karakteristik penderita dermatitis pada masyarakat …

52
BAGIAN IKM/IKK FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI UNHAS MEI 2013 KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT DI PUSKESMAS TAMANGAPA, KECAMATAN MANGGALA, KOTA MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2012 OLEH : Nooryasni Muchlis C 111 07 026 SUPERVISOR : Dr. dr. Sri Ramadany, M.Kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAGIAN IKM/IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI

UNHAS MEI 2013

KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT DI PUSKESMAS TAMANGAPA, KECAMATAN MANGGALA, KOTA

MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2012

OLEH :

Nooryasni Muchlis

C 111 07 026

SUPERVISOR :

Dr. dr. Sri Ramadany, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

DAFTAR  TABEL  

 

Tabel   Halaman  

 

Tabel  2.1  Distribusi  penduduk  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Tamangapa   5  

Tabel  2.2  Sarana  Ketenagaan  di  Puskesmas  Tamangapa   6  

Tabel  4.1  Distribusi  dermatitis  menurut  umur  pada  penderita  di  Puskesmas              

                               Tamangapa   28  

Tabel  4.2  Distribusi  dermatitis  menurut  jenis  kelamin  pada  penderita  di  Puskesmas    

                               Tamangapa   29  

Tabel  4.3  Distribusi  dermatitis  menurut  pekerjaan  pada  penderita  di  Puskesmas    

                               Tamangapa   30  

Tabel  4.4  Distribusi  dermatitis  menurut  tempat  tinggal  pada  penderita  di  Puskesmas    

                               Tamangapa   31  

Page 3: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

DAFTAR  GAMBAR  

 

Gambar   Halaman  

Gambar 2.1 Lokasi TPA Tamangapa 9

Gambar 2.2 Lokasi TPA Tamangapa dengan Puskesmas Tamangapa 9

Gambar 4.1 Grafik distribusi dermatitis menurut umur pada penderita di Puskesmas

Tamangapa 28

Gambar 4.2 Grafik distribusi dermatitis menurut jenis kelamin pada penderita di Puskesmas

Tamangapa 29

Gambar 4.3 Grafik distribusi dermatitis menurut pekerjaan pada penderita di Puskesmas

Tamangapa 30

Gambar 4.4 Grafik distribusi dermatitis menurut tempat tinggal pada penderita di Puskesmas

Tamangapa 31

Page 4: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Kecamatan Manggala

2. Master Tabel Deskriptif Frekuentatif Distribusi Penyakit Dermatitis

berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan, dan Tempat tinggal pada

Masyarakat di Puskesmas Tamangapa

3. Surat Izin Penelitian dari Bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar

4. Surat Izin Penelitian dari Gubernur Sulawesi Selatan

5. Surat Izin Meneliti dari Walikota Makassar

6. Surat Izin Meneliti dari Dinas Kesehatan Kota Makassar

7. Surat Keterangan Selesai Meneliti dari Puskesmas Tamangapa

8. Surat Penugasan Penguji

9. Riwayat Penulis

 

 

Page 5: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dan Ilmu Kedokteran Komunitas

Skripsi, Mei 2013

ABSTRAK

Nooryasni Muchlis (C111 07 026)

Karakteristik Penderita Dermatitis pada Masyarakat di Puskesmas Tamangapa,

Kecamatan Manggala, Kota Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2012

+35 Halaman + 6 Tabel + 4 Grafik

Abstrak : Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis

berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Penyebab dermatitis sendiri dapat berasal

dari luar (eksogen) seperti bahan kimia berupa: detergen, oli, semen; fisik berupa sinar dan

suhu; dan mikroorganisme berupa jamur dan bakteri. Selain itu ada pula penyebab yang timbul

dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik. Sedang sebagian lainnya tidak diketahui

etiologinya yang pasti. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran jenis penyakit kulit (dermatitis) pada penderita di Puskesmas

Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Pada penelitian ini variabel yang diteliti

adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan jtempat tinggal. Sampel yang diambil adalah

semua penderita yang didiagnosa dermatitis selama periode Januari – Desember 2012 dengan

kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampel adalah dengan dengan pengumpulan

data sekunder yang diperoleh dari rekam medis Puskesmas Tamangapa. Pengolahan data

dilakukan dengan program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil

statistik deskriptif yang diharapkan. Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel

dan grafik.

Page 6: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Hasil penelitian : Dari penelitian dengan total sampel 274 orang didapatkan penyakit

dermatitis yang paling banyak diderita oleh pasien berdasarkan umur adalah kelompok usia 1-

10 tahun sebanyak 100 orang (36.5%). Pasien yang menderita dermatitis berdasarkan jenis

kelamin paling banyak diderita oleh perempuan sebanyak 177 orang (64.6%) sedangkan laki-

laki yang menderita dermatitis sebanyak 97 orang (35.4%). Penderita dermatitis berdasarkan

pekerjaan didapatkan paling banyak pada kelompok belum bekerja sebesar 116 orang

(42.3%). Kemudian penderita dermatitis berdasarkan tempat tinggal paling banyak berada di

Kelurahan Tamangapa sebesar 164 orang (59.9%).

Saran : Bagi pemerintah, agar melakukan pengendalian pemukiman yang berada di

sekitar TPA untuk tetap berada dalam batas jarak aman/sehat yang telah ditetapkan dan bagi

petugas medis di puskesmas agar tetap memberi informasi dan dorongan bagi masyarakat

yang tinggal disekitar TPA untuk tetap menjaga personal hygiene dan sanitasi lingkungan

dengan menerapkan Prinsip Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

 

 

Page 7: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

DAFTAR ISI

SAMPUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR DIAGRAM xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB. I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Rumusan Masalah 2

I.3 Tujuan Penelitian 3

1.3.1 Tujuan Umum 3

1.3.2 Tujuan Khusus 3

I.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II.1 Gambaran Umum Puskesmas Tamangapa 5

II.2 Gambaran Umum TPA Tamangapa Makassar 9

Page 8: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Dermatitis Kontak 7

III.1.1 Dermatitis Kontak Iritan 7

III.1.1.1 Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan 13

III.1.1.2 Manifestasi Klinis Dermatitis Kontak Iritan 14

III.1.1.3 Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan 15

III.1.1.4 Pencegahan Dermatitis Kontak Iritan 15

III.1.1.5 Pengobatan Dermatitis Kontak Iritan 16

III.1.1.6 Prognosis Dermatitis Kontak Iritan 16

III.1.2 Dermatitis Kontak Alergi 17

III.1.3 Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi 17

III.1.4 Manifestasi Klinis Dermatitis Kontak Alergi 18

III.1.5 Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi 18

III.1.6 Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Alergi 18

III.2 Dermatitis Atopik 19

III.2.1 Patogenesis Dermatitis Atopik 19

III.2.2 Manifestasi Klinis Dermatitis Atopik 19

III.2.3 Diagnosis Dermatitis Atopik 20

III.2.4 Penatalaksanaan Dermatitis Atopik 20

BAB IV. KERANGKA KONSEP

IV.1 Dasar Pemikiran Variabel 22

IV.2 Kerangka Konsep 22

Page 9: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

IV.3 Defenisi Operasional 23

IV.4 Kriteria Objektif Penelitian 24

BAB V. METODE PENELITIAN

V.1 Desain penelitian 25

V.2 Waktu dan lokasi penelitian 25

V.3 Populasi dan sampel penelitian 25

V.4 Jenis data dan instrument penelitian 26

V.5 Manajemen penelitian 26

V.6 Etika Penelitian 27

BAB VI. HASIL PENELITIAN 28

BAB VII. PEMBAHASAN 32

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII.1 Kesimpulan 35

VIII.2 Saran 35

 

