pola komunikasi pada komunitas offline-online

Upload: aulia-nastiti

Post on 09-Jul-2015

1.764 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Membahasa mengenai perbedaan pola-pola komunikasi di komunitas online dan komunitas offline.

TRANSCRIPT

UI2010

STUDI KOMPARASI PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS ONLINE DAN OFFLINEAulia Dwi Nastiti0906561452 Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi Komunikasi

K O MU NI K AS I | F I SI P | 2010

PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, dalam diri individu pasti terdapat kebutuhan untuk melakukan inklusi sosial atau terlibat dalam relasi soisal dengan orang lain. Oleh karena itulah, dalam hampir sepanjang waktu di kehidupan sehari-harinya, seorang individu pasti terlibat dalam kelompok, mulai dari kelompok yang formal seperti kelompok riset atau informal seperti peer-group dalam pertemanan, kelompok tugas seperti kelompok presentasi makalah atau kelompok hobi misalnya klub sepak bola. Keterlibatan individu dalam kelompok yang tak terelakkan inilah yang mengakibatkan perilaku komunikasi dalam kelompok menjadi penting untuk dikaji agar tercipta relationship yang mapan antar individu dalam kelompok. Dalam suatu kelompok, proses komunikasi lazimnya dilakukan dengan latar interaksi langsung melalui tatap muka, baru kemudian mereka dapat menjaga relasi melalui bantuan media seperti telepon atau email. Dewasa ini, ketika penetrasi teknologi internet semakin berkembang, komunikasi dalam kelompok seringkali dilakukan melalui internet dengan fitur-fitur seperti email, milis, forum diskusi online, dan lain-lain. Berkembangnya pola komunikasi baru dalam kelompok melalui internet ini melahirkan seuuah istilah yang sekarang dikenal sebagai online group ataupun online community. Dan hal ini memunculkan istilah bagi kelompok yang berkomunikasi dengan cara konvensional melalui interaksi langsung secara tatap muka sebagai offline comunity.

Sampai pada saat ini (tahun 2010) telah banyak komunitas online yang berkembang berdasarkan tujuan dan kepentingan tertentu, misalnya komunitas riset online dengan perwujudan komunikasinya berupa jurnal ilmiah online maupun forum diskusi online, contohnya, komunitas bisnis, komunitas edukasi, komunitas religius, komunitas hobi, ataupun kelompok kepanitiaan dibentuk secara offline, tetapi hampir seluruh proses komunikasinya melalui media online. Berkembangnya online community selanjutnya memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: Apa perbedaan antara komunitas online dan offline? Bagaimana perbedaan tersebut berimplikasi pada perilaku kelompok? Apakah media interaksi yang berbeda antara keduanya akan memunculkan perbedaan pola komunikasi? Bagaiamana perbedaan pola komunikasi anatara online dan offline comunity? Pertanyaanpertanyaan ini penting untuk dicari jawabannya karena dewasa ini orang-orang semakin banyak yang melakukan komunikasi secara online dan tergabung dalam kelompok-kelompok atau komunitas online. Masuknya online community menarik untuk dikaji, terutama untuk mengetahui perbedaannya dengan dengan komunitas biasa yang berinteraksi melalui tatap muka dan implikasinya terhadap pembentukan pola-pola komunikasi baru. Tujuan pengkajian perbedaan online comunity dengan offline

community melalui studi komparasi ini bukanlah untuk mencari bentuk kelompok yang lebih baik dan lebihburuk, melainkan untuk mendapat pemahaman yang komprehensif mengenai perbedaan pola komunikasi antara keduanya sehingga kita dapat mengetahui pola-pola komunikasi kelompok yang paling efektif dalam mencapai tujuan.

KONSEP

KONSEP KELOMPOKDefinisi KelompokKonsep komunitas, pada dasarnya merupaakan pengembangan pemahaman dari konsep kelompok, yang berarti sekelompok orang yang anggotanya mempunyai kesadaran akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka, mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal), dan melibatkan interaksi antar anggotanya (Rakhmat, 2005). Jadi, terdapat dua indikator psikologis dalam kelompok, sense of belonging yang membuat anggota terikat pada kelompok dan interdependensi antar anggota kelompok di mana perilaku hasil setiap orang dalam cara tertentu berpengaruh terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1979 dalam Rakhmat, 2005:142).

Klasifikasi KelompokDalam proses klasifikasi kelompok, terdapat empat dikotomi yang digunakan para ahli psikologi sosial, yaitu: primer-sekunder, ingroup-outgroup, rujukan-keanggotaan, dan deskriptif-preskriptif (Rakhmat, 2005). Kelompok primer mengacu pada kelompok yang memiliki hubungan yang akrab, personal, dan memiliki ikatan emosional, sedangkan sekunder berarti oposisi kelompok primer (Cooley, 1909). Summer membagi kelompok menjadi ingroup-outgroup. Kelompok ingroup didefinisikan sebagai kelompok kita sedangkan outgroup berarti kelompok mereka. Kelompok rujukan-keanggotaan

dirumuskan oleh Newcomb (1930) yang menjelaskan bahwa kelompok keanggotaan merupakan kelompok di mana setiap orang menjadi anggota di dalamnya. Namun, tidak setiap anggota menjadikan nilai-nilai kelompok sebagai kelompok rujukan atau kelompok yang digunakan sebagai standar penilaian diri sendiri maupun acuan bagi pembentukan sikap. Kemudian, Cragan dan Wright (1980) membagi kelompok menjadi kelompok deskriptif, yakni dengan melihat proses pembentukanya secara ilmiah berdasarkan tujuannya, dan kelompok preskriptif sebagai langkah-langkah rasional yang harus dilewati kelompok dalam mencapai tujuannya (Rakhmat, 2005). Perkembangan terakhir ini menunjukkan upaya penyederhanaan klasifikasi kelompok dari para ahli, dengan melihat tujuan, ukuran, dan pola komunikasinya, menjadi tiga kelompok: kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar (Cragan & Wright, 1980 dalam Rakhmat, 2005). Kelompok tugas bertujuan untuk menyelesaikan tugas, kelompok pertemuan menjadikan diri mereka sebagai acara pokok, kelompok penyadar bertujuan menciptakan identitas sosial atau politik yang baru.

