kata beton dalam bahasa indonesia berasal dari kata yang ...simak-unwiku.ac.id/files/1. terminologi...

67
A. Terminologi Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris beton disebut sebagai concrete yang berasal dari bahasa Latin yaitu concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggabungkan menjadi satu. Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Upload: vuque

Post on 03-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

A. Terminologi

Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal

dari kata yang sama dalam bahasa Belanda.

Dalam bahasa Inggris beton disebutsebagai concrete yang berasal dari bahasaLatin yaitu concretus yang berarti tumbuhbersama atau menggabungkan menjadisatu.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Beton ialah material yang diperoleh dengan cara

mencampur semen, air, agregat halus (pasir) danagregat kasar (kerikil/spilt) dengan rasio tertentuyang kemudian mengeras menyerupai batu.

Untuk tujuan tertentu kadang-kadang padaadukan beton diberikan suatu bahantambahan (admixture), bisa yang bersifatkimiawi (chemical admixture) atau yangbersifat mineral (additive).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Menurut SNI 03-2847-2002 (Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton Untuk BangunanGedung), beton didefinisan sebagai campuranantara semen portland atau semen hidraulik yanglain, agregat halus, agregat kasar dan air, denganatau tanpa bahan tambahan yang membentukmasa padat.

Beton tanpa bahan tambahan dan dibuatmenggunakan agregat alam yang dipecahatau tanpa dipecah dikenal dengan betonnormal di mana mempunyai berat isi 2200kg/m3 sampai 2500 kg/m3.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen

yaitu proses hidrasi antara air dengan semen,

selanjutnya jika ditambahkan agregat halus (pasir)

akan menjadi mortar dan jika ditambahkan lagi

agregat kasar (seplit/kerikil) akan menjadi beton.

Gambar 1. Proses terjadinya betonTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Beton yang sudah mempunyai umur yang cukup

(sudah mengeras seperti batu) kekuatantekannnya sangat tinggi sementara kekuatantariknya rendah.

Untuk menutupi kelemahan tersebut (kuattariknya rendah), beton biasanyadikompositkan dengan batangan baja (yangselanjutnya disebut dengan istilah tulangan),sehingga membentuk apa yang disebut betonbertulang (reinforced concrete).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Kebanyakan orang hanya mengetahui erakejayaan struktur beton pada masa Mesir Kunoatau Romawi, dan mapan pada saat JosephAspdin mendaftarkan patentnya untuk SemenPortland pada tahun 1824.

Tapi sesungguhnya jauh sebelumnya padatahun 6500 SM para pedagang Nabataea(atau sering disebut dengan kaum Bedouin)di Syria selatan dan Jordan utara telahmembangun struktur bangunan mirip beton(Gambar 2).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 2. Bangunan purba Nabataea di Syria

(http://www.nachi.org/images10-2/syrian-concrete-structure.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 5600 SM, rumah-rumah beton mulaidibangun di sepanjang bantaran Sungai Danube,Yugoslavia (Gambar 3).

Gambar 3. Bekas reruntuhan pemukiman di bagian timur di bantaranSungai Danube, Yugoslavia, tampak bekas-bekas fondasirumah beton dari masa lalu(http://donsmaps.com/images7/lepenskihouse45dig.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 3000 SM, mortar digunakan oleh

bangsa Mesir kuno dengan mencampur lumpurdan jerami serta gypsum dan kapur untukmembuat bata dan membangun piramida.

Piramida yang sangat terkenal, yaitu GreatPyramid di Giza (Gambar 4), memerlukansekitar 500.000 ton mortar yang digunakansebagai pelapis batu-batu kotak sehinggadapat dipahat.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 4. Great Pyramid di Giza(http://www.culturefocus.com/egypt/pictures/pyramids-22small.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada kurun waktu yang hampir bersamaan

dengan pembangunan piramida di Mesir , bangsaCina mulai mengaplikasikan semen untukmembuat kapal dan membangun Tembok Besar(The Great Wall) dengan menggunakan bahanperekat semacam beras ketan (sticky rice).

