kasus pak kuncoro

16
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) telah mendapat perhatian masyarakat dunia termasuk Negara Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki sumberdaya hayati yang sangat beragam dan sering dinyatakan sebagai negara yang memiliki “ megabiodeversity”. Sesuai dengan konvensi internasional, perlindungan varietas tanaman perlu dilindungi dengan undang-undang gunak membangun pertanian yang maju, efisien, dan tangguh perlu didukung dan ditunjang antaralain dengan tersedianya varietas unggul. Guna lebih meningkatkan minat dan peran serta perseorangan atau badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan varietas unggul baru, kepada pemulia tanaman atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman perlu diberikan hak tertentu serta perlindungan hukum atas hak tersebut secara memadai. Pemberian perlindungan varietas tanaman juga dilaksanakan untuk mendorong dan memberi peluang kepada dunia usaha meningkatkan perannya dalam berbagai aspek pembangunan pertanian. Hal ini semakin penting mengingat perakitan varietas tanaman yang lebih unggul di Indonesia saat ini masih banyak dilakukan oleh lembaga penellitian pemerintah.pada waktu yang akan datang diharapkan dunia usaha dapat semakin berperan sehingga lebih banyak varietas 1

Upload: edwith-polkonect

Post on 01-Dec-2015

1.178 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Pak Kuncoro

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) telah mendapat perhatian masyarakat

dunia termasuk Negara Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang

memiliki sumberdaya hayati yang sangat beragam dan sering dinyatakan sebagai negara

yang memiliki “ megabiodeversity”. Sesuai dengan konvensi internasional, perlindungan

varietas tanaman perlu dilindungi dengan undang-undang gunak membangun pertanian

yang maju, efisien, dan tangguh perlu didukung dan ditunjang antaralain dengan

tersedianya varietas unggul. Guna lebih meningkatkan minat dan peran serta

perseorangan atau badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dalam

rangka menghasilkan varietas unggul baru, kepada pemulia tanaman atau pemegang hak

Perlindungan Varietas Tanaman perlu diberikan hak tertentu serta perlindungan hukum

atas hak tersebut secara memadai.

Pemberian perlindungan varietas tanaman juga dilaksanakan untuk mendorong

dan memberi peluang kepada dunia usaha meningkatkan perannya dalam berbagai aspek

pembangunan pertanian. Hal ini semakin penting mengingat perakitan varietas tanaman

yang lebih unggul di Indonesia saat ini masih banyak dilakukan oleh lembaga penellitian

pemerintah.pada waktu yang akan datang diharapkan dunia usaha dapat semakin

berperan sehingga lebih banyak varietas tanaman yang lebih unggul dan lebih beragam

dapat dihasilkan. Namun, varietas baru yang penggunaannya bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, norma-

norma agama, kelestarian lingkungan hidup, dan kesehatan tidak akan memperoleh

perlindungan.

Terkait dengan perlindunag PVT ini di Indonesia sendiri banyak terjadi kasus

masalah PVT ini salah satu contoh kasus Kuncoro adalah petani yang berasal dari Desa

Toyo Resmi Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Salah satu anggota Bina Tani Makmur

(BTM) Kediri.

1

Page 2: Kasus Pak Kuncoro

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para petani yang memuliakan tanaman

dan yang menjual benih ungul

2

Page 3: Kasus Pak Kuncoro

BAB II

PEMBAHASAN

Pak Kunoto alias Kuncoro adalah petani yang berasal dari Desa Toyo Resmi

Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Salah satu anggota Bina Tani Makmur (BTM) Kediri.

Untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari 1 istri dan dua anak 1 orang duduk di

kelas 2 STM dan 1 orang duduk di TK, istrinya adalah seorang buruh di pabrik rokok

Gudang Garam. Untuk menghidupi keluaraganya, pak Kuncoro Pekerjaannya sehari-hari

selain bertani dia juga berdagang, yang salah satunya menjual benih jagung curah kepada

petani yang membutuhkan benih di sekitar. Umumnya petani yang membeli benih pak

Kunoto berasal dari sekitar daerah dan kebanyakan sudah kenal pak Kunoto sebelumnya.

Benih j agung yang dijual oleh Pak Kuncoro kabanyakan berasal dari petani di Desa Grogol

kec Grogol. Petani Grogol mendapatkan benih jagung dari hasil pemulian dan

penyilangan di lahan milik mereka sendiri yang luasnya rata-rata ½ - 1 Hektar. Selain dari

penyilangannya sendiri petani grogol mendapatkan benih jagung berasal dari limbah PT

BISI yang dibuang, kemudian diambil dan diseleksi kembali, mana yang masih bagus dan

mana yang sudah rusak.

