karomah ibrahim bin adham

Upload: umank-maulana-lukman

Post on 13-Oct-2015

112 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tentang s

TRANSCRIPT

  • 1

    KAROMAH IBRAHIM BIN ADHAM Ibrahim bin Adham adalah raja Balkh yang sangat luas daerah kekuasaannya. Kemanapun dia pergi, empat puluh buah pedang emas dan empat puluh buah tongkat kebesaran emas diusung di depan dan dibelakangnya. Pada suatu malam ketika dia tertidur di kamar istananya, langit-langit kamar berbunyi seolah-olah ada seseorang yang sedang berjalan diatas atap. Ibrahim bin Adham terjaga dan berseru Siapakah itu? Seorang sahabat, untaku hilang dan aku mencarinya diatas atap ini Terdengar sebuah sahutan dari atap. Tolol, engkau hendak mencari unta diatas atap, mana mungkin unta bisa naik keatas atap rumahku Seru Ibrahim bin Adham. Hai manusia! Siapakah yang tolol? Kau atau aku? Engkau benar-benar manusia yang lalai, apakah engkau hendak mencari Allah SWT dengan berpakaian sutera dan tidur diatas ranjang emas Orang itu menjawab. Kata-kata ini sangat menggetarkan hati Ibrahim. Ia menjadi sangat gelisah dan tidak dapat meneruskan tidurnya. Ketika hari telah siang, Ibrahim bin Adham kembali ke ruang pertemuan dan duduk di atas singgasananya sambil termenung, bingung dan gundah. Para menteri telah berdiri di tempat masing-masing dan hamba-hamba telah berbaris sesuai dengan tingkatan mereka. Kemudian dimulailah pertemuan terbuka di tempat itu. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki berwajah menakutkan masuk ke dalam ruangan pertemuan itu. Wajahnya sedemikian menyeramkan dan menakutkan sehingga tak seorang pun di antara anggota-anggota istana yang berani menanyakan namanya. Semua lidah menjadi kelu. Dengan tenang laki-laki tersebut melangkah ke depan singgasana. Apakah yang engkau inginkan? Tanya Ibrahim bin Adham. Aku baru saja sampai dipersinggahan ini Jawab laki-laki itu. Ini bukan sebuah persinggahan para kafilah. Ini adalah istanaku. Apakah engkau sudah gila! Ibrahim menghardik. Siapakah pemilik istana ini sebelum engkau Tanya laki-laki itu. Ayahku! Jawab Ibrahim bin Adham. Dan sebelum ayahmu? Kakekku! Dan sebelum kakekmu? Ayah dari kakekku!

  • 2

    Dan sebelum dia? Kakek dari kakekku! Kemanakah mereka sekarang ini? Tanya laki-laki itu. Mereka telah tiada, mereka telah meninggal dunia Jawab Ibrahim bin Adham. Jika demikian, bukankah ini sebuah persinggahan yang dimasuki oleh seseorang dan ditinggalkan oleh yang lainnya? Setelah berkata demikian laki-laki itu menghilang. Sesungguhnya dia adalah Nabi Khidir AS yang sedang menyamar. Kegelisahan dan kegundahan hati Ibrahim bin Adham semakin menjadi-jadi. Dia dihantui bayang-bayang tentang kejadian tersebut. Akhirnya karena tidak tahan lagi, pada suatu hari berserulah Ibrahim. Persiapkan kudaku! Aku hendak pergi berburu. Aku tidak tahu apakah yang terjadi terhadap diriku ini. Ya Allah, kapan semua ini akan berakhir? Kudanya telah dipersiapkan lalu berangkatlah ia berburu. Kuda itu dipacunya menembus padang pasir, seolah-olah dia tidak sadar akan perbuatannya itu. Dalam kebingungan itu ia terpisah dari rombongannya. Tiba-tiba terdengar olehnya sebuah seruan Bangunlah! Ibrahim bin Adham pura-pura tidak mendengar seruan itu. Ia terus memacu kudanya. Untuk kedua kalinya suara itu berseru kepadanya, namun Ibrahim tetap tidak memperdulikannya. Ketika suara itu untuk ketiga kalinya berseru kepadanya, Ibrahim semakin memacu kudanya. Akhirnya untuk yang keempat kalinya suara itu berseru, Bangunlah! Sebelum engkau kucambuk Ibrahim bin Adham tidak dapat mengendalikan dirinya. Saat itu terlihat olehnya seekor rusa. Ibrahim bin Adham hendak memburunya tetapi binatang itu berkata kepadanya Aku disuruh untuk memburumu. Engkau tidak dapat menangkapku. Untuk inikah engkau diciptakan atau inikah yang diperintahkan kepadamu Wahai, apakah yang menghadang diriku ini? Seru Ibrahim. Ia memalingkan wajahnya dari rusa tersebut. Tetapi dari pegangan di pelana kudanya, terdengar suara yang menyerukan kata-kata yang serupa. Ibrahim panik dan ketakutan. Seruan itu semakin jelas karena Allah SWT hendak menyempurnakan janji-Nya. Kemudian suara yang serupa berseru pula dari mantelnya. Akhirnya sempurnalah seruan Allah SWT dan pintu hidayah terbuka bagi Ibrahim bin Adham. Keyakinan yang teguh telah tertanam di dalam dadanya, Ibrahim bin Adham turun dari

  • 3

    kudanya. Seluruh pakaian dan tubuh kudanya basah oleh cucuran air matanya. Dengan sepenuh hati Ibrahim bertaubat kepada Allah SWT. Ketika Ibrahim bin Adham menyimpang dari jalan raya, ia melihat seorang gembala yang mengenakan pakaian dan topi yang terbuat dari bulu domba. Setelah diamatinya, ternyata si gembala adalah sahayanya yang sedang menggembalakan ternak miliknya. Kepada si gembala itu Ibrahim menyerahkan mantelnya yang bersulamkan emas, topinya yang bertahtakan batu permata. Sedang dari si gembala itu Ibrahim meminta pakaian dan topi bulu domba yang sedang dipakainya. Semua malaikat menyaksikan perbuatannya itu dengan penuh kagum. Betapa megah kerajaan yang diterima oleh putera Adam ini malaikat-malaikat itu berkata, Ia telah mencampakkan pakaian keduniawian yang kotor lalu menggantinya dengan jubah kepapaan yang megah Dengan berjalan kaki, Ibrahim bin Adham mengelana melalui gunung-gunung dan padang pasir yang luas sambil meratapi dosa-dosanya yang pernah dilakukan. Akhirnya sampailah dia di Merv. Disini Ibrahim melihat seorang laki-laki terjatuh dari sebuah jembatan. Dari kejauhan Ibrahim berseru, Ya Allah, selamatkanlah dia! Seketika itu juga tubuh laki-laki itu terhenti di udara hingga para penolong tiba dan menariknya keatas. Dengan terheran-heran mereka memandang kepada Ibrahim bin Adham. Manusia apakah dia itu? Seru mereka. Ibrahim meninggalkan tempat itu dan terus berjalan sampai ke kota Nishapur. Di kota Nishapur, Ibrahim bin Adham mencari sebuah tempat terpencil dimana dia dapat tekun mengabdi kepada Allah SWT. Akhirnya ditemukanlah sebuah gua yang sangat terpencil letaknya. Didalam gua itu Ibrahim menyendiri selama sembilan tahun. Tidak seorang pun yang tahu apakah yang telah dilakukannya didalam gua tersebut. Karena hanya manusia luar biasa yang sanggup menyendiri didalam gua itu baik siang maupun malam. Setiap hari Kamis, Ibrahim bin Adham keluar dari gua untuk mengumpulkan kayu bakar. Keesokan paginya pergilah dia ke kota Nishapur untuk menjual kayu-kayu tersebut. Setelah selesai melaksanakan shalat Jumat, ia pergi membeli roti dengan uang hasil menjual kayu bakar tersebut. Roti itu separuhnya diberikan kepada pengemis dan fakir miskin dan yang separuhnya lagi digunakannya untuk berbuka puasa. Demikianlah yang dilakukannya setiap pekan.