PERILAKU KOMUNIKASI KELOMPOK

Bentuk KomunikasiSetiap kelompok pasti memiliki tujuan pembentukannya dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan kelompok terbagi menjadi tiga, berdasarkan bentuk kelompok itu sendiri (kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar). Dalam studi ini penulis memfokuskan pada bentuk komunikasi kelompok tugas, yang komunikasinya dilakukan dengan tujuan mmenyelesaikan tugas, yang umumnya berkutat pada problem solving, decision making, atau creative thinking (Rakhmat, 2005). Bentuk komunikasi kelompok dapat dilihat melalui dua kacamata, yaitu kelompok deskriptif yang melukiskan tahapan komunikasi yang terbentuk secara alamiah dan kelompok preskriptif yang menjelaskan langkah-langkah rasional dalam mencapai tujuan kelompok. KOMUNIKASI KELOMPOK DESKRIPTIF Pengelompokan kelompok berdasarkan tiga kategori, yaitu kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar menjadi dasar bagi perumusan beberapa model yang melukiskan tahapan perkembangan proses komunikasi setiap kategori kelompok. Berdasarkan Rakhmat (2005),

untuk setiap kategori kelompok, dijelaskan satu macam model komunikasi. Karena kajian perbandingan dalam kelompok ini memfokuskan pada perilaku komunikasi kelompok tugas, maka penulis hanya akan menuliskan bentuk komunikasi Model Fisher dan Model Lima Tahap Pengembangan Kelompok. Model Fisher menjelaskan bahwa tindak komunikasi kelompok tugas melewati empat tahap: orientasi, konflik,

pemunculan, dan peneguhan. Orientasi berarti proses saling mengenal di antara anggota

di mana

terdapat pemetaan masalah. Konflik terjadi ketika perbedaan di antara anggota mulai meningkat.

Pemunculan (emergence) berarti anggota didalamnya mengurangi tingkat polarisasi dan perbedaanpendapat. Peneguhan, mengacu pada proses diciptakannya konsesus kelompok. Sedangkan model pengembangan kelompok lima tahap dirumuskan oleh Bruce Tackman (1965) yang meliputi forming,

storming, norming, performing, adjourning. Forming merupakan tahap pembentukan kelompok yangidentik dengan ketidakpastian. Stroming merupakan tahap di mana konflik intrakelompok mulai muncul.

Norming merupakan tahap normalisasi konflik yang dientik dengan kohesivitas kelompok. Performingterjadi ketika kelompok mulai bekerja secara fungsional. Tahp adjourning merupakan persiapan pembubaran kelompok. KOMUNIKASI KELOMPOK PRESKRIPTIF Dalam kelompok tugas, yang termasuk kelompok publik, langkah-langkah rasional yang dilakukan dalam meneyelesaikan tugas terdiri dari dua macam, yaitu format diskusi yang mengacu pada Cragan dan Wright (1980) dan Sistem Agenda Pemecahan Masalah. Format diskusi kelompok meliputi diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, macam-macam forum, kolokium, dan prosedural parlementer. Dalam diskusi meja bundar, terjadi arus komunikasi yyang bebas dan informal antar anggota kelompok karena susunan tempat duduk yang melingkar memungkinkan komunikasi semua saluran (all-channel) terbuka (Rakhmat, 2005). Format simposium merupakan bentuk yang formal di mana terdapat pembicara dan moderator yang duduk di depan sementara audience duduk di hadapan para pembicara (Cragan & Wright, 1980 dalam Rakhmat, 2005). Susunan tempat duduk dalam diskusi panel meleteakkan peserta diskusi dalam pada posisi mengahadap khalayak dengan moderator berada di tengahnya (Cragan & Wright, 1980 dalam Rakhmat, 2005). Forum berarti waktu tanya-jawaa yang disediakan setelah diskusi terbuka dan mencakup 5 jenis, yaitu forum ceeramah, debat, dialog, panel, dan simposium (Cragan & Wright, 1980 dalam Rakhmat, 2005). Kolokium merupakan format diskusi dengan seorang pembicara, moderator, dan penanya sebagai perwakilan

audience yang telah disiapkan sebelumnya. Pembicara dan penanya duduk berhadapan denganmoderator di tengahnya (Rakmat, 2005). Prosedur parlementer mengacuu pada diskusi besar yang bersifat resmi ketika sejumlah keputusan mesti dibuat. Dalm diskusi parlementer ini, peserta harus mengkuti aturan dikusi yang telah ditetapkan sebelumnya karena memungkinkan terjadinya perdebatan antara pihak pro dan kontra yang susunan tempat duduknya berseberangan, dengan pemimpin berada di depan dan menjadi penengah mereka (Rakhmat, 2005). Sistem agenda pemecahan masalah terdiri dari tiga pola, yaitu urutan pemecahan masalah kreatif, urutan berpikir reflektif, dan pola solusi ideal. Urutan kretif dicetuskan oleh Osborn, Parnes, et. al, yang bertujuan untuk melahirkan gagasan baru. Dalm urutan ini, anggota diajak untuk memikirkan apa masalah sebenarnya kemudian anggota dibebaskan untuk memikrikan alternatif solusi, baru kemudian dilakukan kritik dan evalusi atas setiap alternatif yang diajukan. Urutan berpikir reflektif mengajukan pola yang berkebalikan dengan urutan kreatif karena di sini kritik diajukan sebelum pemecaan masalah dinyatakan (Rakhmat, 2005). Sedangkan pola solusi ideal dugunakan untuk mengatasi masalah yang akan mempengaruhi berbagai macam kelompok yang mempunyai kepetingan berlainan (Rakhmat, 2005).

Jaringan KomunikasiJaringan komunikasi merupakan pola alur komunikasi yang digunakan dalam kelompok. Terdapat 5 macam jaringan komunikasi, yaitu : roda (terpusat pada satu orang pemimpin), rantai, Y, lingkaran, dan bintang atau comcon (all-channel). Rakhmat (2005) menuliskan bahwa banyak penelitian yang terkini berkesimpulan bahwa pola komunikasi yang paling efektif dari baik segi performance maupun

satisfaction adalah pola semua saluran (bintang). Kohesivitas KelompokMerujuk pada definisi Collins dan Raven (1946), kohesi berarti kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan tidak bergerak meninggalkan kelompok. Indikator pengukuran kohesi kelompok yaitu: (1) ketertarikan interpersonal antar anggota, (2) ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana ketertarikan anggota pada kelompok sebagai sarana dalam memuaskan kebutuhan personalnya (McDavid & Harari, 1968:20). Kohesivitas berkaitan erat dengan kepuasan, produktivitas, moral, dan efisiensi komunikasi. Umumnya, dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa terlindungi sehingga proses komunikasi berlangsung lebih bebas, terbuka, dan intens.

