kasubbag tu bdk aceh : meutuah diklatbdkaceh.kemenag.go.id/images/article/meutuah diklat 1.pdf ·...

48
Meutuah Diklat Media Komunikasi Balai Diklat Keagmaan Provinsi Aceh Alamat: Jalan Syiah Kuala Nomor 116 Jambo Tape, Banda Aceh Website: www.meutuah.info - Email [email protected] Edisi Januari-Juni 2014 BDK Lahir Berkat Bantuan Banyak Kalangan Siap Majukan Balai Diklat Keagamaan Aceh Gedung BDK Siap Dibangun Zulhelmi A. Rahman Gubernur Aceh Hibah Tanah Orang Disini Pintar-pintar Kasubbag TU BDK Aceh :

Upload: ledien

Post on 02-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1PB

Meutuah DiklatMedia Komunikasi Balai Diklat Keagmaan Provinsi Aceh

Alamat: Jalan Syiah Kuala Nomor 116 Jambo Tape, Banda AcehWebsite: www.meutuah.info - Email [email protected]

Edisi Januari-Juni 2014

BDK Lahir Berkat Bantuan Banyak Kalangan

Siap MajukanBalai Diklat Keagamaan Aceh

Gedung BDK Siap Dibangun

Zulhelmi A. Rahman Gubernur Aceh Hibah Tanah

Orang Disini Pintar-pintarKasubbag TU BDK Aceh :

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 32

LAPORA UTAMA

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 32

Cover - hal 1

Daftar isi - 3

Pengantar – hal 4

Latar Belakang/Sejarah Lahirnya BDK Aceh - PMA BDK – hal 5-11 – (hal 5 Tulis: Dokumen Kelahiran BDK-Cari Ilustrasi)

Foto BDK – hal 12

Laporan Utama – Ka.Kanwil Kemenag Aceh Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd– hal 13-14

Wawancara/Profil – Kepala BDK Aceh 15-16

Dokumen BDK – pasang foto satu halaman -17-21

Berita Hibah Tanah – 22-23

Sambutan-21 (halaman 20 ini pasang foto)

Rektor UIN Ar-Raniry 25-26

Kasubbag TU Kanwil Kemenag Aceh– 27-28

Selingi Dengan Foto Ilustrasi Kebersamaan - 29

Profil Kasubbag TU BDK Aceh, Drs. Khirfison - 30-31

Profil Kasi 1 BDK Aceh, hal 32-33

Profil Kasi 2 BDK Aceh, hal 34-35

Profil Widyaiswara – 1 halaman

Program BDK Aceh Tahun 2014, hal 37-40 (sebelumnya pasang foto dulu di halaman 37)

Foto-Foto BDK - 41-44

Struktur BDK Aceh- 45

Struktur dan Foto-Foto Pegawai di BDK Aceh-46

Foto - 47

Cover - 48

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 54

A lhdmulillah, setelah sekian lama ditunggu-tunggu, kini Balai Diklat Keagamaan (BDK) Aceh telah lahir. Tentu

saja, ini atas jasa dan bantuan banyak kalangan. Dari Mantan Menpan Azwar Abubakar, Mantan Kakanwil Drs. Rahman TB, Kepala Kanwil Kementerian Agama, Drs. Ibnu Sa’dan, Kabag TU Kemenag H. Habib Badaruddin, S.Sos, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Pusat, Prof.Dr. H. Machasin, MA dan seluruh kawan-kawan di Setjen Kemenag Pusat di Jakarta, khususnya di Biro Ortala dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.

Kita semua mengenang dan mengingat jasa besar mereka dalam upaya melahirkan BDK di Aceh. Tentu saja, harapan kita semoga jasa besar mereka ini dibalas oleh Allah Swt dengan yang lebih besar lagi di akhirat kelak. Amiin

Dan begitu juga, kita juga mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada ketua DPR Aceh saat itu, Drs. H. Hasbi Abdullah, Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah, jajaram DPKKA Provinsi Aceh, kantor Badan pertanahan Nasional (BPN) Aceh Besar di Jantho, Drs. Aiyub Khan (mantan Kepala Kankemenag Banda Aceh) dan semua yang terlibat dalam proses hibah tanah Pemda Aceh kepada pihak BDK Aceh. Sekali lagi, hanya Allah Swt yang

sanggup membalas jasa besar mereka. Kita do’akan, setiap peluh dan keringat mereka dalam proses hibah tanah ini dicatat oleh Allah Swt sebagai penambah timbangan amal kebaikan di akhirat kelak. Amiin

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 38 Tahun 2012, bahwa di Aceh telah berdiri satu BDK baru yang ke 13, yaitu Balai Diklat Keagamaan (BDK) Provinsi Aceh. Sebelumnya, BDK di Sumatera terdapat di Padang, dimana beberapa propinsi tunduk ke Balai diklat disana, yaitu Pertama, Sumbar, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau. Selanjutnya Kedua, di Palembang dimana Sumatera Selatan, Bengkulu, Babel dan Lampung tunduk ke BDK ini. Kemudian Ketiga Di Medan (Sumatera Utara).

Keempat di Jakarta (DKI Jakarta) dimana Banten dan Kalimantan Barat tunduk ke BDK ini. Kelima, di Bandung (Jawa Barat). Keenam, di Semarang (Jawa Tengah dan Jogjakarta). Ketujuh, di Surabaya (Jawa Timur). Kedelapan di Banjarmasin (Seluruh Kalimantan kecuali Kalimantan Barat). Kesembilan, di Makassar (Sulsel, Sulbar dan Sulteng). Kesepuluh di Denpasar (Bali, NTB, NTT). Kesebelas, di Manado (Sulut, Gorontalo dan Maluku Utara). Keduabelas, di Ambon (Maluku, Papua dan Papua Barat). Dan terakhir, yang Ketigabelas yaitu di Aceh yang baru saja lepas dari Sumatera Utara.

Terimakasih untuk Semua Pihak yang Telah Membantu Lahirnya BDK Aceh

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 20144

REDAKSI

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 54

Dokumen Kelahiran BDKSEJARAH

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 5

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 76

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 76

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 98

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 98

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1110

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1110

BDK Aceh Lahir Atas Peran Banyak Pihak

Sambutan Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kepala Kanwil Kementerian Agama Prov. Aceh

(Disampaikan pada acara Pembukaan Rapat Koordinasi Kediklatan Tahun 2014 M/1435 H Jajaran Kemenag Se Aceh di Hotel Oasis, Banda Aceh, 23 Jumadil Akhir1435 H Rabu, 23 April 2014 M)

BismillahirrahmanirrahimAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Setelah Struktur BDK (Ba-lai Diklat Keagamaan)Aceh ditanda tangani Sek jen Kemenag RI, nama BDK Aceh semakin

bergaung dan disebut-sebutkan. Apalagi setelah kita (Kakanwil Kementerian Agama, atas nama Menteri Agama RI, melantik Kepala Balai Diklat Keagamaan Pro vinsi Aceh yang pertama.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1312

Bersamaan dengan pelantikan Kepala Balai, kita juga adakan pelan tikan dan pengukuhan beberapa Ese lon III, di jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Keinginan untuk terbentuknya BDK sudah sangat lama kita nantikan, dan memerlukan waktu panjang.

