kasus perdagangan anak di dki jakarta - makalah

Upload: mutiara-novita-prima-putri

Post on 06-Jul-2015

1.704 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page |1

Kasus Perdagangan Anak di DKI Jakarta

Disusun Oleh :

Kelompok 03 / MBI 01

Mutiara Novita (1710085) Megawati Putri Yogi Muhammad Rizki Dwi Handoyo Muhammad Hariri Muhammad Ali Al Fajri Abraham

Page |2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kasus Perdagangan Anak di DKI Jakarta. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar di Sekolah Tinggi Manajemen Industri. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada: 1. Bapak Sony Taufan, S.H. selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan makalah ini. 2. Bapak Anto selaku Staff LSM YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) yang telah bersedia menjadi narasumber dari penulisan makalah ini. 3. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga makalah ini selesai. 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis juga merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Jakarta, Juni 2011

Penulis

Page |3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4 1.1 Latar Belakang .......................................................................................4 1.2 Maksud dan Tujuan ...............................................................................5 1.3 Permasalahan Pokok..............................................................................5 BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6 2.1 Pembahasan ..........................................................................................6 2.2 Alternatif Penyelesaian Masalah..........................................................11 BAB III PENUTUP ..............................................................................................14 3.1 Kesimpulan ..........................................................................................14 3.2 Saran....................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................16

Page |4

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSetiap orang sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan kemuliaan harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh undang-undang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga dengan kata lain seseorang berhak dan wajib diperlakukan sebagai manusia yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. Hak hidup setiap manusia tidak dapat dikurangi oleh siapapun dan dalam keadaan apapun termasuk hak untuk tidak disiksa, tidak diperbudak, tidak diperjualbelikan, dan tidak dipaksa untuk melakukan suatu hal yang tidak disukainya ataupun diperlakukan tidak sesuai dengan harkat, martabat, dan kehormatan dirinya sebagai manusia yang seutuhnya. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Mahakuasa. Anak juga mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia yang seutuhnya. Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, memiliki peran strategis dan memiliki ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan dan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu sudah selayaknya anak mendapatkan kesejahteraan hidupnya baik secara fisik, mental atau psikologis, dan sosial agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga mampu menjalankan tugasnya sebagai abdi negara yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memberi perlindungan pada anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya perlakuan diskriminasi. Di Indonesia ada Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. UU No.23 Th 2002 tersebut secara tegas mengatur tentang perdagangan anak. Perdagangan anak terjadi ketika anak dipandang sebuah obyek yang dapat diperjualbelikan layaknya sebuah barang untuk tujuan tertentu yang biasanya merupakan sebuah eksploitasi. Hak-hak yang dimiliki seorang anak sudah tidak dipedulikan lagi keberadaannya. Perdagangan anak kini kian marak di Indonesia, setidaknya sebanyak 2 juta orang tiap tahunnya, khususnya anak dan perempuan sangat rentan terhadap praktik-praktik

Page |5

yang menjurus pada tindakan perdagangan orang, menjebak mereka dalam hutang, pekerjaan prostitusi, pornografi, porno aksi, kerja paksa, praktik-praktik perbudakan, dan lain-lain di saat mereka jauh dari keluarga dan lingkungannya yang dapat melindungi mereka. Tahun 2000, dari 1683 kasus yang dilaporkan terkait perdagangan anak dan perempuan, hanya 1094 kasus yang diteruskan ke pengadilan. Kota besar yang rawan perdagangan anak diantaranya: Jakarta, Batam, Bali, dan Medan. Motif atau tujuan dari perdagangan anak itu sendiri bermacam-macam, antara lain prostitusi/pelacuran, pengantin pesanan, buruh anak, perdagangan bayi/organ tubuh, dan adopsi. Namun yang paling banyak terjadi yakni prostitusi dan buruh anak. Dalam kasus perdagangan anak dan perempuan pada motif prostitusi, pelaku terbagi pada pelaku perekrutan (mengajak, menampung, atau membawa korban), pengiriman (mengangkut, melabuhkan atau memberangkatkan korban), dan pelaku penyerahterimaan (menerima, mengalihkan atau memindahtangankan korban). Selain itu pada motif buruh anak, kondisi yang sering terjadi antara lain majikan tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan tindak kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja, dan menjerat pekerja dalam lilitan hutang. Oleh karenanya, untuk memberantas kasus perdagangan anak perlu adanya kerja sama yang sungguh-sungguh antara pemerintah, LSM, masyarakat, serta organisasi pemerhati anak lainnya baik dari lingkup nasional maupun internasional.