Di sebelah barat daya Cina tepatnya di ProvinsiGansu beton mulai digunakan untuk pembuatanstruktur lantai bangunan, di mana beton di Cinamasa itu berwarna hijau kehitaman, dan terbuatdari campuran semen, air, pecahan tanah liat,dan tulang.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 5. Tembok Besar China(http://www.thesurfbum.com/wp-content/uploads/2009/05/great_wall_1.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 800 SM, bangsa Assiria danBabilonia menggunakan bitumen (aspal) untukmerekatkan antara batuan besar dan kecil.

Selain itu, mereka juga menggunakanbitumen untuk merekatkan bata yangdibakar untuk membangun „ziggurat‟, yaitubangunan masif berbentuk menaraberundak.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 6. Bitumen pada bangunan „ziggurat‟ di Ur,wilayah Mesopotamia(http://www.biblearchaeology.org/post/2009/09/21/cultural-change-andthe- confusion-of-language-in-ancient-sumer.aspx)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 6. Bangunan „ziggurat‟ di Ur,(http://www.mesopotamia.co.uk/ziggurats/home_set.html)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Perkembangan teknologi beton yang cukup

signifikan yaitu setelah ditemukannya materialpozzolan alam dari pulau Santoini oleh bangsaYunani pada tahun 600 SM.

Pozzolan alam tersebut bersifat hidraulis biladicampur dengan kapur dan dapat mengerasdi dalam air maupun di udara terbuka.

Salah satu bangunan beton yang terkenal darimasa tersebut adalah Kuil Neptunus diPaestum yang menjadi cagar budaya sampaisaat ini.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 7. Kuil Neptunus di Paestum, salah satu kuil Yunani terbesar

(http://www.travel-tidbits.com/tidbits/images/italy/I_Paestum_Temple_of_Neptune.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Perkembangan teknologi beton selanjutnya adalahberdirinya Kota Kuno Petra, Petra Ancient City (400 SM– 200 SM), yang terletak di sebelah barat dayaYordania dan kurang lebih 95 mil di sebelah tenggaraYerusalem.

Kota Kuno Petra merupakan pemukiman kaumNabataea yang sangat maju dan secara geniusmampu melengkapi infrastruktur kota untukkepentingan pertanian, rekayasa hidraulis, danarsitektur, misalnya mereka menerapkan sistemkonsevasi air, membangun dam-dam untukmencegah banjir, dan membangun kuil-kuil.

Rumah-rumah mereka dibangun pada tebingpadas berwarna merah sehingga sering jugadisebut dengan “rose-red city”.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 8. Kota Kuno Petra(http://www.workersforjesus.com/petra.htm)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pelaku pengembangan teknologi beton

selanjutnya adalah Bangsa Romawi yang dimulaitahun 300 SM dengan mengaplikasikan bangunan-bangunan beton yang fenomenal.

Beton yang dibuat oleh Bangsa Romawi yaitudengan cara merekatkan pecahan-pecahanmaterial (bebatuan) dengan mortar dankemudian di bagian sisi luar dan bagian sisidalam dibungkus (dilapisi) dengan bata yangsekaligus berfungsi sebagai cetakan beton(bekisting).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Untuk bangunan yang bersifat artistik dan bernilai,bangsa Romawi biasanya menggunakan semendengan pasir vulkanis jenis „harena fossicia‟.

Sementara untuk bangunan-bangunan yangterekspos atau yang langsung berhubungandengan air (misal jembatan, dermaga, salurandrainase, saluran air, dll) mereka menggunakanpasir vulkanis jenis „pozzoulana‟ yang berasal dariPozzouli, di dekat Teluk Naples.

Kedua jenis pasir vulkanis tersebut bila tercampurdengan kapur dan air akan bereaksi secarakimiawi dan mengalami hidrasi sehingga menjadisuatu massa yang padat, keras dan kuat sepertibatu.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Material beton yang dibuat oleh Bangsa Romawimempunyai performance atau kinerja sangat baikketika digunakan untuk membangun bangunan-bangunan yang besar dan memerlukan kekuatanyang tinggi.

Pemakaian bahan tambah (admixture) pada saatitu sudah digunakan dengan metode-metodeyang sangat mendasar, antara lain lemakbinatang, susu, dan darah.