Page 10: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar

dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya

dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. 1

Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah masalah pembuangan dan

pengelolaan sampah. Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat dari aktivitas manusia

yang merupakan bahan yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Terlebih dengan terus

meningkatnya volume kegiatan penduduk perkotaan, lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

sampah juga makin terbatas. Kondisi ini makin memburuk manakala pengelolaan sampah di

masing-masing daerah masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan serta tidak

terkoordinasi dengan baik. 2

Pada beberapa penelitian TPA, keberadaan TPA memberikan kontribusi dan menjadi

sumber kontaminasi akibat inkubasi dan proliferasi lalat, nyamuk, dan hewan pengerat, yang

pada gilirannya menjadi penyakit menular yang mampu mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Kondisi ini menghasilkan penyakit pada pencernaan, pernapasan, penyakit kulit, dan beberapa

penyakit infeksi lainnya. Konsekuensinya, TPA ini memiliki dampak ekonomi dan sosial yang

tinggi dalam pelayanan kesehatan masyarakat, dan hal ini belum diperkirakan oleh pemerintah

dan masyarakat. 3,4,5

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Tamangapa dekat dengan pemukiman

penduduk serta masih dibuang dengan cara terbuka (open dumping). Dari observasi

pendahuluan di pemukiman penduduk di sekitar lokasi TPA terlihat masih banyak lalat,

hampir tidak ada jarak antara pemukiman penduduk dan TPA. Sementara, menurut kajian

kesehatan lingkungan, ditetapkan adanya zona penyangga dimana jarak tapak terluar TPA dari

pemukiman terdekat adalah 500 meter yang berfungsi sebagai penahan untuk mencegah dan

mengurangi dampak keberadaan dan kegiatan-kegiatan TPA terhadap masyarakat yang

melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA. 2,6

Page 11: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Khususnya dalam pengelolaan sampah yang ada di Makassar, kini seluruhnya

dilakukan di TPA Tamangapa, yang berlokasi di kecamatan Manggala. Dengan jumlah

penduduk lokal mencapai sekitar 1,3 juta jiwa, kota Makassar menghasilkan sekitar 3.800 m3

sampah perkotaan setiap harinya. Pengelolaan sampah perkotaan yang tidak memadai akan

menyebabkan terjadinya masalah di masyarakat yang berdampak pada timbulnya penyakit

kulit dan penyakit menular.2,6

Salah satu penyakit tersering yang diderita masyarakat sekitar TPA yang memerlukan

perhatian serius adalah penyakit kulit (dermatitis), salah satunya dermatitis kontak. Dermatitis

kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang

mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam

yang besar, gatal, dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu.

Selain mendapatkan pengobatan, gejala dermatitis ini akan menghilang bila kulit sudah tidak

terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.7

Hal ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan masyarakat di sekitar TPA ini

sangatlah penting, terutama masalah dermatitis ini menjadi masalah yang memerlukan tindak

lanjut mengingat dampaknya terhadap aspek kesehatan dan aspek ekonomi masyarakat.

Mengingat lokasi Puskesmas Tamangapa yang berjarak ± 700m dari Tempat Pembuangan

Akhir dan telah tercatat dermatitis merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak yang didapatkan di

masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Tamangapa. Oleh karena itu, saya berminat untuk

mencari karakteristik penderita dermatitis berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan

tempat tinggal pada masyarakat di Puskesmas Tamangapa periode 1 Januari – 31 Desember

2012.7

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas Tamangapa

berdasarkan usia?

Page 12: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

2. Bagaimana karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas Tamangapa

berdasarkan jenis kelamin?

3. Bagaimana karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas Tamangapa

berdasarkan pekerjaan?

4. Bagaimana karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas Tamangapa

berdasarkan jarak tempat tinggal dan lokasi TPA?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit pada masyarakat di

Puskesmas Tamangapa Periode 1 Januari – 31 Desember 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas

Tamangapa berdasarkan usia

b. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas

Tamangapa berdasarkan jenis kelamin

c. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas

Tamangapa berdasarkan pekerjaan

d. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit kulit di Puskesmas

Tamangapa berdasarkan jarak tempat tinggal dan lokasi TPA

I.4 Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap

pemerintah dalam menetapkan kebijakan kesehatan khususnya tentang

penyakit dermatitis akibat lingkungan TPA

Page 13: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi dinas

kesehatan untuk mengevaluasi program kesehatan masyarakat di Makassar,

khususnya wilayah-wilayah pemukiman yang dekat dengan TPA sampah

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian

yang lebih besar untuk mengevaluasi program kerja kesehatan masyarakat

di Indonesia, khususnya di Makassar

d. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam

memperluas wawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri

melalui penelitian

Page 14: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB II

GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

II.1 Gambaran Umum Puskesmas Tamangapa

II.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Tamangapa berada dalam wilayah Kecamatan Manggala, dengan wilayah

kerja meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Tamangapa dan Kelurahan Bangkala.

Kelurahan Tamangapa terdiri dari 10 RW dan 30 RT, dengan luas wilayah 882 ha.

Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tamangapa adalah :

-­‐ Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Antang

-­‐ Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

-­‐ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa

-­‐ Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Panakkukang

II.1.2 Keadaan Demografis

Berdasarkan survey tahun 2010, jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas

Tamangapa adalah 28.444 jiwa, terdiri dari 9889 jiwa di Kelurahan Tamangapa dan 18.555

orang di Kelurahan Bangkala. Secara rinci dalam table berikut :

Page 15: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Tabel 2.1 Distribusi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa

Kelurahan Pria (jiwa) Wanita (jiwa) Jumlah (jiwa)

Tamangapa 5.000 4.889 9.889

Bangkala 9.200 9.355 18.555

Total 14.200 14.244 28.444

II.1.3 Tingkat pendidikan dan mata pencaharian

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa bervariasi

mulai dari Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak tamat SD, hingga tidak sekolah.

Adapun mata pencaharian penduduk sebagian besar berturut-turut adalah pegawai negeri sipil

(PNS), pegawai swasta, wiraswasta, TNI, petani, dan buruh.

II.1.4 Sarana perhubungan

Semua wilayah kerja dapat dijangkau dengan kendaraan mobil dan sepeda motor,

kecuali daerah Romang Tangaya yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

II.1.5 Sosial Budaya

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa terdiri dari berbagai suku, antara

lain : Makassar, Bugis, Jawa, Manado, dll. Sedangkan agama yang dianut, mayoritas

beragama Islam. Yang lain adalah Kristen, Hindu, dan Buddha.

II.1.6 Sosial Ekonomi

Mata pencaharian/pekerjaan antara lain : petani, buruh harian, PNS, wiraswasta,

ABRI, dll.