1.2 Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Kasus Perdagangan Anak di DKI Jakarta yaitu untuk memberikan informasi kepada para pembaca serta masyarakat pada umumnya tentang hak-hak anak, seluk-beluk perdagangan anak itu sendiri, peraturan atau undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak, dan alternatif pemecahan kasus perdagangan anak yang setidaknya bisa dilakukan oleh masyarakat.

1.3 Permasalahan PokokPermasalahan pokok dalam Kasus Perdagangan di DKI Jakarta yaitu: 1. Apa saja sebenarnya hak-hak anak? 2. Apa yang dimaksud dengan perdagangan anak itu sendiri? 3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya perdagangan anak? 4. Siapa saja yang terlibat dalam proses tindak kasus perdagangan anak? 5. Bagaimana proses tindak perdagangan anak terjadi?

Page |6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PembahasanPengertian Anak Terdapat beraneka ragam pengertian anak itu sendiri dan pada usia berapa yang menjadi batas dari diri seorang manusia menjadi anak. Menurut Convention on The Right of The Child (Konvensi Hak Anak) pada tanggal 20 November 1989 yang telah diratifikasi atau disahkan oleh Indonesia, disebutkan dalam pasal 1 bahwa pengertian anak adalah: Semua orang yang dibawah umur 18 tahun. Kecuali undang-undang menetapkan kedewasaan telah dicapai lebih awal. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang peradilan anak, pada pasal 1 disebutkan bahwa anak adalah: Orang yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin. Pengertian-pengertian tersebut menekankan bahwa seseorang yang masih dikategorikan sebagai seorang anak, berhak mendapatkan perlindungan dari orang tua atau wali dari negara tempat anak menjadi warga negara tersebut. Hak-Hak Anak Menurut Konvensi Hak Anak Dalam perkembangan hak asasi manusia, hak-hak anak menjadi perhatian dan seterusnya diakui bahwa hak anak adalah hak asasi manusia. Sehubungan dengan Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on The Right of The Child) yang dideklarasikan dalam Sidang Umum PBB pada 26 Januari 1990 , Pemerintah Indonesia telah meratifikasi atau mengesahkannya pada Keppres Nomor 36 Tahun 1990 yang menetapkan bahwa: Semua anak tanpa pengecualian apapun memiliki hak yang tercantum dalam deklarasi, tanpa adanya perbedaan atau diskriminasi atau dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, bangsa, agama, paham politik lainnya, asal kebangsaan atau asal social, kekayaan, kelahiran, dan status dari dirinya sendiri sendiri atau dari keluarganya.

Page |7

Konvensi Hak Anak melingkupi segenap hak yang secara tradisional melekat atau dimiliki anak sebagai manusia dan hak-hak anak sebagai hak anak yang memerlukan perlakuan dan perlindungan khusus. Konvensi Hak Anak terdiri dari 54 (lima puluh empat) pasal yang berdasar materi hukumnya mengatur mengenai hak-hak anak dan mekanisasi implementasi hak anak oleh negara peserta yang meratifikasi Konvensi Hak Anak. Materi hukum hak-hak anak menurut Konvensi Hak Anak dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori hak anak, diantaranya yaitu sebagai berikut. 1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival right), yaitu meliputi hak-hak anak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak umtuk memperoleh standar kesehatan yang tertinggi dan perawatan sebaik-baiknya. 2. Hak terhadap perlindungan (protection right), yaitu hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan, dan keterlantaran bagi anak yang telah memiliki keluarga dan bagi anak-anak pengungsi. 3. Hak untuk tumbuh dan berkembang (development right), yaitu meliputi segala bentuk pendidikan (formal & nonformal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, dan moral anak. 4. Hak untuk berpartisipasi (participation right), yaitu hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hak yang mempengarui anak. Dari jabaran hak-hak anak tersebut, maka wajiblah orang tua ataupun pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab atas seorang anak memperhatikan kesejahteraan sang anak agar ia kelak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang cerdas dan berakhlak mulia sehingga dapat meneruskan cita-cita bangsa. Pengertian Perdagangan Anak Perdagangan anak menurut Resolusi Umum PBB Nomor 49/166 memiliki definisi sebagai berikut. Perdagangan adalah suatu perkumpulan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional dan perbaatasan internasional, sebagian besar berasal dari negara-negara berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak bekerja di bidang seksual dan penindasan ekonomi dan dalam keadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur, sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga, perkawinan palsu, pekerjaan gelap, dan adopsi. Sedangkan menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) Nomor 21 Tahun 2001, pada pasal 1 point 1 disebutkan bahwa:

Page |8

Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antarnegara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang lain tereksploitasi. Sesuai dengan definisi-definisi tersebut, istilah perdagangan atau trafficking mengandung unsur-unsur sebagai berikut. a. Rekrutmen dan transportasi manusia b. Diperuntukkan bekerja atau melayani (jasa) c. Untuk keuntungan pihak yang memperdagangkan Penyebab Terjadinya Perdagangan Anak Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perdagangan anak bisa terjadi di lingkup dalam negeri ataupun di luar negeri yang tentunya mempunyai beraneka ragam tujuan. Perdagangan anak itu sendiri juga terjadi bukan tanpa alasan. Begitu banyak aspek yang menjadi faktor pendukung dan penarik dari kasus perdagangan anak itu sendiri. Pada dasarnya, faktor utama dari banyaknya kasus perdagangan anak yaitu kemiskinan. Lalu faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu diskriminasi gender, dimana kebanyakan orang tua mempunyai anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah sampai tingkat tinggi karena pada akhirnya anak perempuan akan berakhir di dapur melayani suami. Dan satu faktor lagi yang membuat perdagangan anak semakin marak dilakukan yaitu adanya pandangan bahwa anak perempuan adalah barang yang laku untuk diperdagangkan. a. Faktor Pendukung Kemiskinan Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah Tingginya angka partisipasi anak yang bekerja Tingkat pengangguran tinggi Kurangnya informasi mengenai kota atau negara tujuan kerja Ketidakmampuan sistem pendidikan yang ada maupun masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Petugas kelurahan dan kecamatan yang membantu pemalsuan KTP anak yang diperdagangkan.

Page |9

Terlalu menaruh kepercayaan yang begitu besar kepada agen / perekrut, dll. Globalisasi keuangan dan perdagangan menghadirkan para pebisnis asing yang tinggal di Indonesia khususnya DKI Jakarta, mereka menginginkan jasa layanan seks yang makin meningkatkan kasus perdagangan anak. Kebutuhan para majikan akan pekerja yang murah, penurut, mudah diatur, dan mudah ditakut-takuti mendorong permintaan tenaga kerja anak. Perubahan struktur social yang diiringi oleh cepatnya industrialisasi meningkatkan permintaan terhadap anak dan perempuan untuk dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga yang dalam aktivitasnya dewasa ini sangat rentan terhadap penganiayaan baik fisik maupun seksual. Kemajuan bisnis pariwisata di dunia juga menawarkan pariwisata seks, dimana anak-anak dan perempuan perawan menjadi tempat teratas permintaan pelanggan karena takutnya terinfeksi virus HIV/AIDS. b. Faktor Penarik Faktor penarik adalah hal-hal yang berkaitan untuk mengatasi kemiskinan tersebut, diantaranya yaitu: Anak ingin mendapat penghasilan yang banyak Anak ingin mendapat jodoh (pernikahan dini) Anak terpengaruh gaya hidup konsumtif Anak ingin membayar hutang keluarga Anak ingin membalas jasa orang tua yang telah merawatnya Pelaku Perdagangan Anak Perdagangan anak terjadi tidak hanya dilakukan oleh satu orang, melainkan melibatkan cukup banyak orang atau oknum tertentu. Berikut adalah oknum-oknum yang terlibat dalam kasus perdagangan anak. 1. Sponsor Buruh Migran >> mereka berbohong pada calon tenaga kerja mengenai kondisi pekerjaan atau memberikan dokumen dengan informasi palsu. 2. Agen Perekrut Tenaga Kerja >> mereka mengurung atau memaksa anak untuk melakukan pekerjaan yang tidak ingin mereka lakukan. 3. Aparat Pemerintah >> mereka memalsukan dokumen, pelanggaran perekrutan tenaga kerja, atau membantu melintasi perbatasan secara illegal. 4. Majikan >> menyiksa staf / pekerja atau menggunakan jeratan hutang untuk mengurung pekerja. 5. Pemilik Rumah Bordil >> memaksa pekerja untuk kerja seks, mengurung pekerja, dan mempekerjakan anak di bawah umur 18 tahun.

