karya tulis pengembangan sistem aplikasi...
TRANSCRIPT
KARYA TULIS
PENGEMBANGAN SISTEM APLIKASI REGISTRASI DAN VERIFIKASI ONLINE
LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK
Periode Penilaian Semester II Tahun 2011
Oleh :
Bary R. Pratama NIP 198508132009011009
Sekretariat Jenderal
Tim Penilai Instansi Pusat Jabatan Fungsional Pranata Komputer
Kementerian Keuangan R.I.
Jakarta, Oktober 2011
2
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 5
A. LATAR BELAKANG .....................................................................................................6
B. MAKSUD DAN TUJUAN .............................................................................................8
BAB II : POKOK BAHASAN ......................................................................................................................... 9
A. INTERKONEKSI SISTEM REGISTRASI DAN VERIFIKASI ONLINE DENGAN SISTEM INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT .................................................................................... 11
B. INTERKONEKSI SISTEM REGISTRASI DAN VERIFIKASI ONLINE DENGAN SISTEM YANG ADA DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP) ................................................................... 15
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................................... 21
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 21
B. SARAN .................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 23
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data-data yang diperlukan dari Instansi lain ........................................................... 12
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Arsitektur Jaringan Alternatif 1 .......................................................................... 13
Gambar 2 Arsitektur Jaringan Alternatif 2 .......................................................................... 18
Gambar 3 Arsitektur Interkoneksi SPSE dan Sitem DJP ....................................................... 19
5
BAB I : PENDAHULUAN
E-Government, biasa disebut juga dengan e-Gov, adalah penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik serta penyediaan barang/jasa informasi dari pemerintah kepada warganya
(Government-to-Citizens), pemerintah dengan bisnis (Government-to-Business), dan
hubungan antar pemerintah (Government-to-Government).
Definisi e-Government dapat juga diartikan sebagai berikut :
1. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pemerintah;
2. Kemampuan untuk mengubah hubungan dengan masyarakat, kalangan bisnis
dan bagian lain dari pemerintah;
3. Memberikan layanan pemerintahan yang lebih baik kepada masyarakat,
meningkatkan interaksi dengan kalangan bisnis dan industri, pemberdayaan
masyarakat melalui akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih
efisien;
4. Mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi, kenyamanan yang lebih baik,
pertumbuhan pendapatan, penekanan biaya.
6
A. LATAR BELAKANG
E-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang
pelaksanaannya dilakukan secara elektronik, berbasis web/internet dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang meliputi
pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE).
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 111, ayat (4)
mendefinisikan fungsi pelayanan LPSE paling kurang meliputi administrator sistem
elektronik, unit registrasi dan verifikasi pengguna, dan unit layanan pengguna.
LPSE adalah suatu unit yang melayani proses pengadaan barang/jasa yang
dilaksanakan secara elektronik. LPSE akan menjalankan fungsi sebagai berikut :
1. Mengelola sistem e-Procurement;
2. Menyediakan pelatihan kepada PPK/Panitia serta Penyedia barang/jasa;
3. Menyediakan sarana akses Internet bagi PPK/Panitia serta Penyedia
barang/jasa;
4. Melakukan fungsi registrasi dan verifikasi terhadap PPK/Panitia serta
Penyedia barang/jasa.
Penyedia barang/jasa dapat mengikuti e-Procurement dengan cara
mendaftarkan perusahaannya di LPSE terdekat. Pada saat ini, proses registrasi atau
pendaftaran penyedia barang/jasa di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan
dengan dua tahap. Tahap pertama adalah registrasi secara online melalui SPSE
7
dengan alamat www.lpse.depkeu.go.id. Tahap kedua adalah registrasi offline
dimana penyedia barang/jasa harus datang ke kantor layanan LPSE Kementerian
Keuangan dengan membawa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan untuk
melakukan validasi dokumen.
Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan kemudian dibawa ke kantor layanan
LPSE Kementerian Keuangan beserta dengan hasil scan-nya dalam bentuk PDF.
Dokumen asli hanya digunakan untuk keperluan validitas data dan memastikan
bahwa hasil scan yang diserahkan sama dengan dokumen aslinya. Jika hasil scan
telah diperiksa dan sesuai dengan dokumen aslinya, maka dokumen asli tersebut
akan dikembalikan kepada penyedia barang/jasa yang bersangkutan, sementara
hasil scan-nya disimpan oleh petugas verifikator.