Page 16: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

II.1.7 Sumber daya tenaga

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang

sifatnya di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas Tamangapa, tenaga yang ada

berjumlah 29 orang, yang secara terperinci dijelaskan dalam table berikut :

Tabel 2.2 Sarana Ketenagaan di Puskesmas Tamangapa

NO. PENDIDIKAN JUMLAH

1 Dokter Umum 2

2 Dokter Gigi 2

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Gizi 1

4 Apoteker 1

5 Akademi Perawat (D3) 3

6 Akademi Kebidanan 2

7 D3 Gizi 1

8 D3 Kesehatan Gigi 1

9 SPRG 1

10 Perawat Bidan 2

11 Perawat (SPK) 6

12 Sanitarian (SPH) 2

13 Laboran (Analis) 1

Page 17: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

14 Pekarya 2

15 SMEP 1

16 PKC 1

JUMLAH 29

II.1.8 Sumber daya sarana

Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa adalah sebagai

berikut :

-­‐ Puskesmas Induk

-­‐ Puskesmas pembantu 2 buah (di Kelurahan Tamangapa dan Kelurahan

Manggala)

-­‐ Poskesdes 2 buah (Kel. Tamangapa dan Kel. Manggala)

-­‐ Puskesmas Keliling

-­‐ Posyandu Balita : 15 buah

-­‐ Posyandu Lansia : 6 buah

-­‐ Praktek dokter swasta : 2 buah

II.1.9 Visi dan Misi Puskesmas Tamangapa

1) Visi

Puskesmas Tamangapa menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang bermutu,

terjangkau, dan berorientasi kepada keluarga dan masyarakat agar tercapai Indonesia

Sehat 2015

Page 18: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

2) Misi

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu, paripurna, dan terjangkau

oleh seluruh masyarakat

- Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

sehingga masyarakat dapat mandiri

- Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelayanan

kesehatan

- Menjadikan puskesmas sebagai pusat pengembangan pembangunan

kesehatan masyarakat

- Meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan

- Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan dan

pengembangan kesehatan masyarakat

Visi dan misi tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan :

a) Enam Upaya Kesehatan Wajib, yaitu:

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan

b) Empat Upaya Kesehatan Pengembangan, yaitu:

1. Upaya Kesehatan Sekolah

2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Page 19: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

II.2 Gambaran Umum TPA – Makassar

TPA Tamangapa berlokasi di Makassar di Pulau Sulawesi. Lokasi TPA Tamangapa di

dalam Kota Makassar ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Lokasi TPA Tamangapa

TPA Tamangapa bertempat di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, 17 km

dari pusat Kota Makassar. TPA memiliki luas lahan sekitar 16,3 ha dan hanya 100% dari

kapasitas keseluruhan TPA yang digunakan. TPA Tamangapa didirikan tahun 1993 dan

dipertimbangkan sebagai satu-satunya TPA di Kota Makassar. Jarak TPA dengan Puskesmas

Tamangapa sendiri berkisar 700m.

Gambar 2.2 Lokasi TPA Tamangapa dengan Puskesmas Tamanga

TPA  TAMANGAPA  

Page 20: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Sebagian besar sampah perkotaan yang diolah di TPA berasal dari sampah rumah

tangga, sampah pasar, sampah perkantoran, dan sampah pusat perbelanjaan. Secara

administrative, TPA ini berada di wilayah Tamangapa dan Kecamatan Manggala. Lahan TPA

berlokasi sangat dekat dengan daerah perumahan sehingga sering timbul keluhan dari

penduduk setempat terkait dengan bau tak sedap yang berasal dari TPA, terutama pada saat

musim hujan. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat, sebagian besar

mengeluh soal bau tak sedap.

Terdapat beberapa pusat aktivitas dan perumahan seperti tempat ibadah dan sekolah,

dan perkantoran yang berlokasi di sekitar 1 km dari lokasi TPA. Semenjaktahun 2000,

berbagai perumahan telah didirikan, seperti Perumahan Antang, Perumahan TNI Angkatan

Laut, Perumahan Graha Janah, Perumahan Griya Tamangapa, dan Perumahan Taman Asri

Indah yang berlokasi berdekatan dengan TPA Tamangapa. Terdapat dua buah rawa yang

berdekatan dengan perumahan tersebut, yaitu Rawa Borong yang berlokasi sebelah utara dan

Rawa Mangara yang bertempat di sebelah timur. Air dan rawa mangara mengalir menuju

Sungai Tallo dan air rawa borong mengalir menuju saluran air borong.

Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, pada tahun 1979, sampah padat

perkotaan dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah. Mengingat keterbatasan wilayah

dan lokasinya yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah itu dipindahkan ke

Kantinsang, Kecamatan Biringkanaya pada tahun 1980 karena telah menurunkan kualitas air.

Pada tahun 1984, pemerintah lokal membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan

tamalate. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah

perumahan disekitar Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah lokal untuk membangun

Tamangapa sebagai lahan TPA untuk Kota Makassar pada tahun 1992.

Page 21: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap

pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa

eflorosensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan likenifikasi) dan keluhan

gatal. Tanda polimorfik tidak selalu bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa

(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim dermatitis adalah

ekzem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan ekzem, tetapi pada umumnya

menganggap sama.8

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:

detergen, asam,basa,oli,semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri,jamur),

dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui

etiologinya yang pasti.8

Banyak dermatitis yang belum diketahui dengan pasti patogenesisnya, terutama yang

penyebab factor endogen. Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yaitu respon tipe lambat

tipe tuberculin yang bersifat cell mediated reaksi spesifik memerlukan beberapa jam mencapai

maksimum. Klinis biasanya baru tampak respon sesudah 24-48 jam. Pada reaksi antara antigen

dan antibody terjadi pembebasan berbagai mediator farmakologik, misalnya

histamine,serotonin, bradikinin, asetilkoline, heparin, dan anafilaktosin.8

Pada umumnya,penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada

stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula difus. Penyebarannya dapat setempat,

generalisata, dan universalis. Pada stadium akut, kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel,

atau bulla, erosi, dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium sub akut, eritema,

dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis, lesi

tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi

atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu

Page 22: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.8

Perubahan histologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis, bergantung pada

stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel,atau bulla,

edema intrasel, dan eksositosis terutama sel mononuclear. Dermis sembab, pembuluh darah

melebar, serbukan sel meradang terutama sel mononuclear, kadang eosinophil juga ditemukan,

bergantung pada penyebab dermatitis. Sedang epidermis pada stadium kronis menebal

(akantosis), stratum korneum menebal (hyperkeratosis dan parakeratosis setempat), rete ridges

memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan, tidak lagi terlihat vesikel, eksositosis

sedikit, pigmen melanin terutama di sel basal bertambah. Papilla dermis memanjang

(papilomatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis bagian atas terutama sekitar

pembuluh darah bersebukan sel radang mononuclear, jumlah fibroblast bertambah, kolagen

menebal.8

III.1 Dermatitis Kontak

Menurut Kamus Kedokteran Dorland (1996), dermatitis kontak adalah

peradangan alergi kulit akut yang disebabkan karena kontak dengan berbagai zat kimia,

hewan, atau tumbuhan dimana terjadi reaksi hipersensitivitas yang terlambat.

Sedangkan menurut Hudyono, 2002 dermatitis kontak adalah kelainan kulit yang

disebabkan oleh bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme imunologik

(melalui reaksi alergik), maupun non-imunologik (dermatitis kontak iritan). Dalam

literatur lainnya disebutkan bahwa dermatitis kontak adalah respon dari kulit dalam

bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan

iritan eksternal yang mengenai kulit (LaDou, 1997). Berdasarkan penyebabnya

dermatitis kontak dibedakan atas 2, yaitu: dermatitis kontak iritan (DKI) yang

disebabkan oleh bahan yang bersifat iritan dan dermatitis kontak alergi (DKA) yang

disebabkan oleh bahan yang bersifat alergen.9

Page 23: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

III.1.1 Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Iritan (DKI) adalah suatu proses inflamasi lokal pada kulit jika

berkontak dengan zat yang bersifat iritan. Secara umum, terdapat dua macam DKI yang

bergantung dari jenis bahan iritannya, yaitu DKI akut dan akumulatif. Pada DKI akut,

kerusakan kulit oleh bahan iritan terjadi hanya dalam satu kali pajanan. Zat yang

menyebabkan DKI akut adalah zat yang cukup iritan untuk menyebabkan kerusakan

kulit bahkan dalam satu pajanan. Mencakup di dalamnya adalah asam pekat, basa pekat,

cairan pelarut kuat, zat oksidator dan reduktor kuat. Sedangkan pada DKI kumulatif