Balai Diklat Kementerian Agama, beroperasi dengan ditandai peresmiannya berupa penyerahan Nomor Satker 060019 oleh Plt. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof.Machasin, MA, pada Rabu (25 September 2013).

Saat itu, Prof .Machasin mengatakan, bahwa Badan Diklat Kemenag Aceh lahir bagai melalui ‘jalan tol’. Prosesnya cepat, karena adanya dukungan dari Kementerian PAN. Sejatinya ada dua Balai Diklat di tanah air yang harus berdiri secepatnya.

Selain di provinsi Aceh, juga di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Daerah paling timur Indonesia itu hingga kini belum memiliki Balai Diklat Kemenag.

Lahirnya Balai Diklat Kemenag Aceh itu lebih disebabkan faktor gigihnya para pemangku kepentingan dari daerah itu. Karena itu, ia berharap, dengan adanya Balai Dikat tersebut peningkatan sumber daya manusia (SDM) lebih ditingkatkan lagi. Integritas dan profesionalisme harus dikedepankan.

Profesional ditekankan karena untuk meningkatkan kualitas pegawai tidak melulu untuk hari ini, tetapi ke depan yang lebih jauh. Jangan pula tergantung pada pendidikan di Diklat. Pegawai pun harus mampu meningkatkan kemampuannya.

Integritas pegawai pun harus makin baik. Bekerja sesuai aturan dan bersungguh-sungguh. Pandai-pandailah menjadi orang yang bersyukur.

Kanwil Kemenag Aceh memiliki 1700-an pegawai dengan 600-an satuan kerja (Satker) tersebar di berbagai kabupaten/kota di provinsi itu. Bayangkan, jika ada

pendidikan prajabatan, pegawai harus pergi ke Medan. Tentu membutuhkan dana besar. Namun kini kita bersyukur sudah bisa laksanakan Diklat sendiri.

Bahwa hadirnya Balai Diklat Aceh itu tidak lepas dari peran beberapa pihak, salah satunya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar. Kontribusinya sangat besar untuk memajukan daerah itu, karena beliau sebagai anak dosen dari IAIN Ar Raniri Banda Aceh tahu persis akan kebutuhan Kemenag Provinsi Aceh.

Karena itu, prosesnya pun tergolong cepat. Kini, meski Balai Diklat sudah diresmikan, tapi belum memiliki gedung permanen. Di sisi lain, dukungan Pemda Provinsi Aceh sangat besar. Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, telah mengibahkan lahan seluas 10 hektar dan diharapkan pada 2014 pendanaanya dari pusat sudah bisa pula diproses.

Pihak BDK saat ini sedang berupaya keras memenuhi kelima kebutuhan ini. Saat ini sedang mencari SDM-SDM handal di lingkungan Kemenag Aceh untuk ditempatkan di Balai Diklat. Setelah kebutuhan SDM di Balai Diklat terpenuhi, selanjunya adalah memastikan adanya alokasi APBN-P untuk dana operasional balai ini akhir tahun 2013 ini, termasuk lewat Rapat Evaluasi dan Rakor kali ini.Sementara 2014, APBN untuk BDK Aceh sudah tersedia dalam DIPA sendiri.

Sementara ini, BDK Aceh akan berlokasi di Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) MAN Model Banda Aceh, sambil menunggu siapnya pembangunan gedung Balai Diklat Aceh yang permanen di Samahani. Tempat penginapan di gedung ini bisa memuat sekitar 80 orang peserta.  Selain itu, di luar bulan Haji yang baru berlalu, kita juga akan mencoba memfungsikan asrama Haji sebagai lokasi Diklat.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 12

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1312 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 13

Zulhelmi A. RahmanSiap MajukanBalai Diklat Keagamaan Aceh

H adirnya Balai Pen-didikan dan Pela-tihan (Diklat) Ke-aga maan di Aceh

adalah keberhasilan dan terobosan yang monumental bagi Aceh. Maka,  Pelantikan Drs. Zulhelmi A.Rahman, M.Ag sebagai kepala Balai Diklat Keagamaan Prov. Aceh pada 31 Juli 2013 adalah terobosan baru sekaligus sebuah keberhasilan bagi Kemenag Prov. Aceh dibawah kepemimpinan Drs. Ibnu Sa’dan, M,.Pd. Bagaima-na tidak, sebelumnya segala urusan Diklat PNS di lingkungan Kemenag Aceh Aceh harus tun-duk kepada Balai Diklat Keaga-ma an Prov. Sumutera Utara yang

berlokasi di Medan.Sebelumnya, Balai Diklat

Ke aga maan di Indonesia berlo-kasi di 12 Kota dan menjadi yang ke 13 dengan hadirnya Ba-lai Diklat Keagamaan di Aceh. Yaitu, pertama, Padang, beberapa propinsi tunduk ke Balai diklat disana, yaitu Sumbar, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau. Kedua, Pa-lembang (Sumsel, Bengkulu dan Lampung). Ketiga, Jakarta (DKI Jakarta). Keempat, Bandung (Ja-wa Barat). Kelima, Semarang (Ja wa Tengah dan Jogjakarta), keenam, Surabaya (Jawa Timur). Ketujuh, Banjarmasin (Seluruh Ka li mantan). Kedelapan, Makas-sar (Sulsel, Sulbar dan Sulteng).

Kesembilan, Denpasar (Bali, NTB, NTT). Kesepuluh, Manado (Sulut dan Gorontalo). Kesebelas, Ambon (Maluku). Keduabelas, Medan (Sumatera Utara), dan ketigabelas adalah Aceh yang kini telah lepas dari Sumatera Utara.

Dilantiknya Drs. Zulhelmi A.Rahman, M.Ag sebagai kepala Balai Diklat bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh ini melengkapi struktur kepengurusan Balai Diklat yang sebelumnya beberapa pengurusnya juga telah diilantik di Jakarta seperti Drs. H.Krissifon, S.IP sebagai Kasubbag TU, Drs. Abdussalam, M.Pd sebagai Kasi Diklat Tenaga Tehnis Keagamaan.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1514

Sementara Kasi Diklat Tenaga Administrasi tidak hadir saat pelantikan di Jakarta pada 19 Juli 2013 yang lalu.

Belum sebulan dilantik, Drs. Zulhelmi A.Rahman, M.Ag yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Kankemenag Kab. Bireuen ini sudah mulai menyusun strategi pembangunan Balai Diklat agar mampu meningkatkan kualitas SDM PNS di jajaran Kemenag Aceh.

“Sebagai kepala Balai Diklat pertama di Aceh, saya tidak mau gagal dalam mengemban tugas ini”, tegas Zulhelmi A.Rahman yang pernah menjadi kepala MAN 1 Banda Aceh ini.

Zulhelmi A.Rahman menga-takan, setelah diamanah sebagai pimpinan BDK Aceh, pihaknya saat itu sudah mulai menyusun Analisis Kebutuhan Diklat (AKD). Menurutnya, ada lima (5) kebutuhan mendasar bagi Balai Diklat Aceh yang mendesak saat ini yang harus terpenuhi dalam rangka menjalankan fungsi balai diklat yang baru lahir ini. Dengan adanya lima kebutuhan ini, kita akan mulai bekerja mem-fungsikan balai diklat, terangnya.

