kasus dhf

53
BAB I PENDAHULUAN Penyakit virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe I,II III dan IV golongan arthropod borne virus group B (arbovirus) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus. Sejak tahun 1968 penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta, selanjutnya sering terjadi kejadian luar biasa dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak menyerang anak tetapi akhir- akhir ini menunjukkan pergeseran menyerang dewasa. 1 Perjalanan penyakit infeksi dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong (Dengue Shock Syndrome / DSS). Sampai saat ini masih sering dijumpai penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semula tidak tampak berat secara klinis dan laboratoris, namun mendadak syok sampai meninggal dunia. Sebaliknya banyak pula penderita DBD yang klinis maupun laboratoris nampak berat namun ternyata selamat dan sembuh dari penyakitnya. Kenyataan di atas membuktikan bahwa sesungguhnya masih banyak misteri di dalam imunopatogenesis infeksi dengue yang belum terungkap. 1 Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat, mulai 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi 35,19 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1998, dan pada saat ini DBD di banyak negara kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan anak di rumah 1

Upload: echa-magung

Post on 07-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kasus DHF

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Penyakit virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe I,II III dan IV golongan arthropod borne virus group B (arbovirus) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus. Sejak tahun 1968 penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta, selanjutnya sering terjadi kejadian luar biasa dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak menyerang anak tetapi akhir-akhir ini menunjukkan pergeseran menyerang dewasa.1

Perjalanan penyakit infeksi dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong (Dengue Shock Syndrome / DSS). Sampai saat ini masih sering dijumpai penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semula tidak tampak berat secara klinis dan laboratoris, namun mendadak syok sampai meninggal dunia. Sebaliknya banyak pula penderita DBD yang klinis maupun laboratoris nampak berat namun ternyata selamat dan sembuh dari penyakitnya. Kenyataan di atas membuktikan bahwa sesungguhnya masih banyak misteri di dalam imunopatogenesis infeksi dengue yang belum terungkap.1Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat, mulai 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi 35,19 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1998, dan pada saat ini DBD di banyak negara kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan anak di rumah sakit. Mengingat infeksi dengue termasuk dalam 10 jenis penyakit infeksi akut endemis di Indonesia maka seharusnya tidak boleh lagi dijumpai misdiagnosis atau kegagalan pengobatan. Menegakkan diagnosis DBD pada stadium dini sangatlah sulit karena tidak adanya satupun pemeriksaan diagnostik yang dapat memastikan diagnosis DBD dengan sekali periksa, oleh sebab itu perlu dilakukan pengawasan berkala baik klinis maupun laboratoris.3BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD KOTA BEKASI

STATUS PASIENNama Mahasiswa: Agustina MarielsaPembimbing: dr.Thomas Harry Adoe, Sp.A

NIM

: 030.09.005 Tanda tangan:

BAB II ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

DataPasienAyahIbu

NamaAn. ZTn. ANy. S

Umur13 tahun38 tahun35 tahun

Jenis KelaminLaki-lakiLaki-lakiPerempuan

AlamatKp. Tanah Tinggi

AgamaIslamIslamIslam

Suku bangsaSunda

Pendidikan -SMASMA

Pekerjaan Pelajar WiraswastaIRT

Penghasilan---

KeteranganHubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Tanggal Masuk RS9 April 2015

II. ANAMNESIS

Dilakukan sacara auto dan alloanamnesis kepada pasien dan ayah pasien.

a. Keluhan Utama :

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakitb. Keluhan Tambahan :

Sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut.c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang anak datang diantar orang tuanya dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi dirasakan terus menerus siang dan malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas. Selain itu pasien juga mual dan muntah. Muntah 3 kali berisi makanan bercampur cairan. Pasien juga mengeluh nyeri perut. Keluhan seperti batuk, pilek, diare disangkal. Buang air besar (BAB) lancar dengan frekuensi 1 kali per hari, konsistensi lunak, warna kuning kecokelatan dan tidak ada darah. Buang air kecil (BAK) lancar, berwarna kuning jernih dan tidak nyeri.

