kasus panjang

35
Kasus Panjang KONJUNGTIVITIS AKUT Disusun oleh : Rolan Harabiti, S.Ked Ni Putu Dita I, S. Ked SMF Mata RSUD Bangil RS Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Upload: rolan-harabiti

Post on 04-Feb-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rsud bangil

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Panjang

Kasus Panjang

KONJUNGTIVITIS AKUT

Disusun oleh :

Rolan Harabiti, S.Ked

Ni Putu Dita I, S. Ked

SMF Mata RSUD Bangil

RS Pendidikan Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Tahun 2015

Page 2: Kasus Panjang

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai

kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Kasus Panjang dengan judul

Konjungtivitis akut.

Penulis terdorong untuk membahas topik ini oleh karena masalah konjungtivitis masih

banyak dijumpai oleh karena berbagai faktor pemicunya, baik di daerah pedesaan maupun

wilayah perkotaan.

Tugas Akhir ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga

kepada :

1. dr. Gunawan Sp. M, sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,

serta dorongan dalam menyelesaikan tugas kasus panjang ini.

2. Dr. Tutuk, Sp. M, sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,

serta dorongan dalam menyelesaikan tugas kasus panjang ini.

3. Para perawat-perawat bagian mata yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas

kasus panjang ini

4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas kasus panjang ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas kasus panjang ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya tulisan

ini. Akhirnya kami berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait.

Bangil, 7 oktober 2015

Penulis

Page 3: Kasus Panjang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata

dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai

macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus,

bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. 1, 3

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata

sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya

mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,

berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya,

selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan

dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis

papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa

kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih,

dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati,

karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap

akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder

oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak

nyaman di mata. 1, 3

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis

bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada

konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk

meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis

alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman,

sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di

lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah

menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti

menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk

mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata. 3

Page 4: Kasus Panjang

Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus

dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi

dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis. 3

Page 5: Kasus Panjang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular,

infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang menutupi belakang

kelopak dan bola mata.1, 3

Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-

organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2

2.2 Anatomi

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa

tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan

berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi

atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak

areanya, konjungtiva ibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar

dan limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan

mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua

lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk

Page 6: Kasus Panjang

epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis

terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat

lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva

palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada

sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3

Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6

.

Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.

Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak vena konjungtiva yang

umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang

banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan

profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus

limfatikus yang banyak. 1

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus

trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan

oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme

Page 7: Kasus Panjang

pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas lakrimasi, dan menyuplai darah.

Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast,

leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA 1,2

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar

yaitu 3,4

1. Penghasil musin

a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal.

b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan

sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.

c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar

Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.

Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena

suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah

menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan

medium yang baik. 1

2.3 Etiologi

Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:

Infeksi olah virus atau bakteri

Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang

Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las

listrik atau sinar matahari. 3

2.4 Klasifikasi

Konjungtivitis, terdiri dari:

1. Konjungtivitis bakterial Akut

2. Konjungtivitis virus Akut

3. Konjungtivitis alergi

4. Konjungtivitis Neonatorum

5. Konjungtivitis iritasi atau kimia 1 3

Page 8: Kasus Panjang

2.4.1 Konjungtivitis Bakterial Akut

Definisi

Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus, Corynebacterium

diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. 3

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.

Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan

Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan

mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu

jika tidak diobati dengan memadai. 3

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian

antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.

Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides

dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4

Diagnosis

Hiperemi Konjungtiva

Edema kelopak dengan kornea yang jernih

Kemosis : pembengkakan konjungtiva

Mukopurulen atau Purulen4

Pemeriksaan

Page 9: Kasus Panjang

Pemeriksaan tajam penglihatan

Pemeriksaan segmen anterior bola mata

Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk

mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi

dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei,

kain, dll.1,5

Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan

pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram

atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.1,2,3

Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua

kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi

sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.

Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan. 6

Terapi

Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan

tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada

malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat

penyembuhan1, 3

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi

topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok

untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical dan sistemik harus

segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. 4,6

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas

dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah

penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene

perorangan. 1,4

Page 10: Kasus Panjang

Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung

selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus

(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan

konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan

endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke

dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan

meningitis.1,4

Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi

masalah pengobatan yang menyulitkan.

