kisa wali dan karomah

Upload: iki-zulkifli

Post on 04-Apr-2018

356 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    1/107

    Kisah-kisah Karamah Wali Allah

    Buku ini judul aslinya adalah Jami' Karamat al-Aulia'. Buku ini diterbitkan beberapa kali diIndonesia dalam beberapa judul, antara lain Kisah-kisah Karamah Wali Allah dan Mukjizat ParaWali Allah. Pengarangnya adalah Yusuf bin Ismail an-Nabhani.

    Membaca buku ini insya Allah kesedihan dan ketakutan diri kita akan sirna. Jangan pernahbersedih lagi, betapa para wali tidak pernah bersedih dan takut menghadapi apapun yang ada.

    Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Karena janji Allah tidakpernah ingkar.

    Rasulullah Saw. dalam sabdanya, Sesungguhnya ada golongan hamba Allah yang bukantermasuk nabi dan bukan syuhada (syahid), yang pada hari kiamat nanti mereka menempatitempat para nabi dan syuhada. Para sahabat lalu bertanya, Ya, Rasulullah, beritahu kami siapamereka itu? Apa pekerjaan mereka ? Semoga kami bisa mencintai mereka. Nabi menjawab,Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan saturahim, juga bukan karena harta yang mereka miliki. Demi Allah, wajah mereka bercahaya.Mereka berada di atas mimbar cahaya, mereka tidak pernah takut ketika orang-orang ketakutan,mereka juga tidak bersedih ketika orang-orang merasa sedih (HR. Umar bin Khattab).

    Buku ini merupakan khazanah yang luar biasa tentang fenomena karamah wali-wali Allah yangdihimpun dari banyak sumber klasik karya para wali dan ulama yang diakui kapabilitasnya diseluruh penjuru dunia. Di dalamnya, karamah dibahas secara rinci dan jelas, didukung argumenkuat dari Al-Quran, Sunnah, dan peristiwa-peristiwa nyata yang diriwayatkan secara sahih.Dalam buku ini juga menuturkan tentang konsep dan landasan karamah, mukjizat NabiMuhammad Saw. sebagai wali Allah yang paling agung, dan karamah sahabat-sahabatnya.Kisah-kisah ajaib tentang mereka semoga dapat menjadi bahan renungan kita untuk menambahkeimanan kepada Allah dan meneladani kepatuhan mereka kepada-Nya, kearifan,kebersahajaan, dan kerendahan hati mereka yang telah dianugerahi kemuliaan.

    Attachment SizeSheikhyusufalnabhani.jpg 17.08 KBDaftar isi

    Daftar isi under constructionBagian 1 Karamah Wali

    Bagian ini berisi penjelasan dasar mengenali kewalian2.1.1 Penetapan Karamah Wali

    Mukjizat nabi membuktikan kejujuran dan kebenaran agama yang diembannya. Allah berfirman:

    "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasa takut dan sedih. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan duniadan kehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah. Yang demikian ituadalah kemenangan besar."(QS Yunus[10]:62-64)

    Allah juga berfirman,"Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menjatuhkan buahkurma yang masak untukmu, kemudian makan dan minumlah "(QS Maryam [19]: 25-26). "SetiapZakaria masuk ke mihrab untuk menemui Maryam, ia melihat makanan di sisinya. Zakariabertanya, "Hai Maryam, dari mana kau memperoleh makanan ini?" Maryam menjawab,"Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah akan memberi rezeki kepada siapa saja yangDia kehendaki tanpa perhitungan "(QS Ali 'Imran [3]: 37).

    Firman Allah yang lain,

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    2/107

    " Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, makacarilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagianrahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit miring ke arah kanan gua, dan ketika terbenam,miring ke arah kiri gua" (QS Al-Kahfi [18]: 16-17).

    Banyak sekali penjelasan yang menafsirkan ayat ini, berkaitan dengan penetapan karamah parawali. Al-Fakhr al-Razi dalam Al-Tafsir al-Akbar mengemukakan bahwa para sufi menjadikan ayatini sebagai hujah atas kebenaran adanya karamah. Hal itu merupakan istidlal (pengambilan dalil)secara zahir, dan kami akan menjelaskan masalah ini dengan jalan meneliti secara mendalamsebelum menceburkan diri dalam masalah dalil tentang kemungkinan karamah.

    Artikel ini adalah bagian dari buku Kisah Karomah Wali Allah karangan Syekh Yusuf bin Ismail anNabhani2.1.2 Definisi Wali

    Siapakah wali itu? Ada dua penjelasan tentang makna wali.

    Pertama, kata al-wali merupakan bentuk superlatif dari subyek (fa'il), seperti kata al-'alim

    bermakna yang sangat alim dan kata al-qadir bermakna yang sangat berkuasa. Maka kata al-walibermakna orang yang sangat menjaga ketaatan kepada Allah tanpa tercederai oleh kemaksiatanatau memberi kesempatan pada dirinya untuk berbuat maksiat.

    Kedua, kata al-wali merupakan subjek bermakna objek, seperti kata al-qatil bermakna yangterbunuh dan al-jarih bermakna yang terluka. Maka kata al-wali bermakna orang yang dijaga dandilindungi oleh Allah Swt, dijaga terus-menerus dari berbagai macam maksiat dan selamanyamendapat pertolongan Allah untuk selalu berbuat taat.

    Perlu diketahui bahwa kata al-wali diambil dari firman Allah Swt,:

    "Allah adalah pelindung (wali) orang-orang yang beriman" (QS Al-Baqarah [2]: 257)."Dan dia melindungi (yatawalla) orang-orang yang saleh "(QS Al-A'raf [7]: 196).

    "Engkaulah Penolong kami (maulana), maka tolonglah kami dari kaum yang kafir "(QS Al-Baqarah [2]: 286)."Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung (maula) orang-orang

    beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung" (QSMuhammad [47]: 11).

    "Dan firman-Nya, Sesungguhnya penolong kamu (waliyyukum) adalah Allah dan Rasul-Nya"(QS Al-Maidah [5]: 55)

    Menurut saya, ditinjau dari segi etimologis, al-wali berarti yang dekat. Ketika seorang hambadekat kepada Allah karena ketaatan dan keikhlasannya, maka Allah akan senantiasa dekatkepadanya, dengan limpahan rahmat, keutamaan, dan kebaikan, hingga mencapai jenjang al-wilayah (kewalian).

    Artikel ini adalah bagian dari buku Kisah Karomah Wali Allah karangan Syekh Yusuf bin Ismail anNabhani2.1.3 Kejadian Luar Biasa

    Kejadian-kejadian di luar kebiasaan manusia ada tiga macam:

    Kejadian Luar Biasa Pertama, kejadian luar biasa yang muncul diiringi dengan pengakuan.Pengakuan dalam hal ini ada empat macam: pengakuan ketuhanan, pengakuan kenabian,pengakuan kewalian, pengakuan sihir dan menaati setan.

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    3/107

    a. Pengakuan ketuhanan (iddi'aul ilahiyyah)

    Mereka ini kemungkinan dapat memunculkan kejadian luar biasa di tangannya sendiri tanpa adaperlawanan, seperti cerita tentang Fir'aun yang mengaku sebagai Tuhan dan memunculkankejadian luar biasa dengan tangannya. Demikian pula tentang kebenaran Dajjal. Menurutmazhab kami, hal itu mungkin saja terjadi karena bentuk dan timbulnya kejadian luar biasa itu

    justru semakin membuktikan kebohongan dan kepalsuan dirinya.

    b. Pengakuan kenabian {iddi'aun nubuwwah)Orang yang mengaku nabi ada dua macam; orang yang jujur dan pendusta. Kalau ia seorangyang jujur, sudah semestinya ia mampu memunculkan kejadian luar biasa dengan tangannya, halini bisa diterima karena untuk membuktikan kebenaran kenabiannya. Kalau ia seorang pendusta,maka ia tidak akan mungkin menunjukkan kejadian luar biasa. Artinya, kalaupun ia mampumenampakkannya, maka ia harus ditentang.

    c. Pengakuan kewalian (iddi'aul wilayah)Orang-orang yang mengakui adanya karamah wali berbeda pendapat dalam hal ini. Apakahboleh seseorang mengaku memiliki karamah? sehingga muncul persetujuan terhadap pengakuankewaliannya atau tidak.

    d. Pengakuan sihir dan menaati setan (iddiaus sihrwatha 'atusy syaithan) Menurut kami, orang-orang yang mengaku sebagai pelakusihir dan pengikut setan mungkin bisa menampakkan hal-hal luar biasa dengan tangannya,sedangkan menurut kelompok Mu'tazilah mereka tidak mungkin menampakkan hal-hal luarbiasa.

    Kejadian Luar Biasa Kedua, kejadian-kejadian luar biasa yang ditunjukkan seseorang tanpamengaku sesuatu, baik oleh orang saleh yang diridhai Allah maupun orang yang keji dan sukaberbuat dosa. Kejadian luar biasa yang ditunjukkan oleh orang-orang yang saleh disebutkaramah wali, dan mazhab kami sepakat dengan kemungkinan terjadinya hal ini, sedangkankaum Mu'tazilah mengingkarinya, kecuali Abu Husain al-Bashri dan Mahmud al-Khawarizmi.

    Kejadian Luar Biasa Ketiga, kejadian-kejadian luar biasa yang ditunjukkan oleh sebagian orang

    yang menolak taat kepada Allah yang disebut dengan istidraj.

    Artikel ini adalah bagian dari buku Kisah Karomah Wali Allah karangan Syekh Yusuf bin Ismail anNabhani2.1.4 Dalil Dalil Tentang Adanya Karamah Wali

    Ketetapan adanya karamah para wali dinyatakan oleh dalil-dalil dari Al-Qur'an, khabar, atsar, dandalil aqli (rasio).

    1. Dalil Al-Qur'an

    Ada banyak ayat yang dijadikan pegangan mengenai hal ini:

    Dalil 1Kisah Maryam dalam QS Ali 'Imran [3]: 37 di atas, sebagaimana telah dijelaskan di muka makatidak akan kami ulangi lagi di sini.

    Dalil 2Kisah ashabul kahfi yang tertidur selama 309 tahun, namun tetap selamat dari malapetaka. Allahmelindungi mereka dari panas matahari, seperti termaktub dalam firman Allah, Dan kamumengira mereka itu terjaga, padahal sebenarnya mereka tidur (QS Al-Kahfi [18]: 18). Dan kamuakan melihat matahari ketika terbit, condong ke arah kanan gua (QS Al-Kahfi [18]: 17).

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    4/107

    Sebagian orang menetapkan adanya karamah wali berdasarkan firman Allah, Berkatalah seorangyang memiliki ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelummatamu berkedip." Padahal orang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab dalam ayat tersebut adalahNabi Sulaiman a.s., maka tidak benar mengambil dalil dengan ayat ini.

    Al-Qadhi menanggapi masalah ini, "Di antara ashabul kahfi atau pada zaman mereka pasti adaseorang nabi, karena tidur mereka yang begitu lama bertentangan dengan kebiasaan manusia,sebagaimana seluruh mukjizat yang ada." Menurut saya, tidurnya ashabul kahfi yang begitu lamamustahil merupakan mukjizat salah seorang nabi, karena tidur bukanlah kejadian yang luar biasauntuk disebut sebagai mukjizat. Banyak orang tidak mempercayai kejadian ini, karena merekatidak mengetahui bahwa ashabul kahfi adalah orang yang jujur dalam pengakuannya kecualibahwa mereka tinggal di dalam gua selama itu. Orang-orang mengetahui bahwa mereka yangdatang pada masa itu telah tertidur selama 309 tahun. Keseluruhan syarat ini tidak terpenuhi, jaditidak mungkin mengklasifikasikan kejadian tersebut dalam kategori mukjizat salah satu nabi,cukuplah dianggap sebagai karamah dan ihsan para wali.

    2. Khabar Nabi Saw.

    Khabar 1

    Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw.bersabda,

    "Hanya ada tiga bayi yang bisa bicara, yaitu Isa a.s., bayi pada masa Juraij (seorang ahliibadah), dan seorang bayi lainnya." Kisah Nabi Isa a.s. telah diketahui secara luas. SementaraJuraij adalah seorang ahli ibadah di kalangan Bani Israil yang memiliki seorang ibu. Pada suatuhari ketika Juraij sedang shalat, sang ibu mengetuk pintu dan memanggilnya, "Juraij!" Juraijkebingungan, "Tuhan, manakah yang lebih baik, melanjutkan shalat atau menjawab panggilanibu?" Juraij memutuskan untuk tetap melanjutkan shalatnya. Sang ibu lalu memanggil untukkedua kalinya, tetapi Juraij tetap melanjutkan shalatnya. Sampai panggilan ketiga, Juraij tetapkukuh melanjutkan shalatnya dan tidak menghiraukan panggilan ibunya.