Pak Kuncoro biasanya menjual benih jagung pada petani pada musim penghujan

(rendeng). Benih jagung yang di jual oleh pak Kuncoro adalah benih jagung curah (dijual

tanpa merek dan kemasan). Biasanya pak kuncoro menjual benih jagung curah tersebut

sebanyak 5 kwintal s/d 1 ton dengan harga Rp 6.500 – Rp 7.500 setiap musimnya. Dia

mulai melakukan penjualan benih jagung curah tersebut sejak dua tahun yang lalu dan

selama ini tidak terjadi masalah apa-apa terhadap jagung tersebut. Petani yang memakai

benih tersebut juga tidak pernah ada yang komplain. Pak Kuncoro sebenarnya

mempunyai keterampilan untuk melakukan budidaya atau melakukan penyilangan benih,

akan tetapi dia tidak berani melakukan penyilangan sendiri. Dia berhenti melakukan

penyilangan benih jagung sejak 2 tahun yang lalu, karena beliau takut di tangkap Polisi

dan di pidanakan sebagaimana yang pernah terjadi pada teman-teman pak

kuncoro/kunoto (anggota Bina Tani makmur) lainnya. Sehingga dia memilih menjual

benih jagung yang berasal dari teman-teman-nya karena pekerjaan itulah yang bisa dia

lakukan untuk menghidupi keluarganya saat ini. Dia tidak menyadari bahwa menjual

3

Page 4: Kasus Pak Kuncoro

benih jagung curah tersebut akan bermalah (dikriminalkan) di kemudian hari. Pada

tanggal 16 Januari 2010 rumah pak kuncoro di gerebeg Polisi yang berasal dari Polres

Kediri, kemudian pak Kuncoro di tangkap dengan tuduhan melanggar pasal 60 dan 61 UU

No. 12/2000 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Selain menangkap Pak Kuncoro. Polisi

juga menyita Jagung yang ditengarai sebagai benih seberat 1 ton di rumah pak Kunoto

sebagai barang Bukti. Penangkapan pak Kunoto berawal dari pengembangan kasus

pemalsuan Kemasan (Hologram PT BISI) oleh pak suwoto dan kawan-kawan. Kronologis

kasus penangkapan pak Kuncoro sebagaimana yang terjadi:

Pak Kuncoro di Hubungi oleh seseorang yang belakangan di ketahui namanya Harianto

sekitar tanggal 9 Januari 2010, yang membutuhkan benih jagung sebanyak 2 ton.

Sebelumnya pak Kuncoro tidak mengenal Harianto (terkait dengan aktitifitas dan

pekerjaannya). Komunikasi Pak Kunoto dengan Harianto awalnya sebatas melalui

telephone.

Pada tanggal 14 januari 2010 Pak Kuncoro di temuai oleh Harianto di rumahnya

yang mencari benih dan ingin membeli benih jagung sebanyak 2 ton. Kemudian Harianto

menawar harga benih jagung curah (tanpa merek dan lebel) ke pak Kuncoro Rp 6.500

tetapi pak Kunoto tidak boleh/menyetujui harga tersebut dan Pak Kunoto mau menjual

benih curah tersebut kalau harganya Rp 7.000. dari harga tujuh ribu tersebut rencananya

pak Kunoto mendapatkan keutungan Rp 500/ kg benih jagung curah.

Kemudian pada hari jumat, tanggal 15 Januari 2010 Harianto datang lagi ke Rumah Pak

Kuncoro/Kunoto, yang sepakat membeli benih jagung pak Kuncoro dengan harga 7.000,

selanjutnya harianto memberikan persekot (DP) sebesar Rp 500.000 sebagai tanda jadi.

Pak Kuncoro hanya mempunyai 1 ton benih Jagung, kemudian dia menghubungi teman-

temannya salah satunya adalah pak soli dari desa Banyakan kec. Banyakan, untuk

memenuhi permintaan dari Harianto. Pak soli hanya sanggup memenuhi 1.5 ton benih

jagung Gelondongan. Pak Soli mendapatkan benih jagung Gelondongan tersebut dari

teman-teman petaninya.

Pada tanggal 16 januari 2010 Harianto datang kerumah pak Kuncoro yang

rencananya untuk melunasi sisa pembayaran dan mengabil benih yang di sepakati

sebelumnya. Belum sempat pembayaran di lakukan pada saat bersamaan datang

4

Page 5: Kasus Pak Kuncoro

rombongan polisi dari Polres Kediri dengan membawa kendaraan pengankut, menangkap

pak Kuncoro, kemudian jagung dan uang pembayaran yang belum sempat di terima oleh

pak Kuncoro di sita oleh polisi sebagai barang bukti. Anehnya dua ayam alas milik pak

Kunoto ikut diangkut oleh polisi yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kasus

Penjualan benih.

