karakteristik host dan lingkungan penderita ......putri widiastuti, nim: 1111101000114 karakteristik...

142
KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: Putri Widiastuti 1111101000114 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Upload: others

Post on 17-Jul-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA

FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Putri Widiastuti

1111101000114

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi
Page 3: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, November 2015

Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114

KARAKTERISTIK HOSTDAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS

DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015

xvi + 120 halaman, 3 gambar, 4 bagan, 4 tabel, 17 grafik, 6 lampiran)

ABSTRAK

Hasil Survei Darah Jari (SDJ) tahun 2006-2007 di Kabupaten Tangerang

mendapatkan hasil Mf rate>1 dibeberapa kecamatan, yang menunjukkan bahwa

Kabupaten Tangerang merupakan daerah endemis filariasis. Karakteristik host dan

lingkungan berperan dalam penularan filariasis terkait dengan intensitas individu

kontak dengan nyamuk penular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik host dan lingkungan penderita filariasis 2005-2013.

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif mixed methods

(kuantitatif dan kualitatif) dengan desain studi kasus. Sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh penderita filariasis di Kabupaten Tangerang yang berjumlah 30

orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, obervasi, wawancara

mendalam, dan pengukuran.

Distribusi terbesar penderita filariasis pada kelompok umur 36-45 tahun

(43,3%) dan pada jenis kelamin laki-laki (60%). Faktor host kejadian filariasis

yaitu pekerjaan berisiko (66,7%), keluar rumah saat malam (66,7%), tidak

menggunakan kelambu (76,6%), tidak menggunakan obat anti nyamuk (60%), dan

tidak menggunakan baju dan celana panjang (63,3%). Faktor lingkungan kejadian

filariasis yaitu Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang buruk (80%), tidak

memiliki kawat kasa (86,7%), tidak menggunakan plafon (86,7%), memiliki

barang bergantung dalam rumah (90%), dan sawah yang berjarak 200 meter dari

rumah (73,3%).

Pencegahan penularan filariasis dilakukan dengan menurunkan intensitas

kontak antara individu dengan nyamuk penular. Menurunkan intensitas kontak

dengan nyamuk dengan tidak beraktivitas di luar rumah saat malam jika tidak

memiliki kepentingan, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat anti

nyamuk, dan menggunakan pakaian yang menutupi badan seperti baju dan celana

panjang. Selain itu, memperbaiki kondisi SPAL agar tidak menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk. Kondisi fisik rumah seperti penggunaan kawat kasa,

plafon, dan tidak menggantung barang terutama yang berbahan kain di dalam rumah guna meniadakan tempat peristirahatan nyamuk.

Kata kunci: Filariasis, Host, Lingkungan, Studi Kasus

Daftar Bacaan: 54 Bacaan (1959-2015)

Page 4: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALISATION ENVIRONMENTAL HEALTH

Thesis, November 2015

Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114

HOST AND ENVIRONMENTAL CHARACTERISTIC OF FILARIASIS IN

DISTRICT TANGERANG 2015

xvi + 120 pages, 3 pictures, 4 charts, 4 tables, 17 graphs, 6 attachments)

ABSTRACT

Finger Blood Survey (SDJ) in Tangerang District 2006-2007 continuously

matches Mf rate> 1 in several sub-districts, which indicates that Tangerang

District is afilariasis endemic zone. Host and environment characteristics play a

role in the transmission of filariasis that related with individual contact intensity

with the mosquito-borne. This study aims to gain insights into the host and

environment characteristics of filariasis patients 2005 2013.

This research is mixed descriptive epidemiology methods (quantitative and

qualitative) using case study design. The sample in this study were all filariasis

patients in Tangerang district with total30 people. Data was collected by

questionnaire, observation, interview, and measurement.

The patients distribution in the age group was 36-45 years (43.3%) and

male gender was (60%). The incidence of filariasis host factors were risky jobs

(66.7%), outside the house at night (66.7%), not use mosquito nets (76.6%), not

use anti-mosquito drugs (60%), and not use clothes and long pants (63.3%).

Environmental factors forfilariasis incident werebad Sewers Waste (SPAL)

(80%), not have a wire gauze (86.7%),not use a ceiling (86.7%), have a hanged

down goodsin home (90%), and rice field within ≤200 meters from house

(73.3%).

Prevention of filariasis transmission is done by lowering the intensity of

contact between individuals with the mosquito-borne,reduce the intensity of

contact with mosquitoes by not doing any activity outside the house at night if

there is not important, using mosquito nets while sleeping, using mosquito

repellent, and wear clothes that covers the body like shirt and trousers. In

addition,improve the condition of SPAL in order not become a breeding ground

for mosquitoes. The physical condition of the house such as the use of wire

netting, ceiling, and not hang goods,especially the ones that made of cloth in the

house in order to wipeall mosquitoes resting place.

Keywords: Filariasis, Host, Environment, Case Study

Reading List: 54 List (1959-2015)

Page 5: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi
Page 6: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

v

Page 7: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Putri Widiastuti

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

Emal : putriwidiastuti93@gmail,com

PENDIDIKAN FORMAL

2011-2015 :

2005-2011 : SMAN 49 Jakarta

2005-2008 : SMPN 166 Jakarta

1999-2005 : SDN 010 Jagakarsa

UIN Syarifhidayatullah Jakarta, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan

Kesehatan Masyarakat

Page 8: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah S.W.T atas rahmat dan kasih-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Faktor- Faktor

Lingkungan Kejadian Filariasis di Kabupaten Tangerang 2015”.Terkait isi dan

penulisan dalam skripsi ini, penulis masih banyak kekurangan di dalamnya.

Sehingga, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi melengkapi kekurangan

tersebut.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Suyatno dan Ibu Yuni Widayati yang selalu

memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

2. Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan.

3. Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Prodi Kesehatan

Masyarakat.

4. Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes sebagai pembimbing I yang telah

memberikan pengarahannya dengan sabar kepada penulis dari judul

hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Yuli Amran, MKM sebagai dosen pembimbing II yang telah dengan sabar

memberi arahan, mengkoreksi, dan memberi masukan tentang penulisan

yang membuat penulis lebih giat lagi dalam menyusun pembahasan.

6. Kakakku Prima Yulia Nugraha dan Riska Sartika Dewi yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Page 9: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

viii

7. Lina Sri Marlina, ibu, abah, dan keluarga yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan pengambilan data.

8. Jemaah Kesling yang telah memberikan dukungan Onoy, Eka, Ayu, Efri,

Hari, Ibnu, Candra, Sela, Ika, Ikoh, Almen, Lifi, Awal, Fiya, Tika,

Rahmatika, Cepol, Rois, Ajeng, Fela, Beti, dan seluruh jemaah kesling

yang sudah membantu dalam skripsi ini.

9. Karim, Iis, Tanza, Kak Bayu, Rio, Geh yang telah membantu dan

memberikan masukan yang sangat berarti dalam skripsi ini.

10. Genks sedari asrama Ulan, Fira, Lia, Upit, Nadra, Lia, dan Falah yang

selalu memberikan semangat kepada penulis.

11. Seluruh teman mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarifhidayatullah

Jakarta.

Semoga skripsi ini memberikan ide penelitian kepada pembaca dan dapat

memberikan kemudahan untuk mencapai tujuan yang diharapkan penulis. Aamiin.

Penulis

Page 10: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iv

PANITIA SIDANG SKRIPSI ............................................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii

DAFTAR BAGAN................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum ............................................................................. 6

2. Tujuan Khusus ............................................................................ 6

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti ................................................................................ 7

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat – UIN Jakarta .......................... 7

3. Bagi Puskesmas ........................................................................... 7

Page 11: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

x

4. Bagi Masyarakat .......................................................................... 8

F. Ruang Lingkup .................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Filariasis

1. Pengertian Filariasis ....................................................................... 9

2. Patogenesis dan Gejala Klinis ........................................................ 9

3. Etiologi Filariasis ........................................................................... 11

4. Vektor Filariasis

a. Ciri-ciri Nyamuk Vektor Filariasis ....................................... 12

b. Tempat Berkembangbiak ...................................................... 13

c. Perilaku Menghisap Darah .................................................... 14

d. Kebiasaan Beristirahat .......................................................... 15

e. Siklus Hidup Nyamuk ........................................................... 16

5. Mekanisme Penularan Filariasis..................................................... 17

6. Diagnosis ........................................................................................ 19

B. Determinan Filariasis

1. Host (Pejamu) ................................................................................. 21

2. Agen ............................................................................................... 24

3. Environment (Lingkungan) ............................................................ 26

C. Kerangka Teori ..................................................................................... 31

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ............................................................................... 32

B. Definisi Operasional ........................................................................... 34

Page 12: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xi

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................ 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 40

C. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 41

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data ................................................................................. 44

2. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 44

3. Instrumen Penelitian ..................................................................... 45

E. Pengolahan Data ................................................................................. 46

F. Analisis Data ....................................................................................... 47

BAB V HASIL

A. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen Host

1. Umur............................................................................................. 49

2. Jenis Kelamin ......................................................................... 50

3. Pekerjaan ................................................................................ 50

4. Keluar Rumah Pada Malam Hari ........................................... 52

5. Penggunaan Kelambu ............................................................. 53

6. Penggunaan Obat Nyamuk ..................................................... 54

7. Penggunaan Baju dan Celana Panjang ................................... 56

B. Distribusi Frekuensi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen

Lingkungan

1. Kondisi Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) ..................... 58

2. Penggunaan Kawat Kassa ...................................................... 60

3. Penggunaan Plafon ................................................................. 61

Page 13: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xii

4. Keberadaan Barang Bergantung ............................................. 61

5. Keberadaan Sawah ................................................................. 62

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 64

B. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen Host

1. Umur ....................................................................................... 65

2. Jenis Kelamin ......................................................................... 68

3. Pekerjaan ................................................................................ 70

4. Keluar Rumah Pada Malam Hari ........................................... 73

5. Penggunaan Kelambu ............................................................. 76

6. Penggunaan Obat Nyamuk ..................................................... 80

7. Penggunaan Baju dan Celana Panjang ................................... 82

C. Distribusi Frekuensi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen

Lingkungan

1. Kondisi Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)................. 84

2. Penggunaan Kawat Kassa ...................................................... 88

3. Penggunaan Plafon ................................................................. 90

4. Keberadaan Barang Bergantung ............................................. 92

5. Keberadaan Sawah ................................................................. 93

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................ 96

B. Saran ................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................99

LAMPIRAN ........................................................................................................103

Page 14: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tempat Perindukan Larva, Tempat Istirahat, dan Kebiasaan Nyamuk

Dewasa Vektor Filariasis ..................................................................... 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 34

Tabel 4.1Data Hasil Survei Darah Jari (SDJ) dan Penemuan Kasus Kronik

Kabupaten Tangerang 2005-2013 ........................................................ 42

Tabel 4.2 Data Kasus Filariasis di Kabupaten Tangerang 2015 ........................... 43

Page 15: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Segitiga Epidemiologi ........................................................................................ 21

Bagan 2.2 Kerangka Teori .................................................................................................. 31

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 32

Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel ................................................................................. 43

Page 16: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Culex quinquefasciatus ................................................................................... 13

Gambar 2.2 Skema Rantai Penularan Filariasis .................................................................. 19

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tangerang.............................................................................. 40

Page 17: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Umur di Kabupaten

Tangerang periode 2005-2015 ......................................................... 49

Grafik 5.2 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Jenis Kelamin di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ....................................... 50

Grafik 5.3 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten

Tangerang periode 2005-2015 ......................................................... 51

Grafik 5.4 Distribusi Pekerjaan Penderita Filariasis Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ................................... 51

Grafik 5.5 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Kebiasaan Keluar Rumah

Malam Hari di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 .............. 52

Grafik 5.6 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Kelambu di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ....................................... 53

Grafik 5.7 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Obat

Nyamuk di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 .................... 54

Grafik 5.8 Distribusi Penggunaan Obat Nyamuk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ....................................... 55

Grafik 5.9 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Baju dan

Celana Panjang di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ......... 56

Grafik 5.10Distribusi Penggunaan Baju dan Celana Panjang Malam Hari

Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kabupaten Tangerang periode 2005-

2015 ................................................................................................. 57

Grafik 5.11Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Kondisi SPAL di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ....................................... 58

Grafik 5.12 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Kawat Kasa

di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ................................... 60

Grafik 5.13Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Plafon di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ....................................... 61

Grafik 5.14Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Keberadaan Barang

Bergantung di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015 ............... 62

Page 18: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

xvii

Grafik 5.15 Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Jarak Terbang Nyamuk

dari Tempat Perindukan (Sawah) ke Rumah Penderita di Kabupaten

Tangerang periode 2005-2015 ......................................................... 63

Page 19: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filariasis adalah penyakit menular di lingkungan tropis yang disebabkan

oleh cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk filariasis (WHO, 2013). Penyakit

filariasis tergolong jarang, sebab untuk menimbulkan gejala klinisnya diperlukan

multi gigitan nyamuk terinfeksi filaria dalam kurun waktu yang lama (Kemenkes

RI, 2010). Dapat dikatakan bahwa penyakit filariasis merupakan penyakit yang

terabaikan. Hal ini terbukti bahwa sebelum menderita filariasis, seseorang telah

mengalami banyak gigitan nyamuk selama berberapa bulan atau tahun sampai

timbul kejadian filariasis (Center for Health Research and Development, 2008).

Penularan filariasis telah terjadi lebih dari 120 juta orang di 73 negara di

seluruh daerah tropis dan sub-tropis di Asia, Afrika, Pasifik Barat, dan bagian dari

Karibia dan Amerika Selatan (Centers for Disease Control and Prevention,

2015).Dua puluh lima juta orang mengalami pembengkakan pada kelamin,

umumnya pada hidrokel, dan hampir 15 juta orang yang sebagian besar

perempuan mengalami lymphoedema atau pembengkakan pada kaki atau yang

disebut dengan kaki gajah (WHO, 2015).

Di Indonesia, filariasis juga merupakan penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat karena tersebar pada sebagian besar

wilayah Indonesia. Perkembangan jumlah penderita filariasis terus bertambah dari

tahun 2000-2009. Bahkan dibeberapa daerah memiliki tingkat endemisitas yang

Page 20: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

2

tinggi. Pada 2009 terdapat 71% kabupaten/kota yang menjadi wilayah endemis

filariasis (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Kabupaten/kota yang belum terlepas dari status endemis filariasis salah

satunya Kabupaten Tangerang. Hasil Survei Darah Jari (SDJ) tahun 2005 hingga

2007 menyatakan bahwa beberapa kecamatan memiliki Mf Rate (Microfilaria

rate) > 1%. Kecamatan yang memiliki Mf Rate> 1% pada 2005 yaitu Cikupa

(3,2%). Pada 2006 kecamatan yang memiliki Mf Rate> 1% adalah Rajeg (1,6%)

dan Sepatan Timur (1,4%). Kemudian pada 2007 Mf Rate> 1% terdapat di

Sepatan Timur (1,4%) dan Tiga Raksa (1,2%) (Laporan Kasus Filariasis

Kabupaten Tangerang, 2013).

Status endemis filariasis Kabupaten Tangerang belum terlepas sampai

hasil TAS (Transmission Assessment Survey) mencapai <1%. TAS adalah metode

standar untuk tes darah yang digunakan untuk menghentikan MDA (Mass Drug

Administration) pengobatan massal filariasis (WHO, 2013). Menurut Elytha

(2014) jika hasil TAS <1% artinya tidak akan terjadi transmisi baru. Jika

Kabupaten mendapatkan hasil TAS <1%, maka kabupaten bisa menghentikan

POMPFil (Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis).

Kabupaten/kota yang memiliki status endemis filariasis memiliki risiko

besar terdapat penderita filariasis kronik. Dampak dari filariasis kronis bukanlah

kematian, tetapi menjadi penyebab utama timbulnya kecacatan, kemiskinan, dan

masalah sosial lainnya. Kecacatan dapat menetap seumur hidup, maka penderita

tidak dapat bekerja secara optimal dan menjadi beban keluarga, masyarakat, dan

negara (Kemenkes RI, 2005). Kecacatan yang timbul akibat penyakit kronis

Page 21: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

3

filariasis muncul pada orang dewasa, baik pria dan wanita, efek kerusakan pada

sistem limfatik seperti pembengkakan pada lengan, kaki atau alat kelamin,

menimbulkan rasa sakit, penurunan produktifitas, dan pengucilan sosial (WHO,

2013).

Dampak kronis berupa kecacatan secara tidak langsung mempengaruhi

kerugian ekonomi bagi negara (Departemen Kesehatan RI, 2005). Berdasarkan

estimasi Kementerian Kesehatan RI (2009) menyebutkan bahwa kerugian

ekonomi akibat filariasis setahun mencapai 43 triliun rupiah jika tidak dilakukan

pengendalian filariasis (Kemenkes, 2010). Lebih lanjut, Departemen Kesehatan

dan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (1998) menyatakan

bahwa biaya perawatan yang diperlukan seorang penderita filariasis per tahun

sekitar 17,8% dari seluruh pengeluaran keluarga atau 32,2% dari biaya makan

keluarga (Departemen Kesehatan RI, 2005). Berdasarkan dampak yang

ditimbulkan oleh filariasis, Kementerian Kesehatan RI (2010) menyatakan bahwa

penyakit filariasis memerlukan perhatian untuk ditindak lanjuti dan dicari

kemungkinan penyebabnya.

Perhatian pemerintah terhadap penyakit filariasis ditunjukkan dengan

menjadikan eliminasi filariasis sebagai salah satu prioritas nasional

pemberantasan penyakit menular (Depkes RI, 2005). Program pemberantasan

filariasis di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun 1975 terutama pada daerah

yang memiliki tingkat endemisitas tinggi. Kemudian, keinginan pemerintah untuk

membebaskan masyarakat Indonesia dari penyakit filariasis sesuai dengan resolusi

World Health Assembly (WHA) tahun 1997 dan diperkuat oleh keputusan WHO

tahun 2000 dengan mendeklarasikan Kesepakatan Global Eliminasi Filariasis

Page 22: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

4

pada 2020. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan eliminasi filariasis pada 2020,

pemerintah harus mewujudkan angka Mf Rate <1% setiap kabupaten/kota dan

mencegah serta membatasi kecacatan karena filariasis (Depkes RI, 2005).

Menindak lanjuti pernyataan Kementerian Kesehatan RI (2010) untuk

mencari kemungkinan penyebab filariasis, kejadian suatu penyakit disebabkan

oleh interaksi antara host, agen, dan lingkungan (Timmreck, 2004). Agen yang

kerap ditemukan di Tangerang adalah Wuchereria bancrofti. Kemudian, vektor

yang kerap ditemukan berperan dalam penularan filariasis di Tangerang adalah

Culex quinquefasciatus (Kemenkes RI, 2011). Menurut Syuhada (2012) faktor

host seperti tidak menggunakan obat anti nyamuk mempengaruhi kejadian

filariasis. Menurut Windiastuti (2013) memiliki kebiasaan keluar rumah malam

hari juga mempengaruhi kejadian filariasis. Menurut Garjito (2013) tidak

menggunakan kelambu turut mempengaruhi kejadian filariasis. Kemudian,

menurut Paiting (2012) tidak menggunakan baju dan celana panjang

mempengaruhi kejadian filariasis.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian filariasis yaitu seperti

adanya tempat pertumbuhan larva nyamuk Culex quinquefasciatus seperti di

saluran air, air menggenang, sumur dangkal, selokan, kontainer buatan, genangan

yang berhubungan langsung dengan tanah, dan banyak dijumpai di air yang

berpolusi. Selain itu, keberadaan tempat istirahat di dalam rumah rumah seperti di

kolong tempat tidur, baju-baju digantung, dan tempat gelap dan kotor turut

mempengaruhi kejadian filariasis (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan kategori

lingkungan fisik rumah adalah tidak memiliki plafon dan tidak menggunakan kasa

ventilasi berhubungan dengan kejadian filariasis (Juriastuti, 2010). Begitu juga

Page 23: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

5

dengan orang yang tinggal dekat sawah berhubungan dengan kejadian filariasis

(Kamaruddin, 2013).

Sejak Kabupaten Tangerang ditetapkan sebagai kabupaten endemis

filariasis, belum ditemukan penelitian terhadap faktor risiko kejadian filariasis.

Penelitian yang ditemukan terkait filariasis yakni survei vektor nyamuk pada

Kecamatan Mauk yang dilakukan oleh Ardias (2012). Berdasarkan hal tersebut

peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai distribusi host dan lingkungan

kejadian filariasis di Kabupaten Tangerang periode 2005 hingga 2015.

B. Rumusan Masalah

Kabupaten Tangerang dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis. Hasil

SDJ tahun 2005 hingga 2007 terdapat beberapa kecamatan yang memiliki Mf

Rate> 1%. Kecamatan yang memiliki Mf Rate> 1% pada 2005 yaitu Cikupa

(3,2%), pada 2006 kecamatan yang memiliki Mf Rate> 1% adalah Rajeg (1,6%)

dan Sepatan Timur (1,4%). Kemudian pada 2007 Mf Rate> 1% terdapat di

Sepatan Timur (1,4%) dan Tiga Raksa (1,2%).

