kata pengantarbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · kata...

37
KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya “Laporan Kajian Pelaksanaan Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) merupakan salah satu upaya mereformasi Program Subsidi Rastra (yang sebelumnya Raskin) yang dilaksanakan berdasarkan arahan Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas dan ketepatan sasaran program serta mendorong inklusi keuangan. Pelaksanaan BPNT diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan dan kemampuan ekonomi penerima manfaat melalui akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan berbasis electronic voucher (e-voucher), yang kemudian dikenal dengan nama Kartu Keluarga Sejahtera/KKS. Pada tahap awal pelaksanaan BPNT dimulai bulan Februari 2017 yang mencangkup 44 kota. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari pelaksanaan Rastra/BPNT tersebut, dilakukan kajian di 5 (lima) kota: Bandung, Surabaya, Bekasi, Jakarta Barat, dan Makassar. Kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada para pihak yang telah berkontribusi daam penyelesaian lapran ini. Semoga laporan kajian ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya yang menangani pelaksanaan Rastra/BPNT. Jakarta, Juni 2017 Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Spudnik Sujono K, MM NIP.19580206 198503 1 001

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya “Laporan Kajian Pelaksanaan Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) merupakan salah satu upaya mereformasi Program Subsidi Rastra (yang sebelumnya Raskin) yang dilaksanakan berdasarkan arahan Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas dan ketepatan sasaran program serta mendorong inklusi keuangan. Pelaksanaan BPNT diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan dan kemampuan ekonomi penerima manfaat melalui akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan berbasis electronic voucher (e-voucher), yang kemudian dikenal dengan nama Kartu Keluarga Sejahtera/KKS.

Pada tahap awal pelaksanaan BPNT dimulai bulan Februari 2017 yang mencangkup 44 kota. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari pelaksanaan Rastra/BPNT tersebut, dilakukan kajian di 5 (lima) kota: Bandung, Surabaya, Bekasi, Jakarta Barat, dan Makassar.

Kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada para pihak yang telah berkontribusi daam penyelesaian lapran ini. Semoga laporan kajian ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya yang menangani pelaksanaan Rastra/BPNT.

Jakarta, Juni 2017Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan

Dr. Ir. Spudnik Sujono K, MMNIP.19580206 198503 1 001

Page 2: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

RINGKASAN EKSEKUTIF

LATAR BELAKANG1. Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah dari masa ke masa. Dalam menanggulangi kemiskinan pemerintah menerapkan berbagai program bantuan sosial dan stimulus, antara lain adalah Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras untuk Keluarga Sejahtera (Rastra, yang sebelumnya disebut Raskin) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).2. Untuk meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia pada Rapat Kabinet Terbatas tentang Program Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi tanggal 16 Maret 2016 memberikan arahan agar mulai T.A 2017 penyaluran Rastra/Raskin agar dilakukan melalui kupon elektronik/e-voucher.3. Mulai Tahun Anggaran 2017 penyaluran manfaat Rastra (yang kemudian disebut Bantuan Pangan Non Tunai/BPNT) dilakukan melalui mekanisme non tunai (menggunakan teknologi e-voucher) sehingga dapat tepat sasaran dan lebih mudah terjangkau. Masyarakat yang mendapatkan e-voucher dapat membeli beras dan bahan pangan lainnya sesuai dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan.4. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja Rastra dan BPNT perlu dilakukan evaluasi (sasaran, jumlah, harga, waktu, kualitas, dan administratif), serta memunculkan wacana pemberlakuan e-money (bantuan uang yang diambil melalui ATM dan diperuntukan pembelian bahan pangan produktif tidak hanya beras semata).

PERMASALAHAN DAN UPAYA PERBAIKAN5. Permasalahan: a. Tepat Sasaran Ketidaktepatan sasaran KPM penerima Rastra dan BPNT masih relatif tinggi. b. Tepat Waktu Penyaluran Rastra dan BPNT mengalami keterlambatan dan rapel. c. Tepat Jumlah Rastra: Rata-rata Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Menerima 4-6 kg/bulan (Pemerataan), seharusnya 15 kg/bulan. BPNT: -

i

Page 3: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

ii

d. Tepat Harga Rastra: Rata-rata KPM menebus Rp. 2000/kg, seharusnya Rp. 1.600/kg BPNT: - e. Tepat Kualitas Kualitas beras yang diterima oleh KPM pada program Rastra dan BPNT masih perlu ditingkatkan. f. Tepat Administrasi Rastra: - BPNT: 1) Secara umum baik jumlah dan sebaran e-warong dalam melayani ke KPM belum memadai. Rasio layanan e-warong dengan jumlah KPM harusya 1:150, namun di lapangan mencapai 1: 250-400. 2) Mesin EDC (Electronic Data Capture) menggunakan sistem GPRS Power, untuk wilayah-wilayah remote yang kurang akses signal dan listrik maka penyaluran bantuan akan terhambat.

6. Upaya Perbaikan: A. Rastra a. Tepat Sasaran (1) Sosialisasi dan pengawasan dalam penentuan KPM. (2) Pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan KPM. b. Tepat Waktu (1) Pemerintah membuat aturan jelas tentang titik distribusi Bulog ke KPM. (2) Meningkatkan pelibatan peran pemerintah daerah dari titik distribusi Bulog ke KPM. c. Tepat Jumlah Pengawasan pelaksanaan penyaluran Rastra dari titik distribusi Bulog sampai ke KPM. d. Tepat Harga Pengawasan dan pelibatan pemerintah daerah sampai titik bagi. e. Tepat Kualitas (1) Bulog melibatkan Gapoktan dalam penyediaan beras berkualitas sehingga kualitas beras yang sampai ke KPM lebih terjamin.

Page 4: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

(2) Melakukan pengecekan di lokasi akhir titik distribusi (warung desa/kelurahan atau ketua RT setempat) terhadap beras sebelum diserahkan kepada KPM.

B. BPNT a. Tepat Sasaran (1) Sosialisasi dan pengawasan dalam penentuan KPM. (2) Pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan KPM b. Tepat Waktu Penyaluran bantuan pangan kepada KPM dilakukan secara rutin setiap bulan. Untuk itu proses pengajuan barang (jumlah dan volume) kepada Bulog harus dilakukan maksimal pada pertengahan bulan sebelumnya, agar pada awal bulan bantuan bisa didistribusikan kepada penerima. c. Tepat Administrasi (kesiapan e-warong) (1) Kementerian Sosial dan Perbankan perlu menambah jumlah e-warong (e-warong KUBE atau Agen Laku Pandai) dimasing-masing kota. (2) Sebaran e-warong harus memperhatikan lokasi tempat tinggal KPM agar dapat meminimalisir tambahan biaya transportasi. (3) Apabila program BPNT dilakukan secara masif dan menyeluruh, perlu dukungan fasilitas signal GPRS yang memadai dari provider (Telkomsel/ Indosat/ provider lainnya).

