuskan

untuk mempertahankan BI rate menjadi sebesar 7,5 persen dengan suku bunga

Lending Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit Facility pada level

5,50 persen. Keputusan mempertahankan tingkat suku bunga didasarkan pada

tingkat inflasi yang diperkirakan masih dalam kisaran inflasi yang rendah dan

terkendali. Keputusan BI rate dipandang sejalan dengan target inflasi yang

terkendali dan rendah di bawah sasaran 4±1 persen pada tahun 2015-2016 dan

untuk mendukung terwujudnya surplus transaksi berjalan.

Kebijakan dan implementasi kewajiban penggunaan Rupiah di dalam negeri

semakin diperkuat. Pada Juni 2015, BI menerbitkan Surat Edaran No. 17/11/DKSP

yang memuat petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia

No.17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum, Surat Edaran tersebut mengatur

mengenai: (i) kewajiban pencantuman harga barang dan atau jasa dalam Rupiah; (ii)

pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk proyek infrastruktur strategis

yang diperjanjikan secara tertulis; (iii) Pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah

untuk transaksi non-tunai bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu; (iv)

laporan terkait penggunaan Rupiah di wilayah NKRI; dan (v) sanksi bagi pelanggar

kewajiban penggunaan Rupiah.

Mengingat permasalahan domestik dan tantangan perekonomian global yang masih

diwarnai ketidakpastian, pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.

Meskipun terpuruknya Rupiah saat ini tidak sama dengan kondisi 1997/1998 dan

2007/2008, namun mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk merupakan

hal yang bijaksana. Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan dalam

meredam fluktuasi nilai tukar Rupiah, yaitu: (i) Mempercepat realisasi

pembangunan infrastruktur. Di tengah pelemahan konsumsi dan net-ekspor, kunci

peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah

perlu menerapkan kebijakan fiskal countercyclical. Pertumbuhan yang tinggi dan

membaiknya fundamental perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk

menarik kembali kepercayaan investor dan membangun persepsi positif pasar,

sehingga sudden capital outflow dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk

manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang sifatnya produktif. Current

Account Deficit (CAD) yang sehat merupakan syarat bagi Rupiah untuk kembali

menggeliat. Namun, pemerintah jangan terlena dengan CAD yang membaik, tanpa

80 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

80

melihat komposisi di dalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal utama

perbaikan CAD. Sementara impor dapat diprioritaskan untuk membeli barang modal

terutama yang mendukung pembangunan infratsruktur; (iii) Manajemen ekspektasi

penting. Meningkatkan kualitas komunikasi publik untuk menciptakan optimisme

dan mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan

menyampaikan capaian yang sudah dilakukan pemerintah secara berkala, terutama

terkait dengan proyek-proyek besar. Perlu diingat bahwa arah kebijakan

Pemerintah yang jelas dan dikomunikasikan dengan baik akan menciptakan

kepercayaan pasar. Peran Pemerintah sangat penting untuk menghindari penerapan

kebijakan yang memberikan sentimen negatif di masyarakat.

Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus

diintensifkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter

tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem

keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,

dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan

untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke

tingkat yang lebih sehat.

SEKTOR PERBANKAN Gambar 19. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia

74.00

76.00

78.00

80.00

82.00

84.00

86.00

88.00

90.00

92.00

94.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

CA

R,

NP

L (p

ers

en

)

LDR(1.22a)CAR(1.22a)

LDR

(pe

rse

n)

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Mei 2015

Triwulan II tahun 2015 menunjukkan indikator ketahanan perbankan yang baik dan

sektor keuangan yang relatif terjaga. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy

Ratio/CAR) masih kuat jauh dari batas ambang aman 8,0 persen, yaitu sebesar 20,3

persen pada bulan Mei 2015. Pada bulan Mei 2015, rasio kredit bermasalah cukup

81 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

81

terkendali pada kisaran 2,58 persen, mengalami sedikit kenaikan dibanding

triwulan sebelumnya yaitu 2,40 persen. Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami

sedikit kenaikan dari triwulan sebelumnya, dari 87,58 persen menjadi 88,78 persen

pada Mei 2015 (Gambar 19).

Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan

seiring dengan melambatnya perekonomian domestik. Pada triwulan II tahun 2015,

pertumbuhan DPK mengalami perlambatan dari 16,35 persen (YoY) pada triwulan

sebelumnya menjadi 13,18 persen (YoY).

Gambar 20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy)

DP

K, K

red

it (t

rili

un

Rp

)

Per

tum

bu

han

(%)

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Triwulan II merupakan angka bulan Juni 2015

Di tengah perlambatan ekonomi, kredit masih tetap menunjukkan sedikit

kenaikan. Kredit triwulan II tahun 2015 tetap tumbuh sebesar 10,27 persen (YoY).

namun pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yaitu sebesar 11,13 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut disumbang oleh

pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) sebesar 10,45 persen (YoY), mengalami

pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 9,58 persen (YoY).

Sementara itu kredit investasi tumbuh sebesar 10,27 persen (YoY) di triwulan II

tahun 2015, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu 13,52 persen (YoY).

