karakteristik penderita glaukoma thn 2011

38
1 Kajian: KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT GLAUKOMA DI BKMM MAKASSAR TAHUN 2011 OLEH: ANDI FATMAWATI, SKM,.M.Kes BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) MAKASSAR DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

Upload: bahtiarl

Post on 04-Jul-2015

1.458 views

Category:

Health & Medicine


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

1

Kajian:

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT GLAUKOMA DI BKMM MAKASSAR

TAHUN 2011

OLEH:

ANDI FATMAWATI, SKM,.M.Kes

BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) MAKASSAR DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

Page 2: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, dan salah

satu bidang yang tak kalah pentingnya dari bidang lain adalah bidang

kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Indera penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan

besar pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan

produktifitas kerja manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kualitas harapan hidup,

meningkatkan kesejahtraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi

kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

Mata merupakan bagian dari panca indera yang sangat penting

dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan,jalur utama informasi 81 %

melalui mata. Maka dari itu mata seringkali disebut jendela karena bisa

menyerap semua yang memantulkan. Akibatnya, cahaya yang masuk justru

bisa menjadi faktor penyebab kebutaan (Gemari,2112).

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini

diseluruh dunia , ada sekitar 135 jutra penduduk dunia memiliki penglihatan

lemah dan 45 juta orang (3 %) menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut 91

Page 3: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

3

% diataranya berada di Negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia

Tenggara (Germani,2112)

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari seluruh

kebutaan didunia, terbanyak adalah mereka yang tinggal di negara

berkembang. Sampai saat ini Indonesia belum terlepas dari masalah

kesehatan mata masyarakat hal ini terlihat dari tingginya angka kebutaan dua

mata. Berdasarkan hasil survey indera penglihatan tahun 1993-1996 hasilnya

menunjukkan angka kebutaan 1,5 %, Angka kebutaan yang tinggi di

Indonesia disebabkan tingginya insidens glaukoma dengan semakin

meningkatnya usia harapan hidup masyarakat. Selain kebutaan glaukoma

adalah kelainan refraksi yang merupakan prevalensi morbiditas mata tertinggi

yaitu 22,1%, dan penyakit mata lainnya yang cukup banyak ditemukan

adalah pterigium, konyuctivitis, glaucoma, hordeolum dan blefaritis.

Prevalensi glaukoma tahun 1996 dibeberapa Negara, seperti di

Amerika Serikat 1,27% hingga 5,6 %, Swedia 1,86 % dan Jamaika 1,4 %.

Sedangkan di Indonesia berdasarkan survey Departemen Kesehatan tahun

1996 sebanyak 1,2 % kebutaan akibat glakuoma, terdapat 1,16 % kebutaan

kedua mata, 1,14 % kebutaan pada satu mata.

Berdasarkan data kunjungan di bagian rekam medis Balai Kesehatan

Mata (BKMM) Makassar tahun 2010 tercatat 1785 penderita glaukoma,

sedangkan untuk tahun 2011 tercatat 1584 penderita.

Page 4: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

4

Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang

karakteristik penderita glaukoma yang berkunjung di BKMM Makassar tahun

2011.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik penderita glaukoma di Balai Kesehatan Mata

(BKMM) Makassar Tahun 2011.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita glaukoma di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar Tahun 2011

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 3

Januari – 30 Juni berdasarkan usia di BKMM Makassar Tahun

2011.

b. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 3

Januari – 30 Juni berdasarkan jenis kelamin di BKMM

Makassar Tahun 2011.

c. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1

Januari – 30 Juni berdasarkan aktifitas/ jenis pekerjaan di

BKMM Makassar Tahun 2011.

d. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1

Januari – 30 Juni berdasarkan Riwayat Alamiah Penyakit di

BKMM Makassar Tahun 2011.

Page 5: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

5

e. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1

Januari – 30 Juni berdasarkan kejadian Diabetes Mellitus di

BKMM Makassar Tahun 2011.

f. Untuk mengetahui distribusi penderita Glaukoma periode 1

Januari – 30 Juni berdasarkan kejadian Hipertensi di BKMM

Makassar Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Balai Kesehatan Mata

Masyarakat (BKMM) Makassar tentang penderita glaucoma

dalam upaya perencanaan pencegahan kebutaan dengan

mengenal secara dini karakteristik penderita glaukoma.

b. Sebagai bahan informasi / masukan bagi peneliti lain yang akan

melakukan/melanjutkan penelitian tentang glaukoma.

Page 6: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan

tekanan cairan di dalam mata. Glaukoma akut terjadi secara tiba-tiba. Kondisi

ini harus segera diatasi untuk menyelamatkan penglihatan. Pada glaukoma

kronis peningkatan tekanan di dalam mata terjadi dalam masa beberapa

bulan atau tahun tanpa terjadi gejala apa-apa. Kalau tidak diobati, glaukoma

kronis akhirnya mengakibatkan kebutaan total. Glaukoma dapat juga

disebabkan oleh penyakit mata lainnya. Mereka yang berusia 41 tahun

keatas, kemungkinan bisa mengidap penyakit Glaukoma. Namun demikian,

tidak dipungkiri bisa juga menyerang semua umur dan tanpa batasan jenis

kelamin. Penyakit ini timbul pada orang-orang yang mempunyai bakat

glaukoma atau diakibatkan penyakit mata lain.