7. TINDAK LANJUT REKOMENDASI a. Bagi kelompok masyarakat miskin ke depan, Rastra tetap diperlukan sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial di bidang pangan. Kuota Rastra Nasional diturunkan dan hanya mencakup penduduk miskin saja. Sisa Anggaran Rastra dapat dialokasikan untuk voucher (BPNT), dan e-money. b. Rastra tetap dipertahankan dengan berbagai perbaikan, serta mengintegrasikan dengan program-program pengentasan kemiskinan dan perbaikan gizi masyarakat yaitu: voucher (BPNT) dan e-money (kartu uang elektronik). Ketiga bentuk bantuan pangan ini bukan merupakan suatu pilihan, tetapi saling melengkapi antara satu dengan lainnya sesuai dengan kesediaan infrastruktur dan kesiapan penyelenggaraan ketahanan pangan oleh pemerintah pusat dan daerah.

iii

Page 5: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

iv

c. Rastra, BPNT, dan e-money dapat dilaksanakan secara terpadu, untuk wilayah kota dan kabupaten yang tergolong surplus beras, pelaksanaan bantuan pangan dilakukan dalam bentuk voucher (BPNT) dan/atau e-money, sedangkan wilayah defisit beras dalam bentuk natura (Rastra).

Gambar 1. Wilayah Surplus dan Defisit Beras di Indonesia

Gambar 2. Jumlah Kabupaten Surplus dan Defisit Beras di 6 Wilayah

Page 6: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

d. Mengingat kebijakan Rastra dan BPNT sangat terkait dengan peran dan kapasitas Bulog dalam melakukan serapan gabah-beras dari petani dan menjaga stabilisasi harga beras, maka pemerintah perlu meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Gambar 3. Perbandingan CBP Bulog 2012-2017

v

Page 7: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas
Page 8: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

vii

Page 9: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

viii

Page 10: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

DAFTAR ISTILAH

1. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulan nya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-warong yang bekerjasama dengan bank.2. Program Rastra (Beras Sejahtera) adalah program subsidi pangan (beras) bagi masyarakat berpendapatan rendah.3. Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin).4. Program Keluarga Harapan adalah program pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajibannya. 5. Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 adalah basis data terpadu atau unifikasi data targeting pelbagai perlindungan sosial. Agar bantuan efektif mengurangi kemiskinan, maka sasaran perlu mencakup 40 persen kelompok masyarakat bawah.6. Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 adalah kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) dilakukan dalam rangka menyempurnakan dan memutakhirkan informasi rumah tangga dan individu yang terdapat dalam Basis Data Terpadu (BDT). BDT merupakan sistem data elektronik yang memuat informasi sosial dan ekonomi rumah tangga berikut individu dengan tingkat kesejahteraan terendah yang digunakan dalam penetapan sasaran program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.7. Mekanisme Pendaftaran Mandiri (MPM) merupakan mekanisme yang akan digunakan untuk pendaftaran rumah tangga atau keluarga ke dalam Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin (PPFM).8. Sistem Informasi Konfirmasi Data Sosial Terpadu (SISKADA SATU) adalah sebuah aplikasi pemadanan data sosial PKH ( Program Keluarga Harapan), KKS (Kartu Keluarga Sejahtera), PBI (Penerima Bantuan Iuran), PBDT (Pemutakhiran Basis Data Terpadu) untuk menentukan kuota bantuan pada masing-masing program.9. Keluarga Penerima Manfaat (KPM) adalah keluarga yang ditetapkan sebagai penerima manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai.10. Rumah Tangga Sasaran – Penerima Manfaat (RTS – PM) adalah

ix

Page 11: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Rumah tangga yang berhak menerima beras Raskin yaitu rumah tangga yang terdapat dalam data yang diterbitkan dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011 yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan disahkan oleh Kemenko Kesra RI.11. Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) adalah kelompok masyarakat berada pada kluster 1 (satu).12. Akun Elektronik Bantuan Pangan adalah sub-akun (e-wallet) Bantuan Pangan yang merupakan bagian dari rekening tabungan yang berkarakteristik Basic Saving Account (BSA).13. Tabungan Basic Saving Account (BSA) adalah jenis tabungan yang tidak memiliki batas minimum, baik saldo maupun transaksi setor tunai. Tabungan tersebut memiliki batas maksimum saldo sebesar Rp 20 juta, dan maksimum transaksi pendebetan per bulan adalah Rp 5 juta.Selain itu, tabungan BSA tanpa biaya administrasi bulanan dan tidak dikenakan biaya untuk pembukaan dan penutupan rekening serta transaksi pengkreditan rekening.14. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) adalah himpunan bank-bank BUMN, yang terdiri dari Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN.15. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) adalah Lembaga yang dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat yang diketuai Wakil Presiden Republik Indonesia, yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kegiatan percepatan penanggulangan kemiskinan.16. E-warong adalah istilah yang digunakan dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai untuk menyebutkan agen bank, pedagang dan/atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan ditentukan sebagai tempat pembelian bahan pangan oleh KPM, yaitu pasar tradisional, warung, toko kelontong, e-Warong KUBE, Warung Desa, Rumah Pangan Kita (RPK), Agen Laku Pandai, Agen Layanan Keuangan Digital (LKD) yang menjual bahan pangan, atau usaha eceran lainnya.17. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses kegiatan PROKESOS (program kesejahteraan sosial) untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.18. Rumah Pangan Kita (RPK) adalah mitra Perum BULOG serta jaringan outlet penjualan pangan pokok. Outlet penjualan yang dimiliki masyarakat

x

Page 12: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

dan dibina oleh Perum BULOG ini bertujuan menjaga stabilitas harga di tengah-tengah masyarakat.19. Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan layanan jasa pembayaran dan keuangan yang menggunakan sarana teknologi digital seperti seluler atau web melalui pihak ketiga. Pihak ketiga ini dapat berupa individu atau masyarakat umum, bukan karyawan lembaga bank, dan telah mendapat izin resmi atau lisensi untuk membuka cabang LKD.20. Mesin Electronic Data Capture (EDC) adalah alat untuk menerima pembayaran yang dapat menghubungkan antar rekening bank, fungsinya untuk memindahkan dana secara realtime.21. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) adalah seseorang yang diberi tugas, fungsi, dan kewenangan oleh Kementerian Sosial dan/ atau dinas/instansi sosial provinsi, dinas/instansi sosial kabupaten/kota selama jangka waktu tertentu untuk melakukan pemantauan dan pelaporan pelaksanaan Program Rastra, sesuai dengan wilayah penugasan di tingkat kecamatan.