Untuk kredit konsumsi pada triwulan II tahun 2015 tumbuh sebesar 10,11 persen

(YoY). Laju pertumbuhan kredit konsumsi agak sedikit melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 11,72 persen (YoY) (Gambar 20).

82 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

82

Gambar 21. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

KI (1.6) KMK (1.8) KK (1.10) Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK

KK

, K

I, K

MK

(tr

iliu

n R

p)

Pe

rtu

mb

uh

an

(pe

rse

n)

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Triwulan II merupakan angka bulan Juni 2015

83 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

83 Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku

mencapai 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 486,7 triliun.

Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai

5,26 persen (YoY).

Rata-rata kunjungan wisman per bulan selama triwulan kedua tahun ini sekitar 776.303 orang

dengan jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang.

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN

PARIWISATA

84 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

84

Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan I Tahun 2015

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 22. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga

berlaku mencapai 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010

mencapai 486,7 triliun. Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015

mengalami pertumbuhan mencapai 5,26 persen (YoY). Perlambatan pertumbuhan

ekonomi sampai dengan triwulan II tahun 2015 ini menyebabkan sulitnya untuk

mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5,7 persen.

Bersamaan dengan itu, Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) baru

saja melakukan revisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 menjadi

4,7 persen. Di sisi lain, Bank Indonesia masih mempertahankan target pertumbuhan

5,0-5,4 persen dengan mengandalkan realisasi belanja pemerintah dan investasi di

semester kedua.

Gambar 23. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas Triwulan II-Tahun 2015 (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

85 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

85

Sebagian besar dari 15 subsektor pengolahan non-migas mencatatkan pertumbuhan

positif, kecuali tiga subsektor industri yaitu: industri tekstil dan pakaian jadi;

industri kertas dan barang dari kertas dan kayu. Pertumbuhan tertinggi dicapai

subsektor industri barang logam; industri makanan dan minuman (mamin); dan

industri kimia, farmasi dan obat tradisional; industri logam dasar yang berturut-

turut tumbuh 8,91 persen, 8,46 persen, 7,78 persen dan 7,54 persen (Gambar 23).

Industri pengolahan banyak mengalami tantangan dari akhir tahun 2014 sampai

periode triwulan II tahun 2015 ini, terutama akibat melemahnya nilai tukar Rupiah

terhadap US Dolar yang hampir mendekati angka Rp 14.000. Depresiasi Rupiah

tersebut mempengaruhi subsektor yang banyak melakukan impor bahan baku,

seperti: kendaraan roda empat, motor listrik dan perlengkapannya, komponen

elektronik, alas kaki, serat buatan dan susu.

Gambar 24. Proporsi Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas

25,8 27,0 28,2 28,9 29,5 29,0 29,8 31,2

11,1 10,2 10,2 10,0 10,5 11,0 10,5 10,8 10,2 10,4 10,5 10,9 10,7 11,4 11,0 10,1 9,6 8,9 8,9 8,8 9,3 9,3 9,5 9,8 8,0 8,0 7,5 7,6 7,5 7,7 7,4 6,7

35,4 35,5 34,6 33,8 32,4 31,7 31,9 31,4

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 TW-2

Share Sub-Sektor Industri Manufaktur Non-Migas

Industri Makanan dan Minuman Industri Barang Logam; Komputer, Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik

Industri Alat Angkutan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Dari sisi kontribusi industri pengolahan, subsektor makanan dan minuman masih

menjadi subsektor yang dominan dalam industri pengolahan non-migas, hal ini

ditunjukkan dengan semakin meningkatkan proporsi subsektor makanan dan

minuman yang memiliki proporsi lebih dari 30 persen dari total industri pengolahan

non-migas. Tingginya kontribusi subsektor makanan minuman disebabkan karena

subsektor makanan minuman mengandalkan konsumsi domestik sebagai penopang

pertumbuhan.

Hal yang dapat menjadi perhatian khusus dari perkembangan industri pengolahan

non-migas adalah semakin menurunnya proporsi subsektor tekstil dan pakaian jadi.

Pada triwulan II tahun ini, subsektor tekstil hanya menyumbang 6,7 persen

terhadap nilai tambah industri pengolahan non-migas. Tren penurunan kontribusi

sektor tekstil selama tujuh tahun tearkhir menjadi warning bagi kesinambungan

pertumbuhan industri pengolahan, subsektor industri tekstil merupakan salah satu

sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar dengan jumlah tenaga kerja di

industri besar dan menengah sebanyak 1,3 juta orang.

86 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

86

Gambar 25. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Nilai ekspor produk industri Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mencapai USD

28,4 miliar atau mengalami penurunan sebesar -4,75 persen dibandingkan triwulan

II tahun 2014 (YoY), tetapi mengalami peningkatan sekitar 5 persen dari triwulan I

tahun 2015 (QtQ). Melihat pertumbuhan ekonomi global yang terus menurun dan

kinerja ekspor yang melambat, target ekspor yang dicanangkan naik hingga tiga kali

lipat pada tahun 2019 akan menjadi sebuah tantangan besar. Salah satu penyebab

turunnya ekspor komoditas maupun manufaktur adalah karena anjloknya

permintaan dari Tiongkok dan negara Asia Tenggara lain.

Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri

Gambar 26. Realisasi Investasi PMA Dan PMDN Sektor Industri Tahun 2015

Sumber: BKPM 2015, diolah

Gambar 26 menunjukkan perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Sektor

Industri. Pada triwulan II tahun 2015, investasi industri yang berasal dari PMA

maupun PMDN mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yaitu sebesar 566

87 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

87

proyek PMA dan 402 proyek PMDN. Proyek investasi PMA pada triwulan II tahun

2015 telah direalisasikan 1886 proyek dengan nominal investasi sebesar Rp 2,5

triliun. Sedangkan untuk PMDN, 811 proyek yang sudah terealisasi dengan nominal

investasi sebesar Rp 25,6 triliun.

Gambar 27. Realisasi Proyek Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015

Sumber: BKPM 2015, diolah

Jumlah investasi industri PMA maupun PMDN masih jauh untuk mencapai target jika

dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu dengan total investasi yang sudah terealisasi

berturut-turut sebesar Rp 13,02 triliun dan Rp 59,04 triliun. Saat ini, pada triwulan

II tahun 2015 jumlah investasi industri PMA yang sudah terealisasi dengan jumlah

investasi terbesar adalah pada subsektor Industri logam, mesin dan elektronik

sebesar Rp 609,9 miliar dengan proyek yang sudah direalisasikan sebanyak 541 unit

seperti pada Gambar 27.

Disusul dengan subsektor Mineral Non-Logam sebesar Rp 456 miliar dengan proyek

62 unit dan subsektor industri kimia dan farmasi sebanyak 193 proyek dengan total

investasi sebesar Rp 412,7 miliar (Gambar 27).

Gambar 28. Realisasi Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015

Sumber: BKPM 2015, diolah

88 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

88

Dari keseluruhan PMA sektor industri, gambar 28 menunjukkan bahwa 24 persen

dari investasi PMA diinvestasikan pada subsektor industri Logam, mesin dan

elektronik. Investasi tersebut merupakan investasi yang bertahan di posisi tertinggi

dari tahun sebelumnya, disusul oleh investasi industri dari subsektor mineral non-

logam 18 persen, serta subsektor dengan investasi pada Kimia dan Farmasi 17

persen.

Gambar 29. Realisasi Proyek Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015

Sumber: BKPM 2015, diolah

Penanaman Modal Dalam Negeri untuk sektor industri pada triwulan II tahun 2015

seperti pada gambar 29 telah direalisasikan sebanyak 292 unit proyek pada

subsektor industri makanan dan 95 unit proyek industri kimia dan farmasi,

menjadikan kedua subsektor tersebut sebagai subsektor dengan jumlah investasi

proyek PMDN terbesar. Selanjutnya di posisi ketiga dan keempat adalah subsektor

industri logam, mesin dan elektronika dan subsektor industri mineral non-logam

yang mencapai berturut-turut sebanyak 110 dan 50 unit proyek PMDN di tahun

2014.

Gambar 30. Realisasi Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015

Sumber: BKPM 2015, diolah

89 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

89

Sejalan dengan jumlah investasi proyek PMDN tersebut, industri makanan juga turut

menerima nominal investasi terbesar dibanding sektor lainnya, yakni sebesar 31

persen atau sebesar Rp 7,9 triliun. Hal ini terjadi di tahun-tahun sebelumnya karena

makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Selanjutnya,

disusul oleh investasi PMDN dari investasi industri kimia dan farmasi sebesar 27

persen atau Rp 7,04 triliun.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015

Sumber: GAIKINDO 2015, diolah

Gambar 31 menunjukkan bahwa penjualan mobil memiliki tren musiman yang jelas.

Penjualan mobil selalu mengalami penurunan pada bulan mendekati Hari Raya atau

bulan banyak libur (Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru). Pada tahun 2015, penjualan

mobil menurun drastis hingga 18 persen pada bulan April dan diikuti pada bulan

Mei yaitu hanya sekitar 79.374 unit mobil yang terjual dibandingkan dengan tahun

sebelumnya pada periode yang sama dapat menjual hingga 96.927 unit mobil.

Meskipun pada bulan Juni terjadi peningkatan kembali sekitar 3,4 persen dengan

penjualan sebanyak 82.139 unit mobil. Hal ini disebabkan antara lain karena rata-

rata harga mobil meningkat akibat melemahnya nilai tukar Rupiah.

Pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi sepanjang 2014 hingga triwulan II tahun

2015 menyebabkan kenaikan harga mobil karena komponen mesin dan beberapa

komponen lain ikut mengalami kenaikan harga. Maka secara akumulatif, jumlah

penjualan mobil di Indonesia sampai triwulan II tahun 2015 melemah karena daya

beli masyarakat melemah yang diakibatkan oleh perlambatan perekonomian

Indonesia.

