kasus kai

14
Fase lapangan kerja PT KAI melakukan manipulasi laporan keuangan LATAR BELAKANG 1. Setiap tahun, PT wajib membuat laporan tahunan yang memuat laporan keuangan 2. Dengan laporan keuangan, investor dapat mengetahui kondisi dari sebuah perusahaan di mana ia akan menginvestasikan sahamnya. 3.Direksi PT wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit, (pasal 68 UU 40 tahun 2007) KASUS POSISI Laporan keuangan PT KAI 2005 di audit akuntan public hasil audit, perusahaan untung 6,9 milyar akuntan menyerahkan ke direksi sebelum disampaikan dalam RUPS Komisaris PT KAI menolak menyetujui laporan yang diaudit akuntan public ditemukan kejanggalan : 1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.

Upload: lidyastefany

Post on 14-Sep-2015

330 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

contoh kasus

TRANSCRIPT

Fase lapangan kerja

PT KAI melakukan manipulasi laporan keuangan

LATAR BELAKANG

1. Setiap tahun, PT wajib membuat laporan tahunan yang memuat laporan keuangan2. Dengan laporan keuangan, investor dapat mengetahui kondisi dari sebuah perusahaan di mana ia akan menginvestasikan sahamnya. 3.Direksi PT wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit, (pasal 68 UU 40 tahun 2007)

KASUS POSISILaporan keuangan PT KAI 2005 di audit akuntan public hasil audit, perusahaan untung 6,9 milyar akuntan menyerahkan ke direksi sebelum disampaikan dalam RUPS Komisaris PT KAI menolak menyetujui laporan yang diaudit akuntan public ditemukan kejanggalan :

1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.

2. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun

3.Bantuan pemerintah disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang.

RUMUSAN MASALAHBagaimana penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia ?

Bagaimana kecurangan dalam penyajian laporan keuangan PT KAI dikaitkan dengan undang-undang pasar modal?

kecurangan dalam penyajian laporan keuangan PT KAI dikaitkan dengan undang-undang pasar modalPasal 90 UU Pasar Modal. Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung:1) menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apapun;2) turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan3) membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.

KESIMPULAN1. Secara umum tidak ada peraturan yang mengatur bagaimana penyajian laporan keuangan. Namun ikatan akuntan Indonesia telah menetapkan standar akuntansi yang digunakan sebagai dasar penyajian laporan keuangan.

2. Dari tindakan penipuan yang dilakukan PT. KAI, telah memenuhi unsur delik dalam pasal 90, yang diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 15 miliar rupiah.