Zulhelmi A.Rahman menga-ta kan, berdasarkan Tehnic Ne ed Analysis (TNA), ada lima kebu-tuhan awal bagi Balai Diklat Aceh saat ini agar bisa melaksanakan fungsinya dalam rangka usaha pemberdayaan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) PNS di lingkungan Kanwil Keme-nag Aceh .

Kelima kebutuhan ini adalah, Pertama, Man, atau sumber da-ya manusia (SDA)nya. Kedua, ma terial atau DIPA – APBN-P.

BIODATA

Nama : Drs. Zulhelmi A. Rahman, M.AgTTL : Aceh Utara, 28 Maret 1959Pangkat/Gol : Pembina Tk.I – IV/bJabatan : Kepala BDK AcehAlamat Rumah : Jl. Tgk. Chik No 16 BeuraweAlamat Kantor : Jl Syiah Kuala No 116No HP : 085296005505

RIWAYAT PENDIDIKAN

•MIN Peudada Tahun 1972•MTsN Peudada 1975•MAN Bireuen Tahun 1979•S1 Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Tahun 1985•S2 Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Tahun 2003

PENGALAMAN KERJA

• Guru MAN 1 Banda Aceh Tahun 1986• Kepala MTsN 1 Banda Aceh Tahun 1993• Kepala MAN 1 Banda Aceh Tahun 1998• Kabid Pekapontren Kanwil Depag Tahun 2002• Kepala Kandepag Bireuen Tahun 2008-2013• Kepala BDK Aceh Tahun 2013 - sekarang

Ketiga, Persiapan database. Ke­empat, perencanaan Diklat. Keli­ma, analisis Diklat.

Zulhelmi A.Rahman menga-takan, pihaknya saat ini sedang berupaya keras memenuhi kelima kebutuhan ini. Pihaknya, kata Zulhelmi A.Rahman lagi, saat ini sedang mencari SDM-SDM handal di lingkungan Kemenag Aceh untuk ditempatkan di Ba-lai Diklat. Setelah kebutuhan SDM di Balai Diklat terpenuhi, selanjunya adalah memastikan adanya alokasi APBN-P untuk dana operasional balai saat itu .

Sementara tahun 2014 ini, APBN untuk balai diklat Aceh su dah ada plot dalam DIPA sen-

diri, katanya.Untuk lokasi sementara, Balai

Diklat Keagmaan Aceh akan ber-lokasi di Pusat Sumber Belajar Ber sama (PSBB) MAN Model Banda Aceh, sambil menunggu siapnya pembangunan gedung Balai Diklat Aceh yang permanen di Samahani. Gedung PSBB akan digunakan sementara waktu ber-da sarkan arahan dari Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd. Tempat penginapan di gedung ini bisa memuat sekitar 80 orang peserta.  Selain itu, di luar bulan Haji, pihaknya juga akan mencoba memfungsikan asrama Haji sebagai lokasi Diklat, jelasnya lagi.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 14 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201414

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1514 15Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 15

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1716

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1716

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1918

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 1918

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2120 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201420

Gedung BDK Siap Dibangun

Gubernur Aceh Hibah Tanah

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2120

S etelah Balai Diklat Keagamaan (BDK) akhir tahun 2013 lalu lahir di Aceh, kini BDK Aceh telah memiliki lahan sendiri seluas

10 Ha lebih yang merupakan hibah dari Pemerintah Aceh. Saat ini BDK Aceh masih meminjam gedung Pusat Belajar Bersama (PSBB) di komplek MAN Model Banda Aceh.

Kepala BDK Provinsi Aceh, Drs. Zulhelmi A.Rahman, M.Ag, men-jelaskan, hibab tanah seluas 10 Ha lebih itu berdasarkan keputusan Gubernur Aceh Nomor 012/31/2014 ten tang penghapusan dan hibah tanah hak pakai milik/ dikuasai Pemerintah Aceh yang terletak di Gampong Tumbo Baru Kecamatan Ku ta Malaka Aceh Besar kepada Balai Pendidikan dan Pe-la tihan (BDK) Keaga-maan Prov. Aceh.

Ini hasil kerja keras setelah pihaknya berkali-kali berjuang keras melobi berbagai pihak di DPRA.

“Tanah tersebut sangat representatif dan terluas dari 13 BDK yang ada di Indonesia. Insya Allah pembangunan gedung BDK akan dimulai pada tahun 2015 nanti. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Agama(Kemenag) Pusat di Jakarta sudah setuju”, ujar Zulhelmi.

Zulhelmi menambahkan, keberadaan BDK di Aceh sangat urgen dalam usaha meningkatkan kualitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkungan Kemenag sebagai instansi vertikal yang memiliki Satuan Kerja (satker) terbanyak di Aceh. Dengan meningkatnya kualitas PNS di Kemenag

Aceh maka otomatis juga akan memberikan kebaikan dan perubahan bagi Aceh.

“Selama ini, ada pegawai yang belum pernah mendapatkan pelatihan. Jadi bagaimana mungkin kualitas mereka bisa ditingkatkan dalam melayani masyarakat?, ujar Zulhelmi mempertanyakan.

Selain itu, selama ini pegawai Kemenag Aceh sangat bergantung ke Medan. Maka

dengan adanya BDK ini, pegawai di

K e m a n a g t i d a k

p e r lu lagi

mengikuti Diklat di BDK

Medan. Oleh sebab itu, Zulhelmi menyampaikan

ucapan terimakasih kepada Gubernur Aceh atas keputusannya menghibahkan tanah Pemda tersebut yang membuktikan bahwa Gubernur Aceh peduli pada upaya peningkatan SDM pegawai di Aceh.

“Kendati demikian, ke depan kami masih mengharapkan jalinan kerjasama yang lebih baik lagi dengan Pemda Aceh karena masih banyak yang dibutuhkan oleh BKD Aceh”, pungkas Zulhelmi. [Zulkhairi]

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 21

“Tanah tersebut sangat representatif

dan terluas dari 13 BDK yang ada di Indonesia. Insya

Allah pembangunan gedung BDK akan dimulai pada tahun 2015 nanti. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Agama(Kemenag)

Pusat di Jakarta sudah setuju”

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2322

Prof.Farid Wajdi Ibrahim, MA:

Punya Balai Diklat Sendiri Aceh Hemat Anggaran

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201422

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2322

S elama ini Balai Diklat Aceh bergabung dengan Sumatra Utara. Maka jika pegawai negeri ingin mengikuti diklat harus selalu ke Medan. Otomatis hal

ini menyebabkan penambahan anggaran transportasi dan akomodasi lainnya. Namun semenjak memiliki Balai Diklat sendiri, banyak anggaran yang bisa dihemat.

“Dulu waktu masih harus ke Medan terasa berat beban anggarannya. Terutama ong-kos transportasi dibebani kepada institusi yang mengirim pegawainya,” kata Prof. Farid Wajdi Ibrahim. “. Dulu kita ke Medan, tapi sesekali ada juga orang Medan yang ke sini,” jelasnya lagi.