90 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

90

Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015

Sumber: ASTRA 2015, diolah

Pada triwulan II tahun 2015, terlihat pada gambar 32 penurunan drastis terjadi juga

pada penjualan motor namun apabila dibandingkan dengan penjualan mobil masih

terlihat lebih tinggi. Dalam periode Januari-Juni 2015 total penjualan motor

mendapatkan penjualan terbesar di bulan Juni yaitu berkisar sekitar 574.714 unit

karena mendekati Hari Raya Idul Fitri.

Secara akumulatif, penjualan motor pada tahun 2015 masih lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal yang sama dengan masalah pada

penjualan mobil yaitu dikarenakan depresiasi nilai tukar Rupiah, harga motor baru

terus meningkat sehingga terjadi penurunan di tahun ini. Kurs Rupiah melemah dari

11.500 menjadi 13.000 dalam 2 tahun terakhir.

Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah

Penjualan semen di Indonesia dalam pertengahan tahun 2015 telah mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 tercatat pada bulan Mei 2015,

penjualan semen turun sebesar 7,9 persen.

91 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

91

Walaupun penjualan semen jika dibandingkan tahun 2014 menurun, penjualan

semen selalu meningkat dari bulan April sampai bulan Juni tahun 2015. Hal ini

mengindikasikan bahwa masih terdapat aktivitas ekonomi yang cukup substansial

yang terjadi di triwulan kedua tahun ini di tengah perlambatan ekonomi global dan

penurunan daya beli masyarakat.

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri

Gambar 34. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah

Pada triwulan II tahun 2015, suku bunga modal kerja terus mengalami penurunan

dari awal tahun dengan posisi terakhir di bulan Juni adalah sebesar 13,17 persen.

Sedangkan untuk suku bunga investasi turun menjadi 13,02 persen di bulan Mei

2015.

Pada bulan Juni 2015, pinjaman modal kerja dan valas perbankan untuk sektor

industri terus mengalami pertumbuhan dan berada pada nilai Rp 499 triliun dan

posisi pinjaman kredit investasi sebesar Rp 197 triliun.

Sejak tahun 2014, kredit modal kerja dan kredit investasi cenderung mengalami

pertumbuhan, hanya saja terjadi sedikit penurunan pada bulan Agustus dan

Desember 2014. Walaupun demikian, posisi pinjaman baik untuk kredit modal kerja

ataupun investasi sektor industri masih belum menunjukkan perlambatan yang

berarti.

92 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

92

Jumlah Wisatawan

Gambar 35. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Pada triwulan II tahun 2015 seperti gambar 35, menunjukkan bahwa jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) lebih tinggi dibandingkan dengan

jumlah wisman di periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata kunjungan

wisman per bulan selama triwulan kedua tahun ini sekitar 776.303 orang dengan

jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang, meningkat

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pada bulan Juni

tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan bulan Juni tahun 2014.

Peningkatan jumlah wisman pada triwulan II tahun 2015 ini dapat disebabkan

antara lain karena: (1) pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US dolar yang

otomatis meningkatkan daya beli wisman dan meningkatkan daya saing obyek

pariwisata di Indonesia, (2) tren kunjungan favorit dari dunia ke Asia Pasifik

semakin meningkat, utamanya wisman asal Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang.

Banyak wisman dari negara-negara tersebut mengalihkan tujuan wisatanya dari

Eropa ke Asia Pasifik seperti Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Singapura.

93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

93

Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan, Hingga Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Hingga periode triwulan II tahun 2015, wisatawan mancanegara yang paling banyak

mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk utama adalah wisatawan

berkebangsaan Singapura sebanyak 736.508 orang. Wisatawan mancanegara yang

mengunjungi Indonesia tersebut terhitung melalui 19 pintu masuk utama seperti

Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Kualanamu International Airport (Medan), dan Batam

(Kepulauan Riau) dengan jumlah kunjungan terbanyak melalui Ngurah Rai.

Selain wisatawan berkebangsaan Singapura, terdapat empat kebangsaan lainnya

yang banyak mengunjungi Indonesia yaitu Malaysia, Tiongkok, Australia, dan Jepang

dengan jumlah wisatawan berturut-turut sebanyak 606.478, 541.551, 518.575, dan

227.957 orang. Pada triwulan II tahun 2015, wisatawan mancanegara (wisman)

berkebangsaan Tiongkok meningkat cukup pesat dibandingkan triwulan I tahun

2015 dengan jumlah lebih banyak dibandingkan wisman berkebangsaan Australia.

Jumlah wisman berkebangsaan Singapura, Tiongkok, Malaysia, Australia, dan Jepang

dan lainnya seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Inggris, India selalu mengalami

fluktuasi di setiap tahun. Meskipun demikian, wisman yang berkunjung ke Indonesia

cenderung mengalami peningkatan hampir merata dari beberapa asal negara

wisman.

94 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

94

Gambar 37. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Perolehan Devisa

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Pada tahun 2008 - 2014, rata-rata pertumbuhan kunjungan wisman sebesar 8,06

persen per tahun. Jumlah wisman selama tahun 2014 mencapai 9.435.411 orang.

