karet

Upload: trynnaaritonank

Post on 05-Nov-2015

262 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

USU

TRANSCRIPT

KARETSINTETIKKaret sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi penggunaannya.Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi.Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam, antara lain karet tahan minyak,karet tahan panas, dll.Karet sintetis, ataupolimer, merupakan jenis elastomer buatan yg dihasilkan melalui di-sintesisdari produk sampingan minyak bumi.Elastomersendiri adalah bahan dengan mekanik (materi) properti yang dapat mengalami de-formasi(pembentukan kembali) jauh lebih elastis di bawah tekanan dari sebagian besar bahan dan masih bisa kembali ke ukuran sebelumnya tanpa de-formasi permanen. Sekitar 15 miliar kilogram karet diproduksi setiap tahunnya, dan dari jumlah itu dua per tiga adalah produk sintetik. Karet sintetis, seperti juga karet alam, memiliki kegunaan dalam berbagai industri mulai dari Industri Rumah Tangga sampai Industri Skala Besar, antara lain untuk profil pintu dan jendela, selang (hose), ikat pinggang, anyaman, lantai dan peredam.Karet Alam & Karet Sintetis

Karet alam, yang berasal dari lateksHevea Brasiliensis, terutamapoli-cis-isoprenamengandung jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Meskipun bersifat sangat baik dalam hal kinerja mekanik, namun karet alam sering kalah dengan karet sintetis tertentu, terutama yang berkaitan dengan stabilitas termal dan kompatibilitas dengan produk minyak bumi.Karet sintetis dibuat dengan polimerisasi berbagaipre-kursorberbasis minyak bumi disebutmonomer. Jenis karet sintetis yang paling umum adalahStirena-Butadiena (SBR)yang berasal dari kopolimerisasiStirenadan 1,3Butadiena. Karet sintetis lainnya dibuat dariIsoprena(2methil& 1,3Butadiena),Chlorophene(2Kloro& 1,3Butadiena), danIsobutilena(MethylProphene).Monomerini dapat dicampur dalam berbagai proporsi untuk di kopolimerisasikan guna menghasilkan produk dengan berbagai sifat fisik, mekanik, dan kimia.Monomerdapat diproduksi murni, penambahanadditifdapat dikontrol guna memberikan sifat yang optimal.

Tabel Karet SintetisCodeNama TeknisNama Umum

ACMPolyacrylate Rubber

AEMEthylene-acrylate Rubber

AUPolyester Urethane

BIIRBromo Isobutylene IsopreneBromobutyl

BRPolyButadienaBuna CB

CIIRChloro Isobutylene IsopreneChlorobutyl, Butyl

CRPolyChloropheneChlorophrene, Neoprene

CSMChlorosulphonated PolyethyleneHypalon

ECOEpiChlorohydreneECO, Epichlorohydrin, Epichlore, Epichloridrine, Herclor, Hydrin