K e l e b i h a n lain memiliki Ba lai Diklat sen-diri adalah kita bisa menyusun pro-gram pelatihan sen-diri. Disesuaikan de ngan kebutuhannya.

Dengan kebijakan pe me-rintah dan didukung oleh kon-tribusi mentri Menpan periode yang lalu, Azwar Abubakar, sekarang Aceh sudah me-miliki Balai Diklat sendiri. “Menpan yang mem buat pengajuan ini,” kata Farid.

Kini usia Balai Diklat Aceh baru beranjak tahun pertama berjalan, dan sudah memiliki anggaran sendiri sebagai otaker (organisasi tata kerja). “Mereka yang mengatur sendiri kegiatan seperti apa, terbebas dari Kemenag,” lanjut Farid.

Yang mereka didik adalah guru-guru, pegawai-pegawai, juga dosen-dosen di kampus di bawah kementrian agama.

Begitu besarnya peranan Balai Diklat bagi mereka yang ingin menjadi PNS seutuhnya. Ini merupakan jenjang karir bagi pegawai. “Ia dinyatakan lulus atau tidaknya tergantung

pada saat diklat tersebut. Kalau sudah lulus berarti sudah menjadi PNS 100%,” kata Farid Wajdi.

Setiap pegawai ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam mengikuti training yang diselenggarakan Balai Diklat ini. Kegiatan ini menjadi syarat mutlak bagi seorang yang ingin menjadi PNS seutuhnya.

Oleh sebab itu, ia mengharapkan semoga semua pegawai bisa dicaver dengan

baik. Se hingga pegawai kita bisa lebih ber kem bang lagi. Bagi

Balai Di klat sendiri agar lebih berkembang la gi.

Memang ini masih ta hap pertama, be-

lum leng kap fasi-litasnya.

N a m u n , “Mes kipun ta-hun awal, ini su dah menjadi

satu hal yang sa-ngat positif. Al-

ham dulillah ti-dak terbebani bi aya

perjalanan, karena seka-rang biaya perjalanan su dah

tidak ada,” jelas Farid. Pihaknya juga mengharap kan adanya

program-program unggulkan dalam pening ka-tan jenjang se seorang. Misalkan pertama tentang pendi dikan kesetiaan terhadap peker jaan, ke depan tentang materi tanggung jawab lainnya. Harus adanya prioritas pertahapan yang perlu dibuat oleh mereka.

Rektor UIN Ar-Raniry ini juga membe-rikan saran agar kedepan pihak panitia pe-nyelenggara diklat bisa membuat kegiatan-ke-giatan yang lebih sesuai dengan tugas pegawai.

“Harus jadi yang terbagus, cepat, tepat, sigap, dan efisien tidak berlarut-larut. Jangan pulang ke rumah sebelum semua pekerjaan tuntas terselesaikan. Biasanya tidak, tugas hari ini dikerjakan lusa, bahkan lusa raya,” tu-tupnya.(syu)

“Meskipun tahun awal,

ini sudah menjadi satu hal yang sangat

positif. Alhamdulillah tidak terbebani biaya perjalanan,

karena sekarang biaya perjalanan sudah

tidak ada,”

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 23

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2524

S ETELAH melalui proses panjang dan berliku, Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Keagamaan akhir-nya terbentuk di Aceh tahun 2013.

Kehadirannya telah lama dinantikan, sebagai upaya peningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh.

Apalagi mengingat, jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kanwil Kemenag di provinsi ujung paling barat Indonesia mencapai 17 ribu orang lebih.

Jumlah itu belum termasuk pegawai di perguruan tinggi, seperti Universitas Negeri Agama Islam (UIN) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) di berbagai daerah di

“Kehadiran Balai Diklat kita

harap dapat dimanfaatkan

secara maksimal, khususnya

dalam mencetak

tenaga professional

di seluruh jajaran Kanwil Kemenag Aceh

dan Kanwil Kemenag

kabupaten/kota”

H. Habib Badaruddin S.Sos Kasubbag TU Kanwil Kemenag Aceh

Proses Panjang Terbentuknya BDK Aceh

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201424

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2524

Aceh. Kalau di kalkulasikan, jumlahnya bisa mencapai angka 20 ribu.

Maka sudah pasti, kehadiran Balai Diklat Keagamaan disambut dengan penuh suka cita. Seluruh jajaran PNS di jabatan struktural dan fungsional dapat dibina langsung di Aceh tanpa harus ketergantungan dengan Provinsi Sumatera Utara. Para pegawai, tidak perlu lagi jauh - jauh untuk mengikuti diklat hingga ke provinsi tetangga.

Kasubbag TU Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, H. Habib Badruddin, S.Sos, menyampaikan, sebelum Balai Diklat Keagamaan terbentuk di Aceh, para aparatur pemerintah di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh, ada yang mengikuti Diklat di tempat kerja (DDTK) ada juga yang harus mengikuti Diklat di Medan, Sumatera Utara.

Selain persoalan jarak tempuh yang menguras tenaga selama dalam perjalanan, kata Habib, Diklat ke Sumatera Utara juga terasa memberatkan dalam segi anggaran, karena harus mengelurkan biaya transportasi yang tidak sedikit.

Maka dengan terbentuknya Balai Diklat di Aceh, kata Habib, memberikan angin segar bagi Kanwil Agama Aceh, khususnya dalam rangka pemenuhan SDM berkualitas dan memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan Negara dan pembangunan, baik itu tenaga administrasi maupun tenaga teknis. Kesem-patan seluruh aparatur di jajaran Kanwil Kemenag Aceh untuk mengikuti Diklat semakin terbuka lebar.

Sebagaimana kita pahami, aparatur ber-kualitas yang memiliki kompetensi dan se-mangat kerja tinggi untuk melayani masya-rakat, tidak datang begitu saja. Butuh proses, salah satunya melalui pendidikan dan pela-tihan yang merupakan sebuah kegiatan tran-formasi kualitas SDM yang menyentuh empat dimensi utama, yakni dimensi spiritual, intelektual, mental phisikal.

Kehadiran Balai Diklat, kata dia, diha-rapkan dapat mencetak aparatur pemerintah

yang professional dan memiliki integritas tinggi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Serta dapat merubah mindset aparatur yang tadinya minta dilayani, harus menjadi ‘pelayanan’ dan melakukan pengabdian kepada masyarakat.

Disamping itu, dapat merubah budaya kerja aparatur menjdi lebih disiplin lagi. Apalagi, pasca reformasi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas cukup tinggi. Pegawai dituntut bekerja maksimal dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Meskipun Balai Diklat Keagamaan Aceh langsung bertanggungjawab ke Litbang Kementerian Agama, namun sasaran Diklat adalah para pegawai di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh, maka itulah dirinya sangat mengharapkan terbangunnya komunikasi dan koordinasi yang inten dengan Kanwil Kemenag Aceh.

Sehingga kegiatan pelatihan dan pembinaan terhadap aparatur di jajaran Kanwil Kemenag Aceh lebih mengena dan sesuai dengan kebutuhan. “Kita harap visi dan misi Balai Diklat dapat berjalan maksimal di Aceh,”katanya.