  • 4

    Pada suatu malam di saat musim salju, Ibrahim bin Adham sedang berada di ruang pertapaannya. Malam itu udara sangat dingin, untuk bersuci saja, Ibrahim harus memecahkan es. Badannya menggigil karena kedinginan namun ia tetap melaksanakan shalat dan berdoa hingga fajar menyingsing. Di saat kedinginan, ia melihat ada sebuah kain bulu diatas tanah. Dengan kain bulu itu sebagai selimut ia pun tertidur. Setelah siang, barulah ia terjaga dari tidurnya dan badannya merasa hangat. Tetapi segeralah ia sadar bahwa yang disangkanya sebagai kain bulu itu adalah seekor naga dengan biji mata berwarna merah darah. Ibrahim panik dan sangat ketakutan, kemudian dia berseru Ya Allah Engkau telah mengirimkan makhluk ini dalam bentuk yang halus, tetapi sekarang terlihatlah bentuk sebenarnya yang sangat mengerikan. Aku tak kuat menyaksikannya. Naga itu segera bergerak dan meninggalkan tempat itu setelah bersujud di depan Ibrahim bin Adham. KETIKA IBRAHIM BIN ADHAM PERGI KE MEKKAH Ketika kemasyurannya tersebar luas Ibrahim meninggalkan gua tersebut dan pergi ke Mekkah. Ketika perjalanannya ke Mekkah tepatnya disebuah padang pasir, Ibrahim bin Adham berjumpa dengan seorang tokoh besar agama yang mengajarkan kepadanya Nama Yang Teragung dari Allah SWT dan setelah itu pergi meninggalkannya. Dengan Nama Yang Teragung itu Ibrahim menyeru Allah SWT dan sesaat kemudian tampaklah olehnya Nabi Khidir AS. Ibrahim kata Nabi Khidir AS kepadanya, Saudaraku. Daud-lah yang mengajarkan kepadamu Nama Yang Teragung itu. Kemudian mereka berbincang-bincang. Dengan izin Allah SWT, Nabi Khidir AS adalah manusia pertama yang telah menyelamatkan Ibrahim bin Adham. Mengenai kelanjutan perjalanannya menuju Mekkah, Ibrahim bin Adham mengisahkannya sebagai berikut: Setibanya di Dzatul Irg, kudapati tujuh puluh orang berjubah kain perca tergeletak mati dan darah mengalir dari hidung dan telinga mereka. Aku berjalan mengitari mayat-mayat tersebut, ternyata salah seorang diantaranya masih hidup. Anak muda, apakah yang telah terjadi? Ibrahim bertanya kepadanya. Wahai anak Adam, jawabnya kepadaku, Beradalah didekat air dan tempat shalat, janganlah menjauh agar engkau tidak dihukum, tetapi jangan pula terlalu dekat agar engkau tidak celaka. Tidak seorang manusia pun boleh bersikap terlampau berani di depan sultan. Takutilah sahabat yang membantai dan memerangi para peziarah ke tanah suci seakan-akan mereka itu orang-orang kafir Yunani. Kami ini adalah

  • 5

    rombongan sufi yang menenbus padang pasir dengan berpasrah diri kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengucapkan sepatah kata pun didalam perjalanan, tidak akan memikirkan apapun kecuali Allah SWT, senantiasa membayangkan Allah SWT ketika berjalan maupun istirahat, dan tidak peduli kepada segala sesuatu kecuali kepada-Nya. Setelah kami mengarungi padang pasir dan sampai ke tempat dimana para peziarah harus mengenakan jubah putih, Nabi Khidir AS datang menghampiri kami. Kami mengucapkan salam kepadanya dan Nabi Khidir AS pun membalas salam dari kami. Kami sangat gembira dan berkata Alhamdulillah, sesungguhnya perjalanan kami telah diridhai Allah SWT dan yang mencari telah mendapatkan yang dicari, karena bukankah manusia suci sendiri telah datang untuk menyambut kita. Tetapi di saat itu juga berserulah sebuah suara didalam diri kami, Kalian pendusta dan berpura-pura! Demikianlah kata-kata dan janji kalian dahulu? Kalian lupa kepada-Ku dan memuliakan yang lain. Binasalah kalian! Aku tidak akan membuat perdamaian dengan kalian sebelum nyawa kalian kucabut sebagai pembalasan dan sebelum darah kalian kutumpahkan dengan pedang kemurkaan! Hai Ibrahim! Manusia-manusia yang engkau saksikan terkapar disini semuanya adalah korban dari pembalasan itu. Wahai Ibrahim, berhati-hatilah engkau! Engkau pun mempunyai ambisi yang sama. Berhati-hatilah atau menyingkirlah jauh-jauh! Aku sangat gentar mendengar kisah itu. Aku bertanya kepadanya Tetapi mengapakah engkau tidak turut dibinasakan? Kepadaku dikatakan Sahabat-sahabatmu telah matang sedangkan engkau masih mentah. Biarlah engkau hidup beberapa saat lagi dan segera akan menjadi matang. Setelah matang engkau pun akan menyusul mereka Setelah berkata demikian ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Empat belas tahun lamanya Ibrahim mengarungi padang pasir, dan selama itu pula Ibrahim selalu berdoa dan merendahkan diri kepada Allah SWT. Ketika hampir sampai di kota Mekkah, para pemuka kota Mekkah sudah mendengar kedatangan Ibrahim, mereka keluar kota hendak menyambutnya. Ibrahim mendahului rombongannya agar tidak seorang pun dapat mengenali dirinya. Hamba-hamba yang mendahului para pemuka Mekkah itu melihat Ibrahim tetapi karena belum pernah bertemu dengannya, mereka tidak mengenalinya. Setelah Ibrahim begitu

  • 6

    dekat, para pemuka-pemuka Mekkah itu berseru Ibrahim bin Adham hampir sampai. Para pemuka tanah suci telah datang menyambutnya. Apakah yang kalian inginkan dari si bidah itu? Tanya Ibrahim kepada mereka. Mereka langsung meringkus Ibrahim dan memukulinya. Para pemuka-pemuka Mekkah sendiri datang menyambut Ibrahim tapi engkau menyebutnya bidah? Hardik mereka. Ya, aku katakan bahwa dia adalah seorang bidah? Ibrahim mengulangi ucapannya. Ketika mereka meninggalkan dirinya, Ibrahim berkata pada dirinya sendiri Engkau pernah menginginkan agar para pemuka itu datang menyambut kedatanganmu, bukankah telah engkau peroleh beberapa pukulan dari mereka? Alhamdulillah telah kusaksikan betapa engkau telah memperoleh apa yang engkau inginkan. Ibrahim menetap di kota Mekkah. Ia selalu dikelilingi oleh beberapa orang sahabat dan dia memperoleh nafkah dengan memeras keringat sebagai tukang kayu. IBRAHIM BIN ADHAM SAAT BERTEMU PUTERANYA Ketika berangkat dari Balkh, Ibrahim meninggalkan seorang putera yang masih menyusui. Suatu hari, setelah si putera beranjak dewasa, ia menanyakan perihal ayahnya kepada ibunya. Ayahmu telah hilang! Ibunya menjelaskan. Setelah mendapat penjelasan ini, si putera membuat sebuah maklumat bahwa barang siapa yang bermaksud menunaikan ibadah haji diminta supaya berkumpul. Empat ribu orang datang memenuhi panggilan ini. Lalu kemudian ia memberikan biaya makan dan unta selama dalam perjalanan ibadah haji ini. Dalam hati ia berharap semoga Allah SWT mempertemukan dia dengan ayahnya. Sesampainya di kota Mekkah, di dekat pintu Masjidil Haram, mereka bertemu dengan serombongan sufi yang mengenakan kain perca. Apakah kalian mengenal Ibrahim bin Adham? Si pemuda bertanya kepada mereka. Ibrahim bin Adham adalah sahabat kami. Ia sedang mencari makan untuk menjamu kami Jawab mereka. Pemuda itu meminta agar mereka sudi mengantarkannya ke tempat Ibrahim saat ini. Mereka membawanya ke bagian kota Mekkah yang dihuni oleh orang-orang miskin. Di sana dilihatnya betapa ayahnya bertelanjang kaki dan tanpa penutup kepala sedang memikul kayu bakar. Air matanya berlinang tapi dia masih bisa