Page 13: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas
Page 14: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah dari masa ke masa. Dalam menanggulangi kemiskinan pemerintah menerapkan berbagai program bantuan sosial dan stimulus, antara lain adalah Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras untuk Keluarga Sejahtera (Ra-stra, yang sebelumnya disebut Raskin) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Untuk meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantu-an sosial serta mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia pada Rapat Kabinet Terbatas tentang Program Penanggulangan Kemiskinan dan Ke-timpangan Ekonomi tanggal 16 Maret 2016 memberikan arahan agar mulai T.A 2017 penyaluran Rastra/Raskin agar dilakukan melalui kupon elektronik/e-vouch-er. Mulai Tahun Anggaran 2017 penyaluran manfaat Rastra (yang kemudian disebut Bantuan Pangan Non Tunai/BPNT) dilakukan melalui mekanisme non tunai (menggunakan teknologi e-voucher) sehingga dapat tepat sasaran dan leb-ih mudah terjangkau. Masyarakat yang mendapatkan e-voucher dapat membeli beras dan bahan pangan lainnya sesuai dengan jumlah dan kualitas yang diing-inkan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja Rastra dan BPNT per-lu dilakukan evaluasi (sasaran, jumlah, harga, waktu, kualitas, dan administratif), serta memunculkan wacana pemberlakuan e-money (bantuan uang yang diambil melalui ATM dan diperuntukan pembelian bahan pangan produktif tidak hanya beras semata).

1.2. TUJUAN Kajian Kebijakan tentang Pelaksanaan Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT) ini bertujuan untuk: a. Mengkaji efektivitas pelaksanaan Rastra dan BPNT (aspek 6T: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Kualitas, dan Tepat Administrasi); b. Merumuskan saran kebijakan perbaikan pelaksanaan Rastra dan BPNT.

1

Page 15: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

II.KONSEPSI RASKIN/RASTRA DANBANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)

2.1. RASKIN/RASTRA Program Rastra merupakan implementasi dari Instruksi Presiden tentang kebijakan perberasan nasional. Presiden menginstruksikan kepada Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah non Kementerian tertentu, serta Gubernur dan Bu-pati/Walikota di seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapa-tan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum BULOG diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat ber-pendapatan rendah, yang penyediaannya mengutamakan pengadaan gabah/be-ras dari petani dalam negeri. Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran para Keluarga Sasaran Penerima Manfaat (KPM) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan be-ras. Selain itu juga untuk meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu hak dasarnya. Adapun sasaran Program Rastra adalah berkurangnya beban pengeluaran KPM dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15 kg/KPM/bulan atau sesuai dengan kebijakan Pe-merintah Pusat. Untuk menjamin kelancaran proses penyaluran Rastra, Perum BULOG bersama Tim Koordinasi Rastra menyusun rencana penyaluran bulanan ber-dasarkan Surat Permintaan Alokasi (SPA), dengan detail proses sebagai berikut: Mekanisme Penyaluran Raskin/Rastra: i) Berdasarkan Pagu Rastra, Bupati/Wa-likota/Ketua Tim Koordinasi Rastra Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota menerbitkan SPA kepada Perum BULOG; ii) Berdasarkan SPA, Perum BULOG menerbitkan SPPB/ DO beras untuk masing-masing ke-camatan atau desa/ kelurahan dengan atau tanpa menunggu peluncuran resmi penyaluran Rastra pada awal tahun; iii) Sesuai dengan Surat perintah Penyer-ahan Barang (SPPB)/Delivery Order (DO) maka Perum BULOG menyalurkan beras sampai ke TD, termasuk apabila terjadi penggantian beras. Sebelum pen-yaluran dapat dilakukan pengecekan kualitas beras oleh Tim Koordinasi Rastra/Pelaksana Distribusi di Gudang Perum BULOG dibuktikan dengan Berita Acara yang ditandatangani oleh Perum BULOG dan Tim Koordinasi Rastra Kabupaten/Kota/Kecamatan/ Pelaksana Distribusi. Proses selanjutnya adalah penyaluran Rastra dari TD ke Titik Bagi (TB). Penyaluran Rastra dari TD ke TB sampai KPMmenjadi tanggung jawab pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/ kota). Tim

2

Page 16: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Koordinasi Rastra/Pelaksana Distribusi Rastra harus melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas beras yang diserahkan oleh Perum BULOG di TD. Apabila kuantitas dan kualitas Rastra tidak sesuai, maka Tim Koordinasi Rastra/Pelaksa-na Distribusi harus langsung mengembalikan kepada Perum BULOG dan Perum BULOG dalam waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam, harus menggantinya den-gan kualitas dan kuantitas yang sesuai. Penyaluran Rastra dari TD ke TB dan KPM dapat dilakukan secara reguler oleh Kelompok Kerja (Pokja) atau Pelak-sana Distribusi, melalui Warung Desa dan Kelompok Masyarakat (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Konsepsi Penyaluran RastraSumber: Bulog.co.id

Selanjutnya dari TB, Rastra disalurkan ke KPM. Untuk meminimalkan biaya transportasi penyaluran Rastra dari TB ke KPM, maka TB ditetapkan di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh KPM. Pelaksanaan penyaluran Rastra dari TB kepada KPM dilakukan oleh Pelaksana Distribusi Rastra dengan menyerahkan Rastra kepada KPM sebanyak 15 kg/KPM/bulan, selama 12 kali dalam setahun, atau sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat dicatat dalam Daftar Realisasi Penjualan Beras sesuai Model (DPM)-2, selanjutnya dilaporkan kepada Tim Koordinasi Rastra Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Rastra Kecamatan.

3

Page 17: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

2.2. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-warong yang bekerjasama dengan bank (KSP, 2016). Inisiatif penyaluran bantuan pangan secara non tunai mulai dilak-sanakan pada tahun 2017 di 44 Kota terpilih yang memiliki akses dan fasilitas memadai. Tujuan Program BPNT adalah sebagai berikut: (a) Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan; (b) Mem-berikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM; (c) Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan bagi KPM; (d) Memberikan leb-ih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan; (e) Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs). Penyaluran BPNT dilaksanakan melalui jaringan sistem pembayaran el-ektronik interoperabilitas dan interkoneksi yang dapat melibatkan Bank Penya-lur, Prinsipal, dan Perusahaan Switching. KPM dapat menukarkan BPNT mereka dengan bahan pangan melalui e-warong, yaitu pasar tradisional, warung, toko kelontong, e-Warong KUBE, Warung Desa, Rumah Pangan Kita (RPK), Agen Laku Pandai, Agen Layanan Keuangan Digital (LKD) yang menjual bahan pan-gan, atau usaha eceran lainnya. Daftar Penerima Manfaat (DPM) BPNT 2017 ditetapkan oleh Menteri So-sial. KPM BPNT 2017 adalah keluarga yang namanya termasuk di dalam DPM. Agar proses pencairan bantuan bisa terlaksana, DPM diserahkan kepada Bank Penyalur dan Pemerintah Daerah oleh Kementerian Sosial. Bank Penyalur kemu-dian membukakan Rumah Rekening berdasarkan DPM. Rumah Rekening akan berubah menjadi Akun Elektronik Bantuan Pangan setelah proses pendaftaran peserta selesai. Apabila KPM yang namanya terdaftar dalam DPM telah memiliki rekening untuk penyaluran program Bantuan Sosial lain, maka rekening terse-but harus digunakan untuk menerima Program BPNT. Proses selanjutnya adalah transfer uang dari bank ke rekening KPM dan masuk ke kartu elektorik, bersaman dengan hal tersebut maka KPM akan mendapatkan notifikasi berupa SMS (Gam-bar 2.2) Untuk setiap KPM, DPM memuat informasi sebagai berikut: i) Nama kepala keluarga; ii) Nama pasangan kepala keluarga; iii) Nama anggota keluar-ga lainnya; iv) Alamat tinggal keluarga; v) Nomor Induk Kependudukan/NIK (jika ada); vi) Kode Unik Keluarga. Akun Elektronik Bantuan Pangan diutamakan atas nama perempuan dalam keluarga, baik sebagai kepala keluarga atau pasangan kepala keluarga.

4

Page 18: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Gambar 2.2. Konsepsi Penyaluran BPNTSumber: Pedoman Pelaksanaan BPNT 2017

Besaran BPNT adalah Rp.110.000,-/KPM/bulan. Bantuan tersebut tidak dapat diambil tunai, dan hanya dapat ditukarkan dengan pangan yang sudah ditentukan di outlet. Untuk tahun 2017, pangan yang tersedia untuk ditukar ada-lah beras dan gula. Apabila bantuan tidak dibelanjakan di bulan tersebut, maka nilai bantuan tetap tersimpan dan terakumulasi dalam Akun Elektronik Bantuan Pangan. Pemilihan komoditas pangan dalam Program BPNT berdasarkan tujuan peningkatan nutrisi KPM. Penambahan jenis komoditas untuk mencapai tujuan tersebut akan dievaluasi.

5

Page 19: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Kajian Pelaksanaan Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dilakukan dengan meng-gunakan pendekatan deskrip-tif-kualitatif, yaitu suatu metode yang mengamati, menganalisis dan menggambarkan fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan Rastra dan BPNT untuk kemudian dilaku-kan eksplorasi data, baik data prim-er maupun data sekunder. Lokasi Kajian Pelaksanaan Rastra dan BPNT dilakukan di 5 (lima) kota, yai-tu Bandung, Makassar, Surabaya, Jakarta Barat, dan Bekasi. Kajian ini dilaksanakan mulai bulan April 2017 hingga Bulan Juni 2017. Jenis data yang digunakan dalam kajian ini adalah data prim-er berupa cek lapangan (ground check) dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawan-cara mendalam kepada beberapa pihak yang terkait langsung dengan program Rastra dan BPNT, meli-puti: (1) Keluarga Penerima Man-faat (KPM); (2) Aparat pelaksana program Rastra dan BPNT di level Desa, Kecamatan , Kabupaten hing-ga Pusat; (3) Berbagai stakeholder terkait, seperti Bank Penyalur (BNI, Mandiri), dan Bulog. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sejum-lah Kementerian/ Lembaga yang terkait, di antaranya: Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, Tim

6

Nasional Percepatan Penanggu-langan Kemiskinan (TNP2K), Dinas Pertanian Daerah, Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Daer-ah. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan purposive sam-pling, yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja (tidak secara acak). Penerapan teknik purposive sampling dalam kajian ini terlihat dari lokasi yang sudah ditentukan, mencakup lima kota yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, yaitu: Kota Bandung, Kota Surabaya, Kota Bekasi, Kota Jakarta Barat, dan Kota Makassar. Dari masing-masing kota tersebut selanjutnya dipilih 5 keca-matan (kecuali Kota Makassar yang hanya 2 kecamatan penerima) se-bagai unit analisis untuk amatan ka-jian. Pemilihan 5 kecamatan terse-but dilakukan secara acak/random sampling. Pengambilan responden dalam kajian ini dilakukan berdasar-kan pelaksana kegiatan, yang terdiri dari 233 Keluarga Penerima Man-faat, 25 Aparat, dan 22 pengelola e-warong. Sedangkan analisis yang dilakukan dala kajian ini menggu-nakan deskriptif-kualitatif dengan menggunakan data-data primer dan sekunder.

III. METODOLOGI

Page 20: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

IV. KERAGAAN PELAKSANAAN RASTRA DAN BPNT

4.1. Pelaksanaan Rastra dan BPNT di 5 Lokasi Kajian Program Subsidi Pangan pada awalnya (tahun 2002) bernama Raskin (be-ras miskin) kemudian pada tahun 2015 diubah menjadi Rastra (beras sejahtera). Subsidi Pangan tersebut mulai dikonversikan menjadi Bantuan Sosial (Bansos) dalam bentuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui Kartu Keluarga Se-jahtera (KKS). Kartu Keluarga Sejahtera memiliki fungsi sebagai tabungan dan e-wallet dan diharapkan dengan menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera dapat memudahkan pemerintah untuk mengontrol penyaluran bantuan sosial. Adapun penerapan penyaluran BPNT tersebut mulai diterapkan pada tahun 2017. Pro-gram BPNT bekerjasama Bank Himbara (Himpunan Bank milik Negara), seh-ingga penerima manfaat BPNT juga akan semakin mudah dalam mencairkan bantuan karena adanya teknologi interkoneksi dan interoperabilitas. Teknologi ini, memungkinkan penerima bansos mencairkannya di seluruh ATM bank milik Negara di lokasi e-warong yang sudah ditentukan. Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan BPNT, jenis e-Warong bisa berupa: 1. pasar tradisional, 2.warung, 3. toko kelontong, 4. e-Warong KUBE, 5. Warung Desa, 6. Rumah Pangan Kita (RPK), 7. Agen Laku Pandai (ALP), 8. Agen Layanan Keuangan Digital (LKD) 9. Usaha eceran lainnya yang sudah bekerja sama den-gan bank penyalur. Pada saat kajian dilakukan, jenis e-warong yang melayani KPM di 5 kota masih terbatas pada jenis Agen Bank atau Laku Pandai (1048 outlet), Rumah Pangan Kita (764 outlet ), dan Warong KUBE (175 outlet), sedan-gkan jenis e-warong lainnya belum efektif bekerjasama dengan perbankan.

Gambar 4.1. Jenis dan Jumlah E-Warong yang ada di 5 Kota

7

Page 21: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Sementara itu untuk alokasi penyaluran Rastra dimasing-masing wilayah berbeda-beda sesuai dengan jumlah KPM. Kuota Penerima Raskin/Rastra di Kota Bandung yang awalnya 62.255 KPM saat berubah menjadi BPNT. Kuota peneriman-ya menjadi 56.608 KPM (berkurang 9%), Kota Makassar dari 44.217 RTS-PM men-jadi 39.795 KPM (berkurang 10%), Kota Surabaya dari 65.991 KPM menjadi 72.590 KPM (bertambah 10%), Kota Bekasi dari 62.048 KPM menjadi 68.253 KPM (ber-tambah 10%), dan hanya Kota Jakarta Barat dari 47.628 KPM menjadi 46.716 KPM berkurang (1.91%). Jika dicermati lebih lanjut, Kota Bandung, Makassar dan Jakarta Barat yang berkurang jumlah penerima manfaatnya. Secara umum hal ini mengindikasi-kan bahwa jumlah kelompok keluarga sangat miskin dan miskin penerima man-faat bertambah, utamanya di Kota Surabaya dan Kota Bekasi yang cukup signifikan.

Gambar 4.2. Perbandingan Jumlah Penerima Rastra dan BPNT

4.2. Respon Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Terhadap Pelaksanaan Rastra dan BPNT4.2.1. Respon KPM Terhadap Rastra

Respon KPM terhadap program rastra be-ragam, sekitar 38% responden menyata-kan puas dan 31% cukup puas terhadap penyaluran program yaitu raskin/rastra yang diterimanya. Mereka menganggap bahwa bantuan terhadap masyarakat mi-skin meskipun kondisinya kurang mema-dai, baginya tetap sangat bermanfaat un-tuk pemenuhan kebutuhannya

Gambar 4.3. Tingkat Kepuasan KPM saatMemperoleh Rastra

8

Page 22: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Sementara untuk kemudahan memperoleh program bagi KPM dirasakan secara dominan (75%) mudah, artinya jika KPM telah terdaftar sebagai penerima rastra maka secara otomatis akan mendapat jatah pembelian rastra.

Gambar 4.4. Kemudahan KPM saat Memperoleh Rastra

Gambar 4.5. Kemudahan KPM saat Memperoleh Rastra

Dalam hal jumlah Raskin/Rastra yang diterima, KPM yang secara dominan (44%) menganggap jumlah raskin/rastra yang diterima tidak sesuai.

KPM rata-rata hanya menerima Raskin/Rastra 4-6 kg dengan harga tebus yang harus dikeluarkan oleh KPM sebesar Rp.2.000,-/kg dan belum termasuk biaya lainnya seperti bongkar muat barang ke penerima, dengan demikian wajar jika KPM berpendapat bahwa harga tebus untuk memperoleh Rastra tidak sesuai (61%).

Gambar 4.6. Kesesuaian Harga Tebus Rastra

4.2.2. Respon KPM Terhadap Program BPNTRespon KPM terhadap perolehan Pro-gram BPNT terungkap sekitar 89% re-sponden menyatakan puas terhadap penyaluran program BPNT atas paket kebutuhan (beras dan gula) yang diter-imanya, dan hanya 11% yang menyata-kan kurang puas karena alasan seperti waktu pencairan yang terlambat, kuali-tas barang yang kurang bagus, dan ke-masan yang mudah rusak.

Gambar 4.7. Tingkat Kepuasan KPM Terh-adap Program BPNT

9

Page 23: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Sementara untuk pemanfaatan kartu BPNT, sesungguhnya dipandang mudah oleh sebagian besar KPM (84%). Namun saat pencairan perdana, seluruh KPM dibantu oleh petugas bank BNI atau oleh agen bank

Gambar 4.8. Persepsi Terhadap Penggunakan Kartu BPNT

Dalam hal ketersediaan barang kebutuhan pokok di outlet, KPM memandang bahwa ketersediaan barang kebutuhan pokok tersebut tersedia (72%) dan 26% menyata-kan tersedia namun terbatas, hal ini dikarenakan KPM menginginkan kebutuhan seperti minyak goreng, tepung terigu, dan bahan pangan lain ada di e-warong.

Gambar 4.9. Persepsi Terhadap Keterse-diaan Barang

Gambar 4.10. Harga Bahan Pangan Pokok dan Kualitas Barang

Harga jual beras Bulog ke RPK sebesar Rp 8.200/Kg dan harga jual gula Bulog ke RPK sebesar Rp 12.400/Kg. Untuk beras yang diterima KPM dengan kualitas bagus (49%), KPM memandang bahwa harga Rp 8.500/Kg adalah murah (77%). Sebaliknya untuk beras yang diterima KPM dengan kualitas kurang bagus (49%), KPM memandang bahwa harga Rp 8.500/Kg dirasakan lebih mahal dibandingkan dengan harga pasaran (10%).

10

Page 24: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

V. EFEKTIVITAS PELAKSANAAN RASTRA DAN BPNT

5.1. Efektivitas Sasaran (Ketepatan Data Sasaran Penerima Program) Hasil kajian menunjukan bahwa ketidaktepatan data sasaran Rastra/BPNT masih tinggi. Pada dasarnya KPM penerima program BPNT merupakan perali-han dari program Rastra. Jumlah penerima BPNT berdasarkan data penerima bantuan yang dikeluarkan Kementerian Sosial untuk kota Bandung, Makasar, Ja-karta Barat, Surabaya dan Bekasi masing-masing sebanyak 63.262 KPM, 39.795 KPM, 46.716 KPM, 72.590 KPM dan 68.253 KPM. Dari jumlah versi data Kemen-sos ini, hanya jumlah penerima BPNT di Kota Bandung yang jumlah peneriman-ya berbeda dibandingkan jumlah penerima BPNT, sementara kota-kota lainnya sama. Hal ini disebabkan hanya Kota Bandung sudah melakukan verifikasi dan validasi data KPM.

Tabel 5.1. Realisasi Penerima Manfaat Program BPNT di 5 kota tahun 2017

Sumber: Hasil Kajian Lapangan di 5 Kota, 2017

Berdasarkan data dari Dinas Sosial masing-masing kota, diketahui bah-wa 33 – 40 persen KPM BPNT adalah juga penerima bantuan PKH. Sedang-kan sisanya adalah bukan penerima bantuan PKH, kecuali di Jakarta Barat yang seluruh KPM BPNT adalah bukan penerima bantuan PKH.

5.2. Ketepatan Waktu Penyaluran Bantuan Berdasarkan pedoman, penyaluran Rastra dan BPNT dilakukan setiap bu-lan. Namun faktanya tidak demikian, bantuan tidak rutin diberikan pada bulan berjalan. Walaupun penyaluran pada Januari-Februari baru diberikan dan dirapel pada bulan Maret, namun secara agregat penilaian KPM menyatakan 56,2 pers-en sudah tepat waktu. Penilaian ini dilandasi bahwa saat penerimaan Rastra/PKH juga dilakukan secara rapel 2-3 bulan. Dengan pola demikian, sangat wajar bila KPM responden menilai pemberian tepat waktu, sementara pada aturan da-lam pedoman umum BPNT, bantuan diberikan setiap bulan.

11

Page 25: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

5.3. Ketepatan Jumlah Bantuan yang Diterima Jumlah beras yang diterima KPM pada Program Rastra sebesar 15 kg/bulan, namun faktanya hanya 4-6 kg/bulan yang diterima KPM. Sedangkan pada program BPNT, penyaluran tahap pertama (Januari-Februari) diberikan berupa paket sebanyak 2 kg gula pasir dan 10 kg beras per bulan. Terkait jumlah bantuan ini, seluruh KPM responden (100%) menyatakan telah menerima bantuan secara tepat untuk periode Januari-Februari sebanyak 4 kg gula pasir dan 20 kg beras Bulog.

5.4. Ketepatan Harga Pada program Rastra KPM menebus beras sebesar Rp.2.000/kg (seharusnya Rp.1.600/kg). Sedangkan pada program BPNT, KPM menerima bantuan beras dan gula sesuai dengan harga yang telah ditentukan.

5.5. Ketepatan Kualitas Secara agregat KPM (51%) menilai kualitas beras pada program Rastra maupun BPNT perlu ditingkatkan. Sisanya 49 persen KPM menilai bahwa kuali-tas beras cukup memadai.

5.6. Ketepatan Administrasi Ketepatan administrasi program BPNT dilihat dari jumlah dan sebaran e-warong dalam melayani KPM. Jumlah e-warong dan agen bank di lokasi kajian masih kurang karena idealnya satu e-warong atau agen melayani 150-200 KPM, tetapi hingga saat survei dilakukan, satu agen bank melayani 250-400 KPM.

12

Page 26: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas
Page 27: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

VI. PERMASALAHAN DAN UPAYA PERBAIKAN

6.1. PERMASALAHAN

6.1.1. Aspek Tepat Sasaran Berdasarkan temuan kajian, jumlah KPM yang dikeluarkan oleh Kemensos berbeda dengan data yang sudah diverifikasi oleh Dinas Sosial di lapangan. Di Kota Bandung misalnya jumlah KPM berkurang 6.654 KPM (dari 63.262 KP menjadi 56.608 KPM), sedangkan di Kota Bekasi, Jakarta Barat, Makassar, dan Surabaya data penerima belum dilakukan verifikasi karena kendala waktu. Disisi lain, pihak perbankan mengkonfirmasi bahwa biaya pencetakan satu kartu BPNT sebesar Rp.25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah), sehingga kerugian diakibatkan dalam pencetakan kartu sebesar Rp. 166.350.000,-, hal ini belum termasuk 4 kota lainnya yang belum mengkonfirmasi ketidaktepatan data. Perbedaan data yang terjadi umumnya disebabkan oleh 4 faktor: (1) Data Duplikat karena double penerima dalam satu keluarga atau double nama, (2) Pindah Domisili ke lokasi lain namun masih tercatat sebagai penerima, (3) Meninggal, dan (4) Perubahan Status menjadi sejahtera. Data penerima KPM merupakan kelompok keluarga sangat miskin dan miskin yang tersebar sebagian besar pada desil 1 hingga 4. Secara agregat menunjukkan bahwa sebaran penerima program BPNT berada pada desil 1 (23%), desil 2 (29.3%), desil 3 (36.6%), dan desil 4 (1.4%). Selain itu masih terdapat 28.000 KPM (9.6%) yang menerima program tetapi belum diketahui posisi desil-nya. Data yang belum ada desilnya (tidak diketahui) merupakan penerima program yang sumber datanya masih menggunakan data diluar Basis Data Terpadu, sehingga patut diduga keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih (diatas garis kemiskinan). Rataan pendapatan rumah tangga di lokasi kajian diperoleh bahwa pendapatan perkapita keluarga penerima program sebesar Rp 324.598/kapita/bulan. Jika dibandingkan dengan angka Garis Kemiskinan (GK) BPS untuk wilayah perkotaan (Rp. 372.114/kap/bulan), rata-rata pendapatan di lokasi kajian sebagian besar masih dibawah GK (73%), sedangkan sisanya (27%) berada diatas garis kemiskinan (Gambar 6.1).

14

Page 28: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Gambar 6.1. Sebaran Keluarga dibawah Garis Kemiskinan

6.1.2. Aspek Tepat WaktuBerdasarkan Pedoman Pelaksanaan BPNT 2017, disebutkan bahwa waktu pen-yaluran adalah setiap bulan. Namun dalam pelaksanaannya terdapat keterlam-batan pencairan, bahkan selama dua bulan lebih dan dirapel. Waktu pencairan bantuan bulan Januari dan Februari di Bandung, Bekasi, dan Makassar dilaksan-akan pada bulan Maret, di Surabaya dicairkan pada bulan Maret hingga April, dan di Jakarta Barat pada bulan April 2017. Sedangkan pencairan bantuan untuk bulan Maret dan April belum dapat dilaksanakan karena masih proses verifikasi data di lapangan.

6.1.3. Aspek Tepat JumlahJumlah bantuan beras yang diterima oleh KPM dalam program Rastra 15 kg/bulan, namun temuan dilapangan KPM menerima 4-6 kg/bulan (sebagai bentuk pemerataan). Sedangkan pada program BPNT, KPM mendapatkan bantuan be-ras dan gula sesuai dengan pedoman, yaitu beras sejumlah 10 kg/bulan dan gula 2 kg/bulan.

6.1.4. Aspek Tepat HargaPada program Rastra, jumlah uang yang harus ditebus oleh KPM untuk mendap-atkan beras yaitu Rp.1.600/kg, namun temuan di lapangan KPM menebus beras Rp.2.000/kg. Sedangkan pada program BPNT tidak ada uang tebus yang dikelu-arkan oleh KPM untuk mendapatkan beras dan gula.

15

Page 29: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

6.1.5. Aspek Tepat Administrasi (Kesiapan e-warong)Pada pogram Rastra secara umum tidak ada masalah administrasi. Sedangkan pada program BPNT, baik jumlah dan sebaran e-warong dalam melayani ke KPM belum memadai. Rasio layanan e-warong dengan jumlah KPM harusya 1:150, namun di lapangan mencapai 1: 250-400. Selin itu mesin EDC (Electronic Data Capture) menggunakan sistem GPRS Power, untuk wilayah-wilayah remote yang kurang akses signal dan listrik maka penyaluran bantuan akan terhambat.

6.2. UPAYA PERBAIKAN RASTRA DAN BPNT

6.2.1. RASTRA Aspek Tepat Sasaran: (1) Sosialisasi dan pengawasan dalam penentuan KPM; (2) Pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan KPM Aspek Tepat Waktu; (1) Pemerintah membuat aturan jelas tentang titik dis-tribusi Bulog ke KPM; (2) Meningkatkan pelibatan peran pemerintah daerah dari titik distribusi Bulog ke KPM. Aspek Tepat Jumlah: Pengawasan pelaksanaan penyaluran Rastra dari titik distribusi Bulog sampai ke KPM. Aspek Tepat Kualitas: (1) Bulog melibatkan Gapoktan dalam penyediaan beras berkualitas sehingga kualitas beras yang sampai ke KPM lebih terjamin: (2) Melakukan pengecekan di lokasi akhir titik distribusi (warung desa/kelurahan atau ketua RT setempat) terhadap beras sebelum diserahkan kepada KPM

6.2.2. BPNT Aspek Tepat Waktu: Penyalurkan bantuan pangan kepada KPM dilakukan secara rutin setiap bulan. Untuk itu proses pengajuan barang (jumlah dan vol-ume) kepada Bulog harus dilakukan maksimal pada pertengahan bulan sebelum-nya, agar pada awal bulan bantuan bisa didistribusikan kepada penerima. Aspek Tepat Administrasi (kesiapan e-warong): (1) Kementerian Sosial dan Perbankan perlu menambah jumlah e-warong (e-warong KUBE atau Agen Laku Pandai) dimasing-masing kota; (2) Sebaran e-warong harus memperhati-kan lokasi tempat tinggal KPM agar dapat meminimalisir tambahan biaya trans-portasi; (3) Apabila program BPNT dilakukan secara masif dan menyeluruh, perlu dukungan fasilitas signal GPRS yang memadai dari provider (Telkomsel/ Indosat/ provider lainnya).

16

Page 30: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

VII. IMPLIKASI BPNT DAN TINDAK LANJUTREKOMENDASI

7.1.Implikasi BPNT Terhadap Serapan Beras Bulog dan Stabilisasi Harga

Beras merupakan komoditas pokok yang memiliki peranan strategis se-cara ekonomi, politik, dan budaya, yang senantiasa menjadi perhatian pemer-intah. Komoditas beras memiliki bobot yang paling besar dalam penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). Kenaikan harga beras sebesar Rp 100,- per kg secara langsung akan mengakibatkan kenaikan IHK sebesar 0,24 poin. Berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, Bulog mendapatkan tugas untuk menyalurkan beras kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan seka-ligus penyerapan gabah di tingkat petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Dalam program BPNT, Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dapat membeli pangan pokok di toko-toko yang sudah bekerja sama dengan perbankan, bukan hanya kepada Bulog (melalui RPK-nya). Dalam Program Raskin/Rastra warga kurang mampu mendapatkan beras sebesar 15 Kg, sedangkan pada program BPNT adalah 10 Kg, sehingga terdapat selisih volume beras sebesar 5 Kg. Per-bedaan jumlah beras yang disalurkan pada program Rastra dengan BPNT yang cukup signifikan mempengaruhi serapan Bulog. Kebijakan BPNT sangat terkait dengan kapasitas Bulog dalam penyera-pan gabah petani oleh Bulog dan menjaga stabilitas harga beras. Kasus di 5 kota menunjukkan bahwa berdasarkan total penerima KPM dan jumlah beras yang diterima, serapan beras dengan adanya program BPNT berkurang 32.9% dib-andingkan dengan Rastra (Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Persentase Pengurangan Serapan Beras Bulog

1617

Page 31: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

7.2. Tindak Lanjut Rekomendasi

1. Bagi kelompok masyarakat miskin ke depan, Rastra tetap diperlukan sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan/perlindungan sosial di bidang pangan. Kuota Rastra Nasional diturunkan dan hanya men cakup penduduk miskin saja. Sisa Anggaran Rastra dapat dialokasi kan untuk voucher (BPNT), dan e-money.2. Rastra tetap dipertahankan dengan berbagai perbaikan, serta mengintegrasikan dengan program-program pengentasan kemi skinan dan perbaikan gizi masyarakat yaitu: voucher (BPNT) dan e-money (kartu uang elektronik). Ketiga bentuk bantuan pangan ini bukan merupakan suatu pilihan, tetapi saling melengkapi antara satu dengan lainnya sesuai dengan kesediaan infrastruktur dan kesiapan penyelenggaraan ketahanan pangan oleh pemerintah pusat dan daerah.3. Rastra, BPNT, dan e-money dapat dilaksanakan secara terpadu, un tuk wilayah kota dan kabupaten yang tergolong surplus beras, pelak sanaan bantuan pangan dilakukan dalam bentuk voucher (BPNT) dan/atau e-money, sedangkan wilayah defisit beras dalam bentuk natura (Rastra).