Pada periode yang sama, perolehan devisa tumbuh sebesar dengan besaran 12,04

persen per tahun dengan posisi perolehan devisa pariwisata pada tahun 2014

mencapai USD 11.166,13 juta.

Di antara negara-negara tersebut, Indonesia berada pada urutan ketiga di bawah

Malaysia dan Thailand pada semua kategori. Jumlah wisatawan manca negara juga

tercermin, yaitu di bawah Malaysia dan Thailand. Thailand pada tahun 2011

mencatat 19,2 juta orang dan Malaysia mencatat hampir 24,7 juta orang, sementara

Indonesia baru mencapai 7,6 juta orang.

Pengeluaran per wisatawan di Indonesia lebih baik dari Malaysia walau masih di

bawah Thailand. Hal ini merupakan indikasi bahwa keragaman produk usaha wisata

yang ditawarkan di Indonesia lebih baik dari Malaysia walaupun masih lebih rendah

dibandingkan dengan Thailand.

Gambar 38. Perbandingan Daya Saing Pariwisata Tahun 2015

NEGARA Dari 141 Negara Tourist Intern. 2011

Average Tourist

Spending, 2013

Rank Skor Ribu Org Juta USD USD

Malaysia 25 4.41 24,714.30 19,599.00 835.9

Thailand 35 4.26 19,230.50 27,184.10 1,585.1

Indonesia 50 4.04 7,649.70 7,997.20 1,036.0

Sri Lanka 63 3.80 856.00 830.00 1,345.1

Philippines 74 3.63 3,917.50 3,152.00 1,002.1

Vietnam 75 3.60 6,014.00 5,620.00 990.9

Cambodia 105 3.24 2,881.90 1,616.40 631.7 Sumber: World Economic Forum, Travel & Tourism Competitiveness Report - 2015

95 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

95

LAMPIRAN

1. INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA 2. NILAI TUKAR MATA UANG 3. INDEKS SAHAM GLOBAL 4. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 5. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL

96 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

96

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)

Gambar 39. Inflasi YoY 66 Kota April-Juni 2015

-1,00%

1,00%

3,00%

5,00%

7,00%

9,00%

11,00%

13,00%

15,00%

17,00%

19,00%

MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga

Pematang SiantarMedan

Padang SidempuanPadang

BukittinggiTembilahan

Pekanbaru

Dumai

Bungo

Jambi

Palembang

Lubuk Linggau

Bengkulu

Bandar Lampg

Metro

Tanjung Pandan

Pangkal Pinang

Batam

Tanjung Pinang

Jakarta

Bogor

Sukabumi

Bandung

Cirebon

Bekasi

Depok

Tasikmalaya

Cilacap

PurwokertoKudus

SurakartaSemarang

TegalYogyakarta

JemberBanyuwangiSumenep Kediri

MalangProbolinggo Madiun Surabaya

SerangTangerang

Cilegon Singaraja

Denpasar

Mataram

Bima

Maumere

Kupang

Pontianak

Singkawang

Sampit

Palangkaraya

Tabalong

Banjarmasin

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Manado

Palu

Bulukumba

Watampone

Makassar

Parepare

Palopo

Kendari

Bau-Bau

GorontaloMamuju

AmbonTualTernateManokwari

SorongMeraukeJayapura

Inflasi YOY 82 Kabupaten/ Kota April-Juni 2015

April Mei Juni

Sorong

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

97 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

97

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)

Gambar 40. Inflasi MtM 66 Kota April-Juni 2015

-4,00%

-3,00%

-2,00%

-1,00%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga

Pematang SiantarMedan

Padang SidempuanPadang

Bukittinggi

Tembilahan

Pekanbaru

Dumai

Bungo

Jambi

Palembang

Lubuk Linggau

Bengkulu

Bandar Lampg

Metro

Tanjung Pandan

Pangkal Pinang

Batam

Tanjung Pinang

Jakarta

Bogor

Sukabumi

Bandung

Cirebon

Bekasi

Depok

Tasikmalaya

Cilacap

Purwokerto

KudusSurakarta

SemarangTegal

YogyakartaJemberBanyuwangiSumenep

KediriMalangProbolinggo Madiun

SurabayaSerang

Tangerang Cilegon

Singaraja

Denpasar

Mataram

Bima

Maumere

Kupang

Pontianak

Singkawang

Sampit

Palangkaraya

Tabalong

Banjarmasin

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Manado

Palu

Bulukumba

Watampone

Makassar

Parepare

Palopo

Kendari

Bau-Bau

Gorontalo

MamujuAmbon

TualTernateManokwari

SorongMeraukeJayapura

Inflasi MTM 82 Kabupaten/ Kota April-Juni 2015

April Mei Juni

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 98

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang

Gambar 41. Perkembangan Nilai Tukar

Negara April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Rata-rata

Triwulanan QtQ

PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY

Indonesia 12963 -0,85% 4,64% 12,12% 13224 2,01% 7,60% 12,82% 13339 0,87% 7,68% 12,33% 13175 2,03%