Lebih lanjut Habib menceritakan, jika Balai Diklat Keagamaan sudah sejak lama diusulkan, atau sejak tahun 2009, saat Menteri Agama masih dijabat Maftuh Basyumi. Saat itu, bukan hanya Balai Diklat yang diusulkan, namun juga Badan Litbang Keagamaan.

Namun karena prosesnya pengurusan dari Kementerian Agama ke Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPan RB) berlarut, baru pada masa Azwar Abubakar menjabat MenPAN, Balai Diklat terealisasi. “Kehadiran Balai Diklat kita harap dapat dimanfaatkan secara maksimal, khususnya dalam mencetak tenaga professional di seluruh jajaran Kanwil Kemenag Aceh dan Kanwil Kemenag kabupaten/kota.” pungkas Habib. [Tgk Hermansyah].

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 25

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2726 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201426

Kasubbag TU BDK Aceh :

Orang Disini Pintar-pintarMeutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 26

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2726

“Orang disini pintar-pintar, jujur saya akui itu,” hal demikian disampaikan Kepala Sub Bagian tata Usaha (Kasubbag TU) Balai Diklat Keagamaan (BDK) Provinsi Aceh Drs. Khrisfison, S. IPI saat ditemui di Kantornya beberapa waktu lalu.

Namun kata Khrisfison kepintaran Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di jajaran kementrian agama diseluruh Aceh perlu dibuat semacam aturan untuk memadukan antara kecerdasan mereka dengan kecepatan yang dimiliki secara terpimpin.

Diakui Khrisfison pegawai-pegawai yang dimiliki kementrian agama di Aceh ini sudah cukup bagus, terutama dari segi kualitasnya. “Dipandangan mata saya, pegawai kementrian agama Aceh atau SDM yang ada di Aceh ini sudah luar biasa bagus, teruatama dari segi kualitas, karena terutama yang kita butuhkan itu kualitasnya dulu, namun perlu dibuat semacam aturan bagi mereka sehingga kecepatan mereka dan kecerdasan mereka terpimpin,”

“Pintar-pintar orang disini, jujur saya akui itu,” ujarnya.

Disamping itu ia juga melihat ada keinginan besar dari pegawai-pegawai di provinsi berpenduduk 4,5 juta jiwa untuk terus maju. Mantan Kasubbag TU Balai Diklat Keagamaan ini bahkan mengaku pegawai-pegawai di Aceh tidak kalah dengan yang ada diluar Aceh.

“ Dan mereka ini mau maju, kalau saya bilang smart, mereka ini smart-smart dan pinter-pinter dan bisa diadu dengan SDM lain ditingkat nasional sekalipun dan bagi saya yang sebelumnya berpengalaman di Padang, melihat mereka ini tidak lembek, saya melihat keinginan mereka untuk terus

maju tinggi sekali, dan ini luar biasa bagi kita,” lanjut Khrisfison kagum.

Khrisfison menceritakan kehadiran Balai Diklat Keagamaan di provinsi Aceh sejak satu tahun lalu diharapkan mampu meningkatkan dan menumbuhkembangkan pegawai di kementrian agama provinsi Aceh.

“Tentu dengan hadirnya kami disini kita berharap ada peningkatan, tumbuh kembangnya pegawai kemenag di Aceh,” lanjutnya lagi.

Menurutnya sebelum adanya BDK ini, pegawai kementrian Agama provinsi Aceh ini tunduk ke Medan, Sumatera Utara .

Selain itu kehadiran BDK Aceh juga harus memberikan perubahan yang lebih baik, khususnya dengan hadirnya orang-orang baru maka mampu mewarnai kementrian agama di Aceh.” Mungkin dari kebiasaan-kebiasaan yang selama ini sudah mendarah daging, maka dengan adanya orang masuk seperti kami ini ada warna baru” imbuhnya.

Ia menyebutkan BDK Aceh merupakan BDK baru atau BDK yang ke 13 di Indonesia, kehadiran BDK bertujuan untuk melakukan pendidikan dan pelatihan kepada pegawai kementrian agama di provinsi ini, mulai dari pejabat struktural, pejabat fungsional, yang ada dijajaran kementrian agama provinsi Aceh.

“Jadi di sumtera ini ada empat BDK, pertama itu Palembang yang mewilayahi Lampung, Bengkulu, dan Babel, kemudian ada Medan yang dahulunya medan dan Aceh it satu tapi sekarang Aceh berdiri sendiri, kemudian ada Padang yang melingkupi Sumbar, Riau, Jambi dan Kepri. Jadi sebelumnya saya membawahi empat provinsi, “

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2928 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201428

tambahnya.Khrisfison bertekad kehadirannya di

provinsi Aceh untuk melakukan beberapa perubahan dan perbaikan dijajaran kementrian Agama. “ Yang pertama kita akan membangun sistem, karena kalau membangun kantor baru tu yang paling berat adalah membangun sistemnya , lalu membangun kelembagaan, disini kita butuh SDM nya. Kemudian membangun fisik, ini kantor kita masih numpang dari MAN model Banda Aceh,” lanjutnya.

Disebutkannya untuk kantor, BDK Aceh akan membangunnya dalam jangka lima tahun. “ Tahun 2015 ini mulai akan dibangun di Samahani Aceh Besar. Sudah ada disiapkan anggaran untuk pembangunan itu,” lanjutnya lagi.

Sementara itu saat ini, ujar Khrisfison BDK Aceh memiliki 10 orang pegawai yang terdiri dari 4 pejabat, 6 pegawai serta ditambah dengan 7 orang tenaga kontrak atau pegawai tidak tetap (PTT).

“Jadi kita baru punya empat pejabat masing-masing Kepala BDK provinsi Aceh, Kasubbag TU, Kasi diklat tenaga teknis keagamaan dan Kasi diklat tenaga adminitrasi,”imbuhnya.

Hingga kini pihaknya belum mendapatkan pegawai tambahan dari pusat, pasalnya dikatakan Khrisfison BDK merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT), yang langsung berada dibawah Balai Litbang dan Diklat Kemenag Jakarta.

Dikatakannya lagi, Kebutuhan pegawai di BDK Aceh idealnya 60 orang lebih, yang terdiri dari tenaga struktural dengan jabatan fungisonal umum 60 persen, dan tenaga pengajar atau widiaiswara) 40 persen.

Untuk program tahun ini yang sudah berjalan, antara lain kegiatan dalam bentuk diklat bagi pegawai kementrian agama baik didalam kampus maupun

diluar kampus.“Kemudian programnya melengkapai

sarana prasarana kantor kita, serta melengkapi sitem informasi kantor, dan juga mednatangkan pegawai kesini serta mengusulkan beberapa orang ke Jakarta agar ditempatkan ke BDK Aceh,”ujarnya.

Khrisfison menyebutkan BDK Aceh dalam bekerja, langsung Korordinasi 30 satuan kerja diseluruh Aceh, termasuk BDK sendiri.

