karawang -rengas

60
Rengasdengklok merupakan sebuah wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang. Rengasdengklok pernah menjadi tempat "penculikan" dimana Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa dan diamankan ke Rengasdengklok oleh golongan muda Chairul Saleh yang menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. , adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah . Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasidan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara,Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan. Kata karawang muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut: leteng karang ti Karawang, leteng susuh ti Malayu, pamuat aki puhawang. Dipinangan pinang tiwi,

Upload: yie-yien

Post on 21-Jul-2015

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Rengas Dengklok dan Karawang Rengasdengklok merupakan sebuah wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang. Rengasdengklok pernah menjadi tempat "penculikan" dimana Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa dan diamankan ke Rengasdengklok oleh golongan muda Chairul Saleh yang menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Kabupaten Karawang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan. Toponomi dan Sejarah Kata karawang muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut: leteng karang ti Karawang, leteng susuh ti Malayu, pamuat aki puhawang. Dipinangan pinang tiwi,

pinang tiwi ngubu cai, Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai arti penuh dengan lubang. Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu banyak ditemui lubang. Cornelis de Houtman, orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di pulau Jawa, pada tahun 1596 menuliskan adanya suatu tempat yang bernama Karawang sebagai berikut: Di tengah jalan antara Pamanukan dan Jayakarta, pada sebuah tanjung terletak Karawang.[3] Meskipun ada sumber sejarah primer yaitu Naskah Bujangga Manik dan catatan dari Cornelis de Houtman yang menyebutkan kata Karawang, sebagian orang menyebutnya Kerawang adapula yang menyebut Krawang seperti yang ditulis dalam buku miracle sight west java yang diterbitkan oleh Provinsi Jawa Barat. Sedangkan dalam buku Sejarah Karawang yang ditulis oleh R. Tjetjep Soepriadi disebutkan asal muasal kata tersebut, pertama berasal dari kata 'Karawaan' yang mengandung arti bahwa daerah ini banyak terdapat rawa, hal ini dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, Rawa Gabus, Rawa Monyet, Rawa Merta dan lain-lain. selain itu berasal dari kata Kera dan Uang yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang

kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang, serta istilah lain yang berasal dari Belanda seperti Caravan dan lainnya. Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan Tarumanagara. Penduduk Karawang semula beragama Hindu dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka Karawang terbagi dua. Menurut Cerita Sajarah Banten, Sunan Gunungjati membagi Karawang menjadi dua bagian; sebelah timur masuk wilayah Cirebon dan sebelah barat menjadi wilayah Kesultanan Banten.[4] Agama Islam mulai dipeluk masyarakat setempat, pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", memberikan ajaran; yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Songo. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang, Karawang. Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh Kesultanan Mataram, di bawah pimpinan Wiraperbangsa dari Sumedang Larang tahun 1632.

Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan

daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20. Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan bupati

pertama Raden Adipati Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786.[5] Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada VOC (Belanda). Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok

merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945. Kabupaten Karawang juga menjadi inspirasi sastrawan Chairil Anwar menulis karya

Antara

Karawang-Bekasi

karena

peristiwa

pertempuran di daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.

Kecamatan

Rengasdengklok

adalah

daerah

pertama

milik

Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.[rujukan?] Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Lumbung Padi Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan Megawati didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.

1.2.

Tujuan Penulisan

1.3.

Batasan Masalah 1.Sejarah Rengasdengklok 2. Sejarah Karawang 3. Pristiwa Rengasdengklok 4. Rumah Sejarah Kemerdekaan di Rengasdengklok 5. Monumen Kebulatan Tekad di Rengasdengklok 6. Sejarah Pencuikan di Rengasdengklok 7. Peristiwa yang berkaitan dengan Rengasdengklok

2.8. Tokoh-Tokoh yang berkaitan dengan Rengasdengklok

BAB II PEMBAHASAN2.1.Sejarah Rengasdengklok Rengasdengklok hanya sebuah kota kecil di Jawa Barat. Sepintas lalu kota ini tiada artinya. Tapi jika mau menelisik sejarah perjuangan kemerdekaan, ternyata Rengasdengklok punya arti penting. Kota kecil ini terkait suatu peristiwa penting menjelang Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 (bertepatan hari Jumat di bulan Ramadhan). Sebab dua orang Bapak Bangsa Soekarno - Hatta sempat "diculik" oleh sekelompok pemuda pejuang radikal yang tak sabar dan ingin secepatnya kemerdekaan diumumkan, mumpung tentara Jepang yang menduduki Indonesia sudah kalah perang dan menyerah. Namun kedua pemimpin itu tidak menyetujuinya. Soekarno ingin kemerdekaan diproklamirkan lewat badan resmi yaitu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Para pemuda tidak setuju. Syahrir berpendapat, jika kemerdekaan Indonesia lewat PPKI, dunia akan menganggap kemerdekaan Indonesia itu adalah pemberian Jepang. Sebab PPKI memang prakarsa Jepang, walaupun anggotanya adalah para pemimpin Indonesia. Itulah sebabnya para pemuda membawa Soekarno-Hatta keluar kota Jakarta, yaitu Rengasdengklok tanggal 16