Gambar 7.2. Wilayah Surplus dan Defisit Beras di Indonesia

18

Page 32: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

Gambar 7.3. Jumlah Kabupaten Surplus dan Defisit Beras di 6 Wilayah

4. Mengingat kebijakan Rastra dan BPNT sangat terkait dengan peran dan kapasitas Bulog dalam melakukan serapan gabah-beras dari petani dan menjaga stabilisasi harga beras, maka pemerintah perlu meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Gambar 7.4. Perbandingan CBP Bulog 2012-2017

19

Page 33: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

18

Page 34: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

RINGKASAN EKSEKUTIF

HASIL KAJIAN PELAKSANAAN RASTRA DAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)

LATAR BELAKANG

1. Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah dari masa ke masa. Dalam menanggulangi kemiskinan pe merintah menerapkan berbagai program bantuan sosial dan stimulus, antara lain adalah Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras untuk Keluarga Sejahtera (Rastra, yang sebelumnya disebut Raskin) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).2. Untuk meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia pada Rapat Kabinet Terbatas tentang Program Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi tanggal 16 Maret 2016 memberikan arahan agar mulai T.A 2017 penyaluran Rastra/Raskin agar dilakukan melalui kupon elektronik/e-voucher.3. Mulai Tahun Anggaran 2017 penyaluran manfaat Rastra (yang kemudian disebut Bantuan Pangan Non Tunai/BPNT) dilakukan melalui mekanisme non tunai (menggunakan teknologi e-voucher) sehingga dapat tepat sasran dan lebih mudah terjangkau. Masyarakat yang mendapatkan e-voucher dapat membeli beras dan bahan pangan lainnya sesuai dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan.4. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja Rastra dan BPNT perlu dilakukan evaluasi (sasaran, jumlah, harga, waktu, kualitas, dan administratif), serta memunculkan wacana pemberlakuan e-money (bantuan uang yang diambil melalui ATM dan diperuntukan pembelian bahan pangan produktif tidak hanya beras semata).

PERMASALAHAN DAN UPAYA PERBAIKAN5. Permasalahan: a. Tepat Sasaran Ketidaktepatan sasaran KPM penerima Rastra dan BPNT masih relatif tinggi. b. Tepat Waktu Penyaluran Rastra dan BPNT mengalami keterlambatan dan rapel.

21

Page 35: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

c. Tepat Jumlah Rastra: Rata-rata Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Menerima 4-6 kg/bulan (Pemerataan), seharusnya 15 kg/bulan. BPNT: - d. Tepat Harga Rastra: Rata-rata KPM menebus Rp. 2000/kg, seharusnya Rp. 1.600/kg BPNT: - e. Tepat Kualitas Kualitas beras yang diterima oleh KPM pada program Rastra dan BPNT masih perlu ditingkatkan. f. Tepat Administrasi Rastra: - BPNT: 1) Secara umum baik jumlah dan sebaran e-warong dalam melayani ke KPM belum memadai. Rasio layanan e-warong dengan jumlah KPM harusya 1:150, namun di lapangan mencapai 1: 250-400. 2) Mesin EDC (Electronic Data Capture) menggunakan sistem GPRS Power, untuk wilayah-wilayah remote yang kurang akses signal dan listrik maka penyaluran bantuan akan terhambat.

6. Upaya Perbaikan: A. Rastra a. Tepat Sasaran (1) Sosialisasi dan pengawasan dalam penentuan KPM. (2) Pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan KPM. b. Tepat Waktu (1) Pemerintah membuat aturan jelas tentang titik distribusi Bulog ke KPM. (2) Meningkatkan pelibatan peran pemerintah daerah dari titik distribusi Bulog ke KPM. c. Tepat Jumlah Pengawasan pelaksanaan penyaluran Rastra dari titik distribusi Bulog sampai ke KPM. d. Tepat Harga Pengawasan dan pelibatan pemerintah daerah sampai titik bagi.

22

Page 36: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

e. Tepat Kualitas (1) Bulog melibatkan Gapoktan dalam penyediaan beras berkualitas sehingga kualitas beras yang sampai ke KPM lebih terjamin. (2) Melakukan pengecekan di lokasi akhir titik distribusi (warung desa/kelurahan atau ketua RT setempat) terhadap beras sebelum diserahkan kepada KPM.

B. BPNT a. Tepat Sasaran (1) Sosialisasi dan pengawasan dalam penentuan KPM. (2) Pemutakhiran basis data terpadu yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan KPM b. Tepat Waktu Penyaluran bantuan pangan kepada KPM dilakukan secara rutin setiap bulan. Untuk itu proses pengajuan barang (jumlah dan volume) kepada Bulog harus dilakukan maksimal pada pertengahan bulan sebelumnya, agar pada awal bulan bantuan bisa didistribusikan kepada penerima. c. Tepat Administrasi (kesiapan e-warong) (1) Kementerian Sosial dan Perbankan perlu menambah jumlah e-warong (e-warong KUBE atau Agen Laku Pandai) dimasing-masing kota. (2) Sebaran e-warong harus memperhatikan lokasi tempat tinggal KPM agar dapat meminimalisir tambahan biaya transportasi. (3) Apabila program BPNT dilakukan secara masif dan menyeluruh, perlu dukungan fasilitas signal GPRS yang memadai dari provider (Telkomsel/ Indosat/ provider lainnya).

7. TINDAK LANJUT REKOMENDASI a. Bagi kelompok masyarakat miskin ke depan, Rastra tetap diperlukan sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan/ perlindungan sosial di bidang pangan. Kuota Rastra Nasional diturunkan dan hanya mencakup penduduk miskin saja. Sisa Anggaran Rastra dapat dialokasikan untuk voucher (BPNT), dan e-money. b. Rastra tetap dipertahankan dengan berbagai perbaikan, serta mengintegrasikan dengan program-program pengen tasan kemiskinan dan perbaikan gizi masyarakat yaitu:

23

Page 37: KATA PENGANTARbkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5d2/406/7b6/5d24067b... · KATA PENGANTAR Puji Syukur kita ... Presiden Republik Indonesia untuk peningkatan efektivitas

voucher (BPNT) dan e-money (kartu uang elektronik). Ketiga bentuk bantuan pangan ini bukan merupakan suatu pilihan, tetapi saling melengkapi antara satu dengan lainnya sesuai dengan kesediaan infrastruktur dan kesiapan penyelengga raan ketahanan pangan oleh pemerintah pusat dan daerah. c. Rastra, BPNT, dan e-money dapat dilaksanakan secara ter padu, untuk wilayah kota dan kabupaten yang tergolong sentra produksi beras, pelaksanaan bantuan pangan dilaku kan dalam bentuk voucher (BPNT) dan/atau e-money, sedangkan wilayah non sentra dalam bentuk natura (Rastra). d. Mengingat kebijakan Rastra dan BPNT sangat terkait dengan peran dan kapasitas Bulog dalam melakukan serapan gabah-beras dari petani dan menjaga stabilisasi harga beras, maka pemerintah perlu meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

24