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang dinyatakan sebagai

endemis filariasis. Terdapat 67 kasus filariasis hasil SDJ dan 17 penemuan kasus

kronis yang tercatat di Kabupaten Tangerang dari 2005 hingga 2013. Banyak

faktor yang mempengaruhi filariasis, namun belum ada penelitian tentang faktor

yang dapat mempengaruhi kejadian filariasis di Kabupaten Tangerang. Oleh sebab

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor host dan lingkungan

kejadian filariasis di Kabupaten Tangerang dari 2005 hingga 2013.

Page 24: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

6

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana distribusi penderita filariasis berdasarkan komponen host

(umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan keluar rumah malam hari,

kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan menggunakan obat anti

nyamuk, kebiasaan menggunakan baju dan celana panjang) di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2013?

2. Bagaimana distribusi penderita filariasis berdasarkan komponen

lingkungan (kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL),

keberadaan sawah, penggunaan kawat kasa, penggunaan plafon, dan

keberadaan barang bergantung) di Kabupaten Tangerang periode 2005-

2013?

D Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui distribusi komponen host dan lingkungan penderita

filariasis di Kabupaten Tagerang pada 2013.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi penderita filariasis berdasarkan

komponen host (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan

keluar rumah malam hari, kebiasaan menggunakan kelambu,

kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk, kebiasaan

menggunakan baju dan celana panjang) di Kabupaten

Tangerang periode 2005-2013.

Page 25: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

7

2. Mengetahui distribusi penderita filariasis berdasarkan

komponen lingkungan (kondisi Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL), keberadaan sawah, penggunaan kawat kasa,

penggunaan plafon, dan keberadaan barang bergantung) di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2013.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Lain

Sebagai dasar penelitian epidemiologi penyakit filariasis di

Kabupaten Tangerang, sehingga penelitian selanjutnya bisa meneliti vektor

setiap kecamatan.

2. Bagi Fakultas kesehatan Masyarakat – UIN Jakarta

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi atau

referensi untuk menambah kumpulan pustaka mengenai faktor host dan

lingkungan penderita filariasis. Informasi dari penelitian ini semoga bisa

menjadi bahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi

Puskesmas sebagai dasar intervensi lebih lanjut sehingga program

preventif penularan filariasis terlaksana dengan baik.

Page 26: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

8

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah penggerak

bagi masyarakat untuk waspada dan melakukan tindakan preventif bagi

diri sendiri maupun keluarga terdekat terhadap penularan penyakit

filariasis.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik host dan

lingkungan kejadian filariasis diKabupaten Tangerang. Hal ini dilakukan sebab

sebagai wilayah endemis filariasis belum ditemukan penelitian terkait faktor yang

mempengaruhi kejadian filariasis diKabupaten Tangerang. Sampel dalam

penelitian ini adalah semua kasus filariasis yang tercatat di Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang periode 2005 hingga 2015 yaitu 40 kasus. Penelitian ini

akan dilakukan pada Juni – Oktober 2015 di Kabupaten Tangerang.

Desain studi penelitian ini adalah cross sectional. Jenis data yang

digunakan adalah data primer mengenai host (umur, jenis kelamin, pekerjaan,

kebiasaan keluar rumah, kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan

menggunakan obat anti nyamuk, dan kebiasaan memakai baju dan celana panjang)

dan lingkungan (kondisi tempat penampungan limbah, keberadaan sawah,

penggunaan kawat kasa, kondisi plafon rumah, dan keberadaan barang-barang

bergantung dalam rumah). Selain itu, data sekunder digunakan untuk mengetahui

penderita filariasis periode 2005 hingga 2013. Penelitian ini menggunakan

kuesioner, observasi, pengukuran, dan wawancara kependerita.

Page 27: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Filariasis

1. Pengertian Filariasis

Filariasis adalah penyakit tropis menular yang disebabkan oleh

cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk. Spesies cacing yang

menyebabkan filariasis limfatik yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia

malayi, dan Brugia timori. Penyakit ini berdampak secara sosial dan

ekonomi. Umumnya gejala kronis penyakit ini muncul pada orang dewasa,

baik pria dan wanita, dan efek kerusakan pada sistem limfatik, lengan, kaki

atau alat kelamin, yang menimbulkan rasa sakit, penurunan produktifitas

dan pengucilan sosial (WHO, 2013). Jenis agen daerah perkotaan di

Provinsi Banten dan Jawa yaitu Wuchereria bancrofti (Kemenkes RI,

2011).

2. Patogenesis dan Gejala Klinis

Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan

individu terhadap parasit, frekuensi mendapat gigitan nyamuk yang sering,

banyak larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi

sekunder oleh bakteri atau jamur. Pada dasarnya perkembangan klinis

filariasis disebabkan oleh cacing filaria dewasa yang tinggal disaluran

limfe, sehingga menimbulkan gejala pelebaran (dilatasi) saluran limfe

Page 28: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

10

bukan penyumbatan (obstruksi), sehingga terjadi gangguan fungsi limfatik

(Kementerian Kesehatan RI, 2005).

Pada dasarnya gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi

W. barcrofti, B. malayi, dan B. timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut

tampak lebih jelas dan berat oleh B. malayi dan B. timori. Infeksi W.

bancrofti dapat menyebabkan kelainan saluran pada saluran kemih dan alat

kelamin, tetapi infeksi oleh B. malayi dan B. timori tidak menimbukan

kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin (Kementerian Kesehatan RI,

2005).

Terdapat gejala klinis akut dan klinis kronis maupun

mikrofilaremia tanpa gejala pada penyakit filariasis:

1. Mikrofilaremia tanpa gejala

Orang dengan mikrofilaremia yang asimtomatik (Gandahusada, 2006).

2. Gejala klinis akut

Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis

yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah, dan timbulnya abses. Abses

dapat pecah dan kemudian sembuh dengan meninggalkan bekas jaringan

parut dilipat paha dan ketiak. Parut lebih sering terjadi pada infeksi

B.malayi dan B.timori (Kementerian Kesehatan RI, 2005).

3. Gejala klinis kronik

Gejala kronis terdiri dari limfaedema, lymp scortum, kiluria, dan

hidrokel. Limfaedema pada infeksi W.bancrofti terjadi pembengkakan di

Page 29: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

11

seluruh kaki, lengan, skortum, penis, vulva vagina dan payudara,

sedangkan infeksi Brugia terjadi di kaki bawah lutut. Lymph scortum

adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scortum, kadang pada

kulit penis, sehingga mudah pecah dan cairan limfe mengalir keluar

membasahi pakaian. Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe

dan pembuluh darah diginjal (pelvis renalis) sehingga cairan limfe dan

darah masuk kedalam saluran kemih. Kiluria adalah pelebaran kantung

buah zakar karena terkumpulya cairan limfe di dalam tunica vaginalis

testis (Kementerian Kesehatan RI, 2005).

3. Etiologi Filariasis

Di Indonesia ditemukan tiga jenis parasit penyebab filariasis

limfatik pada manusia yaitu, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan

Brugia timori (Gandahusada, 2006).

4. Vektor Filariasis

Nyamuk Anophelini dan Non Anophelini dapat berperan sebagai

vektor filariasis limfatik pada manusia dan binatang. Parasit tersebut

tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia yang termasuk ke dalam genus

Aedes, Anopheles, Culex, Mansonia, Coquilettidia dan Armigeres. Spesies

Anopheles, Culex, dan Aedes telah dilaporkan menjadi vektor filariasis

bancrofti di perkotaan dan pedesaan. Vektor utama filariasis di perkotaan

adalah Culex quinguefasciatus, sedangkan di pedesaan filariasis bancrofti

dapat ditularkan oleh berbagai spesies Anopheles seperti An.anconitus,

An.bancrofti, An.farauti, An.punctulatus, dan An.subpictus, atau dapat pula

Page 30: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

12

ditularkan oleh nyamuk Aedes kochi, Cx.bitaeniorrhynchus,

Cx.annulirostris dan Armigeres obsturbans. Vektor utama Filariasis

malayi adalah Anopheles, Mansonia dan Coquilettidia (Gandahusada,

2006). Vektor filariasis daerah perkotaan di Provinsi Banten dan Jawa

adalah Culex quinquefasciatus (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

a. Ciri-ciri Nyamuk Vektor Filariasis

Pada stadium dewasa nyamuk Non Anopheles (Culini)

betina, palpiya lebih pendek daripada probosisnya, sedangkan

nyamuk culini jantan, palpinya melebihi panjang probosisnya.

Sisik sayapnya ada yang lebar dan asimetris (Mansonia) dan ada

pula yang sempit dan panjang (Aedes, Culex). Kadang-kadang sisik

sayap membentuk kelompok sisik yang sewarna sehingga tampak

sisik sayap membentuk bercak-bercak pada sayap berwarna putih

dan kuning atau putih dan coklat, juga putih dan hitam (speckled).

Ujung abdomen Aedes lancip, sedangkan ujung abdomen

Mansonia seperti tumpul dan terpancung(Gandahusada, 2006).

Cx. quinguefasciatusmemiliki probosis dan palpi berwarna

gelap. Probosis tanpa gelang pucat, sisik-sisik pada vertex pucat,

dan umumnya sisik-sisik yang berdiri gelap. Mesepimeron bagian

tengah dan sternopleuron ada sisik putih. Tiap segmen abdomen

(tergit), bagian pangkal ada sisik putih tersusun membentuk busur.

Mesonotum bagian tengah terdapat rambut pemisah yang jelas

(Kemenkes RI, 2011).

Page 31: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

13

Page 32: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

14

genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah

(Kemenkes, 2011).

c. Perilaku Menghisap Darah

Perilaku menghisap darah pada nyamuk betina dikarena

kebutuhan protein untuk memproduksi telur, khususnya darah.

Beberapa spesies dapat menghasilkan sejumlah telur menggunakan

persediaan nutrisi yang dibawa dari tahap larva, namun setelah itu

mereka membutuhkan darah dari host hewan untuk memproduksi

sejumlah telur lainnya. Nyamuk betina dapat bertahan hidup pada

tumbuhan bergula, tapi sebagian besar spesies penting seperti pest

atau vektor penyakit mencari darah sesaat setelah kawin atau saat

berumur 2 atau 3 hari. Sumber darah yang diminati bervariasi

diantara spesies dan situasi. Nyamuk tertarik pada host berdasarkan

faktor yang berbeda. Karbon dioksida yang dikeluarkan hewan

atau napas manusia digunakan nyamuk untuk menemukan host

mereka (Achmadi, 2011).

Berbeda dari nyamuk Anophelini, nyamuk Non Anophelini

(Culini) ada yang memiliki kebiasaan menghisap darah hospes

pada malam saja (Culex), ada yang penghisapan darahnya

dilakukan pada siang dan malam hari (Mansonia) dan ada juga

yang hanya pada siang hari (Aedes). Jarak terbang Culini biasanya

pendek, mencapai jarak terbang rata-rata beberapa puluh meter saja

(Gandahusada, 2006).

Page 33: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

15

Nyamuk Cx.quinquefasciatus betina menghisap darah

manusia dan hewan sepanjang malam dari sore hingga pagi hari,

baik di dala rumah maupun luar rumah. Jarak terbang nyamuk

mencapai 6 km, biasanya sekitar 1,5 km. Jumlah populasi nyamuk

pada musim kemarau lebih banyak daripada musim hujan, karena

pada musim hujan larva nyamuk yang terdapat di selokan-selokan

sekitar rumah hanyut terbawa air (Kemenkes RI, 2011).

d. Kebiasaan Beristirahat (Resting Places)

Setelah mengonsumsi darah, nyamuk betina mencari empat

untuk beristirahat yang tidak bisa diganggu, terjadi proses

mengubah darah menjadi telur. Nyamuk beristirahat di daerah

vegetasi yang padat, di lubang-lubang pohon, tempat tinggal hewan

dan bebatuan. Biasanya memakan waktu 2 sampai 4 hari agar telur

dapat berkembang secara utuh. Saat telur matang, nyamuk betina

terbang dari tempat peristirahatan dan pada malam hari mencari

habitat larva yang sesuai untuk meletakkan telur (Achamadi,

2011). Tempat istirahat Cx.quinquefasciatus betina biasa

beristirahat di dalam rumah, seperti di kolong tempat tidur, baju-

baju yang menggantung, dan tempat gelap dan kotor (Kemenkes,

2011).

Page 34: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

16

Tabel 2.1

Tempat Perindukan Larva, Tempat Istirahat, dan Kebiasaan

Nyamuk Dewasa Vektor Filariasis

Vektor Tempat Perilaku

An.barbirostris Sawah, saluran

iriasi, kolam,

rawa, mata air.

Antropofilik < zoofilik

Menggigit malam > siang

An.nigerrimus

Ma.uniformis Pada akar

tanaman air di

rawa dan

empang.

Ma.annulifera

Ma.indiana

Ma.annulata

Ma.dives

Ma.bonnae

Cq.crassipes

Cx.quinquefasciatus Comberan

dengan air

keruh dan

kotor dekar

rumah.

Antropofilik, zoofilik

menggigit malam.

*di dalam rumah atau di

luar rumah (pada benda

yang tergantung dan

berwarna gelap)

Cx.annulirostris Sawah, daerah

pantai dan

rawa yang

berair payau.

Menggigit malam hari

* di dalam dan luar

rumah

Cx.bitaeniorrhynchus Tempat yang

mengandung

lumut dalam

air tawar atau

air payau.

Antropofilik, zoofilik

menggigit malam haari

di dalam dan luar rumah.

Ae.kochi

Kumpulan air

hujan disekitar

rumah.

Menggigit siang hari di

luar rumah.

An.bancrofti

An.subpictus

An.koliensis

An.farauti

An.punctulatus

An.acoitus

Sumber: Gandahusada (2006)

e. Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk berawal dari peletakkan telur oleh

nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih

Page 35: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

17

belum matang disebut larva (jamak larvae), yang berkembang

melalui empat tahap, kemudian bertambah ukuran hingga mencapai

tahap akhir yang tidak membutuhkan asupan makanan yaitu pupa

(jamak pupae). Di dalam kulit pupa nyamuk dewasa membentuk

diri sebagai betina atau jantan, dan tahap nyamuk dewasa muncul

dari pecahan di bagian belakang kulit pupa. Nyamuk dewasa

makan, kawin, dan nyamuk betina memproduksi telur untuk

melengkapi siklus dan memulai generasi baru. Mereka sangat

bergantung pada iklim dan dari kondisi lingkungan lokal, terutama

suhu dan curah hujan (Achmadi, 2011).

5. Mekanisme Penularan Filariasis

Arthopodborne disease atau penyakit karena vektor memiliki 3

cara penularan, yaitu kontak langsung, transmisi secara mekanis, dan

transmisi secara biologis. Untuk penyakit filariasis, cara transisi biologis

yaitu dengan cara cyclo developmental. Agen penyakit filaria mengalami

perubahan siklus, tetapi tidak bermultipikasi di dalam tubuh arthropoda

(Chandra, 2007).

Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu adanya

sumber penular seperti manusia atau reservoir yang mengandung

mikrofilaria dalam darahnya, adanya vektor penularan filariasis, dan

manusia yang rentan filariasis (Kemenkes, 2005).

Seseorang dapat tertular filariasis apabila telah mendapatkan

gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva infektif (larva stadium 3 –

Page 36: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

18

L3). Pada saat nyamuk menarik probosisnya, larva L3 akan masuk melalui

luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju ke sistem limfe.

Penularan filaria tidak mudah dari satu orang ke orang lain pada suatu

wilayah tertentu, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang

menderita filaria telah digigit nyamuk ribuan kali (Kemenkes, 2005).

Larva L3 B.malayi dan B.timori akan menjadi cacing dewasa

dalam kurun waktu lebih dari 3,5 bulan, sedangkan W.bancrofti

memerlukan waktu kurang lebih 9 bulan. Selain sulitnya penularan dari

nyamuk ke manusia, sebenarnya kemampuan nyamuk untuk mendapatkan

mikrofilaria saat menghisap darah yang mengandung mikrofilaria juga

sangat terbatas, nyamuk yang menghisap microfilaria terlalu banyak dapat

menyebabkan kematian, tapi jika mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit

dapat memperkecil jumlah stadium larva L3 yang akan ditularkan

(Kemenkes, 2005).

Kepadatan vektor, suhu, dan kelembaban sangat berpengaruh

terhadap penularan filariasis. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap

umur nyamuk, sehingga microfilaria yang telah ada dalam tubuh nyamuk

tidak cukup waktu untuk tumbuh menjadi larva infektif L3. Masa inkubasi

ekstrinsik untuk W.bancrofti antara 10-14 hari sedangkan B.malayi dan

B.timori antara 8-10 hari (Kemenkes, 2005).

Page 37: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

19

Gambar 2.2 Skema Rantai Penularan Filariasis

Sumber: Kemenkes (2005)

6. Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan

pemeriksaan laboraturium (Gandahusada, 2006):

1. Diagnosis Parasitologi

Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah,

cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah

tebal, teknik konsentrasi knott, membran filtrasi dan tes provokatif

DEC. Pengambilan darah dilakukan pda malam hari karena

periodisitas mikroilaria umumnya nokturna. Sedangkan

diferensiasi spesiaes dan stadium filaria dengan menggunakan

Page 38: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

20

pelacak DNA yang spesifik dan antibodi monoklonal untuk

mengidentivikasi larva filaria dalam tubuh manusia dan vektor.

2. Radiodiagnosis

Pemeriksaa dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan

kelenjar getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran

cacing yang bergerak-gerak.

3. Diagnosis Imunologi

Diagnosis ini menggunakan teknik ELISA dan

immunochromatographictest (ICT). Kedua teknik ini pada

dasarnya menggunakan antibodi monoklona yang spesifik untuk

mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi. Hasil tes yang

positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria

tidak ditemukan dalam darah.

B. Determinan Filariasis

Segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisis keterkaitan setiap

faktor dalam penyakit. Faktor utama patogenesis penyakit yaitu host, agen, dan

lingkungan (Timmreck, 2004).

Page 39: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

21

Berikut ini akan dijabarkan determinan (penyebab) penyakit filariasis

sesuai dengan konsep segitiga epidemiologi yang dapat menyebabkan kejadian

filariasis.

1. Host (Pejamu)

Karakteristik host yang turut mempengaruhi kejadian

filariasis adalah sebagai berikut:

1. Umur

Filariasis menyerang semua kelompok umur. Pada dasarnya

setiap orang dapat tertular filariasis apabila mendapat tusukan

nyamuk infektif (mengandung larva stadium 3) ribuan kali

(Kemenkes RI, 2010). Kelompok umur yang menderita filariasis

tertinggi di Indonesia pada 2007 adalah umur >14 tahun (Santoso,

2011). Pendapat lain menyatakan bahwa usia dewasa yaitu 26-55

tahun berisiko 4,6 kali terkena filariasis dari pada umur tua (>55

tahun).

Agen

Host Lingkungan

Bagan 2.1 Segitiga Epidemiologi

Page 40: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

22

Penelitian Paiting (2012) menunjukkan bahwa kasus

filariasis banyak ditemukan pada kelompok umur 21-50 tahun.

Apabila dilihat dari pekerjaan, sebagian besar penderita memiliki

pekerjaan berisiko yang memungkinkan seseorang terpapar gigitan

nyamuk lebih besar, yaitu petani kebun. Sesuai dengan

Gandahusada (2006) menyebutkan bahwa kelompok umur dewasa

muda merupakan kelompok umur yang paling sering menderita

filariasis, terutama mereka yang tergolong penduduk

berpenghasilan rendah.

2. Jenis Kelamin

Distribusi jenis kelamin penderita filariasis tertinggi di

Indonesia pada 2007 yaitu pada laki-laki. Hal ini menunjukkan

laki-laki lebih berisiko terkena filariasis dibandingkan perempuan.

Aktivitas laki-laki yang lebih banyak di luar rumah meningkatkan

risiko terkena filariasis (Santoso, 2011).

3. Pekerjaan

Berdasarkan analisis data Riskesdas 2007 menunjukkan

bahwa sebagian besar penderita filariasis tidak bekerja (Santoso,

2011). Responden yang memiliki pekerjaan berisiko 2,76 kali

terkena filariasis daripada yang memiliki pekerjaan tidak berisiko

(Juriastuti, 2010). Penderita filariasis terbanyak yaitu yang

memiliki pekerjaan sebagai buruh tani di Kabupaten Pekalongan

(Syuhada, 2012). Selain pada petani, pekerjaan yang dilakukan

Page 41: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

23

pada malam hari seperti berdagang, buruh atau tukang seperti

buruh batik berisiko terkena filariasis sebesar 3,51 dari pada yang

bekerja pada siang hari (Riftiana, 2010).

4. Kebiasaan Keluar Rumah Pada Malam Hari

Perilaku responden seperti keluar rumah pada malam hari

berhubungan dengan kejadian filariasis (Windiastuti, 2013). Hal

tersebut berkaitan dengan puncak kepadatan nyamuk terjadi pada

pukul 20.00 – 21.00 (Depkes RI, 2009). Oleh karena itu, aktivitas

keluar rumah pada malam hari meningkatkan frekuensi kontak

dengan nyamuk.