Penangkapan pak Kuncoro berawal dari penangkapan dan pengembangan kasus

pak suwoto, karena melakukan pemalsuan Hologram PT BISI yang berasal dari 2

karyawan PT BISI (Dedi 27 tahun & Suyoto 28 tahun). Pak Kunoto baru Tahu pak suwoto

sendiri setelah di tahanan (Penjara) Baru di sadari belakangan setelah dia di tangkap oleh

Polisi, bahwa harianto itu orang yang disuruh oleh pak Suwoto untuk mencari benih

jagung. Yang belakangan di ketahui digunakan oleh pak Suwoto untuk memalsu benih PT

BISI

Pak Kuncoro tidak mengetahui Maksud pembelian benih jagung oleh Harianto, karena

harianto tidak pernah menceritakan mau di buat apa benih tersebut sebelumnya.

Pak Kunoto baru mengetahui benih tersebut digunakan untuk memalsukan benih

milik BISI oleh pak suwoto setelah dia ditangkap oleh Polisi. Dalam proses transaksi Pak

Kuncoro tidak bertemu/mengenal pak Suwoto atau karywan PT Bisi Yang memalsukan

Hologram PT BISI, yang di ketahui oleh Pak Kunoto hanyalah Harianto.

ANALISIS KASUS

Tentang Sistem Budidaya Tanaman Menyimak Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 1 ayat (1) : Sistem Budidaya Tanaman

adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya

manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang

guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.

Kemudian ayat (6) : Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah

melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan serta memenuhi semua persyaratan

untuk diedarkan.

5

Page 6: Kasus Pak Kuncoro

Lalu Pasal 3 : Sistem Budidaya Tanaman bertujuan : a. Meningkatkan dan memperluas

penganekaragaman hasil tanaman guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,

kesehatan, industri dalam negeri, dan memperbesar ekspor; b. Meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup petani; c. Mendorong perluasan dan pemerataan

kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

Lantas Pasal 13 ayat (2): Benih bina yang akan diedarkan harus melalui sertifikasi dan

memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dan ayat (3): Benih bina yang

lulus sertifikasi apabila akan diedarkan wajib diberi label. Serta ayat (4): Ketentuan

mengenai syarat-syarat dan tata cara sertifikasi dan pelabelan benih bina diatur lebih

lanjut oleh Pemerintah.

Juga Pasal 14 ayat (1): Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2),

dilakukan oleh Pemerintah dan dapat pula dilakukan oleh perorangan atau badan hukum

berdasarkan izin.

Dalam Penjelasan Pasal 13 ayat (2) diterangkan: Sertifikasi merupakan kegiatan

untuk mempertahankan mutu benih dan kemurnian varietas, yang dilaksanakan dengan:

a. Pemeriksaan terhadap kebenaran benih sumber atau pohon induk, petanaman dan

pertanaman, isolasi tanaman agar tidak terjadi persilangan liar, alat panen dan

pengolahan benih, tercampurnya benih; b. Pengujian laboratorium untuk menguji mutu

benih yang meliputi mutu genetik, fisiologis dan fisik; c. Pengawasan pemasangan label.

Lebih lanjut di Ayat (3) yang dimaksud dengan label adalah keterangan tertulis yang

diberikan pada benih atau benih yang sudah dikemas yang akan diedarkan dan memuat

antara lain tempat asal benih, jenis dan varietas tanaman, kelas benih, data hasil uji

laboratorium, serta akhir masa edar benih. Pasal 61: Pelanggaran atas ketentuan di atas,

dikenai sanksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 61 ayat 1 huruf “b”, yang berbunyi:

(1) Barang siapa dengan sengaja: b. melakukan sertifikasi tanpa izin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1); dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta

rupiah). Pertanyaannya adalah apakah yang dilakukan Pak Kuncoro dapat dikategorikan

sebagai perbuatan melakukan sertifikasi liar ?

