karet

Upload: muhamad-yani

Post on 15-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sejarah dan Perkembangan Karet

    Karet alam adalah suatu senyawa hidrokarbon (C dan H) yang merupakan

    makromolekul isoprena yang bergabung membentuk poliisoprena. Tanaman karet

    (Havea Brasiliensis) yang asalnya dari Brazil, Amerika Selatan, tumbuh secara

    liar di lembah-lembah Amazon (Setyamijaja, 1993).

    Pada tahun 1493, Michele De Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke

    Benua Amerika yang dulu dikenal sebagai Benua Baru. Dalam perjalanan ini

    ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon ini hidup secara

    liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli

    mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang

    didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantulkan. Penduduk Indian

    Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut dengan cara

    yang sangat sederhana (Setyamidjaja, 1993).

    Sejak saat itu, karet mulai menarik perhatian ahli untuk diteliti. Para

    ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam karet tersebut agar

    dapat digunakan untuk membuat alat yang berguna untuk kebutuhan manusia

    dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya ditemukan cara baru untuk

    mengambil getah karet tanpa harus menebangnya, tetapi dengan melukai kulit

    batangnya dimana cara ini lebih efisien dan getah karet dapat diambil berkali-kali.

    (Setyamidjaja, 1993).

    Universitas Sumatera Utara

  • Orang-orang di Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk

    aneka barang keperluan sehari-hari seperti pakaian tahan air, alas penutup barang

    agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, dan barang lainnya.

    Kemudian Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet dengan

    mencampur karet dengan belerang, lalu dipanaskan pada suhu 120-130 0

    Tanaman karet dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda

    dimana tanaman karet yang pertama kali ditanam di kebun percobaan pertanian

    Kebun Raya Bogor. Ternyata pertumbuhan tanaman karet ini sangat memuaskan

    sehingga mulai dibudidayakan di perkebunan-perkebunan. Dan sejak saat itu

    tanaman karet ditanam secara besar-besaran dan mengalami perluasan yang sangat

    cepat.

    C,

    dimana dengan cara ini semakin banyak sifat karet yang diketahui untuk dapat

    dimanfaatkan. Berawal dari sini, karet mulai banyak dicari orang untuk aneka

    barang keperluan dan juga memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi

    ban (Setyamidjaja, 1993).

    Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai peranan

    penting dalam lingkup kehidupan perekonomian nasional dan internasional.

    Banyak masyarakat yang hanya hidup dengan mengandalkan komoditi karet, karet

    tidak hanya tidak hanya dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar milik

    Negara tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Hasil devisa Negara yang

    diperoleh dari tanaman karet cukup besar. Bahkan sejak perang Dunia II hingga

    tahun 1996 Indonesia merupakan Negara penghasil karet alam nomor satu

    didunia. Dan mengalahkan Negara asal tanaman tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Getah yang dihasilkan tanaman karet atau disebut dengan lateks dapat

    diolah menjadi bahan baku karet alam seperti crepe, sheet, crumb rubber, lateks

    pekat dan lain-lain dan masih diusahakan secara sederhana sehingga mutu karet

    sangat memprihatinkan. Akibatnya yang lebih buruk, harga jual karet menjadi

    rendah dan tingkat kepercayaan konsumen menurun.

    Industri karet dunia menilai berkembang pada abad XIX, dengan dorongan

    utama berasal dari pembaharuan teknologi. Pertumbuhan industri karet alam pada

    permulaan abad XX dibantu oleh munculnya produksi karet rakyat yang mampu

    memberikan penawaran yang berjalan sejajar dengan permintaan. Hal ini karena

    dorongan pada akhir tahun 1920-an dan permulaan tahun 1930-an, ekonomi dunia

    secara drastis mengurangi permintaan karet untuk industri motor dan akibatnya

    terjadilah kelebihan kapasitas.

    2.2. Lateks

    Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan

    yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit

    tanaman karet. Latek banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang

    yang berasal dari karet.

    Bahan kimia yang umum digunakan untuk pengawetan lateks kebun

    adalah larutan amoniak karena harganya cukup murah dan cukup efektif. Dosis

    pemberian amoniak dalam lateks kebun harus disesuaikan dengan lamanya waktu

    yang dibutuhkan, proses pengolahan di pabrik dan jenis mutu karet yang

    diperlukan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Lateks kebun dari Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) harus diangkut

    segera kepabrik walaupun telah diberi bahan pengawet kimia. Mikroba

    mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan lateks yang

    mengandung bahan pengawet, sehingga mutu lateks akan menurun bila terlalu

    lama di TPH.

    2.2.1. Komposisi Kimia Lateks

    Komponen lateks terdiri dispersi pertikel-partikel karet dan bukan karet

    dalam cairan yang disebut serum.

    Adapun komposisi lateks adalah seperti yang dipaparkan dalam tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Komposisi Lateks

    No. Fraksi Lateks Zat yang Terkandung 1 Fraksi Karet (37 %) - Karet

    - Protein - Lipida - Ion Logam

    2 Fraksi Frey Wyssling (1-3 %) - Karotenoida - Lipida - Air - Karbohidrat dan inositol - Protein dan turunannya

    3 Fraksi Serum (48 %) - Senyawa nitrogen - Asam nukleat dan nukleosida - Senyawa organik - Ion anorganik dan logam

    4 Fraksi Dasar (14 %) - Air - Protein dan senyawa nitrogen - Karet dan karotenoida - Lipida dan ion logam

    Sumber : PTPN III (2004)

    Universitas Sumatera Utara

  • Partikel-partikel yang terkandung dalam karet murni (isoprena) tersuspensi

    dalam serum lateks dan bergabung membentuk rantai panjang yang disebut

    dengan poliisoprena (C5H8

    Partikel karet dapat terdispersi dengan baik dalam suatu larutan, hal ini

    disebabkan adanya gerakan zig-zag (gerakan Brown) dari pertikel. Besarnya

    gerakan Brown dapat mengatasi gaya gravitasi dari partikel karet sehingga tidak

    terjadi creaming maupun pengendapan. Di dalam lateks, isoprena ini diselaputi

    oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik. Protein merupakan

    gabungan dari asam-asam amino yang bersifat dipolar (dalam keadaan netral

    mempunyai dua muatan listrik) dan amphoter (dapat bereaksi dengan asam atau

    basa) .

    ).

    Lateks segar mempunyai pH = 6,9. Ion yang bermuatan negatif tersebut

    diserap oleh permukaan partikel karet dengan membentuk lapisan yang disebut

    lapisan sterin. Lapisan yang sama-sama bermuatan negatif tersebut menyebabkan

    terjadinya gaya tolak menolak antara partikel, sehingga lateks tidak menggumpal.

    Jadi selama lateks bermuatan negatif, lateks akan tetap dalam keadaan stabil. Pada

    titik isoelektris, muatan listrik akan mencapai nol sehingga protein tidak stabil dan

    akan menggumpal serta lapisan sterin akan hilang sehingga antar butir karet

    terjadi kontak yang mengakibatkan lateks menggumpal.

    Lump adalah lateks yang menggumpal atau telah terkoagulasi. Jika lateks

    menggumpal atau terkoagulasi di dalam mangkok penampung lateks disebut cup

    lump atau lump mangkok. Tetapi jika menggumpal atau terkoagulasi di tanah atau

    di sekitar pangkal batang di bawah irisan sadapan disebut lump tanah. Lump

    Universitas Sumatera Utara

  • mangkok diperoleh dari penderesan atau penyadapan yang mangkoknya dibiarkan

    berada pada pohon atau tidak diangkat. Lump mangkok ini diambil pada pagi hari

    bersamaan dengan dilakukannya penderesan dan dikumpulkan setelah penderesan

    selesai. Sedang lump tanah yang diperoleh dari pohon karet yang mangkok

    deresnya diambil atau diangkat dari pohon setelah penggumpalan lateks sehingga

    lateks yang masih menetes jatuh ke tanah dan akhirnya menggumpal atau

    terkoagulasi (Setyamidjaja, 1993).

    Scrab atau bantalan adalah lateks susu yang digumpalkan di kebun atau

    karet yang menggumpal dalam tangki. Berbentuk balok dan dicetak dengan

    menggunakan cetakan dari seng. Scrab juga dapat dibuat dari busa karet yang

    terbentuk dari lateks susu, yaitu yang terdapat pada sisa dari sari pengolahan sheet

    pada saat pembekuan. Scrab dari busa lateks susu ini banyak mengandung air.

    2.2.2. Prakoagulasi pada Lateks Kebun

    Faktor-faktor penyebab prakoagulasi pada lateks adalah sebagai berikut :

    a. Penambahan asam

    Penambahan asam organic ataupun anorganik mengakibatkan turunnya pH

    lateks sehingga mencapai titik isoelektris sehingga lateks kebun membeku.

    b. Mikroorganisme

    Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme

    karena mengandung tiotic liquid. Dalam lateks vessels (lateks baru) belum

    terdapat mikroba, tetapi setelah lateks kontak dengan udara terbuka, lateks

    tersebut akan dicemari oleh bakteri dan populasinya akan naik secara drastis.

    Universitas Sumatera Utara

  • Lateks yang telah dicemari dengan bakteri selama 8 jam mengandung 108

    c. Iklim

    sel/bakteri/ml lateks. Mikroba ini menghasilkan asam-asam yang dapat

    menurunkan pH mencapai titik isoelektris sehingga lateks membeku dan

    menimbulkan bau karena terbentuknya asam-asam yang menguap (volatile

    fatty acid). Amoniak dapat membunuh dan menahan pertumbuhan mikroba,

    namun sifat bakterisida dan bakteriostatiknya masih terbatas, terutama

    bergantung pada dosis yang diberikan dan kecepatan pemberiannya. Suhu

    udara yang tinggi akan lebih mengaktifkan kegiatan bakteri, sehingga dalam

    penyadapan ataupun pengangkutan diusahakan pada suhu rendah atau pada

    pagi hari (Purkisss, 1997).

    Air hujan akan membawa zat penyamak kotoran, dan garam yang larut dari

    kulit batang. Zat-zat ini mengkatalisir terjadinya prakoagulasi. Penyadapan

    yang dilakukan pada siang hari (pada suhu udara yang tinggi) akan mendorong

    terjadinya penyerapan air dari lateks sehingga terjadi penggumpalan.

    d. Pengangkutan

    Pengangkutan yang terlambat, ataupun dalam keadaan suhu yang tinggi akan

    mengganggu kestabilan lateks. Jalan yang kurang baik akan menimbulkan

    goncangan pada lateks sehingga akan menyebabkan pecahnya lutoid (fraksi

    dasar lateks).

    e. Kotoran dari luar

    Lateks akan mengalami prakoagulasi bila dicampurkan dengan air kotor,

    terutama air yang mengandung logam atau elektrolit.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.3. Upaya Untuk Mencegah/Mengurangi Prakoagulasi

    Upaya untuk mencegah/mengurangi prakoagulasi di lapangan dilakukan

    dengan cara :

    a. Cara penderesan dapat dilakukan menurut aturan dan pada keadaan suhu

    rendah (pagi-pagi). Lateks segera diangkut ke pabrik tanpa banyak goncangan.

    b. Alat-alat yang digunakan untuk penderesan dan pengangkutan harus bersih

    dan tahan terhadap karat.

    c. Pemberian bahan anti koagulasi (bahan pengawet) pada lateks.

    Bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan anti koagulasi di lapangan

    adalah amoniak yang bisa berfungsi mencegah koagulasi karena amoniak

    mempunyai sifat :

    a. Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri

    b. Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan/menaikkan pH lateks kebun

    c. Mengurangi konsentrasi logam

    2.3. Crumb Rubber

    Crumb Rubber adalah suatu politerpena yang mengadung molekul isoprena

    yang terikat dalam rantai renggang terpuntir. Unit monomer sepanjang rantai

    karbon berada dalam susun cis- dan konfigurasi inilah yang menyebabkan karet

    memiliki sifat elastis.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.1 Pengolahan Crumb Rubber

    Dalam pengolahan Crumb Rubber digunakan dua golongan bahan baku yaitu

    lateks dan Lump serta pengumpulan mutu rendah yang disebut kompo. Dari bahan

    baku lateks diperoleh karet remah yang kualitasnya dikategorikan SIR 5 CV, SIR

    5 LV, SIR 5 L, dan SIR 5. Sedangkan dari bahan baku lump diperoleh karet

    remah kualitas SIR 10, SIR 20, dan SIR 50. dalam proses pengolahan karet remah

    diperoleh beberapa keuntungan, yaitu proses pengolahannya lebih cepat dan

    produk lebih bersih.

    2.3.2. Penentuan Kualitas Crumb Rubber

    Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan

    penggolongan berdasarkan ciri-ciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi

    teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur tertentu yang terdapat dalam karet,

    yang berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet.

    Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah :

    1 Kadar kotoran

    Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriteria terpenting dalam

    spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap

    ketahanan dan kelenturan barang-barang dari karet.

    2 Kadar abu

    Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen

    terhadap penambahan bahan-bahan kedalam karet pada waktu

    pengolahan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3 Kadar zat penguap

    Penentuan kadar zat penguap ini dimaksudkan untuk menjamin

    crumb rubber yang diproduksi cukup kering.

    Ketentuan Standard Indonesian Rubber (SIR). Sesuai dengan tabel

    2.2 sebagai berikut.

    spesifikasi Standard Indonesian Rubber

    5 CV 5 LV 5 L 5 10 20 50

    Kadar kotoran (% maks)

    Kadar abu (% maks)

    Kadar zat menguap

    PRI (min)

    Po (min)

    Indeks warna

    ASHT (maks)

    Sari aseton

    Warna kode

    0,05

    0,50

    1,00

    -

    -

    -

    8

    -

    Hijau

    0,05

    0,50

    1,00

    -

    -

    -

    8

    6-8

    Hijau

    0,05

    0,50

    1,00

    60

    30

    6

    -

    -

    hijau

    0,05

    0,50

    1,00

    60

    30

    -

    -

    -

    Hijau

    0,10

    0,75

    1,00

    40

    30

    -

    -

    -

    Coklat

    0,20

    1,00

    1,00

    50

    30

    -

    -

    -

    merah

    0,50

    1,50

    1,00

    30

    30

    -

    -

    -

    kuning

    Sumber : Satyamidjaja, 1993.

    2.4. Deskripsi Proses

    Proses pengolahan kompo (gumpalan karet) di areal pabrik adalah sebagai

    berikut :

    A. Ruang penimbangan (PN-01)

    Di dalam ruang penimbangan (PN-01), kompo yang dibawa dari kebun

    ditimbang dan ditentukan berat basahnya, kompo disortasi untuk

    memisahkan karet dengan sampah secara manual, dan sampah dibungkus

    Universitas Sumatera Utara

  • dalam plastik untuk diolah pada alat pengolahan limbah. Kemudian kompo

    diangkut dengan trolley (BO-01) menuju ruang penimbunan (PB-01).

    B. Ruang penimbunan (PB-01)

    Di dalam ruang penimbunan (PB-01) kompo dipisah sesuai umur, dimana

    kompo harus terhindar dari sinar matahari secara langsung. Kompo dari

    ruang penimbunan (PB-01) diangkut ke bak pencucian (BP-01)

    menggunakan trolley (BO-02).

    C. Bak pencucian (BP-01)

    Pada bak pencucian (BP-01) kompo dicuci untuk menghilangkan kotoran.

    Kemudian kompo diangkut dengan belt conveyor (BC-01) menuju unit

    pemecah (PM-01) sambil disiram secara manual. Kemudian bekas air

    pencucian diolah pada alat pengolahan limbah.

    Unit Pemecah (PM-01)

    Kompo pada unit ini dipecah menjadi ukuran kecil (5 x 5 x 5 mm). Selama

    proses pemecahan kompo disiram dengan air. Kemudian kompo yang

    sudah dipecah diangkut dengan belt conveyor (BC-02) menuju bak

    pencucian kedua (BP-02).

    Universitas Sumatera Utara

  • D. Bak pencucian kedua (BP-02)

    Kompo yang sudah dipecah tadi dicuci lagi di dalam bak pencucian kedua

    (BP-02) untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa. Kemudian

    dengan belt conveyor (BC-03) bahan diangkut lagi menuju unit pemecah

    kedua (PM-02) sambil disirami, dan air yang dibak pencucian (BP-02)

    dibuang untuk diolah pada pengolahan limbah.

    E. Unit pemecah kedua (PM-02)

    Pada unit ini bahan yang telah dicuci dipecah lagi menjadi ukuran yang

    lebih kecil (3 x 3 x 3 mm). Kemudian diangkut lagi menuju bak pencucian

    ketiga (BP-03) dengan belt convenyor (BC-04) sambil disirami juga.

    F. Bak pencucian ketiga

    Pada bak ini bahan telah dipecah pada unit pemecah kedua (PM-02) lagi

    untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa. Kemudian bahan yang

    telah dicuci diangkut dengan belt conveyor (BC-05) sambil disirami

    menuju mesin penyambung (P-01), dan air pada bak tersebut diolah pada

    alat pengolahan limbah.

    G. Mesin penyambung (P-01)

    Pada mesin penyambung (P-01) ini bahan yang dipecah tadi disambung

    kembali sehingga berbentuk lembaran (sheet). Selanjutnya karet yang

    Universitas Sumatera Utara

  • berbentuk lembaran tersebut di angkut dengan trolley (BP-03) menuju

    bucket elevator (BE-01) untuk diumpankan ke unit pengering (D-01).

    H. Unit pengering (D-01)

    Pada unit ini bahan dikeringkan dengan suhu 70-100 0

    C selama kurang

    lebih dua hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15%. Kemudian

    karet dua hari sudah dikeringkan diangkut dengan trolley (BO-04) menuju

    unit pendingin (PD-01).

    I. Unit Pendingin (PD-01)

    Proses pendinginan pada unit ini terjadi secara ilmiah, dengan

    menggunakan udara sekitar. Kemudian karet yang telah di dinginkan di

    angkut lagi menuju filter press (Fp-01) dengan menggunakan trolley (BO-

    05)

    J. Filter Presses ( FP-010

    Karet sudah didinginkan selanjutnya di press sehingga berbentuk bale,

    berat tiap bale terdiri dari 35 kg dan kemdudian bale tersebtu dibungkus

    dengan plastic. Kemudian bale yang sudah dibungkus plastic diangkut

    menuju dudang (R-01) dengan menggunakan trolley (Bo-06).

    K. Gudang Produksi (R-01)

    Didalam ruangan inilah hasil produksi disimpan dan siap untuk dipasarkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 106

    212

    95

    1 845,8

    612,4

    8

    193,

    98 - - 30

    1,01

    3

    2.478,

    38

    845,8

    612,4

    8

    193,9

    8 - - 30

    1,013

    2.478

    ,38

    845,

    8

    612,4

    8

    193,9

    8 - - 30

    1,01

    3

    2.478,

    38

    845,8

    612,

    48

    193,9

    8 - - 30

    1,013

    2.478

    ,38

    845,8

    612,4

    8

    193,9

    8 - - 30

    1,013

    1.652,

    26

    -

    2.424

    ,75

    - - - 30

    1,013

    2.424

    ,75

    845,

    8

    612,4

    8

    158,2

    2 - - 30

    1,01

    3

    1.616

    ,5

    -

    2.42

    4,75

    35,76

    - - 30

    1,01

    3

    2.460

    ,51

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,013

    500,0

    0

    -

    500,

    00 - - - 30

    1,01

    3

    500,00

    845,8

    612,4

    8

    158,2

    2 - - 30

    1,013

    1.616,

    5

    -

    2.37

    3,35 - - - 30

    1,01

    3

    2.373

    ,35

    -

    2.373

    ,35

    34,27

    - - 30

    1,013

    2 .407,

    62

    845,

    8

    612,

    48

    123,

    95

    1.58

    2,23 - - 30

    1,01

    3

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,01

    3

    500,00

    -

    500,

    00 - - - 30

    1,013

    500,0

    0

    845,8

    612,4

    8

    123,9

    5 - - 30

    1,013

    1.582

    ,23

    -

    2.32

    4,02 - - - 30

    1,01

    3

    2.324,

    02

    -

    2.32

    4,02

    32,88

    - - 30

    1,01

    3

    2.356

    ,9

    845,8

    612,4

    8

    91,0

    7 - - 30

    1,013

    1.549,

    35

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,013

    500,0

    0

    -

    500,

    00 - - - 30

    1,01

    3

    500,00

    845,

    8

    612,

    48

    97,07

    - - 30

    1,01

    3

    1.555

    ,35

    -

    2.276

    ,7 - - 30

    1,013

    2.276,

    7

    -

    2.276

    ,7

    47,3

    2 - - 30

    1,01

    3

    2.308

    ,25

    845,8

    612,4

    8

    59,52

    - - 30

    1,013

    1.517,

    8

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,013

    500,00

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,013

    500,00

    845,

    8

    612,4

    8

    59,5

    2 - - 30

    1,01

    3

    1.517

    ,8

    -

    2.232

    ,07

    - - - 30

    1,013

    2.232

    ,07

    -

    2.232

    ,07

    29,7

    6 - - 30

    1,013

    2.261,

    83

    845,8

    612,

    48

    29,76

    - - 30

    1,013

    1.488

    ,05

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,013

    500,0

    0

    -

    500,0

    0 - - - 30

    1,013

    500,0

    0

    845,8

    612,4

    8

    29,76

    - - 30

    1,013

    1.488,

    05

    - -

    29,76

    - - 30

    1,013

    29,76

    845,8

    612,4

    8 - - - 30

    1,013

    1.458,

    28

    845,

    8

    612,4

    8 - - - 30

    1,01

    3

    1.458,

    28

    845,8

    612,4

    8 - - - 30

    1,013

    1.458

    ,28

    - - - - -

    6.75

    1,83 30

    1,013

    - -

    458,

    28 - - 30

    1,01

    3

    458,28

    845,8

    154,2

    - - - 50

    1,013

    1.000

    845,

    8

    154,

    2 - - - 50

    1,01

    3

    1.000

    - - - -

    8.26

    3,46 - 25

    1,013

    - - - -

    8.263

    ,46

    - 30

    1,01

    3

    845,8

    154,2

    - - - 30

    1,013

    1.000

    845,

    8

    154,

    2 - - - 30

    1,01

    3

    1.000

    845,8

    154,2

    - - - 30

    1,013

    1.000

    845,

    8

    154,

    2 - - - 30

    1,01

    3

    1.000

    845,8

    154,2

    - - - 30

    1,013

    1.000

    118

    5049

    484

    147

    313

    3020

    4026

    4616

    3622

    4232

    2919

    3925

    4515

    3521

    4131

    2818

    3824

    4434

    2747

    1737

    2343

    33

    PRA R

    ANCA

    NGAN

    PABR

    IK (KA

    RET R

    EMAH

    )DE

    NGAN

    KAPA

    SITAS

    1.50

    0 KG/

    JAM

    CRUM

    B RUB

    BER

    DIAG

    RAM

    ALIR

    PRO

    SES

    NAM

    AN

    I M

    PEM

    BIM

    BING

    1N

    IP PEM

    BIM

    BING

    2NI

    P

    ANDY

    0052

    0100

    3

    Dr. I

    r. FAT

    IMAH

    , MT

    132

    095

    301

    ERNI

    MIS

    RAN

    , ST,

    MT13

    2 258

    002

    DISE

    TUJU

    I OLE

    H :

    DIGA

    MBA

    R O

    LEH

    :TA

    NGG

    ALTA

    NDA

    TANG

    AN

    KODE

    BP - 0

    1BP

    - 02

    BP - 0

    3PM

    - 01

    P - 01

    P - 0

    2BO

    - 01

    D - 0

    1BO

    - 02

    R - 0

    1PN

    - 01

    PB - 0

    1BC

    - 01

    BC -

    02BC

    - 03

    BC - 0

    4BC

    - 05

    BE -

    01PD

    - 01

    FP -

    01BO

    - 03

    BO - 0

    4BO

    - 05

    BO - 0

    6E -

    01G

    - 01

    TC - 0

    1

    PENG

    GILIN

    GAN/

    PENG

    HALU

    S 01 02

    BOX P

    ENGA

    NGKU

    TAN

    KARE

    T REM

    AH 01

    DRYE

    RBO

    X PEN

    GANG

    KUTA

    N KA

    RET R

    EMAH

    02RU

    ANG

    PENY

    ORTIR

    AN/PE

    NGEP

    AKAN

    RUAN

    G TIM

    BANG

    ANRU

    ANG

    PENI

    MBUN

    ANBE

    LT CO

    NVEY

    OR 01

    BELT

    CON

    VEYO

    R 02

    BELT

    CON

    VEYO

    R 03

    BELT

    CON

    VEYO

    R 04

    BELT

    CON

    VETO

    R 05

    BUCK

    ET E

    LEVA

    TOR

    01RU

    ANG

    PEND

    INGI

    NAN

    01FIL

    TER

    PRES

    S 01

    BOX

    PENG

    ANGK

    UTAN

    KARE

    T RE

    MAH 0

    3 04 05 06HE

    ATER

    01BL

    OWER

    BAK P

    ENER

    IMAA

    N PE

    NCUC

    IAN 01

    BAK P

    ENER

    IMAA

    N PE

    NCUC

    IAN 02

    BAK P

    ENER

    IMAA

    N PE

    NCUC

    IAN 03

    PEME

    CAHA

    N BA

    HAN

    BAKU

    (

    PENG

    GILIN

    GAN/

    PENG

    HALU

    S

    BOX

    PENG

    ANGK

    UTAN

    KARE

    T RE

    MAH

    BOX

    PENG

    ANGK

    UTAN

    KARE

    T REM

    AH

    BOX

    PENG

    ANGK

    UTAN

    KARE

    T REM

    AH

    TEMP

    ERAT

    UR C

    ONTR

    OL

    HAMM

    ER M

    ILL)

    (CRE

    PPER

    ) (C

    REPP

    ER)

    KETE

    RANG

    ANU

    dara

    Pen

    dingi

    n

    Udar

    a Pe

    ngiri

    ng

    Air P

    rose

    s

    Peng

    olah

    an L

    imba

    h

    Uap

    69

    1215

    1621

    2427

    3033

    G-01

    E-01 40

    44

    PN-01

    BO-01

    PB-0

    1BO

    -02

    5

    11

    BC-01

    BP-01

    810

    7

    1417

    13BC

    -02PM

    -01 1

    6

    12

    34

    5049

    R-01

    BO-06

    4847

    FP-01

    46

    BO-05

    43

    PD-01 46

    42

    D-01

    BC-04

    41

    BE-01

    3837

    35

    BO-0

    3P-

    01 36

    3431

    32 BC-

    05BP

    -03

    29

    2825

    2219

    BP-0

    2BC

    -03

    23

    26 BC-

    04PM

    -02

    20

    Komp

    onen/L

    ajuAir

    Karet (

    kg/jam

    )

    Air (kg

    /jam)

    Kotora

    n (kg/ja

    m)

    TOTAL

    (kg/jam

    )

    Udara

    Pendin

    gin(kg

    /jam)

    Udara P

    engerin

    g(kg

    /jam)

    Suhu

    (C) 0

    Tekana

    n (bar)

    39

    TANP

    A SK

    ALA

    TC-01

    Universitas Sumatera Utara