5. Kebiasaan Menggunakan Kelambu

Kelambu merupakan tirai yang berbentuk jaring-jaring

untuk melindungi dari gigit serangga. Cara terbaik menghindari

gigitan nyamuk pada malam hari adalah tidur menggunakan

kelambu. (Garjito, 2013).

Responden yang memiliki kebiasaan tidak menggunakan

kelambu berhubungan dengan kejadian filariasis. Responden yang

tidak menggunakan obat anti nyamuk pada malam hari berisiko

sebesar 1,7 kali daripada yang menggunakan obat nyamuk (Jontari,

2014).

Page 42: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

24

6. Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk

Responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk

memiliki risiko 2,9 kali terkena filariasis dibandingkan yang

menggunakan obat anti nyamuk (Syuhada, 2012).

Salah satu cara untuk mencegah gigitan nyamuk adalah

dengan menggunakan obat anti nyamuk. Metode perlindungan diri

digunakan oleh individu atau kelompok kecil pada masyarakat

untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk. Macam-macam obat

anti nyamuk yaitu bakar, koil, dan oleh anti nyamuk (Windiastuti,

2013).

7. Kebiasaan Memakai Baju dan Celana Panjang

Responden yang tidak menggunakan lengan dan celana

panjang memiliki risiko 7 kali daripada yang menggunakan lengan

dan celana panjang (Paiting, 2012). Penggunaan baju dan celana

yang menutupi lengan dan kaki mengurangi frekuensi gigitan

nyamuk (Kemenkes RI, 2010).

.2. Agen

Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria

yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Secara

epidemiologi, cacing filaria dibagi menjadi 6 tipe yaitu (Kemenkes RI,

2005):

Page 43: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

25

1. Wuchereriabancrofi tipe perkotaan (urban)

Ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang,

Semarang, Pekalongan, dan sekitarnya memiliki periodisitas nokturna,

ditularkan oleh nyamuk Culexquinquefasciatus yang berkembang biak di

air limbah rumah tangga.

2. Wuchereriabancrofti tipe pedesaan (rural)

Ditemukan di daerah pedesaan di luar Jawa, terutama tersebar luas di

Papua dan Nusa Tenggara Timur, mempunyai periodisitas nokturna yang

ditularkan melalui berbagai spesies nyamuk Anopheles, Culex, dan Aedes.

3. Brugiamalayi tipe periodik nokturna

Mikrofilaria ditemukan di daerah tepi pada malam hari. Nyamuk

penularan adalah Anophelesbarbirostris yang ditemukan di daerah

pesawahan.

4. Brugiamalayi tipe subperiodik nokturna

Mikrofilaria ditemukan di daerah tepi pada siang dan malam hari,

tetapi lebih banyak ditemukan pada malam hari. Nyamuk penularnya

adalah Mansoniaspp yang ditemukan di daerah rawa.

5. Brugiamalayi tipe non periodik

Mikrofilaria ditemukan di daerah tepi baik malam maupun siang hari.

Nyamuk penularnya adalah Mansoniabonneae dan Mansoniauniformis

yang ditemukan di hutan rimba.

Page 44: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

26

6. Brugiatimori tipe periodik nokturna

Mikrofilaria ditemukan di daerah tepi pada malam hari. Nyamuk

penularnya adalah Anophelesbarbirostris yang ditemukan di daerah

persawahan di Nusa Tenggara Timur, Maluku, Tenggara.

3. Lingkungan (Environment)

Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, keadaan geografis,

struktur geologi, dan lainnya. Faktor lingkungan fisik berkaitan dengan

kehidupan vektor. Lingkungan yang cocok untuk kehidupan nyamuk maka

akan sangat potensial untuk penularan filariasis. Lingkungan fisik juga

penting artinya untuk tempat perindukan dan peristirahatan vektor. Suhu

dan kelembaban mempengaruhi pertumbuhan dan umur nyamuk serta

keberadaannya. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan

adanya binatang sebagai hospes reservoir (kera, lutung, dan kucing) sangat

mempengaruhi penyebaran filariasis malayi sub periodik nokturna dan non

periodik (Kemenkes RI, 2005).

1. Lingkungan Fisik

a) Suhu

Suhu juga turut mempengaruhi kejadian filariasis. Peningkatan

temperatur berpengaruh terhadap perkembangbiakan, pertumbuhan,

umur, dan distribusi vektor penyakit seperti vektor malaria, demam

berdarah dengue (DBD), chikungunya, dan filariasis (ICCSR, 2010).

Jenis jenis nyamuk seperti Anopheles gambiae, A. funestus, A.

Page 45: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

27

darlingi, Culex quinquefasciatus dan Aedes aegypti merupakan salah

satu vektor yang dapat menularkan penyakit berbasis vektor dan

sensitif terhadap perubahan suhu ketika masih dalam bentuk jentik dan

ketika sudah menjadi nyamuk dewasa. Apabila suhu air meningkat,

larva akan menjadi lebih cepat menjadi nyamuk dewasa. Namun pada

iklim hangat, nyamuk betina dewasa mencerna darah lebih cepat dan

menghisap darah lebih sering sehingga meningkatkan intensitas

penularan (Githeko, 2000).

b) Curah Hujan

Perubahan pola curah hujan dapat menyebabkan kenaikan

aliran permukaan dan kelembaban tanah sehingga dapat menyebabkan

peningkatan atau penurunan kepadatan populasi vektor penyakit serta

kontak manusia dengan vektor penyakit. Selain itu, banjir dan

kekeringan juga merupakan salah satu dampak yang disebabkan akibat

pola curah hujan yang tidak menentu. Hal itu mengakibatkan nyamuk

lebih berkembang biak dan kondisi rumah tidak sehat (Indonesia

Climate Change Sectoral Roadmap, 2010).

c) Kelembaban

Kelembaban berhubungan negatif dengan mosquito borne

disease. Namun, pada hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa

kelembaban dapat menimbulkan efek positif terhadap beberapa spesies

Cullicidae, dimana kelembaban berpengaruh terhadap pola aktifitas

nyamuk (Lebl, 2013). Selain itu, perubahan pola curah hujan dapat

menyebabkan kenaikan aliran permukaan dan kelembaban tanah

Page 46: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

28

sehingga dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kepadatan

populasi vektor penyakit serta kontak manusia dengan vektor penyakit.

Selain itu, banjir dan kekeringan juga merupakan salah satu dampak

yang disebabkan akibat pola curah hujan yang tidak menentu. Hal itu

mengakibatkan nyamuk lebih berkembang biak dan kondisi rumah

tidak sehat (Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, 2010).

d) Fisik Rumah: Konstruksi Plafon

Plafon rumah berguna sabagai pemisah antara genting dengan

ruangan agar tidak berhubungan langsung. Sehingga keberadaan

plafon penting agar nyamuk tidak leluasa masuk ke rumah melalui

celah-celah genting (Juriastuti, 2010). Responden yang memiliki

konstruksi plafon yang buruk memiliki risiko sebesar 5,29 kali terkena

filarisis dibandingkan dengan yang memiliki konstruksi plafon yang

baik.

e) Fisik Rumah: Penggunaa Kawat Kasa

Kawat kasa yang dipasang pada bagian ventilasi berguna untuk

mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah (Febrianto, 2008).

Penggunaan kawat kasa berhubungan dengan kejadian filariasis.

Responden yang tidak menggunakan kawat kasa memiliki risiko

sebesar 3,6 kali terkena filariasis dibanding yang memasang kawat

kasa (Syuhada, 2012).

Page 47: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

29

f) Fisik Rumah: Keberadaan Barang Bergantung

Keberaaan barang bergantung dapat digunakan nyamuk sebagai

tempat istirahat. Sesuai penelitian responden yang memiliki barang-

barang bergantung di rumahnya memiliki risiko 6,3 kali daripada yang

tidak memiliki barang-barang bergantung di rumahnya (Juriastuti,

2010). Selain itu, pendapat lain juga menyatakan bahwa keberadaan

restingplace di dalam rumah seperti di kolon tempat tidur, baju

digantung, dan tempat gelap dan kotor mempengeruhi kejadian filarias

(Kemekes RI, 2011).

g) Fisik Rumah: Kondisi Tempat Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL)

Jenis dan kondisi tempat penampungan limbah memiliki

hubungan dengan kejadian filariasis. Respoden yang tidak memiliki

saluran limbah khusus lebih berisiko dibandingkan dengan responden

yang memiliki penampungan limbah (tertutup di pekarangan, terbuka

di pekarangan, di luar pekarangan, langsung ke got atau sungai).

Responden yang memiliki saluran terbuka lebih berisiko terkena

filariasis daripada yang memiliki saluran tertutup (Santoso, 2011).

Sesuai dengan pendapat lain, bahwa nyamuk penular filariasis

berkembang biak pada air yang berpolusi. Sehingga keadaan saluran

pembuangan air limbah (SPAL) yang terbuka dan menggenang turut

mempengaruhi kejadian filariasis (Kemenkes RI, 2011).

h) Lingkungan Fisik: Keberadaan Sawah di Sekitar Rumah

Page 48: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

30

Lingkungan yang tanahnya digarap dan diairi untuk menanam padi

merupakan daerah persawahan (KBBI, 2005). Lingkungan persawahan

cocok sebagai reservoir untuk nyamuk filariasis. Perkembangbiakan

nyamuk filariasis salah satunya pada air yang menggenang dan

berhubungan langsung dengan tanah (Kemenkes RI, 2011). Nyamuk dapat

terbang sejauh 200 meter dari tempat perkembangbiakannya (Achmadi,

2011).

Page 49: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

31

C. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Agen Filariasis

1. Wuchereria

bancrofti

2. Brugia malayi

3. Brugia timori)

Keberadaan vektor

penular yang

mengandung agen

berbentuk larva

infektif (L3)

menggigit host

Penyakit Filariasis

Karakteristik Host

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pekerjaan

4. Kebiasaan keluar rumah

5. Kebiasaan menggunakan kelambu

6. Kebiasaan menggunakan obat anti

nyamuk

7. Kebiasaan memakai baju dan celana

panjang

Lingkungan Fisik

1. Suhu

2. Curah hujan

3. Kelembaban

4. Keberadaan sawah

Lingkungan Fisik Rumah

1. Kondisi tempat penampungan air

limbah

2. Penggunaan kawat kasa

3. Kondisi plafon rumah

4. Keberadaan barang bergantung

Keterangan

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Page 50: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti semua varibel yang terdapat

dikerangka teori. Variabel yang dijadikan penelitian adalah host (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, penggunaan kawat kasa, kebiasaan keluar rumah, kebiasaan

menggunakan kelambu, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk, dan kebiasaan

memakai baju dan celana panjang) dan lingkungan (keberadaan genangan air

limbah, keberadaan sawah, kondisi plafon rumah, dan keberadaan barang-barang

bergantung dalam rumah).

Vektor filariasis tidak dijadikan variabel penelitian ini, sebab penelitian ini

lebih cenderung menjabarkan intensitas gigitan nyamuk yang diperoleh responden

berdasarkan perilaku berisiko. Selain itu juga dijabarkan mengenai kondisi

lingkungan fisik disekitar responden terkait dengan tempat perkembangbiakan

vektor penular.

Lingkungan fisik seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban tidak diteliti.

Hal tersebut dikarenakan iklim bersifat homogen untuk satu wilayah kabupaten

atau kota, sama halnya dengan iklim di Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu

berhubung penelitian ini di wilayah Kabupaten Tangerang, tentu suhu, curah

hujan, dan kelembaban tidak akan jauh berberbeda disetiap wilayah penderita

filariasis.

Page 51: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

33

Pada penelitian kali ini, peneliti juga tidak menghubungkan antara faktor

risiko dengan kejadian penyakit filariasis. Peneliti hanya menggambarkan

karakteristik seluruh penderita filariasis di Kabupaten Tangerang. Berikut ini

kerangka konsep penelitiannya:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Kejadian Filariasis

Umur

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Kebiasaan keluar rumah malam hari

Kebiasaan menggunakan kelambu

Kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk

Kebiasaan memakai baju dan celana panjang

Kondisi saluran penampungan air limbah

Keberadaan sawah

Penggunaan kawat kasa

Kondisi plafon rumah

Keberadaan barang-barang bergantung

Page 52: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

34

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Umur Jumlah tahun dari responden lahir

sampai didiagnosis menderita

filariasis.

Wawancara Kuesioner Dalam satuan tahun Rasio

2 Jenis Kelamin Kondisi tubuh responden secara

biologis sejak lahir.

Wawancara Kuesioner 1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

3 Pekerjaan Profesi responden sebelum

didiagnosis terkena filariasis oleh

dokter yang berisiko mengalami

multi gigitan oleh vektor penular.

Wawancara Kuesioner 1. Berisiko (petani,

pekerja di ladang atau

kebun, nelayan,

buruh di sawah,

pedagang sayur,

tukang ojek, dan

hansip yang

memiliki jam kerja

sore hingga malam

hari)

2. Tidak berisiko (selain

pekerjaan di atas)

Ordinal

4 Kebiasaan keluar

rumah saat malam

hari

Responden berada di luar rumah

saat malam hari pada puncak

aktivitas menggigit nyamuk di

luar rumah yaitu:

a. 20.00-21.00

b. 21.00-22.00

Wawancara Kuesioner 1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Page 53: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

35

c. 24.00-01.00

d. 02.00-03.00

sebelum didiagnosis menderita

filariasis oleh dokter.

(Ramadhani, 2009; Depkes RI,

2009)

5 Kebiasaan

menggunakan

kelambu

Responden menggunakan atau

tidak kelambu atau tirai tipis yang

tembus pandang dengan jaring-

jaring yang dapat menahan

berbagai gigitan serangga saat

tidur terutama pada malam hari

sebelum didiagnosis menderita

filariasis oleh dokter.

Wawancara Kuesioner 1. Digunakan

2. Tidak digunakan

Ordinal

6 Kebiasaan

menggunakan

obat antinyamuk

Responden menggunakan atau

tidak obat atau ramuan pembasmi

nyamuk terutama saat malam hari

sebelum didiagnosis menderita

filariasis oleh dokter.

Wawancara Kuesioner 1. Digunakan

2. Tidak digunakan

Ordinal

7 Kebiasaan

menggunakan

baju atau celana

panjang

Responden menggunakan atau

tidak baju dan celana yang dapat

menutupi seluruh tangan dan kaki

saat malam hari sebelum

Wawancara Kuesioner 1. Digunakan

2. Tidak digunakan

Ordinal

Page 54: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

36

didiagnosis menderita filariasis

oleh dokter.

8 Kondisi saluran

penampungan air

limbah

Keadaan tempat pembuangan

limbah responden sebelum

didiagnosis menderita filariasis

oleh dokter. Kondisi pembuangan

limbah yang tidak baik jika tidak

tersedianya saluran pembuangan

air limbah secara khusus dan jika

memiliki saluran air limbah

kondisi saluran terbuka dan aliran

air limbah berhenti atau

menggenang.

Wawancara

dan observasi

Kuesioner dan

lembar observasi

1. Kondisi

penampungan limbah

baik: jika saluran

penampungan air

limbah (SPAL)

tertutup rapat dan air

limbah mengalir

lancar).

2. Kondisi

penampungan limbah

buruk: jika saluran

penampungan air

limbah (SPAL)

terbuka dan air

limbah tidak

mengalir lancar atau

tidak memiliki

saluran limbah

khusus

(Santoso, 2011).

Ordinal

9 Penggunaan

kawat kasa

Responden memasang atau tidak

penutup lubang angin berbentuk

jaring-jaring pada ventilasi atau

jendela untuk mencegah nyamuk

masuk ke dalam rumah sebelum

responden didiagnosis menderita

Wawancara

dan observasi

Kuesioner dan

lembar observasi

1. Terpasang

2. Tidak terpasang

Ordinal

Page 55: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

37

filariasis oleh dokter.

10 Tinggal dekat

persawahan

Ada tidaknya tanah yang digarap

dan di airi untuk tempat menanam

padi pada jarak 200 meter dari

rumah responden sebelum

didiagnosis menderita filariasis

oleh dokter (Achmadi, 2011).

Pengukuran Aplikasi pembaca

jarak

Dalam satuan meter Rasio

11 Kondisi plafon

rumah

Kondisi pemisah antara genting

dengan ruangan agar tidak

berhubungan langsung sebelum

responden didiagnosis filariasis

oleh dokter. Kondisi plafon yang

baik yaitu rapat dan tidak

memiliki celah untuk nyamuk

masuk ke dalam rumah.

Wawancaran

dan observasi

Kuesioner dan

lembar observasi

1. Baik

Jika kondisi plafon

rumah tertutup rapat

tanpa ada lubang

yang

memnungkinkan

nyamuk masuk.

2. Buruk

Jika kondisi plafon

terdapat lubang yang

memungkinkan

nyamuk masuk.

Ordinal

12 Keberadaan

barang-barang

bergantung dalam

rumah

Responden meletakkan atau tidak

baju atau kainsecara tergantung di

dalam rumah terutama dalam

kamar yang memungkinkan

nyamuk beristirahat sebelum

didiagnosis menderita filariasis

oleh dokter.

Wawancara

dan observasi

Kuesioner dan

lembar observasi

1. Ada

Jika terdapat barang-

barang seperti baju,

tas, dan peralatan

yang bertumpuk

padat tidak teratur

dan jarang atau tidak

pernah dibersihkan.

2. Tidak

Jika tidak ada barang-

barang yang

Ordinal

Page 56: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

38

bergantung atau

bertumpuk padat

tidak pernah

dibersihkan dan

dirapihkan.

Page 57: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif dengan desain

studi cross sectional serta menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis

menggunakan desain cross sectional dengan analisis deskriptif untuk mengetahui

lebih dalam karakteristik host dan lingkungan penderita sebelum didiagnosis

menderita filariasis oleh dokter. Keterbatasan mendapatkan data kasus di beberapa

wilayah puskesmas menjadi alasan penulis untuk memilih desaincross sectional

dengan analisis deskriptif. Oleh karena itu, untuk mewujudkan adanya penelitian

dasar penyakit filariasis di Kabupaten Tangerang, penulis menggunakan desain

stusi cross sectional dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan

karakteristik host dan lingkungan penderita.

Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk menggambarkan distribusi

penderita berdasarkan variabel host dan lingkungan. Variabel host yaitu umur,

jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan keluar rumah saat sore malam, kebiasaan

menggunakan kelambu, kebiasaan menggunakan obat nyamuk, dan kebiasaan

menggunakan baju dan celana panjang. Kemudian untuk variabel lingkungan

yaitu kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), keberadaan sawah,

penggunaan kawat kasa, kondisi plafon, dan keberadaan barang bergantung.

Page 58: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

40

Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan untuk mendukung

pembahasan pada beberapa variabel, sehingga diharapkan mendapat informasi

yang lebih mendalam tentang alasan penderita tidak melakukan pencegahan diri

dari gigitan nyamuk. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk variabel host

(penggunaan kelambu, obat nyamuk, dan menggunakan baju dan celana panjang

saat sore hingga malam) dan lingkungan (keberadaan barang bergantung, kondisi

SPAL, dan keberadaan kawat kasa).

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di 6Kecamatan yaitu Sepatan Timur, Rajeg, Paku

Haji, Pasar Kemis, Cikupa, dan Pagedangan. Penelitian ini dilakukan dari Juni

sampai Oktober 2015. Wilayah tersebut merupakan daerah yang memiliki Mf

rate>1% atau penderita kronis. Berikut ini peta wilayah penelitian:

Gambar 4.1

Peta Kabupaten Tangerang

Page 59: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

41

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah semua penderita filariasis

di 8 kecamatan yaitu Kecamatan Cikupa, Kecamatan Paku Haji,

Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Rajeg,

Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Curug, dan Kecamatan Tiga

Raksa. Kemudian populasi studi adalah penderita filariasis yang tinggal

pada kecamatan tersebut dan terdaftar di puskesmas yang berwenang di

daerahnya. Berikut ini kriteria inklusi dan eksklusi agar didapatkan

populasi yang memenuhi syarat:

a. Kriteria inklusi

Orang yang positif filariasis dari hasil Survei Darah Jari (SDJ) dan

laporan data kasus filariasis tahun 2005-2013 yang dilakukan di

kelurahan setempat.

b. Kriteria eksklusi

1) Penderita filariasis yang telah pindah rumah saat penelitian.

2) Penderita filariasis telah meninggal dunia.

3) Peneliti tidak dapat menemukan rumah penderita.