  • 7

    mengendalikan diri. Ia lalu membuntuti ayahnya sampai ke pasar. Sesampainya di pasar si ayah mulai berteriak-teriak Siapakah yang suka membeli barang yang halal dengan barang yang halal!! Seorang tukang roti menyahuti dan menerima kayu bakar tersebut dan memberikan roti kepada Ibrahim. Roti itu dibawanya pulang lalu disuguhkannya kepada sahabat-sahabatnya. Si putera berfikir-fikir dengan penuh kekhawatiran, jika kukatakan kepadanya siapa aku, niscaya dia akan melarikan diri. Oleh karena itu dia pun pulang meminta nasehat kepada ibunya, bagaimana cara yang terbaik untuk mengajak ayahnya pulang. Si ibu memberinya nasehat agar ia bersabar hingga tiba saat melakukan ibadah haji. Setelah tiba saat menunaikan ibadah haji, sang anak pun pergi ke Mekkah. Ibrahim sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya. Hari ini di antara jamaah haji banyak terdapat perempuan dan anak-anak muda, jagalah mata kalian. Ibrahim menasehati mereka. Semua sahabat-sahabatnya menerima nasehat itu. Para jamaah memasuki kota Mekkah dan melakukan thawaf mengelilingi Kabah. Seorang pemuda tampan menghampiri Ibrahim dan Ibrahim terkesima memandanginya. Sahabat-sahabatnya yang menyaksikan kejadian itu merasa heran namun mereka dapat menahan diri sampai selesai thawaf. Semoga Allah SWT mengampunimu mereka menegur Ibrahim. Engkau telah menasehati kami agar menjaga mata dari setiap perempuan dan anak-anak muda, tetapi engkau sendiri telah terpesona memandang seorang pemuda tampan. Jadi kalian telah menyaksikan perbuatanku itu? Ya, kami telah menyaksikannya Jawab mereka. Ketika pergi dari Balkh, aku meninggalkan seorang anakku yang masih menyusui. Aku yakin pemuda tadi adalah anakku sendiri Ibrahim memberi penjelasan. Keesokan harinya tanpa sepengetahuan Ibrahim, salah seorang sahabatnya pergi mengunjungi perkemahan jamaah dari Balkh. Di antara semua kemah-kemah itu ada sebuah kemah yang terbuat dari kain brokat. Di dalamnya terdapat seorang pemuda yang sedang duduk membaca Al-Quran sambil menangis. Sahabat Ibrahim tersebut meminta izin untuk masuk. Dari manakah engkau datang? Tanyanya kepada si pemuda. Dari Balkh Jawab si pemuda. Putera siapakah engkau?

  • 8

    Si pemuda menutup wajahnya lalu menangis. Sampai kemarin aku belum pernah menatap wajah ayahku. Walaupun demikian aku belum merasa pasti apakah ia ayahku atau bukan. Aku khawatir jika kukatakan kepadanya siapa aku sebenarnya, ia akan menghindarkan diri kembali dari kami. Ayahku adalah Ibrahim bin Adham raja dari Balkh Jawab pemuda itu. Lalu sahabat Ibrahim itu membawa si pemuda bertemu dengan ayahnya. Ibunya pun turut menyertai. Ketika sampai ke tempat Ibrahim, Ibrahim bin Adham sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di depan pojok Yamani. Dari kejauhan Ibrahim telah melihat sahabatnya datang beserta si pemuda dan ibunya. Begitu melihat Ibrahim, wanita itu menjerit dan tidak dapat mengendalikan dirinya. Inilah ayahmu! Semuanya gempar. Semua orang yang berada di tempat itu menitikkan air mata. Begitu si pemuda dapat menguasai diri, ia segera mengucapkan salam kepada ayahnya. Ibrahim menjawab salam anaknya kemudian merangkulnya. Agama apakah yang engkau anut? Tanya Ibrahim bin Adham kepada puteranya. Agama Islam Alhamdulillah, Jawab Ibrahim. Apakah engkau dapat membaca AlQuran? Ya Jawab anaknya. Alhamdulillah, apakah engkau sudah mendalami agama ini? Sudah Setelah itu Ibrahim hendak pergi tetapi anaknya tidak mau melepaskannya dan ibunya menangis keras-keras. Ibrahim bin Adham menengadahkan tangannya sambil berdoa Ya Allah selamatkanlah diriku ini! Seketika itu juga, anaknya yang sedang berada dalam rangkulannya menemui ajalnya. Apakah yang terjadi Ibrahim Tanya sahabat-sahabatnya. Ketika aku sedang merangkulnya, timbullah rasa cintaku kepada anakku. Dan sebuah suara berseru kepadaku Engkau telah mengatakan bahwa engkau mencintai Aku, tetapi nyatanya engkau mencintai yang lain selain Aku. Engkau telah menasehati sahabat-sahabatmu agar mereka tidak memandang wanita, tetapi hatimu sendiri lebih tertarik dengan wanita dan pemuda itu! mendengar kata-kata itu aku pun berdoa: Ya Allah Yang Maha Besar, selamatkanlah diriku ini. Anak ini akan merenggut seluruh perhatianku sehingga aku tidak dapat mencintai-Mu lagi. Cabutlah nyawa anakku atau cabutlah nyawaku sendiri. Dan kematian anakku tersebut merupakan jawaban terhadap doaku.

  • 9

    Berikut kami sajikan beberapa karomah Ibrahim bin Adham yang kami sarikan dari berbagai sumber terpilih. Catatlah namaku Jibril Ibrahim mengisahkan. Pada suatu malam dalam sebuah mimpi kulihat Jibril turun ke bumi membawa segulung kertas ditangannya. Aku bertanya kepadanya Apakah yang hendak engkau lakukan? Aku hendak mencatat nama sahabat-sahabat Allah SWT Jawab Jibril. Catatlah namaku Aku memohon kepadanya. Engkau bukan salah seorang diantara sahabat-sahabat Allah SWT Jawab Jibril. Tetapi aku adalah seorang sahabat dari para sahabat-sahabat Allah SWT itu Aku memohon hampir putus asa. Beberapa saat kemudian Malaikat Jibril terdiam. Kemudian ia berkata, Telah kuterima sebuah perintah: Tulislah nama Ibrahim bin Adham di tempat paling atas karena didalam jalan ini harapan tercipta dari keputusasaan. Pertemuan Ibrahim bin Adham dengan seorang pertapa muda Kepada Ibrahim bin Adham dikabarkan mengenai seorang pertapa muda yang telah memperoleh pengalaman-pengalaman menakjubkan dan telah melakukan disiplin diri yang sangat keras. Antarkanlah aku kepadanya karena aku ingin sekali bertemu dengannya kata Ibrahim bin Adham. Mereka mengantarkan Ibrahim bin Adham ke tempat si pertapa muda. Jadilah tamuku selama tiga hari si pertapa muda mengundang Ibrahim bin Adham. Ibrahim menerima undangannya dan selama itu pula Ibrahim memperhatikan segala tingkah lakunya. Ternyata yang disaksikan Ibrahim bin Adham lebih menakjubkan daripada yang telah didengarnya dari sahabat-sahabatnya. Sepanjang malam si pemuda tidak pernah tertidur atau terlena. Menyaksikan semua ini Ibrahim merasa iri. Aku sedemikian lemah, tidak seperti pemuda ini yang tak pernah tidur dan beristirahat sepanjang malam. Aku akan mengamati dirinya lebih seksama Ibrahim berkata dalam hati. Akan kuselidiki apakah setan telah merasuk ke dalam tubuhnya atau apakah semua ini wajar sebagaimana mestinya. Aku harus meneliti sedalam-dalamnya. Yang menjadi inti persoalan adalah apakah yang dimakan oleh pertapa ini.

  • 10

    Maka diselidikinya makanan si pemuda pertapa itu. Ternyata si pemuda pertapa tersebut memperoleh makanan dari sumber yang tidak halal. Maha Besar Allah, ternyata semua ini adalah perbuatan setan Ibrahim berkata dalam hati. Aku telah menjadi tamumu selama tiga hari, kini engkaulah yang menjadi tamuku selama empat puluh hari Kata Ibrahim bin Adham. Si pemuda setuju, Ibrahim bin Adham membawa si pemuda ke rumahnya dan menjamunya dengan makanan yang diperolehnya dengan memeras keringatnya sendiri. Seketika itu juga, kegembiraan si pemuda hilang. Semua semangatnya hilang. Ia tidak dapat lagi hidup tanpa istirahat dan tidur. Lalu ia menangis. Apakah yang telah engkau perbuat terhadapku? Tanya si pemuda kepada Ibrahim. Makananmu engkau peroleh dari sumber yang tidak halal. Setiap saat setan menyusup ke dalam tubuhmu. Tetapi begitu engkau menelan makanan yang halal, maka ketahuanlah bahwa semua hal-hal menakjubkan yang dapat engkau lakukan selama ini adalah pekerjaan setan Ketika Ibrahim menumpang sebuah perahu Rajah berkisah: ketika aku dan Ibrahim bin Adham sedang menumpang sebuah perahu, tiba-tiba angin topan datang menerpa dan bumi menjadi kelam. Aku berteriak Perahu kita akan tenggelam! Tetapi dari langit terdengar sebuah suara: Jangan kuatirkan perahu akan tengelam karena Ibrahim bin Adham ada bersama kalian. Segera setelah itu angin mereda dan bumi yang kelam menjadi terang kembali. Tak bisa bayar ongkos perahu Ibrahim bin Adham menumpang sebuah perahu tetapi ia tidak mempunyai uang. Kemudian terdengar sebuah pengumuman Setiap orang harus membayar satu dinnar. Ibrahim bin Adham segera shalat sunnat dua rakaat dan berdoa Ya Allah, mereka meminta ongkos tetapi aku tidak mempunyai uang Mendadak lautan luas berubah menjadi emas. Ibrahim bin Adham mengambil segenggam dan memberikannya kepada mereka. Kembalikanlah jarumku Suatu hari Ibrahim bin Adham duduk di tepi sungai Tigris sambil menjahit jubah tuanya yang bolong. Tiba-tiba jarumnya terlepas dan jatuh ke dalam sungai.