(DKIK) kerusakan terjadi setelah beberapa kali pajanan pada lokasi kulit yang sama,

yaitu terhadap zat-zat iritan lemah seperti : air, deterjen, zat pelarut lemah, minyak dan

pelumas. Zat-zat ini tidak cukup toksik untuk menimbulkan kerusakan kulit pada satu

kali pajanan, melainkan secara perlahan-lahan hingga pada suatu saat kerusakannya,

mampu menimbulkan inflamasi. Penyebab DKI kumulatif biasanya bersifat

multifaktorial.10

III.1.1.1 Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan Mekanisme patogenesis DKIK dapat terjadi melalui dua cara yaitu melalui

mekanisme kerusakan fungsi sawar kulit yang diperankan oleh stratum korneum dan

pelepasan mediator akibat kerusakan keratinosit. Stratum korneum memiliki banyak

fungsi, salah satunya adalah sebagai lapisan sawar pelindung yang mencegah pelepasan

cairan berlebih dari kulit. Fungsi integritas kulit bergantung pada kadar kelembaban

stratum korneum.11

Kerusakan akibat pajanan zat iritan dimulai dengan kerusakan lapisan lipid dan

Natural Moisturizing Factor (NMF) sehingga terjadi kekeringan kulit (desikasi),

kemudian kelainan stratum korneum ini akan mengakibatkan kulit kehilangan fungsi

sawarnya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya pajanan langsung sel kulit yang

masih hidup (viable) terhadap zat iritan tersebut. Jika zat iritan telah dapat mencapai

membran lipid keratinosit, maka zat tersebut dapat berdifusi melalui membran untuk

merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Aktivasi enzim fosfolipase oleh

kerusakan keranitosit memicu pelepasan AA (arachidonic acid), DAG (diacylglyceride),

IP3 (inositides) dan PAF (palted activating factor). AA akan mengalami peruabhan

Page 24: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

menjadi PGs (prostaglandin) dan LTs (leukotrin). DAG akan merangsang ekspresi gen

sehingga terjadi sintesis protein berupa IL – 1 (interleukin – 1) an GMCSF (granulocyte

–macrophage colony stimulating factor). IL - 1 akan mnegaktifkan sel Th (T helper)

untuk memproduksi IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2, terjado perangsangan

autokrin, di samping merangsang proliferasi sel – sel tersebut. Keratinosit juga

mengekspresikan molekul permukaan HLA –DR (human leukocyte antigen DR) dan

ICAM -1 (intercellular adhesion molecule 1). Prostaglandin dan LTs akan merangsang

dilatasi pembuluh darah, menyebabkan terjadinya trandsui komplemen, dan aktivasi

system kinin. Prostaglandin dan LTs berperan pula sebagai chemoairactans bagi

neutrofil dan limfosiy serta mengaktiovasi sel mast untuk melepaskan histamin, LTs dan

PGs lain.Seluruh proses tersebut di atas menyebabkan perubahan seluler.10

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya respon peradangan kulit

terhadap iritan kimia yaitu faktor yang berhubungan dengan zat kimia, individu,

paparan dan lingkungan. Faktor zat kimia meliputi struktur kimia dan sifat fisisnya (gas,

cair atau padat). Sedangkan faktor individu meliputi umur, genetik, penyakit kulit yang

lain dan lokalisasi paparan. Faktor paparan seperti konsentrasi zat, zat pembawa dan

lama paparan. Faktor lingkungan misalnya kelembaban, suhu dan angin. Iritan adalah

suatu zat baik fisis maupun kimiawi yang mampu merusak sel bila kontak dalam waktu

dan konsentrasi yang cukup. Dalam hal ini immunological memory tidak terlibat dan

dermatitis terjadi tanpa sensitasi sebelumnya.11

III.1.1.2 Manifestasi Klinis Dermatitis Kontak Iritan Penyebab kerusakan stratum korneum pada DKI kumulatif adalah penurunan

ambang kulit terhadap kerusakan berulang yang terjadi lebih cepat daripada waktu

untuk penyembuhan sempurna fungsi sawar kulit. Gejala klinis baru terlihat jika

kerusakan yang terjadi melebihi ”ambang manifestasi” tertentu, yang akan berbeda

untuk setiap individu. Nilai ambang bukan angka yang tetap bagi individu, tetapi dapat

menurun jika ada suatu penyakit. Dikatakan bahwa sebelum efek inflamasi dan kulit

kering terlihat oleh mata, secara histopataologik pada kulit sudah terjadi kerusakan.

Page 25: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Karena DKI kumulatif disebabkan oleh zat iritan lemah, maka kelainian kulit yang

diakibatkannya bersifat kronis. Efek iritasi yang terjadi dapat merupakan gejala yang

dapat diobservasi oleh penglihatan dan berupa keluhan subjektif. Lesi kulitnya berupa

eritematosa, likenifikasi, ekskoriasi, skuama, hiperkeratosis, dan kulit pecah dengan

batas yang tidak tegas. Sedangkan keluhan yang timbul dapat berupa gatal, panas, dan

nyeri akibat pecahnya kulit yang hiperkeratotik. Lokasi kulit mana saja yang dapat

terkena, akan tetapi yang terbanyak adalah tangan, ”alat” manusia yang sering

berinteraksi dengan lingkungan.10

III.1.1.3 Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan

Diagnosis DKI ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, respon terapi dan uji

tempel. Uji kulit dilakukan dengan seri baku alergen yang paling lazim. Jika paparan

alergen pada lingkungan penderita dicurigai, zat tersebut dimasukkan dalam seri uji.

Paparan alergen potensial pada lingkungan kerja dan rumah harus diselidiki.11

III.1.1.4 Pencegahan Dermatitis Kontak Iritan Dasar penatalaksanaan adalah dengan menghindari pajanan terhadap zat iritan.

Hal ini dilakukan dengan bertukar lingkungan kerja, proteksi kulit individual seperti

dengan penggunaan sarung tangan, baju dan krim pelindung dan jika diperlukan cuti

sakit hingga regenerasi sempurna fungsi sawar kulit tercapai. DKIK dapat dicegah.

Pekerja harus diberi pengarahan atau edukasi tentang berbagai macam cara pencegahan

sebelum mulai bekerja, dapat juga dilakukan skrining sebelum bekerja (pre-employment

screening). Pada screening ini para pekerja dengan faktor predisposisi sebaiknya

menghindari aktivitas yang berhubungan dengan air dan zat – zat iritan.10

a) Krim pelembab

Umumnya pelembab mengandung humectant dengan berat molekul rendah

dan lipid. Humectants seperti urea, gliserin, asam laktat, pyrroledone

carboxylic acid (PCA ) dan garan, diabosrpsi ke dalam stratum kornemum

Page 26: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

dan meningktkan hidrasi dengan cara menarik air. Lipid, seperti

petrolatum, lilin lebah, lanolin dan bermacam-macam minyak dalam pe

lembab, memiliki efek sebagai membran oklusif pada kulit.10

b) Barrier creams

Krim ini digunakan unmtuk mencegah atau mengurangi penetrasi dan abrobsi zat

iritan ke ke kulit, mencegah terjadinya lesi kulit atau efek pajanan ke dermis.