BAB IPendahuluanLATAR BELAKANGNaik kereta api tut tut tut siapa hendak turut, ke Bandung Surabaya bolehlah naik dengan percuma. Ayo! Lekaslah cepat naik, kretaku tak berhenti lama. Begitulah sebagian isi dari lagu Kereta Api ciptaan Ibu Soed yang cukup familier di telinga penulis. Dalam syair tersebut menceritakan tentan seorang anak kecil yang ingin mengajak teman-temannya untuk berpergian dengan menggunakan kereta api miliknya yang akan berangkat. Ketika mendengarkan kereta api tersebut, pemikiran penulis tertuju pada sebuah perusahaan BUMN yang tentunya bergerak dibidang transportasi umum yaitu Kereta. Ya, PT.Kereta Api Indonesia atau dapat disingkat dengan PT.KAI. Usut demi usut, pada tahun 2005 PT.KAI mendapat suatu musibah, bukan kecelakaan kereta bertabrakan dengan kereta namun sebuah musibah yang melibatkan pihak-pihak intern di kubu PT.KAI itu sendiri. Kasus audit yang terjadi pada PT.KAI berawal dari perbedaan pandangan Manajemen dan Komisaris, khususnya komite audit. Komite audit tidak mau menandatangani laporan keuangan yang telah di audit oleh audit eksternal Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan.Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun, ketika komite audit mempertanyakan laporan tersebut, manajemen merasa tidak yakin sehingga pihak manajemen menggunakan jasa auditor ekternal. Manfaat dari jasa audit adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya.RUMUSAN MASALAHDari latar belakang yang dipaparkan di atas penulis membuat beberapa perumusan masalah:1 Apa yang dimaksud dengan salah saji materialitas?2 Apa tujuan seorang auditor?3 Bagaimana pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?4 Bagaimana faktor risiko yang telah dialami oleh PT.KAI?TUJUAN1 Mengetahui apa arti salah saji materialitas2 Mengetahui tujuan seorang audit secara umum3 Mengetahui keadaan yang dihadapi oleh auditor4 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat PT.KAI tersandung masalah ini.Bab IILandasan TeoriPengertian Salah Saji Material Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya. Dari kesalahan itu akan berakibat perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji. Hal itu mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi oleh pihak yang akan meletakan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.Materialitas mengukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui bahwa hal-hal tertentu, terpisah atau terhubung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut. Ketika salah saji cukup signifiakn untuk mengubah atau memengaruhi keputusan seseorang yang memahami entitas tersebut. Apabila salah saji dibawah ambang batas, salah saji umumnya tidak dianggap material. Jika ambang batas dilampaui, laporan keuangan akan disalahsajikan secara menyeluruh (materiality for the financial statements as a whole).Tujuan Seorang Auditor Auditor merupakan seseorang yang memliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Dari pengertian tersebut seorang auditor haruslah orang yang paham laporan keuangan sehingga ia mampu meneliti dan merevisi suatu kesalahan hingga benar-benar meminimalisir suatu resiko. Selain itu, tujuan auditor adalah menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit. Materialitas dalam proses audit seringkali melibatkan penilaian bawaan (risk assessment), menanggapi resiko (rusj response) dan pelaporan (reporting)Pemahaman Auditor Mengenal Entitas dan Lingkungannya Saat melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait, untuk memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termaksud pengendalian intern entitas sebagaimana disyaratkan ISA315, auditor wajib pemahaman mengenai hal-hal berikut:1 Persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan dengan estimasi akuntansi termaksud disclosures2 Bagaimana manajemen mengindentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi yang menimbulkan kebutuhan akan estimasi akuntansi yang harus diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan.3 Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan pemahaman mengenai data yang menjadi dasar dari estimasi akuntansi tersebut termaksud (metode, pengendalian yang relevan, management expert, asumsi yang mendasari estimasi, ada atau tidak perubahan dalam metode, dan apakah ada ketidakpastian estimasi).Faktor Resiko1 Transaksi yang sangat rumitPihak pihak terkait beroperasi melalui jaringan dan struktur yang sangant ekstensif dan rumit2 Hubungan dan transaksi tidak diungkap dibagi menjadi tiga bagian I. Hubungan istimewa ini sering disembunyikan, karena berpeluang digunakan manajemen atau pemilik untuk kolusi dan manipulasi. II. Sistem informasi entitas mungkin tidak berfungsi utnuk menidentifikasi dan melaporkan transaksi hubungan istimewa. III. Manajemen tidak mengetahui adanya pihak-pihak terkait dan hunungan istimewa yang diatur oleh pemilik3 Di luar jalur bisnis normalSangat boleh jadi transaksi hubungan istimewa tidak dilakukan dengan syarat dan kondisi yang ada di pasar bebas, misalnya nilai transaksi ditetapkan di bawah atau di atas nilai wajarBAB IIIANALISIS MASALAHKasusDiduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6.900.000.000,00. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63.000.000.000,00. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95.200.000.000,00 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset.Di PT. KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24.000.000.000,00 yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai komulatif sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70.000.000.000 Miliaoleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik.ANALISIS KASUS Pada kasus yang telah dipaparkan diatas, PT.KAI merasa bahwa dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan ekstenal banyak sekali timbul kejanggalan secara implisit dan eksplisit. Dari laporan tersebut muncul beberapa kesalahan saji yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga Komisaris komite audit tidak ingin menandatanganinya. Akuntan eksternal tersebut tidak menjalankan tugas dengan semestinya. Dalam beberapa sumber penulis menemukan bahwa pada saat proses lelang pencarian akuntan publik, komisaris tidak ikut memilih yang terbaik sehingga komisaris tidak mengetahui kualitas akuntan publik yang ditunjuk tersebut. Terdapat beberapa salah saji material secara disengaja yang dihasilkan dari pelaporan audit yang dikeluarkan oleh akuntan publik. Pada kasus ini, akuntan publik diduga terlibat oleh pihak-pihak yang lain yang ingin mencari keuntungan. Setelah ditelusuri lebih jauh pemerintah dengan keputusan Menku nomor 500/KM.1/2007 memerintahkan untuk mencabut izin auditor dan KAP dalam jangka waktu 10 bulan. Terlihat sekali dalam proses pengauditan, kurangnya komunikasi dan pengawasan antara pihak PT.KAI dengan akuntan publik sangatlah berakibat fatal bagi pihak PT.KAI. Sangat jelas dalam satu contoh saat di laporan keuangan ditemukan PT.KAI mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 6.900.000.000,00 padahal pada kenyataanya PT.KAI mengalami kerugian Rp.6.300.000.000,00 jelas sekali perbedaannya, sehingga kesalahan ini membuat pengaruh terhadap setiap item di laporan keuangan yang dikeluarkan oleh akuntan publik. Seorang auditor seharusnya dapat menganalisis resiko-resiko apa yang akan dihadapi oleh PT.KAI, namun karena terhalang kendala komunikasi dengan pihak PT.KAI dan audit intern maka akuntan publik tidak dapat mengetahui lingkungan di dalam PT.KAI yang sebenarnya. Dari kerancuan ini akuntan publik berhubungan dengan pihak lain yang mengetahui PT.KAI dan akuntan publik tersebut terpengaruh oleh hasutan untuk memanipulasi laporan keuangan PT.KAI untuk kepentingan masing-masing.PT.KAI merupakan salah satu tulang punggung transportasi di Indonesia namun karena suatu hal kerap kali banyak hal yang membuat PT.KAI menjadi buah bibir di masyarakat luas. Tentu saja banyak kasus yang mewarnai perjalanan PT.KAI sebagai sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara ini, termaksud kasus manipulasi laporan keuangan pada tahun 2005. Pada kasus ini memang yang bersalah adalah kedua pihak entah dari PT.KAI sendiri maupun dari pihak Auditor eksternal atau akuntan publik. Dari pihak PT.KAI, mereka sebagai sebuah entitas yang cukup besar dan mempunyai pegawai-pegawai yang berkualitas, seharusnya mereka mampu membuat laporan keuangan yang sesuai dengan yang tergambar dari seberapa berkualitasnya sumber daya manusia di PT.KAI. Namun manusia tetap manusia disaat seperti ini, auditor internal dari PT.KAI seperti melepas tanggung jawabnya sehingga terjadilah kesalahan yang cukup fatal bagi perusahaan. Seharusnya Tugas seorang auditor adalah menilai besarnya kesalahan saji materialitas yang terkandung dalam laporan keuangan dan memberikan solusi bagi pemilik perusahaan dalam kasus ini auditor internal maupun eksternal tidak melakukan sesuatu yang menunjukan bahwa mereka adalah orang yang benar-benar mempunyai kualifikasi sebagai seorang auditor. Memang kesalahan ada pada Komisaris karena ia tidak ikut terlibat pada pemilihan auditor eksternal yang benar-benar berkualitas sehingga komisaris tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam proses pengauditan. Masalah komunikasi dan pengendalian berjalan dengan buruk sehingga akuntan publik kesulitan dalam mencari informasi yang mendalam tentang sistem apa yang PT.KAI gunakan dan apakah dengan sistem itu akan relevan atau tidak. Selain itu juga karena pengawasan yang kurang baik mengakibatkan akuntan publik mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang hanya memikirkan kepentingannya, sehingga terjadilah manipulasi laporan keuangan yang terjadi pada kasus ini. Memang pada kasus ini kedua pihak melakukan suatu kesalahan yang cukup berpengaruh bagi keberlanjutan perusahaan, namun apabila PT.KAI mulai memperbarui sistem yang lebih baik lagi dan mau lebih terbuka dalam proses pengauditan, PT.KAI akan berkembang menjadi perusahaan yang baik, handal dan dipercaya oleh masyarakat Indonesia. Penulis mengucapkan mohon maaf apa bila terdapat tutur kata yang kurang berkesan di hadirat pembaca, semoga dengan adanya makalah ini pembaca mampu memperluas wawasan tentan keadaan yang dialami oleh Bangsa kita yang tercinta ini. Trima kasih