Setelah penyedia barang/jasa melakukan proses registrasi secara online dan
offline, LPSE Kementerian Keuangan akan melakukan proses verifikasi terhadap
hasil scan dokumen yang diserahkan. Verifikasi lanjutan terhadap hasil scan
dokumen dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain mendatangi langsung
alamat penyedia barang/jasa tersebut atau dengan melalui media telepon.
Verifikasi dokumen merupakan titik kritis, karena menjadi awal bagi penyedia
barang/jasa untuk dapat masuk ke dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik
(SPSE). Verifikasi dokumen harus dilakukan secara ketat dan teliti agar penyedia
barang/jasa yang akan mengakses ke dalam SPSE adalah penyedia barang/jasa yang
valid atau tidak fiktif. Penyedia barang/jasa yang telah melewati tahap verifikasi
8
dokumen dan dianggap valid oleh petugas verifikator akan diberikan kata sandi
untuk dapat mengakses ke SPSE.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Proses registrasi dan verifikasi yang dilakukan di LPSE Kementerian Keuangan
merupakan proses yang saat ini masih memerlukan dokumen persyaratan asli yang
harus dibawa fisiknya. Selain itu, untuk melakukan proses registrasi dan verifikasi,
penyedia barang/jasa diharuskan datang langsung ke kantor layanan LPSE
Kementerian Keuangan yang berdampak pada masih diperlukannya biaya
transportasi serta waktu dan tenaga yang terbuang tidak sedikit. Dapat kita
bayangkan berapa biaya dan waktu yang harus dikeluarkan oleh penyedia
barang/jasa untuk melakukan proses registrasi dan verifikasi jika kantor layanan
LPSE Kementerian Keuangan berada di luar kota tempat penyedia barang/jasa
berdomisili. Contohnya, penyedia barang/jasa yang berdomisili di wilayah Wamena,
harus datang langsung ke Jayapura hanya untuk melakukan proses registrasi dan
verifikasi.
Maksud dan tujuan dikembangkannya aplikasi registrasi dan verifikasi online
adalah agar proses registrasi dan verifikasi penyedia barang/jasa dapat dilakukan
secara online tanpa perlu penyedia barang/jasa tersebut datang langsung ke LPSE
Kementerian Keuangan.
9
BAB II : POKOK BAHASAN
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi saat ini, maka proses
registrasi dan verifikasi dimungkinkan untuk dilakukan secara online. Dengan proses
registrasi dan verifikasi online, penyedia barang/jasa tidak perlu datang ke tempat
pelayanan LPSE Kementerian Keuangan.
Salah satu Negara yang telah menerapkan proses registrasi dan verifikasi online
adalah Korea. PPS yaitu lembaga pengadaan barang/jasa di Korea Selatan telah
menerapkan sistem online secara murni yang mereka sebut Aplikasi KONEPS.
Pendaftaran penyedia barang/jasa sebagai pengguna sistem KONEPS dilakukan
secara online dan berlaku hanya satu tahun. PPS telah mengimplementasikan
sertifikasi digital bagi pengguna sistem yang di-update setiap 1 tahun sekali. PPS
membangun Customer Relationship Management di Call Center PPS melalui media
web call center yang beroperasi selama 24 jam dalam sehari.
Apabila dibandingkan dengan PPS di Korea, Pusat LPSE tertinggal jauh dalam
hal sistemnya. Sistem di Korea sudah terhubung dengan beberapa Kementerian,
sedangkan Pusat LPSE masih berjalan sendiri karena sistem yang ada di
pemerintahan Indonesia belum semuanya terhubung secara online.
10
Saat ini, LPSE Kementerian Keuangan sudah tidak lagi meminta penyedia
barang/jasa untuk membawa fotokopi dokumen persyaratan pendaftaran, tetapi
cukup dalam bentuk softcopy dengan format PDF. Hal tersebut merupakan langkah
awal dalam hal proses registrasi dan verifikasi secara online. Akan tetapi,
penyerahan dokumennya masih belum dilakukan dengan menggunakan media
Internet, melainkan diserahkan secara manual ke LPSE Kementerian Keuangan
dengan menggunakan media penyimpanan seperti USB flashdisk dan harddisk
external, atau dengan menggunakan CD.