  • 11

    Seseorang bertanya kepadanya. Engkau telah meninggalkan sebuah kerajaan yang megah, tetapi apakah yang telah engkau peroleh sebagai imbalannya? Sambil menunjuk ke sungai, Ibrahim bin Adham berseru: kembalikanlah jarumku! Seribuan ekor ikan menyembul ke permukaan air, masing-masing dengan membawa sebuah harum emas dimulutnya. Kepada ikan-ikan itu Ibrahim berkata Yang aku inginkan adalah jarumku sendiri. Seekor ikan yang kecil dan lemah datang mengantarkan jarum kepunyaan Ibrahim di mulutnya. Jarum ini adalah salah satu diantara imbalan-imbalan yang kuperoleh karena meninggalkan kerajaan Balkh. Sedangkan yang lainnya belum engkau ketahui Kata Ibrahim kepada orang tadi. Sumur harta Suatu hari Ibrahim pergi ke sebuah sumur. Timba diturunkannya dan ketika diangkat ternyata timba itu penuh dengan kepingan emas. Emas-emas itu ditumpahkannya kembali kedalam sumur. Kemudian timba diturunkan kembali dan ketika diangkat ternyata penuh pula dengan butiran-butiran mutiara. Dengan tersenyum butiran-butiran mutiara tersebut ditumpahkannya kembali ke dalam sumur. Kemudian Ibrahim bin Adham berdoa kepada Allah SWT Ya Allah, Engkau menganugerahiku dengan harta. Aku tahu Engkau Maha Kuasa, tetapi Engkau pun tahu bahwa aku tidak terpesona oleh harta benda. Berilah aku air, agar aku dapat bersuci. Daging yang halal Ibrahim bin Adham sedang berjalan dengan sebuah rombongan, mereka tiba disebuah benteng. Di depan benteng itu terdapat banyak semak belukar. Baiklah kita bermalam disini karena disini banyak terdapat semak belukar sehingga kita dapat membuat api unggun Kata mereka. Merekapun menghidupkan api dan duduk disekelilingnya sambil memakan roti kering. Ketika Ibrahim sedang berdiri dalam shalatnya, salah seorang diantara mereka berkata: Seandainya kita mempunyai daging yang halal untuk kita panggang diatas api ini! Setelah selesai shalat, Ibrahim berkata kepada mereka Sudah pasti Allah SWT dapat memberikan daging yang halal kepada kita semua.

  • 12

    Setelah selesai berkata demikian Ibrahim bin Adham bangkit dan melaksanakan shalat kembali. Tiba-tiba tedengar auman singa yang sedang menyeret keledai liar. Singa itu menghampiri mereka. Keledai itu mereka ambil dan kemudian mereka panggang untuk mereka makan, sementara si singa duduk memperhatikan segala tingkah laku mereka. Memuliakan Allah SWT Suatu hari Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang yang sedang mabuk. Mulutnya berbau busuk karena khamar. Segera Ibrahim bin Adham mengambil air dan dibasuhnya mulut si pemabuk itu sambil berkata kepada dirinya sendiri: Apakah akan kubiarkan mulut yang pernah mengucapkan nama Allah SWT dalam keadaan kotor. Itu namanya tidak memuliakan Allah SWT Ketika si pemabuk siuman, orang-orang berkata kepada dirinya: Pertapa dari Khurasan telah membasuh mulutmu Si pemabuk menjawab Sejak saat ini aku bertaubat! Setelah si pemabuk bertaubat, Ibrahim didalam mimpinya mendengar sebuah seruan kepada dirinya Engkau telah membasuh sebuah mulut demi Aku dan Aku telah membasuh hatimu. Adakah manusia zaman sekarang yang rela meninggalkan gemerlap harta dan kedudukan tinggi kemudian hidup sederhana bahkan kelewat sederhana seperti Ibrahim bin Adham, seorang Raja Balkh yang memilih Sufi sebagai hidupnya. Ibrahim Adham, Raja Yang Zuhud Ibrahim bin Adham atau nama asalnya ialah Abu Ishak Ibrahim bin Adham dilahirkan daripada keluarga bangsawan Arab yang kaya raya. Beliau terkenal sebagai seorang raja Balkh yang sangat luas wilayah kekuasaannya. Ke mana saja pergi, beliau akan diiringi empat puluh bilah pedang emas dan empat batang tongkat kebesaran emas diusung di depan dan belakangnya. Nama beliau berada dalam tinta sejarah daripada seorang raja yang masyhur kepada ahli sufi yang terkenal. Bermulanya perubahan kehidupan Ibrahim bin Adham apabila pada suatu malam ketika baginda tertidur di bilik istananya, langit-langit di biliknya bergerak seolah-olah ada seseorang yang sedang berjalan di atas atap. Ibrahim terjaga dan berseru: Siapakah itu?

  • 13

    Saya adalah seorang sahabat, untaku hilang, aku sedang mencarinya di atas atap ini. Terdengar sahutan dari atas. Bodoh, tidak ada orang mencari unta di atas atap! Ibrahim menengkingnya. Wahai manusia yang lalai, apakah engkau hendak mencari Allah Subhanahu wataala dengan berpakaian sutera dan tidur di alas tilam emas? Jawab suara itu penuh simbolik. Kata-kata ini sangat menggetarkan hati Ibrahim. Ia sangat gelisah dan tidak dapat meneruskan tidurnya sehingga pagi. Seperti kebiasaannya, di sebelah siang Ibrahim berada di atas singgahsananya untuk mendengar pengaduan dan masalah rakyat jelata. Tetapi hari itu keadaannya berlainan, dirinya gelisah dan banyak termenung. Para menteri, pembesar istana dan rakyat yang hadir merasa hairan melihat perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba kepada raja mereka. Tiba-tiba masuk seorang lelaki berwajah menakutkan ke dalam ruangan perjumpaan itu. Tidak seorangpun di antara askar dan pengawal istana yang berani menanyakan sesuatu dan menghalangnya masuk. Kejadian berlaku begitu pantas, semua lidah menjadi kelu. Lelaki itu melangkah ke depan Ibrahim Adham. Apakah yang engkau inginkan daripada aku? Tanya Ibrahim. Aku baru sahaja sampai, bagilah aku rehat dulu, jawab lelaki itu. Ini bukan tempat persinggahan kafilah. Ini istanaku. Lagak engkau seperti orang gila saja! Ibrahim menengking. Siapa pemilik sebenar istana ini sebelum engkau? Tanya lelaki itu. Ayahku! Jawab Ibrahim pendek. Sebelum ayahmu? Datukku! Sebelum dia? Datuk kepada datuk-datukku! Ke manakah mereka sekarang ini? Tanya lelaki itu. Mereka telah meninggalkan dunia ini, jawab Ibrahim. Jika demikian, tidakkah ini sebuah persinggahan yang diduduki oleh seseorang kemudian ditinggalkannya dan diganti oleh yang lain pula? Kata lelaki itu.

  • 14

    Tersentak juga hati Ibrahim mendengar kata-kata lelaki itu. Belum sempat Ibrahim menjawab, lelaki itu mengundur ke belakang dan tiba-tiba ghaib di tengah orang ramai. Banyak para alim ulama membuat tafsiran sesungguhnya lelaki itu adalah Nabi Khidhir Alaihissalam yang sengaja datang mengetuk hati raja Ibrahim bin Adham yang semakin lalai dengan tipu daya dunia. Kegelisahan Ibrahim semakin menjadi-jadi sejak kejadian tersebut. Ia dihantui oleh bayangan dan suara lelaki itu sejak peristiwa di istananya. Akhirnya kerana tidak tahan lagi Ibrahim memerintah pengawalnya: Persiapkan kudaku yang terbaik! Aku hendak pergi berburu. Ya, Allah! Bilakah semua ini akan berakhir? Ibrahim bin Adham dan rombongan terus merentasi padang pasir yang luas saujana mata memandangnya. Baginda memacu kudanya begitu laju sehingga akhirnya terpisah dengan rombongan tersebut. Dalam mencari jalan keluar baginda terlihat seekor rusa. Tiba-tiba Ibrahim ghairah hendak memburu rusa itu. Belum sempat berbuat apa-apa rusa itu berkata kepadanya: Wahai manusia yang lalai, aku disuruh oleh Allah Subhanahu wataala memburumu. Engkau tidak dapat menangkapku. Bertaubatlah, untuk inikah engkau diciptakanNya? Ibrahim yang di dalam ketakutan itu tiba-tiba terkejut dengan kata-kata itu. Baginda langsung tidak terfikir selama ini untuk apa baginda dicipta ke dunia. Sekarang keyakinan serta keimanannya telah tertanam di dalam dadanya. Seluruh pakaian dan tubuh kudanya basah oleh cucuran air mata penyesalannya selama ini. Dengan sepenuh hati Ibrahim bertaubat kepada Allah Subhanahu wataala. Dalam keadaan panas terik itu, baginda meninggalkan kudanya dengan berjalan kaki yang akhirnya baginda bertemu dengan seorang penggembala yang sedang menjaga sekumpulan kambing-kambingnya. Tiba-tiba Ibrahim meminta keizinan untuk menyerahkan bajunya yang bersulam emas serta topinya yang bertatahkan batu-batu permata yang sangat mahal harganya. Sebaliknya baginda mengenakan pakaian dan topi gembala itu yang diperbuat daripada kulit dan bulu kambing. Gembala kambing itu melihat kelakuan Ibrahim itu dengan penuh kehairanan. Semua malaikat menyaksikan perbuatan Ibrahim itu dengan penuh kekaguman sehingga salah satu malaikat berkata: Lihat, betapa megahnya kerajaan yang diterima putera Adham sebelum ini, akhirnya telah mencampakkan pakaian dunia yang kotor dan menggantinya dengan jubah kesedaran.