P a g e | 10

6. Kerabat >> menjual anak atau membuatkan kontrak bagi anak-anak untuk bekerja yang eksploitatif. Apabila seluruh oknum tersebut saling bekerja sama dengan baik, terutama pada aparat pemerintah tersebut, tidak heran jika kasus perdagangan anak di Indonesia khususnya DKI Jakarta akan semakin meningkat. Proses Terjadinya Perdagangan Anak Perdagangan anak terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut tentunya melewati beberapa proses, diantaranya yaitu: 1. Tahap Perekrutan Pada tahap ini, agen perekrutan menghimpun anak-anak dan perempuan untuk menjadi sasaran target. Wilayah yang menjadi sasaran yaitu daerah yang cenderung minim sarana komunikasi dan pedesaan yang relatif miskin perekonomiannya. Daerah pengirim biasanya berlokasi di Jawa, Lombok, Sulawesi Utara, dan Lampung. 2. Tahap Pengiriman Tahap ini adalah tahap dimana para korban transit sebelum mereka sampai di tempat tujuan. Tempat yang menjadi transit yaitu yang memiliki sarana transportasi yang memadai seperti bandara udara, pelabuhan, terminal angkutan darat yang besar, ataupun tempat yang menjadi perbatasan dengan negara lain apabila korban akan dikirim ke luar negeri. Wilayah yang biasa menjadi tempat transit yaitu DKI Jakarta, Batam, Surabaya, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Lampung. 3. Tahap Penerimaan Tahap ini para korban telah sampai di tempat tujuan. Setiap tempat atau daerah menerima korban trafficking dengan suatu tujuan tertentu, misalnya: a. Kerja seks secara paksa >> di dalam negeri yaitu DKI Jakarta, Batam, Bali, Surabaya, Papua, dll. Sedangkan di luar negeri yaitu Jepang, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan. b. Pembantu Rumah Tangga (PRT) >> semua daerah kota besar di Indonesia maupun Hong Kong, Malaysia, Timur Tengah, Singapura, ataupun Taiwan. c. Pengantin Pesanan >> Taiwan d. Penari Budaya >> Jepang e. Indonesia sendiri juga menjadi negara penerima dari para anak-anak dan perempuan yang didagangkan yang berasal dari negara-negara Asia lainnya dan Eropa.

P a g e | 11

2.2 Alternatif Penyelesaian MasalahMasalah perdagangan anak bukanlah hal yang mudah untuk diatasi ataupun diberantas. Perlu adanya kerja sama yang nyata antara pemerintah, LSM, organisasi nasional ataupun internasional, dan juga masyarakat untuk memerangi hal tersebut. Protocol, undang-undang, dan kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang perdagangan pun sudah dibuat, diratifikasi, dan dideklarasikan baik itu yang bersifat internasional maupun nasional. Pemerintah Indonesia pun telah bekerja sama dengan LSM dan Departemen Sosial untuk mengatasi kasus ini. Di Indonesia, terdapat satu LSM nasional yang telah mendapat sertifikat dari PBB yang ikut membantu dalam menyejahterakan hak-hak anak yaitu YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia). Menurut Bapak Anto, selaku Staff Pengurus YKAI, untuk mengatasi kasus perdagangan anak itu sendiri diperlukan suatu program-program nyata agar perdagangan anak bisa secara perlahan-lahan dihapuskan. YKAI sendiri memiliki visi yaitu mewujudkan anak Indonesia yang andal dan berkualitas, menuju suatu masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Oleh karena itu YKAI pada pelaksanan program-programnya lebih menekankan pada mengembalikan hak-hak anak yang seharusnya mereka miliki, seperti memberikan layanan pendidikan berupa perpustakaan keliling dan belajar atau les langsung ke tempat anak-anak yang membutuhkan. Sementara layanan yang diberikan YKAI dalam mengatasi perdagangan anak yaitu : 1. Program Penarikan. Misalnya diketahui bahwa di suatu rumah tangga terbukti mempekerjakan anak (di bawah umur 18 tahun). Maka YKAI akan menarik anak tersebut dan kemudian menghubungi Departemen Sosial untuk menampungnya untuk direhabilitasi. 2. Program Pemulangan dan Integrasi Korban. Hal ini dilakukan dengan cara memulangkan korban-korban perdagangan anak yang berada di luar negeri dan kemudian dipindahkan ke Departemen Sosial. 3. YKAI membantu pihak Departemen Sosial untuk merehabilitasi para korban dengan cara resosialisasi, dimana korban dihibur agar tidak terjadi traumatik dan berusaha untuk mengembalikan aktivitas mereka seperti dahulu sebelum korban diperdagangkan. Hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan alternatif penyelesaian kasus perdagangan anak dari pihak LSM yang telah dilaksanakan sampai sekarang. Namun Bapak Anto menambahkan bahwa sebenarnya ada 3 tahap yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kasus perdagangan anak, diantaranya: 1. Pencegahan. Tahap ini dapat dilakukan dengan kampanye anti-trafficking, membuat program-program baru, pemberian wawasan hukum pada pejabat penegak hukum,

P a g e | 12

ataupun memberikan pendidikan layak terhadap anak-anak dan perempuan agar mereka terhindar dari tindakan kriminal ini. 2. Perlindungan. Tahap ini dilakukan seperti program pemulangan korban yang dilakukan YKAI, pendampingan terhadap korban selama proses hukum, dan bantuan medis dan perawatan bagi korban perdagangan anak. 3. Penindakan Hukum terhadap Para Pelaku. Perdagangan anak adalah termasuk tindakan kriminal di Indonesia dan hal itu telah tertuang dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) Nomor 21 Tahun 2007.

Berikut adalah dokumentasi penulis pada saat mewawancarai Bapak Anto, Staff Pengurus YKAI.

P a g e | 13

P a g e | 14

BAB III PENUTUP

3.1 KesimpulanPerdagangan anak merupakan salah satu tindak kriminal yang merampas hak-hak anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, dan untuk dilindungi. Tingginya tingkat perdagangan anak di Indonesia terjadi karena beraneka ragam factor, dimana factor utamanya yaitu masalah kemiskinan. Tidak hanya itu, oknum pemerintah pun turut terlibat dalam kasus ini yang tugasnya adalah memalsukan identitas anak dan juga melegalkan perlintasan antarnegara. Begitu banyaknya oknum yang terlibat dan begitu cepatnya proses perdagangan anak itu sendiri membuat pemerintah, LSM, organisasi nasional maupun internasional, serta masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi atau mengurangi kasus perdagangan anak di Indonesia dengan cara pencegahan kasus tersebut, perlindunngan terhadap para korban, dan menindak secara tegas para pelaku kasus perdagangan anak.

3.2 SaranMelihat kasus perdagangan di Indonesia semakin tinggi dan DKI Jakarta menjadi salah satu tempat transit dari kasus itu sendiri, perlu adanya tindakan tegas dari aspek hukum dari pihak Pemerintah RI bagi para pelaku perdagangan anak terutama bagi oknum pemerintah yang turut membantu proses tersebut. Selain itu hendaknya kasus perdagangan anak menjadi prioritas utama bagi Pemerintah RI maupun pihak Aparat Penegah Hukum untuk bisa dihapuskan, sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan tunas-tunas bangsa yang akan melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia.

P a g e | 15

DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7208150164.pdf http://www.ykai.net/index.php?view=article&id=89%3Aperdagangananak&option=com_content&Itemid=121

http://www.unicef.org/indonesia/id/Factsheet_CSEC_trafficking_Indonesia_Bahasa_Indonesia. pdf

P a g e | 16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama Lengkap Tempat, tanggal lahir Pendidikan Jurusan Hobi Cita-cita 2. Nama Lengkap Tempat, tanggal lahir Pendidikan Jurusan Hobi Cita-cita 3. Nama Lengkap Tempat, tanggal lahir Pendidikan Jurusan Hobi Cita-cita 4. Nama Lengkap Tempat, tanggal lahir Pendidikan Jurusan Hobi Cita-cita

: Mutiara Novita Prima Putri : Jakarta, 10 November 1992 : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri : Menonton Film, Baca Buku, Shopping : Pengusaha yang sukses : Megawati Putri : Jakarta, 18 Mei 1992 : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri : Jalan-jalan, fotografi, tidur : Pengusaha sukses tanpa korupsi : Yogi Muhammad Rizky : Bekasi, 1 Juni 1992 : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri : Main music dan main computer : Menjadi orang pintar : Dwi Handoyo : Jakarta, 30 Mei 1989 : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri : Mendengarkan music dan main futsal : Menjadi orang kaya

P a g e | 17

5. Nama Lengkap Tempat, tanggal lahir Pendidikan Jurusan Hobi Cita-cita 6. Nama Lengkap Pendidikan Jurusan 7. Nama Lengkap Pendidikan Jurusan

: Muhammad Ali Al Fajri : Tangerang, 21 Juni 1989 : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri : Main futsal : Menjadi orang kaya : Muhammad Hariri : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri : Abraham : Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri : Manajemen Bisnis Industri