4) Penderita filariasis tidak bersedia ikut dalam penelitian ini.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling,

yaitu populasi yang telah memenuhi syarat adalah sampel penelitian ini

Page 60: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

42

sebanyak 40 orang. Sebelum menjabarkan alur pengambilan sampel,

berikut ini akan dijabarkan kasus filariasis dari 2005 sampai 2013:

Tabel 4.1

Data Hasil Survei Darah Jari (SDJ) dan Penemuan Kasus Kronik

Kabupaten Tangerang 2005-2013

No Tahun Hasil SDJ Penemuan Kasus

Kronik

Jumlah

1 2005 25 - 25

2 2006 42 2 44

3 2007 - 2 2

4 2008 - 2 2

5 2009 - 3 3

6 2010 - 2 2

7 2011 0 2 2

8 2012 - 3 3

9 2013 - 1 1

Jumlah 67 17 84

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2005-2013

Berdasarkan tabel 4.1, peneliti tidak dapat mengakses keberadaan

semua penderita. Dari 8 kecamatan yang pernah dilaksanakan SDJ, hanya

ada beberapa puskesmas yang memiliki data alamat penderita dengan

jelas. Hal tersebut dikarenakan data yang diminta sudah lebih dari 5 tahun

dan pemegang program filariasis sudah berganti. Berikut ini uraian jumlah

penderita yang tercatat dibeberapa puskesmas:

Page 61: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

43

Tabel 4.2

Data Kasus Filariasis di Kabupaten Tangerang 2015

No Kecamatan PKM Desa Jumlah

1 Rajeg Rajeg Rajeg 6

Sukatani Sukatani 6

2 Sepatan

Timur

Kedaung

Barat

Kedaung

Barat

3

Jati Mulya 4

3 Paku Haji Paku Haji Surtya Bahari 4

4 Cikupa Cikupa Bunder 5

Talaga 4

5 Pagedangan Pagedangan Jetake 3

6 Pasar Kemis Sindang

Jaya

Wanakerta

dan

Sukaharja

2

7 Mekar Baru Mekar Baru Kedaung dan

Mekar baru

2

8 Kosambi Salembaran

Jaya

Salembaran

Jaya

1

Jumlah 40

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2005-2013 dan

Puskesmas

Setelah diketahui data penderita filariasis pada tabel 4.2, berikut ini

alur pengambilan sampel pada penelitian ini:

Bagan 4.1

Alur Pengambilan Sampel

Seluruh orang

yang positif

filariasis dari hasil

SDJ dan

penemuan kasus

2005-2013: 84

orang.

Penderita yang

memiliki

rekam medis:

40 orang.

Peneliti tidak

dapat

mengakses

keberadaan

penderita: 6

orang.

Penderita yang

menolak untuk

ikut dalam

penelitian: 4

orang.

Populasi yang

memenuhi syarat

atau sampel

penelitian ini: 30

orang.

Page 62: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

44

Jadi, sampel yang dapat dijadikan dalam penelitian ini berjumlah

30 orang dari 6 kecematan yaitu Rajeg, Sepatan Timur, Paku Haji, Pasar

Kemis, Cikupa, dan Pagedangan.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif menggunakan sumber data sekunder dan

primer. Data sekunder yang digunakan adalah data kasus yang

diperoleh dari pencatatan dan pelaporan data kasus filariasis

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang serta laporan Survei

Darah Jari (SDJ) puskesmas terkait pada periode 2005 sampai

2013. Sedangkan data primer bersumber dari kuesioner dan

pengukuran jarak rumah dan sawah lewat plotting.

b. Kualitatif

Sumber data pendekatan kualitatif adalah wawancara

mendalam.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Kuantitatif

Sumber data pada pendekatan kuantitatif adalah data sekunder

dan primer. Data sekunder didapat dari data Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang dan puskesmas setempat, sedangkan

data primer berasal dari wawancara dan pengukuran dari

plotting rumah penderita ke sawah.

Page 63: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

45

b. Kualitatif

Wawancara mendalam dibutuhkan untuk mendukung

pembahasan pada masing-masing variabel. Wawancara tersebut

berkaitan dengan alasan penderita tidak melakukan upaya

pencegahan gigitan nyamuk.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner,

lembar observasi, pedoman wawancara, dan pengukuran. Variabel host

(umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan keluar rumah, kebiasaan

menggunakan kelambu, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk, dan

kebiasaan memakai baju dan celana panjang) menggunakan instrumen

berupa kuesioner. Kemudian untuk variabel lingkungan (kondisi tempat

penampungan limbah, penggunaan kawat kasa, kondisi dinding rumah,

kondisi plafon rumah, dan keberadaan barang-barang bergantung dalam

rumah) menggunakan kuesioner, lembar observasi, wawancara mendalam,

dan lembar pengukuran.

Pada variabel lingkungan (kondisi tempat penampungan limbah,

keberadaan sawah, penggunaan kawat kasa, kondisi dinding rumah,

kondisi plafon rumah, dan keberadaan barang-barang bergantung dalam

rumah) peneliti akan menanyakan ada perbedaan atau tidak terkait kondisi

lingkungan saat sebelum dan sesudah didiagnosis filariasis oleh dokter.

Jika kondisi lingkungan sebelum dan sesudah sama, maka keadaan

lingkungan pada saat penelitian dianggap sama saat responden belum

Page 64: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

46

didiagnosis filariasis oleh dokter.Selanjutnya untuk variabel tinggal dekat

persawahan dilakukan pengukuran.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data: kode pertanyaan A, B, C, E, dan F jika dijawab

pilihan a (ya) maka semua pertanyaan pada kolom masing-masing

kode pertanyaan harus dijawab. Apabila terdapat jawaban yang belum

lengkap atau terdapat kesalahan dalam mengisi maka harus dilengkapi

dengan wawancara kembali terhadap responden. Jika kode pertanyaan

A, B, C, E, dan F jika dijawab pilihan b (tidak) maka pertanyaan yang

harus dijawab hanya pertanyaan nomer 1 saja. Selebihnya untuk kode

pertanyaan D, G, dan H semua pertanyaan pada kolom tersebut harus

diisi.

2. Pemberian kode, data yang telah terkumpul dan diperiksa, lalu diberi

kode secara manual. Setiap jawaban yang tersedia memiliki pilihan a,

b, c, hingga d. A diberi kode 1, b kode 2, c, kode 3, dan d kode 4.

Khusus kode pertanyaan B4 dan C2 tidak diberi kode seperti yang

lainnya. Jawaban tersebut ditulis dengan angka dari 1 hingga 7.

3. Pengisian data kekomputer, data responden yang telah diberi kode

dimasukan ke dalam komputer sesuai dengan kolom pertanyaan A (1-

3), B (1-4), C (1-2), D (1), E (1-2), F (1-2), G (1-2), dan H (1) untuk

diolah.

Page 65: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

47

4. Pembersihan data, data yang telah dimasukkan ke program komputer

diperiksa kembali untuk diolah agar sesuai dengan hasil jawaban

responden.

5. Penyajian data, data yang yang telah diolah kemudian ditampilkan

dalam bentuk grafik batang seperti pertanyaan A1, B1, C1, D1, E1, F1,

G1, dan H1. Pertanyaan selebihnya tidak ditampilkan dalam hasil

tetapi digunakan untuk memperkuat pembahasan. Akan tetapi, hasil

pengolahan data terlampir pada hasil pengolahan data seluruh

pertanyaan kuesioner.

F. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis distribusi

frekuensi. Variabel dengan skala rasio seperti umur dan tinggal dekat persawahan

akan digunakan nilai mean SD, median, dan max-min. Kemudian variabel dengan

skala ordinal dan nominal (jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan keluar rumah,

kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk,

kebiasaan memakai baju dan celana panjang, kondisi tempat penampungan

limbah, keberadaan sawah, penggunaan kawat kasa, kondisi dinding rumah,

kondisi plafon rumah, dan keberadaan barang-barang bergantung dalam rumah)

akan digunakan nilai frekuensi (%). Data disajikan dalam bentuk grafik.

Selain melihat distribusi frekuensi per variabel, peneliti akan menampilkan

hasil stratified antar variabel guna mengeksplolarasi data lebih dalam. Variabel

yang akan di stratified adalah pekerjaan dengan jenis kelamin, penggunaan obat

Page 66: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

48

nyamuk dengan pekerjaan, penggunaan baju dan celana panjang dengan

pekerjaan. Hasil stratified akan disajikan dalam bentuk grafik.

Page 67: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB V

HASIL

A. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen Host

Komponen host yang diteliti adalah umur, jenis kelamin,

pekerjaan, keluar rumah malam hari, penggunaan kelambu, penggunaan

obat anti nyamuk, dan pemakaian baju dan celana panjang. Berikut ini

distribusi komponen host yang didapatkan setiap variabel:

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, berikut ini grafik umur

penderita filariasis di Kabupaten Tangerang:

Grafik 5.1

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Umur diKabupaten Tangerang

periode 2005-2015

Pada grafik 5.1 terlihat bahwa penderita filariasis paling banyak

terdapat pada usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).

Pekerjaan pada kelompok umur 36-45 tahun adalah sebagai petani, buruh

sawah, dan orang yang bekerja di sawah saat panen padi.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Umur

Persentase 26-35

36-45

46-55

Page 68: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

50

2. Jenis Kelamin

Penderita di Kabupaten Tangerang terdiri dari jenis kelamin laki-

laki dan perempuan. Berikut ini grafik distribusi penderita filariasis

berdasarkan jenis kelamin:

Grafik 5.2

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Jenis Kelamin diKabupaten

Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.2 terlihat bahwa penderita filariasis paling

banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 orang (60%).

3. Pekerjaan

Variabel pekerjaan memiliki dua kategori, yaitu pekerjaan berisiko

dan pekerjaan tidak berisiko. Berikut ini grafik distribusi penderita

berdasarkan jenis pekerjaan:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Jenis Kelamin

Persentase Laki-laki

Perempuan

Page 69: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

51

Grafik 5.3

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Pekerjaan diKabupaten

Tangerang periode 2005-2015

Sesuai dengan grafik 5.3 terlihat bahwa sebagian besar penderita

memiliki pekerjaan berisiko yaitu sebanyak 20 orang (66,7%). Lebih

lanjut, pekerjaan yang dimiliki penderita sebelum didiagnosis menderita

filariasis adalah buruh tani (3,3%), guru ngaji (3,3%), ibu rumah tangga

(13,3%), petugas kebersihan (3,3%), membantu di sawah (23,3%),

pedagang (10%), swasta (13,3%), dan petani (30%). Jika variabel

pekerjaan dibagi berdasarkan jenis kelamin, maka akan terlihat sebagai

berikut:

Grafik 5.4

Distribusi Pekerjaan Penderita Filariasis Berdasarkan Jenis Kelamin

diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pekerjaan

Persentase Berisiko

Tidak Berisiko

PekerjaanBerisiko

PekerjaanTidak Berisiko

Laki-laki 60% 60%

Perempuan 40% 40%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Persentase

Laki-laki

Perempuan

Page 70: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

52

Berdasarkan grafik 5.4 terlihat bahwa pekerjaan berisiko paling

banyak dimiliki oleh laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (60%). Kemudian,

untuk jenis pekerjaan yang tidak berisko paling banyak dimiliki juga oleh

jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 6 orang (60%).

4. Keluar Rumah Pada Malam Hari

Kategori kebiasaan tersebut dibedakan menjadi kebiasaan keluar

saat malam dan tidak memiliki kebiasaan keluar rumah saat malam.

Berikut ini grafik jumlah penderita berdasarkan kebiasaan keluar rumah

saat malam:

Grafik 5.5

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Kebiasaan Keluar Rumah

Malam Hari diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.5 terlihat bahwa sebagian besar penderita

memiliki kebiasaan keluar rumah malam hari yaitu sebanyak 20 orang

(66,7%). Apabila dilihat alasan penderita keluar rumah saat malam hari,

maka seluruh penderita memiliki alasan pekerjaan yaitu 100%.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kebiasaan Keluar RumahMalam Hari

Persentase Ya

Tidak

Page 71: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

53

5. Penggunaan Kelambu

Variabel penggunaan kelambu memiliki kategori menggunakan

dan tidak menggunakan. Berikut ini grafik penderita filariasis berdasarkan

penggunaan kelambu:

Grafik 5.6

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Kelambu

diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.6 terlihat bahwa sebagian besar penderita

tidak menggunakan kelambu sebelum didiagnosa menderita filariasis yaitu

sebanyak 23 orang (76,7%). Berikut ini hasil wawancara penderita

mengenai alasan tidak menggunakan kelambu saat tidur malam:

Hasil wawancara di atas, penderita menyatakan bahwa tidak

menggunakan kelambu saat tidur malam hari karena ketidaktersediaan

kelambu di rumahnya.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

PenggunaanKelambu

Persentase Menggunakan

Tidak Menggunakan

“gak punya kelambu saya mah. Dari dulu saya kalo tidur

udah pake baju sama celana panjang terus selimutan

lagi.”

Page 72: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

54

5.1.6 Penggunaan Obat Nyamuk

Variabel penggunaan obat nyamuk memiliki kategori digunakan

dan tidak digunakan obat nyamuk sebelum sakit. Berikut ini grafik

penderita berdasarkan penggunaan obat nyamuk:

Grafik 5.7

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Obat Nyamuk di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.8 didapatkan sebagian besar penderita tidak

menggunakan obat nyamuk. Penderita yang tidak menggunakan obat

nyamuk sebanyak 18 orang (60%). Jika penggunaan obat nyamuk

dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan maka akan terlihat sebagai berikut:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Penggunaan ObatNyamuk

Persentase Digunakan

Tidak Menggunakan

Page 73: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

55

Grafik 5.8

Distribusi Penggunaan Obat NyamukBerdasarkan Jenis Pekerjaan di

Kabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.8 terlihat bahwa penderita yang tidak

menggunakan obat anti nyamuk sebagian besar memiliki pekerjaan

bersiko yaitu sebanyak 13 orang (72,2%).

Sesuai dengan pernyataan salah satu penderita mengenai tidak

digunakannya obat nyamuk. Berikut ini kutipan wawancaranya:

Kutipan di atas menjelaskan bahwa penderita tidak menggunakan

obat anti nyamuk. Terkait gigitan nyamuk merupakan hal biasa bagi

penderita ketika berada di luar rumah saat malam hari. Sehingga penderita

tidak melakukan upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk.

MenggunakanTidak

Menggunakan

Berisiko 58.30% 72%

Tidak Berisiko 41.70% 28%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Persentase

Kategori Penggunaan Obat Nyamuk

Berisiko

Tidak Berisiko

“yaa cuek aja, biasa kalo digigit nyamuk. Dulu kan masih

sepi suka kerusukan gitu kan. Biasa, jadi dianggepnya

biasa. Ga perhatiin kesitu. Kalo memang tau kalo kaya

sekarang ya, wah kita digigit nyamuk nih. Kita pake obat

kalo sekarang. Ya kan? Pake sofel gitu kan?” (UD, KR)

Page 74: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

56

7. Penggunaan Baju dan Celana Panjang

Kebiasaan menggunakan baju dan celana panjang saat petang

terutama malam hari memiliki kategori menggunakan dan tidak

menggunakan. Berikut ini grafik penderita sesuai dengan penggunaan baju

dan celana panjang saat malam:

Grafik 5.9

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Baju dan Celana

Panjang diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.9 sebagian besar penderita tidak

menggunakan baju dan celana panjang saat malam hari. Penderita yang

tidak menggunakan baju dan celana panjang sebanyak 19 orang (63,3%).

Jika dilihat kebiasaan menggunakan baju dan celana panjang saat malam

dengan jenis pekerjaan maka akan terlihat sebagai berikut:

37%

63%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Penggunaan Baju danCelana Panjang

Persentase Berisiko

Tidak Berisiko

Page 75: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

57

Grafik 5.10

Distribusi Penggunaan Baju dan Celana Panjang Malam Hari Berdasarkan

Jenis Pekerjaan diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.10 terlihat bahwa penderita yang tidak

menggunakan baju dan celana panjang saat malam hari sebagian besar

memiliki pekerjaan bersiko yaitu sebanyak 12 orang (63,2%). Berikut ini

hasil wawancara penderita mengenai alasan tidak menggunakan baju dan

celana panjang saat malam hari:

Hasil wawancara di atas penderita menyatakan bahwa tidak

menggunakan baju dan celana panjang saat malam hari terutama ketika

bekerja adalah alasan ketidak nyamanan saat bekerja.

DigunakanTidak

Digunakan

Pekerjaan Berisiko 73% 63%

Pekerjaan Tidak Berisiko 27% 37%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Persentase

Pekerjaan Berisiko

Pekerjaan Tidak Berisiko

“Kalo di sawah neng, lagi panen bisa sampe pagi di

sawah. Sawah jadi rame banget. Biasa pake celana

panjang, kaos biasa. Tapi kadang dicopot kalo gerah.”

Page 76: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

58

B. Distribusi Frekuensi Kejadian Filariasis Berdasarkan

KomponenLingkungan

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian filariasis adalah

kondisi Saluran Penampungan Air Limbah (SPAL), penggunaan kawat

kasa, tinggal dekat persawahan, kondisi plafon rumah, dan keberadaan

barang bergantung dalam rumah. Berikut ini distribusi komponen

lingkungan yang didapatkan setiap variabel:

1. Kondisi Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sesuai kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

penderita sebelum didiagnosis filariasis miliki kategori baik dan buruk.

Berikut ini grafik mengenai kondisi (SPAL) penderita berdasarkan kondisi

SPAL:

Grafik 5.11

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Kondisi SPAL diKabupaten

Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.11 terlihat bahwa kondisi SPAL penderita

sebagian besar penderita memiliki kondisi SPAL yang buruk. Penderita

yang memiliki SPAL buruk sebanyak 24 orang (80%).

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kondisi SPAL

Persentase Baik

Buruk

Page 77: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

59

Kondisi SPAL yang sebagian besar buruk sesuai dengan

pernyataan dari salah satu penderita. Berikut ini hasil kutipan wawancara

dengan penderita:

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pembuangan air

limbah penderita langsung ke tanah. Belum memiliki pembuangan air

limbah yang terstruktur.

Berdasarkan kutipan di atas, kondisi tempat penampungan air

penderita adalah terbuka dan ada air yang menggenang.

Dari pernyataan penderita di atas, diketahui bahwa area lingkungan

disekitar rumah penderita memiliki saluran air limbah yang kerap kali ada

genangan air. Berdasarkan hal itu, disekitar rumah penderita memiliki

potensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk penular.

“jaman dulu rumah masih jarang, yang perumahan-

perumahandisono tuh masih sawah, masih hutan lah.

Belom ada got. Ketanah aja gitu. Saya paling air bekas

mandi doang, sama nyuci juga jarang. (OM, KR)

“Saya air limbah ke depan situ.. ya terbukalah. Hmm ada

genangan. Harus disogok airnya, kesumbat lumpur,

sampah.”(AR, ST)

“Gak mampet sih. Ya tapi gak lancar juga. Kadang airnya

suka diem. Itu gegara sampah kaya plastik segala macem

banyak tuh digot. Jadi ngalirnya dikit-dikit. Tapi gak

sampe mampet bikin banjir.”(RM, CK)

Page 78: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

60

2. Penggunaan Kawat Kasa

Berdasarkan penggunaan kawat kasa, kategori yang digunakan

adalah kasa terpasang dan tidak terpasang di rumah penderita sebelum

didiagnosis filariasis. Berikut ini grafik penderita berdasarkan penggunaan

kawat kasa:

Grafik 5.12

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Kawat Kasa

diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.12 terlihat bahwa penggunaan kawat kasa

sebagian besar penderita belum memasang kawat kasa. Penderita yang

tidak memasang kawat kasa sebanyak 35 orang (86,7%). Berikut ini

wawancara mengenai alasan tidak terpasangnya kawat kasa:

Hasil wawancara menunjukkan bahwa alasan tidak memasang

kawat kasa adalah alasan ekonomi. Namun, tidak semua penderita yang

tidak memasang kawat kasa memiliki alasan ekonomi.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Penggunaan Kawat Kassa

Persentase Baik

Buruk

“dari dulu gak pake.. iya atuh beli lagi kan pake

pake kawat kasa.”

“Gak ada tuh, liat aja. Gak pake kawat nyamuk.

Dari dulu mah gak pake kawat nyamuk.”

Page 79: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

61

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penderita tidak

memiliki rencana untuk memasang kawat kasa pada ventilasinya.

3. Penggunaan Plafon

Variabel penggunaan plafon memiliki kategori ada dan tidak ada.

Berikut ini grafik penderita berdasarkan penggunaan plafon rumah:

Grafik 5.13

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Penggunaan Plafon

diKabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.13 terlihat bahwa sebagian besar penderita

tidak memiliki plafon. Penderita yang tidak memiliki plafon sebanyak 26

orang (86,7%).

4. Keberadaan Barang Bergantung

Variabel keberadaan barang-barang bergantung memiliki kategori

ada dan tidak. Berikut ini grafik penderita berdasarkan keberadaan barang-

barang bergantung:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Penggunaan Plafon

Persentase Pakai

Tidak

Page 80: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

62

Grafik 5.14

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Keberadaan Barang

Bergantung di Kabupaten Tangerang periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.14 sebagian besar penderita memiliki barang-

barang bergantung di dalam rumah. Penderita yang memiliki keberadaan

barang beragantung di dalam rumah sebanyak 27 orang (90%). Berikut ini

hasil wawancara mengenai alasan menggantung barang berbahan kain:

Hasil wawancara di atas menyatakan bahwa keberadaan barang

bergantung di rumah merupakan kebiasaan yang rutin dilakukan penderita,

dengan cara tersebut menjadi lebih praktis meletakaan sesuatu seperti baju

yang masih dipakai daripada melipat pakaian dan merapikannya.