Pasien sudah berobat ke dokter dan di beri paracetamol, setelah minum obat panas menjadi berkurang namun tidak beberapa lama panas muncul kembali. Selain itu pasien juga mengeluh keluar darah dari hidung (mimisan) 1 kali. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang dan tampak lemas. Tidak ada riwayat bepergian keluar kota, alergi makanan maupun alergi obat.d. Riwayat Penyakit Dahulu

PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi-Difteria-Jantung-

Cacingan-Diare3 tahunGinjal-

DBD-Kejang-Darah-

Thypoid-Maag-Radang paru-

Otitis-Varicela-Tuberkulosis-

Parotis-Asma-Morbili-

e. Riwayat Penyakit Keluarga :

Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

KEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalPeriksa ke bidan 1 kali tiap bulan

KELAHIRANTempat kelahiranRumah

Penolong persalinanBidan

Cara persalinanSpontan

Masa gestasi37 minggu

Keadaan bayiBBL : 3200 gramPB : 48 CM

Langsung menangis, merah

Apgar score tidak tahu

Tidak ada kelainan bawaan

Kesan : Riwayat kehamilan dan riwayat Kelahiran pasien baikg. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan gigi I: Usia 6 bulan(normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap

: Usia 4 bulan

(normal: 3-4 bulan)

Duduk

: Usia 6 bulan

(normal: 6 bulan)

Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien baikh. Riwayat Makanan

Umur (bulan)ASI/PASIBuah/biskuitBubur susuNasi tim

0-2+/-

2-4+/-

4-6+/-

6-7+/-+++

8-10----

10-12----

Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 7 bulan ini, tidak pernah minum susu formula, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit sejak berumur 6 bulan.i. Riwayat Imunisasi :

VaksinDasar (umur)Ulangan (umur)

BCG1 bln

DPT2 bln4 bln6 bln

POLIOLahir2 bln4 bln6 bln

CAMPAK9 bln

HEPATITIS BLahir 1 bln6 bln

Kesan : Riwayat imunisasi pasien menurut PPI lengkapJ. Riwayat Keluarga

AyahIbu

NamaTn. ANy. S

Perkawinan ke11

Umur 3835

Keadaan kesehatanSehatSehat

Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :

Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orang tua, dinding terbuat dari tembok. atap terbuat dari genteng, ventilasi cukup. Menurut pengakuan ayah pasien, keadaan lingkungan rumah padat, ventilasi dan pencahayaan kurang baik serta pada malam hari banyak nyamuk. sumber air bersih berasal dari air PAM. Ayah pasien menyatakan tetangganya banyak mengalami sakit yang serupa dan dirawat di RS.III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum: Tampak sakit sedangb. PAT A : Interactivity (+) look (+), speech (+), tonus (+), consolability (+) B : nafas spontan, napas cuping hidung (-), retraksi (-) C : pucat (-), mottled (-), sianosis (-)c. Tanda Vital

Kesadaran

: Compos mentis Tekanan darah

: 110/70 mmHg Frekuensi nadi

: 100x/menit

Frekuensi pernapasan: 24x/menit

Suhu tubuh

: 38,4 o Cd. Data antropometri

Berat badan

: 55 kg Tinggi badan

: 155 cm Status Gizi menurut CDC

e. Kepala

Bentuk : NormocephaliRambut: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataMata: Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL+/+, RCTL +/+Telinga: Normotia, serumen -/-Hidung: Bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/-, terdapat hematom (-)Mulut: bibir kering - , lidah kotor -, tonsil T1/T1, faring hiperemis -Leher

: KGB tidak membesar kelenjar tiroid tidak membesar f. Thorax

Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-) Palpasi

: Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi

: Sonor pada kedua paru Auskultasi

: suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Cor BJ I & II normal, murmur -, Gallop -g. Abdomen