Menengok laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang memanipulasi beban tapi masih dinyatakan sebagai aset perusahaan. Dalam laporan kinerja keuangan tahun yang diterbitkan pada tahun 2005, diungkapkan adanya keuntungan sebesar RP. 6,90 milyar telah diraih. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya harus dinyatakan menderita kerugian sebesar RP. 63 milyar.Kerugian ini terjadi karena PT. KAI selama tiga tahun tidak dapat menagih pendapatan dari pihak ketiga. Menurut standar akuntansi keuangan jika pendapatan tidak tertagih tidak bisa dikelompokkan sebagai asset, tetapi menjadi beban dengan kelompok pendapatan tidak tertagih.sumber http://www.academia.edu/5861505/5_Kasus_Pelanggaran_Etika_Profesi dan http://www.antaranews.com/berita/38743/komisaris-bongkar-dugaan-manipulasi-laporan-keuangan-pt-kereta-apiLain halnya laporan keuangan PT. KAI tahun 2010, disini diungkapkan telah meraup pendapatan tahun 2010 sebesar Rp 5 triliun atau naik 6,3 persen. Sementara beban pokok pendapatan atau biaya operasional KAI telah habis sebesar Rp 4 triliun atau hanya naik 4 persen. PT. KAI juga telah membukukan laba sebesar Rp 216,33 miliar. Angka tersebut naik sebesar 39,7 persen dibandingkan laba bersih perseroan tahun 2009 lalu. Sumber http://m.merdeka.com/uang/menengok-keuangan-kereta-api-kinerja-kai-2.htmlSudah sewajarnya jika PT. KAI sebagai perusahaan monopoli dibidang perkeretaapian jika untung, sebaliknya jika mengalami kerugian perlu dipertanyakan tentang manejerial PT. KAI.Pertanyaan selanjutnya dengan adanya keuntungan tersebut apakah ada bagian keuntungan dari perusahaan yang dibagikan kepada manajemen ataupun karyawan, sebagai intensif atas tercapainya laba perusahaan. Jika ada bisa dikatagorikan penyalahgunaan wewenang dengan mengumpulkan dana masyarakat untuk memperkaya pribadi atau golongan.Mengapa penyalahgunaan wewenang sebab dalam tiket ekonomi ada PSO (public service obligation) atau subsidi hak dari masyarakat. Jika subsidi ini dihapuskan dana masyarakat dikumpulkan dan menyebabkan perusahaan untung, dan atas keuntungan tersebut ada yang dibagikan kemanajemen dan pegawai, ini bentuk kedholiman atau penyalahgunaan wewenang.Menarik pernyataan dari Dirut PT. KAI Pemerintah enggak ngasih subsidi, saya enggak peduli. You mau ngasih syukur, enggak ya alhamdulillah, lanjut Jonan. Sumber http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/07/01/0947155/Jonan.Pemerintah.Enggak.Ngasih.Subsidi.Saya.Enggak.Peduli. Ini bentuk dari arogansi pejabat yang merasa memiliki kewenangan.Kereta Ekonomi berhak atas PSO (public service obligation) atau subsidi, tidak ada dasar hukumnya dalam pengetatan belanja negara dalam APBNP 2014dengan menghapuskan subsidi tiket kereta apai ekonomi.