Turki 2,6725 2,89% 14,63% 26,51% 2,6629 -0,36% 15,22% 29,16% 2,6816 0,70% 15,02% 26,58% 2,672 3,24%

Afrika Selatan 11,9107 -1,82% 3,14% 13,19% 12,1525 2,03% 7,84% 16,33% 12,1688 0,13% 5,38% 14,40% 12,077 0,30%

BRIC

Brazil 3,0145 -5,70% 13,43% 35,04% 3,1787 5,45% 19,89% 43,21% 3,103 -2,38% 16,76% 40,13% 3,099 -2,93%

Rusia 51,5876 -11,34% -10,75% 44,65% 52,3405 1,46% -1,89% 65,10% 55,3415 5,73% -4,26% 62,85% 53,090 -4,89%

India 63,4225 1,48% 0,11% 5,12% 63,825 0,63% 0,17% 7,02% 63,65 -0,27% 0,47% 5,76% 63,633 1,84%

Cina 6,2032 0,06% -0,07% -0,90% 6,1976 -0,09% 0,04% -0,25% 6,201 0,05% -0,11% -0,03% 6,201 0,02%

ASEAN-5

Singapura 1,3237 -3,54% 0,02% 5,58% 1,3478 1,82% 2,31% 8,35% 1,3474 -0,03% 1,81% 8,09% 1,340 -1,81%

Malaysia 3,5633 -3,79% 1,91% 9,12% 3,6675 2,92% 8,89% 18,76% 3,7733 2,88% 7,92% 17,51% 3,668 1,88%

Thailand 33,018 1,45% 0,21% 2,02% 33,7 2,07% 3,17% 4,69% 33,8 0,30% 2,58% 4,19% 33,506 3,86%

Filipina 44,59 -0,25% -0,29% 0,04% 44,585 -0,01% 1,17% 3,47% 45,107 1,17% 0,87% 3,33% 44,761 0,91%

Myanmar 1092,65 1,36% 5,98% 13,46% 1093,45 0,07% 9,99% 17,21% 1118 2,25% 8,44% 14,67% 1101 3,71%

Negara Maju

Kawasan Euro 0,8911 -4,37% 7,86% 23,58% 0,9098 2,10% 9,91% 23,02% 0,8979 -1,31% 8,68% 22,92% 0,900 -3,64%

Inggris 0,6514 -3,47% 1,51% 9,90% 0,6539 0,38% 0,79% 8,38% 0,6367 -2,63% -0,78% 8,91% 0,647 -5,65%

Jepang 119,38 -0,62% -0,30% 16,76% 124,15 4,00% 2,34% 19,73% 122,5 -1,33% 2,30% 20,89% 122,010 1,97%

Korea Selatan 1072,29 -3,37% -1,98% 3,78% 1108,19 3,35% 3,31% 11,11% 1115,49 0,66% 1,97% 10,24% 1099 0,52%

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 99

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang (lanjutan)

Gambar 42. Perkembangan Indeks Nilai Tukar (1 Januari 2004 = 100)

50

70

90

110

130

150

170

190

210

230

250

INDONESIA+BRIC

USD-IDR USD-BRL USD-RUB USD-INR USD-CNY

60

80

100

120

140

160

180

INDONESIA+NEGARA MAJU

USD-IDR USD-JPY USD-EUR USD-GBP

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 100

Lampiran 3: Indeks Saham Global

Gambar 43. Perkembangan Indeks Saham Global

Negara April-15 Mei-15 Juni-15

Rata-rata Triwulana

n PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY

Indonesia (IHSG) 5086,425 -7,83% -2,69% 5,09% 5216,379 2,55% -0,20% 6,59% 4910,658 -5,86% -6,05% 0,66% 5071,15

BRIC

Brazil (IBOV) 55728 8,70% 10,67% 8,35% 53293 -4,37% 5,84% 3,66% 52962 -0,62% 5,18% -0,02% 53994,33

Russia (RTSI) 1029,31 16,91% 30,18% -10,94% 968,81 -5,88% 22,52% -25,23% 939,93 -2,98% 18,87% -31,20% 979,35

India (BSE) 27011,31 -3,38% -1,80% 20,49% 27828,44 3,03% 1,17% 14,91% 27780,83 -0,17% 0,99% 9,31% 27540,19

China (SSEA) 4441,655 18,51% 37,31% 119,19% 4611,744 3,83% 42,57% 126,15% 4277,222 -7,25% 32,23% 108,82% 4443,54

ASEAN-4

Singapura (STI) 3487,39 1,17% 3,63% 6,82% 3392,11 -2,73% 0,80% 2,92% 3317,33 -2,20% -1,42% 1,89% 3398,94

Malaysia (KLCI) 1818,27 -0,68% 3,24% -2,85% 1747,52 -3,89% -0,78% -6,72% 1706,64 -2,34% -3,10% -9,35% 1757,48

Thailand (SETI) 1526,74 1,38% 1,94% 7,90% 1496,05 -2,01% -0,11% 5,67% 1504,55 0,57% 0,46% 1,27% 1509,11