  • 15

    Dengan berjalan kaki Ibrahim mengembara merentasi gunung dan menyusuri padang pasir yang luas sambil menginsafi dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Akhirnya sampailah baginda di sebuah gua. Ibrahim yang dulunya seorang raja yang hebat akhirnya menyendiri dan berkhalwat di dalam gua selama sembilan tahun. Selama di dalam gua itulah Ibrahim betul-betul mengabdikan dirinya kepada Allah Subhanahu wataala. Setiap hari Khamis baginda ke pekan bernama Nishapun untuk menjual kayu api. Setelah sembahyang Jumaat baginda pergi membeli roti dengan wang yang diperolehinya. Roti itu separuh diberikan kepada pengemis dan separuh lagi untuk berbuka puasa. Demikianlah yang dilakukannya setiap minggu. Akhirnya baginda mengambil keputusan keluar dari gua tersebut untuk merantau lagi merentasi padang pasir yang terbentang luas itu. Baginda tidak tahu lagi ke mana hendak ditujui. Setiap kali baginda berhenti di sebuah perkampungan, baginda kumpulkan orang-orang setempat untuk memberitahu betapa kebesaran Allah terhadap hambaNya dan azab yang akan diterima oleh sesiapa yang mengingkarinya. Justeru itu banyaklah orang yang akrab dengannya dan ada yang menjadi muridnya. Baginda mengharungi padang pasir itu empat belas tahun lamanya. Selama itu pula baginda berdoa dan merendahkan dirinya serta tawaddhu kepada Allah Subhanahu wataala. Nama Ibrahim pula mula disebut-sebut orang; dari seorang raja berubah menjadi seorang ahli sufi yang merendah diri. Pernah dalam perjalanannya baginda diuji. Disebabkan kewaraan baginda itu ada seorang kaya datang menemuinya untuk mengambil tabarruk ke atas baginda dengan memberi wang yang sangat banyak kepada Ibrahim. Terimalah wang ini, semoga berkah, katanya kepada Ibrahim. Aku tidak mahu menerima sesuatupun daripada pengemis, jawab Ibrahim. Tetapi aku adalah seorang yang kaya, pintas orang kaya orang itu. Apakah engkau masih menginginkan kekayaan yang lebih besar daripada apa yang telah engkau miliki sekarang ini? tanya Ibrahim. Ya, kenapa tidak? Jawabnya ringkas.

  • 16

    Simpanlah wang ini kembali, bagi aku, engkau adalah ketua para pengemis di sini. Bahkan engkau bukan seorang pengemis lagi tetapi seorang yang sangat miskin dan meminta-minta. Tegur Ibrahim. Kata-kata Ibrahim itu membuatkan orang kaya itu tersentak seketika. Penolakan pemberiannya oleh Ibrahim disertai dengan kata-kata yang sinis lagi pedas itu turut meninggalkan kesan yang mendalam kepada dirinya. Dengan peristiwa tersebut orang kaya itu bersyukur kepada Allah kerana pertemuan dengan Ibrahim itu membuatkan dirinya sedar akan tipu daya dunia ini. Beliau lalai dengan nafsu yang tidak pernah cukup daripada apa yang perolehinya selama ini. Suatu ketika sedang Ibrahim bin Adham menjahit jubah buruknya di tepi sungai Tirgis baginda ditanya oleh sahabatnya: Engkau telah meninggalkan kemewahan kerajaan yang besar. Tetapi apakah yang engkau telah perolehi sebagai imbalannya? Disebabkan soalan yang tidak disangka-sangka itu keluar dari mulut sahabatnya sendiri maka dengan tiba-tiba jarum di tangannya terjatuh ke dalam sungai itu. Sambil menunjukkan jarinya ke sungai itu Ibrahim berkata, Kembalikanlah jarumku! Tiba-tiba seribu ekor ikan mendongakkan kepalanya ke permukaan air. Masing-masing ikan itu membawa sebatang jarum emas di mulutnya. Ibrahim berkata: Aku inginkan jarumku sendiri. Seekor ikan kecil yang lemah datang menghantarkan jarum besi kepunyaan Ibrahim di mulutnya. Jarum ini adalah salah satu di antara imbalan-imbalan yang ku perolehi, kerana meninggalkan kerajaan Balkh. Sedangkan yang lainnya belum tentu untuk kita, semoga engkau mengerti. Kata Ibrahim Adham dengan penuh kiasan. Begitulah kehidupan seorang raja Balkh yang bernama Ibrahim bin Adham yang luas pemerintahannya dan hidup di dalam kemewahan, tetapi akhirnya berkelana menjadi ahli sufi yang terkenal. Baginda menemui Allah Subhanahu wataala pada

  • 17

    tahun 165H/782M di negeri Persia. Taubat Ibrahim itu merupakan sebuah kisah yang sangat unik bagi umat Islam yang merintis kehidupan yang penuh dengan tipu daya di dunia ini. Wallahu alam. Dipetik dari Tazkirat al-Aulia karangan Farid ad-Din Attar, Mukhtashar ar-Raudah ar-Rauyyahin Fi Manaqib as-Salihin karangan Abu Mazaya al-Ha KAROMAH HASAN AL-BASHRI Hasan bin Abil Hasan al-Bashri dilahirkan dikota Madinah pada tahun 21H/642M. Dia adalah putera seorang budak yang ditangkap di Maisan, kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW, Zaid bin Tsabit. Karena dibesarkan di Bashrah ia bisa bertemu dengan banyak sahabat nabi, antara lain seperti yang dikatakan orang dengan tujuh puluh sahabat nabi yang turut dalam perang Badar. Dengan demikian dia adalah tokoh sufi yang masih sempat berguru kepada para sahabat nabi. Karena itu Hasan al-Bashri dikenal sebagai guru besar kaum sufi, petuah-petuahnya dijadikan pegangan atau panutan kaum sufi. Hasan al-Bashri tumbuh menjadi seorang tokoh diantara tokoh-tokoh yang paling terkemuka pada zamannya, dan dia termasyur karena keshalehannya yang teguh. Di kalangan para sufi ia dimuliakan sebagai salah seorang tokoh sufi yang besar pada masa awal sejarah islam. Memang demikian, dialah yang diakui sebagai Guru Besar Kaum Sufi, karena ia mendapatkan ilmu tentang Tasawwuf atau kesufian langsung dari Hudzaifah Ibnu Yaman salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal akan ketinggian ilmu tasawwufnya. Hasan al-Bashri meninggal di kota Bashrah pada tahun 110H/728M. Ia adalah seorang orator ulung dan banyak ucapan-ucapannya dikutip oleh penulis-penulis bangsa Arab dan banyak pula surat-suratnya yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang. TAUBATNYA HASAN BASHRI Pada mulanya Hasan al- Bashri adalah seorang pedagang batu permata dan dia dijuluki sebagai Hasan si Pedagang Mutiara. Hasan al- Bashri menpunyai hubungan dagang dengan Bizantium (Romawi Timur), relasinya cukup banyak terdiri dari berbagai golongan termasuk para Jenderal dan pejabat-pejabat Istana. Pada suatu