    Sang ibu marah, lalu berdoa, "Ya Allah, jangan biarkan dia mati, sampai ia bertemu seorangpelacur." Di tempat Juraij tinggal, ada seorang pelacur yang berkata pada beberapa orang, "Akuakan menggoda Juraij, sampai ia mau berzina denganku." Pelacur itu mendatangi Juraij tetapi iatidak mampu berbuat apa-apa. Suatu malam, seorang penggembala beristirahat di gubugnya.Ketika lelah, pelacur itu merayu penggembala, dan terjadilah perzinaan antara keduanya. Pelacuritu kemudian melahirkan seorang bayi dan mengaku, "Ini anak Juraij." Bani Israil lalu mendatangiJuraij, menghancurkan rumahnya dan mencaci-makinya. Kemudian Juraij shalat danmemanjatkan doa, hingga bergeraklah bayi itu.

    Abu Hurairah berkata, "Sepertinya aku melihat Nabi Saw. bercerita dengan mengacungkantangan ketika beliau berkata, "Hai bocah, siapa ayahmu?" Bayi itu menjawab, "Penggembala itu."

    Akhirnya Bani Israil menyesali perbuatan mereka terhadap Juraij dan mengucapkan janji, "Kamiakan membangun rumahmu dari emas atau perak." Akan tetapi Juraij menolak tawaran mereka

    dan membangun rumahnya seperti semula.Bayi lain yang bisa bicara adalah seorang bayi yang sedang menyusu kepada ibunya. Lalu

    lewatlah seorang pemuda tampan berparas elok. Sang ibu berdoa, "Ya Allah, jadikan anakkuseperti dia." Kemudian bayi itu menyahut, "Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia." Lewat lagiseorang perempuan yang diisukan sebagai pencuri, pezina, dan residivis. Sang ibu berdoa, "Ya

    Allah, jangan jadikan anakku seperti dia." Bayi itu menimpali, "Ya Allah, jadikan aku seperti dia."Sang ibu bertanya-tanya tentang celoteh anaknya. Si bayi berkata, "Pemuda itu orang yang sukabertindak sewenang-wenang, aku tidak ingin jadi seperti dia. Sementara perempuan yangdiisukan sebagai pelacur itu bukanlah seorang pelacur, ia diisukan sebagai seorang pencuri,

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    5/107

    padahal ia bukan pencuri, dan ia hanya berkata, "Cukuplah Allah sebagai pelindungku."

    Khabar 2

    Khabar tentang sebuah gua yang terkenal dalam kitab-kitab sahih. Al-Zuhri meriwayatkan dariSalim dari Ibnu 'Umar bahwa Rasulullah Saw. bercerita, "Dulu, ada tiga orang sedang menempuhsuatu perjalanan, kemudian mereka berlindung dan bermalam di dalam gua. Lalu sebuah batubesar menggelinding dari atas gunung dan menutupi pintu gua. Mereka berkata, 'Demi Allah,kami tidak akan selamat dalam gua ini, kecuali kami memohon kepada Allah dengan perbuatanbaik yang telah kami lakukan'

    Salah seorang di antara mereka berkata, 'Aku memiliki dua orang tua yang lanjut usia,sebelumnya aku tidak pernah membuatkan mereka minuman. Suatu hari, mereka tertidur dibawah sebatang pohon, aku tidak memindahkan mereka. Aku memerah susu sebagai minumansore hari untuk keduanya, aku membawakannya untuk mereka, tetapi mereka tetap tidur. Akutidak berniat membangunkan mereka juga tidak mendahului meminumnya. Sambil berdiri denganmenenteng gelas di tangan, aku tunggui mereka hingga terjaga sampai fajar merekah.Selanjutnya mereka bangun, dan meminumnya.Ya Allah, apabila aku lakukan semua" itu karenamencari ridha-Mu, maka keluarkan kami dari hadangan batu besar ini/' Kemudian batu itubergeser sedikit sehingga terbuka celah kecil, namun mereka belum bisa keluar dari gua.

    Orang kedua berkata, 'Aku memiliki sepupu perempuan yang sangat mencintaiku. Kemudian iamerayuku, tetapi aku menolak, hingga aku menyakiti dirinya selama beberapa tahun. Akhirnya iamenemuiku dan aku berikan harta yang banyak agar dia mau meninggalkanku. Waktu itu iaberkata, 'Tidak mungkin kamu bisa melepaskan cincin ini, kecuali dengan cara yang benar.' Laluaku meninggalkannya bersama hartanya. Ya Allah, apabila aku lakukan hal itu karena mencariridha-Mu, maka bebaskan kami dari pintu gua ini.' Bergeserlah batu besar itu, tetapi merekabelum juga bisa keluar dari sana.

    Orang ketiga berkata, 'Ya Allah, aku telah mempekerjakan orang. Aku beri mereka upah, danhanya ada satu orang yang belum kuberi karena ia meninggalkan pekerjaannya, kemudian pergi.

    Aku membungakan upahnya hingga menjadi kekayaan yang berlipat-lipat. Pada suatu saat, iamendatangiku dan berkata, 'Hai 'Abdullah, saya mau minta upah.' Aku menjawab, 'Seperti apa

    yang kamu lihat, semua upahmu berupa unta, kambing, dan budak.' Dia berkata, 'Hai'Abdullah,engkau mengolok-olok saya?' Aku menjawab, 'Aku tidak mengolok-olokmu, ambillah semuaupahmu dan gunakan untuk makan/ Ya Allah, apabila hamba melakukan semua itu karenamencari ridha-Mu, maka lepaskan kami dari padang pasir ini.' Akhirnya terbukalah batu itu darigua. Mereka keluar dan berjalan bersama-sama." (HR Bukhari dan Muslim dengan kualitashasan sahih)

    Khabar 3

    Sabda Rasulullah Saw., "Ya Allah, aku sudah membuat kusut dan mengotori kain lusuh dengandebu. Jika aku bersumpah dengan nama Allah, niscaya kain itu akan rapih dan bersih kembali."Tidak ada sesuatu pun yang dapat menyangkal sumpah Nabi Muhammad Saw. atas nama Allah.

    Khabar 4Sa'id bin Musayyab meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw., "Suatu hari, adaseorang laki-laki yang sedang menggiring seekor sapi dengan beban berat. Sapi itu menoleh kearah laki-laki itu dan berkata, 'Aku diciptakan bukan untuk ini, tetapi untuk membajak.' Beberapaorang berseru, 'Maha suci Allah, seekor sapi bisa bicara.' Aku, Abu Bakar, dan 'Umarmempercayai kejadian itu."

    Khabar 5

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    6/107

    Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, "Suatu hari seseorang mendengarpetir, tanda musim hujan, yang akan mengairi kebun Fulan. Aku bergegas menuju kebun itu,pada waktu itu, ada seorang laki-laki berdiri di sana, dan aku bertanya, 'Siapa namamu?' Diamenjawab, 'Fulan bin Fulan bin Fulan.' Aku bertanya lagi, 'Apa yang kau kerjakan di kebun ketikapanen tiba?' Dia balik bertanya, 'Kenapa kau tanyakan hal itu?' Jawabku, 'Karena akumendengar suara petir yang akan mengairi kebun Fulan.' Dia berkata, 'Jika benar apa yang kaukatakan, maka aku akan membaginya menjadi tiga, sepertiga untukku dan keluargaku, sepertigauntuk orang-orang miskin dan musafir, dan sepertiga lagi akan aku nafkahkan.'"

    3. Atsar Sahabat

    Kita mulai dengan mengutip beberapa karamah yang muncul dari Khulafa'ur Rasyidin dan parasahabat Nabi Saw. lainnya. Di sini saya mengutip sebagian karamah Khulafa'ur Rasyidin dari Al-Razi, dan mengutip karamah para sahabat Nabi lainnya dari periwayat lain. Al-Razi berkata,"Beberapa kitab sufi membahas hal ini berupa riwayat-riwayat yang tak terhitung jumlahnya.Siapa yang ingin mempelajarinya, silakan mengkajinya."

    4. Dalil Aqli (rasio)

    Di antara dalil aqli dan qat'i yang berkaitan dengan kemungkinan munculnya karamah adalah:

    Dalil 1

    Sesungguhnya hamba Allah adalah wali-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya,

    "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasa takut dan sedih" (QS Yunus [10]: 62).

    Allah juga wali hamba-Nya, seperti dinyatakan dalam firman-Nya,

    "Allah itu pelindung (wali) orang-orang beriman" (QS Al-Baqarah [2]: 257)."Dia terus-menerus melindungi orang-orang yang saleh" (QS al-A'raf [7]: 196)."Sesungguhnya penolong kalian (waliyyukum) adalah Allah dan Rasul-Nya" (QS Al-Maidah [5]:

    55).

    "Engkaulah Penolong kami (maulana)" (QS Al-Baqarah [2]: 286)."Demikianlah, sesungguhnya Allah menjadi pelindung (maula) orang-orang beriman" (QSMuhammad [47]: 11).

    Jadi, jelaslah bahwa Allah adalah wali hambaNya dan hamba adalah wali Allah. Begitu juga Allahadalah kekasih hamba, sebaliknya hamba adalah kekasih Allah, sebagaimana dinyatakan dalamfirman-Nya,

    "Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya" (QS Al-Maidah [5]: 54)."Orang-orang yang beriman sangat mencintai Allah" (QS Al-Baqarah [2]: 165)."Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang menyucikan

    diri "(QS al-Baqarah [2]: 222).

    Jadi, bisa dikatakan bahwa jika seorang hamba telah mencapai ketaatan, maka ia akanterdorong untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah dan semua hal yang diridhai-Nya, dan akan meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dicegah olehNya. Bagaimanamungkin ia tidak melaksanakan perbuatan yang dikehendaki Tuhan Yang Maha Penyayang lagiMaha Mulia sekali saja, padahal hanya Tuhanlah yang utama baginya, karena hambasesungguhnya tidak berdaya dan lemah ketika mengerjakan semua hal yang dikehendaki dandititahkan Allah, sedangkan Tuhan Yang Maha Penyayang melakukan hal-hal utama yangdikehendaki hamba-Nya dalam sekali hitungan saja. Hal ini berdasarkan pada firman Allah,

    "Penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu." (QS Al-Baqarah [2]:

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    7/107

    40)

    Dalil 2

    Jika ketidakmunculan karamah membuat manusia menuduh Allah tidak ahli melakukanperbuatan seperti itu, maka itu termasuk mencela kekuasaan Allah dan dihukumi kufur. Atau jikaketidakmunculan karamah membuat manusia menuduh seorang mukmin tidak patut dikaruniaikaramah oleh Allah, alasan ini tidak sah, karena mengetahui zat, sifat, perbuatan, hukum-hukumdan nama-nama Allah, cinta dan ketaatan kepada-Nya, serta terus-menerus menyucikan,mengagungkan, dan menyambut gembira nama-Nya dan membacakan tahlil untuk-Nya itu jauhlebih mulia daripada hanya memberikan sepotong kue untuk menundukkan ular atau harimau.Ketika Allah menganugerahi seorang mukmin ma'rifat, mahabbah, zikir, dan syukur tanpapermohonan, hal itu lebih utama daripada hanya memberi sepotong kue sebagai hidangan.

    Dalil 3

    Nabi Muhammad Saw. bersabda bahwa Allah berfirman,

    "Tidak ada yang lebih mendekatkan seorang hamba kepada-Ku yang sebanding denganmenunaikan semua kewajiban yang Kuperintahkan dan senantiasa mendekati-Ku dengan

    perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, makaaku menjadi pendengaran, penglihatan, lidah, hati, tangan, dan kakinya. Ia mendengar melalui

    Aku, ia melihat melalui Aku, ia berbicara melalui Aku, dan berjalan melalui Aku.'

    Khabar ini menunjukkan tidak adanya ruang dalam pendengaran mereka untuk selain Allah, tidakjuga dalam penglihatan dan keseluruhan anggota tubuhnya. Sebab kalau masih ada ruang untukselain Allah, tentunya Allah tidak akan berkata, "Aku mendengar dan melihat-Nya." Maka tidakada keraguan lagi bahwa inilah maqam yang lebih mulia daripada kemampuan menundukkanular dan binatang buas, atau memberi sepotong roti, setangkai anggur dan segelas air kepadaseseorang yang kelaparan dan kehausan di padang tandus. Ketika Allah dengan rahmat-Nyamengantarkan hamba-Nya sampai derajat yang tinggi, maka apa susahnya memberi sepotongroti atau air minum di padang tandus kepada seseorang?