Pada masa kejayaan Romawi juga telah mulaidiproduksi pozzolan buatan dari tanah lempungkaolin yang terkalsinasi dan batuan vulkanisterkalsinasi.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Beberapa bangunan fenomenal yang dibangun pada jamankejayaan Romawi diantaranya Pantheon pada tahun 128 M,Pemandian Romawi (Roman Baths) pada tahun 75 SM, Colloseumpada tahun 82 M dan lain-lain.

Gambar 9. Pemandian Romawi (Roman Baths)

(http://www.bluffton.edu/~sullivanm/bathbaths/greatbath.jpg)Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 10. Colloseum di Roma, malam hari(http://www.hotelyorkcinisello.com/wp-

content/uploads/2012/07/Rome- How-Much-Youll-Pay-to-Visit-the-Coliseum.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 11. Bangunan “Pantheon” tampak atas, kubah terlihat jelas

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Salah satu bangunan beton fenomenal pada masa

kejayaan Romawi yang lain dan patut menjadi catatanadalah „Pont du Gard Aqueduct‟ (saluran air) yangdibangun sekitar tahun 40-60 M.

Saluran air dari beton ini melintasi Sungai Gardondekat Nimes di sebelah selatan Perancis di manaterbentang dari sumber air di Fontaine d'Eure dekatUcetia (Uzes) sampai ke tempat tujuan distribusi airdi Nemausus (Nimes) dan termasuk dalam DaftarKekayaan Dunia, “The World Heritage List”(http://whc.unesco.org/en/list/344).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 12. „Pont du Gard Aqueduct‟ , termasuk dalam World Heritage List

(http://blog.pv-holidays.com/wp-content/uploads/2010/05/Pont-du-Gard-Roman-Aqueduct.jpg)

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Seiring jatuhya Kekaisaran Romawi pada tahun 476 M,

teknologi beton tidak mengalami perkembangan ataubahkan tenggelam.

Era kebangkitan kembali teknologi beton diawalipenemuan John Smeaton (1756) yaitu prosespenyempurnaan semen hidraulis Romawi, denganmencampurkan Aberthaw biru (batu kapur dariWales selatan) yang dibakar dengan pozzolan Italidari Vicitavecchia.

Penemuan tersebut diaplikasikan untuk memperbaikibangunan mercusuar „Eddystone Lighthouse‟ diCornwall, Inggris pada tahun 1756-1759

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Tonggak sejarah terpenting perkembangan teknologi beton

adalah ditemukannya Semen Portland oleh Joseph Aspdinpada tahun 1824.

Namun, sebelum penemuan Semen Portland, beberapapatent untuk semen telah didaftarkan oleh parapenemunya misalnya :

1. Bry Higgins telah mempatentkan semenhidraulis„stucco‟ (1779-1780) untuk keperluan plastereksterior.

2. Tahun 1796, James Parker (Inggris) mempatentkansemen hidraulis alam yang mengandung lempungdengan nama Semen Parker atau juga disebut denganSemen Romawi (Roman Cement).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

3. Louis Vicat, pada tahun 1812-1813 telahmempatentkan kapur hidraulis buatandengan mengkalsinasi campuran sintetisantara batu kapur dan lempung.

4. Patent semen hidraulis juga telah diperolehMaurice St. Leger pada tahun 1818. Padatahun yang sama, Canvass White, seoranginsinyur Amerika, menemukan bahan galiancadas di Madison County, New York,sehingga dapat memproduksi semenhidraulis dengan cara yang lebih sederhana.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Nama „Portland‟ pada Semen Portland yang

ditemukan oleh Joseph Aspdin (1824) merujukpada suatu bangunan batu berkualitas primayang dijumpai di Portland, Inggris.

Joseph Aspdin memperkenalkan metodepabrikasi semen Portland dengan carapembakaran batu kapur pecah denganlempung dan meleburnya hinggamemperoleh bubuk semen.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Kemajuan teknlogi beton berikutnya ditandai dengan perolehan

patent oleh Joseph-Louis Lambot (1855) untuk sebuah kapal kecilyang terbuat dari beton bertulang.

Seiring dengan penemuan kapal beton bertulang oleh Lambot,

Francois Coignet pada tahun 1853 berhasil membangun suaturumah yang terbuat dari beton.