Biasa dipakai untuk mencegah dan mengobati dermatitis kontak di lingkungan

industri dan rumah. Menurut penelitian dikatakan bahwa mekanisme kerja BC

melalui bahan – bahan aktif yang terkandung di dalamnya mengikat atau merubah

zat iritan. Sebagahagian besar menerima bahwa BC mempengaruhi absobsi dan

penetrasi iritan dengan memblok fisik, yaitu membentuk lapisan tipis film yang

melindungi kulit.10

c) Baju dan sarung tangan pelindung

Sarung tangam memiliki efek protektif terhadap pajanan deterjen. Baju

pelindung juga mempunyai peranan pentings ebagi pelindung tubuh di

lingkungan industri. Akan tetapi perlu juga diingat bahwa baju ini dapat

memerangkap kelembaban dan zat kimia yang kemungkinan

membahayakan kulit untuk jangka waktu yang lebih lama dan

meningkatkan kemungkinan timbulnya dermatitis. Juga perlu diperhatikan

bahwa zat kimia dengan berat molekul rendah tetap dapat berpenetrasi

menembus sarung tangan.10

III.1.1.5 Pengobatan Dermatitis Kontak Iritan

Penggunaan kortikosteroid topikal tetap merupakan pilihan untuk DKIK.

Golongan kortikosteroid disesuaikan dengan kondisi les kulit. Jika terdapat

infeski sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotika oral maupun

Page 27: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

topikal. Perlu diperhatikan dalam penggunaan jangka lama dapat menyebabkan

atrofi yang makin meningktkan kepekaan terhadp iritasi. Pilihan terapi yang lain

meliputi tertopikal dan fototerapi UVB/PUVA. Pada kasus kronik yang sulit,

dapat diindikasikan tindakan radiasi.9

III.1.1.6 Prognosis Dermatitis Kontak Iritan

DKIK mempunyai prognosis yang meragukan, karena sering terjadi

rekurensi akibat kesulitan untuk menghindari pajanan terhadap zat iritan sehari-

hari di rumah maupun di lingkungan kerja. Resolusi lesi kulit berjalan lambat

dan terkadang tidak sempurna. Untuk itu selain pengobatan perlu diperhatikan

cara untuk menjaga agar fungsi sawar kulit berjalan dengan baik. Faktor yang

turut memperburuk prognosis adalah jika terdapat dermatitis atopi.10

III.1.2 Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi akibat pajanan

ulang dengan bahan dari luar yang bersifat haptenik atau antigenik yang sama

atau mempunyai struktur kimia serupa, pada kulit seseorang yang sebelumnya

telah tersensitasi. Reaksi alergik yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas tipe

lambat atau tipe IV menurut klasifikasi Coombs dan Gell dengan perantaraan sel

limfosit T.11

III.1.2.1 Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi

Reaksi yang menimbulkan DKA ini dibagi dalam 2 fase, yaitu: reaksi

sensitasi dimana bahan kimia yang dapat bersifat sebagai alergen biasanya berat

molekulnya kecil (berat molekul <500Da), larut dalam lemak dan ini disebut

sebagai hapten. Hapten akan berpenetrasi menembus lapisan korneum sampai

mencapai lapisan bawah dari epidermis. Hapten ini akan difagosit oleh sel

Langerhans, kemudian hapten akan diubah oleh enzim lisosom dan sitosolik,

Page 28: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

yang kemudian berikatan dengan human leukocyte antigen DR (HLA-DR)

membentuk antigen. HLA-DR dan antigen akan diperkenalkan kepada sel

limfosit T melalui Cluster of differentiatio-4 (CD4) yang akan mengenal HLA-

DR dan CD3 yang akan mengenal antigen tersebut. Perkenalan ini terjadi di kulit

atau di kelenjar limfe regional. Sel Langerhans kemudian mengeluarkan

Interlukin-4 (IL-4) yang akan merangsang sel limfosit T yang mengeluarkan IL-

2 dan menempatkan reseptor IL-2 pada permukaan sel limfosit tersebut dan

sitokin ini akan menyebabkan proliferasi dari sel limfosit T yang sudah kenal

dan siap menerima antigen yang serupa. Sel limfosit T ini disebut sel memori

dan bisa didapatkan di kulit ataupun kelenjar limfe regional.11

Reaksi selanjutnya yang menimbulkan DKA adalah reaksi elisitasi dimana

fase ini dimulai ketika antigen yang serupa, setelah difagosit oleh sel Langerhans

dengan cepat akan dikenal oleh sel memori sehingga sel memori akan

mengeluarkan interferon-gamma (IFN-g) yang akan merangsang keratinosit

yang akan menampakkan intercelluler adhesion molecule-1 (ICAM-1) dan

HLA-DR pada permukaan keratinosit. ICAM-1 akan memungkinkan keratinosit

berikatan dengan sel lekosit yang pada permukaannya terdapat lymphocyte

function associated-1 (LFA-1). Seperti telah diketahui HLA-DR akan

memungkinkan keratinosit berikatan dengan limfosit T dan sel T sitotoksik.

Disamping itu keratinosit akan memproduksi IL-1, IL-6 dan GMCSF yang

semuanya ini akan mengaktifasi sel limfosit T. IL-1 juga memproduksi

eicosanoid, dimana kombinasi antara eiconosid dan sitokin-sitokoin yang

dibentuknya akan mengaktifkan sel mast dan makrofag, sehingga akan

terbentuklah histamin yang menimbulkan vasodilatasi dan peningkatan

permiabilitas pembuluh darah. Semua proses yang telah disebutkan di atas

menimbulkan reaksi yang kita kenal sebagai DKA.11

Page 29: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

III.1.2.2 Manifestasi Klinis Dermatitis Kontak Alergi

Gambaran Klinis DKA dapat bervariasi tergantung dari letak dan

perlangsungannya. Lesi yang akut berupa makula eritematosa, papul, vesikel atau bulla

sesuai dengan intensitas dari respon alergi. Pada stadium ini di bagian tertentu pada

badan seperti kelopak mata, penis dan skrotum terlihat eritema dan udema. Pada

stadium subakut, lesi terutama terdiri dari krusta, skuama, sedikit likenifikasi dan

vesikel. Sedangkan pada stadium kronis, kulit akan menebal, dapat timbul fisura,

skuama, likenifikasi dan perubahan warna kulit berupa hipopigmentasi atau

hiperpigmentasi. Dermatitis kontak alergi bisa akut atau kronik. Erupsi akut biasanya

terjadi 24-48 jam setelah terpajan atau bisa lebih lambat sampai 4 hari.11

III.1.2.3 Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi Diagnosis DKA umumnya dapat ditegakkan berdasarkan:11

a) Anamnesis

b) Pemeriksaan klinis

c) Pemeriksaan penunjang

III.1.2.4 Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Alergi

a) Eliminasi atau menghindari bahan kontakan

Menghindari bahan penyebab dermatitis kontak merupakan cara

penanganan DKA yang paling penting. Untuk tujuan tersebut harus

diketahui bahan penyebab DKA berdasarkan anamnesis yang diteliti,

pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang berupa uji tempel bahan

yang dicurigai.11

b) Pengobatan

Sama dengan pengobatan dari dermatitis pada umunya yaitu dengan

kompres untuk DKA mendidans serta penggunaan topikal kortikosteroid

Page 30: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

untuk DKA subakut dan kronis. Pada DKA yang disertai dengan infeksi

sekunder dapat diberikan antibiotik sistemik. Pada DKA yang cenderung

meluas dapat diberikan kortikosteroid sistemik dengan dosis 40-60

mg/hari dam dosis terbagi, kemudian ditapering setelah ada perbaikan.11

c) Tindakan pencegahan

Untuk DKA pada pekerja di lingkungan industri digunakan alat

pelindung seperti sarung tangan.11

III.2 Dermatitis Atopik Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai

gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada

keluarga atau penderita dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan asma bronkial. Kelainan

kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,

distribusinya di lipatan (fleksural).8

III.2.1 Patogenesis Dermatitis Atopik

Berbagai factor ikut berinteraksi dalam patogenesis dermatitis atopic,

misalnya factor genetic, lingkungan, sawar kulit, farmakologi,dan imunologi.

Konsep dasar terjadinya dermatitis atopi adalah melalui reaksi imunologi yang

diperantai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang.8

Kadar IgE dalam serum penderita dermatitis atopi dan jumlah eosinophil

dalam darah perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara

sistemik antara dermatitis atopi dan alergi saluran nafas, karena 80% anak

dengan dermatitis atopi mengalami asma bronkial atau rhinitis alergi.8

III.2.2 Manifestasi Klinis Dermatitis Atopi

Page 31: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Kulit pederita dermatitis atopi umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di

epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan

terba dingin,. Penderita dermatitis atopi sering merasa cemas, egois, frustasi,

agresif, atau merasa tertekan. Gejala utama adalah pruritus, dapat hilang timbul

sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya

penderita akan menggaruk hingga timbul bermacam-macam kelainan kulit

berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.

Dermatitis atopi dibagi menjadi tiga fase, yaitu infantile (terjadi pada usia 2

bulan sampai 2 tahun), anak (2 – 10 tahun), dan pada remaja dan dewasa.8

III.2.3 Diagnosis Dermatitis Atopi

Diagnosis didasarkan pada kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka,

antara lain8 :

Kriteria Mayor

1. Pruritus

2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak

3. Dermatitis di fleksura pada dewasa

4. Dermatitis kronis atau residif

5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria Minor

1. Xerosis

2. Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)

3. Dermatitis non spesifik pada tangan atau kaki

4. Keratosis pilaris

5. Pitiriasis alba

6. Dermatitis di papilla mammae

7. Konjungtivitis berulang

8. Katarak subkapsular anterior

Page 32: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

9. Muka pucat atau eritem

10. Gatal bila berkeringat

Diagnosis dermatitis atopi harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga

kriteria minor.8

III.2.4 Penatalaksanaan Dermatitis Atopi

1. Menghindari pemicu siklus gatal-garuk 8

a. Sabun dan detergen, kontak dengan bahan kimia, pakaian kasar,

pajanan terhadap panas atau dingin yang ekstrim. Bila memakai sabun

hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan mempunyai

pH netral 2. Topikal, hidrasi kulit sebagai pelembab seperti hidrokortison 1% dan

kortikosteroid topical 8

3. Pengobatan sistemik, kortikosteroid, antihistamin, anti-infeksi 8

Page 33: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB IV

KERANGKA KONSEP

IV. 1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah masalah pembuangan

dan pengelolaan sampah. Sampah yang tidak/kurang baik pengelolaannya banyak

menimbulkan hal-hal negatif, khususnya terhadap kesehatan masyarakat. Sampah

yang tidak/kurang baik pengolahannya akan menjadi sumber kontaminasi akibat

inkubasi dan proliferasi lalat (lalat dapat bertindak sebagai vektor penyakit thyphoid,

disentri, kolera, dan penyakit kulit), nyamuk, dan hewan pengerat, yang pada

gilirannya menjadi penyakit menular yang mampu mempengaruhi kesehatan

masyarakat. Kondisi ini menghasilkan banyak penyakit, salah satunya adalah penyakit

kulit.

Ada beberapa variabel yang diduga sebagai faktor resiko timbulnya penyakit

kulit pada masyarakat di Puskesmas Tamangapa yang berlokasi dekat dengan TPA

Tamangapa Makassar. Pada penelitian ini variabel yang diteliti yaitu usia, jenis

kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal terhadap TPA pada penderita dermatitis di

Puskesmas Tamangapa.

Page 34: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

IV. 2 Kerangka Konsep

IV. 3 Definisi Operasional

1. Masyarakat Puskesmas Tamangapa adalah Masyarakat yang bermukim di

wilayah kerja Puskesmas Tamangapa, yaitu Kelurahan Tamangapa dan

Kelurahan Bangkala dengan cara ukur mendokumentasikan peta wilayah

Kelurahan Tamangapa dan Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala.

2. Penyakit Kulit (Dermatitis), yaitu peradangan kulit (epidermis dan dermis

sebagai respon terhadap adanya faktor eksogen berupa mikroorganisme

ataupun produknya, menimbulkan kelainan klinis berupa eflorosensi

polimorfik (eritema,edema, papul, vesikel, skuama, dan likenifikasi) dan

keluhan gatal. Cara pengukuran dilakukan dengan mengumpulkan data

sekunder yang berasal dari rekam medik pasien di Puskesmas Tamangapa,

PENYAKIT KULIT "DERMATITIS"

Usia

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Tempat tinggal terhadap lokasi TPA

Tamangapa

Page 35: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar periode

Januari-Desember 2012 dengan kriteria objektif, didiagnosa dermatitis.

3. Jenis kelamin adalah pengelompokan penderita dermatitis berdasarkan

jenisnya.

a) Laki-laki

b) Perempuan

4. Umur adalah pengelompokan rerata usia penderita dermatitis.

a) 0 - 9 tahun

b) 10 - 19 tahun

c) 20 - 39 tahun

d) ≥ 40 tahun

5. Alamat (tempat tinggal) adalah lingkungan hidup dimana penderita tumbuh

dan berkembang serta melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk ataupun

tidak dalam wilayah kerja Puskesmas Tamangapa :

a) Tamangapa

b) Bangkala

c) Lainnya (selain 2 di atas)

6. Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang dijadikan sebagai mata

pencaharian ataupun kegiatan yang lebih banyak dilakukan dalam

menghabiskan waktu sehari-hari.

a) Belum bekerja

b) Pekerjaan Rumah Tangga

c) Pemulung

Page 36: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

d) Supir Truk

e) Buruh Bangunan

f) Petani

g) Swasta (pedagang, pengrajin)

h) Negeri (PNS, TNI)

IV.4 Kriteria Objektif Penelitian

IV.4.1 Kriteria Inklusi

Arsip data penyakit pasien di Puskesmas Tamangapa dan memenuhi kriteria variabel

yang diteliti pada periode Januari-Desember 2012

IV.4.2 Kriteria Eksklusi

Arsip data hilang atau data untuk variabel penelitian tidak lengkap

Page 37: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB V

METODE PENELITIAN

V.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Pada

gambaran ini akan mendeskripsikan fakta tentang karkteristik penyakit kulit

pada masyarakat di Kelurahan Tamangapa yang datang ke Puskesmas

Tamangapa periode Januari-Desember 2012 berdasarkan usia, jenis kelamin,

pekerjaan, dan tempat tinggal.

V.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

V.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan antara tanggal 22 April – 4 Mei 2013.

V.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tamangapa, Kecamatan

Manggala, Kota Makassar.

V.3 Populasi dan Sampel Penelitian

V.3.1 Populasi

Semua masyarakat yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas

Tamangapa, yaitu Kelurahan Tamangapa dan Kelurahan Bangkala

Page 38: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

V.3.2 Sampel

Semua pasien yang terdaftar di Puskesmas Tamangapa yang menderita

penyakit kulit dan didiagnosa dermatitis periode 1 Januari – 31 Desember

2012.

V.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling

V.3.4 Kriteria Seleksi

a. Kriteria Inklusi

Arsip data penyakit pasien di Puskesmas Tamangapa dan memenuhi

kriteria variable yang diteliti pada periode 1 Januari – 31 Desember 2012

b. Kriteria Eksklusi Arsip data hilang atau data untuk variable penelitian tidak lengkap

V.4 Jenis Data dan Instrumen Penelitian

V.4.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

arsip data penyakit pasien di Puskesmas Tamangapa, Kecamatan Manggala,

Kota Makassar periode 1 Januari – 31 Desember 2012.