EPEthylene Propylene

EPDMEthylene Propylene Diene MonomerEPDM, Nordel

EUPolyether Urethane

FFKMPerfluorocarbon Rubber

FKMFluoronated HydrocarbonViton, Kalrez, Fluorel, Chemraz

FMQFluoro SiliconeFMQ, Sillicone Rubber

FPMFluorocarbon Rubber

HNBRHydrogenated Nitrile ButadieneHNBR

IRPolyIsophrene(Synthetic) Natural Rubber

IIRIsobutylene Isophrene ButylButyl

NBRAcrylonitrile ButadieneNBR, Nitrile Rubber, Perbunan, Buna-N

PUPolyUrethanePU, Polyurethane

SBRStyrene ButhadieneSBR, Buna-S, GRS, Buna VSL, Buna SE

SEBSStyrene Ethylene Butylene Styrene CopolymerSEBS Rubber

SIPolysiloxaneSillicone Rubber

VMQVinyl Methyl SiliconeSillicone Rubber

XNBRAcrylonitrile Butadiene Carboxy MonomerXNBR, Carboxylated Nitrile

XSBRStyrene Butadiene Carboxy Monomer

YBPOThermoplastic Polyether-ester

YSBRStyrene Butadiene Block Copolymer

YXSBRStyrene Butadiene Carboxy Block Copolymer

KARETALAMKaret alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yangmembuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemarisebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah sepertisol sepatudan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi kakudi musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah dilakukan oleh RoxburyIndian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air.Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanyatersebar antara 10.000 400.000.Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluanumum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristalpadat dan juga tidak berbentuk cairan.Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut, fleksibel dan elastis.Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairandengan kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit binatangsehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih pendek. Proses mastikasiini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saatbahan-bahan lain ditambahkan.Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat.Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatankompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik dalampembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengancaravulkanisasilangsung.Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut: Kepegasan pantulHal ini menyebabkan timbulnya kalor (heat build up) rendah, yang sangat diperlukan oleh barang jadi karetyang akan mengalami hentakan berulang-ulang.Sifat inilah yang menyebabkan karet alam selalu dipakai dalam pembuatan ban truk dan kapal terbang yangsulit disaingi oleh karet sintetik. Tegangan putus Ketahanan sobek dan kikis Fleksibilitas pada suhu rendah Daya lengket ke fabric atau logamSol sepatu sangat memerlukan sifat-sifat tersebut di atas, karena itu karet alam adalah pilihan sangattepat. Secara umum sol sepatu membutuhkan kekuatan, ketahanan kikis, dan ketahanan sobek yang tinggi.Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat digunakan pada suhu -60F.Karet alam bisa dibuat menjadi karet yang agak kaku tetapi masih mempunyai fleksibilitas dan ketahanankikis, ketahanan retak lentur serta kekuatan tinggi. Hal ini menguntungkan dalam pembuatan sol sepatukarena sol sepatu bisa dibuat tipis (seperti sol luar sepatu olahraga), sambil tetap menjaga agar tidakmerasakan batu sewaktu berjalan.Untuk menurunkan ongkos produksi, selain karet alam, kompon sol berwarna hitam bisa ditambah dengankaret reclaimdan bekas vulkanisat yang tidak terpakai yang banyak terdapat di pabrik. Untuk komponputih, yang dipakai haruslah karet reclaim putih dan bekas vulkanisat putih juga.Kekakuan vulkanisat dapat ditingkatkan dengan penambahan resin dengan kadar styrene yang tinggi dandiperhitungkan sebagai jumlah karet.Perlu diingat utnuk keperluan eksport hendaklah kompon yang baik, yaitu yang mengandung bahan-bahan yang baik pula yang dipakai.Walapupun kalor yang timbul dari karet alam lebih rendah dari karet sintetik seperti SBR, tetapi karetalam agak kurang tahan terhadap panas dibanding SBR. Karet alam tidak tahan ozon dan cahaya matahari.Ketahanan terhadap minyak dan pelarut hydrocarbon sangat buruk.Kandungan Alami Karet MentahKaret alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek.Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26C) dan bila ini terjadi, diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrikbarang jadi karet.

KELOMPOK 2PROKOAGULASI DAN KOAGULASI

M.Dwiky Cahyo130403029M.Primo Arifki130403031Gita Ade Elvira130403034Ayudiah lestari130403035

Prakoagulasi dan Koagulasi LateksA.PrakoagulasiPrakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang menghasilkan gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian seperti ini biasa terjadi ketika alat-alat yang digunakan untuk menyadap lateks segar dari kebun kebersihannya tidak terjamin.Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet dengan mutu rendah seperti karet remah jenis SIR 10 dan SIR 20.Penggumpalan alami atau spontan dapat disebabkan oleh timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang terdapat dalam lateks akibat aktivitas mikroorganisme. Hal itu pula yang menyebabkan mengapa lump hasil penggumpalan alami berbau busuk. Selain itu, penggumpalan juga disebabkan oleh timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak ini sebagaian besar akan bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium dalam lateks membentuk sabun yang tidak larut, keduanya menyebabkan ketidakmantapan lateks yang pada akhirnya terjadi pembekuan.Prakoagulasi dapat terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang akibat aktivitas bakteri, guncangan serta suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Bagian-bagian koloidal yang berupa partikel karet ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar dan membeku. Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks kebun mutlak diperlukan, terlebih jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh. Zat yang digunakan sebagai bahan pengawet disebut dengan zat antikoagulan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH- di dalam zat antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan. Terdapat beberapa jenis zat antikoagulan yang umumnya digunakan oleh perkebunan besar atau perkebunan rakyat diantaranya adalah amoniak, soda atau natrium karbonat, formaldehida serta natrium sulfit . Lateks para (Hevea brasiliensis) yang dikeringkan memiliki distribusi berat molekul dengan dua puncak pada Mr 1.2xE+5 dan 2xE+6. Lateks para, biasa disebut karet, selain mengandung senyawa yang disebut di atas juga mengandung politerpena yang khas yang menyebabkan memiliki sifat-sifat yang berbeda dari banyak lateks tumbuhan lainnya. Lateks ini sekarang dapat juga dibuat secara sintetis oleh polimerisasi sebuah monomer yang telah diemulsi oleh surfaktan.

B. Koagulasi

Koagulasi atau pembekuan adalah suatu proses pengendapan latex untuk menurunkan pH lateks segar ( pH 6.9) menjadi pH lateks penggumpalan (pH 4,0 - 4,7) dengan cara menambahkan asam formiat atau asam asetat. Namun demikian, penggunaan asam dapat dipertimbangkan dengan waktu mekanisme proses pengolahan. Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks.Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam. Penggunaan asam yang berlebihan selain dapat menyebabkan inefisiensi juga menyebabkan pengerasan koagulum. Koagulum yang lebih keras menyebabkan energi yang dibutuhkan lebih besar karena menambah jumlah penggilingan yang sudah barang tentu menambah waktu dan biaya. Penentuan jumlah volume asam yang dibutuhkan untuk koagulasi yang lebih sesuai dengan waktu, maka pemakaian asam dapat lebih efisien, dan menghasilkan koagulum yang lebih seragam sehingga proses penggilingan lebih mudah dan hasil lebih seragam. Penggunaan asam yang bervariasi menyebabkan waktu pengeringan karet berbeda, kekerasan koagulum berbeda, sehingga jumlah penggilingan juga berbeda sehingga mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan. Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung membentuk gumpalan. Penggumpalan karet didalam lateks kebun (pH 6,8) dapat dilakukan dengan penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik yaitu pH dimana muatan positif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan nol. Titik isoelektrik karet didalam lateks kebun segar adalah pada pH 4,5 4,8 tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat atau asetat dengan karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulphate atau nitratpat merusak mutu karet yang digumpalkan.Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alcohol juga dapat menggumpal partikel karet, karena ikatan hidrogen antara alcohol dengan air lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggumpalan alcohol sebagai penggumpal lateks secara komersil jarang digunakan. Penambahan elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan partikel karet (negatif), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak, mengakibatkan karet menjadi menggumpal. Sifat karet yang digumpalkan dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet.Kel 3

Pengolahan KaretBerikut adalah uraian secara singkat produksi karet alam di perkebunan, mulai dari pembibitan hingga pengepakan dan pengangkutan.1. Setelah ditumbuhkan dalam polybag, tanaman karet ditanam pada lahan pembibitan sebelum ditanam di lahan produksi.

2. Bibit-bibit tanaman karet dibiarkan tumbuh untuk selama kurang lebih 6 tahun sebelum siap disadap getahnya.

3. Penyadapan getah dilakukan dengan menyayat kulit batang dari tanaman karet membentuk garis dengan kemiringan tertentu sehingga getah keluar dari kulit yang tersayat dan mengalir serta menetes. Penyadapan biasanya dilakukan pagi hari supaya getah sudah dapat dikumpulkan sebelum hari menjelang siang. Selama beberapa jam kemudian getah karet (lateks) keluar dan mengalir mengikuti irisan kulit batang, jatuh ke penampung getah yang berupa mangkuk yangterbuat daritempurung kelapa atau mangkuk aluminium. Getah karet akan berhenti mengalir ketika luka bekas sayatan baru mengering seiring dengan waktu.

4. Kemudian pekerja mengambil getah karet yang terkumpul pada mangkuk penampung menjelang siang pada hari yang sama dan menyatukannya dalam wadah yang lebih besar (semacam ember).

5. Getah karet kemudian dikumpulkan dalam tangki pengangkut yang lebih besar, seraya dilakukan penyaringan dari getah karet untuk memisahkan kotoran yang terbawa bersama getah karet.Getah karet kemudian dibawa ke pabrikpengolahan.

6. Pada tahap ini getah dapat diproses melalui beberapa cara yang umum. Di sini akan diuraikan proses pembuatan Ribbed Smoked Sheet (RSS) yang sangat populer sampai tahun 1960-an, dan masih terus dilakukan sampai saat ini.Pada pabrik pengolahan kecil, lateks kemudian dibekukan dengan menambahkan sedikit asam, dan dicetak pada wadah berbentuk kotak. Setelah membeku, hasil cetakan kemudian dilepas (disebut koagulum)

7. Koagulum kemudian dipres menggunakan roller mill untuk membuang air yang terkandung di dalamnya, dan membentuk koagulum menjadi lembaran-lembaran karet basah yang disebut ribbed sheet.

8. Ribbed sheet kemudian dipotong-potong dengan ukuran tertentu agar mudah digantung pada rak-rak pengasapan. Kemudian dimasukkan ke dalam rumah pengasapan untuk menjalani proses pengasapan selama beberapa jam.

9. Ketika dikeluakan dari rumah pengasapan, warna lembaran karet telah berubah menjadi coklat keemasan dan disebut dengan nama ribbed smoked sheet.Kualitas RSS ini kemudian diperiksa secara manual dengan membentangkannya di depan sinar (matahari atau lampu) dan dilakukan pemutuan sesuai dengan standar yang berlaku.

10. Kemungkinan lainnya adalah lateks yang terkumpul dimsukkan ke dalam tangki pengumpulan besar (dengan volume 45 galon) untuk langsung dijual, atau dikenakan beberapa perlakuan terlebih sebelum diproses lebih lanjut atau dijual dalam bentuk lateks cair.

11. Pada pabrik pengolahan besar, lateks dibekukan pada bak besar yag diberi sekat-sekat sehingga koagulum tercetak sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

12. Kemudian koagulum dipres menggunakan roller mill dengan kapasitas yang lebih besar. Proses selanjutnya adalah sama, menggunakan peralatan yang sama dengan kapasitas yang lebih besar.

13. Bila sewaktu pengpresan koagulum ditambahkan minyak kastor, maka sheet akan pecah dan crumb rubber akan terbentuk.

14. Crumb rubber yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam ruang pengering yang besar, kemudian ditimbang dan dikemas.

15. Jika lateks dibiarkan pada mangkuk pengumpul selama satu malam, lateks akan menggumpal dengan sendirinya. Demikian juga dengan bekas lateks pada mangkuk pengumpul yang telah mengering, dapat dibersihkan dan digunakan sebagai bahan pembuat ban mobil

16. Lateks kering dan sisa-sisa lateks kering pada mangkuk pengumpul kemudian dicuci menggunakan mesin pencuci. Hasilnya merupakan crumb rubber dengan warna yang agak gelap.

17. Crumbr rubber dimasukkan ke dalam wadah berbentuk kotak.

18. Kemudian dikeringkan.

19. Dan ditimbang untuk memperoleh berat yang seragam

20. Lalu dipres menggunakan mesin pres bertekanan tinggi untuk menghasilkan bentuk yang kompak

21. Setelah itu dibungkus dengan plastik

22. Akhirnya dikemas dalam pallet berukuran 1.2 ton, siap untuk dipasarkan. Produk karet ini disebut technically specified rubers (TSR)

A. KaretPada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet(atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll.Saat Christopher Columbus dan rombongannya menemukan benua Amerika pada tahun 1476,mereka terheran-heran melihat bola yang dimainkan orang-orang Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di sinilah sejarah karet dimulai, tetapi baru pada tahun 1530 ada laporan tertulis mengenai gummi optimum, sebutan Pietro Martire dAnghiera untuk karet. Pada tahn 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale Fernandez de Oveida menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian yang bermain bola. Bola itu terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan (latex) kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola. Bola oran Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bola yang umum dibuat orang-orang Eropa waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan, bola itu bisa melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak rendah daripada lambungan yang pertama, dst.Adapun proses pengolahan karet dalam industri antara lain :Penerimaan Lateks KebunTahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.Pengenceran Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).Pembekuan Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam. Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran sitPenggilingan Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam. Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sit sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada sit yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi. Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari. Proses pengasapan karet sit asap dalam kamar asapSortasi Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting Proses sortasiFaktor-faktor yang harus diperhatikan dalam industri karet agar mendapatkan hasil yang maksimal antara lain : Lateks yang berasal dari tanaman mudaPada umumnya menghasilkan karet sit yang lekat atau lengkat, lembek serta mudah mengalami pemuluran saat digantung dalam kamar asap. Kemudian, lateks yang berasal dari tanaman yang sudah lama tidak disadap, menghasilkan karet sit yang mudah sobek/rapuh. Oleh sebab itu, manajemen penyadapan yang baik perlu dilakukan agar lateks kebun yang disadap sesuai dengan kriteria bahan baku pembuatan sit. Kebersihan lateks Mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus senantiasa dijaga agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan standard. Terutama untuk peralatan penyadapan termasuk pisau sadap, talang lateks, mangkuk, ember pengumpul dan alur sadap sendiri, harus bebas dari kotoran serta slab sisa penyadapan sebelumnya. Tangki penerima Untuk tangki penerima yang jauh dari pabrik hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan seperti amoniak. Penambahan antikoagulan diusahakan tidak melebihi batas yang ditetapkan untuk mencegah pemakaian asam semut yang terlalu banyak pada proses pembekuan. Pada saat pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta panas berlebih untuk menghindai prakoagulasi serta pembentukan gelembung. Pemberian bahan penggumpal (koagulan).Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih atau terlalu banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit untuk digiling, sedangkan jika pemberian kurang maka koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer (tidak menggumpal). Dalam proses penggumpalan, larutan asam dimasukkan perlahan-lahan secara merata, kemudian diaduk perlahan hingga homogen (seragam). Tebal karet sit yang tidak merata dapat disebabkan karena pencampuran lateks dan asam yang tidak seragam, pemberian asam yang tidak cukup, lateks terlalu encer, atau letak bak yang miring. Gelembung gas yang timbul dalam karet sit dapat disebabkan karena penggumpalan terjadi terlalu cepat dengan menggunakan asam yang berlebih, atau asam yang terlalu pekat, penyaringan yang kurang baik, waktu penggumpalan terlalu lama dan kurang sempurna. Apabila lateks telah menggumpal sempurna, maka diatas gumpalan tersebut digenangi air untuk mencegah terjadinya oksidasi dengan udara yang dapat mengakibatkan timbulnya bercak-bercak hitam pada permukaan koagulum. Penggilingan sit Penggilingan sit dilakukan untuk memisahkan sebagian besar air yang terkandung dalam gumpalan. Dengan penggilingan permukaan sit akan menjadi semakin besar, sehingga akan mempercepat pengeringan. Kecepatan penggilingan berbeda-beda antara satu rol dengan rol lainya, semakin maju maka kecepatan rol berikutnya akan lebih besar kecuali pada rol terakhir yang berpola, putaran menjadi lebih kecil. Kecepatan giling serta jarak antar celah dapat memengaruhi hasil gilingan sit. Sit yang mudah sobek dapat disebabkan karena kecepatan maju yang tidak tepat atau perbedaan celah antara dua celah yang berurutan terlalu besar.

Beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi dalam industri karet antara lain : Karet sit yang lembek (tacky), dan molor (memanjang).Ini dapat disebabkan karena suhu di dalam ruang asap terlalu tinggi. Kemudian bercak bercak pada permukaan sit, dapat disebabkan karena kayu bakar yang digunakan mengandung bahan tar yang tinggi, kondensasi uap air yang mengandung tar, atau dibagian atap ruang asap yang terbuat dari genting atau seng jatuh pada permukaan karet sit # Warna yang tidak seragam dapat disebabkan karena kecepatan pengeringan, penggunaan bahan kimia seperti natrium bisulfit yang tidak merata sehingga warna sit menjadi lebih muda atau pengisian karet sit dalam rumah asap yang terlalu padat.

Lapisan tipis berwarna abu-abu cokelat (rustines) Hal ini dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme pada lembaran karet sebagai akibat dari penggantungan yang terlalu lama ditempat yang lembab. Dapat juga disebabkan karena sistem ventilasi yang kurang baik, sehingga jamur dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang suhunya rendah dibawah 40 oC. Oleh sebab itu, suhu harus dinaikkan pada pengeringan hari pertama dan ventilasi diatur dengan baik . Gelembung gas.Gelembung gas juga dapat terjadi karena kesalahan pada rumah pengasapan. Seperti, pengeringan yang berlangsung sangat lambat karena suhu rendah, kenaikan suhu yang terlalu cepat, atau suhu terlalu tinggi lebih dar 60 oC. selain itu pengeringan pada suhu yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan karet sit menjadi lengket . Abu yang melekat di dalam karet sit.Hal ini dapat disebabkan olah api yang terlalu besar, sehingga abu terbawa oleh asap yang masuk ke ruang asap.

Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas sit dalam ruang sortasi adalah timbulnya jamur atau kapang pada permukaan sit. Kapang dapat timbul apabila karet sit tidak segera disortasi dan dikemas. Ruang sortasi harus bersih dan kering. Bandela-bandela harus disusun diatas papan kayu dan dalam penyusunannya tidak boleh lebih dari empat susun.

Proses pengolahan limbah dalamindustri karet meliputi 3 bagian diantaranya: 1. Pengolahan secara fisik.

2. Pengolahan secara Kimia

3. Pengolahan secara Biologi.

Kel 4

Kel 5

Kel 6

Kel 8

Pengertian PlastikPlastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu samalain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.Plastik dapat digolongkan berdasarkan:Termoplastik Merupakan material yang melunak jika di panaskan (dan akhirnya akan mencair) dan mengeras jika didinginkan, dan reaksinya dapat balik. Materialnya merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan ulang. Terdapat dua jenis termoplastik, Jenis termoplstik yang pertama adalah termoplastik yang berstruktur gelas (amorf). Jenis termolastik ini sangat berguna pada lingkungan dibawah suhu transisi gelasnya. Jenis yang kedua adalah termoplastik berstruktur semi-kristalin. Terminology semi-kristalin digunakan karena rantai-rantai polimer termoplastik dapat tersusun teratur dalam tingkatan tertentu, dimana dapat menyerupai tingkat struktur Kristal pada logam. Polimer jenis ini lebih tahan terhadap senyawa-senyawa kimia. Contoh termoplastik adalah PE, PVC, Polstiren (PS), dan Nilon. TermosetMerupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Termoset lebih keras dan lebih kuat daripada termoplastik dan memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik. Aplikasi termoset biasanya pada komponen-komponen yang digunakan pada suhu tinggi. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida.

Sifat dan Jenis PlastikMasing-masing plastik memiliki sifat-sifat yang berbeda, berikut beberapa karakteristik sifat plastik.1. PET atau PolyEthylene Terephthalate Adalah Jenis Plastik yang hanya bisa sekali pakai, seperti biasa Botol air Mineral dan hampir semua Botol minuman lainnya. PET bersifat jernih, kuat, tahan bahan kimia dan panas, serta mempunyai sifat elektrikal baik yang Jika. Pemakaiannya dilakukan secara berulang, terutama menampung air panas, lapisan polimer botol meleleh mengeluarkan zat karsinogenik dan dapat menyebabkan Kanker. Pengunaan PET sangat luas antara lain : Botol-botol untuk air mineral, soft drink, kemasan sirup, saus, selai, minyak makan. 2. HDPE atau High Density PolyEthylene Merupakan Jenis Plastik yang aman jika dibandingkan dengan Jenis Plastik PET karena memiliki sifat tahan terhadap suhu tinggi. Sering dipakai untuk Botol susu yang berwarna putih susu, Tupperware, Botol Galon air minum, dan lain-lain. Meski demikian, jenis plastik disarankan untuk tidak dipakai berulang.3. PVC atau PolyVinyl Chloride Merupakan Jenis Plastik yang sulit didaur ulang, seperti botol-botol Plastik dan Plastik Pembungkus. Jangan gunakan Plastik jenis ini untuk membungkus makanan karena jenis plastik ini memiliki kandungan PVC atau DEHA yang berbahaya untuk Ginjal dan Hati.4. LDPE atau Low Density PolyEthylene Merupakan Jenis Plastik yang bisa didaur Ulang, baik dipakai untuk tempat minuman maupun makanan.5. PP atau PolyPropyleneMemiliki sifat tahan terhadapbahan kimia (chemical Resistance) yang baik tetapi ketahan terhadap pukul (Impact Strenght) rendah. Juga baik digunakan untuk tempat minuman maupun makanan. Jenis Plastik semacam ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah dan biasanya digunakan untuk botol minum bayi.

6. PS atau PolyStyreneMerupakan Jenis Plastik yang digunakan untuk tempat minum atau makanan sekali pakai. Mengandung bahan bahan Styrine yang berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi dan sistem saraf.

3 Berdasarkan sumbernya Polimer alami : Kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut Polimer sintetis:+ Tidak terdapat secara alami : Nylon, poliester, polipropilen, polistiren+ Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis+ Polimer alami yang dimodifikasi : seluloid, cellophane (bahan dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya). Berdasarkan jumlah rantai karbonnya 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG) 5 ~ 11 Cair (bensin) 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk) 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin) 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)

Proses PembuatanA. Proses Injection MoldingTermoplastik dalam bentuk butiran atau bubuk ditampung dalam sebuah hopper kemudian turun ke dalam barrel secara otomatis (karena gaya gravitasi) dimana ia dilelehkan oleh pemanas yang terdapat di dinding barrel dan oleh gesekan akibat perputaran sekrup injeksi. Plastik yang sudah meleleh diinjeksikan oleh sekrup injeksi (yang juga berfungsi sebagai plunger) melalui nozzle ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air. Produk yang sudah dingin dan mengeras dikeluarkan dari cetakan oleh pendorong hidraulik yang tertanam dalam rumah cetkan selanjutnya diambil oleh manusia atau menggunakan robot. Pada saat proses pendinginan produk secara bersamaan di dalam barrel terjadi proses pelelehan plastik sehingga begitu produk dikeluarkan dari cetakan dan cetakan menutup, plastik leleh bisa langsung diinjeksikan.

B. Proses Ekstrusi Ekstrusi adalah proses untuk membuat benda dengan penampang tetap. Keuntungan dari proses ekstrusi adalah bisa membuat benda dengan penampang yang rumit, bisa memproses bahan yang rapuh karena pada proses ekstrusi hanya bekerja tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik tidak ada sama sekali. Aluminium, tembaga, kuningan, baja dan plastik adalah contoh bahan yang paling banyak diproses dengan ekstrusi. Contoh barang dari baja yang dibuat dengan proses ekstrusi adalah rel kereta api. Khusus untuk ekstrusi plastik proses pemanasan dan pelunakan bahan baku terjadi di dalam barrel akibat adaya pemanas dan gesekan antar material akibat putaran screw.Variasi dari ekstrusi plastik1. blown film2. flat film and sheet3. ekstrusi pipa4. ekstrusi profil5. pemintalan benang6. pelapisan kabel

C. Proses Thermoforming Thermoforming adalah proses pembentukan lembaran plastik termoset dengan cara pemanasan kemudian diikuti pembentukan dengan cara pengisapan atau penekanan ke rongga mold. Plastik termoset tidak bisa diproses secara thermoforming karena pemanasan tidak bisa melunakkan termoset akibat rantai tulang belakang molekulnya saling bersilangan. Contoh produk yang diproses secara thermoforming adalah nampan biskuit dan es krim.D. Proses Blow Molding Blow molding adalah proses manufaktur plastik untuk membuat produk-produk berongga (botol) dimana parison yang dihasilkan dari proses ekstrusi dikembangkan dalam cetakan oleh tekanan gas. Pada dasarnya blow molding adalah pengembangan dari proses ekstrusi pipa dengan penambahan mekanisme cetakan dan peniupan.

Kel 9

Kel 10

Pengolahan Limbah PlastikAkibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering disebut limbah domestik atau sampah.Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.Selain itu aktifitas industri yang kian meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.Jenis limbah pada dasarnya memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan cair, dengan tiga prinsip pengolahan dasar teknologi pengolahan limbah.Limbah dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi yang keluar dalam bentuk %scrapt atau bahan baku yang memang sudah bisa terpakai. Dalam sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis. Artinya alam sendiri mengeluarkan limbah akan tetapi limbah tersebut selalu dan akan dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Ekosistem (ekologi sistem) dimana makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai pasok makanan akan menerima limbah sebagai bahan baku yang baru.

Limbah PlastikNama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).

Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan terkumpul 90125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.

Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).

Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).Daur ulang merupakan upaya memanfaatkan kembali barang-barang yang dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomis, melalui proses fisik maupun kimiawi atau keduanya hingga didapat suatu produk yang dapat dipergunakan dan diperjualbelikan lagi. Produk baru tersebut pada umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah karena sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya. Berikut adalah sebagian nama-nama jenis sampah plastik yang biasanya didaur ulang (tabel-1).Tabel-1 : Jenis-jenis Sampah Plastik yang Didaur ulang

Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:1. Bagaimana sampah plastik dapat didaur ulang dengan biaya yang lebih murah dan tidak bergantung kepada industri besar plastik?2. Adakah manfaat /keuntungan dari daur ulang sampah plastik sistim manual dilihat dari segi lingkungan dan ekonomi serta dampak positif bagi masyarakat dari sisi angkatan kerja?

Mata rantai pekerjaan daur ulang plastik pada umumnya bermula dari : 1.Pemulung 2.Pengepul 3.Penggilingan bahan daur ulang plastik 4.Pembuatan pelet / biji plastik 5.Pabrik pembuatan peralatan /perabotan.Rantai 1 hingga 3 sudah banyak dilakukan oleh para pelaku usaha daur ulang, sedangkan rantai 4 dan 5 masih terbatas dilakukan oleh pelaku daur ulang yang bermodal besar. Untuk itu, penerapan teknik pencetakan plastik sistim manual akan dapat mengurangi biaya investasi dan terjangkau oleh para pelaku daur ulang yang bermodal kecil.

Sistim manual pencetakan produk plastik pada dasarnya adalah memanaskan limbah plastik cacahan hingga meleleh dan mencetak dengan memberikan tekanan kepada cetakan yang sudah disediakan kemudian didinginkan. Produk yang dihasilkan tidak akan kalah mutunya dengan produk hasil pencetakan sistim otomatis. Secara skematik. proses manual dibandingkan dengan proses otomatis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar-1: Perbandingan proses otomatis dan manual pencetakan limbah plastikTerdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.Plastik Daur Ulang Sebagai MatriksDi Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai.

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200C).