“Jadi yang kita layani itu ada 30 satuan kerja terdiri dari UIN Ar-raniry, empat STAIN , kemudian Kementrian Agama Aceh dan kementrian Agama di 23 kabupaten/kota serta BDK Aceh itu sendiri,” pungkasnya. Abi Qanita

BIODATA

Nama: Drs. Khrisfison, S.IPITempat Tanggal Lahir: Indarung, 16 Pebruari 1967Jabatan: Kasubbag Tata Usaha BDK Aceh

Pendidikan:- SD 1979- SMP 1983- SMA 1985- D3 Sistem Produksi Industri

ATIP Padang 1991- Sarjana IKIP Padang 1992- Sarjana Universitas Yarsi

Jakarta 2005

Pekerjaan:- Ketua Harian Perpani Sumbar

2012 s/d sekarang- Kasubbag Tata Usaha Balai

Diklat Keagamaan Provinsi Aceh 2013 s/d sekarang

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 2928 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 29

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3130

Profil Kasi 1

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3130

Profil Kasi 1

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3332

Profil Kasi 2

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3332

Profil Kasi 2

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3534 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201434

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3534

Dibukanya Balai Diklat Keagamaan di Aceh memberi jawaban atas penantian panjang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di jajaran Kementerian

Agama selama ini, kalau sebelumnya berbagai pelatihan harus berangkat ke Medan kini sudah bisa dilaksanakan di tempat sendiri.

Tentu saja lahirnya Balai Diklat ini melibatkan banyak pihak baik secara politik, birokrasi, serta emosional, karena menjadi kebanggan tersendiri bagi rakyat Aceh jika mengikuti pelatihan dinas tidak harus menyeberang ke provinsi tetangga. Untuk itu mari kita beri apresiasi kepada siapa saja yang dengan gigih memperjuangkannya.

Satu hal yang sangat paling penting dari wujudnya Balai Diklat adalah peningkatan kualitas dari abdi negara dalam melakukan tugas dan fungsinya, hal itu bisa dihasilkan melalui pelatihan rutin bagi pegawai sesuai dengan jabatan yang diembannya, sehingga berbagai kebijakan Pemerintah tentang pelayanan publik yang harus diketahui oleh PNS dapat segera disosialisasikan dan dibekali teknisnya melalui balai Diklat tersebut.

Sebelumnya peluang mendapat giliran Diklat harus menunggu antrian panjang dari Balai Diklat Keagamaan di Medan yang membawahi beberapa provinsi, sehingga tak jarang seorang CPNS misalnya baru mendapat Diklat Prajabatan setelah dua tahun lulus CPNS, hal tersebut diharapkan tidak terulang lagi mengingat jumlah calon peserta Diklat yang dikelola Diklat Aceh hanya mencakup satu provinsi saja dengan jumlah PNS sekitar 16 ribu orang.

Secara politik Balai Diklat Keagamaan Aceh

juga bisa dilihat bagian dari kekhususan Aceh sebagai daerah Otonomi Khusus, karena banyak hal yang sudah diberikan kepada Aceh pasca perdamaian antara RI-GAM di Helsinki pada tahun 2005, seperti keberangkatan haji melalui embarkasi Banda Aceh yang hanya melayani jamaah asal Aceh, padahal jumlah kloter sangat sedikit, pada tahun 2014 hanya 7 kloter, jika dibandingkan dengan embarkasi lain yang mencapai ratusan kloter.

Dengan kekhususan yang dimiliki Aceh, salah satunya di bidang agama, wajar saja Aceh mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Pusat, sehingga diharapkan pembangunan sumber daya manusia akan semakin cepat, sebagai bekal dalam membangun negeri.

Di samping itu balai Diklat keagamaan Aceh dipastikan akan membawa dampak ekonomi secara langsung terhadap masyarakat, karena seluruh anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan PNS Aceh dipastikan semuanya akan berputar di Aceh.

Ini menjadi bagian dari efek yang sangat diharapkan oleh masyarakat, karena selama ini kebanyakan dana yang dikucurkan oleh Peme-rintah untuk Aceh mengalir ke luar Aceh, Diklat Keagamaan memberi jawaban atas persoalan itu, yang diharapkan akan menghidupkan beberapa sektor ril di bidang ekonomi.

Tentu saja Balai Diklat Keagamaan Aceh harus menjadi kebanggan rakyat Aceh, beriringan dengan kekhususan lainnya yang sudah dimiliki Aceh sebagai bagian dari resolusi konflik yang diberikan Pemerintah Pusat.

Diklat Keagamaan Sebagai Kebanggaan

Rakyat AcehOleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH

Penyuluh Agama Islam Fungsional di Kankemenag Kab. Aceh Besar)

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 35

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3736

Program Kerja BKD Tahun 2014

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3736

Program Kerja BKD Tahun 2014

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3938

Oleh Juniazi, S.Ag,M.Pd

Selamat Datang Balai Diklat Keagamaan Aceh

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201438

S etelah lama ditunggu, malah sejak tahun 2007 ide menghadirkan BDK Aceh digulirkan, akhirnya tahun 2013 ini Balai Pendidikan

dan Pelatihan Keagamaan Provinsi Aceh pun lahir. Alhamdulillah, kita semua jajaran Kementerian Agama Aceh dan khususnya rakyat Aceh patut bersyukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa atas lahirnya BDK ini. Tidak ada yang datangnya sendiri. Sesuatu itu tidak ada yang datangnya kebetulan. Semuanya perlu usaha dan kerja keras. Dan kelahiran BDK Aceh adalah sejarah bagaimana hampir seluruh komponen Masyarakat Aceh juga ikut memberikan andil.

Seperti diutarakan Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada saat lounching BDK Aceh, Rabu (25/9) di Banda Aceh, bahwa kehadiran Balai Diklat Keagamaan (BDK) Aceh mesti disyukuri sebagai sebuah keberhasilan rakyat Aceh dan akan menjawab permasalahan seputar peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Kementerian Agama Aceh dan juga SDM Aceh saat ini. Selama ini aparatur jajaran Kementerian Agama Provinsi Aceh mengeluh karena setiap diklat mesti ke BDK di Medan. Pada bagian lain, aparatur Kementerian Agama Aceh juga sering mengeluh karena jarang dipanggil ikut Diklat Teknis.

Jika pun ada pemanggilan peserta

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 3938

Diklat ke Medan, itu pun dalam jumlah terbatas dan harus menunggu giliran dengan waktu yang relative lama. Malah bukan tidak mungkin ada diantara aparatur Kementerian Agama di Aceh belum pernah mengikuti Diklat Teknis sekalipun selama menjadi PNS. “Ini adalah langkah awal strategis dalam rangka peningkatan kualitas SDM Kementerian Agama Aceh. Semoga sebagian dari persoalan itu akan terjawab,” ujar Ibnu Sa’dan kala itu.

Nah, pertanyaan kemudian muncul apakah dengan kehadiran BDK di Aceh, akan menjawab persoalan SDM aparatur Kementerian Agama di Provinsi Aceh. Artinya, apakah dengan kehadiran BDK, kua-litas SDM aparatur Ke-menterian Agama akan semakin lebih baik.

