kartini

9
BIOGRAFI RADEN AJENG KARTINI * IDENTITAS BUKU : Judul Buku : Raden Ajeng KARTINI Pendekar Wanita Indonesia Penulis : A. Soeroto Penerbit : Djambatan Tahun Terbit : 1974 Tebal Buku : 33 halaman * RINGKASAN Raden Ajeng KARTINI Pendekar Wanita Indonesia Kartini Lahir Malam hari pada tanggal 21 April 1879, Raden Mas Sosrodiningrat ( Asisten Wedana Kota Mojong ) tampak gelisah. Raden Mas Sosrodiningrat sedang menunggu istrinya yang hendak melahirkan bayinya. Setelah menunggu tidak terlalu lama, akhirnya legalah hati R.M Sosrodiningrat ketika mendengar suara tangis bayi yang memecah kesunyian malam. Ia dengan segera masuk ke kamar istrinya dan melihat anak ketiga dia kini telah lahir. Anak itu diketahui berkelamin perempuan. Keesokan harinya ada seorang opas yang bertanya kepada istri R.M Sosrodiningrat tentang nama bayi mungil itu. Tidak lama berpikir, istri R.M Sosrodiningrat itu menjawab bahwa nama anak itu adalah Kartini. Masa Kecil di Kabupaten Setelah menjadi asisten Wedana di Mojong dahulu, kini R.M Sosrodiningrat menjabat bupati Kabupaten Jepara. R.M

Upload: denny-muchammad-anwar

Post on 29-Jun-2015

1.367 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BIOGRAFI RADEN AJENG KARTINI

* IDENTITAS BUKU:

Judul Buku : Raden Ajeng KARTINI Pendekar Wanita IndonesiaPenulis : A. SoerotoPenerbit : DjambatanTahun Terbit : 1974Tebal Buku : 33 halaman

* RINGKASAN

Raden Ajeng KARTINIPendekar Wanita Indonesia

Kartini LahirMalam hari pada tanggal 21 April 1879, Raden Mas Sosrodiningrat ( Asisten

Wedana Kota Mojong ) tampak gelisah. Raden Mas Sosrodiningrat sedang menunggu istrinya yang hendak melahirkan bayinya. Setelah menunggu tidak terlalu lama, akhirnya legalah hati R.M Sosrodiningrat ketika mendengar suara tangis bayi yang memecah kesunyian malam. Ia dengan segera masuk ke kamar istrinya dan melihat anak ketiga dia kini telah lahir. Anak itu diketahui berkelamin perempuan.

Keesokan harinya ada seorang opas yang bertanya kepada istri R.M Sosrodiningrat tentang nama bayi mungil itu. Tidak lama berpikir, istri R.M Sosrodiningrat itu menjawab bahwa nama anak itu adalah Kartini.

Masa Kecil di KabupatenSetelah menjadi asisten Wedana di Mojong dahulu, kini R.M Sosrodiningrat

menjabat bupati Kabupaten Jepara. R.M Sosrodiningrat tinggal di gedung kabupaten bersama keluarganya tak terkecuali Kartini.

Suatu hari di halaman belakang kabupaten, Mbok Rami (pengasuh Kartini) sedang menunggu Kartini bermain-main di kebun bunga. Tiba-tiba ada seseorang yang datang. Dia adalah Ndoro Den Ajeng Lastri yaitu kakak dari Kartini. Segera Mbok Rami dan Kartini memberikan sembah kepada Den Ajeng Lastri. Setelah itu, tiba-tiba Den Ajeng Lastri marah kepada Mbok Rami. Dia marah karena baju Kartini kotor dan penuh dengan lumpur. Den Ajeng Lastri memberi nasehat kepada Mbok Rami untuk menjaga Kartini tidak bermain yang kotor-kotor lagi.

Setelah Den Ajeng Lastri pergi, Kartini lantas bertanya kepada Mbok Rami mengapa ia harus menyembah kepada kakaknya sendiri. Mbok Rami lantas terdiam agak lama sebelum akhirnya menjawab bahwa itu semua sudah menjadi adat turun-temurun

dan jika Den Ajeng Kartini besar nanti, Den Ajeng Kartini juga akan disembah oleh adik-adiknya dan orang kebanyakan.