Inspeksi

: Perut datar Auskultasi

: Bising usus (+) normal 3x/menit

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi

: shifting dullness -, nyeri ketok -

h. Kulit

: ikterik -, petechie - i. Ekstremitas

: akral hangat, sianosis (-), oedem (-), ikterik(-), turgor kulit cukup, petechie (-), CRT< 3detikIV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium (9 April 2015, 9.30 wib)

PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit1,65-10ribu/uL

Hb14,713-17g/dL

Ht3940-54%

Trombosit96150-400ribu/uL

Laboratorium (9 April 2015, 13.00 wib)PemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Leukosit2,35-10ribu/uL

Hb14,513-17g/dL

Ht40,740-54%

Trombosit86150-400ribu/uL

V. RESUME

Seorang anak datang dengan keluhan demam sejak 4 hari. Demam tinggi dirasakan terus menerus siang dan malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas. Selain itu pasien juga mual dan muntah. Muntah 3 kali berisi makanan bercampur cairan. Pasien juga mengeluh nyeri perut.

Pasien sudah berobat ke dokter dan di beri paracetamol, setelah minum obat panas menjadi berkurang namun tidak beberapa lama panas muncul kembali. Selain itu pasien juga mengeluh keluar darah dari hidung (mimisan) 1 kali. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang dan tampak lemas. Tidak ada riwayat bepergian keluar kota, alergi makanan maupun alergi obat.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, TD 110/70 mmHg, nadi 100x/m, RR 24x/m, suhu 38,4C. Nyeri tekan abdomen (+). Pemeriksaan lab leukosit 1,6 ribu/uL, Hb 14,7 g/dL, Ht 39%, trombosit 96 ribu/uL.VI. DIAGNOSIS KERJA Demam berdarah dengue grade IIVII. DIAGNOSIS BANDING Demam dengue Demam typhoidVIII. PENATALAKSANAAN Rawat inap Tirah baring Asupan cairan yang cukup Pengawasan tanda vital dan perdarahan Pemeriksaan lab H2TL per 12 jam Infus RL 20 tpm Sanmol 500 mg Ranitidin 2 x 1 ampIX. PROGNOSIS

Ad vitam

: ad bonam As fungsionam: ad bonam Ad sanationam: ad bonamX. FOLLOW UP

10 April 2015

Keluhan : demam (+)Terapi : RL 20 tpm, Sanmol 500 mg, Ranitidin 2x1 ampLab: Leukosit 1,6 Hb 13,7 Ht 41,8 Trombosit 72 (08.00 wib)

Leukosit 1,5 Hb 13,0 Ht 35,1 Trombosit 56 (17.00 wib)11 April 2015Keluhan : sakit kepala (+)Terapi : RL 30 tpm, Sanmol 500 mg, Rantin 2x1 amp, Isoprinol 3x1 tabLab : Leukosit 2,1 Hb 14,6 Ht 43,8 Trombosit 65 (07.00 wib)

Leukosit 2,4 Hb 14,8 Ht 40,3 Trombosit 58 (16.00 wib)12 April 2015Keluhan : sakit kepala (+)

Terapi : RL 30 tpm, Paracetamol 3x1 tab, Rantin 2x1 amp, Isoprinol 3x1 tabLab : Leukosit 3,0 Hb 15,7 Ht 43,4 Trombosit 56 (07.00 wib)

Leukosit 3,2 Hb 14,5 Ht 42,2 Trombosit 58 (16.30 wib)13 April 2015

Keluhan : -

Terapi : RL 30 tpm, Paracetamol 3x1 tab, Rantin 2x1 amp, Isoprinol 3x1 tabLab: Leukosit 2,6 Hb 14,6 Ht 40,1 Trombosit 66 (07.25 wib)BAB IIIANALISIS KASUS

Pasien di diagnosis demam berdarah dengue grade II, diagnosis ditegakkan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Seorang anak datang dengan keluhan demam sejak 4 hari. Demam tinggi dirasakan terus menerus siang dan malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas. Selain itu pasien juga mual dan muntah. Muntah 3 kali berisi makanan bercampur cairan. Pasien juga mengeluh nyeri perut.