Agustus 1945 subuh sehabis makan sahur, karena bulan puasa Ramadhan. Rengasdengklok terletak kira-kira 20 km dari Jakarta, arah utara Karawang di Jawa Barat. Lagi pula di Rengasdengklok itu ada markas PETA (Pembela Tanah Air) pasukan yang dibentuk Jepang, namun dengan diam-diam mereka bersiap-siap berjuang untuk kemerdekaan Tanah Air-nya. Itu pula sebabnya ada pendapat bahwa teks Proklamasi Kemerdekaan itu dibuat di Rengasdengklok. Hal itu dibantah. Tidak benar. Justru teks Proklamasi dibuat di Jakarta tepatnya di rumah seorang perwira tinggi Jepang, Laksamana Tadeshi Maeda, yang bersimpati kepada kemerdekaan Indonesia. Tapi dia sendiri tidak ikut serta dalam penyusunan teks Proklamasi itu. Ketika Soekarno Hatta, Adam Malik, Sayuti Melik, Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana dan banyak pemimpin yang datang dari daerah-daerah, bekerja menyusun Proklamasi Kemerdekaan, Laksamana Maeda masuk ke kamarnya dan tidur. Teks tersebut semula berbentuk tulis tangan oleh Soekarno, tapi kemudian diketik oleh Sayuti Melik dan disaksikan oleh seorang wartawan B.M.Diah. Semula Soekarno meminta teks proklamasi itu ditandatangani oleh semua yang hadir. Tapi ditolak, dan bersepakat yang menanda tangani cukup dua orang, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta mewakili

bangsa Indonesia. Itu terjadi menjelang Subuh tanggal 17 Agustus 1945. Tidak banyak masyarakat yang tahu, bahwa pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, dua pemimpin bangsa itu dibawa ke Rengasdengklok. Juga banyak rakyat yang tidak open. Tidak perduli, Desas-desus yang beredar, mengatakan Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok mereka anggap sebagai berita bohong. Lagi pula, untuk apa kedua tokoh tersebut datang ke kota kecil itu - Rapat Padi . Sebenarnya pada tanggal 16 Agustus 1945 itu akan ada rapat membicarakan masalah pengumpulan padi hasil panen untuk diserahkan kepada tentara Jepang. Hal ini memang suatu pemaksaan, tapi tidak dapat dielakan jika tidak ingin sanksi berat dari Kempetai (polisi rahsia Jepang). Ya, begitulah nasib rakyat jajahan. Pagi-pagi benar seorang pamong desa, yaitu Soncho (camat) Soejono Hadipranoto sudah siap untuk hadir di rapat tentang padi itu. Sebagai seorang pamong desa dia wajib hadir. Tapi tanpa diduga mendadak muncul seorang perwira PETA. Dia memerintahkan agar Soejono datang segera ke kantor Chudan (kompi). Ada hal penting yang akan dibicarakan. Soejono mulanya agak menolak, karena dia harus hadir dalam rapat padi. "Tapi bagaimana

dengan rapat mengenai padi yang harus saya hadiri ?" tanya Soejono.

" Soal itu nanti saja, pertemuan di Chudan jauh lebih penting," ujar anggota PETA tersebut." Akhirnya Soejono menurut juga. Tidak mungkin berkeras. menolak, karena yang menyuruhnya seorang militer. Dalam perjalanan ke Markas Chudan, perwira PETA tersebut mengatakan, bahwa pagi itu telah datang serombongan pemuda pejuang dari Jakarta. Mereka membawa dua pimpinan nasional, Soekarno dan Hatta. Apa keperluan mereka perwira PETA itu belum mengetahuinya, Tapi tentu ada peristiwa penting yang akan terjadi. Juga dia tidak tahu di rumah siapa kedua pemimpin itu berada, tapi sebelumnya mereka memang mampir di Markas PETA. Dan pagi itu suasana di Rengasdengklok pun biasa-biasa saja. Meskipun dalam hati banyak orang, terutama petani, yang merasa dongkol, karena padi hasil jerih-payah mereka sebahagian akan diserahkan kepada Nippon

(Jepang). Mereka hanya boleh ambil seperlunya saja, sebahagian besar hasil sawah mereka harus diserahkan kepada penguasa. Yang

membandel pasti mendapat hukuman yang keras. Hukuman gaya militer, karena yang berkuasa memang militer. Begitulah nasib bangsa terjajah. Merah Putih Penompang mobil dari Jakarta itu diketahui adalah dua orang pemimpin yakni Soekarno dan Hatta. Ada juga tokoh pemuda pejuang,

Sukarni, yang begitu radikal mendesak Soekarno - Hatta agar secepatnya mengumumkan Kemerdekaan Indonesia, mumpung Jepang telah

menyerah kepada Sekutu. Kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia tentu untuk melucuti tentara Jepang dan dikembalikan ke negaranya. Dalam rombongan itu juga terdapat dr.Sutjipto dan dilindungi pasukan PETA. Setelah mampir sejenak di Markas PETA, Soekarno Hatta dibawa ke sebuah rumah sederhana, milik Djiau Kie Siong. Sukarni kemudian bergabung dengan rakyat di halaman Chudan (markas setingkat kompi). Rupanya rakyat telah mendengar desas-desus, bahwa Soekarno - Hatta sedang ada di Rengasdengklok. Namun mereka tidak tahu di mana kedua pemimpin itu ditempatkan di rumah siapa.