Masa SekolahEmpat tahun berlalu. Kartini kini mulai menginjak usia sekolah. Pada saat itu di

Jepara hanya ada satu sekolah. Sekolah itu hanya diperuntukkan untuk orang Belanda saja, sedangkan orang pribumi belum dapat bersekolah.

Tetapi di suatu kelas ada seorang gadis perempuan yang duduk di bagian depan kelas dan ia berkulit sawo matang. Ya dia adalah Kartini. Walaupun dia anak pribumi, dia dapat bersekolah karena dia adalah anak seorang bupati. Pada saat itu ada sedikit kejadian di ruang kelas. Ada teman Kartini yang menghina Kartini bahwa ia adalah orang pribumi. Tiba-tiba Ibu Dora masuk ke kelas dan ia memanggil anak-anak yang menghina Kartini tadi. Mereka diberi pertanyaan oleh Bu Dora namun tidak bisa menjawab, sedangkan setelah Kartini juga dipanggil maju ke depan, ia dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan baik.

Malam harinya, Kartini menangis di tempat tidur. Ia sangat bersyukur mempunyai guru sebaik Bu Dora karena tidak jarang Kartini mendapat perlakuan tidak baik dari teman-temannya.

Apakah Cita-citamu, Ni?Pada saat istirahat sekolah, Kartini duduk di halaman bersama teman-temannya.

Di samping Kartini ada Lessy yang sedang membaca buku. Lessy adalah teman sebangku Kartini. Di saat itulah Lessy bertanya kepada Kartini apakah cita-cita dia jika sudah besar nanti. Mendengar pertanyaan dari Lessy, Kartini tidak menjawab apapun. Dia tidak tahu apakah cita-cita dia jika sudah besar nanti.

Sore harinya ketika Kartini pulang ke rumah, dia bertanya kepada ayahnya apa cita-cita dia jika besar nanti. Ayahnya terkejut mendengar pertanyaan dari Kartini. Tiba-tiba ada Raden Mas Sosro, kakak pertama dari Kartini menjawab pertanyaan Kartini tersebut. Dia menjawab bahwa jika Kartini besar nanti dia akan menjadi Raden Ayu. Setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, Kartini segera meninggalkan ayah dan kakaknya.

Sebelum tidur ia mengingat-ingat lagi jawaban kakaknya tadi, jadi Raden Ayu. Lalu ia memandang foto ibunya yang tampak sangat anggun dan sangat sempurna apabila berbicara dan bersikap. Kartini juga ingin menjadi Raden Ayu sama seperti ibunya.

DipingitPagi itu sudah menunjukkan pukul tujuh. Namun, Kartini belum juga bangun dari

tidurnya. Hal itu membuat heran kedua adiknya, Rukmini dan Kardinah karena biasanya Kartini sudah bangun pada pukul enam tepat. Setelah itu Rukmini dan Kardinah berusaha membangunkan kakaknya.

Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat kakak mereka menangis. Kardinah bertanya kepada kakaknya mengapa ia menangis. Kartini menjawab bahwa dia tidak boleh bersekolah lagi karena dilarang oleh ayahnya. Hal itu juga sudah menjadi adat-istiadat saat itu. Namun, Kartini tidak patah arang, dia tidak ingin kedua adiknya dan anak-anak pribumi nantinya tidak bisa bersekolah tinggi seperti dirinya. Akhirnya Kartini mengadakan persekutuan dengan kedua adiknya bahwa mereka tidak ingin diperlakukan

seperti gadis bangsawan lain yang sangat terpaku dengan adat. Banyak pihak yang tidak setuju dengan keputusan Kartini itu, namun ayahnya tetap mengerti.