Proses penyerahan dokumen persyaratan pendaftaran secara manual ini
merupakan permasalahan yang dapat dicarikan solusinya. Berdasarkan penelitian
terhadap sistem yang sudah berjalan saat ini di LPSE Kementerian Keuangan, solusi
yang dapat diberikan ada 2 (dua), yaitu :
1. Melakukan interkoneksi antara sistem registrasi dan verifikasi di LPSE
Kementerian Keuangan dengan sistem intansi pemerintah terkait yang
menerbitkan dokumen-dokumen perijinan; dan/atau
2. Melakukan interkoneksi antara sistem registrasi dan verifikasi di LPSE
Kementerian Keuangan dengan sistem yang ada di Direktorat Jenderal Pajak.
11
A. INTERKONEKSI SISTEM REGISTRASI DAN VERIFIKASI ONLINE DENGAN SISTEM INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT
Solusi pertama dari pengembangan sistem aplikasi registrasi dan verifikasi
online yang dapat diambil, yaitu menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah
lain yang mengeluarkan atau menerbitkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan
agar dapat melakukan interkoneksi sistem. Interkoneksi ini bertujuan agar proses
pertukaran data antara LPSE Kementerian Keuangan dengan instansi pemerintah
terkait selaku penerbit surat perijinan usaha, dapat dilakukan dengan cepat dan
tepat.
Apabila aplikasi registrasi dan verifikasi online dapat diterapkan, maka proses
registrasi dan verifikasi dapat dilakukan dimana saja, tanpa penyedia barang/jasa
harus datang ke kantor pelayanan LPSE Kementerian Keuangan. Penyedia
barang/jasa cukup mengisi formulir yang disediakan di halaman aplikasi registrasi
dan verifikasi online serta mengunggah hasil scan dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan. Data yang dimasukan oleh penyedia barang/jasa akan divalidasi
dengan data yang ada di masing-masing instansi pemerintah terkait.
Data-data yang dapat divalidasi melalui interkoneksi antara sistem registrasi
dan verifikasi online dengan sistem instansi pemerintah terkait, antara lain :
No. Dokumen K/L/D/I Terkait
1. KTP Direksi/Pemilik/Pejabat yang berwenang Kementerian Dalam Negeri
2. NPWP Perusahaan Direktorat Jenderal Pajak
3. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Pemerintah Kotamadya/Daerah
4. Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Pemerintah Provinsi
12
5. Tanda Daftar Penyedia barang/jasa Pemerintah Kotamadya/Daerah
6. Akta Pendirian sampai dengan Perubahan
Terakhir Penyedia barang/jasa
Kementerian Hukum dan HAM
7. Surat Keterangan Domisili Pemerintah Provinsi/Pemerintah
Kotamadya/Daerah
8. Bukti Pelunasan Pajak :
Surat Keterangan Fiskal tahun terakhir
Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak
Penghasilan (PPh) tahun terakhir
Surat Setoran Pajak (SSP) PPH pasal 29
selama tiga bulan terkhir
Direktorat Jenderal Pajak
Tabel 1 Data-data yang diperlukan dari Instansi lain
Secara garis besar dapat disimulasikan sebagai berikut :
1. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran secara online di sistem SPSE
dengan mengisi formulir yang ada, kemudian mengunggah hasil scan dokumen
persyaratan pendaftaran yang diminta;
2. Data-data pendaftaran tersebut, oleh petugas registrasi dan verifikasi dikirimkan ke
server inaproc untuk dilakukan validasi dokumen persyaratan pendaftaran;
3. Server inaproc melakukan komunikasi kepada sistem-sistem instansi terkait dengan
menggunakan web service untuk melakukan validasi dokumen perusahaan pendaftar
dengan dokumen yang ada di instansi terkait tersebut;
4. Hasil validasi dikirimkan kembali kepada server inaproc dengan menggunakan web
service juga;
5. Server inaproc meneruskan hasil validasi ke server SPSE;
13
6. Petugas registrasi dan verifikasi mengecek hasil validasi tersebut, kemudian
memberikan keputusan apakah penyedia barang/jasa yang mendaftar di LPSE
Kementerian Keuangan disetujui atau tidak berdasarkan hasil validasi tersebut.
Ilustrasi dari simulasi diatas dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1 Arsitektur Jaringan Alternatif 1
Penerapan solusi pertama ini tentunya akan memperoleh beberapa
keuntungan/kelebihan serta kelemahan/kekurangan. Keuntungan atau kelebihan
yang akan diperoleh dengan menerapkan solusi yang pertama ini adalah :
1. Data yang dimasukkan oleh penyedia barang/jasa dapat langsung disesuaikan
dengan data-data yang tersimpan pada masing-masing sistem instansi
pemerintah terkait, sehingga kecil kemungkinan bahwa penyedia barang/jasa
yang melakukan pendaftaran secara online merupakan penyedia yang fiktif.
14
2. Ketidakseragaman pengetahuan antara masing-masing petugas registrasi dan
verifikasi LPSE Kementerian Keuangan baik di pusat maupun di daerah dapat
diatasi, karena proses validasi langsung dilakukan ke instansi pemerintah terkait
yang menerbitkan dokumen-dokumen perijinan.
3. Fungsi monitoring dapat berjalan dengan baik, sehingga memperkecil ruang
bagi penyedia barang/jasa untuk melakukan manipulasi data perusahaannya.
4. Apabila interkoneksi sistem ini dapat berjalan dengan baik, tujuan utama dari
proses pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah dapat tercapai, yaitu
pengadaan yang kredibel dan bersih serta terpenuhinya efektivitas dan
efisiensi.
Kekurangan atau kesulitan yang mungkin akan dihadapi jika ingin menerapkan
solusi pertama ini adalah :
1. Kesulitan dalam menjalin kerjasama antara LPSE Kementerian Keuangan
dengan Instansi Pemerintah terkait dimana masing-masing sistem yang ada
memiliki karakteristik sistem yang berbeda-beda.
2. Maintenance juga akan sulit dilakukan karena sistem tidak terletak pada 1
wilayah, melainkan berada pada wilayah yang berbeda-beda.
3. Apabila pada salah satu atau beberapa sistem instansi pemerintah terkait
mengalami gangguan, hal itu akan mengganggu proses verifikasi online di LPSE
Kementerian Keuangan.
4. Kondisi jaringan Internet yang ada di masing-masing instansi berbeda-beda,
sehingga dapat menyebabkan adanya delay dalam proses validasi data ke
sistem instansi pemerintah terkait.
15
5. Tidak semua instansi pemerintah penerbit dokumen-dokumen perijinan
memiliki data warehouse, melainkan masih banyak instansi pemerintah yang
menyimpan dokumen-dokumen perijinan dalam bentuk fisik (hardcopy).
6. Kesulitan lain yang akan terasa di awal proses pengintegrasian sistem adalah
tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, diperlukan banyak kajian dan
koordinasi antar masing-masing pemilik sistem sehingga tercapai kata sepakat.
B. INTERKONEKSI SISTEM REGISTRASI DAN VERIFIKASI ONLINE DENGAN SISTEM YANG ADA DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP)
Solusi kedua yang dapat diambil adalah bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Pajak untuk memeriksa data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara
online. Selain itu, Pusat LPSE Kementerian Keuangan melalui website-nya telah
mensyaratkan penyedia barang/jasa untuk membawa dokumen asli disertai
softcopy-nya ketika melakukan registrasi offline. Data softcopy yang dibawa
penyedia barang/jasa tersebut akan disimpan kedalam sistem SPSE. Pendaftaran
secara offline hanya diperlukan satu kali saja dalam jangka waktu satu tahun. Akan
tetapi apabila dalam perjalanan satu tahun tersebut ada perubahan data, maka
penyedia barang/jasa wajib melaporkan kepada LPSE Kementerian Keuangan agar
datanya bisa di-update.
Selain NPWP, interkoneksi antara kedua sistem ini juga bertujuan untuk
mengecek apakah penyedia barang/jasa yang mendaftar sudah memiliki surat
Pengukuhan Kena Pajak (PKP) atau belum. PKP adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
16
pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2000.
Untuk mendapatkan PKP, penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran
kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat dimana penyedia barang/jasa
tersebut melakukan kegiatan usaha. Petugas dari KPP tersebut akan melakukan
konfirmasi lapangan untuk membuktikan kebenaran pendaftaran dan melakukan
penelitian kelayakan usaha dari penyedia barang/jasa yang bersangkutan.
Jika dilihat secara prosedur, proses untuk mendapatkan PKP dengan proses
untuk mendapatkan nama pengguna dan kata sandi pada aplikasi SPSE, proses
keduanya adalah mirip dimana petugas verifikator akan memastikan bahwa
penyedia barang/jasa yang mendaftar adalah penyedia barang/jasa yang benar-
benar ada, melakukan kegiatan usaha, dan bukan penyedia barang/jasa fiktif.
Dengan kata lain, jika penyedia barang/jasa telah memiliki PKP, maka dapat
dipastikan bahwa penyedia barang/jasa tersebut valid sehingga petugas verifikator
LPSE Kementerian Keuangan tidak perlu lagi melakukan kegiatan verifikasi terhadap
penyedia barang/jasa yang mendaftar di LPSE Kementerian Keuangan.
Penerapan dari solusi kedua ini tentunya akan menemui beberapa
keuntungan/kelebihan dan juga kesulitan/kekurangan. Keuntungan atau kelebihan
yang akan diperoleh dengan menerapkan solusi kedua ini adalah :
17
1. Lebih mudah untuk diimplementasikan, karena antara Pusat LPSE dengan DJP
sama-sama berada pada satu naungan institusi yaitu Kementerian Keuangan.
2. Jika dibandingkan dengan langkah pertama, langkah kedua terlihat lebih
sederhana, karena aplikasi registrasi dan verifikasi online hanya perlu
melakukan pengecekan NPWP dan PKP pada sistem DJP.
3. LPSE Kementerian Keuangan tidak perlu melakukan verifikasi terhadap seluruh
penyedia barang/jasa yang mendaftar, melainkan hanya penyedia barang/jasa
yang tidak memiliki PKP saja.
4. Penyedia barang/jasa yang telah memiliki PKP dapat langsung dilakukan
pengecekan dengan data PKP yang berasal dari sistem yang ada di DJP.
Kesulitan atau kekurangan yang akan dihadapi dengan menerapkan solusi
kedua ini, yaitu :
1. KPP melakukan konfirmasi lapangan sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya paling lama 6 bulan setelah terbitnya NPWP dan PKP penyedia
barang/jasa yang bersangkutan, sehingga belum dapat dipastikan apakah
penyedia barang/jasa tersebut valid atau tidak ketika mendaftar ke LPSE;
2. KPP hanya melakukan konfirmasi lapangan terhadap kegiatan usaha, tidak
terhadap pemilik usaha tersebut, sehingga dimungkinkan pemilik usaha dapat
mendaftarkan lebih dari 1 perusahaan yang dimilikinya dengan tujuan
monopoli suatu pelelangan;
3. PKP hanya diwajibkan terhadap penyedia barang/jasa yang memiliki omset
minimal Rp 600 juta dalam setahun.
18
Solusi kedua ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 Arsitektur Jaringan Alternatif 2
Dari gambar dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penyedia melakukan registrasi secara online ke sistem LPSE dengan
memasukkan nomor NPWP perusahaannya yang masih berlaku;
2. Petugas verifikator di LPSE kemudian melakukan proses verifikasi nomor NPWP
perusahaan dengan mengirimkan nomor NPWP tersebut ke server inaproc LKPP
untuk dilakukan validasi;
3. Server inaproc LKPP melakukan validasi nomor NPWP perusahaan ke sistem DJP
melalui web service. Koneksi yang terjadi tidaklah real-time, melainkan
berdasarkan request sehingga tidak membebani kinerja sistem DJP;
4. Selanjutnya, sistem DJP akan mengirimkan notifikasi kepada server inaproc
LKPP, apakah nomor NPWP tersebut valid atau tidak;
19
5. Server inaproc LKPP akan melanjutkan notifikasi dari sistem DJP kepada sistem
LPSE;
6. Petugas verifikator memberikan keputusan apakah akan memberikan password
kepada penyedia atau tidak, berdasarkan notifikasi yang diterima dari server
inaproc LKPP.
Sistem yang dikembangkan ini, selain digunakan untuk proses pendaftaran
penyedia barang/jasa di LPSE secara online, dapat pula digunakan untuk memantau
potensi pajak dari perusahaan-perusahaan pemenang lelang. Secara garis besar
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Sistem Ditjen. Pajak(web service)
Inaproc LKPP(web service)
Internet(SSL)
Internet
Server LPSE 1
Data perusahaanpemenang lelang
Data perusahaanpemenang lelang
Data perusahaanpemenang lelang
Data perusahaanpemenang lelang
Server LPSE 2
Server LPSE 3
Data perusahaanpemenang lelang
Data perusahaanpemenang lelang
Gambar 3 Arsitektur Interkoneksi SPSE dan Sitem DJP
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Server inaproc LKPP menarik sebagian data lelang yang ada di masing-masing
LPSE, seperti nama perusahaan pemenang lelang, nomor NPWP perusahaan
pemenang lelang, alamat perusahaan pemenang lelang, nilai penawaran
pemenang lelang, dan data-data lain yang dapat dimanfaatkan oleh DJP;
20
2. Sistem DJP secara berkala dapat melihat data-data pemenang lelang tersebut
melalui server inaproc LKPP dengan menggunakan web service yang disediakan
oleh server inaproc LKPP;
3. Data-data pemenang lelang tersebut kemudian dapat digunakan oleh DJP
sebagai alat bantu untuk memperoleh data perusahaan yang memiliki potensi
untuk membayar pajak.
Apabila interkoneksi antara Sistem SPSE dengan sistem yang ada di DJP berjalan
dengan baik, maka dapat memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak seperti
yang telah dijelaskan di atas. Keuntungan tersebut juga dapat digunakan oleh
masing-masing pihak untuk mencegah adanya praktek kecurangan baik dari sisi
pengadaan barang/jasa, maupun dari sisi pembayaran pajak dari pemenang lelang.
21
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dengan adanya implementasi proses registrasi dan verifikasi secara online
adalah diperoleh beberapa manfaat, yaitu:
1. Menghemat waktu, biaya dan tenaga;
a. Penyedia barang/jasa tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama dalam
mendapatkan nama pengguna dan kata sandi jika penyedia barang/jasa
tersebut memasukkan dokumen yang valid;
b. Penyedia barang/jasa tidak perlu membawa dokumen perusahaannya ke
kantor layanan LPSE;
c. Verifikator tidak perlu melakukan pemeriksaan lapangan terhadap
penyedia barang/jasa;
d. Mengurangi atau meniadakan pemakaian sumber daya seperti kertas.
2. Pelayanan yang lebih baik terhadap pengguna khusunya terhadap penyedia
barang/jasa, karena proses verifikasi dapat dilakukan dengan cepat;
3. Dapat menjadi contoh untuk Kementerian/Lembaga lain dalam
mengintegrasikan sistem-sistem yang telah ada.
22
B. SARAN
Dalam mengembangkan suatu sistem di instansi pemerintah Republik
Indonesia seharusnya dapat saling terintegrasi sehingga mengurangi permasalahan-
permasalahan seperti duplikasi data serta berkoordinasi dengan intansi pemerintah
terkait agar tidak terjadi pengembangan-pengembangan sistem yang mirip akan
tetapi hanya digunakan untuk instansi tertentu saja.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Portal Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan: http://www.pajak.go.id.
2. Fahmy Radhi, “Transformasi Pelayanan Publik Melalui Penerapan E-Government”, http://s3.amazonaws.com/ppt-download/09egovernment-1231407216290599-2.ppt?response-content-disposition=attachment&Signature=FPfmag5kgXAkf04%2BfYMa%2F7gaJjM%3D&Expires=1305196014&AWSAccessKeyId=AKIAJLJT267DEGKZDHEQ, 15 April 2011.
3. Ir. Mohamad Adriyanto, MSM., “Membangun e-Gov yang Berhasil Guna”, http://www.slideshare.net/confirm/MzExMjExODk7YmFyeS4=/1148317-5592b4ceca93c86913f3f8f862ae7a1f22acb465-slideshow, 15 April 2011.
4. Keputusan Menteri No. 57/KEP/M.KOMINFO/12/2003.
5. Gapra, “Aplikasi Registrasi Online pada Website Interaktif”, http://www.scribd.com/doc/39354468/Aplikasi-Registrasi-Online, 24 April 2011.