    Dalil 4

    Nabi Muhammad Saw. menceritakan bahwa Allah berfirman, "Barangsiapa menyakiti wali-Ku,maka ia benar-benar menyatakan peperangan dengan-Ku." Menyakiti wali sama denganmenyakiti Allah, hal ini sesuai dengan firman-Nya:

    "Orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka berjanjisetia kepada Allah" (QS Al-Fath [48]: 10).

    "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin(untuk memilih ketetapan lain), apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan"(QS Al-Ahzab [33]: 36).

    "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya akan dilaknat oleh Allah didunia dan akhirat" (QS Al-Ahzab [33]: 57).

    Berjanji setia (bai'at) kepada Nabi Muhammad Saw. berarti berjanji setia kepada Allah, ridhakepada Nabi Muhammad Saw. berarti ridha kepada Allah, menyakiti Nabi Muhammad Saw.berarti menyakiti Allah. Tidak diragukan lagi, derajat Muhammad adalah derajat tertinggi. Inilaharti dari firman Allah dalam sebuah hadis qudsi, "Barangsiapa menyakiti wali-Ku, maka ia telahmenyatakan peperangan dengan-Ku." Hadis qudsi ini menunjukkan ketetapan Allah bahwamenyakiti wali sama dengan menyakiti-Nya.

    Hal ini diperkuat dengan khabar masyhur yang menyatakan bahwa pada hari kiamat nanti AllahSwt. berfirman,

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    8/107

    "Aku sakit, tetapi kau tidak menjengukku. Aku meminta minum tetapi kau tidak memberikumimun. Aku meminta makan kepadamu tapi kau tidak memberiku makan." Orang-orangbertanya, "Ya Tuhan, bagaimana kami melakukan hal ini, sementara Engkau adalah TuhanPenguasa alam?" Allah menjawab, "Sesungguhnya hamba-Ku si Fulan sedang sakit, tetapi kamutidak menjenguknya. Apakah kamu tidak tahu kalau saja kamu menjenguknya, maka kamu akanmenemukan Aku di sisinya."

    Demikian juga ketika kita memberi minum dam makan wali-Nya berarti kita juga memberi minumdan makan Allah. Seluruh khabar di atas membuktikan bahwa para wali Allah telah mencapaiderajat ini.

    Dalil 5

    Kita melihat bahwa dalam kebiasaan, seseorang yang diangkat sebagai pelayan khusus olehseorang raja dan diizinkan masuk ke ruang untuk bersenang-senang, maka ia juga diberikekhususan untuk melakukan apa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Bahkan akal sehat jugamenyaksikan bahwa kedekatan dengan seorang raja akan menimbulkan naiknya pangkat(kedudukan). Kedekatan adalah asal atau pokok, sementara kedudukan adalah pengiring.Sedangkan Raja Paling Agung adalah Tuhan Penguasa alam. Jika Allah memuliakan seorang

    hamba dengan mengantarkannya ke pintu pengabdian dan derajat karamah, menganugerahinyarahasia ma'rifat dan kemampuan menyingkap hijab antara Allah dan dirinya, sertamendudukkannya dalam kedekatan, maka tidak ada kesulitan baginya untuk menampakkansebagian karamah di dunia ini.

    Dalil 6

    Tidak diragukan lagi bahwa yang menguasai perbuatan adalah ruh, bukan badan. Begitu jugapenguasaan Allah atas ruh sama dengan penguasaan ruh atas badan, berdasarkan penafsirankami atas firman Allah, "Dia menurunkan malaikat dengan (membawa) ruh (wahyu) berupaperintah-Nya" (QS Al-Nahl [16]: 2). Rasulullah Saw. bersabda, "Aku bermalam di sisi Tuhankuyang memberiku makan dan minum." Dari hadis ini, kita tahu bahwa semakin banyakpengetahuan seseorang tentang alam gaib, maka semakin kuat hatinya dan semakin sedikit

    kelemahannya. Karena itu, 'Ali bin Abi Thalib berkata, "Demi Allah, gerbang Khaibar itu tidak akudobrak dengan kekuatan jasadiah, tetapi gerbang itu terlepas dengan kekuatan rabbaniyyah."Hal tersebut karena pada waktu perang Khaibar, 'Ali memutus pandangannya dengan alam

    jasad, dan malaikat memancarkan cahaya alam keagungan, sehingga ruh 'Ali menjadi kuat danmenyerupai subtansi ruh malaikat serta memancarkan kilauan cahaya alam kesucian dankeagungan. Maka 'Ali memiliki kemampuan seperti malaikat yang tidak dimiliki oleh orang lain.Demikian pula hamba lain yang terus-menerus taat, ia akan tiba pada maqam yang difirmankan

    Allah dalam sebuah hadis qudsi, "Aku menjadi pendengaran dan penglihatannya." Ketika cahayakeagungan Allah menjadi pendengarannya, maka ia mampu mendengar suara yang dekatmaupun yang jauh. Ketika cahaya Allah menjadi tangannya, maka ia memiliki kemampuan untukmenyelesaikan persoalan yang sulit maupun mudah, jauh maupun dekat.

    Dalil 7

    Menurut hukum akal, subtansi ruh bukanlah raga yang fana, rusak, dapat dipisah-pisah, dandipotong-potong. Namun ruh adalah substansi malaikat, penghuni langit, sesuatu yang kudusdan suci. Hanya saja ketika ruh terikat dengan tubuh dan terbelenggu dengan kehendaknya,maka ia akan melupakan negeri asal dan tempat tinggalnya yang lama, dan secara keseluruhania serupa dengan tubuh yang rusak, kekuatannya melemah, kekokohannya lenyap hingga iatidak kuasa melakukan apa-apa. Ketika ruh senang dengan ma'rifat dan mahabbah kepada Allah,serta jarang mengikuti kehendak tubuh, maka ruh-ruh penghuni langit dan 'arsy akanmemancarkan kilauan cahaya mereka atasnya dan menyelubunginya, kemudian ia akan diberikekuatan hingga mampu menguasai alam materi, seperti ruh-ruh penghuni langit, dan inilah yang

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    9/107

    disebut karamah.

    Menurut mazhab kami, ruh manusia berbeda dengan benda-benda cair. Ruh manusiamengandung kekuatan dan kelemahan, cahaya dan kegelapan, kehormatan dan kehinaan,demikian juga ruh-ruh falakiyah (wilayah langit). Tidakkah kau lihat Jibril, ketika Allahmenyifatinya dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman Allah yangdibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan dan kedudukan tinggi di sisi

    Allah Pemilik 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya" (QS Al-Takwir [81]: 19-21). Allah berfirman tentang sekelompok malaikat lainnya, dan berapa banyak malaikat di langityang syafa'atnya tidak berguna kecuali setelah Allah memberikan izin kepada yang dikehendakidan diridhai-Nya.

    Demikianlah, ketika jiwa berpadu dengan kekuatan yang suci dan mendasar, cahaya substansi,keluhuran tabiat, ditambah dengan berbagai macam riyadhah (olah spiritual) yang membersihkandebu dunia wujud dan kerusakan dari wajahnya, maka jiwanya akan bercahaya, berkilauan, danmampu menguasai alam nyata dan fana dengan bantuan cahaya ma'rifat yang mulia dankekuatan cahaya Sang Maha Perkasa lagi Maha Mulia. Penjelasan yang mulia ini mengandungrahasia-rahasia terselubung dan fenomena-fenomena yang mendalam, karenanya kita memohonpertolongan Allah agar dapat memahaminya. Barangsiapa tidak bisa mencapainya, berarti iatidak meyakininya.

    Para penyangkal adanya karamah memiliki beberapa argumen:

    Para penyangkal karamah berlaku tidak adil dan menyesatkan karena berpendapat bahwamunculnya peristiwa luar biasa merupakan bukti kenabian, kalau muncul di tangan selain nabi,maka bukti ini menjadi batal. Adanya bukti tetapi tidak ada yang dibuktikan akan menodaieksistensi bukti tersebut dengan demikian bukti tersebut menjadi batal.

    Mereka berpegang pada sabda Rasulullah dalam sebuah hadis qudsi yang menceritakantentang Allah, "Orang-orang yang mendekat kepada-Ku itu tidak akan pernah dekat kepada-Ku,hingga mereka menunaikan hal-hal yang Ku-wajibkan atas mereka." Mereka mengatakan hadisini adalah bukti bahwa mendekat kepada Allah dengan cara menjalankan semua perintah-perintah-Nya yang wajib lebih agung daripada mendekat kepada-Nya dengan menjalankanperbuatan sunnah. Jika orang yang mendekat kepada-Nya karena menjalankan perbuatan wajib

    saja tidak memperoleh karamah apa pun, maka apalagi orang yang mendekat kepada Allahdengan menjalankan perbuatan sunnah tidak patut memperoleh karamah.Mereka berpegang pada firman Allah, "Dan dia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang

    tidak sanggup kamu capai kecuali dengan kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri"(QS Al-Nahl [16]: 7). Pendapat mereka yang menyatakan bahwa wali itu pindah dari satu negeri kenegeri yang jauh tidak sesuai bahkan bertentangan dengan ayat ini. Demikian juga. NabiMuhammad Saw. tidak akan bisa berjalan dari Mekah ke Madinah kecuali dalam tempo yanglama dengan disertai kepayahan-kepayahan. Bagaimana mungkin dapat dipahami bahwaseorang wali meninggalkan negerinya untuk beribadah haji dalam waktu satu hari saja?

    Mereka bertanya apakah wali yang memperlihatkan karamah karena mengharapkan uang darimanusia bisa dituntut untuk menunjukkan bukti kewaliannya atau tidak? Kalau kita menuntutnyauntuk menunjukkan bukti, maka itu sia-sia belaka, karena tampaknya karamah menunjukkanbahwa ia tidak berdusta. Sudah ada dalil meyakinkan mengapa harus mencari dalil perkiraan,

    tetapi kalau kita tidak menuntutnya untuk menunjukkan bukti, berarti kita telah mengabaikanSabda Nabi SAW. yang berbunyi, "Bukti itu ada pada orang yang menyatakannya." Inimenunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan adanya karamah itu batil.

    Apabila karamah bisa muncul pada sebagian wali, maka ia juga bisa terjadi pada orang lain.Jika karamah sudah begitu banyak sampai menjadi hal yang tak luar biasa lagi, maka akan samadengan adat. Apabila kemunculan karamah begitu sering, maka karamah itu menjadi biasa saja,dan hal inilah yang akan menodai mukjizat dan karamah.

    Jawaban atas argumen yang pertama:

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    10/107

    Umat muslim berbeda pendapat tentang apakah seorang wali boleh menyatakan kewaliannya?

    Kelompok Al-Muhaqqiqun (orang-orang yang menyatakan kebenaran) tidak membolehkannya.Berdasarkan pendapat ini, kita bisa membedakan antara mukjizat dan karamah. Mukjizat munculsetelah pengakuan kenabian, sementara karamah tidak muncul setelah pengakuan kewalian.Karena perbedaan inilah, para nabi diutus kepada makhluk untuk menyeru dari kekufuran kepadakeimanan, dari maksiat kepada ketaatan. Kalau pengakuan kenabian tidak dinyatakan, makakaum mereka tidak akan beriman, dengan kata lain tetap kufur. Jika para nabi menyatakankenabian dan menampakkan mukjizat mereka, maka kaum yang diserunya akan mempercayaimereka. Langkah-langkah Nabi Muhammad Saw. menyatakan kenabiannya bukan bertujuanuntuk mengagungkan diri, tetapi untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada makhluk, agarmereka hijrah (beralih) dari kufur menuju iman. Adapun pernyataan kewalian seseorang tidakmenyebabkan orang yang tidak mengakui kewalian-nya menjadi kafir atau menyebabkan orangyang mengakui kewalian-nya menjadi beriman. Jadi, pengakuan kewalian dinyatakan karenanafsu, oleh karenanya Nabi wajib menyatakan secara jelas pengakuan kenabiannya, sedangkanwali tidak diperkenankan menyatakan pengakuan kewaliannya, sehingga tampaklah perbedaanantara keduanya.