5. Keberadaan Sawah

Berdasarkan jarak sawah disekitar rumah penderita, terdapat

kategori rumah dekat dan jauh dengan sawah. Apabila dilihat dari jarak

terbang nyamuk dari tempat perindukannya yaitu 200 meter. Maka

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Keberadaan BarangBergantung

Persentase Ada

Tidak Ada

“Rumah mah dibersihin, tapi kalo baju yang abis

dipake masih bersih digantung-gantungin aja. Kalo ga

muat ditumpuk dikasur, ya digantung juga.” (UD,

RJK)

Page 81: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

63

proporsi rumah yang berada 200 meter dari tempat perindukan (sawah)

yaitu sebagai berikut:

Grafik 5.15

Distribusi Penderita Filariasis Berdasarkan Jarak Terbang Nyamuk dari

Tempat Perindukan (Sawah) ke Rumah Penderita di Kabupaten Tangerang

periode 2005-2015

Berdasarkan grafik 5.15 terlihat bahwa rumah penderita yang

berjarak 200 meter memiliki proporsi yang lebih besar daripada rumah

penderita yang memiliki jarak jauh dengan sawah (>200 meter). Penderita

yang memiliki jarak 200 meter memiliki proporsi 73,3% (22 orang).

73%

27%

≤200

>200

Page 82: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Kondisi lingkungan yang membutuhkan observasi tidak dapat dilihat

secara langsung seluruhnya. Hal ini dikarenakan ada perubahan

kondisi lingkungan rumah responden saat sebelum didiagnosis

filariasis dengan waktu penelitian. Oleh karena itu, terjadinya bias

pada data mungkin terjadi.

2. Data dan informasi mengenai faktor-faktor berisiko dalam penelitian

diperoleh berdasarkan daya ingat penderita. Oleh karena itu, terjadinya

bias pada data mungkin terjadi.

3. Penelitian ini hanya menggambarkan karakteristik host dan lingkungan

penderita, sehingga peneliti hanya menggali lebih dalam informasi

terkait karakteristik tersebut. Oleh sebab itu, peneliti tidak dapat

menyebutkan faktor risiko mana yang berhubungan dengan kejadian

filariasis.

B. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen Host

Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai variabel host yang

terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluar rumah pada malam hari,

penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, dan penggunaan baju dan

celana panjang.

Page 83: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

65

1. Umur

Filariasis menyerang semua kelompok umur. Pada dasarnya setiap orang

dapat tertular filariasis apabila mendapat tusukan nyamuk infektif (mengandung

larva stadium 3) hingga ribuan kali (Kemenkes RI, 2010). Akan tetapi, penderita

filariasis paling banyak diderita oleh orang dewasa karena orang dewasa lebih

sering kontak dengan vektor penular ditempat kerjanya (Depkes RI, 2005).

Pembagian kelompok umur menurut usia bekerja dan tidak bekerja yaitu usia

bekerja dalam rentang umur 15-64 tahun, sedangkan kelompok usia non produktif

atau tidak bekerja dalam rentang umur 0-14 tahun dan >65 tahun (Depkes RI,

2008).

Penderita filariasis di Kabupaten Tangerang memiliki rentang usia

produktif seluruhnya yaitu 100%, dengan penjabaran kategori usia sesuai

Departemen Kesehatan RI (2009) yaitu 26-35 tahun sebesar 16,7%, 35-45 tahun

sebesar 43,3%, dan 46-55 tahun sebesar 40%. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Departemen Kesehatan RI (2005) yang menyatakan penderita filariasis

paling banyak diderita oleh kelompok dewasa. Kamaruddin (2013) berpendapat

bahwa lokasi kerja yang berisiko terpapar gigitan nyamuk penular filariasis sesuai

kondisi geografisnya seperti petani pada lokasi persawahan dan nelayan pada

lokasi pesisir. Berdasarkan karakteristik perkerjaan penderita di Kabupaten

Tangerang yaitu petani sebesar 30%, buruh sawah sebesar 26,6%, guru 3,3%, ibu

rumah tangga sebesar 13,3%, petugas kebersihan sebesar 3,3%, pedagang sebesar

10%, dan swasta sebesar 13,3%.

Page 84: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

66

Di Indonesia penderita filariasis pada tahun 2007 terdapat pada semua

kelompok umur. Persentase penderita filariasis tersebut yaitu pada kelompok

umur 0-5 tahun sebesar 5,5%, 6-14 tahun sebesar 14,3%, 15-30 tahun sebesar

25,1%, 31-46 tahun sebesar 26,7%, 47-62 tahun sebesar 18,3%, dan >62 tahun

sebesar 10,1% (Santoso, 2010). Persentase kelompok umur penderita filariasis

terbesar besar terletak pada 31-46 tahun yakni kategori usia dewasa. Akan tetapi

jika persentase usia tua digabungkan antara 47-62 dan >62 tahun maka usia tua

memiliki persentase yang paling besar yaitu 28,4%. Karakteristik pekerjaan

penderita filariasis di Indonesia yang paling besar adalah sebagai petani sebesar

32,2% dan tidak bekerja sebesar 37,7%.

Karakteristik antara umur dan pekerjaan penderita di Kabupaten

Tangerang dan penderita filariasis di seluruh Indonesia memiliki karakteristik

yang sama. Persamaan karakteristik pekerjaan penderita berarti menandakan

kondisi geografis tempat serupa yaitu sebagian bersar berupa persawahan. Sesuai

dengan Departemen Kesehatan RI (2005) menyatakan bahwa lingkungan

persawahan cocok sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk filariasis karena air

yang menggenang dan langsung berhubungan dengan tanah.

Karakteristik umur penderita filariasis yang ditemukan di Kecamatan

Boneraya dari hasil Survei Darah Jari (SDJ) yaitu paling banyak pada kelompok

umur >40 tahun sebesar 34%. Kelompok umur termuda yang ditemukan di

Kecamatan Boneraya yaitu 10-14 tahun, tapi kategori umur tersebut memiliki

persentase umur yang paling rendah yaitu 2,9%. Penderita filariasis di Kabupaten

Tangerang dan Kecamatan Boneraya memiliki karakteristik umur yang sama,

tetapi berbeda karakateristik pekerjaannya. Penderita di Kecamatan Boneraya

Page 85: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

67

sebagian besar pekerjaannya bukan petani yaitu 54,3%. Namun, apabila dilihat

dari aktivitas masyarakat pada malam hari, kelompok dewasa di Kecamatan

Boneraya senang berkumpul seperti ronda, nonton televisi di luar rumah,

berjualan, buang air besar di luar rumah, dan memasang obat nyamuk di luar

rumah (Uloli, 2008). Kondisi tersebut membuat kelompok dewasa memiliki

kecenderungan yang besar untuk kontak dengan nyamuk penular filariasis di luar

rumah saat malam.

Lain hal dengan Garjito (2013) yang menemukan penderita filariasis

terbanyak di Desa Pangku Tolole pada kelompok umur 10-14 tahun. Persentase

penderita filariasis sama besar antara usia 10-14 tahun dengan 30-39 tahun, yaitu

masing-masing 25% dan 25%. Garjito menemukan penderita filariasis dengan

Survei Darah Jari (SDJ). Sediaan darah yang diperiksa memiliki variasi umur

mulai dari 2-4 tahun, sehingga hasil SDJ dapat digambarkan beragam berdasarkan

kelompok umur. Karakteristik anak yang menderita filariasis selain menjadi

pelajar adalah pekerjaannya membantu orang tuanya di kebun dari pagi hingga

sore hari. Para orang tua lebih suka anak mereka bekerja membantu perekonomian

dibandingkan harus sekolah. Hal tersebut membuat kelompok umur anak-anak

juga memiliki kecenderungan yang sama besar dengan kelompok dewasa untuk

kontak dengan nyamuk penular filariasis saat membantu orang tuanya.

Besarnya proporsi penderita filariasis pada usia anak-anak menandakan

tingginya transmisi potensial. Jika tingkat infeksi pada populasi tinggi, diikuti

dengan transmisi yang potensial, maka anak-anak tidak terlindungi dari infeksi

filariasis. Oleh karena itu bagi kabupaten atau kota yang dinyatakan endemis

maka dilakukan pengobatan masal dengan harapan dapat menurunkan kasus

Page 86: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

68

filariasis pada semua kelompok umur. Lingkungan yang sedang menjalani

pengobatan masal filariasis (MDA) akan menurunkan tingkat infeksi dalam

populasi. Apabila tingkat infeksi rendah dalam populasi, maka transmisi potensial

juga rendah, sehingga anak-anak terlindungi dari infeksi (WHO, 2013).

Sesuai dengan pernyataan Centers for Disease Control (2015) menyatakan

bahwa orang yang hidup lama di daerah tropis atau sub tropis yang ditetapkan

sebagai daerah endemis, maka setiap orang memiliki risiko untuk tertular penyakit

tersebut. Orang yang tinggal pada daerah endemis dalam waktu yang singkat

memiliki risiko yang lebih rendah untuk tertular penyakit. Oleh sebab itu, semua

kelompok umur harus mencegah infeksi dengan cara menghindari gigitan

nyamuk. Nyamuk yang membawa cacing mikroskopik biasa menggigit antara

senja dan fajar. Terutama menurut Ramdhani (2009) pada tiga jam puncak gigitan

nyamuk yaitu 21.00-22.00, 24.00-01.00, dan 02.00-03.00.

2. Jenis Kelamin

Distribusi jenis kelamin penderita filariasis paling banyak diderita oleh

laki-laki. Hal ini menunjukkan laki-laki memiliki kecenderungan yang besar

terkena filariasis dibandingkan perempuan. Aktivitas laki-laki lebih banyak di

luar rumah, sehingga meningkatkan risiko terkena filariasis (Santoso, 2011).

Aktifitas yang berisiko bagi laki-laki yaitu seperti sering keluar rumah pada

malam hari (Supali, 2002). Oleh karena itu, kecenderungan laki-laki untuk kontak

dengan nyamuk penular filariasis lebih besar.

Page 87: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

69

Belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa secara genetik jenis

kelamin laki-laki lebih rentan tertular filariasis dibandingkan perempuan.

Penularan filariasis menurut Departemen Kesehatan RI (2005) terjadi bila ada 3

unsur seperti adanya sumber penularan, adanya vektor, dan manusia yang rentan

terhadap filariasis. Manusia yang rentan adalah manusia yang tinggal di daerah

endemis filariasis, tetapi transmigran dari daerah non endemis ke daerah endemis

memiliki risiko terinfeksi lebih besar dibandingkan penduduk asli.

Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang memiliki persentase penderita

laki-laki lebih besar dari perempuan yakni 60%. Pekerjaan yang dimiliki oleh

laki-laki yaitu sebagai petani sebesar 55,56%, swasta sebesar 22%, pedagang

sebesar 11%, guru ngaji sebesar 5,5%, dan petugas kebersihan sebesar 5,5%.

Apabila dilihat dari pekerjaan yang memiliki aktivitas di luar rumah saat malam

hari adalah petani dan pedagang. Sesuai dengan hasil wawancara bahwa seorang

petani ketika hendak panen akan bekerja dari sore hingga melewati malam hari di

sawah. Ketika musim panen, lingkungan persawahan akan ramai dengan orang-

orang yang membantu petani untuk memanen padi, mereka disebut sebagai buruh

tani.

Lebih besarnya persentase penderita filariasis laki-laki tidak selalu sama

pada setiap daerah. Penelitian Irianti (2013) dan Kamaruddin (2013) menunjukkan

bahwa kejadian filariasis lebih banyak ditemukan pada perempuan masing-masing

yaitu sebesar 57,1% dan 60%. Hasil penelitian Kamaruddin (2013) apabila diihat

dari perilaku berisiko seperti keluar rumah pada malam hari, perilaku masyarakat

Kabupaten Pidie sebagian besar adalah untuk pengajian yang biasa dilakukan oleh

kaum ibu dan yang tidak melakukan perlindungan diri dari gigitan nyamuk

Page 88: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

70

sebesar 68,6%. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan

juga memiliki kecenderungan yang lebih besar dibanding laki-laki untuk kontak

dengan nyamuk penular filariasis apabila memiliki perilaku berisiko.

Berdasarkan penelitian yang membahas antara jenis kelamin dengan

filariasis tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan juga memiliki risiko

yang sama besar dengan laki-laki. Menurut Santoso (2011) laki-laki memiliki

risiko yang besar kontak dengan nyamuk penular filariasis karena aktvitasnya di

luar rumah saat malam hari. Garjito (2013) menyatakan bahwa perempuan juga

memiliki risiko tertular filariasis saat membantu suaminya yang bekerja

menggarap tanah. Tidak hanya aktivitas di luar rumah pada malam hari yang

memiliki risiko kontak dengan nyamuk filariasis, Kementerian Kesehatan RI

(2010) menyatakan bahwa nyamuk filariasis juga menggigit di dalam rumah.

Oleh sebab itu, baik laki-laki maupun perempuan harus mengantisipasi

gigitan nyamuk untuk upaya pencegahan penularan filariasis. Walaupun jenis

kelamin laki-laki dibeberapa lokasi endemis memiliki frekuensi lebih sering

mendapat gigitan ketika bekerja di luar rumah, tetapi perempuan juga memiliki

kesempatan kontak dengan nyamuk di dalam rumah.

3. Pekerjaan

Pekerjaan yang berisiko memungkinkan pekerja mengalami multi gigitan

vektor penular filariasis. Sebelum didiagnosis menderita filariasis, para penderita

memiliki pekerjaan berisiko yaitu sebagai petani, buruh tani, dan pedagang yang

beraktivitas saat sore dan malam hari di luar rumah. Jika dibandingkan dengan

Page 89: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

71

jenis kelamin, maka pekerjaan berisiko terbesar dimiliki oleh penderita berjenis

kelamin laki-laki. (Kemenkes RI, 2010).

Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa sebagian

besar penderita memiliki pekerjaan berisiko yaitu sebesar 60%. Pekerjaan berisiko

yang dimiliki penderita sebelum tertular filariasis adalah petani, buruh tani, dan

pedagang. Apabila dilihat antara pekerjaan berisiko dengan jenis kelamin,

didapatkan laki-laki yang memiliki pekerjaan berisiko sebesar 72% dan

perempuan yang memiliki pekerjaan berisiko sebesar 37%. Oleh karena itu, jika

dilihat dari pekerjaan berisiko maka laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih

besar kontak dengan nyamuk penular filariasis.

Penelitian Iriati (2013) dan Riftiana (2010) memiliki hasil yang sama

dengan penelitian di Kabupaten Tangerang. Iriati (2013) dan Riftiana (2010)

menunjukkan bahwa pekerjaan yang berisiko memiliki hubungan dengan kejadian

filariasis. Iriati (2013) mengkategorikan pekerjaan berisiko di Kabupaten Labuhan

Batu Selatan dan Asahan yaitu sebagai petani, nelayan, buruh kebun, dan pencari

kayu, sedangkan Rifitiana (2010) mengkategorikan pekerjaan bersiko di

Kabupaten Pekalongan adalah petani, pekerjaan yang dilakukan pada malam hari

yaitu berdagang, buruh atau tukang. Jenis pekerjaan yang sama antara penderita

filariasis di Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Asahan, Kabupaten

Pekalongan, dan Kabupaten Tangerang adalah petani. Sebagaimana Departemen

Kesehatan RI (2005) menyatakan bahwa lingkungan persawahan cocok sebagai

tempat perkembangbiakan nyamuk filariasis karena air yang menggenang dan

langsung berhubungan dengan sawah.

Page 90: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

72

Diketahui vektor penular filariasis di Kabupaten Labuhan Batu Selatan

dan Asahan adalah Mansoia Uniformis sesuai Departemen Kesehatan RI (2005),

Kabupaten Pekalongan adalah Culex quinquefasciatus sesuai Ramadhani (2009),

dan Kabupaten Tangerang adalah Culex quinquefasciatus sesuai Kementerian

Kesehatan RI (2011). Vektor penular ketiga kabupaten tersebut memiliki

bionomik mencari darah pada malam hari (nokturnal) (Gandahusada, 2006).

Tempat berkembangbiak Ma. Uniformis berada pada akar tanaman air di rawa dan

empang, sedangkan Culex berada di tempat air kotor, sawah, air yang

mengandung lumut dalam air tawar atau air payau (Kemenkes RI, 2011).

Karakteristik pekerjaan yang sama antara Kabupaten Tangerang,

Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Asahan, serta Kabupaten Pekalongan

menunjukkan kondisi geografis tempat tinggal masyarakat memiliki beberapa

persamaan. Sesuai dengan penjelasan Departemen Kesehatan RI (2011) yang

menyatakan sawah merupakan breeding places nyamuk penular filariasis Culex

dan Ma. uniformis berkembangbiak pada akar tanaman air di rawa, maka

pekerjaan yang dekat dengan tempat perkembangbiakan nyamuk memiliki

kecenderungan yang besar untuk kontak dengan nyamuk penular filariasis.

Tidak selamanya pekerjaan yang berisiko mempengaruhi kejadian

filariasis. Hasil penelitian Ardias (2012) di Kabupaten Sambas menyatakan bahwa

pekerjaan berisiko tidak mempengaruhi kerjadian filariasis. Karakteristik

pekerjaan penderita di wilayah tersebut yaitu bekerja di kebun, ladang, dan sawah.

Jika dilihat dari karakteristik pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian besar

penderita, lokasi wilayah tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Tangerang yaitu

adanya persawahan dan kebun. Metode yang digunakan oleh Ardias (2012) yaitu

Page 91: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

73

kasus kontrol. Walaupun sebagian besar penderita merupakan petani, tetapi jika

dilihat dari variabel melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan

obat nyamuk, maka sebagian besar kelompok kontrol menggunakan obat anti

nyamuk.

Kondisi tempat tinggal yang memiliki rantai penular filariasis

memungkinkan setiap orang tertular penyakit tersebut (Depkes RI, 2005). Selain

pekerjaan yang bersiko memungkinkan seseorang mengalami multi gigitan,

kemungkinan lain untuk kontak dengan gigitan nyamuk terjadi di dalam rumah

sebelum tidur karena tidak ada daya proteksi konstruksi rumah terhadap

masuknya nyamuk ke dalam rumah (Paiting, 2012). Tanpa upaya intervensi

pengendalian maka jumlah kasus klinis akan terus bertambah (Kemenkes RI,

2010). Supaya terhindar dari penularan filariasis maka semua orang wajib

melakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian yang

lengkap menutupi badan dan penggunaan obat anti nyamuk.

4. Keluar Rumah Malam Hari

Kebiasaan keluar rumah pada malam hari berkaitan dengan intensitas

kontak dengan vektor penular filariasis (Depkes RI, 2005). Walau menghisap

darah dari binatang peliharaan, mamalia, dan unggas, nyamuk penular filariasis

lebih menyukai darah manusia (Chandra, 2007). Vektor filariasis daerah

perkotaan di Provinsi Banten dan Jawa adalah Culex quinquefasciatus. Nyamuk

Cx. quinuefasciatus betina menghisap darah manusia dan hewan sepanjang malam

Page 92: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

74

dari sore hari hingga pagi hari, baik di dalam maupun di luar rumah (Kemenkes,

2011).

Persentase hasil penelitian di Kabupaten Tangerang terkait perilaku

penderita yang memiliki kebiasaan keluar rumah pada malam hari yaitu sebesar

72,5%. Apabila dilihat penderita yang memiliki kebiasaan keluar rumah pada

malam hari dengan pekerjaan berisiko, maka seluruh penderita yang sering keluar

rumah pada malam hari memiliki pekerjaan berisiko. Oleh karena itu,

kecenderungan orang yang memiliki pekerjaan bersiko untuk kontak dengan

nyamuk penular filariasis dilingkungan pekerjannya menjadi lebih besar.

Sama halnya dengan penelitian Kamaruddin (2013) yang menyatakan

bahwa faktor kebiasaan keluar rumah pada malam hari merupakan faktor dominan

terhadap kejadian filariasis di Kabupaten Pidie. Aktivitas masyarakat di

Kabupaten Pidie pada malam hari sudah menjadi kegiatan yang wajar, seperti

kaum ibu biasa keluar rumah malam hari untuk mengaji, sedangkan laki-laki

keluar rumah untuk bekerja di sawah, kebun atau hanya sekedar berkumpul di

warung kopi. Kegiatan di luar rumah pada malam hari meningkatkan

kecenderungan untuk kontak dengan nyamuk penular filariasis.

Spesies vektor di Kabupaten Pidie, Banda Aceh adalah Cx.

quinquefasciatus, Ma. Uniformis, dan Ma. Indiana(Depkes RI, 2005). Aktivitas

menggigit Culex diketahui pada malam hari dan Mansonia diketahui menggigit

lebih sering pada malam hari ketimbang siang hari (Gandahusada, 2006).

Aktivitas menggigit nyamuk Cx. quinquefasciatus lebih banyak di luar rumah

dibandingkan dengan di dalam rumah. Nyamuk menggigit di luar rumah dengan

Page 93: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

75

tiga puncak gigitan yaitu pukul 21.00-22.00, 24.00-01.00, dan 02.00-03.00

(Ramdhani, 2009).