KepemimpinanKepemimpinan didefinisikan sebagai komunikasi yang secara efektif memepengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan keompok (Cragan & Wright, 1980:73). Terdapat tiga gaya kepemimpinan yang diidentifikasi oleh White dan Lippit (1960), yaitu otoriter, demokratis, dan laissez-faire. Kepemimpinan otriter memusatkan segala keputusan pada pemimpin, pemimpin yang demokratis mendorong dan membantu anggota kelompok untuk berpartisispasi memberikan input kebijakan atau keputusan, sedangkan kepemimpinan laissez-faire menekankan partsipasi pemimpin minimal sehingga anggota keompok diberi kebebasan penuh untuk mengambil keputusan secara individual.

Proses InterpersonalProses interspersonal dalam kelompok mencakup self-disclosure atau keterbukaan, trust (kepercayaan), dan empathy (menempatkan diri pada posisi orang lain)

Tindak KomunikasiTindak komunikasi didefinisikan sebagai segala satuan komunikasi (pernyataan, pertanyaan, pendapat, isyarat) yang digunakan seseorang dalam proses pertukaran informasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Rakhmat (2005) menggunakan sistem kategori Interaction Process Analysis (IPA) yang diciptakan oleh Robert Bales (1970) dalam menganalisis suatu tindak komunikasi. Bales membagi tindak komunikasi pada dua kategori: hubungan tugas dan hubungan sosial-emosional. Kelas ini dibagi lagi menjai positif, netral, dan negatif. Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat disimpulkan dengan menggunakan IPA, yaitu kepuasan anggota kelompok yang berbanding lurus dengan tingginya skor, identifikasi seorang pemimpin sebagai seorang pemimpin yang task-specialist atau social-emotional

specialist, dan terdapat tiga tahap problem solving dalam kelompok tugas: orientasi (menekankaninformasi), evaluasi (menekankan pendapat), dan kontrol (menekankan saran atau solusi)

Pengambilan Keputusan KelompokDalam komunikasi kelompok umunya dikenal 4 teknis pengambilan keputusan kelompok (King, 2010), yaitu: a.

Interacting : pengambilan keputusan yang membutuhkan interaksi face-to-face dengananggota lain dan berdasarkan interaksi harian dengan memanfaatkan kemampuan komunikasi verbal maupun nonverbal di antara anggota.

b.

Brainstorming : menekankan pencetusan gagasan dari anggota kelompok yang terjadi dalamsuatu sesi khusus yang secara spesifik mendorong anggota untuk menghasilkan alternatif keputusan dan secara bersamaan menekan timbulnya kritik terhadap alternatif tersebut.

c.

Nominal group technique : Dalam metode ini, anggota berinteraksi secara fisik, tetapi memilikipandangan dan sikap secara independen. Anggota melakukan rapat kelompok, tetapi sebelum diskusi berlangsung tiap anggota secara independen menuliskan gagasan-gagasan mengenai masalah itu di mana setiap gagasan secara bebas dipertimbangkan.

d.

Electronic meeting : metode yang menekankan interaksi dengan media komputer dalampengambilan keputusan kelompok. Metode ini memungkinkan keanoniman seseorang atas komentarkomentar yang diutarakan dalam pengambilan atau pengumpulan suara.

Tabel Perbandingan Metode Pengambilan Keputusan Kelompok Kriteria Efektifitas Jumlah Ide Kualitas Ide Tekanan Sosial Biaya Uang Kecepatan Orientasi Tugas Potensi Konflik Antarpribadi Perasaan pada prestasi Komitmen penyelesaian Pengembangan Kohesivitas Interacting Rendah Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tipe Kelompok Brainstorming Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Tidak dapat diaplikasikan Tinggi Nominal Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Electronic Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Sedang Rendah

Sumber : King, W. (2010). Group Decision Making Techniques in an Organization.

KOMUNITAS ONLINE DAN OFFLINE

Karena begitu sentralnya peranan komunitas dalam kehidupan manusia, para ahli telah banyak mengkaji permasalahan komunitas. Christensson dan Robinson (dalam Tonny, 2003:22) memandang bahwa terdapat empat komponen dalam komunitas, yaitu (1) people, (2) place, (3) social

interaction, dan (4) psychological identification, sehingga definisi komunitas menurut mereka ialahsekumpulan orang yang tinggal di suatu wilayah yang terbatas secara geografis, terlibat dalam interaksi

sosial, dan memiliki ikatan psikologis dengan orang lain dan dengan wilayah domisilinya .Secara umum, pengertian komunitas terikat dalam persepektif teritorial, yakni mengacu pada kesamaan area. Misalnya, komunitas nelayan Tanjung Emas, atau Komunitas Musik FISIP. Dalam pembahasan mengenai efektivitas kali ini, mengingat ruang lingkupnya adalah di Indonesia yang menganut kultur kolektivistik, maka term komunitas yang digunakan ditambah dengan adanya ketentuan dan otoritas yang berlaku seperti kebanyakan negara berkultur kolektif lainnya. Otoritas ini ditandai dengan adanya pemimpin dan nilai-nilai dan aturan-aturan yang menjadi dasar perilaku sebuah komunitas. Definisi yang diungkapkan di atas merupakan definisi komunitas yang saat ini dapat disebut sebagai komunitas tradisional. Hal ini disimpulkan berdasarkan fakta bahwa perkembangan teknologi media telah membentuk suatu term baru dalam komunitas yang disebut sebagai online

community atau komunitas online. Saat ini telah banyak para ahli yang merumuskan definisi komunitas onilne dari berbagai perspektif disiplin ilmu. Namun, dalam makalah ini, definisi yang digunakan ialahdefinisi Preece (2000, dalam Al-Saggaf, 2004:3) yang merumuskan bahwa online community ialah sekelompok orang yang berinteraksi secara sosial karena adanya kebutuhan untuk memainkan peran

sosial tertentu dan memiliki kesamaan tujuan atau kepentingan berdasarkan aturan yang disepakati sebagai pedoman interaksi, dan menggunakan sistem komputer dan jaringan internet sebagai media interaksi sosial yang memfasilitasi rasa kebersamaan. Dalam definisi tersebut, perlu dijelaskan bahwaperan sosial tertentu misalnya sebagai pemimpin atau penengah dalam interaksi, kesamaan tujuan atau kepentingan yang misalnya adanya kebutuhan untuk bertukar informasi maupun kesamaan ikatan psikologis, aturan yang disepakati misalnya berupa persamaan persepsi, nilai, norma, ritual, atau protokol tertentu, dan sistem komputer mencakup semua perangkat teknologi yang berbasis komputer.

Berkembangnya term komunitas online dalam kehidupan sehari-hari kita membuat istilah komunitas secara tradisional banyak dipahami sebagai komunitas offline. Dalam makalah ini pun, istilah komunitas offline atau offline comunity merujuk pada pengertian komunitas secara tradisional atau komunitas yang interaksi utamanya secara face-to-face. McGrath and Hollingshead (1990), dikutip dari Kiesler & Sproull, (1992:102) mengidentifikasi beberapa karakteristik interaksi face-to-face, yaitu: (1) semua anggota terhubung dalam suatu kondisi

real-time tanpa jeda waktu, (2) hanya ada satu orang yang menguasai latar pembicaraan dalam satuwaktu, kecuali pada saat momen diam, selalu ada seseorang yang menguasai latar pembicaraan, (3) pembicara memiliki sejumlah kontrol terhadap pembicara lainnya, seperti kemungkinan interupsi, (4) anggota-anggota kelompok menguasai latar interaksi dalam waktu yang tidak bersamaan, (5) pembicara tidak dapat melakukan jeda bicara dalam waku yang terlalu lama, (6) speakers mentransmisikan sinyal dengan menggunakan berbagai simbol dalam berbagai metode dan berbagai channel, (7) tidak terdapat anonimitas, (8) anggota kelompok mengharapkan setiap input yang terkoneksi pada input sebelumnya secara logis atau psikologis. Sedangkan karaktersitik online community diidentifikasi oleh Kisler dan Sproull (1992) yang merumuskan dari berbagai kajian mengenai online community, antara lain: (1) tidak terhalang ruang dan waktu sehingga dapat terjadi pertukaran informasi kapanpun sesuai kemauan angggota, (2) komunikasi elektronik memungkinkan hilangnya batasan sosial dan psikologis karena komunikasi yang terjadi minim konteks, baik konteks statis maupun dinamis, (3) minimnya konteks menyebabkan minimnya penyesuaian anggota terhadap struktur, hirarki, dan aturan, (4) komunikasi dapat dilakukan secara

synchronous (langsung tanpa jeda waktu) ataupun asynchronous (terdapat jeda waktu dalam setiaptanggapan), (5) latar pembicaraan dapat dikuasai oleh beberapa orang dalam waktu yang bersamaan, (6) memungkinkan terjadinya anonimitas, (7)input yang diberikan bersifat lebih bebas dan tidak terbatasi.

STUDI KASUS

CONTOH KASUSUntuk memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai perbedaan pola-pola komunikasi antara komunitas online dan offline, penulis akan memberikan contoh kasus yang representatif, yaitu perbandingan perilaku antara dua kelompok kepanitiaan di mana penulis terlibat di dlamnya, yaitu panitia acara Indonesia Model United Nation (IMUN) dan Olimfis (Olimpiade FISIP). Pertama, penulis akan menjelaskan mengenai kepanitiaan IMUN : Indonesia Model United Nations 2010 (IndonesiaMUN 2010) merupakan sebuah acara simulasi sidang PBB yang ditujukan pada para mahasiswa seluruh Indonesia sebagai pesertanya yang direncanakan berlangsung pada 24-28 Oktober 2010. Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam IndonesiaMUN 2010 ini antara lain adalah roadshow ke delapan universitas di enam kota di Indonesia, workshop mengenai sidang PBB, dan konferensi sidang PBB dalam bentuk simulasi. Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa FISIP Universitas Indonesia dan merupakan acara Model United Nations (MUN) pertama yang diselenggarakan di Indonesia. Pembentukan anggota kepanitiaan dilakukan melalui open recruitment bagi seluruh mahasiswa FISIP dengan metode registrasi lewat SMS, seleksi wawancara, dan pengumuman via email. Kepantiaan terbentuk secara matang pada Maret 2010 sebanyak 60 orang yang komposisinya terdiri mahasiswa antar angkatan (2006-2009) dan dari berbagai departemen, dengan jurusa dominan ialah dari HI. Penulis sendiri terpilih menjadi staf media partner di bawah pengawasan director of media partner dan berada dalam divisi Marketing. Hal pertama yang wajib dilakukan setiap anggota setelah dinyatakan diterima dalam panitia ialah menjadi anggota milis dan grup facebook IndonesiaMUN serta mem-follow twitter

@indonesiamun. Selama proses kerja efektif berlangsung sejak Maret 2010, proses koordinasi dan komunikasi dilakukan lewat internet. Seperti misalnya pembagian job description dan instruksi tugas melalui email, diskusi di mailing list, penyampaian pengumuman lewat message board grup facebook, dan update berita melalui twitter. Selama Maret-April, belum pernah dilakukan interaksi tatap muka dengan anggota-anggota yang lain. Banyak dari panitia, khususnya berasal dari Komunikasi 2009, tidak tahu siapa sosok Ketua Panitia dan panitia inti yang lain karena interaksi langsung hanya dilakukan pada sesama anggota media partner dan teman-teman satu jurusan yang kebetulan juga menjadi panitia. Baru pada 18 April 2010, seluruh panitia wajib berkumpul untuk team-buuliding dan pemberitahuan dilakukan melalui facebook dan milis serta jaringan komunikasi (jarkom) sms dari koordinator media partner. Pasca-team building, intensitas interaksi mulai eningkat, tetapi dalam hal interaksi interpersonal antaranggota, sedangkan koordinasi dan komunikasi mengenai tugas kepanitiaan tetap dilakukan melalui milis, facebook, dan sms jarkom. Sebagai kepanitiaan yang erada langsung di bawah pengawasan dekanat FISIP, panitia IMUN memiliki sekretariat resmi di ruang M.105 yang dapat digunakan sebagai tempat berkumpul panitia walaupun di luar kepentingan tugas kepanitiaan. Namun, di sekretariat tersebut jarang terlihat banyak panitia sekedar berkumpul-kumpul dan saling berinteraksi lebih dekat. Sekretariat tersebut lebih difungsikan sebagai tempat penunjang pekerjaan, misalnya menghubungi media partner, mencetak surat undangan, ataupun rapat per bidang dan per divisi. Selebihnya, interaksi secara keseluruhan dengan panitia dilakukan lewat internet. Sampai saat ini, (Mei 2010), IMUN telah sukses mengadakan pre-event berupa workshop yang dilakukan di Makassar, Bali, dan Bandung. Saat ini, panitia IMUN sedang menyiapkan acara paling dekat, yaitu workshop di Padang, Jogja, dan Semarang. Selanjutnya, penulis akan menggambarkan kepanitiaan Olimfis : Olimfis merupakan acara kompetisi olahraga tahunan antar departemen se-FISIP UI dan direncanakan berlangsung pada 8-31 Oktober 2010. Kompetisi olah raga yang dipertandingkan terdiri dari berbagai cabang olah raga. Acara ini diselenggarakan oleh Departemen Olahraga BEM FISIP UI 2010. Pembentukan anggota kepanitiaan dilakukan melalui closed recruitment, yaitu dengan cara dipilih dan diminta secara langsung oleh Ketua Panitia. Penulis sendiri terpilih menjadi penanggung jawab Dana Usaha (PJ Danus) di bawah koordinasi Bendahara Umum. Sebagai PJ, penulis berhak memilih 2 orang yang penulis percaya untukmenjadi staf. Dalam kepanitiaan Olimfis, setiap anggota pasti mengetahui dan cenderung mengenal dekat siapa ketuanya karena mereka diminta secara langsung oleh ketua. Kepanitiaan telah terbetuk secara mapan sejak awal Maret 2010 dengan komposisi kepanitiaan inti sebanyak kurang lebih 25 orang. Agenda kepanitiaan pertama ialah rapat pleno, kira-kira seminggu setelah penulis resmi menjadi PJ Danus, di mana seluruh panitia dikumpulkan untuk saling dikenalkan dan diberikan jobdesc masing-masing. Pasca-rapat pleno, proses koordinasi dan komunikasi antar panitia Olimfis dilakukan secara langsung dan melalui SMS jarkom, yang biasanya di dapat langsung dari Ketua Panitia. Dan seteah menerima dari ketua panitia, masing-masing PJ mengkomunikasikan pada stafnya. Sedangkan evaluasi dan pertemuan antaranggota dilakukan secara rutin dalam rapat dan pertemuan

mingguan. Saat rapat, komunikasi yang dilakukan pun tidak hanya membahas mengenai target kerja dan evaluasi, tetapi juga mengenai hal-hal personal anggota, dalam artian, interaksi anggota tidak hanya sebatas kerja. Selama periode kerja efektif dari bulan April, menurut penulis, panitia Olimfis kurang menunjukkan

peformance yang baik, karena dari sekian divisi yang berjalan baru divisi Danus dan kesekretariatan.Sedangkan divisi lain seperti acara, publikasi, dan lain-lain belum bekerja efektif. Hal ini mengakibatkan target bulan April-Mei tida terpenuhi. Agenda terdekat panitia Olimfis ialah melakukan team-building, dan pembuatan Olimfis Corner sebagai tempat berkumpulnya panitia dan media publikasi Olimfis kepada warga FISIP.

ANALISIS KASUSDari ilustrasi kasus di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kepanitiaan IMUN dapat merepresentasikan komunitas online karena proses interaksi kelompok dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet sebagai media komunikasi dominan antar anggotanya ( online community). Sedangkan Olimfis merepresentasikan kelompok offline karena menggunakan komunikasi konvensional melalui interaksi face-to-face dan media komunikasi personal (handphone) sebagai media interaksi sosial yang dominan. Klasifikasi tersebut merupakan hal esensial yang selanjutnya menjadi dasar analisis selanjutnya, yaitu perbedaan perilaku di antara keduanya, dan perbandingan pola-pola komunikasinya.

Konsep KelompokBerdasarkan konsep kelompok, baik IMUN maupun Olimfis dapat disebut sebagai kelompok karena di dalam keduanya terdapat: (1) sekelompok orang sebagai anggota, (2) kesadaran akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka, yaitu tanggung jawabb sebagai pelaksana sebuah acara, (3) tujuan dan organisasi, di mana keduanya memiliki tujuan menyelenggarakan acara dan susunan organisasi formal yang berbetuk strutur kepanitiaan, dan (4) terdapat interaksi antar anggotanya. Dalam keduanya juga terdapat dua indikator psikologis yang diajukan Baron&Byrne (1979), yaitu sense of belonging berupa keinginan untuk mengadakan acara yang sukses yang membuat setiap panitia pada kelompok dan interdependensi antar panitia di mana hasil tindakan setiap panitia berpengaruh terhadap panitia lain. Dalam kasus ini, interdepedensi IMUN terlihat ketika penyelenggaraan roadshow, seluruh panitia yang bertuga roadshow telah melakukan persiapan materi, tetapi mereka juga membutuhkan dukungan

bagian media partner yang menjadi penghubung dengan universitas tujuan roedshow, mereka juga memutuhkan dukungan bagian finance yang menyediakan dana roadshow. Penulis pun merasakan interdepedensi dalam panitia Olimfis. Misalnya saja, ketika kerja Dana Usaha telah berjalan efektif dan menghasilkan uang tetapi tidak ada dukungan kerja dari agian lain, seperti bendahara, operasional, dan

sponsorship, hal itu mempengaruhi moral dan motivasi bagian Dana Usaha sehingga terjadi penurunan performance.Sedangkan berdasarkan klasifikasi kelompok, dapat dilihat bahwa berdasarkan klasifikasi Cooley (1909), IMUN merupakan kelompok sekunder sedangkan Olimfis erupakan kelompok sekunder. Berdasarkan klasifikasi Summer, kedua kelompok merupakan ingroup bagi penulis. Apabila mengacu pada klasifikasi Newcomb (1930) maka kedua kelompok merupakan kelompok keanggotaan. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Cragan dan Wright (1980) yang merupakan rujukan utama dalam studi ini, kedua kelompok merupakan kelompok tugas dilihat dari tujuan pembentukannya yaitu menyelesaikan tugas untuk membuat suatu acara yang sukses.

Perilaku Komunikasi KelompokAnalisis perilaku komunikasi kelompok ini meliputi analisis mengenai bentuk komunikasi, jaringan komunikasi, kohesivitas, kepemimpinan, tindak komunikasi, dan pengambilan keputusan kelompok. Dilihat dari kaca mata kelompok deskriptif, untuk menjelaskan bentuk komunikasi kedua kelompok penulis menggunakan model Fisher yang menggambarkan empat tahap tindak komunikasi kelompok tugas dan model lima tahap Tackman (1965). Menurut model Fisher, dari proses yang telah IMUN dan Olimfis yang sama-sama telah bekerja efektif sejak Maret 2010, kedua kelompok sama-sama berada dalam tahap konflik. Dalam kepnitiaan IMUN, konflik terjadi dalam bentuk kurangnya ikatan personal antar anggota karena komunikasi yang dilakukan selalu berorientasi pada tugas dan target pekerjaan. Sedangkan dalam kepanitiaan Olimfis, konflik yang terjadi ialah kurangnya dukungan antarindividu dalam hal pekerjaan karena kepanitiaan terlalu berfokus pada pembentukan relationship yang dekat dan akrab. Sedangkan menurut model Tackman, kedua kelompok saat ini berada dalam tahap stroming, yaitu tahap konflik intrekelompok di mana para anggota menerima baik eksistensi kelompok, tetapi melawan kendala-kendala yang dikenakan kelompok terhadap individualitas. Apabila dilihat dari kaca mata kelompok preskfiptif, terdapat perbedaan langkah-langkah rasional yang dilakukan kedua kelompok dalam menyelsaikan masalah. Dalam setiap rapat rutin yang dilakukan

panitia Olimfis, diskusi kelompok selalu dilakukan dengan format meja bundar di mana dengan sistem agenda penyelesaian berupa urutan berpikir kreatif. Dalam setiap rapat, anggota kelompok melebur dan tidak berada dalam suasana kaku atau formal. Setiap anggota berhak berbicara atau menyatakan pendapat dengan spontan tanpa ada aturan khusus yang mengatur cara-cara penyampaian pendapat. Hal ini sejalan dengan penelitian Shaw (1976, dikutip dari Rakhmat, 2005) bahwa susunan meja bundar memudahkan partisipasi spontan yang lebih demokratisdaripada susunan segi empat yang lebih otokratis dan kaku. Kesimpulan Rakhmat (2005) juga menjelaskan bahwa dalam format meja bundar, pembicaraan bisa dilakukan kapanpun tanpa ada agenda yang tetap dan mengisyaratkan waktu yang tidak terbatas serta keterbukaan bagi siapa pun untuk berpartisipasi. Oleh karena itulah, rapat Olimfis seringkali diselingi dengan candaan dan obrolan mengenai panitia, selain itu setiap rapat selesai panitia juga tidak langsung bubar, tetapi mengobrol terlebih dahulu. Sedangkan dalam kepanitiaan IMUN, rapat lebih sering dilakukan per divisi dan belum pernah dilaukan rapat pleno di mana semua panitia berkumpul. Pernah sekali diadakan rapat antara tim media partner, sponsorhip, dan Ketua Panitia. Susunan tempat duduk saat rapat berbentuk segi empat di mana ujung depan digunakan sebagai tempat ketua panitia dan pembimbing acara. Hal inilah yang menyebabkan suasana rapat menjadi formal, kaku, dan fungsional karena setiap orang langsung berfokus pada evaluasi pekerjaan. Sistem agenda pemecahan masalah yang diterapka juga berlawanan dengan panitia Olimfis karena di rapat IMUN, yang pertama kali dilakukan ialah evaluasi kritis terhadap kinerja anggota, baru setelah itu pertanyaan mengenai pemcahan masalah ditanyakan pada seluruh anggota. Jaringan komunikasi (jarkom) kedua kelompok juga berbeda. Dalam kepanitiaan IMUN, jarkom dilakukan lewat SMS yang biasanya diperoleh dari kepala divisi dan penanggung jawab tim masingmasing serta lewat message board facebook yang dikirimkan ke semua anggota, juga melalui informasi lewat mailing list dan twitter. Jika merujuk Rakhmat (2005), jarkom yang duganakan dalam IMUN berbentuk rantai (SMS) dan all-channel (facebook dan milis). Sedangkan jarkom Olimfis biasanya dilakukan melalui SMS di mana ketua panitia mengirim kepada seluruh koordinatoor dan PJ secara langsung. Jika anggota memiliki pengumuman bagi seluruh anggota lain, anggota tersebut memberi tahu ketua panitia terlebih dahulu dan dari ketua panitia akan menyebarkan dengan cara di atas. Bentuk jarkom di atas, mengacu pada istilah Rakhmat (2005), disebut jarkom roda, di mana komunikasi tersentralisasi pada ketua.

Berdasarkan indikator kohesivitas McDavid & Harari (1968), dalam perspektif penulis, kepanitiaan Olimfis lebih kohesif dibandingkan kepanitiaan IMUN karena (1) anggota Olimfis memiliki ketertarikan interpersonal antar anggota yang lebih besar, (2) loyalitas anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok lebih tinggi, dan (3) kelompok Olimfis lebih menempati posisi yang lebih kuat dalam memuaskan kebutuhan personal anggota untuk inklusi sosial, dalam hal ini penulis sendiri. Pada realitanya, komunikasi yang berlangsung dalam kepanitiaan Olimfis memang berlangsung lebih intens melalui interaksi langsung secara real-time di real-world, sehingga dimensi relationship dari komunikasi itu lebih kuat dibanding dimensi content-nya. Hal ini sesuai dengan Marquis, Guetzkow, dan Heyns (1951, dalam Rakhmat, 2005) yang menyebutkan bahwa semakin kohesif kelompok, makin besar tingkat kepuasan anggota. Dilhat dari perspektif kepemimpinan, maka jika diklasifikasikan berdasarkan White dan Lippit (1960, dalam Rakhmat, 2005), dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan dalam kepanitiaan Olimfis bersifat laizzes-faire, di mana ketua panitia membebaskan setiap koordinator dan PJ untuk mengambil keputusan. Ketua hanya ertindak sebagai evalutor yang menilai apakah tugas telah diselesikan atau belum, content dan teknis pelaksanaan tuga tersebut tidak diintervensi oleh Ketua. Peran ketua ialah sebagai fasilitator mendorong setiap panitia untuk menyumbangakan alternatif solusi kketika terjadi permasalahan dan ketua memiliki kontrol minimum terhadap anggotanya. Sedangkan dalam kepanitiaan IMUN, penulis memandang bahwa gaya kepemimpinan terbagi menjadi 2 macam, yaitu laizess-faire dan demokratis. Kepemimpinan laizess-faire terjadi dari hierarki Ketua Panitia kepada kepala divisi dan penanggung jawab, sedangkan kepemimpinan otoriter terjadi dari PJ tim media pertner kepada staf-staf di bawahnya. Tingkat partisipasi ketua panitia minimal dan hanya berperan sebagai evalutor atas kerja setiap kepala divisi dan PJ karena ketua panitia hanya menyumbangkan pandangannya dan memberikan

deadline kepada setiap divisi tetapi memberikan kebebasan penuh kepada setiap kepala divisi dan PJuntuk mewujudkan target kerja dengan cara apa. Sementara itu, dalam tim media partner sendiri, kepemimpinan PJ-nya cenderung bersifat demokratis karena PJ mendengarkan pendapat staf-stafnya baru kemudian memutuskan. Jika dianalisis menggunakan sistem kategori Interaction Process Analysis (IPA) yang dirmuskan Robert Bales (1970), penulis berpandangan bahwa tindak komunikasi dalam kepanitiaan IMUN lebih banyak berorientasi pada hubungan tugas, ditandai dengan banyaknya tindak komunikasi anggota yang

berkutat pada pemberian dan penerimaan informasi melalui facebook, email, dan twitter; diskusi dan pemberian pendapat melalui mailing list, dan sumbang saran yang biasa dilakukan lewat wall facebook, ataupun mailing list. Sementara kepanitiaan Olimfis beorientasi pada hubungan sosial-emosional, ditandai dengaan banyaknya aktivitas komunikasi yang menunjukkan adanya upaya membangun hubungan persahabatan, dramatisasi melalui banyaknya humor dan candaan, serta persetujuan dari ketua panitia kepada rencana kerja setiap PJ. Berdasarkan sistem IPA ini pula dapat disimpulkan bahwa ketua panitia IMUN bercorak task-specialist sedangkan ketua panitia Olimfis bercorak social-emotional specialist. Merujuk pada macam teknis pengambilan keputusan kelompok, dapat dilihat bahwa panitia IMUN menerapkan teknis electronic meeting dalam proses pengambilan keutusan. Di mana terdapat seorang anggota bertindak sebagai inisiator diskusi dengan menuliskan suatu permasalahan di mailing list YahooGroup agar setiap anggota bisa mengerti apa yang terjadi dan memberikan alternatif solusi dengan cara me-reply kembali ke milis agar bisa dilihat oleh setiap anggota lain dan ditanggapi. Sedangkan panitia Olimfis cenderung menerapkan teknis interacting dalam mengambil keputusan karena setiap terjadi permasalahan yang membutuhkan solusi, pencarian dan peruusan solusi selalu harus dilakukan lewat rapat dan memperoleh perssetujuan dari setiap anggota yang hadir dengan memanfaatkan kemampuan komunikasi verbal maupun nonverbal di antara anggota. Uraian mengenai perbedaan-perbedaan dalam hal perilaku komunikasi antara kelompok kepanitiaan IMUN dan Olimfis di atas, selanjutnya memunculkan pertanyaan, faktor-faktor apa yang menyebabkan perbedaan di atas? Berdasarkan perspektif psikologis, perbedaan perilaku tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor situasional yang mengacu pada karakteristik kelompok itu sendiri, dan faktor personal, yaitu berkaitan dengan karakteristik inidividu dalam kelompok. Namun, dalam kasus ini, penulis berpandangan bahwa faktor utama yang menentukan perilaku kelompok ialah faktor situasional teruatam berkaitan dengan perbedaan karakteristik kelompok sebagai online dan offline group.

Perbedaan Perilaku Komunitas Online dan OfflinePada dasarnya, penulis berpandangan bahwa online comunity dan offline community tidak dapat dipisahkan sepenuhnya karena pola perilaku online comunity pun didasarkan pada komunikasi fisik. Pandangan ini didasarkan pada realitas bahwa banyak komunitas online di sekitar kita yang tidak benarbenar murni menerapkan pola komunikasi online sepenuhnya dalam proses interaksi di antara anggotanya. Termasuk juga IMUN, meskipun diketegorikan sebagai online community berdasarkan media

interaksinya, tetapi proses komunikasi keseluruhan tidak bisa dilepaskan dari interaksi fisik melalui tatap muka. IMUN, sebagai online community, juga mengenal media komunikasi personal (handphone) sebagai media komunikasi dan koordinasi antara staf dan atasannya langsung. Perbedaan antara perilaku online dan offline komunikasi yang paling pokok hanya terletak pada perilaku komunikasinya. Secara substantif, dari definisi yang tertulis sebelumnya, dapat ditarik garis yang menjadi perbedaan pokok online community dengan offline community, yaitu: (1) (2) elemen place-nya berupa cyberspace atau tempat interaksinya di dunia maya dan

computer-mediated-comunication yang berarti interaksinya

berlangsung

melalui

media

komputer dan memanfaatkan layanan internet, seperti email. Dalam kasus di atas, panitia IMUN banyak menggunakan internet sebagai media komunikasi dominan karena komposisi anggota dalam kepanitiaan IMUN bersifat heterogen dari angkatan 2006-2009 yang kebanyakan tidak saling mengenal sebelumnya. Kisler dan Sproull (1992) menyebutkan bahwa salah satu karaktersitik online community ialah hilangnya batasan sosio-psikologis karena minimnya konteks komunikasi, baik konteks statis maupun dinamis. Dalam kepanitiaan IMUN, konteks yang mungkin terjadi misalnya berupa suasana formal, differensiasi cara komunikasi karena adanya perasaan senior-junior, penyesuaian cara bicara, keraguan saat menanggapi pernyataan orang lain, dan komunikasi nonverbal lainnya yang hilang saat komunikasi terjadi melalui komputer. Oleh karena itulah, bentuk online community yang bebas dari sekat sosial dan rasa sungkan saat awal pertemuan digunakan. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Al-Saggaf (2004), partisipasi online mengindikasikan bahwa anggota di dalamnya menjadi more open-minded, more aware, more self-confident, dan less-shy. Selain itu, karena panitianya heterogen dari angkatan 2006-2009, kepentingannya pun juga lebih heterogen sehingga akan sangat sulit jika dilakukan interaksi tatap muka secara rutin karena tingkat perbedaan jadwal setiap anggota pun lebih besar. Hal ini mengakibatkan kepanitiaan IMUN banyak menggunakan media online yang salah satunya bersifat asynchronous, atau interaksi yang memungkinkan terjadinya penundaan waktu sehingga tidak mengharuskan semua orang berkumpul dan berinteraksi dalam waktu yang bersamaan. Asynchronous online community terindikasi dari pengguunaan

mailing-list sebagai tempat diskusi utama, dan message board facebook sebagai tempat mengumumkansuatu berita. Selain itu data-data dan informasi dalam panitia IMUN leih bersifat everlasting karena setiap komunikasi dan pembicaraan yang dilakukan tersimpan dalam memori komputer berupa online storage

sehingga anggota panitia IMUN dapat melihat kembali diskusi dan pembicaraan yang telah dilakukan dan bahkan mengedit untuk pembicaraan yang akan datang selanjutnya. Sedangkan Olimfis menggunakan interaksi tatap muka sebagai cara dominan yang digunakan karena memang latar belakang panitia sendiri yang kebanyakan berasal dari angkatan 2009, sehingga banyak yang telah saling mengenal sehingga tidak ada lagi semacam rasa sungkan atau shyness ketika memulai interaksi. Dalam kepanitiaan ini, Ketua Panitia menjadi sosok sentral dan pusat komunikasi, karena setiap anggota diminta langsung oleh ketua panitia sehingga sedikit banyak terdapat ikatan antara anggota dengan ketua panitia. Kepanitiaan Olimfis juga mengutamakan kedekatan antaranggota yang selalu ditekankan oleh pemimpinnya, yaitu ketua panitia sendiri, hal ini terindikasi dari adanya waktu untuk chit-chat sebelum dan setelah rapat sehingga kedekatan interpersonal antar anggota tetap terjaga. Interaksi face-to-face yang dilakukan oleh anggota panitia Olimfis mmungkinkan terjadinya komunikasi yang memaksimalkan dimensi relationship dalam komunikasi itu sendiri dibanding dimensi

content. Konsekuensinya, komunikasi di antara anggotaekspresif, dan informal.

panitia Olimfis bersifat akrab, personal,

Mengenai prestasi kerja (performance), dapat dismpulkan selama kurun waktu yang berjalan ini, bahwa pencapaian IMUN lebih tinggi dan lebih optimal daripada Olimfis. Hal ini terbukti dengan pencapaian prestasi kerja IMUN yang sesuai dengan target bulanan, terindikasi dengan suksesnya

roadshow IMUN di Makassar, Bali, dan Bandung, sedangkan Olimfis kurang dapat memenuhi target kerjaselama bulan April, misalnya target perolehan dana, target publikasi, dan target operasional. Penulis berpandangan bahwa faktor yang mempengaruhi perbedaan pencapaian ini ialah pola komunikasi kelompok karena karakteristik keduanya sebagai online dan offline community. Pandangan penulis ini didasarkan pada alasan sebagai berikut, komunikasi melalui medium online memaksimalkan aspek fungsionalitas komunikasi itu sendiri. Melalui diskusi dan komunikasi online, jumlah ide, kualitas ide, orientasi anggota pada tugas lebih tinggi karena terhindar dari groupthink, sedangkan tekanan sosial dan konflik antarpribadi dapat diminimalisir. Akan tetapi perlu digarisbwahi bahwa realita mnunjukkan bahwa komunikasi dalam online community kurang menunjang terbentuknya hubungan yang akrab dan dekat antaranggotanya. Hal ini terbukti dari realita di mana pencapaian IMUN ini tidak dibarengi oleh ikatan emosional yang kuat antar anggotanya. Berbeda dengan offline community yang direpresentasikan oleh Olimfis, yang sukses membentuk ikatan psikologis anggota dengan kelompok. Memang, hal ini tidak

serta-merta menjadi faktor tunggal dalam menentukan performance kelompok, tetapi dalam kasus ini penulis percaya bahwa faktor utama ialah perbedaan karakteristik komunitas online dan offline. Dari analisis prestasi kerja di atas, penulis berpendapat bahwa pola komunikasi online community yang direpresentasikan oleh IMUN merupakan pola yang cocok diterapkan untuk pencapaian

performance atau prestasi kerja kelompok sedangkan pola komunikasi offline community lebih tepat jikatujuan utama kelompok ialah untuk membentuk ikatan personal dan emosional antar anggotanya.

PENUTUPUraian di atas telah memberikan pemahaman kita mengenai konsep kelompok, perilaku komunikasi kelompok, dan perbedaan karakteristik online dan offline community, serta perbandingan pola-pola komunikasi antara keduanya. Dari hasil analisis komparatif terhadap kasus yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. 2. Perbedaan online dan offline community terletak pada dimensi tempat dan dimensi media. Perbedaan tersebut selanjutnya berimplikasi pada perilaku komunikasi dalam kelompok, meliputi bentuk komunikasi, jaringan komunikasi, kohesivitas, kepemimpinan, tindak komunikasi, dan pengambilan keputusan kelompok. 3. Pola komunikasi komunitas online (IMUN) lebih cocok jika diterapkan untuk tujuan pencapaian prestasi kerja (tujuan performance) sedangkan komunitas offline (Olimfis) lebih tepat diterapkan jika tujuan kelmpo ialah memelihara ikatan emosional dan psikologis anggota dengan kelompok (tujuan satisfaction).

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

BUKU dan JURNAL Al Saggaf, Yeslam. (2004). The Effect of Online Community on Offline Comunity in Saudi Arabia. The

Electronic Journal on Information System in Developing Countries, 16(2). 1-16.Kiesler, Sara & Sproull, Lee. (1992). Group Decision Making and Communication Technology. Journal of

Organizational and Human Decision Process, 52. 96-123.Nasdian, Fredian Tonny dan Lala M, Kolopaking. (2003). Sosiologi untuk Pengembangan Mayarakat. Bogor : Fakultas Pertanian IPB dan Pogram Pascasarjana IPB. Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda Karya

INTERNET Kavanaugh, A., Carroll, J. M., Rosson, M. B., Zin, T. T., and Reese, D. D. (2005). Community networks: Where offline communities meet online. Journal of Computer-Mediated Communication, 10(4), article 3. http://jcmc.indiana.edu/vol10/issue4/kavanaugh.html King, W. (2010, Maret 3). Group Decision Making Techniques in an Organization. Diakses pada 10 Mei 2010, dari http://ezinearticles.com/?Group-Decision-Making-Techniques-in-an--

Organization&id=3860853 Nah, S. (2003, 27 Mei) "Bridging Offline and Online Community: Toward A Networked Community

Communication Model" Paper presented at the annual meeting of the International Communication Association, Marriott Hotel, San Diego, CA. Diakses pada 8 Mei 2010 dari

http://www.allacademic.com/meta/p111651_index.html.