Di depan rakyat banyak itu Sukarni berpidato memberi penjelasan secara singkat. Katanya, tentara Jepang telah kalah perang dan menyerah kepada Sekutu. Ini berarti tentara Sekutu (dalam hal ini adalah tentara Inggeris - Red), bukan mustahil ikutserta Belanda, yang merasa bahwa Indonesia (Belanda menyebutnya Hindia Belanda) akan mereka ambil kembali. Apalagi terdengar berita, bahwa daerah-daerah jajahan yang direbut Jepang pada awal Perang Pasifik akan dikembalikan kepada penjajahnya yang semula. Maka sebelum hal ini terjadi, kita sebagai

rakyat Indonesia wajib mencegahnya. Kini saatnya rakyat Indonesia harus memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia harus menjadi rakyat merdeka, negara merdeka yang berkuasa penuh atas Tanah Airnya sendiri, yaitu Negara Republik Indonesia. Maka saudara-saudara sudah harus siap menghadapi hal ini. Siap jadi rakyat merdeka, lepas dari penjajahan. Kemudian dilakukan upacara singkat yang penuh arti. Mereka lalu menurunkan bendera Hinomaru (Jepang) dan menggantinya dengan bendera nasional Indonesia Sang Saka Merah Putih. Itu terjadi hari Kamis tanggal 16 Agustus 1945. Tapi kemudian soncho (camat) Soejono Hadipranoto nyeletuk : Nanti kalau Nippon (Jepang) tahu hal ini, bagaimana nasib kami, janganjangan kami akan dipenggal. Tapi dr.Soetjipto menenangkan hati penduduk yang sebahagian besar adalah petani dan pedagang kecil : Tidak perlu takut, karena Jepang sudah menyerah. Kita jadi bangsa merdeka, Tanah Air dan negara kita merdeka ! Jepang-Jepang yang ada di Rengasdengklok telah ditahan oleh pasukan PETA yang lebih banyak jumlahnya. Sayang, kota kecil Rengasdengklok sekarang sudah tak diingat lagi. Lebih-lebih generasi muda sama sekali tidak tahu. Padahal dalam sejarah kota ini sangat penting artinya, dan kota yang pertama kali

mengibarkan Merah Putih, walaupun Proklamasi Kemerdekaan secara formal baru keesokan harinya, Jumat tanggal 17 Agustus 1945 (bertepatan bulan suci Ramadhan pula) diproklamirkan oleh SoekarnoHatta di rumah Bung Karno Jalan Pegangsaan Timur Jakarta. Mengenai Peristiwa Rengasdengklok terdapat sedikit

perbedaan. Menurut Mohd. Hatta selama satu hari di Rengasdengklok tidak ada terjadi peristiwa apapun yang penting. Namun dalam buku Rengasdengklok, Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945 disebutkan ada terjadi peristiwa penting seperti diceritakan diatas. Tapi sudahlah, peristiwa Rengasdengklok itu hanya dalam sejarah, yang penting Indonesia sudah merdeka sejak Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Dirgahayu NKRI !

2.2. Sejarah Karawang Bila kita melihat jauh ke belakang, ke masa Tarumanegara hingga lahirnya Kabupaten Karawang di Jawa Barat, Berturut-turut berlangsung suatu pemerintahan yang teratur, baik dalam system pemerintahan pusat (Ibu Kota). Pemegang kekuasaan yang berbeda, seperti Kerajaan Taruma Negara (375-618) Kerajaan Sunda (Awal Abad VIII-XVI). Termasuk pemerintahan Galuh, yang memisahkan diri dari kerajaan Taruma Negara, ataupun Kerajaan Sunda pada tahun 671 M.

Kerajaan Sumedanglarang (1580-1608, Kasultanan Cirebon (1482 M) dan Kasultanan Banten ( Abad XV-XIX M). Sekitar Abad XV M, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusuf Idofi, dari

Champa, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, beliau merupakan seorang Hafidh Al-Quran yang bersuara merdu. Kemudian ajaran agama islam tersebut dilanjutkan penyebarannya oleh para Wali yang disebut Wali Sanga. Setelah Syeikh Quro Wafat, tidak diceritakan dimakamkan dimana. Hanya saja, yang ada dikampung Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, merupakan maqom (dimana Syech Quro pernah Tinggal). Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Hal ini menjadikan apabila Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an artinya tempat berawarawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut. Selain sebagian rawa-rawa yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain.

Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu, merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa buku-buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah : CARAVAN sekitar muara Citarum, Yang disebut CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai Citarum. Sejak dahulukala, bila orang-orang yang bepergian akan melewati daerah-daerah rawa, untuk keamanan, mereka pergi berkafilahkafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda, Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu, kesatuan-kesatuan kafilah dalam bahasa Portugis disebut CARAVAN yang berada disekitar muara Citarum sampai menjorok agak ke pedalaman sehingga dikenal dengan sebutan CARAVAN yang kemudian berubah menjadi Karawang. Dari Pakuan Pajajaran ada sebuah jalan yang dapat melalui Cileungsi atau Cibarusah, Warunggede, Tanjungpura, Karawang, Cikao, Purwakarta, Rajagaluh Talaga, Kawali, dan berpusat di kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis dan Bojonggaluh.

Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Subang, Purwakarta dan Karawang sendiri. Setelah Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 M, pada tahun 1580, berdiri Kerajaan Sumedanglarang, sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun, Putera Ratu Pucuk Umum (Disebut juga Pangeran Istri) dengan Pangeran Santri Keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Kerajaan Islam Sumedanglarang pusat pemerintahannya di Dayeuhluhur dengan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan,

Sukakerta dan Karawang. Pada tahun 1608 M, Prabu Geusan Ulum wafat digantikan oleh puteranya Ranggagempol Kusumahdinata, putera Prabu Geusam Ulum dari istrinya Harisbaya, keturunan Madura. Pada masa itu di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram dengan Rajanya Sultan Agung (1613-1645), Salah satu cita-cita Sultan Agung pada masa pemerintahannya adalah dapat menguasasi Pulau Jawa dan menguasai Kompeni (Belanda) dari Batavia. Rangggempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumedanglarang masih mempunyai hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengajui kekuasaan mataram. Maka pada tahun 1620, Ranggagempol Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan Kerajaan

Sumdeanglarang Sumedanglarang

dibawah dikenal

naungan dengan

Kerajaan

Mataram,

Sejak

itu

sebutan

PRAYANGAN.

Ranggagempol Kusumahdinata, oleh Sultan Agung diangkat menjadi Bupati Wadana untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah disebelah Timur Kali Cipamali, sebelah Barat Kali Cisadane, dsebelah Utara Laut Jawa dan, disebelah Selatan Laut Kidul. Karena Kerajaan

Sumedanglarang ada di bawah naungan Kerajaan Mataram, maka dengan sendirinya Karawang pun berada di bawah kekuasaan Mataram. Pada Tahun 1624 Ranggagempol Kusumahdinata wafat;

dimakamkan di Bembem Yogyakarta. Sebagai penggantinya Sultan Agung mengangkat Ranggagede, putra Prabu Geusan Ulun, dari istri Nyimas Gedeng Waru dari Sumedang, Ranggagempol II, putra

Ranggagempol Kusumahdinata yang mestinya menerima Tahta Kerajaan. Merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten, untuk meminta bantuan Sultan Banten, agar dapat menaklukan Kerajaan Sumedanglarang. Dengan Imbalan apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan diserahkan kepada Sultan Banten. Sejak itu Banyak tentara Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum, di bawah pimpinan Pangeran Pager Agung, dengan bermarkas di Udug-udug.

Pengiriman bala tentara Banten ke Karawang, dilakukan Sultan Banten, bukan saja untuk memenuhi permintaan Ranggagempol II, tetapi merupakan awal usaha Banten untuk menguasai Karawang sebagai persiapan merebut kembali Pelabuhan Banten, yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda) yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa. Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke Mataram, pada tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia. Di Banyumas, Aria Surengrono meninggalkan 300 prajurit dengan keluarganya untuk mempersiapkan Logistik dan penghubung ke Ibu kota Mataram. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalur utara melewato Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu dan Ciasem. Di Ciasem ditinggalkan lagi 400 prajurit dengan keluarganya, kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Karawang. Setibanya di Karawang, dengan sisa 300 prajurit dan

keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa tentara Banten yang

bermarkas di udug-udug, mempunyai pertahanan yang sangat kuat, karena itu perlu di imbangi dengan kekuatan yang memadai pula. Langkah awal yang dilakukan Surengrono membentuk 3 (Tiga) Desa yaitu desa Waringinpitu (Telukjambe), Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan) yang kini telah terendam air Waduk Jatiluhur ) dan desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang, pusat kekuatan di desa Waringipitu. Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakan Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung mempunyai anggapan bahwa tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan. Pengabdian Aria Wirasaba selanjutnya, lebih banyak diarahkan kepada misi berikutnya yaitu menjadikan Karawang menjadi lumbung padi sebagai persiapan rencana Sultan Agung menyerang Batavia, disamping mencetak prajurit perang.

Di desa Adiarsa, sangat menonjol sekali perjuangan keturunan Aria Wirasaba. Walaupun keturunan Aria Wirasaba oleh Belanda hanya dianggap sebagai patih di bawah kedudukan Bupati dari keturunan Singaperbangsa, tetapi ditinjau dari segi perjuangan melawan Belanda, pantas mendapat penghargaan dan penghormatan.

Karena

perlawanannya

terhadap

Belanda,

akhirnya

Aria

Wirasaba II ditangkap oleh Belanda dan ditembak mati di Batavia, Kuburannya ada di Manggadua, di dekat Makam Pangeran Jayakarta. Putra Kedua Aria Wirasaba, yang bernama Sacanagara bergelar Aria Wirasaba III, berpendirian sama dengan Aria Wirasaba I dan II, tidk mau tunduk pada Belanda, serta tidak meninggalkan misi sesepuhnya, yaitu memajukan pertanian rakyat, irigasi dan syiar Islam. Aria Wirasaba III meninggalkan kedudukannya sebagai patih, karena dirasakannya hanya menjadi jalur untuk menekan rakyatnya. Setelah wafat beliau dimakamkan di Kalipicung, termasuk desa Adiarsa sekarang.

KEMATIAN SINGAPERBANGSA Kematian Singaperbangsa, juga lebih diakibatkan oleh salah tafsir Raden Trunojoyo Bupati Panarukan yang memberontak Pemerintahan Sunan Amangkurat I. Setelah Sultan Agung meninggal dalam usia 55 tahun Sunan Amangkurat I sebagai Putera Mahkota dilantik menjadi Raja di Mataram. Sebagai pengganti almarhum Ayahnya (Sultan Agung) Sunan Amangkurat I tidak seidiologi dengan perjuangan Ayahnya Sunan Amangkurat I sangat otoriter dan kejam terhadap rakyatnya.