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak didunia,

dan merupakan penyebab utama kebutaan yang bersifat ireversibel. Risiko

untuk mendapat glaucoma meningkat bersama dengan bertambahnya umur,

tetapi penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur, baik neonatonus

dan fetus. Pada 11.111 bayi baru lahir terdapat 1 bayi yang glaucoma

congenital.

Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intra

okuler (TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus, atropi papil saraf

optic, dan menciutnya lapangan pandang. Hampir 81.111 ribu penduduk

Page 7: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

7

Amerika Serikat buta akibat glaucoma, sehingga penyakit ini menjadi

penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Di

Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta penderita glaucoma.

B. Pengertian Glaukoma

Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan mata

seseorang demikian tinggi atau tidak normal. Sehingga mengakibatkan

kerusakan pada saraf optic dan mengakibatkan gangguan pada sebagian

atau seluruh lapang pandang atau buta. Tekanan mata yang normal

dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-21 mmHg.

Di dalam mata terdapat cairan mata yang terdiri dari 99,9 % air murni

(akuos humor) bening yang mengalir terus. Pengaliran cairan ini didalam bola

mata seperti air yang berada di dalam kolam tertutup yang bertukar dan

mengalir terus. Demikian pula jika cairan mata tidak dapat keluar maka

tekanan di dalam bola mata akan naik dan merusak saraf penglihatan.

C. Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Glaukoma Primer

Pada Glakoma primer, penyebab timbulnya glaucoma tidak diketahui.

Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaucoma sudut tertutup atau

glaucoma sudut sempit dan glaucoma sudut terbuka, yang disebut juga

sebagai glaucoma simpleks atau glaucoma kronik.

2. Glaukoma Sekunder

Page 8: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

8

Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang diketahui penyebab

timbulnya. Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan

kelainan-kelainan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada

saat itu, seperti : kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan

lain-lain.

3. Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya tekanan

bola mata akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik segmen

depan bola mata. Gangguan perkembangan embriologik dapat brupa

kelainan akibat terdapatnya membran congenital yang menutupi sudut bilik

mata depan pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan

kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak sempurnanya pembentukan

pembuluh darah bilik yang menampung cairan bilik mata.

Akibat pembendungan cairan mata, tekanan bola mata meninggi pada

saat bola mata sedang dalam perkembangan sehingga terjadi pembesaran

bola mata yang disebut sebagai buftalmos.

Gejala-gejala glaucoma congenital biasanya sudah dapat terlihat pada

bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan pada glaucoma

congenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada

bayi yang menderita glaucoma kengenital, hal ini terlihat pada suatu sikap

seakan-akan ingin menghindari sinar sehingga bayi tersebut akan selalu

menyembunyikan kepala dan matanya.

4. Glaukoma Absolut

Page 9: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

9

Glaukoma absolut adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaucoma

dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah t6erjadi kebutaan

total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

Pada glaucoma absolute, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,

mata keras seperti batu dan disertai dengan rasa sakit.

D. Epidemiologi Glaukoma

1. Distribusi Frekuensi

Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat diobati, akan tetapi

bila diketahui sejak dini dan segera dilakukan tindakan medis maka glaucoma

dapat dikontrol untuk mencegah kerusakan lanjut atau kebutaan pada mata.

Berdasarkan penelitian saaddine dkk (2112) di Amerika serikat, angka

prevalensi glaucoma lebih tinggi pada usia > 65 tahun (11,7%) disbanding

dengan usia 51-64 tahun (4,9%).

Taber (2113) di Rumah Sakit haji Adam Malik Medan, dari 21

penderita glaucoma simpleks terdapat rata-rata tekanan intraokuler (TIO)

atau tekanan di dalam bola mata sebesar 26,1 mmHg, dengan rata-rata umur

42,8 tahun, usia termuda 16 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil

penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (71%).

2. Determinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi glaucoma antara lain adalah:

a. Usia

Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya

menyerang orang berusia diatas 41 tahun. Risiko terkena glaucoma akan

Page 10: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

10

meningkat pada umur 41-64 tahun sebesar 1 % dan pada umur 65 tahun

keatas sebesar 5 %.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Magdalena (2116) di RSU

Dr.Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita hipertensi yang telah

berumur ≥ 61 tahun berisiko mengalami glaucoma sebesar 6 kali lebih besar.

b. Jenis kelamin

Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit

putih ditemukan bahwa pria berisiko daripada wanita, sedangkan pada orang

kulit hitam, penderita pria sama risikonya dengan wanita.

c. Ras

Risiko terserang glaucoma sangat tinggi pada ras Afrika.

Berdasarkan ras orang kulit hitam mempunyai risiko 7 kali lebih besar

terserang glaucoma dibandingkan orang kulit putih.