V.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi untuk

mengamati objek penelitian, yaitu penyakit kulit pada pasien yang tercatat di

Puskesmas Tamangapa, Kelurahan Manggala.

Page 39: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

V.5 Manajemen Penelitian

V.5.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak

pemerintah dan Kepala Puskesmas Tamangapa. Kemudian mengumpulkan

data secara cross-sectional , yaitu setiap subjek penelitian hanya diobservasi

satu kali dan pengukuran variable-variabelnya dilakukan pada saat pengamatan

dengan mengambil data sekunder yang berasal dari arsip data pasien di

Puskesmas Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, periode 1

Januari – 31 Desember 2012.

V.5.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS

16.0 dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang

diharapkan.

V.5.3 Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram

yang disertai dengan penjelasan untuk menggambarkan karakteristik penyakit

kulit berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal

V.6 Etika Penelitian Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

• Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin kepada

beberapa institusi terkait.

• Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dengan

tidak menuliskan nama pasien tetapi hanya berupa inisial.

Page 40: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB VI

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Tamangapa, Kecamatan Manggala,

Kota Makassar dimana jarak puskesmas dengan TPA Tamangapa berjarak ± 700m dari TPA

dan TPA juga masuk dalam wilayah kerja puskesmas. Pengumpulan data ini untuk

mendapatkan gambaran tentang penyakit kulit (dermatitis) pada masyarakat di Puskesmas

Tamangapa pada tanggal 22 Mei – 4 Mei 2013 dengan jumlah sampel 274 orang dengan

diagnosa dermatitis yang tercatat dalam rekam medis. Penelitian dilakukan dengan

pengambilan data dari rekam medis. Data yang diambil adalah umur, jenis kelamin, tempat

tinggal, dan pekerjaan.

Tabel 1. Distribusi Dermatitis Menurut Umur Pada Penderita di Puskesmas Tamangapa

Umur

(Tahun) Jumlah Penderita (N)

Presentase

(%)

0-9

10-19

20-39

≥40

100

46

73

55

36.5

16.8

26.6

20.1

Jumlah 274 100

Page 41: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Berdasarkan hasil penelitian, untuk variabel umur termuda adalah umur 1 tahun dan

yang tertua berumur >40 tahun. Dari hasil penelitian, distribusi penderita antara lain, 1-10

tahun (36.5%), 11-20 tahun (16.8%), 21-40 tahun (26.6%) dan >40 tahun (20.1%). Umur

terbanyak yang menderita penyakit dermatitis adalah umur 1-10 tahun, yaitu sebesar 36.5%.

Sedangkan proporsi terkecil adalah kelompok usia 11-20 tahun, sebesar 16.8%.

Tabel 2. Distribusi Dermatitis Menurut Jenis Kelamin Pada Penderita di Puskesmas

Tamangapa

Jenis

Kelamin Jumlah Penderita (N)

Presentase

(%)

Laki-laki

Perempuan

97

177

35.4

64.6

Jumlah 274 100

Page 42: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Berdasarkan hasil penelitian, untuk variable jenis kelamin proporsi didominasi oleh

perempuan, yaitu sebesar 64.6% sedangkan proporsi laki-laki lebih sedikit, sebesar 35.4%.

Tabel 3. Distribusi Dermatitis Menurut Pekerjaan Pada Penderita di Puskesmas

Tamangapa

Pekerjaan Jumlah Penderita (N) Presentase

(%)

Belum bekerja

Rumah tangga

Pemulung

Supir Truk

Buruh Bangunan

116

21

44

7

12

42.3

7.7

16.1

2.6

4.4

Page 43: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Petani

Swasta

Negeri

7

29

38

2.6

10.6

13.9

Jumlah 274 100

Berdasarkan hasil penelitian, untuk variable pekerjaan didapatkan 7 jenis pekerjaan

dan kategori belum bekerja pada masyarakat di Kelurahan Tamangapa. Kemudian distribusi

penderita berdasarkan pekerjaan tersebut dimulai dari yang terbanyak antara lain belum

bekerja (42.3%), Pemulung (16.1%), Pegawai Negeri (13.9%), Swasta (10.6%), Rumah

Tangga (7.7%), Buruh Bangunan (4.4%), Petani (2.6%) dan Supir Truk (2.6%).

Page 44: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

Tabel 4. Distribusi Dermatitis Menurut Tempat Tinggal Pada Penderita di Puskesmas

Tamangapa

Alamat Jumlah Penderita (N) Presentase

(%)

Bangkala

Tamangapa

Lainnya

71

164

39

25.9

59.9

14.2

Jumlah 274 100

Berdasarkan hasil penelitian, variable tempat tinggal dimana proporsi terbesar yaitu

penderita yang bertempat tinggal di Kelurahan Tamangapa , sebesar 59.9% kemudian di

Kelurahan Bangkala sebesar 25.9% dan diluar dari wilayah kerja puskesmas sebesar 14.2%.

Page 45: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB VII

PEMBAHASAN

Penyakit dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen maupun faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis

berupa efloresensi polimorfik dimana sifatnya cenderung residif dan menjadi kronis. Faktor

eksogen yang menyebabkan dermatitis disebut dermatitis kontak. Dermatitis kontak ialah

respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena

paparan dari bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Berdasarkan penyebabnya dermatitis

kontak dibedakan atas 2, yaitu: dermatitis kontak iritan (DKI) yang disebabkan oleh bahan

yang bersifat iritan dan dermatitis kontak alergi (DKA) yang disebabkan oleh bahan yang

bersifat alergen. Selain itu adapula dermatitis yang disebabkan oleh faktor endogen, yaitu

dermatitis atopik. Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,

disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau

penderita dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan asma bronkial. Berbagai faktor ikut berinteraksi

dalam dermatitis atopik, misalnya faktor genetik, lingkungan, farmakologi,dan imunologi.

Dalam penelitian ini, telah dikumpulkan 274 sampel yang diambil dari data sekunder

berupa rekam medis Puskesmas Tamangapa. Secara keseluruhan, jumlah penderita tersebut

telah dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal. Namun

dalam penegakan diagnosis di Puskesmas, dermatitis tidak dibagi menjadi dermatitis kontak

(eksogen) ataupun dermatitis atopik (endogen).

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kelompok usia tertinggi adalah usia 1-10

tahun, sebesar 100 orang (36.5%) dan yang terendah ialah kelompok usia 11-20 tahun sebesar

46 orang (16.8%). Berdasarkan teori, dermatitis kontak dapat diderita oleh semua golongan

umur, namun faktor individu diyakini berpengaruh pada kejadian DKI, salah satunya adalah

perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat, menyebabkan perbedaan permeabilitas (pada

Page 46: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

anak usia <8 tahun dan pada usia lanjut lebih mudah teriritasi). Sedangkan pada DKA, factor-

faktor yang berperan termasuk potensi sensitasi allergen, luas daerah yang terkena, lama

pajanan, dan keadaan kulit pada lokasi kontak (ketebalan epidermis) serta status imunologi.

Pada usia kanak-kanak, ketebalan epidermis masih kurang dan status imunologis masih rendah

sehingga lebih berpotensi untuk DKA. Begitu juga dengan Dermatitis Atopik, yang lebih

sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak yang berhubungan dengan peningkatan kadar IgE

serum dan riwayat atopi dalam keluarga. Pada anak, makanan juga berperan sebagai factor

pemicu, yang paling sering adalah telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.