Bahkan Istana Mataram dijadikan Mataram tempat untuk mengeksekusi sekitar 300 ulama. Karena dianggap sebagai pembangkang ulama-ulama pemimpin informal itu ditangkapi secara massal, termasuk Eyang dan Ayahnya Trunojoyoyang mati ditangan Sunan Amangkurat I. Selama memerintah Mataram, Sunan Amangkurat I lebih berpihak kepada Kompeni, hal itu membuat rakyat Mataram marah besar. Tatkala Raden Trunojoyo memberontak bersama tentaranya yang dipimpin

Natananggala, spontan mendapat dukungan dari semua pihak. Termasuk dari padepokan padepokan Islam Makasar, yang dipimpin Kraeng Galesung. Trunojoyo seorang pemuda yang gagah dan berani, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, Pemerintahan Amangkurat I dapat diruntuhkan. Kota Plered, Jawa Tengah sebagai pusat Pemerintahan Mataram dapat dikuasai Trunojoyo. Sedangkan Sunan Amangkurat I melarikan diri menuju Batavia, meminta bantuan Belanda, namun baru sampai di Tegalarum (Tegal) Sunan Amangkurat I Meninggal. Namun sebelum meninggal, ia sempat melantik putranya yakni Amangkurat II. Amangkurat II sebagai Raja Mataram, perjuangannya juga tidak sejalan denga Sultan Agung (Eyangnya), ia lebih cenderung meneruskan perjuangan ayahnya yakni Sunan Amangkurat I yang bekerjasama

dengan Belanda, Ia tetap berusaha meminta bantuan Kompeni, Ia meloloskan diri ke Batavia lewat Laut Utara. Sementara perjuangan Aria Wirasaba dan keturunannya, tetap konsisten terhadap perjuangan Sultan Agung terdahulu, bahwa Karawang dijadikan lahan Pertanian Padi untuk memenuhi logistik persiapan menyerang Batavia. Namun Jika Masih ada sebagian generasi sekarang, masih

mempertanyakan nasib Aria Wirasaba, sebab kalau mengacu kepada Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, Pelantikan Wedana setingkat Bupati, antara Singaperbangsa dan Aria Wirasaba, dilantik secara bersamaan. Saat itu Singaperbangsa sebagai Bupati di Tanjungpura, sedangkan Aria Wirasaba Bupati Waringipitu. Tapi mengapa kini Aria Wirasaba tidak masuk catatan Administratif Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang. Perhatikan perkataan Hoofd-Regent (Bupati Kepala) dan TweedenRegent (Bupati Kedua) memang datang dari Belanda, yang menyatakan bahwa kedudukan Singaperbangsa lebih tinggi dari Aria Wirasaba. Sebaliknya kalau kita perhatikan sumber kekuasaan yang diterima kedua Bupati itu, yaitu Piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, yang ditulis Sultan Agung tanggal 10 bulan Mulud Tahun Alip, sama sekali tidak menyebut yang satu lebih tinggi dari lainnya Tapi dalam menyikapi hal ini, kita pun harus lebih arif dan bijaksana, karena setiap peristiwa memiliki

situasi dan kondisi yang berbesa-beda itulah Sejarah (Sumber Suhud Hidayat Dalam Buku Sejarah Karawang Versi Peruri Halaman 42-51). Demi menjaga keselamatan, Wilayah Kerajaan Mataram di sebelah Barat, pada tahun 1628 dan 1629 bala tentara kerajaan Mataram diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia Namun serangan ini gagal karena keadaan medan sangat berat berjangkitnya Malaria dan kekurangan persediaan makanan. Dari kegagalan itu, Sultan Agung menetapkan daerah Karawang sebagai pusat Logistik, yang harus mempunyai pemerintahan sendiri dan langsung berada dibawah pengawasan Mataram, dan harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap dan ahli perang, mampu menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan, guna mendukung pengadaan logistic dalam rencana penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia. Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa dari Galuh dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya menuju Karawang tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia, sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang telah dianggap gagal.

Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya dilaporkan kepada Sultan Agung atas keberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi jabatan Wedana (setingkat Bupati ) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III, serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama KAROSINJANG.Setelah

penganugerahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram, 2.3. Pristiwa Rengasdengklok A. KEKALAHAN JEPANG DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN Perang Dunia II terjadi setalah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan citacitanya, yaitu

membentuk ersekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.

Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Pebruari

1942. Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan

dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Ga

p

J

(

mbaran erlucuta epang Sumber

yang

n

menyer

:

menunjukk senjata ah pada Tugiyon an ketika Sekutu o, 1985).

Setelah

kalian

mengamati

Gambar

diatas

dan

menjawab

beberapa pertanyaan di atas. Coba bandingkan pemahaman kalian dengan paparan di bawah ini. Tidak lama setelah serbuan bala tentara Jepang secara mendadak ke pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941, Amerika Serikat seakanakan lumpuh. Dalam kenyataannya Jepang tidak dapat melumpuhkan Amerika Serikat, bahkan Amerika bangkit dan menjadi musuh yang paling berat bagi Jepang. Melihat fenomena ini muncul pertanyaan apakah serangan Jepang terhadap Pearl Harbour itu bukan langkah yang keliru (Lihat Onghokham, 1989: 163). Lebih-lebih setelah lima bulan Perang Asia Timur Raya berkorbar, Amerika Serikat telah dapat memukul balik Jepang. Dalam perang laut Karang (4 Mei 1942) dan disusul dengan perang di Guadacanal (6 Nopember 1942), Jepang secara berturut-turut menderita kekalahan. Kekalahan yang paling besar dialami Jepang dalam pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck (1 Maret 1943).

Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan

banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat

menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Menurut rencana, dengan mengambil tempat di atas geladak kapal perang Amerika Serikat Missouri yang berlabuh di teluk Tokyo ditandatangani kapitulasi penyerahan Jepang antara Jenderal Douglas Mc Arthur dengan Hirohito pada tanggal 2 September 1945. Sebagai tindak lanjut dari penyerahan itu, Sekutu mulai mengadakan perlucutan senjata, memulangkan tentara Jepang dan mengadili penjahat perang. Tugas di Indonesia dilaksanakan oleh tentara Inggris. Mengapa tentara Inggris dan bukan tentara Amerika Serikat? Hal ini memang dimungkinkan karena pada akhir tahun 1943 ditetapkan bahwa Pulau Sumatera masuk dalam South East Asia Command (SEAC), di bawah Admiral Inggris, Lord Louis Mountbatten

yang pada waktu itu bermarkaskan di India. Wilayah kepulauan lain masuk dalam South West Fasific Command di bawah pimpinan Jenderal Amerika Serikat Douglas Mc Arthur, yang berkedudukan di Australia.

B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemereekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk

mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dlam perkembangannya berubah menjadi PPKI.

Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat (unconditional surrender). Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa

Indonesia. Sementara itu Sutan Sjahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah pada Sekutu. Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar

proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh SukarnoHatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Sukarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sjahrir maka diajaknya ke rumah Sukarno. Namun Sukarno belum dapat menerima maksud Sjahrir dengan alasan bahwa Sukarno hanya bersedia melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu Sukarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.

C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Sikap Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain. Kemudian dilaporkan apa yang baru terjadi di kediaman Bung Hatta dan Bung Karno. Mendengar berita itu kelompok muda menghendaki agar Sukarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggununggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang

menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus

diputus dan sebaliknya perlu mengadakan rundingan dengan Sukarno dan Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan

proklamasi. Setelah rapat dan mengadakan musyawarah, maka diambil keputusan untuk mendesak Sukarno agar bersedia melaksanakan

proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya sehingga lepas dari Jepang. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.

Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Sukarno belum bersedia

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Sukarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.

Peristiwa ini menunjukkan adanya ketegangan antara kelompok tua dengan kelompok muda yang memiliki sifat, karakter, cara bergerak, dan dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya berhenti pada adu argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari golongan muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang

tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika SoekarnoHatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan. Pemilihan Rengasdengkolk sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer.

Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu,

sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrirlah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.

Di

Rengasdengklok

inilah

Bung

Karno

didesak

untuk

memproklamirkan kemerdekaan. Menurut Diah gagasan ini semacam ilham. Di kota ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tempat pemusatan kekuasaan bersenjata yang akan merebut Jakarta setelah proklamasi.Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, SoekarnoHatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu

antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta. Achmad Subardjo sibuk mencari informasi kebenaran tentang penyerahan Jepang kepada Sekutu yang tiba-tiba dikagetkan dengan hilangnya Soekarno-Hatta. Keberadaan Soekano-Hatta akhirnya diketahui dari Wikana, saat itu juga Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta. Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi

kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin. Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Hoh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segeramembawa SeoekarnoHatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping

Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan SoekarnoHatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang amandan

terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.

D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI

Bertitik keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik

tolak

dari resmi

secara

maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami kemudian berubah menjadi Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi Halhal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain

akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang.Sekarang timbullah masalah

siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku Wakil-wakil Bangsa Indonesia. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.

E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:

Saudara-saudara sekalian !

Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.

Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia.

Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi kami:

Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut: 1. Pembacaan Proklamasi.

Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi:

Demikianlah, saudara-saudara ! Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik

Indonesia, medeka kekal dan abadi. Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!2. Pengibaran bendera Merah Putih.

Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu

Kebangsaan Indonesia Raya. 3. Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik

pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk dunia

baru yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.

F. MAKNA PROKLAMASI Menurut kalimat-kalimat yang terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan. Bangsa Indonesia benar-benar telah telah siap untuk itu,

mempertahankan kemerdekaan

yang

diproklamasikannya

demikian juga siap untuk mempertahankan negara yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama pada naskah proklamasi yang berbunyi: Kami banga Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Apabila ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan itu mengandung beberapa aspek: 1. Dari sudut Ilmu Hukum, maka proklamasi atau

pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah

menghapuskan

tata

hukum

kolonial

untuk

pada

saat

itu

juga digantikan dengan tata hukum nasional (Indonesia). 2. Dari sudut politik-ideologis, maka proklamasi atau

pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan

dan sekaligus membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh. 3. Proklamasi Kemerdekaan ialah suatu alat hukum

internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air, pemerintahan dan kebahagiaan rakyat. 4. Proklamasi sebagai dasar untuk meruntuhkan segala

hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal

yang berhubungan langsung dengan kemerdekaan nasional. 5. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga

dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta benda, darah dan jiwa yang berlangsung

sudah sejak berabad-abad lamanya untuk membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah. 6. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertujuan

untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia, antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.

G.

DUKUNGAN

DAERAH

TERHADAP

PEMBENTUKAN

NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.

Proklamasi

Kemerdekaan

telah

dibentuk

negara

Republik

Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang sah yaitu: Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945

1).

Mengesahkan

dan

menetapkan

Undang-Undang

dasar

Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. 2). Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. 3). Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.

Kedua, tanggal 19 Agustus 1945 1). Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra. 2). Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah. 3). Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Departemen Luar Negeri, Departemen Kemakmuran, dan Kehakiman, Departemen

Departemen

Departemen Kesehatan, Kebudayaan, Departemen dan

Pengajaran,Pendidikan Pertahanan,

Sosial, Departemen

Departemen

Perhubungan,

Departemen Pekerjaan Umum.

Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945

1). Pembentukan Komite Nasional. 2). Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan 3). Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.

Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa

dalam Negera Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna (merah, putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan darah, maka . Untuk Presiden

menghindari

terjadinya

pertumpahan

Soekarno berkata;

Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang

akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintahperintah dan tunduk kepada disiplin.Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang

Jepang agar menyerahkan kantormereka kepada orang Indonesia. 2.4. Rumah Sejarah Kemerdekaan di Rengasdengklok

RUMAH SEJARAH DI RENGAS DENGKLOK SALAKANEGARA. Rengas dengklok Rumah tinggal keluarga Djiau Kie Song berada di Kampung Bojong Tugu, Kelurahan Rengasdengklok, Kecamatan Rengasdengklok. Rumah tinggal ini menyimpan sejarah peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan

Republik Indonesia. Lingkungan di mana rumah ini berada merupakan pemukiman yang tidak begitu padat. Di sebelah selatan rumah, seberang jalan kampung berupa kebun dan belakang rumah merupakan area persawahan. Sedangkan di sebelah barat dan timur merupakan rumah penduduk. Rumah tinggal yang berada pada kawasan pedataran rendah pantai utara ini berada pada posisi 06 09' 377" Lintang Selatan dan 107 17' 415" Bujur Timur. Lokasi sekarang ini merupakan lokasi baru. Dahulu lokasinya berada di sebelah barat daya lokasi sekarang berjarak sekitar 500 m, pada tepi Citarum. Karena sering terkena banjir dan terancam roboh maka dipindahkan ke lokasi sekarang.

Lahan pekarang lokasi baru ini luasnya 150 m2. Batas halaman sisi selatan berupa pagar bambu, sedangkan batas lainnya tidak begitu tegas. Rumah dibangun menghadap ke arah selatan. Ukuran rumah 9 x 6 memanjang ke samping dengan atap berbentuk limasan berbahan genting. Dinding bercat putih dan tiang bercat hijau muda terbuat dari bahan kayu, lantai berupa ubin terakota. Bagian depan rumah merupakan serambi terbuka. Pintu masuk berada di tengah di apit dua jendela. Pintu dan jendela juga bercat warna hijau muda. Ruang dalam terbagi tiga bagian yaitu bagian tengah, kamar samping kanan (barat), dan kamar samping kiri (timur). Ruang dalam bagian

tengah merupakan semacam ruang pertemuan keluarga atau ruang tamu. Pada saat sekarang di bagian utara ruangan ini terdapat altar persembahyangan. Pada dinding di atas altar persembahyangan

terpajang foto Bung Karno dan foto Djiau Kie Song.

Dari ruang tengah ke kamar samping kanan melalui pintu yang berada di tengah. Di dalam kamar ini tersimpan tempat tidur (ranjang) yang dahulu merupakan tempat peristirahatan Bung Hatta. Ke kamar samping kiri juga melalui pintu yang berada di tengah. Kamar samping kiri ini merupakan tempat peristirahatan Bung Karno, Ibu Fatmawati, dan Guntur Soekarno Putra. Tempat tidur yang dahulu dipakai beliau juga masih tersimpan.

Rumah singgah Bung Karno dan Bung Hatta saat menjelang proklamasi kemerdekaan RI ini sekarang masih merupakan milik keluarga Djiau Kie Song. Sebagai rumah tinggal, rumah ini sarat dengan nilai-nilai luhur perjuangan pemuda ketika itu untuk mewujudkan kemerdekaan RI. Nilainilai luhur di balik peristiwa bersejarah itulah yang hingga sekarang sering dikaji melalui peninggalan ini. Di samping itu, generasi muda sekarang yang mengunjungi rumah ini akan tergugah untuk lebih memahami perjuangan pada waktu itu.

2.5. Monumen Kebulatan Tekad di Rengasdengklok Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok berada di Rengasdengklok, nama yang tidak lagi asing ditelinga sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, karena nama itu selalu dihubungkan dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rengasdengklok adalah ke tempat dimana Soekarno dan Hatta dibawa pada 16 Agustus 1945, dalam suatu upaya yang dilakukan oleh beberapa orang pemuda untuk mempercepat proklamasi. Nama itu akan tetap tinggal nama, jika saja dalam suatu perjalanan pulang ke Jakarta melewati tol Cikampek Jakarta, saya gagal mendorong diri untuk berbelok keluar di pintu tol Karawang Barat. Hanya berbekal nama, mobil pun melaju untuk mencari tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya itu. Di pintu tol, gadis penjaga gardu tol berkata bahwa saya harus berbelok ke kiri ketika bertemu lampu merah, dan lalu belok ke kanan saat menjumpai stasiun bus Tanjung Pura. Saya ikuti petunjuknya. Dari pintu tol sampai ke lampu merah jaraknya sekitar 6,6 km, dan sekitar 3,4 km lagi untuk sampai di stasiun bus Tanjung Pura. Mengikuti jalan utama, setelah sekitar 12,1 kilometer dari stasiun bus Tanjung Pura, mobil berbelok ke kiri setelah melihat ada papan penunjuk

jalan ke arah monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok. Jalan yang rupanya baru dibuat belum terlalu lama itu membujur melewati persawahan sepanjang 2,2 kilometer sebelum akhirnya sampai ke monumen. Perjalanan secara keseluruhan adalah 24,3 km dari pintuk keluar tol Karawang Barat. Ada perasaan senang di hati, karena akhirnya berhasil juga menemukan tempat itu.

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok dengan sebuah tanda berbunyi Selamat Datang di Monumen Kebulatan Tekad

Rengasdengklok. Beberapa pekerja tampak tengah mengganti pagaryang mengelilingi Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok ini. Peristiwa Rengasdengklok adalah insiden penculikan Soekarno dan Hatta yang dilakukan oleh pemuda kelompok Menteng 31 pada 16 Agustus 1945. Fatmawati dan Guntur juga ikut dibawa ke sana.

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok ini sebelumnya adalah markas PETA (Pembela Tanah Air). Di tempat inilah, Soekarno dan Hatta diminta oleh para pemuda itu untuk mempercepat proklamasi, namun mereka menolak.

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok menjadi saksi bahwa pada

16 Agustus 1945, sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, sudah dilangsungkan upacara pengibaran bendera merah putih di tempat ini.

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok erat kaitannya dengan keberadaan rumah babah Djiaw Kie Siong yang terlihat pada foto di atas. Untuk alasan keamanan, Soekarno dan Hatta dikawal pergi menuju ke sebuah rumah yang agak terpisah dari rumah-rumah lain yang berada di dekat sungai Citarum. Rumah ini dimiliki oleh (alm) babah Djiaw Kie Siong. Pada 1957, rumah tersebut dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini karena terancam abrasi sungai Citarum.

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok membuat saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengan Pak Daniel, yang adalah cucu dari babah Djiaw Kie Siong. Ia yang sekarang ditugasi merawat rumah bersejarah itu.

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok pernah dikunjungi oleh beberapa putera Bung Karno, dan tokoh partai.

Di atas meja terdapat sebuah buku tamu dan beberapa buah foto. Meskipun foto Megawati terpajang di atas meja itu, namun sampai saat itu ia belum pernah berkunjung ke tempat ini.

Foto di atas adalah replika tempat tidur yang pernah dipakai oleh Bung Karno untuk beristirahat pada peristiwa Rengasdengklok. Tempat tidur aslinya telah dibawa atas perintah Mayor Jenderal Ibrahim Adjie, yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi, untuk ditempatkan di museum tentara di Bandung.

2.6. Sejarah Pencuikan di Rengasdengklok Sejarah menunjukkan detik-detik menjelang kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, ada peristiwa Rengasdengklok yang menjadi salah satu peristiwa penting.

Tepat pada hari ini, 64 tahun silam pada 16 Agustus 1945, sejumlah pemuda kelompok Menteng 31 melakukan penculikan

terhadap Seokarno dan Hatta. Tepat pada pukul 04.30 WIB, mereka membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok unntuk mendesak

percepatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tokoh-tokoh pemuda tersebut diantaranya Adam Malik, Chaerul Saleh, Soekarni, Jusuf Kunto, Shodancho Sulaiman, Shodanco Singgih, Chudancho Dr. Soetjipto, Chudancho Subeno, dll. Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara para pemuda menginginkan proklamasi dilakukan tanpa PPKI, karena dianggap buatan Jepang dan seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang. Sebab sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka. Namun akhirnya, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik. Teks diketik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. 2.7. Peristiwa yang berkaitan dengan Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari

"penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Adam Malik dan Chaerul Saleh dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB, Soekarno dan

Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka. Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad

Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta. Keesokan pernyataan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus teks 1945

proklamasi

dikumandangkan

dengan

proklamasi

Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

2.8. Tokoh-Tokoh yang berkaitan dengan Rengasdengklok Beberapa tokoh yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok ini antara lain:

Soekarni Jusuf Kunto Chaerul Saleh

Shodancho Singgih, perwira PETA dari Daidan I Jakarta sebagaipimpinan rombongan penculikan.

Shodancho Sulaiman Chudancho Dr. Soetjipto

Chudancho Subeno sebagai pemimpin Cudan Rengasdengklok(setingkat kompi). Chudan Rengasdengklok memiliki 3 buah

Shodan (setingkat pleton) yaitu Shodan 1 dipimpin ShodanchoSuharjana, Shodan 2 dimpimpin Shodancho Oemar Bahsan dan

Shodan 3 dipimpin Shodancho Affan.

Honbu (staf) yang dipimpin oleh Budancho Martono.