Gambar 13. Rumah Beton pertama oleh Francois Coignet, 1853Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 1867 juga terjadi tonggak sejarah perkembangan

teknologi beton yaitu dengan dipatenkannya bak air dari betonbertulang oleh seorang tukang kebun bernama Joseph Monier.

Setelah penemuan bak air Joseph Monier juga berturut-turutmempatenkan pipa dan tangki (1868), plat datar (1869),jembatan (1873) dan tangga (1875).

Gambar 14. Jembatan Chazelet

oleh Joseph Monier,

1873

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Sejarah perkembangan teknologi beton juga terjadi di

Negara Amerika Serikat yaitu adanya eksperimen balokbeton bertulang oleh Thaddeus Hyatt pada tahun 1850.

Penemuan Hyatt tersebut tidak dipublikasikansampai tahun 1877, kemudian pada tahun 1884Ernest L. Ransome menggunakan konsep penemuanHyatt menggunakan dan mempatenkan betonbertulang dengan tulangan ulir.

Masih dari Amerika Serikat pada tahun 1875, William

Ward untuk pertama kalinya membangun sebuahrumah dari beton bertulang di Port Chester, NewYork (sampai sekarang masih berdiri).

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 15. Ward Castle, rumah yang didirikan William Wards di

Amerika Serikat, 1875

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Masih dari Amerika Serikat, pemikiran dalam bidang

teknologi beton juga disumbangkan oleh Henri LeChatelier (1887) yang merumuskan perbandingantentang oksida-oksida penyusun kapur untuk bahanpembuat semen.

Bahan-bahan penyusun tersebut dinamakan „Alite‟(trikalsium silikat), „Belite‟ (dikalsium silikat), dan„Celite‟ (tetrakalsium alumina ferit).

Le Chatelier juga berpendapat bahwa pengerasanbeton disebabkan oleh pembentukan kristal-kristalyang disebabkan reaksi antara semen dan air.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Perkembangan teknologi beton di Amerika Serikat tahun 1890-anjuga sangat signifikan.

Pada tahun 1891, George Bartholomew, membuat jalan betonpertama di Bellefontaine, Ohio, Amerika Serikat, di mana jalanbeton tersebut masih ada dan masih dipergunakan sampaisekarang.

Gambar 16. Jalan beton tertua di Bellefontaine,

Ohio, USA, lengkap dengan monumen

peringatan Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada awal abad ke-20, teknologi beton mengalami

perkembangan dan kemajuan yang signifikan.

Pada tahun 1902, August Perret membangunapartemen dari struktur beton bertulang di Paris,yang diterapkan pada kolom, balok, dan lantai,dengan desain eksterior yang berupa „façade‟.

Pada tahun 1904, E.L. Ransome membuat bangunanbertingkat tinggi pertama (terdiri dari 16 lantaidengan ketinggian 210 ft) dari struktur betonbertulang di Cincinnati, Ohio, USA yang diberi namaIngalls Building.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 17. Apartemen karya August Perret

di 25 Rue Frank lin, Paris, Perancis

Gambar 18. Ingalls Building, 1904Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Saat yang bersamaan dengan pembangunan Ingalls Building diOhio, USA (tahun 1904), beton pra-cetak (precast concrete)mulai diaplikasikan di proyek Pelabuhan Sidney, yaitumercusuar dan dermaga, Bradley's Head Lighthouse and Millers

Point Wharves.

Gambar 19. Bradley's Head LighthouseTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Pasca gempa San Fransisco tahun 1906, beberapa peristiwa penting

dalam perkembangan teknologi beton perlu dicatat.

Di Roma pada tahun 1911 dibangun Jembatan Risorgimentodari material beton bertulang dengan bentang sepanjang 328feet.

Pada tahun 1913 di Baltimore, Maryland, USA, perusahaanbeton siap-pakai (ready-mix) mulai berproduksi.

Gambar 20. Jembatan Risorgimento

di RomaTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Dalam hal standarisasi dan peraturan terkait materialbeton di USA, pada tahun 1917, National Bureau ofStandards (sekarang the National Bureau of Standardsand Technology) dan the American Society for Testingand Materials (sekarang ASTM International) telahmenetapkan standar formula untuk Semen Portland.

Dalam kurun waktu tahun 1900-1920, terdapat 2 halpenemuan yang menarik terkait inovasi di bidangteknologi beton.

