karakteristik metode pembelajaran abstrak nama : muhammad idham kholid nim : 109011000163 fak/jur :...

95
KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN CERITA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-QASHASH AYAT 76-81 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Muhammad Idham Khalid NIM 109011000163 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: trinhkhue

Post on 27-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN CERITA DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-QASHASH AYAT 76-81

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh Muhammad Idham Khalid

NIM 109011000163

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014

Page 2: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode
Page 3: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode
Page 4: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode
Page 5: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode
Page 6: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

ABSTRAK

Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-

Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 76-81” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimanakah karakteristik metode pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an, khususnya surat Al-Qashash ayat 76-81. Berawal dari kekhawatiran penulis akan semakin minimnya anak-anak di sekolah yang mengetahui dan mendapatkan cerita-cerita yang baik dari guru-guru mereka di sekolah. Maksud cerita yang baik di sini ialah cerita-cerita yang bersumber dari Al-Qur’an. Al-Qur’an sudah mencontohkan bagaimana bercerita yang baik, yang dapat membawa pesan dan pelajaran di setiap ceritanya, tidak hanya sebagai hiburan semata. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menelusuri data-data kepustakaan (library research) dengan mengacu pada pendapat para ahli tafsir, ahli pendidikan dan ahli sastra yang tertuang dalam buku-buku, artikel, dan dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitis. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah penafsiran ayat dengan menggunakan metode tafsir tahlili (analisis), yakni metode menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan, dengan memperhatikan urutan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana dalam mushaf, serta menerangkan makna-makna yang tercakup sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa ciri khas Al-Qur’an dalam bercerita khususnya Surat Al-Qashash ayat 76-81 ialah tidak bertele-tele, singkat tetapi jelas dan mengena. Selalu mengandung hikmah dari setiap cerita yang diceritakan dan menekankan kepada kebenaran serta ada pesan yang disampaikan di tengah dan akhir cerita, sehingga cerita ini bukan hanya sekadar media hiburan seperti kebanyakan cerita sastra, melainkan sebagai metode pembelajaran yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan.

Page 7: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabb al-alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT. Yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam tak lupa kita curahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi berjudul “Karakeristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-Qur’an

Surat Al-Qashash Ayat 76-81” ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari sumbangsih berbagai pihak yang

telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu,

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak M. Ma’ruf dan Ibu Himmatin yang telah

membesarkan, merawat, mendidik, dan memberi dukungan kepada

penulis. Serta adik-adik tercinta Muhammad Ainul Yaqin, Novia Nur

Adilla, dan Muhammad Zakhrof Albi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. beserta para

pembantu dekan dan segenap jajarannya.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr. Abdul Majid Khon,

M.Ag. dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Marhamah

Saleh, Lc., MA.

4. Dosen penasihat akademik penulis, Ibu Dra. Raudhah, M.Pd. atas

bimbingan yang selama ini telah diberikan.

5. Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak M. Sholeh Hasan, Lc., MA.

yang telah memberikan saran dan arahan dalam penulisan skripsi

6. Seluruh dosen dan staf jurusan PAI.

7. Teman-teman mahasiswa PAI, khususnya kelas D angkatan 2009 atas

pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan selama

kuliah bersama.

Page 8: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

8. Teman-teman dan senior-senior di HIQMA (Himpunan Qori dan Qoriah

Mahasiswa) UIN Jakarta yang penulis anggap sudah sebagai guru, yang

telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman berharga yang tidak

penulis dapatkan di tempat lain.

9. Segenap petugas perpustakaan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) yang mana

penulis banyak mengambil referensi dari sana.

10. Guru-guru di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta yang terus

mensupport penulis untuk menyelesaikan studinya sambil mengajar di

Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta.

11. Teman-teman santri Ponpes Baitul Qurro’ tempat penulis tinggal dan

belajar yang selalu mendoakan dan menyemangati.

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan informasi,

yang bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dan partisipasi dari semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan

pahala dari Allah SWT.

Jakarta, 22 April 2014

Penulis,

Muhammad Idham Khalid

Page 9: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 7

D. Perumusan Masalah .............................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Metode Pembelajaran ............................................................................ 9

B. Cerita .................................................................................................... 10

1. Pengertian Cerita ................................................................................... 10

2. Macam-Macam Cerita ............................................................................ 11

a. Dari Ciri-Cirinya ................................................................................ 11

1. Cerita Lama ................................................................................. 11

2. Cerita Baru ................................................................................... 13

b. Dari Segi Volumenya ....................................................................... 13

1. Cerita Pendek ............................................................................... 13

2. Cerita yang Lebih Panjang ............................................................ 13

3. Cerita Panjang .............................................................................. 13

3. Karakteristik Umum Cerita ................................................................... 14

Sembilan Ciri Umum Sastra ................................................................. 14

Unsur-Unsur yang Ada dalam Cerita ..................................................... 14

a. Peristiwa ........................................................................................... 15

b. Pelaku ............................................................................................. 15

c. Waktu dan Tempat .......................................................................... 16

d. Gaya Bahasa dan Dialog .................................................................. 17

e. Gagasan Pikiran atau Tujuan ............................................................ 17

Page 10: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

C. Cerita dalam Al-Qur’an ........................................................................ 18

1. Macam-Macam Cerita dalam Al-Qur’an .............................................. 18

a. Ditinjau dari Segi Waktu ................................................................. 19

b. Ditinjau dari Segi Materi ................................................................. 19

2. Tujuan Cerita dalam Al-Qur’an ........................................................... 20

3. Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-Qur’an .................. 25

a. Gaya Penyampaiannya Berbeda dengan Cerita Sastra ......................... 26

b. Penyampaian Pesan dalam Cerita ..................................................... 27

c. Pengulangan Cerita ......................................................................... 29

d. Episode Kemunculan Tokoh Utama ................................................. 32

1. Dari Awal Kelahiran ................................................................... 32

2. Dari Masa Kanak-Kanak ............................................................. 32

3. Sudah Dewasa atau Masa Kenabian ............................................ 33

e. Panjang Pendek Cerita ..................................................................... 33

1. Cerita yang Disebutkan Panjang Lebar ......................................... 33

2. Cerita yang Perinciannya Sedang ................................................. 34

3. Cerita yang Disebutkan Singkat ................................................... 35

4. Cerita yang Disebutkan Sangat Singkat ........................................ 35

f. Bentuk Dialog dalam Bercerita ........................................................ 36

D. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian .................................................................. 38 B. Sumber Data ......................................................................................... 38

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 39

D. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39

E. Teknik Penulisan .................................................................................. 39

Page 11: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

BAB IV METODE PEMBELAJARAN CERITA DALAM AL-

QUR’AN SURAT AL-QASHASH AYAT 76-81 A. Penafsiran Secara Ringkas ..................................................................... 41

B. Berbeda dengan Cerita Sastra ................................................................ 45

1. Ada Niat dari Pengarangnya Untuk Menciptakan Karya Sastra ............... 45

2. Hasil Proses Kreatif ............................................................................... 46

3. Diciptakan Bukan Semata-Mata Untuk Tujuan Praktis dan Pragmatis .... 46

4. Bentuk dan Gaya yang Khas .................................................................. 47

5. Bahasa yang Digunakan Khas ............................................................... 47

6. Mempunyai Logika Tersendiri, Mencakup Isi dan Bentuk ..................... 48

7. Merupakaan Rekaan .............................................................................. 49

8. Mempunyai Nilai Keindahan Tersendiri ............................................... 50

9. Nama yang Diberikan Masyarakat Kepada Hasil Tertentu ..................... 52

C. Unsur-Unsur Cerita dalam Al-Qur’an .................................................... 52

1. Pelaku ................................................................................................... 53

2. Peristiwa .............................................................................................. 54

3. Percakapan ........................................................................................... 57

D. Hilangnya Unsur Waktu dan Tempat dalam Cerita Qarun ..................... 58

E. Penyampaian Pesan dalam Cerita .......................................................... 60

F. Pengulangan Cerita ............................................................................... 62

G. Episode Kemunculan Tokoh ................................................................ 64

H. Panjang Pendek Cerita .......................................................................... 66

I. Gaya Bercerita yang Baik ..................................................................... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 70 B. Saran ................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 72

Page 12: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan, di samping potensi subjek didik cukup baik, kondisi

lingkungan belajar mengajar seyogyanya menunjang agar dapat menjamin

keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus kreatif mencari

metode dan media yang sesuai dengan kondisi perkembangan belajar anak.1

Keberhasilan proses belajar mengajar kiranya akan sulit dicapai apabila guru

hanya menjelaskan atau memberikan ceramah secara panjang lebar materi itu.

Guru yang kreatif memiliki kemampuan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada

peserta didiknya secara kreatif, sehingga peserta didik menggemari ilmu

pengetahuan yang diajarkan kepadanya dan membuat peserta didik dapat berfikir

secara kreatif pula.2

Selanjutnya dalam keterkaitan dengan pendidikan pada umumnya atau

pendidikan agama Islam, metode sangat penting. Metode berperan sebagai jalan

untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang, sehingga terlibat

dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islam. Selain itu metode dapat pula

membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan

ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.3

Cerita sebagai suatu metode pendidikan memang mempunyai daya tarik yang

menyentuh perasaan. Bercerita atau mendongeng adalah aktivitas pendidikan yang

dilakukan oleh siapa saja dan dari bangsa serta agama mana saja. Tidak ada yang

tidak menggemari dongeng atau cerita. Kelompok yang paling suka tentu saja

adalah anak-anak. Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana cerianya mereka

ketika mendengarkan dongeng atau cerita dan mereka selalu mengharapkan ibu

1 Ari Wahyudi. Model Pembelajaran Berbasis Komik Untuk Mencapai Ranah Afektif

Pada Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan), Vol. 16 Edisi Khusus I, Juni 2010. h. 43-44.

2Herry Widyastono. Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik Dalam Pembelajaran. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan), Vol. 15. November 2009. h. 1020.

3 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 91-92.

Page 13: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

2

bapaknya meluangkan waktu untuk menceritakan dongeng kepada mereka. Cerita

atau dongeng adalah salah satu sarana untuk membangun karakter anak didik,

karena bercerita mirip dengan memberikan contoh nyata dalam imajinasi anak.

Efek dari cerita ini memang sangat hebat, karena sebetulnya melalui cerita mereka

sedang dihujani nasihat demi nasihat, pesan demi pesan dan dorongan-dorongan

motivasi.4

Dalam suatu penelitian, dilaporkan bahwa ada peningkatan perkembangan

intelektual dan kematangan terhadap bayi pralahir akibat pengaruh pembacaan

cerita. Seorang peneliti meminta muridnya yang sedang hamil untuk membacakan

cerita anak berulang-ulang dengan suara keras selama kehamilannya. Ketika

bayinya dilahirkan, bayi itu diuji apakah ia mengenali bunyi-bunyi cerita lain.

Ternyata ia mengenali bunyi cerita yang telah dibacakan ibunya. Diyakini bahwa

bercerita untuk bayi sebelum ia dilahirkan dapat berdampak baik bagi

perkembangan otak bayi.5

Keunggulan cerita dapat melakukan dua tugas sekaligus dalam waktu

bersamaan. Pertama, cerita sangat efektif dalam mengomunikasikan informasi

dengan bentuk yang mudah diingat, dan kedua, cerita dapat mengarahkan

perasaan pendengarnya tentang informasi yang dikomunikasikan.6 Bagi anak-

anak, duduk manis menyimak penjelasan dan nasihat merupakan sesuatu yang

tidak menyenangkan. Sebaliknya, duduk berlama-lama menyimak cerita atau

kisah adalah aktivitas yang mengasyikkan. Oleh karenanya memberikan pelajaran

dan nasihat melalui cerita adalah cara mendidik yang cerdas dan bijak.

Dr. Abdul Aziz Abdul Majid dalam bukunya ‘’Mendidik Dengan Cerita‘’

mengatakan: ’’sebagian dari cerita-cerita yang ada, mengandung beberapa unsur

yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan

nilai estetika dan norma’’. Mungkin si anak melakukan hal-hal buruk karena ia

selalu mendapatkan cerita-cerita yang negatif dan tidak mendidik. Hal ini

dikarenakan semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita 4 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Penerbit Alhuda, 2006), h. 315. 5 F. Rene Van de Carr, dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam

Kandungan. (Bandung: Penerbit Kaifa, 2000), h. 132. 6 Kieran Egan, Pengajaran Yang Imajinatif, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 12-13.

Page 14: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

3

akan berdampak sekali dalam pembentukan akal, dan norma seorang anak, baik

dari segi budaya, imajinasi maupun bahasa kesehariannya. 7

Islam menyadari sifat alamiah manusia bahwa mereka menyukai cerita, dan

menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam

mengeksploitasi cerita tersebut untuk dijadikan salah satu metode pendidikan.

Salah satu sumber cerita yang baik untuk mengajarkan pendidikan agama pada

anak adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an telah menunjukkan daya tarik yang luar biasa

dalam segala seginya termasuk kisah-kisah yang ada di dalamnya. Kisah-kisah Al-

Qur’an dikatakan menarik karena di dalamnya terdapat ayat-ayat mengenai kisah

umat manusia, yang bukan hanya menarik bagi orang dewasa, melainkan juga

bagi anak-anak. Di dalam Al-Qur’anul karim banyak sekali cerita-cerita tentang

keadaan umat-umat masa silam, yang sengaja dikemukakan untuk memberikan

pelajaran dan menampilkan peran pendidikan bagi pembacanya atau orang yang

mendengarnya. Firman Allah SWT.

“Dan kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala kebenaran), nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman” (QS. Hud: 120).

Allah telah memerintahkan kepada kita agar meneladani orang-orang shalih

(shalihin) dan penganjur kebaikan (muslihin) dari orang-orang terdahulu, yang

kisah-kisah mereka telah dipaparkan-Nya kepada kita serta telah diperlihatkan-

Nya kepada kita metode mereka dalam dakwah, perbaikan (ishlah), perlawanan

terhadap musuh-musuh Allah, perjuangan jihad, kesabaran dan keteguhan

mereka.8 Karena dari kisah orang-orang dahulu terdapat hikmah dan pelajaran

bagi orang-orang yang berakal yang mampu merenungi kisah-kisah itu,

menemukan padanya hikmah dan nasihat, serta menggali dari kisah-kisah itu

pelajaran dan petunjuk hidup.9

7 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2002), h. 4. 8 Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu.

(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 16. 9 Amini, op. Cit., h. 316.

Page 15: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

4

Allah juga mensifati kisah-kisah ini sebagai kisah yang terbaik (ahsanul

Qashash), sebagaimana Firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 3:

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukannya) adalah orang-orang yang belum mengetahui” (Yusuf: 3)

Maksud ayat di atas ialah bahwa Allah akan menceritakan beberapa kisah

yang benar, jelas, dan berdasarkan bukti yang kuat. Maka tinggalkanlah kisah-

kisah yang diceritakan selain dari Al-Qur’an yang periwayatannya tidak terjamin,

bercampur dengan kebohongan, serta berseberangan dengan kenyataan.10

Ciri khas cerita-cerita Al-Qur’an adalah ia selalu bersifat benar adanya,

kejadian yang sesungguhnya, begitu pula isi yang terkandung di dalamnya serta

pemusatan pada tujuan yang diinginkan dari cerita tersebut. Cerita-cerita Al-

Qur’an mempunyai tujuan pendidikan, yaitu membentuk individu-individu atau

masyarakat manusia dengan nilai keislaman. Ia mendidik manusia untuk semata-

mata beriman kepada Allah SWT dan rela terhadap qadha dan qadar-Nya.

Syekh Muhammad Al-Ghazali, seorang ulama kenamaan Mesir dalam

bukunya Kayfa Nata’amal Ma’ al-Qur’an mengungkapkan bahwa kisah-kisah

dalam Al-Qur’an pada prinsipnya memuat asas-asas pendidikan, tidak hanya

pendidikan psikologis, tetapi aspek rasio juga. Melalui kisahnya, Al-Qur’an

bertujuan mendidik manusia sejak masa penciptaan, kelahiran, kanak-kanak,

remaja, dewasa, dan tua hingga ajalnya, agar mereka senantiasa sadar akan jati

dirinya.11

Selanjutnya beliau juga menuturkan dalam buku al-Mahawir al-Khamsah li

al-Qur’an al-Karim, secara garis besar ada lima pokok isi kandungan Al-Qur’an.

10 Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Al-Qur’an Menjadikan Hidup Lebih Berarti, (Jakarta:

Cendekia Sentra Muslim, 2005), h. 21. 11 Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Al-Qur’an Kitab Zaman Kita: Mengaplikasikan Pesan

Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 89.

Page 16: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

5

Tauhid kepada Allah, alam semesta bukti adanya Allah, kebangkitan dan

pembalasan, hukum dan pendidikan, dan yang terakhir ialah qashash al-Qur’an

atau kisah-kisah Al-Qur’an. Kenapa kisah-kisah Al-Qur’an bisa menjadi isi pokok

kandungan Al-Qur’an, bukankah ia hanya sekadar cerita masa lampau saja yang

tidak berbeda dengan buku sejarah. Di dalam buku tersebut Syekh Muhammad

Al-Ghazali menjelaskan bahwa cerita yang ada di dalam Al-Qur’an tidaklah

hanya sekadar cerita yang sudah usang. Kisah dalam Al-Qur’an merupakan sarana

pendidikan, nasihat dan petunjuk bagi manusia. Oleh setiap kisah umat-umat

terdahulu terdapat ibrah yang bisa diambil pelajaran dan hikmahnya. Ibarat kaset,

kisah tersebut mengingatkan bahwa yang terjadi pada saat ini merupakan

pengulangan apa yang terjadi pada masa lalu, hanya pelaku, waktu dan tempat

saja yang berbeda. Al-Qur’an mengingatkan bahwa jauh sebelum ini pun sudah

ada peradaban-peradaban yang maju dengan ilmu pengetahuannya, tetapi karena

tidak diiringi dengan kemajuan akhlak dan ibadahnya kepada Allah maka dalam

sekejap peradaban tersebut hancur dan hilang. Bukankah itu sama dengan kondisi

saat ini? Seseorang yang telah kehilangan ingatannya bisa disebut dengan orang

gila. Ketidaksanggupan mengingat yang telah lalu akan membawa kepada

ketidakmampuan menghadapi yang akan datang. Oleh karena itulah Syekh

Muhammad Al-Ghazali memberi perhatian khusus pada kisah-kisah Al-Qur’an.12

Bagaimana pentingnya kisah dalam Al-Qur’an bisa dilihat dari segi volume,

di mana kisah-kisah tersebut memiliki porsi yang tidak sedikit dari seluruh ayat-

ayat Al-Qur’an. Bahkan ada surat-surat Al-Qur’an yang dikhususkan untuk kisah

semata-mata, seperti surat Yusuf, Al-Anbiya’, Al-Qasas, dan Nuh. Dari

keseluruhan surat Al-Qur’an, terdapat 35 surat yang memuat kisah, kebanyakan

adalah surat-surat panjang.13 Cerita tentang para nabi mendapatkan porsi yang

cukup besar dalam Al-Qur’an yaitu sekitar 1600 ayat dari jumlah keseluruhan ayat

dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 6236. Jumlah tersebut cukup besar jika

dibandingkan dengan ayat-ayat tentang hukum yang hanya terdiri dari 330 ayat. 12 Syekh Muhammad Al-Ghazali, Induk Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Cendekia Sentra

Muslim, 2003), h. 111. 13 A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984), h. 22.

Page 17: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

6

Selain cerita tentang para nabi dan rasul, Al-Qur’an juga menceritakan kisah

tentang orang-orang selain nabi, baik orang mukmin maupun orang kafir, seperti

kisah perjuangan para nabi dalam memberikan pencerahan spiritual kepada

bangsa dan umatnya, usaha keras para nabi dalam membendung aktivitas kaum

kafir.

Kemudian, gaya bercerita Al-Qur’an juga berbeda dengan gaya bercerita

kisah yang lain pada umumnya. Kita akan menemukan bahwa tersebarnya kisah

dalam ayat dan surat yang berbeda, tetap menunjukkan kesatuan hubungan.

Adanya hubungan tersebut bukan saja ditandai oleh tematisnya, melainkan juga

oleh keseluruhan gaya dan cara Al-Qur’an dalam berkisah. Dalam hal ini, kisah

merupakan metode utama yang digunakan Al-Qur’an dalam menyampaikan

pesan-pesannya.14

Sekarang, akibat terlalu seringnya tayangan-tayangan di televisi muncul, kini

anak-anak tidak lagi mengetahui kisah para nabi, kisah Ashabul Kahfi, kisah

tentang Khulafau Rasyidin. Juga tidak kenal dengan Lukmanul Hakim, Nabi

Khidir, Siti Maryam, di mana kisah tentang mereka sangat baik untuk diketahui

anak-anak. Karena kisah-kisah tersebut memiliki nilai-nilai pendidikan yang baik

bagi anak.15

Pengamatan sementara peneliti mendapatkan bahwa masyarakat kita masih

cenderung mengabaikan potensi cerita-cerita yang ada dalam Al-Qur’an sebagai

metode pendidikan. Padahal dengan melihat fitrah kejiwaan manusia yang

menyenangi cerita, sudah seharusnya cerita-cerita tersebut dimanfaatkan oleh para

pendidik (guru, orang tua, dan lain-lain), sebagai metode pendidikan, khususnya

pendidikan agama yang merupakan pondasi awal bagi anak. Untuk itulah maka

penulis berusaha menjabarkan betapa pentingnya cerita-cerita dalam Al-Qur’an

dan bagaimana langkah-langkah serta gaya Al-Qur’an dalam bercerita melalui

14 Nunu Achdiat, Seni Berkisah: Memandu Anak Memahami Al-Qur’an, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1998), h. 78. 15 Oos M. Anwas. Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan. (Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan) Vol. 16 Edisi Khusus III, Oktober 2010. h. 259.

Page 18: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

7

penulisan skripsi dengan judul: “KARAKTERISTIK16 METODE

PEMBELAJARAN CERITA DALAM AL-QURAN SURAT AL-QASHASH

AYAT 76-81”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka

penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Belum banyak pendidik yang menggunakan cerita sebagai metode

pembelajarannya.

2. Banyaknya pendidik yang masih mengabaikan potensi cerita yang terdapat

di dalam Al-Qur’an.

3. Masih banyak orang yang menganggap sama antara cerita-cerita Al-

Qur’an dengan cerita-cerita sastra pada umumnya.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis perlu

untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti dan akan dibatasi hanya

pada:

1. Karakteristik metode pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an.

2. Penafsiran surat al-Qashash ayat 76-81.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalahnya ialah, bagaimanakah

karakteristik metode pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an surat al-Qashash ayat

76-81?

16 Dalam Buku Kamus Ilmiah Populer yang disusun oleh Pius Partanto dan M. Dahlan

Barry kata “karakteristik” berarti ciri khas/bentuk-bentuk watak/karakter yang dimiliki oleh setiap individu; corak tingkah laku; tanda khusus. Kaitannya dengan judul skripsi ini, peneliti ingin mengkaji ciri khas apa saja yang membedakan antara cerita Al-Qur’an dengan cerita sastra pada umumnya.

Page 19: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

8

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimanakah karakteristik

metode pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an surat al-Qashash ayat 76-81

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

karakteristik metode pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an.

2. Manfaat Khusus

a. Bagi mahasiswa Pendidikan Agama Islam mudah-mudahan bisa menjadi

perbandingan dalam penulisan karya ilmiah.

b. Bagi guru maupun pendidik diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk

memperhatikan potensi cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an dan

menjadikannya sebagai bagian dari metode pembelajaran.

Page 20: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah sebuah konsep cara yang digunakan oleh

guru untuk mengelola pembelajaran agar materi pembelajaran dapat

tersampaikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang dinginkan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tidak lepas dari muatan materi

pendidikan, guru dan metode. Penguasaan materi bagi guru merupakan hal

yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang

melibatkan guru mata pelajaran, oleh karena itu diperlukan guru yang

profesional yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

maksimal.1

Dalam keterkaitan dengan pendidikan Agama Islam, metode berperan

sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang,

sehingga terlibat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islam. Selain itu

metode, dapat pula membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali

dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman.2

Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara

efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan

pendidikan. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi

penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga banyak

tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan

1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995)

h. 15. 2 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) h. 91-92.

Page 21: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

10

seorang guru, baru berdaya guna dan berhasil jika mampu digunakan untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.3

B. Cerita 1. Pengertian Cerita

Secara definisi bahasa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

cerita ialah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal.4

Cerita memiliki arti yang sama dengan kisah, di mana kisah merupakan kata

serapan yang berasal dari qishshah dalam bahasa Arab yang diambil dari kata

dasar qa sha sha yang berarti kisah, cerita, berita atau keadaan.

Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, cerita adalah salah satu bentuk sastra

yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri serta merupakan sebuah

bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa

membaca.5

Sa’id Mursy menjelaskan bahwa cerita adalah pemaparan pengetahuan

kepada anak kecil dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.6

A. Hanafi mengutip pendapat Dr. Muhammad Khalafullah dalam

bukunya Al-Fannu Al-Qassiyu fi Al-Qur’an Al-Karim yang mendefinisikan

bahwa cerita ialah suatu karya kesusasteraan yang merupakan hasil khayal

pembuat kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku

yang sebenarnya tidak ada. Atau, dari seorang pelaku yang benar-benar ada,

tetapi peristiwa-peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidak

benar-benar terjadi. Ataupun, peristiwa itu terjadi dalam diri pelaku, tetapi

dalam kisah itu disusun atas dasar seni yang indah, di mana sebagian

peristiwa didahulukan dan sebagian lagi dikemudiankan, sebagiannya

disebutkan dan sebagian lagi dibuang. Atau, terhadap peristiwa yang benar- 3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Indisipliner. (Jakarta: Dunia Aksara, 1997) h. 197. 4 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008), h. 283. 5 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terjemah Neneng Yanti dan Iip

Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Kalya, 2001), h. 8. 6 Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Arroyan, 2001), h. 117.

Page 22: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

11

benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak terjadi atau dilebih-

lebihkan penggambarannya, sehingga pelaku-pelaku sejarah keluar dari

kebenaran yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayali.7

2. Macam-Macam Cerita

a. Berdasarkan ciri-cirinya, menurut Dr. Wahyudi Siswanto cerita dibagi

menjadi 2, yaitu:

1. Cerita lama

Cerita lama ini sering berwujud cerita rakyat (folktale). Cerita ini

bersifat anonim, tidak diketahui siapa yang mengarangnya dan

beredar secara lisan di tengah-tengah masyarakat. Pada umumnya,

cerita itu diperoleh pada waktu pelaksanaan perhelatan, percakapan

sehari-hari, sedang bekerja atau dalam perjalanan, dan seseorang

ingin mengetahui asal-usul sesuatu. Cerita rakyat, selain merupakan

hiburan, juga merupakan sarana untuk mengetahui asal-usul nenek

moyang, jasa atau keteladanan kehidupan para pendahulu, hubungan

kekerabatan, asal mula tempat, adat-istiadat, dan sejarah benda

pusaka. Yang termasuk cerita lama adalah fabel, dongeng, legenda,

mitos, dan sage.8

a) Fabel

Adalah cerita tentang kehidupan binatang sebagai tokoh utamanya

yang diceritakan seperti kehidupan manusia. Misalkan cerita

kancil di Indonesia. Fabel kebanyakan mengandung nasihat atau

pengajaran kepada anak-anak melalui kiasan yang terkandung di

dalam cerita tersebut. Karena itu fabel mengandung unsur didaktif

dan edukatif.

7 A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984), Cet.1 h.15. 8 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h.140.

Page 23: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

12

b) Dongeng

Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar

terjadi oleh yang mempunyai cerita dan tidak terikat oleh tempat

dan waktu. Dalam KBBI, dongeng adalah cerita yang tidak benar-

benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-

aneh.

c) Mitos

Mitos adalah cerita rakyat yang benar-benar dianggap terjadi serta

dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Mitos merupakan

cerita yang pada awal terbentuknya bermula dari pikiran manusia

yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang

ditangkap dengan akal dan pancaindranya. Dalam usahanya,

seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu cenderung

membayangkan sesuatu dengan dunia angannya sendiri.9

Contohnya ialah cerita tentang Dewi Sri dan Nyi Roro Kidul.

d) Legenda

Legenda adalah cerita tentang asal mula (nama suatu tempat, asal-

usul dunia tumbuhan, asal-usul dunia binatang). Legenda hampir

mirip dengan mitos, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi

dianggap tidak suci. Tokoh dalam legenda adalah manusia

walaupun adakalanya mempunyai sifat luar biasa karena bantuan

makhluk gaib. Contoh Legenda ialah cerita tentang terjadinya

Tangkuban Perahu, asal-usul Banyuwangi.

e) Sage

Adalah dongeng yang berisi kegagahberanian seorang pahlawan

yang terdapat dalam sejarah, tetapi cerita bersifat khayal. Seperti

cerita Ken Arok dan Ken Dedes, Tutur Tinular, serta Lutung

Kasarung.

9 Dendy Sugono (ed), Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, (Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), Cet.7 h.128.

Page 24: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

13

2. Cerita baru

Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan

dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat

dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini dengan

keanekaragaman bentuk dan jenisnya. Contoh dari cerita baru adalah

roman, novel, cerita pendek, cerita bersambung dan sebagainya.

Pembagian ini lebih dikarenakan perbedaan volume atau panjang

pendeknya cerita, yang akan dibahas pada pembahasan setelah ini.10

b. Dari segi volume atau panjang pendeknya, cerita dapat dibagi menjadi:

1. Cerita pendek. Ialah cerita yang hanya terdiri dari beberapa halaman

saja. Lazimnya disebut dengan cerpen.

2. Cerita yang lebih panjang daripada cerita pertama. Cerita semacam

ini disebut novelette dalam bahasa Perancis. Contohnya ialah novel.

3. Cerita panjang. Contohnya ialah roman. Roman adalah cerita yang

paling panjang dari segi volume. Corak ceritanya bersifat romantis;

berkisar sekitar masalah percintaan, dan kadang-kadang jauh dari

kenyataan. Pada roman yang penting ialah peristiwa-peristiwa,

sehingga Saintsbury membedakan, bahwa roman adalah cerita

peristiwa, sedangkan novel (cerita biasa) adalah cerita pelaku

(pribadi) dan motif-motif. 11

Cerita pendek berbeda dengan cerita lainnya, karena ia

memungkinkan penulisnya untuk mencurahkan seluruh perhatiannya

pada satu peristiwa yang terpisah dari yang lainnya. sehingga penulis

dapat menyampaikan pikiran kepada pembaca atau pendengarnya dalam

bentuk yang lebih kuat daripada kalau pikiran itu merupakan bagian dari

cerita (riwayat) yang banyak peristiwanya.

Oleh karena itu, dalam penulisan cerita pendek (cerpen), ada caranya

sendiri, di mana perincian-perincian ditinggalkan, dan pelakunya harus 10 Siswanto, op. cit., h.140. 11 Hanafi, op. cit., h.15-16.

Page 25: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

14

sedikit mungkin, dan tidak perlu diuraikan sifat-sifatnya secara

terperinci. Begitu pula peristiwa-peristiwanya harus bisa ditangkap

dengan mudah dari segi waktu dan tempat. Segala sesuatu yang

mengganggu pembaca atau pendengar dari inti cerita haru ditinggalkan.

Dari segi pelaku, cerita pendek lebih mengutamakan pelaku agar

jumlahnya sedikit mungkin, sedangkan novel atau roman banyak

pelakunya. Selain karena sempitnya ruang, juga karena cerita pendek

memang tidak dimaksudkan untuk menganalisa banyak pelaku.12

3. Karakteristik Umum Cerita

Cerita merupakan salah satu bagian dari sastra, di mana sastra memiliki

sembilan ciri umum, yakni:13

a. Ada niat dari pengarangnya untuk menciptakan karya sastra.

b. Hasil proses kreatif.

c. Diciptakan bukan semata-mata untuk tujuan praktis dan pragmatis.

d. Bentuk dan gaya yang khas.

e. Bahasa yang digunakan khas.

f. Mempunyai logika tersendiri, mencakup isi dan bentuk.

g. Merupakaan rekaan.

h. Mempunyai nilai keindahan tersendiri.

i. Nama yang diberikan masyarakat kepada hasil tertentu.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam cerita secara umum ialah

adanya kejadian atau peristiwa tertentu sebagai unsur pertama. Selanjutnya

ada pelaku sebagai unsur kedua. Peristiwa-peristiwa tersebut harus terjadi

dalam tempat dan waktu tertentu, dan hal ini merupakan unsur ketiga.

Kemudian ada gaya bahasa tertentu untuk menceritakan peristiwa-peristiwa

tersebut, lengkap dengan dialog-dialog yang terjadi antara para pelaku. Unsur

terakhir ialah gagasan pikiran (ide) atau segi pandangan atau tujuan.14

12 Ibid., h.16-17. 13 Siswanto, op. cit., h.72-81. 14 Hanafi, op. cit., h.19.

Page 26: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

15

a. Peristiwa

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke

keadaan yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibedakan

kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak.

Misalnya, antara kalimat-kalimat yang mendeskripsikan tindakan tokoh

dengan yang mendeskripsikan ciri-ciri fisik tokoh.15

Dalam sebuah cerita, sebuah peristiwa erat kaitannya dengan

konflik dan klimaks. Konflik merupakan kejadian yang tergolong

penting. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik

melalui berbagai peristiwa akan sangat menentukan kadar kemenarikan

cerita yang dihasilkan. Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat,

dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan

konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Konflik demi konflik yang

disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi

semakin meningkat. Konflik yang telah sedemikian meruncing, katakan

sampai pada titik puncak, disebut klimaks.

Klimaks, menurut Santon, adalah saat konflik telah mencapai

tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu merupakan sesuatu yang

tidak dapat dihindari terjadinya. Klimaks hanya dimungkinkan ada dan

terjadi jika ada konflik. Namun, tidak semua konflik harus mencapai

klimaks. Sebuah konflik akan menjadi klimaks atau tidak, dalam banyak

hal akan dipengaruhi oleh sikap, kemauan, dan tujuan pengarang dalam

membangun konflik sesuai dengan tuntutan cerita.16

b. Pelaku atau Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan

menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh dalam cerita selalu

15 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2005) h. 117. 16 Nurgiyantoro, op. cit., h.127.

Page 27: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

16

mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu.

Pemberian watak pada tokoh disebut perwatakan.17

c. Waktu dan Tempat

Bersamaan dengan sosial, waktu dan tempat merupakan bagian dari

unsur latar dalam sebuah cerita. Waktu berhubungan dengan masalah

“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan

waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan

peristiwa sejarah.

Masalah waktu dalam karya naratif, kata Genette dapat bermakna

ganda; di satu pihak menunjuk pada waktu penceritaan, waktu penulisan

cerita, dan di pihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang

terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Kejelasan waktu yang diceritakan

amat penting dilihat dari segi waktu penceritaannya. Tanpa kejelasan

(urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir tak mungkin menulis

cerita-khususnya untuk cerita yang ditulis dalam bahasa-bahasa yang

mengenal tenses seperti bahasa Inggris.18

Masalah waktu dalam cerita juga sering dihubungkan dengan

lamanya waktu yang dipergunakan dalam cerita. Ada yang membutuhkan

waktu sangat panjang, katakanlah (hampir) sepanjang hayat tokoh, ada

yang relatif agak panjang, membutuhkan waktu beberapa tahun, ada pula

yang relatif pendek.

Latar waktu haruslah berkaitan dengan latar tempat, karena tempat

inilah yang menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah cerita. Tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-

tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi

tertentu tanpa nama jelas. Penyebutan tempat yang tidak ditunjukkan

17 Siswanto, op. cit., h. 143. 18 Nurgiyantoro, op. cit., h.231.

Page 28: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

17

secara jelas namanya, mungkin disebabkan perannya dalam cerita

tersebut kurang dominan.19

d. Gaya Bahasa dan Dialog

Gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya

dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta

mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya

intelektual dan emosi pembaca.20 Karena bahasa dalam seni sastra dapat

disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur

bahan, alat, sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang

mengandung “nilai lebih” daripada sekadar bahannya itu sendiri.

Sebuah cerita umumnya dikembangkan dalam dua bentuk

penuturan; narasi dan dialog. Kedua bentuk tersebut hadir secara

bergantian sehingga cerita yang ditampilkan menjadi variatif dan tidak

terkesan monoton. Pengungkapan bahasa dengan gaya narasi sering dapat

menyampaikan sesuatu secara lebih singkat dan langsung. Pengarang

cenderung memilih peristiwa dan tindakan, konflik, atau hal-hal lain

yang menarik dari perjalanan hidup tokoh untuk diceritakan. Adapun

dalam pengungkapan bahasa bentuk percakapan, seolah-olah pengarang

membiarkan pembaca untuk melihat dan mendengar sendiri kata-kata

seorang tokoh, percakapan antartokoh, bagaimana wujud kata-katanya

dan apa isi percakapannya. Dialog tidak mungkin hadir sendiri tanpa

disertai (atau menyatu dengan) bentuk narasi.21

e. Gagasan Pikiran atau Tujuan

Sastrawan berkomunikasi dengan pembacanya dalam bentuk karya

sastra yang dibuatnya. Gagasan pikiran yang ada di dalam cerita rekaan

bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Dari sudut sastrawan,

hal ini biasa disebut amanat. Amanat adalah gagasan yang mendasari

karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca

19 Ibid., h.232-233. 20 Siswanto, op. cit., h. 158. 21 Nurgiyantoro, op. cit., h.310-311.

Page 29: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

18

atau pendengarnya. Di dalam karya sastra modern ini biasanya tersirat; di

dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.22

Tujuan bercerita ini erat kaitannya dengan manfaat dari cerita itu

sendiri. Lilian Holewell dalam A Book for Children Literature mencatat

sedikitnya ada enam manfaat cerita. Yaitu (1) mengembangkan daya

imajinasi dan pengalaman emosional, (2) memuaskan kebutuhan ekspresi

diri melalui proses identifikasi, (3) memberikan pendidikan moral tanpa

menggurui si anak, (4) memperlebar cakrawala mental si anak dan

memberikan kesempatan untuk meresapi keindahan, (5) menumbuhkan

rasa humor dalam diri si anak, dan (6) memberikan persiapan apresiasi

sastra dalam kehidupan si anak setelah dia dewasa.23

C. Cerita dalam Al-Qur’an

Di dalam buku “Metode Dakwah” yang diterbitkan oleh Departemen Agama

RI dijelaskan bahwa Al-Qur’an banyak memuat cerita-cerita sejarah umat

terdahulu yang dapat dijadikan sebagai bahan yang dapat menjadikan

perbandingan untuk menjalankan aktivitas dalam berdakwah dan mendidik. 1. Macam-Macam Cerita dalam Al-Qur’an

Cerita-cerita Al-Qur’an ada yang terkait dengan kehidupan para nabi,

termasuk yang berkaitan dengan tokoh atau sesuatu yang berhubungan

dengan nabi, seperti Iblis, Qabil-Habil, Khidir, Qarun, Firaun, dan lainnya.

Ada pula yng tidak terkait dengan cerita para nabi, seperti penghuni gua

(Ashabul Kahfi), Zulqarnain, Ashabul Ukhdud, dan lainnya. Sebagian cerita

diceritakan berdasarkan pertanyaan para sahabat seperti Ashabul kahfi dan

Zulqarnain (Al-Kahfi: 9-20, dan 83), tetapi sebagian besar difirmankan tanpa

sebab atau permintaan. Secara keseluruhan tipe-tipe cerita Al-Qur’an

22 Siswanto, op. cit., h. 162. 23 Kumpulan Artikel KOMPAS. ‘Sekolah’ Alternatif untuk Anak, (Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara, 2002), hal.4.

Page 30: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

19

mengandung berbagai peringatan, contoh, tanda, dan pesan bagi umat

manusia. Adapun pembagian cerita Al-Qur’an sebagai berikut:

a. Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam Al-

Qur’an, ada tiga macam:

1. Cerita hal-hal gaib pada masa lalu, yaitu cerita yang menceritakan

kejadian-kejadian gaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca indra.

Seperti cerita-cerita Nabi.

2. Cerita hal-hal gaib pada masa kini, yaitu cerita yang menceritakan

kejadian-kejadian gaib pada masa sekarang (meski sudah ada sejak

dahulu dan akan tetap ada sampai pada masa yang akan datang), dan

yang menyingkap rahasia orang-orang munafik.

3. Cerita hal-hal gaib pada masa yang akan datang yang belum pernah

terjadi pada waktu turunnya Al-Qur’an, kemudian peristiwa itu

benar-benar terjadi.

b. Ditinjau dari segi materi, juga ada tiga macam:

1. Cerita para Nabi menyangkut dakwah mereka dan tahapan-tahapan

serta perkembangan, mu’jizat mereka, posisi para penentang, akibat

orang-orang yang percaya dan yang mendustakan mereka dan lain-

lain. Misalnya cerita Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad,

dan nabi serta rasul lainnya.

2. Cerita orang-orang yang belum tentu nabi dan kelompok-kelompok

manusia tertentu seperti cerita Lukmanul Hakim, Ashabul Kahfi dan

lain-lain. peristiwa-peristiwa masa lalu dan pribadi-pribadi yang

tidak diketahui secara pasti apakah mereka nabi atau bukan,

misalnya cerita Thalut dan Jalut, dua putra Adam, Zulqarnain,

Qarun, Maryam, Ashabul Ukhdud, dan lain-lain.

3. Cerita mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di masa Rasulullah

SAW, seperti perang Badar dan Uhud dalam surah Ali Imran, perang

Page 31: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

20

Hunain dan Tabuk dalam surah at-Taubah, perang Ahzab dalam

surah al-Ahzab, peristiwa Hijrah, Isra’ Mi’raj dan lain-lain.24

2. Tujuan Cerita dalam Al-Qur’an

Orang-orang kafir menganggap bahwa cerita-cerita yang terkandung di

dalam Al-Qur’an sebagai mitos dan legenda. Di dalam Al-Qur’an didapati

banyak cerita nabi-nabi, rasul-rasul dan umat-umat terdahulu di mana maksud

cerita-cerita itu ialah sebagai pelajaran-pelajaran dan petunjuk-petunjuk yang

berguna bagi penyeru kebenaran dan yang diseru kepada kebenaran.25 Bagi

orang yang sedang menyeru kepada kebenaran, jalan-jalan yang harus

ditempuh dalam menghadapi kaum yang diseru oleh para penyeru kebenaran

bisa dilihat dari surat-surat yang mengandung cerita perjuangan para nabi dan

rasul dalam mendakwahkan tauhid kepada kaum-kaumnya. Umpamanya, Nuh

memulai seruannya dengan mempertakutkan. Hud memulai seruannya

dengan memberi kabar gembira. Sholeh memulai seruannya dengan

memperingatkan umat-umatnya kepada nikmat-nikmat Allah. Adapun Syuaib

dengan tandzir, tahsyir, dan tadzkir (mempertakutkan, memberi kabar

gembira, mengingatkan nikmat itu).26

Syaikh Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Kayfa Nata’amal Ma’ al-

Qur’an mengkritik banyaknya orang yang menulis cerita-cerita Qurani terlalu

menampilkan segi keindahan sastranya, ketimbang muatan ceritanya.

Keindahan sastra seolah merupakan tujuan dalam penulisan mereka. Padahal

sastra hanyalah alat bukan tujuan. Hal ini yang menyebabkan tujuan utama

dari cerita-cerita Al-Qur’an sama sekali tidak mendapat perhatian karena alat

atau sarana tadi beralih menjadi pokok tujuan.27

24 FKMT Penamas Departemen Agama Dki Jakarta dan Direktorat Pendidikan Agama

Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Metode Dakwah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004) hlm 128.

25 Harun Yahya. Misinterpretasi Terhadap Al-Qur’an Mewaspadai Penyimpangan dalam Menafsirkan Al-Qur’an, (Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 72.

26 Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 123.

27 Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Al-Qur’an Kitab Zaman Kita: Mengaplikasikan Pesan Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 88.

Page 32: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

21

Beberapa ahli memberikan pemaparan tersendiri tentang tujuan adanya

cerita-cerita tersebut. Menurut Manna Khalil al-Qatthan tujuan cerita-cerita

tersebut adalah:28

a. Menjelaskan prinsip dakwah agama Allah SWT dan keterangan pokok-

pokok syariat yang dibawa oleh masing-masing Nabi dan Rasul.

Contohnya dalam surat al-Anbiya: 25

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"

b. Memantapkan hati Rasulullah dan umatnya serta memperkuat keyakinan

kaum muslimin.

c. Mengoreksi pendapat para ahli kitab yang suka menyembunyikan

keterangan dan petunjuk kitab sucinya dan membantahnya dengan

argumentasi-argumentasi yang terdapat pada kitab suci sebelum diubah

mereka sendiri.

d. Lebih meresapkan dan memantapkan keyakinan dalam jiwa.

e. Untuk memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur’an dan kebenaran

Rasulullah di dalam dakwah dan pemberitaannya mengenai umat-umat

yang terdahulu ataupun keterangan beliau yang lain, dalam surat al-Fath:

27 Allah Berfirman:

28 Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: PT Pustaka Litera

AntarNusa, 2007), h. 437.

Page 33: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

22

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya,

tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa

Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya

Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan

mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut”

f. Menanamkan pendidikan akhlakul karimah, karena dari keterangan

cerita-cerita yang baik itu dapat meresap ke dalam hati nurani dengan

mudah.

Adapun Shalah Al-Khalidy berpendapat bahwa tujuan cerita-cerita Al-

Qur’an ialah:

a. Agar mereka berpikir (la’allahum yatafakkarun). Al-Qur’an

menginginkan kita untuk senantiasa berpikir dan mengambil pelajaran

dari setiap kisah yang diceritakan.

b. Untuk meneguhan hati Rasulullah dan orang-orang mukmin agar

konsisten dalam jalan kebenaran.

c. Pelajaran bagi orang-orang yang berakal.29

Sedangkan menurut Muhammad Said Mursy, penceritaan Alqur‘an dan

para nabi bertujuan sebagai peringatan dan pelajaran bagi seluruh umat.30

Dari beberapa pendapat para pakar yang telah dikemukakan di atas, secara

keseluruhan terdapat kesamaan pendapat antara yang satu dengan lainnya. Di

antara maksud dan tujuan itu yakni:

Pertama, menegaskan bahwa Nabi Muhammad benar-benar seorang nabi

utusan Allah dan bahwa Al-Qur’an yang disampaikannya memang benar-

benar firman Allah yang diwahyukan kepadanya. Kalau bukan karena wahyu

dari Allah bagaimana mungkin Nabi Muhammad bisa menyampaikan cerita-

cerita di dalam Al-Qur’an dalam deskripsi yang sedemikian cermat dan narasi

yang amat indah tanpa ada distorsi dan penyelewengan.31 Firman Allah SWT:

29 Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 28-31. 30 Mursy, op. cit., h.118. 31 Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 159.

Page 34: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

23

Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan. Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi, dan berlalulah atas mereka masa yang panjang, dan tiadalah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat. (QS Al-Qashash: 44-46)

Kedua, menegaskan kesatuan agama-agama samawi, yakni seluruh para

nabi menyeru kepada akidah yang satu, yang berasal dari Allah. Tidak ada

perbedaaan pun di antara para nabi dan rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi

Muhammad. Kadang disebutkan sejumlah cerita para nabi dan rasul secara

terhimpun dalam satu surah, dinarasikan dengan gaya yang sangat

mengagumkan, untuk menegaskan kebenaran ini. Tengok misalnya surah al-

Anbiya, di mana cerita-cerita Musa dan Harun, Ibrahim, Luth, Nuh, Dawud,

Sulaiman, Ayyub, Ismail, Idris, dan Dzulkifli disebutkan secara berantai. Lalu

masing-masing disertai dengan sebutan indah, dan diakhiri dengan,

Sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah

Tuhanmu, maka tunduk-sembahlah pada-Ku (QS Al-Anbiya: 48-92). Tujuan

ini pada dasarnya hendak menjelaskan hubungan yang erat antara syariat

Page 35: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

24

Islam dengan seluruh syariat Ilahiah yang diserukan oleh para rasul dan nabi

keseluruhan, dan bahwa Islam sejatinya pelanjut syariat-syariat tersebut.

Allah berfirman,

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau

(Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya

tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah

Aku". (al-Anbiya: 25)

Ketiga, menegaskan kesatuan metode dan gaya dakwah para nabi. Al-

Qur’an menegaskan betapa metode dan gaya dakwah para nabi itu satu,

bahwa cara mereka dalam melawan dan menghadapi kaumnya itu serupa, dan

bahwa faktor-faktor, sebab dan fenomena-fenomena yang dihadapi dakwah

adalah satu.32

Keempat, mengabadikan ingatan mengenai peristiwa yang dialami oleh

para nabi dan tokoh-tokoh lain di masa silam agar tetap menjadi pelajaran.

Serta memberikan kabar gembira kepada para penyeru kebenaran tentang

akhir yang indah yang menunggu mereka di dunia dan di akhirat serta

memotifasi mereka agar bersabar dalam berdakwah. Cerita-cerita itu

menjelaskan bahwa orang yang mengingkari kebenaran risalah para nabi akan

bernasib sama seperti yang dialami kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, kaum Samud,

dan lainnya. Demikian juga para dai yang melanjutkan tugas nabi dan

pengikutnya, diharapkan bersabar dan tidak bersedih hati mengalami

penolakan dan perlawanan dari masyarakat karena Allah akan menolong para

nabi-Nya di penghujung peristiwa dan mengalahkan kaum pendusta.

Kelima, cerita adalah sarana penting yang digunakan Al-Qur’an untuk

membangkitkan motivasi belajar. Ia mempunyai pengaruh yang bersifat

32 Muhammad Hadi Ma’rifat. Kisah-Kisah Al-Qur’an: Antara Fakta dan Metafora,

(Yogyakarta: Penerbit Citra, 2013), h. 47.

Page 36: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

25

mendidik, karena sejak dulu para pendidik mempergunakannya sebagai

sarana untuk mengajarkan akhlak baik, nilai agama, dan etika dengan cara

yang ringan dan menyenangkan, sehingga akal dan jiwa bisa mendapatkan

hikmah, nasihat, pelajaran, serta keteladanan.33

3. Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-Qur’an

Sesungguhnya pada cerita-cerita mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf: 111).

Dari ayat tersebut dapat dipahami betapa cerita-cerita yang ada dalam Al-

Qur’an memiliki faktualitas, kebenaran, hikmah dan pendidikan nilai-nilai

luhur.34 Keempat hal inilah yang membuat cerita-cerita yang ada dalam Al-

Qur’an, berbeda dengan cerita pada umumnya.

Faktualitas, dalam arti bahwa Al-Qur’an menyampaikan peristiwa-

peristiwa, persoalan dan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan kehidupan

manusia dan kebutuhan hidup mereka dalam bentangan sejarah kemanusiaan.

Jadi, cerita dalam Al-Qur’an bukan sekedar cerita khayal yang ada di angan-

angan. Penuturan cerita dan peristiwa-peristiwa di dalam Al-Qur’an

bermaksud mengajak untuk “membaca ulang” sejarah kemanusiaan dan

persoalan-persoalan rill yang telah dijalani umat manusia sebelumnya, yang

dengan itu menjadi jelas hal-hal yang baik dari yang buruk, supaya itu semua

dijadikan pelajaran bagi kehidupan yang sekarang dan yang akan datang.

Sehingga umat dewasa ini tidak mengulang apa yang pernah dilakukan

leluhur mereka yang berujung pada penyesalan. Dalam uraiannya, cerita Al-

Qur’an juga memberikan penekanan lebih pada peristiwa, bukan tokoh.

Kebenaran, dalam arti memerhatikan sisi kebenaran dalam menuturkan

peristiwa-peristiwa dan fakta historis yang dihadapi oleh para nabi dan

umatnya dalam kehidupan. Ini berseberangan dengan dongeng-dongeng 33 Muhammad Utsman Najati. Psikologi Qurani: Dari Jiwa hingga Ilmu Laduni.

(Bandung: Penerbit MARJA, 2010), h. 155. 34 Ma’rifat, Op. cit, h. 33.

Page 37: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

26

bohong, mitos, serta penyimpangan dalam pemahaman yang menghiasi

cerita-cerita para nabi terdahulu dalam kitab Perjanjian Lama dan Baru.35

Pendidikan nilai-nilai luhur, mungkin inilah salah satu fokus Al-Qur’an,

karena Rasulullah pun diutus untuk meluruskan akhlak manusia. Dalam Al-

Qur’an, cerita dituturkan dengan nuansa akhlak untuk beriman kepada Allah

serta beramal saleh dan berperilaku baik dalam hidup,baik secara pribadi

maupun sosial.

Hikmah, karena di antara tujuan diutusnya para utusan Allah ialah

mengajarkan kitab dan hikmah, sehingga dari cerita-cerita Al-Qur’an orang

dapat mengambil manfaat darinya dalam membuat hidupnya lebih bermakna.

Boleh jadi karena alasan ini Al-Qur’an membatasi diri dalam

mengetengahkan cerita dan peristiwa-peristiwa sejarah, sebatas dengan yang

memiliki kaitan dengan arah dan orientasinya itu sendiri. Tentu ini berbeda

dengan cerita yang disampaikan sebagai hiburan dan kodifikasi kejadian dan

peristiwa-peristiwa bersejarah, sebagaimana ciri khas buku-buku sejarah.36

Itulah keunikan cerita Al-Qur’an yang membuatnya berbeda dengan

cerita lainnya, bukan sekadar pemaparan cerita orang-orang yang telah mati

tetapi tidak membawa makna yang berarti dan kebaikan di dalamnya. Atas

dasar itu, Al-Qur’an disebut ahsan al-qashash, yakni “cerita terbaik” (QS

Yusuf: 3).

a. Gaya Penyampaiannya Berbeda dengan Cerita Sastra.

Metode cerita dalam Al-Qur’an berbeda dengan metode cerita dalam

tradisi literer-sastrawi dan humaniora pada umumnya. Gaya bahasa Al-

Qur’an menganut stilistika khithabi (retorikal), bukan kitabi (tulisan atau

buku). Sehingga Al-Qur’an tidak harus menjelaskan persoalan-persoalan

secara teratur dan sistematis, tidak perlu menjelaskan detail-detail,

sebagaimana menjadi sebuah keharusan dalam sebuah buku. Karena itu,

dalam menarasikan cerita, Al-Qur’an tidak perlu terjebak pada kronologi 35 Ibid., h. 35 36 Ibid., h. 37-38.

Page 38: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

27

waktu dan kesinambungan peristiwa. Tetapi, Al-Qur’an bebas bergerak

dan berpindah dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain, kemudian

kembali mengulang lagi (tijwal) jika memang diperlukan. Malah

terkadang secara terputus-putus dan tidak ada kelanjutannya, karena yang

penting telah menunjukkan inti yang menjadi signifikansi dari cerita

tersebut (bayt al-qashid).

Hal ini dikarenakan posisi Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk.

Karenanya, Al-Qur’an memanfaatkan cerita hanya untuk tujuan hidayah

(petunjuk) tersebut. Karena itu pula, untuk sampai pada tujuan utamanya,

Al-Qur’an membatasi diri pada pemaparan hal-hal yang perlu saja, tanpa

tergoda dengan aspek lain yang tidak berhubungan secara langsung

dengan tujuan asalnya.37

b. Penyampaian Pesan dalam Cerita

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa penyampaian

pesan-pesan agama melalui cerita mempunyai maksud dan tujuan

tersendiri. Karena cerita di dalam Al-Qur’an merupakan suatu metode

untuk mencapai tujuan yakni memberi pelajaran bagi manusia, maka agar

tujuan tersebut berhasil dengan baik, biasanya Al-Qur’an lebih dahulu

menyebutkan kandungan suatu cerita secara umum melalui beberapa kata

secara singkat. Setelah itu barulah Al-Qur’an menguraikan secara luas.

Sementara itu jika Al-Qur’an hendak menyampaikan pesan-pesan

penting yang terdapat di dalam suatu cerita, cara yang digunakan adalah

mengemukakan pernyataan tegas secara berjenjang, baik berisi

penolakan maupun pengukuhan isi cerita.

Metode penyampaian pesan melalui cerita dapat dilihat antara lain

ketika Al-Qur’an menceritakan cerita Nabi Yusuf, Musa, Adam, dan

Penghuni Gua (Ashabul Kahfi).38

37 Najati, Op. cit, h. 156. 38 Abd. Rahman Dahlan. Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit

Mizan, 1997), h. 188.

Page 39: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

28

Ketika bercerita tentang Nabi Yusuf AS., Al-Qur’an memulainya

dengan ayat berbunyi:

Kami menceritakan kepadamu cerita yang paling baik, dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu... (QS Yusuf: 3).

Setelah mengukuhkan kebaikan cerita yang hendak dikemukakan

dan menceritakan secara singkat rangkuman cerita Nabi Yusuf, Al-

Qur’an kemudian menegaskan:

Sesungguhnya terdapat beberapa tanda kekuasaan Allah pada Yusuf dan saudara-saudaranya, bagi orang-orang yang bertanya (QS Yusuf: 7).

Setelah itu barulah Al-Qur’an menguraikan cerita Nabi Yusuf secara

deskriptif sampai selesai.

Adapun ketika Al-Qur’an hendak menyampaikan pesan penting di

dalam suatu cerita, digunakannyalah bentuk pernyataan bersifat

menegasikan atau mengukuhkan. Hal ini dapat dilihat antara lain ketika

Al-Qur’an membantah dan membatalkan keyakinan orang-orang yang

mempertuhankan berhala-berhala, di samping mengakui Allah sebagai

Tuhan mereka.39 Al-Qur’an membantah keyakinan tersebut dengan

menegaskan:

Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. (QS Al-Kahfi: 5).

Demikian juga ketika ketika menegaskan kebenaran risalah Nabi

Muhammad SAW; mula-mula Al-Qur’an membantah tuduhan kaum

kafir Quraisy yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad sesat dan

mengada-ada:

Demi bintang ketika terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. (QS An-Najm: 1-3).

39 Ibid., h. 189.

Page 40: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

29

Setelah menegasikan semua tuduhan negatif terhadap diri sang Nabi,

pada jenjang berikutnya barulah Al-Qur’an menyatakan secara terperinci

kedudukan beliau sebagai pembawa wahyu Allah:

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (QS An-Najm: 4-5).

Demikian beberapa contoh pola yang digunakan Al-Qur’an untuk

menyampaikan pernyataan penting di dalam suatu cerita. Melalui pola-

pola tersebut, para pembaca ataupun pendengar akan mendapatkan

keterangan secara jelas tentang pesan yang disampaikan, sekaligus

merasakan kesan yang mendalam tentang alur cerita dari cerita tersebut.40

c. Pengulangan Cerita

Cerita di dalam Al-Qur’an ada yang disampaikan secara tuntas di

satu tempat dalam Surah Al-Qur’an, seperti cerita Zulqarnain dalam

Surah Al-Kahfi, cerita tentara gajah dalam surat Al-Fiil dan cerita Nabi

Yusuf dalam Surah Yusuf. Di sisi yang lain, sebagian besar cerita Al-

Qur’an tidak disampaikan secara utuh sekaligus dalam satu tempat, tetapi

hanya bagian tertentu yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan

dan tersebar di beberapa surah.

Cerita Nabi Adam misalnya tersebar di beberapa surah, antara lain:

al-Baqarah: 30-38, Ali Imran: 59, an-Nisa: 1, al-A’raf: 11-25, al-Hijr: 26-

48, al-Isra: 61-65, al-Kahfi: 50, Taha: 115-123. Sad: 72-85, az-Zumar: 6

dan ar-Rahman: 14-15. Begitu juga dengan cerita Nabi Nuh, Nabi Hud,

dan Nabi Ibrahim. Walaupun di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa

surah yang dinamakan Ibrahim (surah ke-14), Nuh (surah ke-71) dan

Hud(surah ke-11), tetapi cerita-cerita mereka bertiga tersebar di banyak

surah dalam Al-Qur’an.41

40 Ibid., h.190-191. 41 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Ilmi Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim

Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012) hlm 7.

Page 41: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

30

Kajian para psikolog membuktikan bahwa pengulangan sangatlah

penting dalam proses pembelajaran, karena ini akan membuat pendapat

dan pemikiran yang ingin disampaikan menjadi lebih mudah untuk

diingat.

Dalam Al-Qur’an didapatkan pengulangan ayat yang berhubungan

dengan masalah akidah dan masalah gaib yang ingin ditanamkan pada

pikiran manusia seperti keimanan kepada hari akhir. Dalam Al-Qur’an,

cerita para nabi banyak diulang untuk mempertegas bahwa semua agama

(tauhid) berasal dari Allah. Allahlah yang telah mengutus para nabi dan

rasul dalam kurun waktu yang berbeda-beda untuk menyeru agar

mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Al-

Qur’an menjelaskan kepada kaum kafir Quraisy tentang nasib umat-umat

terdahulu yang mendustakan para nabi, untuk memberi peringatan bahwa

mereka pun akan mengalami nasib yang sama jika mendustakan Nabi

Muhammad SAW.

Dalam surat Al-Mursalat ada kalimat, “Kecelakaan besarlah pada

hari itu bagi orang-orang yang mendustakan” sebanyak sepuluh kali.

Surat ini mengingatkan terhadap nikmat dan azab Allah, agar mereka

tidak terus menerus mendustakan dan berada dalam kekafiran. Karena

cara yang demikian ialah hal biasa bagi bangsa Arab, baik dalam pidato

maupun dalam pembacaan syair.

Pengulangan cerita bukanlah pengulangan secara utuh. Sebab, Al-

Qur’an hanya menyebutkan peristiwa yang sesuai dengan konteks makna

yang terdapat dalam surat. Jika Al-Qur’an mengulangi satu bagian dari

cerita, maka biasanya pada bagian itu ditambahkan sesuatu yang baru

yang sebelumnya tidak disebutkan. Dalam penggunaan kata terkadang

juga mengalami perubahan, baik dalam susunan, mengedepankan atau

mengakhirkan, sesuai dengan tuntutan pengajaran yang dimaksudkan

cerita tersebut.

Mengenai pengulangan dalam cerita Al-Qur’an, Dr. Muhammad

Mahmud Hijazi mengutip pernyataan Imam asy-Syathibi dalam al-

Page 42: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

31

Muwaafaqaat, “Secara umum, pemaparan cerita para Nabi seperti Nuh,

Hud, Shalih, Syu’aib, Musa, Harun, dan sebagainya adalah dalam rangka

menghibur Nabi Muhammad SAW. dan mengokohkan hati beliau dalam

menghadapi pembangkangan, pendustaan, maupun tindakan tidak terpuji

dari orang-orang kafir. Hal inilah yang membuat cerita-cerita tersebut

berisi hal-hal yang juga dihadapi oleh Rasulullah SAW. dalam perjalanan

dakwahnya.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika alur atau gaya

pemaparan suatu kisah sering kali tidak sama. Hal ini disesuaikan dengan

kondisi tertentu yang ketika itu dihadapi Rasulullah SAW. Walaupun

begitu, seluruh kisah tetap merupakan suatu yang hak dan tidak ada

keraguan terhadap keshahihannya. Lebih lanjut, siapa yang ingin

mengkaji dan mendapatkan pemahaman yang baik tentang Al-Qur’an,

maka tidak ada salahnya mengikuti metode atau model pemaparan

beberapa contoh yang telah dikemukakan.”42

Diulang-ulangnya penyampaian satu cerita tertentu di berbagai

tempat didasarkan pada beberapa sebab, di antaranya.

Sebab pertama, ada penambahan informasi baru yang tidak terdapat

pada uraian sebelumnya.

Sebab kedua, agar cerita yang diceritakan Rasulullah SAW. bisa

didengar oleh banyak orang. Karena tidak jarang ketika Rasulullah SAW.

menyampaikan cerita, pendengarnya ialah orang yang kebetulan lewat

dan kemudian pergi. Selanjutnya ketika turun wahyu yang lain, orang

yang mendengarnya lain lagi.

Sebab ketiga, dalam rangka menghibur hati nabi Muhammad SAW.

Sebab keempat, untuk menegaskan karakteristik cerita Al-Qur’an, di

mana ada cerita yang dihimpun dalam satu surah saja, tetapi ada juga

42 Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena Keajaiban Al-Qur’an, Kesatuan Tema dalam

Al-Qur’an Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2010), h. 74.

Page 43: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

32

yang diulang-ulang di tempat lain. Karena kalau semua sama maka tidak

ada bedanya Al-Qur’an dengan kitab-kitab suci sebelumnya.43

d. Episode Kemunculan Tokoh Utama

1. Dari Awal Kelahiran

Dalam bercerita adakalanya Al-Qur’an memunculkan tokoh utamanya

dari episode pertama: episode kelahiran pemeran utamanya, karena

dalam kelahirannya mengandung nasihat, seperti cerita Nabi Adam (sejak

awal kejadiannya). Di dalam cerita itu ada fenomena kekuasaan Allah

dan kesempurnaan ilmu-Nya serta nikmat-Nya kepada Nabi Adam dan

anak-cucunya. Juga ada dialog iblis dengan Nabi Adam, yang semuanya

mengandung pelajaran bagi umat manusia. Atau cerita kelahiran Nabi Isa

yang dipaparkan dengan rinci dan sempurna. Sebab, kelahiran Nabi Isa

merupakan salah satu mukjizat kenabiannya. Bahkan menjadi penyebab

terjadinya pertentangan yang berkenaan dengan Almasih, baik sebelum

maupun sesudah Islam datang.

Tidak ketinggalan cerita Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Sebab dalam

kelahiran itu terdapat pelajaran. Nabi Ismail adalah karunia yang

diberikan kepada Nabi Ibrahim, padahal dia sudah tua. Sedangkan Nabi

Ishaq merupakan kabar gembira yang diberikan kepada istrinya, padahal

dia sudah sangat tua. Begitu juga dengan kelahiran Yahya, di mana

ayahnya Zakaria sudah rapuh dan rambutnya beruban.

2. Dari Masa Kanak-Kanak

Tokoh utama di dalam cerita Al-Qur’an adakalanya dipaparkan tidak

dari awal kelahiran, tetapi setelahnya. Seperti cerita Ibrahim, ceritanya

berawal dari sejak dia masih muda. Memandang langit dan melihat

bintang, bulan, dan matahari dalam rangka pencarian kepada Tuhannya,

yang pada akhirnya dia ber-tawajjuh (menghadapkan diri) kepada Allah

yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala. Lalu dia mengajak bapak dan 43 Ibid., h.381-382.

Page 44: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

33

kaumnya untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa ini, namun semua

menolak. Hingga akhirnya strategi yang dilakukan Ibrahim ialah

menghancurkan semua berhala dan menyisakan satu berhala yang paling

besar dengan meninggalkan kapak padanya.

Cerita Nabi Dawud juga dimulai ketika dia di ambang dewasa.

Dimulai dengan dikalahkannya Jalut oleh Nabi Dawud berkat

pertolongan Allah. Begitu juga dengan Nabi Sulaiman, yang ceritanya

dimulai sejak dia seusia bapaknya, saat dia duduk sebagai hakim dalam

permasalahan mengenai tanaman, “Karena tanaman ini dirusak oleh

kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan

keputusan yang diberikan oleh mereka itu.” (al-Anbiyaa’: 78). Hukum

yang adil dari seorang pemuda inilah yang menjadi tanda bahwa Allah

kelak akan menjadikannya pemimpin kerajaan terbesar.

3. Sudah Dewasa atau Masa Kenabian

Kemudian juga terdapat beberapa cerita yang memunculkan tokohnya

saat berada dalam usia dewasa, dalam artian saat menjadi nabi atau rasul.

Seperti Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shaleh, Nabi Luth, Nabi Syua’ib, dan

banyak lagi yang lainnya. Sebab, periode kenabian itulah yang terpenting

dari kehidupan mereka dan di dalamnya tersirat i’tibar.44

e. Panjang Pendek Cerita

1. Cerita yang Disebutkan Panjang Lebar

Selain dari sisi awal cerita, Al-Qur’an juga memiliki gaya tersendiri

dalam hal panjang atau pendeknya cerita. Ada beberapa cerita yang

disebutkan secara panjang lebar, termasuk rincian peristiwanya seperti

apa pun digambarkan. Seperti cerita Nabi Yusuf yang ceritanya sangat

jelas dan rinci dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surah yang menggunakan

namanya, Yusuf, untuk mempertegas hal ini. Mulai dari cerita dia dan

44 Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.181-184.

Page 45: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

34

saudara-saudaranya. Juga apa yang terjadi di Mesir setelah dia

diperjualbelikan dan dididik. Juga tentang cerita bujukan istri al-Aziz

terhadapnya, kisahnya di dalam penjara, tabir mimpi dua orang pelayan

rajanya. Kemudian tentang tabir mimpi raja, kesuksesan

kepemimpinannya, serta kedatangan saudara-saudaranya hingga akhirnya

kedatangan ayahnya. Sekali lagi, semua cerita itu dipaparkan dengan

rinci sekali.

Cerita Nabi Sulaiman juga dipaparkan dengan beberapa episode

panjang, dimulai dari keputusannya masalah tanaman, kerajaannya,

keterpedayaannya dengan kuda yang bagus dan permohonan ampunnya

kepada Allah atas hal itu serta tentang tunduknya setan angin di

hadapannya. Juga ceritanya dengan semut, burung hudhud, dan dengan

Ratu Balqis. Juga tentang kematiannya sambil berdiri memegang

tongkatnya dan para setan tidak menyadari akan hal itu. Semuanya

mempunyai tujuan yang dituju.

2. Cerita yang Perinciannya Sedang

Ada juga cerita-cerita di dalam Al-Qur’an yang perinciannya sedang-

sedang saja, seperti cerita Nabi Nuh. Cerita mengenai risalahnya, dakwah

kepada kaumnya, tentang pembuatan kapal, banjir besar hingga

menenggelamkan kaum bahkan anaknya sendiri yang membuatnya

memohon kepada Allah agar menyelamatkan anaknya tetapi tidak

dikabulkan oleh Allah karena dia bukan bagian dari keluarganya

walaupun itu anaknya sendiri.

Juga cerita Nabi Adam dirincikan hanya pada saat penciptaannya,

kesalahannya, turun ke bumi, dan tobatnya. Begitu juga dengan cerita

Nabi Dawud tidak terlalu rinci, namun cukup banyak memuat cerita-

ceritanya.

Page 46: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

35

3. Cerita yang Disebutkan Singkat

Ada juga beberapa cerita pendek, seperti cerita Nabi Huud, Shaleh,

Luth, Syu’aib. Hanya diceritakan saat kenabian saja, yakni mencakup

risalah, dialog dengan kaumnya, pendustaan kaum mereka, dan kemudian

tentang kebinasaan kaum mereka. Begitu juga dengan cerita Nabi Ismail

yang hanya diceritakan saat kelahirannya, penebusannya, dan

keikutsertaan dalam membangun Ka’bah bersama bapaknya. Juga cerita

Nabi Ya’qub hanya disebutkan dalam konteks cerita Nabi Yusuf. Lalu

disebut sekali lagi dalam ayat, ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda)

maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:

"...Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu... ". (al-Baqarah: 133).

Episode ini terpisah sendiri di sini dari yang lainnya karena ingin

menjelaskan pentingnya ketauhidan, seperti yang dipesankan oleh

Ya’qub.

4. Cerita yang Disebutkan Sangat Singkat

Ada lagi beberapa cerita yang sangat pendek sekali seperti cerita Nabi

Zakaria disebutkan ketika kelahiran Yahya dan ketika menanggung biaya

Maryam saja. Cerita Nabi Ayub disebutkan ketika dia terkena penyakit.

Dan cerita Nabi Yunus saat ditelan oleh ikan dan ceritanya terlempar di

padang tandus, serta dalam cerita tentang risalahnya kepada kaumnya

dan keimanan mereka dengannya.

Ada juga beberapa cerita yang tidak disebutkan kecuali hanya sekilas

sifat pelakunya. Seperti Nabi Idris, Ilyasa’, Zulkifli, serta yang lainnya

yang hanya nama mereka saja yang ada dalam pemaparan cerita-cerita

para nabi.

Sedangkan cerita-cerita lain yang terpisah-pisah, seperti Ashabul

Ukhdud, Ashabul Kahfi, Qabil dan Habil, Qarun, dan lain-lain, semua itu

Page 47: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

36

adalah murni cerita-cerita yang bersifat nasihat. Maka hanya dipaparkan

sekadar nasihat sampai ke sasarannya.45

f. Bentuk Dialog dalam Bercerita

Mengenai format dialog dalam cerita-cerita Al-Qur’an, Sulaiman ath-

Tharawanah dalam bukunya Dirasah Nashshiyyah Adabiyyah fil

Qishshah al-Qur’aniyyah46 menjelaskan bahwa sering sekali dialog yang

terjadi dalam cerita-cerita Al-Qur’an diangkat dalam bentuk cerita, yaitu

cerita antara tokoh yang terlibat dalam percakapan yang diceritakan.

Percakapan yang ditampilkan dalam cerita-cerita Al-Qur’an kebanyakan

hanya berupa cerita percakapan. Artinya, tampilan dialog tersebut tidak

diiringi dengan isyarat-isyarat estetika yang menggambarkan sikap

perilaku dialog.

Bentuk percakapan dalam Al-Qur’an terdiri dari dua bentuk: pertama,

percakapan semi dialektis, yaitu percakapan yang cenderung mengarah

pada bentuk perdebatan. Dialog semacam ini biasanya membawa misi

keagamaan, yaitu untuk memberikan informasi kepada kita akan

kekerasan kaum terdahulu dalam menentang ajaran para nabi. Model

dialog seperti ini dapat dijumpai dalam cerita kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud,

dan Syu’aib. Kedua, model percakapan pengisahan, yaitu bentuk

percakapan di mana Al-Qur’an dengan sendirinya berperan sebagai

mediator yang mengajak pembaca masuk ke dalam peristiwa melalui

sela-sela tempo cerita.

Adapun beberapa kelebihan yang dimiliki Al-Qur’an dalam metode

dialog di antaranya. Pertama, dialog tersebut berfungsi menghidupkan

suasana berbagai peristiwa yang diceritakan. Kedua, dapat melukiskan

kepribadian tokoh-tokoh cerita dengan sangat baik, seperti pada cerita

Yusuf dan Musa dalam Surah al-Qashash. Ketiga, secara artistik sebagai

sarana untuk menyampaikan maksud dan tujuan cerita, bahkan terkadang 45 Quthb, op. cit., h. 184-188. 46 Sulaiman ath-Tharawanah, Rahasia Pilihan Kata dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Qisthi

Press, 2004), h. 217.

Page 48: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

37

bermanfaat untuk mengungkap rahasia di balik peristiwa yang sedang

diceritakan.47

D. Hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang terkait dengan pembahasan karakteristik metode

pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an surat al-Qashash ayat 76-81 masih belum

ditemukan. Setidaknya di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak

ditemukan skripsi yang membahas mengenai karakteristik cerita dalam Al-Qur’an,

sehingga tidak ada hasil penelitian yang dapat dijadikan perbandingan bagi

penelitian ini.

47 Ibid., h. 218-219.

Page 49: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menelusuri data-

data kepustakaan (library research) dengan mengacu pada pendapat para ahli

tafsir, ahli pendidikan dan ahli sastra yang tertuang dalam kitab-kitab, buku-buku,

artikel, dan dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian

ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitis.

Adapun metode penelitian yang digunakan ialah penafsiran ayat dengan

menggunakan metode tafsir tahlili (analisis). Yakni, metode menafsirkan ayat-

ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-

ayat yang ditafsirkan, dengan memperhatikan urutan ayat-ayat Al-Qur’an

sebagaimana dalam mushaf, serta menerangkan makna-makna yang tercakup

sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat

tersebut.1

B. Sumber Data 1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu literatur-literatur yang membahas objek

permasalahan pada penelitian ini, berupa tafsir Al-Qur’an surat al-Qashash

ayat 76-81 dari beberapa kitab tafsir.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data-data tertulis maupun sumber lain yang

memiliki relevansi dengan pembahasan pada penelitian ini. Adapun sumber

data sekunder yang dijadikan alat untuk membantu penelitian , berupa buku-

buku atau sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara tentang teori cerita

sastra dan qashashul qur’an. 1 Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1998), Cet. 1, h. 31.

Page 50: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

39

C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ialah dengan teknik

dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari

seseorang.2 Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini

adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga relatif murah

pengeluaran biaya untuk memperolehnya, merupakan sumber yang stabil dan

akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya, serta dapat dianalisis

secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menelaah sumber referensi

berupa buku-buku, artikel, jurnal, dan literartur ilmiah lainnya yang berkaitan

dengan pembahasan skripsi ini.

D. Teknik Analisis Data Mengingat objek penelitian ini adalah karakteristik cerita dalam Al-Qur’an,

berarti mengkaji teks Al-Qur’an itu sendiri, maka dalam menganalisis data yang

terkumpul, penulis menggunakan metode analisis isi, atau dalam kajian tafsir

dikenal dengan metode tafsir tahlili. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang

akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafadz yang terdapat di dalamnya,

menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi kandungan ayat yang kemudian

dikaitkan dengan pembahasan pada skripsi ini.

E. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2013”.

2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Multidisipliner, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 368.

Page 51: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

41

BAB IV

METODE PEMBELAJARAN CERITA DALAM AL-

QUR’AN SURAT AL-QASHASH AYAT 76-81

A. Penafsiran Secara Ringkas Ayat 76

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, lalu ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya tumpukan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

Ayat di atas memulai kisah Qarun, tanpa menyebut kapan dan di mana

terjadinya peristiwa yang akan diuraikan ini. Menurut Ibn ‘Asyur,1 Firman-Nya:

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, bukan dengan menyatakan

termasuk kelompok Bani Israil, mengesankan adanya hubungan khusus antara

Musa dengan Qarun. Hubungan tersebut yakni hubungan kekerabatan. Qarun

hidup semasa dengan Nabi Musa dan konon adalah anak paman Nabi Musa.

Kendati demikian ia durhaka lalu serta merta ia berlaku aniaya terhadap mereka

yakni dia melampaui batas dalam keangkuhan dan penghinaan terhadapa Bani

Israil. Kami telah menganugerahkan kepadanya tumpukan harta, yakni tempat-

tempat gudang penyimpanan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul

oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Itu baru kuncinya, adapun harta

1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007), Cet VIII, Vol. 10. h. 403.

Page 52: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

42

kekayaannya maka tidak mungkin dapat dipikul oleh orang yang sangat banyak

sekalipun.

Setelah ayat di atas menjelaskan sebab keangkuhannya, kini selanjutnya

beberapa orang dari Bani Israil menasihatinya, yakni ketika kaumnya berkata

kepadanya: “Hai Qarun! Janganlah engkau terlalu bangga dengan hartamu

sehingga melupakan Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang terlalu membanggakan diri.2

Ayat 77

“Dan carilah - pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu - negeri akhirat, dan janganlah melupakan bagianmu dari dunia dan berbuat baiklah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pembuat kerusakan.”

Beberapa orang dari kaum Nabi Musa itu melanjutkan nasihatnya kepada

Qarun bahwa nasihat ini bukan berarti engkau hanya boleh beribadah murni dan

melarangmu memperhatikan dunia. Tidak! Berusahalah sekuat tenaga dan

pikiranmu sebatas yang dibenarkan Allah dalam memperoleh harta dan carilah

secara sungguh-sungguh pada, yakni melalui apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu dari hasil usahamu itu kebahagiaan negeri akhirat, dengan

menginfakkannya di jalan Allah tanpa melupakan bagianmu dari kenikmatan

dunia dan berbuat baiklah kepada semua pihak.

Agar tidak terjerumus dalam kekeliruan ada beberapa hal yang perlu

digarisbawahi. Pertama, dalam pandangan Islam, hidup duniawi dan ukhrawi

merupakan satu kesatuan. Kedua, pentingnya mengarahkan pandangan kepada

2 Ibid.

Page 53: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

43

akhirat sebagai tujuan dan dunia sebagai sarana mencapai tujuan. Ketiga, ayat di

atas menggunakan redaksi yang bersifat aktif ketika berbicara tentang

kebahagiaan akhirat, sedangkan perintah menyangkut kebahagiaan duniawi

berbentuk pasif yakni, jangan lupakan. Hal ini menunjukkan perbedaan penekanan

di antara keduanya.

Ayat 78

Ia berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberinya karena ilmu yang ada padaku" dan apakah ia tidak mengetahui, bahwa Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat dari padanya, dan lebih banyak himpunan (nya)? dan tidaklah ditanya tentang dosa-dosa mereka para pendurhaka itu.

Selanjutnya pada ayat 78, setelah mendengar nasihat yang disampaikan di

atas, Qarun semakin lupa diri dan angkuh. Ia berkata: “Sesungguhnya aku

memperoleh harta itu, karena ilmu dan kepandaian yang mantap yang ada

padaku,” yakni tidak ada jasa siapa pun atas perolehanku itu. Pandangan ini

disanggah oleh lanjutan ayat yang bagaikan menyatakan Apakah ia begitu bodoh

dan lengah sehingga tidak mengetahui, bahwa Allah sungguh telah membinasakan

umat-umat yang hidup tidak jauh dari masa sebelum Qarun dan mereka itu lebih

kuat badan dan kemampuan serta lebih banyak himpunan harta serta pengikut

yang bersimpati padanya dibandingkan dengan si Qarun itu? Sungguh

kedurhakaan Qarun telah demikian jelas.3

3 M. Quraish Shihab, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-

Qur’an, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007), Cet I, h. 80.

Page 54: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

44

Ayat 79-80

Maka keluarlah ia kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkata mereka yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita memiliki seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai bagian yang besar". Dan berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kebinasaan bagi kamu. Pahala Allah adalah jauh lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan tidak diperolehnya kecuali oleh orang- orang yang sabar".

Nasihat yang disampaikan kepada Qarun tidak digubrisnya. Bahkan tidak

lama setelah dinasihati keangkuhannya lebih menjadi-jadi. Maka keluarlah ia

kepada kaumnya, yakni khalayak ramai dalam kemegahannya. Diceritakan bahwa

ia keluar pada kaumnya dengan mengenakan perhiasannya dan membanggakan

diri terhadap masyarakat. Pamer kekayaan ini telah membuat orang yang

menghendaki kehidupan dunia memiliki seperti apa yang diberikan kepada

Qarun. Mereka menganggap Qarun mempunyai bagian yang besar dari

keberuntungan dan kenikmatan duniawi. Sedangkan orang yang berilmu

menganggap aneh apa yang diharapkan oleh mereka yang ingin seperti Qarun. Hal

ini dikarenakan mereka yakin pahala yang disediakan Allah itu jauh lebih baik

dari yang dimiliki Qarun.4

4 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra,

1993), h. 174-175.

Page 55: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

45

Ayat 81

Maka Kami benamkanlah ia beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap siksa Allah, dan tiada pula ia termasuk orang-orang yang mampu membela (dirinya).

Kemudian ayat terakhir menjelaskan karena kedurhakaan Qarun itu Kami

benamkanlah ia yakni dilongsorkan tanah sehingga ia terbenam beserta rumahnya

serta seluruh kekayaan dan perhiasannya ke dalam perut bumi. Maka tidak ada

baginya suatu golongan pun yang dapat menolong terhadap siksa Allah, dan

tiada pula ia termasuk orang-orang yang mampu membela dirinya.

Jatuhnya siksa Allah atas diri dan harta benda Qarun mengingatkan semua

pihak bahwa kebahagiaan ukhrawi tidak mungkin dapat diraih oleh orang-orang

yang angkuh. Bukanlah karena ketaatan atau kekufuran yang menjadi penyebab

sempit atau luasnya rezeki. Tetapi karena adanya sunnatullah yang ditetapkan-

Nya di luar itu semua.5

B. Berbeda dengan Cerita Sastra Di bawah ini akan disebutkan 9 ciri umum karya sastra menurut Dr.

Wahyudi Siswanto, dan perbandingannya dengan cerita Al-Qur’an.

1. Ada Niat dari Pengarangnya Untuk Menciptakan Karya Sastra

Sebuah karya sastra dapat dikatakan sebagai karya bila ada niat dari

sastrawan untuk menciptakan karya sastra. Ini berarti jika yang membuat tidak

berniatan menjadikan karyanya sebagai karya sastra, maka yang dibuatnya pun

bukan sebuah karya sastra.6 Allah jelas tidak berniat menjadikan Al-Qur’an hanya

sebagai karya sastra. Lebih dari itu, Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi

orang-orang yang bertaqwa (Al-Baqarah: 2).

5 Shihab. Op. cit, h. 413-415. 6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h.72.

Page 56: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

46

2. Hasil Proses Kreatif

Karya sastra bukanlah hasil pekerjaan yang memerlukan keterampilan

semata, seperti membuat sepatu, kursi, atau meja. Karya sastra memerlukan

perenungan, pengendapan ide, pematangan, langkah-langkah tertentu yang akan

berbeda antara sastrawan satu dengan sastrawan yang lain.

Ketika turunnya wahyu pertama di Gua Hira, Nabi Muhammad memang

sedang berkhalwat; menyendiri dan merenungi keadaan bangsa Arab. Tetapi Al-

Qur’an bukanlah hasil dari perenungan itu, melainkan wahyu yang diturunkan

Allah melalui malaikat Jibril yang menampakkan wujud aslinya. Al-Qur’an

bukanlah syair yang dibuat oleh Nabi Muhammad sebagaimana yang dituduhkan

oleh orang-orang kafir Quraisy kepadanya, bukan juga perkataan yang berasal dari

hawa nafsunya, melainkan ialah wahyu yang diturunkan kepadanya oleh Allah

melalui malaikat Jibril. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat An-Najm ayat 3-4:

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya (Al-Quran) itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). 3. Diciptakan Bukan Semata-Mata Untuk Tujuan Praktis dan Pragmatis

Cerita Al-Qur’an tidak sama dengan cerita dalam pemahaman sastra. Hal

itu disebabkan tujuan dan penekanannya berbeda. Cerita Al-Qur’an dimaksudkan

untuk menggapai tujuan pendidikan, yaitu sebagai pelajaran atau ibrah bagi para

audiensnya, baik pada peristiwa itu sendiri maupun pada para pelakunya.

Sebaliknya, cerita dalam dunia sastra lebih dimaksudkan untuk membangkitkan

emosi dan perasaan suka serta pendominasian perasaan para pembacanya

sehingga mereka dapat digiring kepada keinginan penulisnya.7

Meskipun di dalam cerita sastra terdapat ajaran moral, agama dan filsafat,

karya sastra tidak sama dengan buku-buku agama dan filsafat. Hal ini kebalikan

dari Al-Qur’an yang memang merupakan kitab suci umat Islam, yang isinya ialah

petunjuk dan aturan hidup beragama. Jika dalam cerita sastra ajaran tersebut 7 Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena Keajaiban Al-Qur’an, Kesatuan Tema dalam

Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2010), h.343.

Page 57: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

47

hanyalah selingan, bukan tujuan utama, karena tujuan utamanya ialah keindahan

dan hiburan, maka di dalam Al-Qur’an pesan-pesan moral keagamaan itulah yang

menjadi tujuan utama. Sehingga nilai-nilai keindahan yang terdapat dalam cerita

Al-Qur’an hanyalah “selingan” agar manusia bisa memahami pesan-pesan

tersebut dengan cara yang lebih mudah dicerna. Karena memang pada hakikatnya

manusia senang dengan keindahan (cerita).

4. Bentuk dan Gaya yang Khas

Khas di sini dimaksudkan sebagai bentuk dan gaya yang berbeda dengan

bentuk dan gaya non sastra. Khas di sini juga masih harus dibedakan atas genre

karya sastra (prosa, puisi, dan drama) yang setiap jenisnya memang mempunyai

bentuk sendiri. Kekhasan bentuk dan gaya ini telah dibahas pada pembahasan

sebelumnya. Bentuk dan gaya ini terus berubah berkembang hingga akhirnya

muncul genre-genre baru.8

Walaupun karya sastra mempunyai bentuk dan gaya yang khas, Al-Qur’an

juga mempunyai bentuk dan gaya yang khas yang membedakannya dengan karya

sastra pada umumnya. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan

selanjutnya.

5. Bahasa yang Digunakan Khas

Bahasa sastra lebih bersifat polisemantis (banyak makna) dan multitafsir

(banyak tafsir). Bahasa karya sastra lebih bersifat konotatif. Memang tidak

menutup kemungkinan adanya kesamaan bahasa dalam karya sastra dengan

bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.9

Bahasa yang digunakan Al-Qur’an juga memiliki banyak kesamaan

dengan sastra, di mana kalimatnya polisemantis dan multitafsir. Nilai-nilai

kesusastraan juga banyak terkandung di dalamnya. Namun hal ini tidak serta

merta membuat bahasa cerita Al-Qur’an sama dengan cerita sastra. Ada beberapa

hal yang membuat bahasa cerita Al-Qur’an mengungguli bahasa cerita sastra pada

umumnya.

8 Siswanto, op. cit., h.75. 9 Ibid. h.75-76.

Page 58: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

48

Selain itu, gaya bahasa Al-Qur’an menganut stilistika khithabi (retorikal),

bukan kitabi (tulisan atau buku). Sehingga Al-Qur’an tidak harus menjelaskan

persoalan-persoalan secara teratur dan sistematis, tidak perlu menjelaskan detail-

detail, sebagaimana menjadi sebuah keharusan dalam sebuah buku. Karena itu,

dalam menarasikan cerita, Al-Qur’an tidak perlu terjebak pada kronologi waktu

dan kesinambungan peristiwa. Tetapi, Al-Qur’an bebas bergerak dan berpindah

dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain, kemudian kembali mengulang lagi jika

memang diperlukan. Dengan itu Al-Qur’an berbeda dari gaya tulis buku-buku

sehingga bisa mengkomparasikan antara kebenaran kosmologis dengan ajaran-

ajaran akidah, hukum-hukum syariat, nasihat, arahan, berita gembira, ancaman,

dan sensitifitas jiwa, rasa, dan indera dengan akal dan pengetahuan.10

6. Mempunyai Logika Tersendiri, Mencakup Isi dan Bentuk

Bentuk puisi (pantun) sangat khas, ada bentuk-bentuk khusus yang

membuatnya seperti itu. Berubah sedikit saja, berubah pula logikanya. Misalnya

jika semua bait berisi makna maka akan disebut syair, bukan pantun lagi.

Banyak dijumpai di dalam Al-Qur’an surat-surat maupun ayat-ayat yang

berbentuk seperti pantun, di mana akhir kalimatnya memiliki bunyi yang sama.

Atau ayat-ayat yang bercerita dengan alur yang singkat. Contoh dari kedua bentuk

ini salah satunya ialah surat Al-Fil.

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

10 Muhammad Hadi Ma’rifat. Cerita-Cerita Al-Qur’an: Antara Fakta dan Metafora.

(Yogyakarta: Penerbit Citra, 2013), h. 33.

Page 59: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

49

Pada Surat Al-Fil, bunyi terakhir dari setiap ayatnya sama, yakni huruf

lam. Ini sama dengan pantun, yang mana bunyi akhir dari tiap barisnya sama. Dan

juga dalam menceritakan cerita tentang pasukan gajah yang hendak

menghancurkan Ka’bah, Al-Qur’an hanya butuh 5 ayat yang terhimpun dalam

satu surat saja. Namun tidak serta merta yang demikian itu membuat Al-Qur’an

(Surat Al-Fil) disebut sebagai pantun atau cerpen. Al-Qur’an tetaplah kitab suci

yang mempunyai logika tersendiri yang tidak dapat disamakan dengan karya

manusia.

7. Merupakaan Rekaan

Walaupun terkadang sebuah karya sastra merupakan hasil pengalaman

pengarangnya, namun tetap ada unsur rekaan yang terkandung di dalamnya. Hal

ini jelas bertentangan dengan Al-Qur’an yang mana peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam Al-Qur’an adalah perkara dan fakta-fakta objektif yang tidak

memuat dusta, kesalahan, atau pun kekaburan. Sebab ia merupakan wahyu Ilahi

dan tak ada hal sekecil apapun yang luput dari ilmu-Nya, baik di langit dan di

bumi.11

Mengenai kebenarannya, beberapa sarjana muslim ada yang meragukan

apakah kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Qur’an itu benar-benar terjadi.

Seperti Thaha Husein, sastrawan Mesir ternama, dalam bukunya Fi asy-Syi’ral-

Jahili berpendapat bisa saja kitab Taurat dan Al-Qur’an bercerita tentang Ibrahim

dan Ismail, tetapi tidak cukup kuat bukti untuk menyatakan kedua orang itu benar-

benar ada dalam sejarah. Atau Muhammad Khalaf dalam bukunya Al-Fann al-

Qasasi mengatakan cerita dalam Al-Qur’an merupakan seni bercerita yang lebih

menitikberatkan keindahan gaya, keterpautan ide dengan tujuan cerita. Cerita-

cerita Al-Qur’an tidak harus kisah nyata, karena banyak di antaranya yang tidak

ada bukti sejarahnya. Menurutnya tidak mengapa kalau kita mengatakan bahwa

cerita-cerita Al-Qur’an merupakan dongeng belaka.12 Tentu pandangan ini

11 Ma’rifat, op. cit., h.36. 12 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Ilmi Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim

Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012) hlm 6.

Page 60: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

50

tidaklah benar, karena Al-Qur’an sendiri sudah menepis keraguan tersebut dengan

menyatakan,

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Yusuf: 111) 8. Mempunyai Nilai Keindahan Tersendiri

Ini artinya, karya yang tidak indah tidak termasuk karya sastra. Al-Qur’an,

meskipun kitab suci yang berisi petunjuk ajaran-ajaran agama, mempunyai nilai

kesusastraan yang tinggi. Tetapi bukan berarti Al-Qur’an adalah karya sastra.

Nilai-nilai kesusastraan yang terkandung di dalam Al-Qur’an hanyalah salah satu

mukjizat dari Al-Qur’an itu sendiri yang memang sebuah mukjizat.

Al-Qur’an diturunkan pada saat kondisi masyarakat Arab menjunjung

tinggi sastra lewat syair-syair yang indah. Seorang penyair yang hebat akan

dimuliakan dan diagung-agungkan. Ketika Nabi Muhammad menyampaikan

wahyu, yang mana wahyu tersebut memiliki gaya bahasa yang sangat indah,

orang-orang kafir Quraisy yang tidak percaya kepadanya menuduh Nabi

Muhammad sebagai seorang penyair. Banyak penyair yang mencoba menyaingi

keindahan Al-Qur’an, salah satunya ialah Musailamah yang membuat syair

dengan maksud meniru dan menandingi al-Qur`an sebagai berikut.13

"Hai katak: anak dari dua katak. Bersihkan apa-apa yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah"

13 Sulaiman ath-Tharawanah. Rahasia Pilihan Kata dalam Al-Qur’an. (Jakarta: Qisthi

Press, 2004), h. 349.

Page 61: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

51

Selain tak bermutu, syair itu pun tak jelas maksud dan tujuannya. Berbeda

dengan al-Qur`an yang setiap katanya dipilih secara cermat dan membawa pesan-

pesan tersendiri yang sering sekali menakjubkan. Al-Qur’an sendiri menantang

mereka untuk membuat yang seumpama Al-Qur’an satu ayat saja. Namun telah

ditegaskan bahwa manusia tidak akan pernah mampu untuk menandingi

keindahan Al-Qur’an sampai kapanpun.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(Al-Baqarah: 23-24).

Salah satu contoh mengenai nilai keindahan sastra yang dimiliki Al-Qur’an

ialah ketika al-Qur`an memilih kata "tâbut" untuk menyebut kotak yang

digunakan Ibu Nabi Musa saat membuangnya ke sungai Nil. Dalam mitos bangsa

Israel, "tâbut" bermakna "kotak kematian" dan identik dengan "sesuatu yang

kelam". Namun, kata itu justru digunakan al-Qur`an untuk membalik keyakinan

mereka. Yakni, justru dari kotak itulah akan terbit sebuah kehidupan yang

menjanjikan.

Lebih menakjubkan lagi, adalah fakta bahwa al-Qur`an tak pernah

menyebut sifat seorang tokoh secara transparan, tetapi justru dengan sebuah

deskripsi yang dapat melukiskan sifat itu secara lebih tepat. Saat al-Qur`an

melukiskan ketampanan Nabi Yusuf misalnya, tak ada satu pun kata "tampan"

dalam kisah itu. Akan tetapi, yang ada adalah sebuah deskripsi bahwa saat melihat

Page 62: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

52

Yusuf, para wanita yang diundang Zulaikha menjadi lupa diri dan tak sadar telah

mengiris-iris jari mereka sendiri.14

9. Nama yang Diberikan Masyarakat Kepada Hasil Tertentu

Walaupun ada niatan dari pengarangnya untuk membuat karya sastra,

tetapi jika masyarakat (pembaca) menolaknya dan menganggap itu bukan karya

sastra, maka karya tersebut tidak bisa disebut dengan karya sastra.15 Al-Qur’an

bukan prosa, dan bukan puisi, tetapi Al-Qur’an adalah Al-Qur’an, tidak ada nama

lain yang sesuai untuk Al-Qur’an selain nama Al-Qur’an. Disebut bukan puisi

karena tidak terikat dengan aturan-aturan yang berlaku untuk penyusunan puisi.

Disebut bukan prosa, karena ternyata terikat dengan ketentuan-ketentuan khusus

yang tidak terdapat dalam prosa yang membuat Al-Qur’an bergaya puitis di akhir

ayat dan mengandung irama dan rima khusus Al-Qur’an.16

Umat Islam yang sehari-harinya membaca Al-Qur’an tidak lantas

menganggap Al-Qur’an yang dibacanya -dengan segala keindahannya- sebagai

sebuah karya sastra. Mereka tetap menganggap Al-Qur’an itu sebagai kitab suci

yang membawa kepada jalan kebenaran.

Dari penjelasan di atas jelaslah sudah bahwa Al-Qur’an bukanlah karya

sastra. Kalaupun ada beberapa persamaan di dalamnya itu hanyalah sebagai alat

untuk membuat kagum bangsa Arab yang pada saat itu sangat maju dalam bidang

sastra, serta keistimewaan dan mukjizatnya. Juga sebagai alat bantu bagi manusia

dalam memahami isi kandungan yang terdapat di dalamnya. Karena memang sifat

alami manusia yang menyukai cerita.

C. Unsur-Unsur Cerita dalam Al-Qur’an Pada pembahasan sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada lima unsur

yang terkandung dalam cerita sastra. Yang pertama ialah unsur peristiwa, kedua

pelaku, ketiga waktu dan tempat, keempat gaya bahasa, dan terakhir gagasan

pikiran. 14 Ibid., h. 23. 15 Siswanto, op. cit., h.81. 16 D. Hidayat, Al-Balaghah lil-Jami’ wasy-Syawahid min Kalamil-Badi’ (Balaghah untuk

Semua), (Tangerang Selatan: PT. Karya Toha Putra & Bina Masyarakat Qur’ani, 2002), h.71.

Page 63: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

53

A. Hanafi MA dalam bukunya Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah

Al-Qur’an menyebutkan hanya ada tiga unsur dalam cerita-cerita Al-Qur’an, yaitu

pelaku, peristiwa, dan percakapan, tanpa adanya unsur waktu dan tempat serta

unsur gagasan pikiran atau tujuan. Hal ini terjadi karena memang cerita dalam Al-

Qur’an itu sendiri berbeda dengan cerita sastra pada umumnya. Dalam cerita-

cerita Al-Qur’an, peranan ketiga unsur itu tidaklah sama, boleh jadi salah satunya

saja yang menonjol, sedangkan unsur yang lain hampir menghilang. Satu-satunya

pengecualian ialah cerita Nabi Yusuf.

Unsur peristiwa lebih dominan pada cerita yang dimaksudkan untuk

mengancam atau menakut-nakuti, seperti cerita kaum Tsamud dengan Nabi Saleh

dalam surat Asy-Syams dan Al-Qamar. Sedangkan unsur pelaku lebih dominan

pada cerita yang dimaksudkan untuk memberi kekuatan moral dan kemantapan

hati Nabi beserta pengikutnya. Adapun pada cerita yang dimaksudkan untuk

mempertahankan dakwah Islamiyah dan membantah para penentangnya, unsur

yang lebih dominan ialah unsur percakapan.17

1. Pelaku

Dalam cerita-cerita Al-Qur’an, pelaku tidak hanya manusia, tetapi juga

malaikat, jin, bahkan hewan seperti semut dan burung. Dalam cerita Qarun ini,

pelakunya ialah manusia dalam bentuk orang laki-laki, yaitu Nabi Musa (hanya

disebutkan namanya di awal cerita), Qarun, dan umat-umat yang berdialog dengan

Qarun.

Para pelaku tersebut tidak disebutkan sifat-sifat fisiknya, seperti tinggi

badannya, warna kulit, raut muka dan sebagainya yang biasa dipakai untuk

membedakan seseorang dengan yang lainnya.18 Bahkan umat yang berdialog

kepada Qarun tidak disebutkan namanya. Yang terjadi justru penggambaran sifat

sombong dan kekayaan Qarun, bukan fisiknya itu sendiri. Hal ini menunjukkan

bahwa yang terpenting dari cerita Qarun ini bukan penggambaran fisiknya, tetapi

peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut.

17 Hanafi, op. cit., h.53. 18 Hanafi, op. cit., h.57.

Page 64: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

54

Mengenai alasan dominannya unsur peristiwa dibanding unsur pelaku pada

cerita Qarun akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan tentang peristiwa sebagai

berikut.

2. Peristiwa

Peristiwa dalam cerita sastra erat kaitannya dengan prolog, konflik dan

klimaks. Di mana munculnya konflik dan klimaks membuat alur cerita menjadi

menarik dan tidak membosankan.19

Al-Qur’an memiliki keanekaragaman cara penyampaian ceritanya.

Pertama, ada yang disebutkan terlebih dahulu sinopsis ceritanya, kemudian

setelah itu dipaparkan rincian-rinciannya dari awal sampai selesai. Cara

penyampaian seperti itu terdapat dalam cerita ashabul kahfi yang ceritanya

dimulai seperti ini.

“atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” (Al-Kahfi: 9-12)

Itu adalah sinopsis cerita tentang ashabul kahfi, seakan-akan sinopsis ini

adalah pendahuluan yang mampu menimbulkan keinginan untuk mengetahui

cerita selanjutnya.

Kedua, ada yang disebutkan kesimpulan cerita dan maksudnya, kemudian

dimulai cerita tersebut dari awal sampai akhir. Seperti yang terdapat dalam cerita

Nabi Yusuf, di mana ceritanya dimulai dengan mimpi yang diceritakannya kepada

ayahnya, maka ayahnya memberitahukan bahwa dia akan memiliki kedudukan

yang besar. Firman Allah SWT.,

“(ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan

19 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2005), h.117.

Page 65: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

55

mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Yusuf: 4-6)

Ketiga, ada yang disebutkan ceritanya langsung tanpa adanya pendahuluan

atau sinopsis terlebih dahulu. Seperti cerita Maryam saat melahirkan Isa.

Keempat, ada yang seolah-olah cerita itu seperti sandiwara, karena hanya

disebutkan beberapa kalimat yang menjadi prolog, dan selebihnya dialog antar

pelaku yang dominan.20 Model semacam ini yang banyak sekali terdapat dalam

cerita-cerita Al-Qur’an, salah satunya ialah cerita tentang Qarun.

Ayat 76 surat Al-Qashash menjadi prolog cerita Qarun, yang menjelaskan

bagaimana keadaan Qarun yang merupakan kaum nabi Musa dengan segala

kekayaannya yang melimpah, yang diibaratkan kunci-kuncinya saja sungguh berat

dipikul oleh orang yang kuat-kuat. Hanya segitu saja kalimat yang menjelaskan

keadaan Qarun, karena selanjutnya dialog antar pelaku saja yang dominan, yakni

antara Qarun dengan kaumnya.

Dari pertengahan ayat 76 sampai ayat 80, bentuk cerita berubah menjadi

dialog antara Qarun dengan kaumnya. Di sini muncul konflik ketika kaumnya

mengingatkannya agar tidak sombong. Tetapi kesombongan Qarun malah

semakin menjadi-jadi. Sampai pada Qarun keluar kepada kaumnya dengan segala

kemegahannya. Yang mana hal ini membuat kaumnya terbagi dua. Yang pertama

ialah mereka yang menginginkan harta yang banyak seperti Qarun dan

menganggap Qarun ialah orang yang sangat beruntung. Dan yang kedua ialah

mereka yang menganggap bahwa kesombongan Qarun akan membawa

kebinasaan baginya. Pahala dan keridhaan Allah jauh lebih baik.

Puncaknya (klimaks) pada ayat 81, di mana Allah membenamkan Qarun

beserta segala harta benda yang dimilikinya dikarenakan sifat sombongnya. Hal

20 Quthb, op. cit., h.206-211.

Page 66: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

56

ini menjadi pelajaran bagi umat manusia agar tidak berlaku sombong sebagaimana

Qarun.

Unsur peristiwa dalam cerita Qarun termasuk dominan, karena pada cerita

tersebut Al-Qur’an bermaksud untuk mengancam atau menanamkan rasa takut,

seperti cerita kaum ‘Ad dalam surat Al-Qamar sebagai berikut:

Kaum 'Aad pun mendustakanKu. Maka bagaimana siksaKu dan ancaman-ancamanKu. Sesungguhnya Kami telah mengirimkan kepada mereka angin dingin yang menderu-deru pada hari celaka yang terus menerus. Ia mencabut manusia seakan-akan mereka adalah akar pohon (korma) yang tercabut. Maka bagaimana siksaKu dan ancaman-ancaman-Ku.(Al-Qamar: 18-21)

Jika diperhatikan isi cerita tersebut, maka akan terlihat bahwa Al-Qur’an

tidak menyebutkan perincian, seperti keadaan kaum ‘Ad sebelum mendustakan

Tuhan dan bagaimana keadaan rumah-rumah mereka. Sampai masalah pengutusan

Nabi Hud dan dialog yang terjadi antara kaum ‘Ad dengan Hud juga tidak

disebutkan. Tetapi Al-Qur’an dengan cepat menceritakan tentang siksa yang

ditimpakan kepada mereka dengan memakai gambaran seram yang menakutkan;

yaitu angin dingin yang menderu-deru, celaka yang terus menerus. Demikian

kuatnya angin yang mencabut dan menerbangkan mereka, sehingga seolah-olah

mereka itu pohon yang tidak berakar.

Cara demikian ditempuh Al-Qur’an, hanya dan semata-mata karena Al-

Qur’an bermaksud menanamkan rasa takut terhadap siksa pada diri orang-orang

yang hidup pada masa Nabi Muhammad. Diharapkan rasa takut tumbuh kuat

dalam jiwa mereka, sehingga gambaran di ataslah yang dipilih, dengan diawali

dan diakhiri pertanyaan yang menusuk hati dan retorik, yaitu: Coba lihat

bagaimana siksaKu dan ancaman-ancamanKu. Dari sini dapat dilihat bahwa Al-

Qur’an hanya memilih bahan-bahan cerita yang dapat mewujudkan tujuannya.

Page 67: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

57

Sedangkan peristiwa-peristiwa, para pelaku dan perincian-perincian yang tidak

mempunyai hubungan dengan tujuan tersebut tidak perlu disebutkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita Al-

Qur’an tidak bermaksud mengajarkan peristiwa-peristiwa sejarah, seperti halnya

buku-buku sejarah. Yang sangat dipentingkan dari cerita Al-Qur’an ialah memberi

nasihat, bukan mensejarahkan perorangan atau golongan bangsa-bangsa.21

3. Percakapan

Tidak pada setiap cerita harus ada percakapan, sebab cerita-cerita pendek

sering hanya berisi gambaran pelaku atau peristiwa semata. Cara semacam ini

lazim ditemui pada cerita yang bermaksud mengancam. Namun pada cerita Al-

Qur’an yang lainnya, percakapan merupakan unsur yang sangat menonjol, yang

biasanya terdapat dalam cerita yang banyak pelakunya. Melalui dialog, cerita akan

terasa hidup dan menarik perhatian pembacanya.22

Pada surat Al-Qashash ayat 76-81 ini, terlihat bahwa cerita Qarun

didominasi oleh unsur percakapan. Hanya permulaan ayat 76 dan 79, serta

keseluruhan ayat 81 saja yang bukan percakapan. Selebihnya dari pertengahan

ayat 76 sampai akhir ayat 80 semuanya berbentuk percakapan, di mana di situlah

terjadinya konflik cerita. Artinya kurang lebih 4 dari 6 ayat yang menceritakan

tentang Qarun itu berbentuk percakapan. Hal ini dikarenakan pesan atau pelajaran

yang ingin disampaikan lebih banyak terdapat dalam percakapan dalam cerita

tersebut. Sehingga penggambaran pelaku dan peristiwa tidak banyak disebutkan.

Isi percakapan yang terdapat dalam cerita tersebut ialah nasihat-nasihat

agama, seperti perkataan kaumnya yang mengingatkan Qarun agar tidak sombong

dan menjadikan harta benda malah menjadi penyebab melalaikan diri kepada

Allah. Lalu perkataan Qarun menjawab nasihat kaumnya dengan kesombongan

yang semakin menjadi-jadi, hingga ia keluar dari istananya dengan segala

kemewahannya yang membuat kaumnya terbagi menjadi dua (yang menginginkan

sama sepertinya dan yang tidak tergoda dengan kekayaan tersebut), dan memang

kenyataannya manusia kini pun terbagi dua seperti itu.

21 Hanafi, op. cit., h.25-26. 22 Hijazi, op. cit., h.117.

Page 68: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

58

Adapun cara Al-Qur’an dalam menggambarkan percakapan didasarkan

atas riwayat, atau menurut istilah tata bahasa ialah “direct speech” (percakapan

langsung). Jadi Al-Qur’an menceritakan kata-kata pelaku dalam bentuk aslinya,

seperti “Ia berkata ...”, “mereka berkata ...” dan sebagainya.23

Meski begitu, pada hakikatnya mutakallim dalam Al-Qur’an jelas adalah

Allah SWT. Allah dalam menyampaikan suatu makna, ada yang secara langsung,

atau melalui lisan para rasul-Nya, atau tokoh-tokoh yang namanya diabadikan

dalam kitab suci ini, seperti Luqman al-Hakim, Maryam, dan sebagainya.24

D. Hilangnya Unsur Waktu dan Tempat dalam Cerita Qarun Cara penuturan cerita dalam Al-Qur’an ada yang ditunjukkan nama tempat

dan tokoh pelakunya serta gambaran peristiwanya, ada yang hanya disebut

peristiwanya tanpa ditunjukkan tempat pelakunya. Ini karena kisah di dalam al-

Qur’an dimaksudkan untuk menarik pelajaran darinya, bukan untuk menguraikan

sejarah kejadiannya.25

Saat menuturkan cerita, Al-Qur’an banyak menghilangkan unsur waktu

dan tempat, bahkan terkadang juga pelaku-pelakunya. Di dalam Al-Qur’an tidak

ada satu cerita pun yang fokus terhadap waktu (kapan peristiwa itu terjadi). Untuk

tempat, hampir-hampir Al-Qur’an mengabaikannya juga. Hanya beberapa tempat

saja yang disebutkan karena memang pengetahuan tentang tempat tersebut

berkaitan dengan ajaran yang ingin disampaikan.26

Cerita-cerita Al-Qur’an merupakan penginformasian kembali terhadap

peristiwa tertentu yang telah terjadi pada kurun waktu yang lama, bahkan

sebagiannya sangat lama. Akan tetapi, Al-Qur’an tidak begitu menekankan secara

detail kapan peristiwa itu terjadi; apakah seribu atau dua ribu tahun sebelum Nabi

Muhammad diutus, atau sesudahnya, dan sebagainya. Penekanan lebih diberikan

kepada jalannya peristiwa itu sendiri, guna menyingkap berbagai pelajaran yang

23 Hanafi, op. cit., h.65. 24 D. Hidayat, op. cit., h.66. 25 M. Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedi Alquran Kajian Kosakata dan Tafsirnya, (Jakarta:

Yayasan Bimantara, 2002), jilid I, hal.1-2. 26 Ma’rifat, op. cit., h.56.

Page 69: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

59

terkandung di dalamnya. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an bukan buku sejarah,

melainkan kitab yang diturunkan sebagai petunjuk dan pelajaran bagi orang-orang

yang bertakwa.

Walaupun demikian, setiap cerita yang diceritakan tetap dirunut secara

kronologis dengan alur yang bergulir ke depan secara alami. Lebih lanjut,

adakalanya waktu kejadian disinggung jika memang dipandang perlu dalam

rangka pencapaian misi ibarah di atas. Seperti pada cerita Nabi Nuh, Al-Qur’an

tidak menyebut kapan pastinya ia diutus sebagai rasul, namun menerangkan

lamanya misi tersebut dijalankan, yaitu sembilan ratus lima puluh tahun. Pada

cerita Nabi Yusuf disebutkan, "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)

sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan

dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.” (Yusuf: 47). Juga pada cerita

tentang ashabul kahfi disebutkan, “dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga

ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”

Adapun masalah tempat juga tidak disinggung secara detail, kecuali pada

saat-saat tertentu di mana penyebutannya dibutuhkan dalam cerita atau

keberadaannya memiliki arti tersendiri. Sebagai contoh Firman Allah SWT dalam

hal Isra’ Nbi Muhammad SAW., yaitu,

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha....” (Al-Isra’: 1)

Pada ayat ini, tempat disebutkan secara eksplisit dikarenakan posisi khusus

yang dimilikinya. Di mana kedua masjid itu merupakan dua kiblat umat Islam

dalam shalat. Dengan demikian, jika waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa

dipandang tidak memiliki keistimewaan, maka Al-Qur’an tidak merasa butuh

untuk menyebutkannya secara eksplisit.27 Sebagaimana yang terjadi pada cerita

Qarun.

Dari ayat 76 sampai dengan ayat 81 surat Al-Qashash, tidak didapati

kalimat yang menjelaskan tahun berapakah masa hidupnya Qarun, apakah dua

ribu tahun sebelum masehi. Juga tidak ditemukan berapa usianya, apakah lima

27 Hijazi, op. cit., h.371-372.

Page 70: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

60

puluh, atau sembilan puluh tahun. Dan juga tidak ditemukan kapan kejadian

Qarun ditenggelamkan ke perut bumi bersama harta bendanya, apakah pagi, siang

atau malam. Begitu juga dengan tempat tenggelamnya Qarun, di mana letak

istananya, tidak ada satu kalimat pun yang menjelaskan tentang itu.

Hal ini berbeda jika waktu atau tempat kejadian tersebut memiliki makna

khusus, seperti cerita isra’ Nabi Muhammad, pertemuan Musa dengan Allah di

Gunung Sinai, atau penyebutan nama Mesir, Madyan, Mekah, dan sebagainya

yang memiliki posisi penting dalam cerita secara keseluruhan. Ciri khusus lainnya

adalah, apabila suatu peristiwa yang diceritakan mengharuskan penyebutan waktu

dan tempat kejadian, maka yang pertama kali disebut adalah waktunya dan baru

kemudian tempatnya.28

E. Penyampaian Pesan dalam Cerita Cerita di dalam Al-Qur’an merupakan salah satu cara yang digunakan Al-

Qur’an untuk memberi pelajaran bagi manusia. Ketika Al-Qur’an hendak

menyampaikan pesan penting di dalam suatu cerita, cara yang digunakan ialah

mengemukakan pernyataan tegas secara berjenjang, baik berisi penolakan maupun

pengukuhan isi cerita.29 Letak pesan ini bisa di awal, di akhir, maupun di tengah-

tengah cerita, tergantung dengan konteks ceritanya.

Di dalam cerita Qarun ini, penyampaian pesan terletak di tengah-tengah

dan akhir cerita. Penyampaian pesan yang pertama terdapat dalam ayat 76, ucapan

kaumnya yang mengingatkan Qarun Janganlah kamu terlalu bangga,

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri.

Pesan selanjutnya terdapat pada ayat 77, memperkuat pesan di ayat 76, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

para pembuat kerusakan.

Di akhir ayat 81, disebutkan pesan penting terakhir yang hendak

disampaikan, yakni orang-orang yang sombong tidak akan mendapat pertolongan.

Tidak ada suatu golongan pun yang menolongnya terhadap siksa Allah. Hal ini 28 Hijazi, op. cit., h.373. 29 Dahlan, op. cit., h.187.

Page 71: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

61

kemudian dikukuhkan dengan pernyataan dan tidak pula ia termasuk orang-orang

yang mampu membela (dirinya). Pesan yang tersebar di tengah dan akhir cerita

seolah hendak memberitahu bahwa siksa Allah itu adil. Dia tidak akan menyiksa

suatu kaum kecuali setelah ada peringatan.30

Jika diperhatikan, kedua pesan yang terdapat pada ayat 76 dan 77

Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

terlalu membanggakan diri., dan dan janganlah kamu berbuat kerusakan di Bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pembuat kerusakan itu merupakan

ucapan kaumnya yang mengingatkan Qarun. Peringatan-peringatan tersebut

sayangnya tidak mengubah sikap Qarun yang sombong, malah membuatnya

semakin menjadi-jadi hingga Allah kemudian mengazabnya. Dan pesan terakhir,

yakni ayat 81 Tidak ada suatu golongan pun yang menolongnya terhadap siksa

Allah yang dikukuhkan dengan pernyataan dan tidak pula ia termasuk orang-

orang yang mampu membela (dirinya) merupakan pernyataan Al-Qur’an yang

memuat pesan terakhir.

Dua pesan di awal, yakni ayat 76 dan 77 seakan-akan hanya dikhususkan

kepada Qarun, karena memang dalam dialog tersebut ucapan itu ditujukan

langsung kepadanya untuk mengingatkannya agar tidak bersikap sombong. Meski

begitu tetap dalam hal ini Al-Qur’an pada hakikatnya tidak hanya mengingatkan

Qarun saja, melainkan semua manusia. Selanjutnya, setelah dua peringatan

tersebut diabaikan Qarun, maka Allah menurunkan azab kepadanya hingga pada

ayat 81 kali ini Al-Qur’an yang seolah-olah langsung mengatakan kepada semua

manusia bahwa begitulah kesudahan orang yang menyombongkan diri.

Pola penyampaian pesan di akhir cerita pada cerita Qarun di atas sama

dengan yang terdapat dalam surat Al-Ankabut ayat 39-40:

Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras

30 Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.189.

Page 72: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

62

yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Allah terlebih dahulu memberi peringatan kepada Qarun, Firaun, dan

Haman lewat Nabi Musa. Namun mereka tetap berlaku sombong dan yang terjadi

setelahnya ialah Allah mengazab mereka dengan cara yang bermacam-macam. Di

akhir ayat pesan tersebut disampaikan bahwa Allah sekali-kali tidak hendak

menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri

lewat sikap sombong tersebut.

Dengan adanya penyampaian pesan seperti ini membuat orang yang

membaca cerita Qarun bisa mendapatkan pesan yang ingin disampaikan dari

cerita tersebut berupa hikmah dan pelajaran mengenai akhlak. Tidak hanya

sekadar cerita yang dijelaskan panjang lebar, tetapi tidak tahu isi pesan yang

terkandung di dalamnya.

F. Pengulangan Cerita Salah satu akibat dari pengaruh tunduknya cerita Al-Qur’an terhadap

maksud tujuan agama ialah pengulangan cerita. Kalau ada cerita yang diulang

pasti ada tujuan kenapa Al-Qur’an mengulang cerita tersebut dan tidak berbentuk

pengulangan mutlak (tanpa maksud dan tujuan). Pengulangan tersebut disesuaikan

dengan konteks kapan diturunkan dan keadaan pada saat nabi Muhammad

menerimanya. Sebaliknya jika ada cerita yang tidak diulang, pasti ada tujuan pula

mengapa Al-Qur’an tidak mengulang cerita tersebut. Kembali lagi hal ini karena

diulang atau tidak sebuah cerita itu merupakan bagian dari tujuan cerita Al-Qur’an

itu sendiri, yakni menyampaikan pesan-pesan agama.31

Cerita dalam Al-Qur’an yang paling banyak mengalami pengulangan

adalah cerita Musa dan Firaun, dan sejarah Bani Israil. Yang perlu digarisbawahi

dalam pengulangan cerita Nabi Musa adalah adanya perbedaan antara spirit

universal dalam cerita Musa pada surat-surat Makkiyah, dan spiritnya dalam

31 Quthb, op. cit., h.171.

Page 73: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

63

surat-surat madaniyah. Cerita tentang Qarun yang merupakan umat Nabi Musa

(Bani Israil) terdapat dalam surat Al-Qashash yang merupakan surat Makkiyah.

Cerita tentang Musa dalam surat-surat Makkiyah lebih menekankan hubungan

umum antara Musa di satu sisi, dan Firaun dengan para koleganya (Qarun) di sisi

lain, tanpa menyinggung keadaan Bani Israil di hadapan Musa. Sedangkan dalam

surat-surat Madaniyah, di mana dibicarakan hubungan antara Musa dengan Bani

Israil, juga hubungan dan kaitannya dengan problematika sosial dan politik.32

Orang yang mencermati dengan seksama cerita-cerita Al-Qur’an, akan

menemukan bahwa cerita-cerita yang diulang selalu membawa pesan tauhid, atau

untuk menunjukkan pertolongan Allah yang pasti diberikan kepada utusannya

dalam menghadapi musuh, atau untuk memantapkan pelajaran yang dapat dipetik

oleh kaum muslimin serta membungkam keangkuhan orang-orang kafir.33

Cerita Qarun di dalam Al-Qur’an merupakan jenis cerita yang habis

diceritakan dalam satu tempat. Artinya tidak didapati lagi selain di Surat Al-

Qashas ayat 76-81 cerita tentang Qarun. Kecuali hanya pengulangan penyebutan

nama Qarun yang terdapat dalam surat Al-Ankabut ayat 39-40:

Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali

32 Ma’rifat, op. cit., h.54. 33 Hijazi, op. cit., h.384.

Page 74: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

64

tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Juga yang terdapat dalam suratAl-Mu’min ayat 24:

Kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta".

Kedua pengulangan nama Qarun itu tidaklah mengulang cerita Qarun

secara khusus, karena penyebutan nama Qarun juga disandingkan dengan Firaun

dan Haman, yang mana mereka adalah umat Nabi Musa yang sama-sama

mengingkari ajaran Nabi Musa, yang pada akhirnya Allah mengazab mereka

akibat perbuatan mereka sendiri. Ini berarti cerita tentang Qarun memang hanya

ada dan habis di satu tempat saja, Surat Al-Qashas ayat 76-81. Karena cerita

tentang kaum yang binasa akibat ingkar dengan ajaran Nabinya sudah banyak di

ulang dalam cerita Al-Qur’an. Sehingga cerita Qarun ini hanyalah “pengulangan”

dari sekian cerita yang sama sebetulnya, hanya pelakunya saja yang berbeda.

G. Episode Kemunculan Tokoh Dalam Al-Qur’an, tokoh Qarun diceritakan ‘tiba-tiba” sebagai seorang

laki-laki dewasa yang kaya raya. Tidak disebutkan bagaimana kelahirannya, masa

kecilnya, bahkan bagaimana usahanya sehingga menjadi kaya raya. Hal semacam

ini banyak dijumpai di dalam cerita Al-Qur’an di mana tokoh-tokoh yang

disebutkan dalam cerita Al-Qur’an tiba-tiba muncul dalam keadaan sudah dewasa.

Masa kelahiran, kanak-kanak, dan remajanya tidak diceritakan. Seperti Nabi Nuh,

Nabi Hud, Nabi Shaleh, Nabi Luth, Nabi Syua’ib dari kalangan para nabi, atau

Firaun dari kalangan orang-orang durhaka. Tentunya hal ini mempunyai tujuan

tersendiri.

Mungkin saja kalau tokoh Qarun diceritakan dari masa kelahiran, kanak-

kanak, remaja hingga dewasa dan bagaimana ia mengumpulkan kekayaannya, hal

ini akan mengurangi nilai keindahan bercerita Al-Qur’an. Lagi pula kalau tidak

ada yang istimewa dan bisa diambil sebagai pelajaran pada masa-masa tersebut

Page 75: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

65

untuk apa diceritakan. Karena Al-Qur’an sekali lagi bukanlah buku cerita yang

harus menceritakan dengan detail tokoh-tokohnya, melainkan hanya bercerita

seperlunya saja, sesuai dengan tujuan Al-Qur’an itu sendiri.

Hal ini berbeda dengan cerita Nabi Musa, di mana Al-Qur’an

menceritakan dari masa kelahirannya. Sebab kelahirannya terjadi di saat semua

bayi laki-laki dari Bani Israil dibunuh. Selamatnya bayi Musa, saat berada di

tengah-tengah keluarga Firaun, mempunyai nilai khusus dalam menjelaskan

pemeliharaan Allah terhadap Musa. Allah berkuasa untuk menyelamatkan Musa

dari pembunuhan sebagaimana yang dialami anak laki-laki dari Bani Israil yang

lainnya, bahkan memelihara Musa justru di dalam lingkungan istana Fir’aun. Di

mana kelak dari situlah Allah mempersiapkan Musa untuk melaksanakan misi

risalah.

Atau dengan cerita Nabi Yusuf yang ceritanya diawali saat dia kanak-

kanak, ketika menceritakan mimpi kepada ayahnya bahwa dia melihat sebelas

bintang, matahari, dan bulan sujud di hadapannya. Di mana kelak dari mimpi

itulah ternyata bahwa Nabi Yusuf sudah mendapat “isyarat” yang diketahui oleh

ayahnya (Nabi Yakub) bahwa kelak ia akan menjadi pemimpin yang besar

(nabi).34

Cerita Qarun disebutkan dalam Al-Qur’an pada saat dewasa dan

kematiannya, karena memang pada bagian itulah terdapat ibrah dari cerita

tersebut. Al-Qur’an hendak menyampaikan bahwa orang yang sombong dan suka

berbuat kerusakan di muka bumi akan bernasib seperti Qarun yang mati ditelan

bumi bersama seluruh harta kekayaannya. Yang mana harta kekayaan tersebut

sedikit pun tidak dapat menolong dan membantunya.

Mengenai episode kematian yang diceritakan dalam Al-Qur’an, hal ini

juga terjadi pada cerita Firaun dan Nabi Sulaiman, di mana saat-saat kematiannya

diceritakan dalam Al-Qur’an, karena memang ada pelajaran yang dapat diambil

dari kematian mereka.

34 Quthb, op. cit., h.182.

Page 76: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

66

“hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Yunus: 90)

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba’: 14) H. Panjang Pendek Cerita

Cerita Al-Qur’an pada umumnya disampaikan secara singkat, bahkan tidak

jarang sangat singkat, tetapi padat makna. Ini karena tujuan pemaparan cerita

bukanlah sebagai bacaan hiburan, tetapi lebih sebagai penyampai pelajaran atau

ibrah yang terkandung di dalamnya. Penekanan pada ibrah inilah yang membuat

hal-hal yang tidak mendukung tujuan itu tidak perlu dirinci atau dijabarkan secara

panjang lebar. Sebagai contoh, dalam cerita Nabi Nuh tidak ditemukan rincian

mengenai besar kapal yang dibuat, karena tujuan dari pemaparan cerita itu adalah

untuk menjelaskan bahwa orang yang ingkar terhadap Allah akan

ditenggelamkan; bukan pembuatan kapal itu sendiri.

Ini agak berbeda dengan Taurat yang memberikan keterangan panjang

lebar tentang ukuran kapal Nabi Nuh. Dalam kitab kejadian disebutkan.

“Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kau buat berpetak-petak dan harus kau tutup dengan pangkal dari luar dan dari dalam. Beginilah engkau harus membuat kapal itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya, dan tiga puluh hasta tingginya. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.”

Menurut Al-Qur’an, hal-hal teknis semacam itu tidak lebih penting

dibandingkan pelajaran yang terkandung di dalamnya.35

Mengenai panjang pendek cerita, cerita tentang Qarun di dalam Al-Qur’an

termasuk cerita yang dalam penyebutannya pendek. Karena hanya terdapat dalam

surat Al-Qashash dari ayat 76-81, di mana tidak ada pengulangan cerita

35 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Kisah Para Nabi Pra Ibrahim dalam Perspektif

Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), h. 8.

Page 77: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

67

setelahnya, kecuali hanya penyebutan nama Qarun pada surat Al-Ankabut ayat

39-40 dan surat Al-Mu’min ayat 24 seperti yang sudah dipaparkan pada

pembahasan sebelumnya.

Diceritakan Qarun ialah kaum nabi Musa yang kaya raya (tanpa

diceritakan bagaimana proses ia mengumpulkan kekayaan tersebut), namun

bersikap sombong dengan kekayaannya tersebut. Kemudian ada kaumnya yang

berkata kepadanya, mengingatkan untuk tidak berbuat sombong. Namun

peringatan itu malah dijawab dengan ungkapan bahwa kekayaannya merupakan

hasil dari jerih payahnya sendiri. Hingga akhirnya ia keluar dari istananya dengan

segala kemewahannya, menunjukkannya kepada kaumnya, yang mana hal ini

membuat kaumnya terbagi dua. Yang menginginkan kekayaan sama sepertinya,

dan yang menganggap bahwa pahala dan keridhaan dari Allah lebih baik. Dan

kemudian akibat dari sifat sombongnya itu Allah mengazabnya dengan

menenggelamkan dirinya beserta seluruh harta bendanya ke dalam perut bumi.

Yang mana ini merupakan pelajaran bagi umat manusia bahwa akibat perbuatan

sombong ialah seperti itu. Tidak ada yang mampu menolongnya.

Ini tentu berbeda dengan cerita Nabi Musa, di mana sejak lahirnya Musa

hingga terhentinya Musa dengan kaumnya di depan Tanah Suci semua diceritakan

dengan jelas. Kenapa di dalam Al-Qur’an disebutkan semua episode kehidupan

Nabi Musa? Sebab, setiap episode itu memiliki maksud tujuan keagamaan.

Lagi pula kalau memang tidak ada kaitannya dengan hikmah-hikmah

keagamaan, untuk apa sebuah cerita diceritakan secara panjang lebar. Karena

memang kembali lagi, tujuan Al-Qur’an bercerita bukan lah sebagai cerita hiburan

semata. Melainkan sebagai petunjuk agama bagi manusia yang membacanya.

I. Gaya Bercerita yang Baik Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa Al-Qur’an sudah

mencontohkan bagaimana bercerita yang baik, efektif, menyentuh perasaan, dan

bermakna, yang mana ini sangat bermanfaat bagi para pendidik, baik orang tua

maupun guru dalam menyampaikan cerita kepada anak. Al-Qur’an sudah banyak

menyediakan bahan cerita yang tidak hanya menarik, tetapi juga sangat baik untuk

Page 78: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

68

mendidik akhlak anak karena di dalamnya terkandung pesan-pesan yang

menuntun manusia ke jalan yang benar. Sudah seharusnya bagi orang tua dan guru

untuk memberdayakan potensi yang sangat besar yang sudah disediakan Al-

Qur’an ini dengan menjadikannya sebagai metode pembelajaran.

Agus DS, seorang pendongeng profesional dalam bukunya, “Mendongeng

Bareng Kak Agus DS, Yuk...” menuliskan bagan bagaimana merancang sebuah

cerita sederhana.36

Dalam bercerita hendaknya kalimat-kalimatnya dibuat singkat, sehingga

memudahan pembaca atau pendengar untuk memahami rangkaian peristiwa dalam

cerita, tidak bertele-tele. Jika bahasa dalam cerita untuk anak-anak maka dalam

penyampaiannya haru disederhanakan. Rasulullah SAW tidak pernah berbelit-

belit saat berbicara dengan anak-anak, beliau selalu langsung menuju pokok

pernasalahan, tanpa basa-basi yang membingungkan. Hal tersebut sesuai dengan

karakter jiwa anak yang membutuhkan kata-kata yang singkat namun bermakna,

36 Agus DS, Mendongeng Bareng Kak Agus DS, Yuk..., (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2012), h. 98.

Mengerti akan estetika

(kriteria-kriteria membuat cerita)

Buat pendahuluan cerita yang singkat

Isi cerita

(cerita lengkap)

Gambar dan warna yang jelas

(untuk buku)

Dengan bahasa dan

kalimat yang jelas

Pesan moral di akhir cerita

(penutup)

Page 79: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

69

karena kalimat yang terlalu berbelit-belit dapat membosankan, sehingga anak

tidak dapat menerima pesan kita dengan baik.37

Berbeda dengan cerita untuk orang dewasa, gaya bahasa konotatif dan

majaz lebih baik dari gaya denotatif dan lugas. Penyampaian cerita dengan

menggunakan gaya bahasa yang tepat akan membuat pendengarnya tergugah

emosinya, dan seolah-olah larut dalam cerita. Terkadang diperlukan pengulangan

kata untuk mendapatkan kesan yang lebih kuat pada jiwa pendengar jika memang

hal tersebut dibutuhkan dan sesuai dengan konteks cerita.38

Uraian kaidah ini menjadi penting karena dengan mengetahuinya, selain

mendapatkan pelajaran dari kandungan cerita-cerita yang diceritakan Al-Qur’an,

juga akan mengetahui cara terbaik dalam menyampaikan pelajaran melalui

penguraian cerita. Suatu cerita yang disampaikan dengan metode sebagaimana

yang ditempuh Al-Qur’an akan menimbulkan kesan mendalam bagi para pembaca

dan pendengarnya. Sebaliknya jika suatu cerita disampaikan dengan cara lain,

akan sangat sulit memberikan perincian-perincian pesan yang hendak

disampaikan dalam cerita tersebut. Itu seperti mengemukakan cerita panjang tanpa

terlebih dahulu memberikan ringkasan ceritanya.

37 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung:

Penerbit Al-Bayan, 1997), h. 306. 38 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2002), h. 26.

Page 80: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil kajian yang dilakukan penulis mengenai karakteristik metode

pembelajaran cerita dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 76-81, dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Cerita di dalam Al-Qur’an berbeda dengan cerita pada karya sastra pada

umumnya. Baik dari segi materi maupun isi. Hal ini dikarenakan tujuan

bercerita dari Al-Qur’an ialah sebagai media pembelajaran agama, bukan

sebagai hiburan semata seperti cerita sastra.

2. Cerita di dalam Al-Qur’an menekankan kepada kebenaran dan mengandung

hikmah atau pesan di setiap ceritanya. Semua cerita yang terkandung di

dalamnya adalah fakta rill, bukan dongeng yang palsu dan dibuat-buat.

3. Akibat dari berbedanya tujuan antara cerita Al-Qur’an dengan cerita sastra,

maka gaya bercerita Al-Qur’an pun berbeda dengan sastra. Salah satunya

ialah unsur cerita yang terdapat dalam cerita Al-Qur’an hanya tiga, yakni

peristiwa, pelaku, dan percakapan. Sedangkan unsur waktu dan tempat

terkadang muncul, tergantung berkaitan atau tidak dengan tujuan cerita

tersebut.

4. Pada intinya ciri khas Al-Qur’an dalam bercerita ialah tidak bertele-tele,

singkat tetapi jelas dan mengena. Selalu mengandung hikmah dari setiap

cerita yang diceritakan. Menggunakan gaya dan bahasa yang mampu

menggugah hati pembacanya. Jika dirasa perlu, mengulang cerita yang sudah

pernah disebutkan tetapi dengan gaya yang berbeda, disesuaikan dengan

konteks ayat dan kondisi pada saat diturunkan.

5. Sampai kapan pun manusia tidak akan bisa menandingi kemukjizatan Al-

Qur’an. Baik dari segi keindahan maupun isi.

Page 81: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

71

B. Saran Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang

diharapkan menjadi salah satu bagian dalam upaya mengembangkan Pendidikan

Agama Islam di Indonesia.

1. Hendaknya para pendidik menggunakan cerita sebagai salah satu metode

pembelajaran dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada anak.

Tidak diragukan lagi bahwa cerita-cerita yang ada di dalam Al-Qur’an lah

yang sangat perlu untuk diceritakan kepada anak-anak dalam rangka

mendidik mereka. Dengan menceritakan cerita-cerita keteladanan dalam Al-

Qur’an baik dari cerita para nabi atau selain nabi, anak-anak tidak saja

dikenalkan berbagai cerita dalam kitab suci-Nya, mendekatkan manusia

dengan sumber utama dalam agamanya sejak dini dan lebih jauh untuk

mendorong semangat mereka untuk mengkaji lebih mendalam ajaran-ajaran

dalam Al-Qur’an, tetapi juga diharapkan mereka dapat mengambil hikmah

dan teladan dari sifat, perilaku dan kondisi emosional para tokoh tersebut

ketika mereka dihadapkan pada situasi atau peristiwa tertentu.

Karena memang penyampaian pesan dengan jalan cerita lebih mengena ke

dalam hati, dan terkesan tidak menggurui. Sehingga lebih mudah diterima dan

diingat oleh anak.

2. Hendaknya para pendidik lebih sering lagi menceritakan tokoh-tokoh yang

terdapat dalam Al-Qur’an kepada anak-anak agar mereka mengenal tokoh-

tokoh tersebut. Dikhawatirkan mereka lebih mengenal cerita-cerita fiktif yang

banyak terdapat di media-media, baik film, televisi, novel, dan lain-lain.

Sedangkan cerita-cerita tentang para nabi yang mengandung pesan-pesan

yang baik tidak mereka ketahui.

Page 82: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

72

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, Nunu, Seni berkisah: Memandu Anak Memahami Al-Qur’an, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.

Al-Ghazali, Syekh Muhammad, Induk Al-Qur’an, Jakarta: CV. Cendekia Sentra

Muslim, 2003. -------------------------------------, Al-Qur’an Kitab Zaman Kita: Mengaplikasikan

Pesan Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.

Al-Khalidy, Shalah, Kisah-Kisah Al qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu,

Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya Toha

Putra, 1993. Al-Qarni, Aidh bin Abdullah, Al-Qur’an Menjadikan Hidup Lebih Berarti,

Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2005. Al-Qattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: PT Pustaka Litera

AntarNusa, 2007. Ath-Tharawanah, Sulaiman, Rahasia Pilihan Kata dalam Al-Qur’an, Jakarta:

Qisthi Press, 2004. Amini, Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Penerbit Alhuda, 2006.

Anwas, Oos M., Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan), Vol. 16. Edisi Khusus III, Oktober 2010.

Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Indisipliner, Jakarta: Dunia Aksara, 1997. Baidan, Nashiruddin, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998. Carr, F. Rene Van de, dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam

Kandungan. (Bandung: Penerbit Kaifa, 2000). Dahlan, Abd. Rahman, Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Qur’an, Bandung: Penerbit

Mizan, 1997.

Page 83: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

73

DS, Agus, Mendongeng Bareng Kak Agus DS, Yuk..., Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2012. Egan, Kieran, Pengajaran yang Imajinatif, Jakarta: PT Indeks, 2009.

FKMT Penamas Departemen Agama Dki Jakarta dan Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Metode Dakwah, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004.

Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung:

Penerbit Al-Bayan, 1997. Hanafi, A., Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984. Hidayat, D, Al-Balaghah lil-Jami’ wasy-Syawahid min Kalamil-Badi’ (Balaghah

untuk Semua), Tangerang Selatan: PT. Karya Toha Putra & Bina Masyarakat Qur’ani, 2002.

Hijazi, Muhammad Mahmud, Fenomena Keajaiban Al-Qur’an, Kesatuan Tema

dalam Al-Qur’an Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2010. Kumpulan Artikel KOMPAS, ‘Sekolah’ Alternatif untuk Anak, Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2002. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Kisah Para Nabi Pra Ibrahim dalam

Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012.

Majid, Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002. Ma’rifat, Muhammad Hadi, Cerita-Cerita Al-Qur’an: Antara Fakta dan

Metafora, Yogyakarta: Penerbit Citra, 2013. Mursy, Muhammad Sa’id, Seni Mendidik Anak, Jakarta: Arroyan, 2001.

Najati, Muhammad Utsman, Psikologi Qurani: dari Jiwa hingga Ilmu Laduni, Bandung: Penerbit MARJA, 2010.

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam dengan Multidisipliner, Jakarta: Rajawali

Pers, 2009. -------------------, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Page 84: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

74

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,

Jakarta: Pusat Bahasa, 2008. Quthb, Sayyid, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, Jakarta: Gema Insani, 2004.

Shiddieqy, Teungku M. Hasbi ash-, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007, Cet. Ke-8. Vol. 10. --------------------------, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah

Al-Qur’an, Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007, Cet I. Shihab, M. Quraish, dkk, Ensiklopedi Alquran Kajian Kosakata dan Tafsirnya,

Jakarta: Yayasan Bimantara, 2002, jilid I. Siswanto, Wahyudi, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT Grasindo, 2008.

Sugono (ed), Dendy, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya,

1995. Wahyudi, Ari, Model Pembelajaran Berbasis Komik Untuk Mencapai Ranah

Afektif Pada Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16. Edisi Khusus I, Juni 2010.

Widyastono, Herry, Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik Dalam

Pembelajaran, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15. November 2009.

Yahya, Harun, Misinterpretasi Terhadap Al-Qur’an Mewaspadai Penyimpangan

dalam Menafsirkan Al-Qur’an, Jakarta: Robbani Press, 2001.

Page 85: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode
Page 86: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul

“Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash

Ayat 76-81” yang disusun oleh MUHAMMAD IDHAM KHALID, NIM.

109011000163, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui

kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada hari Jumat, 31 Januari 2014.

Jakarta, 31 Januari 2014

Dosen Pembimbing

M. Sholeh Hasan, Lc., MA.

NIP. 19710214 2006041 018

Page 87: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

DAFTAR REFERENSI

No No

Footnote

Bab Halaman

Skripsi

Referensi Paraf

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7

1

2

3

4

5

6

7

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

2

3

Ari Wahyudi. Model Pembelajaran

Berbasis Komik Untuk Mencapai Ranah

Afektif Pada Pendidikan

Kewarganegaraan Bagi Anak Berkesulitan

Belajar. (Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan) Vol. 16 Edisi Khusus I, Juni

2010. h. 43-44.

Herry Widyastono. Mengembangkan

Kreativitas Peserta Didik Dalam

Pembelajaran. (Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan) Vol. 15. November 2009. h.

1020.

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam.

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) h. 91-

92.

Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik,

(Jakarta: Penerbit Alhuda, 2006), h. 315.

F. Rene Van de Carr, dan Marc Lehrer,

Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam

Kandungan. (Bandung: Penerbit Kaifa,

2000), h. 132.

Kieran Egan, Pengajaran Yang Imajinatif,

(Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 12-13.

Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al qur’an

Pelajaran dari Orang-orang Dahulu.

(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 16.

Page 88: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

8

9

10

11

12

13

14

8

9

10

11

12

13

14

1

1

1

1

1

1

1

3

4

5

5

6

6

6

Amini, op. Cit., h. 316.

Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Al-Qur’an

Menjadikan Hidup Lebih Berarti, (Jakarta:

Cendekia Sentra Muslim, 2005), h. 21.

Syekh Muhammad Al-Ghazali, Induk Al-

Qur’an, (Jakarta: CV. Cendekia Sentra

Muslim, 2003), h. 111.

A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada

Kisah-Kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1984), h. 22.

Nunu Achdiat, Seni Berkisah: Memandu

Anak Memahami Al-Qur’an, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 1998), h. 78.

Ibid.

Oos M. Anwas. Televisi Mendidik

Karakter Bangsa: Harapan dan

Tantangan. (Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan) Vol. 16 Edisi Khusus III,

Oktober 2010. h. 259.

15

16

17

18

1

2

3

4

2

2

2

2

10

10

10

11

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 283.

Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik

dengan Cerita, Terjemah Neneng Yanti

dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT

Remaja Rosda Kalya, 2001), h. 8.

Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik

Anak, (Jakarta: Arroyan, 2001), h. 117.

A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada

Kisah-Kisah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka

Page 89: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

11

12

14

14

14

15

15

15

16

17

17

17

18

19

20

Alhusna, 1984), Cet.1 h.15.

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori

Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008),

h.140.

Dendy Sugono (ed), Buku Praktis Bahasa

Indonesia Jilid 2, (Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), Cet.7

h.126.

Hanafi, op. cit., h.15-17.

Siswanto, op. cit., h.72-81.

Hanafi, op. cit., h.19.

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian

Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2005) h. 117.

Nurgiyantoro, op. cit., h.127.

Siswanto, op. cit., h. 143.

Nurgiyantoro, op. cit., h.227-232

Siswanto, op. cit., h. 158.

Nurgiyantoro, op. cit., h.310-311.

Siswanto, op. cit., h. 162.

Kumpulan Artikel KOMPAS. ‘Sekolah’

Alternatif untuk Anak, (Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2002), hal.4.

FKMT Penamas Departemen Agama Dki

Jakarta dan Direktorat Pendidikan Agama

Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan

Masjid Direktur Jenderal Kelembagaan

Agama Islam Departemen Agama RI,

Metode Dakwah, (Jakarta: Departemen

Agama RI, 2004) hlm 128.

Harun Yahya. Misinterpretasi Terhadap

Page 90: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

20

20

20

22

22

22

24

25

25

26

Al-Qur’an Mewaspadai Penyimpangan

dalam Menafsirkan Al-Qur’an, (Jakarta:

Robbani Press, 2001), h. 72.

Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy. Sejarah

dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,

(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,

2009), h. 123.

Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Al-Qur’an

Kitab Zaman Kita: Mengaplikasikan Pesan

Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini,

(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 88.

Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu

Al-Qur’an, (Jakarta: PT Pustaka Litera

AntarNusa, 2007), h. 437.

Shalah Al Khalidy, Cerita-Cerita Al-

Qur’an: Pelajaran dari Orang-Orang

Terdahulu, (Jakarta: Gema Insani Press,

2000), h. 52.

Mursy, op. cit., h.118.

Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an

Berkisah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.

159.

Muhammad Hadi Ma’rifat. Cerita-Cerita

Al-Qur’an: Antara Fakta dan Metafora,

(Yogyakarta: Penerbit Citra, 2013), h. 47.

Muhammad Utsman Najati. Psikologi

Qurani: Dari Jiwa hingga Ilmu Laduni.

(Bandung: Penerbit MARJA, 2010), h.

155.

Ma’rifat, Op. cit, h. 33.

Ma’rifat, Op. cit, h. 33-38.

Page 91: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

44

45

46

47

48

49

50

30

31

32

33

34

35

36

2

2

2

2

2

2

2

27

27

29

31

33

35

36

Najati, Op. cit, h. 156.

Abd. Rahman Dahlan. Kaidah-Kaidah

Penafsiran Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit

Mizan, 1997), h. 188.

Dahlan, op. cit., h.191.

Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena

Keajaiban Al-Qur’an, Kesatuan Tema

dalam Al-Qur’an Al-Qur’an, (Jakarta:

Gema Insani, 2010), h. 74.

Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an

Berkisah, (Jakarta: Gema Insani, 2004),

h.181-184.

Quthb, op. cit., h. 184-188.

Sulaiman ath-Tharawanah, Rahasia

Pilihan Kata dalam Al-Qur’an, (Jakarta:

Qisthi Press, 2004), h. 217-219.

51

52

1

2

3

3

37

38

Nashiruddin Baidan, Metodologi

Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998), Cet. 1, h. 31.

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam

dengan Multidisipliner, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2009), h. 368.

53

54

1

2

4

4

42

43

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:

Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007),

Cet VIII, Vol. 10. h. 403.

M. Quraish Shihab, Al-Lubab Makna,

Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah

Al-Qur’an, (Tangerang: Penerbit Lentera

Page 92: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

44

45

45

46

47

48

49

49

51

52

52

53

Hati, 2007), Cet I, h. 80.

Ahmad Mustafa Al-Maraghi , Tafsir Al-

MAraghi, (Semarang: PT Karya Toha

Putra, 1993), h. 174-175.

Shihab. Op. cit, h. 413-415.

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori

Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h.72.

Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena

Keajaiban Al-Qur’an, Kesatuan Tema

dalam Al-Qur’an Al-Qur’an, (Jakarta:

Gema Insani, 2010), h.343.

Siswanto, op. cit., h.75.

Muhammad Hadi Ma’rifat. Cerita-Cerita

Al-Qur’an: Antara Fakta dan Metafora.

(Yogyakarta: Penerbit Citra, 2013), h. 33.

Ma’rifat, op. cit., h.36.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,

Tafsir Ilmi Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim

Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains,

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur’an, 2012) hlm 6.

Sulaiman ath-Tharawanah. Rahasia

Pilihan Kata dalam Al-Qur’an. (Jakarta:

Qisthi Press, 2004), h. 364.

Siswanto, op. cit., h.81.

D. Hidayat, Al-Balaghah lil-Jami’ wasy-

Syawahid min Kalamil-Badi’ (Balaghah

untuk Semua), (Tangerang Selatan: PT.

Karya Toha Putra & Bina Masyarakat

Qur’ani, 2002), h.71.

Hanafi, op. cit., h.53.

Page 93: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

53

54

55

57

57

58

58

58

58

59

60

60

61

62

63

63

65

66

68

Hanafi, op. cit., h.57.

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian

Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2005), h.117.

Quthb, op. cit., h.206-211.

Hanafi, op. cit., h.25-26.

Hijazi, op. cit., h.117.

Hanafi, op. cit., h.65.

D. Hidayat, op. cit., h.66.

M. Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedi

Alquran Kajian Kosakata dan Tafsirnya,

(Jakarta: Yayasan Bimantara, 2002), jilid I,

hal.1-2.

Ma’rifat, op. cit., h.56.

Hijazi, op. cit., h.371-372.

Hijazi, op. cit., h.373.

Dahlan, op. cit., h.187.

Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an

Berkisah, (Jakarta: Gema Insani, 2004),

h.189.

Quthb, op. cit., h.171.

Ma’rifat, op. cit., h.54.

Hijazi, op. cit., h.384.

Quthb, op. cit., h.182.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,

Kisah Para Nabi Pra Ibrahim dalam

Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,

2012), h. 8.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru

Profesional. (Bandung: Remaja Rosda

Page 94: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

86

87

88

34

35

36

4

4

4

68

69

69

Karya, 1995) h. 15.

Agus DS, Mendongeng Bareng Kak Agus

DS, Yuk..., (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2012), h. 98.

Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik

Anak Bersama Rasulullah, (Bandung:

Penerbit Al-Bayan, 1997), h. 306.

Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik

dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja

Rosda Kalya, 2001), h. 26.

Page 95: KARAKTERISTIK METODE PEMBELAJARAN ABSTRAK Nama : Muhammad Idham Kholid NIM : 109011000163 Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : “Karakteristik Metode

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama lengkap : Muhammad Idham Kholid

2. Tempat, tanggal lahir : Bekasi, 2 Desember 1991

3. NIM : 109011000163

4. Alamat rumah : Kp. Buaran Ds. Lambangsari RT 04/02

Kec. Tambun Selatan Kab. Bekasi

5. HP : 08998481127

6. Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. TK Al-Ittihad Tambun Selatan Bekasi, lulus tahun 1997

b. SDIT An-Nadwah Tambun Selatan Bekasi, lulus tahun 2003

c. MTs Al-Masthuriyah Cisaat Sukabumi, 2003-2005

d. MTs Ar-Raudhah Tambun Selatan Bekasi, lulus tahun 2006

e. MA At-Taqwa Pusat Putra Ujung Harapan Bekasi, lulus tahun

2009

f. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, lulus tahun 2014

2. Pendidikan Non-Formal

a. Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Perumahan Ciputat Baru Ciputat

Jakarta, 30 April 2014

Muhammad Idham Khalid