Dunia Barat Terbuka BaginyaR.M Sulastri, kakak Kartini menikah dan ikut suaminya ke Kendal. Dengan

kepergian kakaknya, Kartini diperbolehkan lagi keluar kabupaten. Umurnya kini sudah 16 tahun. Saat itu Kartini dan kedua adiknya sedang menunggu seorang tamu, Tuan Asisten Residen Baru. Tidak lama menunggu, tamu itu pun datang, diperkenalkanlah Kartini dan kedua adiknya dengan tamu itu yang bernama Tuan dan Nyonya Ovink. Saat itu Tuan dan Nyonya Ovink meminta izin kepada orang tua Kartini untuk kapan-kapan bermain ke rumah mereka. Ternyata orang tua Kartini pun setuju.

Pada hari Minggu sore, Kartini dan kedua adiknya menuju rumah keluarga Ovink. Mereka dijamu dengan sangat ramah. Kartini dan kedua adiknya sangat senang apalagi saat pulang mereka diberi buku bacaan. Namun,

Kartini tetap merasa kesepian. Setelah meminta saran dari Nyonya Ovink, akhirnya dia memasang iklan untuk mencari teman surat-menyurat di Negeri Belanda. Setelah menunggu beberapa bulan akhirnya ada seseorang yang mengirim surat kepadanya. Pengirimnya adalah Juffrouw Zeehandelaar. Kartini juga sudah mendapat teman surat-menyurat, Stella namanya.

Kampung di Belakang GunungPada suatu hari, Kartini, ayahnya, Nyonya Ovink dan sepasang suami istri

Belanda pergi ke kampung di belakang gunung dengan menggunakan kereta berkuda. Di perjalanan, Kartini terus memberikan pertanyaan kepada Nyonya Ovink. Kartini selalu bertanya tentang kaum perempuan yang tidak bersekolah, kaum perempuan yang menderita, dan lain-lain. Nyonya Ovink sangat terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan dari Kartini itu. Dia memuji Kartini memiliki cita-cita yang tinggi, Sesampainya di kampung belakang gunung, suami istri Belanda terkagum-kagum melihat pahatan Jepara yang indah.

Setelah sampai di rumah, Nyonya Ovink menceritakan pertanyaan-pertanyaan Kartini kepada suaminya dan suaminya berkata bahwa bangsa ini akan mempunyai seorang pejuang wanita.

Surat-surat KartiniSetelah surat menyurat dengan Stella, Kartini memiliki lebih banyak teman surat-

menyurat. Namun, Stella tetap menjadi yang utama. Kartini selalu menceritakan apa yang terjadi dengan kaum perempuan disini dan Kartini juga menceritakan tentang cita-citanya dengan panjang lebar walaupun bahwa jalan yang ditempuhnya tidak mudah. Banyak halangan di tengah jalan.

Ini adalah salah satu surat dari Kartini untuk Stella.

Stella,Saya tahu jalan yang hendak saya tempuh ini sukar. Banyak duri dan halangannya. Begitu pula banyak lubangnya. Jalan itu berbatu serta berliku-liku. Jalan itu belum dirintis. Dan biarpun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan perasaan bahagia,

sebab jalannya telah dirintis. Saya telah ikut membantu untuk membuat jalan yang menuju ke arah wanita bumi putera yang merdeka dan dapat berdiri sendiri.

Semangat Kartini terus berkobar-kobar. Ia tersiksa dengan keadaan gadis pribumi saat ini. Ia ingin semua temannya mengetahui keinginannya.

Melaksanakan Cita-citaKartini tidak tinggal diam. Ia terus ingin bersekolah. Ia ingin meneruskan sekolah

ke Negeri Belanda. Ia ingin menjadi guru, namun ayahnya tetap tidak mengizinkannya. Ayahynya tidak berani menentang adat. Akhirnya Kartini menukis surat kepada Direktur Pendidikan da Kebudayaan. Ternyata ia mendapatkanrespon yang positif. Tuan Abendonon (direktur) yang memberikan jalan baginya. Kartini disuruh mendirikan sekolah khusus untuk anak perempuan di daerah kabupaten.

Akhirnya Kartini mendirikan sekolah dengan bantuan Rukmini, Kardinah dan Ibu Dora. Kartini sebagai guru, sedangkan Rukmini dan Kardinah yang membantunya. Kartini sangat senang pada hari itu walaupun dia hanya mengajar 15 orang dan mengajar hanya di tempat yang sederhana. Malam harinya, Kartini tidak dapat tidur. Ia menangis. Salah satu cita-citanya kini terwujud yaitu mendirikan sekolah untuk peremuan. Tetapi dia akan terus maju lagi.

Hari TerakhirTanggal 9 November 1903, Kartini menikah dengan Raden Adipati

Joyoadiningrat, Bupati Rembang. Dengan kepindahannya ke rembang, pimpinan sekolah diserahkan kepada Rukmini. Di Rembang, Kartini mendirikan sekolah untuk anak gadis di luar kabupaten. Sekolah itu benar-benar terwujud dan dibuka bulan Januari 1904.

Kartini juga sekarang sudah menjadi Raden Ayu. Kartini saat itu juga sedang menunggu kelahiran anaknya. Pada tanggal 13 November 1904, Kartini akhirnya melahirkan anaknya. Namun, 4 hari kemudian terpetik berita duka bahwa R.A Kartini telah wafat. Banyak orang yang sedih dan berbondong-bondong datang ke kabupaten untuk memberikan penghormatan terakhirnya. Kartini meninggalkan sebuah wasiat yaitu sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Di dalam buku itu, Kartini mengemukakan cita-citanya. Di buku itu pula ia mengemukakan keinginannya.

Dengan adanya buku itu, lahirlah Kartini-kartini baru. Kartini yang akan meneruskan cita-cita ibu pendirinya. Kini, berpuluh-puluh tahun kemudian, cita-cita Kartini benar-benar terwujud. Sekolah apapun terbuka untuk setiap gadis Indonesia. Mereka bisa bersekolah dimanapun mereka mau. Matahari yang sekali telah bersinar bagi putra-putri Indonesia tetap bercahaya dan dengan jiwa besar Ibu Kartini, cahaya itu tidak akan pernah pudar.

* PRESTASI-PRESTASI :

- Mendirikan sekolah untuk wanita di Jepara- Mendirikan sekolah untuk wanita di Rembang

* HAL YANG PATUT DITELADANI :

- Kartini mempunyai cita-cita yang tinggi untuk memajukan derajat kaum wanita.- Kartini tidak pernah menyerah untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya.- Kartini selalu berusaha keras untuk memperjuangkan pendidikan bagi kaum

wanita.- Kartini tetap semangat untuk melanjutkan sekolahnya meskipun banyak halangan

yang menghampirinya.

* REFLEKSI :

Setelah membaca buku itu, saya sangat kagum dengan sosok R.A Kartini. Saya lebih memahami akan pentingnya sifat pantang menyerah yang ditunjukkan R.A Kartini untuk mengejar cita-citanya. Saya juga lebih mengerti bahwa cita-cita itu memang dibutuhkan usaha yang sangat keras untuk dapat menggapainya. Dari kedua hal tersebut, saya akan menjadi pribadi yang pantang menyerah dalam segala hal dan akan berusaha keras lagi untuk mewujudkan cita-cita saya nantinya. Saya akan mencontoh sosok Pendekar Wanita Indonesia, R.A Kartini.

* BIOGRAFI LENGKAP

Nama : Raden Ajeng KartiniLahir : Jepara, Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879Wafat : Rembang, Jawa Tengah, tanggal17 September 1904 Suami : Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati RembangPendidikan :  E.L.S. (Europese Lagere School), setingkat sekolah dasar

Prestasi :- Mendirikan sekolah untuk wanita di Jepara- Mendirikan sekolah untuk wanita di Rembang

Kumpulan surat-surat atau buku-buku :- Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).

Penghormatan :- Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional- Hari Kelahirannya tanggal 21 April ditetapkan sebagai hari besar

TUGAS BIOGRAFIRaden Ajeng Kartini

Disusun Oleh:

Denny Muchammad Anwar (XI IA-8 / 15)

SMA NEGERI 3 SEMARANG2010 / 2011