Pada tahun 1908, Thomas Alva Edisonmempatentkan sistem cetakan besi untuk rumahbeton monolit yang mencetak sekaligus dinding,lantai, tangga, atap, bak mandi dan bak cuci, sertasaluran untuk listrik dan air.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 1911 ditemukan metode konstruksibernama ‟shotcrete‟ yang mempermudahpengecoran vertikal dan horisontal tanpa cetakan(form work).

Pada tahun 1913 telah dipatentkan pompa beton(concrete pump) yang mempermudah prosespengecoran pada lokasi yang mempunyai ketinggian.

Pada tahun 1914 setelah beberapa puluh tahunproses penggarapan konstruksinya telah diresmikaninfrastruktur yang dibuat dari struktur beton yaituTerusan Panama.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 21.Terusan Panama masa kini

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Tonggak sejarah perkembangan teknologi beton

selanjutnya terjadi pada tahun 1921 yaitudibangunnya 2 buah hanggar raksasa berbentukparabola di Bandara Orly, Perancis oleh EugeneFreyssinet seorang pemilik/penemu patentbeton prategang (prestressed concrete) .

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 23. Hanggar raksasa parabolik

di Bandara Orly, Perancis

Gambar 22. Pekerjaan hanggar raksasa

Parabolik di Bandara Orly, PerancisTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Setelah ditemukannya air entraining agent yaitusuatu zat untuk meningkatkan ketahanan betonterhadap pembekuan (freezing) ataupunpencairan (thawing) pada tahun 1930, inovasidalam teknologi beton yaitu ditemukannyastruktur „pelat-cangkang‟ (thin shell) yangdigunakan Pier Luigi Nervi untuk hanggarAngkatan Udara Itali pada tahun 1935.

Struktur beton bertulang pelat-cangkangbiasanya digunakan pada atap dan kubah, dimana elemen ini meniadakan penyangga, dankonsekuensinya kinerja elemen didasarkansepenuhnya pada elemen pelat cangkang itusendiri, sehingga memberikan interior yang luas.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 24. Hanggar pelat-cangkang

Pier Luigi Nervi untuk

Angkatan Udara Itali

Gambar 25. Kantilever beratap pelat-cangkang pada Madrid HippodromeTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun yang sama yaitu 1935, Eduardo Torroja, seoranginsinyur Spanyol membangun kantilever beratap pelatcangkang pada Madrid Hippodrome (Gambar 25).

Trend atap bangunan dengan pelat cangkang padawaktu itu juga menghasilkan bangunan spektakulerlainnya, yaitu desain dari Felix Candela (1951) untukatap hiperbolik parabolik (Gambar 26) pada The CosmicRay Laboratory at the University of Mexico City.

Bentuk atap jenis pelat cangkang juga dijumpai padaSydney Opera House yang fenomenal, yang dikerjakanpada tahun 1959-1973, didesain oleh Jorn Utzon, danLotus Temple di New Delhi, India, yang mengaplikasikanatap pelat cangkang yang membentuk bunga lotus.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 25. The Cosmic Ray Laboratory

dengan atap hiperbolik

parabolik

Gambar 26.Lotus Temple di New Delhi dengan konstruksi atap

pelat cangkang yang disusun berlapisTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Gambar 27. Pekerjaan konstruksi

gedung Sidney Opera

House, Australia

Gambar 28. Gedung Sydney Opera House, Australia masa kini

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 1935 perkembangan teknologi beton

mencatat peristiwa penting yaitu selesainya proyekwaduk raksasa Hoover Dam (Boulder Dam) yangdibangun sejak tahun 1931 di perbatasan Nevadabagian selatan dan Arizona yang membentang disepanjang Sungai Colorado di Black Canyon.

Tujuan dibangunnya Hoover Dam adalah untukmencukupi kebutuhan irigasi, listrik dari sumberdaya air, dan mencegah banjir, terutama di Negarabagian California dan Arizona dan telahmenghabiskan 3.250.000 yard beton sertatambahan 1.110.000 yard untuk pembangkit listrikdan bangunan penunjang lainnya.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 28. Pekerjaan

konstruksi waduk raksasa Hoover Dam

Gambar 29. Hoover

Dam di tahun 2011Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Era selanjutnya dalam perkembangan teknologi betonadalah era „pencakar langit‟ (skyscrapers) yangdimulai tahun 1960-an.