6

Page 7: Kasus Pak Kuncoro

Dari uraian dan penjelasan pada pasal-pasal tersebut di atas, maka perbuatan Pak

Kuncoro melakukan penjualan benih yang kebanyakan didapat dari desa Grogol

kecamatan Grogol dan dari petani desa Toyo resmi belum melalui sertifikasi resmi,

memang memenuhi unsur kegiatan sertifikasi sebagaimana didefinisikan dalam

Penjelasan Pasal 13 ayat (2) dan (3). ”Benih jagung yang didapat yang kemudian

digunakan untuk ditanam kembali oleh menurut Undang-Undang Sistem Budidaya

Tanaman harus terlebih dahulu menempuh proses sertifikasi sebelum dilepas dan

diedarkan” Undang-Undang ini sebenarnya mempersempit dan menghalangi kesempatan

bagi petani untuk berperan serta dalam pengembangan budidaya tanaman.. Padahal

Pasal 5 huruf (d) Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman menyebutkan bahwa

Pemerintah perlu memberikan peluang dan kemudahan tertentu yang dapat mendorong

masyarakat untuk berperanserta dalam pengembangan budidaya tanaman.

Kesimpulannya adalah pak Kuncoro/Kunoto oleh Undang-Undang telah terbukti

melakukan sertifikasi liar sebab benih yang digunakan untuk ditanam kembali tersebut

akan diedarkan kepada pihak lain. Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan

Varietas Tanaman menyebutkan, “Perlindungan varietas tanaman (PVT), adalah

perlindungan khusus yang diberikan Negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah

dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap

varietas yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

”Berdasarkan pasal tersebut - dalam kasus Kediri - seharusnya para petani mendapatkan

perlindungan dari Negara dalam hal ini pemerintah terhadap varietas tanaman yang

mereka hasilkan. Karena bentuk tanaman yang dihasilkan oleh para petani berbeda

dengan bentuk tanaman jagung milik PT. BISI, sehingga bentuk tanaman milik petani

adalah varietas baru.

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang PVT menjelaskan,

“Hak perlindungan varietas tanaman adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada

pemulia dan/ atau pemegang hak perlindungan varietas tanaman untuk menggunakan

sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan

hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu.”

7

Page 8: Kasus Pak Kuncoro

Kalimat “dan/ atau” pada pasal tersebut memberikan hak khusus terhadap

Perlindungan varietas tanaman kepada petani secara otomatis, meskipun para petani

tidak mengajukan hak PVT kepada kantor PVT. Karena kalimat “dan/ atau” bisa bermakna

salah satu, yaitu yang tidak mengajukan hak PVT maupun yang mengajukan hak PVT. Bagi

yang tidak mendaftarkan hak PVTnya pun tidak menjadi masalah. Karena dalam Undang-

Undang PVT sendiri tidak disebutkan bahwa setiap varietas baru harus didaftarkan.

Sebenarnya diberikannya perlindungan PVT oleh pemerintah adalah untuk pihak yang

menginginkan varietasnya tidak diikuti oleh orang lain demi keperluan perhitungan

ekonomi.

Agus Sarjono, pengajar mata kuliah Hukum Ekonomi Universitas Indonesia

mengatakan (hukumonline.com, Jumat 26 Januari 2007), bahwa pada kasus petani di

Jawa Timur, hakim seharusnya menggunakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000

yang memberikan tentang hak khusus negara kepada petani pemulia.

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang PVT memaparkan,

“Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas adalah sekelompok tanaman dari

suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,

daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik genotype atau kombinasi genotype

yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu

sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.”

Melalui pasal tersebut menjadi jelas bahwa tanaman jagung milik petani Kediri

merupakan varietas baru, karena berbeda dengan tanaman milik PT. BISI dengan

mempunyai ciri-ciri fisik yang berbeda.

Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 mengungkapkan,

“Permohonan hak PVT diajukan kepada kantor PVT secara tertulis dalam bahasa

Indonesia dengan membayar biaya yang besarnya ditetapkan oleh menteri.”

Berdasarkan pasal tersebut semua orang atau badan hukum yang akan

mendaftarkan varietas barunya harus mengajukan hak PVT tersebut kepada kantor PVT

secara tertulis. Surat permohonan hak PVT harus memuat: 1. Tanggal, bulan, dan tahun

surat permohonan ; 2. Nama, alamat lengkap pemohon ; 3. Nama, alamat lengkap dan

8

Page 9: Kasus Pak Kuncoro

kewarganegaraan pemulia serta nama ahli waris yang ditunjuk ; 4. Nama varietas ; 5.

Deskripsi varietas yang mencakup asal usul atau istilah, ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat

penting lainnya ; 6. Gambar dan/ atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan

untuk memperjelas deskripsinya (11 ayat 2 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000).

Format surat permohonan hak PVT sudah ditentukan oleh kantor PVT, yang di

dalamnya terdapat item-item yang harus diisi sesuai dengan bunyi pasal di atas.

Sedangkan Permohonan hak PVT dapat diajukan oleh : 1. Pemulia; 2. Orang atau badan

hukum yang mempekerjakan pemulia atau yang memesan varietas dari pemulia ; 3. Ahli

waris ; 4. Konsultan PVT (Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000)

Bersandar Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000, Jangka waktu PVT : 1.

20 tahun untuk tanaman semusim; 2. 25 tahun untuk tanaman yang dipanen tahunan.

Korelasi Budidaya Tanaman dan Paten Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992

tentang Sistem Budidaya Tanaman Pasal 1 ayat (6) menyatakan, sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan

pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan. Sertifikasi yang

dimaksud dalam pasal di atas adalah izin untuk mengedarkan benih, bahwa benih yang

akan diedarkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Tidak menjadi

masalah, apakah benih tersebut sudah dimiliki hak PVTnya oleh orang lain atau belum.

Sedangkan hak PVT adalah sertifikat untuk menguasai benih atau varietas baru agar tidak

diikuti oleh orang lain. Jadi, garis perbedaannya terletak pada fungsinya. Jika dalam

Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman sertifikasi berfungsi sebagai izin pengedaran

benih, sedangkan dalam Undang-Undang PVT sertifikasi berfungsi sebagai penguasaan

terhadap benih atau varietas baru. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman Pasal 48 ayat (1) menguraikan, “Perorangan warga negara

Indonesia atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (1) yang

melakukan usaha sistem budidaya tanaman tertentu di atas skala tertentu wajib memiiki

izin. Pasal di atas menjelaskan bahwa usaha sistem budidaya tanaman dalam skala

tertentu harus memiliki izin. Memang tidak disebutkan secara eksplisit apa yang menjadi

ukuran skala tertentu. Tapi pasal tersebut mempunyai konsekuensi logis bahwa usaha

budidaya tanaman yang dilakukan oleh petani kecil di Kediri tidak memerlukan izin

9

Page 10: Kasus Pak Kuncoro

peredarannya. Sedangkan mengenai hak PVT, dalam Undang-Undang PVT sendiri tidak

disebutkan bahwa setiap varietas baru harus didaftarkan. Karena sebenarnya

diberikannya perlindungan PVT oleh pemerintah adalah untuk pihak yang menginginkan

varietasnya tidak diikuti oleh orang lain demi keperluan perhitungan ekonomi.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Hak Paten memaparkan, Pasal 1

ayat (1): “Paten adalah hak ekslusif diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil

invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan

invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

melaksanakannya.” Pasal 2: “Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung

langkah infentif serta dapat diterapkan dalam industri.” Pasal 7 huruf d angka ii: “Paten

tidak diberikan untuk invensi tentang proses biologis yang esensial untuk memproduksi

tanaman atau hewan, kecuali proses non biologis atau mikro biologis.”

Inti dari Undang-Undang Paten jelas sekali perbedaannya dengan Undang-Undang

PVT, karena Undang-Undang Paten hanya diberikan kepada bidang tekhnologi, kalaupun

diberikan kepada tanaman dan hewan hanya pada proses non-biologis dan mikro

biologis. Sedangkan perkembangbiakan yang terjadi pada jagung yang ditanam oleh para

petani jelas merupakan proses biologis. Sehingga kalau petani Kediri ingin menguasai

varietas barunya hanya bisa didaftarkan melalui permohonan hak PVT, dan tidak dapat

diminta prosedur permohonan paten.

10

Page 11: Kasus Pak Kuncoro

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan kajian dan analisa-analisa hukum tersebut di atas, pak Kuncoro bisa

dikatakan telah memenuhi unsur sertifikasi liar sebagaimana diatur dalam pasal 14

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem budidaya Tanaman. Tetapi tidak

untuk pelanggaran paten dan rahasia dagang. Walaupun dalam kasus ini Pak Kuncoro

hanya dapat dikenakan tindak pidana sertifikasi liar, tetapi kasus sejenis ini kemungkinan

untuk dikenakan tindak pidana lain seperti paten, rahasia dagang, varietas tanaman dan

yang lainnya sangat besar karena hampir seluruh ketentuan tersebut tidak memberikan

perlindungan hukum bagi para petani.

11

Page 12: Kasus Pak Kuncoro

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

Undang-undang No 29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas tanaman

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Hak Paten

www.hukumonline.com (22.30 01 Juni 2012)

http://kibar-kediri.blogspot.com/2010/06/kriminalisasi-pak-kunoto-alias-kuncoro.html (23.00 01 Juni 2012)

12