Salah satu per-soalan bangsa kita hari ini adalah ren-dahnya kualitas sum-ber daya manusia. Per soalan yang kurang lebih sama juga dialami SDM aparatur pemerintah, Kementerian Agama juga ada di sana. Nah, untuk menjawab persoalan ini salah satu solusinya adalah lewat pendidikan dan pelatihan. Di sinilah barangkali peran strategis balai diklat sebagai sebuah unit pelaksana teknis penyelenggara kediklatan bagi aparatur Kementerian Agama.

Harapan kita dengan hadirnya BDK dan pengelolaan dan penyelenggaraan Diklat Keagamaan Aceh yang lebih baik, ke depan tentu saja akan berdampak pada semakin baiknya kualitas SDM Kementerian Agama di Aceh. Namun

sebaliknya, ketika pengelolaan dan penyelenggaraan Balai dan Kediklatan cuma sekadar menghabiskan anggaran dan seadanya maka sebanyak apapun anggaran dan diklat yang diadakan tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas dan mutu SDM.

Kita menaruh harapan besar kepada BDK ini, kita yakin di bawah kepemimpinan Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag dan

teman-teman yang sudah mulai

b e k e r j a , B a l a i

D i k l a t

K e a g a m a a n Aceh yang masih

berumur jagung, konon lagi belum ada fasilitas dan kantor yang representative, SDM juga masih terbatas, dapat meletakkan dasar- dasar penting dalam rangka pengembangan dan kiprahnya ke depan.

Sesungguhnya, tantangan mengelola dan menyelenggara sebuah lembaga diklat pe merintah tidaklah ringan. Pekerjaan besar yang membutuhkan energi dan SDM yang

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 39

Harapan kita dengan hadirnya BDK dan pengelolaan dan

penyelenggaraan Diklat Keagamaan Aceh yang lebih baik, ke depan tentu

saja akan berdampak pada semakin baiknya kualitas SDM Kementerian Agama di Aceh. Namun sebaliknya, ketika pengelolaan dan

penyelenggaraan Balai dan Kediklatan cuma sekadar menghabiskan anggaran dan

seadanya maka sebanyak apapun anggaran dan diklat yang diadakan tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas dan mutu SDM.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4140

handal. Apa yang harus dilakukan oleh sebuah BDK pemerintah saat ini adalah meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan Diklat yang dimulai dengan menyiapkan rencana strategis, program dan kegiatan yang visioner, dukungan anggaran dan SDM yang memadai, melengkapi infrastruktur dan suprastruktur dengan menyelenggarakan proses kediklatan dalam sebuah system yang terintegrasi. Tugas pimpinan BDK p e r d a n a ini juga

p e r l u me mb ang u n jaringan koordinasi lintas sektoral juga penting artinya seperti dengan Pemerintah Daerah, DPR A, Perguruan Tinggi, dengan lembaga-lembaga penelitian dan kajian yang sudah ada.

Begitu pula, BDK Aceh tidak perlu malu dan sungkan untuk belajar ke tempat lain, ke BDK atau ke lembaga Diklat lainnya yang sudah lebih dahulu eksis dan sudah maju. Jika perlu ke luar negeri sekalian kenapa tidak untuk belajar dan melihat bagaimana pengelolaan dan penyelenggaraan sebuah diklat yang baik.

Ini penting dilakukan karena kita

melihat selama ini pengelolaan dan penyelenggaraan kediklatan lebih sebagai sebuah tradisi kedinasan yang sebenarnya belum tentu teruji. Penyelenggaran kediklatan selama ini kelihatannya Cuma sekadar menghabiskan program dan anggaran. Diklat bukan hanya sekadar diklat, selesai itu titik. Namun bagaimana sebuah proses dan hasil dari sebuah diklat tentu saja masih dipertanyakan.

Ke depan mesti dipikirkan bahwa penentuan jenis dan model diklat bagi seseorang aparatur harus dilakukan berdasarkan kebutuhan. Materi diklat

pun harus benar-benar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan

seseorang dalam bekerja. Pe nge lolaan kediklatan harus diseleng garakan dengan manajemen mo dern. Bukan ma na jemen “tu kang cukur” atau manajemen kam pungan yang

di anggap seolah-olah lebih ampuh dan luar biasa. Balai Diklat Aceh ke

depan harus berani mem prok lamirkan diri sebagai lembaga atau organisasi belajar

yang berorientasi non provit. Bukan lembaga pendidikan yang mencari keuntungan dan orientasinya bisnis.

Walaupun Pak Zul, panggilan untuk kepala BDK Aceh tidak akan lama memimpin dan mengelola BDK Aceh, kita berharap ada sesuatu yang penting dan strategis yang diletakkan pada balai. Pak Zul juga tidak hanya berpikir dan ingin menabalkan bahwa dirinya adalah kepala BDK Aceh pertama, tanpa mampu meletakkan dasar- dasar penting dan kokoh buat pengembangan BDK Aceh ke depan. Ini penting kita ingatkan, karena BDK ini sesungguhnya milik kita bersama seluruh aparatur Kementerian Agama Aceh.

Kita menaruh harapan besar kepada

BDK ini, kita yakin di bawah kepemimpinan Drs. H. Zulhelmi

A. Rahman, M.Ag dan teman-teman yang sudah mulai bekerja, Balai Diklat Keagamaan Aceh yang masih berumur

jagung, konon lagi belum ada fasilitas dan kantor yang representative, SDM juga

masih terbatas, dapat meletakkan dasar- dasar penting dalam rangka

pengembangan dan kiprahnya ke depan.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201440

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4140

Hadirnya Balai Diklat Keagamaan Aceh menimbulkan berbagai macam persepsi, ada yang merasa senang, ada juga yang

mengeluh karena tidak lagi mengikuti Diklat di kota Medan, Sumatera Utara. Seperti yang dikatakan oleh Ainul Mardhiah, guru pada MTsN Simpang Ulim Kab.Aceh Timur. “Saya senang karena Balai Diklat sudah

ada di Aceh, yang me-rupakan daerah kita sen-diri, kedekatan dengan peserta akan lebih terasa karena sama-sama orang Aceh,” ungkap Ai-nul Mardhiah.

Guru yang mengajar bidang studi fisika tersebut senang karena dengan hadirnya BDK Aceh dapat menampung lebih banyak peserta dari Aceh, “Kalau dulu kita harus berbagi dengan BDK Medan, dari Aceh 15 peserta dan dari SUMUT 15 peserta, sehingga tidak semua guru bidang studi dapat terpanggil mengikuti diklat,” ujar guru yang asli warga Simpang Ulim itu.

Ibu dari 4 orang anak tersebut mengecap

pendidikan Diploma Fisika di Unsyiah Banda Aceh dan memperoleh gelar sarjana di IAIN Ar-Ranir y jurusan tarbiyah bidang studi fisika pada tahun 2003.