Pasien sudah berobat ke dokter dan di beri paracetamol, setelah minum obat panas menjadi berkurang namun tidak beberapa lama panas muncul kembali. Selain itu pasien juga mengeluh keluar darah dari hidung (mimisan) 1 kali.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, TD 110/70 mmHg, nadi 100x/m, RR 24x/m, suhu 38,4C. Nyeri tekan abdomen (+). Pemeriksaan lab leukosit 1,6 ribu/uL, Hb 14,7 g/dL, Ht 39%, trombosit 96 ribu/uL.Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi:2 Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasik

Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:

Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, atau purpura

Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)

Hematemesis atau melena

Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin

Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.2

Epidemiologi

Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan kasus DBD juga meningkat, namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% pada tahun 1968, menjadi 3% pada tahun 1984 dan menjadi 48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum akut atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan keras positif infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).

2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)

Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).

3) Uji neutralisasi

Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya memamkai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Anti body neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody HI tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin digunakan (Vasanwala dkk, 2011).4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)

Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih negative maka dilaporkan sebagai negative. IgM dapat bertahan dalam darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI (Vasanwala dkk, 2011).

5) Identifikasi Virus

Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama dengan isolasi virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh penanganan specimen yang kurang baik bahkan adanya antibody dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk, 2011).

Diagnosis Banding

a. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri virus, atau infeksi parasit seperti demam tifoid,campak, influenza hepatitis, demam, chikungunya, leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.6b. Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan demam chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hamper selalu disertai ruam makulopapular,injeksi konjungtiva, dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.

c. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas terdapat leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran kekiri pada hitung jenis) pemeriksaan LED dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan virus. Pada meningitis meningokokus, jelas terdapat gejala rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinal

d. Idiophatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh karena didapatkan demamdisertai perdarahan dibawah kulit. Pada hari-hari pertama, diagnosis ITP sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat menghilang, tidak dijumpai leukopeni, tidak dijumpai hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran kekanan pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan DBD jumlah trombositlebih cepat kembali normal daripada ITP

e. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelasdiagnosis leukemia. Pada anemia aplastik akan sangat anemic, demam timbul karena infeksi sekunder. Pada pemeriksaan darahditemukan pansitopenia (leukosit, hemoglobin, trombosit menurun). Pada pasien dengan perdarahan hebat pemeriksaan foto toraks dan atau kadar protein dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada DBD ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda perembesan plasma

Penatalaksanaan

a. Pre Hospital7Penatalaksanaan prehospital DBD bisa dilakukan melalui 2 cara yaitu pencegahan dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah. DinasKesehatan Kota Denpasar menjelaskan pencegahan yang dilakukan meliputi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu kegiatan memberantas jentik ditempat perkembangbiakan dengan cara 3M:

1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi / WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).

2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2).

3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).

Pada orang yang menderita demam berdarah pada awalnya mengalami demam tinggi. Kondisi demam dapat mengakibatkan tubuh kekurangan cairan karena penguapan, apalagi bila gejala yang menyertai adalah muntah atau intake tidak adekuat (tidak mau minum), akhirnya jatuh dalam kondisi dehidarasi. Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah mengembalikan cairan tubuh yaitu meberikan minum 2 liter/hari (kira kira 8 gelas) atau 3 sendok makan tiap 15 menit. Minuman yang diberikan sesuai selera misalnya air putih, air teh manis, sirup, sari buah, susu, oralit, shoft drink, dapat juga diberikan nutricious diet yang banyak beredar saat ini. Untuk mengetahui pemberian cairan cukup atau masih kurang, perhatikan jumlah atau frakuensi kencing. Frekuansi buang air kecil minimal 6 kali sehari menunjukkan pemberian cairan mencukupi

Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah sebagai berikut (WHO, 1999):

1) Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)2) Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas. Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari. Jangan memberikanaspirindanbrufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan.