  • 18

    hari, ketika dia pergi ke Bizantium, Hasan al-Bashri mengunjungi perdana menteri dan mereka berbincang-bincang beberapa saat. Jika engkau suka, kita akan pergi kesuatu tempat? Kata si perdana menteri mengajak Hasan al-Bashri. Terserah padamu. Kemana pun aku menurut Jawab Hasan al-Bashri. Si menteri memerintahkan agar disediakan seekor kuda untuk Hasan al-Bashri. Tak lama kemudian mereka berangkat beriringan menuju padang pasir. Sesampainya di tempat tujuan, Hasan al-Bashri melihat sebuah tenda yang terbuat dari brokat Bizantium diikat dengan tali sutera dan dipancang dengan tali emas diatas tanah. Tak berapa lama kemudian muncullah sepasukan tentara perkasa dengan perlengkapan perang yang sempurna. Mereka lalu mengelilingi tenda tersebut, menggumamkan beberapa patah kata dan kemudian pergi. Setelah itu muncullah para filosof dan para cerdik pandai yang jumlahnya sekitar empat ratus orang. Mereka mengelilingi tenda tersebut lalu menggumamkan beberapa patah kata kemudian pergi dari tempat itu. Selanjutnya datang lagi sekitar tiga ratus orang-orang tua yang arif bijaksana dan berjanggut putih. Mereka menghampiri dan mengelilingi tenda itu lalu menggumamkan beberapa patah kata dan berlalu dari tempat itu. Dan akhirnya datang lebih dari dua ratus gadis-gadis perawan cantik masing-masing mengusung nampan penuh dengan emas, perak dan batu permata. Mereka mengelilingi tenda itu dan menggumamkan beberapa patah kata kemudian meninggalkannya. Hasan al-Bashri sangat heran menyaksikan kejadian-kejadian itu dan bertanya pada dirinya sendiri. Apakah arti semua kejadian itu? Ketika meninggalkan tempat itu, Hasan al-Bashri bertanya kepada perdana menteri. Si perdana menteri menjawab bahwa dahulu kaisar mempunyai seorang putera tampan, menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dan tak terkalahkan dalam arena pertempuran. Kaisar dan seluruh kerajaan sangat sayang pada puteranya itu. Pada suatu hari tanpa terduga-duga sang pangeran jatuh sakit. Semua tabib paling pandai diperintahkan untuk mengobati namun mereka tidak mampu untuk menyembuhkannya. Akhirnya putera mahkota itu meninggal dunia dan dikuburkan di dalam tenda tersebut. Setiap tahun orang-orang datang berziarah ke kuburannya.

  • 19

    Sepasukan tentara yang mula-mula mengelilingi tenda tersebut berkata, Wahai putera mahkota, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu tersebut terjadi di medan pertempuran, kami semua akan mengorbankan jiwa raga kami untuk menyelamatkanmu. Tetapi malapetaka yang menimpamu ini datangnya dari Dia yang tak sanggup kami perangi dan tak dapat kami tentang. Setelah berucap seperti itu mereka berlalu dari tempat itu. Kemudian tibalah giliran para filosof dan cerdik pandai. Mereka berkata, Malapetaka yang datang kepadamu ini dari Dia yang tidak dapat kami lawan dengan ilmu pengetahuan, filsafat dan tipu muslihat. Karena semua filosof diatas bumi ini tidak dapat menghadapi-Nya dan semua cerdik pandai hanya kumpulan orang-orang dungu dihadapan-Nya. Jika tidak demikian halnya, kami telah berusaha mengajukan dalih-dalih yang tidak dapat dibantah oleh siapapun dialam semesta ini. Setelah berucap demikian para filosof dan cerdik pandai itu berlalu dari tempat tersebut. Berikutnya orang-orang tua yang tampil seraya berkata, Wahai putera mahkota, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu ini dapat dicegah oleh campur tangan orang-orang tua, niscaya kami telah mencegahnya dengan doa-doa kami yang rendah ini, dan pastilah kami tidak meninggalkan engkau seorang diri ditempat ini. Tetapi malapetaka yang ditimpakan kepadamu datangnya dari Dia yang sedikit pun tidak dapat dicegah oleh campur tangan manusia-manusia lemah Setelah kata-kata ini mereka ucapkan mereka pun berlalu dari tempat itu. Kemudian gadis-gadis cantik dengan nampan-nampan berisi emas dan batu permata datang menghampiri, mengelilingi tenda itu dan berkata, Wahai putera kaisar, seandainya malapetaka yang menimpa dirimu ini bisa ditebus dengan kekayaan dan kecantikan, niscaya kami merelakan diri dan harta kami yang banyak ini untuk menebusmu dan tidak kami tinggalkan engkau ditempat ini. Namun malapetaka ini ditimpakan oleh Dia yang tidak dapat dipengaruhi oleh harta kekayaan dan kecantikan. Setelah berkata demikian, mereka pun meninggalkan tempat itu. Terakhir kali kaisar beserta perdana menterinya masuk kedalam tenda dan berkata Wahai biji mata dan pelita hati ayahanda! Wahai buah hati ayahanda! Apakah yang dapat dilakukan oleh ayahanda ini? Ayahanda telah mendatangkan sepasukan tentara yang perkasa, para filosof dan cerdik pandai, para pawang dan penasehat,

  • 20

    dara-dara yang cantik jelita, harta benda dan segala macam barang berharga. Dan ayahanda sendiri pun telah datang. Jika semua ini ada faedah atau manfaatnya, maka ayahanda pasti melakukan segala sesuatu yang dapat ayahanda lakukan. Tetapi malapetaka ini telah ditimpakan kepadamu oleh Dia yang tidak dapat dilawan oleh ayahanda beserta segala aparat, pasukan, pengawal, harta benda, dan barang-barang berharga lainnya ini. Semoga engkau mendapatkan kesejahteraan, selamat tinggal sampai tahun yang akan datang Kata-kata ini diucapkan sang kaisar kemudian ia berlalu dari tempat itu. Kisah tragis yang disampaikan si perdana menteri kepada Hasan al-Bashri ini sangat menggugah hati Hasan al-Bashri. Ia merasa ngeri, betapa kematian seseorang tidak dapat disangka-sangka, dan tak seseorang pun dapat menolong jika ajal sudah tiba. Hasan al-Bashri merasa ngeri, betapa selama ini dia hanya bergelut dengan harta benda dan permata. Ia tidak mempersiapkan perjalanan abadi sesudah datangnya kematian. Maka ia segera bersiap-siap untuk kembali ke negerinya. Sesampainya di negeri Bashrah Hasan al-Bashri bersumpah tidak akan tertawa lagi di atas dunia ini sebelum mengetahui dengan pasti bagaimana nasib yang akan dihadapinya nanti. ia melakukan segala macam ibadah dan disiplin diri yang tak dapat ditandingi oleh siapapun pada masa hidupnya. SAMA-SAMA WALI ALLAH Pada suatu hari, ketika Abu Amr, seorang ahli tafsir terkemuka sedang mengajarkan Al-Quran, tidak disangka-sangka datanglah seorang pemuda tampan ikut mendengarkan pembahasannya. Abu Amr terpesona memandang sang pemuda dan secara mendadak lupalah ia akan setiap kata dan huruf dalam Al-Quran. Ia sangat menyesal dan gelisah karena perbuatannya itu. Dalam keadaan seperti ini pergilah ia mengunjungi Hasan al-Bashri untuk mengadukan kegelisahan hatinya tersebut. Guru AbuAmr berkata sambil menangis dengan sedih. Begitulah keadaannya, setiap kata dan huruf Al-Quran telah hilang dari ingatanku Hasan al-Bashri begitu terharu mendengar keadaan Abu Amr. Sekarang ini adalah musim haji, pergilah engkau ke tanah suci dan tunaikan ibadah haji. Sesudah itu pergilah ke Masjid Khaif. Disana engkau akan bertemu dengan seorang tua. Jangan engkau langsung menegurnya tetapi tunggulah sampai keasyikannya beribadah selesai. Setelah itu barulah engkau memohonkan agar ia mau berdoa untukmu Pesan Hasan al-Bashri kepadanya.