Pencegahan

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudahmembersihkan atau

mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang

sakit.

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah

lainnya.8

2.4.2 Konjungtivitis Gonore

Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen.

Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif, sehingga

reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. 3

Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi

penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.

Gejala

Konjungtiva yang kaku, dan sakit saat perabaan

Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar di buka.

Page 11: Kasus Panjang

Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, sedangkan konjungtiva

bulbi merah.

Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. 3,5.

Pemeriksan dan diagnosis

Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blu dimana dapat terlihat diplokok di

dalam sel leukosit.

Pengobatan

Penisilin Salep dn Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama & hari. 1, 3

2.4.3 konjungtivitis Angular

Konjungtivitis Angular terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra.

Disebabkan oleh Basil Moraxella Axenfeld. 3

Gejala

Ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang

Sekret mukopurulen

Pasien sering mengedip5,6

Pengobatan

Tetrasiklin dan basitrasin

2.4.4 Konjungtivitis mukopurulen

Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum

konjungtivitis kiataral mukoid yang disebabkan oleh Staphylococcus atau basil Koch Weeks.3

Gejala

Hiperemi konjungtiva

Page 12: Kasus Panjang

Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama saat

bangun pagi.

2.5 Konjungtivitis Virus

2.5.1 Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

a). Demam Faringokonjungtival

Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan

konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada

kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan

kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati

preaurikuler (tidak nyeri tekan).1

Page 13: Kasus Panjang

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang

– kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes

netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara

serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal

mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri

yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa

dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6

Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10

hari. 1

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

Tanda dan gejala

Page 14: Kasus Panjang

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata

saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan

nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis

epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri

tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut.

Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk

pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama

terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh

tanpa meninggalkan parut. 1

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.

Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit

tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37

(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan

diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang

mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1

Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari

tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang

terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung

penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan

dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3

Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes

steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur

di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata

Page 15: Kasus Panjang

khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan

alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6

Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi

beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan

kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi

bacterial. 1

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah

keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi

mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri

yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang

banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di

palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah

nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3

Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya

folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya

terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear

tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan

Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial

raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di

atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3

Terapi

Page 16: Kasus Panjang

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,

umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun

sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin

diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain

kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical

sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida

rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes

setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3%

lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7

hari.3

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah

pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.

Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes

simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi

yang sangat panjang dan berat. 1,3

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar

konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam

tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini

pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5

Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata,

merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis.

Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya,

dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami

limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior

pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

Penyebaran

Page 17: Kasus Panjang

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti

sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari

Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti. 4,5

2.6 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

2.7 Konjungtivitis Atopik

Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra

eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla

raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat

di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang

terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut

penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer

superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur

dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau

keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada

lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti

dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami

eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang

aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4

Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak

pada keratokonjungtivitis vernal. 1

Terapi

Page 18: Kasus Panjang

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg

empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata

bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan

iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat,

plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat,

mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3

2.8 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal

Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang diikuti

pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika,

idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel

toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus

conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air

mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak

ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae. 2,3

Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa neutrofil

polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan

agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan.

Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya

setelah penyebabnya dihilangkan. 5,6

2.7.2 Konjungtivitis Vernalis

suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan dianggap sebagai suatu

alergi. 7

Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel) yang

melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai rangsangan

(seperti serbuk sari atau debu tungau) . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang

mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat mata merah

alergi.7

Page 19: Kasus Panjang

Diagnosis

Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva

Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior

Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea

Kadang disertai shield ulcer

Bersifat kumat-kumatan1, 3

Gejal danTanda :

Mata merah (biasanya rekuren)

Kadang disertai rasa gatal yang hebat

Adanya riwayat alergi

Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior

Adanya penebalan limbus dengan tantras dot

Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder4,7

Terapi

Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan sejuk,

lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin, emestadine),

vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%

alomide)

Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide), antiinflamasi

steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada

pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin

5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal

Dapat diberikan antihistamin sistemik.8

2.7.3 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke saccus

conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,

deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di

daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis

kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan

Page 20: Kasus Panjang

pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang

terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.

Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan

menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama

berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan

jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea

lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian

manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,

dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam

sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai

antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit

setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu.

Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea

mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah

plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya

buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang

terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik. 4,6

Page 21: Kasus Panjang

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San

Fransisco: MD Association, 2005-2006

2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta. 1998

3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.

Jakarta. 2002

7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000

8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983

Page 22: Kasus Panjang

BAB III

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS

1. Identitas Pasien

Nama : Sdri. Shofy

Usia : 14 thn

Alamat : Pondok Sidogiri , Kraton-Pasuruan

Pekerjaan : Pelajar

Status : Belum menikah

Agama : Islam

2. Keluhan Utama : kedua mata merah pada malam hari

3. RPS ( Riwayat Penyakit Sekarang )

Pasien datang ke poli RSUD BANGIL tanggal 7 Agustus 2015 dengan keluhn mata

merah jika malam hari, sejak 1 bulan yang lalu. Keluhah kedua mata merah disertai nrocoh,

belekan sejak 1 minggu ini terutama pagi hari mata terasa lengket, terkadang terasa gatal,

terkadang nyeri cekot-cekot, pandangan kadang terasa kabur

4. RPD (Riwayat penyakit Dahulu)

Pasien tidak pernah sakit seperti ini. Riwayat alergi disangkal

5. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga) :

Tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini

6. Riwayat kebiasaan :

Pasien biasa membaca buku dalam jarak dekat, dengan jarak kurang lebih 10 cm,

dengan penerangan yang cukup.

7. RPO :

Page 23: Kasus Panjang

Pasien seminggu ini menggunakan obat tetes mata yang diberi oleh temannya, pasien

tidak tahu apa nama obatnya.

8. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan fisik :

a. keadaan umum : kesadaran compos mentis

b. a/ i/ c/ d/ : DBN

c. Visus : - VOD : 6/6

- VOS : 6/6

d. Segmen Anterior :

Bagian mata Mata kanan Mata kiri

Alis mata Ada/ tidak Ada Ada

Simetris/ tidak Simetris Simetris

Bulu mata Rontok - -

Entropion - -

Ektropion - -

Bulu mata menyebar rata + +

Palpebra Edema - -

Benjolan - -

Ekimosis - -

Ektropion - -

Entropion - -

Lagoftalmus - -

Ptosis - -

Sikatriks - -

Xantalesma - -

Blefarospasme - -

Konjungtiva palpebra Folikel - -

Page 24: Kasus Panjang

Papil - -

Sikatriks - -

Litiasis - -

Penebalan konjungtiva - -

Konjungtiva bulbi PCI - -

CI - -

Benjolan - -

Sekret - -

Merah - -

Sclera Icterus - -

Corpus alienum - -

Benjolan - -

Melanosis sclera - -

Perdarahan - -

Kornea Jernih atau keruh - -

Defect - -

Infiltrate - -

Corpus alienum - -

Edema - -

Bilik mata depan Dalam atau dangkal Cukup dalam Cukup dalam

Hifema - -

Hipopion - -

Fler - -

Iris Regular/ ireguler Reguler Reguler

Warna iris Cokelat Cokelat

Atrofi - -

Perlekatan - -

Iris shadow + -

Pupil Miosis / midriasis Miosis 3mm Miosis 3mm

Ishokor / anishokor Isokor Isokor

Reflek pupil + +

Bentuk pupil Bulat Bulat

Lensa Jernih / keruh Jernih Jernih

Page 25: Kasus Panjang

Posisi lensa - -

9. Diagnosis Banding:

a. Konjungtivtis Alergi

b. Konjungtivitis Viral

10. Diagnosis : ODS Konjungtivitis Bakteri

Page 26: Kasus Panjang

11. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

Edukasi untuk pasien menghindari paparan debu dan jangan mengucek mata jika terasa gatal.

Pemberian kacamata ditunda hingga infeksi reda (cek koreksi ulang)

Medikamentosa

• Neomisin, polimiksin, deksametason ED

4 x 1 OS

• Asam mefenamat 3 x 500 mg (jika perlu)