3) Beberapa dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan ( pocari sweet )4) Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit 5) Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak6) Cara penghitung kebutuhan cairan dapat berdasarkan rumus berikut ini :

a) Dewasa: 50 cc/kg BB/hari

b) Anak: Untuk 10 kg BB pertama: 100cc/kg BB/ hari- Untuk 10 kg BB kedua: 50 cc/kg BB/ hari- Untuk 10 kg BB ketiga dan seterusnya: 20 cc/kg BB/hari

Pada pasien anak yang rentan mempunyai riwayat kejang demam maka perlu diwaspadai gejala kejang demam. Seiring dengan kehilangan cairan akibat demam tinggi, kondisi demam tinggi juga dapat mencetuskan kejang pada anak sehingga harus diberikan obat penurun panas. Untuk menurunkan demam, berilah obat penurun panas. Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang berasal dari golongan parasetamol atau asetaminophen, jangan diberikan jenis asetosal atau aspirin oleh karena dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat bila terdapat perdarahan lambung. Kompres dapat membantu bila anak menderita demam terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, oleh karena kompres dingin dapat menyebabkan anak menggigil. Sebagai tambahan untuk anak yang mempunyai riwayat kejang demam disamping obat penurun panas dapat diberikan obat anti kejang.

IDAI (2009) menjelaskan tanda-tanda syok harus dikenali dengan baik karena sangat berbahaya. Apabila syok tidak tertangani dengan baik maka akan menyusul gejala berikutnya yaitu perdarahan. Pada saat terjadi perdarahan hebat penderita akan tampak sangat kesakitan, tapi bila syok terjadi dalam waktu yang lama, penderita sudah tidak sadar lagi. Dampak syok dapat menyebabkan semua organ tubuh akan kekurangan oksigen dan akhirnya menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu penderita harus segera dibawa kerumah sakit bila terdapat tanda gejala dibawah ini:

1) Demam tinggi (lebih 39oc atau lebih)

2) Muntah terus menerus

3) Tidak dapat atau tidak mauminum sesuai anjuran

4) Kejang

5) Perdarahan hebat, muntah atau berak darah

6) Nyeri perut hebat

7) Timbul gejala syok, gelisah atau tidak sadarkan diri, nafas cepat, seluruh badan teraba lembab, bibir dan kuku kebiruan, merasa haus, kencing berkurang atau tidak ada sama sekali

8) Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kekentalan darah atau penurunan jumlah trombosit

Peran serta keluarga dan masyarakat sangat penting untuk membantu dalam menangani penyakit demam berdarah. Dinas Kesehatan Kota Denpasar mengarahkan apabila ada penderita yang terkena demam berdarah maka harus segera melaporkan Kadus/Kaling/Kades/Lurah atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila ada anggota masyarakat yang terkena DBD.

b. Intra Hospital di Unit Gawat Darurat 7Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD dan penyakit lain adalah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Maka keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan ease awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunanjumlah trombosit sampai 50.000/l

Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan

hematokrit >20%[2]

DBD derajat I atau II dengan peningkatan hematokrit >20%

Cairan awal

RL/RA/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9%+D5

6-7 ml/kgBB/jam

Monitor tanda vital/Nilai Ht & Trombosit tiap 6 jam

Perbaikan

Tidak ada perbaikan

Tidak gelisah

Gelisah

Nadi kuat

Distress pernafasan

Tek.darah stabil

Frek.nadi naik

Diuresis cukupTanda vital memburuk

Ht tetap tinggi/naik

(12 ml/kgBB/jam)Ht meningkat

Tek.nadi