    Sementara orang yang berpendapat bahwa seorang wali boleh menyatakan pengakuan

    kewaliannya, menyebutkan perbedaan mukjizat dan karamah ditinjau dari beberapa segi:

    1) Kemampuan melakukan hal-hal luar biasa menunjukkan pelakunya bebas dari maksiat.Adapun peristiwa luar biasa yang diiringi dengan pengakuan kenabian menunjukkan pengakuankenabiannya itu benar, sedangkan peristiwa luar biasa yang diiringi dengan pengakuan kewalianmenunjukkan pengakuan kewaliannya itu benar. Dengan demikian, jelas bahwa mengakuiadanya karamah para wali tidak berarti menyangkal mukjizat para nabi.2) Nabi Saw. menunjukkan mukjizatnya dan meyakinkan dirinya, sedangkan wali ketikamenunjukkan karamahnya tidak untuk meyakinkan dirinya. Karena mukjizat wajib ditampakkan,sementara karamah tidak.3) Melawan orang-orang yang menyangkal mukjizat itu wajib, sedangkan para penyangkalkaramah tidak wajib dilawan.4) Seorang wali tidak boleh memperlihatkan karamahnya ketika ia menyatakan pengakuan

    kewaliannya, kecuali jika untuk memper kuat dakwah agama Nabi Saw. Bila hal ini terjadi, makakaramah itu menjadi mukjizat bagi Nabi dan mengukuhkan risalahnya. Dengan demikian,tindakan memperlihatkan karamah tidak berarti menyangkal kenabian seorang nabi, tetapi justrumenjadi penguat kenabiannya.

    Jawaban atas argumen yang kedua: Taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) denganmelakukan amalan-amalan wajib tentu lebih sempurna daripada taqarrub dengan amalan-amalansunnah. Seorang wali hanya akan menjadi wali ketika ia menunaikan ibadah fardhu dan sunnah.Tidak diragukan lagi, kondisi ini lebih baik daripada orang yang membatasi diri pada hal-hal yangfardhu semata. Jadi, jelaslah perbedaannya.

    Jawaban atas argumen yang ketiga: Firman Allah dalam QS Al-Nahl [16]: 7 yang berbunyi, "Dania memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang tidak sanggup kamu capai kecuali dengan

    kesukaran kesukaran yang memayahkan diri", mencakup kebiasaan-kebiasaan umum.Sedangkan karamah para wali adalah fenomena yang langka, pengecualian dari kebiasaan-kebiasaan umum.

    Jawaban atas argumen yang keempat: Berpegang pada Sabda Nabi Saw. yang menyatakan,"Bukti itu ada pada orang yang mengaku."

    Jawaban atas argumen yang kelima: Orang-orang yang taat itu sedikit jumlahnya, sebagaimanadinyatakan dalam firman Allah, "Dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang bersyukur/taat"(QSSaba' [34]: 13). Dan seperti yang dikatakan iblis dalam firman-Nya, "Dan Engkau tidak akan

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    11/107

    mendapati kebanyakan mereka bersyukur/taat" (QS Al-A'raf [7]: 17). Jadi, ketika orang yangmemperlihatkan karamah sangat sedikit, maka itu berarti berbeda dengan kebiasaan.

    Artikel ini adalah bagian dari buku Kisah Karomah Wali Allah karangan Syekh Yusuf bin Ismail anNabhani2.1.6 Perbedaan Antara Karamah Dan Istidraj

    Perlu diketahui bahwa siapa saja yang menginginkan sesuatu dan keinginannya itu dikabulkanoleh Allah, maka itu belum tentu menunjukkan bahwa ia seorang hamba yang mulia di sisi Allah,baik pemberian Allah tersebut sesuai atau berbeda dengan kebiasaan. Akan tetapi pemberian

    Allah tersebut bisa berarti penghormatan Allah untuk hamba-Nya (karamah) atau tipuan untuknya(istidraj). Dalam Al-Qur'an, istilah istidraj diungkapkan dengan beberapa istilah:

    1. Al-istidraj, seperti dinyatakan dalam firman Allah:

    Kami (Allah) akan memperdaya mereka secara berangsur-angsur dengan cara yang tidakmereka ketahui. (QS Al-A'raf [7]: 182)Makna al-istidraj dalam ayat ini adalah Allah mengabulkan semua keinginannya di dunia agarpembangkangan, kesesatan, kebodohan, dan kedurhakaan mereka semakin bertambah, hinggasetiap hari semakin jauh dari Allah. Pada praktiknya, menurut logika, mengulang-ulang perbuatan

    akan menyebabkan pelaku semakin kuat menguasai perbuatan yang diulang-ulangnya. Bila hatiseorang hamba condong kepada dunia, kemudian Allah mengabulkan keinginannya, maka ketikaitulah ia mencapai apa yang diinginkannya, sehingga akan diperoleh kenikmatan, dan adanyakenikmatan akan semakin menambah kecondongan kepada dunia, lalu kecondongan kepadadunia mengharuskannya untuk semakin keras berusaha untuk mencapai keduniaan. Selamanya,setiap tahapan akan mendorong kepada tahapan selanjutnya, dan setiap tahapan akan semakinmenguat secara gradual. Sudah dimaklumi bahwa kesibukan orang terhadap kenikmatan yangmenyenangkan ini akan menghalangi diri dari maqam-maqam mukasyafah (tingkatketersingkapan cahaya) dan derajat ma'rifat, dan sudah tentu akan semakin menjauhkan diri dari

    Allah, setahap demi setahap hingga mencapai puncak kecondongannya kepada dunia. Inilahyang dinamakan istidraj.

    2. Al-makr, seperti dinyatakan dalam firman Allah:

    Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah yang tidak terduga-duga? Tiada yangmerasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS Al-A'raf [71: 99)

    Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allahsebaik-baik pembalas tipu daya. (QS Ali'Imran [31:54)

    Mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makarpula, sedang mereka tidak menyadari. (OS Al-Naml T271:50)

    3. Al-kaid (tipu daya), seperti dinyatakan dalam firman Allah,

    Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.(QS Al-Nisa' [4]: 142)

    4. Al-imla (memberi tangguh), sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka bahwa masa penangguhan yang Kamiberikan kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguhkepada mereka hanyalah supaya dosa mereka bertambah. (QS Ali 'Imran [3]: 178)

    5. Al-ihlak (siksaan), sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:

    Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kamisiksa mereka dengan sekonyong-konyong. (QS Al-An'am [6]: 44)

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    12/107

    Dan dalam firman Allah tentang Fir'aun,Dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi tanpa alasan yang benar dan merekamenyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukum Fir'aun danbala tentaranya, lalu Kami tenggelamkan mereka ke dalam lautan (QS Al-Qashash [28]: 39-40).

    Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa tercapainya keinginan seorang hamba tidak menunjukkankesempurnaan derajat dan keberuntungan mendapat kebaikan.Perbedaan antara karamah dan istidraj adalah bahwa pemilik karamah tidak begitu senangdengan karamah yang dimilikinya, bahkan karamah itu membuatnya semakin takut kepada Allah,kewaspadaannya terhadap siksa Allah semakin kuat, karena ia takut kalau-kalau hal tersebutmerupakan istidraj. Sedangkan pemilik istidraj sangat senang dengan hal-hal luar biasa yang adapada dirinya dan mengira bahwa karamah itu ada pada dirinya karena ia berhak memilikinya.Karena itu ia memandang rendah orang lain, membanggakan diri sendiri, dan merasa aman daritipu daya dan siksaan Allah, dan tidak takut kepada siksa Allah. Jika sikap seperti ini munculpada diri seorang pemilik karamah, berarti yang dimilikinya bukanlahkaramah tetapi istidraj.

    Orang-orang yang berpegang pada kebenaran (Al-Muhaqqiqun) mengatakan bahwa adakesepakatan bahwa keterputusan dari hadirat Allah sebagian besar terjadi dalam kondisi memilikikaramah. Tidak diragukan lagi, golongan Al-Muhaqqiqun takut kepada karamah, seperti rasatakut mereka kepada berbagai macam cobaan. Rasa senang kepada karamah dapat

    memutuskan jalan kepada Allah. Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa hujjah:Hujjah pertama: Ketertipuan ini terjadi, ketika seseorang yakin bahwa dirinya berhak memperolehkaramah dan sekiranya ia bukanlah orang yang berhak mendapatkannya maka tidak akanmuncul rasa bangga itu bahkan rasa bangganya itu muncul hanya karena karamah wali.Keutamaan karamahnya lebih besar daripada kebahagiaan karena karamah itu sendiri.Kebahagiaan dengan adanya karamah itu melebihi kebahagiaan pada dirinya sendiri. Jelasbahwa kebahagiaan karena adanya karamah tidak akan muncul kecuali dengan adanyakeyakinan bahwa dirinyalah pemilik karamah itu dan yang berhak mendapatkannya. Ini adalahkebodohan yang nyata karena para malaikat saja berkata, Tidak ada yang kami ketahui kecualidari apa yang Engkau ajarkan kepada kami (QS Al-Baqarah [2]: 32). Dan Allah berfirman, Danmereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya (QS Al-An'am [6]: 91).

    Ada dalil meyakinkan yang menyatakan bahwa makhluk tidak berhak mendakwakan kebenaran,maka bagaimana mungkin ada orang mengaku berhak mempunyai karamah.

    Hujjah kedua: Karamah adalah sesuatu yang senantiasa tergantung pada Allah Swt. Rasasenang karena memiliki karamah adalah senang kepada sesuatu yang bukan haknya. Rasasenang kepada sesuatu yangbukan haknya merupakan penghalang kebenaran, dan orang yang terhalang dari kebenaranbagaimana mungkin layak untuk senang dan bergembira?

    Hujjah ketiga: Orang yang yakin bahwa dirinya berhak memiliki karamah karena merasa amalperbuatannya memiliki pengaruh besar dalam dirinya dan merasa bahwa perbuatannya bernilaiatau berpengaruh pada dirinya adalah orang yang bodoh. Kalau saja ia mengenal Tuhan, ia pastimenyadari semua ketaatan makhluk di sisi Allah itu hanya sedikit, semua rasa syukur merekaatas anugerah dan nikmat-Nya itu juga sangat sedikit, dan semua pengetahuan dan ilmu merekadibandingkan dengan keagungan Allah hanyalah kebingungan dan kebodohan saja.

    Ketika Ustaz Abu 'Ali al-Daqaq mengkaji firman Allah yang berbunyi Kepada-Nyalah naikperkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (QS Fathir [35]:10), dimajelisnya ia berkata, "Pertanda bahwa amalmu dinaikkan oleh Allah adalah jika kamu tidakmengingat-ingatnya. Jika kamu mengingat-ingat amalmu, berarti amalmu ditolak, sebaliknya bilakamu tidak mengingat-ingatnya, berarti amalmu diterima dan dinaikkan oleh Allah Swt."

    Hujjah keempat: Pemilik karamah merasa bahwa karamah yang dimilikinya justru untukmemperlihatkan kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah. Jika ia merasa bangga,tinggi hati, dan sombong disebabkan karamah yang dimilikinya, maka batallah segala sesuatuyang menyebabkannya menerima karamah. Sikap seperti inilah yang membuat pemilik karamah

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    13/107

    tertolak. Oleh karena itu, setiap kali Rasulullah Saw. menceritakan tentang manaqib(keistimewaan) dan keutamaan dirinya, beliau selalu mengakhirinya dengan kalimat, "Tiadakebanggaan," maksudnya "Aku tidak bangga dengan karamah yang kumiliki ini, yang akubanggakan adalah Zat yang memberi karamah."

    Hujjah kelima: Kemunculan hal-hal luar biasa pada iblis dan bal'am begitu menakjubkan, tetapikemudian Allah berfirman kepada iblis, Ia termasuk golongan kafir, kepada bal'am, Ia sepertianjing, dan kepada ulama Bani Israil, Perumpamaan orang-orang yang memegang Taurat, tetapitidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal (QS Al-Jumu'ah [62]: 5), juga firman-Nya kepada Bani Israil, Orang-orang yang telah diberi Al-Kitab tidakberselisih, kecuali setelah datang ilmu kepada mereka, di antara mereka kemudian ada yangmembangkang (QS Ali 'Imran [3]: 19). Jadi jelaslah bahwa kegelapan dan kesesatan yangmenimpa mereka disebabkan karena rasa bangga dengan ilmu dan kezuhudan yang diberikankepada mereka.

    Hujjah keenam: Karamah bukanlah kemuliaan, dan segala sesuatu yang tidak mulia adalahkehinaan. Barangsiapa memuliakan kehinaan berarti ia hina, karena itu Nabi Ibrahim a.s.berkata, "Adapun bagi-Mu, itu tidak berarti apa-apa." Merasa cukup dengan kefakiran adalahfakir, takwa dengan kelemahan adalah lemah, merasa sempurna dengan kekurangan adalahkurang, bahagia dengan semua hal yang diperkenankan dan menerima seluruh kebenaran

    adalah sikap ikhlas. Fakir adalah ketika seseorang senang dengan kemuliaan yang menjatuhkanderajatnya. Jika seseorang melihat karamah, sesunggu-hnya setiap ia melihat keperkasaanniscaya ia melihat sang pemberi keperkasaan, dan setiap ia melihat ciptaan niscaya ia melihatpenciptanya.