  • 21

    Abu Amr menuruti semua nasehat Hasan al-Bashri. Di pojok ruangan Masjid Khaif Abu Amr melihat seorang tua yang patut dimuliakan dan beberapa orang yang duduk mengelilinginya. Beberapa saat kemudian masuklah seorang laki-laki berpakaian putih bersih. Orang-orang itu memberi jalan kepadanya, mengucapkan salam dan setelah itu mereka pun berbincang-bincang dengan dia. Ketika waktu shalat telah tiba, lelaki tersebut meminta diri untuk meninggalkan tempat itu. Tidak berapa lama kemudian yang lainnya pun ikut pergi, sehingga yang tertinggal di tempat itu hanyalah si orang tua tadi. Abu Amr menghampirinya dan mengucapkan salam. Dengan nama Allah SWT, tolonglah diriku ini Abu Amr berkata sambil menangis. Kemudian menerangkan permasalahan yang menimpa dirinya. Si orang tua tersebut sangat prihatin mendengar penuturan Abu Amr tersebut, lalu orang tua tersebut menengadahkan kepala dan berdoa. Belum lagi ia merendahkan kepalanya, Abu Amr mengisahkan, Semua kata dan huruf Al-Quran telah dapat kuingat kembali. Dan kemudian aku bersujud didepannya karena begitu syukurnya. Siapakah yang telah menyuruhmu untuk menghadap kepadaku? Orang tua itu bertanya kepada Abu Amr. Hasan al-Bashri dari Bashrah Jawab Abu Amr singkat. Jika seseorang telah mempunyai imam seperti Hasan al-Bashri, mengapa ia memerlukan imam yang lain? Tapi baiklah, Hasan al-Bashri telah menunjukkan siapa diriku ini dan kini akan kutunjukkan siapakah dia sebenarnya. Ia telah membuka selubung diriku dan kini kubuka pula selubung dirinya. Tahukah kamu, lelaki yang berjubah putih tadi, yang datang kesini setelah shalat Ashar, dan yang terlebih dahulu meninggalkan tempat ini serta dihormati orang-orang lain tadi, dia adalah Hasan al-Bashri. Setiap hari setelah shalat Ashar di Bashrah ia berkunjung kesini dan berbincang-bincang bersamaku, dan kembali lagi ke Bashrah untuk shalat Maghrib disana. Jika seseorang telah mempunyai imam seperti Hasan al-Bashri, mengapa ia masih merasa perlu memohonkan doa dari diriku ini. Papar lelaki tua itu panjang lebar. Demikianlah, Hasan al-Bashri seorang sufi yang telah mencapai tataran tingkat tinggi, orang-orang mengakuinya sebagai seorang wali yang keramat dan berkaromah tinggi. Bagaimana tidak, jarak antara Mekkah dan Bashrah (Irak) cukup jauh, tetapi ia dengan mudah datang setiap waktu shalat Ashar dan kembali lagi ke Bashrah sebelum waktu Maghrib datang.

  • 22

    SURAT JAMINAN KE SURGA BUAT SIMEON TETANGGANYA Hasan al-Bashri mempunyai tetangga yang bernama Simeon, seorang penyembah api. Suatu hari Simeon jatuh sakit dan ajalnya segera tiba. Sahabat-sahabat meminta agar Hasan al-Bashri sudi mengunjunginya. Akhirnya Hasan al-Bashri pun pergi ke rumah Simeon yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidur dan badannya telah kelam karena api dan asap. Bukan main akhlak para sufi zaman dahulu, ia yang beragama Islam ternyata mau berbaik-baikan dengan tetangganya yang menyembah api. Takutlah kepada Allah SWT Kata Hasan al-Bashri setelah duduk dekat pembaringan Simeon, Engkau telah menyia-nyiakan seluruh usiamu ditengah-tengah api dan asap. Ada tiga hal yang mencegahku untuk menjadi seorang muslim, yang pertama adalah kenyataan bahwa walaupun kalian membenci keduniawian, tapi siang dan malam kalian mengejar harta kekayaan. Yang kedua, kalian mengatakan bahwa mati adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi, namun kalian tidak bersiap-siap untuk menghadapinya. Yang ketiga, kalian mengatakan bahwa wajah Allah SWT akan terlihat, namun hingga saat ini kalian melakukan segala sesuatu yang tidak diridhoi-Nya. Jawab Simeon si penyembah api. Inilah ucapan dari manusia-manusia yang sungguh-sungguh mengetahui, jika orang-orang muslim berbuat seperti yang engkau katakan, apa pulakah yang hendak engkau katakan? Mereka mengakui keesaan Allah SWT sedangkan engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, dan aku tak pernah berbuat seperti itu. Jika kita sama-sama terseret kedalam neraka, api neraka akan membakar dirimu dan diriku tetapi jika diizinkan Allah SWT, api tidak akan berani menghanguskan sehelai rambut pun pada tubuhku. Hal ini adalah karena api diciptakan Allah SWT dan segala ciptaan-Nya tunduk kepada perintah-Nya. Walaupun engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, marilah kita bersama-sama menaruh tangan kita kedalam api agar engkau dapat menyaksikan sendiri betapa api itu sesungguhnya tak berdaya dan betapa Allah SWT itu Maha Kuasa Jawab Hasan al-Bashri. Setelah berkata demikian Hasan al-Bashri memasukkan tangannya ke dalam api. Namun sedikit pun dia tidak cedera atau terbakar. Menyaksikan hal ini Simeon terheran-heran. Hidayah Allah SWT mulai terlihat olehnya.

  • 23

    Selama tujuh puluh tahun aku telah menyembah api, kini hanya dengan satu atau dua helaan nafas saja yang tersisa, apakah yang harus aku lakukan? Keluh Simeon. Jadilah seorang muslim Jawab Hasan al-Bashri. Jika engkau memberiku jaminan tertulis bahwa Allah SWT tidak akan menghukum diriku, barulah aku menjadi muslim. Tanpa jaminan itu aku tidak sudi memeluk agama Islam Kata Simeon. Hasan al-Bashri segera membuat sebuah surat jaminan. Kini susullah orang-orang yang jujur di kota Bashrah untuk memberikan kesaksian mereka diatas surat jaminan tersebut Kata Hasan al-Bashri. Simeon mencucurkan air mata dan menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Kepada Hasan al-Bashri ia sampaikan wasiatnya yang terakhir. Setelah aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, kuburkanlah aku dan selipkanlah surat jaminan ini ditanganku. Surat ini akan menjadi bukti bahwa aku adalah seorang muslim. Setelah berwasiat demikian dia mengucap dua kalimat Syahadat dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Hasan al-Bashri memandikan mayat Simeon, menshalatkan dan menguburkannya dengan sebuah surat jaminan di tangannya. Malam harinya Hasan al-Bashri pergi tidur sambil merenungi apa yang telah dilakukannya itu terhadap Simeon. Bagaimana aku dapat menolong seseorang yang sedang tenggelam, sedang aku sendiri dalam keadaan yang serupa. Aku sendiri tidak dapat menentukan nasibku, tetapi mengapa aku berani memastikan apa yang akan dilakukan oleh Allah SWT? Dengan pikiran-pikiran seperti inilah Hasan al-Bashri terlena dalam tidur. Ia bermimpi bertemu dengan Simeon, wajah Simeon cerah dan bercahaya seperti sebuah pelita. Di kepalanya terlihat sebuah mahkota, dia mengenakan sebuah jubah yang indah dan sedang berjalan-jalan ditaman surgawi. Bagaimana keadaanmu Simeon? Tanya Hasan al-Bashri kepadanya. Mengapa engkau bertanya padahal engkau menyaksikan sendiri? Allah SWT maha Besar dengan segala kemurahan-Nya telah menghampirkan diriku kepada-Nya dan telah memperlihatkan wajah-Nya kepadaku. Karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadaku melebihi segala-galanya. Engkau telah memberiku sebuah surat jaminan,

  • 24

    terimalah kembali surat jaminan ini, karena aku tidak membutuhkannya lagi Jawab Simeon. Ketika Hasan al-Bashri terbangun dia mendapatkan surat jaminan itu telah berada ditangannya. Ya Allah SWT , Hasan al-Bashri berseru, Aku menyadari bahwa segala sesuatu yang Engkau lakukan adalah tanpa sebab kecuali karena kemurahan-Mu semata. Siapakah yang akan tersesat di pintu-Mu? Engkau telah mengizinkan seseorang yang telah menyembah api selama tujuh puluh tahun lamanya untuk menghampiri-Mu, semata-mata karena sebuah ucapan. Betapakah Engkau akan menolak seseorang yang telah beriman selama tujuh puluh tahun. KISAH ABU YAZID SANG RAJA PARA MISTIK Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syech yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negeri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu Bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiah." MASA REMAJA Kakek Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri. Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku".

  • 25

    Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata,"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?" "Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata". "Anakku" jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh. Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segalasesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Alloh. Kejadiannya adalah sebagai berikut:Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur"."malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tanganku kaku. "Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya. "Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka" "Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali".

  • 26

    Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negri ke negri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu". "Jendela? Jendela yang mana?", tanya Abu Yazid. "Telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu?" "Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela. Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini"."Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai". Suatu hari Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya. "Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya" Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu. Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis. "Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya. Suatu saat Abu Yazid melakukan perjalanan ke tota Mekkah. Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia bersua dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan sholat

  • 27

    sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan: "Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat". Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas perkunjungan ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah". Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya "Siapakah orang-orang ini?", ia bertanya sambil melihat kebelakang. "Mereka ingin berjalan bersamamu", terdengar sebuah jawaban. "Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku". Untuk menghilangkan kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh, Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana, Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka Sembahlah Aku" "Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian meninggalkannya. Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan, Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya". Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya."Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru.