Pada tahun 1962 berdiri pencakar langit BertrandGoldberg's Twin Towers setinggi 588 ft di MarinaCity, Chicago yang menandai era aplikasi betonbertulang untuk bangunan bertingkat tinggi (tallbuilding).

Pada tahun 1964 Place Victoria di MontrealCanada setinggi 624 ft berdiri denganmengaplikasikan beton berkekuatan 6000 psiuntuk kolomnya.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 30. Bertrand Goldberg's Twin

Towers di Marina City, Chicago

Gambar 31. Place Victoria di Montreal, CanadaTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Pada tahun 1970, One Shell Plaza diHouston, Texas, setinggi 714 ft didirikan jugadengan mengaplikasikan beton berkekuatan6000 psi.

Mutu beton yang lebih tinggi, yaitu 7500 psijuga telah diaplikasikan pada gedung LakePoint Tower setinggi 645 ft dengan 70 lantaidi Illinois, Chicago pada tahun 1968.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Bangunan-bangunan pencakar langit yang mengaplikasikan teknologibeton sangat menarik untuk dicermati, karena berbagai bangunanpencakar langit yang mulai dibangun sejak tahun 1930-an berlomba-lomba mencapai ketinggian maksimum.

Diawali dengan pembangunan Empire State Building, New York,berdiri pada tahun 1931 dan diikuti World Trade Center (WTC)yang berdiri pada tahun 1972-1973.

Pada tahun 1974 berdiri Sears Tower di Chicago dan disusulPetronas Tower pada tahun 1998 di Kuala Lumpur Malaysia.

Pada tahun 1999 berdiri Jin Mao Tower di Sanghai, dan tahun2003 berdiri Two International Finance Center.

Menara Taipei 101 berdiri tahun 2004, diikuti Shanghai WorldFinance Center pada tahun 2007.

Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab, selesai dibangun padatahun 2009 dan pada tahun tersebut mulai dibangun FreedomTower atau One World Trade Center yang diharapkan selesai padatahun 2013.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 32. Bangunan-bangunan tertinggi di dunia

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Aplikasi teknologi beton dalam infrastruktur jembatan jugamengalami kemajuan pesat, khususnya pada pemabagunanjembatan bentang panjang.

Sunniberg Bridge dengan bentang 526 m merupakanlandmark dari Landquart River Valley dekat Klosters diSwiss, dibangun tahun 1998 dan diresmikan tahun 2005.

Jembatan bentang panjang lainnya yang dibangunsetelah itu adalah 17th Street Bridge di San Fransiskopada tahun 2003.

Sebelumnya yaitu tahun 2000 dibangun lintasan keretaapi dan terowongan Oresund Fixed Link yangmenghubungkan Denmark dengan Swedia.

Pada tahun 2005, berdiri jembatan Millau Viaductdengan bentang 2.5 km yang menghubungkan Parisdan Montpellier, dengan kolom jembatan tertinggi didunia setinggi 200 m. Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Gambar 33. Sunniberg Bridge di

Landquart River Valley, Swiss

Gambar 34. Jembatan Millau Viaduct

di Perancis Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Bangunan infrastruktur penting lainnya yang

mengaplikasikan teknologi beton adalah waduk ThreeGorges Dam yang dibangun setelah tahun 2000 di Chinatepatnya di Yiling District, Yichang, Provinsi Hubei.

Waduk raksasa tersebut dibangun pada tahun 2009dan direncanakan selesai konstruksinya pada tahun2012 dan dibangun untuk mencukupi kebutuhan 13kota dan 2 juta penduduk.

Perkembangan teknologi beton masih terus akanditumbuhkan dari waktu ke waktu untuk mencapaidunia berkelanjutan.

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 35. Three Gorges Dam di China

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

THE END

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto

Gambar 2. Minturnae Aquaduct

Gambar 3. Colosseum di RomaTeknologi Bahan II - Iwan Rustendi

- UNWIKU Purwokerto

Teknologi Bahan II - Iwan Rustendi - UNWIKU Purwokerto