Ainul Mardhiah mengaku pengalaman selama mengikuti di Medan akan berbeda ketika Diklat di Aceh, “Dulu kita berbaur dengan

peserta dari Sumatera Utara, selain menambah ilmu dan pengalaman,

Diklat disana akan lebih mengenal corak pendidikan

di sana, karena kita ada observasi lapangan di madrasah-madrasah atau instansi terkait, sehingga dapat kita bandingkan dengan madrasah di Aceh,”

tuturnya lagi.Ainul menambahkan,

mengikuti Diklat di Medan maka teman akan bertambah,

“Dapat bersilaturahmi dengan peserta dari Sumut yang mayoritas ras dan sukunya

berbeda dengan kita akan lebih terasa lain jika dibandingkan berteman dengan peserta dari daerah kita sendiri.” Tutupnya seraya mengharapkan BDK Aceh dapat segera berjalan, “Saya tidak sabaran ingin ikut Diklat di Aceh,” harapnya. [jamaluddin/y/santunan]

Balai Diklat di Aceh;

Ada Enak, Ada tak Enaknya

Dulu kita berbaur dengan

peserta dari Sumatera Utara, selain menambah ilmu dan

pengalaman, Diklat disana akan lebih mengenal corak pendidikan di sana, karena kita ada observasi lapangan di madrasah-madrasah

atau instansi terkait, sehingga dapat kita bandingkan dengan madrasah di

Aceh

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 41

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4342

J ika wacana pemindahan ibukota Kabu-paten Aceh Besar jadi dipindahkan, dan area barunya di lahan yang kini masih ‘kosong’ di sisi selatan Jalan

Banda Aceh – Medan, kawasan Kuta Malaka, maka bakal akan dekat sekali dengan BDK (Balai Diklat Keagamaan) Aceh, yang sudah ada strukturnya, yang rencana dalam waktu dekat akan beroperasi.

“Menariknya, jika jadi dibangun komplek perkantoran Aceh Besar di Kita Malaka, timur Samahani dan barat Indrapuri itu, Balai kita akan jadi gerbang masuk ke sana,” jelas Kepala Kantor Kemenag Aceh Besar, Drs H Salahuddin MPd, merespon usulan dan hasil Sidang Paripurna DPRK Aceh Besar, hal pemindahan ibukota itu.

“Selama ini sangat mahal har ga yang dibayar masyarakat Aceh Besar, dan warga yang ber ke pentingan lainnya, yang akan menuju ke ibukota. Padahal kita me nilai, salah satu tujuan adanya peme rintah ialah agar lahirnya pelayanan yang mudah, murah, dan efisien,” jelas H Sala huddin, mantan Kakandepag Aceh Utara itu lagi, dalam ramah tamah di ruang Subbag In formasi dan Humas Kanwil.

Jadi, pemindahan ibukota akan memu-dahkan warga yang dekat, apalagi yang jauh.

Soalan gedung lama di Kota Jantho nanti akan terbengkalai, dan dibangun dengan uang da-lam jumlah besar dulu, maka menurut Kakan-kemenag, soal dana dan daya yang dihabiskan oleh rakyat juga sangat besar, juga perlu kita perhitungkan.

“Kita akan bangun kantor sendiri, jika jadi dipindahkan ke Kuta Malaka. Kita doa-kan Kankemenag Aceh Besar jadi kantor pertama yang ditemui saat masuki komplek perkantoran,” gambar Drs H Salahuddin, Kakankemang Aceh Besar, alumni Program

Manajemen Pendidikan PPs Unsyiah, yang menjadi TPIH 2013.

Sebagaimana diinformasikan, dari sidang paripurna DPRK

Aceh Besar (15/7), empat fraksi menyetujuia ibukota

kabu paten, Kota Jan tho dipindahkan ke Keca-

matan Kuta Malaka. Hanya satu fraksi menolak, dengan

alasan-alasan. Persetujuan DPRK menjadi satu syarat admi-

nis trasi untuk diusulkan pada Mendagri.

Namun, fraksi PKS-PPP menilai proses awal pemindahan dan pembahsan akademik tidak dilakukan secara optimal, menurut Ketua Fraksi PKS-PPP, Tgk H Irawan Abdullah. Fraksi ini juga seprinsip dengan wacana pemindahan, tapi bukan dengan kesan dipaksakan, tambah anggota fraksi lain, Tgk Musannif. [yakub/si/santunan]

BDK Aceh Bakal Jadi Gerbang Masuk, Ibukota Aceh Besar

“Selama ini sangat mahal harga yang dibayar masyarakat

Aceh Besar, dan warga yang berkepentingan lainnya, yang akan menuju ke ibukota. Padahal kita menilai, salah satu tujuan adanya

pemerintah ialah agar lahirnya pelayanan yang mudah,

murah, dan efisien”

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 201442

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4342

Pelatihan Diklat Harapan Lebih ke Aplikatif

Drs. Nanang, Kasi Pendis Kankemenag Kab. Aceh Singkil

Kepala Seksi Pendis Kantor Ke-men terian Agama Kabupaten Aceh Singkil Drs. Nanang, meng-harapkan dengan terbentuknya

Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama di Provinsi Aceh da pat meng-cover peserta lebih besar lagi diban-dingkan dengan sebelumnya, dan pelatihan ber sifat aplikatif.

Dalam peningkatan Pendidikan di Aceh selayaknya ke depan, “Bagaimana kita dapat menciptakan pelatihan-pelatihan yang ber-bentuk aplikatif, dapat dipraktekkan lang-sung oleh guru atau pegawai di Kementerian Agama, tidak hanya bersifat retorika, sehingga menyulitkan peserta di saat implementasi di lapangan, serta pelatihannya berkelanjutan.

Syukur Alhamdulillah,Diklat yang la-ma kita tunggu sudah terbentuk di Aceh, harapan besar kita kedepan khususnya guru dan pegawai Kementerian Agama Kabupaten

Aceh Singkil mendapatkan ruang yang lebih besar karena selama ini, Aceh singkil dalam satu tahun lebih kurang cuma dua orang yang mendapatkan kesempatana untuk mengikuti pelatihan ke Medan.

Maka dengan adanya Diklat di Aceh lanjutnya, menjadi angin segar terlebih guru dan pegawai daerah pedalaman dan juga ke Puluan di Aceh Singkil yang selama ini ja-rang mendapatkan kesempatan,

juga mendapatkan peningkatan kualia-tas dan kompetensinya sehingga siswa Aceh umumnya dan khususnya Aceh Singkil da-pat bersaing di level nasional.

Di saat Santunan menanyakan pelatihan apa saja yang dapat dilakukan ke depan untuk meningkatkan kompetensi, Kasi Pen-dis menyebutkan, khusus bagi guru pe latihan mata pelajaran dengan dibarengi peng gunaan media pembelajaran perlu diting katkan. [alfaizin/y/santunan]

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 43

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4544

Kepala BDK Aceh, Kapusdiklat Administrasi, Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh, Kapusdiklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan

Tanah BDK Aceh di Samahani

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4544

Dr. Hasan Basri, Kepala BDK Aceh, Kasi Teknis BDK Aceh,Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh, Dan Kasubbag Tata Usaha BDK Aceh

Penyematan Tanda Peserta Diklat KU.

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4746

Struktur dan Foto-Foto Pegawai di BDK Aceh

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 4746

Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 Meutuah Diklat I Edisi Januari-Juni 2014 PB48