Berdasarkan penelitian terdahulu, di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan negara industri

lainnya, prevalensi DA pada usia anak mencapai 10-20%, sedangkan dewasa mencapai 1-3%.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-

laki, yaitu 177 orang (64.6%) sedangkan laki-laki 97 orang (35.4%). Menurut teori, insidensi

Dermatitis Kontak lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki. Menurut penelitian

sebelumnya, di Negara agraris, seperti cina, Eropa Timur, Asia Tengah wanita lebih banyak

menderita DA daripada pria, rasio 1.3:1.

3. Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan gambaran dermatitis paling banyak terjadi pada

penderita yang belum bekerja, sebesar 116 orang (42.3%), ditempat kedua terbanyak yaitu

pemulung sebesar 44 orang (16.1%), dan ketiga terbanyak bekerja di pemerintah negeri

sebesar 38 orang (13.9%). Menurut teori, dermatosis akibat pekerjaan cukup tinggi terjadi

sekitar 50-60%. Di Indonesia sendiri, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian

khusus dari pemerintah atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya

cukup tinggi. Penyakit kulit ini sangat mengganggu kenyamanan dan konsentrasi bekerja

sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di negara maju

dengan penerapan higiene perusahaan dan higiene perorangan tenaga kerja yang sudah lebih

baik masih ditemukan penyakit kulit akibat kerja dengan prevalensi 1% - 2%. Angka ini

merupakan 40% dari seluruh penyakit akibat kerja. Penyakit kulit akibat kerja ini sebagian

Page 47: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

besar (80%) berupa dermatitis kontak. Namun, berdasarkan hasil penelitian didapatkan 42.3%

pada penderita yang belum bekerja.

4. Tempat tinggal

Berdasarkan hasil penelitian, penderita terbanyak tinggal di Kelurahan Tamangapa,

sebesar 164 orang (59.9%) sedangkan yang tinggal di Kelurahan Bangkala, sebesar 71 orang

(25.9%). Perlu diketahui bahwa Tempat Pembuangan Akhir Sampah terletak juga di

Kelurahan Tamangapa. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Tamangapa dekat

dengan pemukiman penduduk serta masih dibuang dengan cara terbuka (open dumping). Dari

observasi pendahuluan di pemukiman penduduk di sekitar lokasi TPA terlihat masih banyak

lalat, hampir tidak ada jarak antara pemukiman penduduk dan TPA. Sementara, menurut

kajian kesehatan lingkungan, ditetapkan adanya zona penyangga dimana jarak tapak terluar

TPA dari pemukiman terdekat adalah 500 meter yang berfungsi sebagai penahan untuk

mencegah dan mengurangi dampak keberadaan dan kegiatan-kegiatan TPA terhadap

masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA. Namun,

berdasarkan penelitian analitik sebelumnya mengenai dampak TPA terhadap incidence rate

dermatitis dikatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara masyarakat yang bermukim di

kelurahan yang sama dengan lokasi TPA dengan masyarakat yang bermukim diluar kelurahan

tersebut.

Page 48: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

VIII.1 KESIMPULAN

1. Karakteristik penderita dermatitis di Puskesmas Tamangapa periode

Januari-Desember 2012 berdasarkan usia paling banyak diderita oleh

kelompok usia 1-10 tahun, yaitu sebanyak100 orang (36.5%)

2. Karakteristik penderita dermatitis di Puskesmas Tamangapa periode

Januari-Desember 2012 berdasarkan jenis kelamin paling banyak

terjadi pada perempuan daripada laki-laki, yaitu sebanyak 177 orang

(64.6%) dan 97 orang (35.4%)

3. Karakteristik penderita dermatitis di Puskesmas Tamangapa periode

Januari-Desember 2012 berdasarkan pekerjaan paling banyak dialami

pada kelompok yang belum bekerja, yaitu sebesar 116 orang (42.3%)

4. Karakteristik penderita dermatitis di Puskesmas Tamangapa periode

Januari-Desember 2012 berdasarkan tempat tinggal paling banyak

terjadi pada penderita yang bermukim di Kelurahan yang sama dengan

TPA, yaitu Kelurahan Tamangapa sebesar 164 orang (59.9%)

VIII.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka disarankan:

1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi penyebab

terjadinya dermatitis sehingga angka kejadian dermatitis bisa diturunkan

dan tidak lagi menempati 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tamangapa

2. Bagi pemerintah, agar melakukan pengendalian pemukiman yang berada

di sekitar TPA untuk tetap berada dalam batas jarak aman/sehat yang telah

Page 49: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

ditetapkan.

3. Bagi puskesmas agar tetap memberi informasi dan dorongan bagi

masyarakat yang tinggal disekitar TPA untuk tetap menjaga personal

hygiene dan sanitasi lingkungan dengan menerapkan perilaku hidup bersih

dan sehat.

Page 50: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai. Dampak pencemaran lingkungan

terhadap kesehatan. [serial online] 2009 [diakses pada tanggal 1 mei 2013].

Diakses dari URL : http;//www.dinkesbanggai.wordpress.com

2. Rudianto, H., Azizah R. Studi tentang perbedaan jarak perumahan ke TPA

sampah open dumping dengan indicator tingkat kepadatan lalat dan kejadian

diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005; 1:152-9

3. Abdul, Salam. Environmental and Health Impact of Solid Waste Disposal at

Mangwaweni dumpsite in Manzini : Swaziland. Journal of Sustainable

Development in Africa 2010; 12;64-78

4. Daud, Anwar. Aspek Kesehatan Pengelolaan Sampah Padat. Dalam : Dasar-

dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar : Hasanuddin University Press;

2005: hal. 139-50

5. Slamet, J. Soemirat. Persampahan. Dalam: Kesehatan Lingkungan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2009: hal.152-62

6. Bank Dunia. Addenda Proyek Gas Lahan TPA Makassar – Uji Tuntas

Lingkungan. [Serial online] 2007 [diakses pada tanggal 1 mei 2013]. Diakses

dari URL : http;//www.erm.com

7. Republik Indonesia. Undang-undang RI Nomor 81 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah. [serial online] 2008 [diakses pada tanggal 1 mei 2013].

Diakses dari URL:

http://www.menlh.go.id/UU_no18_th2008_ttg_pengelolaan_sampah.pdf

8. WHO. Water related disease. [serial online] 2011 [cited 1 mei 2013].

Available from URL:

http;//www.who.int/water_sanitation_health/disease/typhoid

Page 51: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

9. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007:

hal.129-45

10. Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman pemanfaatan kawasan sekitar

TPA sampah. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum; 2008

11. Nandi. Kajian Keberadaan tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwigajah

dalam konteks tata ruang. Jurnal GEA 2005; 5:35-42

Page 52: KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS PADA MASYARAKAT …

RIWAYAT PENULIS

Nama Lengkap : Nooryasni Muchlis

Stambuk : C 111 07 026

Tempat/tanggal Lahir : Ujung Pandang, 4 Juni 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tun Abdul Razak, Hertasning Baru

Komp. Bumi Aroepala, A.22

Nama Ayah : Drs. H. Muchlis Achmad

Nama Ibu : Hj. Kesumawardani, SKM, M.Kes

Kegemaran : Bermain musik, travelling, kuliner, belajar

Riwayat Pendidikan

-­‐ Taman Kanak-kanak IAIN Alauddin (1994-1995)

-­‐ SD Negeri Mangkura I Makassar (1995 – 2001)

-­‐ SLTP Negeri 6 Makassar (2001 – 2004)

-­‐ SMA Negeri 2 Makassar (2004 – 2007)

-­‐ Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2007 – sekarang)