Berdasarkan bionomik nyamuk terkait aktivitas mencari darah, masyarakat

di Kabupaten Tangerang maupun Kabupaten Pidie berisiko untuk beraktivitas di

luar rumah saat malam hari. Kebiasaan masyarakat keluar rumah pada malam hari

didua kabupaten tersebut memiliki kecenderungan yang tinggi untuk kontak

dengan nyamuk penular filariasis.

Akan tetapi pada penelitian Uloli (2008), perilaku keluar rumah pada

malam hari tidak berhubungan dengan kejadian filariasis. Penelitian Uloli (2008)

menggunakan desain studi kasus kontrol. Apabila dilihat dari persentase penderita

dan kontrol sebagian besar memiliki kebiasaan keluar rumah pada malam hari

yaitu sebesar 87,1% dan 78,5%. Hal tersebut berarti aktivitas di luar rumah saat

malam hari merupakan hal yang biasa di Kabupaten Bonebolango. Variabel

perlindungan diri dari gigitan nyamuk seperti menggunakan lengan panjang pada

kelompok kontrol memiliki persentase yang lebih besar ketimbang kasus yaitu

45,7%, sedangkan persentase kelompok kasus yang menggunakan lengan panjang

hanya 25,7%. Oleh karena itu, aktivitas di luar rumah dengan memproteksi diri

dari gigitan nyamuk menurunkan kecenderungan untuk kontak dengan nyamuk

filariasis.

Berdasarkan uraian di atas, sebagian besar penderita filariasis memiliki

kebiasaaan keluar rumah pada malam hari. Sebaiknya masyarakat yang hidup

pada lingkungan endemis mengurangi aktivitas di luar rumah saat malam hari.

Apabila memiliki pekerjaan khusus yang diwajibkan untuk berada di luar rumah

Page 94: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

76

saat malam hari, proteksi diri harus ditingkatkan untuk menghindari kontak

dengan nyamuk penular filariasis.

5. Penggunaan kelambu

Cara terbaik meghindari diri dari gigitan nyamuk saat tidur adalah dengan

menggunakan kelambu (Garjito, 2013). Proteksi dari gigitan nyamuk

menggunakan kelambu yang lebih baik direkomendasikan oleh WHO (2015)

adalah dengan menggunakan kelambu berinsektisida. Kelambu berinsektisida

telah diuji oleh Barodji, at al (1990) yang dikutip oleh WHO (2015) menyatakan

bahwa pembedahan nyamuk sebelum pembagian kelambu berinsektisida sebesar

0,85% mengandung larva filariasis dan setelah pembagian kelambu menunjukkan

hasil negatif.

Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa sebagian

besar penderita yang tidak menggunakan kelambu sebelum didiagnosis menderita

filariasis adalah sebesar 82,5%. Berdasarkan wawancara dengan penderita

mengenai alasan tidak menggunakan kelambu adalah rasa panas yang ditimbulkan

saat tidur menggunakan kelambu. Selain itu, ada juga yang mengatakan tidak

memakai kelambu karena alasan kurang praktis yakni sebelum tidur dipasang dan

pada pagi hari kelambu harus dirapihkan kembali. Tidak memiliki kelambu

merupakan alasan yang paling banyak dinyatakan oleh penderita yang tidak

menggunakan kelambu saat tidur.

Sesuai dengan pernyataan Yatim (2007) bahwa kelambu merupakan alat

proteksi yang telah digunakan sejak dahulu tetapi penggunaanya pada dewasa ini

Page 95: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

77

sudah jauh berkurang karena dianggap kurang praktis. Banyak penduduk

menganggap bahwa penggunaannya menyebabkan rasa lebih panas di ruangan

yang telah penuh sesak. Jumlah lubang per cm kelambu sebaiknya 6-8 dengan

diameter 1,2-1,5 mm.

Penggunaan kelambu untuk mencegah terjadinya filariasis sesuai dengan

penelitian Jontari (2014) yang menyatakan bahwa penggunaan kelambu

berhubungan dengan kejadian filariasis. Persentase penelitian Jontrari (2014)

terkait kebiasaan kontrol yang tidak menggunakan kelambu saat tidur hampir

seimbang dengan kelompok kasus. Hal ini berarti rata-rata masyarakat Kabupaten

Agam tidak biasa menggunakan kelambu saat tidur, tetapi mereka menggunakan

obat anti nyamuk pada malam hari. Persetase kelompok kasus dan kotrol yang

menggunakan obat anti nyamuk adalah 79,1% dan 78%.

Karakteristik perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu di

Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Agam adalah banyak masyarakat yang tidak

biasa menggukan kelambu saat tidur. Vektor penular filariasis di Kabupaten

Agam, Sumatra Barat adalah Mansonia spp. dan An. nigerimus (Dinkes RI, 2005).

Menurut Gandahusada (2006) terkaitbionomik aktivitas menggigit nyamuk

penular filariasis di Kabupaten Agam sama dengan di Kabupaten Tangerang yaitu

mencari darah lebih sering pada malam hari.

Nyamuk penular filariasis di Kabupaten Tangerang adalah Vektor

filariasis daerah perkotaan di Provinsi Banten dan Jawa adalah Culex

quinquefasciatus (Kemenkes, 2011). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Astuti

(2012) yang menyatakan bahwa nyamuk yang berperan sebagai vektor filariasis di

Page 96: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

78

Kabupaten Serang, Provinsi Banten adalah Cx. quinquefasciatus. Penelitian skala

lebih kecil oleh Dharma (2004) terkait fauna nyamuk untuk mendeteksi vektor

filariasis di Kabupaten Tangerang khususnya di Kacamatan Mauk ditemukan

nyamuk Culini seperti Cx. pseudovishnui, Cx. tritaeniorhynchus, dan Cx.

quinuefasciatus. Berdasarkan nyamuk yang ditemukan, bionomik terkait aktivitas

menggigit yaitu pada malam hari.

Berdasarkan bionomik nyamuk penular filariasis di Kabupaten Agam dan

Tangerang, masyarakat harus meningkatkan perlindungan diri dari gigitan

nyamuk saat tidur malam hari. Aktivitas nyamuk penular yang aktif menggigit

darah saat malam, meningkatkan kecenderungan untuk kontak dengan nyamuk

penular filaraisis lebih besar.

Ramdhani (2009) menjelaskan lebih lanjut mengenai bionomik nyamuk

penular filariasis lebih lanjut yaitu nyamuk penular filariasis menggigit di dalam

rumah yaitu pukul 20.00-21.00, pukul 22.00-23.00, dan tengah malam 02.00-

03.00. Menurut Chow (1959) Culex quinquefasciatus merupakan spesies

anthropophilik, makan dan beristirahat di dalam tempat tinggal manusia. Hal ini

karena nyamuk yang setengah bunting (belum menghisap darah maksimal) dan

bunting tertangkap di dalam rumah, terutama pada kuartal pertama malam yaitu

18.00-21.00. Ada kemungkinan Cx. quinquefasciatus melengkapi siklus

gonotrophic pada seluruh ruangan di rumah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, selain nyamuk penular filariasis

menghisap darah di luar rumah, tetapi ada yang mencari darah di dalam rumah.

Sebagian besar responden di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Agam tidak

Page 97: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

79

memiliki kebiasaaan mengunakan kelambu saat tidur malam hari. Hal tersebut

berarti masyarakat di kedua kabupaten tersebut memiliki kencenderungan yang

tinggi terpapar nyamuk filariasis saat tidur.

Penelitian Paiting (2012) menyatakan bahwa penggunaan kelambu tidak

memiliki hubungan dengan kejadian filariasis. Persentase kelompok kasus dan

kontrol di Distrik Windesi hampir sama besar, sehingga menggunakan kelambu

saat tidur bagi masyarakat di Distrik Windesi merupakan hal yang biasa. Vektor

nyamuk penular filariasis di Distrik Windesi Provinsi Papua menurut Dinas

Kesehatan RI (2005) adalah An. farauti, An. koliensis, An. punculatus, An.

bancrofti, Cx. Annulirostris, Cx. bitaeniorhynchus, Cx. quinuefasciatus, Ae. kochi,

dan Ma. uniformis. Berdasarkan bionomik mencari darah menurut Gandahusada

(2006) nyamuk penular filariasis di Provinsi Papua bisa menggigit pada siang hari

maupun malam hari. Mengambil getah sagu merupakan rata-rata pekerjaan

masyarakat di Distrik Windesi. Perilaku seperti tidak menggunakan pakaian yang

lengkap saat mengambil getah sagu membuat kecenderungan kontak dengan

nyamuk penular filariasis menjadi lebih besar.

Berdasarkan uriaian di atas, perbedaan karakteristik masyarakat setempat

tidak bisa menjadikan suatu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian filariasis

sama pada setiap daerah. Penggunaan kelambu saat ini bukan menjadi hal yang

tidak biasa, maka cara proteksi diri yang lain harus ditingkatkan. Bagi masyarakat

yang menggunakan kelambu lebih baik menggunakan kelambu yang

berinsektisida.

Page 98: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

80

6. Penggunaan Obat Anti Nyamuk

Departemen Kesehatan RI (2009) mengartikan cara menghindari diri dari

gigitan nyamuk yaitu menggunakan kelambu, memasang kasa rumah,

menggunakan obat nyamuk semprot, dan menggunakan obat nyamuk oles. Pada

uraian kali ini, penggunaan obat anti nyamuk juga merupakan faktor risiko

kejadian filariasis menurut Garjinto (2013), Windiastuti (2013), dan Syuhada

(2012). Centers for Disease Control (2015) juga merekomendasikan penggunaan

obat anti nyamuk antara senja dan fajar untuk menghindari diri dari penularan

filariasis.

Persentase hasil penelitian di Kabupaten Tangerang penderita yang tidak

menggunakan obat anti nyamuk antara senja hingga fajar yaitu sebesar 60%.

Padahal apabila dilihat antara responden yang menggunakan obat anti nyamuk

dengan pekerjaan yang berisiko maka penderita yang tidak menggunakan obat

anti nyamuk padahal memiliki pekerjaan yang berisiko adalah sebesar 83%. Hal

tersebut membuat responden memiliki kecenderungan yang besar untuk kontak

dengan nyamuk penular filariasis saat bekerja.

Sesuai dengan penelitian Garjinto (2013), Windiastuti (2013), dan

Syuhada (2012) yang dapat membuktikan bahwa tidak menggunakan obat anti

nyamuk pada malam hari merupakan perilaku berisiko terhadap kejadian

filariasis. Apabila dilihat dari pekerjaan berisiko maka kelompok kasus dan

kontrol penelitian Garjinto (2013), Windiastuti (2013), dan Syuhada (2012)

sebagian besar memiliki pekerjaan yang berisiko yang mengharuskan mereka

bekerja pada senja hingga malam hari. Kecenderungan responden yang sehat pada

Page 99: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

81

penelitian Ganjinto, Windiastuti, dan Syuhada kecil untuk terpapar gigitan

nyamuk penular filariasis di lokasi kerja.

Akan tetapi, tidak semua orang dapat menggunakan obat anti nyamuk.

Sesuai pernyataan Yatim (2007) yaitu berbagai macam obat nyamuk yang beredar

dimasyarakat ada yang tidak mengandung bahan aktif dan ada yang mengandung

insektisida. Obat anti nyamuk terdiri dari obat nyamuk bakar dan gosok

(repellant). Repellant dapat digunakan dibadan, pakaian, dan kelambu. Akan

tetapi, kelemahan obat nyamuk adalah timbul iritasi pada orang yang sensitif

sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Yatim, 2007).

Pernyataan Yatim (2007) sesuai dengan hasil wawancara terhadap

penderita yang tidak menggunakan obat anti nyamuk. Obat anti nyamuk

memberikan efek seperti panas dan kesat pada kulit. Selain itu adapula pernyataan

responden yang menyatakan bahwa digigit nyamuk merupakan hal yang biasa,

sehingga tidak ada upaya untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk.

Penelitian Uloli (2008) menyatakan tidak terdapat hubungan antara

menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian filariasis. Persentase kasus dan

kontrol yang menggunakan repellent hanya sebesar 7,1% dan 14,2%, sehingga

mayoritas masyarakat di lokasi penelitian tidak menggunakan obat anti nyamuk.

Ditambah dengan aktivitas di luar rumah masyarakat Bonebolango, sebagian

besar kelompok kasus dan kontrol memiliki kebiasaan keluar rumah saat malam

yaitu 87,1% dan 78,5%. Akan tetapi, sebagian besar responden yang tidak

menderita filariasis memiliki kebiasaan memakai celana panjang, memakai

kelambu, dan menggunakan kasa ventilasi. Oleh karena itu, kecenderungan

Page 100: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

82

kontak dengan gigitan nyamuk pada kelompok yang tidak tertular filariasis rendah

dengan proteksi diri seperti celana panjang, kelambu saat tidur, dan kasa ventilasi

di rumah.

Berdasarkan uraian di atas, selain manfaat dari obat anti nyamuk yang

dapat menghindari dari gigitan ada beberapa orang yang memiliki kulit sensitif

menggunakan obat anti nyamuk oles. Bagi orang yang memiliki kulit sensitif

dapat melakukan peningkatan pencegahan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Bagi

penderita dan masyarakat yang tidak memiliki kulit sensitif diharapkan

menggunakan obat anti nyamuk ketika waktu senja hingga fajar.

7. Penggunaan Baju dan Celana Panjang

Penggunaan baju dan celana yang menutupi lengan dan kaki mengurangi

frekuensi gigitan nyamuk (Kemenkes RI, 2010). Centers for Disease Control

(2015) menyarankan bagi masyarakat yang tinggal ataupun berkunjung di daerah

endemis filariasis untuk menggunakan kelambu, baju dan celana panjang, serta

menggunakan obat anti nyamuk. Uraian kali ini membahas terkait penggunaan

baju dan celana panjang terhadap kejadian filariasis. Sesuai penelitn Paiting

(2012) menyatakan bahwa seseorang yang tidak menggunakan baju dan celana

panjang saat bekerja di kebun meningkatkan risiko terjadinya filariasis.

Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa 65%

penderita tidak menggunakan baju dan celana panjang saat sore dan malam hari.

Berdasarkan wawancara dengan penderita, responden kerap menggunakan baju

lengan pendek saat berada di luar rumah malam hari. Bagi penderita yang berada

Page 101: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

83

di dalam rumah saat malam hari, pakaian yang digunakan tidak menutup lengan

dan kaki secara keseluruhan. Hal tersebut membuat kecenderungan yang lebih

besar terhadap frekuensi gigitan nyamuk penular filariasis bagi orang yang tidak

menggunakan baju dan celana panjang saat malam.

Paiting (2013) dapat membuktikan bahwa penggunaan baju dan celana

panjang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kampung Seruman dan

Windesi, Papua. Pekerjaan masyarakat disana sering berada di kebun, sehingga

kelengkapan pakaian mempengaruhi besarnya kontak dengan nyamuk filariasis.

Selain itu, kondisi lingkungan rumah di Papua masih banyak breeding places

seperti hutan, semak, dan tumbuhan air.

Lain hal dengan penelitian Nasrin (2008) di Kabupaten Bangka Barat yang

menyatakan tidak terdapat hubungan antara penggunaan baju dan celana panjang

dengan kejadian filariasis, sehingga masyarakat disana biasa tidak menggunakan

baju dan celana panjang saat malam. Apabila dilihat dari pekerjaan bersiko,

kelompok kasus memiliki pekerjaan berisiko lebih besar dibanding kontrol yaitu

84,4% dan 59,9%. Kecenderungan kelompok kasus dan kontrol sama untuk

terpapar gigitan nyamuk penular filariasis di lokasi kerja. Namun, bila dilihat dari

keberadaan rawa di sekitar rumah sebagai breeding place, maka kelompok kasus

lebih besar persentasenya daripada kontrol yaitu 78,1% dan 53,1%.

Oleh karena didaerah tertentu banyak penderita yang tidak menggunakan

baju dan celana panjang saat malam hari, maka sebaiknya penderita maupun

masyarakat sekitar menggunakan baju dan celana panjang saat malam.

Penggunaan baju dan celana panjang saat malam dapat melindungi tubuh dari

Page 102: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

84

gigitan nyamuk walaupun beberapa penelitian menghasilnya hasil yang tidak

signifikan.

B. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Komponen Lingkungan

1. Kondisi Saluran Penampungan Air Limbah

Nyamuk penular filariasis di Kabupaten Tangerang adalah vektor filariasis

daerah perkotaan di Provinsi Banten dan Jawa adalah Culex quinquefasciatus

(Kemenkes, 2011). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Astuti (2012) yang

menyatakan bahwa nyamuk yang berperan sebagai vektor filariasis di Kabupaten

Serang, Provinsi Banten adalah Cx. quinquefasciatus. Penelitian skala lebih kecil

oleh Dharma (2004) terkait fauna nyamuk untuk mendeteksi vektor filariasis di

Kabupaten Tangerang khususnya di Kacamatan Mauk ditemukan nyamuk Culini

seperti Cx. pseudovishnui, Cx. tritaeniorhynchus, dan Cx. quinuefasciatus.

Pembuangan air limbah melalui tempat-tempat penampungan air di

halaman rumah akan memberikan tempat bagi serangga seperti Cx.

quinquefasciatus. Jika kondisi tanah kurang dapat ditembus air, sementara

penggunaan air atau kepadatan rumah tinggi, metode pembuangan air limbah

yang memenuhi syarat mutlak diperlukan. Apabila genangan air limbah

tergenang, dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (Chandra, 2007).

World Health Organization (2013) juga menyatakan bahwa Cx.

quinquefasciatus berkembang pesat didaerah perkotaan yang memiliki drainase

dan sanitasi yang tidak memadai. Tempat perkembangbiakan perlu diketahui

Page 103: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

85

karena tempat perkembangbiakan merupakan tempat yang menjadi sumber vektor

baru untuk transmisi filariasis. Spesies nyamuk yang menyukai tempat permanen

adalah Anopheles, Culex, Mansinoa, spp., sedangkan Aedes menyukai tempat

sementara. Oleh karena itu, tempat perkembangbiakan yang permanen dapat

terlihat jelas oleh manusia (WHO,2013).

Di Kabupaten Tangerang, penderita yang memiliki kondisi Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) buruk sebesar 80%. Hal ini sesuai dengan

pernyataan pemegang program filariasis di Rajeg sejak 2005 hingga saat ini,

Lukman menyatakan bahwa saluran pembuangan air limbah dahulu buruk,

terutama di daerah Sukatani yang sampai sekarang masih buruk. Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) masyarakat mengandalkan kali atau sawah

terdekat untuk dialiri air limbah. Kubangan air limbah disekitar rumah juga kerap

ditemukan. Berdasarkan hal itu, masyarakat Kabupaten Tangerang memiliki

tempat potensial untuk perkembangbiakan Cx. quinquefasciatus. Kecenderungan

masyarakat di Kabupaten Tangerang tinggi untuk kontak dengan nyamuk penular

filariasis bila tidak segera memperbaharui kondisi SPAL.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memiliki hubungan

dengan kejadian filariasis menurut Santoso (2011), Mardiana (2011), dan

Pramono (2014) adalah tidak ada pembuangan saluran air limbah khusus. Santoso,

Mardiana, dan Pramono menjelaskan bahwa SPAL yang tidak memiliki saluran

limbah dan air limbahnya terbuka merupakan kondisi SPAL yang turut

mempengaruhi kejadian filariasis. Pernyataan mengenai ciri-ciri SPAL yang

buruk sama halnya dengan kondisi SPAL di Kabupaten Tangerang saat sebelum

penderita didiagnosis menderita filariasis.

Page 104: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

86

Kondisi pencemaran limbah cair domestik di Kabupaten Tangerang dapat

ditelusuri dari ulasan laporan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) 2008-2013 di Kabupaten Tangerang, beban pencemaran domestik atau

rumah tangga menunjukkan beban pencemaran limbah yang tinggi. Adanya

jamban akan mengurangi limbah cair domestik yang harus dibuang ke air

permukaan. Pengelolaan terhadap limbah cair domestik telah dilakukan

masyarakat, namun belum seluruh masyarakat di Kabupaten Tangerang dapat

memenuhi syarat. Berdasarkan pernyataan RPJMD Kabupaten Tangerang (2013)

yang menyatakan untuk mengurangi pembuangan air limbah ke air permukaan,

maka dibutuhkan jamban.

Hasil penelitian ini didukung oleh survei lapangan pemerintah Kabupaten

Tangerang terhadap pola pemakaian sarana pembuangan air limbah masyarakat

yang didapati sebagian besar pola pemakaian masih buruk. Masyarakat yang tidak

memakai ataupun tidak memiliki sarana sanitasi ditandai dengan pembuangan air

bekas cuci dibuang ke tanah sekitar pekarangan. Pola tersebut dijumpai di

Kecamatan Mauk, Sukadiri, Pakuhaji, Kemiri, Kronjo, Kresek, Sukatani. Pola lain

seperti sudah memakai sarana sanitasi sederhana hanya buangan kakus diarahkan

ke empang dan air bekas cuci dialirkan ke tanah kosong belakang rumah.

Ditemukan pula pola seperti sudah memakai sarana sanitasi modern tapi belum

buangan kakus dialirkan ke cubluk dan air bekas cuci dialirkan ke got depan

rumah menuju empang (Review RPJMD Kabupaten Tangerang, 2013).

Berdasarkan data tersebut, adanya SPAL di tengah masyarakat Kabupaten

Tangerang masih kurang, selain itu pola perilaku yang tidak memanfaatkan

saluran pembuangan air limbah menjadi pekerjaan yang tidak kalah penting untuk

Page 105: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

87

merubah perilaku masyarakat agar tertib menggunakan saluran pembuangan air

limbah. Apabila pencemaran limbah domestik terus meningkat dan tidak

dibarengi dengan pembuatan SPAL yang memadai dapat dipastikan tempat

perkembangbiakan nyamuk terutama Culex quinquefasciatus terus meningkat.

Selain itu, perbaikan kondisi SPAL yang buruk semakin diperlukan karena

jika dilihat dari kepadatan penduduk di Kabupaten Tangerang semakin meningkat

setiap tahunnya. Kepadatan penduduk tahun 2008 sebanyak 2615 menurut

Review RPJMD Kabupaten Tangerang (2013) dan tahun 2014 mencapai 3117,8

menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (2014). Agar

menciptakan kondisi lingkungan yang baik terutama untuk menekan tempat

perkembangbiakan nyamuk Cx. quinquefasciatus pemerintah setempat harus

mempertahatikan kondisi saluran buangan air limbah terutama di pemukiman.

Konstruksi drainase atau saluran pembuangan air memiliki dua jenis, yaitu

saluran terbuka dan saluran tertutup (Suhardjono, 1984). Saluran air yang terbuka

diperbolehkan untuk daerah yang memiliki area yang luas, sehingga tidak

membahayakan kesehatan maupun mengganggu lingkungan. Bagi daerah seperti

di tengah kota harus memiliki saluran tertutup karena umumnya dipakai untuk

aliran air kotor yang dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Berdasarkan

penjelasan Suhardjono (1984) mengenai konstruksi drainase yang sesuai,

Kabupaten Tangerang maupun kota lainnya harus memiliki saluran yang tertutup

supaya tidak mengganggu kesehatan lingkungan.

Pengelolaan air limbah rumah tangga yang paling sederhana menurut

Kementerian Negara Riset dan Teknologi (2000) yaitu dengan menggunakan pasir

Page 106: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

88

dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang

malayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk

menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat

stabil dalam bak pembusukan lumpur. Pada lokasi bak pembusukan lumpur,

lokasi tersebut menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan

dibuang.

Berdasarkan penjabaran mengenai pengaruh kondisi SPAL yang buruk

dengan kejadian filariasis, perbaikan kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dapat mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk. Beberapa referensi

mengenai pembuatan saluran limbah ataupun jumban guna mengurangi

pencemaran limbah rumah tangga mutlak harus dikerahkan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, baik penderita maupun masyarakat setempat harus bergotong

royong untuk mewujudkan dibangunnya SPAL yang baik.

2. Penggunaan Kawat Kasa

Kawat kasa yang dipasang pada bagian ventilasi berguna untuk mencegah

nyamuk masuk ke dalam rumah (Febrianto, 2008). Penggunaan kasa pada rumah

termasuk pengendalian nyamuk secara mekanik (Semberl, 2009). Kawat kasa

harus dipasang pada setiap lubang yang ada pada rumah. Jumlah lubang pada

kawat kasa yang dianggap optimal 14-16 per inci (2,5 cm). Bahannya bisa terbuat

dari alumunium hingga plastik (Yatim, 2007). Penelitian Jontari (2014) dan

Syuhada (2012) menyatakan bahwa tidak terpasangnya kawat kasa berhubungan

dengan kejadian filariasis.

Page 107: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

89

Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang terdapat 87,5% penderita yang

tidak memasang kawat kasa di rumahnya. Berdasarkan hasil wawancara

didapatkan bahwa saat mereka mengikuti Survei Darah Jari (SDJ), kondisi rumah

masih menggunakan bilik, sehingga hanya ada jendela dan pintu saja sebagai

lubang udara. Selain itu, ada penderita yang menyatakan alasan ekonomi, yaitu

memasang kawat kasa berarti mengeluarkan uang lebih besar lagi. Sesuai dengan

pernyataan Setiawan (2008) yang mengatakan bahwa tidak memasang kawat kasa

di rumah dapat dikarenakan alasan ekonomi.

Penelitian Jontari (2014) yang menyatakan bahwa tidak memasang kawat

kasa berhubungan dengan kejadian filariasis. Apabila dilihat dari kondisi

lingkungan antara rumah dengan tempat perkembangbiakan nyamuk maka

kelompok kasus memiliki persentase yang lebih besar dekat dengan rawa-rawa,

persawahan, dan perkebunan kelapa sawit. Maka dari itu, untuk menurunkan

tingkat populasi nyamuk yang masuk ke dalam rumah ventilasi harus ditutup.

Apabila dilihat rumah yang menggunakan kawat kasa dengan jarak sawah

200 meter dari rumah, maka sebagian besar rumah yang memiliki jarak dekat

dengan sawah sebesar 80,8% tidak menggunakan kawat kasa. Hal tersebut dapat

meningkatkan populasi nyamuk yang masuk ke dalam rumah. Oleh karena

nyamuk penular filariasis menurut Kementerian Kesehatan RI (2010) dapat

menggigit di dalam rumah, maka tidak memasang kasa ventilasi memiliki

kecenderungan yang tinggi untuk kontak dengan nyamuk penular filariasis di

dalam rumah.

Page 108: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

90

Berdasarkan uraian di atas, apabila kondisi rumah tidak dapat di

intervensi, maka proteksi diri harus ditingkatkan. Bagi penderita dan masyarakat

yang memiliki ventilasi dan tidak memiliki alasan ekonomi untuk memasang kasa

sebaiknya lubang ventilasi ditutup dengan kawat kasa.

3. Penggunaan Plafon

Kondisi Rumah Sehat Sederhana (RSS) di Indonesia salah satunya adalah

memiliki plafon atau langit-langit terbuat dari triplek (Chandra, 2007).

Pemasangan plafon memiliki risiko yang berbeda antara orang yang memasang

plafon dengan yang tidak memasang plafon terhadap kejadian filariasis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita tidak

memiliki plafon di rumahnya. Penderita yang tidak memasang plafon di rumahnya

sebesar 87,5%, sedangkan penderita yang memasang plafon di rumahnya sebesar

12,5%. Lebih lanjut lagi, hasil observasi terhadap kondisi plafon yang tidak

mengalami renovasi semenjak pederita didiagnosis menderita filariasis adalah

berup bilik atau anyaman dari bambu. Plafon tersebut tetap memiliki celah yang

memungkinkan nyamuk masuk ke dalam rumah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Juriastuti (2010), Kamaruddin (2013), dan

Iriati (2013) menyatakan bahwa tidak terpasangnya plafon pada rumah

berhubungan dengan kejadian filariasis. Masyarakat yang memiliki rumah tanpa

plafon meningkatkan kecenderungan untuk kontak dengan nyamuk penular

filariasis di dalam rumah.

Page 109: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

91

Apabila dilihat penggunaan plafon dengan jarak sawah 200 meter

sebagai tempat perindukan nyamuk, maka sebagian besar penderita yang tinggal

dekat dengan sawah tidak memasang plafon pada rumah yaitu 73,1%.

Pemasangan plafon merupakan antisipasi mengurangi intensitas nyamuk yang

masuk ke dalam rumah. Tidak menggunakan plafon pada rumah meningkatkan

kecenderungan seseorang untuk kontak dengan nyamuk penular lebih besar.

Bersarnya proporsi penderita yang tidak memiliki plafon di rumahnya

sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu. Juriastuti (2010) menyatakan bahwa

pemasangan plafon pada rumah merupakan faktor paling berisiko di Kelurahan

Jati Sampurna. Iriati (2013) juga menunjukkan bahwa konstruksi plafon juga

faktor risiko yang paling besar setelah keberadaan tanaman air di sekitar rumah

terhadap kejadian filariasis.

Berdasarkan hal tersebut, pemasangan plafon merupakan salah satu faktor risiko

yang memungkinkan seseorang lebih besar terkena gigitan nyamuk penular

filariasis. Oleh sebab itu, bagi penderita dan masyarakat yang tidak memiliki

alasan ekonomi untuk memasang plafon atau merenovasi agar plafon memiliki

kerapatan yang baik maka diharapkan untuk mewujudkannya. Bagi penderita dan

masyarakat yang memiliki alasalan ekonomi, proteksi diri seperti mengurangi

aktivitas di luar rumah saat malam, menggunakan baju dan celana panjang saat

malam, serta menggunakan obat antinyamuk agar lebih ditingkatkan.

Page 110: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

92

4. Keberadaan Barang Bergantung

Culex sering beristirahat disudut-sudut gelap kamar, tempat penampungan

air, dan gorong-gorong (WHO, 2013). Tempat istirahat nyamuk Cx.

quinquefasciatus biasanya di dalam rumah, seperti kolong tempat tidur, baju yang

digantung, dan tempat yang kotor dan gelap (Kemenkes RI, 2011). Sesuai dengan

penelitian Juriastuti (2010) dan Kamaruddin (2013), menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara keberadaan barang-barang bergantung di dalam rumah, terutama

di kamar berhubungan dengan kejadian filariasis.

Hasil penelitian di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa sebesar

90% penderita memiliki barang-barang bergantung di dalam rumah. Berdasarkan

hasil wawancara dengan penderita yang kerap menggantung dan menumpukkan

baju di kamar yaitu karena kondisi rumah penderita yang sempit merupakan

alasan penderita untuk menggantukan barang-barang berbahan kain, sehingga

memungkinkan gantungan tersebut menjadi tempat peristirahatan nyamuk.

Juriastuti (2010) dan Kamaruddin (2013) menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara keberadaan barang-barang bergantung di dalam rumah dengan

kejadian filariasis terutama di kamar. Sebagian besar kelompok kontrol pada

penelitian Juriastuti (2010) tidak memiliki barang bergantung di rumahnya yaitu

88,2%.

Penelitian Paiting (2012) menyatakan bahwa keberadaan barang

bergantung tidak bersiko dengan kejadian filariasis di Kabupaten Kepulauan

Yapen. Persentase kelompok kasus dan kontrol yang memiliki kebiasaan keluar

rumah saat malam hari lebih besar, sehingga masyarakat disana jarang berada di

Page 111: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

93

dalam rumah saat malam. sebagian besar kondisi lingkungan rumah masyarakat

kabupaten Yapen yang berpotensi sebagai breeding places yaitu adanya genangan

air, keberadaan hutan atau semak, dan keberadaan tumbuhan air. rumah yang

dekat dengan breeding places dan kebiasaan keluar rumah saat malam membuat

masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen memiliki kecenderungan yang besar

untuk kontak dengan nyamuk penular filariasis.

Oleh karena itu, bagi penderita dan masyarakat sekitar untuk mengurangi

keberadaan nyamuk di dalam rumah terutama di dalam kamar salah satunya

dengan merapikan barang-barang bergantung yang dimilikinya.

5. Keberadaan Sawah

Daerah endemis filariasis pada umumnya adalah daerah dataran rendah,

terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, dan rawa-rawa.

Lingkungan persawahan cocok sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk

filariasis karena air yang menggenang dan langsung berhubungan dengan tanah

(Depkes RI, 2005).

Sesuai dengan pernyataan Kementerian Kesehatan RI bahwa vektor

penular filariasis di Provinsi Banten adalah Cx. quinquefasciatus.

Perkembangbiakan nyamuk filariasis salah satunya pada air yang menggenang

dan berhubungan langsung dengan tanah. Lingkungan persawahan cocok sebagai

reservoir untuk nyamuk filariasis (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan survei fauna

nyamuk guna mengetahui nyamuk penular filariasis di Kecamatan Mauk,

Kabupaten Tangerang, tempat perindukan yang paling banyak ditemukan spesies

Page 112: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

94

nyamuk adalah di sawah. Spesies nyamuk tersebut adalah An. subpictus, An.

vagus, Cx. Bitaeniorrhyncus, dan Cx. tritaeriorhymchus (Ardias, 2012). Nyamuk

dapat terbang sejauh 200 meter dari tempat perkembangbiakannya (Achmadi,

2011). Bahkan untuk nyamuk penular filariasis dapat terbang mencapai 6

kilometer, tetapi biasanya 1,5 kilometer (Kemenkes RI, 2011).

Pada penelitian ini sebagian besar penderita yang memiliki jarak rumah

dengan sawah 200 meter sebesar 85%. Apabila dilihat dari karakteristik

pekerjaan yaitu sebagai petani dan buruh tani sebesar 56%, pedagang sebesar

10%, dan sisanya bukan pekerjaan yang berisiko. Berdasarkan hal tersebut,

pekerjaan bersiko memiliki kecenderungan yang tinggi untuk kontak dengan

nyamuk penular filariasis. Kemudian kondisi sekitar rumah yang memiliki jarak

dekat dengan tempat perindukan nyamuk, menambah kecenderungan yang besar

pula untuk kontak dengan nyamuk penular filariasis di rumah.

Tinggal dekat dengan persawahan berhubungan dengan kejadian filariasis

menurut penelitian Juriastuti (2010), dan Kamaruddin (2013). Kamaruddin (2013)

mengkategorikan jarak dekat antara rumah dengan sawah yaitu 100 meter,

hasilnya adalah orang yang disekitar rumahnya memiliki jarak 100 meter

berhubungan dengan kejadian filariasis. Juriastuti (2010) mengkategorikan jarak

dekat yaitu 200 meter, hasilnya adalah orang yang tinggal pada jarak 200

meter juga berhubungan dengan kejadian filariasis. Maka masyarakat yang tinggal

dekat dengan lokasi perkembangbiakan nyamuk memiliki kecenderungan lebih

besar terpapar nyamuk penular filariasis.

Page 113: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

95

Berbeda dengan penelitian Syuhada (2012) yang menyatakan tidak

terdapat hubungan antara keberadaan sawah dengan kejadian filariasis. Sebagian

besar kelompok kasus dan kontrol berada jauh dengan tempat perkembangbiakan,

yaitu 200 meter. Syuhada mengukur keberadaan vektor filariasis di dalam dan di

luar rumah. Hasil yang didapat oleh Syuhada mengenai keberadaan vektor

filariasis di dalam rumah memiliki hubungan dengan kejadian filariasis,

sedangkan keberadaan vektor di luar rumah tidak memiliki hubungan dengan

kejadian filariasis. Selain itu, pada lokasi tersebut rumah yang dekat dengan

penderita filariasis berhubungan dengan kejadian filariasis. Maka dari itu,

kecenderungan masyarakat terpapar nyamuk penular filariasis tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa penelitian menyatakan rumah dekat

dengan sawah memiliki hubungan dan ada yang tidak memiliki hubungan. Jika

didasarkan dengan tempat perkembangbiakan nyamuk penular maka sawah

merupakan breeding places yang baik. Oleh sebab itu, bagi penderita dan

masyarakat yang memiliki tempat tinggal dekat dengan sawah harus memiliki rasa

protektif terhadap gigitan nyamuk yang tinggi. Meningkatkan proteksi diri dan

memperbaiki kondisi lingkungan diharapkan dapat menurunkan penularan

filariasis.

Page 114: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tangerang

periode 2005-2015 terhadap kejadian filariasis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Host

Kejadian filariasis paling banyak terjadi pada penderita kelompok usia

36-45 tahun yaitu sebesar 43,3%. Jenis kelamin yang paling banyak

menderita filariasis yaitu laki-laki sebesar 60%. Pekerjaan yang

dimiliki penderita filariasis sebagian besar berisiko yaitu sebesar

66,7%. Penderita yang memiliki kebiasaan keluar rumah malam hari

yaitu sebesar 66,7%. Penderita yang tidak biasa menggunakan

kelambu yaitu sebesar 76,7%. Penderita yang tidak menggunakan obat

antinyamuk yaitu sebesar 60%. Penderita yang tidak menggunakan

baju dan celana panjang saat malam yaitu sebesar 63,3%.

2. Distribusi Kejadian Filariasis Berdasarkan Lingkungan

Kejadian filariasis paling banyak terjadi pada penderita yang

memiliki SPAL buruk yaitu sebesar 80%.Penderita yang tidak

menggunakan kawat kasa yaitu sebesar 86,7%.Penderita yang tidak

Page 115: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

97

menggunakan plafon yaitu sebesar 86,7%.Penderita yang memiliki

barang-barang bergantung di rumahnya yaitu sebesar 90%.Penderita

yang rumah dengan sawah memiliki jarak 200 meter yaitu sebesar

73,3%.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Lain

Penelitian terkait vektor utama menjadi hal yang penting untuk

dilakukan kedepannya. Diketahuinya vektor utama penular filariasis per

kecamatan, memudahkan untuk mengidentifikasi bionomik nyamuk.

Sehingga karakteristik nyamuk terkait tempat perkembangbiakan,

perilaku menghisap darah, dan kebiasaan beristirahat dapat diketahui.

Jika telah diketahui komponen di atas, pencegahan terhadap gigitan

nyamuk ataupun intervensi vektor secara kimia, biologi, dan mekanik

lebih tepat sasaran.

2.Bagi Puskesmas

a. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat terhadap

penyakit filariasis, sebab cara penularannya sering dianggap

biasa bagi masyarakat yaitu dengan gigitan nyamuk. Bagi

pekerja yang berisiko sering berada di luar rumah seperti

petani, pihak puskesmas dapat bekerja sama dengan penderita

Page 116: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

98

filariasis yaitu mendatangkan penderita yang memiliki

karakteristik sama dengan masyarakat agar menjelaskan

pentingnya menghindari diri dari gigitan nyamuk. Jika

masyarakat telah melihat dampaknya, diharapkan masyarakat

memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga diri mereka dari

gigitan nyamuk terutama saat senja hingga fajar.

b. Surveilans mengenai penderita filariasis dan surveilans vektor

penyakit untuk pengambil keputusan dan kebijakan agar tidak

terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dikemudian hari.

C. Bagi Masyarakat

a. Sebaiknya bagi masyarakat yang tinggal dalam lingkungan yang

memiliki rantai penularan filariasis harus meningkatkan proteksi

diri dari gigitan nyamuk. Proteksi diri yang dimaksud adalah

seperti variabel penelitian ini yaitu menggunakan kelambu saat

tidur, menggunakan baju dan celana panjang dari senja hingga

petang, serta menggunakan obat anti nyamuk. Dari ketiga cara

proteksi diri perlindungan dari gigitan nyamuk, sebagian besar

penderita tidak memiliki kebiasaan tersebut. Oleh karena itu

diharapkan bagi masyarakat untuk meningkatkan perlindungan diri

saat senjang hingga fajar dari gigitan nyamuk.

b. Masyarakat sebaiknya menghindari kebiasaan berada di luar

rumah saat malam. Apabila memiliki aktivitas yang mengharuskan

berkerja pada malam hari diluar rumah terutama bagi petani

diharapkan untuk selalu memproteksi diri dari gigitan nyamuk.

Page 117: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

99

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar. 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Ardias. 2012. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang

Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia, Vol. 11. No. 2.

Astuti, Endang. 2012. Kepadatan Nyamuk Kuningan dan Batukuwung

Tersangka Vektor Filariasis di Desa Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Desa

Jalaksana Kabupaten dan Kabupaten Serang. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 11.

No. 4.

Center for Health Research and Development. 2008.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Lymphatic

Filariasis: Epidemiology and Risk Factors. Diakses pada 05 Mei 2015, dari

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/epi.html

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:

EGC.

Chow. 1959. The Vector Of Filariasis In Djakarta and Its Bionomics. Bull.

World Health Organization.

Depkes RI. 2008. Pedoman Program Eliminasi Filariasis. Jakarta: Ditjen

PP dan PL Depkes RI.

Depkes RI. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis.

Jakarta: Ditjen PP dan PL Depkes RI.

Dharma. 2004. Survei Nyamuk di Desa Marga Mulya, Kecamatan Mauk,

Tangerang. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol 23. No. 2.

Dinkes Banten. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Banten. Serang:

Dinas Kesehatan Banten.

Dinkes Banten. 2012. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Banten. Serang:

Dinas Kesehatan Banten.

Dinkes Kabupaten Tangerang. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten

Tangerang. Tangerang: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Dirjen Cipta Karya. Rumah dan Lingkungan Perumahan Sehat. Jakarta:

Departemen Pekerjaan Umum.

Page 118: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

100

Elytha. 2014. Transmission Assessment Survey sebagai salah satu langkah

penentuan Eliminasi Filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Vol. 8. No.

2.

Febrianto. 2008. Faktor Risiko Filariasis di Desa Samborejo, Kecamatan

Tirto, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.

http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/360208pdf/bagus.pdf.

Diakses pada 5 Juni 2015.

Gandahusada, Sri. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru.

Garjito, Triwibowo. 2013. Filariasis dan Beberapa Faktor yang

Berhubungan dengan Penularannya di Desa Pangku-Tolole, Kecamatan

Ampibabo, Kabupaten Parigi-Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Vektora

Volume V No. 2.

Githeko, A. 2000. Climate Change and Vector Borne Disease: A Regional

Analysis. World Health Organization (WHO).

Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) Bidang Kesehatan.

2010. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional.

Irianti. 2013. Faktor-faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Mikrofilari

Positif dan Filariasis di Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten Asahan

tahun 2013. Thesis; Universitas Sumatera Utara.

Jontari, Hutagalung. 2014. Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit

Lymhatic Filariasis di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat 2010. OSIR

Volume 7, page 9-15.

Juriastuti, Puji. 2010. Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kelurahan Jati

Sampurna. Makara Kesehatan Volume 14, Nomor 1.

Kamaruddin. 2013. Hubungan Karakteristik Penderita dan Sanitasi Rumah

Serta Lingkungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Pidie. Tesis. Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2005. Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

Kemenkes RI. 2010. Epidemiologi Filariasis di Indonesia. Jakarta: Pusat

Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2011. Atlas Vektor Penyakit di Indonesia Seri 1. Jakarta:

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit.

Page 119: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

101

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2000. Saluran Pembuangan Air

Limbah.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

158.MENKES/SK/XI/2005: Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki

Gajah).

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2013. Laporan Kasus Filariasis

Kabupaten Tangerang.

Lebl. 2013. Predicting Culex pipiens/restuans Population Dynamics by

Interval LaggedWeather Data. Research.Lebl et al. Parasites & Vectors.

Mardiana. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Filariasis di

Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 10. No. 2.

Nasrin. 2008. Faktor-faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan

dengan Kejadian Filariasis di Bangka Barat. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol.

12. No. 1.

Paiting, Yulius. 2012. Faktor Lingkungan dan Kebiasaan Penduduk

Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Distrik Windesi Kabupaten

Kepulauan Yapen Provinsi Papua.

Pramono. 2014. Analisis Filariasis dengan Zero Inflated Poisson (ZIP)

Regression Approach. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17. No. 1.

Ramadhani, Tri. 2009. Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex

quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota

Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Aspirator Volume 4, No. 1.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2008-2013 di

Kabupaten Tangerang. 2013.

Riftiana, Nola. 2010. Hubungan Sosiodemografi dengan Kejadian

Filariasis di Kabupaten Pekalongan. KESMAS Volume 4, Nomor 1.

Santoso. 2010. Kepatuhan Masyarakat Trhadap Pengobatan Massal

Filariasis di Kabupaten Belitung Timur 2008. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol.

38. N0. 4.

Semberl. 2009. Progress Report 2000-2009 and Strategic Plan 2010 of

Filariasis. WHO Publication.

Setiawan, Budi. 2008. Pidemiologi Filariasis Limfatik di Kecamatan Kota

Bekasi. Buletin Spirakel.

Page 120: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

102

Sholichah. 2009. Ancaman dari Nyamuk Culex quinquefasciatus sp. yang

Terabaikan. Balaba.

Soepardi, Jane. 2010. Jendela Epidemiologi: Filariasis di Indonesia.

Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI.

Suhardjono. 1984. A Neglected Parasitic Disease. Scielo Journal.

Supali. 2002. High Prevalence of Brugia Timori Infection in The Highland

of Alor Island, Indonesia. PubMed Central.

Susanto. 2011. Risiko Kejadian Filariasis pada Masyarakat dengan Akses

Pelayanan Kesehatan yang Sulit. Jurnal Pembangunan Manusia Volume 5, Nomor

2.

Syuhada, Yudi. 2012. Studi Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku

Masyarakat sebagai Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kecamatan Buaran dan

Tirto Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Volume 11,

Nomor 1.

Timmreck, Thomas. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC.

Uloli. 2008. Faktor-faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kabupaten

Bonebolango. Jurnal Berita Kedokeran.

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada.

WHO. 2013. Lymphatic Filariasis: Practical Entomology. Italy: World

Health Organization.

WHO. 2015. Lymphatic Filariasis. Diakses pada 05 Mei 2015, dari

http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/en/

Windiastuti, Ike. 2013. Hubungan Kondisi ingkungan Rumah, Sosial

Ekonomi, dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan

Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia

Volume 12, Nomor 1.

Yatim. 2007. Karakteristik Lingkungan Fisik, Biologi, dan Sosial Penyakit

Akibat Nyamuk. Jurnal Litbang Depkes RI.

Yin, Robert. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Page 121: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

LAMPIRAN

Page 122: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Lampiran 1

Faktor Lingkungan Kejadian Filariasis di, Kabupaten Tangerang

Assalamu’alaikum wr. wb.

SayaPutri Widiastuti, mahasiswa semester 8 PeminatanKesehatan

Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian “Faktor

Lingkungan Terhadap Kejadian Filariasis di Kabupaten Tangerang 2015”.

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik

penderita filariasis di Kabupaten Tangerang 2015. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi penderita filariasis maupun masyarakat terkait dengan

informasi karakteristik penderita filariasis. Selain itu, masyarakat dapat

menyebarkan informasi yang di dapat kepada masyarakat lain, sehingga

meningkatkan kualitas masyarakat terhadap pencegahan penyakit filariasis.

Dengan demikian, peneliti berharap kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini dengan memberikan informasi terkait kebiasaan

yang berisiko mengalami multi gigitan nyamuk dan kondisi lingkungan melalui

kuesioner. Bapak/Ibu/Saudara/i berhak untuk menerima atau menolak

keikutsertaan dalam penelitian ini. Selain itu, Bapak/Ibu/Saudara/i dapat

memastikan bahwa informasi yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i berikan terjamin

kerahasiaannya dan Bapak/Ibu/Saudara/i berhak untuk mengakses hasil dari

penelitian ini dengan menghubungi No. Telepon (085710839442).

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Dengan ini, saya BERSEDIA ikut serta dalam penelitian ini.

Jakarta, ....../........................... 2015

Peneliti

Putri Widiastuti

Informan

.........................................

Page 123: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Faktor Lingkungan Kejadian Filariasis di Kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang

1) Responden mengisi jawaban pada lembar kuesioner yang sesuai dengan

keadaan diri sendiri sebelum didiagnosis terkena filariasis oleh dokter.

Jawaban yang sesuai dapat disilang salah satunya.

2) Apabila anda menjawab “tidak” dan ada di bawah pertanyaan tersebut ada

instruksi “Jika tidak, lanjut kepertanyaan B. Kebiasaan Menggunakan

Kelambu”, maka pertanyaan yang harus di jawab selanjutnya adalah

bagian B nomor 1.

Page 124: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Kuesioner

Faktor Lingkungan Kejadian Filariasis di Kabupaten Tangerang

Pertanyaan (Diisi oleh responden) Diisi

peneliti

A. Kebiasaan Keluar Rumah

1. Apakah anda memiliki kegiatan diluar rumah pada malam hari?

a. Ya b. Tidak

2. Apa aktivitas yang dilakukan anda ketika keluar rumah pada

malam hari?

a. Keperluan pekerjaan

b. Bukan keperluan pekerjaan

3. Pada jam berapa anda melakukan kegiatan di luar rumah?

a. 20.00-21.00

b. 21.00-22.00

c. 24.00-01.00

d. 02.00-03.00

Jika tidak, lanjut kepertanyaan B. Kebiasaan Menggunakan Kelambu

Page 125: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

B. Kebiasaan menggunakan kelambu

1. Apakah anda menggunakan kelambu/tirai berbentuk jaring-jaring

saat tidur?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah terdapat lubang/celah/robekan pada kelambu/tirai

berbentuk jaring-jaringyang menungkinkan nyamuk masuk?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda memastikan tidak ada nyamuk di dalam

kelambu/tirai berbentuk jaring-jaring sebelum tidur?

a. Ya b. Tidak

4. Jika dalam seminggu (7 hari), berapa kali anda menggunakan

kelambu/tirai berbentuk jaring-jaring sebelum tidur?

......................kali

C. Kebiasaan menggunakan obat antinyamuk

1. Apakah anda menggunakan obat pembasmi nyamuk di rumah

terutama pada sore dan malam hari?

a. Ya b. Tidak

2. Jika dalam seminggu (7 hari), berapa kali anda menggunakan obat

anti nyamuk?

......................kali

D. Kebiasaan menggunakan baju atau celana panjang

1. Apakah anda menggunakan baju dan celana yang dapat menutupi

seluruh tangan dan kaki hingga telapak tangan dan kaki saja yang

terlihat saat malam hari?

a. Ya b. Tidak

Jika tidak, lanjut kepertanyaan C. Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk

Jika tidak, lanjut kepertanyaan D. Kebiasaan Menggunakan Baju dan Celana Panjang

Page 126: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

E. Penggunaan kawat kassa

1. Apakah di rumah anda di pasang kawat kassa/kawat

nyamuk/penutup lubang angin berbentuk jaring-jaring?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah terdapat robekan pada kawat kassa/kawat

nyamuk/penutup lubang angin berbentuk jaring-jaring yang

memungkinkan nyamuk masuk?

a. Ya b. Tidak

F. Keberadaan Sawah

1. Apakah rumah anda dekat dengan sawah?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda beraktivitas di dekat sawah saat sore atau malam

hari?

a. Ya b. Tidak

G. Kondisi plafon rumah

1. Apakah di rumah anda memiliki plafon/penutup antara genting

dengan ruangan dalam?

a. Ya b. Tidak

2. Bagaimana kondisi plafon/penutup antara genting dengan ruangan

di rumah anda?

a. Baik b. Buruk

Jika tidak, lanjut kepertanyaan F. Keberadaan Sawah

Jika tidak, lanjut kepertanyaan G. Kondisi Dinding Rumah

Page 127: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

H. Keberadaan barang-barang bergantung dalam rumah

1. Apakah anda memiliki baju atau kainyang digantung di dalam

rumah terutama dalam kamar?

a. Ya b. Tidak

Pedoman Wawancara dan Lembar Observasi

Faktor Lingkungan Kejadian Filariasis di Kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang

Pedoman Wawancara

1. Mengapa rumah anda terdapat tumpukan barang yang mendukung keberadaan

nyamuk?

2. Mengapa anda tidak melakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk?

Page 128: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Lembar Observasi

No Variabel Hasil Pengamatan Keterangan

1 Kondisi SPAL

a) Kondisi tempat

penampungan limbah

atau selokan di

lingkungan rumah

a. Terbuka

b. Tertutup

c. Tanpa saluran

b) Jenis tempat

penampungan air

limbah a

a. Penampungan

tertutup di halaman

rumah

b. Penampungan

terbuka di halaman

rumah

c. Penampungan di luar

pekarangan

d. Tanpa penampungan

khusus

e. Langsung ke

got/sungai

Page 129: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

2 Plafon Rumah

Keberadaan plafon

a. Ada

b. Tidak

Kondisi Plafon

a. Plafon tertutup rapat

tanpa ada lubang

yang memungkinkan

nyamuk masuk

b. Terdapat lubang

pada plafon yang

memungkinkan

nyamuk masuk

3 Dinding Rumah

a) Bahan pembuat

dinding

a. Material kayu

b. Anyaman bambu

c. Papan / triplek

d. Beton

b) Kondisi dinding

a. Dinding tidak

memiliki celah yang

memungkinkan

nyamuk masuk

b. Dinding memiliki

celah yang

memungkinkan

nyamuk masuk

Page 130: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

4 Kassa

Kondisi Kassa

a. Tidak memiliki celah

yang memungkinkan

nyamuk masuk

b. Memiliki celah yang

memungkinkan

nyamuk masuk

5 Barang bergantung

Keberadaan barang

bergantung

a. Ada gantungan

baju/kain yang

menjadi tempat

istirahat nyamuk

b. Tidak ada gantungan

baju/kain yang

menjadi tempat

istirahat nyamuk

Lembar Pengukuran

Faktor Lingkungan Kejadian Filariasis di Kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang

1 Sawah

Jarak rumah anda dengan

sawah?

a. ≤200 meter

b. >200 meter

Page 131: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Lampiran 2

HASIL SPSS

1. Umur

2. Jenis Kelamin

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 18 60.0 60.0 60.0

perempuan 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

3. Pekerjaan

jenis_pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid berisiko 20 66.7 66.7 66.7

tidak berisiko 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

umur_hasil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 26-35 5 16.7 16.7 16.7

36-45 13 43.3 43.3 60.0

46-55 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 132: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Pekerjaan*Jenis Kelamin

jenis_kelamin * jenis_pekerjaan Crosstabulation

jenis_pekerjaan

Total

berisiko tidak berisiko

jenis_kelamin laki-laki Count 12 6 18

% within jenis_pekerjaan 60.0% 60.0% 60.0%

perempuan Count 8 4 12

% within jenis_pekerjaan 40.0% 40.0% 40.0%

Total Count 20 10 30

% within jenis_pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0%

4. Keluar Rumah Pada Malam Hari

a1_keluar_mlm

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 20 66.7 66.7 66.7

Tidak 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

5. Penggunaan Kelambu

b1_kelambu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 7 23.3 23.3 23.3

Tidak 23 76.7 76.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 133: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

6. Penggunaan Obat Nyamuk

c1_obt.pmbsm.nymk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 12 40.0 40.0 40.0

Tidak 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Penggunaan Obat Anti Nyamuk*Jenis Pekerjaan

jenis_pekerjaan * c1_obt.pmbsm.nymk Crosstabulation

c1_obt.pmbsm.nymk

Total

Menggunakan Tidak Menggkn

jenis_pekerjaan berisiko Count 7 13 20

% within c1_obt.pmbsm.nymk 58.3% 72.2% 66.7%

tidak berisiko Count 5 5 10

% within c1_obt.pmbsm.nymk 41.7% 27.8% 33.3%

Total Count 12 18 30

% within c1_obt.pmbsm.nymk 100.0% 100.0% 100.0%

7. Penggunaan Baju dan Celana Panjang

d1_baju.cln.pjg

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 11 36.7 36.7 36.7

Tidak 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 134: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Penggunaan Baju dan Celana Panjang*Pekerjaan Berisiko

jenis_pekerjaan * d1_baju.cln.pjg Crosstabulation

d1_baju.cln.pjg

Total

Ya Tidak

jenis_pekerjaan berisiko Count 8 12 20

% within d1_baju.cln.pjg 72.7% 63.2% 66.7%

tidak berisiko Count 3 7 10

% within d1_baju.cln.pjg 27.3% 36.8% 33.3%

Total Count 11 19 30

% within d1_baju.cln.pjg 100.0% 100.0% 100.0%

8. Kondisi SPAL

SPAL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 6 20.0 20.0 20.0

buruk 24 80.0 80.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

9. Penggunaan Kawat Kasa

e1_kwt.kasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pakai 4 13.3 13.3 13.3

Tidak 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 135: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

10. Penggunaan Plafon

h1_plafon

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pakai 4 13.3 13.3 13.3

Tidak Pakai 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

11. Keberadaaan Barang Bergantung

i1_barang.brgntng

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ada 27 90.0 90.0 90.0

Tidak 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

12. Jarak Sawah dengan Rumah

jarak.sawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=200 22 73.3 73.3 73.3

>200 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 136: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Lampiran 3

Hasil Observasi

1. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

Gambar di bawah ini merupakan gambar yang digunakan penulis

untuk mendeskripsikan kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah disekitar

penderita yang belum berubah dari sebelum penderita didiagnosis filariasis

oleh dokter hingga tahun penelitian ini..

( 1) (2) (3) (4)

Gambar 1 dan 2 merupakan kondisi saluran pembuangan air

limbah terbuka disekitar rumah penderita. Saluran air limbah tersebut

merupakan cabang dari aliran air kali yang menyempit dan mengalir di

tengah-tengah rumah masyarakat. Masyarakat setempat memanfaatkan

aliran air tersebut untuk membuang air limbah rumah tangga maupun

untuk Buang Air Besar (BAB). Penulis kerap menemukan cubluk yang

dipasang disekitar aliran air tersebut. Hal tersebut menyebabkan kondisi

air kali yang menggenang disekitar rumah penderita menjadi keruh dan

Page 137: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi
Page 138: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi
Page 139: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Pertanyaan No Jawaban

Apa yang membuat

rumah anda atau

lingkungan anda

masih terdapat

barang-barang yang

menggantung,

kondisi selokan

yang buruk, dan

tidak memasang

kawat nyamuk ?

1 “Rumah mah dibersihin, tapi kalo baju yang abis dipake masih

bersih digantung-gantungin aja. Kalo ga muat ditumpuk

dikasur, ya digantung juga.” (UD, RJK)

2 “Anak saya semuanya laki-laki kan. Udah aja gitu baju

digantungin, anduk segala macem.”

3 “Ya suka atuh. Biasa kita mah gantung-gantung. Iya.. kaya

baju, anduk, mukena. Suka kita mah.”

4 “Ada gantungan. Dikamar kaya baju-baju. Di belakang anduk-

anduk, bajunya si bapak dari kerja gitu..”

5 “Hmm digantungin dilemari. Kalo diluar-luar gitu engga ibu

mah.”

6 “Cantolan baju dikamar? Dari dulu kayanya pasti adalah

cantolan baju di kamar-kamar.”

7 “Jaman dulu rumah masih jarang, yang perumahan-perumahan

disono tuh masih sawah, masih hutan lah. Belom ada got.

Ketanah aja gitu. Paling air bekas mandi doang, sama nyuci

juga jarang. (OM, KR)

8 “Saya air limbah ke depan situ.. ya terbukalah. Hmm ada

genangan. Harus disogok airnya, kesumbat lumpur, sampah.”.

(AR, ST)

9 “Ada tuh didepan got, tapi suka gak ngalir. Kalo air lancar

biasanya pas ujan, pas kali juga lancar. Kalo engga ya, gak

ngalir kaya gitu tuh. Mana ada cubluk juga kan, jadi kadang

gimana juga pas air ga ngalir.”

10 “Gak mampet sih. Ya tapi gak lancar juga. Kadang airnya suka

diem. Itu gegara sampah kaya plastik segala macem banyak tuh

digot. Jadi ngalirnya dikit-dikit. Tapi gak sampe mampet bikin

banjir.” (RM, CK)

11 “Itu dibuang ke depan rumah, depan rumah kan got dari kali

yang disono ujungnya. Biasa aja sih ya lancar aja.”

12 “Engga, engga pake kawat nyamuk. Dulu kan masih bilik.”

13 “Rumah ibu dulu gak pake kawat nyamuk neng. Sekarang pake,

soalnya sekarang depan rumah ibu jadi jalanan. Udah atuh

debu-debu pada masuk, makanya ditutup sekarang.”

14 “Dulu yah.. gak dipakein kawat nyamuk.”

15 “Gak ada tuh, liat aja. Gak pake kawat nyamuk. Dari dulu mah

gak pake kawat nyamuk.”

16 “Itu tuh liat aja.. dari dulu saya pake.”

17 “Engga.. neng. Begini aja kondisinya. Iya, gak pake kawat

nyamuk.”

18 “dari dulu gak pake.. iya atuh beli lagi kan pake pake kawat

kasa.”

Page 140: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi

Pertanyaan No Jawaban

Apa yang membuat anda tidak

melakukan upaya pencegahan

gigitan nyamuk seperti tidak

menggunakan kelambu, pakai

obat anti nyamuk saat sore dan

malam, memakai baju dan

celana panjang?

1 “ibu gak punya kelambu...”

2 “boro-boro neng pake kelambu. Mana tau ya kalo

digigit nyamuk itu bisa kaya gini. Kalo sekarang

mah pake kelambu, tapi kadang-kadang juga sih.

Dulu.. saya ga pernah pake kelambu. Kayanya

dulu mah gerah pake kelambu.. Makanya saya

kalo malem suka keluar.” (UD, RJK)

3 “gak punya kelambu saya mah. Dari dulu saya

kalo tidur udah pake baju sama celana panjang

terus selimutan lagi.”

4 “saya gak pake kelambu soalnya emang gak

punya, jadi gak pake.”

5 “kenapa ya, gak kenapa-kenapa sih.. saya emang

gak pake kelambu.”

6 “pake saya kelambu, tapi ya gitu jarang. Kalo

udah capek males banget masangnya.”

7 “yaa cuek aja, biasa kalo digigit nyamuk. Dulu

kan masih sepi suka kerusukan gitu kan. Biasa,

jadi dianggepnya biasa. Ga perhatiin kesitu. Kalo

memang tau kalo kaya sekarang ya, wah kita

digigit nyamuk nih. Kita pake obat kalo sekarang.

Ya kan? Pake sofel gitu kan?” (UD, KR)

8 “ohh.. pas belom kena itu? Kalo malem saya sama

anak-anak udah aja di dalem rumah. Pake baju

biasa. Pake begini, daster.. hahaha”

9 “Kalo di sawah neng, lagi panen bisa sampe pagi

di sawah. Sawah jadi rame banget. Biasa pake

celana panjang, kaos biasa. Tapi kadang dicopot

kalo gerah.”

10 “Saya dulu kalo maen cuma pake baju biasa,

lengen pendek, celana ya biasa pendek, kadang

pake sarung. Ya gitu baju malem-malem yang

sering saya pake. Saya sama temen-temen padahal

pake baju sama gitu, maen bareng, tidur di deket

sawah bareng, di kebon bareng, tapi saya yang

kena filariasis. Lagian dulu juga baju adanya itu-

itu aja..” (UD, RJK)

Page 141: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi
Page 142: KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA ......Putri Widiastuti, NIM: 1111101000114 KARAKTERISTIK HOST DAN LINGKUNGAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 xvi