Negara Maju

Amerika Serikat (DJIA)

17840,52 0,36% 0,10% 7,60% 18010,68 0,95% 1,05% 7,74% 17619,51 -2,17% -1,14% 4,71% 17823,57

Amerika Serikat (S&P 500)

2085,51 0,85% 1,29% 10,70% 2107,39 1,05% 2,36% 9,56% 2063,11 -2,10% 0,20% 5,25% 2085,34

Kawasan Euro (STOXX-50)

3615,59 -2,21% 14,91% 13,04% 3570,78 -1,24% 13,49% 10,05% 3424,3 -4,10% 8,83% 6,07% 3536,89

Jepang (N225) 19520,01 1,63% 11,86% 36,46% 20563,15 5,34% 17,84% 40,53% 20235,73 -1,59% 15,96% 33,46% 20106,30

Hong Kong (Hang Seng)

28133 12,98% 19,18% 27,10% 27424,19 -2,52% 16,18% 18,81% 26250,03 -4,28% 11,21% 13,19% 27269,07

Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 101

50,00

70,00

90,00

110,00

130,00

150,00

170,00

190,00

210,00

230,00

01

/01

/20

11

01

/03

/20

11

01

/05

/20

11

01

/07

/20

11

01

/09

/20

11

01

/11

/20

11

01

/01

/20

12

01

/03

/20

12

01

/05

/20

12

01

/07

/20

12

01

/09

/20

12

01

/11

/20

12

01

/01

/20

13

01

/03

/20

13

01

/05

/20

13

01

/07

/20

13

01

/09

/20

13

01

/11

/20

13

01

/01

/20

14

01

/03

/20

14

01

/05

/20

14

01

/07

/20

14

01

/09

/20

14

01

/11

/20

14

01

/01

/20

15

01

/03

/20

15

01

/05

/20

15

01

/07

/20

15

INDONESIA HONGKONG JEPANG KOREA DOW JONES S&P500 EUROSTOXX

70,00

90,00

110,00

130,00

150,00

170,00

190,00

210,00

230,00

250,00

01

/01

/20

11

01

/03

/20

11

01

/05

/20

11

01

/07

/20

11

01

/09

/20

11

01

/11

/20

11

01

/01

/20

12

01

/03

/20

12

01

/05

/20

12

01

/07

/20

12

01

/09

/20

12

01

/11

/20

12

01

/01

/20

13

01

/03

/20

13

01

/05

/20

13

01

/07

/20

13

01

/09

/20

13

01

/11

/20

13

01

/01

/20

14

01

/03

/20

14

01

/05

/20

14

01

/07

/20

14

01

/09

/20

14

01

/11

/20

14

01

/01

/20

15

01

/03

/20

15

01

/05

/20

15

01

/07

/20

15

INDONESIA MALAYSIA SINGAPURA THAILAND

Lampiran 3: Indeks Saham Global (lanjutan)

Gambar 44. Perkembangan Indeks Saham Global

INDEKS SAHAM BRIC & INDONESIA

INDEKS SAHAM ASEAN-4 INDEKS SAHAM NEGARA MAJU

Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

200,00

220,00

240,00

01

/0

1/2

01

1

01

/0

3/2

01

1

01

/0

5/2

01

1

01

/0

7/2

01

1

01

/0

9/2

01

1

01

/1

1/2

01

1

01

/0

1/2

01

2

01

/0

3/2

01

2

01

/0

5/2

01

2

01

/0

7/2

01

2

01

/0

9/2

01

2

01

/1

1/2

01

2

01

/0

1/2

01

3

01

/0

3/2

01

3

01

/0

5/2

01

3

01

/0

7/2

01

3

01

/0

9/2

01

3

01

/1

1/2

01

3

01

/0

1/2

01

4

01

/0

3/2

01

4

01

/0

5/2

01

4

01

/0

7/2

01

4

01

/0

9/2

01

4

01

/1

1/2

01

4

01

/0

1/2

01

5

01

/0

3/2

01

5

01

/0

5/2

01

5

01

/0

7/2

01

5

INDONESIA BRAZIL RUSSIA INDIA CHINA

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 102

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional

Gambar 45. Indeks Harga Komoditas Internasional

Komoditas April-15 Mei-15 Juni-15 Rata-

rata Triwulan

QtQ PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY

Beras 69,68 -7,77% -12,71% -35,77% 66,06 -5,18% -17,23% -36,54% 70,61 6,89% -11,53% -30,09% 68,79 -6,53%

Gula 52,96 8,80% -10,61% -24,71% 48,88 -7,70% -17,49% -31,07% 50,10 2,50% -15,43% -26,11% 50,65 2,93%

Gandum 71,08 -8,74% -20,81% -34,50% 72,60 2,14% -19,12% -23,95% 93,57 28,88% 4,24% 8,85% 79,08 20,13%

Kacang Kedelai

80,32 0,54% -4,00% -36,08% 76,67 -4,55% -8,36% -37,45% 86,70 13,09% 3,63% -24,58% 81,23 8,53%