    Hujjah ketujuh: Bangga terhadap diri dan sifat-sifatnya termasuk sifat-sifat iblis dan Fir'aun. Iblisberkata, Aku lebih baik daripada Adam (QS Al-A'raf [7]: 12) dan Fir'aun berkata, Bukankahkerajaan Mesir ini adalah kepunyaanku (QS Al-Zukhruf [43]: 51). Setiap orang yang mengakunabi atau tuhan secara dusta, maka ia tidak memiliki tujuan apa-apa, kecuali untuk menghias diri,memperkuat ketamakan dan kebanggaan diri. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. bersabda, "Adatiga hal yang merusak, yang terakhir adalah orang yang membanggakan diri."

    Hujjah kedelapan: Allah berfirman, Berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu

    dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur (QS Al-A'raf [7]: 144). Dansembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang diyakini (ajal) (QS Al-Hijr [15]: 99).Ketika Allah menganugerahkan karunia yang melimpah kepada kita, kita diperintah untukmenyibukkan diri dengan melayani Sang Pemberi, bukan malah bangga dengan karunia yangdiberikan-Nya itu.

    Hujjah kesembilan: Ketika Nabi Saw. disuruh oleh Allah untuk memilih antara menjadi raja yangnabi atau hamba yang nabi, beliau tidak memilih posisi raja, padahal tidak diragukan bahwaposisi raja yang meliputi daerah Timur dan Barat adalah kemuliaan, bahkan mukjizat. NamunNabi Saw. meninggalkan singgasana dan memilih penghambaan ('ubudiyah)kepada Allah.Sebab ketika menjadi seorang hamba, kebanggaannya diarahkan kepada tuannya. Tetapi ketikamenjadi raja, kebanggaannya diarahkan kepada budaknya. Ketika Nabi Saw. memilihpenghambaan, sudah tentu dia menjadikan sunnah sebagai peng-

    hormatan seperti yang diriwayatkan Ibnu Mas'ud, "Aku bersaksi bahwa Muhammmad Saw.adalah hamba dan utusan-Nya." Allah berfirman tentang mi'raj Nabi Saw., Maha suci Allah yangtelah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam. (QS Al-Isra' [17]: 1)

    Hujjah kesepuluh: Mencintai tuan itu tidak ada artinya, mencintai sesuatu demi tuan juga tidakada artinya. Barangsiapa mencintai, maka ia tidak akan senang dan gembira selain dengankekasihnya. Kesenangan dan kegembiraan dengan selain Allah menunjukkan bahwa ia tidakmencintai tuannya, tetapi ia hanya mencintai bagian dari nafsunya sendiri dan bagian dari nafsuhanya dituntut oleh nafsu. Orang seperti ini hanya mencintai dirinya sendiri. Sebenarnya ia tidakmencintai tuannya, ia hanya menjadikan tuannya sebagai sarana untuk memperoleh apa yang

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    14/107

    dicarinya. Berhala besar adalah nafsu, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya,Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (QS

    Al-Furqan [25]: 43). Manusia seperti ini adalah hamba berhala agung hingga para muhaqqiqinmengemukakan bahwa mudarat karena menyembah berhala tidak sebesar mudarat karenamenyembah nafsu, rasa takut karena menyembah berhala tidak sebesar rasa takut karenamerasa bangga dengan adanya karamah.

    Hujjah kesebelas: Allah berfirman, Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akanmemberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Danbarangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya (QS Al-Thalaq [65]: 2-3). Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa dan bertawakkalkepada Allah, maka tidak akan memperoleh apa-apa dari perbuatan dan keadaan mereka itu.

    Artikel ini adalah bagian dari buku Kisah Karomah Wali Allah karangan Syekh Yusuf bin Ismail anNabhani2.1.5 Apakah Seorang Wali Dapat Mengetahui Kewalian Dirinya

    Ustad Abu Bakar bin Faurak mengatakan bahwa seorang wali tidak mungkin mengetahui bahwadirinya adalah seorang wali. Sementara Ustad Abu 'Ali al-Daqaq dan Abu Qasim al-Qusyairi(muridnya) mengatakan bahwa hal itu mungkin. Alasan kedua pendapat yang berseberangan ini

    cukup banyak.

    Alasan pertama: Kalau seseorang mengetahui bahwa dirinya adalah wali, maka ia akan merasaaman, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itutidak merasa takut dan tidak bersedih hati (QS Yunus [10]: 62). Akan tetapi meraih keyakinanrasa aman itu tidak diperbolehkan, karena beberapa alasan:

    1) Allah berfirman, Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi(QS Al-A'raf [7]: 99). Putus asa juga tidak diperbolehkan, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir (QS Yusuf[12]: 87). Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yangsesat (QS Al-Hijr [15]: 56). Artinya, rasa aman hanya akan dirasakan oleh orang yangkeyakinannya lemah, keputusasaan hanya akan dirasakan oleh orang yang keyakinannya sedikit.

    Keyakinan yang lemah dan sedikit kepada hak-hak Allah adalah perbuatan kufur, maka orangyang merasa aman dari siksa Allah dan putus asa dari rahmat Allah adalah orang yang kafir.2) Ketaatan sebesar apa pun tetap lebih besar rasa terpaksa, jika rasa terpaksa ini mendominasi

    jiwa seseorang, maka tidak akan diperoleh rasa aman.3) Rasa aman akan menyebabkan hilangnya penghambaan kepada Allah. Hilangnya sikappengabdian dan penghambaan kepada Allah akan menimbulkan rasa permusuhan, sedangkanrasa aman menyebabkan hilangnya rasa takut.4) Allah menyifati orang-orang yang ikhlas dengan firman-Nya, Dan mereka berdoa kepada Kamidengan rasa berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami(QS Al-Anbiya' [21]: 90). Sebagian orang menafsirkan bahwa berdoa dengan rasa berharap disini adalah berdoa memohon pahala kepada Allah, sementara berdoa dengan rasa takut adalahtakut terhadap siksa Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat di atas bermakna berdoadengan mengharap karunia Allah dan berdoa dengan rasa takut terhadap siksa-Nya. Ada juga

    yang berpendapat bahwa ayat di atas menganjurkan berdoa dengan mengharap dapat berjumpadengan Allah, dan berdoa dengan rasa takut berpisah dari Allah. Adapun pendapat yang palingtepat adalah berdoa dengan mengharap kepada Allah dan rasa takut terhadap-Nya.

    Alasan kedua: Seorang wali tidak mengetahui bahwa dirinya wali, sebab ia menjadi wali karenaAllah mencintainya, bukan karena ia mencintai Allah, demikian juga sebaliknya seseorangmenjadi musuh Allah karena Allah memusuhinya bukan karena ia memusuhi Allah. Mencintai danmemusuhi Allah adalah dua rahasia yang tidak tampak pada diri seseorang. Ketaatan dankemaksiatan hamba tidak mempengaruhi seseorang untuk mencintai atau memusuhi Allah,karena ketaatan adalah sesuatu yang baru muncul kemudian, sedangkan sifat Allah itu kekal dan

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    15/107

    tidak terbatas. Sesuatu yang baru dan terbatas tidak dapat mengalahkan yang kekal dan takterbatas. Berdasarkan hal ini, terkadang seorang hamba bermaksiat kepada Allah saat ini,padahal sebelumnya ia mencintai-Nya, terkadang juga seorang hamba taat kepada-Nya saat inipadahal dulunya ia bermaksiat terhadap-Nya. Pada prinsipnya, mencintai dan memusuhi Allahadalah sifat, sedangkan sifat Allah tidak bisa dijelaskan alasannya. Barangsiapa mencintai Allahtanpa alasan, maka ia tidak akan menjadi musuh-Nya karena melakukan maksiat. Barangsiapamemusuhi Allah tanpa alasan, maka ia tidak akan menjadi pencinta Allah karena melakukanketaatan. Karena mencintai dan memusuhi Allah merupakan dua rahasia yang tidak bisa dilihat,maka Nabi Isa a.s. berkata. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sementara aku tidakmengetahui apa yang ada dalam diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yanggaib. (QS Al-Maidah [5]: 116)

    Alasan ketiga: Seorang wali tidak mungkin mengetahui bahwa dirinya wali karena hukum yangmenentukan bahwa seseorang termasuk wali, orang yang berpahala, dan penghuni surgatergantung pada akhir kehidupan, dalilnya adalah firman Allah yang menyatakan, Barangsiapamembawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya, dan barangsiapamembawa amal yang buruk maka dia ia hanya diberi balasan yang sepadan dengan amalburuknya (QS Al-Maidah [6]: 160). Firman Allah tersebut bukan berbunyi, Barangsiapamengerjakan kebaikan, maka baginya pahala sepuluh kali lipat sepadan dengan perbuatannyaitu. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pahala dari Allah tergantung pada akhir

    pelaksanaan, bukan pada awal perbuatan. Yang memperkuat pendapat ini adalah dalil yangmenyatakan bahwa apabila seseorang menghabiskan seluruh usianya dalam kekufuran, lalu diakhir hayatnya ia masuk Islam, maka ia termasuk golongan orang yang mendapatkan pahala,begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa yang penting adalah akhirnya bukan awalperbuatannya. Karena itu, Allah berfirman, Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, "Jika merekaberhenti dari kekufuran, niscaya Alah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu" (QS

    Al-Anfal [8]: 38). Jadi, ketetapan bahwa seseorang termasuk wali atau musuh Allah, orang yangmendapat pahala atau mendapat siksa terletak di akhir hidupnya. Dan telah jelas bahwa akhirkehidupan tidak diketahui oleh seorang pun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorangwali tidak bisa mengetahui bahwa dirinya wali.

    Adapun mereka yang menyatakan bahwa seorang wali terkadang bisa mengetahuikedudukannya sebagai wali, berpegang pada kesahihan pendapat mereka yang menyatakanbahwa kewalian terdiri dari beberapa unsur:

    Secara lahiriah, ia tunduk dan patuh kepada syariat.Secara batiniah, ia tenggelam dalam cahaya hakikat.

    Apabila seseorang telah mencapai dua unsur ini dan orang-orang mengetahui manifestasi daridua unsur di atas, maka eksistensi kewaliannya bisa diketahui. Kepatuhan kepada syariat secaralahir terlihat dari tindakan lahir, sementara tenggelamnya batin dalam cahaya hakikat berupakesenangan menaati Allah dan mengingat-Nya, tiada sesuatu pun dalam dirinya selain Allah.

    Banyak kesalahan yang samar dalam pembahasan tentang apakah wali mengetahuikedudukannya sebagai wali atau tidak, penetapannya sulit, pengalamannya membahayakan,kepastiannya adalah tipuan, dan di depan jalan menuju alam ketuhanan ada tabir-tabir yangterkadang berupa api dan terkadang berupa cahaya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui

    hakikat dari rahasia-rahasia.Sayyid 'Abdul Ghani al-Nabulusi dalam Syarh al-Thariqah al-Muhammadiyyah mengutippenuturan Imam Barkawi yang menyatakan bahwa karamah wali itu benar-benar ada. Karamahadalah munculnya hal-hal luar biasa yang tidak dibarengi niat untuk menampakkannya, yangmuncul di tangan seorang hamba untuk menampakkan kemaslahatan, dipakai untuk menetapkanittiba'nya (ketaatannya) kepada Nabi Saw., didukung oleh keyakinan yang benar dan amal saleh.

    Adapun kejadian luar biasa yang tidak dibarengi niat untuk memperlihatkannya seperti halnyamukjizat, yang muncul di tangan orang yang secara lahiriah dinilai baik, disebut sebagaima'unah. Ma'unah adalah kejadian luar biasa di tangan orang-orang muslim awam untuk

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    16/107

    melepaskan diri dari berbagai cobaan dan hal-hal yang tidak disukai, disertai keyakinan yangbenar dan amal saleh, dijauhkan dari istidraj, dan dengan mengikuti Nabi Saw. Nabimemperlihatkan kejadian luar biasa untuk mengokohkan kebohongan para pendusta, sepertimeludahnya Musailamah ke dalam sumur air tawar agar airnya terasa manis, tetapi yang terjadi

    justru airnya asin dan pahit.

    Al-Laqani menyatakan bahwa karamah diperuntukkan bagi para wali, baik yang masih hidupmaupun yang telah wafat. Karena kewalian seorang wali tidak terlepas meskipun ia wafat.Seperti Nabi yang tidak lepas dari status kenabiannya. Wali adalah orang yang 'arif, mengetahui

    Allah dan sifat-sifat-Nya, senantiasa taat, menjauhi maksiat, dan bersungguh-sungguh menahandiri dari kenikmatan dan hawa nafsu. Al-Sa'di mengungkapkan dalam kitab Syarh al-'Aqaidbahwa dengan mengekang hawa nafsu, keinginan untuk bersenang-senang dan mengumbarhawa nafsu akan hilang, hanya saja seorang wali tidak diboleh mencegah diri dari melakukanhal-hal yang dimudahkan dan dihalalkan baginya.

    Karamah para wali adalah kebenaran yang ditegaskan dalam nash Al-Qur'an, di antaranya dalamkisah Maryam, Setiap Zakaria masuk ke mihrab untuk menemui Maryam, ia mendapati makanandi sisi Maryam. Zakaria bertanya, "Hai Maryam, dari mana engkau memperoleh semua makananini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari Allah" (QS Ali 'Imran [3]: 37). Maryam berada dalamasuhan Zakaria a.s., dan tak seorang pun pernah masuk ke dalam mihrab Maryam, selain

    Zakaria. Bila Zakaria keluar dari sana, tertutuplah tujuh pintu mihrab tersebut. Setiap Zakariamasuk ke mihrab Maryam, ia menemukan buah-buahan musim dingin pada musim panas, danmenemukan buah-buahan musim panas ketika cuaca dingin. Zakaria merasa heran danmenanyai Maryam. Maryam menjawab bahwa semua itu adalah rezeki dari Allah, Dialah Pemberirezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari jalan yang tidak disangka-sangka.

    Kisah lain dalam Al-Qur'an yang menegaskan adanya karamah adalah kisah tentang ashabulkahfi yang tinggal dalam gua selama bertahun-tahun tanpa makan dan minum dan kisah tentang

    Asif bin Barkhiya yang mampu menghadirkan singgasana Ratu Bilqis sebelum Nabi Sulaimanmengedipkan matanya. Karamah para sahabat, tabi'in (generasi setelah sahabat), dan orang-orang saleh sesudahnya diriwayatkan secara mutawatir dalam hal makna atau inti ceritanyawalaupun perinciannya disampaikan secara ahad.

    Dalam kitabnya, Syarh Maqasid al-Maqasid, Al-Dulji berkata, "Orang-orang yang mengingkarikaramah bukan termasuk ahli bid'ah. Anehnya, meskipun mereka belum pernah meyaksikanlangsung karamah para wali dan belum pernah mendengarnya secara langsung dari parapemimpin mereka padahal mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah dan menjauhikemaksiatan, tetapi mereka mencaci maki wali-wali Allah sebagai pemilik karamah dan menyakitihati mereka, karena mereka tidak mengerti bahwa karamah didasarkan pada akidah yang jernih,

    jiwa yang bersih, jalan dan hakikat pilihan. Bahkan sangat mengherankan pendapat sebagian ahlifikih pengikut Sunnah yang diriwayatkan Ibrahim bin Adham r.a. di Basrah dan Mekah pada haritarwiyyah (lempar jumrah), yang menyatakan bahwa orang yang meyakini hal-hal tersebut adalahkafir. Pendapat yang moderat diungkapkan oleh Al-Nasafi ketika ia ditanya tentang suatu beritayang menyatakan bahwa Ka'bah selalu dikunjungi oleh salah seorang wali, betulkah kabar itu? Iamenjawab, 'Itu melanggar kebiasaan para wali yang menempuh jalan karamah, tetapi mungkinsaja bagi orang yang mengikuti Sunnah Nabi Saw. yang biasa menempuh jarak jauh dalam

    waktu singkat.' Hal-hal tersebut dimasukkan oleh para ahli fikih pengikut Hanafi dan Syafi'i kedalam pembahasan masalah-masalah syariat."

    Ibnu Hajar al-Haitami al-Syafi'i menjelaskan dalam kitab Al-Fatawa bahwa jika seorang musafirtiba di suatu negeri saat matahari telah terbenam, lalu ia melaksanakan shalat Maghrib di sana,kemudian ia sampai di tempat pemberhentian lain yang di sana matahari belum terbenam,padahal ia telah melakukan shalat magrib di negeri pertama, maka ia tidak wajib mengulangshalatnya. Munculnya makanan, minuman, dan pakaian secara gaib ketika dibutuhkan sepertiyang terjadi pada para wali, kemampuan terbang di udara seperti dikutip dari Ja'far bin Abi Thalibdan Luqman al-Sarkhasi, kemampuan berjalan di atas air, berbicara dengan benda mati dan

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    17/107

    binatang seperti binatang ternak dan burung dan lain-lain adalah sebagian dari kejadian-kejadianluar biasa yang terjadi pada para wali. Semua itu adalah penghormatan dari Allah untuk mereka,dan merupakan mukjizat bagi Rasul-Nya, meskipun beliau sudah wafat. Dalam hal ini, munculnyamukjizat tidak harus ketika Rasul masih hidup, tetapi juga bisa terjadi setelah beliau wafat.Demikian pula karamah bisa terjadi setelah sang wali wafat, seperti telah dijelaskan pada akhirpenjelasan Sayyid 'Abdul Ghani al-Nablusi dalam Syarh al-Thariqah al-Muhammadiyyah.

    Dalam kitabnya Nasyrul Mahasin al-Ghaliyyah, Imam Yafi'i mengutip pendapat tokoh-tokoh umatahlus sunnah wa al-jama'ah dan para syaikh tentang kemungkinan terjadinya sesuatu di luar adatyang muncul dari karamah para wali. Di antara ulama-ulama tersebut adalah Imam Haramain,

    Abu Bakar al-Baqillani, Abu Bakar bin Fauraq, Hujjatul Islam Al-Ghazali, Fahruddin al-Razi,Nashiruddin al-Baidhawi, Muhammad bin 'Abdul Malik al-Salma, Nashiruddin al-Thusi, Hafiduddinal-Nasafi, dan Abu Qasim al-Qusyairi. Setelah mengutip pendapat mereka, Al-Yafi'i berkata,"Mereka adalah sepuluh imam yang sebagiannya menyusun kitab-kitab dan memilikipembicaraan tentang agama yang bisa dijadikan pegangan dalam bidang akidah ahlus sunnahwa al-jama'ah. Tidak perlu menyebut lebih banyak lagi, karena menyebut sepuluh saja sudahdianggap cukup. Mereka sepakat bahwa perbedaan antara karamah dan mukjizat adalah padatingkat kenabian semata, dan tidak satu pun dari mereka yang mensyaratkan bahwa jenis dankeagungan karamah tergantung kepada mukjizat."

    Imam Abu Qasim al-Qusyairi mengungkapkan dalam Al-Risalah karyanya bahwa kemunculankaramah pada para wali mungkin terjadi karena bisa dipahami secara rasional, lagi pulakemunculannya tidak melenyapkan asal-usul karamah, tetapi justru menunjukkan sifat-sifat AllahYang Maha Kuasa. Jika keberadaan karamah sangat tergantung kepada Allah, maka tidak adasatu pun hal yang dapat merintangi keberadaannya. Kemunculan karamah merupakan tandakejujuran orang yang memilikinya. Orang yang tidak jujur tidak mungkin mampu memunculkankaramah. Dalilnya adalah bahwa ilmu ma'rifat yang diberikan Allah kepada manusia sehingga iabisa membedakan antara orang yang jujur dengan orang yang batil ketika meniti jalan yangditempuhnya adalah persoalan yang abstrak. Hal-hal itu tidak akan terjadi kecuali pada para walisecara khusus, tidak pada orang yang hanya berpura-pura mengaku wali. Inilah persoalankaramah yang sedang kita bicarakan. Karamah pasti merupakan sesuatu yang bertentangandengan adat kebiasaan dan menjelaskan sifat kewalian untuk menyatakan kebenarankeadaannya.

    Banyak ulama membahas perbedaan antara karamah dan mukjizat, salah satunya adalah ImamAbu Ishaq al-Asfaraini yang menyatakan bahwa mukjizat adalah tanda-tanda kebenaran paranabi dan dalil kenabian yang hanya ada pada nabi, sedangkan wali memiliki karamah sepertiterkabulnya doa, tetapi mereka tidak memiliki mukjizat sepertiyang dimiliki para nabi.

    Imam Abu Bakar bin Faurak R.A. menyatakan bahwa mukjizat adalah tanda-tanda kebenaran.Jika pemilik mukjizat mengaku sebagai nabi maka mukjizatnya itu menunjukkan kebenaranpengakuannya. Jika pemilik mukjizat mengaku sebagai wali, maka mukjizatnya itu menunjukkankebenaran pengakuannya, tetapi hal itu disebut karamah, bukan mukjizat, meskipun serupadengan mukjizat, tetapi memiliki perbedaan yang nyata.

    Al-Qusyairi mengemukakan pendapat orang yang paling ahli dalam bidang mukjizat padamasanya yaitu Al-Qadhi Abu Bakar al-Asy'ari r.a. yang menyatakan, "Mukjizat dikhususkan bagipara nabi, sedangkan karamah untuk para wali. Para wali tidak memiliki mukjizat, karena diantara syarat-syarat mukjizat adalah jika kejadian-kejadian luar biasa itu dibarengi denganpengakuan kenabian. Kejadian luar biasa tidak disebut mukjizat hanya karena bentuknya saja,tetapi disebut mukjizat karena adanya banyak syarat yang dipenuhinya, jika ada satu saja syaratyang tidak terpenuhi, maka itu bukan mukjizat. Satu dari beberapa syarat mukjizat adalahpengakuan kenabian, sedangkan wali tidak menyatakan pengakuan kenabian, jadi yang munculdarinya bukanlah mukjizat."

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    18/107

    Al-Qusyairi menegaskan, "Pendapat inilah yang kami pegang dan ungkapkan, bahkan kamimeminjamnya. Semua syarat mukjizat atau sebagian besarnya ada dalam karamah, kecualisyarat pengakuan kenabian saja."

    Al-Qusyairi mengungkapkan bahwa karamah adalah peristiwa yang mungkin terjadi, karena tidakada sesuatu yang dahulu khusus ada pada seseorang, bertentangan dengan kebiasaan dantampak pada masa taklif, muncul pada hamba sebagai bentuk pengkhususan dan pengutamaan,kadang sebagai hasil dari ikhtiar dan doanya, namun kadang bukan karena ikhtiar. Wali tidakdiperintah untuk memohon karamah bagi dirinya.

    Al-Qusyairi berkata, "Tidak setiap karamah yang dimiliki seorang wali wajib dimiliki oleh seluruhwali, bahkan meskipun seorang wali tidak memiliki karamah secara lahiriah di dunia, hal tersebuttidak mempengaruhi kedudukannya sebagai wali. Berbeda dengan para nabi yang harus memilikimukjizat, karena mereka diutus kepada manusia yang harus mengetahui kebenarannya, dantidak ada jalan lain kecuali dengan mukjizat. Sebaliknya kedudukan sebagai wali tidak harusdiketahui oleh orang lain."

    Masih menurut Al-Qusyairi, sesungguhnya seorang wali tidak merasa senang dengan karamahyang muncul pada dirinya tidak juga memiliki perhatian yang besar kepadanya. Ketika munculkaramah padanya, keyakinannya semakin kuat dan mata hatinya semakin tajam untuk

    menegaskan bahwa karamah adalah perbuatan Allah, yang dengannya mereka memperolehbukti kebenaran akidah yang diyakininya. Singkatnya kemunculan karamah pada para waliadalah wajib, begitu juga menurut kebanyakan ahli ma'rifat. Dan karena banyaknya riwayatmutawatir tentang eksistensi karamah, baik berupa khabar maupun hikayat, maka keyakinan danpengetahuan tentang adanya karamah pada para wali tidak diragukan lagi. Barangsiapa bersikapmoderat terhadap masalah karamah, didukung dengan hikayat dan khabar mutawatir, maka iatidak akan meragukan karamah.

    Al-Qusyairi kemudian mengemukakan bahwa di antara dalil-dalil dari pendapat di atas adalahnash Al-Qur'an tentang sahabat Nabi Sulaiman yang berkata, "Aku akan datang kepadamudengan membawa singgasana (Balqis) kepadamu sebelum matamu berkedip" (QS Al-Naml[27]:40), padahal ia bukan seorang nabi. Juga riwayat tentang Umar bin Khattab R.A. yang tiba-tibaberkata, "Hai para kabilah di atas gunung!" padahal ia sedang menyampaikan khutbah Jumat,

    suara Umar didengar oleh pasukan Islam yang berada di gunung, sehingga mereka selamat daritempat persembunyian musuh di gunung saat itu.

    Bagaimana mungkin diperbolehkan melebihkan karamah para wali di atas mukjizat para nabi,dan bolehkah mengutamakan para wali di atas para nabi? Menurut Al-Qusyairi, karamah parawali terkait dengan mukjizat Nabi Muhammad Saw., karena setiap orang yang tidak jujur dansungguh-sungguh dalam Islamnya maka ia tidak akan mampu memunculkan karamah. Setiapnabi yang memunculkan karamahnya kepada salah seorang umatnya, maka karamah itutermasuk mukjizatnya. Jika seorang rasul tidak mempercayai umatnya, maka tidak akan munculkaramah pada umatnya. Adapun tingkatan para wali tidak akan menyamai tingkatan para nabiberdasarkan dalil ijma' (kesepakatan ulama). Mengenai hal tersebut, Al-Qusyairi menjelaskanbahwa karamah terkadang berupa terkabulnya doa, munculnya makanan ketika dibutuhkantanpa sebab yang jelas, ditemukannya air ketika haus, kemudahan menempuh jarak dalam waktu

    sekejap, terbebas dari musuh, mendengar percakapan tanpa rupa, dan hal-hal lain yangbertentangan dengan kebiasaan.Al-Qusyairi menyatakan bahwa pada masa sekarang ini banyak kemampuan wali yang tampak,padahal seorang wali tidak diperkenankan untuk memperlihatkan karamahnya, baik karenaterpaksa atau sedikit keterpaksaan. Di antara karamah adalah dilahirkannya seorang manusiatanpa ayah dan ibu dan mengubah benda mati, binatangternak, atau hewan-hewan lain.

    Al-Qusyairi mengungkapkan,

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    19/107

    "Wali adalah orang yang senantiasa menjaga ketaatan. Barangsiapa mencintai Allah Swt, makaDia akan menjaga dan melindunginya. Allah tidak akan membiarkannya berbuat maksiat. Diaakan melanggengkan pertolongan-Nya kepada orang yang taat, sebagaimana dinyatakan dalamfirman-Nya," Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh "(QS Al-A'raf [7]: 196). Para wali bukanorang yang ma'shum (terjaga dari kesalahan dan dosa) seperti para nabi, tetapi orang yangterjaga, sehingga tidak terus menerus berada dalam dosa."

    Sahal bin 'Abdullah berkata, "Siapa yang zuhud terhadap dunia selama 40 hari dengan ketulusandan kejujuran dari lubuk hatinya, maka muncullah karamah padanya. Bila tidak muncul karamah,berarti zuhudnya tidak benar." Lalu ada yang bertanya kepada Sahal, "Bagaimana cara karamahtampak padanya?" Sahal menjawab, "Dengan memperoleh segala yang diinginkannya."Karamah paling agung yang dimiliki para wali adalah langgengnya ketaatan dan terjaga darikemaksiatan dan pelanggaran. Demikianlah pendapat Al-Qusyairi tentang karamah.

    Syaikhul Akbar Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi r.a. mengemukakan dalam kitabnya Mawaqi' al-Nujum wa Mathali' Ahl al-Asrar wa al-'Ulum bahwa Nabi Isa A.S. memperoleh kedudukan yangmulia dan penglihatan yang agung berupa kemampuan menghidupkan orang mati danmenyembuhkan orang buta dan orang sakit lepra dengan izin Allah. Demikian juga Ibrahim A.S.mampu menghidupkan burung-burung; mengumpulkan bagian-bagian burung yang telahterpotong-potong menjadi beberapa bagian, kemudian mencampur daging-dagingnya. Ibrahim

    memanggil potongan-potongan burung, dan burung-burung tersebut segera datang kepadanya,semua terjadi dengan seizin Allah. Bukan hal yang bertentangan dengan akal ketika Allahmemuliakan seorang wali dengan memberinya karamah dan menampakkan karamah ditangannya. Setiap karamah akan diperoleh wali atau akan ditunjukkan melalui tangannya.Kemuliaan karamah merujuk kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan mengikuti Rasulullah dantetap menaati batas-batas yang ditetapkan olehnya maka karamah adalah hal yang benar. Dalampersoalan ini, para ulama berbeda pendapat, ada yang berpendapat bahwa mukjizat Nabi SAW.adalah karamah bagi wali, ada juga yang menolak pendapat ini, ada juga yang berpendapatbahwa wali memiliki karamah yang bukan merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw.

    Tokoh-tokoh sufi tidak menafikan karamah karena mereka melihatnya ada pada diri merekasendiri dan rekan-rekan mereka, karena mereka adalah orang yang mencapai tingkatan kasyfdan dzauq. Jika kami mengungkapkan karamah-karamah yang kami saksikan dan cerita-cerita

    dari orang-orang tsiqah (tepercaya) tentang karamah, pasti orang yang mendengarnya akanmendustakannya, bahkan mungkin mencelanya. Hal itu dikarenakan kurangnya pemahamanmereka terhadap diri orang yang menampakkan karamah melalui tangannya, karena kepribadiandan sikap mereka yang memandang rendah terhadapnya. Kalau saja ia menyempurnakanpandangannya terhadap orang yang mampu dan dipilih oleh Allah untuk menunjukkan karamah,tentu kebingungan dan sikap mereka yang mendustakannya tidak akan muncul.

    Ibnu 'Arabi menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh pernah bertemu seorang sufi pada masanyayang berkata, "Seandainya aku melihat kejadian luar biasa muncul dari tangan seseorang,niscaya aku akan menganggap peristiwa tersebut dusta menurut logikaku, tetapi jika memangperistiwa itu benar-benar terjadi dan menurutku itu mungkin maka sesungguhnya jika Allahmenghendaki terjadinya sesuatu yang luar biasa di tangan seseorang, pastilah akan terjadi."Ibnu'Arabi mengomentari orang itu, "Lihatlah! Alangkah tebal penghalang ini, begitu ingkar dan

    bodohnya ia. Semoga Allah menjaga tangan-tangan kita dan tangannya serta cahaya matahatinya."

    Imam Tajuddin al-Subki dalam kitab Thabaqatnya berbicara panjang lebar tentang ketetapanadanya karamah para wali dan menyatakan kepalsuan argumentasi para penentang karamah.Setelah menjelaskan beberapa karamah sahabat Nabi SAW., ia berkata, "Peristiwa-peristiwa luarbiasa yang muncul dari tangan para sahabat yang telah kami ceritakan akan diterima orang yangmemiliki bashirah(penglihatan mata hati). Kami akan mengemukakan dalil-dalil khusus untukmematahkan kekacauan pandangan para penentang karamah dan menangkis argumen mereka.Menurut kami, ada beberapa macam dalil tentang penetapan karamah:

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    20/107

    Cerita yang tersebar dan terdengar yang tidak diingkari, kecuali oleh orang bodoh dan orangyang menolak karamah para ulama dan orang saleh, seperti keberanian 'Ali dan kedermawananHatim. Mengingkari karamah itu lebih besar tingkat kedurhakaannya, karena karamah lebihdikenal dan lebih nyata, dan hanya orang yang hatinya tertutup yang menentang adanyakaramah.

    Kisah Maryam yang hamil tanpa suami, tersedianya kurma segar dari batang kurma keringuntuknya, dan adanya makanan yang bukan musimnya di sisi Maryam tanpa sebab.Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, "Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam dimihrab, ia menemukan makanan di sisinya. Zakaria bertanya, "Hai Maryam, dari mana kamumemperoleh makanan ini?" Maryam menjawab, "Semua ini dari Allah" "(QS Ali 'Imran [31:37),padahal Maryam bukan seorang nabi.

    Kisah ashabul kahfi (penghuni gua) yang tertidur dalam sebuah gua selama 300 tahun lebihtanpa terkena penyakit dan tetap kuat seperti sediakala meski tanpa makan dan minum. Hal itutermasuk menyalahi kebiasaan manusia. Mereka bukan nabi, jadi semua yang mereka alamibukanlah mukjizat, melainkan karamah.

    Kisah Asif bin Barkhiya dengan Sulaiman a.s. ketika memboyong singgasana Ratu Bilqissebelum Sulaiman mengedipkan matanya. Kebanyakan mufassir berpendapat bahwa yangdimaksud dengan Asif dalam kisah tersebut adalah orang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab. Kamitelah memengemukakan kisah-kisah tentang karamah beberapa sahabat dan orang-orang

    sesudah mereka yang disampaikan secara mutawatir. Kalau saja ada seseorang yang maumencurahkan segala daya untuk meneliti kisah-kisah tersebut, tentu akan diperoleh data yangberlimpah. Sejak dulu sampai sekarang selalu ada orang-orang seperti itu, bahkan kamimengambil kesimpulan dari kisah-kisah yang ada pada mereka. Pada masa mereka, orang-orangyang cendekia hanya sedikit sedangkan orang-orang yang menyimpang sangat banyak. Merekamempercayai karamah orang-orang yang saleh dan meriwayatkan kisah-kisah tentang haltersebut dari Bani Israil dan orang-orang sesudah mereka, dan para sahabat termasuk orangyang bercerita tentang kisah-kisah seperti ini secara panjang lebar.

    Allah menganugerahkan ilmu-ilmu para ulama dan wali, sehingga mereka mampu menyusunbanyak kitab yang tidak mungkin mampu disusun oleh orang selain mereka dalam waktusepanjang usia pengarangnya, mampu menjelaskan hal-hal di luar kebiasaan, menemukan halyang menggembirakan orang yang memiliki kecerdasan, mengambil banyak makna dari Al-

    Quran dan hadis yang dapat diterapkan dalam kehidupan dunia, menegakkan kebenaran danmenumpas kebatilan, bersabar dalam mujahadah (berjihad) dan riyadhah (melakukan olahspiritual), menyerukan kebenaran dan sabar terhadap berbagai penderitaan, mengekang diri darikenikmatan duniawi dengan kesadaran total, tekun mencintai ilmu dan gigih untukmemperolehnya. Jika seseorang merenungkan anugerah Allah yang diberikan kepada paraulama dan wali di atas, maka ia akan mengetahui bahwa yang diberikan kepada mereka lebihbesar daripada yang diberikan kepada sebagian hambanya, seperti munculnya roti di tanah yanggersang dan air di padang sahara yang tandus dan sejenisnya yang dapat dianggap sebagaikaramah.

    Dalam pembahasan ke-29 tentang al-Yawaqit wa al- Jawahir, Imam Al-Sya'rani r.a. berkata,"Ketahuilah, mayoritas ulama berpendapat bahwa mukjizat seorang nabi bisa menjadi karamahbagi wali. Berbeda dengan kaum Mu'tazilah dan Syaikh Abu Ishaq al-Isfiraini yang berpendapat

    bahwa mukjizat seorang nabi tidak mungkin menjadi karamah bagi wali. Karamah bisa berupaterkabulnya doa atau munculnya air di padang sahara yang biasanya tidak ada air, dan beberapaperistiwa luar biasa lainnya. Pada bab ke-187 dalam kitab Al-Futuhat, Syaikh Muhyiddin Ibnu'Arabi berkata, "Pendapat Abu Ishaq al-Isfaraini benar, hanya saja saya mensyaratkan satusyarat lain yang tidak disebutkan olehnya. Menurut saya, mukjizat tidak mungkin menjadikaramah bagi wali, kecuali sang wali melakukan perbuatan luar biasa untuk menegaskankebenaran nabinya, bukan demi karamah itu sendiri. Hal tersebut tidaklah dilarang seperti yangterkenal di kalangan para wali, kecuali jika ketika karamah muncul, sang nabi melarangnya padawaktu tertentu atau selama hidupnya. Oleh karena itu, diperkenankan melakukan karamah bagiselain rasul sesudah zamannya berakhir. Namun, bila nabi tersebut membiarkannya melakukan

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    21/107

    karamah dan tidak memberi batasan, maka apa yang diucapkan oleh Abu Ishaq tidak bisadirealisasikan."

    Syaikh Muhammad bin 'Ali al-Mahalli dalam Syarh Taiyati al-Imam al-Subki menyenandungkansyair mengomentari perkataan penulis; "Setiap waktu kalau kamu memperhatikan orang yangakalnya mencapai puncak menyaksikan munculnya mukjizat yang baru."

    Syihabuddin al-Suhrawardi mengatakan, "Para wali terkadang memiliki berbagai macamkaramah, seperti mendengar suara tanpa rupa di awang-awang, panggilan batin, melipat bumi,dan mengetahui sebagian peristiwa sebelum terjadinya karena berkah mengikuti RasulullahSAW. Karamah wali adalah penyempurnaan mukjizat para nabi." Artinya, setiap wali yangmemiliki karamah sesudah nabinya, maka karamah tersebut merupakan kesempurnaan bagimukjizat nabinya. Jadi, karamah milik orang-orang yang saleh dalam umat ini adalahpenyempurnaan bagi mukjizat Nabi Muhammad SAW. Adanya para wali di bumi ini termasukdalam mukjizat nabi yang terus menerus, karena dengan adanya mereka kebutuhan para hambaterpenuhi, dengan berkah mereka bencana yang akan menimpa suatu negeri tertolak, dengandoa mereka turunlah rahmat, dan dengan adanya mereka hilanglah siksa.

    Hikmah banyaknya karamah para wali di kalangan umat Muhammad adalah menunjukkankepemimpinan Nabi Saw. atas keseluruhan nabi, dengan melimpahnya mukjizat pada masa

    hidup dan sesudah wafatnya. Dan karena Nabi Saw. adalah penutup para nabi dan kekasihTuhan Penguasa alam serta karena kelanggengan agama yang diembannya hingga akhir masa,maka kebutuhan akan sebab-sebab yang membenar-kan Nabi juga terus berlangsung. Di antarasebab-sebabnya yang paling kuat adalah adanya karamah-karamah di kalangan umatnya, yangpada hakikatnya serupa dengan mukjizat Nabi Saw., yang memperkuat eksistensi Al-Qur'ansebagai induk mukjizat, kumpulan ayat-ayat penjelasan, firman Allah yang qadim, peringatan-Nyayang bijak, yang tidak didatangkan oleh-Nya kebatilan dari hadapan dan belakangnya, yangditurunkan oleh Sang Maha Bijak lagi Maha terpuji, dan penguat hadis Nabi Saw. tentang tanda-tanda terjadinya kiamat dan lain-lain secara berangsur-angsur. Dengan adanya karamah, seolah-olah Nabi SAW. berada di tengah-tengah umatnya, menyaksikan mukjizatnya sesudah beliauwafat sebagaimana umatnya menyaksikan mukjizat Nabi ketika beliau masih hidup. Allahberfirman, "Supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya" (QS Al-Muddatsir [74]: 31).

    Allah akan memberi petunjuk menuju agama-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya,

    termasuk kepada orang-orang yang sebelumnya tidak beriman.

    Banyaknya karamah diketahui dari banyaknya wali dari kalangan umat Nabi SAW. yang munculdi setiap masa, seperti yang dijelaskan oleh Muhyiddin Ibnu 'Arabi dan yang lainnya berdasarkanhadis yang menjelaskan tentang hal itu juga berdasarkan pengetahuan sahih yang menyatakanbahwa para nabi berjumlah 124.000. Tidak diragukan lagi bahwa dari tangan mereka munculsangat banyak karamah, dan seluruh karamah itu merupakan mukjizat bagi Nabi SAW. Jadi,mukjizat Nabi SAW. itu berlipat ganda, tidak berbilang, dan tidak berbatas. Hikmah banyaknyakaramah dan keberlangsungannya sebagaimana yang telah kami kemukakan adalah penyebabmunculnya karamah di tangan para sahabat lebih sedikit ketimbang di tangan para wali, karenatetapnya kebenaran agama disebabkan oleh bertambahnya iman orang-orang mukmin danhidayah untuk orang-orang yang belum beriman. Pada masa sahabat, muncul begitu banyakmukjizat Nabi Saw. yang bisa disaksikan setiap saat dalam beraneka ragam jenisnya. Meskipun

    karamah para sahabat juga dianggap sebagai mukjizat Nabi SAW., seperti halnya seluruhkaramah para wali, hanya saja kebutuhan ter hadap karamah para sahabat lebih kecil dibandingkebutuhan terhadap karamah para wali.

    Al-Taj al-Subki juga menjelaskan dalam kitab Al-Tabaqat, bahwa meskipun jumlah sahabatbanyak, karamah mereka lebih sedikit dibandingkan dengan karamah para wali lainnya. MenurutImam Ahmad bin Hanbal R.A. hal itu dikarenakan para sahabat memiliki iman yang kuatsehingga tidak membutuhkan tambahan untuk memperkuat iman, sedangkan orang-orang selainmereka imannya lemah, sehingga memerlukan penguat iman dengan menampakkan karamah.

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    22/107

    Syaikh Suhrawardi r.a. berpendapat senada dengan mengemukakan dua sebab karamah parasahabat lebih sedikit daripada akramah para wali. Pertama, munculnya peristiwa-peristiwa luarbiasa pada para wali akan menghilangkan lemahnya keyakinan mereka, sebagai rahmat Allahuntuk hamba-hamba-Nya dan sebagai pahala yang disegerakan, sedangkan para sahabat yangkedudukannya di atas para wali tidak mempunyai hijab (tabir) yang menutupi hati mereka,sehingga mereka tidak memerlukan munculnya kejadian-kejadian luar biasa. Kedua, barangkalipara sahabat tidak memerlukan munculnya kejadian-kejadian luar biasa karena merasa cukupdengan jumlah mereka yang banyak, merasa puas dengan memandang Nabi Muhammad SAW.,dan senantiasa menempuh jalan istiqamah yang merupakan karamah terbesar. Meskipun duniadibukakan di tangan mereka, mereka tidak meliriknya, tidak mendekatinya, dan tidakmemintanya, sehingga Allah meridhai mereka. Kenikmatan duniawi yang ada di tangan merekaberlipat-lipat banyaknya daripada yang ada di tangan kita, tetapi penolakan mereka terhadapnyabegitu besar dan ini merupakan karamah terbesar bagi mereka. Mereka hanya ingin meninggikanagama Allah dan berada di dekat-Nya Yang Maha Agung dan Maha Tinggi.

    Imam Qusyairi mengemukakan bahwa tidak tampaknya karamah seorang wali di dunia tidakmempengaruhi eksistensinya sebagai wali. Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari menjelaskan dalamsyaraknya bahwa terkadang wali yang tidak ditampakkan karamahnya oleh Allah lebih utamadaripada wali yang ditampakkan karamahnya. Sebab keutamaan terletak pada bertambahnyakeyakinan bukan pada tampaknya karamah. Begitu juga Imam Yafi'i berpendapat senada bahwa

    wali yang memiliki karamah tidak mesti lebih utama daripada wali yang tidak memiliki karamah,bahkan terkadang wali yang tidak memiliki karamah lebih utama daripada yang memilikikaramah.

    Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi menjelaskan dalam Mawaqi' al-Nujum, setelah menceritakansejumlah karamah seperti kemampuan berjalan di atas air, berjalan di udara, dan lain-lain,"Semua wali yang sudah saya jelaskan adalah orang-orang yang memiliki maqam-maqampemimpin kebajikan, orang-orang takwa nan terpilih, rijalullah dan para walinya, pusat masa danwali-wali badai al-abda. Adapun permata merah, obat mukjizat yang mujarab, perbuatan yangbersih dari kekurangan, penguasa seluruh sifat, yang bebas dari segala malapetaka merupakanpengantin yang penglihatannya tersembunyi dalam tirai perlindungan, dalam kegaiban, dannaungan kebajikan makhluk, tidak mengenal dan dikenal, tersingkap dan tersembunyi, yangditemukan dalam pertokoan dalam keadaan berbaring di tempat yang didiami anjing, atau badut

    yang dilempar dengan batu, tidak dipedulikan dan tidak dipandang orang, dan tertutup dari yanglain. Saya tidak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wali-wali yang terpilih dalam kondisiseperti permata yang ada pada masanya dan dalam wujud seperti mukjizat adalah wali-wali yangtidak memiliki karamah sama sekali. Memang, karamah adalah waktu baginya, bukan terhadappersoalannya. Adapun kelanjutannya tiada jalan, hanya berupa rahasia yang samar."

    Al-Qusyairi r.a. menjelaskan bahwa para wali golongan ini meskipun memiliki kemampuan yangsangat besar, hanya sedikit yang memperlihatkan karamah. Mereka tersembunyi dari manusia,kedudukan mereka tak dikenal dan tertutup. Dari sini diketahui bahwa seorang wali yang memilikikaramah lebih banyak daripada wali lainnya belum tentu memiliki keutamaan yang lebih. Begitu

    juga sebagian wali yang tidak memperlihatkan karamah belum tentu tidak lebih utama daripadawali yang memperlihatkan karamah. Mereka adalah pemilik keutamaan yang selalu memeliharaderajat kewalian, jika tidak mengapa Allah Swt. memuliakan mereka dengan karamah dan

    menganugerahi mereka kemampuan melakukan hal-hal luar biasa. Para da'i palsu terkadangmemanipulasi masyarakat dengan memakai jubah sufi dan mengaku sebagai ahli petunjuk,padahal pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang bodoh, suka berbuat kerusakan, danmelanggar batas jalan petunjuk. Mereka khawatir jika mereka tidak memperlihatkan karamah,maka orang-orang tidak mempercayai derajat kewalian mereka. Mereka merasa lebih agungdaripada para pemilik karamah sejati dan meremehkan kejadian-kejadian luar biasa yang munculmelalui tangan wali-wali Allah. Semua itu dilakukan untuk menipu masyarakat dan membuatmereka kagum. Sesungguhnya mereka termasuk orang yang paling buruk dan maksiat, danorang-orang awam yang bodoh yang menampakkan beragam kefasikan secara terang-terangan

    jauh lebih baik daripada mereka.

  • 7/30/2019 Kisa Wali Dan Karomah

    23/107

    Penulis akan mengutip ucapan Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi yang memuat penjelasan hakikiberdasarkan kebenaran. Dalam bab 185 tentang mengetahui maqam wali yang tidakmemperlihatkan karamah, ia menyatakan:

    "Tidak memperlihatkan karamah bukanlah petunjuk ketidakwalian seseorangDengarkanlah ucapanku yang merupakan jawaban paling benarKaramah itu terkadang tampak wujudnyaSebagai keberuntungan bagi orang yang dimuliakan tetapi kemudian jeleklah jalannyaPeliharalah ilmu yang kau kuasai jangan kau ambil pengganti selain TuhanMenyembunyikan karamah wajib bagi para waliDan karenanya engkau tak akan diabaikanMenampakkan karamah wajib bagi para rasulDengannya, wahyunya benar-benar turun"

    Sebagaimana wajib bagi para Rasul untuk menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah dankaramah mereka demi dakwahnya, demikian juga wajib bagi wali yang mengikuti jejak Nabi untukmenyembunyikan karamahnya. Inilah madzhab jamaah, karena wali tidak diwajibkan untukmenyatakan kewaliannya. Tidak semestinya seorang wali mengaku memiliki karamah, karena haltersebut tidak disyariatkan. Parameter syariat telah ditetapkan di dunia ini dan ditegakkan oleh

    para ahli fatwa penyeru agama Allah. Mereka adalah pemuka-pemuka agama ahli tajrih(mencela) dan ta'dil (menganggap adil).

    Apabila seorang wali keluar dari aturan syariat yang telah ditetapkan, padahal ia memiliki akaltaklif, maka akibat perbuatan tersebut ditanggung dirinya sendiri. Hal tersebut juga berlaku padahal-hal yang disyariatkan. Jika seorang wali melakukan perbuatan yang mengharuskan adanyahad (hukuman) menurut zahir syara', maka hakim wajib menetapkan hukuman atasnya.Meskipun para wali mungkin termasuk hamba-hamba yang diampuni dosa-dosanya ataudiperbolehkan melakukan perbuatan yang diharamkan syara tanpa mendapatkan siksa, merekatetap tidak terlepas dari hukuman di dunia jika menyalahi syara'. Akan tetapi di akhirat, Allahberkata kepada para pahlawan perang Badar tentang dimaafkannya perbuatan-perbuatanmereka. Hal ini juga dinyatakan dalam sebuah hadis qudsi, "Lakukan apa yang kau inginkan,karena Aku telah mengampunimu." Allah tidak berkata kepada mereka, "Aku telah

    menggugurkan hukuman-hukuman syara' yang ditetapkan atasmu di dunia." Di dunia, wali tetapterkena hukum syara'. Seorang wali yang dikenai hudud akan diberi pahala dan sebenarnya iatidak berdosa, seperti Al-Hallaj dan orang-orang yang senasib dengannya.

    Sikap wali yang tidak menampakkan karamah adakalanya bersumber dari Allah, artinya Allahtidak membekali wali tersebut sesuatu pun meskipun ia termasuk hambanya yang terpilih, atauterkadang wali tersebut dianugerahi kekuatan, namun ia membiarkannya tetap menjadi milik

    Allah, sehingga ia tidak menampakkannya sama sekali. Kita melihat beberapa wali yangmenjalani perilaku ini, sebagaimana yang dikatakan Sayyid Abu Su'ud bin al-Syibli al-Baghdadir.a., seorang rasionalis pada masanya. Ada seseorang bertanya kepadanya, "Apakah Allahmenganugerahi Anda karamah?" Ia menjawab, "Ya, sejak umur 25 tahun Allah telah memberisaya karamah dan saya meninggalkannya dengan baik, Allah ridha jika kita melaksanakanperintah-Nya untuk menjadikan-Nya sebagai wakil." Si penanya bertanya lagi, "Kemudian

    perintah apa lagi?" Al-Syibli menjawab, "Shalat lima waktu dan menanti kematian. Manusia itulaksana pengusir burung, mul