Pada orang kulit putih ditemukan bahwa glaucoma primer sudut

terbuka, berisiko 4 kali lebih besar daripada glaucoma primer sudut tertutup,

sedangkan pada orang Indonesia glaucoma primer sudut tertutup berisiko

lebih besar daripada glaucoma sudut tertutup.

d. Riwayat Keluarga

Apabila dalam keluarga ada yang terkenan glaucoma disarankan

agar anggota keluarga yang lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin

apabila umur telah lebih dari 41 tahun.

Mereka yang memiliki riwayat glaucoma pada anggota keluarga

berisiko 4-8 kali lebih besar untuk terserang glaucoma. Risiko terbesar

Page 11: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

11

terdapat pada hubungan kaka-beradik kemudian hubungan orang tua dengan

anak-anak.

e. Diabetes mellitus

Penyakit Diabetes mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya

risiko terkena glaucoma. Penderita Diabetes mellitus (DM) berisiko 2 kali

lebih sering terkena glaucoma sebesar 51 % dari penderita Diabetes

mengalami penyakit mata dengan risiko kebutaan 25 kali lebih besar.

f. Hipertensi

Penderita hipertensi pun berisiko lebih tinggi terserang glaucoma

daripada yang tidak mengidfap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi

berisiko 6 kali lebih sering terkena glaucoma.

g. Trauma

Kelainan mata seperti kelainan lensa, kelainan uvea, trauma,

pembedahan glaukoma atau radang mata dan lain-lain, dapat menyebabkan

terjadinya glaucoma.yang disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan

mata yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu.

h. Miopi

Bentuk anatomi dari mata merupakan factor kunci untuk

berkembangnya glaucoma. Bentuk anatomi mata orang yang dengan miop

(berkaca mata minus) biasanya yang lebih besar terkena glaucoma.

i. Obat-obatan

Salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya glaucoma adalah

pemakaian obat-obatan yang mengandung steroid secara rutin dalam jangka

Page 12: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

12

waktu yang lama misalnya: pemakaian obat tetes mata yang mengandung

steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma

dan pemakai obat steroid secara rutin lainnya. Pemakai obat-obatan steroid

secara rutin, sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis

mata untuk pendeteksian glaucoma.

E. Gejala-Gejala dan Keluhan penderita Glaukoma

Gejala dini glaucoma tidak ada yang menunjukkan gejala yang

berarti, karena sebagian orang hanya merasakan gejala yang hampir sama

dengan penyakit mata lainnya, seperti mata buram, sakit mata, atau timbul

pelangi jika melihat sorot lampu, yang terjadi karena adanya tekanan yang

tinggi pada mata sehingga membuat mata menjadi bengkak, akibatnya

pembiasan cahaya menjadi terganggu.

Penderita dapat mengalami glaucoma dalam stadium dini dan

menengah selama bertahun-tahun tanpa merasakan gejala awal. Sebagian

besar penderita glaucoma datang kedokter spesialis mata setelah keluhan

dirasakan pada stadium lanjut dan sudah mengalami kebutaan.

Ada dua keluhan pasien glaucoma yang pertama adalah pada

glaucoma akut (mendadak) yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh

tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan didalam bola mata yang tinggi secara

mendadak. Kedaan tersebut dapat menyebabkan kebutaan dalam waktyu

realtif cepat yaitu dalam hitungan hari. Gejalanya adalah mendadak nyeri

pada mata, sakit kepala, kelopak mata bengkak, mata merah, melihat pelangi

disekitar sumber cahaya atau lampu ( adanya halo), dan mual sampai

Page 13: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

13

muntah. Yang kedua adalah pada glaucoma kronis (menahun) yaitu penyakit

mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan itraokuler (TIO) atau

tekanan didalam bola mata secara perlahan-lahan. Biasanya muncul diusia

41 tahun keatas pada glaucoma kronis (menahun) saraf mata mengalami

kerusakan dan kematian yang spesifik, sehingga mengakibatkan kehilangan

lapang pandangan sesuai dengan beratnya glaucoma. Namun terkadang

glaucoma kronis (menahun) terjadi tanpa keluhan.

F. Diagnosis

Setiap orang perlu melakukan pemeriksaan matanya secara teratur.

Apabila seseorang mengetahui mempunyai factor risiko untuk terserang

glaucoma, maka sebaiknya memerlukan pemeriksaan yang teratur.

Pemeriksaan mata pada umumnya sebainya dilakukan setiap 3-5 tahun

sekali, namun bila usia telah mencapai lebih dari 41 tahun maka pemeriksaan

mata dilakukan setiap 1-2 tahun sekali. Pemeriksaan mata dilakukan setiap

tahun sangat penting bagi orang yang memiliki factor risiko.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya glaucoma maka dokter mata

akan melakukan pemeriksaan dasar glaucoma seperti pemeriksaaan saraf

optic, tekanan bola mata, dan lapang pandangan. Bila dua dari tiga

pemeriksaan diatas tidak normal maka diagnosis glaucoma sudah dapat

dibuat.

Beberapa uji yang sering dilakukan pada mata untuk membuat

diagnosis antara lain:

Page 14: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

14

a). Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga. Dokter mata

akan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

glaucoma. Dalam anamnesis dibutuhkan pula riwayat medis dan

pribadi.

b). Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer atau

dengan alat pengukur tekanan bola mata lainnya.

c). Dokter mata akan melakukan pemeriksaan dan melihat kerusakan

yang terjadi pada saraf optik dengan menggunakan oftalmoskopi.

Oftalmoskopi adalah alat untuk memeriksa mata bagian dalam

terutama saraf mata, dengan cara mengeluarkan sinar untuk

menyinari bagian dalam mata, sehingga bentuk dan syaraf optic

dapat dilihat.

d). Untuk melihat keadaan lapang pandangan, maka dilakukan uji dengan

cara membuat peta lengkap lapang panglihatan dan gangguan

penglihatan pada daerah penglihatan.

e). Pemeriksaan genioskopi, yaitu pemeriksaan sudut bilik mata dengan

menggunakan lensa gonioskopi yang disebut geniolens.

G. Penatalaksanaan Medis Terhadap Penanggulangan Glaukoma

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaucoma,

namun pada kebanyakan kasus glaucoma dapat dikendalikan. Penderita

glaucoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, operasi laser dan

pembedahan. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan

penglihatan yang lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaucoma

Page 15: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

15

maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan

penglihatan. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan untuk

penanggulangan terhadap glukoma antara lain adalah:

1). Non Operasi dengan menggunakan tetes mata, dan dengan Laser

trabecculospaty, ini dilakukan jika obat tetes mata tidak

menghentikan kerusakan penglihatan.

2). Operasi

Page 16: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

16

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diamati

Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah

glaukoma,glaucoma,kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan

dengan degenerative.Saat ini kasus kebutaan akibat glaukoma menjadi

masalah yang perlu mendapat prhatian serius,karena insiden glaukoma

mencapai 211 ribu orang pertahun (Gemari 2114).

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak didunia,

dan merupakan penyebab utama kebutaan yang bersifat ireversibel. Risiko

untuk mendapat glaucoma meningkat bersama dengan bertambahnya umur,

tetapi penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur, baik neonatonus

dan fetus. Pada 11.111 bayi baru lahir terdapat 1 bayi yang glaucoma

congenital.

.Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan

intra okuler (TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus, atropi papil

saraf optic, dan menciutnya lapangan pandang. Hampir 81.111 ribu

penduduk Amerika Serikat buta akibat glaucoma, sehingga penyakit ini

menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta penderita glaucoma.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan dari penulisan,perlunya di

lakukan kajian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Glaukoma

Page 17: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

17

yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan mata,khususnya penyakit

glaukoma,maka dalam penulisan ini variable yang akan di amati antara lain:

1. Usia Pasien

Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya

menyerang orang berusia diatas 41 tahun. Risiko terkena glaucoma

akan meningkat pada umur 41-64 tahun sebesar 1 % dan pada umur

65 tahun keatas sebesar 5 %.

2. Jenis kelamin

Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit putih

ditemukan bahwa pria berisiko daripada wanita, sedangkan pada orang

kulit hitam, penderita pria sama risikonya dengan wanita.

3. Riwayat Keluarga

Apabila dalam keluarga ada yang terkenan glaucoma disarankan agar

anggota keluarga yang lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin

apabila umur telah lebih dari 41 tahun.

Mereka yang memiliki riwayat glaucoma pada anggota keluarga

berisiko 4-8 kali lebih besar untuk terserang glaucoma. Risiko terbesar

terdapat pada hubungan kaka-beradik kemudian hubungan orang tua

dengan anak-anak.

4. Diabetes Mellitus (DM)

Penyakit Diabetes mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya

risiko terkena glaucoma. Penderita Diabetes mellitus (DM) berisiko 2

kali lebih sering terkena glaucoma sebesar 51 % dari penderita

Diabetes mengalami penyakit mata dengan risiko kebutaan 25 kali lebih

besar.

5. Hipertensi

Page 18: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

18

Penderita Hipertensi berisiko lebih tinggi terserang glaucoma daripada

yang tidak mengidap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi berisiko

6 kali lebih sering terkena glaucoma.

Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Glaukoma

Keterangan :

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang Tidak Diteliti

Usia Pasien

Obat-Obatan

Jenis Kelamin

Riwayat Keluarga

Kejadian Diabetes

mellitus

Hipertensi

Trauma

Miopi

Ras / Suku

Miopi

KEJADIAN

GLAUKOMA

Page 19: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

19

B.Variabel Penulisan

1. Variabel Dependen : Kejadian Glaukoma

2. Variabel Independen :

a). Usia Pasien

b). Jenis Kelamin

c).Jenis Aktifitas/Pekerjaan

d). Riwayat Keluarga

d). Kejadian Diabetes Mellitus

e). Hipertensi

C. Defenisi operasional dan Kriteria Objektif

1. Kejadian Glukoma

Yang dimaksud dengan kejadian glaucoma pada makalah ini adalah kondisi kerusakan mata yang dialami oleh pasien rawat jalan yang didiagnosis menderita glaucoma berdasarkan hasil diagnosis dokter berdasarkan kartu rekam medik.

2. Usia

Yang dimaksud dengan usia adalah usia pasien yang diukur berdasarkan tanggal, bulan, tahun kelahiran yang dinyatakan dalam tahun dan tercatat dalam kartu status. Kriteria objektifnya adalah:

1. 5 – 14 Tahun 2. 25 - 44 Tahun 3. 45 - 59 Tahun 4. 60 – 64 Tahun 5. ≥ 65 Tahun

3. Jenis kelamin

Yang dimaksud dengan jenis kelaimn adalah jenis kelamin penderita glaucoma seperti yang tertera dalam kartu rekam medik yang dikategorikan atas:

Page 20: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

20

1. Perempuan 2. Laki-Laki

6. Jenis Pekerjaan/Aktifitas

Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan/aktifitas pada makalah ini

adalah suatu pekerjaan/aktifitas yang menghasilkan pendapatan

sesuai dengan yang tercatat dalam kartu rekam medik. Jenis

pekerjaan dibagi atas:

a. Pekerjaan dalam gedung

b. Pekerjaan luar gedung

5. Riwayat Keluarga

Yang dimaksud dengan riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh penderita glaucoma selama ini yang berisiko untuk menimbulkan glaucoma . Kritria objektifnya adalah:

1. Tidak Ada 2. Ada

6. Kejadian Diabetes Mellitus Yang dimaksud dengan kejadian diabetes mellitus adalah pasien

memiliki riwayat menderita penyakit diabetes mellitus,dengan kriteria objektif adalah:

1. Menderita Diabetes Mellitus 2. Tidak menderita Diabetes Mellitus

5.Hipertensi

Yang dimaksud dengan kejadian hipertensi adalah pasien memiliki riwayat menderita penyakit hipertensi,dengan kriteria objektif adalah:

1. Menderita Hipertensi 2. Tidak menderita Hipertensi

Page 21: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

21

BAB IV

METODOLOGI

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

dimaksudkan untuk memaparkan karakteristik penderita glaukoma secara

objektif berdasarkan fakta yang tercatat dalam rekam medik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)

Makassar Tahun 2011.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita glaukoma

yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata (BKMM) Makassar dari tanggal 3

Januari sampai 30Juni 2011.

b. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah adalah seluruh penderita glaukoma

yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata (BKMM) Makassar dari tanggal 1

Januari sampai 30 Juni 2011. Dimana teknik pengumpulan sampel yang

digunakan adalah total sampling yaitu dengan mengambil semua penderita

glaukoma periode 1 januari sampai dengan 30 Juni 2011.

Page 22: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

22

D. Metode pengumpulan Sampel

Data yang dikumpulkan adalah data yang diambil dari petugas rekam

medik Balai Kesehatan Mata (BKMM) Makassar dengan system Total

sampling.

E. Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan computer program excel.

Penyajian data secara deksriptif dalam bentuk tabel dan grafik disertai narasi.

Page 23: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

23

BAB V

HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penulis dalam penelitian memperoleh data sekunder yang tercatat

pada kartu status penderita dan buku laporan penderita penyakit mata,

kemudian dicocokan dengan buku laporan operasi tahunan serta buku

laporan hasil pemeriksaan laboratorium.

Makalah tentang kejadian glaukoma yang merupakan variable

dengan hasil sebagai berikut:

B. Distribusi Umum Penderita Penyakit Mata

Penyakit mata seperti layaknya penyakit-penyakit lain disebabkan

oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa karakteristik umum

maupun karakteristik khusus. Penelitian tentang kejadian Glaukoma ini

menggunakan 3 karakteristik umum yaitu usia pasien, riwayat alamiah, dan

jenis kelamin. Karakteristik khusus yang diambil adalah kejadian diabetes

mellitus .

1. Distribusi Menurut Usia

Penderita penyakit mata yang melakukan pemeriksaan di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat cukup bervariasi. Dilihat dari segi usia pasien,

umumnya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Distribusi frekuensinya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Page 24: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit

No Kategori Usia (tahun)1.

2.

3.

4.

5.

6.

5 – 14

15 - 24

25 – 44

45 – 59

60 – 64

≥ 65

Jumlah Sumber: Data Sekunder

Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit

0

50

100

150

200

5-14

2

Tabel.1

Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit Glaukoma

Berdasarkan Usia di BKMM Makassar

Tahun 2011

Kategori Usia (tahun) Jumlah Persen (%)

2

7

56

173

66

22

0,6

2,1

17,2

53,0

20,3

6,8

326 100Sumber: Data Sekunder

Grafik.1

Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit Glaukoma

Berdasarkan Usia di BKMM MakassarTahun 2010

14 15 - 24 25 - 44 45 - 59 60 – 64 >65

2 7

56

173

66

24

Glaukoma

kassar

Persen (%) 0,6

2,1

17,2

53,0

20,3

6,8

100

Glaukoma

Berdasarkan Usia di BKMM Makassar

>65

22

Page 25: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

25

Berdasarkan tabel dan grafik 1dapat dilihat bahwa jumlah penderita

penyakit Glaukoma pada kelompok usia > 65 tahun yang terbanyak menderta

Glaukoma dan kelompok terendah pada usia 5-14 tahun.

2. Distribusi Menurut Usia Pasien Berisiko

Penderita penyakit mata yang melakukan pemeriksaan di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat Makassar cukup tinggi. Dilihat dari usia pasien,

umumnya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Distribusi frekuensinya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penderita Glaukoma berdasarkan

Usia berisiko di BKMM Makassar Tahun 2011

No Kategori Usia (tahun) Jumlah Persentasi (%) 1.

2.

≥ 40

≤ 40

43

283

13,2

86,8

Jumlah 326 100 Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah penderita penyakit

glaukoma lebih banyak pada usia ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 283 orang (86,8

%) sedangkan ≤ 40 tahun sebanyak 43 orang (13,2 %).

3. Distribusi Menurut Jenis kelamin

Penderita penyakit glaukoma menurut jenis kelamin berdasarkan

data kunjungan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar lebih

banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan daripada jenis kelamin laki-laki.

Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 26: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

26

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Jenis kelamin Di BKMM Makassar

Tahun 2011

No Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%) 1.

2.

Perempuan

Laki- laki

203

123

62,3

37,7

Jumlah 326 100

Sumber: Data Sekunder

Grafik 2

Distribusi Frekuensi Penyakit Glaukoma Berdasarkan Jenis kelamin Di BKMM Makassar

Tahun 2010

Berdasarkan tabel 3 dan grafik 2 dapat dilihat bahwa jumlah

penderita glaukoma menurut jenis kelamin lebih banyak pada jenis kelamin

203

123

Perempuan

Laki- laki

Page 27: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

27

perempuan yaitu sebanyak 203 orang (62,3 %) sedangkan pada jenis

kelamin laki-laki penderita glaukoma 123 orang (37,7 %).

4. Distribusi Menurut Pekerjaan/Aktifitas

Penderita penyakit Glaukoma menurut jenis pekerjaan /aktifitas

berdasarkan data kunjungan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat lebih

banyak terjadi pada mereka yang bekerja dalam gedung daripada yang

bekerja diluar gedung. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel .4

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Jenis Pekerjaan/Aktifitas Di BKMM Makassar

Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan/Aktifitas Jumlah Persentasi (%)

1.

2.

Pekerjaan Dalam Gedung

Pekerjaan Diluar gedung

215

111

65,9

34,1

Jumlah 326 100

Sumber: Data Sekunder

Page 28: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

28

Grafik.3

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Jenis Pekerjaan/Aktifitas Di BKMM Makassar

Tahun 2011

Berdasarkan data tabel 4 terlihat bahwa jenis aktifitas pasien

penderita glaukoma yang berkunjung di Balai Kesehatan Mata Masyarakat

(BKMM) Makassar terbanyak pada jenis aktifitas didalam gedung ( PNS,

Pensiunan, karyawan swasta, IRT , pelajar ) yaitu sebanyak 215 orang atau

65,9 % sedangkan aktifitas diluar gedung (Buruh, Tukang becak, sopir,

petani, nelayan) sebanyak 111 orang atau 34,1 %.

5. Distribusi Menurut Riwayat Alamiah

Penderita penyakit Glaukoma menurut riwayat alamiah penyakit

berdasarkan data kunjungan pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat lebih

banyak terjadi pada mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit glaucoma

215

111

Pekerjaan Dalam Gedung

Pekerjaan Diluar gedung

Page 29: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

29

pada keluarga sebelumnya daripada yang memiliki riwayat penyakit

glaucoma pada keluarganya. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel .5

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Di BKMM Makassar

Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan/Aktifitas Jumlah Persentasi (%)

1.

2.

Ada Riwayat Alamiah

Tidak Ada Riwayat

27

299

8,3

91,7

Jumlah 326 100

Sumber: Data Sekunde

Grafik.4

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Di BKMM Makassar

Tahun 2011

27

299

Ada Riwayat Alamiah

Tidak Ada Riwayat

Page 30: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

30

6. Distribusi Menurut Kejadian Diabetes Mellitus

Penderita penyakit Glaukoma berdasarkan hasil pemeriksaan Gula

Darah Sewaktu (GDS) di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar Tahun

2010, lebih banyak menunjukkan hasil normal (bukan diabetes mellitus) dari

pada penderita Diabetes Mellitus. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel. 6

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Kejadian Diabetes Mellitus di BKMM

Tahun 2011

No Kejadian Diabetes Mellitus

Jumlah Persentasi (%)

1.

2.

Diabetes Mellitus

Bukan Diabetes Mellitus

15

311

4,6

95,4

Jumlah 326 100 Sumber: Data Sekunder

Grafik. 5

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Kejadian Diabetes Mellitus di BKMM

Tahun 2011

15

311

Diabetes Mellitus

Bukan Diabetes Mellitus

Page 31: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

31

Berdasarkan data tabel 6 dan grafik 5 terlihat bahwa penderita

Glaukoma yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yang berkunjung

di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) tahun 2011 lebih sedikit yaitu

89 orang atau 5,84 % bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun

tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 1435 orang

atau 94,16 %.

7. Distribusi Menurut Kejadian Hipertensi

Penderita penyakit Glaukoma berdasarkan hasil pemeriksaan

pengukuran tekanan darah dan tercatat pada rekam medik di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat Makassar Tahun 2011, dari hasil tersebut

didapatkan lebih banyak menunjukkan hasil normal (bukan Hipertensi) dari

pada penderita Hipertensi. Distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel. 7

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Kejadian Hipertensi di BKMM

Tahun 2011

No Kejadian Diabetes Mellitus

Jumlah Persentasi (%)

1.

2.

Hipertensi

Bukan Hipertensi

55

271

4,6

95,4

Jumlah 326 100 Sumber: Data Sekunder

Page 32: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

32

Grafik. 6

Distribusi Penderita Penyakit Glaukoma Berdasarkan

Kejadian Hipertensi di BKMM

Tahun 2011

Berdasarkan data tabel 7 dan grafik 5 terlihat bahwa penderita

Glaukoma yang memiliki riwayat penyakit hipertensi yang berkunjung di Balai

Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) tahun 2011 lebih sedikit yaitu 55 orang

atau 4,6 % bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun tidak

memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu sebanyak 271 orang atau 95,4 %.

C. Pembahasan

Pembahasan pada penulisan ini merupakan pemaparan dari hasil

penelitian yang telah diuji dengan uji statistic yang berdasarkan pada teori-

teori sebelumnya menyatakan bahwa usia pasien, jenis kelamin, jenis

pekerjaan/aktifitas,riwayat alamiah penyakit, kejadian diabetes mellitus dan

kejadian Hipertensi berhubungan dengan kejadian Glaukoma.

55

271

Hipertensi

Bukan Hipertensi

Page 33: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

33

1. Usia Pasien

Peningkatan usia dari tahun ketahun meningkatkan kemungkinan

mengidap penyakit degenerative, salah satunya adalah penyakit Glaukoma.

Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya

menyerang orang berusia diatas 41 tahun. Risiko terkena glaucoma akan

meningkat pada umur 41-64 tahun sebesar 1 % dan pada umur 65 tahun

keatas sebesar 5 %.

Glaukoma pada usia ≥ 40 tahun yang dominan menjadi sampel pada

penelitian ini ( 261 dari 326 penderita), disebabkan karena factor

keterlambatan dan kurangnya kesadaran mereka melakukan pemeriksaan

penyakit mata yang sebenarnya dialami sejak beberapa tahun sebelumnya.

2. Jenis kelamin

Hasil penelitian ini menemukan kejadian Glaukoma berdasarkan jenis

kelamin lebih tinggi terjadi pada jenis kelamin perempuan, dari pada jenis

kelamin laki-laki. Meskipun penyakit Glaukoma tidak memandang perbedaan

jenis kelamin, namun hal ini disebabkan karena perempuan berisiko

mengalami hipertensi pada saat kehamilan, terutama tiga bulan sebelum

melahirkan dan pada saat mengkomsumsi pil kontrasepsi, serta pada saat

terjadinya menopause, dimana hipertensi merupakan salah satu factor risiko

terkena glaucoma.

Hasil ini sejalan dengan data Departemen Kesehatan RI (2004) yang

mencatat penderita glaucoma pada pasien rawat inap paling banyak pada

jenis kelamin perempuan (55,8%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki

Page 34: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

34

(44,2%) sedangkan pada pasien rawat jalan didapatkan jenis kelamin

perempuan sebanyak (57%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak (43%).

3. Jenis Pekerjaan/Aktifitas

Meskipun kejadian glaucoma tidak dipengaruhi oleh jenis aktifitas

atau pekerjaan dari seseorang namun penulis mencoba melihat jumlah

kunjungan penderita glaucoma yang melakukan pengobatan pada Balai

Kesehatan Mata Makassar dari data rekam medik ditemukan bahwa

penderita glaucoma yang datang berobat di BKMM Makassar lebih banyak

ditemukan pada orang yang memiliki aktifitas/pekerjaan didalam gedung

pada jenis aktifitas didalam gedung ( PNS, Pensiunan, karyawan swasta, IRT

, pelajar ) yaitu sebanyak 215 orang atau 65,9 % sedangkan aktifitas diluar

gedung (Buruh, Tukang becak, sopir, petani, nelayan) sebanyak 111 orang

atau 34,1 %.

Penderita Glaukoma yang bekerja/beraktifitas di temukan lebih tinggi

di dalam gedung lebih tinggi daripada yang bekerja/beraktifitasdi luar gedung.

Hal ini dapat disebabkan beberapa hal diantaranya :

1. Penderita Glaukoma umumnya adalah perempuan yang

memiliki kesadaran dan waktu luang untuk memeriksakan diri

ke Pusat Kesehatan.

2. Penderita Glaukoma juga adalah Pegawai Negeri Sipil dan atau

pensiunan yang notabene lebih mengerti dan mampu untuk

memeriksa diri ke Balai Kesehatan mata Makassar

Page 35: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

35

4. Kejadian Diabetes Mellitus

Variabel ke-4 yang digunakan untuk melihat hubungannya dengan

kejadian Glaukoma adalah kejadian Diabetes mellitus. Diabetes mellitus

adalah suatu penyakit yang ditunjukkan dengan meningkatnya Gula Darah

Sewaktu melebihi batas normal, yaitu > 70-115 mg %. Diabetes mellitus

menimbulkan kelainan pada pembuluh darah termasuk pembuluh darah pada

mata. Daerah yang dialiri akan kekurangan nutrisi. Akibatnya pada retina

akan terjadi kebocoran pembuluh darah berupa eksudat, pendarahan,

pembentukan pembuluh darah baru, hal ini mengakibatkan gangguan

penglihatan yang disebut Retinopati Diabetik (RD).

Penyakit Diabetes mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya

risiko terkena glaucoma. Penderita Diabetes mellitus (DM) berisiko 2 kali

lebih sering terkena glaucoma sebesar 51 % dari penderita Diabetes

mengalami penyakit mata dengan risiko kebutaan 25 kali lebih besar.

Berdasarkan data tabel 6 dan grafik 5 terlihat bahwa penderita

Glaukoma yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yang berkunjung

di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) tahun 2011 lebih sedikit yaitu

89 orang atau 5,84 % bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun

tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 1435 orang

atau 94,16 %.

5. Kejadian Hipertensi

Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa penderita

hipertensi berisiko lebih tinggi terserang glaucoma daripada yang tidak

Page 36: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

36

mengidfap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi berisiko 6 kali lebih

sering terkena glaucoma. Data yang ada pada rekam medik Balai Kesehatan

Mata Masyarakat (BKMM) Makassar periode 3 Januari sampai 30 Juni Tahun

2011 ditemukan bahwa, jumlah pasien yang datang memeriksakan mata dan

terdiagnosa sebagai penderita glaucoma adalah sebanyak 326 orang dari

jumlah tersebut 55 orang atau 4,6 % memiliki riwayat hipertensi lebih sedikit

bila dibandingkan dengan penderita Glaukoma namun tidak memiliki riwayat

penyakit hipertensi yaitu sebanyak 271 orang atau 95,4 %.

Page 37: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

37

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Balai Kesehatan Mata

Masyarakat (BKMM) Makassar dengan menggunakan data rekam medik

tanggal 3 Januari sampai dengan 30 Juni 2011 dengan judul “Karakteristik

penderita Glaukoma di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar

Tahun 2011” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pasien yang berkunjung di BKMM Makassar dan menderita

Glaukoma yaitu jenis kelamin perempuan lebih banyak

menderita Glaukoma yaitu sebanyak 203 orang atau 62,3 % bila

dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu dengan

jumlah penderita Glaukoma sebanyak 123 orang atau 37,7 %.

b. Umur penderita Glaukoma yang paling banyak ditemukan pada

kategori umur 45 – 59 tahun dengan jumlah penderita 173

orang (53,1 %) dan yang paling sedikit pada kategori umur 5 –

14 tahun dengan jumlah penderita 1 orang (0,6 %).

c. Jenis Aktifitas/ Pekerjaan pasien Glaukoma di BKMM lebih

banyak pada pekerjaan dalam gedung dengan jumlah penderita

sebanyak 215 orang (66,0 %), bila dibandingkan dengan jenis

aktifitas/pekerjaan diluar gedung dengan jumlah penderita

sebanyak 111 orang (34,0 %).

Page 38: Karakteristik penderita glaukoma thn 2011

38

d. Penderita Glaukoma lebih banyak dengan tanpa riwayat

alamiah penyakit yaitu 299 orang atau (91.7%) dari pada yang

memiliki riwayat alamiah penyakit yaitu sebanyak 27 orang

atau (8,3%).

e. Penderita Glaukoma dengan riwayat tidak menderita penyakit

Diabetes mellitus lebih banyak dengan jumlah penderita

sebanyak 311 orang (5,4%) bila dibandingkan dengan yang

memiliki riwayat diabetes mellitus dengan jumlah penderita

sebanyak 15 orang (4,6 %).

f. Penderita Glaukoma dengan riwayat tidak menderita penyakit

Hipertensi lebih banyak dengan jumlah penderita sebanyak 271

orang (83,1%) bila dibandingkan dengan yang memiliki riwayat

Hipertensi dengan jumlah penderita sebanyak 55 orang (16,9

%).

2. Saran

a. Perlunya perbaikan dalam system pengisian kartu status

penderita agar data rekam medik lebih lengkap dan akurat.

b. Perlu penelitian lebih lanjut tentang factor-faktor yang

mempengaruhi kejadian Glaukoma yang dapat digunakan untuk

bahan informasi dalam mencegah terjadinya penyakit Glaukoma