Jagung 61,87 -2,66% -7,75% -29,09% 59,38 -4,03% -11,46% -24,65% 71,28 20,06% 6,30% -3,27% 64,18 12,16%

Minyak Mentah (Brent Oil)

59,56 21,18% 16,48% -38,21% 58,47 -1,83% 14,36% -40,08% 56,71 -3,00% 10,92% -43,41% 58,24 15,39%

Gas Alam 59,47 4,20% -5,01% -43,35% 57,11 -3,96% -8,77% -41,81% 61,22 7,19% -2,21% -36,56% 59,27 7,27%

Emas 72,01 -0,07% -0,14% -8,80% 72,46 0,63% 0,48% -4,60% 71,36 -1,51% -1,04% -11,44% 71,94 -0,96%

Tembaga 83,22 5,35% 2,16% -4,44% 78,65 -5,49% -3,45% -12,09% 75,39 -4,14% -7,45% -18,28% 79,09 -4,56%

Perak 54,87 -2,68% 3,55% 83,77% 56,73 3,39% 7,06% -11,20% 52,93 -6,71% -0,12% -26,39% 54,84 -6,13%

3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 103

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional

Gambar 46. Harga Bahan Pokok Nasional

Komoditas Apr-15 May-15 Jun-15 Rata-rata

Triwulan PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY

Minyak Goreng Kemasan

15.134 -0,72% 0,38% 4,53% 15.210 0,50% 0,88% 3,76% 15.169 -0,27% 0,61% 2,16% 15.171

Minyak Goreng Curah 11.155 -0,96% -1,28% -4,31% 11.102 -0,48% -1,75% -5,02% 11.237 1,22% -0,56% -3,56% 11.165

Daging Sapi 101.552 0,17% 0,34% 3,75% 102.675 1,11% 1,45% 4,86% 105.175 2,43% 3,92% 4,84% 103.134

Daging Ayam Broiler 27.948 5,99% -5,79% -0,83% 29.317 4,90% -1,18% 2,97% 30.522 4,11% 2,89% -5,04% 29.262

Daging Ayam Kampung

59.805 2,01% -2,97% 5,92% 60.066 0,44% -2,55% 6,18% 62.759 4,48% 1,82% 2,47% 60.877

Telur Ayam Ras 20.570 3,46% -6,36% 10,66% 21.764 5,80% -0,93% 10,89% 22.803 4,77% 3,80% 9,07% 21.712

Telur Ayam Kampung 40.976 -0,88% -2,49% 0,26% 41.161 0,45% -2,05% 0,41% 41.585 1,03% -1,04% 1,57% 41.241

Tepung Terigu 8.832 -0,06% -0,18% 2,38% 8.852 0,23% 0,05% 2,26% 8.949 1,10% 1,14% 2,03% 8.878

Kedelai Impor 11.108 -0,94% -2,02% 1,30% 11.000 -0,97% -2,97% -0,53% 10.979 -0,19% -3,16% -2,37% 11.029

Kedelai lokal 11.080 0,43% 0,51% 5,94% 10.709 -3,35% -2,86% 0,39% 10.921 1,98% -0,93% 2,84% 10.903

Beras Medium 9.845 -2,60% 3,70% 12,21% 9.879 0,35% 4,06% 12,72% 9.992 1,14% 5,25% 13,33% 9.905

Gula Pasir 12.416 7,52% 11,25% 9,84% 12.836 3,38% 15,02% 14,04% 13.139 2,36% 17,73% 16,59% 12.797

Susu Kental Manis 10.291 0,30% 0,78% 5,00% 10.242 -0,48% 0,30% 2,83% 10.240 -0,02% 0,28% 1,42% 10.258

Mie Instant 2.085 -1,14% 3,32% 11,32% 2.147 2,97% 6,39% 14,14% 2.117 -1,40% 4,91% 11,89% 2.116

Cabe Merah Keriting 21.900 -5,26% -64,66% 5,84% 27.903 27,41% -54,97% 46,92% 29.156 4,49% -52,95% 54,83% 26.320

Cabe Merah Biasa 22.994 -4,45% -60,56% 10,58% 30.187 31,28% -48,23% 55,27% 27.877 -7,65% -52,19% 32,28% 27.019

Bawang Merah 29.221 -2,61% 39,79% 30,69% 36.419 24,63% 74,23% 52,89% 27.136 -25,49% 29,82% -2,69% 30.925

Ikan Teri Asin 66.880 0,82% 1,12% 3,54% 66.999 0,18% 1,30% 4,11% 67.040 0,06% 1,36% 2,31% 66.973

Kacang Hijau 20.293 1,86% 5,33% 6,72% 20.769 2,35% 7,80% 7,48% 21.246 2,30% 10,27% 8,98% 20.769

Kacang Tanah 21.392 -0,34% 7,67% 22,11% 22.103 3,32% 11,25% 24,66% 24.499 10,84% 23,31% 33,47% 22.665

Ketela Pohon 5.914 15,01% 14,15% 11,19% 5.172 -12,55% -0,17% 0,31% 5.277 2,03% 1,85% 1,79% 5.454

Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik

membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015