karakteristik kekeringan hidrologi di wilayah … · nilai recharge bulanan selama periode...

41
KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH KALIMANTAN BAGIAN TIMUR RIFQI NAUFALDI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: vankiet

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI

WILAYAH KALIMANTAN BAGIAN TIMUR

RIFQI NAUFALDI

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi
Page 3: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik

Kekeringan Hidrologi di Wilayah Kalimantan Bagian Timur adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Rifqi Naufaldi

NIM G24100075

Page 4: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

ABSTRAK

RIFQI NAUFALDI. Karakteristik Kekeringan Hidrologi di Wilayah Kalimantan

Bagian Timur. Dibimbing oleh MUH TAUFIK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kekeringan

hidrologi pada komponen groundwater recharge dan menganalisis hubungan

karakteristik kekeringan tersebut dengan fenomena ENSO. Metode neraca air

dengan input curah hujan dan evapotranspirasi bulanan digunakan untuk menduga

nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. Kekeringan recharge dihitung

apabila nilai recharge bulanan berada di bawah ambang batas kekeringan. Nilai

ambang batas kekeringan ditentukan dengan menggunakan metode ambang batas

bervariasi (varying threshold). Nilai ambang batas bervariasi berdasarkan lokasi

dan kondisi tanah pada tiap-tiap daerah kajian. Hasil analisis menunjukkan

semakin lama durasi kekeringan, nilai defisit recharge akan meningkat signifikan.

Semakin panjang durasi kekeringan, frekuensi kekeringan yang terjadi akan

semakin rendah. Wilayah Samarinda dengan kondisi tanah gambut bervegetasi

hutan termasuk yang paling rentan terhadap kekeringan. Hal ini diindikasikan

dengan frekuensi kekeringan yang cukup besar (56) dan terdapat durasi

kekeringan panjang (10 bulan berturut-turut). Sedangkan wilayah Banjarmasin

dengan kondisi tanah mineral bertutupan vegetasi hutan memiliki tingkat

kerentanan terendah yang diindikasikan dengan frekuensi kekeringan terendah

(19). Pada kondisi EL-Niňo kuat, kekeringan hidrologi di wilayah Kalimantan

bagian timur cenderung mengalami peningkatan frekuensi, durasi, dan nilai defisit

volume recharge.

Kata kunci: recharge, volume defisit, ambang batas, durasi, ENSO

Page 5: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

ABSTRACT

RIFQI NAUFALDI. Hydrological Drought Characteristics in the Eastern part of

Kalimantan. Supervised by MUH TAUFIK.

This study aimed to identify the hydrological drought using groundwater

recharge component and analyze the relation between hydrological drought and

ENSO phenomena. Water balance model with monthly rainfall and ETp input was

used to assess the monthly recharge value from 1901 to 2009. In this study we

used a monthly varying threshold method. The threshold varied depending on the

climate regime and soil condition. Drought in groundwater was considered when

the monthly recharge is below the drought threshold. We found that the longer

drought duration, the volume deficit would significantly increase. Additionally,

the longer drought duration, the number of drought events would significantly

reduce. This study indicates that Samarinda region under peat soil and forest cover

is more prone to drought as indicated by the highest drought frequency (56). In

other hand, Banjarmasin region under mineral and forest cover is less vulnerable

to drought. Furthermore, this study shows that peat soils are more pronounced to

severe drought than mineral soils. Our findings also confirmed that strong El-Niňo

would trigger severe hydrological droughts.

Key words: recharge, volume deficit, threshold, duration, ENSO

Page 6: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi
Page 7: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI

WILAYAH KALIMANTAN BAGIAN TIMUR

RIFQI NAUFALDI

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi
Page 9: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

Judul Skripsi : Karakteristik Kekeringan Hidrologi di Wilayah Kalimantan Bagian

Timur

Nama : Rifqi Naufaldi

NIM : G24100075

Disetujui oleh

Muh Taufik, SSi MSi.

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Tania June, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini telah berhasil diselesaikan. Tema

yang dipilih dalam penelitian ini ialah karakteristik kekeringan hidrologi di

wilayah Kalimantan bagian timur, yang sudah dilaksanakan sejak Bulan Februari

2014.

Banyak terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhammad Taufik

selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, masukan, dan ilmu yang

sangat bermanfaat bagi kehidupan saya kedepan. Disamping itu, penghargaan

penulis sampaikan kepada kakak angkatan Taufiq Yuliawan yang telah banyak

membantu memecahkan masalah dalam penelitian yang saya lakukan. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan

teman-teman atas segala doa, semangat, motivasi dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Rifqi Naufaldi

Page 11: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Data 2

Metode Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Profil Iklim 8

Ambang Batas Kekeringan 9

Durasi dan Frekuensi Kekeringan Hidrologi 10

Defisit Volume Kekeringan Hidrologi 11

Hubungan antara Fenomena SOI dengan Karakteristik Kekeringan 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 28

Page 12: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

DAFTAR TABEL

1 Faktor koreksi berdasarkan letak lintang dan waktu 4

2 Nilai ambang batas kekeringan (Q80) di ketiga wilayah kajian (Tarakan,

Samarinda dan Banjarmasin) dengan tipe tanah dan tutupan vegetasi

yang berbeda 9

3 Lama durasi dan jumlah kejadian kekeringan pada setiap jenis tanah

dan tutupan vegetasi di ketiga daerah kajian (Tarakan, Samarinda, dan

Banjarmasin) periode 1901-2009 10

4 Karakteristik kekeringan meteorologi pada ketiga daerah kajian

(Tarakan, Samarinda, dan Banjarmasin) periode 1901-2009 11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta wilayah kajian (sumber: BAPPENAS) 3

2 Sebaran nilai curah hujan (kiri) dan evapotranspirasi potensial (kanan)

bulanan pada wilayah Kalimantan bagian timur periode 1901-2009 8

3 Rerata nilai defisit (mm) pada tanah gambut untuk setiap tingkat durasi

kekeringan di wilayah Kalimantan bagian timur, periode 1901-2009 12

4 Rerata nilai defisit (mm) pada tanah mineral untuk setiap tingkat durasi

kekeringan di wilayah Kalimantan bagian timur, periode 1901-2009 13

5 Karakteristik kekeringan hidrologi pada tanah gambut bervegetasi

hutan di ketiga daerah kajian (Tarakan, Samarinda, dan Banjarmasin

saat kejadian ENSO kuat (SOI < -5.5) 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah gambut

bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Tarakan 18

2 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah mineral

bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Tarakan 20

3 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah gambut

bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Samarinda 22

4 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah mineral

bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Samarinda 24

5 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah gambut

bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Banjarmasin 26

6 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah mineral

bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Banjarmasin 27

Page 13: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

0

Page 14: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kekeringan merupakan fenomena hidro-meteorologi yang memberi dampak

negatif serta kerugian sosial ekonomi masyarakat yang hidup di suatu daerah

(Wilhite 1993). Secara umum kekeringan dapat dipengaruhi oleh faktor

variabilitas dan perubahan iklim. Kedua faktor ini mampu mengakibatkan

perubahan pada pola curah hujan dan sebaran suhu permukaan. Seiring dengan

tekanan pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi, dan perubahan iklim,

terdapat kecenderungan peningkatan dampak, area, dan frekuensi kekeringan yang

terbentuk di suatu wilayah (Jing et al. 2012).

Pada kondisi tropis, Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan

musim kering yang terjadi pada setiap tahun. Secara garis besar, musim kering

dipengaruhi oleh tingkat curah hujan yang berada di bawah normal. Hal ini

mengakibatkan kelembaban tanah yang tersedia di suatu lahan menjadi tidak

seimbang antara suplai dengan kebutuhan air pada periode waktu tertentu.

Kekeringan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni kekeringan

meteorologi, kekeringan pertanian, dan kekeringan hidrologi. Kekeringan

meteorologi adalah defisit curah hujan dalam jangka waktu lama. Kekeringan

meteorologi menyebabkan perubahan pada kapasitas simpanan air di dalam tanah,

yang apabila nilai simpanan air tersebut semakin turun dapat menyebabkan

kekeringan pertanian. Lalu apabila kekeringan pertanian dikaitkan dengan kondisi

pengurangan air bumi maka kekeringan tersebut dinyatakan sebagai kekeringan

hidrologi (Wilhite 2000; Tallaksen dan Van Lanen 2004). Kekeringan ini

mengakibatkan sumber air, waduk, serta jumlah aliran air yang masuk sebagai air

tanah (groundwater) semakin berkurang.

Kekeringan hidrologi berkembang secara perlahan pada area luas dengan

periode waktu yang panjang (mulai dari bulanan hingga tahunan) yang dapat

disebabkan oleh curah hujan pada kondisi di bawah normal (Van Lanen et al.

2012). Kekeringan hidrologi yang intensif dan berdurasi lama menjadi penyebab

kelangkaan dan pengurangan suplai air untuk irigasi, yang berdampak negatif

pada produksi pertanian di suatu wilayah.

Kekeringan hidrologi di wilayah Kalimantan dapat dianalisa dengan

menggunakan komponen groundwater recharge. Nilai recharge bulanan yang ada

di suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan model neraca air lahan. Nilai

recharge ini berfungsi untuk menentukan sifat-sifat dan pola kekeringan, yang

disebut sebagai karakteristik kekeringan. Karakteristik kekeringan dibentuk dari

beberapa komponen dan parameter utama berupa durasi, defisit, dan waktu

kejadian (Hisdal et al. 2004). Karakteristik kekeringan hidrologi dapat

diaplikasikan pada skala regional, serta mampu menyediakan informasi yang

handal dalam memprediksi kejadian kekeringan.

Page 15: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk: (i) mengidentifikasi karakteristik kekeringan

hidrologi menggunakan komponen groundwater recharge, (ii) menganalisis

hubungan antara kekeringan hidrologi dengan fenomena ENSO yang terjadi di

Indonesia.

Manfaat Penelitian

Analisis kekeringan pada groundwater recharge digunakan untuk

mengetahui pola dan tingkat kekeringan hidrologi yang terjadi di wilayah

Kalimantan bagian timur. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal

pengelolaan irigasi pertanian, manajemen sumber daya air, serta untuk antisipasi,

adaptasi, dan mitigasi bencana kekeringan.

METODE

Data

Pemodelan neraca air lahan untuk mengestimasi groundwater recharge

dilakukan dengan menggunakan satu set parameter data dan masukan sebagai

berikut:

1. Data time-series bulanan berupa suhu udara dan curah hujan dalam kurun

waktu 109 tahun (1901-2009). Data suhu udara dan curah hujan bulanan

pada penelitian ini merupakan data dari Climate Research Unit (CRU)

(http://badc.nerc.ac.uk/data/cru). Data ini merupakan data grid hasil

pemetaan satu set data iklim dari observasi bulanan di seluruh daratan

stasiun meteorologi yang ada di dunia (Harris et al. 2004).

2. Komponen soil water retention berupa: SMfc (soil moisture at field

capacity, SMwp (soil moisture at wilting point), dan SMcp (soil moisture at

critical point) yang berasal dari kurva soil water retention pada lapisan atas

tanah dan lapisan bawah tanah. Kurva tersebut diperoleh berdasarkan acuan

dari Sayok et al. (2008) dan Shaliha et al. (2012).

3. Data SOI bulanan dalam kurun waktu 109 tahun yang tersedia dari situs

Bureau of Meteorology

http://www.bom.gov.au/climate/current/soihtm1.shtml.

4. Nilai koefisien tanaman berupa tutupan vegetasi hutan dan non-hutan.

Data curah hujan dan suhu permukaan diperoleh berdasarkan letak wilayah

kajian masing-masing. Area wilayah kajian untuk Provinsi Kalimantan Utara

menggunakan data grid Tarakan (3°14′23″-3°26′37″ LU dan 117°30′50″-

117°40′12″ BT). Sedangkan area kajian untuk Provinsi Kalimantan Timur

menggunakan data grid Samarinda koordinat (00o19’02”- 00

o42’34” LS dan

117o03’00” - 117

o18’14”). Lalu untuk area kajian Provinsi Kalimantan Selatan

Page 16: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

3

menggunakan data grid Banjarmasin (3o16’40”- 3

o22’54” LS dan 114

o31’40” -

114o39’55”). Lokasi untuk ketiga daerah kajian (Tarakan, Samarinda, dan

Banjarmasin) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta wilayah kajian (sumber: BAPPENAS)

Metode Penelitian

Analisis neraca air lahan dimulai dengan perhitungan evapotranspirasi

pertanaman dengan memasukkan data suhu udara dan koefisien tanaman (kc).

Setelah itu diperlukan data curah hujan dan kapasitas simpanan air tanah untuk

menentukan nilai kadar air tanah (soil moisture), recharge, dan evapotranspirasi

aktual, dengan menggunakan model neraca air lahan. Data recharge tersebut

digunakan untuk memperoleh nilai ambang batas kekeringan pada berbagai

macam tipe tanah dan tutupan vegetasi. Dalam penelitian ini, kejadian kekeringan

hidrologi didefinisikan sebagai nilai recharge bulanan yang berada di bawah nilai

ambang batas. Nilai recharge bulanan yang termasuk kedalam kategori

kekeringan, digunakan untuk menganalisa karakteristik kekeringan hidrologi

berupa durasi dan defisit volume kekeringan. Karakteristik kekeringan tersebut

dikaitkan dengan kejadian ENSO untuk melihat pengaruh variabilitas iklim

terhadap kejadian kekeringan.

Page 17: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

4

1. Evapotranspirasi potensial (ETp)

Menurut Chen et al. (2005) evapotranspirasi potensial merupakan

kombinasi proses evaporasi dan transpirasi yang dipengaruhi oleh jumlah energi

dan kondisi atmosfer, dengan anggapan ketersediaan air tidak menjadi faktor

pembatas pada proses tersebut. Penentuan ETp dilakukan dengan menggunakan

model evapotranspirasi potensial Thornthwaite. Model ini hanya menggunakan

parameter input berupa data suhu udara bulanan pada wilayah yang dikaji.

Formulasi perhitungan evapotranspirasi Thornthwaite dilakukan dengan

menghitung indeks panas pada Persamaan (1) terlebih dahulu.

i = (t/5)1.514

(1)

Melalui Persamaan (1), dapat ditentukan jumlah nilai indeks bulanan (I), dengan

formulasi berikut:

I

= ∑ ( )

(2)

Persamaan (3) dicari dengan memformulasikan I pada persamaan (2).

a = (0.675 * 10-6

* I3) – (0.77 * 10

-4 * I

2) + 0.01792*I + 0.49 (3)

Dengan menggunakan persamaan (2) dan (3), evapotranspirasi potensial dapat

dirumuskan seperti pada Persamaan (4) di bawah ini:

PEx = 16 * (10t/I)a (4)

Persamaan (4) masih perlu dikoreksi kembali terhadap letak lintang dan waktu

dengan menggunakan nilai-nilai faktor koreksi yang ada pada Tabel 1. Sehingga

didapat rumus seperti pada persamaan (5):

ETp = PEx*(f) (5)

Keterangan:

PEx : Evapotranspirasi potensial belum terkoreksi (mm)

ETp : Evapotranspirasi potensial terkoreksi (mm)

t : suhu rata-rata bulanan (oC)

f : faktor koreksi berdasarkan letak lintang dan waktu

I : jumlah nilai i (indeks panas) dalam setahun

Tabel 1 Faktor Koreksi Berdasarkan Letak Lintang dan Waktu

Lintang Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

3 1.03 0.94 1.04 1.02 1.05 1.02 1.05 1.05 1.01 1.04 1.01 1.03

2 1.04 0.94 1.04 1.01 1.05 1.02 1.05 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

1 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

0 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

-1 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

-2 1.05 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.02 1.05

-3 1.05 0.95 1.04 1.01 1.03 1 1.03 1.04 1.01 1.05 1.02 1.05

-4 1.06 0.95 1.04 1 1.03 1 1.03 1.03 1 1.05 1.03 1.06

Page 18: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

5

2. Evapotranspirasi pertanaman (ETc)

Menurut Allen et al. (1997) ETc merupakan evapotranspirasi dalam kondisi

potensial dimana tanaman berada pada kriteria sehat, berkecukupan hara, dan

bebas hama penyakit. Formulasi perhitungan ETc dimodelkan melalui Persamaan

(6).

ETc = ETp * kc (6)

Keterangan:

ETp : Evapotranspirasi potensial terkoreksi (mm)

kc : Koefisien tanaman

Berdasarkan penelitian Harahap dan Darmosarkoro (1994) dalam Widodo

dan Dasanto (2010), nilai koefisien untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara

0.82 (untuk LAI < 2) sampai 0.93 (untuk LAI > 5). Kelapa sawit dengan

kelompok umur > 7 tahun memiliki nilai LAI berkisar antara 4.9 – 5.1. Oleh

karena itu, nilai koefisien tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sebesar

0.93 dengan asumsi rata-rata tanaman kelapa sawit yang ada di wilayah

Kalimantan Utara telah berumur lebih dari 25 tahun. Koefisien tanaman hutan

dalam penelitian ini bernilai 1.1. Sue et al. (2011) menyatakan bahwa selama

musim pertumbuhan, koefisien tanaman untuk hutan konifer basah dapat

melampaui nilai 1.0.

3. Pemodelan neraca air lahan

Recharge merupakan besarnya aliran air yang masuk ke dalam tanah

menuju ke groundwater. Aliran air tersebut merupakan air gravitasi yang berhasil

melewati gaya kohesi dan adhesi disekitar pori-pori tanah. Pada kondisi tertentu

seperti pada muka air dangkal (shallow water table), groundwater mensuplai air

ke permukaan dengan gaya capillary rise sehingga kelembaban tanah meningkat

hingga kapasitas lapang. Nilai recharge ditentukan oleh kadar air tanah dan soil

water retention. Formulasi perhitungan recharge dilakukan menggunakan

persamaan Van Lanen et al. (2013).

SMCi = SMCi-1 + P – ETc (7)

Dengan menggunakan persamaan (7), dapat ditentukan nilai recharge pada jenis

lahan berupa mineral dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

Apabila (SMCi ≥ SMfc) maka:

ETa = ETc

Recharge = SMCi - SMfc

Apabila (SMCi ≥ SMcp) dan (SMCi ≤ SMfc), maka:

ETa = ETc

Recharge = 0.2 * ((SMCi - SMcp) / (SMfc - SMcp))3.4

Lalu apabila (SMCi < SMcp) dan (SMCi > SMwp), maka:

ETa = ((SMCi - SMwp) / (SMcp - SMwp)) * ETc

Recharge = 0

Page 19: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

6

Lalu yang terakhir apabila SMCi < SMwp, maka:

ETa = 0

Recharge = 0

Pada kondisi lahan gambut, diasumsikan nilai evapotranspirasi selalu dalam

kondisi potensial. Kondisi water table di lahan ini tergolong dangkal dengan

kedalaman kurang dari 2 meter. Nilai kadar air tanah yang terukur akan selalu

mendekati kapasitas lapang. Bahkan bisa saja mencapai tingkat kejenuhan (pF 1).

Hal ini akan berdampak pada perhitungan nilai recharge seperti pada formulasi

berikut:

ETa = ETc

Recharge = P-ETc

SMCi = SMfc

Keterangan:

ETc = Evapotranspirasi Tanaman (mm)

ETa = Evapotranspirasi aktual (mm)

pF 1 = Kondisi tanah pada saat keadaan jenuh air

SMfc (pF 2.54) = Simpanan air pada saat kapasitas lapang (mm)

SMwp (pF 4.2) = Simpanan air pada saat mencapai titik layu permanen

(mm)

SMcp (pF 3) = Simpanan air pada saat mencapai critical point (mm)

Nilai soil water retention terbagi menjadi empat kategori yakni pF 1 (tingkat

saturasi), pF 2.54 (tingkat kapasitas lapang), pF 3 (tingkat titik kritis: berada

diantara tingkat kapasitas lapang dan titik layu permanen), serta pF 4.2 (tingkat

titik layu permanen). Keempat kategori ini memiliki nilai simpanan yang berbeda-

beda. Pada lahan berupa mineral, nilai pF 2.54, pF 3, dan pF 4.2 secara berturut-

turut adalah 381.3, 347.9, dan 171 (Shaliha et al. 2012). Sedangkan pada lahan

berupa gambut, nilai pF 2.54, pF 3, dan pF 4.2 secara berturut-turut sebesar 472,

403, dan 300 (Sayok et al. 2008).

4. Penentuan nilai ambang batas kekeringan (Q0)

Penetapan ambang batas/threshold kekeringan (Q0) pada penelitian ini

menggunakan metode ambang batas bervariasi bulanan (varying threshold).

Perhitungan ambang batas recharge bulanan ini merujuk pada nilai ambang batas

(threshold) tersebut, yaitu sebesar 80% data terlampaui. Ambang batas bervariasi

digunakan untuk mengidentifikasi kekeringan pada recharge. Fleig et al. (2006)

menyebutkan nilai threshold sebesar 70-90% sering digunakan dalam analisis

kekeringan hidrologi.

5. Analisis durasi dan volume defisit kekeringan

Durasi merupakan jangka waktu kekeringan yang dihitung dari awal hingga

akhir kejadian kekeringan. Sedangkan volume defisit merupakan akumulasi

defisit disepanjang durasi kekeringan dalam satuan mm. Pada saat menentukan

durasi dan volume defisit dibutuhkan komponen parameter seperti awal kejadian

Page 20: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

7

(onset) dan akhir kejadian (end) kekeringan.. Berikut ini merupakan tahapan

perhitungan analisis durasi dan volume defisit dalam menentukan karakteristik

kekeringan yang terjadi di suatu wilayah:

1. Memilih seluruh tanggal dan kejadian yang memiliki nilai recharge berada

di bawah ambang batas Q80.

2. Menghitung nilai defisit kekeringan dengan rumusan berikut:

Defisit = Q80 – Recharge.

3. Menentukan lama periode dari awal hingga akhir kejadian kekeringan

(durasi) dalam satuan bulan.

4. Menghitung volume defisit dengan rumusan sebagai berikut.

Vdefisit ∑

Setelah komponen karakteristik kekeringan hidrologi (durasi dan volume

defisit) diperoleh, kejadian kekeringan akan dikaitkan dengan nilai SOI untuk

mengetahui pengaruh variabilitas iklim terhadap karakteristik kekeringan

hidrologi di suatu wilayah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Iklim

Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari ketiga daerah kajian, Tarakan

dan Samarinda memiliki pola hujan ekuatorial yang dicirikan dengan bentuk

bimodal (dua puncak hujan) yang terjadi disekitar Bulan Maret dan Oktober

(Gambar 2). Pada daerah Banjarmasin (Gambar 2), pola hujan yang terbentuk

cenderung bertipe muson yakni dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat

unimodal (satu puncak musim hujan disekitar Bulan Desember).

Sebaran nilai curah hujan bulanan di daerah Tarakan cenderung lebih

beragam dibandingkan kedua daerah yang lain (Gambar 2). Sebarah curah hujan

bulanan tertinggi di daerah ini jatuh pada Bulan Mei dan November, yang secara

berturut-turut memiliki nilai median sebesar 287 mm dan 306 mm. Sedangkan

daerah Samarinda memiliki sebaran nilai curah hujan bulanan yang cenderung

tidak lebih bervariasi dibandingkan daerah kajian Tarakan dan Banjarmasin.

Sebaran curah hujan bulanan tertinggi di daerah ini jatuh pada Bulan Mei dan

Desember, yang secara berturut-turut memiliki nilai median sebesar 250 mm dan

247 mm. Banjarmasin memiliki sebaran nilai curah hujan bulanan yang cenderung

lebih fluktuatif dibandingkan kedua daerah kajian yang lain. Sebaran curah hujan

bulanan tertinggi di daerah ini jatuh pada Bulan Desember dan Januari, yang

secara berturut-turut memiliki nilai median sebesar 345 mm dan 321 mm. Secara

berturut-turut dari Bulan Juni hingga Oktober, sebaran curah hujan dan median

pada daerah Banjarmasin mengalami penurunan nilai yang cukup besar. Hal ini

dapat mengakibatkan defisit suplai air dalam jangka waktu yang cukup lama.

Page 21: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

8

Tarakan

Samarinda

Banjarmasin

Gambar 2 Sebaran nilai curah hujan (kiri) dan evapotranspirasi potensial (kanan)

bulanan pada wilayah Kalimantan bagian timur periode 1901-2009

Berdasarkan hasil perhitungan, sebaran ETp selama 12 bulan cenderung

memiliki pola yang sama untuk ketiga wilayah kajian (Gambar 2). Sebaran ETp

bulanan tertinggi dan terendah di ketiga wilayah kajian secara berturut-turut jatuh

pada Bulan Mei dan Februari. Daerah Tarakan secara umum memiliki sebaran

nilai ETp yang paling bervariasi, dengan nilai median ETp bulanan tertinggi

dibandingkan kedua daerah yang lain. Sedangkan pada daerah Banjarmasin dan

Samarinda memiliki sebaran nilai ETp yang tidak begitu besar.

Rainfall (mm/month)

Rainfall (mm/month)

Rainfall

(mm/month)

ETp (mm/month)

ETp

(mm/month)

ETp

(mm/month)

Page 22: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

9

Apabila dilihat pada Gambar 2, terindikasi bulan-bulan dengan sebaran nilai

curah hujan yang tinggi memiliki sebaran nilai evapotranspirasi potensial di atas

rata-rata. Namun ketika sebaran nilai curah hujan bulanan tersebut bernilai

rendah, evapotranspirasi potensial yang tercatat menjadi tidak begitu besar.

Sehingga semakin tinggi curah hujan yang ada di suatu wilayah, dapat

meningkatkan proses evapotranspirasi potensial secara signifikan.

Ambang Batas Kekeringan

Nilai ambang batas recharge yang dimiliki setiap wilayah kajian berbeda-

beda (Tabel 2). Hal ini dikarenakan pengaruh evapotranspirasi tanaman, curah

hujan dan karakteristik tanah (soil water retention) yang dimiliki oleh tiap

wilayah berbeda.

Tabel 2 Nilai ambang batas kekeringan (Q80) di ketiga wilayah kajian (Tarakan,

Samarinda dan Banjarmasin) dengan tipe lahan dan tutupan vegetasi

yang berbeda

Keterangan: GH = Gambut Hutan | GNH = Gambut Non Hutan | MH = Mineral Hutan | MNH = Mineral Non Hutan

Berdasarkan hasil analisa, setiap jenis lahan dan tutupan vegetasi pada

daerah Banjarmasin memiliki rerata varying threshold terendah dibandingkan

kedua daerah yang lain (Tabel 2). Hal ini dikarenakan jumlah curah hujan di

daerah Banjarmasin tidak sebesar dengan yang ada di daerah Tarakan dan

Samarinda (Gambar 2). Kondisi sebaliknya terjadi pada daerah Samarinda,

dimana rerata ambang batas recharge bulanan yang tercatat di daerah ini secara

umum tergolong lebih besar dibandingkan kedua daerah lain untuk tipe tanah

gambut dan mineral.

Ambang batas yang dimiliki oleh tutupan lahan bervegetasi non hutan

(kelapa sawit) secara umum bernilai lebih besar dibandingkan dengan tutupan

lahan bervegetasi hutan (Tabel 2). Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah

evapotranspirasi potensial yang ada pada vegetasi non hutan tidak sebesar dengan

yang ada pada vegetasi hutan.

Bulan

Ambang Batas

Tarakan Samarinda Banjarmasin

GH GNH MH MNH GH GNH MH MNH GH GNH MH MNH

Jan 13.11 35.62 11.39 34.23 37.1 58.67 36.07 58.67 113.64 138.97 125.99 151

Feb -8.18 11.79 0.06 11.79 24.22 43.23 24.22 43.23 64.21 87.86 78.43 99

Mar 7.15 33.82 0.15 27.14 53.55 74.83 50.26 74.83 62.08 87.99 77.23 101

Apr 5.18 31.68 2.56 31.16 59.89 82.24 58.25 82.24 -11.72 14.33 3.514 27

Mei 18.68 46.32 12.44 42.4 43.89 68.19 42.27 66.2 -43.41 -16.6 0 0.13

Jun -34.16 -6.61 0 0.04 4.59 27.65 3.19 27.65 -54.02 -29.09 0 0.01

Jul -55.65 -26.93 0 0 -23.31 0.35 0 0.13 -94.95 -70.71 0 0

Ags -18.81 7.76 0 0.08 -34.41 -10.12 0 0 -122.79 -97.62 0 0

Sep -27.14 -0.67 0 0.08 -36.37 -14.22 0 0 -120.95 -95.41 0 0

Okt 28.82 52.98 9.84 43.4 -14.93 9.77 0 0.06 -116.15 -88.98 0 0

Nov 74.09 97.94 61.55 89.51 38.19 61.14 20.47 55.93 -35.4 -8.75 0 0

Des 48.02 71.04 43.8 66.67 61.59 83.62 61.34 82.98 120.07 145.63 121 150

Page 23: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

10

Durasi dan Frekuensi Kekeringan Hidrologi

Ketiga daerah kajian memiliki frekuensi kekeringan yang berbeda-beda

(Tabel 3). Frekuensi kekeringan terbesar untuk setiap jenis tanah dan tutupan

vegetasi yaitu pada durasi selama 2 bulan (durasi terendah).

Daerah Samarinda secara keseluruhan memiliki frekuensi kekeringan

terbesar untuk kedua tipe tanah dan tutupan vegetasi yakni sebanyak 56 kejadian

untuk GH, 54 kejadian untuk GNH, 35 kejadian untuk MH, 47 kejadian untuk

MNH (Tabel 3). Durasi kekeringan terpanjang (10 bulan berturut-turut) terdapat

di daerah ini pada jenis tanah gambut dengan frekuensi yang terjadi hanya sekali

dalam periode 109 tahun.

Pada daerah Banjarmasin, frekuensi kekeringan yang terjadi tidak begitu

tinggi, yakni sebanyak 28 kejadian untuk GH, 29 kejadian untuk GNH, 19

kejadian untuk MH, dan 31 kejadian untuk MNH (Tabel 3). Tanah gambut dan

mineral di daerah ini banyak mengindikasikan tidak terjadi kekeringan hidrologi

untuk setiap tingkat durasi yang cukup lama. Beberapa faktor yang mempengaruhi

hal ini disebabkan oleh pola curah hujan yang ada di daerah tersebut, sebaran

curah hujan yang tidak begitu beragam, serta besar nilai ambang batas recharge

yang dimiliki daerah Banjarmasin.

Berdasarkan Tabel 3, durasi kekeringan yang berlangsung semakin lama

mendapati jumlah kejadian defisit recharge yang semakin sedikit. Hal ini

disebabkan karena kekeringan dengan durasi yang semakin lama menunjukkan

akumulasi dari kekeringan hidrologi yang semakin besar dan kuat. Oleh karena itu

durasi kekeringan yang panjang sangat jarang terjadi lagi dalam suatu periode

waktu tertentu di suatu wilayah. Sedangkan untuk durasi kekeringan yang

semakin singkat memiliki kemungkinan yang tinggi untuk bisa terjadi kembali

dalam suatu periode waktu tertentu.

Tabel 3 Lama durasi dan jumlah kejadian kekeringan pada setiap jenis tanah dan

tutupan vegetasi di ketiga daerah yang berbeda (Tarakan, Samarinda, dan

Banjarmasin) periode 1901-2009

Durasi

Kekeringan

(Bulan)

Frekuensi

Tarakan Samarinda Banjarmasin

GH GNH MH MNH GH GNH MH MNH GH GNH MH MNH

2 22 21 14 25 34 31 19 29 16 15 15 23 3 15 15 12 10 10 11 9 11 6 8 4 7 4 5 6 2 7 5 6 6 5 3 2 0 1 5 1 1 3 1 3 2 0 1 2 2 0 0

6 1 1 1 3 2 2 1 1 0 1 0 0

7 2 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

8 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0

Jumlah 47 47 34 48 56 54 35 47 28 29 19 31 Keterangan: G H = Gambut Hutan | G NH = Gambut Non Hutan | M H = Mineral Hutan | M NH = Mineral Non Hutan

Page 24: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

11

Defisit Volume Kekeringan Hidrologi

Jumlah defisit volume recharge di ketiga daerah kajian (Tarakan,

Samarinda, dan Banjarmasin) secara umum akan semakin meningkat seiring

dengan lama durasi kekeringan yang terjadi (Gambar 3 dan Gambar 4). Nilai

defisit volume recharge tertinggi di wilayah Tarakan ada pada jenis lahan berupa

gambut bertutupan vegetasi hutan, yakni sebesar 657 mm pada 8 bulan durasi

kekeringan. Sedangkan jika dilihat dari sisi kekeringan meteorologi, justru dalam

periode 7 bulan durasi kekeringan jumlah defisit curah hujan tercatat yang paling

tinggi, yakni sebesar 412 mm (Tabel 4). Sehingga kejadian antara defisit recharge

dan defisit curah hujan yang terbentuk di wilayah tersebut memiliki keterkaitan

yang cukup erat.

Rerata defisit volume recharge terendah pada setiap jenis tanah dan tutupan

vegetasi terdapat di daerah Banjarmasin (Gambar 3 dan Gambar 4). Lahan

mineral di wilayah ini kurang mengindikasikan defisit recharge yang berarti pada

kedua tutupan vegetasi (Gambar 4). Nilai defisit recharge tertinggi pada daerah

ini terdapat pada jenis tanah gambut bervegetasi non hutan, yakni sebesar 148 mm

untuk 7 bulan durasi kekeringan. Berdasarkan aspek kekeringan meteorologi,

pada durasi 7 bulan kekeringan ini didapati pula nilai defisit curah hujan tertinggi,

yakni sebesar 317 mm. Sehingga antara defisit kekeringan hidrologi dan defisit

kekeringan meteorologi yang terjadi di daerah ini memiliki kaitan yang erat.

Pada daerah Samarinda, rerata defisit recharge yang terjadi pada lahan

gambut untuk setiap jenis tutupan lahan (223 mm dan 224 mm) bernilai lebih

besar dibandingkan dengan lahan mineral (42 mm dan 77 mm). Lahan gambut

bervegetasi hutan memiliki nilai defisit recharge tertinggi (677 mm) pada 9 bulan

durasi kekeringan. Dilihat dari aspek kekeringan meteorologi, defisit curah hujan

yang terbentuk bernilai besar (606 mm) pada saat periode 8 bulan durasi

kekeringan (Gambar 5). Sehingga dapat dinyatakan bahwa kekeringan

meteorologi memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap besar defisit recharge

yang terjadi di daerah Samarinda.

Tabel 4 Karakteristik kekeringan meteorologi pada ketiga daerah kajian

(Tarakan, Samarinda, dan Banjarmasin) periode 1901-2009

Durasi

Kekeringan

(Bulan)

Frekuensi Defisit rerata curah hujan(mm)

Tarakan Samarinda Banjarmasin Tarakan Samarinda Banjarmasin

2 24 31 31 88 61 49

3 16 12 8 133 119 94

4 6 6 6 231 171 136

5 1 4 3 519 215 150

6 2 1 2 187 354 253

7 1 0 1 412 0 317

8 0 1 0 0 606 0

9 0 0 0 0 0 0

10 0 1 0 0 414 0

Page 25: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

12

Gambar 3 Rerata nilai defisit (mm) pada lahan gambut untuk setiap tingkat

durasi kekeringan di wilayah Kalimantan bagian timur, periode 1901-

2009

Ban

jarmasin

S

amarin

da

Tarak

an

Deficit

Deficit

Deficit

Deficit

Deficit

Deficit

Page 26: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

13

Gambar 4 Rerata nilai defisit (mm) pada lahan mineral untuk setiap tingkat

durasi kekeringan di wilayah Kalimantan bagian timur, periode 1901-

2009

Tarak

an

Sam

arind

a B

anjarm

asin

Deficit

Deficit

Deficit

Deficit

Deficit

Deficit

Page 27: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

14

Secara umum, defisit recharge yang terjadi pada lahan mineral di ketiga

daerah kajian (Tarakan, Samarinda, dan Banjarmasin) tidak begitu besar

dibandingkan dengan defisit recharge yang terjadi pada lahan gambut (Gambar 3

dan Gambar 4).

Hubungan antara Fenomena SOI dengan Karakteristik Kekeringan

Menurut Pearcy dan Spoener (1987), fenomena ini merupakan corak dan

ciri khas yang dimiliki oleh Samudera Pasifik. El-Niňo dan La Nina merupakan

proses fluktuasi temperatur di permukaan laut Samudera Pasifik bagian timur.

Fenomena El-Niňo biasa terjadi pada saat waktu natal disekitar pantai barat

Amerika Selatan. Pada tahun 1997 fenomena El-Niňo sangat kuat hingga

mengakibatkan kekeringan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis, nilai SOI yang tercatat pada setiap waktu

kekeringan mengidentifikasi bahwa sebagian besar defisit air lahan terjadi ketika

SOI bernilai negatif (Gambar 5). Pada saat SOI bernilai lebih kecil dari -5 dalam

kurun waktu lebih dari 5 bulan, maka dapat dikatakan telah terjadi fenomena El-

Niňo di wilayah Indonesia. Fenomena ENSO bukanlah faktor utama penyebab

kekeringan hidrologi. Namun pengaruhnya terhadap karakteristik kekeringan

hidrologi di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan

Selatan cukup kuat dan signifikan. Ini semua dibuktikan pada saat keadaan jumlah

defisit volume recharge bernilai tinggi atau maksimal, kejadian SOI yang tercatat

selalu bernilai negatif. Sama halnya dengan defisit volume, lama durasi

kekeringan yang terjadi pada saat fenomena El-Niňo memiliki tren yang akan

semakin meningkat seiring dengan nilai SOI yang semakin negatif.

Pada tahun 1997, kekeringan yang terjadi di ketiga daerah kajian dapat

dikatakan sebagai yang paling parah (Gambar 5). Defisit volume recharge pada

tahun tersebut tercatat sebagai yang paling besar dibandingkan tahun-tahun yang

lain. Pada tahun tersebut, rerata SOI bernilai kurang dari -10, yang mana

mengindikasikan telah terjadi peristiwa El-Niňo yang sangat kuat.

Berdasarkan Gambar 5, durasi kekeringan yang terbentuk pada saat nilai

SOI yang semakin negatif, maka cenderung akan semakin lama. Terlihat pada

tahun 1997, durasi kekeringan hidrologi di ketiga daerah kajian (Tarakan,

Samarinda, dan Banjarmasin) tergolong diatas rata-rata, yakni secara berturut

selama 8, 9, dan 7 bulan.

Defisit volume recharge terendah di daerah Tarakan (Kalimantan Utara),

jatuh pada tahun 1906 dari Bulan Maret hingga April (Gambar 5). Nilai SOI yang

tercatat di bulan ini tidak begitu besar, sehingga fenomena El-Niňo yang terbentuk

tidak begitu kuat. Lalu untuk defisit volume recharge terendah (23 mm) di daerah

Samarinda, terdapat pada tahun 2006 dari Bulan Juli hingga Agustus ketika SOI

bernilai -12.4. Sedangkan untuk defisit volume recharge terendah (6.91 mm) di

daerah Banjarmasin terdapat pada tahun 1977 mulai dari Bulan September hingga

Oktober ketika SOI bernilai -11. Sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena

ENSO memiliki pengaruh yang cukup kuat dengan peningkatan karakteristik

kekeringan hidrologi di ketiga daerah kajian.

Page 28: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

15

Gambar 5 Karakteristik kekeringan pada tanah gambut bervegetasi hutan di

ketiga daerah kajian (Tarakan, Samarinda, dan Banjarmasin) saat

kejadian ENSO kuat (SOI < -5.5)

2 2 2 2 2 3 2 5 2 2 3 3 4 3 2 2 7 3 3 4 8 3

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Mar

-Ap

r 0

5

Mar

-Ap

r 0

6

Mar

-Ap

r 0

9

Jan

-Feb

12

Sep

-Okt

14

Des

-Fe

b 1

4 1

5

Des

-Jan

58

59

Ap

r-A

gs 6

5

Okt

-No

v 6

5

Jan

-Feb

66

Des

-Fe

b 6

9

No

v-Ja

n 7

2 7

3

Sep

-De

s 8

2

Feb

-Ap

r 8

3

Feb

-Mar

87

Sep

-Okt

91

Jan

-Ju

l 92

No

v-Ja

n 9

3

Sep

-No

v 9

4

Mar

-Ju

n 9

7

Ags

-Mar

97

98

Ags

-Okt

00

2

IOS

DE

FIC

IT (

mm

)

Tarakan

Deficit Durasi soi

2 2 2 5 2 3 2 2 6 4 10 3 2 2

9 3 2 2

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Mar

-Ap

r 0

9

Jan

-Feb

12

Ap

r-M

ei 5

7

Sep

-Jan

63

64

Jun

-Ju

l 65

Sep

-No

v 6

5

Okt

-No

v 6

9

Feb

-Mar

81

Jul-

Des

82

Feb

-Me

i 83

Jun

-Mar

91

92

Mei

-Ju

l 92

Ags

-Se

p 9

3

Sep

-Okt

94

Mar

-No

v 9

7

Jan

-Mar

98

Jul-

Ags

00

6

Okt

-No

v 0

06

IOS

DE

FIC

IT (

mm

)

Samarinda

Deficit Durasi soi

2 3 3 2 2 5 2 2 4 2 5 3 7 3

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Mei

-Ju

n 2

9

Sep

-No

v 5

7

Jul-

Sep

65

Jan

-Feb

69

Mei

-Ju

n 7

2

Ags

-Des

72

Sep

-Okt

77

Jan

-Feb

78

Sep

-De

s 8

2

Feb

-Mar

90

Jun

-Okt

91

Sep

-No

v 9

4

Mei

-No

v 9

7

Ap

r-Ju

n 0

5

IOS

DE

FIC

IT (

mm

)

Banjarmasin

Deficit Durasi soi

Page 29: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setiap jenis tanah dan tutupan vegetasi yang ada di wilayah Kalimantan

bagian timur memiliki karakteristik kekeringan hidrologi yang berbeda-beda.

Secara umum, lama durasi kekeringan menentukan besar defisit volume recharge

yang terjadi. Diantara ketiga daerah kajian, Samarinda dengan kondisi tanah

berupa gambut merupakan wilayah yang paling rentan terhadap kekeringan.

Ambang batas recharge bulanan, durasi, dan frekuensi kekeringan yang terbentuk

di wilayah ini merupakan yang tertinggi diantara kedua daerah yang lain.

Sedangkan untuk daerah Tarakan memiliki sebaran defisit volume terbesar

dibandingkan daerah Samarinda dan Banjarmasin. Namun sebaliknya, daerah

Banjarmasin mendapati sebaran defisit volume dan ambang batas recharge

terendah untuk setiap jenis tanah dan tutupan vegetasi. Oleh sebab itu tingkat

kekeringan yang ada di daerah Banjarmasin tidak begitu besar dibandingkan

dengan kedua daerah yang lain. Secara keseluruhan, daerah bertipe lahan gambut

memiliki rerata defisit volume recharge yang lebih besar dibandingkan lahan

mineral.

Pola kekeringan hidrologi yang terbentuk di ketiga daerah ini memiliki

keterkaitan yang erat dengan nilai SOI. Mayoritas kejadian dan tingkat kekeringan

hidrologi terjadi ketika SOI bernilai negatif, yaitu pada saat Indonesia sedang

mengalami fenomena El-Niňo kuat.

Saran

Sampai saat ini, analisa dan pendugaan karakteristik kekeringan belum

dapat dimodelkan dengan metode yang cocok dan benar-benar 100% akurat.

Perhitungan defisit recharge saja belum cukup untuk merepresentasikan besar

tingkat kekeringan hidrologi yang ada di suatu wilayah. Oleh karena itu,

dibutuhkan satu kesatuan metode yang bersifat universal dan berkualitas tinggi

dengan rumusan yang disesuaikan dengan kondisi iklim, geografis, dan

lingkungan di tiap-tiap negara, untuk bisa menduga tingkat dan frekuensi

kekeringan dengan persentase keakuratan yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan metode-metode yang pernah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Allen RG, Smith M, Pereira LS, dan Pruitt WO. 1997. Proposed revision to the

FAO procedure for estimating crop water requirements. In: Chartzoulakes,

K. S. (ed.). Proc. 2nd. Int. Sym. on Irrigation of Horticultural Crops, ISHS,

Acta Hort. Vol. I: 17-33.

Page 30: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

17

Chen D, Gao G, Xu CY, Guo J, dan Ren G. 2005. Comparison of the

Thornthwaite method and pan data with the standard Penman-Monteith

estimates of reference evapotranspiration in China. J. Clim. Res. 28: 123–

132.

Fleig AK, Tallaksen LM, Hisdal H, dan Demuth S. 2006. A global evaluation of

streamflow drought characteristics. Hydrol.Earth Syst. Sci. 10: 535-552.

Harris, Jones PD, Osborn TJ, dan Lister DH. 2014. Updated high-resolution grids

of monthly climatic observations – the CRU TS3.10 Dataset. Int. J.Climatol.

34: 623–642.

Hisdal H, Tallaksen LM, Clausen B, Peters E, Gustard A. 2004. Hydrological

drought characteristics. Di dalam: Tallaksen LM, Van Lanen HAJ, editor.

Hydrological Drought: Processes and Estimation Methods for Streamflow

and Groundwater. Volume 48. Development Water in Science. Amsterdam

(NL): Elsevier. hlm 139-198.

Jing F, Baisha W, Peng Z, Qing W. 2012. The recognition of drought and its

driving mePanism based on “Natural-artificial” dual water cycle. Procedia

Engineering. 28:580-585.

Pearcy WG, Spoener A. 1987. Panges in the marine biota coincident with the

1982–83 El Niño in the northeastern subarctic Pacific Ocean. J. Geophys.

Res. P. 92 (C13): 14417–14428.

Sayok AK, Nik AR, Melling L, Samad RA, Efransjah E. 2008. Some

characteristics of peat in Loagan Bunut National Park, Sarawak, Malaysia.

In: International Symposium, Workshop and Seminar on Tropical Peatland,

Yogyakarta, Indonesia, 27-31 August 2007. [tersedia di: CARBOPEAT

website (www.geog.le.ac.uk/carbopeat/yogyaproc.html].

Shaliha JA, Arifin A, Hazandy AH, Latib A, Majid NM, Shamshuddin J. 2012.

Emphasizing the properties of soils occuring in different land use types of

tropical rainforest in Sarawak, Malaysia. African J. Agric. Res. 7(48) : 6479-

6487. doi : 10.5897/AJAR11.1785.

Sue G, Alstad K, Chen J, Chen S, Ford C R, Lin G, Liu C, Lu N, McNulty S G,

Miao H, Noormets A, Vose J M, Wilske B, Zeppel M, Zhang Y, Zhang Z.

2011. A general predictive model for estimating monthly ecosystem

evapotranspiration. Ecohydrol. 4, 245–255. doi: 10.1002/eco.194.

Tallaksen LM. dan van Lanen HAJ. (Eds.). 2004: Hydrological Drought –

Processes and Estimation Methods for Streamflow and Groundwater,

Developments inWater Sciences 48, Elsevier B.V. Amsterdam.

Van Lanen HAJ, Wanders N, Tallaksen LM, Van Loon AF. 2013. Hydrological

drought across the world: impact of climate and physical catchment

structure. J. Hydrol. Earth Syst. Sci.doi:10.5194/hess-17-1715-2013.

Widodo IT dan Dasanto BD. 2010. Estimasi Nilai Lingkungan Perkebunan

Kelapa Sawit Ditinjau Dari Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit (Studi

Kasus:Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak,

Propinsi Riau). Agromet. Vol. 24, No.1. ISSN 0126 3633. Pp. 23-32.

http://journal. ipb.ac.id/index.php/agromet.

Wilhite DA. 1993. Drought Assessment, Management and Planning: Theory and

Case Studies. Natural Resources Management and Policy Series. A. Dinar

and D. Zilberman, Series Editors, Kluwer Publishers. April , 293 pp.

Page 31: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah

gambut bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Tarakan

Gambut + Hutan Gambut + Non Hutan

No Awal Akhir Durasi Defisit SOI Awal Akhir Durasi Defisit SOI

1 Mar-03 Jun-03 4 84 10.6 Mar-03 Jun-03 4 86 10.6

2 Mar-05 Apr-05 2 63 -36.4 Mar-05 Apr-05 2 65 -36.4

3 Mar-06 Apr-06 2 1 -7.0 Mar-06 Apr-06 2 3 -7.0

4 Jan-08 Jun-08 6 229 1.8 Jan-08 Jun-08 6 233 1.8

5 Mar-09 Apr-09 2 114 -7.4 Mar-09 Apr-09 2 116 -7.4

6 Jan-12 Feb-12 2 71 -13.5 Jan-12 Feb-12 2 70 -13.5

7 Jun-12 Des-12 7 388 -4.5 Jun-12 Des-12 7 392 -4.5

8 Mar-14 Mei-14 3 174 -1.8 Mar-14 Mei-14 3 174 -1.8

9 Sep-14 Okt-14 2 88 -10.5 Sep-14 Okt-14 2 87 -10.5

10 Des-14 Feb-15 3 113 -8.4 Des-14 Feb-15 3 111 -8.4

11 Nop-28 Des-28 2 33 7.2 Nop-28 Des-28 2 32 7.2

12 Agu-38 Sep-38 2 55 10.3 Agu-38 Sep-38 2 54 10.3

13 Feb-39 Mar-39 2 53 9.7 Feb-39 Mar-39 2 55 9.7

14 Mei-43 Jun-43 2 65 -2.6 Mei-43 Jun-43 2 64 -2.6

15 Des-58 Jan-59 2 112 -7.6 Des-58 Jan-59 2 114 -7.6

16 Apr-61 Jun-61 3 162 2.5 Apr-61 Jun-61 3 166 2.5

17 Agu-61 Sep-61 2 140 0.5 Agu-61 Nop-61 4 263 0.8

18 Mei-64 Agu-64 4 205 7.8 Mei-64 Agu-64 4 215 7.8

19 Apr-65 Agu-65 5 431 -12.0 Apr-65 Agu-65 5 445 -12.0

20 Okt-65 Nop-65 2 207 -14.5 Okt-65 Nop-65 2 206 -14.5

21 Jan-66 Feb-66 2 121 -8.1 Jan-66 Feb-66 2 122 -8.1

22 Jul-66 Sep-66 3 44 0.3 Jul-66 Sep-66 3 48 0.3

23 Apr-67 Mei-67 2 190 -3.3 Apr-67 Mei-67 2 193 -3.3

24 Agu-67 Okt-67 3 86 3.6 Agu-67 Okt-67 3 89 3.6

25 Des-68 Feb-69 3 57 -6.1 Des-68 Feb-69 3 59 -6.1

26 Agu-71 Sep-71 2 94 15.4 Agu-71 Sep-71 2 95 15.4

27 Nop-72 Jan-73 3 177 -6.2 Nop-72 Jan-73 3 173 -6.2

28 Okt-79 Nop-79 2 49 -3.6 Okt-79 Nop-79 2 49 -3.6

29 Sep-82 Des-82 4 259 -23.5 Sep-82 Des-82 4 252 -23.5

30 Feb-83 Apr-83 3 292 -26.1 Feb-83 Apr-83 3 282 -26.1

31 Okt-84 Nop-84 2 93 -0.6 Okt-84 Nop-84 2 91 -0.6

32 Feb-87 Mar-87 2 76 -14.6 Feb-87 Mar-87 2 73 -14.6

33 Nop-89 Des-89 2 24 -3.5 Nop-89 Des-89 2 20 -3.5

34 Jul-90 Agu-90 2 99 0.3 Jul-90 Agu-90 2 96 0.3

35 Jan-91 Mar-91 3 90 -1.6 Jan-91 Mar-91 3 85 -1.6

36 Sep-91 Okt-91 2 138 -14.8 Sep-91 Okt-91 2 134 -14.8

Page 32: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

19

37 Jan-92 Jul-92 7 386 -13.8 Jan-92 Jul-92 7 375 -13.8

38 Nop-92 Jan-93 3 150 -7.0 Nop-92 Jan-93 3 149 -7.0

39 Sep-94 Nop-94 3 226 -12.9 Sep-94 Nop-94 3 218 -12.9

40 Jun-95 Jul-95 2 71 1.4 Jun-95 Jul-95 2 69 1.4

41 Mei-96 Agu-96 4 107 6.7 Mei-96 Agu-96 4 100 6.7

42 Mar-97 Jun-97 4 252 -17.8 Mar-97 Jun-97 4 247 -17.8

43 Agu-97 Mar-98 8 657 -18.5 Agu-97 Mar-98 8 632 -18.5

44 Jun-98 Agu-98 3 72 11.4 Jun-98 Agu-98 3 63 11.4

45 Jan-02 Mar-02 3 162 1.7 Jan-02 Mar-02 3 156 1.7

46 Agu-02 Okt-02 3 162 -9.9 Agu-02 Okt-02 3 155 -9.9

47 Agu-04 Okt-04 3 165 -4.7 Agu-04 Okt-04 3 158 -4.7

Page 33: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

20

Lampiran 2 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah

mineral bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Tarakan

Mineral + Hutan Mineral + Non Hutan

No Awal Akhir Durasi Defisit SOI Awal Akhir Durasi Defisit SOI

1 Mar-03 Mei-03 4 15 10.7 Mar-03 Jun-03 4 63 10.6

2 Mar-05 Apr-05 2 3 -36.4 Mar-05 Apr-05 2 58 -36.4

3 Jan-08 Mei-08 5 24 2.6 Jan-08 Jun-08 6 117 1.8

4 Mar-09 Apr-09 2 3 -7.4 Mar-09 Apr-09 2 50 -7.4

5 Jan-12 Feb-12 2 11 -13.5 Jan-12 Feb-12 2 46 -13.5

6 Okt-12 Jan-13 5 127 -3.4 Agu-12 Jan-13 6 226 -4.8

7 Mar-14 Mei-14 3 15 -1.8 Sep-13 Okt-13 2 15 -9.3

8 Okt-14 Apr-15 8 59 -10.5 Mar-14 Jun-14 4 95 -5.6

9 Feb-36 Mar-36 2 0 1.2 Agu-14 Apr-15 9 151 -12.6

10 Okt-40 Des-40 3 55 -18.2 Nop-28 Des-28 2 19 7.2

11 Apr-53 Mei-53 2 6 -16.2 Feb-36 Mar-36 2 20 1.2

12 Des-58 Jan-59 2 33 -7.6 Agu-38 Sep-38 2 0 10.3

13 Apr-61 Mei-61 2 15 5.4 Feb-39 Mar-39 2 29 9.7

14 Okt-61 Nop-61 3 71 0.7 Mei-43 Jun-43 2 38 -2.6

15 Apr-65 Mei-65 2 15 -6.6 Des-58 Jan-59 2 56 -7.6

16 Okt-65 Nop-65 3 71 -9.7 Apr-61 Jun-61 3 74 2.5

17 Jan-66 Feb-66 2 11 -8.1 Agu-61 Nop-61 4 127 0.8

18 Nop-66 Des-66 2 68 -2.1 Sep-63 Nop-63 3 92 -9.1

19 Apr-67 Mei-67 2 15 -3.3 Mei-64 Jun-64 2 42 5.1

20 Des-68 Mei-69 6 28 -5.3 Apr-65 Jun-65 3 74 -8.7

21 Nop-72 Jan-73 3 117 -6.2 Agu-65 Nop-65 4 111 -13.7

22 Okt-79 Nop-79 2 18 -3.6 Jan-66 Feb-66 2 46 -8.1

23 Okt-82 Des-82 4 115 -18.2 Agu-66 Sep-66 2 0 0.9

24 Feb-83 Apr-83 3 3 -26.1 Nop-66 Des-66 2 96 -2.1

25 Feb-87 Mar-87 2 0 -14.6 Apr-67 Mei-67 2 74 -3.3

26 Nop-89 Des-89 2 7 -3.5 Agu-67 Okt-67 3 35 3.6

27 Jan-91 Mar-91 3 12 -1.6 Mei-68 Jun-68 2 42 13.5

28 Jan-92 Mei-92 5 27 -15.4 Des-68 Feb-69 3 41 -6.1

29 Nop-92 Jan-93 3 63 -7.0 Mei-69 Jun-69 2 42 -3.6

30 Okt-94 Nop-94 3 71 -7.1 Agu-71 Sep-71 2 0 15.4

31 Mar-97 Mei-97 3 15 -15.7 Nop-72 Des-72 2 148 -7.8

32 Okt-97 Apr-98 8 98 -17.2 Okt-79 Nop-79 2 31 -3.6

33 Jan-02 Mar-02 3 12 1.7 Agu-82 Des-82 5 200 -23.5

34 Okt-02 Nop-02 3 25 -4.5 Feb-83 Mei-83 4 75 -18.1

35 - - - - - Okt-84 Nop-84 2 73 -0.6

36 - - - - - Feb-87 Mar-87 2 39 -14.6

37 - - - - - Nop-89 Des-89 2 8 -3.5

38 - - - - - Jan-91 Mar-91 3 60 -1.6

39 - - - - - Sep-91 Okt-91 2 43 -14.8

Page 34: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

21

40 - - - - - Jan-92 Jun-92 6 143 -15.0

41 - - - - - Nop-92 Jan-93 3 113 -7.0

42 - - - - - Sep-94 Nop-94 3 125 -12.9

43 - - - - - Mei-96 Jun-96 2 42 7.6

44 - - - - - Mar-97 Jun-97 4 91 -17.8

45 - - - - - Agu-97 Apr-98 9 238 -19.1

46 - - - - - Jan-02 Mar-02 3 70 1.7

47 - - - - - Agu-02 Nop-02 4 60 -8.9

48 - - - - - Agu-04 Okt-04 3 44 -4.7

Page 35: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

22

Lampiran 3 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah

gambut bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Samarinda

Gambut + Hutan Gambut + Non Hutan

No Awal Akhir Durasi Defisit SOI Awal Akhir Durasi Defisit SOI

1 Feb-08 Mei-08 4 89 5.9 Feb-08 Mei-08 4 88 5.9

2 Mar-09 Apr-09 2 56 -7.4 Mar-09 Apr-09 2 56 -7.4

3 Jan-12 Feb-12 2 28 -13.5 Jan-12 Feb-12 2 28 -13.5

4 Nop-12 Des-12 2 71 -2.7 Okt-12 Des-12 3 71 -4.47

5 Feb-14 Mei-14 4 69 -0.85 Feb-14 Mei-14 4 68 -0.85

6 Feb-39 Mar-39 2 31 9.65 Feb-39 Mar-39 2 30 9.65

7 Feb-50 Mar-50 2 8 17.6 Feb-50 Mar-50 2 7 17.6

8 Nop-51 Jan-52 3 170 -5.2 Nop-51 Jan-52 3 171 -5.2

9 Apr-57 Mei-57 2 46 -5.5 Apr-57 Mei-57 2 47 -5.5

10 Okt-57 Nop-57 2 31 -6.6 Okt-57 Nop-57 2 32 -6.6

11 Jun-59 Agu-59 3 81 -5.43 Jun-59 Agu-59 3 86 -5.43

12 Mei-61 Jun-61 2 73 -0.9 Mei-61 Jun-61 2 76 -0.9

13 Okt-61 Nop-61 2 164 1.1 Okt-61 Nop-61 2 168 1.1

14 Sep-63 Jan-64 5 277 -8.6 Sep-63 Jan-64 5 279 -8.6

15 Mei-64 Sep-64 5 203 9.08 Mei-64 Sep-64 5 212 9.08

16 Nop-64 Des-64 2 48 -0.2 Nop-64 Des-64 2 52 -0.2

17 Jun-65 Jul-65 2 76 -17.7 Jun-65 Jul-65 2 80 -17.7

18 Sep-65 Nop-65 3 209 -14.4 Sep-65 Nop-65 3 212 -14.4

19 Apr-66 Jun-66 3 76 -5.03 Apr-66 Jun-66 3 76 -5.03

20 Sep-66 Nop-66 3 61 -1.6 Sep-66 Nop-66 3 62 -1.6

21 Okt-67 Nop-67 2 117 -2.05 Agu-67 Nop-67 4 209 1.72

22 Jan-69 Mar-69 3 126 -6.2 Jan-69 Mar-69 3 126 -6.2

23 Mei-69 Agu-69 4 218 -4.62 Mei-69 Agu-69 4 220 -4.62

24 Okt-69 Nop-69 2 39 -5.9 Okt-69 Nop-69 2 41 -5.9

25 Mei-71 Jun-71 2 51 5.9 Mei-71 Jun-71 2 51 5.9

26 Nop-72 Feb-73 4 257 -8 Nop-72 Feb-73 4 251 -8

27 Des-76 Jan-77 2 84 -3.5 Des-76 Jan-77 2 85 -3.5

28 Mar-79 Apr-79 2 19 -4.25 Feb-81 Mar-81 2 69 -9.9

29 Feb-81 Mar-81 2 72 -9.9 Jul-81 Agu-81 2 111 7.65

30 Jul-81 Agu-81 2 116 7.65 Jul-82 Des-82 6 292 -22.82

31 Jul-82 Des-82 6 294 -22.82 Feb-83 Mei-83 4 237 -18.08

32 Feb-83 Mei-83 4 247 -18.08 Agu-83 Sep-83 2 85 5

33 Agu-83 Sep-83 2 87 5 Okt-84 Nop-84 2 60 -0.55

34 Okt-84 Nop-84 2 58 -0.55 Mei-85 Jun-85 2 79 -3.4

35 Mei-85 Jun-85 2 80 -3.4 Mei-86 Jun-86 2 79 2.05

36 Mei-86 Jun-86 2 85 2.05 Sep-87 Okt-87 2 112 -8.4

37 Sep-87 Okt-87 2 115 -8.4 Jul-90 Sep-90 3 71 -2.37

38 Jul-90 Nop-90 5 115 -2.12 Jun-91 Mar-92 10 478 -12.72

39 Jun-91 Mar-92 10 493 -12.72 Mei-92 Jul-92 3 181 -6.4

Page 36: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

23

40 Mei-92 Jul-92 3 184 -6.4 Agu-93 Sep-93 2 46 -10.8

41 Agu-93 Sep-93 2 47 -10.8 Sep-94 Okt-94 2 174 -15.65

42 Sep-94 Okt-94 2 176 -15.65 Mei-95 Okt-95 6 225 -0.6

43 Mei-95 Okt-95 6 231 -0.6 Jul-96 Agu-96 2 43 5.7

44 Jul-96 Agu-96 2 45 5.7 Mar-97 Nop-97 9 663 -16.48

45 Mar-97 Nop-97 9 677 -16.48 Jan-98 Mar-98 3 229 -23.73

46 Jan-98 Mar-98 3 240 -23.73 Jul-98 Agu-98 2 31 12.2

47 Jul-98 Agu-98 2 37 12.2 Jul-99 Agu-99 2 26 3.45

48 Jul-99 Agu-99 2 27 3.45 Nop-99 Des-99 2 63 12.95

49 Nop-99 Des-99 2 64 12.95 Apr-00 Mei-00 2 104 10.2

50 Apr-00 Mei-00 2 109 10.2 Jan-02 Feb-02 2 60 5.2

51 Jan-02 Feb-02 2 63 5.2 Jul-06 Agu-06 2 23 -12.4

52 Agu-04 Okt-04 3 130 -4.7 Okt-06 Nop-06 2 72 -8.35

53 Jul-06 Agu-06 2 23 -12.4 Okt-07 Nop-07 2 35 7.6

54 Okt-06 Nop-06 2 73 -8.35 Agu-09 Okt-09 3 79 -5.27

55 Okt-07 Nop-07 2 35 7.6 - - - - - 56 Agu-09 Okt-09 3 83 -5.27 - - - - -

Page 37: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

24

Lampiran 4 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah

mineral bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Samarinda

Mineral + Hutan Mineral + Non Hutan

No Awal Akhir Durasi Defisit SOI Awal Akhir Durasi Defisit SOI

1 Feb-08 Mei-08 4 82 5.9 Feb-08 Mei-08 4 86 5.9

2 Mar-09 Apr-09 2 51 -7.4 Mar-09 Apr-09 2 56 -7.4

3 Jan-12 Feb-12 2 27 -13.5 Jan-12 Feb-12 2 28 -13.5

4 Nop-12 Des-12 3 82 -1.8 Nop-12 Des-12 2 65 -2.7

5 Feb-14 Mei-14 4 63 -0.85 Feb-14 Mei-14 4 66 -0.85

6 Feb-15 Apr-15 3 46 -13.47 Feb-39 Mar-39 2 30 9.65

7 Feb-39 Mar-39 2 28 9.65 Feb-50 Mar-50 2 7 17.6

8 Feb-50 Mar-50 2 4 17.6 Nop-51 Jan-52 3 164 -5.2

9 Nop-51 Jan-52 3 118 -5.2 Apr-57 Mei-57 2 45 -5.5

10 Apr-57 Mei-57 2 43 -5.5 Okt-57 Nop-57 2 17 -6.6

11 Mei-61 Jun-61 2 13 -0.9 Jun-59 Jul-59 2 28 -5.65

12 Nop-61 Des-61 3 65 7 Mei-61 Jul-61 3 39 0.13

13 Nop-63 Jan-64 4 118 -6.22 Okt-61 Des-61 3 104 5.33

14 Mei-64 Jun-64 2 25 5.1 Okt-63 Jan-64 4 171 -9.45

15 Apr-66 Jun-66 3 53 -5.03 Mei-64 Jul-64 3 51 5.67

16 Jan-69 Mar-69 3 107 -6.2 Jun-65 Jul-65 2 28 -17.7

17 Mei-69 Jun-69 2 45 -3.6 Okt-65 Nop-65 2 56 -14.5

18 Mei-71 Jun-71 2 14 5.9 Apr-66 Jun-66 3 74 -5.03

19 Nop-72 Feb-73 4 126 -8 Okt-66 Nop-66 2 53 -1.3

20 Des-76 Jan-77 2 57 -3.5 Okt-67 Nop-67 2 56 -2.05

21 Feb-81 Mar-81 2 64 -9.9 Jan-69 Mar-69 3 126 -6.2

22 Nop-82 Des-82 3 82 -17.47 Mei-69 Jul-69 3 94 -4.7

23 Feb-83 Mei-83 4 167 -18.08 Okt-69 Nop-69 2 26 -5.9

24 Mei-85 Jun-85 2 11 -3.4 Mei-71 Jun-71 2 38 5.9

25 Mei-86 Jun-86 2 45 2.05 Nop-72 Feb-73 4 181 -8

26 Mar-87 Apr-87 2 73 -20.5 Des-76 Jan-77 2 79 -3.5

27 Mei-90 Jun-90 2 45 7.05 Okt-79 Nop-79 2 25 -3.6

28 Nop-91 Mar-92 6 141 -13.82 Feb-81 Mar-81 2 69 -9.9

29 Mei-92 Jun-92 2 45 -6.15 Okt-82 Des-82 3 118 -24.2

30 Mei-95 Jun-95 2 45 -5.25 Feb-83 Mei-83 4 209 -18.08

31 Mar-97 Jun-97 4 154 -17.8 Okt-84 Nop-84 2 45 -0.55

32 Jan-98 Mar-98 3 111 -23.73 Mei-85 Jun-85 2 33 -3.4

33 Nop-99 Des-99 3 67 8.63 Mei-86 Jun-86 2 77 2.05

34 Apr-00 Mei-00 2 61 10.2 Okt-90 Nop-90 2 56 -1.75

35 Jan-02 Feb-02 2 60 5.2 Jun-91 Jul-91 2 28 -3.6

36 - - - - - Okt-91 Mar-92 6 191 -15.97

37 - - - - - Mei-92 Jul-92 3 68 -6.4

38 - - - - - Okt-94 Nop-94 2 47 -10.7

39 - - - - - Mei-95 Jul-95 3 94 -2.1

Page 38: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

25

40 - - - - - Mar-97 Jul-97 5 213 -16.14

41 - - - - - Okt-97 Nop-97 2 56 -16.5

42 - - - - - Jan-98 Mar-98 3 177 -23.73

43 - - - - - Nop-99 Des-99 2 66 12.95

44 - - - - - Apr-00 Mei-00 2 85 10.2

45 - - - - - Jan-02 Feb-02 2 60 5.2

46 - - - - - Okt-02 Nop-02 2 2 -6.7

47 - - - - - Okt-06 Nop-06 2 55 -8.35

Page 39: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

26

Lampiran 5 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah

gambut bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Banjarmasin

Gambut + Hutan Gambut + Non Hutan

No Awal Akhir Durasi Defisit SOI Awal Akhir Durasi Defisit SOI

1 Feb-18 Mar-18 2 30 7.3 Feb-18 Apr-18 3 37 10.5

2 Mei-25 Jun-25 2 17 -2.9 Mei-25 Jun-25 2 22 -2.9

3 Mei-29 Jun-29 2 18 -5.6 Mei-29 Jun-29 2 23 -5.6

4 Des-56 Jan-57 2 13 8.0 Des-56 Jan-57 2 19 8.0

5 Sep-57 Nop-57 3 58 -7.9 Sep-57 Nop-57 3 65 -7.9

6 Apr-63 Jul-63 4 176 -0.4 Okt-61 Des-61 3 97 5.3

7 Feb-64 Mar-64 2 21 4.1 Apr-63 Jul-63 4 190 -0.4

8 Des-64 Jan-65 2 28 -3.5 Feb-64 Mar-64 2 25 4.1

9 Jul-65 Sep-65 3 44 -16.1 Des-64 Jan-65 2 37 -3.5

10 Okt-67 Nop-67 2 100 -2.1 Jul-65 Sep-65 3 56 -16.1

11 Jan-69 Feb-69 2 177 -10.2 Okt-67 Nop-67 2 108 -2.1

12 Jun-69 Jul-69 2 33 -3.8 Jan-69 Feb-69 2 182 -10.2

13 Jan-71 Mar-71 3 95 12.5 Jun-69 Jul-69 2 38 -3.8

14 Mei-72 Jun-72 2 90 -14.1 Jan-71 Mar-71 3 103 12.5

15 Agu-72 Des-72 5 118 -10.1 Mei-72 Jun-72 2 94 -14.1

16 Mar-76 Mei-76 3 23 5.5 Agu-72 Des-72 5 118 -10.1

17 Sep-77 Okt-77 2 7 -11.2 Mar-76 Mei-76 3 37 5.5

18 Jan-78 Feb-78 2 158 -13.7 Sep-77 Okt-77 2 12 -11.2

19 Sep-82 Des-82 4 241 -23.5 Jan-78 Feb-78 2 164 -13.7

20 Agu-83 Sep-83 2 16 5.0 Jul-82 Des-82 6 274 -22.8

21 Feb-90 Mar-90 2 48 -12.9 Agu-83 Sep-83 2 20 5.0

22 Agu-90 Nop-90 4 40 -4.0 Feb-90 Mar-90 2 51 -12.9

23 Jun-91 Okt-91 5 128 -8.9 Agu-90 Nop-90 4 47 -4.0

24 Sep-94 Nop-94 3 69 -12.9 Jun-91 Okt-91 5 134 -8.9

25 Mei-97 Nop-97 7 235 -17.7 Sep-94 Nop-94 3 76 -12.9

26 Apr-05 Jun-05 3 57 -7.7 Mei-97 Nop-97 7 248 -17.7

27 Des-07 Jan-08 2 44 14.3 Apr-05 Jun-05 3 61 -7.7

28 Agu-09 Sep-09 2 24 -0.6 Des-07 Jan-08 2 47 14.3

29 - - - - - Agu-09 Sep-09 2 27 -0.6

Page 40: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

27

Lampiran 6 Tabulasi data karakteristik kekeringan dan nilai SOI pada tanah

mineral bervegetasi hutan dan non hutan di daerah Banjarmasin

Mineral + Hutan Mineral + Non Hutan

No Awal Akhir Durasi Defisit SOI Awal Akhir Durasi Defisit SOI

1 Feb-

18 Apr-18 3 63 10.5

Apr-

16 Mei-16 2 27 3.2

2 Des-30

Jan-31 3 31 1.9 Feb-18

Apr-18 3 74 10.5

3 Mar-

38 Apr-38 2 8 0.0

Mei-

20 Jun-20 2 0 2.0

4 Mar-

51 Apr-51 2 81 -1.4

Apr-

25 Jun-25 3 6 2.9

5 Feb-56

Mar-56 2 47 10.9 Mei-29

Jun-29 2 0 -5.6

6 Des-

56 Jan-57 2 28 8.0

Des-

30 Jan-31 2 41 2.8

7 Feb-

64 Mar-64 2 50 4.1

Mar-

38 Apr-38 2 10 0.0

8 Des-64

Jan-65 2 41 -3.5 Mei-47

Jun-47 2 0 -5.6

9 Jan-69 Feb-69 2 203 -10.2 Mar-

51 Apr-51 2 115 -1.4

10 Jan-71 Mar-71 3 137 12.5 Feb-

56 Mar-56 2 48 10.9

11 Mar-76

Apr-76 2 23 7.2 Des-56

Jan-57 2 36 8.0

12 Jan-78 Feb-78 2 184 -13.7 Apr-

63 Jun-63 3 27 -0.2

13 Des-

86 Jan-87 2 143 -10.0

Feb-

64 Mar-64 2 49 4.1

14 Feb-90

Apr-90 3 79 -8.8 Des-64

Jan-65 2 53 -3.5

15 Jan-92 Feb-92 2 56 -17.4 Apr-

65 Mei-65 2 27 -6.6

16 Mar-

97 Apr-97 2 81 -12.4 Jan-69 Feb-69 2 205 -10.2

17 Mar-98

Apr-98 2 56 -26.5 Jan-71 Mar-71 3 139 12.5

18 Des-07

Jan-08 2 57 14.3 Mei-72

Jun-72 2 0 -14.1

19 Feb-

09 Mar-09 2 32 7.5

Mar-

76 Mei-76 3 48 5.5

20 - - - - - Jan-78 Feb-78 2 187 -13.7

21 - - - - - Des-

86 Jan-87 2 175 -10.0

22 - - - - - Feb-90

Mar-90 2 75 -12.9

23 - - - - - Mei-

90 Jun-90 2 0 7.1

24 - - - - - Jan-92 Feb-92 2 57 -17.4

25 - - - - - Mei-

92 Jun-92 2 0 -6.2

26 - - - - - Mar-97

Jun-97 4 106 -17.8

27 - - - - - Mar-

98 Mei-98 3 51 -17.5

28 - - - - - Apr-

00 Mei-00 2 23 10.2

29 - - - - - Apr-05

Jun-05 3 26 -7.7

30 - - - - - Des-

07 Jan-08 2 64 14.3

31 - - - - - Feb-

09 Mar-09 2 31 7.5

Page 41: KARAKTERISTIK KEKERINGAN HIDROLOGI DI WILAYAH … · nilai recharge bulanan selama periode 1901-2009. ... Indonesia memiliki dua musim berupa musim hujan dan musim kering yang terjadi

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Februari 1993 dan merupakan

anak kedua dari Ayah Andi Rinaldi dan Ibu Octivia Trisilawati. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004 di SDN Pengadilan 5

Bogor. Tahun 2007 penulis lulus dari jenjang pendidikan menengah pertama di

SMP Negeri 3 Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di

SMAN 9 Bogor pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di IPB pada

tahun 2010 melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) dan diterima di

Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Penulis mendalami penelitian tentang kekeringan yang terjadi

di Provinsi Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Selama menjalani perkuliahan, penulis menjadi pengurus organisasi

HIMAGRETO, dan menjabat sebagai staf CI (Communication and Information),

periode 2013/2014.