  • 28

    Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban". Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut. "Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda. "Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya. "Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu?" PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ Yahya bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu, menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?" "Aku tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada bertepi namun masih merasa haus dan dahaga". Yahya bin Mu'adz menyurati lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu". Bersamaan surat itu dia kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena aku telah membuatnya dari air zam-zam". Di dalam jawabannya Abu Yazid berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan". Maka Yahya bin Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:" Aku tidak mau mengganggu Syech

  • 29

    Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku. Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'. Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya. Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini". Setelah sadar, Yahya mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata". "Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya."Diamlah!", sela Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya, karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya. Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal diriNya. "Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam tadi". "Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid." Tetaplah merenung Yang Maha Tingi dan jangan rendahkan pandanganmu, karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka hal itulah yang akan membutakan matamu" Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu.

  • 30

    Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?" Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'. Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya". Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepaa Abu Yazid. "baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yang menghadang dengan pedang terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya. Hatim salah seorang waliyulloh masa itu, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari berbangkit nanti, ia bukan muridku". Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu Yazid menambahkan," Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku". ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA Ada seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.

  • 31

    Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,"pada hari ini genaplah tigapuluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu". "Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati". "Mengapa demikian?",tanya si murid. "Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid. "Apakah yang harus kulakukan?",tanya si murid pula. "Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid. "Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan". "Baiklah!", jawab Abu Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan". "Maha besar Alloh! Tiada Tuhan kecuali Alloh", cetus si murid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu. "Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Alloh". "Mengapa begitu?",tanya si murid. "Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Alloh?". "Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan. "Hanya itu yang dapat kusarankan",Abu Yazid menegaskan.

  • 32

    "Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya. "Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid. "Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid. "Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu" "Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam". "Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Alloh". Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?" . "Pada suatu malam ketika aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru "Ya Alloh, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas menghuni istana ini". "Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu RAJA PARA MISTIK". Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga

  • 33

    kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku". Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku". "Anakku",Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku" Abu Yazid mengisahkan: Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku. Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku. "Sejauh ini engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid?" "Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?" "Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!" Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu.

  • 34

    MASA AKHIR Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula. Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh: " Ya Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu. Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan. Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhiMu. Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Alloh pada tahun 261 H /874 M.

  • 35

    KHADIJAH BINTI KHUWAILID RADHIALLHU 'ANHA IBU ORANG ISLAM KHADIJAH BINTI KHUWAILID RADHIALLHU 'ANHA IBU ORANG ISLAM

    (Sang kekasih yang selalu dikenang jasanya) Pengusaha kaya dari suku Quraisy di Mekkah, wanita pertama pemeluk agama islam dan istri pertama nabi Muhammad SAW. Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Siti Khadijah yang juga dikenal sebagai Ummul Mukminin (ibu orang Islam) al-Kubra (yang agung) adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-Thahirah yakni yang bersih dan suci. Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya. Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi beliau memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang mana beliau menjadi seorang yang kaya raya. Suatu ketika, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum bi'tsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya. Muhammad al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah dan Allah menjadikan perdagangannya tersebut menghasilkan laba yang banyak. Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagamana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain. Setelah nikah, disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan diantara mereka terdapat Halimah as-Sa'diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya. Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami

  • 36

    tercinta. Pada waktu itu nabi Muhammad SAW berumur 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Perkawinan pasangan ideal ini berlangsung selama 25 tahun. Dalam kehidupan itu Khadijah menunjukkan keteladanannya dalam berbagai hal, antara lain: 1. Sebagai seorang istri. Khadijah selalu mendampingi suaminya dalam suka maupun duka. Ia selalu memberikan dorongan dan semangat kepada Rasullulah SAW untuk menjalankan dakwahnya dan tanpa ragu-ragu menyertai Rasulullah SAW menghadapi berbagai tekanan ekonomi. Rasulullah SAW sangat mencintainya, bahkan ketika Khadijah wafat dalam usia 65 tahun, Nabi Muhammad SAW hidup sendiri tanpa isteri selama beberapa tahun. Ia berkata, ketika aku miskin, ia memberiku kekayaan, ketika orang-orang menganggapku gila, ia tetap percaya kepadaku. Perkawinan Khadijah dengan Muhammad SAW dikaruniai enam orang anak yaitu: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, Fatimah, al-Qasim dan Abdullah. 2. Sebagai wanita ideal. Khadijah pantas dijadikan contoh sebagai seorang wanita. Ia adalah sosok wanita yang ideal dan memiliki mutiara-mutiara keteladanan yang luhur. Ia seorang wanita yang kreatif, kaya raya, wiraswastawati, dan ia merupakan wanita pertama yang masuk islam, bahkan mempunyai pemikiran yang sangat strategis tentang islam yaitu bahwa manusia adalah jenis makhluk yang merupakan sumber penjelmaan kebesaran Tuhan dan Allah SWT memperhatikan kelakuan manusia dan memberi ganjaran untuk itu. 3. Sebagai ibu rumah tangga. Khadijah pantas dijadikan contoh sebagai ibu rumah tangga yang ideal mengingat keteladanannya. Khadijah sadar akan tugas dan tanggung jawabnya mengurus rumah tangga dan bahkan aktif membantu ekonomi rumah tangganya. Ia menjadi panutan bagi putra-putrinya dan lingkungannya serta pendamping setia dengan penuh pengorbanan atas harta bendanya untuk dakwah Nabi Muhammad SAW. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah sudah pernah nikah sebanyak dua kali. Pertama ia menikah dengan Abu Halal Annabbasy bin Zurarah. Dari pernikahan ini ia dianugerahi seorang anak yang bernama Halal. Setelah Abu Halal meninggal dunia, Siti Khadijah menikah lagi untuk kedua kalinya dengan Atiq bin Abid al-Makhzumi. Di saat perkawinannya yang kedua inilah usaha perdagangan Siti Khadijah mengalami kemajuan yang sangat pesat berkat bantuan kedua orang tuanya sendiri dan beberapa orang kepercayaan. Bahkan paman Nabi Muhammad SAW, Abi Talib mempunyai hubungan dagang dengan Siti Khadijah sangat baik. Setelah suaminya yang kedua meninggal dunia, Siti Khadijah menjadi janda terhormat, dan beberapa kali mendapat lamaran dari beberapa pemuka Quraisy.

  • 37

    Namun lamaran itu ditolaknya dengan baik. Dan akhirnya Siti Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW. Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallhu 'anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam . Dan aktivitas yang paling disukai Nabi Muhammad SAW al-Amin ash-Shiddiq adalah Khalwat (menyendiri), bahkan tiada suatu aktifitas yang lebih ia sukai dari pada menyendiri. Beliau menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah di Gua Hira' sebulan penuh pada setiap tahunnya. Beliau tinggal didalamnya beberapa malam dengan bekal yang sedikit jauh dari perbuatan sia-sia yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yakni menyembah berhala dan lain lain. Sayyidah ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan Muhammad yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan dirumah. Apabila dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke gua, kedua matanya senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan dia juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira' pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu. Selanjutnya beliau keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata: "Selimutilah aku .selimutilah aku ". Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menjawab:"Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku". Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: "Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, sugguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi

  • 38

    Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya anda telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran. Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa. Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yang cerdas dan bijaksana, bahkan beliau dengan segera pergi menemui putra pamannya yang bernama waraqah bin Naufal, kemudian beliau ceritakan perihal yang terjadi pada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam . Maka tiada ucapan yang keluar dari mulutnya selain perkataan: "Qudus.Qudus..Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar,maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yang telah datang kepada Musa dan Isa, dan Nuh alaihi sallam secara langsung. Tatkala melihat kedatangan Nabi, sekonyong-konyong Waraqah berkata: "Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini, pastilah mereka akan mendustakan dirimu, menyakiti dirimu, mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dirimu. Kemudian ia mendekat kepada Nabi dan mencium ubun-ubunnya. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Apakah mereka akan mengusirku?". Waraqah menjawab: "Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yang menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu kalau saja aku masih hidup". Tidak beberapa lama kemudian Waraqah wafat. Menjadi tenanglah jiwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tatkala mendengar penuturan Waraqah, dan beliau mengetahui bahwa akan ada kendala-kendala di saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan agama Allah. Maka beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi. Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam. Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya. Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan

  • 39

    maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur'an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya: "Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!"(Al-Muddatstsir:1-7). Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallhu 'anha turut mendakwahkan Islam disamping suaminya semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya. Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta'ala: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2). Dan ujian pertama yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Allah SWT memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan. Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan radhiallhu 'anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta'ala : "Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum

  • 40

    kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan ". (Ali Imran:186). Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: "Demi Allah wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya". Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka'bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah. Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam. Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik

  • 41

    dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalam hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan