karya tulis ilmiah:studi kasus asuhan keperawatan …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/fenda dwi...

101
KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG OLEH : FENDA DWI ASTUTI NIM: 141210018 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017

Upload: others

Post on 02-Sep-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI

KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

DI RUANG PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG

OLEH :

FENDA DWI ASTUTI

NIM: 141210018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI

KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

DI RUANG PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan cendekia Medika Jombang.

OLEH :

FENDA DWI ASTUTI

NIM: 141210018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI

KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

DI RUANG CEMPAKA RSUD JOMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan cendekia Medika Jombang.

OLEH :

FENDA DWI ASTUTI

NIM: 141210018

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 6: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 7: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah telah terselesaikan dengan baik.

Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sebagai syarat

terselesaikannya program DIII Keperawatan. Terselesaikannya Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini, tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya

mengucapkan terima kasih kepada Arif Wijaya S. Kep,. M.Kep selaku Pembimbing Utama,

Nita Arisanti Yulanda S.Kep,Ns selaku Pembimbing Anggota, Bambang Tutuko

SH.S.kep,Ns.,MH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika

Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi beserta

seluruh civitas akademik program studi D3 Keperawatan, Direktur RSUD Jombang

Kabupaten Jombang yang telah memberikan izin untuk penelitian, beserta staf perawat di

Paviliun Cempaka dan semua responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi sempurnanya penulisan ini. Harapan penulis mudah mudahan penulisan ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jombang, Juni 2017

Penulis

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PPOK DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG

PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG

Oleh:

FENDA DWI ASTUTI

Salah satu penyakit paru yang semakin tahun semakin bertambah adalah Penyakit

Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah suatu

penyakit yang bisa dicegah dan diatasi yang biasanya bersifat progresih, dan terkait dengan

adanya respon inflamasi kronik saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel

berbahaya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 80 juta orang menderita PPOK

diseluruh dunia, dan ini diperkirakan akan terus meningkat di Indonesia.. pravelensi lebih

tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan meningkat dengan bertambahnya usia. PPOK

lebih sering pada yang masih aktif merokok dan bekas perokok dan meningkat dengan

jumlah rokok yang dikonsumsi. Berdasarkan data dari studi pendahuluan di Ruang Cempaka

RSUD Jombang pada tahun 2016 penderita PPOK sebanyak 313 jiwa.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian yang di ambil dari

RSUD Jombang sebanyak 2 klien dengan masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien PPOK

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.

Berdasarkan hasil evaluasi terakhir disimpulkan bahwa pada klien 1 masalahnya

sudah teratasi sedangkan pada klien 2 masalahnya belum teratasi. Saran yang diberikan ada

klien dan keluarga sebagai tambahan pengetahuan bagi klien untuk memahami keadaannya,

sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan maasalah serta ikut memperhatikan

dan melaksanakan tindakan yang diberikan oleh perawat.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak

merokok, karena merokok adalah salah satu faktor resiko utama yang menyebabkan

terjadinya PPOK, dan kepada perokok untuk melakukan pemberhentian merokok.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, PPOK, Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

ABSTRACT

NURSING CARE ON PPOK PATIENTS WITH NURSING INEFFECTIVENESS

PROBLEMS OF AIRWAY CLEARANCE

IN PAVILIUN CEMPAKA ROOM RSUD JOMBANG

By:

FENDA DWI ASTUTI

On of the increasing number of lung disease is chronic obstructive pulmonary and

disease (COPD). Chronic obstructive pulmonary disease is a preventable and treatable

disease that is ussualy progresive associated with chronic inflamatory respons of respiratory

and pulmonary tubess to gases ar harmful particle. According to the World Health

)rganization (WHO), 80 milion people suffer from COPD worldwide. The prevalance was

higher in males than in females and increased with increasing age. COPD was more frequent

in current and ex-smokers and increased with increasing pack-yrs. Based on data form

preliminary studies in space Cempaka RSUD Jombang in 2016 COPD patients as many 313

soul.

The researchdesign used case study. Research taken form RSUD Jombang as much as

2 patients with problem of Nursing Care on patients of COPD with ineffectiveness of airway

clearance.

Based on the results of the last evaluation concluded that the patients 1 problem is

resolved while the client 2 problem is not resolved. Advice given to patients and families as

additional knowledgefor patients to understand the situation, so that it can take desicions

ppropriate to the problem and take into account and implement actions provided by nurse.

Based on these results, it is expected that all the people not to smoke, because

smoking is one of the major risk factors thar lead to COPD, and to the smoker to stop

smoking activities.

Keywords: Nursing Care, COPD, Invectiveness of Airway Clearance.

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

DAFTAR ISI

Cover luar.......................................................................................................................... i

Cover Dalam ..................................................................................................................... ii

Surat Pernyataan .............................................................................................................. iii

Lembar Persetujuan ......................................................................................................... iv

Lembar Pengesahan ........................................................................................................ v

Riwayat Hidup. ................................................................................................................. vi

Kata Pengantar .................................................................................................................. vii

Abstrak .............................................................................................................................. viii

Abstrack ............................................................................................................................ ix

Daftar isi............................................................................................................................ x

Daftar Tabel ...................................................................................................................... xii

Daftar Gambar ................................................................................................................. xiii

Daftar Lampiran ................................................................................................................ xiv

Lambang dan Singkatan .................................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

2.1 Batasan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 3

1.4.1 Tujuan umum .................................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan khusus ................................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 4

1.5.1 Manfaat teoritis ................................................................................................. 4

1.5.2 Manfaat praktis ................................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................................... 5

2.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronik ......................................................... 5

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik ...................................................... 5

2.1.3 Etiologi Paru Obstruksi Kronik ........................................................................ 6

2.1.4 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruksi Kronik .................................................. 7

2.1.5 Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................ 9

2.1.6 WOC Penyakit Paru Obstruksi Kronik ............................................................. 12

2.1.7 Manifestasi Klinik Penyakit Paru Obstruksi Kronik ........................................ 13

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................ 14

2.1.9 Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................... 18

2.1.10 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik .......................................... 19

2.1.11 Pencegahan Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................. 22

2.2 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ......................................................... 23

2.2.1 Definisi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............................................... 23

2.2.2 Etiologi .............................................................................................................. 24

2.2.3 Proses Terjadinya Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............................... 25

2.2.4 Manifestasi Klinik ............................................................................................. 25

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................... 26

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................ 27

2.3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 27

2.3.2 Riwayat Penyakit Dahulu ................................................................................. 28

2.3.3 Riwayat Penyakit Keluarga ............................................................................... 28

2.3.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................................. 28

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

2.3.5 Pola Fungsi Kesehatan ...................................................................................... 31

2.3.6 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 33

2.3.7 Intervensi ........................................................................................................... 33

2.3.8 Implementasi ..................................................................................................... 36

2.3.9 Evaluasi ............................................................................................................. 35

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ....................................................................................................... .. 36

3.2 Batasan Istilah ............................................................................................................ .. 36

3.3 Partisipan .................................................................................................................... .. 38

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 38

3.5 Pengumpulan Data ....................................................................................................... 38

3.6 Uji Keabsahan Data ..................................................................................................... 40

3.7 Analisa Data ................................................................................................................. 41

3.8 Etik Penelitian .............................................................................................................. 42

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Hasil ………………………………………………………………………………… 44

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data……………………………………….... 44

4.1.2 Pengkajian……………………………………………………………………. 44

4.1.3 Analisa Data………………………………………………………………….. 49

4.1.4 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….. 50

4.1.5 Intervensi Keperawatan………………………………………………………. 51

4.1.6 Implementasi Keperawatan…………………………………………………… 53

4.1.7 Evaluasi Keperawatan ……………………………………………………….. 56

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian…………………………………………………………………...... 58

4.2.2 Analisa Data………………………………………………………………… .. 59

4.2.3 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….. 59

4.2.4 Implementasi………………………………………………………………...... 59

4.2.5 Evaluasi……………………………………………………………………...... 60

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan……………………………………………………….............................. 62

5.2 Saran ........................................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... ….

Lampiran ........................................................................................................................ ….

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar Halaman

WOC 12

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi PPOK…………………………………………

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan…………………………………...

Tabel 4.1 Identitas Klien……………………………………………

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Klien…………………………………..

Tabel 4.3 Perubahan Pola Nutrisi…………………………………...

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik………………………………………..

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik……………………………

Tabel 4.6 Terapi……………………………………………………..

Tabel 4.7 Analisa Data………………………………………………

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan……………………………………

Tabel 4.9 Intervensi………………………………………………….

Tabel 4.10 Implementasi…………………………………………….

Tabel 4.11 Evaluasi………………………………………………….

6

33

44

45

45

46

48

48

49

50

51

51

56

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

DAFTAR SINGKATAN

AAT : Alfa 1 Antitripsin

ADL : Activity Daily Live

Depkes : Departemen Kesehatan

DLCO : Diffusing Capacity of the Lung for Carbon Monoxide

FEV : Forced Exspiratory Manuve

FVC : Forced Volume Capaciti

GOLD : Global Intiative for Chronic Pulmonary Diseas

KVP : Kapasitas Vital Paksa

PDPI : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

PPOK : Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah…………………………………………

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian………………………………………………………......

Lampiran 3: Permohonan Menjadi Responden……………………………………………..

Lampiran 4: Persetujuan Menjadi Responden…………………………………………….....

Lampiran 5: Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah…………………………….

Lampiran 6: Penelitian……………………………………………………….......................

Lampiran 7: Surat Balasan Penelitian BAKORDIKLAT RSUD Jombang………………..

Lampiran 8: Lembar Konsultasi……………………………………………………….........

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit paru yang semakin tahun semakin bertambah adalah Penyakit

Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu kondisi yang irreversible dimana terjadi

penyempitan saluran udara, peningkatan obstruksi aliran udara dan hilangnya rekoil elastis

paru. Kondisi tersebut menyebabkan udara terperangkap dan pertukaran gas terganggu

sehingga mengakibatkan batuk, produksi dahak meningkat. Karakteristik hambatan aliran

udara pada PPOK disebabkan oleh hubungan antara obstruksi saluran nafas kecil dan

kerusakan parenkim yang berbeda pada setiap individu (PDPI, 2013). Pada kasus penyakit

obstruksi kronik, klien banyak mengalami ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

Menurut WHO, di perkirakan 80 juta orang terserang PPOK yang menyebabkan

kematian nomer 4 di dunia Pada tahun 2014 penderita sebanyak 52% dengan jumlah

penderita sebanyak 21.036 jiwa menurut Kementrian Kesehatan RI 2014. Riset Kesehatan

Dasar, 2013 PPOK didapatkan angka kesakitan (3,7%). Di jawa timur penderita PPOK urutan

ke 8 dari 33 provinsi. Data dari RSUD Jombang di Ruang Cempaka pada tahun 2016

penderita PPOK sebanyak sebanyak 313 jiwa. Kesehatan mengalami perubahan dari penyakit

menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama, mulai digantikan oleh

penyakit tidak menular. Salah satu penyakit paru yang semakin tahun semakin bertambah

adalah PPOK merupakan suatu kondisi yang irreversible dimana terjadi penyempitan saluran

udara dan peningkatan obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh asap rokok. Komponen-

komponen asap rokok bisa merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Biasanya

paparan asap rokok tersebut terjadi selama beberapa tahun sebelum gejalanya berkembang.

Komposisi genetik dalam sisi seseorang juga mempengaruhi risiko. Penyakit obstruksi kronik

(PPOK) merupakan suatu penyakit dimana kondisi aliran udara pada paru tersumbat secara

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

terus-menerus sehingga terjadi ketidakmampuan menghembuskan nafas secara penuh, jika

penyumbatan tersebut tidak dapat teratasi akan menimbulkan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan ketika seorang induvidu

mengalami satu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan

dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito, 2006).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membuat judul Asuhan

Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Nafas.

1.2 Batasan Masalah

Asuhan Keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi kronis dengan masalahan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalamai Penyakit Paru

Obstruksi Kronik dengan masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di RSUD

Jombang?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Penyakit Paru

Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang

1.4.2 Tujuan Khusus

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik

dengan masalah ketidakefektian bersihan jalan nafas di RSUD Jombang

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik

dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang

3) Melakukan perencanaan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik

dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang

4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan

masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang

5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan

masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang

1.5 Manfaat

1.5.1 Teoritis

Mampu menyelesaikan masalah dengan anggota keluarga yang di diagnosa Stroke

sehingga mampu membantu keluarga klien untuk lebih memahami dalam merawat

pasien.

1.5.2 Praktis

a. Bagi tenaga kesehatan lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi ilmu pengetahuan Penyakit Paru Obstruksi Kronik dan sebagai

tambahan informasi lebih lanjut untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama

dalam menangani komplikasi penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik, sehingga

dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang terutama dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

b. Bagi peneliti lain, peneliti ini dapat menambah referensi dan menemukan masalah

keperawatan yang lebih luas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar PPOK

2.1.1 Pengertian PPOK

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan

diatasi, yank dikarakteririr dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, yang biasanya

bersifat progresif, dan terkait dengan adanya respon inflamasi kronik saluran nafas dan paru-

paru terhadap gas atau partikel berbahaya (GOLD, 2015).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit yang tidak sepenuhnya

reversible, progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal terhadap gas

yang berbahaya. Kata “progresif” disini berarti semakin memburuknya keadaan seiring

berjalannya waktu ( abidin, 2009).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik karena adanya

hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversibel yaitu sesak nafas

yang semakin berat yang tidak bisa kembali normal atau membaiksebagian, serta adanya

respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Global Obstrctive Lung

Disease, 2009).

2.1.2 Klasifikasi PPOK

Untuk membedakan keparahan penyakit PPOK, dapat didasarkan pada hasil uji

spirometri yang menunjukkan tingkat keparahan obstruksinya. Menurut GOLD terdapat 4

tingkatan berdasarkan hasil FEV1 pasca bronkodilatasi:

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Tabel 2.1

k

l

a

s

ifikasi PPOK (Sumber : Ikawati, 2016)

Dari pengukuran-pengukuran diatas, maka GOLD 2015 mengelompokkan pasien PPOK

menjadi 4 golongan, sebagai berikut:

1. Pasien kelompok A: risiko rendah, gejala lebih sedikit GOLD 1 atau GOLD 2, serangan

akut 0-1/tahun dan tanpa hospitalisasi, CAT < 10 atau mMRC 0-1.

2. Pasien kelompok B: risiko rendah, gejala lebih banyak GOLD 1 atau GOLD 2, serangan

akut 0-1/ tahun dan tanpa hospitalisasi, CAT > 10 atau mMRC > 2

3. Pasien kelompok C: risiko tinggi, gejala lebih sedikit GOLD 3 atau GOLD 4, serangan

akut > 2x/ tahun atau >1 dengan hospitalisasi, CAT <10 atau mMRC 0-1

4. Pasien kelompok D: risiko tinggi, gejala lebih banyak GOLD 3 atau GOLD 4, serangan

akut > 2x/ tahun atau > 1 dengan hospitalisasi, CAT > 10 mMRC > 2 (Ikawati, 2016)

2.1.3 Etiologi

Ada beberapa faktor risiko utama berkembangnya penyakit ini, yang dibedakan

menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor host. (Ikawati, 2016) Beberapa faktor paparan

lingkungan antara lain adalah:

1. Merokok

Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan resiko 30 kali

lebih besar pada perokok dibanding dengan bukan perokok, dan merupakan penyebab

dari 80-90% kasus PPOK. Kurang lebih 15-20% perokok akan mengalami PPOK.

Tingkat Interpertasi Nilai FEV1

dan gejala

GOLD 1 Ringan FEV1 > 80%

GOLD II Sedang 50% < FEV1

< 80%

GOLD III Berat 30% <

FEV1< 50%

GOLD IV Sangat Berat FEV1 < 30%

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Kematian akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokok yang dihisap, umur mulai

merokok, dan status merokok yang terakhir saat PPOK berkembang. Perokok pasif

(tidak merokok tetapi sering terkena asap rokok) juga beresiko menderita PPOK.

2. Pekerjaan

Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan keramik yang

terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu gandum. Asbes mempunyai

risiko yang lebih besar dari pada lainnya.

3. Polusi udara

Pasien yang mempunyai disfungsi paru akan semakin memburuk gejalanya

dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari luar rumah seperti asap

pabrik, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain, misalnya asap dari dalam rumah

misalnya asap dapur.

4. Infeksi

Kolonisasi bakteri pada saluran pernafasan secara kronik merupakan suatu

pemicu inflamasi neutrofilik pada saluran nafas, terlepas dari paparan rokok. Adanya

kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian inflamasi yang dapat diukur

dari peningkatan jumah sputum, peningkatan jumlah frekuensi, eksaserbasi, dan

percepatan penurunan fungsi paru, yang smua ini meningkatkan risiko kejadian

PPOK.

2.1.4 Patofisiologi

Bronkitis kronik dan emfisema pada PPOK

a. Bronkitis kronik

Bronkitis kronik dapat disebabkan oleh iritan fisik atau kimiawi misalnya asap rokok

dan polutan udara. Secara normal silia dan mukus di bronkus melindungi dari inhalasi

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

iritan, yaitu dengan menangkap dan mengeluarkannya. Iritasi yang terus menerus daapat

menyebabkan respon yang berlebihan pada mekanisme pertahanan ini. Karena adanya

mukus dan kurangnya jumlah silia dan gerakan silia untuk membersihkan mukus maka

pasien dapat menderita infeksi berulang. Tanda-tanda infeksi adalah perubahan sputum

seperti meningkatnya volume mukus, mengental, dan perubahan warna. Infeksi yang

berualang dapat menyebabkan keparahan akut pada status pulmonar dan berkontribusi

secara signifikan pada percepatan penurunan fungsi pulmonar karena inflamasi

menginduksi fibrosis pada bronkus dan bronkiolus (Ikawati, 2016).

b. Emfisema

Emfisema adalah perubahan anatomi dari parenkim paru yang ditandai oleh

perbesaran abnormal alveoli dan duktus alveolar serta kerusakan dinding alveolar.

Emfisema khusunya melibatkan asinus yaitu bagian dari paru-paru yang bertanggung

jawab untuk pertukaran gas. Emfisema yang paling berkaitan dengan PPOK adalah

emfisema sentrilobular. Emfisema tipe ini yang secara selektif diserang adalah bagian

bronkiolus. Penyakit ini banyak ditemukan pada orang yang merokok.

Asap rokok dan polusi udara dapat menyebabkan inflamasi paru. Inflamasi

menyebabkan rekrutmen neutrofil dan makrofag ke tempat inflamasi yang akan

melepaskan enzim proteolitik (elastase, kolagenese). Pada orang normal, kerja enzim ini

akan dihambat alpha 1 antitripsin, namun pada kondisi di mana terjadi defisiensi apha 1

antitripsin, namun pada kondisi dimana terjadi defesiensi alpha 1 antitripsin, enzim

proteolitik akan menyebabkan kerusakan pada alveolus menyebabkan emfisema.

2.1.5 Faktor risiko PPOK

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD, 2016)

faktor risiko PPOK dibagi menjadi 6 (enam), yaitu:

1) Genetik

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Terjadinya defisiensi Alpha 1 antitripsin (ATT) menjadi salah peluang lebih besar

untuk terserang PPOK. Alpha 1 antitripsin adalah protein yang berperan sebagai penetral

enzim protolitik yang sering dikeluarkan pada saat terjadi peradangan dan merusak

jaringan termasuk jaringan paru.

2) Partikel berbahaya

Setiap jenis partikel tergantung ukuran dan komposisinya akan memberikan

kontribusi yang berbeda terhadap risiko yang terjadi. Banyaknya partikel yang

terhirup selama hidup akan meningkatkan risiko berkembangnya PPOK. Berikut ini

partikel yang berisiko menyebabkan PPOK:

3) Asap tembakau/ Rokok

Asap rokok merupakan faktor risiko utama penyebab terjadinya PPOK.

Perokok mempunyai prevalensi lebih tinggi mengalami gangguan pernapasan dan

abnormalitas fungsi paru. Perokok pasif juga berkontribusi mengalami gangguan

pernapasan.

4) Debu dan bahan kimia

Debu organik, non-organik, bahan kimia dan asap merupakan faktor risiko

yang dapat menyebabkan seseorang terserang PPOK. Debu dan bahan kimia

diperkirakan 10 – 20% mengalami gangguan fungsional paru karena PPOK.

5) Polusi di dalam rumah

Penggunaan kayu bakar, kotoran hewan dan pembakaran sisa tanaman dalam

api terbuka di dalam tempat tinggal dengan ventilasi yang buruk dapat meningkatkan

risiko terjadinya PPOK.

6) Polusi di luar rumah

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Tingginya kadar polusi udara di daerah perkotaan berbahaya bagi individu

terutama pembakaran dari bahan bakar kendaraan, bila ditambah dengan merokok

akan meningkatkan risiko terjadinya PPOK.

7) Pertumbuhan Dan Perkembangan Paru

Pertumbuhan dan perkembangan paru terkait dengan proses yang terjadi

selama kehamilan, kelahiran dan proses tumbuh kembang. Setiap faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan paru–paru selama kehamilan dan tumbuh kembang anak

akan memiliki potensi untuk meningkatkan risiko terserang PPOK.

8) Usia dan Gender

Usia menjadi faktor risiko terjadinya PPOK. Penurunan status kesehatan lansia

sebagai pencetus terjadinya PPOK atau usia mencerminkan atau usia merupakan

kumpulan jumlah pemaparan hidup secara keseluruhan. Di masa lalu penelitian

menunjukkan prevalensi dan kematian pada PPOK lebih besar terjadi pada laki–laki

daripada perempuan. Pada penelitian di beberapa Negara akhir–akhir ini prevalensi

penyakit PPOK sekarang hampir sama antara laki – laki dan perempuan, yang

mungkin mencerminkan perubahan gaya hidup merokok dengan menggunakan

tembakau

9) Status Sosial Ekonomi

Kemiskinan jelas menjadi faktor risiko untuk PPOK. Polusi udara di dalam

atau di luar, kepadatan lingkungan, gizi yang buruk, infeksi dan berbagai faktor yang

berkaitan dengan sosial ekonomi yang rendah

10) Asma/Hiperaktivitas Bronkus

Asma bisa menjadi faktor risiko perkembangan PPOK, walaupun faktanya ini

tidak pasti. Laporan dari hasil sebuah studi longitudinal Kohort Studi Epidemiologi

Tuscon mengenai penyakit obstruksi jalan napas dewasa dengan asma ditemukan

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

memiliki risiko 12x lipat lebih berisiko terjadi PPOK dari pada yang tidak memiliki

asma setelah merokok. Studi longitudinal yang lain menunjukkan seseorang dengan

asma sebanyak 20% ditemukan memiliki peembangan aliran udara yang terbatas dan

tidak dapat disembuhkan.

2.1.6 WOC (Web Of Caution) Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Sekret tidak bisa keluar

Gangguan pembersihan paru

Produksi sekret meningkat

Batuk tidak efektif

Peradangan bronkus

Terjadi akumulasi sekret

Ketidak efektifan

bersihan jalan nafas

Obstruksi jalan

nafas

Pertukaran gas O2 dan

Co2 tidak adekuat

Sesak nafas

Gangguan

pertukaran gas

Ketidakefektifan pola

nafas

Mual muntah

anoreksia

Intake tidak adekuat

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Asap Rokok, Polusi udara

Riwayat infeksi saluran udara

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Gambar 2.1 WOC Penyakit Paru Obstruksi Kronik GOLD, 2016, NANDA, 2015.

2.1.7 Manifestasi Klinik

Diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala meliputi batuk kronik,

produksi sputum, dispnea dan riwayat paparan suatu faktor risiko. Selain itu, adanya

obstruksi saluran pernafasan juga harus dikonfirmasi dengan spirometri, di mana angka

FEV1/FVC pasca bronkodilator < 0,70 menujukkan adanya keterbatasan aliran udara

persisten yang menjadi ciri dari PPOK (Ikawati, 2016).

Indikator kunci untuk mempertimbangkan diagnosis PPOk adalah:

1. Batuk kronik: terjadi berselang atau setiap hari, dan seringkali terjadi sepanjang

hari ( tidak seperti asma yang terdapat gejala batuk malam hari}.

2. Produksi sputum secara kronik: semua pola produksi sputum dapat

mengindikasikan adanya PPOK.

3. Bronkitis akut : terjadi secara berulang

4. Sesak nafas (dispnea): bersifat pogresif sepanjang waktu, terjai setiap hari,

memburuk jika berolahraga, dan memburuk jika terkena infeksi pernafasan.

5. Riwayat paparan terhadap faktor risiko : merokok, partikel dan senyawa kimia,

asap dapur.

Adapun gejala klinik PPOK adalah

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

1. “Smoker’s cough”, biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin,

kmudian berkembang menjadi sepanjang tahun

2. Sputum, biasanya banyak yang lengket (mucoid), berwarna kuning, hijau atau

kekuningan bila terjadi infeksi.

3. Dispnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan.

Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi

semakin nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik.

Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah:

1. Peningkatan volume sputum

2. Perburukan pernafasan secara akut

3. Dada terasa berat (chest tightness)

4. Peningkatan purulensi sputum

5. Peningkatan kebutuhan bronkodilator

6. Lelas, lesu

7. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik (cepat lelah, terengah-engah)

Pada gejala berat, dapat terjadi:

1. Cyanosis, terjadi kegagalan respirasi

2. Gagal jantung dan oedema perifer

Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang mmerah

yang disebabkan polycythemia (erythrocytosis, julah erythrosit yang

meningkat), hal ini merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas

pengankutan O2 yang berlebih.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Rutin

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

a. Faal paru

a) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP

b) Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP (%).

Obstruksi: % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%(VEP1/KVP) < 75%

c) VEP1 merupakanparameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya

PPOK dan memantau perjalanan penyakit.

d) Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter

walaupun kurang tepat dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau

verabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.

b) Uji bronkodilator

a) Digunakan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE

meter.

b) Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit

kemudian dilihat perubahan VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE

<20% nilai awal dan < 200 ml

c) Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil.

c) Darah rutin

Hemoglobin, eritrosit, Leukosit

d) Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain pada

emfisema terlihat gambaran:

a) Hiperinflasi

b) Hiperlusen

c) Ruang retrosternal melebar

d) Diafragma mendatar

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

e) Jantung menggantung

Pada bronkitis kronik:

a) Normal

b) Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21% kasus.

1. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)

a. Faal paru

b. Volume residu (VR), kapasitas residu fungsional (KRF), kapasitas paru total

(KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat

c. DLCO menurun pada emfisema

d. Raw meningkat pada bronkitis kronik

e. Variabiliti harian APE kurang dari 20%

2. Uji latih kardiopulmonar

a. Sepeda statis (ergocycle)

b. Jentera (treadmil)

c. Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal

3. Uji provokasi bronkus

Untuk menilai derajat hiperaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat

hiperaktiviti bronkus derajat ringan

4. Uji coba kortikosteroid

Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison

atau metilpredison) sebanyak 30-50 mg per hari selama 2 minggu yaitu

peningkatan VEP1 pascabronkodilator >20% dan minimal 250 ml. Pada PPOk

umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid.

5. Analisa gas darah

Terutama untuk menilai:

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

(1) Gagal nafas kronik stabil

(2) Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik

6. Radiologi

(1) CT-scan resolusi tinggi untuk menilai emfisema dini dan menilai jenis serta

derajat emfisema atau yang tidak terdeteksi oleh foto thorak polos

(2) Scan ventilasi perfusi untuk mengetahui fungsi respirasi paru

7. Elektrokardiografi

Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh pulmonal dan

hipertrofi ventrikel kanan.

8. Ekokardiografi

Untuk menilai fungsi jantung kanan

9. Bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan gram dan kultur resistensi

diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat.

Infeksi saluran nafas berulang merupakan penyebab eksaserbasi akut pada

penderita PPOK.

10. Kadar alfa-1 antitripsin

Kadar ini pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda), defisiensi

antitripsin alfa-1 jarang ditemukan (PDPI, 2013).

2.1.9 Komplikasi

a) Gagal jantung

Keadaan dimana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi

kebutuhan metabolisme tubuh. Terutama gagal jantung kanan akibat penyakit

paru, harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.

b) Asidosis respratory

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Merupakan suatu penyakit yang dapat timbul karena terjadi peningkatan nilai

PaCO2 (hiperkapnia). Biasanya timbul dengan gejala nyeri kepala/ pusing, lesu,

dan lelah.

c) Hipoxemia

Merupakan penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg dengan nilai saturasi

oksigen <85%. Pada awalnya pasien akan mengalami perubahan mood,

penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul sianosis.

d) Cardiac Disritmia

Adalah penyakit yang timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek

obat atau asidosis respiratory.

e) Infeksi Pernafasan

Infeksi ini terjadi karena peningkatan produksi mukus yang berlebih,

penongkatan rangsangan otot yang polos bronkial dan edema mukosa.

Terbatasnya aliran udara akan meingkatkan beban kerja otot pernafasan sehingga

timbul dyspnea (Kusumawati 2013).

2.1.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan PPOK akan dilakukan dengan cara terapi jangka panjang dan terapi

eksaserbasi akut.Tujuan terapi tersebut adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas

penyakit, mencegah dan mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan keadaan fisik dan

psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka kematian. Adapun

terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara menghentikan kebiasaan merokok,

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki

nutrisi. Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang pada PPOK

stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah

penyakit kronik yang bersifat irreversible dan progresif, inti dari edukasi adalah

menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan penyakit.

1. Terapi jangka Panjang dilakukan dengan:

Bronkodilator, tergantung reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien maka sebelum

pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru. Berikut

macam-macam bronkodilator

2. Golongan antikolinergik.

Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga

mengurangi sekresi lendir (maksimal 4 kali perhari).

3. Golonganβ– 2 agonis.

Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat

sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan

bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi

eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi

subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.

4. Kombinasi antikolinergik danβ– 2 agonis.

Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena

keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat

kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.

5. Golongan xantin.

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

panjang, terutama pada derajat sedang dan berat.Bentuk tablet biasa atau puyer untuk

mengatasi sesak (pelega napas),bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi

eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin

darah. (EGC, 2008).

(1) Antibiotik untuk kemoterapi preventiv jangka panjang, ampisilin 4x0,25-0,5%

dapat menurunkan eksaserbasi akut

(2) Fisioterapi

(3) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

(4) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasin yang mengalami gagal napas tipe II

dengan PaO2<7,3 kPa (55mmHg).

(5) Rehabilitas pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa

sendiri dan rehabilitas untuk pasien penyakit paru obstruksi kronik:

a) Fisioterapi

b) Rehabilitas psikis

c) Rehabilitas pekerjaan.

1. Terapi eksaserbasi akut:

b. Antibiotik , karenaeksaserbasi aku biasanya disertai infeksi.

a) Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H, influenza dan S.

Pneumoia, maka ampisilin 4x0,5 g/hari.

b) Augmentin (amixilin dan asam kalvulanat) dapat diberikan jika

kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Catarhalis

yang memproduksi laktamase.

Pemberian antibiotic seperti kotrimoksasol, amoksilin, atau

doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat peal

flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode

eksaerbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda

pneumoia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat.

a) Terapi oksigen diberikan bila terdapat kegagalan pernafasan

karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap

CO2.

b) Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum

dengan baik.

c) Bronkodilator untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termasuk

didalamnya golongan adrenergic dan antikolinergik. Pada

pasien dapat diberikan salbutamol 5mg dan atau ipratropium

bromide 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau

aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.

2.1.11 Pencegahan

a. Pencegahan primordial

Yaitu upaya pencegahan pada orang-orang yang belum ada

faktor risiko PPOK, meliputi: menciptakan lingkungan yang bersih dan

berperilaku hidup sehat seperti tidak merokok.

b. Pencegahan primer

Pencegahan ini merupakan upaya untuk mempertahankan yang

sehat agar tetaop sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

Tujuan dari pencegahan primer ini adalah untuk mengurangiinsidensi

penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan

faktor-faktor risikonya. Pencegahan primer ini meliputi:

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

1) Kebiasaan merokok harus dihentikan

2) Memakai alat pelindung seperti masker ditempat kerja (pabrik)

yang terdapat asap mesin atau debu.

3) Membuat corongasap dirumah maupun ditempat kerja (pabrik)

4) Pendidikan tentang bahaya-bahaya yang ditimbulkan PPOK.

c. Pencegahan sekunder

Pencegahan ini merupakan upaya untuk mencegah orang yang

telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan

menghindari komplikasi. Tujuan pencegan ini adalah untuk mengobati

penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit

yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan.

d. Pencegahan tersier

Pencegahan ini bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan

dan mengadakan rehabilitas.

2.2 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2.2.1 Pengertian

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika

individu mengalami suatu ancama nyata atau potensial pada status pernafasan

karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini

ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk

atau kurangnya batuk, ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan

napas. Tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan diagosis ini

adalah bunyi napas abnormal, stridor, dan perubahan frekuensi, irama, dan

kedalaman napas ( Tsamsuri, 2008).

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan ketika seorang

individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status

pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif

(Carpenito, 2006).

2.2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen adalah:

a. Saraf otonomik (rangsangan saraf simpatis dan saraf parasimpatis)

b. Peningkatan produksi sputum

c. Alergi pada saluran nafas

d. Faktor fisiologis

a) Menurunnya kemampuan mengikat O2

b) Menurunnya konsentrasi O2

c) Hipovolemia

d) Meningkatnya metabolisme

e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada

e. Faktor perkembangan

f. Faktor perilaku

a) Merokok

b) Aktivitas

c) Kecemasan

d) Penggunaan narkotika

e) Status nutrisi

g. Faktor lingkungan

a) Tempat kerja atau polusi

b) Suhu lingkungan

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

c) Ketinggian tempat dari permukaan laut

2.2.3 Proses Terjadinya

Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat

ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau

berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi yang tidak efektif.

hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang menghasilkan lendir sehingga partikel-

partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel di dinding saluran

pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada

udara yang menjebak dibagian distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih

keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase ekspirasi yang

panjang akan timbul bunyi-bunyi yang abnormal.

2.2.4 Manifestasi klinis

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD,

2016) tanda gejala PPOK sebagai berikut:

1) Dyspnea

Dyspnea merupakan gejala kardinal PPOK, kondisi ini sebagai

penyebab utama ketidakmampuan dan menimbulkan kecemasan pasien

terhadap penyakit. Tipe pasien PPOK digambarkan dari keadaan dyspnea-nya

sebagai peningkatan upaya pasien untuk bernapas, berupa napas berat dan

terengah–engah. Namun istilah yang digunakan untuk menggambarkan

dyspnea bervariasi dari individu dan budayanya.

2) Batuk

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Batuk kronik menjadi gejala pertama pasien PPOK, kondisi ini

merupakan efek dari merokok atau terpajan oleh polusi lingkungan. Pada

awalnya batuk hanya sebentar, kemudian lama kelamaan menjadi setiap hari

bahkan sepanjang hari. Batuk kronik pada PPOK bisa jadi tidak produktif.

Keadaan ini disebabkan berkembangnya keterbatasan aliran udara tanpa

adanya batuk.

3) Produksi sputum

Pasien PPOK umumnya terjadi peningkatan dalam jumlah kecil

sputum setelah batuk sputum. Produksi sputum terjadi selama 3 bulan atau

lebih, sekurang–kurangnya 2 tahun berturut–turut merupakan gejala klinis

dari batuk kronik. Akan tetapi produksi sputum pada pasien PPOK sulit

untuk dievaluasi karena pasien PPOK sering menelan sputum daripada

mengeluarkannya.

4) Wheezing dan sesak napas

Wheezing dan sesak napas merupakan gejala non spesifik dan

bervariasi antar pasien. Wheezing bisa didengarkan tersebar luas di dada saat

inspirasi atau ekspirasi. Sesak dada sering terjadi saat aktivitas, dan mungkin

timbul kontraksi isometrik dari otot interkostal

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1) Bronkografi yang bertujuan untuk melihat secara fisual bronkus sampai dengan

cabang bronkus

2) Latihan nafas cara untuk melihat pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara

efektif dan bertujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkus dari sekret

atau benda asing yang ada dijalan nafas

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

3) Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan

oksigen kedalam paru, melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu

oksigen

4) Fisioterapi dada

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drinase, clapping

dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan (ikawati, 2013).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Penderita berjenis kelamin laki-laki, usia antara 50-60 tahun, biasanya

pasien menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik bekerja di pabrik atau

merokok.

2. Keluhan utama Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Keluhan utama yang sering pada klien Penyakit Paru Obstruksi Krinis

yaitu: sesak nafas, batuk tak kunjung sembuh, ditemukan suara nafas

wheezing.

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang

diderita oleh klien mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien

dibawa ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ketempat

lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan

dan bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

2.3.2 Riwayat Penyakit Dahulu

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumnya misalnya

bronkitis kronik, riwayat penggunaan obat-obatan (antitrypsin)

2.3.3 Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-

paru lainnya.

2.3.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain:

1) Keadaan umum

Keadaan umum klien yang mengalami gangguan pernafasan biasanya

lemah

2) Penilain kesadaran, kualitatif, kuantiatif

3) Tanda-tanda vital:

Suhu pada klien PPOK yaitu hipotermi

Nadi pada klien PPOK takipnea

Tekanan darah pada klien PPOK yaitu hipertensi

Pernafasan biasanya mengalami peningkatan

4) Sistem respirasi

Sistem respirasi meliputi batuk, terdapat bunyi nafas ronchi, terdapat

bantuan otot bantu pernafasan, perkusi terdapat hiperresonan.

5) Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler meliputi nyeri, ketidaknyamanan dada,

palpitasi, sesak napas, dispnea pada aktivitas, dispnea nocturnal

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

proksimal, edema, perubahan warna kaki, adanya pembengkakan pada

vena jugularis (Mubarak, 2006).

6) Sistem neurosensori

Sistem ini meliputi sakit kepala, kejang, serangan jatuh,

masalah koordinasi, cedera kepala, vertigo, berkurangnya rasa asin dan

panas (pengecapan), penilaian diri pada kemampuan olfaktorius

(penghidu), pemeriksaan pada sistem pendengaran dan dampak pada

penampilan activity of daily life (ADL). Selain itu juga pemeriksaan

pada sistem penglihatan seperti pemakaian kaca mata, nyeri, air mata,

floater, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir. Selain itu

dikaji juga kedekatan penglihatan, keluhan pandangan kabur, salah

satu mata tidak dapat berfungsi, kesulitan untuk memfokuskan, dan

ketidakmampuan melihat dalam kegelapan (Carpenito, 2006).

7) Sistem pencernaan

Konstipasi , konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultas bising

usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.Sistem

Muskuloskeletal Nyeri berat tiba-tiba/ mungkin terlokalisasi pada area

jaringan dapat berkurang pada imobilissi, kontraktur atrofi otot.

8) Sistem Muskuloskeletal

Nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringandapat

berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi.

9) Sitem metabolisme- integumen

Sistem metabolisme- integumen meliputi lesi/ luka, pruritus,

perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan kuku, katimumul

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

pada jari kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan memar,

elastisitas/turgor.

10) Sistem perkemihan

Sistem genitourinaria meliputi disuria (nyeri saat berkemih),

frekuensi, kencing menetes, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia,

inkontinensia, batu, infeksi saluran kemih. Pengkajian antara genetalia

pria antara lain: lesi, rabas, nyeri testikuler, massa testikuler, masalah

prostat, penyakit kelamin, perubahan hasrat seksual, impotensi,

masalah aktivitas sosial. Sedangkan pengkajian pada genetalia wanita

antara lain: lesi, rabas, dispareunia, perdarahan pasca senggama, nyeri

pelvis, sistokel/rektokel/prolaps, penyakit kelamin, infeksi, masalah

aktivitas seksual, riwayat menstruasi (menarche, tanggal periode

menstruasi terakhir), tanggal dan hasil pap smear terakhir ( Mubarak,

2006).

2.3.5 Pola Fungsi Kesehatan

Pola fungsi kesehatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik:

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan

kesehatan

b) Pola Nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit,

nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan

makanan kesukaan.

c) Pola eliminasi

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada

tidaknya defekasi, masalah nutrisi, dan penggunan kateter.

d) Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap

energy, jumlah jam tidur siang dan malam, masalah tidur dan insomnia.

e) Pola aktifitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan, dan

sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman

pernafasan.

f) Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien

terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan.

g) Pola sensori dan kognitif

Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan,

pendengaran dan penghidu. Pada klien katarak dapat ditemukan

gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja

dengan merasa diruang gelap. Sedang tandanya adalah tampak

kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata.

h) Pola persepsi menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi

terhadap kemampuan konsep diri

i) Pola seksual dan reproduksi

j) Menggambarkan kepuasan/ masalah terhadap seksualitas.

k) Pola mekanisme/penanggulangan stress.

l) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.

m) Pola nilai dan kepercayaan

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

n) Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk

spiritual.

2.3.6 Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2. Defesiensi Pengetahuan

2.3.7 Intervensi

Tabtabel 2.2 intervensi PPOK dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas

(sumber : Huda, 2015)

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas

Definisi : ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi

atau obstruksi dari saluran

pernafasan untuk

mempertahankan kebersihan

jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

1. Batuk yang tidak

efektif.

2. Dispnea

3. Gelisah

4. Kesulitan verblisasi

5. Mata terbuka lebar

6. Ortopnea

7. Penurunan bunyi nafas

8. Perubahan fungsi

nafas

9. Perubahan pola nafas

10. Sianosis

11. Sputum dalam jumlah

yang berlebihan

12. Suara nafas tambahan

13. Tidak ada batuk

Faktor – faktor yang

berhubungan :

1. Lingkungan

a. Perokok

b. Perokok pasif

c. Terpejan asap

2. Obstruksi jalan nafas

a. Adanya jalan nafas

buatan

b. Benda asing dalam

jalan nafas

c. Eksudat dalam

alveoli

d. Hiperplasia pada

dinding bronkus

e. Mukus berlebihan

Noc

1. Status pernafasan:

kepatenan jalan nafas

2. Status pernafasn :

tanda-tanda vital

Kriteria Hasil :

1. Suara nafas

tambahan

2. Pernafasan cuping

hidung

3. Dispnea saat

istirahat

4. Dispnea dengan

aktivitas ringan

5. Penggunaan otot

bantu nafas

6. Batuk

7. Akumulasi sputum

8. Respirasi agonal

TTV:

1. Tekanan darah

normal:

Sitol <120 mmHg

Diastol <80

mmHg

2. Nadi normal 60-

100 kali per menit

3. Pernafasan dalam

batas normal 14-

20 kali per menit

4. Suhu normal

Suhu oral: 37℃

Suhu rektal:

37,4℃

Suhu aksila:

36,5℃

Nic

1. Dampingi pasien

untuk bisa duduk

pada posisi kepala

sedikit lurus, bahu

relaks dan lutut

ditekuk atau posisi

fleksi

2. Dukung pasien

menarik nafas

dalam beberapa kali

3. Dukung pasien

untuk melakukan

nafas dalam, tahan

selama 2 detik,

bungkukkan

kedepan, tahan 2

detik dan batukkan

2-3 kali

4. Minta pasien untuk

menarik nafas

dalam, bungkukkan

ke depan, lakukan

tiga atau empat kali

hembusan (untuk

membuka area

glotis)

5. Minta pasien untuk

menarik nafas

dalam beberapa

kali, keluarkan

perlahan dan

batukkan di akhir

ekshalasi

(penghembusan)

6. Minta pasien untuk

batuk dilanjutkan

dengan beberapa

periode nafas dalam

7. Dampingi pasien

menggunakan

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

2.2.8

Implem

entasi

Pelaksan

aan

adalah

realisasi

rencana

tindakan

untuk

mencapa

i tujuan

yang

telah

ditetapk

an.

Kegiata

n dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru.

Ada beberapa ketrampilan yang dibutuhkan dalam hal ini. Pertama, ketrampilan kognitif.

Ketrampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang menyeluruh. Perawat harus

mengetahui alasan untuk setiap intervensi terapeutik, memahami respon fisiologis dan

psikologis normal dan abnormal, mampu mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan

pemulangan klien, dan mengenali askep-askep promotif kesehatan klien dan kebutuhan

penyakit.

f. Penyakit paru

obstruksi kronik

g. Sekresi yang

bertahan

h. Spasme

3. Fisiologis

a. Asma

b. Jalan nafas

alergi

c. Infeksi

1

bantal atau selimut

yang dilipat untuk

menahan perut saat

batuk.

8. Monitor fungsi

paru, terutama

kapasitas vital,

tekanan inspirasi

maksimal, tekanan

volume ekspirasi 1

detik (FEV1) dan

FEV1/FVC sesuai

dengan kebutuhan.

9. Lakukan tehnik

chest wall rib spring

selama fase

ekspirasi melalui

manuver batuk,

sesuai dengan

kebutuhan.

10. Tekan perut

dibawah xiphoid

dengan tangan

terbuka sembari

membantu pasien

untuk fleksi

kedepan selama

batuk.

11. Dukung

menggunakan

incentive

spirometry,sesuai

dengan kebutuhan

12. Dukung hidrasi

cairan yang

sistemik, sesuai

dengan kebutuhan

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Kedua, ketrampilan interpersonal, ketrampilan ini penting untuk tindakan keperawatan yang

efektif. perawat harus berkomunikasi dengan jelas kepada klien, keluarganya dan anggota tim

Perawat kesehatan lainnya.

Ketiga, ketrampilan psikomotor, ketrampilan ini mencakup kebutuhan langsung terhadap

perawatan kepada klien, seperti memberikan suntikan, melakukan penghisapan lendir,

mengatur posisi, membantu klien memenuhi aktivitas sehari-hari dan lain-lain (Rohmah dan

Walid, 2009).

2.3.9 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan

yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan untuk meilai apakah

tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang

(Wijaya & Putri, 2013).

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit secara intensif

misalnya satu klien atau dua klien. Meskipun jumlah subyek cenderung sedikit namun

jumlah variabel yang berhubungan dengan masalah studi kasus. Rancangan dari studi

kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangan penelitian waktu.

Riwayat dan perilaku mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat

hidup). Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan

bahan-bahan yang agak luas, sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan paling

besar dari rancangan ini pengkajian secara rinci, meskipun jumlah respondennya sedikit,

sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subyek secara jelas (Nursalam, 2011).

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang dipelajari berupa

peristiwa, aktivitas atau individu. Dalam studi kasus ini adalah studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan PPOK dengan masalah ketidakefektifan

bersihan jalan nafas.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah merupakan pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang

menjadi fokus studi kasus. Dalam penelitian studi kasus batasan istilah adalah :

1. Asuhan keperawatan: adalah merupakan suatu hal yang tidak akan terlepas dari

pekerjaan seseorang perawat dalam menjalankan tugas serta kewajibannya serta peran

dan fungsinya terhadap pasiennya. Dalam studi kasus ini peneliti melaksanakan

Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik yaitu suatu proses atau

rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada

klien yang mengalami masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dimulai dari

pengkajian (pengumpulan data, analisa data, dan penentuan masalah) diagnosis

keperawatan, pelaksasaan dan penelitian tindakan keperawatan (evaluasi).

2. Klien adalah seseorang yang menerima perawatan medis (setiap orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pelayanan

kesehatan / dokter atau perawat).

3. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan

diatasi, yang dikarakterisir dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, yang

biasanya bersifat progresif, dan terkait dengan adanya respon inflamasi kronis saluran

nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya (GOLD, 2015).

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika individu

mengalami suatu ancaman nyata atau potensial pada status pernafasan karena tidak

mampunya untuk batuk secara efektif (Tanto, 2014).

3.3 Partisipan

Partisipan adalah Subyek yang berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan

dan peran serta. Patisipan pada studi kasus ini dipilih dengan menggunakan metode

purposive. Metode purposive adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu studi

kasus dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukan dalam studi

kasus, dimana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga pada

studi kasus (Nursalam,2013). Studi kasus ini menggunakan 2 klien dengan karakteristik

PPOK yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan jenis kelamin yang

sama dan umur 35-60 Tahun.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi dan waktu penelitian adalah suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

tersebut akan dilakukan. Lokasi studi kasus tersebut didasarkan pada:

1. Tempat banyaknya jumlah klien yang mengalami PPOK di Ruang Cempaka RSUD

Jombang alamat di Jl. Kh. Wachid Hasyim No.52 Jombang

2. Kemudahan akses peneliti terhadap partisipan.

3. Waktu yang ditetapkan yaitu sejak klien pertama MRS sampai klien pulang, atau

klien yang dirawat minimal 3 hari. Jika selama 3 hari klien sudah pulang, maka perlu

penggantian klien lainnya yang sejenis.

3.5 Pengumpulan Data

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Pengumpulan data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena

hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka, proses penelitian akan berlangsung

sampai mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan

(Nursalam, 2011)

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini,

sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik menggunakan

pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, yaitu :

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan, di mana

peneliti mendapatkan keterangan atau penderian secara lisan dari seseorang sasaran

peneliti (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu

pertemuan atau percakapan (Saryono, 2013)

Materi wawancara meliputi : anamnesis berisi tentang (wawancara dengan subyek

atau responden), keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga yang

lain-lain sesuai dengan pedoman yang akan diungkap). Sumber data dari klien,

keluarga, perawat lainnya.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi merupakan salah satu metode yang dilakukan dengan cara pengamatan

dilakukan dengan seluruh alat indra, tidak terbatas hanya pada apa yang dilihat

(terhadap perilaku dan lingkungan, baik sosial dan material individu atau kelompok

yang diamati ) ( Saryono, 2013)

Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang anatara lain

meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi di dalam melakukan observasi bukan

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

hanya mengunjungi, melihat, atau menonton saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau

perhatian, khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Dalam penelitian ini

observasi dilakukn menggunakan pendekatan IPPA yaitu : Inspeksi, Perkusi,

Auskultasi pada sistem tubuh pasien.

3) Studi dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya (Saryono, 2013). Dalam studi kasus ini dokumentasi berupa hasil dari

rekam medik, literatur, pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relavan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Keabsahan Data merupakan standar kebenaran suatu data hasil penelitian yang lebih

menekankan pada data/ informasi daripada sikap dan jumlah orang. Untuk menetapkan

keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan (pengujian). Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang

digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Sugiono, 2010). Uji

keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data / informasi yang diperoleh

dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping

integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data

dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan sampai kegiatan studi kasus berakhir

dan memperoleh validitas hasil yang diinginkan. Dalam studi kasus ini waktu yang

tentukan adalah 3 hari akan tetapi apabila belum mencapai validitas data yang

diinginkan maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari,

sehingga waktu yang diperlukaan dalam studi kasus adalah 4 hari.

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

2. Triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan

menganalisis data dengan pihak lain untuk memperjelas data atau informasi yang

telah diperoleh responden,. Adapun pihak lain dalam studi kasus ini yaitu keluarga

klien yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien dan perawat yang

pernah mengatasi maslah yang sama dengan klien.

3.7 Analisa Data

Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema tertentu

(Moleong, 2007). Analisa data dilakukan sejak penliti dilapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan

cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara

mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:

1) Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, Observasi, Dokumen). Hasil ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan

terstruktur).

2) Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu

dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif,

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai

normal.

3) Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan menyamarkan identitas dari klien.

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian dat dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil

penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.

3.8 Etik Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti izin dari institusi untuk melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan izin barulah melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika yang meliputi : informed consent (persetujuan menjadi responden),

anonomity (tanpa nama), dan confidentialy (kerahasiaan).

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:

1) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2) Anonimity (tanpa nama); maslah etika penelitian merupakan masalah yang

memberikan jaminan dala penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau menempatkan nama responden pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

3) Confidentiality (kerahasiaan); masalah ini merupakan masalah etika dengan memberi

jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data

Lokasi pengambilan data bertempat di RSUD Jombang jln. KH. Wahid

Hasyim No. 025 Jombang, RSUD ini bertipe B non Pendidikan, memiliki 7 ruangan

Rawat inap salah satunya Paviliun Cempaka. Di ruang cempaka ini memliki fasilitas

HCU sendiri yang di dalamnya terdapat 3 tempat tidur, dan ruang isolasi. Pengkajian

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

dilakukan di ruang G8 yang terdapat 10 tempat tidur dan memiliki almari khusus

dikeliling tempat tidur. Ruang G8 ini memiliki ventilasi dan ruangan yang bersih.

4.1.2 Pengkajian

Tabel 4. Dengan Masalah Ketidakefektifan 1 Identitas Klien PPOK Bersihan Jalan

Nafas Diruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 Identitas Klien Klien 1 Klien 2

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Status Perkawinan

Suku Bangsa

Tanggal MRS

Tanggal Pengkajian

No,RM

Diagnosa Masuk

Tn. S

51 tahun

Laki – Laki

Islam

SD

Swasta

Sawiji, Jogoroto Jombang

Kawin

Jawa

25 Maret 2017

29 Maret 2017

35- 04- xx

PPOK

Tn. S

53 tahun

Laki – Laki

Islam

SD

Tani

Mojowarno, Jombang

Kawin

Jawa

26 Maret 2017

29 Maret 2017

34- 95- xx

PPOK

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidakefektifa

Bershan Jalan Nafas Diruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 RIWAYAT PENYAKIT Klien 1 Klien 2

Keluhan Utama Klien mengatakan sesak dan

batuk

Klien mengatakan dadanya

terasa sesak dan batuk

Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan sesak sejak 3

bulan yang lalu tapi satu minggu

sebelum dibawa ke RSUD

Jombang klien dibawa ke

Puskesmas Mayangan kemudian

sabtu malam jam 01.00 klien

dadanya semakin berat dan

semakin lemas kemudian pagi

jam 05.00 klien baru di bawa ke

IGD RSUD Jombang.

Klien mengatakan sudah 3

hari sesak, batuk kurang

lebih 3 bulan, kemudian

pada hari sabtu klien

dibawa ke Poli Paru

akhirnya oleh perawat

dianjurkan untuk rawat inap

diruang Paviliun Cempaka

RSUD Jombang.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sudah ke-3

masuk RSUD Jombang dengan

penyakit PPOK, klien

mengatakan sudah menderita

penyakit PPOK kurang lebih 5

tahun.

Klien mengatan

sebelumnya tidak pernah

masuk RSUD Jombang.

Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak ada

keluarga yang mengalami PPOK,

asma, bronkitis.

Klien mengatakan

keluarganya tidak ada yang

menderita PPOK, asna, dan

bronkitis.

Tabel 4.3 Perubahan Pola Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidakefetifan Bersihan

Jalan Nafas Di Ruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 POLA KESEHATAN Klien 1 Klien 2

Pola Mangaement Kesehatan Dirumah:

Klien ketika sakit sering pergi

ke pelayanan kesehatan, dan

Dirumah:

Klien ketika sakit jarang pergu

ke pelayanan kesehatan tapi

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

klien juga berhenti merokok,

biasanya 1 bulan sekali klien

datang ke poli setelah klien

merasa sudah tidak kambuh

lagi, klien sudah 3 bulan tidak

datang ke poli.

klien minum jamu dan obat-obat

yang biasanya disediakan di

warung,

Di RSUD:

Klien mematuhi semua yang

peraturan yang dianjurkan ooleh

perawat dan tenaga kesehatan

yang lain

Di RSUD:

Klien mematuhi semua peraturan

dari perawat dan tenaga

kesehatan yang lain, dan hanya

minum obat yang disediakan di

rumah sakit

Pola Nutrisi Dirumah:

Klien makan 3x sehari, porsi

sedang, lauk pauk, sayur,

minum kurang lebih 1,5 liter per

hari, terkadang minum kopi.

Dirumah:

Klien makan sedikit tapi sering

sehari terkadang sampai 4x , lauk

pauk, ,minum 2 liter per hari,

minum teh 2x sehari.

Di RSUD:

Klien mengatakan tidak enak

makan, makan sehari 2x,

dengan porsi sedikit, minum

700 cc/hari.

DiRSUD:

Klien mengatakan porsi makan

menurun 3x sehari tetapi sekali

makan hanya 2-3 sendok, minum

6 gelas/ hari, selama di RSUD

tidak mau minum teh.

Pola Eliminasi Dirumah:

BAB sehari 1x, konstipasi

lembek, bau khas faces, tanpa

lendir dan darah, tidak ada

keluhan saat BAB.

Klien sehari BAK 5x sehari,

warna urine jernih, bau has

urine, tidak ada keluhan nyeri

saat BAK.

Dirumah:

Klien BAB sehari 2x, konstipasi

lembek, bau khas faces, tidak

ada darah dan lendir, tidak ada

keluhan saat BAB.

Klien BAK 7x sehari, warna

urine jernih, bau khas urine,

tidak ada keluhan nyeri saat

BAK.

Di RSUD:

Klien mengatak sulit BAB,

selama di RSUD pasien belum

pernah BAB sama sekali.

Klien terpasan DC (+), warna

urine kuning, bau khas urine,

pekat.

Di RSUD:

Klien mengatakan selama di

RSUD sudah BAB 1x dengan

konstipasi keras, bau khas faces,

klien mengeluh nyeri saat BAB.

Selama di RSUD klien BAK

sehari 3x, warna kuning, bau

khas urine.

Pola Istirahat Tidur Dirumah:

Sebelum sakit klien tidur

normal 8-9 jam/hari, tidur

nyenyak.

Dirumah:

Klien sebelum sakit tidur 6-7

jam dalm sehari, klien jarang

tidur siang karena urusan

pekerjaan, kualitas tidur

nyenyak.

Di RSUD:

Selama sakit klien sulit tidur,

tidur hanya 3-5 jam per hari

karena klien merasa sesak.

Di RSUD:

Selama sakit klien sulit

tidur,sehari klien tidur 5-10

menit bangun karena batuk dan

sesak.

Pola aktivitas Dirumah;

Kegiatan klien dirumah sebagai

petani disawah klien ini selalu

melakukan tugasnya sendiri.

Dirumah:

Klien setiap hari bekerja di

sawah orang terkadang juga jadi

kuli panggul di pasar, klien

mengerjakan tugasnya sendiri

tanpa bantuan.

Di RSUD:

selama di RS klien hanya

Di RSUD:

selama di RSUD aktivitas klien

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

berbaring, jadi aktivitasnya

dibantu oleh anaknya.

dibantu istrinya.

Pola Reproduksi Tn. S tidak memiliki keinginan

untuk melakukan hubungan

seksual karena merasa dirinya

sudah tua.

Tn. S sudah tidak memiliki rasa

untuk melakukan hubungan

seksual karena dia merasa sudah

tua dan sudah tidak kuat lagi.

Pola Management Stres Klien tidak stres

berkepanjangan karena selama

klien sakit ada anaknya yang

membantu mencari nafkah.

Klien selama di rumah sakit

merasa stres karena selama sakit

tidak ada ada yang membantu

mencari nafkah.

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ( Pendekatan Head To Toe/ Per System) Pada Klien PPOK

Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang

Cempaka RSUD Jombang, 2017 OBSERVASI Klien 1 Klien 2

K/U:

Pemeriksaan Fisik:

B1 (Breathing) Inspeksi:

Terdapat pernafasan cuping

hidung, tarikan otot bantu nafas,

terpasang O2 4 lpm.

Palpasi:

Suara nafas irreguler, RR: 26x/

menit

Auskultasi:

Terdapat suara nafas tambahan

ronchi.

Perkusi:

Suara nafas sonor

Inspeksi:

Pergerakan dinding dada (+),

cuping hidung (+), dada

simetris, tarikan otot bantu

nafas (+), klien terpasan O2

nasal 5 Lpm

Palpasi:

Irama nafas irreguler, RR:

32x/menit.

Auskultasi:

Terdapat suara nafas tambahan

ronchi

Perkusi:

Suara nafas sonor

B2 (Blood) Inspeksi:

Konjungtiva normal, sklera

putih.

Palpasi:

Tidak ada nyeri, CRT < 2 detik,

akral hangat.

Auskultasi:

Suara jantung reguler, tidak ada

suara tambahan,Tekanan darah:

130/80 mmHg, Nadi:95 x/menit,

perkusi pekak.

Inspeksi:

Konjungtiva normal, sklera

putih.

Palpasi:

Nyeri dada saat bernafas

dengan skala nyeri 3, CRT <2

detik, akral hangat.

Auskultasi:

Suara jantung reguler, tidak

ada suara tambahan, Tekanan

darah: 140/100 mmHg, Nadi:

98x/menit.

B3 (Brain) Inspeksi:

Kesadaran:

Composmentis, GCS 4-5-6, JVP

normal, ada gangguan

pendengaran.

Palpasi:

Inspeksi:

Kesadaran:

Composmentis, GCS 4-5-6,

JVP normal, mata kabur, tidak

ada gangguan pendengaran.

Palpasi:

B4 (Bladder) Inspeksi:

Distensi kandung kemih (-), DC

(+), produksi urine kurang lebih

400 cc/hari.

Palpasi:

Tidak ada pembesaran kandung

kemih, nyeri tikan (-)

Inspeksi;

Distensi kandung kemih (-),

DC (-), klien BAK kurang

lebih 5 x/hari.

Palpasi:

Tidak ada pembesaran kandung

kemih, nyeri tekan (-).

B5 (Bowel) Inspeksi: Inspeksi:

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Nafsu makan berkurang, NGT

(-)

Palpasi:

pembesaran liver (-), tidak ada

nyeri abdomen (-)

Auskultasi:

Bising usus normal 13 x/ menit

Nafsu makan menurun, NGT (-

)

Palpasi:

Tidak ada pembesaran liver,

nyeri abdomen (-)

Bising usus normal:

12 x/menit

B6 (Bone) Inspeksi:

Kulit agak kemerah-merahan,

kulit kering, turgor kulit baik,

tonus otot

Inspeksi:

turgor kulit baik,

Data Psiko, sosial, spiritual Klien aktif dalam mengikuti

kegiatan yang ada di

lingkungannya, klien beragama

islam dan selalu menjalankan

kewajibannya.

Klien aktif dalam

mengikuti kegiatan

yang ada di

lingkungannya, klien

beragama islam, klien

menjalankan

kewajibannya

beribadah.

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pada Klien PPOK Di Ruang Cempaka RSUD

Jombang, 2017 Pemeriksaan Laboratorium Klien 1 Klien 2

Hematologi

Darah Lengkap

Hemoglobin 13,6 g/dl 15,2 g/dl

Leukosit 12.600 /cmm 7.200 cmm

Hematokrit 38,0 % 47,8 %

Eritrosit 4.180.000 jt/uL 5.370.000 jt/ul

Trombosit 235.000/ cmm 231.000/ cmm

Eosinofil - -

Basofil - -

Batang - -

Segmen 88 % 81 %

Limfosit 3 % 9 %

Monisit 9 % 10%

KIMIA KLINIK

CI 93 meq/L 103 meq/L

Natrium 127 meq/L 140 meq/L

Kalium 3,41meq/L 4,54 meq/L

Glukosa darah sewaktu 158 mg/dl 112 mg/dl

SGOT 32 U/l 27 U/l

SGPT 28 U/l 10 U/l

Kretinin serum 1,88 mg/dl 0,96 mg/dl

Urea 74,5 mg/dl 21,4 mg/dl

Analisis Gas Darah

pH 7,743

p CO2 30,3 mmHg

p O2 30,3 mmHg

HCO3- 21,7 mmol/l

BE -1,9 mmol/l

O2 Sat 99,5 %

Ct CO2 22,7 mmol/l

Anion Gap 25,5 mmol/l

Na 135 meq/l

K 2,56 meq/l

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Tabel 4.6 Terapi pada klien PPOK dengan masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas di

Ruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 Klien 1 Klien 2

Infus Ns

Levofloxacin

Aminophilin

Lasmalin

Pehacore

Ventolin

nebule

2x1 fles/ 24 jam

1x500 mg (inf)

4x200 mg (iv)

4x0,5 tab (oral)

4x1 tab (oral)

4x/hari

Infus Ns

Ceftriaxone

Dexamethasone

Codein

Ventolin nebule

Aminophilin

2x1 flas/ 24 jam

2x1 gr (iv)

4x1 amp (iv)

0-0-10 mg (oral)

4x/ hari

4x1 amp (iv)

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Nafas Diruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 DATA ETIOLOGI MASALAH

Klien 1

Data subyektif:

Klien mengatakan sesak, batuk

Data obyektif:

a. Keadaan umum: Lemah

b. Kesadaran: composmentis

GCS 456

c. Klien tampak batuk

d. Klien tampak sesak

e. Klien terpasang

oksigenasi 4 liter

f. Terdapat tarikan otot

bantu nafas

g. Terdapat pernafasan

cupping hidung

h. Adanya Suara nafas

tambahan Ronchi.

i. TTV:

T: 130/80 mmHg

N: 95 x/menit

S: 36,1℃

RR: 26x/ menit

j. Dyspnea

Asap Rokok

Gangguan pembersiha

Paru

Peradangan pada

bronkus

Produksi skeret

meningkat

Batuk tidak efektif

Sekret tidak bisa keluar

Akumulasi sekret

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

Ketidak efektifan bersihan jalan

nafas

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Klien 2

Data subyektif:

Klien mengatakan sesak

Data obyektif:

a. Keadaan umum: lemah

b. Klien terlihat batuk

c. Klien tampak sesak

d. Klien terpasang O2

masker 5 liter per menit

e. Suara nafas Ronchi

f. Terdapat pernafasan

cuping hidung

g. Terdapat tarikan otot

bantu nafas

h. Adanya suara nafas

tambahan ronchi

i. Kesadaran: composmentis

GCS 456

j. TTV:

T: 140/100 mmHg

S: 37,1 ℃

N: 98x/menit

RR: 32x/menit

Asap Rokok

Gangguan pembersiha

Paru

Peradangan pada

bronkus

Produksi skeret

meningkat

Batuk tidak efektif

Sekret tidak bisa keluar

Akumulasi sekret

Ketidak efektifan bersihan jalan

nafas

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Ketidak efektifan

bersihan jalan nafas

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 Data Etiologi Problem (masalah)

Klien 1:

Data subyektif:

Klien mengatakan sesak dan

batuk.

Data obyektif:

a. Keadaan Umum: Lemah

b. Klien tampak sesak

c. Klien tampak batuk

d. Klien terpasan

oksigenasi 4 Lpm

e. Adanya pernafasan

cuping hidung

f. Adanya tarikan otot

bantu nafas

g. Suara nafas tambahan

ronchi

h. Kesadaran:

Composmentis

GCS 456

i. TTV:

S:36,1℃

N:95 x/menit

TD: 130/80 mmHg

RR: 26x/ menit

j. Dyspnea

Akumulasi sekret

Ketidak efektifan bersihan jalan

nafas

Klien 2 :

Data subyektif:

Klien mengatak sesak dan batuk

Data obyektif:

a. Keadaan umum: lemah

b. Kesadaran:

composmentis

GCS 4-5-6

c. Klien tampak batuk

d. Klien tampak sesak

e. Terpasang oksigenasi 5

LPm

f. Adanya pernafasan

cuping hidung

g. Adanya tarikan otot

bantu nafas

h. Suara nafas tambahan

ronchi

i. TTV:

T: 140/100 mmHg

S: 37,1 ℃

N: 98x/menit

Akumulasi sekret Ketidak efektifan bersihan jalan

nafas .

Page 62: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

RR: 32x/menit

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.9 Intervensi Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidak Efektifan Bersihan

Jalan Nafas Di Ruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 Dx NOC NIC

Klien 1 :

Ketidak efektifan

bersihan jalan

nafas

berhubungan

dengan

penumpukan

sekret di bronkus.

Indikator :

1. Status pernafasan:

kepatenan jalan nafas.

2. Status pernafasn

Kriteria hasil :

1. Tidak ada suara nafas

tambahan

2. Tidak Pernafasan cuping

hidung

3. Dispnea dengan aktivitas

ringan

4. Tidak menggunakan

Penggunaan otot bantu

nafas

5. Klien tidak batuk Batuk

NIC:

Ketidak efektifa bersihan jalan

nafas

13. Dampingi pasien untuk bisa

duduk pada posisi kepala sedikit

lurus, bahu relaks dan lutut

ditekuk atau posisi fleksi

14. Dukung pasien menarik nafas

dalam beberapa kali

15. Dukung pasien untuk melakukan

nafas dalam, tahan selama 2

detik, bungkukkan kedepan,

tahan 2 detik dan batukkan 2-3

kali

16. Minta pasien untuk menarik

nafas dalam, bungkukkan ke

depan, lakukan tiga atau empat

kali hembusan (untuk membuka

area glotis)

17. Minta pasien untuk menarik

nafas dalam beberapa kali,

keluarkan perlahan dan batukkan

di akhir ekshalasi

(penghembusan)

18. Minta pasien untuk batuk

dilanjutkan dengan beberapa

periode nafas dalam

19. Dampingi pasien menggunakan

bantal atau selimut yang dilipat

untuk menahan perut saat batuk.

Klien 2 :

Ketidak efektifan

bersihan jalan

nafas

berhubungan

dengan

penumpukan

sekret di bronkus.

Indikator :

1. Status pernafasan:

kepatenan jalan nafas.

2. Status pernafasn

Kriteria hasil :

1. Tidak ada suara nafas

tambahan

2. Tidak Pernafasan cuping

hidung

NIC:

Ketidak efektifa bersihan jalan

nafas

1. Dampingi pasien untuk bisa

duduk pada posisi kepala sedikit

lurus, bahu relaks dan lutut

ditekuk atau posisi fleksi

2. Dukung pasien menarik nafas

dalam beberapa kali

3. Dukung pasien untuk melakukan

nafas dalam, tahan selama 2

detik, bungkukkan kedepan,

tahan 2 detik dan batukkan 2-3

kali

4. Minta pasien untuk menarik

nafas dalam, bungkukkan ke

depan, lakukan tiga atau empat

Page 63: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

3. Dispnea dengan aktivitas

ringan

4. Tidak menggunakan

Penggunaan otot bantu

nafas.

5. Klien tidak batuk Batuk

kali hembusan (untuk membuka

area glotis)

5. Minta pasien untuk menarik

nafas dalam beberapa kali,

keluarkan perlahan dan batukkan

di akhir ekshalasi

(penghembusan)

6. Minta pasien untuk batuk

dilanjutkan dengan beberapa

periode nafas dalam

7. Dampingi pasien menggunakan

bantal atau selimut yang dilipat

untuk menahan perut saat batuk.

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10 Implementasi Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidak Efektifan

Bersihan Jalan Nafas Diruang Cempaka RSUD Jombang 2017 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu Hari/ Tanggal

27 Maret 2017

Hari/ Tanggal

28 Maret 2017

Hari/ Tanggal

29 Maret 2017

Par

af

Klien 1 (Tn. S)

08.30

08.40

08.50

09.00

a. Membina

hubungan saling

percaya dengan

klien dan

keluarga klien

untuk

mendapatkan

komunikasi

terapeutik.

b. Mendampingi

klien untuk bisa

duduk pada posisi

kepala sedikit

lurus, bahu relaks

dan lutut ditekuk

atau posisi fleksi

c. Mendukung

pasien untuk

menarik nafas

dalam beberapa

kali

d. Mendukung

pasien untuk

melakukan nafas

dalam, tahan

selama 2 detik,

bungkukkan

kedepan, tahan 2

a. Membina

hubungan

saling

percaya

dengan klien

dan keluarga

klien untuk

mendapatkan

komunikasi

terapeutik.

b. Mendamping

i klien untuk

bisa duduk

pada posisi

kepala sedikit

lurus, bahu

relaks dan

lutut ditekuk

atau posisi

fleksi

c. Mendukung

pasien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa kal

d. Mendukung

pasien untuk

melakukan

a. Membina

hubungan

saling

percaya

dengan klien

dan keluarga

klien untuk

mendapatka

n

komunikasi

terapeutik.

b. Mendampin

gi klien

untuk bisa

duduk pada

posisi kepala

sedikit lurus,

bahu relaks

dan lutut

ditekuk atau

posisi fleksi

c. Mendukung

pasien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa

kali

d. Mendukung

Page 64: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

10.00

11.00

11.15

11.30

11.45

detik dan

batukkan 2-3 kali

e. Berkolaborasi

dalam pemberian

terapi

Infus Ns 2x1 flas/

24 jam

Levofloxacin

1x500 mg (inf)

Aminophilin

4x200 mg (iv)

Lasmalin 4x0,5

tab (oral)

Pehacore 4x1 tab

(oral)

Nebule ventolin

4x/ hari.

f. Meminta klien

untuk menarik

nafas dalam,

bungkukkan ke

depan, lakukan

tiga atau empat

kali hembusan

(untuk membuka

area glotis)

g. Memininta klien

untuk menarik

nafas dalam

beberapa kali,

keluarkan

perlahan dan

batukkan di akhir

ekshalasi

(penghembusan) h. Meminta klien

untuk batuk

dilanjutkan

dengan beberapa

periode nafas

dalam

i. Mendampingi

klien

menggunakan

bantal atau

selimut yang

dilipat untuk

menahan perut

saat batuk.

j. Monitoring tanda-

tanda vital

nafas dalam,

tahan selama

2 detik,

bungkukkan

kedepan,

tahan 2 detik

dan batukkan

2-3 kali

e. Berkolaboras

i dalam

pemberian

terapi

Infus Ns

2x1 flas/ 24

jam

Nebul 4

x/hari

P.o:

Aminop

hilin 1

tab

Tarbutali

n 1 tab

Peliacore

1 tab

f. Meminta

klien untuk

menarik

nafas dalam,

bungkukkan

ke depan,

lakukan tiga

atau empat

kali

hembusan

(untuk

membuka

area glotis)

g. Memininta

klien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa

kali,

keluarkan

perlahan dan

batukkan di

akhir

ekshalasi

(penghembus

an) h. Meminta

klien untuk

batuk

dilanjutkan

dengan

beberapa

periode nafas

dalam

i. Mendamping

pasien untuk

melakukan

nafas dalam,

tahan selama

2 detik,

bungkukkan

kedepan,

tahan 2 detik

dan

batukkan 2-

3 kali

e. Berkolabora

si dalam

pemberian

terapi

Lasmalin

4x0,5 tab

(oral)

Pehacore

4c1 tab

(oral)

f. Meminta

klien untuk

menarik

nafas dalam,

bungkukkan

ke depan,

lakukan tiga

atau empat

kali

hembusan

(untuk

membuka

area glotis)

g. Memininta

klien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa

kali,

keluarkan

perlahan dan

batukkan di

akhir

ekshalasi

(penghembu

san) h. Meminta

klien untuk

batuk

dilanjutkan

dengan

beberapa

periode

nafas dalam

i. Mendampin

gi klien

menggunaka

n bantal atau

selimut yang

Page 65: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

i klien

menggunaka

n bantal atau

selimut yang

dilipat untuk

menahan

perut saat

batuk.

j. Monitoring

tanda-tanda

vital

dilipat untuk

menahan

perut saat

batuk.

j. Monitoring

tanda-tanda

vital

Klien 2 (Tn S)

a. Membina

hubungan saling

percaya dengan

klien dan

keluarga klien

untuk

mendapatkan

komunikasi

terapeutik.

b. Mendampingi

klien untuk bisa

duduk pada posisi

kepala sedikit

lurus, bahu relaks

dan lutut ditekuk

atau posisi fleksi

c. Mendukung

pasien untuk

menarik nafas

dalam beberapa

kali

d. Mendukung

pasien untuk

melakukan nafas

dalam, tahan

selama 2 detik,

bungkukkan

kedepan, tahan 2

detik dan

batukkan 2-3 kali

e. Berkolaborasi

dalam pemberian

terapi

Infus Ns 2x1

flash/24 jam

Ceftriaxone 2x1

gr (iv)

Dexamethasone

4x1 amp (iv)

Codein 0-0-10 mg

(oral)

Aminophilin 4x1

a. Membina

hubungan

saling

percaya

dengan klien

dan keluarga

klien untuk

mendapatkan

komunikasi

terapeutik.

b. Mendamping

i klien untuk

bisa duduk

pada posisi

kepala sedikit

lurus, bahu

relaks dan

lutut ditekuk

atau posisi

fleksi

c. Mendukung

pasien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa kal

d. Mendukung

pasien untuk

melakukan

nafas dalam,

tahan selama

2 detik,

bungkukkan

kedepan,

tahan 2 detik

dan batukkan

2-3 kali

e. Berkolaboras

i dalam

pemberian

terapi

Infus Ns

2x1 flas/ 24

a. Membina

hubungan

saling

percaya

dengan klien

dan keluarga

klien untuk

mendapatkan

komunikasi

terapeutik.

b. Mendamping

iklien untuk

bisa duduk

pada posisi

kepala

sedikit lurus,

bahu relaks

dan lutut

ditekuk atau

posisi fleksi

c. Mendukung

pasien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa kali

d. Mendukung

pasien untuk

melakukan

nafas dalam,

tahan selama

2 detik,

bungkukkan

kedepan,

tahan 2 detik

dan batukkan

2-3 kali

e. Berkolaboras

i dalam

pemberian

terapi

Injeksi

ceftriax

Page 66: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

amp (iv)

Ventolin nebule

4x1/ hari

f. Meminta klien

untuk menarik

nafas dalam,

bungkukkan ke

depan, lakukan

tiga atau empat

kali hembusan

(untuk membuka

area glotis)

g. Memininta klien

untuk menarik

nafas dalam

beberapa kali,

keluarkan

perlahan dan

batukkan di akhir

ekshalasi

(penghembusan) h. Meminta klien

untuk batuk

dilanjutkan

dengan beberapa

periode nafas

dalam

i. Mendampingi

klien

menggunakan

bantal atau

selimut yang

dilipat untuk

menahan perut

saat batuk

j. Monitoring tanda-

tanda vital

k.

jam

Injeksi

ceftriaxone

2 gr

Dexamethas

one 4x1

amp

Nebul 1x

sehari

f. Meminta

klien untuk

menarik

nafas dalam,

bungkukkan

ke depan,

lakukan tiga

atau empat

kali

hembusan

(untuk

membuka

area glotis)

g. Memininta

klien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa

kali,

keluarkan

perlahan dan

batukkan di

akhir

ekshalasi

(penghembus

an) h. Meminta

klien untuk

batuk

dilanjutkan

dengan

beberapa

periode nafas

dalam

i. Mendamping

i klien

menggunaka

n bantal atau

selimut yang

dilipat untuk

menahan

perut saat

batuk.

j. Monitoring

tanda-tanda

vital

one 2 gr

Nebul

1x

sehari

f. Meminta

klien untuk

menarik

nafas dalam,

bungkukkan

ke depan,

lakukan tiga

atau empat

kali

hembusan

(untuk

membuka

area glotis)

g. Memininta

klien untuk

menarik

nafas dalam

beberapa

kali,

keluarkan

perlahan dan

batukkan di

akhir

ekshalasi

(penghembus

an)

h. Meminta

klien untuk

batuk

dilanjutkan

dengan

beberapa

periode nafas

dalam

i. Mendamping

i klien

menggunaka

n bantal atau

selimut yang

dilipat untuk

menahan

perut saat

batuk.

j. Monitoring

tanda-tanda

vital

Page 67: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

4.1.7 Evaluasi

Tabel 4.11 Evaluasi Pada Klien PPOK Dengan Masalah Ketidak Efektifan Bersihan

Jalan Nafas Di Ruang Cempaka RSUD Jombang, 2017 EVALUA

SI

Hari 1

27/03/2017

Hari 2

28/03/2017

Hari 3

29/03/2017

Klien 1

Tn. S

S: klien mengatakan sesak dan

batuk sudah berkurang.

O: K/U lemah

Kesadaran: Composmentis

GCS 4-5-6

Klien terlihat sesak

Klien terlihat batuk

TTV:

TD: 130/80 mmHg

N: 95x/ menit

S: 36,1℃

RR: 26x/ menit

A: Masalah ketidakefektfan

bersihan jalan nafas teratasi

sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV

b. Kolaborasi dengan

tim medis

a) Injeksi

levofloxaci

m 1 flas

b) Nebul

ventolin 1

c) P.o:

Amino 200

mg

Terbutali 1

tab

Peliacore 1

tab

S: klien mengatakan sesak

sudah berkurang dan batuk

sudah berkurang

O: k/u Lemah

Kesadaran: composmentis

GCS 4-5-6

klien sudah terlihat sesaknya

mulai berkurang

TTV

TD: 130/90 mmHg

N: 83 x/ menit

S:36,5℃

RR: 23 x/ menit

A: Masalah ketidak efektifan

bersihan jalan nafas sudah

berkurang.

P: Intervensi dilanjutkan

a. Observasi TTV

b. Kolaborasi dengan

tim medis

a) Nebul

ventolin 1

b) P.o:

Aminophilin

1 tab

Tarbutalin 1

tab

Peliacore 1

tab

S: klien mengatakan sudah

tidak sesak dan tidak batuk

O:k/u baik

Kesadaran: composmentis

GCS 4-5-6

Klien terlihat sudah tidak sesak

Klien terlihat sudah tidak batuk

Sudah tidak terpasang O2

TTV

TD: 130/80 mmHg

N: 80 x/menit

S: 36℃

RR: 18 x/menit

A: Masalah ketidak efektifa

bersihan jalan nafas sudah

teratasi.

P: Intervensi dihentikan

Klien 2

Tn. S

S: klien mengatakan sesak

dan batuk

O: k/u lemah

Kesadaran: composmentis

GCS 4-5-6

TTV

TD: 140/100 mmHg

N:98 x/menit

RR: 29 x/menit

S: 37,1 ℃

A: Masalah ketidakefektifan

bersihan jalan nafas belum

teratasi

P: intervensi dilanjutkan

a. Observasi tanda-tanda

vital

b. Kolaborasi dengan tim

medis

a) Injeksi ceftriaxone

2gr

b) Dexamethasone 1

amp

c) Nebul ventolin 1

S: pasien mengatakan masih

sesak dan batuk

O: k/u lemah

Kesadaran: composmentis

GCs: 4-5-6

TTV

TD:130/80 mmHg

N:84 x/menit

S:36,5℃

RR: 30x/menit

A: ketidak efektifan bersihan

jalan nafas belum tratasi

P: Intervensi dilanjutkan

a. Observasi tanda-tanda

vital

b. Kolaborasi dengan tim

medis

a) Injeksi

ceftriaxone 2 gr

b) Dexamethasone1

amp

c) Nebul ventolin 1

S: klien mengatakan masih

sesak dan batuk sudah

berkurang

O: k/u lemah

GCS 4-5-6

Kesadaran: Cmposmentis

TTV

TD:130/90 mmHg

N:80 x/menit

S:36,5℃

RR: 26 x/menit

A: Masalah ketidak efektifa

bersihan jalan nafas sudah

teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

a. Observasi tanada-

tanda vital

b. Kolaborasi dengan

tim medis

a) Injeksi

ceftriaxone 2

gr

b) Nebul

Page 68: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

ventolin 1

sehari

4.1 Pembahasan

Pada bab ini perbandingan antara tinjuan pustaka dengan tinjuan kasusyang disajikan

untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikann dengan konsep

pembahasan diisi dengan mengapa dan bagaimana. Urutan penulisan berdasarkan paragraf

adalah F- T- O (fakta- teori- opini). Isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus:

4.2.1 Pengkajian

Pada tinjauan kasus, pengkajian yang dilakukan peneliti Tn. S yang mengalami PPOK

dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektfan Bersihan Jalan Nafas. Pada pengkajian ini

kedua klien mengalami batuk dan sesak.. Hasil tanda-tanda vital klien yaitu: tekanan darah:

130/ mmHg, Nadi: 95 x/menit, Suhu: 36,1 ℃ ,RR: 26 x/menit, dan menggunakan O2 nasal

kanule 4 lpm, terdapat suara nafas tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung,

adanya tarikan otot bantu nafas. Sedangkan pada Tn.S (klien 2) tidak jauh berbeda dengan

Tn. S (klien 2) juga menglami PPOK dengan masalah Ketidak efektifan bersihan jalan

nafasterdapat pernafasan cuping hidung, tarikan otot bantu nafas, dan terdapat suara nafas

tambahan ronchi. Menggunakan O2 masker 5 lpm. Hasil observasi tanda-tanda vital tekanan

darah: 140/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 32 x/menit, Suhu: 37,1 ℃ . Setelah dilakukan

tindakan keperawatan dengan cara latihan batuk efektif diharapkan kedua klien dengan

masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas bisa teratasi.

Menurut PDPI (2003), batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada

pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian

berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk yang disertai dengan produksi sputum yang pada

awalnya sedikit dn mukoid kemudian berubah nenjadi banyak dan purulen seiring dengan

semakin bertambah parahnya batuk. Paien PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang

berlangsung lama lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang

Page 69: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak

inilah yang biasanya yang membawa klien PPOK untuk berobat ke rumah sakit.

Gambaran umum menurut Tsamsuri, 2008 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu ancama nyata atau potensial pada

status pernafasan karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini

ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya

batuk, ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas. Tanda minor yang

mungkin ditemukan untuk menegakkan diagosis ini adalah bunyi napas abnormal, stridor,

dan perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman napas.

Menurut peneliti bahwa semua klien yang mengalami PPOK pasti akan mengalami

gejala seperti batuk dan sesak. Sedangkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas disebabkan

karena klien mengalami batuk dan sekret tidak bisa dikeluarkan sehingga terjadi penumpukan

sekret pada bronkus.

4.2.2 Analisa Data

Analisa data pada klien 1 dan klien 2 etiologi yang diberikan sama yaitu sama-

sama disebabkan oleh asap rokok.

4.2.3 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian Tn. S (klien 1) dan Tn. S (klien 2 ) dan sesuai dengan

analisa data kedua klien diagnosanya sama yaitu ketidakefektifan brsihan jalan nafas.

4.2.4 implementasi

Menurut Nikmatur & Saiful (2012), Implementasi adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

Implementasi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) yang

dilakukan pada kedua klien hari senin tanggal 27 januari 2017 yaitu mengobservasi Tanda-

Page 70: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

tanda vital, melakukan latihan posisi setengah duduk dengan kepala sedikit diangkat, latihan

nafas dalam, dan latihan batuk efektif. setelah dilakukan tindakan tersebut 3x24 jam klien

mengatakan batuk dan sesak sudah berkurang, sekret sudah bisa dikeluarkan dan merasa

lebih nyaman.

Implementasi yang dilakukan pada klien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)

didapatkan hasil bahwa klien tampak lebih nyaman setelah melakukan batuk efektif, dahak

bisa keluar, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011).

Implementasi yang dilakukan NIC yaitu montor TTV: monitor TD, nadi, suhu,

respirasi, catat adanya suara nafas tambahan, monitor TTV setelah klien aktivitas

4.2.5 Evaluasi

Pada hari senin tanggal 27 Januari 2017 pada Tn. S (klien 1) yaitu: klien mengatakan

sesak nafas dan batuk. Kesadaran Composmentis, GCS 456, terpasang O2 nasal 4 Lpm, TD:

130/90 mmHg, N: 95x/ menit, S: 36,1℃, RR: 29x/ menit, Intervensi dilanjutkan. Sedangkan

pada Tn S (klien 2): klien mengatakan sesak nafas dan batuk, Keadaan Umum: Lemah,

terpasang O2 nasal 5 Lpm, TD: 140/100 mmHg, N: 98x/ menit, RR: 32x/ menit, S: 37,1℃ .

Pada hari Sealasa tanggal 28 Januari 2017 Tn S (klien 1) yaitu mengatakan sesak dan

batuk sudah berkurang. Kesadaran: Composmentis, GCS 4 5 6, terpasang O2 nasal 4 Lpm,

TD: 130/80 mmHg, N: 83x/ menit, S: 36,5℃, RR: 23x/menit. Untuk Tn. S (klien 2)

mengatakan masih sesak dan batuk. Kesadaran: Composmentis, GCS 4 5 6, TD: 130/80

mmHg, N: 84x/ menit, S: 36,5℃, RR: 30x/ menit. Untuk klien satu masalah teratasi sebagian

dan untuk klien 2 masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi.

Pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2017 pada Tn. S (klien 1) yaitu mengatakan sudah

tidak sesak dan sudah tidak batuk, keadaan umum sudah baik, GCS 4 5 6, TD: 130/80

mmHg, N: 80x/ menit, S: 36x/ menit, RR: 18x/ menit, sudah tidak terpasang O2, intervensi

dihentikan klien pulang. Untuk Tn. S (klien 2) klien mengatakan masih sesak tapi batuknya

sudah berkurang, Kesadaran: Composmentis, GCS 4 5 6, TD: 130/90 mmHg, N: 80x/menit,

RR: 26x/ menit, S: 36,5℃, masalah sudah teratasi sebagian intervensi dilanjutkan.

Page 71: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 72: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam laporan kasus dan pembahasan pada

asuhan keperawatan dengan masalah ketidak efektifan bersiihan jalan nafas pada klien 1 dan

klien 2 dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis di RSUD Jombang, maka penulis mengambil

kesimpulan:

Pengkajian yang didapatkan dari klien 1 dan klien 2 pada tanggal 27 Januari 2017

secara subjektif, kedua klien mengatakan sesak nafas dan batuk. Akhirnya keluarga

membawa klien untuk berobat ke RSUD Jombang. Dengan keluhan pada klien 1 sesak nafas

dan batuk. Pada klien 2 juga sesak nafas dan batuk tp sudah berlangsung kurang lebih 3

bulan. Maka penulis mengambil diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

Intervesi keperawatan klien pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dengan

masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas, posisikan klien semifowler, ajarkan klien

latihan nafas dalam, ajarkan klien untuk batuk efektif, beri terapi nebulizer, Auskultasi

adanya suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan. Monitor TD, S, RR, N, pantau status

O2 dan respirasi, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.

Implementasi keperawatan pada klien penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dengan

masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas, untuk klien 1 auskultasi suara nafas, monitor

TD, N, RR, S, memberikan nebulizer ventolin 4x/ hari, Infus Ns 2x1 flas/24 jam,

levofloxacin 1x500 mg, aminophilin 4x200 mg, pehacore 4x1 tab.

Jadi intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan dan evaluasi selama 3 hari

dengan masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas untuk klien 1 teratasi karena klien hari

ketiga sudah tidak sesak dan batuk, klien pulang. Untuk klien 2 masalah masih teratasi

sebagian pada hari ke 3.

62

Page 73: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran antara lain:

1. Bagi institusi pelayanan Kesehatan

Diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesesehatan, khususnya pada

klien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)

2. Bagi perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim keseshatan lainnya dalam

pemberian asuhan keperawatan pada klien agar hasilnya bisa maksimal,

khususnya pada klien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)

Page 74: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall, 2007, Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, edisi 10, Alih Bahasa

Yasmin Asih, EGC, Jakarta

Dinkes, Jatim, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur, Surabaya

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), 2015 Global Strategy for

the Diagnosis Management, and prevention of chronic Obstructive Pulmonary

Disease, GOLD.USA

Ikawati, 2016, Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan, Bursa Ilmu, Yogyakarta

Kamitsuru, shigemi, 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (NANDA), EGC,

Jakarta

Moorhead, Sue, 2016, Nursing Outcomes classification (NOC) dan Nursimg Interventions

classification (NIC), Elsevier

Mubarok, 2008 Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Aplikasi dalam Praktek, EGC,

Jakarta

Nursalam, 2011, Managemen keperawatan edisi 3, Salemba Medika, Jakarta

Oemiati, Ratih (2013), kajian epidemiologis PPOK, Media Litbangkes,23(2)82-88. Diakses

16 September 2016

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2013 PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik),

Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indosesia

RSUD Jombang, (2016), Laporan Ruang Cempaka Penderita Penyakit Paru Obstruksi

Kronik Di Rawat Inap RSUD Jombang, sub Kepala Ruang Cempaka, Jombang

Saryono, 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan,

Nuha Medika, Yogyakarta

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D, Alfabeta, Bandung

Tamsuri, Anas, 2008, Klien dengan Gangguan Pernafasan: Seri Asuhan Keperawatan, EGC,

Jakarta

Wijaya, A,s dan Putri, Y,M, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Teori dan

Contoh Askep, Nuha Medika, Yogyakarta

Page 75: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

JADWAL KEGIATAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN Th. 2017

No Jadwal Kegiatan

Bulan

September Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pendaftaran Mahasiswa

Peserta Studi Kasus

2 Pembimbingan Proposal Studi

Kasus

3 Pendaftaran Ujian Proposal

Studi Kasus

4 Ujian Proposal Studi Kasus

5 Revisi Proposal Studi Kasus

6 Pengambilan dan pengolahan

data

7 Pembimbingan Hasil

8 Pendaftaran Ujian Sidang

Studi Kasus

9 Ujian Sidang Studi Kasus

10 Revisi Studi Kasus dan

Pengumpulan Studi Kasus

Page 76: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 77: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Nama Mahasiswa :

NIM :

Judul :

Fenda Dwi Astuti

141210018

Asuhan Keperawatan Pada Klien PPOK Dengan

Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Napas Di Ruang Paviliun Cempaka RSUD Jombang.

Bahwa saya meminta Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berperan serta dalam penyusunan studi

kasus sebagai responden dengan mengisi lembar pengkajian.

Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus ini dan saya akan

merahasiakan adentitas, data informasi yang klien berikan. Apabila ada pertanyaan yang diajukan

menibulkan ketidaknyamanan bagi klien, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan klien berhak

mengundurkan diri

Demikian permohonan ini saya buat dan apabila klien mempunyai pertanyaan, klien dapat

menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan

Jombang, Maret 2017

Peneliti

(Fenda Dwi Astuti)

Lampiran 2

Page 78: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian sebagai responden dengan mengisi

lembar pengkajian.

Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan saya telah mengerti

bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang saya akan berikan. Apabila

ada pertanyaan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan

pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada unsur pemaksaan dari

siapapun, saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian

Jombang, Maret 2017

Responden

( )

Lampiran 3

Page 79: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES ICME JOMBANG

2017

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Pengkajian tgl. : Jam :

MRS tanggal : No. RM :

Diagnosa Masuk :

A. IDENTITAS PASIEN Nama : Penanggung jawab biaya :

Usia : Nama :

Jenis kelamin : Alamat :

Suku : Hub. Keluarga :

Agama : Telepon :

Pendidikan :

Alamat :

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 1. Keluhan Utama : 2. Riwayat Penyakit Sekarang :

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU 1. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular ya, jenis : ....................... tidak 2. Riwayat Penyakit Alergi ya, jenis : ....................... tidak 3. Riwayat Operasi ya, jenis : ....................... tidak

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA ya : ........................................ tidak

jelaskan :

E. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI

POLA KEGIATAN DI RUMAH DI RUMAH SAKIT

Makanan

Lampiran 4

Page 80: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Frekuensi .........................x/hr

Jenis..................................

Diit ..................................

Pantangan ............................

Alergi .....................................

makanan yang disukai

Minum

Frekuensi............ x/hari

Jenis....................

Alergi .................

Eliminasi

BAB

Frekuensi .......x/hari

warna .............

konsistensi

BAK

Frekuensi .......X/Hari

Warna .......

Alat bantu

Kebersihan Diri

Mandi......................X/hari

Keramas .................x/hari

Sikat Gigi ................X/Hari

Memotong Kuku..........

Ganti Pakaian ............

Toileting

Istirahat/Tidur

Tidur siang.........................jam

Tidur Malam .....................jam

Kebiasaan Merokok/Jamu

Page 81: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-tanda vital

S : ºC N : x/mnt TD : mmHg

RR : x/mnt

2. Sistem Pernafasan (B1) a. Hidung:

Pernafasan cuping hidung ada tidak

Septum nasi simetris tidak simetris

Lain-lain

b. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest Funnel chest Pigeons chest

c. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas d. Irama napas teratur tidak teratur e. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S Lain-lain:

3. Sistem Kardiovakuler (B2) a. Keluhan nyeri dada ya tidak b. Irama jantung teratur tidak teratur c. CRT < 3 detik > 3 detik d. Konjungtiva pucat ya tidak e. JVP normal meningkat menurun Lain-lain :

4. Sistem Persarafan (B3) a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma

GCS :

b. Keluhan pusing ya tidak c. Pupil isokor anisokor d. Nyeri tidak ya, skala nyeri : lokasi : Lain-lain :

5. Sistem Perkemihan (B4) a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi

gross hematuri disuria poliuri

oliguri anuri

b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Page 82: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

c. Kandung kencing : membesar ya tidak nyeri tekan ya tidak

d. Produksi urine :................ ml/hari warna : ................. bau :.................. e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral : ...................cc/hr Lain-lain :

6. Sistem Pencernaan (B5) a. TB : cm BB : kg b. Mukosa mulut : lembab kering merah stomatitis c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan d. Abdomen supel tegang nyeri tekan, lokasi :

Luka operasi jejas lokasi :

Pembesaran hepar ya tidak

Pembesaran lien ya tidak

Ascites ya tidak

Mual ya tidak

Muntah ya tidak

Terpasang NGT ya tidak

Bising usus :..........x/mnt

e. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah konstipasi inkontinensia kolostomi

f. Diet padat lunak cair Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : .......................

7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6) a. Pergerakan sendi bebas terbatas b. Kelainan ekstremitas ya tidak c. Kelainan tl. belakang ya tidak d. Fraktur ya tidak e. Traksi/spalk/gips ya tidak f. Kompartemen sindrom ya tidak g. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi h. Akral hangat panas dingin kering basah i. Turgor baik kurang jelek j. Luka : jenis :............. luas : ............... bersih kotor Lain-lain :

8. Sistem Endokrin a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak Lain-lain :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Page 83: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL 1. Persepsi klien terhadap penyakitnya

cobaan Tuhan hukuman lainnya

2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya murung gelisah tegang marah/menangis

3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga 4. Gangguan konsep diri ya tidak Lain-lain :

H. PENGKAJIAN SPIRITUAL Kebiasaan beribadah sering kadang-kadang tidak pernah

Lain-lain :

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)

J. TERAPI

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

Page 84: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

....................., .................................

Mahasiswa,

(.............................................)

ANALISA DATA

Nama :………………………. No.RM: …………….

Data Etiologi Masalah Keperawatan

Data subyektif :

Data Obyektif :

SESUAI DENGAN NANDA 2014

Page 85: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Diagnosa Keperawatan yang muncul (Tipe PES minimal 3)

1. ………………………………………………. 2. ………………………………………………. 3. ………………………………………………. 4. ………………………………………………. 5. ……………………………………………….

Page 86: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 87: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Intervensi Keperawatan

Hari/tanggal

No.

diagnosa

Tujuan & kriteria hasil

Waktu

Rencana tindakan

Rasional

Mengandung SMART

Page 88: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 89: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Implementasi Keperawatan

Nama :………….. No.RM : ………………………..

Hari/Tanggal

No. Diagnosa

Waktu

Implementasi keperawatan

Paraf

Page 90: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 91: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Evaluasi Keperawatan

Nama :………….. No.RM : ………………………..

Hari/Tanggal

No. Diagnosa

Waktu

Perkembangan

Paraf

Page 92: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 93: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

S :

O :

A :

P :

Page 94: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi
Page 95: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STKES ICME JOMBANG

RUANG ………………….. RSUD JOMBANG

DICHARGE PLANNING

No. Reg :

Nama :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Tanggal MRS:

Tanggal KRS:

Tanggal/Tempat Kontrol :

Dipulangkan dari RSUD JOMBANG dengan keadaan :

Sembuh Pulang paksa

Pindah RS lain Meninggal

Meneruskan dengan obat jalan

Aturan Diet :

Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya :

Cara perawatan luka di rumah :

Aktivitas dan Istirahat :

Page 96: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Lain-lain :

Yang di bawa pulang (Hasil Lab, Foto, ECG) :

Lab ....................lembar

Foto................... lembar

USG ...................lembar

EKG ......................lembar

CT Scan ................lembar

lain-lain ..................lembar

Saya selaku keluarga menyatakan telah mendapat penyuluhan hal-hal tersebut di atas oleh

mahasiswa D3 KEPERAWATAN STIKES ICME dan telah mengerti.

Jombang , ...................... .20…

Pasien/Keluarga Perawat

( ................................. ) ( ........................)

Page 97: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Lampiran 5

Page 98: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Lampiran 6

Page 99: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Lampiran 7

Page 100: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi

Lampiran 8

Page 101: KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/151/1/Fenda Dwi Astuti.pdf · Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi