karakteristik kajian hadis di...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK KAJIAN HADIS DI INDONESIA
TAHUN 2011-2016
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama Islam (S. Ag.)
Oleh
Lili Siwidyaningsih
NIM: 1112034000018
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penelitian ini berpedoman pada model transliterasi “Romanisasi Standar Bahasa
Arab” (Romanization of Arabic) yang pertama kali diterbitkan tahun 1991 oleh
America Library Association (ALA) dan Library Congress (LC). Berikut panduan
dasar model trasliterasi tersebut:
Letters of The Alphabet:
Initial Medial Final Alone Romanization
a ا ا ا ا
b ب ب ب ب
th ث ث ث ث
j ج ج ج ج
ḥ ح ح ح ح
kh خ خ خ خ
d د د د د
dh ذ ذ ذ ذ
r ر ر ر ر
z ز ز ز ز
s س س س س
sh ش ش ش ش
ṣ ص ص ص ص
ḍ ض ض ض ض
ṭ ط ط ط ط
ẓ ظ ظ ظ ظ
(ayn‘) ‘ ع ع ع ع
gh غ غ غ غ
f ف ف ف ف
q ق ق ق ق
k ك ك ك ك
l ل ل ل ل
m م م م م
n ن ن ن ن
h ه ه ه ه
w و و و و
y ي ي ي ي
Vowels and Diphthongs
: a ا : ā و : aw
__ : u ى - : ī ى : ay
-: i و _ : ū
vi
ABSTRAK
Lili Siwidyaningsih
Karakteristik Kajian Hadis di Indonesia Tahun 2011-2016
Skripsi ini meneliti tentang perkembangan kajian hadis di Indonesia tahun 2011-
2016, yang ditinjau melalui artikel kajian hadis berkala ilmiah. Penelitian ini diawali dari
perdebatan pendapat mengenai perkembangan kajian hadis di Indonesia. Terdapat
beberapa anggapan yang menyatakan bahwa kajian hadis di Indonesia tergolong lambat,
bahkan mengalami titik stagnasi. Kajian hadis di Indonesia dikatakan sangat jarang
dilakukan, berbeda dengan kajian keilmuan lainnya. Namun dilain hal, banyak yang
menyatakan bahwa kajian hadis semakin marak diminati. Baik oleh para sarjana muslim
maupun non-muslim.
Penelitian skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library researh).
Untuk itu, digunakan bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber primer yakni artikel-artikel
kajian hadis yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Serta beberapa
data sekunder yaitu, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII
& XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia yang ditulis oleh Azyumardi Azra, Kitab
Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia karya Martin Van
Bruinessen yang telah diterjemahkan oleh Farid Wadji dan Rika Iffanti, Dari Haramain ke
Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren buah karya dari Abdurrahman. Dalam
mengolah data, langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan artikel-artikel
kajian hadis yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Kemudian
artikel-artikel tersebut saya analisis dengan menggunakan metode analisis isi yang
dipahami berdasarkan latar belakang permasalahan pada setiap artikel kajian hadis.
Selanjutnya saya melakukan pengklasifikasikan berdasarkan empat wilayah kajian hadis,
yaitu sanad, matan, tokoh, dan teori. Setelah itu artikel kajian hadis dideskripsikan
berdasarkan pengklasifikasian yang telah ada.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diberikan bahwa kajian hadis hingga
saat ini masih tetap berjalan. Hal ini dilihat sejak awal mula kajian hadis hingga saat ini,
kajian matan masih meramaikan diskursus keilmuan hadis. Selain itu, kajian hadis pada
abad XXI dapat dikatakan mengalami perkembangan. Hal ini dilihat berdasarkan tema-
tema kajian hadis yang telah dipopulerkan oleh para sarjana hadis. Tema kajian hadis saat
ini tidak hanya seperti pada masa awal kajian yang hanya membahas terkait masalah sosial
keagamaan. Namun telah merambat pada wilayah lingkungan, pendidikan, gender, dan
hukum. Hal ini tidak lain karena seiring perkembangan waktu semakin bertambah dan juga
kompleksitas permasalahan yang ada. Kajian hadis saat ini didominasi oleh tema-tema
kajian hukum. Hal ini ditunjukkan dari pengklasifikasian artikel kajian hadis yang dilihat
berdasarkan latar belakang permasalahan yang terdapat pada artikel. Tema kajian hukum
pada kajian hadis sendiri menunjukkan bahwa hari ini hadis tidak hanya dijadikan sebagai
praktek keagamaan, tetapi merambat pada kebutuhan legitimasi untuk setiap aspek
kehidupan, termasuk dalam persoalan sehari-hari dan menjadi alat justifikasi bagi setiap
tindakan yang dilakukan.
Kata Kunci: Perkembangan, Kajian Hadis, Indonesia
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah Swt. atas segala
rahmat dan kehendak-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Solawat dan salam semoga selalu tercurah-limpahkan kepada Baginda Rasulullah
Saw. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Semoga kita selalu mendapat
syafaat darinya di akhirat kelak dan kita semua berada dalam lindungan Allah Swt.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bimbingan, bantuan, arahan, motivasi dan kontribusi banyak pihak. Ucapan terima
kasih yang tulus dan tak terbilang penulis haturkan kepada keluarga, para dosen,
para guru, para sahabat dan teman-teman, sehingga penulis mampu mengatasi
segala hambatan yang menerpa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang seluas-luasnya kepada:
1. Segenap civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer,
MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA.
selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Dan Ibu Dra. Banun
Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir.
2. Bapak Rifqi Muhammad Fatkhi, MA. selaku dosen pembimbing skripsi,
yang telah menginspirasi penulis serta dengan ikhlas meluangkan waktu
viii
untuk membimbing dan dengan penuh kesabaran mengarahkan penulis
dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Eva Nugraha, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dari semester satu hingga selesai. Terima kasih,
banyak sekali inspirasi-inspirasi yang bapak berikan kepada penulis.
4. Seluruh dosen pada Fakultas Ushuluddin khususnya di Program Studi Tafsir
Hadis atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan
pengalaman yang telah diberikan. Kepada seluruh staf dan karyawan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama, Perpustaan Fakultas
Ushuluddin, dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua terkasih, Bapak Widodo dan Ibu Siti Maimunah yang
selalu mendoakan dan mendukung anak-anaknya untuk terus semangat
dalam mencapai cita-cita. Rangkaian kata-kata dalam doa bapak dan ibu
selalu menjadi kekuatan terindah dan terbaik bagi penulis. Tak lupa terima
kasih kepada kakak-kakak dan adik penulis, Yudho Ertanto, Sunjoto Dwi
Putro, Katon Prawoto, Dewo Pandoyo, Nurul Hidayati yang selalu
membimbing adik perempuannya tentang pelajaran kehidupan, dan
keponakan ante tercinta Ayska Khairanza dan Azrha Isnan Nazafarin yang
memberikan senyuman semangat kepada penulis.
7. Seluruh keluarga, Mbah Harjo Senen, Mbah Inem, Mbah Parti, Om
Hartono, Om Supriatna, Om Supriyadi, Tante Lailatul Hidayah, Tante
Wahyuni yang telah memberi doa dan motivasi kehidupan untuk penulis.
ix
8. Guru-guru penulis, Ibu Hj. Masniah, Ustad Komari, Bapak Ahmad Baso,
Bapak Hanafi, Bapak Anas Safwan Khalid, Bapak Yanto, Ibu Helmi
Theresia Manalu Tebet yang telah menjadi bagian terpenting dalam
perjalanan keilmuan penulis.
9. Hilmy Firdausy, Lc., S.Ag., terima kasih penulis haturkan atas semua
motivasi dan waktunya, untuk ilmu-ilmu yang bermanfaat serta nasihat-
nasihat yang membuat penulis selalu optimis dalam menggapai cita-cita.
10. Sahabat-sahabat penulis, Hilda Lisdianti, S.Ag., Ririn Rindiana Dewi,
S.Ag., Dewi Komalasari, S.Ag., Annisa Nurul Khasanah, Lc., S.Th.I.,
Afrizal Fahmi Ali, S.Th.I., Rita Amalia, S.Pd., Mutmainnah, Lc., Utami Dea
Rindyani, Annisa Septiani yang telah memotivasi dan sangat membantu
penulis khususnya dalam proses penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman Komunitas Saung, Tafsir Hadis Angkatan 2012, Darus
Sunnah International of Hadith, Keluarga al-Barkah, Komunitas Gerakan
Banten Mengajar (GBM) yang telah memberikan bantuan, semangat dan
doa kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Semoga Allah Swt. membalas segala kebaikan yang telah dilakukan dengan
pahala yang berlipat ganda, di dunia dan di akhirat. Āmīn yā Rabb al-‘Ālamīn.
Jakarta, 2 Juni 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Permasalahan ............................................................................................. 6
1. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
2. Pembatasan Masalah .......................................................................... 7
3. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ............................................................................... 11
1. Metodologi Penelitian ......................................................................... 11
a. Sumber Data .................................................................................... 11
b. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 12
c. Metode Analisis Data ....................................................................... 12
2. Teknik Penulisan ................................................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13
BAB II KARAKTERISTIK KAJIAN HADIS GENERASI AWAL
DI INDONESIA ................................................................................................... 16
A. Kajian Hadis di Indonesia Tinjauan Geografi dan Sosial ......................... 16
B. Kajian Hadis dalam Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia .................... 21
C. Karakteristik Karya Hadis Awal Generasi di Indonesia ........................... 26
1. Nilai Sosial Keagamaan dalam Kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-
Targhīb wa al-Tarhīb .......................................................................... 26
2. Kajian Hadis-Hadis Keluarga di Indonesia ......................................... 29
3. Pengaruh Sosial Kebudayaan dalam Kitab Arba’īn al-Tarmasi ......... 32
4. Kajian Hadis dalam Politik Sosial Keberagamaan.............................. 36
BAB III KAJIAN HADIS DI INDONESIA SAAT INI ................................... 41
A. Spesifikasi Kajian Hadis di Indonesia ...................................................... 43
B. Karakteristik Karya Hadis di Indonesia .................................................... 53
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 62
A. Kesimpulan ............................................................................................... 62
B. Saran .......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
xi
Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Daniel Brown (1966) dalam buku yang berjudul “Rethinking Tradition in
Modern Islamic Thought” mengatakan bahwasanya perkembangan kajian hadis saat
ini telah berhenti pada titik stagnasi. Ilmu hadis yang pernah digagas oleh ulama
seolah-olah telah final, sebagai “produk” jadi yang tidak perlu dikritik dan
dikembangkan.1 Senada dengan Brown, Azyumardi Azra (1997) mengatakan bahwa
kajian hadis di Indonesia masih tercecer dan berjalan lambat.2
Kedua pendapat di atas disetujui oleh Nashr Hamīd Abū Zayd (2010) yang
mengatakan bahwa wacana agama kontemporer terhadap ‘ulūm al-Qur’ān3 dan ‘ulūm
al-Ḥadīth4 hanya sebatas mengulang dan mengulang. Hal itu terjadi karena banyak
ulama yang berpendapat bahwa kedua jenis ilmu ini masuk dalam wilayah ilmu yang
sudah matang dan sudah selesai (nadhijat wa iḥtaraqat), sehingga generasi
1 Daniel W Brown, Rethinking Tradition in Modern Islamic Thought. Penerjemah Charles
Kurzman (New York: Cambridge University Press, 1966), h. 7. 2 Azyumardi Azra, “Kecederungan Kajian Islam di Indonesia Studi Tentang Disertasi Doktor
Program Pascasarjana IAIN Jakarta,” Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian dan Pengabdian Pada
Masyarakat IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1997, h. 23. 3 Definisi ‘ulūm al-Qur’ān adalah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan
dengan al-Qur’an dari segi aṣbab al-Nuzūl, pengumpulan dan penertiban al-Qur’an, pengetahuan
tentang surah-surah Mekkah dan Madinah, al-Nāsikh wa al-Mansūkh, al-Muḥkam wa al-Mutasyābih
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Lihat Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-
ilmu Qur’an. Penerjemah Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2012), h. 8. 4 Definisi ‘ulūm al-Ḥadīth adalah ilmu pengetahuan tentang sabda, perbuatan, pengakuan,
gerak-gerik dan bentuk jasmaniah Rasulullah Saw. berserta sanad-sanad, dan ilmu pengetahuan untuk
membedakan keṣaḥiḥannya, kehasannya, dan keḍa’ifannya daripada lainnya, baik matan maupun
sanadnya. Lihat Fatchur Rahman, Ikhtisar Muṣṭalah al-Ḥadīth (Bandung: PT Alma’arif, 1974), h. 72.
2
belakangan tidak lagi memiliki apapun yang dapat disumbangkan pada apa yang
sudah dihasilkan oleh generasi sebelumnya.5
Studi tentang sejarah perkembangan kajian hadis dapat dikatakan masih
sangat jarang dilakukan, padahal di samping ilmu lain seperti tafsir, kalam, dan
tasawuf, hadis juga merupakan sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an. Pada
umumnya kajian hadis masih terpusat pada karya-karya para ulama klasik,
pembahasan yang dilakukan pun masih sekitar sejarah perkembangan hadis pada
abad ke- II H sampai abad ke- IV H. Di samping itu, pembahasan juga diarahkan
pada pelacakan dan pengujian status keṣaḥīḥan hadis.6
Selain itu pendapat Za’im Kholilatul Ummi (2015) yang dalam penelitiannya
mengatakan bahwa perkembangan kajian hadis di Indonesia dapat dikatakan
tergolong lambat. Kajian hadis masih bertumpu pada ilmu-ilmu tradisionalis.
Karakter kajian yang berkembang masih seputar tema-tema sosial, hal tersebut
disebabkan kajian hadis yang berkembang masih banyak bersinggungan dengan
keadaan sosial. Tema-tema kajian hadis kontemporer juga masih kurang
terpublikasikan secara luas, sehingga karakteristik kajian hadis tidak jauh dari tema
sosial.7
Lain hal dengan kajian-kajian dalam tafsir al-Qur’an, pemahaman terhadap al-
Qur’an dapat begitu terbuka luas tanpa harus merasa khawatir terhadap berkurangnya
otoritas al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam. Dalam diskursus hadis,
5 Nashr Ḥamīd Abū Zayd, Tekstualitas al-Qur’an; Kritik terhadap Ulumul Qur’an.
Penerjemah Khairon Nahdliyyin (Yogyakarta: LKiS, 2000), h. 3-4 . 6 Saifuddin, “Pengembangan Studi Hadis Melalui Pendekatan Interdisipliner.” makalah
Workshop Keagamaan Ilmu-Ilmu Keushuluddinan tanggal 22 s.d 25 Agustus 2005 (Banjarmasin:
Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, 2005), h.1. 7 Fazlur Rahman, Wacana Studi Hadis Kontemporer (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. x.
3
kebanyakan ulama lebih cenderung untuk mengendalikan diri dan mengutamakan
sikap reserve (segan) dalam melakukan kajian ulang dan pengembangan pemahaman
atau pemikiran terhadap hadis. Padahal, perubahan kehidupan masyarakat global
menghendaki perlunya pengkajian ulang terhadap hadis.8
Berbeda dengan beberapa pernyataan di atas, Zulfikri mengatakan kajian
hadis saat ini semakin marak diminati. Bukan saja oleh sarjana-sarjana muslim
bahkan juga oleh non-muslim—yang disebut orientalis.9 Dalam aspek ilmu
pengetahuan, kajian dari sisi metodologis terus berkembang secara integralistik.10
Atensi sarjana Barat atau orientalis dalam mengkaji Timur (Islam) semakin
memperlihatkan eksistensinya, salah satunya di bidang studi hadis. Ini juga didukung
oleh keberadaan lembaga atau universitas yang memusatkan dalam studi ketimuran
(Islam). Salah satu bukti nyata kajian dalam studi hadis ini terlihat dari karya-karya
yang mereka telurkan. Diantaranya karya Alois Sprenger (1893), Ignaz Goldziher
(Hungaria) (1921), Leone Caetani (Italia) (1926), Arent Jan Wensinck (1939), Joseph
Schacht (1969), Nabia Abbot (1981), Edward Said (2003), G.H.A. Juynboll, dan
belakangan muncul W. Montgemory Watt (2006), dan Harald Motzki (2005).11
8 Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi; Metode dan Pendekatan (Yogyakarta: CESaD YPI al-
Rahmah, 2001), h. xi. 9Secara etimologi orientalis berasal dari kata orient yang artinya timur. Secara etnologis
orientalis bermakna bangsa-bangsa di timur dan secara geografis bermakna hal-hal yang bersifat timur,
yang sangat luas lingkupnya. Edward Said memberikan pengertian orientalis merupakan kawasan
epistemology yang berhubungan dengan Timur dengan susunan yang teratur dalam pengajaran,
penyingkapan (mengartikan) dan bentuk aplikasi. Studi orientalis ini meliputi berbagai hal seperti
sosial, politik, kebiasaan, bahasa, dan semiotik. Lihat Edward W. Said, Orientalisme. Penerjemah
Asep Hikmat (Bandung: PUSTAKA, 2001), h. 1-4. 10 Zulfikri, “Orientalisme Hadis Peta Kajian Hadis Orientalis,” TAJDID XVI, no. 2
(November 2013): h. 205. 11 Zulfikri, “Orientalisme Hadis Peta Kajian Hadis Orientalis,” h. 209.
4
Pendapat di atas diperkuat oleh Muhammad Ali (2015) yang menyatakan
bahwa di Barat kajian hadis berkembang berdasarkan motivasi yang beragam,
ideologis, akademik, ataupun keduanya. Pada penelitiannya, ia mengutip pendapat
Jonathan Brown dalam bukunya Hadith: Muhammad’s Legacy in the Medieval and
Modern World (Oxford: One World, 2009), bahwa Brown menantang pendapat
umum yang menyatakan hukum Islam lebih bersumberkan pada al-Qur’an.
Menurutnya hadis lebih populer ketimbang al-Qur’an.12
Seirama dengan pernyataan Muhammad Ali, Rifqi Muhammad Fatkhi
menyetujui bahwa kajian hadis justru lebih berkembang. Hal ini dinyatakan olehnya
pada hasil penelitian “Popularitas Tafsir Hadis Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kajian hadis lebih banyak
dibanding persentase kajian tafsir.13
Kajian dalam penelitian ini saya fokuskan kepada Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri, yang salah satu lembaganya adalah Universitas Islam Negeri (UIN).
Hal ini dikarenakan UIN adalah lembaga pendidikan tinggi agama Islam yang
dipandang berperan dalam dinamika perkembangan wacana intelektual Islam di
Indonesia.14 Sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi agama Islam, UIN
memiliki arti penting dalam mengembangkan kajian-kajian sumber ajaran Islam
secara mendalam dan ilmiah. Wacana keagamaan yang dihasilkan dari pergumulan
12Muhammad Ali, “Dari Kajian Naskah Kepada Living Qur’an dan Living Hadis: Pengantar
Metodologi Penelitian Kontemporer al-Qur’an dan Hadis,” makalah Seminar Tahunan Qur’an and
Hadith Academic Society (QUHAS) Peta Kajian al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3
Desember 2015 (Ciputat: Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015), h. 9. 13Rifqi Muhammad Fatkhi, Popularitas Tafsir Hadis Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Ciputat: HIPIUS, 2012), h. 9. 14 Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia (Ciputat: Logos Wacana
Ilmu, 2002), h. vii.
5
intelektual dan akademik di UIN menjadi referensi dari diskusi-diskusi serupa di
masyarakat.15 Oleh karenanya, UIN sebagai lokomotif pemikiran Islam Indonesia
juga menjadi tolok ukur kemajuan suatu disiplin ilmu, salah satunya adalah kajian
hadis.16
Perkembangan kajian hadis di Universitas Islam Negeri dapat dilihat melalui
karya-karya civitas akademik. Tidak hanya berupa buku-buku literatur, artikel-artikel
serta penelitian-penelitian terhadap kajian hadis yang telah diseminarkan pun menjadi
ukuran kemajuan kajian hadis. Pertimbangan yang diberikan untuk menakar bobot
suatu pikiran, temuan dan penelitian harus sesuai dengan ukuran ilmiah. Salah satu
yang dapat dijadikan barometer perkembangan kajian hadis di Indonesia, dapat dilihat
melalui artikel berkala ilmiah. Artikel-artikel tersebut dapat kita petakan dengan
berbagai klasifikasi. Selain itu, dengan menganalisis teks (isi) artikel, akan terlihat
perkembangan kajian hadis saat ini.
Pada penelitian ini saya memilih artikel berkala ilmiah sebagai objek
penelitian. Hal ini dikarenakan artikel berkala ilmiah merupakan salah satu jenis
tulisan di mana penulis (umumnya peneliti) mempublikasikan artikel ilmiah guna
memberikan kontribusi terhadap teori atau penerapan ilmu. Umumnya artikel berkala
ilmiah memiliki aspek perkembangan ilmu, bukan sekedar artikel ilmiah biasa. Untuk
memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, biasanya suatu artikel telah
diteliti dan direvisi oleh penulis lain, hal ini dikenal dengan peer-review (dikoreksi
15 Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, h. 35. 16Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Ragam Studi Hadis di PTKIN Indonesia dan
Karakteristiknya: Studi atas Kurikulum IAIN Bukittinggi, IAIN Batusangkar, UIN Sunan Kalijaga,
dan IAIN Jember,” makalah Seminar Tahunan Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS) Peta
Kajian al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3 Desember 2015 (Ciputat: Sekolah Pasca Sarjana
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015), h. 21.
6
oleh orang-orang yang lebih berkompeten). Dengan kata lain tulisan-tulisan yang
sudah masuk ke berkala ilmiah, sudah teruji melalui proses verifikasi.17
Penelitian ini berusaha melakukan penelusuran perkembangan kajian hadis
khususnya di Indonesia. Berpijak dari latar belakang di atas, maka saya bermaksud
melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Kajian Hadis di Indonesia
Tahun 2011-2016.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari pembahasan latar belakang di atas, saya mempunyai beberapa akar
permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu:
a. Kebutuhan umat Islam terhadap hadis, melebihi kebutuhan umat Islam
terhadap al-Qur’an. Hal ini tidak berbanding lurus dengan kajian hadis di
Indonesia yang diduga tidak sesemarak kajian al-Qur’an.
b. Popularitas kajian hadis di Indonesia menguat seiring dengan apa yang disebut
paradigma hadis dalam keberagamaan masyarakat Indonesia. Hal ini
dinyatakan oleh Rifqi Muhammad Fatkhi dalam makalah yang berjudul The
Use And No Use of Hadith in Islamic Religious Practice in Indonesia.
Masyarakat Indonesia dalam beragama menggunakan paradigma hadis, bukan
lagi paradigma fiqih. Dengan begitu, menguatnya paradigma ini sejalan dengan
17 Nabih Ibrahim Bawazir, “Journal of Indonesian Scholars,” artikel ini diakses pada 4 Januari
2017 dari http://jurnalppi.vacau.com/index.php?option=com_content&view=article&id=30:apa-itu-
jurnal-ilmiah&catid=1:berita
7
menguatnya kajian hadis, dan dugaan melemahnya kajian hadis tidak
berbanding lurus dengan menguatnya orientasi hadis dalam beragama.18
c. Terdapat beberapa anggapan bahwa kajian hadis berjalan lambat, hanya
mengulang dan mengulang, dan tidak sesemarak kajian ilmu-ilmu lain. Seperti
yang telah dikatakan oleh Azyumardi Azra bahwa perkembangan kajian hadis
saat ini masih tercecer dan masih bertumpu pada ilmu-ilmu tradisionalis.
Karakter kajian hadis yang berkembang masih seputar persoalan sosial. Selain
itu dikatakan pula oleh Daniel Brown bahwa kajian hadis telah berhenti pada
titik stagnasi. Namun, berdasarkan temuan lain terdapat pernyataan bahwa
kajian hadis tetap berkembang pesat.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi di atas, maka diperlukan satu
batasan masalah guna menjaga agar penelitian ini fokus pada pembahasan dan lebih
terarah. Pada penelitian ini saya hanya memfokuskan terkait perdebatan anggapan
perkembangan kajian hadis di Indonesia. Beberapa anggapan menyatakan bahwa
kajian hadis di Indonesia berjalan lambat bahkan telah berhenti pada titik stagnasi.
Namun dalam penelitian lain dinyatakan bahwa perkembangan kajian hadis di
Indonesia justru lebih berkembang dibanding kajian keilmuan lainnya.
Selain itu kajian hadis masih bertumpu pada ilmu-ilmu tradisionalis dan
karakter kajian hadis yang berkembang masih seputar persoalan sosial. Maka pada
18 Rifqi Muhammad Fatkhi, “The Use and No Use of Hadith on Religious Practices of
Indonesian Muslims,” makalah Seminar Tahunan Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS)
Peta Kajian al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3 Desember 2015 (Ciputat: Sekolah Pasca
Sarjana UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015), h. 6.
8
penelitian ini saya akan meneliti juga terkait karakteristik kajian hadis di Indonesia
sekaligus menguraikan karakteristik artikel kajian hadis tahun 2011-2016.
Adapun objek penelitian ini hanya dibatasi pada artikel-artikel hadis berkala
ilmiah periode 2011-2016 yang diterbitkan oleh PTAIN (Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri). Selain itu saya juga membatasi pada artikel-artikel berkala ilmiah yang
bersifat online. Hal ini dikarenakan lebih sering diakses oleh banyak orang.
3. Rumusan Masalah
Berkenaan dengan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini ialah:
Bagaimana karakteristik kajian hadis di Indonesia pada tahun 2011-2016?
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan kajian hadis di Indonesia.
Adapun manfaat penelitian, saya berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan
pengetahuan dan informasi yang memadai kepada para peminat pemerhati kajian
hadis serta kepada masyarakat umum mengenai perkembangan kajian hadis di
Indonesia saat ini.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelitian dan eksplorasi pustaka, penulis banyak
menemukan literatur ataupun karya ilmiah yang secara khusus membahas terkait
pekembangan kajian hadis di Indonesia. Penelusuran ini dilakukan untuk melihat
konstelasi tulisan-tulisan tentang tema yang diangkat dan meletakan posisi skripsi ini
di antara tulisan-tulisan yang pernah ada.
9
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, terdapat artikel jurnal yang
membahas perkembangan kajian hadis. Artikel dengan judul Peta Kajian Hadis
Ulama Banjar karya Saifuddin, Dzikri Nirwana, dan Bashori. Dalam jurnal ini
penulis meneliti sejauh mana tipologi kajian hadis yang telah dikembangkan, baik
bentuk pola ataupun kecenderungannya. Namun kajian ini hanya difokuskan untuk
melihat kecenderungan kajian hadis di wilayah Banjar. Tampaknya kajian hadis
mengacu pada klasifikasi mayor ilmu hadis dicetuskan oleh para ulam klasik; ‘ilmu
al-ḥadīth riwāyah dan ‘ilmu al-ḥadīth dirāyah. 19
Selain itu terdapat disertasi Hasep Saputra dengan judul Perkembangan Studi
Hadis di Indonesia: Pemetaan dan Analisis Genealogi. Disertasi ini menjelaskan
tentang perkembangan metodologi pemahaman hadis di Nusantara melalui pemetaan
dan analisis geneologi. Penulis menyimpulkan bahwasanya beberapa pengkaji hadis
di Indonesia berusaha untuk merekontruksi metodologi kajian hadis sehingga hadis
Nabi Muhammad Saw dapat diterima pada masa sekarang khususnya oleh
masyarakat Indonesia. Penelitian ini menunjukan adanya perkembangan dan
pergeseran metodologi kajian hadis di Indonesia pada masa sekarang.20
Selanjutnya skripsi dengan judul Kajian Hadis di Indonesia: Profil Literatur
Hadis di Indonesia Dari Tahun 1995 sampai 2000 karya Andriansyah. Skripsi ini
membahas tiga karya Ali Mustafa Yaqub, yaitu Peran Ilmu Hadis Dalam Pembinaan
Hukum Islam, Kritik Hadis, serta Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu
19 Saifuddin, dkk., “Peta Kajian Hadis Ulama Banjar,” Taṣwir I, no. 2 (Juli-Desember 2013). 20 Hasep Saputra, “Perkembangan Studi Hadis di Indonesia: Pemetaan dan Analisis
Genealogi,” (Disertasi S3 Konsentrasi Hadis dan Tradisi Kenabian Program Studi Pengkajian Islam,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014).
10
Hadis sebagai karya yang patut diperhitungkan dalam deretan literatur hadis di
Indonesia.21
Terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Rifqi Muhammad Fatkhi dengan
judul Popularitas Tafsir Hadis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kajian ini
dilakukan untuk melihat peta kajian tafsir dan hadis pada skripsi mahasiswa Tafsir
Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.22
Artikel dengan judul Perkembangan Metode Pemahaman Hadis di Indonesia
karya Ramli Abdul Wahid. Artikel ini mendeskripsikan secara komprehensif
perkembangan pemahaman hadis, khususnya dari aspek metode pemahaman.
Setidaknya ada corak metode pemahaman terhadap hadis yakni pemahaman tekstual
dan kontekstual.23
Terakhir, kumpulan tulisan penelitian Peta Kajian Al-Qur’an dan Hadis yang
dikaji akademisi dari berbagai dosen PTKIN di Indonesia dalam Seminar Tahunan
Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS) 2015.24 Penelitian ini diusung
karena tanggapan terhadap kajian hadis bahwa minimnya ilmuan yang berminat
terhadap kajian hadis, minimnya pengembangan kajian hadis yang variatif, selama ini
kajian hadis hanya sebatas dari segi normatif, dan tidak adanya jurnal yang terbit
21 Andriansyah, “Kajian Hadis di Indonesia: Profil Literatur Hadis di Indonesia Dari Tahun
1995 sampai 2000,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2004). 22 Rifqi Muhammad Fatkhi, Popularitas Tafsir Hadis Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Ciputat: HIPIUS, 2012). 23 Ramli Abdul Wahid, “Perkembangan Metode Pemahaman Hadis di Indonesia,” Analytica
Islamica IV, no. 2 (2015). 24 Makalah Seminar Tahunan Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS) Peta Kajian
Al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3 Desember 2015 (Ciputat: Sekolah Pasca Sarjana UIN
Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015), h. 9.
11
khusus untuk kajian hadis. Dari beberapa kumpulan penelitian dapat disimpulkan
bahwa kajian hadis di Indonesia berjalan lambat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sesudahnya yaitu penelitian ini
ingin melengkapi diskursus kajian hadis periode tahun 2011-2016 dengan melihat
kebaruan serta ketersambungan kajian hadis sehingga terlihat perkembangan kajian
hadis dengan menelusuri karya-karya literatur hadis di Indonesia, khususnya dengan
meninjau melalui artikel jurnal hadis.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
a. Sumber Data
Data primer dalam penelitian ini adalah artikel-artikel kajian hadis yang
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Data-data tersebut sebatas
artikel yang diakses secara online. Adapun untuk data sekunder saya menggunakan
beberapa buku diantaranya: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan
Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia yang ditulis
oleh Azyumardi Azra, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia karya Martin Van Bruinessen yang telah diterjemahkan oleh Farid Wadji
dan Rika Iffanti, Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren
buah karya dari Abdurrahman.
Selain itu terdapat beberapa artikel yang dijadikan sebagai data sekunder
dalam penelitian ini diantaranya: The Roots of the Writing Tradition of Hadith Works
in Nusantara: Ḥidāyāt al-Ḥabīb by Nuruddin al-Raniri karya Oman Faturahman,
12
Hadith Literature in Twentieth Century Indonesia karya Howard Federspiel serta
tesis, disertasi dan karya-karya ilmiah lain yang berkaitan dengan kajian penelitian
ini.
b. Metode Pengumpulan Data
Kajian skripsi ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research)
yaitu suatu metode dengan cara mengumpulkan data dan informasi, baik berupa
buku-buku maupun artikel-artikel yang kemudian diidentifikasi secara sistematis dan
analisis dengan bantuan berbagai macam materi yang ada.25
Dalam tahap pengumpulan data, saya mengumpulkan artikel-artikel kajian
hadis yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Data-
data yang dikumpulkan hanya sebatas data-data yang saya akses secara online.
Karena hal tersebut lebih mudah ditemukan dan ditinjau secara penghitungan. Selain
itu, data-data tersebut saya telusuri di berbagai web antara lain: google, google
scholar, dan web-web universitas di bawah lembaga PTAIN.
c. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis penelitian, saya memilih menggunakan metode Content
Analisys (CA), atau yang biasa disebut analisis isi adalah sebuah metode memahami
sebuah teks dari struktur teks. Tujuan utama dari penelitian dengan teknik analisis isi
adalah mendeskripsikan karakteristik pesan dengan perantara teks. Pendekatan
dengan metode ini mengedepankan penyajian data secara terstuktur serta memberikan
25 Masri Singarinbun (ed), Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3S, 1989), h. 71.
13
gambaran terinci tentang objek penelitian. Selain itu metode analisis isi sebagai
pengungkapan suatu gagasan dengan menggunakan gambar, grafik, ataupun tulisan.26
Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan artikel-artikel kajian hadis
berkala ilmiah yang diterbitkan oleh PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri)
berbasis online. Kemudian artikel-artikel tersebut diklasifikasikan berdasarkan empat
wilayah kajian hadis, yaitu sanad, matan, tokoh, dan teori. Setelah itu artikel kajian
hadis dideskripsikan berdasarkan pengklasifikasian yang telah ada.
2. Teknik Penulisan
Sebagai pedoman penulisan skripsi ini, saya menggunakan buku pedoman
penulisan skripsi, tesis dan disertasi, yaitu “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”
dalam Buku Pedoman Akademik Program Strata 1 yang diterbutkan oleh
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012/2013.27
Sedangkan untuk pedoman transliterasi saya menggunakan model
transliterasi “Romanisasi Standar Bahasa Arab” yang pertama kali diterbitkan
tahun 1991 oleh America Library Association (ALA) dan Library Congress (LC).
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas pembahasan skripsi ini, selanjutnya saya memaparkan
rancangan sistematika penulisan yang akan dijabarkan sebagai berikut ini:
26 M Antonius Birowo, ed., Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 146. 27 Komaruddin Hidayat, dkk., Buku Panduan Pedoman Akademik Program Strata I (Jakarta:
UIN 2012/2013), h. 351-404.
14
BAB pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari sub bab yang merupakan
kerangka dasar dalam pembahasan bab-bab selanjutnya, sekaligus mencantumkan isi
skripsi ini secara global yang cakupannya terdapat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Hal ini
dilakukan guna mempermudah dalam membahas suatu permasalahan.
BAB kedua, berisi seputar sejarah perkembangan kajian hadis ditinjau melalui
geografis dan sosial serta dalam dunia pendidikan. Dari beberapa tinjauan tersebut
dapat terlihat awal sejarah kajian hadis di Indonesia. Selain itu, dalam bab ini
dicantumkan tentang ulama-ulama yang berperan mengawali kajian hadis di
Indonesia. Hal ini guna melihat awal perkembangan sejarah kajian hadis di Indonesia,
serta memahami faktor-faktor yang mendorong perkembangan kajian hadis di
Indonesia.
BAB ketiga, pada bab ini akan dipaparkan terkait karakteristik kajian hadis
pada masa saat ini yang ditinjau melalui artikel-artikel hadis berkala ilmiah. Data-
data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan memilah cakupan wilayah kajian
hadis melalui empat pendekatan, yaitu sanad, matan, tokoh, teori atau ilmu hadis.
Selain itu saya juga menganalisis isu-isu yang berkembang dalam kajian hadis. Hal
ini dilakukan sebagai pijakan untuk melihat ada atau tidaknya perkembangan kajian
hadis dari masa awal hingga saat ini.
BAB keempat, berisi kesimpulan dari hasil kajian secara keseluruhan skripsi
ini sebagai jawaban dari pertanyaan mendasar yang dikemukakan rumusan masalah,
pada bab satu. Adapun saran adalah beberapa rekomendasi dari penulis bagi peneliti
15
berikutnya atau bagi pembaca mengenai sisi kosong yang belum diteliti dari kajian
ini.
16
BAB II
KARAKTERISTIK KAJIAN HADIS GENERASI AWAL DI INDONESA
Pada bab ini akan dipaparakan mengenai sejarah awal mula kajian hadis
berkembang di Indonesia. Perkembangan kajian hadis di Indonesia dapat ditinjau
melalui sejarah Islam masuk ke Indonesia, hal tersebut guna melihat sisi keilmuan
Islam yang tersebar di Indonesia, salah satunya ilmu hadis.
Selain itu bab ini akan memaparkan terkait karakteristik kajian hadis di
Indonesia dengan menampilkan empat karya hadis ulama Indonesia yang memiliki
pengaruh besar pada abadnya masing-masing. Keempat karya hadis tersebut diangkat
karena dapat menggambarkan secara runtut karakteristik kajian hadis sejak masa awal
kajian hingga abad XX. Hal ini penting juga saya paparkan salah satunya untuk
melihat akar genealogi kajian hadis di Indonesia dengan melihat karakteristik awal
kajian hadis yang nanti dapat dijadikan sebagai pertimbangan perkembangan kajian
hadis pada masa ini.
A. Kajian Hadis di Indonesia Tinjauan Geografis dan Sosial
Secara historis, sejak masa awal Islam hadir dan tersebar di Indonesia, paham
yang dianut secara umum bersifat sufistik. Pemikiran dan praktik keagamaan
terbentuk dari paham dan materi tasawuf yang diajarkan. Demikian pula dengan
materi fiqih, yang senantiasa disajikan dan diketengahkan kepada masyarakat Islam
17
di Indonesia, dan berujung pada keterikatan akan tradisi taqlīd1 terhadap hukum yang
telah ditetapkan empat imam besar—terutama Syafi’ī-. Kedua materi tersebut terus
diajarkan dan berkembang menjadi sebuah doktrin yang terpatri tanpa harus diolah
ulang.2
Sebagaimana disinggung sejak masa awal Islam hadir dan tersebar di
Indonesia, paham yang dianut secara umum bersifat sufistik.3 A. H. Johns dalam
teorinya menyatakan, ulama sufi ikut berperan aktif dalam penyebaran Islam di
Indonesia.4 Teori ini didukung oleh H. A. R. Gibb sebagaimana dikutip oleh Alwi
Shihab yang menyatakan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara berkat sikap sufi
yang dalam banyak hal cenderung kompromi dengan adat istiadat dan tradisi
setempat. Selain itu, ajaran moral tasawuf dan tarekat-tarekat yang dibawa juga
disampaikan secara kharismatik, berwibawa dan bijaksana. Kondisi inilah yang
menjadikan masyarakat Indonesia ketika itu tertarik dengan ajaran Islam.5
Perkembangan ajaran tasawuf mulai membumi pada abad ke XVII, khususnya
setelah kehadiran Hamzah al-Fansuri di Aceh, Sumatera. Ia memainkan peranan
penting dalam membentuk pemikiran dan praktik keagamaan muslim Melayu-
Indonesia. Pemikiran dan praktik keagamaan tersebut terbentuk dengan ajaran dan
paham tasawuf yang mereka pelajari dari rihlah ilmiyah ke berbagai wilayah.
1 Mengikuti pendapat seseorang mujtahid atau ulama tertentu tanpa mengetahui sumber dan
cara pengambilan pendapat tersebut. Lihat pada Alaiddin Koto, Ilmu Fikih dan Ushul Fikih (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 132. 2 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Wacana Aktualitas dan Aktor Sejarah
(Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2002), h. 120. 3 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), h. 33. 4 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur, h. 14. 5 Alwi Shihab, Islam Sufistik: Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia
(Bandung: Mizan, 2001), h. 40.
18
Terdapat suatu riwayat yang menjelaskan bahwa Hamzah al-Fansuri pernah
melakukan perjalanan ke Timur Tengah mengunjungi beberapa pusat pengetahuan
Islam termasuk Mekkah dan Madinah, Yerusalem, dan Bagdad. 6
Fenomena keislaman Indonesia tidak terlepas dan bahkan terkait erat dengan
dunia Timur Tengah, terutama Mekkah dan Madinah (Haramain). Sejak abad ke XV
hingga akhir abad ke XIX, Haramain menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keislaman dan
tempat rihlah ilmiah utama bagi para pencari ilmu.7 Karena posisi Haramain sebagai
tujuan tempat studi Islam masih banyak diminati, tidak hanya asal Asia Tenggara,
tetapi juga dari penjuru dunia termasuk Indonesia, walaupun transmisi keilmuan di
Indonesia baru nampak memiliki bentuk mulai abad ke XVII.8
Hubungan antara Indonesia dan Haramain terjalin erat, terlihat banyaknya
umat Islam Indonesia yang memiliki minat tinggi dalam menunaikan ibadah haji.9
Bertambahnya jama’ah haji asal Indonesia, hingga masyarakat membuat komunitas
Jawi10 di Haramain karena setiap tahun semakin bertambah. Para ḥujjāj asal
Indonesia ini, setelah menunaikan niat awal berhaji, juga kemudian bermukim untuk
6 Masih ada perdebatan pendapat mengenai tahun dan tempat kelahiran Hamzah al-Fansuri,
tidak diketahui pasti. Namun, ada bukti bahwa ia hidup dan berjaya pada masa sebelum dan selama
pemerintahan Sultan ‘Ala al-Din Ri’ayat Syah (berkuasa 997-1011/1589-1602), diperkirakan ia
meninggal dunia sebelum 1016-1607. Hamzah adalah seorang melayu dari Fansur di Aceh Barat Daya.
Lihat pada Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), h. 198-199. 7 Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci, Hijaz (Mekah dan Madinah) 1800-
1925 (Jakarta: Logos, 1999), h. 8-9 8 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Wacana Aktualitas dan Aktor Sejarah
(Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2002),, h. 122. 9 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), h. 48. 10 Istilah ‘Jawi’ pada masa itu lebih dikenal sebagai orang yang berasal dari Jawa. Pada masa
itu istilah Indonesia belum dikenal, maka semua orang yang berasal dari Melayu dan Kepulauan
Nusantara disebut ‘Jawi’, walaupun banyak di antara mereka yang berasal dari Sumatera, Kalimantan
ataupun Pattani. Lihat Azyumardi Azra, Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal (Bandung:
Mizan, 2002), h. 90-91.
19
beberapa waktu guna berkunjung ke Madinah dan juga ziarah ke beberapa tempat
bersejarah. Lebih dari itu, mereka juga menyempatkan diri untuk mendalami ilmu
agama kepada ulama Masjidil Haram dan juga ulama asal Indonesia yang sebelumnya
sudah lama bermukim sekaligus mendalami ilmu agama, terutama kepada para ulama
asal Indonesia yang berkesempatan mengajar di Masjidil Haram kala itu.11
Keterlibatan ulama asal Indonesia sejak abad XVII salah satunya dirintis oleh
ulama asal Aceh, Nuruddin al-Raniri (w. 1068/1658M). Ia mengawali perjalanan
keilmuannya sejak tahun 1620/1621 M. Selama di Haramain, ia banyak mempelajari
ilmu tafsir, fiqh, al-hadis, tasawuf, mendalami beberapa tarekat, dan masih banyak
lagi. Namun ia lebih dikenal sebagai seorang sufi. Kiprah keilmuan al-Raniri ini
banyak diajarkan olehnya kepada masyarakat Indonesia. Salah satunya terkait ajaran
tasawuf yang banyak berkembang di Indonesia.
Masyarakat Indonesia banyak menerima ajaran-ajaran tasawuf terkait masalah
ketauhidan pada Tuhan. Sebagaimana yang telah dikatakan di atas, salah satu faktor
penyebaran Islam di Indonesia berkat kaum sufi yang menyebarkan ajarannya. Salah
satu ajaran tasawuf yang berkembang adalah paham wujūddiyah12 yang
dikembangkan oleh Hamzah al-Fansuri. Menurut al-Raniri, wujūddiyah itu suatu
11 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia. Penerjemah Farid Wadji dan Rika Iffanti (Bandung: MIZAN, 1999), h. 41. 12 Wujūdiyah merupakan ajaran yang dipahami bahwa wujud itu hanya satu dan dari Dialah
terpancar semua wujud-wujud lain yang ada, berupa manifestasi dari wujud yang satu itu, yakni wujud
hakiki (al-Hak Ta’ala). Al-Fansuri mengibaratkan wujud Tuhan dengan samudra lautan yang luas,
dalam dan tak bergerak. Sedangkan alam semesta merupakan gelombang lautan dari wujud Tuhan.
Dalam bahasa Afifi Tuhan itu adalah suatu wujud yang mutlak, tidak terbatas, qadim dan abadi, yang
pernah ada dan yang akan ada, alam ini hanya bayang-banyang dari realitas yang sebenarnya dan ia
dapat dijangkau oleh panca indera manusia (khayalan) tetapi manifestasu dari esensi wujudnya Allah.
Lihat pada M. Sholihin, Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2001),
h. 35.
20
paham yang menyesatkan, ia berfatwa akan memburu orang yang menyebarkan
ajaran sesat serta membakar buku-buku yang berisi ajaran sesat. Hingga banyak yang
berpendapat bahwa Islam di Indonesia telah dikacaukan kesalahpahaman atas doktrin
sufi. Dalam hal ini saya tidak menyinggung terlampau jauh terkait polemik keislaman
yang ada di Indonesia saat itu.
Demikian jelaslah pada abad XVII Indonesia diselimuti berbagai ajaran
tasawuf. Sehingga kajian keislaman yang berkembang pada masa itu terkait ajaran-
ajaran tasawuf.
Sejarah keilmuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peranan Timur
Tengah. Hal ini juga yang nantinya membawa pengaruh terhadap perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia. Berbicara pendidikan Islam tidak akan terlepas dari
ajaran al-Qur’an dan hadis. Karena kedua materi ini merupakan materi induk dalam
pendidikan agama Islam.
Bruinessen dan Van den Berg dalam penelitiannya menyatakan bahwa
sebelum tahun 1900 atau sebelum abad XX materi yang banyak dipelajari dan
diajarkan di Indonesia adalah al-Qur’an dan beberapa kitab lainnya, seperti sharaf,
nahwu, fiqih dan tafsir. Mereka tidak menemukan satu kitab hadis ataupun ilmu hadis
sebagai salah satu materi yang diajarkan di sekolah ataupun pesantren.13 Seirama
13 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia. Penerjemah Farid Wadji dan Rika Iffanti (Bandung: MIZAN, 1999), h. 29. Menurut
Azyumardi Azra, sejak abad XVII dan juga abad XVIII kitab fiqih yang ditulis ulama Nusantara sudah
ada dan dijadikan sebagai materi pelajaran, di antaranya karya al-Raniri (Sirat al-Mustaqim), al-Sinkili
(Mir’ah al-Ṭullāb), al-Banjari (Sabil al-Muḥtadīn dan al-Muta’allīm). Lihat pada Azyumardi Azra,
Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos, 1999), h. 113.
Dikatakan pula oleh Zamakhsyari Dhofier pada akhir abad XIX lembaga pendidikan di Indonesia
banyak mengajarkan pembacaan al-Qur’an serta ilmu dasar-dasar bahasa Arab. Lihat pada
21
dengan Howard M. Federspiel dalam buku Muhajirin yang dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa di Indonesia pada masa imperialisme Belanda, kajian hadis
masih sebagai bagian dari kajian fikih, bukan kajian tersendiri.14
Dari beberapa data yang ditemukan di atas dapat ditarik kesimpulan
sementara bahwa kajian keislaman yang berkembang di Indonesia pada abad XVII
adalah kajian ilmu tasawuf. Hal ini disebabkan karena faktor keadaan masyarakat
Indonesia yang baru mengenal Islam. Selain itu faktor penyebaran keislaman di
Indonesia juga berkat kaum sufi yang banyak menyebarkan ajaran tasawuf.
Sedangkan, kajian hadis pada abad XVII masih tercampur dengan kajian keilmuan
Islam lainnya. Secara kesadaran intelektual, sebenarnya kajian hadis sudah masuk
pada abad XVII. Hanya saja saat itu belum menjadi kajian yang lebih difokuskan oleh
ulama.
B. Kajian Hadis dalam Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Berbicara pendidikan Islam tidak akan terlepas dari ajaran al-Qur’an dan
hadis. Karena kedua materi ini merupakan materi ajaran utama dalam pendidikan
agama Islam. Sebagaimana tertera dalam QS. Al-‘Alaq:
{علم4{الذيعلمابالقلم}3وربكاألكرم}{اقرأ2{خلقاإلنسانمنعلق}1} باسمرب كالذيخلقاقرأ
5اإلنسانمالميعلم}
Artinya: ”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,
1982), h. 65. 14 Muhajirin, “Transmisi Hadis Nusantara: Peran Ulama Hadis Muhammad Mahfudz al-
Tarmasi,” (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009), h. 101.
22
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahui.
Seperti yang telah kita sadari, kajian hadis di Indonesia sudah masuk pada
abad XVII. Hingga pada abad XIX hadis menjadi materi pengajaran di lembaga-
lembaga pendidikan Indonesia yang biasanya diajarkan di pesantren-pesantren dari
kyai kepada santrinya. Ini menunjukkan kajian hadis mulai berkembang dan semarak
diramaikan dalam pergulatan keilmuan.
Kajian hadis juga semakin mendapat tempat seiring dengan masuknya
gagasan pembaharuan (modernisasi) yang menekankan kembali kepada al-Qur’an
dan hadis sebagai sumber ajaran Islam.15 Gerakan ini mulai menampakkan hasilnya
di Indonesia yang dibawa dari Haramain oleh murid-murid asal Indonesia. Banyak
ulama asal Indoenesia yang mendalami ilmu al-Qur’an dan hadis di Timur Tengah
hingga akhirnya mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
Sedikitnya ada tiga ulama Indonesia abad XIX yang memiliki pengaruh besar
terhadap perkembangan pendidikan keagamaan di Indonesia. Muhammad Mahfudz
al-Tarmasi, Khatib al-Minangkabawi, dan Nawawi al-Bantani merupakan ulama pada
akhir abad XIX dan awal abad XX yang aktif mengajar di Masjidil Haram. Sejak itu,
15 Pada abad XIX gerakan ini ditandai dengan kebangkitan dari kemunduran secara budaya
maupun politik setelah kekuasaan Eropa mendominasi wilayah Timur. Negeri-negeri Islam menjadi
jajahan Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Hingga Eropa bisa menjajah
karena keberhasilannya dalam mencapai strategi ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengelola
berbagai lembaga pemerintahan. Melihat fenomena ini, muncullah beberapa pembaharu dalam dunia
Islam, salah satunya Jamaluddin al-Afghani (w. 1839-1897). Ia mengeluarkan sebuah gerakan
pembaharuan bahwasanya umat Islam perlu kembali kepada tradisi muslim sendiri. Umat Islam harus
merespon kondisi yang telah berubah menjadi lebih rasional dan modern. Oleh sebab itu umat Islam
perlu menentang penutupan pintu ijtihad dan mempergunakan nalar mereka dengan tetap belandaskan
al-Qur’an dan hadis. Untuk lebih jelasnya baca Munthohah, Pemikiran dan Peradaban Islam
(Yogyakarta: UII Press, 1998), h. 92. Lihat juga Karen Amstrong, Islam A Short History. Penerjemah
Ahmad Mustafa (London: Phoenix Press, 2002), h. 179-183.
23
mereka memiliki peranan penting sebagai perantara antara Haramain dan Indonesia,
sekaligus mendidik banyak ulama yang kemudian berperan penting di tanah air.16
Alhasil banyak karya tulis yang dihasilkan ulama-ulama Haramain asal
Indonesia, khususnya di bidang hadis. Hampir di semua lembaga pendidikan,
termasuk pesantren, dan tidak ada satu pesantren pun yang tidak mengajarkan hadis
dan ilmu hadis. Kitab hadis dan ilmu hadis yang kemudian mulai dikenal dan
menyebar diantaranya Kutub al-Sittah17 ataupun Kutub al-Tis’ah,18 ada juga kitab
Bulūgh al-Marām karya ‘Imām al-Suyūtī, Subul al-Salām (syarh Bulūgh al-Marām)
karya M Ismail al-Kahlani, Riyād al-Ṣālihīn, Arba’īn al-Nawāwī, Mukhtaṣar al-
Ḥadīth karya Ahmad Hasyimi Bak dan lain-lain.19 Selain itu terdapat karya ulama
Indonesia yang dipelajari para pelajar, dan juga dikonsumsi oleh masyarkat umum
Indonesia. Kitab Manhaj Dhaw al-Naẓar merupakan karya al-Tarmasi pada awal
abad XX yang mulai kenal oleh masyarakat Indonesia meskipun belum begitu meluas
sebagaimana karya hadis lainnya.
Seiring dengan semakin banyaknya alumni Haramain dan juga Mesir yang
kembali ke Indonesia dengan bekal ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan selama
studi di Timur Tengah, maka kitab-kitab hadis yang berbahasa Indonesia mulai
16 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 300-
301. 17 Kitab hadis yang dihimpun oleh enam orang ulama yang merupakan kitab induk hadis.
Adapun enam ulama yang dimaksud antara lain: Imam Bukhari, Imam Muslim, Sunan al-Nasa’i,
Sunan al-Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah. Lihat pada Hasbi Ash-Shiddiqie, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pusaka Rizki Putra, 2001), h. 93. 18 Kitab hadis yang memuat hadis-hadis populer yang diriwayatkan oleh sembilan imam
dalam kitab hadis. Adapun sembilan imam yang dimaksud antara lain: Imam Bukhari, Imam Muslim,
Sunan al-Nasa’i, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah, Sunan ad-Darimi, Muwatho
Imam Malik, Musnad Ahmad. Lihat pada Hasbi Ash-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h.
93. 19 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia. Penerjemah Farid Wadji dan Rika Iffanti (Bandung: MIZAN, 1999), h. 161-162.
24
bermunculan. Sebagaimana temuan Howard Fedespiel, beberapa karya hadis tersebut
antara lain, karya Mahmud Yunus dan Mahmud Aziz, ‘Ilmu Muṣṭalah al-Ḥadīth,
Jakarta, Djaja Bakri, 1959, IZ Abidin, ‘Ilmu al-Ḥadīth Dirāyah wa Riwāyah,
Bandung, Setia Karya, 1984, M. Anwar, Ilmu-Ilmu Hadis, Surabaya, al-Ikhlas, 1981,
AQ. Hasan, Ilmu-Ilmu Hadis, Bandung, Diponegoro, 1983, Hasbi ash-Shiddieqy,
Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jakarta, Bulan Bintang, 1981, Problema Hadis
Sebagai Dasar Pembinaan Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1964, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta, Bulan Bintang, 1980, Mahmud Yunus dan H. Ahmad
Azis, Ilmu-Ilmu Hadis, Jakarta, Djaja Murni, 1972, Fachturrahman, Ikhtisar Ilmu
Hadis, Bandung, al-Ma’arif, 1981, K.H. Ali Mustafa Yaqub, Hadis Nabawi dan
Sejarah Kodifikasinya, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2014, Kritik Hadis, Jakarta, Pustaka
Firdaus, 2011.20
Namun setelah ditelusuri, telah lahir karya hadis ulama Indonesia, yakni
Nuruddin al-Raniri, ulama abad XVII asal Aceh yang menuangkan pemikirannya
dalam bidang hadis dengan melahirkan kitab yang berjudul Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-
Targhīb wa al-Tarhīb. Semula kitab ini dinyatakan tidak lagi ditemukan di
Indonesia.21 Lahirnya kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb
membuktikan bahwa kajian hadis telah difokuskan oleh ulama Indonesia sejak awal
abad XVII. Dengan melihat adanya sebuah karya para sarjana hadis tersebut. Ini
20 Muhajirin, “Transmisi Hadis Nusantara: Peran Ulama Hadis Muhammad Mahfudz al-
Tarmasi,” (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009), h. 112. 21 Oman Faturahman, “The Roots of the Writing Tradition of Hadith Works in Nusantara:
Ḥidāyāt al-Ḥabīb by Nuruddin al-Raniri,” Studi Islamika XIX, no. 1 (2012): h. 56.
25
menunjukan bahwa ulama Indonesia telah menjadikan kajian hadis penting di
Indonesia.
Dengan ditemukan kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb pada
abad XVII, menunjukan bahwa kajian hadis di Indonesia saat itu telah menjadi pusat
perhatian ulama. Hanya saja belum banyak ulama Indonesia yang menggeluti kajian
tersebut, melihat banyak masyarakat Indonesia saat itu disibukkan dengan ajaran-
ajaran tasawuf terkait ketauhidan. Hingga pada abad XIX, seiring dengan adanya
gerakan pembaharuan dalam Islam mempengaruhi perkembangan kajian hadis di
Indoensia. Terlebih ilmu-ilmu hadis mulai menjadi silabus pengajaran di lembaga
pendidikan Indonesia, yang pada abad sebelumnya belum ada.
Dalam hal ini saya meneliti perkembangan kajian hadis di Indonesia dengan
tinjauan kemunculan kitab atau ketika lahir sebuah tulisan. Pembuktian
perkembangan kajian hadis dengan objek tulisan, dikarenakan wacana keilmuan hadis
ulama Indonesia lebih komperhensif ketika dikaji dengan media teks. Sebagaimana
teks itu lebih bisa dikaji, karena bersifat material. Lain hal dengan bentuk pengajian
seseorang ataupun pengamalan, yang hal itu tidak dapat dideteksi karena tidak
terwujud materi.
Sebuah teks atau tulisan dapat melibatkan banyak unsur yakni unsur penulis,
unsur dimana teks itu lahir, dan unsur pembaca. Semua itu seakan-akan hadir
dihadapan kita dengan kehadiran teks itu sendiri. Selain itu sebuah teks dapat dibaca
oleh semua masa, teks dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari suatu
zaman ke zaman lainnya, dan dari satu lingkup budaya ke kebudayaan lainnya. Tak
26
lupa teks itu bersatu dengan sejarah, demikian pula sejarah terbentuk dengan
kehadiran teks.22
Lahirnya sebuah teks atau tulisan merupakan puncak dari diskursus yang telah
diamalkan, diajarkan, dan ditransferkan antara guru dan murid. Semua hal itu dapat
terkumpul dalam sebuah tulisan, sebagai bukti keilmuan seseorang. Oleh karena itu,
teks atau tulisan lebih dapat dijadikan sebagai objek kajian untuk melihat satu
perkembangan wacana atau diskursus perkembangan tertentu termasuk hadis.
C. Karakteristik Karya Hadis Awal Generasi di Indonesia
Terdapat beberapa ulama asal Indonesia yang menyemarakkan kajian hadis di
tanah air. Diantaranya Nuruddin al-Raniri, Usman bin Yahya, Mahfudz al-Tarmasi,
dan Hasyim Asy’ari. Beberapa di antara mereka banyak memberikan sumbangsih
pemikiran yang dituangkan ke dalam karya-karya hadis. Karya-karya hadis tersebut
memiliki karakter yang menjadikan karya tersebut sebuah kekhasan terhadap kondisi
perkembangan kajian hadis pada masa awal kajian. Maka dalam sub bab ini akan
disinggung terkait perjalanan keintelektualan serta karakteristik karya-karya hadis
pada masa awal generenasi.
1. Nilai Sosial Keagamaan dalam Kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-
Tarhīb
Nūr al-Dīn Muḥammad bin ‘Alī bin Ḥasanji al-Ḥumaīd al-Syāfi’ī al-
‘Aydarūsi al-Rānīrī atau yang biasa dipanggil al-Raniri dilahirkan di Ranir, sebuah
22 Ahmad Baso, Pesantren Studies 2b, (Tanggerang Selatan: Pusta Afid, 2012), h. 1-3.
27
kota pelabuhan tua di pantai Gujarat.23 Meskipun ia dikenal sebagai ulama Aceh,
sebenarnya ia adalah keturunan Arab, India, dan Melayu campuran.24
Al-Raniri hidup di Aceh pada masa kesultanan Iskandar Tsani (w. 1641).
Beliau menetap di sana sejak tahun 1637 sampai 1644 . Selama di Aceh, ia ditunjuk
sebagai “Syaikh Islam”, salah satu kedudukan tertinggi di kesultanan pada masa
Sultan Iskandar Tsani. Setelah mendapat pijakan kuat di istana Sultan Aceh, Al-
Raniri mulai melancarkan pembaharuan Islamnya di Aceh. 25
Selain dikenal sebagai ulama pembaharu di Melayu-Indonesia pada
pertengahan abad ke XVII. Ia juga dikenal sebagai ulama yang mengawali kajian
hadis di Indonesia.26 Karya kitab hadis yang begitu dikenal hingga saat ini yakni
Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb. Dalam risalah ringkas ini, dia
menginterpolasikan hadis-hadis dengan ayat-ayat al-Qur’an untuk mendukung
argumen-argumen yang melengkat pada hadis-hadis tersebut. Karya ini merupakan
rintisan dalam bidang hadis di Indonesia dan menunjukan pentingnya hadis dalam
kehidupan kaum Muslim.27
Tidak ditemukan kitab lain, selain kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-
Tarhīb karangan al-Raniri. Hal ini dikarenakan perkembangan polemik tasawuf pada
saat itu begitu kuat. Sehingga kajian hadis saat itu belum menjadi kajian yang
23Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), h. 202. 24 Oman Fathurahman, “The Roots of the Writing Tradition of Hadith Works in Nusantara:
Hidȃyȃt al-Habîb by Nuruddin al-Raniri,” Studi a Islamika XIX, no. 1 (2012): h. 60. 25 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005), h. 139. 26 Oman Fathurahman, “The Roots of The Writing Tradition of Hadith Works in Nusantara:
Ḥidāyāt al-Ḥabīb by Nuruddin al-Raniri,” Studi Islamika XIX, no. 1 (2012): h. 62. 27 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), h. 225
28
tersistematis dan pengamalan kajian hadis masih bercampur dengan kajian-kajian
ilmu lainnya. Sejauh ini, hanya ada satu naskah Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa
al-Tarhīb yang telah ditemukan dan diawetkan dalam koleksi Bangsa Perpustakaan
Malaysia dengan nomor rak MS 1042.28 Oleh sebab itu, dalam meneliti kitab ini saya
mengumpulkan data-data dari beberapa buku dan artikel-artikel jurnal yang terkait
dengan pembahasan kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb.
Dalam menuliskan kitab hadis, al-Raniri memilih menggunakan tulisan
bahasa Arab Pegon Melayu. Serupa dengan ulama hadis lain, selain memudahkan
masyarakat dalam mempelajari kitabnya, ini menunjukkan karakteristik penulisan
kitab karangan al-Raniri. Selain itu kitab ini banyak membahas seputar masalah
keagamaan, mencakup pembahasan imān, adab, ahkȃm, syamail, raqaiq, aqīdah, dan
mu’āmalah. Ini menunjukan kitab hadis Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb
tergolong dalam kitab jāmi’.29
Kitab hadis Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb menghimpun 831
hadis yang tidak begitu diketahui kandungan keṣaḥīḥan atau keḍa’ifan isi hadisnya.
Hanya saja ia memaparkan, bahwa kitabnya disusun terdiri dari hadis-hadis yang
dapat dipercaya. Ia juga memaparkan dalam kitabnya, bahwa penulisan kitab Ḥidāyāt
al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb menyinggung kondisi pertobatan masyarakat
dikala itu.30 Hal ini menurut saya, memungkinkan keadaan ketika masyarakat banyak
menganut paham wujūddiyah, dan mulai tersadarkan dengan ajaran-ajaran yang
28Oman Fathurahman, “The Roots of The Writing Tradition of Hadith Works in Nusantara:
Ḥidāyāt al-Ḥabīb by Nuruddin al-Raniri,” Studi Islamika XIX, no. 1 (2012): h. 62. 29 Kitab hadis yang menghimpun perihal aqidah, raqaiq, ahkam, fikih, syamail, manaqib,
tafsir. Lihat pada Maḥmud al-Ṭahān, al-Manhaj al-Ḥadīth fī Muṣṭalah al-Ḥadīth (Riyad: Maktab al-
Ma’arif, t.t), h. 122. 30 Oman Fathurahman, “The Roots of The Writing Tradition of Hadith, h. 64.
29
dibawakan oleh al-Raniri. Salah satunya dengan ajaran hadis yang disebarkan melalui
kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa al-Tarhīb.
Dilihat dari pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwasanya kitab karangan al-
Raniri memiliki kecenderungan terkait kajian-kajian sosial dan ibadah. Hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik yang terdapat pada kitab Ḥidāyāt al-Ḥabīb fī al-
Targhīb wa al-Tarhīb terkait sosial keagamaan.
2. Kajian Hadis-Hadis Keluarga di Indonesia
‘Usmān ibn ‘Abdullāh ibn ‘Aqīl ibn Yaḥyā al-‘Alawī—Sayyid Usman—lahir
di Pekojan, Betawi pada tanggal 17 Rabīul Awwal 1238 H (w. 1822-1914M).31 Wafat
pada hari Senin 12 Shafar atau 19 Januari 1914 di pemakaman rakyat Tanah Abang.
Ayahnya, Abdullah, dan kakeknya ‘Aqil, dilahirkan di Mekkah.32
Semasa hidup Sayyid Usman pernah melakukan perjalanan ke Mekkah pada
tahun 1840-1847. Selain untuk menunaikan ibadah haji, perjalanan ini dimaksudkan
untuk menimba ilmu. Di Mekkah ia belajar kepada Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.
Sekitar tahun 1264 H/ 1848 M, ia menuntut ilmu ke Hadramaut. Hal ini dilakukan
untuk melanjutkan karir intelektualnya dalam mendapatkan sanad dari guru-guru di
Hadramaut. Diantaranya ialah Sayyid Abdullāh bin Ḥusain bin Ṭāḥir, Sayyid
Abdullāh bin ‘Umar bin Yaḥyā, Sayyid Ḥasan bin Ṣalih al-Bahr, Sayyid Muḥammad
31 Muhammad Noupal, “Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya Respon dan Kritik Terhadap
Kondisi Sosial Keagamaan Indonesia,” (Disertasi S3 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2008), h. 64. 32Azyumardi, mengutip Van den Berg mengatakan bahwa Abdurahman al-Mashri Pertama-
tama datang ke Palembang dan Padang untuk berdagang, tetapi ia kemudian menjadikan Petamburan,
Batavia, sebagai tempat tinggalnya. Di petamburan, ia membeli sebidang tanah tempat ia membangun
sebuah masjid. Kemudian ia mengundurkan diri dari perdagangan dan sebagai gantinya mengabdikan
dirinya dalam pengajaran Islam. Lihat Azyumardi Azra, “Hadhrami Scholars in The Malay-Indonesia
Diaspora: A Preliminary Study of Sayyid Uthman” Studia Islamika II, no. 2 (November 1995): h. 10.
30
bin Husain bin Ṭāḥir, dan Sayyid ‘Alwi bin Saqqaf al-Jufri. Selanjutnya Sayyid
Usman pergi ke Madinah, ia menyempatkan diri untuk menuntut ilmu kepada ulama
di Madinah, Syaikh Muḥammad al-‘Azab dan Sayyid ‘Umar bin Abdullȃh al-Jufri.
Hingga akhirnya Sayyid Usman kembali ke Batavia sampai akhir masa hidupnya.33
Semasa hidupnya ia banyak menuangkan keilmuannya pada karya-karya tulis.
Salah satu karyanya yang hingga saat ini masih banyak dipelajari di beberapa
pesantren berjudul “Perhiasan Baik Untuk Anak Perempuan”. Kitab ini merupakan
kumpulan dari beberapa hadis yang terdapat di setiap fasal-fasalnya. Dilihat dari
pemilihan hadis serta penulisan, kitab ini tergolong dalam karakteristik kitab hadis
ajza’/rasail.34 Melihat hadis-hadis yang dikumpulan bersifat tematik, hadis-hadis
yang dihimpun berbicara perihal adab baik seorang anak perempuan maupun laki-
laki. Sayyid Usman banyak menjelaskan perihal masalah-masalah ibadah, keluarga,
adab seorang istri kepada suami, adab seorang anak kepada orang tua. Pada bagian
awal kitab dijelaskan tujuan dari ditulisnya karya ini yakni agar seseorang
memperoleh lima rupa keuntungan yang besar dari yang memperlajarinya.35
Lahirnya sebuah kitab atau karya tidak terlepas dari keadaan kondisi penulis,
baik keadaan psikis, latar belakang historis, maupun keadaan dimana karya tersebut
lahir. Sehingga karya-karya yang lahir dari tangan-tangan ulama Indonesia memiliki
corak serta karakteristik tersendiri, yang menjadikan hal tersebut sebagai ciri khas
33 Siti Suniah, “Kritik Terhadap Tarekat: Kajian Terhadap Pemikiran Sayyid Usman bin
Yahya,” (Tesis S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h.62-63. 34 Kitab yang disusun menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh satu orang. Kitab ini
memuat hadis-hadis secara tematik. 35 Usman bin Yahya, Perhiasan Baik Untuk Anak Perempuan (T.tp: T.pn, t.t), h. 2.
31
kitab hadis karya ulama Indonesia. Salah satu yang menjadi ciri khas corak kitab
hadis Indonesia adalah penulisan karya mengunakan bahasa Arab pegon.36
Sayyid Usman dalam menulis kitabnya memilih untuk memakai bahasa Arab
Pegon Melayu dibanding dengan bahasa Arab yang biasa ditulis oleh ulama
Indonesia lainnya. Selain untuk memudahkan masyarakat dalam memahami
pengajaran yang diberikan, bahasa Arab pegon merupakan bahasa yang biasanya
digunakan pada lembaga pendidikan pesantren di Indonesia. Aksara pegon biasanya
digunakan oleh suatu komunitas tertentu—yakni santri—dalam menerjemahkan
kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Jawa/Indonesia. Oleh sebab itu, tidak semua
orang dapat memahami aksara pegon.
Pada fasal ketiga kitab “Perhiasan Baik Untuk Anak Perempuan” dijelaskan
perihal wajib sholat lima waktu.37 Pada penjelasan ini Sayyid Usman banyak
menggunakan kata “sembahyang” yang menunjukan maksud dari shalat lima
waktu.38 Selain itu pada fasal lain juga dijelaskan terkait adab-adab dalam berumah
36 Huruf Pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa dan
bahasa Sunda. Kata pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab
bahasa Jawa yang tulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim. Lihat pada
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegon diakses pada 15 Januari 2017 37 Usman bin Yahya, Perhiasan Baik Untuk Anak Perempuan (T.tp: T.pn, t.t), h. 8. 38 Dalam khazanah Islam Jawa, ibadah shalat disebut “sembahyang”. Kata sembahyang
sendiri belum ada di Kamus Jawa Kuno yang berkembang di Jawa pada abad XIV-XV. Tampaknya
kata ini berkembang di Jawa setelah Islam diterima sebagai agama raja-raja Jawa. Kata “sembah” dan
“hyang” memang ada di dalam kosa kata Jawa Kuna. Sembah berarti menghormati, tanduk, atau
memohon, sedangkan kata “hyang” artinya dewa atau dewata. Dengan demikian, kata sembahyang
merupakan paduan kata yang artinya penyembahan kepada Dewa atau Tuhan. Hyang sebenarnya
adalah konsep asli dari sistem kepercayaan masyarakat Nusantara, khususnya di tanah Jawa, bukan
konsep ajaran Hindu atau Budha dari India sebagaimana yang selama ini banyak dipahami banyak
orang. Sang Hyang Taya merupakan satu-satunya Dzat Maha Kuasa yang berhak disembah. Lihat pada
Achmad Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi: 2004), h. 150.
Selain itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat kata sembahyang dengan arti shalat;
menyembah Tuhan Islam. Lihat pada Tim PrimaPena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (T.tp:
Gramedia Press, t.t), h. 690.
32
tangga, khususnya seorang istri terhadap suami dan keluarganya.39 Dalam
menjelaskan setiap fasal, Sayyid Usman selalu mengutip matan-matan hadis pada
awal kalimat.
Dari beberapa data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa kitab karangan
Sayyid Usman bin Yahya merupakan kitab yang banyak menjelaskan terkait perihal
ibadah. Secara tidak langsung kitab ini banyak membicarakan mengenai wilayah
kajian “privat”. Dilihat dari pengkutipan hadis-hadisnya, banyak hadis mengenai
ibadah, keluarga, adab seorang istri kepada suami, adab seorang anak kepada orang
tua. Berbeda dengan Hasyim Asy’ari yang karyanya banyak bermain pada ranah
publik, yang nanti akan saya jelaskan pada sub bab berikutnya. Selain itu, sama
halnya dengan ulama Indonesia lain, penulisan kitab-kitab Sayyid Usman
berdasarkan latar belakang keadaan sosial masyarakat pada masa itu.
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa pada Sayyid Usman
merupakan seorang ulama yang banyak mengkaji persoalan wilayah privat. Wilayah
privat yang dimaksud adalah wilayah-wilayah yang berkaitan dengan ibadah dan
persoalan keluarga.
3. Pengaruh Sosial Kebudayaan dalam Kitab Arba’īn al-Tarmasi
Muḥammad Mahfuḍ ibn ‘Abdillāh ibn ‘Abdul Mannān al-Tarmasī40 lahir
pada 12 Jumādil ‘Ūlā 1285H/1868M dan wafat pada tahun 1337H/1919M.41
39 Usman bin Yahya, Perhiasan Baik Untuk Anak Perempuan (T.tp: T.pn, t.t), h. 12. 40 Muhajirin, “Transmisi Hadis Nusantara: Peran Ulama Hadis Muhammad Mahfudz al-
Tarmasi,” (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009), h. 63. 41 Abdurrahman, Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren (Jakarta:
Kencana, 2016), h. xxvii.
33
Al-Tarmasi merupakan salah satu ulama yang pernah melakukan perjalanan
keilmuan ke Haramain. Selama bermukim di Mekkah, al-Tarmasi mendalami banyak
disiplin ilmu agama. Tidak hanya ilmu hadis, ia juga memperlajari tafsir, al-Qur’an,
fikih empat mazhab, ilmu Bahasa Arab dan keilmuan islam lainnya dibeberapa
ḥalaqah sekitar serambi Masjidil Haram dan juga Masjid Nabawi.42
Selama belajar di Mekkah ia memiliki ketertarikan untuk mendalami kajian
ilmu hadis. Menurutnya sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Mas’ud yang
mengatakan bahwa ilmu hadis merupakan sentral atau tempat kembalinya segala ilmu
pengetahuan. Ilmu mutlak yang dibutuhkan setiap insan yang beriman kepada Allah
Swt dan RasulNya.43 Al-Tarmasi juga mengungkapkan pentingnya sanad dalam
penyampaian hadis. Ia mengutip ungkapan Ibn Sirrin bahwa ‘isnād adalah agama’.44
Disini al-Tarmasi menyatakan “barang siapa yang tidak mengetahui isnād berarti ia
tidak mengetahui agama”.45 Hal ini mengisyaratkan kepada siapa saja yang tidak
mengetahui sanad secara baik akan menyatakan hal yang semena-mena, bahwa ini
dan itu adalah hadis nabi, perbuatan nabi, dicontohkan nabi dan lain sebagainya.
Akibatnya mereka tidak hanya terjebak dengan hadis ḍa’if (lemah) bahkan mauḍū’
(palsu).
42 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Wacana Aktualitas dan Aktor Sejarah
(Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2002), h. 123. 43 Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 171. 44Ali Mustafa Ya’qub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), h. 82. 45 Mahfudz al-Tarmasi, Kifāyah al-Mustafīd limā ‘alā min al-Asānīd (Beirut: Dār al-Ba’asyir
al-Islāmiyyah, 1987), h. 5 dalam Muhajirin, “Transmisi Hadis Nusantara: Peran Ulama Hadis
Muhammad Mahfudz al-Tarmasi,” (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 74.
34
Selain itu, ketertarikan al-Tarmasi dalam mempelajari dan mendalami ilmu
hadis juga dipengaruhi kondisi sosial keagamaan pada waktu itu. Dimana pemikiran
modernis mulai diterima dan dipraktekkan, akibat kontak yang dilakukan oleh
pengaruh Barat. Dikatakan bahwa pemikiran modernisasi sudah mulai terjadi pada
abad XVIII, yakni sejak kehadiran Napolion dengan ilmu dan alat-alat modernnya
hingga berlanjut abad XIX dan XX. Hal ini yang pada akhirnya mempengaruhi segala
aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pada masa itu melahirkan gerakan-gerakan
pembaharuan yang menekankan umat Islam untuk kembali kepada al-Qur’an dan
hadis dalam menghadapi kondisi sekitar pada masa itu.46
Pengaruh al-Tarmasi terhadap perkembangan kajian hadis di Indonesia begitu
signifikan. Hal ini terlihat bahwa ia merupakan penghubung keilmuan Haramain
dengan Indonesia. 47 Selain itu al-Tarmasi banyak menuangkan buah pikirannya pada
karya-karya tulis. Salah satunya kitab al-Minhaj al-Khairiyyah fī Arba’īn Hadīth min
Ahādīth Khair al-Bariyah atau yang biasa dikenal dengan Arba’īn al-Tarmasi48
karangan Mahfudz al-Tarmasi, ulama Indonesia yang melakukan transmisi kajian
hadis ke Indonesia. Sesuai dengan judulnya kitab ini merangkum 40 hadis yang
46 Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos,
1999), h. 53. Dunia Islam abad XX ditandai dengan kebangkitan dari kemunduran dan kelemahan
secara budaya maupun politik setelah kekuatan Eropa mendominasi mereka. Negeri-negeri Islam
menjadi jajahan Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Negera jajahan juga
harus ditransformasi dan dimodernisasi mengikuti kemajuan Eropa. Melihat fenomena ini muncullah
beberapa pembaharu di dunia Islam, diantaranya Muhammad Ali Pasha, al-Tahthawi, Jamaluddin al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha yang menganjurkan umat Islam untuk
bersatu melawan ancaman Eropa. Mereka harus memupuk tradisi budaya mereka sendiri, itu artinya
Islam. Lihat pada Dedi Wahyudi, ed., Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik,
Tengah, Hingga Modern (T.tp: Qoulun Pustaka, 2014), h. 150. 47 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia. Penerjemah Farid Wadji dan Rika Iffanti (Bandung: MIZAN, 1999), h. 38. 48 Mahfudz al-Tarmasi, al-Minhaj al-Khairiyyah fī Arba’īn Ḥadīth min Ahādīth Khair al-
Bariyah (Jakarta: Departemen Agama, 2008), h. 1.
35
dipilih oleh al-Tarmasi. Oleh sebab itu, kitab ini tergolong karakteristik kitab
arba’īnat yakni kitab yang mengumpulkan hadis sebanyak 40 hadis. Usaha ini
dilakukan berpadukan hadis riwayat dari Abū Darda’:
ث نا أبو بكر عبد الل بن م ن يا قال: حد ، حمد ابن أب الد ، ع ثنا ع حثنا الفضل بن غان ، عن أبي بن عن ن ا بن ن بد الم نسم: ي سول الل صى هللا ع داء قال: قال ه، عن أب الد بي حدث ات من حفظ عى أم »جد الل أ ا يا من أمر دنها ب يث
ا«49 وم القيامة شافي ا نشهيد فقيه ا نكنت ل“Dari Abū Darda’ ra berkata, Rasūlullāh Saw“Barangsiapa menghafal bagi umatku
40 hadis dari perkara dien mereka, niscaya Allah ta’ālā akan membangkitkannya di
hari kiamat sebagai seorang faqih dan aku menjadi pemberi syafaat dan saksi
baginya” (HR. Baihaqi)
Kitab Arba’īn al-Tarmasi memiliki karakteristik tersendiri berkenaan dengan
tema-tema yang dimuat. Dalam kitab ini terdapat tema mengenai anjuran puasa
‘āshūrā.50 Salah satunya al-Tarmasi mengutip hadis tentang puasa āshūrā.51
Pemilihan hadis āshūrā dikatakan al-Tarmasi untuk merespon diskusi yang
berkembang di masyarakat, berkenaan dengan tradisi 1 suro.52
49 Abū Bakar Muḥammad bin Abdullāh bin Ibrahīm bin Abduwayh al-Baghdādī al-Syafi’ī,
Kitāb al-Fawāid al-Ghailāniyyat (Riyaḍ: Dār Ibnu al-Jawzi, 1997), h. 370. 50 Mahfudz al-Tarmasi, al-Minhaj al-Khairiyyah fī Arba’īn Ḥadīth min Ahādīth Khair al-
Bariyah (Jakarta: Departemen Agama, 2008), h. 26. 51 Puasa‘āshūrā adalah bagian dari tradisi umat muslim, yakni ibadah puasa yang
dilakasanakan tepat pada bulan Muharram. Namun perihal puasa ‘āshūrā masih terdapat perdebatan,
salah satunya disebutkan bahwa puasa itu meniru tradisi Yahudi. Hal ini berdasarkan hadis:
مهاليهودوتتخذهعيدافقالرسولالهصلىالههعليهوسلمصعنأبيموسىرضيالهلعنهقالكانيو وموهمعاشوراءيوماتعظ
أنتم
Abu Musa berkata: Āshūrā adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikan
sebagai hari raya, maka Rasūlullah Saw bersabda: berpuasalah kalian pada hari itu. Lihat pada Abū
Bakar al-Bayhaqī, al-Sunan al-Kabir (Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Ilmiyah, 2003), h. 478. 52 Bagi masyarakat Islam di Jawa, ada dua hal dalam memperingati hari besar Islam yakni
maulid Nabi Saw dan perayaan bulan Suro. Kata “suro” merupakan sebutan bagi bulan Muharam
dalam masyarakat Jawa. Kata tersebut sebenarnya berasal dari kata ‘āshūrā yang artinya sepuluh,
yakni sepuluh dalam bulan Muharam. Bulan suro dijadikan oleh masyarakat Jawa sebagai bulan
kramat. Dari kramatnya bulan tersebut masyarakat Islam Jawa menjadikan bulan ini sebagai bulan
baik. Baik dalam melaksanakan suatu hajat, begitupun baik dalam melakukan suatu peribadatan. Maka
dari itu pada bulan ini, banyak masyarakat Jawa yang melakukan tradisi-tradisi, seperti halnya
melakukan wirid-wirid tertentu, berpuasa paling tidak 1 hari, membaca doa ‘āshūrā, melakasanakan
kenduri “bubur suro”, dan lain sebagainya. Lihat pada Muhammad Sholikhin, Misteri Bulan Suro
Perspektif Islam Jawa (Jakarta: Nasari, 2010), h. 84.
36
Melihat hal yang telah dipaparkan di atas, saya pun menganalisis terkait
karakteristik kitab hadis kaya al-Tarmasi. Pemilihan tema tentang puasa ‘āshūrā
dalam kitab Arba’īn al-Tarmasi dan dengan diajurkan puasa āshūrā mengindikasikan
bahwa adanya karakteristik sosial kebudayaan dalam kitab hadis al-Tarmasi.
Sebagaimana dilihat, dalam menuliskan kitabnya, al-Tarmarsi berusaha tidak
mengesampingkan nilai-nilai kebudayaan yang diterapkan oleh masyarakat
Indonesia.
4. Kajian Hadis dalam Politik Sosial Keberagamaan
Muḥammad Ḥasyim Asy’ari ibn ‘Abd al-Wāḥid ibn ‘Abd al-Ḥalīm lahir di
Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur, tanggal 24 Dhulqaidah 1287H/14 Februari
1871M.53 Ia sempat ke Mekkah pada tahun 1892 M guna melanjutkan pelajarannya di
sana. Di Mekkah ia belajar kepada Syekh Mahfudz al-Tarmasi (w. 1920), Syekh
Nawawi al-Bantani (w. 1897 M), Syekh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1334H),
Syekh Abdul al-Hamid al-Dururstani. Selama di Mekkah, Hasyim belajar fiqh,
tauhid, tafsir, hadis, tasawuf, dan ‘ilm ālah. Dari semua itu tampaknya ia lebih
tertarik pada ilmu hadis, khususnya kumpulan Hadis Bukhārī dan Muslim.
Ketertarikannya pada ilmu hadis dimulai sejak ia belajar kepada al-Tarmasi, hingga
akhirnya Hasyim Asy’ari mendapatkan ijazah mengajar Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang
merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnād) hadis dari 23 generasi
penerima karya ini.54
53 Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren
(Jakarta: Kencana, 2016), h. 229. 54Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren
(Jakarta: Kencana, 2016), h. 232.
37
Hasyim Asy’ari merupakan salah seorang intelektual Muslim dan tokoh
nasional Indonesia yang terkemuka. Sosoknya begitu istimewa, ia adalah salah satu
pahlawan nasional yang menaruh perhatian luar biasa terhadap pergerakan
kemerdekaan. Gagasan-gagasannya yang menyinggung perihal kemerdekaan juga
dituangkan ke dalam karyanya. Salah satu karyanya berjudul Arba’īna Ḥadītsan
Tata’allaqu bi Mabadi’ Nahḍah al-‘Ulamā. Kitab ini memuat 40 hadis dari beberapa
kitab hadis kanonik (kutub al-Sittah) maupun non kanonik (kitab hadis lainnya).55
Kitab ini tergolong karakteristik kitab arba’īnat dengan mengumpulkan hadis
sebanyak 40 hadis. Selain itu, ditulis kitab ini oleh Hasyim Asy’ari dijadikan sebagai
pedoman bagi jam’iyyah NU. Dengan demikian, maka sudah tentu hadis-hadis
pilihan yang ditulis mempunyai keterkaitan dengan maksud dan tujuan dari
didirikannya NU.56
Keterkaitan pembuatan kitab hadis dengan lahirnya organisasi NU, secara
tidak langsung menyikapi fakta sejarah realita sosial keagamaan yang berkembang
saat itu. Dari latar belakang berdirinya NU dan sekilas tela’ah tentang beberapa
pemikiran yang dikembangkan oleh Hasyim Asy’ari, serta pemahaman sosial
keagamaan yang dikembangkan oleh NU. Untuk memperjelas tentang kesesuaian
tersebut, berikut ulasan kesesuaian hadis yang dikumpulkan oleh Hasyim Asy’ari
dengan mempertimbangkan pengklasifikasian hadis berdasarkan bab.
55 Zuhairi Miswari, Hadratusysyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keutamaan dan Kebangsaan
(Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), h. 97. 56 Hasan Su’aidi, “40 Hadis Pedoman NU Karya KH. Hasyim Asy’ari: Studi Takhrij dan
Analisis Konteks Sosial Keagamaan Berdirinya NU,” Jurnal Penelitian XI, no. 1 (Mei 2014): h. 41.
38
Klasifikasi bab dalam kitab Arba’īna Ḥadītsan Tata’allaqu bi Mabadī’
Nahḍatul ‘Ulamā yaitu: bab pertama dakwah/amar ma’ruf nahi munkar (7 hadis),
bab kedua kepemimpinan (2 hadis), bab ketiga ibadah (4 hadis), bab keempat
keharusan mengikuti Sunnah dan Khulafaur Rasyidin (4 hadis), bab kelima akhlaq
(19 hadis) dan bab keenam persatuan (4 hadis). Dari komposisi hadis di masing-
masing bab tersebut, jumlah hadis terbanyak adalah bab tentang akhlak.57
Kesesuaian hadis-hadis yang dipilih berkaitan juga dengan realitas sosial yang
berkembang yakni ketika masa kolonialisasi Belanda atas negara Indonesia
digantikan oleh Jepang. Pada masa itu Jepang melancarkan propaganda bahwa Jepang
adalah “saudara” se-Asia bagi rakyat Indonesia, maka rakyat Indonesia, tidak
terkecuali ulama, dihadapkan pada pilihan yang sulit, yakni antara menentang Jepang
sebagai penjajah atau melakukan “kerjasama” dengan mereka. Melihat kebimbangan
ini, Hasyim Asy’ari dalam kitabnya menyatakan:
“Petama-tama kita wajib mencamkan sabda Nabi Saw: Ista’inū ‘ala Injāhil
Hawaij bil Kitmān Fainna Kulla dhi Ni’matin Mahsudu (hadis nomor 15).
Jangan lupa, ini zaman perang, penuh tipu muslihat. Nippon yang mabuk
kemenangan akan mempertahankan kemenangannya dengan mati-matian.
Tiap gejala kekalahan yang dialami akan membuat sikap berang yang
membabi buta. Siapa yang menghalang-halangi kemauannya akan disapu
bersih. Apa salahnya kita yang lemah ini seolah-olah bekerjasama, keluar
seolah-olah untuk kepentingan Nippon, tetapi ke dalam untuk kepentingan
nasional dan memperkokoh kedudukan umat Islam.”58
Demikian fakta sejarah yang melatarbelakangi pemilihan beberapa hadis yang
terdapat dalam kitab hadis Arba’īna Ḥadītsan Tata’allaqu bi Mabadī’ Nahḍatul
‘Ulamā. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa karakteristik
57 Hasan Su’aidi, “40 Hadis Pedoman NU, h. 54. 58 Saifuddin Zuhri, Berangkat dari Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2013), h. 262
39
utama kitab hadis ini berkaitan dengan nilai politik serta sosial keagamaan yang pada
awal abad XX merupakan respon terhadap problemartika sosial keagamaan dan
kebangsaan yang sedang terjadi.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka saya menarik
kesimpulan bahwasanya kajian hadis di Indonesia pada abad XVII baru merupakan
sebuah kesadaran intelektual. Maksud dari itu, beberapa kajian hadis telah disinggung
secara keilmuan oleh ulama Indonesia. Beberapa ulama yang dikenal, seperti Al-
Raniri, Usman bin Yahya, Mahfudz al-Tarmasi, dan Hasyim Asy’ari merupakan
sarjana hadis pada masa awal generasi yang mulai membangkitkan kajian hadis
karena faktor kondisi sosial pada masanya. Ini menunjukan, ulama Indonesia telah
menggeluti kajian hadis, meskipun keilmuan hadis pada saat itu masih tercampur
dengan keilmuan Islam lainnya.
Hingga pada akhir abad XIX dan awal abad XX mulai berkembang wacana
ideologi keislaman. Sebuah gerakan pembaharuan terkait perkembangan pemikiran
peradaban Islam yang mempengaruhi perkembangan keilmuan hadis di Indonesia. Ini
menyebabkan kajian hadis makin semarak untuk digeluti. Hal ini ditandai dengan
kajian hadis mulai dijadikan sebagai silabus pengajaran di sekolah, dan pesantren-
pesantren.
Selain itu dari beberapa data yang telah dikemukakan oleh saya, dan beberapa
kitab yang telah dianalisis. Dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik tema kajian
hadis pada masa awal generasi yang dikarang oleh ulama asal Indonesia berbicara
terkait nilai-nilai sosial kebudayaan, sosial keagamaan, serta nilai kekeluargaan atau
wilayah “privat”. Hal ini saya pahami, bahwa karya-karya hadis ulama Indonesia
40
banyak bersinggungan dengan latar belakang sosial kebudayaan dan keagamaan
masyarakat Indonesia.
41
BAB III
KAJIAN HADIS DI INDONESIA SAAT INI
Untuk melihat kajian hadis pada masa kini, telah saya jelaskan di awal terkait
bagaimana kajian hadis yang berkembang pada masa awal generasi. Telah dikatakan
bahwa kajian hadis mulai digeluti oleh ulama Indonesia sejak abad XVII. Dengan
adanya ulama Indonesia seperti Al-Raniri, Usman bin Yahya, Mahfudz al-Tarmasi,
dan Hasyim Asy’ari yang merupakan sarjana hadis pada masa awal generasi yang
mulai membangkitkan kajian hadis dan dijadikan sebagai jawaban dari persoalan-
persoalan yang ada di masyarakat kala itu.
Pada bab sebelumnya juga telah saya paparkan terkait karakteristik kajian hadis
pada masa awal generasi. Seperti yang telah diketahui karya-karya hadis ulama
Indonesia banyak berbicara perihal nilai-nilai sosial kebudayaan, sosial keagamaan,
serta nilai kekeluargaan atau wilayah “privat”. Lahirnya karya hadis di Indonesia
banyak difaktori oleh latar belakang sosial kebudayaan dan keagamaan masyarakat
Indonesia pada masa itu.
Setelah melihat kajian hadis di masa awal, maka pada bab ini saya akan
menjelaskan tentang bagaimana perkembangan kajian hadis pada saat ini. Hal ini yang
nantinya akan saya bicarakan terkait spesifikasi wilayah kajian hadis, serta
karakteristik tema kajian hadis di Indonesia. Pembahasan tersebut dilakukan guna
melihat adanya keterkaitan atau hubungan tulisan-tulisan kajian hadis pada masa kini
dengan karya-karya hadis pada masa generasi awal. Sehingga kita dapat melihat
42
ketersambungan atau kebaruan suatu kajian hadis, dengan mendialogkan antara awal
mula kajian hadis hingga pada masa kini di Indonesia.
Berpijak pada batasan penelitian ini, maka tema besar yang dikaji berada pada
wilayah kajian hadis. Secara keseluruhan, penelitian ini meneliti artikel hadis yang
diterbitkan PTAIN pada rentang waktu 2011-2016 yang berjumlah 251 artikel hadis.
Artikel hadis tersebut didapatkan dari situs web jurnal online di beberapa perguruan
tinggi agama Islam negeri di Indonesia. Daftar perguruan tinggi agama Islam negeri
yang ada di Indonesia totalnya berjumlah 55 lembaga perguruan tinggi. Namun hanya
terdapat 32 universitas yang aktif dalam penulisan artikel berkala ilmiah.1
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan ilmu
pengetahuan terutama menyangkut domain atau wilayah kajian adalah dengan
melakukan visualisasi pengetahuan atau lazim disebut pemetaan pengetahuan.
Pemetaan ini dilakukan sebagai pengungkapan suatu gagasan, baik menggunakan
gambar, tulisan, atau grafik.2
Pemetaan suatu pengetahuan dapat dilakukan dengan meneliti tulisan-tulisan
yang terdapat dalam artikel berkala ilmiah. Karena fungsi artikel berkala ilmiah sendiri
adalah sebagai pengembang khazanah ilmu pengetahuan dengan mempublikasikan
hasil penelitian, yang penulisannya telah diverifikasi sebelum dipublikasikan dan
1 http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/dir-ptain0708.pdf diakses pada 13 Feb 2017 pukul
14:16 2 Rifqi Muhammad Fatkhi, Popularitas Tafsir Indonesia di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
(Ciputat: HIPIUS, 2012), h. 2.
43
disimpan secara permanen sehingga pembaca dapat mengakses setiap saat di masa
depan.3
A. Spesifikasi Kajian Hadis di Indonesia
Secara garis besar ulama hadis mengelompokkan ilmu hadis dalam dua bidang
pokok, yakni ‘ilmu al-riwāyah dan ‘ilmu al-dirāyah.4 Sesuai dengan pengertian bahwa
‘ilmu al-riwāyah adalah ilmu yang mempelajari tentang segala perkataan Nabi Saw,
segala perbuatan beliau, periwayatannya, dan ketelitian segala redaksinya, sedangkan
‘ilmu al-dirāyah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan, syarat-
syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi, syarat-syarat
perawi, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.5 Dengan
demikian beberapa ilmu yang temasuk katergori ‘ilmu al-dirāyah yakni, ‘Ilmu al-
Tarīkh wa Ruwah,6 ‘Ilmu Jarh wa Ta’dīl,7 ‘Ilmu Gharīb al-Ḥadīth,8 dan lain
sebagainya. Sebagai disiplin ilmu, ilmu hadis memiliki objek sentral dalam
pengkajiannya.
3 http://jurnal.unpad.ac.id/mku/article/view/185 diakses pada 28 Maret 2017 pukul 21.00 4 Jalāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān Ibn Abū Bakr Al-Suyūṭi, Tadrīb al-Rāwī fī Syarḥ Taqrīb al-
Nawāwī (Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2002), h. 5. 5 Abdul Majid Khon, ‘Ulumūl Ḥadīth (Jakarta: AMZAH, 2012), h. 77. 6 Ilmu yang mempelajari para perawi hadis dari berbagai aspek yang berkaitan dengan
periwayatan, baik sejarah lahir, wafat, serta sejarah belajar mereka. Lihat pada Muḥammad ‘Ajjaj al-
Khaṭib, Uṣul al-Ḥadīth Pokok-pokok Ilmu Hadis. Penerjemah Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq
(Ciputat: Gaya Media Pratama Jakarta, 1998), h. 227. 7 Ilmu yang membahas tentang para perawi dari segi apa yang datang dari keadaan mereka, dari
apa yang mencela mereka, atau yang memuji mereka dengan menggunakan kata-kata tertentu. Lihat
pada Abdul Majid Khon, ‘Ulumūl Ḥadīth (Jakarta: AMZAH, 2012), h. 95. 8 Ilmu yang nempelajari makna matan hadis dari lafal yang sulit dan asing. Lihat pada Abdul
Majid Khon, ‘Ulumūl Ḥadīth, h. 97.
44
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa wilayah kajian ilmu hadis tidak terlepas
dari empat unsur, yakni sanad, matan, tokoh hadis, dan teori. Dari hal inilah yang nanti
saya akan petakan atau klasifikasikan. Beberapa artikel kajian hadis yang telah
dikumpulkan, selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan empat wilayah kajian ilmu
hadis. Namun sebelum saya melakukan pengklasifikasian berdasarkan wilayah kajian
ilmu hadis, terlebih dahulu saya akan mengklasifikasikan artikel-artikel kajian hadis
yang telah dikumpulkan berdasarkan kajian ‘ilmu al-riwāyah dan ‘ilmu al-dirāyah.
Setelah dilakukan penelitian dari 251 artikel hadis, ternyata terdapat perbedaan
kuantitas kajian antara ‘ilmu al-riwāyah dan ‘ilmu al-dirāyah. Penelitian ini
menunjukkan sejumlah 144 artikel masuk dalam kelompok kajian ‘ilmu al-riwāyah,
dan 107 artikel berada dalam kajian ‘ilmu al-dirāyah. Hasil penelitian menunjukan
kajian ‘ilmu al-riwāyah mendominasi kajian hadis dengan persentase 57,37%,
sedangkan kajian ‘ilmu al-dirāyah lebih sedikit dengan persentase 42,63%.
Grafik 1. Kajian‘ilmu al-dirāyah dan‘ilmu al-riwāyah
Berkenaan dengan hasil penelitian bahwasanya kajian ‘ilmu al-riwāyah
mendominasi kajian hadis yang berkembang pada saat ini. Hal ini ditunjukkan dari
144
107
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Kajian 'Ilmu al-Riwȃyah Kajian 'Ilmu al-Dirȃyah
45
jumlah kuantitas kajian, penelitian ini menemukan setidaknya dari 251 artikel kajian
hadis terdapat 144 artikel kajian hadis yang membahas terkait kajian ‘ilmu al-riwāyah.
‘Ilmu al-riwāyah sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala perkataan
Nabi Saw, segala perbuatan beliau, periwayatannya, dan ketelitian segala redaksinya.
Berkenaan dengan definisi tersebut, berikut beberapa judul artikel kajian hadis yang
membahas seputar kajian ‘ilmu al-riwāyah: Mengungkapkan Rahasia Buah Kurma dan
Zaitun Dari Petunjuk Hadis dan Sains karya Moh Erfan Soebahar,9 Metode Pendidikan
Menurut Petunjuk al-Sunnah karya Nauful Lubab,10 Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu
Sosial dan Hadis Nabi karya Benny Afwadzi,11 Jilbab Dalam Hadis: Menelusuri Makna
Profetik dari Hadis karya Ema Marhumah.12
Selain itu dari hasil pengumpulan serta pengklasifikasian beberapa artikel
kajian hadis, pada kajian ‘ilmu al-dirāyah, penulis (peneliti) banyak berkutat pada
metodologi kritik hadis dalam upaya penentuan keṣaḥīḥan atau keḍa’ifan sebuah hadis,
jarh wa ta‘dil periwayatan hadis, ke‘adilan sahabat serta perbincangan seputar
kehujjahan hadis-hadis tertentu. Kajian ‘ilmu al-dirāyah juga diramaikan dengan
lahirnya metodologi hadis kontemporer. Hal ini bersinggungan dengan adanya polemik
seputar hadis yang diusung oleh para orientalis terhadap hadis, hingga melahirkan
teori-teori kritik hadis yang dilahirkan oleh Barat berkenaan dengan masalah otentisitas
9 Moh Erfan Soebahar, “Mengungkap Rahasia Buah Kurma dan Zaitun Dari Petunjuk Hadis
dan Penjelasan Sains,” Ulul Albab XVI, no. 2 (2015). Lihat pada http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/3181/pdf 10 Nauful Lubab, “Metode Pendidikan Menurut Petunjuk al-Sunnah,” Wahana Akademika I,
no. 1 (April 2014). Lihat pada http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/view/802
11 Benny Afwadzi, “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Hadis Nabi,” Living Hadis I,
no. 1 (Mei 2016). Lihat pada http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1070/976
12 Ema Marhumah, “Jilbab Dalam Hadis: Menelusuri Makna Profetik dari Hadis,” Musawa XII,
no. 1 (Januari 2014). Lihat pada http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/883/822
46
hadis. Salah satu tokoh orientalis yang meragukan keotentikan sebuah hadis adalah
Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht, yang juga semarak dibicarakan dalam artikel
kajian hadis.
Hal tersebut juga didukung berdasarkan penelitian dalam artikel kajian hadis
dengan judul “Perkembangan Kajian Hadis Kesarjanaan Barat” dalam penelitian ini
dikemukakan bahwa pada awal abad XIX diskursus kajian hadis semarak diramaikan
tentang orisinalitas hadis di kalangan sarjana Barat.13 Senada juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Arif Chasanul Muna terkait “Perkembangan Studi Hadis
Kontemporer”. Dijelaskan dalam penelitiannya sejak awal abad XIX hingga kini
kecenderungan studi hadis di dunia Islam terkait studi polemik hadis. Kajian polemik
hadis ini bermuara pada otentisitas hadis, yang lahir dari sikap skeptik para orientalis
terhadap sebuah hadis. Hingga yang menjadi objek kritis para orientalis adalah sejarah
hadis sejak masa Rasul hingga pentadwīnannya, kritik atas metodologi sanad dan
matan hadis, kritik atas para perawi dan tokoh dalam studi hadis. Oleh karenanya di
awal abad dua puluhan hingga sekarang ini banyak bermunculan buku-buku studi hadis
yang bercorak pembelaan terhadap eksistensi hadis, hingga keakuratan metodologi
muḥadditsīn baik di dunia Timur maupun di Barat.14
Adapun pengklasifikasian artikel kajian hadis berdasarkan wilayah kajian hadis
sejak periode 2011-2016 yang akan saya paparkan beberapa contoh artikel kajian hadis
dalam setiap wilayah kajian hadis. Diantaranya:
13 Muh Zuhri, “Perkembangan Kajian Hadis Kesarjanaan Barat,” Ulul Albab XVI, no. 2 (2015):
h. 216. 14 Arif Casanul Muna, “Perkembangan Studi Hadis Kontemporer,” RELIGIA XIV, no. 2
(Oktober 2011): h. 240.
47
1. Kajian Sanad, dalam bidang ini terkait artikel yang membahas kajian kritik sanad,
ke’adil-an perawi, kriteria ke-sahîhan hadis. Terdapat 18 artikel sanad hadis dalam
kajian sanad, adapun salah satunya yaitu: Kritik Sanad Hadis Jihad Intoleransi
karya Abdul Malik Ghozali15, Kualitas Hadis dalam Kitab Tafsîr Tanwir al-Mibas
min Tafsîr Ibn Abbȃs (Kritik Sanad Hadis) karya Hasan Su’aidi16, Kontroversi
Tentang Ke’adilan Abu Hurairah karya Azro’ Marzuki17.
2. Kajian Matan, dalam bidang ini terkait artikel yang membahas kajian tematik hadis,
ma’anil hadis, living hadis, dan kritik matan hadis. Terdapat 100 artikel matan hadis
dalam kajian matan, adapun salah satunya yaitu: Pendidikan Adab Berpakaian
Wanita Muslimah Telaah Hadis Nabi Tentang Berpakaian karya Nelly Yusra18,
Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadis (Kajian Ma’anil Hadis) karya Mar’atus
Sholechah19, Menyikapi Dorongan Seksual di Masa Remaja karya Toto Haryanto20.
3. Kajian Tokoh Hadis atau Pemikiran, dalam bidang ini terkait kontribusi tokoh hadis
terhadap kajian hadis serta pemahaman sebuah hadis. Terdapat 27 artikel pemikiran
hadis, adapun salah satunya yaitu: Pemikiran dan Kontribusi Mustafa al-Azami
15 Abdul Malik Ghozali, “Kritik Sanad Hadis Jihad-Intoleransi,” Al-Dzikra X, no. 1 (Januari-
Juni 2016). Lihat pada http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/.../1119 16 Hasan Su’aidi, “Kualitas Hadis Dalam Kitab Tafsir Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibni
Abbas,“ RELIGIA XVIII, no. 1 (April 2015). Lihat pada
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/620/913 17 Azro’ Marzuki, “Kontroversi Tentang Ke’adilan Abu Hurairah,” TAJDID X, no. 2 (Juli-
Desember 2011). Lihat pada http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/692/633 18 Nelly Yusra, “Pendidikan Adab Berpakaian Wanita Muslimah: Telaah Hadis Nabi Tentang
Berpakaian,” Marwah XII, no. 1 (Juni 2013). Lihat pada
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/514/494 19 Mar’atus Sholechah, “Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadis (Kajian Ma’anil Hadis),”
Intelektualita V, no. 2 (Desember 2016). Lihat pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/view/752/665 20 Toto Haryanto, “Menyikapi Dorongan Seksual Di Masa Remaja (Tinjauan Hadis
Psikologis),” Psikis I, no. 1 (2015). Lihat pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/559/497
48
Dalam Studi Hadis karya Umma Farida21, Pemikiran Hadis KH. Hasyim Asy’ari
dan Kontribusinya Terhadap Kajian Hadis di Indonesia karya Afriadi Putra22,
Pemikiran G.H.A Juynball Tentang Hadis karya Nur Mahmudah23.
4. Kajian Teori, dalam bidang ini terkait metodologi kajian hadis, baik yang disebut
tradisional maupun kontemporer. Terdapat 65 artikel teori hadis, adapun salah
satunya yaitu: Diskursus Metodologi Studi Hadis Kontemporer Analisa Komparatif
antara Pendekatan Tradisional dan Pendekatan Revisionis karya Ali Masrur24,
Konsepsi Hadis Mukhtalif di Kalangan Ahli Fiqh dan Ahli Kontemporer karya
Arifuddin Afifin25, Takhrîj al-Hadîts: Langkah Awal Penelitian Hadis karya Jon
Pamil26.
5. Kajian Sanad dan Matan, dalam bidang ini terkait analisis sanad dan matan hadis.
Terdapat 21 artikel sanad dan matan hadis, adapun salah satunya yaitu Kontroversi
Hadis-Hadis Tentang Isbal (Telaah Kritik Sanad dan Matan Hadis Serta Metode
21 Umma Farida, “Pemikiran Dan Kontribusi Muhammad Mustafa al-A’zami Dalam Studi
Hadis,” Teologia XXIV, no. 1 (Januari-Juni 2013). Lihat pada
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/321/291 22 Afriadi Putra, “Pemikiran Hadis KH. Asy’ari dan Kontribusinya Terhadap Kajian Hadis di
Indonesia,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya I, no. 1 (Januari 2016). Lihat pada
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/577/569 23 Nur Mahmudah, “Pemikiran G.H.A. Juynboll Tentang Hadis,” Mutawatir III, no. 1 (Juni
2013). Lihat pada http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/38/37 24 Ali Masrur, “Diskursus Metodologi Studi Hadis Kontemporer Analisa Komparatif antara
Pendekatan Tradisional dan Pendekatan Revisionis,” Journal of Qur’an and Hadis Studies I, no. 2
(2012). Lihat pada
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-hadith/article/view/1326/1179 25 Arifuddin Afifin, “Konsepsi Hadis Mukhtalif Di Kalangan Ahli Fikih dan Ahli Hadis,”
Mutawatir II, no. 2 (Desember 2012). Lihat pada
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/32/31
26 Jon Pamil, “Takhrij Hadis: Langkah Awal Penelitian Hadis,” aN-Nida XXXVII, no. 1
(Januari-Juni 2012). Lihat pada
http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/Anida/article/view/313/296
49
Penyelesaiannya) karya Muhammad Nasir27, Studi Validitas Hadis Tentang Ilmu
Pengetahuan Dalam Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti karya
Alimron28, Jangan Marah: Analisis Sanad dan Matan Hadis karya Umayah29.
6. Kajian Literatur Hadis, dalam bidang ini terkait penelitian literatur dan kitab-kitab
hadis, baik berupa kritik literatur hadis maupun kajian karakteristik kitab-kitab
hadis. Terdapat 21 artikel kajian literatur hadis, adapun salah satunya yaitu Studi
Kritik Kitab Tukhfat al-Ahwadzî Syarh Jamî’ al-Tirmidzî Karya Al-Mubarakfury karya
Muhammad Khadhary30, Teknik Interpretasi Hadis Dalam Kitab Syarh Hadis (Studi Kitab
Subul al-Salȃm) karya Sulaemang L31, Telaah Terhadap Kitab Mawȃrid al-Zamȃn ilȃ
Zawȃid Ibnu Hibbȃn Karya al-Hafiz al-Haisami karya Muhammad Misbah32.
27 Muhammad Nasir, ”Kontroversi Hadis-hadis Tentang Isbal (Telaah Kritis Sanad dan Matan
Hadis Serta Metode Penyelesaiannya),” Jurnal Farabi X, no. 1 (Juni 2013). Lihat pada
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=274635&val=6178&title=KONTROVERSI%20H
ADIS-
HADIS%20TENTANG%20ISBAL%20(Telaah%20Kritis%20Sanad%20dan%20Matan%20Hadis%20
serta%20Metode%20Penyelesainnya) 28 Alimron, “Studi Validitas Hadis Tentang Ilmu Pengetahuan Dalam Buku Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013,” Tadrib I, no. 2 (Desember 2015). Lihat pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1042/878
29 Umayah, “Jangan Marah: Analisis Sanad dan Matan Hadis),” Diya al-Afkar II, no. 1 (Juni
2014). Lihat padahttps://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/571/501
30 Muhammad Khadhary, “Studi Kritik Kitab Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi Karya
Al-Mubarakfury,” Farabi X, no. 1 (Juni 2013). Lihat pada
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392518&val=6178&title=Studi%20Kritik%20Kit
ab%20Tuhfat%20Al-ahwadzi%20Syarh%20Jami%20Al-Tirmidzi%20Karya%20Al-Mubarakfury
31 Sulaemang L, “Teknik Interpretasi Hadis Dalam Kitab Syarh al-Hadis (Studi Kitab Subul al-
Salam),” Ilmu Ushuluddin XIV, no. 2 (Juli 2015). Lihat pada
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/697/560
32 Muhammad Misba, “Telaah Terhadap Kitab Mawarid az-Zaman Ila Zawaid Ibnu Hibban
Karya Al-Hafiz Al-Haisami,” Riwayah I, no. 1 (Maret 2015). Lihat pada
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1233
50
Grafik 2. Artikel Kajian Hadis 2011-2016
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kajian matan mendominasi kajian hadis
di PTAIN, dengan persentase sebanyak 39,84% dari 251 artikel pada wilayah kajian
hadis. Ini menunjukan bahwa sejak tahun 2011-2016 kajian hadis semarak diramaikan
dengan kajian ma’ān al-ḥadīth, kajian tematik hadis, pemahaman hadis, maupun kritik
matan hadis. Terkait tema-tema kajian hadis akan saya jelaskan pada sub bab
berikutnya.
Dari hasil penelitian di atas dapat terlihat perkembangan kajian matan seolah
tidak terputus, sebagai sesuatu yang terus berjalan. Kajian ini, sejak masa awal generasi
telah semarak diramaikan. Hal ini dibuktikan melalui karya-karya kesarjanaan hadis
yang ada pada masa awal generasi, banyak dari mereka yang memulai kajian hadis
berawal dari merespon problematika keadaan masyarakat ketika itu. Hadis-hadis
dikumpulkan dalam sebuah kitab, dan matan-matan hadis tersebut dijadikan sebagai
alat kajian pemahaman hadis yang dibenturkan dengan keadaan sosial keagamaan
ketika itu. Selain itu, terlihat jelas dari pemilihan judul pada setiap tema bab kajian,
0
20
40
60
80
100
120
Sanad Matan Tokoh Teori Sanad danMatan
LiteraturHadis
7,17% 39,84% 10,76% 25,50% 8,37% 8,37%
51
yang tidak jauh dari kandungan isi matan hadis pada bab tersebut. Sehingga kitab-kitab
hadis pada masa awal generasi, lahir tidak jauh dari latar belakang sosial keagamaan
masyarakat.
Berbeda dengan kajian sanad, sejak masa generasi awal sarjana muslim di
Indonesia, kajian hadis belum bersinggungan dengan kajian sanad. Kajian sanad baru
mulai semarak diramaikan pada pertengahan abad XIX, yakni pada masa Mahfudz al-
Tarmasi yang mulai membuka konsentrasi penuh terhadap kajian hadis. Hal ini
ditunjukkan dengan rihlah ilmiahnya ke Haramaian dalam mempelajari serta
mendalami ilmu hadis. Selain itu, ketertarikan al-Tarmasi dalam mempelajari ilmu
hadis, juga dipengaruhi oleh kondisi sosial keagamaan pada waktu itu. Ketika
pemikiran pembaharuan atau modernisasi Islam mulai diterima dan dipraktekan, baik
karena pengaruh Barat akibat kontak yang dilakukan maupun pemurnian ajaran—al-
Qur’an dan hadis.33 Hal ini juga yang menjadikan faktor pada generasi sarjana hadis
sesudahnya, semangat dalam memperlajari kajian hadis secara detail dan utuh hingga
saat ini.
Hingga saat ini, kajian sanad cukup meramaikan kajian hadis. Kecenderungan
mutakhir studi hadis di dunia Islam terkait studi sanad, banyak diramaikan oleh sarjana-
sarjana Barat. Hal ini terlihat dari ramai diperbincangkan seputar keotentikan sebuah
33 Dunia Islam pada awal abad ke XIX ditandai dengan kebangkitan dari kemunduran dan
kelemahan secara budaya maupun politik setelah kekuatan Eropa mendominasi mereka. Negara-negara
Islam menjadi jajahan Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Melihat
fenomena ini, muncul beberapa pembaharu-pembaharu di dunia Islam. Seorang yang pertama kali
menyerukan pembaharuannya adalah aktivis Iran, Jamaluddin al-Afgani (1839-1897). Dia menyerukan
untuk tidak mentah-mentah meniru kehidupan Barat, dan mereka harus membangun budaya ilmu
pengetahuan dalam dunia baru dengan cara tradisi budaya mereka sendiri, dan itu artinya Islam seperti
yang dikehendaki Al-Qur’an dan Nabi. Lihat pada Dedi Wahyudi, ed., Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam: Dari Masa Klasik, Tengah, Hingga Modern (T.tp: Qoulun Pustaka, 2014), 151.
52
hadis dan memerlukan penelitian dari segi sanad dan matan hadis. Objek kritis para
sarjana Barat dalam membahas hadis terkait sejarah hadis pada masa Rasul hingga
pentadwinannya, kritik atas metodologi hadis, dan kritik atas periwayatan hadis.34
Sementara kecenderungan kajian hadis di PTAIN dari tahun ke tahun
sebenarnya mengalami pasang surut, puncak dari penelitian hadis terjadi pada tahun
2014. Dari penelusuran artikel kajian hadis pada tahun 2011 ditemukan sebanyak 31
artikel hadis, hingga tahun 2014 grafik penelitian hadis terus mengalami peningkatan.
Namun pada tahun terakhir, terlihat perkembangan penelitian hadis pada artikel hadis
mengalami penurunan. Terlihat pada tahun 2016 hanya ditemukan 28 artikel jurnal
hadis. Untuk lebih jelasnya, berikut grafik tentang jumlah penelitian hadis dari tahun
ke tahun sejak 2011 hingga 2016.
Grafik 3. Kajian Hadis Periode 2011-201635
34 Arif Casanul Muna, “Perkembangan Studi Hadis Kontemporer,” RELIGIA XIV, no. 2
(Oktober 2011): h. 240. 35 Data-data yang dikumpulkan hanya sebatas data-data yang saya akses secara online. Karena
hal tersebut lebih mudah ditemukan dan ditinjau secara penghitungan. Selain itu, data-data tersebut saya
telusuri di berbagai web yang telah saya jelaskan pada bab I.
31
41 40
64
47
28
0
10
20
30
40
50
60
70
2011 2012 2013 2014 2015 2016
53
B. Karakteristik Karya Hadis di Indonesia
Perkembangan kajian hadis salah satunya dapat dilihat melalui tradisi tulis
menulis. Sebagaimana terangkum dalam tulisan, sejarah penulisan hadis telah dimulai
oleh sahabat yang hidup pada masa Rasulullah Saw.36 Rangkaian masa penulisan hadis
diriwayatkan tidak hanya melalui lisan semata, tetapi juga tertulis oleh para periwayat
terpercaya dengan alat yang ada. Dalam riwayat dikatakan bahwa al-Zuhrī (703)
bukanlah orang pertama yang menulis hadis, tetapi telah banyak dilakukan oleh umat
muslim sebelumnya.37 Hanya saja pengkodifikasian hadis secara resmi terjadi pada
awal mula abad II H.38 Usaha pembukuan hadis dimulai ketika pemerintahan Islam
yang dipimpin oleh Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azīz, melalui intruksinya kepada
Muḥammad ibn Ḥazm (696) dan Muẖammad ibn Shihāb al-Zuhrī (703) untuk
mengumpulkan hadis dari para penghapalnya.39
Senada dengan hal di atas bahwa teks atau tulisan dapat lebih bisa dikaji, karena
bersifat material. Selain itu sebuah teks dapat dibaca oleh semua masa, teks dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari suatu zaman ke zaman lainnya, dan
dari satu lingkup budaya ke kebudayaan lainnya. Tak lupa bahwa teks bersatu dengan
sejarah, demikian pula sejarah terbentuk dengan kehadiran teks.
36 Rangkaian masa penulisan hadis tidak hanya melalui lisan semata, tetapi juga tertulis oleh
para periwayat terpercaya. Penulisan hadis telah ada ketika Rasulullah Saw memberi kelonggaran
kepada Abdullah ibn Amr ibn al-Ash (w. 65H) untuk menulis hadis yang tertuang dalam Al-Ṣaḥifah al-
Ṣadiqah. Lihat pada: Muẖammad ‘Ajjaj al-Khatib, Uṣūl al-Ḥadīth (Beirut: Dār al-Fikr, 1434 H), h. 172. 37 Muẖammad bin Maṭar al-Zaḥranī, Tadwīn al-Sunnah al-Nabawiyyah, Nasy’atuh wa
Taṭawaruh min al-Qarni al-Awwal ila Nihāyah al-Qarni al-Tasi’ al-Ḥijrī (Ṭaif: Maktabah al-Ṣadiq,
1412 H), h. 83-85. 38 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka
Rizky Putra, 2002), h. 52. 39 Muḥammad Muṣṭafā A’ẓamī, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. Penerjemah Ali
Mustafa Yaqub (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2014), h. 137.
54
Terkait sebuah perkembangan kajian hadis, saya ingin mengungkapkan
keterkaitan atau hubungan tulisan-tulisan kajian hadis pada masa kini dengan karya-
karya hadis pada masa generasi awal. Penelitian ini juga ingin mengungkapkan
kecenderungan kajian hadis masa kini dengan pengklasifikasian tema yang terdapat
pada artikel hadis berkala ilmiah. Hal ini dikarenakan, kedua jenis tulisan tersebut
merupakan sebuah karya ilmiah yang membahas perihal hadis. Tulisan-tulisan tersebut
juga merupakan hasil dari sebuah pergulatan pengetahuan.
Pada umumnya artikel berkala ilmiah ditulis oleh seseorang yang konsen pada
bidang tersebut guna memberikan kontribusi terhadap teori atau penerapan ilmu.
Begitu juga dengan karya-karya hadis pada masa generasi awal, para sarjana hadis
banyak menulis terkait problematika kajian hadis pada masa itu. Selain itu, artikel
berkala ilmiah adalah salah satu wadah kajian keilmuan yang telah masuk pada masa
modern. Dan juga, artikel berkala ilmiah merupakan salah satu wadah perkembangan
keilmuan yang menapilkan penelitian-penelitian terbaru, dan tulisan-tulisan hasil
penelitian tersebut kandungan ilmiahnya telah terverifikasi.
Adapun klasifikasi karakteristik kajian hadis pada masa kini, berdasarkan
proses pengklasifikasian terhadap artikel kajian hadis, penelitian ini menemukan
setidaknya ada 8 tema kajian hadis. Tema yang ditekankan oleh saya merupakan latar
belakang permasalahan yang tedapat dalam artikel kajian hadis. Beberapa
pengklasifikasian tema kajian hadis yaitu sebagai berikut: kajian sejarah, kajian
hukum, kajian gender, kajian sosial budaya, kajian pendidikan, kajian kesehatan, kajian
politik, dan kajian lingkungan.
55
1. Kajian sejarah, didapatkan sejumlah 32 artikel hadis, seperti artikel yang berjudul
Sîrah Nabawiyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi karya Ahmad ‘Ubaydi
Hasbillah40, Sejarah dan Perkembangan Kritik Matan Hadis karya Masturi
Irham41, Sejarah Dakwah Rasulullah Saw di Mekkah dan Madinah karya
Patmawati42.
2. Kajian hukum, didapatkan sejumlah 40 artikel hadis, seperti artikel yang berjudul
Elastisitas Hukum Nikah dalam Perspektif Hadis karya Ridwan Hasbi43,
Dialektika Hadis Ahad dan Qiyȃs Sebagai Dalil Dalam Penetapan Hukum Islam
karya Silahuddin44, Studi Kritik Hadis Tentang Melaksanakan Shalat Jum’at Pada
Waktu Hari Raya karya Khairuddin45.
3. Kajian gender, didapatkan sejumlah 22 artikel hadis, seperti artikel yang berjudul
Memahami Misoginis Perspektif Maqȃsid al-Syarî’ah: Studi Hadis yang
Menyamakan antara Keledai, Anjing, dan Perempuan karya Muhamad Rofiq46,
Reinterpretasi Terhadap Pemahaman Hadis-Hadis Tentang Gender Dalam
40 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, “Sirah Nabawiyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi,” Journal
of Qur’an and Hadis Studies I, no. 2 (2012). Lihat pada http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-
quran-and-hadith/article/view/1327/1180 41 Masturi Irham, “Sejarah dan Perkembangan Kritik Matan Hadis,” Mutawatir I, no. 1 (Juni
2011). Lihat pada http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/7/8
42 Patmawati, “Sejarah Dakwah Rasulullah Saw di Makkah dan Madinah,” Al-Hikmah VIII, no.
2 (2014). Lihat pada http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/view/75/69
43 Ridwan Hasbi, “Elastisitas Hukum Nikah Dalam Perspektif Hadis,” Jurnal Ushuluddin XVII,
no. 1 (Januari 2011). Lihat pada
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/680/631 44 Silahuddin, “Dialektika Hadis Ahad dan Qiyas Sebagai Dalil Dalam Penetapan Hukum
Islam,” Aldzikra VIII, no. 2 (Juli-Desember 2014). Lihat pada
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/977/0 45 Khairuddin, “Studi Kritik Hadis Tentang Melaksanakan Shalat Jum’at Pada Waktu Hari
Raya,” Al-Fikra XIX, no. 1 (Januari-Juni 2012). Lihat pada
http://alfikra.pasca-uinsuska.info/index.php/alfikra/article/download/58/58 46 Muhamad Rofiq, “Memahami Hadis Misoginis Perspektif Maqasid Syari’ah: Studi Hadis
yang Menyamakan antara Keledai, Anjing dan Perempuan,” Esensia XVI, no. 1 (April 2015). Lihat pada
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/986/912
56
Perspektif Fiqh al-Hadis karya Kaizal Bay47, Misogynis di Dalam Hadis (Telaah
Hadis Sunan al-Tirmidzî dan Ibnu Mȃjah, Perempuan Sebagai Sumber Fitnah
Paling Berbahaya) karya Rufika Sari48.
4. Kajian sosial budaya, didapatkan sejumlah 25 artikel hadis, seperti artikel yang
berjudul Barzanji Bugis dalam Peringatan Maulid Nabi: Studi Living Hadis di
Masyarakat Bugis, Soppeng, Sul-Sel karya Ahmad Muttaqin49, Kultur Arab Dalam
Hadis Pemimpin Negara Dari Suku Quraysh karya Moh Misbakhul Khoir50,
Living Hadis Dalam Tradisi Menjaga Kubur Masyarakat Banjar Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Kalimantan Selatan karya Miftahul Jannah51.
5. Kajian pendidikan, didapatkan sejumlah 12 artikel hadis, seperti artikel yang
berjudul Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Syarh al-Hadîs al-Mawdȗ’i) karya
Abdul Kahar52, Pendidikan Adab Berpakaian Wanita Muslimah Telaah Hadis
47 Kaizal Bay, “Reinterpretasi Terhadap Pemahaman Hadis-Hadis Tentang Gender dalam
Perspektif Fiqh al-Hadis,” Jurnal Ushuluddin XXIV, no. 1 (Januari-Juni 2016). Lihat pada
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1516/1555
48 Rufika Sari, ”Misogynist Dalam Hadis (Telaah Hadis Sunan Tirmidzi dan Ibnu Majah,
Perempuan Sumber Fitnah Paling Berbahaya),” Marwah XIII, no. 2 (Desember 2014). Lihat pada
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/889/845
49 Ahmad Muttaqin, “Barzanji Bugis dalam Peringatan Maulid: Studi Living Hadis di
Masyarakat Bugis, Soppeng, Sul-Sel,” Jurnal Living Hadis I, no. 1 (Mei 2016). Lihat pada
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1071/977 50 Moh. Misbakhul Khoir, “Kultur Arab Dalam Hadis Pemimpin Negara Dari Suku Quraysh,”
Mutawatir IV, no. 2 (Desember 2014). Lihat pada
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/60/58 51 Miftahul Jannah, “Living Hadis Dalam Tradisi Menjaga Kubur Masyarakat Banjar
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan,” Jurnal Living Hadis XV, no. 1 (2014). Lihat pada
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/763/706
52 Abdul Kahar, “Pendidikan Dalam Perspektif Hadis (Syarah al-Hadis al-Mawdhu’i),” Studi
Islam V, no. 1 (2015). Lihat pada
http://ejurnal.lp2m-iainambon.id/index.php/studiislam/article/view/97/pdf
57
Nabi Tentang Berpakaian karya Nelly Yusra53, Prisip-prinsip Manajemen
Pendidikan Dalam Islam karya Hairul Hudaya54.
6. Kajian kesehatan, didapatkan sejumlah 6 artikel hadis, seperti artikel yang berjudul
Syariat Makan dan Minum Dalam Islam: Kajian Terhadap Fenomena Standing
Party Pada Pesta Pernikahan karya Aprilia Mardiastuti55, Legitimasi Pelarangan
Penggunaan Alkohol Dalam Pengobatan karya Muhammad Ikhwan
Lukmanudin56, Mengungkap Rahasia Buah Kurma dan Zaitun Dari Petunjuk
Hadis dan Penjelasan Sains karya R. Arizal Firmansyah57.
7. Kajian politik, didapatkan sejumlah 4 artikel hadis, seperti artikel yang berjudul
Hadis dan Analisis Aliran Politik Rijal: Studi Geo-Politik Terhadap Aliran Shi’ah
dan Nasb karya Aceng Abdul Kodir58, Hadis Nabi, Salafisme, dan Global
53 Nelly Yusra, “Pendidikan Adab Berpakaian Wanita Muslimah: Telaah Hadis Nabi Tentang
Berpakaian,” Marwah XII, no. 1 (Juni 2013). Lihat pada
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/514/494
54 Hairul Hudaya, “Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan Dalam Hadis,” Al-Banjari XIII, no.
2 (Juli-Desember 2014). Lihat pada
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/view/398/311
55 Aprilia Mardiastuti, “Syariat Makan dan Minum Dalam Islam: Kajian Terhadap Fenomena
Standing Party Pada Pesta Pernikahan (Walimahtul ‘Ursy),” Jurnal Living Hadis I, no. 1 (Mei 2016).
Lihat pada http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1072/978 56 Muhammad Ikhwan Lukmanudin, “Legitimasi Hadis Pelarangan Penggunaan Alkohol
Dalam Pengobatan,” Journal of Qur’an and Hadis Studies IV, no. 1 (2015). Lihat pada
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-hadith/article/view/2284/1692 57 R. Arizal Firmansyah, “Mengungkap Rahasia Buah Kurma dan Zaitun Dari Petunjuk Hadis
dan Penjelasan Sains,” Ulul Albab XVI, no. 2 (2015). Lihat pada http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/3181/pdf 58 Aceng Abdul Kodir, “Hadis dan Analisis Aliran Politik Rijal: Studi Geo-Politik Terhadap
Aliran Shi’ah dan Nasb,” Journal of Qur’an dan Hadis I, no. 2 (2012). Lihat pada
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-hadith/article/view/1328/1181
58
Terorism karya M. Khoirul Huda59, Ideologi dan Politik Dalam Proses Awal
Kodifikasi Hadis karya Mohammad Subhan Zamzami60.
8. Kajian lingkungan, didapatkan sejumlah 3 artikel hadis, seperti artikel yang
berjudul Dari Sutet Menuju Teologi Berbasis Ekologi (Tinjauan Hadis-Hadis
Pelestarian Lingkungan, Kesehatan, dan Layanan Publik) karya Munawir61,
Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah karya Ulin Niam Masruri62,
Pemahaman Hadis Tentang Bencana (Sebuah Kajian Teologis Terhadap Hadis-
Hadis Tentang Bencana) karya Muhammad Alfatih Suryadilaga63.
59 M Khoirul Huda, “Hadis Nabi, Salafisme, dan Global Terrorism,” Journal of Qur’an dan
Hadis IV, no. 1 (2015). Lihat pada
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-hadith/article/view/2283/1691 60 Mohammad Subhan Zamzami, “Ideologi dan Politik Dalam Proses Awal Kodifikasi Hadis,”
Religio III, no. 1 (2013). Lihat pada http://religio.uinsby.ac.id/index.php/religio/article/view/70/62
61 Munawir, “Dari Sutet Menuju Teologi Berbasis Ekologi (Tinjauan Hadis-Hadis Pelestarian
Lingkungan, Kesehatan, dan Layanan Publik),” Diya al-Afkar II, no. 1 (Juni 2014). Lihat pada
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/568/498 62 Ulin Niam Masruri, “Pelestarian Lingkungan Dalam Perspektif Sunnah,” At-Taqaddum VI,
no. 2 (Nopember 2014). Lihat pada
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/718/634 63 Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Pemahaman Hadis Tentang Bencana (Sebuah Studi
Teologis Terhadap Hadis-Hadis Tentang Bencana),” Esensia XIV, no. 1 (April 2013). Lihat pada
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/751/690
59
Grafik 4. Klasifikasi Tema Kajian Hadis
Secara kuantitatif kajian hukum mendominasi isu kajian hadis pada artikel-
artikel hadis dengan persentase 15,94%, diikuti kajian sejarah dengan persentase
12,75%. Secara berurutan didapatkan data mengenai isu kajian pemahaman hadis
sebanyak 40 artikel isu hukum, 32 artikel isu sejarah, 25 artikel isu sosial budaya, 22
artikel isu gender, 12 artikel isu pendidikan, 6 artikel isu kesehatan, 4 artikel isu politik,
dan 3 artikel isu lingkungan.
Tulisan-tulisan yang terkumpul pada artikel kajian hadis banyak merespon
terkait persoalan hukum. Hadis yang merupakan landasan hukum kedua Islam hingga
hari ini tidak hanya dijadikan sebagai praktek keagamaan, tetapi merambah pada
kebutuhan legitimasi untuk setiap aspek kehidupan, termasuk dalam persoalan sehari-
hari dan menjadi alat justifikasi bagi setiap tindakan yang dilakukan. Artinya,
paradigma hadis masa kini mengharuskan sebuah perilaku keagamaan (ibadah) hanya
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Hukum
Sejarah
Sosial Budaya
Gender
Pendidikan
Kesehatan
Politik
Lingkungan
40
32
25
22
12
6
4
3
15,94%
12,75%
9,96%
8,76%
4,78%
2,39%
1,59%
1,20%
Jumlah Isu Kajian Presentase Isu Kajian
60
bisa dilakukan jika didasari oleh hadis. Setiap tindakan, perilaku sehari-hari, gaya
berpakaian, apalagi praktek keagamaan harus bersumber pada hadis atau sunnah.64
Selain itu, tema kajian hadis pada abad XXI dapat dikatakan berkembang.
Dapat dilihat kajian-kajian hadis yang berkembang pada masa awal generasi
kesarjanaan hadis, berada pada wilayah sosial kebudayaan, sosial politik keagamaan,
serta sosial kekeluargaan atau dalam bahasa lain wilayah kajian “privat”. Tidak seperti
kajian hadis pada saat ini, tema kajian hukum merupakan tema yang mendominasi
kajian pada masa kini, yang belum disentuh oleh ulama hadis di masa awal kajian hadis.
Sementara tema-tema kajian hadis yang berkembang di awal masa kajian sampai saat
ini masih banyak diperbincangkan. Seperti halnya banyak kajian hadis yang
membicarakan terkait nilai-nilai sosial, yang ternyata pada saat ini masih banyak
didiskusikan terkait tema sosial.
Dari beberapa data yang telah dikumpulkan dan dianalisis, saya katakan bahwa
kajian hadis periode 2011-2016 mengalami perkembangan. Perkembangan kajian hadis
dapat dilihat berdasarkan tema-tema kajian yang telah dipopulerkan oleh ulama
Indonesia pada masa awal generasi kajian hingga saat ini. Dapat dilihat bahwa kajian
hadis yang digeluti oleh ulama Indonesia pada masa awal generasi memiliki latar
dengan merespon keadaan masyarakat pada masa itu. Sehingga tema kajian hadis yang
berkembang secara tidak langsung bercorak sosial kebudayaan, sosial politik
keagamaan, serta sosial kekeluargaan.
64 Rifqi Muhammad Fatkhi, “The Use and No Use of Hadith on Religious Practices of
Indonesian Muslims,” makalah Seminar Tahunan Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS) Peta
Kajian al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3 Desember 2015 (Ciputat: Sekolah Pasca Sarjana
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015), h. 2.
61
Adapun tema kajian hadis pada saat ini dapat dikatakan tidak memiliki
karakteristik yang spesifik. Melihat banyaknya tema-tema kajian hadis yang menjadi
diskusi para sarjana hadis saat ini. Namun secara positif, kajian hadis pada saat ini lebih
memiliki variasi kajian. Kajian hadis tidak hanya berkutat pada wilayah kajian sosial,
tetapi juga merambat pada wilayah lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan gender. Hal
ini tidak lain karena seiring perkembangan waktu semakin bertambah juga
kompleksitas permasalahan yang ada.
62
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian hadis pada saat ini dapat dikatakan tidak memiliki karakteristik yang
spesifik. Melihat banyaknya tema-tema kajian hadis yang menjadi diskusi para
sarjana hadis saat ini. Namun secara positif, kajian hadis pada saat ini lebih
memiliki variasi kajian. Kajian hadis tidak hanya berkutat pada wilayah kajian
sosial, tetapi juga merambat pada wilayah lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan
gender. Hal ini tidak lain karena seiring perkembangan waktu semakin bertambah
juga kompleksitas permasalahan yang ada.
Kajian hadis di Indonesia banyak membicarakan persoalan hukum. Tema
hukum pada kajian hadis sendiri menunjukkan bahwa hari ini hadis tidak hanya
dijadikan sebagai praktek keagamaan, tetapi merambat pada kebutuhan legitimasi
untuk setiap aspek kehidupan, termasuk dalam persoalan sehari-hari dan menjadi
alat justifikasi bagi setiap tindakan yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa
popularitas kajian hadis di Indonesia semakin menguat seiring dengan banyaknya
masyarakat Indonesia yang berpegang teguh pada hadis dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
B. Saran-saran
1. Penelitan ini belum mencakup karya-karya ilmiah lain baik berbasis
online maupun yang telah terbukukan. Apabila dilakukan penelitan
63
yang lebih luas, saya yakin perkembangan kajian hadis di Indonesia
akan semakin beragam.
2. Selain itu perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola hubungan
antar pengarang terhadap artikel yang diterbitkan. Sehingga dapat
menjelaskan interaksi dan komunikasi ilmiah yang baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon. ‘Ulumūl Ḥadīth. Jakarta: AMZAH, 2012.
Abdurrahman. Dari Haramain ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren.
Jakarta: Kencana, 2016.
Ali, Muhammad. “Dari Kajian Naskah Kepada Living Qur’an dan Living Hadis:
Pengantar Metodologi Penelitian Kontemporer al-Qur’an dan Hadis.”
Makalah Seminar Tahunan Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS)
Peta Kajian al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3 Desember 2015.
Ciputat: Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015.
Ali, Nizar. Memahami Hadis Nabi; Metode dan Pendekatan. Yogyakarta: CESaD
YPI al-Rahmah, 2001.
Amstrong, Karen. Islam A Short History. Penerjemah Ahmad Mustafa. London:
Phoenix Press, 2002.
Andriansyah. “Kajian Hadis di Indonesia: Profil Literatur Hadis di Indonesia Dari
Tahun 1995 sampai 2000.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
Aẕamî, Muḥammad Muṣṭafā. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya.
Penerjemah Ali Mustafa Yaqub. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2014.
Azra, Azyumardi. Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos, 1999.
--------. Historiografi Islam Kontemporer, Wacana Aktualitas dan Aktor Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2002.
--------. Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal. Bandung: Mizan, 2002.
--------. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaharuan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.
--------. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Jakarta: Logos, 1999.
--------. “Hadhrami Scholars in The Malay-Indonesia Diaspora: A Preliminary
Study of Sayyid Uthman.” Studia Islamika II, no. 2 (November 1995).
--------. “Kecederungan Kajian Islam di Indonesia Studi Tentang Disertasi Doktor
Program Pascasarjana IAIN Jakarta.” IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
1997.
65
Baso, Ahmad. Pesantren Studies 2b. Tanggerang Selatan: Pusta Afid, 2012.
Bawazir, Nabih Ibrahim. “Journal of Indonesian Scholars.” Artikel ini diakses pada
4 Januari
2017http://jurnalppi.vacau.com/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=30:apa-itu-jurnal-ilmiah&catid=1:berita
Al-Bayhaqī, Abū Bakar. al-Sunan al-Kabir. Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Ilmiyah, 2003.
Birowo, M Antonius ed. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali, 2004.
Brown, Daniel W. Rethinking Tradition in Modern Islamic Thought. Penerjemah
Charles Kurzman. New York: Cambridge University Press, 1966.
Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi
Islam di Indonesia. Penerjemah Farid Wadji dan Rika Iffanti. Bandung:
MIZAN, 1999.
Chodjim, Achmad. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta: PT Ikrar
Mandiriabadi: 2004.
Dhofir, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3ES, 1982.
Fatkhi, Rifqi Muhammad. Popularitas Tafsir Hadis Indonesia di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ciputat: HIPIUS, 2012.
--------. “The Use and No Use of Hadith on Religious Practices of Indonesian
Muslims.” Makalah Seminar Tahunan Qur’an and Hadith Academic
Society (QUHAS) Peta Kajian al-Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3
Desember 2015. Ciputat: Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta, 2015.
Faturahman, Oman. “The Roots of the Writing Tradition of Hadith Works in
Nusantara: Ḥidāyāt al-Habīb by Nuruddin al-Raniri.” Studi Islamika XIX,
no. 1 (2012).
Federspiel, Howard. “The Usage of Traditions of The Prophet in Contemporary
Indonesia.” Arizona State University: Monograph in Southes Asian
Studies, Program for SAS, 1993.
--------. “Hadith Literature in Twentieth Century Indonesia,” JSTOR, (2002).
Hidayat, Komaruddin. dkk. Buku Panduan Pedoman Akademik Program Strata I.
Jakarta: UIN 2012/2013.
Jabali, Fuad. IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia. Ciputat: Logos Wacana
Ilmu, 2002.
66
al-Khatib, Muẖammad ‘Ajjaj. Uṣūl al-Ḥadth. Beirut: Dār al-Fikr, 1434H.
Khuluq, Lathiful. Fajar Kebangunan Ulama, Biografi KH. Hasyim Asy’ari.
Yogyakarta: LkiS, 2008.
Koto, Alaiddin. Ilmu Fikih dan Ushul Fikih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004.
Majid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina, 1997.
Miswari, Zuhairi. Hadratusysyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keutamaan dan
Kebangsaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.
Muhajirin. “Transmisi Hadis Nusantara: Peran Ulama Hadis Muhammad Mahfudz
al-Tarmasi.” Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Muna, Arif Casanul. “Perkembangan Studi Hadis Kontemporer.” RELIGIA XIV,
no. 2 (Oktober 2011).
Munthohah. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: UII Press, 1998.
Nisa, Khairun “Sejarah Shumubu (Cikal Bakal Departemen Agama) Pada Masa
Pergerakan di Indonesia 1942-1945.” (Skripsi S1 Fakultas Adab ,
Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2010.
Noupal, Muhammad. “Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya Respon dan Kritik
Terhadap Kondisi Sosial Keagamaan Indonesia.” Disertasi S3 Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.
Putra, Afriadi. “Pemikiran Hadis KH. M Hasyim Asy’ari dan Kontribusinya
terhadap Kajian Hadis di Indonesia.” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan
Sosial Budaya I, no. 1 (Januari 2016)
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Penerjemah Mudzakir AS.
Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2012.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Muṣṭalah al-Ḥadth. Bandung: PT Alma’arif, 1974.
Rahman, Fazlur. Wacana Studi Hadis Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana,
2002.
Said, Edward W. Orientalisme. Penerjemah Asep Hikmat. Bandung: PUSTAKA,
2001.
67
Saifuddin. “Peta Kajian Hadis Ulama Banjar.” Taṣwir I, no. 2 (Juli-Desember
2013).
--------. “Pengembangan Studi Hadis Melalui Pendekatan Interdisipliner.” Makalah
Workshop Keagamaan Ilmu-Ilmu Keushuluddinan tanggal 22 s.d 25
Agustus 2005. Banjarmasin: Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari
Banjarmasin, 2005.
Saputra, Hasep. “Perkembangan Studi Hadis di Indonesia: Pemetaan dan Analisis
Genealogi.” Disertasi S3 Konsentrasi Hadis dan Tradisi Kenabian Program
Studi Pengkajian Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014.
Al-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang:
Pustaka Rizky Putra, 2002.
Shihab, Alwi. Islam Sufistik: Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di
Indonesia. Bandung: Mizan, 2001.
Sholihin, M. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia,
2001.
Sholikhin, Muhammad. Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa. Jakarta: Nasari,
2010.
Singarinbun, Masri, ed. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S, 1989.
Su’aidi, Hasan. “40 Hadis Pedoman NU Karya KH. Hasyim Asy’ari: Studi Takhrij
dan Analisis Konteks Sosial Keagamaan Berdirinya NU.” Jurnal Penelitian
XI, no. 1 (Mei 2014).
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005.
Suniah, Siti. “Kritik Terhadap Tarekat: Kajian Terhadap Pemikiran Sayyid Usman
bin Yahya.” Tesis S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2015.
Suryadilaga, Muhammad al-Fatih. “Ragam Studi Hadis di PTKIN Indonesia dan
Karakteristiknya: Studi atas Kurikulum IAIN Bukittinggi, IAIN
Batusangkar, UIN Sunan Kalijaga, dan IAIN Jember.” Makalah Seminar
Tahunan Qur’an and Hadith Academic Society (QUHAS) Peta Kajian al-
Qur’an dan Hadits di Indonesia tanggal 3 Desember 2015. Ciputat: Sekolah
Pasca Sarjana UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2015.
Al-Suyūṭi, Jalāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān Ibn Abū Bakr. Tadrīb al-Rāwī fī Syarḥ
Taqrīb al-Nawāwī. Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2002.
68
Al-Syafi’ī, Abū Bakar Muḥammad bin Abdullāh bin Ibrahīm bin Abduwayh al-
Baghdādī. Kitāb al-Fawāid al-Ghailāniyyat. Riyaḍ: Dār Ibnu al-Jawzi,
1997.
Al-Tarmasi, Mahfudz. Kifāyah al-Mustafīd limā ‘alā min al-Asānīd. Beirut: Dār al-
Ba’asyir al-Islāmiyyah, 1987.
--------. al-Minhaj al-Khairiyyah fî Arba’īn Ḥadīth min Ahādīth Khair al-Bariyah.
Jakarta: Departemen Agama, 2008.
al-Ṭahān, Maḥmud. al-Manhaj al-Ḥadīth fī Muṣṭalah al-Ḥadīth. Riyad: Maktab al-
Ma’arif, t.t.
Tim PrimaPena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. T.tp: Gramedia Press, t.t.
Wahid, Ramli Abdul. “Perkembangan Metode Pemahaman Hadis di Indonesia.”
Analytica Islamica IV, no. 2 (2015).
Wahyudi, Dedi, ed. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik,
Tengah, Hingga Modern. T.tp: Qoulun Pustaka, 2014.
Yahya, Usman bin. Perhiasan Baik Untuk Anak Perempuan. T.tp: T.pn, t.t.
Ya’qub, Ali Mustafa. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.
Yatim, Badri Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci, Hijaz (Mekah dan Madinah)
1800-1925. Jakarta: Logos, 1999.
--------. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
Zayd, Nashr Ḥamīd Abū. Tekstualitas al-Qur’an; Kritik terhadap Ulumul Qur’an.
Penerjemah Khairon Nahdliyyin. Yogyakarta: LKiS, 2000.
Zuhri, Muh. “Perkembangan Kajian Hadis Kesarjanaan Barat.” Ulul Albab XVI,
no. 2 (2015).
Zuhri, Saifuddin. Berangkat dari Pesantren. Yogyakarta: LKis, 2013.
Zulfikri. “Orientalisme Hadis Peta Kajian Hadis Orientalis.” TAJDID XVI, no. 2
(November 2013).
“Direktori Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri 2016/2017”
http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/dir-ptain0708.pdf Artikel
diakses pada 13 Feb 2017
Referensi online:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegon
69
http://jurnal.unpad.ac.id/mku/article/view/185
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/28/26
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/63/61
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/89/87
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/90/88
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/91/89
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/118/116
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/136/130
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/18/16
http://www.substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/171/148
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/view/68/63
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/577/569
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ilmu-ushuluddin/article/view/2800/2155
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ilmu-ushuluddin/article/view/2629/2026
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1337/1187
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1328/1181
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1327/1180
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1326/1179
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1338/1188
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/2284/1692
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1165/1037
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/1166/1038
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/2283/1691
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/2394/1794
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/refleksi/article/view/905/796
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/refleksi/article/view/907/798
70
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/2395/1796
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/journal-of-quran-and-
hadith/article/view/2396/1798
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/issue/view/230
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/issue/view/228
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/1413/1367
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/1278/1233
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2384/pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2384/pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2659/4589
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2651/pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2728/pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/3182/pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/3181/pdf
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/476/426
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/491/441
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/view/62/57
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/view/752/665
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1042/878
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/559/497
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/482/431
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/732/648
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/718/634
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/610/550
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/320/290
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/321/291
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/323/292
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/324/293
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/view/802
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/325/294
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/712/628
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/373/278
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/385/290
71
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/403/307
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/447/348
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/370/275
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/view/384/289
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/104/330
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/147/364
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/138/396
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/154/386
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/210/427
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/7/8
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/13/14
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/14/1
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/23/22
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/24/23
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/32/31
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/37/36
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/38/37
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/39/38
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/40/39
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/48/47
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/58/56
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/60/58
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/61/59
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/62/60
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/63/61
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/64/62
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/65/63
http://religio.uinsby.ac.id/index.php/religio/article/view/70/62
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/45/44
http://mutawatir.uinsby.ac.id/index.php/Mutawatir/article/view/47/46
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/718/660
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/737/679
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/751/690
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/760/703
72
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/763/706
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/766/709
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/773/718
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/986/912
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/992/918
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/994/919
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/996/921
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1066/972
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1067/973
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1069/975
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1070/976
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1071/977
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1072/978
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/801/740
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1073/979
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/802/741
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/805/744
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/838/778
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/883/822
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/888/826
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/708/650
http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/728/670
http://alfikra.pasca-uinsuska.info/index.php/alfikra/article/download/58/58
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/313/296
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/335/318
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/339/322
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/878/834
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/1497/1291
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/682/633
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Annur/article/view/2051/1391
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Annur/article/view/2054/1393
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/680/631
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/685/636
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/691/642
73
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/695/646
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/700/651
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/702/653
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/709/660
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/924/878
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/927/881
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/727/678
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1290/1155
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/733/684
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/732/683
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/735/686
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1079/1573
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1516/1555
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1362/1557
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1725/1549
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1759/1550
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/514/494
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/889/845
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/340/323
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/view/334/317
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/912/868
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/1083/1576
http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/ulumuna/article/view/205/pdf_98
http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/ulumuna/article/view/884/pdf_195
http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/ulumuna/article/view/885/pdf_196
http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/ulumuna/article/view/886/pdf_197
http://ejurnal.lp2m-iainambon.id/index.php/studiislam/article/view/97/pdf
http://ejurnal.lp2m-iainambon.id/index.php/studiislam/article/view/237/pdf
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/100/102
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/97/99
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/view/397/310
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/view/398/311
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/view/842/672
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/view/848/675
74
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/752/605
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/740/592
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/701/580
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/696/559
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/697/560
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/mutaalim/article/view/491/pdf_27
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/mutaalim/article/view/502
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/psj/article/view/662/525
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/psj/article/view/664/526
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tashwir/article/view/142/98
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/view/68/63
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/view/75/69
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/view/84/78
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/view/544/333
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/raheema/article/view/534/325
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alalbab/article/view/354/350
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=274635&val=6178&title=K
ONTROVERSI%20HADIS-
HADIS%20TENTANG%20ISBAL%20(Telaah%20Kritis%20Sanad%20dan%20
Matan%20Hadis%20serta%20Metode%20Penyelesainnya)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392518&val=6178&title=Stu
di%20Kritik%20Kitab%20Tuhfat%20Al-ahwadzi%20Syarh%20Jami%20Al-
Tirmidzi%20Karya%20Al-Mubarakfury
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=266723&val=6178&title=SU
NNAH%20DALAM%20PEMAHAMAN%20TEKSTUAL%20DAN%20KONTE
KSTUAL%20PAKAR%20HADIS%20DAN%20PAKAR%20FIQIH%20(Studi%
20Kritis%20atas%20Pemikiran%20Muhammad%20al-Gazaly)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392511&val=6178&title=Li
ving%20Hadis
http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa/article/view/395/312
http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa/article/view/470
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa/article/view/391
https://www.academia.edu/27543234/Hadits_Ahad_Studi_Kehujjahan_Hadits_Ah
ad_Dalam_Aqidah
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/974/811
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/976
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/979/815
75
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/.../1119
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/1369
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/971
http://ejournalv3.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/977/0
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/655/549
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/744/635
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/411/260
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/413/262
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/173/155
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/madania/article/view/24/25
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/564/494
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/566/496
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/568/498
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/569/499
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/570/500
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/571/501
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/886/630
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/1161/807
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/1162/808
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/699/641
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/685/627
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/692/633
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/682/624
http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/431/397
http://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php?journal=shautut-
tarbiyah&page=article&op=view&path%5B%5D=149
http://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/shautut-tarbiyah/article/view/34
http://moraref.or.id/record/view/25196
http://rumahjurnal.org/index.php/turast/article/download/31/23
https://eduislamica.files.wordpress.com/2012/11/3-rekonsepsi-hadis-dalam-
wacana-studi-islam-telaah-terminologis-hadits-sunnah-khabar-dan-atsar.pdf
https://eduislamica.files.wordpress.com/2012/11/9-poligami-dalam-kajian-nash-
al-qur_an-dan-hadis.pdf
http://ejournal.iain-jember.ac.id/index.php/alahwal/article/download/69/63
http://ejournal.iain-jember.ac.id/index.php/eduislamika/article/download/26/19
76
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1226
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1224
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1227
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1229
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1233
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1234
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/658
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/karsa/article/view/61
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/karsa/article/view/615
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/133/107
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/413/368
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/652/945
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/341/418
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/519/682
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/91/530
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/620/913
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/629/922
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/749/1012
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/view/31/33
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/view/32/34
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/view/33/35
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/dialogia/article/view/303/258
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/dialogia/article/view/304/259
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/dialogia/article/view/305/260
http://e-jurnal.stain-sorong.ac.id/index.php/Al-Riwayah/article/view/28/23
http://e-jurnal.stain-sorong.ac.id/index.php/Al-Riwayah/article/view/82/57
http://e-jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/an-nisa/article/view/77/94
http://e-jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/an-nisa/article/view/78/95
http://e-jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/an-nisa/article/view/84/99
http://e-jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/an-nisa/article/view/93/108
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/66/61
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/kon/article/view/136
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/74/69
No Judul Penulis Nama
Berkala Penerbit
Volume/
Nomor Tahun Abstrak
1 Fiqh al-Hadis Ibn Taimiyah
Tentang Pluralisme Agama
Agusni Yahya
Substantia
UIN ACEH XII/1
2011
Makalah ini mencakup Sembilan hadis
mengenai pluralism agama atau
multikulturalisme. Ibnu Taimiyah
memberikan komentar pada setiap
hadisnya. Fiqh al-hadis Ibnu Taimiyah
mengenai ppluralismagama yang
tergolong tekstual dipengaruhi oleh
kondisi Muslim di zamannya, yang
sebagian besar orang tidak merasa bangga
mereka pandangan Islam dan budaya
mereka. Tapi tertarik dengan budaya
agama lain.
2 Metode Penelitian Hadis Musykil Lukmanul
Hakim
Substantia
UIN ACEH XIII/2
2011 Artikel ini membahas tentang metode
penyelesaian terhadap hadis musykil.
Digambarkan dalam tulisan ini bahwa
untuk memahami hadis musykil,
penelitian terhadap sanad merupakan
langkah awal, setelah itu dapat dilakukan
penelaahan terhadap matannya dengan
melihat kriteria keshahihan matan yang
ditetapkan ulama hadis. Selain itu
pendekatan yang digunakan dalam
memahami kandungan hadis musykil
adalah ilmu lughah, sejarah, dan berbagai
pengetahuannya yang berkembang serta
logika yang umum.
3 Tipologi Pemikiran Tentang
Kewenangan Sunnah di Era
Modern
Maizuddin M
Nur
Substantia
UIN ACEH XIV/2
2012
Tulisan ini membahas beberapa pemikiran
sarjana mengenai otoritas Sunnah. Dalam
tulisan ini dikategorikan berbagai
pemikiran yang diproduksi oleh tokoh
modern dan kontemporer. Pengkategorian
otoritas sunnah terbagi menjadi beberapa
tipologi, diantara: tipologi ideal-totalistik;
memandang segala apa yang ada pada
Nabi Saw dan pada masa Nabi Saw perlu
diikuti, tipologi ideal-restristifisik;
memandang terdapat Sunnah yang tasyri’
dan Sunnah non-tasyri’, tipologi
paradigmatik; memandang Nabi sebagai
perantara dan paradigm. Nabi tidak
memiliki otoritas tersendiri di samping al-
Qur’an berkaitan dengan penjelasan
syari’at.
4 Metode Penyususnan Kitab
Mu’jam al-Wajiz Min Ahadis al-
Rasul al-‘Aziz
Salman Abdul
Muthalib
Substantia
UIN ACEH XIII/2 2014 Artikel mencoba mendeskripsikan salah
satu karya klasik dalam bidang hadis.
Kitab Mu’jam al-Wajiz Min Ahadis al-
Rasul al-‘Aziz diteliti dengan melihat
sistematika penulisan kitab serta
menganilisis isi kitab dengan melihat pada
terjemahan dan penyuntingan kitab
tersebut. Inti pokok naskah ini merupakan
kumpulan hadis Nabi yang tersusun
menurut huruf hijaiyyah, adapun isi matan
hadis tersebut beragam macam, ada yang
berkaitan dengan akidah, syariah, akhlak,
dan fada’il a’mal.
5 Metodologi Pemahaman Hadis
Islamolog dan Ulama Kontemporer
Zainuddin Substantia
UIN ACEH XIV/2 2012 Tulisan ini diarahkan untuk mengkaji
bagaimana metodologi para islamolog dan
ulama Islam kontemporer dalam
memahami hadis-hadis Rasulullah.
Dengan menjelaskan pandangan beberapa
metode pemahaman hadis para islamolog
dan sarjana orientaslis. Dipaparkan oleh
penulis mengenai metodologi pemahaman
hadis 6Ignaz Goldziher, Wensinck, Joseph
Schacht, Yusuf al-Qardhawi, Rasyid
Ridha, Fazlur Rahman, Muhammad Iqbal,
dan lain-lain.
6 Kesetaraan Gender Dalam Islam
Sudut Pandang al-Qur’an dan
Hadis
Ernita Dewi Substantia
UIN ACEH XVI/2 2014 Tulisan ini menampilkan realitas yang
sesungguhnya tentang pandangan Islam
terkait dengan persoalan gender terutama
keberadaan perempuan yang sangat
dihargai sebagaimana yang tedapat dalam
al-Qur’an dan Hadis. Dijelaskan dalam
ayat-ayat al-Qur’an serta beberapa matan
hadis bahwa perempuan memiliki
kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Tidak ada bukti dan alasan untuk
mengatakan bahwa Islam tidak
menghargai perempuan. Hal ini pun
tersingkap dari sikap Nabi Saw yang
dikenal sebagai suami, ayah, dan sahabat
yang sangat baik terhadap keluarga.
7 Kualitas dan Karakteristik Hadis-
Hadis Bayan Tafsir al-Qur’an
dalam Fikih Kewarisan
Maizuddin Substantia
UIN ACEH XVII/2 2015 Dalam artikel ini dijelaskan terdapat lima
hadis yang menyangkut kualitas hadis
bayan tafsir, satu hadis berkualitas dha’if
dalam kategori munkar, satu hadis
berstatus hasan, dan tiga hadis lagi
berstatus shahih. Sedangkan karakteristik
hadis bayan tafsir, penggunaan hadis yang
turun lebih awal untuk menafsirkan ayat-
ayat al-Qur’an yang turun kemudian.
8 Metode Penelitian dan Pemahaman
Hadis Musykil
Abd. Wahid Substantia
UIN ACEH XV/2 2013 Tulisan ini menelusuri bagaimana metode
yang diperkenalkan para ulama hadis
secara khusus terhadap hadis-hadis
musykil. Dipaparkan bahwa hadis
musykil dapat diteliti melalui kajian sanad
dan matannya dengan pendekatan yang
sesuai dengan tema atau kandungan hadis,
baik melalui ilmu lughah, sejarah, dan
berbagai pengetahuan yang berkembang
serta logika yang umum.
9 Hadis dan Sunnah Dalam
Perspektif Ignaz Goldziher
Rohmansyah Substantia
UIN ACEH XVIII/1 2016 Dijelaskan bahwa Ignaz Goldziher
membedakan antara sunnah dan hadis.
Melalui pendekatan sejarah Ignaz
menyatakan bahwa Sunnah dipandang
sebagai sebuah revisi atas adat istiadat
yang tejadi pada masa Rasulullah,
sedangkan hadis merupakan hasil
perkembangan Islam dalam bidang
agama, politik, dan sosial dalam kurun
waktu dua abad, yaitu abad pertama dan
kedua. Oleh sebab itu hadis bukanlah
dokumen Islam pada masa-masa awal
pertumbuhannya, melainkan merupakan
produk Nabi Muhammad yang baru, maka
sesuatu yang baru tidak dapat digunakan
sebagai sumber hukum Islam.
10 Studi Kritis Metode Komparasi ‘Ali
Al-Madini dalam Menilai Kualitas
Rijal al-Hadis dan Implikasinya
Terhadap Periwayatan
Fauzun Jamal Islam Futura UIN ACEH XIII/2 2014 Dalam tulisan ini dijelaskan mengenai
metode komparasi Ali al-Madini dalam
penilaiannya terhadap rijal al-Hadis.
Diantara metode komparasi Ali al-Madini
dengan membandingkan antara hafalan
perawi dengan tulisannya, komparasi
penilaian terhadap seorang perawi dengan
penilaian dari perawai lainnya. Tujuan
dari metode ini bukan dalam rangka
melakukan I’tibar untuk mencari
syawahid atau tawabi’, akan tetapi untuk
melihat kualitas perawi dalam
periwayatan
11 Pemikiran Hadis KH. Hasyim
Asy’ari dan Kontribusinya
Terhadap Kajian Hadis di
Indonesia
Afriadi Putra Jurnal Ilmiah Agama
dan Sosial Budaya
UIN BANDUNG I/1 2016 Hasyim Asy’ari dalam bidang hadis
memberikan kontribusi yang cukup besar,
melalui karyanya yang berjudul “Risalah
ahl al-Sunnah wa Ashrat al-Sa’ah wa
Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah”
beliau berhasil meletakkan dasar-dasar
kajian hadis dan solusi teologis bagi
persoalan yang sedang dihadapi
masyarakat khususnya pada abad XX
12 Mukhtalif al-Hadis dan Cara
Penyelesaiannya Perspektif Ibn
Qutaybah
Masykur Hakim Ilmu Ushuluddin UIN JAKARTA II/3 2015 Dalam tulisan ini dikatakan bahwa Ibn
Qutaybah dalam menyelesaikan mukhtalif
hadis menggunakan berbagai disiplin
ilmu. Namun nuansa kebahasaan serta
aspek sosio-historis merupakan salah satu
karakteristik yang mendominasi
pemahamannya. Dalam menyelesaikan
masalah mukhtalif hadis Ibn Qutaybah
lebih dahulu memahaminya dari segi
bahasa, teksnya, latar belakang
kejadiannya, dan kemudian konteksnya
13 Tadabbur al-Hadis: Solusi Masalah
Khilafiyah
Arifuddin
Ahmad
Ilmu Ushuluddin UIN JAKARTA II/3 2015 Tadabbur al-Hadis diartikan sebagai
suatu kajian mendalam terhadap
kandungan suatu Hadis, tidak hanya yang
tampak pada permukaan teks tetapi
memertimbangkan segala hal, termasuk
yang tidak tampak agar dapat menemukan
makna selain yang tampak di permukaan
(teks). Tadabbur al-Hadis adalah kajian
hadis secara metodologis dan
komprehensif. Metode penyelesaian
hadis-hadis yang tampak bertentangan
adalah dengan metode al-Jam’ wa al-
Tawfiq dan al-Jam’ wa al-Tarjih. Metode
aplikasi Tadabbur al-Hadis adalah
menerapkan syarh al-Maudu’i.
14 Hegemoni Fiqh Terhadap
Penulisan Kitab Hadis
M. Dede
Rodliyana
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA I/1 2012 Artikel ini membahas argumen hegemoni
fiqh dalam literatur hadis. Fokus
permasalahan membahas pertentangan
antara ahl hadis dan ahl fiqh, serta praktek
pembuatan hadis yang disebabkan oleh
faktor politik, etnis, dan ideology
perdebatan antar Muslim
15 Hadis dan Analisis Aliran Politik
Rijal: Studi Geo-Politik Terhadap
Aliran Shi’ah dan Nasb
Aceng Abdul
Kodir
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA I/2 2012 Penelitian menggunakan pedekatan
historis dan geo-politik ini mencoba
menjelaskan hubungan antara gerakan
politik dan gerakan hadis di tiga abad
pertama hijriyah, khususnya Syi’ah dan
Nasb. Perbedaan Syi’ah dan Nasb
merupakan warisan politik pada masa ‘Ali
dan Mu’awiyyah pada perang Siffin tahun
ke-36. Tulisan ini menyimpulkan
periwayat yang mendukung ‘Ali
kebanyakan berafiliasi di Kufah,
sementara mereka yang termasuk dalam
kategori Nasb beberapa keluar dari Kufah
dan pindah ke Damaskus.
16 Sirah Nabawiyah dan
Demitologisasi Kehidupan Nabi
Ahmad ‘Ubaydi
Hasbillah
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA I/2 2012 Kajian ini membendung arus mitologisasi
kehidupan Nabi Saw agar tidak tercampur
antara wahyu dan budaya. Dengan Sirah
Nabawiyah dapat diketahui mana tindak
tutur Nabi yang bersumber dari budaya,
dan mana yang berasal dari wahyu.
Kehidupan Nabi Saw dapat dicitrakan
sebagai apa adanya, tanpa unsur
mitologisasi, pengkultusan, atau
penghinaan. Sirah merupakan pendekatan
yang tepat untuk demitologisasi
kehidupan Nabi Saw.
17 Diskurus Metodologi Studi Hadis
Kontemporer Analisa Komparatif
antara Pendekatan Tradisional dan
Pendekatan Revisionis
Ali Masrur Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA I/2 2012 Tulisan ini melihat adanya diskusi
perbedaan dalam studi hadis. Kelompok
pendekatan tradisional yang
mengasumsikan metodenya, yakni
keilmuan islam khususnya metode ilmu
hadis sendiri telah membuktikan
keshahihan hadis disertai dengan argumen
yang cukup meyakinkan. Sama halnya
dengan kelompok pespektif revisionis
dengan sikap skeptisnya terhadap sumber-
sumber ajaran Islam. Hingga melahirkan
penelitian ulang menggunakan metode
kritik sumber, dengan menjadikan
literatur non Arab kontemporer, temuan-
temuan arkeologi, epigrafi, dan
numismatik sebagai bukti sejarah yang
pada umumnya tidak dikaji oleh aliran
tradisionalis.
18 Hadis dalam Hegemoni Fiqh:
Membandingkan Shahih Ibn
Hibban dengan Sunan Ibn Majah
Rifqi
Muhammad
Fatkhi
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA I/1 2012 Artikel ini membahas hegemoni fiqh
dalam penerimaan sebuah kitab hadis.
Salah satu temuannya adalah
pembentukan al-kutub al-sittah dan
penerimaan sebagian besar untuk
memenuhi kepentingan fiqh daripada
kepentingan hadis. Artikel ini juga
membahas argument Ibnu Tahir al-
Maqdisi yang diprakarsai Sunan Ibn
Majjah sebagai salah satu otoritastif
standar kitab hadis bagi umat Islam. Tesis
al-Maqdisi digunakan dalam artikel ini
untuk membandingkan Shahih Ibn Hibban
dan Sunan Ibn Majjah
19 Legitimasi Hadis Pelarangan
Penggunaan Alkohol dalam
Pengobatan
Muhammad
Ikhwan
Lukmanudin
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA IV/1 2015 Tulisan ini menunjukkan legitimasi hadis
pelarangan penggunaan alcohol dalam
berobat. Menurut perspektif farmasi, obat
berakohol tidak dibolehkan karena bahaya
yang ditimbulkan lebih besar dari manfaat
yang diberikan. Menurut ulama, obat
alcohol diharamkan karena terdapat
alternative yang halal
20 Penggunaan Metode Content
Analisis dalam Penelitian Hadis
Andi Rahman Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA III/1 2014 Dijelaskan bahwa metodologi content
analysis bisa menjadi alternativ yang baik
untuk meneliti istilah-istilah ilmiah dalam
hadis yang belum diketahui maksudnya.
Dengan melakukan pembacaan yang
sistematis terhadap bentuk dan struktur
teks, gambar, dan symbol, tanpa perlu
menggunakan perspektif dari orang yang
menulisnya.) (Pendekatan Ilmu
Komunikasi/Karena biasanya ilmu ini
dipakai pada penelitian komunikasi atau
media massa
21 Historisitas Hadis Menurut M.
Mustafa Azami
Ahmad Isnaeni Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA III/1 2014 Azami mengkritik pemikiran hadis yang
berkembang ternyata tidak sesuai dengan
fakta historis. Sejarah kodifikasi hadis
selama ini diklaim baru berjalan pada abad
ke-3, ditentang oleh Mustafa Azami
bahwasanya penulisan hadis sejatinya
telah dimulai sejak masa sahabat. Bukti
otentik dari hal ini adalah adanya catatan-
catatan (sahifah) yang memuat hadis Nabi
Saw yang ada di tangan sahabat
22 Hadis Nabi, Salafisme dan Global
Terrorism
M. Khoirul
Huda
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA IV/1 2015 Artikel ini berkesimpulan bahwa ada
hubungan genealogis yang kuat antara
hadis, ideologi salafisme dan terorisme
global. Salafisme menempatkan hadis
sebagai worldview dan menekankan
pemaknaan tekstual terhadap hadis.
Ketika bertemu kepentingan politik,
ideologi ini melahirkan aksi-aksi
kekerasan global. Penelitian ini
menggunakan pendekatan sejarah
intelektual dengan menganalisis sejarah
ide salafisme, dan metode pemahaman
tekstualis
23 Ragam Studi Hadis di PTKIN
Indonesia dan Karakteristiknya: Studi
atas Kurikulum IAIN Bukittinggi,
IAIN Batusangkar, UIN Sunan
Kalijaga, dan IAIN Jember
Muhammad
Alfatih
Suryadilaga
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA IV/2 2015 Artikel ini membahas terkait karakteristik
keilmuan hadis yang khas pada program
studi hadis di PTKIN. Ini kemudian yang
memunculkan ragam studi hadis yang
didalamnya tidak hanya berkembang
secara tekstual dan kontekstual, dan
bahkan living hadis.
24 Interaksi Nabi Muhammad dengan
Yahudi dan Kristen
Rifqi
Muhammad
Fatkhi
Refleksi UIN JAKARTA XIII/3 2012 Melalui kajian Sirah Nabawiyyah tulisan
ini memaparkan sekaligus membantah
kritikan dari sejumlah orientalis bahwa
Muhammad Saw adalah pendiri agama
paling tidak toleran di dunia. Sejumlah
informasi sejarah bahwa sikap Nabi yang
begitu toleransi, menghargai agama, serta
menjamin kebebasan memeluk agama
25 Hadis Sebagai Hujjah Hukum
dalam Perspektif Syi’ah
Ahmad Ali MD Refleksi UIN JAKARTA XIII/3 2012 Artikel ini menunjukan bahwa dalam
madzhab Syi’ah terjadi perbedaan
pendapat mengenai eksistensi hadis
sebagai hujjah (dalil hukum). Ada yang
menjadikan semua aspek Nabi
Muhammad sebagai hujjah dan ada yang
hanya menjadikan aspek Nabi yang
berkonotasi tasyri’. Di antara kedua
pendapat itu, pendapat yang lebih tepat
adalah pendapat yang menyatakan bahwa
tidak semua aspek Nabi merupakan dalil
hukum, karena lebih objektif dan
proposional dalam memandang Nabi
sebagai nabi atau manusia biasa pada satu
sisi, dan sebagai Rasul pada sisi yang lain.
26 Kecenderungan Kajian Hadith di
UIN Alauddin Makassar (Tracer
Study Terhadap Skripsi Mahasiswa
Tahun 1994-2013
Aifuddin
Ahmad, Andi
Muhammad Ali
Amiruddin,
Abdul Gaffar
Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA IV/2 2015 Tulisan ini memfokuskan kecenderungan
kajian hadis di UIN Alauddin Makassar
ditinjau dari beberapa skripsi alumni
Tafsir Hadis. Kecenderungan model
kajian umumnya penelitian hadis (naqd
al-hadis) yakni kritik hadis, baik sanda
maupun matan
27 Peta Perkembangan Literatur
Hadis di Pesantren Kabupaten
Banyumas
Farah Nuril Izza Journal of Qur’an
and Hadith Studies
UIN JAKARTA IV/2 2015 Tulisan ini mengkaji literature hadis yang
ada di beberapa pesantren tepatnya di
Kabupaten Banyumas. Perkembangan
literature hadis di pesantren wilayah
Bayumas dapat dikatakan berjalan cukup
lambat. Karena sebagian besar pesantren
masih belum menyentuh ke arah
pemikiran baru atau mengadopsi literature
yang berorientasi metodologis layaknya
pesantren salaf. Sebagian besar buku-
buku yang diajarkan karangan ulama
klasik atau yang disebut dengan kitab
kuning
28 Penciptaan Adam dalam Narasi
Hadis
Andi Marjani Aqidahta UIN
MAKASSAR
I/1 2015 Tulisan ini memaparkan sekaligus
membantah teori evolusi Charles Darwin.
Dari penelusuran hadis-hadis terkait
dengan penciptaan Adam disimpulkan
bahwa hadis tidak menjelaskan secara
jelas dibandingkan dengan al-Qur’an.
Hanya dijelaskan bahwa manusia tidak
mengalami evolusi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain, akan tetapi manusia
hanya mengalami perubahan ukuran fisik
saja.
29 Adam as dalam Perspektif Hadis
(Suatu Kajian Tematik Terhadap
Hadis ‘Adam Abu al-Basyar)
Aan Parhani Sulesana UIN
MAKASSAR
VI/1 2012 Artikel ini membahas tentang Adam as
sebagai Abu al-Basyar, melalui kajian
kritik sanad dan matan pada hadis-
hadisnya. Hakekat Adam as sebagai
manusia pertama yang diciptakan Allah
ditelusuri lewat pemaknaan kebahasaan.
Pada term-term yang digunakan hadis
untuk menunjukkan Adam as sebagai
bapak manusia (Abu al-Basyar
30 Muhammad Saw sebagai
Pemimpin Agama dan Kepala
Negara
Sutriani Sulesana UIN
MAKASSAR
VI/2 2011 Tulisan ini akan membahas tentang
kedudukan Rasulullah Saw di MEkkah
dan di Madinah dalam dua posisi yang
berbeda. Di Mekkah Rasulullah Saw
hanya sebagai pemimpin Agama karena
loyalitas formal sebagai pemimpin dari
struktur kekuasaan beliau tidak peroleh
karena adanya pertentangan terhadap
dakwah yang dibaca beliau, sedangkan di
Madinah selain sebagai pemimpin Agama
beliau juga sebagai kepala negara dengan
mempertautkan anatara agama dan negara
dan membangun Islam sebagai agama dan
negara sebagai satu kesatuan yang
hamornis
31 Filosofi Wirausaha Nabi
Muhammad (Sebuah Refleksi
dalam Merintis Wirausaha Sukses
Dewasa Ini)
Juhanis Sulesana UIN
MAKASSAR
VIII/1 2013 Artikel ini bertujuan menyajikan konsep
wirausaha yang ditampilkan oleh
Muhammad Saw. Dengan pendekatan
historical, disimpulkan bahwa kunci
keberhasilan Nabi Saw saat berdagang
adalah dengan meningkatkan
interpeneurnya melalui sikap baik, jujur,
amanah, dan cerdas.
32 Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa
Betawi: Respon Guru Mughni
Terhadap Nilai Religius Kitab
Taudhih al-Dalail fi Tarjamah
Hadits al-Syamail
Umaiyatus
Syarifah
Ulul Albab UIN MALANG XIII/1 2012 Artikel ini memaparkan tentang tarjamah
atas Kitab Syamail Muhammadiyah karya
imam Tirmidzi yang mengajarkan tentang
pribadi dan sikap Rasulullah Saw. Kitab
tersebut dialih bahasakan oleh Guru
Mughni dengan menggunaka huruf Arab
Melayu dalam bahasa Betawi.
Penerjemahan kitab ini dilakukan melihat
kondisi sosial keagamaan masyrakat
Betawi masa penjajahan Belanda. Guru
Mughni menjadikan Rasulullah Saw
sebagai inspirasi untuk membangun
pribadi dan karakter masyarakat Betawi.
33 Muhammad Sebagai Pemimpin
Agama dan Negara Periode
Mekkah dan Madinah
Ummu Zakiyah
Maulidah
Ulul Albab UIN MALANG XV/1 2014 Tulisan ini memaparkan periode dakwah
Nabi Muhammad Saw yang terbagi pada
wilayah Mekkah dan Madinah. Di
Mekkah Muhammad Saw dianggap
sebagai masyarakat biasa, karena ia harus
membatasi dirinya dengan menyesuaikan
perilaku masyarakat sekitar. Sedangkan di
Madinah, ia dianggap sebagai pemimpin
masyarakat dan pembimbing umat dalam
hidup beragama. Selain itu iajuga
memberikan kontribusi besar pada
perannya sebagai pemimpin politik
34 Rekonsturksi Definisi Sunnah
Sebagai Pijakan Kontekstualitas
Pemahaman Hadis
Nasrulloh Ulul Albab UIN MALANG XV/1 2014 Hadis yang disebut oleh Fazlurrahman
sebagai tradisi verbal sudah ada sejak
masa Nabi Saw. Demikian juga Sunnah,
tetap dilestarikan dan dijaga oleh
generasi-generasi sesusah Nabi wafat.
Kebutuhan terhadap formulasi Sunnah
Nabi, termasuk ‘sunnah yang hidup’ ke
dalam bentuk hadis menjadi suatu
kebutuhan yang sangat mendesak dan
mendasar. Karena dalam jangka panjang
struktur ‘ideologi-religious’ masyarakat
muslim akan terancam kekacauan tak
berujung jika tidak ada pangkal rujukan
yang otoritatif, dan tidak ada yang mampu
menjembatani perbedaan ulama tentang
definisi hadis dan sunnah. Dengan
mengacu pada pemahaman bahwa hadis
merupakan Sunnah yang diverbalkan,
menurut penulis akan menjadikan hadis
atau Sunnah selalu relevan dengan
konteks zaman, dengan begitu,
pemahaman yang anti humanisme, bias
dan ekstreme dapat dihindari
35 Sistem Isnad dan Otentitas Hadis:
Kajian Orientalis dan Gugatan
Atasnya
Siti Fahimah Ulul Albab UIN MALANG XV/2 2014 Tulisan ini menanggapi adanya kritik dari
para orientalis terhadap sanad dan matan
hadis. Sikap dan pandangan orientalis
bahwa hadis Nabi Saw adalah buatan para
sahabat, bukan dari perkataan Nabi Saw.
Namun hal tersebut disanggah oleh
Musatafa Azami yang telah membuktikan
bahwa kaidah kritik sanad dan matan serta
peran logika dalam kritik matan memiliki
akurasi yang cukup tinggi untuk
menentukan keshahihan hadis. Salah
satunya Azami menggunakan metode
perbandingan dalam menentukan
otentisitas hadis. Rumusan metodologi
yang ditawarkan oleh Azami, diantaranya
dengan membandingkan hadis-hadis dari
berbagai murida seorang syaikh,
membandingkan pembacaan lisan dengan
dokumentasi tulisan, memperbandingkan
hadis-hadis dengan ayat al-Qur’an yang
berkaitan. Dengan begitu tulisan-tulisan
orientalis harus diwaspadai dan dibaca
secara kritis.
36 Kontribusi Muhammad Mustafa
Azami dalam Pemikiran Hadis
(Counter Atas Kritik Orientalis
Umaiyatus
Syarifah
Ulul Albab UIN MALANG XV/2 2014 Kajian ini merupakan sanggahan Mustafa
Azami terhadap orientalis yang
mengkritik hadis karena sikap skeptisisme
mereka. Pemikiran Mustafa Azami dalam
menyanggah orientalis dibagi menjadi dua
tema besar, pertama terkait teori penulisan
hadis, kritik hadis yang meliputi sanad dan
matan, penggunaan logika dalam kritik
hadis, kedua mengenai tanggapan atas
kritik hadis yang dilontarkan oleh
orientalis yakni, konsep fitnah, konsep
Sunnah, family isnad, common link,
projecting back, dan e silentio. Dalam
menanggapi konsep-konsep di atas,
Azami lebih menitikberatkan pada aspek
sejarah yang mengacu pada karya klasik.
Sementara orientalis berdasarkan pada
metode kritik sumber
37 Perkembangan Kajian Hadis
Kesarjanaan Barat
Muh Zuhri Ulul Albab UIN MALANG XVI/2 2015 Artikel ini bertujuan menelusuri
perkembangan studi hadis dalam
pandangan sarjanan Barat. Studi ini telah
dimulai sejak awal abad ke 18, dengan
landasan sikap skeptic generasi Barat
terhadap otentisitas suatu hadis. Salah satu
teori andalan untuk menguji ontentisitas
hadis adalah teori “common link” bahwa
hadis berasal dari tokoh termashur, bukan
dari orang sebelumnya, apalagi dari
Rasulullah. Namun pernyataan itu tidak
sepenuhnya disetujui di kalangan sarjana
Barat. Pada pertengahan abad ke-20
muncul pula beberapa sarjana Barat yang
menyerang pandangan pemikiran skeptic.
Pada saat ini yang disebut sebagai
serangan titik balik dengan masing-
masing menggunakan argument dan sudut
pandangan yang berbeda
38 Mengungkap Rahasia Buah Kurma
dan Zaitun Dari Petunjuk Hadis
dan Penjelasan Sain
Moh. Erfan
Soebahar, R.
Arizal
Firmansyah, L
Edi Daenuri
Anwar
Ulul Albab UIN MALANG XVI/2 2015 Artikel ini mengungkap petunjuk hadis
tentang buah kurma dan zaitun, dari segi
nilai kualitas hadis dan pemahamnannya.
Kajian ini meneliti hadis dari segi sanad
dan matan. Hadis tentang buah kurma dan
zaitun benilai marfu’ shahih, dan hasan
shahih. Dari khazanah sains dijelaskan
bahwa buah kurma banyak memiliki
manfaat baik, sepeti mencegah stroke, dan
menyehatkan jantung, sedang buah zaitun
berguna untuk kesehatan dan kecantikan
39 Periwayatan Hadis bil Makna:
Implikasi dan Penerapan sebagai
“Uji” Kritik Matan di Era Modern
Hendri
Nadhiran
Jurnal Ilmu Agama UIN
PALEMBANG
XIV/2 2013 Artikel ini memaparkan tentang
perdebatan periwayatan hadis secara
makna, yang pada akhirnya berimplikasi
sebagai kajian kritik matan di era modern.
Dinyatakan bahwa kebolehan besyarat
periwayatan bil makna oleh mayoritas
ulama hadis, mempunyai dampak positif
berupa kemudahan dalam periwayatan
hadis sehingga menyelamatkan hadis-
hadis Nabi dari kepunahan. Namun, harus
diakui bahwa adanya periwayatan ini
berakibat pada sulitnya melakukakan
penelitian keshahihan matan.
40 Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif
Hadis
Sri Aliyah Jurnal Ilmu Agama UIN
PALEMBANG
XIV/2 2014 Metode mukhtalif al-Hadis yang
kebanyakan dipakai oleh ulama adalah:
penyelesaian dalam bentuk kompromi,
penyelesaian dalam bentuk naskh,
penyelesaian dalam bentuk tarjih, dan
penyelesaian dalam bentuk tanawwu’ al-
Ibadah.
41 Kontribusi Pemikiran Muhammad
Saw Pra dan Pasca Kenabian Era
Makkiah
Agus Jaya Ta’dib UIN
PALEMBANG
XVI/2 2011 Artikel ini memaparkan perjalanan
kehidupan Nabi Muhammad Pra dan
Pasca kenabian. Melalui pendekatan
sejarah, riwayat hidup Muhammad Saw
diliputi penderiataan yang menggembleng
dirinya menjadi seorang Nabi yang
senantiasa dituntun wahyu. Karakteristik
kepemimpinan Nabi Muhammad Saw
pada periode Mekkah dengan konsentrasi
pada aqidah, menanamkan pemahaman
bahwa Islam adalah agama Universal, dan
pembentukkan akhlaq.
42 Posisi Tidur dalam Tinjauan Hadis
(Kajian Ma’anil Hadis)
Mar’atus
Sholechah
INTELEKTUALITA UIN
PALEMBANG
V/2 2016 Tulisan ini memaparkan tentang posisi
tidur yang baik ditinjau dari hadis Nabi
Saw. Melalui metode ma’anil hadis Yusuf
Qardhawi dan ditinjau dari segi medis,
hadis tetang berbaring ke kanan saat tidur
dipahami bahwa hal tersebut bukanlah
perintah yang wajib, melainkan hanya
anjuran dari Rasulullah Saw. Ditinjau dari
segi medis posisi tidur ke kanan memiliki
banyak manfaat, diantaranya menjaga
saluran pernapasan, mengurangi beban
jantun, mengistirahatkan otak kiri, dan
lain-lain
43 Studi Validitas Hadis Tentang Ilmu
Pengetahuan dalam Buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kurikulum 2013
Alimron Tadrib UIN
PALEMBANG
I/2 2015 Tulisan ini menjelaskan kualitas hadis-
hadis yang terdapat dalam buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kurikulum 2013. Penelitiannya
menghasilkan bahwa hadis tentang ilmu
pengetahuan berstatus dhaif karena
kecacatan perawi, namun substansi matan
hadis tersebut dapat diamalkan karena
tidak terkait dengan persoalan aqidah dan
ibadah.)
44 Menyikap Dorongan Seksual di
Masa Remaja (Tinjauan Hadis
Psikologi)
Toto Haryanto PSIKIS UIN
PALEMBANG
I/1 2015 Rasulullah Saw telah menanamkan nilai-
nilai Islam dengan penuh kasih sayang.
Pendekatan psikologis melalui hadis
Rasulullah Saw ditemukan bahwa
dorongan seks pada diri remaja yang
sudah mulai memasuki usia baligh adalah
hal yang lumrah dan harus disikapi dengan
dewasa. Terdapat tiga pendekatan
psikologis yang ditemukan dalam hadis
Rasulullah dalam masalah ini: pertama
membangun sikap jujur pada remaja dan
sikap rendah hati, kedua menyetuh logika
remaja dan menggungah hati nuraninya,
ketiga memberikan solusi dan motivasi
45 Kritik Sanad Hadis: Tela’ah
Metodologis
Hendhri
Nadhiran
Jurnal Ilmu Agama UIN
PALEMBANG
XV/1 2014 Tulisan ini membahas terkait penelitian
terhadap sanad hadis. Sama dengan
metodologi kritik sanad hadis yang telah
banyak dipaparkan, bahwasanya dalam
pelaksanaannya dibutuhkan kitab rijal al-
hadis dan kitab al-jarh wa al-ta’dil yang
memberikan informasi tentang biografi
dan hal ihwal perawi.
46 Urgensi Sirah Nabawiyah Bagi
Pemahaman Hadis Nabawi
Musyafiq Jurnal At-Taqadum UIN
SEMARANG
V/2 2013 Artikel ini menjelaskan pentingnya sirah
nabawiyah dalam memahami hadis nabi.
Pentingnya Sirah Nabawiyah dalam
memahami Hadis Nabawi dapat dilihat
melalui ketiga problematika pemahaman
hadis yakni, problematika wurud,
problematika dalalah, dan problematika
komprehensifitas.
47 Pelestarian Lingkungan dalam
Perspektif Sunnah
Ulin Niam
Masruri
Jurnal At-Taqadum UIN
SEMARANG
VI/2 2014 Tulisan ini menjelaskan riwayat-riwayat
hadis Nabi Saw yang menganjurkan
kepada umatnya untuk senantiasa menjaga
dan merawat lingkungan hidup. Melalui
kajian ma’anil hadis, menjaga kelestarian
lingkungan hidup merupakan bagian dari
akhlak mulia yang harus diterapkan di
tengah-tengah kehidupan manusia
48 Pengembangan Pemahaman as-
Sunnah Sebagai Sumber Ajaran
Islam
Sutoyo Teologia UIN
SEMARANG
XXII/2 2011 Tulisan ini memaparkan bahwa
kedudukan as-Sunnah sebagai bayan
tafsil, bayan taqyid, bayan takhsis yang
merupakan penjelasan dan penafsiran
untuk al-Qur’an
49 Penerapan Metode Tradition-
Historical Dalam Musannaf ‘Abd
al-Razzaq al-San’ani dan
Implikasinya Terhadap Persoalan
Dating Hadis dan Perkembangan
Fikih Mekkah
Ali Masrur Teologia UIN
SEMARANG
XXIV/1 2013 Dengan menggunakan metode tradition-
historical, Motzki membuktikan bahwa
Musannaf karya ‘Abd al-Razzaq al-
San’ani (w. 221H) bisa dipercaya sebagai
sumber hadis-hadis otentik dari abad I H.
Implikasi-implikasi dari menerapkan
metode tradition-historical ke
perkembangan fikih Mekkah adalah:
pertama, terbukti bahwa pada abad I H,
penduduk Mekkah yang merujuk kepada
al-Qur’an dan peraturan kenabian sebagai
sumber Hukum Islam. Kedua, mazhab-
mazhab hukum regional dan ilmu
pengetahuan agama sudah sangat dikenal
pada akhir tiga dekakde pada abad I H/VII
M.
50 Pemikiran dan Kontribusi
Muhammad Mustafa al-Azami
Dalam Studi Hadis
Umma Farida Teologia UIN
SEMARANG
XXIV/1 2013 Tulisan ini bertujuan untuk membuktikan
pemikiran dan kontribusi al-Azami dalam
studi hadis, serta pertahanan dari kritik
yang berasal dari pemikir Muslim. Sistem
isnad menurutnya telah bermula sejak
masa Nabi Saw dan validitasnya
ditunjukkan dalam hadis-hadis dengan
redaksi sama yang ditemukan di wilayah-
wilayah berbeda, yang asal ushulnya dapat
ditelusuri ke belakang hingga sampai
kepada Nabi Saw atau sahabat, atau
tabi’in padahal system komunikasi
modern belum begitu memadai
51 Tradisi Penulisan Dalam Proses
Transformasi Hadis
Mustofa Umar Teologia UIN
SEMARANG
XXIV/1 2013 Tulisan ini mendiskusikan tentang
transformasi hadis sepanjang tradisi
penulisan. Proses awal paradigm yang
dominan di kalangan ulama hadis dalam
transformasi hadis berdasarkan pada
tradisi lisan tanpa tradisi tulisan. Dalam
konteks sejarah, penulisan hadis terjadi di
tengah konflik kaum Muslim di bidang
politik dan mazhab pemikiran.
Formalisasi penulisan hadis pada awal
abad kedua hijriayah telah merubah
orientasi pemeliharaan hadis. Seiring
dengan munculnya hadis secara besar-
besaran, ilmu-ilmu tertulis yang formal
mulai dirintis. Kristalisasi tradisi
penulisan hadis adalah dengan hadirnya
beberapa karya yang memuat kumpulan
hadis sebagai hasil upaya selektif dari
masing-masing tokoh.
52 Hermeneutika Hadis: Upaya
Memecah Kebekuan Teks
N. Kholis
Hauqola
Teologia UIN
SEMARANG
XXIV/1 2013 Tulisan ini lahir akibat dari hadis-hadis
Nabi yang hadir di tengah kehidupan umat
kekinian dalam bentuknya yang “beku”
dan miskin aplikasi. Untuk mencegah
kebekuan hadis agar sesuai dengan
realitas zaman, salah satu penafsirannya
melalui pendekatan hermeneutic.
Pendekatan hermeneutic dalam penafsiran
hadis dapat dilakukan melalui tiga lapisan
penafsiran, yakni: penafsiran “dari dalam”
teks hadis, penafsiran “terhadap hal-hal di
sekitar” teks hadis, penafsiran “yang
melawan” teks hadis. Ketiga lapis
penafsiran ini memiliki fokus, sasaran,
serta metode yang antara satu dengan yang
lainnya saling melengkapi. Melalui
pendekatan hermeneutic mampu
melahirkan pemaknaan yang
menggabungkan unsur tekstualitas dan
kontekstualitas
53 Metode Pendidikan Menurut
Petunjuk al-Sunnah
Nafiul Lubab Wahana Akademika UIN
SEMARANG
I/1 2014 Tulisan ini memaparkan beberapa metode
pendidikan melalui pendekatan al-
Sunnah. Terdapat empat metode yakni
metode graduasi, metode isyarat, metode
nasihat, dan metode cerita.
54 Hadis Prediktif Dalam Kitab al-
Bukhari
Abdul Fatah
Idris
Teologia UIN
SEMARANG
XIV/1 2013 Artikel ini merupakan studi terhadap hadis
prediktif dalam kitab al-Bukhari. Kajian
ini memfokuskan pada keadaan
kredibilitas sanad dan matan hadis.
Disimpulkan kriteria terhindar dari ‘illat
pada sanad hadis adalah sangat
menentukan terhadap keadaan kredibilitas
matan hadis, tetapi keadaan kredibilitas
pada sanad hadis tidak serta merta menjadi
kredibilitas pada matan hadis
55 Rekonstruksi Pesan Profetik
Berdasarkan Koleksi Hadis dan
Sirah Nabawiyah
Ahmad
Musyafiq
Jurnal At-Taqadum UIN
SEMARANG
VI/2 2014 Tulian ini mencoba membandingkan
antara Hadis dan Sirah dalam rangka
mengintegrasikan keduanya sebagai
bahan yang tidak bisa dipisahkan untuk
menangkap pesan profetik. Disimpulkan
bahwa Hadis dan Sirah sama-sama
penting bagi upaya merekonstruksi pesan
profetik dalam meneladani Nabi
Muhammad Saw. Secara metodologis,
keduanya bisa saling mengoreksi
56 Hadis Da’if Sebagai Dalil Beramal
Ibadah Dalam Perspektif Ulama
Ardiansyah Analitica Islamica UIN
SUMATERA
UTARA
I/1 2012 Para ulama berbeda pendapat dalam
mengamalkan hadis da’if, namun mereka
sepakat bahwa hadis dhaif tidak dapat
dipergunakan dalam perkara akidah.
Ulama berpendapatn kebolehan
mengamalkan hadis dha’if hanya pada
fadha’il al-a’mal, at-targhib wa at-tarhib,
sirah, doa dan zikir. Namun, ketika suatu
hadis telah dinyatakan sangat lemah
apalagi maudhu’, maka seluruh ulama
sepakat bahwa hadis itu tidak boleh
diamalkan bahwa meriwayatkannya
haram
57 Al-Idraj Dalam Hadis: Beberapa
Pandangan Ulama
Irwan Analitica Islamica UIN
SUMATERA
UTARA
I/2 2012 Artikel ini membahas tentang pandangan
ulama terhadap hadis-hadis mudraj atau
masuknya pada hadis tersebut sesuatu
yang bukan dari dirinya. Sebagian ulama
melarang segala jenis al-Idraj, sebab hal
demikian adalah memutarbalikan fakta.
Sebagian ulama lain membolehkan
adanya al-Idraj dengan syarat: memiliki
pengetahuan bahasa Arab, yang
diriwayatkan dengan makna bukan
merupakan bentuk bacaan doa, zikir,
adzan, takbir dan syahadat, serta bukan
berbentuk jawami al-kalim.
58 Perkembangan Metode
Pemahaman Hadis di Malaysia
Faisal Bin
Ahmad Shah
Analitica Islamica UIN
SUMATERA
UTARA
II/2 2013 Artikel ini membicarakan mengenai
kepentingan memahami hadis dengan
tepat dan metode-metode yang digariskan
oleh para ulama yang menghasilkan
pemahaman betul terhadap hadis-hadis
Nabi Saw. Terdapat beberapa kesalahan
metode dalam memahami hadis di
Malaysia. Kesalahan ini dilakukan oleh
perseorangan, kumpulan seperti anti
hadis, Islam Liberal serta kumpulan sufi
yang menyeleweng. Beberapa kesalahan
dalam memahami hadis yakni: memahami
hadis secara terpisah dengan hadis yang
lain, mengabaikan Sabab al-Wurud al-
Hadis, melampaui dalam berpegang teguh
dengan tektualitas hadis, memahami hadis
tanpa mengambil kira maqasid
59 Perkembangan Metode
Pemahaman Hadis di Indonesia
Ramli Abdul
Wahid
Analitica Islamica UIN
SUMATERA
UTARA
III/2 2014 Perkembangan kajian hadis secara umum
dan perkembangan motode pemahaman
secara khusus di Indonesia sejak tahun
1980-an menunjukkan kemajuan yang
signifikan. Perkembangan metode hadis
terbagi dua yakni, pemahaman tekstual
dan kontekstual. Pemahaman tekstual
melandaskan metodenya kepada kaidah-
kaidah yang termuat di dalam ulum al-
hadis, ushul fikih, dan tata bahasa Arab.
Pemahaman tekstual ini sudah mapan dan
dapat diterima oleh para ulama. Sementara
pemahaman kontekstual berpijak pada
metode dan pendekatan modern yang
berbeda dengan pendekatan tekstual
sehingga hasil pemahamannya berbeda
pula dengan hasil pemahaman tektual dan
tidak jarang bertentangan
60 Studi Kritik Matan dalam Kajian
Hadis Kontemporer di Malaysia
Ishak Hj.
Suliama2n
Analitica Islamica UIN
SUMATERA
UTARA
I/1 2012 Tulisan ini membahas penelitian tentang
studi kritik matan yang menjadi tren
dalam kajian hadis kontemporer di
Malaysia. Dengan memfokuskan
penelitian pada tren studi kritik matan
hadis yang tedapat dalam tesis dan
disertasi terhadap empat universitas utama
di Malaysia. Melalui metodologi takhrij
hadis, temuan utama yang ditemui
terdapat 1486 teks hadis dari 1539 yang
telah dianalisis dari 12 buah kitab jawi
yang rinciannya terdapat 696 hadis
shahih, 125 hasan, 381 da’if, 110
maudhu’, dan 131 tidak diketahui.
61 Legalitas Sunnah Tasyri’iyyah,
Non-Tasyri’iyyah (Kritik Motivasi
Sahabat dalam Meriwayatkan
hadis)
Muhammad
Habibi SIregar
Analitica Islamica UIN
SUMATERA
UTARA
I/2 2012 Pandangan Sunnah tasyri’ dan non-
tasyri’iyyah dalam sejarah hukum Islam
berawal dari adanya pandangan dua
pendekatan ulama yakni ulama fiqih dan
ulama hadis. Cara memandang Sunnah itu
tergantung pada tingkatan pemahaman
seseoang terhadap tujuan dari Sunnah itu
diukur pada masa konteks itu, karena
terkadang sunnah-sunnah bisa menjadi
kontra produktif bila hanya diartikan
secara parsial.
62 Kontekstualisasi Pemahaman
Hadith Dan Rekontruksi
Epistemologi Ikhtilaf dalam Fiqh
al-Hadith
Muhammad
Amin
Islamica UIN
SURABAYA
V/2 2011 Tulisan ini memaparkan bahwa
kontekstualisasi pemahaman sebagai
upaya rekonstruksi pemikiran terhadap
hadis. Hal ini merupakan upaya
menjadikan hadis tetap aktual sebagai
solusi problematika kehidupan umat, dan
diharapkan dapat meminimalisir jurang
perdebatan pada wilayah pemaknaan yang
fenomenanya juga tidak kurang
merisaukan umat
63 Sunnah Dalam Nalar Islam
Kontemporer Nasr Hamid Abu
Zayd
Nur Mahmudah Islamica UIN
SURABAYA
VI/2 2012 Tulisan ini berkaitan dengan gagasan
sunnah menurut salah satu pemikir
muslim kontemporer, yakni Nasr Hamid
Abu Zayd. Upaya mendialogkan sunnah
dengan kemodernan, Abu Zayd
menekankan pada fleksibitas sunnah.
Otoritas sunnah sebagai sumber ajaran
kedua Islam tetap dipertahankan. Hanya
saja, tawaran Abu Zayd dalam
menekankan pendekatan matan dan
tawaran baru kritik sanadnya masih
memerlukan landasan yang kuat seperti
uji validitas sanad yang mensyaratkan
keterlibatan saksi primer dalam
periwayatan hadis. Tawaran pemaknaan
mitologis bagi sejumlah hadis membuka
kajian kritis atas dominasi nalar rasional
dalam memahami teks keagamaan
64 Otentisitas Hadis Mutawattir Dalam
Teori Common Link G.H.A
Juynboll
Idri Islamica UIN
SURABAYA
VII/2 2013 Tulisan ini lahir dari kritikan seorang
orientalis yang menyanggah otentisitas
hadis mutawattir . Hadis mutawattir di
kalangan para ulama hadis dinilai sebagai
hadis yang paling shahih, dipastikan
kebenarannya berasal dari Nabi Saw tanpa
harus menelitinya terlebih dahulu. Namun
hal itu semua disanggah oleh Juynball
melalui teori Common Link. Common Link
adalah sebuah teori yang dipersiapkan
untuk menyoroti otentisitas sumber hadis
melalui perspektif sejarah. Common Link
merupakan (satu) perawi awal hadis yang
kemudian menyebarkan hadis sehingga
hadis tersebut akhirnya diriwayatkan oleh
banyak orang dalam berbagai tingkatan
(tabaqah) isnad-nya. Jadi dalam teorinya,
Juynball menyatakan ketika hadis banyak
diriwayatkan secara perseorangan, maka
otentisitasnya sulit dibenarkan. Hadis-
hadis itu kemungkinan diproduksi oleh
perawi yang kemudian disandarkan
kepada generasi otoritatif sebelumnya
hingga sampai pada Nabi
65 Pengaruh Ikhtilaf al-Hadis
Terhadap Penalaran Hukum Islam
Masruhan Islamica UIN
SURABAYA
VII/2 2013 Tulisan ini menjelaskan bahwa salah satu
sebab perbedaan pendapat dikarenakan
adanya ikhtilaf al-Hadis. Hal tersebut
disebabkan oleh karakter bahasa agama
yang memang tafsirannya selalu
berkembang dari masa ke masa. Hadis
sebagai teks hukum tidak memiliki derajat
validitas tunggal di kalangan ahli hadis
karena ada perbedaan metode verifikasi
yang digunakan dalam menelaah hadis.
Hal ini terjadi karena karakter internal dari
matan sebiah hadis yang menghasilkan
perbedaan dalam memahami hadis Nabi
Saw
66 Living Hadis Wakaf Menurut
Ulama Tradisional dan Modern di
Gresik
Abu Azam Al-
Hadi
Islamica UIN
SURABAYA
IX/1 2014 Artikel ini memfokuskan makna hadis
waqaf menurut ulama tradisionalis dan
ulama modern di Gresik. Melalui kajian
sosiologis, dari kedua memiliki cara
pandang berbeda. Pandangan kalangan
tradisionalis, waqaf tidak terjadi bila
orang yang mewaqafkan bermaksud
mewaqafkan barangnya untuk selama-
lamanya. Sedang pemaknaan hadis waqaf
di kalangan ulama modern adalah
menahan harta yang nampak ada, baik
secara abadi maupun sementara, untuk
dimanfaatkan langsung atau tidak
langsung. Kalangan ulama tradisionalis
lebih menekankan pada pemahaman
tektual, sedangkan ulama modern pada
kontekstualnya
67 Sejarah dan Perkembangan Kritik
Matan Hadis
Masturi Irhan Mutawattir UIN
SURABAYA
I/1 2011 Artikel ini menjelaskan bahwa
pengkritikan terhdap matan hadis telah
dilakukan sejak masa sahabat dan tabi’in.
Adapun orang-orang setelah para sahabat,
tidak mau kalah dengan kehati-hatian para
sahabat. Para tabi’in tidak mempunyai
kriteria atau syarat khusus dalam
menerima satu riwayat hadis. Mereka
hanya membangun konsep syarat-syarat
al-Tahammul wa al-Ada’ untuk
mengkategorikan hadis maqbul
68 Metode Abu Dawud dalam Menulis
Kitab al-Sunan
Ma’sum Mutawattir UIN
SURABAYA
I/2 2011 Tulisan ini mengkaji metodologi serta
sistematika yang digunakan Abu Dawud
dalam penulisan kitab Sunannya.
Metodologi yang membedakan Sunan Abu
Dawud dengan kitab hadis lainnya bahwa
Abu Dawud tidak hanya memuat hadis
shahih saja, melainkan juga memasukkan
hadis hasan dan da’if yang tidak dipakai
oleh ulama hadis yang lain. Hal ini
disebabkan karena Abu Dawud berpegang
kepada kaidah, lebih baik menggunakan
hadis da’if dari pada pendapat seseorang.
69 Budaya Kritik Ulama Hadis
Persfektif Historis dan Praktis
Athoillah Umar Mutawattir UIN
SURABAYA
I/2 2011 Artikel ini menyatakan bahwa objek
kajian studi kritik hadis sangat luas,
orisinil dan bukan merupakan hal yang
baru dalam dunia Islam. Dualisme konsep
kritik hadis antara ulama klasik dan
modern sejatinya tidak saling menafikan.
Sepanjang masih menaati aturan kaidah
kritik hadis.)
70 Keadilan Sahabat Nabi Dalam
Perspektif Fuad Jabali
Nur Fadlilah Mutawattir UIN
SURABAYA
II/1 2012 Artikel ini memadukan tentang pandangan
keadilan seorang sahabat antara kelompok
sunni dan kelompok mu’tazilah.
Kelompok Mu’tazilah yang menganggap
peran akal sebagai alat bantu paling tinggi
dalam menginterpretasikan wahyu Tuhan,
menganggap hadis kurang begitu penting
dibanding akal. Sehingga hal inilah yang
menjadikan padangan kaum Mu’tazilah
bahwa tidak semua sahabat otomatis
memiliki keadilan. Begitupula dengan
pandangan Fuad Jabali yang dalam
pernyataannya “tidak perlu dikatakan lagi
bahwa tidak semua kalangan Muslim
melihat sahabat sedemikian hormat.
71 Problematika Naskh Dalam
Diskursus Kajian Hadis
Saifullah Mutawattir UIN
SURABAYA
II/1 2012 Tulisan ini menjelaskan bahwa salah satu
sebab perbedaan pendapat dikarenakan
adanya ikhtilaf al-Hadis. Hal tersebut
disebabkan oleh karakter bahasa agama
yang memang tafsirannya selalu
berkembang dari masa ke masa. Hadis
sebagai teks hukum tidak memiliki derajat
validitas tunggal di kalangan ahli hadis
karena ada perbedaan metode verifikasi
yang digunakan dalam menelaah hadis.
Hal ini terjadi karena karakter internal dari
matan sebiah hadis yang menghasilkan
perbedaan dalam memahami hadis Nabi
Saw
72 Konsepsi Hadis Mukhtalif di
Kalangan Ahli Fikih dan Ahli
Hadis
Arifudin Afifin Mutawattir UIN
SURABAYA
II/2 2012 Dalam artikel dipaparkan bahwa disiplin
ilmu mukhtalif al-Hadis merupakan
akumulasi dari pergumulan para ahli
hukum Islam dalam mencermati substansi
ajaran yang terkandung dalam teks-teks
keagamaan, serta dalil ijma’, qiyas, dan
rasio untuk diproyeksikan sebagai konsep
baku sebuah doktrin atau konsep ajaran
agama. Maka dari itu, ilmu mukhtalif al-
Hadis pada dasarnya tidak lahir dari
disiplin ilmu Ushul al-Fiqh
73 Evolusi Konsep Sunnah Dalam
Lintas Sejarah
Taufikurrahman Mutawattir UIN
SURABAYA
III/1 2013 Tulisan ini mecoba untuk menyoroti
perkembangan konsep sunnah dari Nabi
sampai era Imam Shafi’i. Sunnah yang
pada masa Nabi dipahami sebagai bentuk
perilaku ideal, begitupun pada era sahabat.
Namun pada perkembangan berikutnya
posisi hadis mulai menguat sebagai
pengiring sunnah, keduanya mempunyai
porsi yang seimbang. Konsep sunnah
berubah total pada era Imam al-Syafi’i,
sunnah identik dengan hadis, sehingga
hadis menjadi representasi dari sunnah.
74 Pemikiran G.H.A Juynboll Tentang
Hadis
Nur Mahmudah Mutawattir UIN
SURABAYA
III/1 2013 Makalah ini membahas pemikiran
Juynball dalam memahami hadis dan hal-
hal yang bersinggunggan dengan
metodologi atau teori Barat dalam
penilaian hadis. Juynball menyuguhkan
sebuah teori yang dipersiapkan untuk
menyoroti otentisitas sumber hadis
melalui perspektif sejarah. Common Link
merupakan (satu) perawi awal hadis yang
kemudian menyebarkan hadis sehingga
hadis tersebut akhirnya diriwayatkan oleh
banyak orang dalam berbagai tingkatan
(tabaqah) isnad-nya. Jadi dalam teorinya,
Juynball menyatakan ketika hadis banyak
diriwayatkan secara perseorangan, maka
otentisitasnya sulit dibenarkan. Hadis-
hadis itu kemungkinan diproduksi oleh
perawi yang kemudian disandarkan
kepada generasi otoritatif sebelumnya
hingga sampai pada Nabi.
75 Metode Memahami Hadis-Hadis
Kontradiktif
Muhammad
Anas
Mutawattir UIN
SURABAYA
III/1 2013 Kontradiksi hadis terjadi hanya sebatas
pada arti tekstualnya bukan makna
kontekstual. Melalui kajian ilmu mukhtalif
al-Hadis, masing-masing dari hadis yang
kondradiksi bisa dijadikan sebagai hujjah
bagi penetapan sebuah hukum
76 Kritik Atas Kontroversi Hadis
Tentang Aurat Laki-laki
Umar Faruq Mutawattir UIN
SURABAYA
III/1 2013 Tulisan ini lahir karena adanya
pertentanga antara ucapan dan tindakan
Nabi Saw. Melalui kajian mukhtali al-
Hadis, dalam menyelesaikan masalah
tersebut idealnya memilih jalan al-Jam’.
Dikarenakan kedua hadis tersebut
berkedudukan maqbul, Nabi membuka
paha hanya dalam keadaan genting. Maka
membuka paha berhukum makruh tanzih,
boleh membukanya jika dalam keadaan
darurat
77 Hadis Dalam Perspektif Ahmad
Hasan
M Fatih Mutawattir UIN
SURABAYA
III/2 2013 Dalam memahami hadis-hadis yang
berkaitan dengan ibadah Hasan cenderung
lebih pada pemahaman tektualis,
sedangkan yang berkaitan dengan
muamalah ia lebih mengedepankan
pemahaman kontekstualis
78 Teori Semiotika Komunikasi Hadis
Ala Umberto Eco
Beny Afwadzi Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Tulisan ini menjelaskan semiotika
komunikasi dan aplikasi dalam kajian
hadis Nabi Saw. Bahwasanya semiotika
komunikasi hadis mencakup sembilan
komponen yakni, source (Nabi), message
(redaksi otentik Nabi), transmitter (para
periwayat hadis), signal I ( berbagai
redaksi hadis secara verbal), channel
(berbagai kitab hadis), signal II (berbagai
redaksi hadis tertulis), receiver (nalar
riwayah hadis), message II (redaksi
tunggal hadis), dan destination (nalar
semiotic
79 Kultur Arab Dalam Hadis
Pemimpin Negera Dari Suku
Quraysh
Moh. Misbakhul
Khoir
Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Artikel ini ingin menyajikan diskusi
terkait unsur budaya Arab yang
mempengaruhi gaya berpikir Nabi Saw
dalam hadis pemimpin. Kajian matan
yang menggunakan pendekatan sosial
kebudayaan ini menjelaskan bahwa suku
Quraysh adalah suku yang memiliki
kekuatan dan rasa kesetiakawanan yang
kuat. Hal ini yang mempengaruhi hadis
pemimpin negara dari suku Quraysh
merupakan saran Nabi berdasarkan
pertimbangan budaya Arab ketika itu.
Namun sebenarnya hadis pemimpin suku
Quraysh hanya merupakan syarat
“simbolik” saja. Simbol tersebut
mengindikasikan bahwa seorang yang
memiliki kualifikasi sebagaimana suku
Quraysh diperbolehkan menjabat kepala
negara
80 Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-
Shiddieqy Dalam Kajian Ilmu
Hadis
Aan Supian Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Tulisan ini berusaha mengungkap sejauh
mana kontribusi pemikiran Hasbi ash-
Shiddieqy dalam bidang hadis. Selain itu
dalam penulis juga berusaha
mengklasifikasikan pemikiran Hasbi
tersebut ke dalam beberapa tema besar
yang didasarkan atas penelitian terhadap 8
karya Hasbi di bidang hadis
81 Hadis Misoginis Dalam Perspektif
Hermeneutika Fatima Mernissi
Limmatus
Sauda’
Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Artikel ini untuk mengetahui dan
memahami Mernissi dalam membaca
ulang beberapa hadis misoginis. Melalui
pendekatan historis dan metodologis
menjadi pijakan hermeneutika Mernissi.
Untuk pendektan metodologis, Mernissi
mengambil kaidah-kaidah ‘ulum al-
Hadis. Untuk pemahaman hadisnya,
Mernissi menerapkan sosiological
approach
82 Hermeneutika Hadis Zakariya
Ouzon
Hasan Mahfudh Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Tulisan ini membahas hadis dalam kaca
mata pandangan Ouzon. Hermeneutika
hadis Zakariya Ouzon dapat
dikategorisasikan dalam aliran
hermeneutika subjektif dengan model
hermeneutika kritis. Hermeneutika Ouzon
mencontohkan bahwa kajian terhadap
hadis dan teks-teks keagamaan tidak
mengenal kata selesai. Bahkan, sebagai
sebuah pemahaman hendaknya seorang
peneliti dan pemerhari teks tidak lagi
meletakkan pemahaman seseorang
tertentu sebagai pemahaman final dan
otoritatif
83 Adalat al-Sahabah Dalam
Perspektif Sunni dan Shi’ah
Amir Mahmud Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Tulisan ini menjelaskan bahwa adanya
perbedaan pandangan antara sunni dan
syi’ah dalam menentukan ‘adalah al-
Sahabah. Kelompok sunni menilai
seorang sahabat adalah seseorang yang
bertemu Nabi setelah terangkatnya
sebagai rasul, dalam keadaan beriman
serta meninggal dalam keadaan sebagai
orang Islam dan semua sahabat dikatakan
‘adil, sedang syi’ah memandang bahwa
seorang sahabah apabila ia dikategorikan
sebagai seorang yang adil
84 Kriteria Hadis Hasan Menurut al-
Suyuti Dalam al-Jami’ al-Shaghir
Ahmad
Suhendra
Mutawattir UIN
SURABAYA
IV/2 2014 Tulisan ini menyajikan kriteria hadis
hasan perspektif al-Suyuti. Dalam menilai
hadis hasan al-Suyuti mengikuti kriteria
yang dirumuskan oleh Ibn Hajar, al-
Tirmidhi, dan mayoritas ulama dalam
menilai hadis.
85 Ideologi dan Politik dalam Proses
Awal Kodifikasi Hadis
Muhammad
Subhan
Zamzami
Religio UIN
SURABAYA
III/1 2013 Tulisan ini menyoroti adanya pengaruh
ideologi dan politik umat Islam pada masa
sebelum, saat, dan sesudah kodifikasi
hadis. Bunga konflik dari sunni, syi’ah,
dan khawarij meninggalkan klain
teologis-politik yang saling bertentangan.
Hal tersebut menunjukkan dampak positif
dan negatif, dengan terwujudnya
kekayaan literature keislaman, terutama
literatur hadis, setiap aliran berlomba-
lomba menulis karya intelektual dalam
perspektif masing-masing. Namun
pengaruh pertikaian ideologis dan politis
berkepanjangan atas nama agama
86 Profil dan Kontribusi Ibn Sa’ad
Dalam Kajian Hadis Sirah
Dzikri Nirwana Mutawattir UIN
SURABAYA
III/2 2013 Tulisan ini berusaha menelsuri kontribusi
Ibn Sa’d terkait dengan studi hadis sirah.
Salah satu kontribusi tersebut adalah
sebuah kitab al-Tabaqat al-Kabir.
Ditinjau melalui metodologi penulisan,
kitab tersebut mengelaborasi metode
isnad sebagai karakter ahli hadis dan
metode kronologi sebagai karakter
sejarawan. Sehingga karya Ibn Sa’d
dianggap sebagai satu-satunya karya
perintis yang mengelaborasi tiga bentuk
historiografi yakni, sirah, maghazi, dan
asma al-Rijal.
87 Inkar al-Sunnah Pada Aspek
Kodifikasi Hadis
Zainuddin Mz Mutawattir UIN
SURABAYA
III/2 2013 Tulisan ini lahir karena terdapat kelompok
inkar al-Sunnah yang meragukan
otentisitas hadis yang berasal dari Nabi
Saw. Maka dari itu tulisan ini mencoba
untuk memaparkan kodifikasi hadis
melalui pendekatan historis
88 Tradisi Maulid Pada Masyarakat
Mlangi Yogyakarta
Zunly Nadia Esensia UIN
YOGYAKARTA
XII/1 2011 Artikel ini membahas tradisi Maulidan di
Mlangi Yogyakarta. Sebagai peringatan
hari kelahiran Nabi Saw hal tersebut telah
menjadi tradisi bagi sebagian besar
Muslim di Indonesia. Maulid Nabi di
Mlangi menunjukan dialektika sikap
keagamaan dan tradisi yang dilihat terkait
makna modernitas, agama, dan budaya
pendahulunya
89 Kearifan Dialogis Nabi Atas Tradisi
Kultural Arab: Sebuah Tinjauan
Hadis
Syaikhudin Esensia UIN
YOGYAKARTA
XIII/2 2012 Tulisan ini berusaha mengungkap sebuah
pertanyaan, apakah agama menjadi bagian
dari kebudayaan, atau kebudayaan yang
menjadi bagian dari agama. Melalui kajian
matan dengan melihat sejarah berbagai
intraksi Nabi ketika dia bergumul dengan
tradisi kultural Arab. Dari tulisan ini
disimpulkan bahwa agama dan
kebudayaan secara ontologism berbeda.
Agama diyakini oleh pemeluknya berasal
dari Tuhan, sedangkan kebudayaan
berasal dan berpangkal pada manusia
90 Pemahaman Hadis Tentang Becana
(Sebuah Kajian Teologis terhadap
Hadis-Hadis Tentang Becana)
Muhammad al
Fatih
Suryadilaga
Esensia UIN
YOGYAKARTA
XIV/1 2013 Tulisan ini berusaha meninjau pemaknaan
tentang bencana melalui pendekatan
teologis. Dalam tulisan ini dipaparkan
ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi
sebagai bayan dari penjelasan nash-nash
yang terkait dengan becana alam
91 Umar bin Abdul ‘Aziz dan
Semangat Penulisan Hadis
Saifuddin Zuhri
Qudsy
Esensia UIN
YOGYAKARTA
XIV/2 2013 Tulisan ini berusaha mengungkap latar
belakang yang mendasari khlaifah Umar
bin Abdul ‘Aziz dalam mengkodifikasi
hadis. Melalui pendekatan historis
sosiologi pengetahuan diungkapkan
bahwa pengkodifikasian hadis
dipengaruhi oleh proses eksternalisasi,
objectivikasi, dan internalisasi dari sisi
Umar bin Abdul ‘Aziz
92 Living Hadis Dalam Tradisi
Menjaga Kubur Masyarakat
Banjar Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Kalimantan Selatan
Miftahul Jannah Esensia UIN
YOGYAKARTA
XV/1 2014 Tulisan ini berusaha mengungkap
fenomena living hadis yang ditemukan di
Kalimantan Selatan, yakni tradisi menjaga
kuburan selama beberapa hari setelah
kematian seseorang. Penelitian ini
dilakukan dengan meninjau keadaan serta
alasan masyarakat Kalimantan dalam
meneruskan tradisi tersebut. Melalui
pendekatan sosiologis dikemukakan
alasan yang paling mendasar adalah untuk
pemenuhan kebutuhan sosial dan religi
dasar
93 Meraqiq Syar’i Di Lombok: Studi
Living Hadis di Dusun Lendang
Simbe
Salimudin Esensia UIN
YOGYAKARTA
XV/1 2014 Tulisan ini membahas tentang tradisi
Merariq (Penikahan) yang ada di
Lombok. Melalui pendekatan antropologi
yang digunakan untuk memahami agama
dan wujud praktek yang berkembang di
masyarakat. Maka penelitian dalam
tulisan ini melihat terdapat realita
masyarakat Dusun Lendang Simbe
terhadap hadis-hadis yang dijadikan
semangat parameter dalam menjalankan
tradisi Merariq.
94 Kajian Hadis di Era Global Muhammad al
Fatih
Suryadilaga
Esensia UIN
YOGYAKARTA
XV/2 2014 Artikel ini berupaya mengkaji
perkembangan studi hadis di era
globalisasi. Penelitian ini dilakukan
dengan melihat perkembangan kajian
hadis melalui artikel-artikel jurnal hadis
serta melalui perkembangan teknologi
informasi. Selain itu penulis juga melihat
adanya integrase kajian hadis dengan
kajian barat
95 Memahami Hadis Misoginis
Perspektif Maqasid Syariah: Studi
Hadis yang Menyamakan antara
Keledai, Anjing dan Perempuan
Muhamad Rofiq Esensia UIN
YOGYAKARTA
XVI/1 2015 Tulisan ini bertujuan untuk menerapkan
konsep Maqasid Syariah dalam
memahami hadis problematis riwayat Abu
Dzar al-Ghifari dan Abu Hurairah. Pada
awal tulisan ini disajikan ulasan kritis
mengenai metode-metode interpretasi
yang digunakan ulama klasik dan modern.
Tulisan ini meletakan metode alternatif
konsep Maqasid al-Syari’ah sebagai
kuasa hukum dan parameter kebenaran
sebuah ijtihad. Hingga disimpulkan
bahwa hadis yang didiskusikan
berbenturan dengan salah satu dari enam
tujuan pokok hukum Islam, maka hadis ini
tidak dapat diamalkan
96 Hadis “Man Baddala Dinahu
Faqtuluhu”: Telaah Semiotika
Komunikasi Hadis
Benny Afwadzi Esensia UIN
YOGYAKARTA
XVI/2 2015 Artikel ini mencoba untuk memahami
hadis Man Baddala Dinahu Faqtuluhu,
dengan pembacaan semiotika komunikasi
hadis yang diadopsi dari teori semiotika
komunikasi Umberto Eco. Dalam
penelitian ini penulis memaparkan
komponen-komponen semiotic dalam
memahami hadis tersebut
97 Syarah Hadis Shahih Bukhari dan
Muslim Dalam Komik: Studi atas
Deskripsi 99 Pesan Nabi: Komik
Hadis Bukhari Muslim (Edisi
Lengkap)
Muhammad al
Fatih
Suryadilaga
Esensia UIN
YOGYAKARTA
XVI/2 2015 Tulisan ini memperlihatkan adanya
terobosan serta inovasi yang berkembang
dalam kajian hadis. Penelitian ini berusaha
melihat perkembangan kajian hadis yang
disajikan dalam bentuk komik. Dengan
meneliti kandungan riwayat hadis shahih
bukhari muslim yang tedapat dalam
komik. Selain itu dilakukan juga
penelitian terhadap sistematika penulisan
hadis dalam komik.
98 Rekonstruksi Kritik Sanad dan
Matan Dalam Studi Hadis
Suryadi Esensia UIN
YOGYAKARTA
XVI/2 2015 Artikel ini membahas kemungkinan
rekonstruksi kritik sanad dan matan hadis.
Dijelaskan bahwa kritik sanad perlu
perkembangan pada pemanfaatan data-
data yang berasal dari kitab selain kitab-
kitab rijal agar konklusi atas kadar
integritas dan intelektual seseorang bisa
diformulasikan secara lebih akurat dan
menekankan aspek objektivitas.
Sementara itu, penerapan metode
hermeneutika juga perlu dikembangkan
dalam kajian matan hadis, agar
melahirkan pemaknaan hadis yang shahih
likulli zaman wa makan
99 Metode Syarah al-Suyuti Dalam al-
Dibaj: Kritik Terhadap Syarah
Hadis Penafsiran Surah al-Maidah
Ayat 3 dan Perbandingan dengan
Syarah al-
Asrar Mabrur
Faza
Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Artikel ini mempelajari tentang metode
syarah hadis yang digunakan oleh al-
Suyuti dalam bukunya al-Dibaj. Dalam
tulisan ini penulis membandingkan antara
metode syarah al-Suyuti dengan metode
syarah al-Nawawi. Penulis juga
memaparkan delapan bentuk syarah pada
kitab al-Dibaj dan melihat metode, teknik
interpretasi, serta pendekatan yang
digunakan oleh al-Suyuti
100 Pentingnya Memahami Hadis
Dengan Mempertimbangkan
Setting Historis Perspektif Yusuf al-
Qardhawi
Suryadi Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Tulisan ini berusaha menyuguhkan
pemahaman hadis yang disajikan oleh
Yusuf al-Qardhawi dengan
memperhatikan sebab latar belakang
diucapkannya suatu hadis. Pembahasan
yang diangkat terbagi menjadi tiga
klasifikasi: memahami hadis berdasarkan
latar belakang munculnya, memahami
hadis dengan memperhatikan tujuan atau
hikmah yang dilakukan Nabi, memahami
hadis Nabi dengan memperhatikan suatu
kebiasaan temporer pada masa Nabi
101 Reinterpretasi Sunnah (Studi
Pemikiran Muhammad Syahrur
Terhadap Sunnah)
Azhari Andi,
Luqman Hakim,
Mutawakkil
Hibatullah
Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Tulisan ini akan mendiskusikan pemikiran
Syahrur seputar sunnah dengan
mengungkapkan kritik konsep sunnah
yang selama ini dipandang baku oleh
jumhur ulama muslim. Pembahasan yang
diangkat adalah pemahaman sunnah
pemikiran Syahrur dalam reinterpretasi
hadis, klasifikasi hadis, kodifikasi hadis,
serta pemaparan kritik Syahrur terhadap
fuqaha khususnya ulama fiqh yang hidup
pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah
102 Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu
Sosial dan Hadis Nabi
Benny Afwadzi Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Artikel ini mendiskusikan masuknya ilmu
sosial dalam pemahaman hadis Nabi
sebagai bagian dari integrase antara ilmu
sosial dengan agama. Dalam penelitian ini
hadis berperan sebagai objek material dan
ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi,
geografi, sejarah, ilmu ekonomi,
psikologi, dan ilmu politik sebagai objek
formal. Dalam hal ini ilmu sosial dapat
berperasn sebagai bagian dari praktik
formulasi hadis secara kontekstual bagi
ragam waktu dan tempat yang berbeda.
103 “Barzanji Bugis” dalam Peringatan
Maulid: Studi Living Hadis di
Masyarakat Bugis, Soppeng, Sul-
Sel
Ahmad Mutaqin Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Tulisan ini berusaha mengeksplorasi
gagasan komunitas masyarakat Bugis
dengan menganalisa akulturasi antara
ajaran Islam dengan budaya Bugis dalam
bacaan Barzanji di perayaan Maulid Nabi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologi keagamaan untuk
mengungkapkan konsep akulturasi
budaya yang sekilas menampakkan ajaran
Islam dan tradisi lokal sebagai praktik
religi yang baru. Penulis menyimpulkan
bahwa pembacaan Barzanji saat perayaan
Maulid supaya masyarakat dapat
memahami kitab Barzanji secara mudah
yang terdiri atas sirah nabawiyyah
104 Syariat Makan dan Minum Dalam
Islam: Kajian Terhadap Fenomena
Standing Party Pada Pesta
Pernikahan
Aprilia
Mardiastuti
Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Tulisan ini lahir dari adanya kontradiksi
sebuah hadis yang berkaitan dengan
konsep makan dan minum sambal berdiri.
Penelitian ini menganalisis hadis melalui
kajian kritik sanad dan kritik matan.
Pembahasan kritik matan ditinjau melalui
kajian asbab al-wurud dan teori kesehatan
tentang makan dan minum
105 Hadis-Hadis Tentang Perempuan
Sebagai Imam Shalat
M al Fatih
Suryadilaga
Musawa UIN
YOGYAKARTA
X/1 2011 Tulisan ini berusaha menjelaskan
kedudukan hadis-hadis tentang
perempuan sebagai imam shalat.
Penelitian ini ditinjau dari kajian kritik
sanad dan kritik matan dengan melakukan
langkah-langkah kajian tersebut. Dalam
menjelaskan wacana imam shalat
perempuan, penulis mengkaji dari
perspektif kontekstualisasinya dengan
melihat asbab al-Wurud hadis/sosio-
historisnya
106 Living Hadis: Genealogi, Teori, dan
Aplikasi
Saifuddin Zuhri
Qudsy
Jurnal Living Hadis UIN
YOGYAKARTA
I/1 2016 Tulisan ini mencoba untuk memantik
diskursus kajian living hadis yang ada di
Indonesia. Pembahasan yang diangkat
dengan mengeksplorasi model kajian
living hadis, dari sudut genealogi
kemunculan, teori yang biasa digunakan,
dan bagaimana aplikasi teknik penelitian.
Selain itu tulisan ini juga memaparkan
beberapa pendekatan yang digunakan
dalam kajian living hadis
107 Reinterpretasi Pemaknaan Hadis
Tentang I’tikaf Perempuan
Fajrul
Munaawir
Musawa UIN
YOGYAKARTA
X/1 2011 Tulisan ini berusaha memaknai kembali
hadis-hadis I’tikaf Perempuan baik dari
segi tektual maupun kontekstualnya.
Pembahasan yang dipaparkan lebih
mengarah pada kajian kritik matan hadis
dengan melakukan langkah-langkah
penelitian keshahihan matan hadis,
diantaranya: menganalisis susunan lafal
berbagai matan yang semakna, melihat
sifat matan hadis apakah bersifat lokal,
temporal, 1atau universal, menggunakan
aplikasi keshahihan matan (apakah matan
hadis mengandung syadz dan illat)
108 Perempuan Yang Membatalkan
Shalat
Syaikhudin Musawa UIN
YOGYAKARTA
X/1 2011 Tulisan ini memperlihatkan adanya
pandangan bias gender yang terkandung
dalam hadis Nabi tentang Perempuan,
Anjing, dan Keledai. Pembahasan ini
mengangkat pemahaman terhadap teks-
teks hadis secara tektual dan juga
kontekstual, dengan melihat keadaan
historis, sosiologis, dan psikologis.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kata
“perempuan” dalam hadis perlu diletakan
dalam pengertian simbolik. Hadis tersebut
pada dasarnya terkait dengan konstruk
sosial-budaya, yang harus dipandang
sebagai bentuk komunikatif Nabi terhadap
masyarakat Arab secara bertahap.
109 Nikah Sirri Dalam Perspektif Hadis Dona Kahfi Ma
Iballa
Musawa UIN
YOGYAKARTA
XII/1 2013 Tulisan ini membahas masalah pernikahan
sirri dalam perspektif hadis. Pembahasan
difokuskan pada pemahaman hadis
melalui kajian kajian kebahasaan, kajian
tematik-komprehensif serta menganilisis
hadis tersebut dengan melihat sejarah dan
relevansi kekinian.
110 Jilbab Dalam Hadis: Menelusuri
Makna Profetik dari Hadis
Ema Marhumah Musawa UIN
YOGYAKARTA
XII/1 2014 Tulisan ini mengkaji pemaknaan jilbab
yang terdapat pada hadis-hadis Rasulullah
Saw. Kajian ini berlandaskan, bahwa ada
pergeseran makna jilbab yang terlihat
pada masyarakat Indonesia
111 Nilai Kearifan Lokal Dalam Hadis:
Studi Atas Hadis Perempuan
Menstruasi
Ahmad
Suhendra
Musawa UIN
YOGYAKARTA
XIII/2 2014 Artikel ini mengulas respon Islam,
terutama hadis, dalam merespon kearifan
lokal yang terdapat dalam budaya Arab.
Tema ini difokuskan pada masalah respon
hadis (Islam) tentang perempuan
menstruasi. Perempuan menstruasi
mendapatkan stigma melalui mitos-mitos
yang sudah melekat dalam setiap tradisi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
sosial kebudayaan dengan menjadikan
hadis-hadis Nabi Saw sebagai perlawanan
atas ketertindasan perempuan. Penulis
menjelaskan bahwa Islam merespon dan
memfilter budaya yang bias gender
dengan pendekatan kultural. Hadis yang
menjelaskan perempuan menstruasi
menciptakan tatanan wacana baru dalam
setiap matannya
112 Muhdas Perspektif KH. Moh
Syihabuddin Muhsin (Pemahaman
Hadis-Hadis Bid’ah versi Tokoh
Lokal)
Arif Nursihah Esensia UIN
YOGYAKARTA
XII/1 2011 Tulisan ini membahas tentang
pemahaman Moh Syihabuddin Muhsin
terhadap hadis-hadis muhdas.
Pemahaman tersebut dapat dirumuskan
dengan metode-metode yang digunakan
KH. Moh Syihabuddin dalam memahami
hadis, diantaranya: merujuk kepada syarh
hadis, memandang perbedaan riwayat bi
al-ma’na tidak selamanya dipahami
sebagai variasi redaksi tetapi juga sebagai
varian makna, mengkompromikan hadis-
hadis al-Muhdas yang seakan
kontradiktif. Dari penelitian ini
disimpulkan bahwa pemahaman KH
Syihab tergolong tekstualis. Hal ini
terlihat pada analisis bahasa Kyai Shihab
dalam memahami hadis sangat kuat.
113 Otentisitas Risalah Kenabian
(Pluralisme dan Kemanusiaan)
Arif Nur Safri Esensia UIN
YOGYAKARTA
XIII/1 2012 Artikel ini mencoba untuk memahami
kenabian Muhammad Saw dalam
membangun kerukunan beragama.
Penelitian ini memahami secara ulang
riwayat hadis-hadis yang menjelaskan
perihal figure seorang Nabi Muhammad
Saw
114 Studi Kritik Hadis Tentang
Melaksanakan Shalat Jum’at Pada
Waktu Hari Raya
Khairudin Al-Fikra UIN RIAU XI/1 2012 Artikel ini membahas hadis yang terkait
dengan hukum melaksanakan shalat
jum’at pada waktu hari raya. Penelitian ini
merupakan studi kritik hadis yang ditinjau
dari segi sanad, matan, al-Hukum ‘ala al-
Hadis, dan Fiqh al-Hadis. Ditinjau dari
sudut keilmuan hadis, hadis ini ditetapkan
shahih baik sanad maupun matan. Dalam
pandangan ulama fiqh al-hadis terjadi
perbedaan pendapat tetang rukhsah
meninggalkan shalat jumat pada waktu
hari raya ‘id al-Adha atau ‘id al-Fitri
115
Takhrij Hadis: Langkah Awal
Penelitian Hadis
Jon Pamil An-Nida UIN RIAU XXXVII/1 2012 Artikel ini bertujuan mendeskripsikan
tentang beberapa metode yang bisa
dipakai dalam melakukan kegiatan takhrij
hadis, diantaranya: takhrij melalui lafal
matan hadis, takhrij, melalui pertama
matan hadis, takhrij melalui periwayat
pertama, dengan tema-tema hadis, dan
melalui klasifikasi jenis hadis. Bahkan
terdapat metode baru yakni takhrij melalui
CD (Compact Disc). Kegiatan takhrij
yang biasanya dilakukan bersama kitab-
kitab klasik, kini mentakhrij dapat
dilakukan cukup dengan satu computer
116
Penerapan Sunnah Nabi Saw
(Ruqyah Syariyyah, di Klinik
Surabaya Ruqyah Center)
Adynata An-Nida UIN RIAU XXXVIII/2 2013 Ruqyah merupakan pengobatan terhadap
penyakit, yang telah ada sebelum Islam
datang. Melalui tinjauan dari beberapa
hadis Nabi, Rasulullah Saw
membersihkan prakterk ruqyah dari segala
bentuk syirik dan diganti dengan ruqyah
yang berisikan ayat-ayat al-Qur’an dan
hadis-hadis
117 Eksistensi Perempuan di Era
Demokrasi Pespektif al-Qur’an dan
Hadis
Nur Hasanah An-Nida UIN RIAU XXXVIII/2 2013 Dari beberapa ayat al-Qur’an dan hadis-
hadis Nabi dinyatakan bahwa secara
kodrati perempuan harus tetap eksis di
tengah-tengah keluarga sebagai ibu, istri
dan anak. Namun dilain sisi hal tersebut
tidak menghalangi perempuan eksis di
berbagai jabaran pada era modern
118 Studi Analisis Terhadap Hadis-
Hadis dalam Buku Paket Pada
Sekolah Negeri dan Madrasah di
Kota Pekanbaru
Zailani dan
Zumarni
An-Nida UIN RIAU XXXIX/2 2014 Artikel ini membahas kualitas hadis-hadis
yang digunakan sebagai dalil dalam buku
paket Pendidikan Agama Islam yang
digunakan di sekolah-sekolah negeri.
Dalam penelitiannya diketahui adanya
hadis dhaif yang dijadikan penjelasan
tentang masalah kebersihan
119 Mengenal Kajian Mukhtaliful
Hadis-Hadis Mukhtalif dalam
Kitab Bulugh al-Maram Karya
Ibnu Hajar al-Atsqalani
Aslati An-Nida UIN RIAU XL/2 2015 Kajian muhktalif al-Hadis dalam kitab
Bulugh al-Maram Ibn Hajar al-Atsqalani
menilai dan menetapkan hadis-hadis
mukhtalif dengan melakukan kompromi
(jam’u wa al-taufiq), menasakh atau
mentarjih.)
120 Hadis-Hadis Nabi dalam
Berinteraksi dengan Non Muslim
“Muharibun”
Johar Arifin Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVII/1 2011 Tulisan ini meneliti berbagai riwayat
hadis Nabi Saw dalam berinteraksi dengan
non-Muslin kelompok muharibun.
Penelitian ini menganalisis beberapa hadis
Nabi melalui pendekatan sejarah.
121 Hadis-hadis Nabi Saw Tentang
Pembinaan Akhlak
Nixson Husin An-Nur UIN RIAU IV/1 2015 Tulisan ini membahas tentang pembinaan
akhlak. Kajian ini ditinjau dari matan
hadis-hadis Nabi Saw yang mengajarkan
kepada umatnya adab perilaku baik.
Untuk membangun akhlak terpuji
diperlukan perangkat mental serta
kesungguhan dimulai dari diri sendiri,
keluarga hingga kemudian lingkungan
sosial.)
122 Pengaruh Hadis Riwayat bi al-
Ma’na dalam Pelaksanaan Hukum
Islam
Zailany An-Nur UIN RIAU IV/1 2015 Pembahasan mengenai hadis riwayat bil
ma’na yang ditinjauan melalui pendekatan
sejarah dan hukum. Kajian sejarah
mengatakan bahwa diperbolehkan
periwayatan bil ma’na sebelum hadis-
hadis terkodifikasi. Selain itu dari segi
hukum mayoritas ulama masih
memperdebatkan kebolehannya
123 Elastisitas Hukum Nikah dalam
Perspektif Hadis
Ridwan Hasbi Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVII/1 2011 Kajian ini membahas tinjauan hukum
nikah dalam pandangan hadis.
Pembahasan hadis-hadis hukum nikah
diawali dengan mangkaji kedudukan
sanad, lalu membahas isi kandungan
tentang hukum nikah. Hukum nikah
mengacu pada hadis Nabi Saw tidak
menunjukkan pada satu ketetapan hukum,
sehingga membuat nikah elastis pada
wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram
124 Studi Analitik Hadis:
Penyalahgunaan Fungsi Jabatan:
Kasus Ibnu Lutbiah
Laila Sari
Masyhur
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVII/1 2011 Tulisan ini membahas hadis tentang
penyalahgunaan jabatan kasus Ibnu
Lutbiah. Ibnu Lutbiah diangkat oleh Nabi
sebagai kolektor zakar dari para wajib
zakat. Dari tulisan digambarkan secara
jelas maqashid syari’ah yang tersirat
dalam hadis
125 Metode Penyelesaian Hadis-hadis
Mukhtalif Menurut al-Syafi’i
Kizal Bay Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVII/2 2011 Tulisan ini menjelaskan metode
penyelesaian hadis-hadis maqbul yang
saling berlawanan (mukhtalif), yakni
hadis shahih atau hasan bertentangan
dengan hadis shahih atau hasan lainnya.
Dalam menyelesaikan masalah ini Imam
Syafi’i memiliki beberapa metode, yakni:
melakukan kompromi, nasakh dengan
mencari mana di antara kedua hadis
tersebut yang datang lebih dahulu, tarjih
dengan memilih mana hadis yang lebih
kuat baik sanad maupun matan
126 Metode Ijtihad Yusuf Qardhawi
dalam Fatwa Mu’ashirah
Ali Akbar Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVIII/1 2012 Tulisan ini menjelaskan pemikiran Yusuf
Qardhawi dalam menyelesaikan masalah-
masalah kontemporer dengan berbagai
macam pendekatan serta pernawaran
metode-metode ijtihad kontemporer yang
sesuai dengan syari’at. Dengan metode
ijtihad intiqa’i (tarjih), ijtihad insya’i
(kreasi), dan perpaduan antara keduanya,
yang nantinya hal ini dapat membangun
fiqih baru yag dapat menyelesaikan
persoalan di era globalisasi
127 Paradigma Shalat Jumat dalam
Hadis Nabi
H M Ridwan
Hasbi
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVIII/1 2012 Artikel ini membahas perihal sejarah
pelakasaan shalat jumat. Ditinjau dari
beberapa riwayat bahwa ayat yang
menjelaskan tentang shalat jumat turun di
Madinah, tapi pelaksanaanya sudah ada
sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Riwayat
menyatakan bahwa shalat jumat sebelum
hijarah yang sudah dilaksanakan di
Madinah adalah shalat zuhur plus
khutbah. Pada awalnya khutbah setelah
shalat, tetapi saat terjadi orang-orang
meninggalkan Nabi saat khutbah dan
turun ayat, maka diubah menjadi khutbah
dulu baru shalat, lalu terkontruksi shalat
dua rakaat. Waktu pelaksaannya pun
terdapat perbedaan riwayat dengan
ungkapan waktu dhuha, sebelum tengah
hari, saat tengah hari dan setelah matahari
tergelincir, dengan esensial shalat jumat
sama dengan shalat ‘id (hari raya)
128 Analisis Terhadap Hadis Larangan
Menikah Ketika Ihram
Zailani Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVIII/1 2012 Artikel ini memaparkan tentang hadis
larangan menikah ketika ihram, melalui
kajian kritik sanad dan matan. Terdapat
pertentangan pada hadis larangan menikah
ketika ihram, namun hadis yang melarang
ketika ihram lebih kuat dari hadis yang
mengatakan bahwa Rasul menihaki
Maimunah ketika ihram
129 Rekonstruksi Tradisi Islam (Studi
Pemikiran Muhammad Arkoun
tentang Sunnah)
Zailani Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XVIII/2 2012 Tulisan ini memaparkan pandangan
Muhammad Arkoun tentang rekonstruksi
Sunnah, melihat banyaknya perbedaan
yang menimbulkan perselisihan di
kalangan umat Islam. Menurut Arkoun
Sunnah perlu dipahami dengan tiga
pendekatan; pendekatan semiotic,
pendekatan historis dan sosiologis, dan
pendekatan teologis
130 Studi Hadis-hadis tentang Posisi
Kencing Berdiri (Kajian Mukhtalif
Hadis)
Johar Arifin Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XX/2 2013 Tulisan ini berupaya menjelaskan kualitas
hadis-hadis tentang posisi kencing berdiri,
dan menjawab ke-mukhtalifan hadis
dimana pada suatu kesempatan Rasulullah
kencing dengan cara duduk. Melalui
kajian kritik sanad matan yang dipahami
secara tekstual dan kontekstual. Kajian
hadis mukhtalif dilakukan dengan langkah
metode jama’ wa taufik, bahwa hukum
kencing berdiri dibolehkan dengan syarat;
menjaga agar kain tidak dikenakan
percikan air kencing, dan mencari tempat
yang dapat menghalangi pandangan orang
lain
131 Jihad Bunuh Diri Menurut Hadis
Nabi Saw
Adynata Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XX/2 2013 Tulisan ini berawal dari perbedaan
pendapat para ulama yang berbeda
pendapat tentang hukum melakukan bom
bunuh diri. Dengan meneliti beberapa
matan hadis yang menyatakan bahwa
Nabi melarang seseorang bunuh diri
dengan cara apapun. Sementara dalam
hadis lain disebutkan Rasulullah Saw
menawarkan kepada satu orang sahabat
untuk melawan musuh yang banyak, yang
diyakini akan membawa kematian pada
perang tersebut. Disimpulkan dalam
penelitian ini bahwa bom bunuh diri yang
dilakukan di tengah keramaian orang kafir
dalam situasi damai tidaklah bagian dari
jihad melainkan haram. Namun bom
bunuh diri yang dilakukan dalam kondisi
perang di bawah perintah komando
perang, dilakukan dalam keadaan darurat
untuk merugikan musuh adalah termasuk
jihad
132 Ilmu Pengetahuan dalam
Perspektif Hadis Nabi
Suja’i Sarifandi Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXI/1 2014 Artikel ini memaparkan perihal hadis-
hadis Nabi Saw yang mewajibkan umat
Islam untuk senantiasa menuntut 132ilmu.
Rasulullah Saw menjadikan kegiatan
menuntut ilmu dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh kaum Muslimin untuk
menegakkan urusan agama sebagai
kewajiban yang Fardu ‘Ain
133 Suara Wanita (Tinjauan Mukhtalif
al-Hadis)
Nixon Husin Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXI/1 2014 Tulisan ini berangkat dari suatu hadis
yang dinilai mukhtalif. Para ulama
memahami terdapat dua hadis yang
dipandang berbeda mengenai suara
perempuan. Terdapat hadis yang
mengatakan bahwa suara wanita
merupakan aurat, dilain sisi terdapat
riwayat yang menyatakan bahwa suara
wanita bukan aurat. Penelitian ini
dilakukan melalui tinjauan ilmu mukhtalif
al hadis bahwasanya hadis-hadis yang
bertentangan itu dapat dikompromikan
antara hadis yang berbeda pemahaman.
Kemudian dari perbedaan tersebut dipilih
pendapat yang rajih. Suara wanita
dipandang aurat apabila suara tersebut
tidak aman dari fitnah.
134 Nilai-nilai Oposisi dalam Hadis
Nabawi
M Ridwan
Hasbi
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXII/2 2014 Artikel ini memaparkan perihal hadis-
hadis yang mengarahkan umat untuk
bersikap opisisi. Nilai-nilai oposisi yang
terpola dalam amar ma’ruf nahi munkar
telah dilakukan oleh para khulafa al-
Rasyidin. Pemahaman nilai-nilai oposisi
dalam hadis dikembangkan dengan
pendekatan sosiologis dan kultural dimana
umat saat ini banyak berbeda
135 Pendekatan Ulama Hadis dan
Ulama Fiqih dalam Menelaah
Kontroversial Hadis
Johar Arifin Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXII/2 2014 Dalam menyelesaikan persoalan hadis-
hadis mukhtalif terdapat perbedaan yang
digunakan oleh ulama hadis dan ulama
fiqih. Ulama hadis menggunakan
pendekatan dari segi sanad dan matan
begitupun ulama fiqih. Keduanya
menempuh metode yang boleh dikatakan
sama: al-tarjih-al-jam’u walal-taufiq-al-
nasikh wa al-mansukh-al-tawaqquf.
Hanya saja ulama hadis cenderung
memahami hadis secara tekstual, sedang
ulama fiqih cenderung memahaminya
secara kontekstual
136 As-Sunnah An-Nabawiyah Antara
Pendukung dan Pengingkarnya
Dasman Yahya
Ma’ali
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXII/2 2014 Tulisan ini menjelaskan tentang
problematika ingkar Sunnah. Keadaan
tersebut didukung akibat semakin jauhnya
pengetahuan umat terhadap as-Sunnah an-
Nabawiyah. As-Sunnah dan
penerapannya begitu penting dalam
kehidupan, oleh sebab itu diperlukan
sebuah metodologi dalam memahaminya.
Terdapat dua metode penafsiran hadis
yang berkembang secara ijmal (global),
yakni metode ahlul Sunnah wal Jama’ah
dan metode ahlul Ahwa’, Bid’ah dan
Dhalalah.
137 Kriteria Sunnah Tasyri’iyah Yang
Mesti Diikuti
Kaizal Bay Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXIII/1 2015 Tulisan ini memaparkan tentang sunah-
sunah Rasul Saw yang memiliki implikasi
hukum tasyri’iyah dan ghairu tasyri’iyah.
Melalui pendekatan ushul fiqh, ulama
masih berbeda pendapat mengenai kedua
hukum tersebut. Namun sebagaian besar
ulama menetapkan Sunnah yang memiliki
ketetapak tasyri’iyah adalah yang secara
garis besar berkaitan dengan aqidah,
akhlaq, dan hukum-hukum amaliyah yang
berkaitan dengan ibadah
138 Reinterpretasi Terhadap
Pemahaman Hadis-Hadis Tentang
Gender Dalam Perspektif Fiqh al-
Hadis
Kaizal Bay,
Zailani, Sri
Chalida
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXIV/1 2016 Perlu dilakukan pemahaman ulang
terhadap hadis-hadis yang berkaitan
dengan gender. Dari artikel ini dipahami
bahwa hadis-hadis yang berbicara tentang
gender tidak dipahami secara tektual
namun kontekstual sesuai dengan situasi
dan kondisi tertentu
139 Metode Muhadditsin Di Era
Modern
Ardiansyah Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXIV/1 2016 Dengan adanya beberapa kritikus hadis
(orientalis) melahirkan banyak metode
pengkajian hadis pada abad modern (abad
ke-18), diantaranya: metode orientalis
(teori hadis Ignaz Goldziher dan Joseph
Schacht), metode ahli ra’y, metode ahli
hadis modern (Mustafa Azamai, metode
moderat (yakni Yusuf Qardhawi melalui
bukunya Kayfa Nata’ammal Ma’a al-
Sunnah al-Nabawiyyah). Hal inilah yang
menjadi penyebab mulai marak
kembalinya kajian hadis
140 Kriteria Ke-Shahih-an Hadis
Menurut al-Khathib al-Baghdadi
dalam Kitab al-Kifayah fi ‘Ilm al-
Rawiyah
Agus Firdaus
Chandra dan
Buchari M
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXIV/2 2016 Kriteria keshahihan sanad hadis menurut
al-Khatib al-Baghdadi yaitu: sanad
tersambung, yakni diriwayatkan oleh
periwayat ‘adil dan dhabit dari periwayat
yang ‘adil dan dhabith dengan proses
tahammul wa ada’, periwayat bersifat
‘adil dalam arti terpercaya agamanya,
periwayat dhabit yakni kondisi terjaga
saat menerima hingga menyampaikan
hadis
141 Pandangan Muhammadiyah
Terhadap Hadis-hadis Ru’yat al-
Hilal
M Fauzan
‘Azima
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXIV/2 2016 Tulisan memaparkan adanya perbedaan
pandangan ulama dalam menentukan awal
bulan qamariyah. Sebagian ulama
memahami bahwa penentuan awal bulan
qamariyah dilakukan dengan ru’yat al-
hilal dan tidak boleh menggunakan hisab.
Sementara itu ulama lain memandang
bolehnya penggunaan hisab dalam
penentuan awal bulan qamariyah.
Muhammadiyah termasuk kelompok
ulama yang menggunakan hisab dalam
menentukan awal bulan qamariyah.
Metode pemahaman yang digunakan
Muhammadiyah dalam memahami hadis-
hadis ru’yat al-hilal adalah
kontekstualisasi pemahaman
(kontekstualisasi makna) dengan
menerapkan metode analisis kausasi, dan
menerapkan kaidah perubahan hukum,
serta berusaha menangkap tujuan dari
pesan Nabi yang berlaku tetan dan
membedakannya dengan sarana yang
dapat berubah-ubah.
142 Pendidikan Adab Berpakaian
Wanita Muslimah Telaah Hadis
Nabi Tentang Berpakaian
Nelly Yusra Marwah UIN RIAU XII/1 2013 Artikel ini menjelaskan tentang hadis-
hadis yang berkaitan dengan adab
berpakaian wanita muslimah. Dalam hadis
dijelaskan bahwa adab berpakaian wanita
muslimah yakni, tidak jarang dan ketan,
tidak menyerupai pakaian laki-laki, pantas
dan sederhana, tidak menyerupai pakaian
non muslim
143 Misogynist di Dalam Hadis (Telaah
Hadis Sunan Tirmidzi dan Ibnu
Majah, Perempuan Sumber Fitnah
Paling Berbahaya)
Nurdin dan
Rufika Sari
Marwah UIN RIAU XIII/2 2014 Tulisan ini membahas hadis-hadis tentang
perempuan periwayatan Sunan Tiirmidzi
dan Ibnu Majah yang diduga mengandung
unsur misogynist. Melalui kajian kritik
sanad dan matan, hadis ini terbukti
berstatus shahih oleh perawi yang tsiqah
dan sanadnya muttasil. Terbukti bahwa
hadis misogynist hanyalah
kesalahpahaman terhadap matan hadis
tersebut. Dikatakan perempuan sebagai
fitnah yakni perempuan merupakan
pasangan hidup bagi laki-laki yang dapat
menjadi ujian bila dapat melalaikannya
pada kewajiban yang lain.
144 Nikah MBA (Married By Accident)
dalam Tinjauan Hadis Nabawi
HM Ridwan
Hasbi
An-Nida UIN RIAU XXXVIII/2 2013 Kajian ini membahas perihal Nikah MBA
yang dalam tinjauan hadis hal tersebut
tidak sah sebab tidak boleh menyiram air
yang sudah disiram orang dan sah
pernikahan itu sebab tidak ada kaitannya
antara zina dan menutup aib
145 Kontribusi dan Peran Ulama
Mencegah Hadis Maudhu’
Afrizal Nur An-Nida UIN RIAU XXXVIII/2 2013 Tulisan ini mengenai kedudukan hadis
maudhu’ yang dikaji oleh para ulama
terdahulu dari segi sanad dan matan hadis
secara bersamaan. Pengkajian tersebut
dilakukan agar gerakan pemalsuan hadis
tidak berhasil dilakukan sepenuhnya.
Dalam tulisan ini penulis menyajikan
teori-teori mushthala al-Hadis, baik terkait
penelitian perawi hadis dan matan hadis
sendiri.
146 Interaksi Rasionalitas Teknis
dalam Pemikiran Hadis
Kontemporer
M Ridwan
Hasbi
Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XIX/1 2013 Artikel ini menjelaskan perlunya rasio
dalam pemahaman hadis yang disebabkan
perubahan kondisi sosio-historis,
mobilitas sosial, dan kemajuan zaman.
Konstruksi interaksi pemikiran yang
dihadapkan pada maqashid dan maslahah,
juga ‘umum al-lafzi dan khusus al-Sabab,
kedua masalah ini dipolarisasi pada
dinamika bahwa penjabran dan
pemahaman rasionalitas teks bersifat
teknis dengan sarana dua sayap akal dan
teks yang tidak beroposisi untuk sampai
pada pemikiran yang fleksibel, variasi,
dan tidak statis.
147 Studi Hadis-Hadis Mukhtalif
Tentang Mengumumkan Kematian
Adynata Jurnal Ushuluddin UIN RIAU XXIII/1 2015 Artikel ini menjelaskan berdasarkan
permasalahan yang terjadi di masyarakat
yang berkaitan dengan kesalahan
memahami hadis mukhtalif tentang
mengumumkan kematian (al-Na’y) antara
membolehkan dan melarang. Dalam
memahami hadis tersebut digunakan
metode pemahaman mukhtalif al-hadis
dengan mengkompromikan makna hadis-
hadis mukhtalif melalui pendekatan
kontekstual. Hadis yang melarang
mengumumkan kematian diberlakukan
sesuai konteksnya yaitu jika dilakukan
seperti orang-orang jahiliyah dulu.
Sedangkan hadis yang membolehkan
apanbila diumumkan sesuai dengan tata
cara yang diajarkan Rasulullah dan
mengandung mashlahat
148 Memahami Hadis Secara Tekstual
dan Kontekstual
Liliek Channa
AW
Ulumuna IAIN
MATARAM
XV/2 2011 Artikel ini menjelaskan pemahaman yang
hadis yang dapat dilakukan dengan du
acara yakni tekstual dan kontekstual.
Dalam memahami hadis secara tekstual
dan kontekstual perlunya tinjauan dari
berbagai konteks, seperti segi historis
hadis, keadaan sosiologis hadis,
antropologis hadis
149 Genre Takhrij Karya Fiqh
Shafi’iyyah: Studi Komparasi
Antara al-Tadhhib dan Irshad al-
Faqih
Ahwan Fanani Ulumuna IAIN
MATARAM
XVIII/2 2014 Artikel ini bertujuan membandingkan dua
karya syarh berpendekatan takhrij yaitu
Irshad al-Faqih ila Ma’rifah Adillah al-
Tanbih dan al-Tadhhib fi Addillah Matn
al-Gayah wa al-Taqrib. Dalam tulisan ini
disimpulkan dua karya mazhab Syafi’I itu
masing-masing memiliki tujuan dan
struktur yang berbeda. Irshad al-Faqih
lebih menunjukan ciri sebagai syarh versi
hukum, sedangkan al-Tadhhib versi
hukum spesialis.)
150 Telaah Hermeneutika Hadis
Khaled M. Abou El-Fadl Dalam
Speaking God’s Name: Authority
And Women
Ahmad
Suhendra
Ulumuna IAIN
MATARAM
XVIII/2 2014 Tulisan ini memfokuskan pemikiran
Khaled M Abou El-Fadl tentang makna
dan teks agama. Dalam menafsirkan teks
agama Khaled menggunakan metode
hermeneutika yang dipengaruhi oleh
beberapa tokoh hermeneutika Barat,
terutama Gadamer dan Gracia. Khaled
merumuskan lima prasyarat yang harus
ditempuh seseorang dalam menafsirkan
teks suci
151 Telaah Hadis Tentang Nasab Anak
Luar Nikah
Mahdalena
Nasrun
Ulumuna IAIN
MATARAM
XVIII/2 2014 Artikel ini merupakan sebuah penelitian
dengan menggunakan metode takhrij
hadis serta kritik sanad hadis. Ini
bertujuan mengumpulkan hadis-hadis
yang terkait dengan nasab anak di luar
nikah. Selain itu dalam memahami hadis-
hadis tersebut, dijelaskan menggunakan
pendekatan fiqh al-Hadis. Dijelaskan
bahwa anak dapat dinasabkan kepada
orang yang mengakuinya tetapi bukan
dalam hubungan mahram dengan saudara
perempuannya
152 Pendidikan Dalam Perspektif
Hadis (Syarh al-Hadis al-
Mawdhu’i)
Abddul Kahar Studi Islam IAIN AMBON V/1 2015 Kajian ini ingin melihat pendidikan dari
perspektif hadis. Pendidikan yang
dimaksud adalah tarbiyah, yakni proses
pembentukan individu berdasarkan ajaran
Islam. Penelitian ini menunjukan bahwa
hadis-hadis tentang pendidikan sangat
banyak jumlahnya dalam al-kutub al-
tis’ah. Hadis-hadis tentang pendidikan
terklasifikasi atas lima sub tema, yakni:
keutamaan mendidik anak, urgensi
mengajarkan ilmu melalui pendidikan,
balasan yang diperoleh bagi penuntut ilmu
dalam pendidikan, konsep fitrah dalam
dunia pendidikan, pendidikan shalat bagi
anak
153 Hubungan Muslim-Non Muslim
Dan Pengaruhnya Terhadap
Periwayatan Hadis
Nafriandi Studi Islam IAIN AMBON V/1 2015 Kajian ini ingin melihat hubungan social
antara kaum Muslim dengan Ahl Kitab
serta pengaruhnya terhadap periwayatan
hadis. Penelitian ini menggunakan
pendekatan sejarah dalam memahami
keadaan social budaya yang berkembang
pada masyarakat Arab zaman jahiliyyah.
Pembahasan di dalamnya berusaha
mendalami bagaimana posisi
pengadopsian kisah-kisah yang ada dalam
kitab Taurat dan Injil serta pemahaman
yang dikehendaki oleh al-Qur’an dan
hadis.
154 Hadis Yang Menakuti Yahudi Utang
Ranuwijaya
Saintifika Islamika IAIN SERANG III/2 2016 Artikel ini bertujuan mendeskripsikan
wujud pohon gharqad dalam hadis yang
menakutkan orang-orang Yahudi tersebut,
mendeskripsikan takhrij hadis yang
menakutkan orang Yahudi, dan
mendeskripsikan mufradat hadis yang
menakutkan orang Yahudi. Penelitian ini
merupakan sebuah kajian tematik hadis
dengan memahami hadis secara bahasa
155 Multikulturalisme Dalam al-
Qur’an, Hadis, Piagam Madinah
Hanafi Saintifika Islamika IAIN SERANG III/2 2016 Tulisan ini mendeskripsikan multikultural
yang diterapkan dalam Islam. Dalam
tulisan ini dipaparkan melalui kajian
tematik al-Qur’an dan hadis. Terakhir
dipaparkan multicultural yang terdapat
dalam Piagam Madinah.
156 Diskursus Studi Hadis Dalam
Wacana Islam Kontemporer
Dzikri Nirwana Al-Banjari IAIN
BANJARMASIN
XIII/2 2014 Tulisan ini menyimpulkan bahwa
perkembangan kajian hadis di Indonesia
hanya sebatas mengulang dan mengulang
dengan kata lain kajian hadis di Indonesia
mengalami titik stagnansi. Adapun
pembahasan yang diangkat perihal
wacana metodologi pencerahan dalam
memahami hadis. Penelitian ini
mengungkapkan perlunya modifikasi
dalam memahami suatu hadis melalui
pendekatan yang komprehensif baik
tekstual dan kontekstual. Perlunya
integrasi dari berbagai ilmu baik dengan
pendekatan interdisipliner maupun
multidisipliner.
157 Prinsip-Prinsip Manajemen
Pendidikan Dalam Hadis
Hairul Hudaya Al-Banjari IAIN
BANJARMASIN
XIII/2 2014 Artikel ini membahas tentang manajement
pendidikan yang dilacak dalam hadis dan
praktik Nabi Saw. Sebagaimana
dijelaskan dalam tulisan bahwa ada empat
prinsip dasar dalam menejemen
pendidikan yakni: planning
(perencanaan), organizing
(mengorganisasi), actuating
(menggerakan), controlling (mengawasi).
158 Takhrij al-Hadis Tentang
Peralatan Makan Nabi Saw
Hairul Hudaya Al-Banjari IAIN
BANJARMASIN
XV/2 2016 Artikel ini mendeskripsikan tentang
kebiasaan dan tata cara hidup Nabi Saw
temasuk dalam hal makan. Penelitian
tentang keseharian hidup Nabi Saw
dibahas dengan melakukan takhrij hadis
dan meneliti kualitas sanad dan matan
hadis
159 Peranan Ulama Banjar Abad ke-20
Dalam Tradisi Penulisan Hadis
Arba’in di Banjar dan Malaysia
Muhammad
Hasan Said
Iderus, Latifah
Abdul Majid,
Ahmad Asmadi
Sakat
Al-Banjari IAIN
BANJARMASIN
XV/2 2016 Artikel ini membahas beberapa ulama
hadis di Banjar yang memiliki banyak
peran dalam meningkatkan dan
mengembangkan tradisi penulisan kitab
hadis. Penelitian ini dilakukan dengan
memaparkan beberapa biografi ulama
hadis khususnya dibanjar, serta
memaparkan sejarah penulisan hadis di
Banjar pada abad 20. Kajian ini
didasarkan pada analisis data historis dan
biografis yang diperoleh dari koleksi
dokumen dan diproses secara deskriptif.
160 Studi Pemikiran Hadis Ulama
Mesir: Konsep Imam al-Syafi’I
tentang Sunnah dan Solusi Hadis
Mukhtalif
Dalhari Jurnal Ilmu
Ushuluddin
IAIN
BANJARMASIN
X/1 2011 Tulisan ini menguraikan tentang
pandangan Imam al-Syafi’I mengenai
kedudukan Sunnah yang merupakan
tradisi berasal dari Nabi Saw, dan
penyelesaian hadis yang secara
redaksional berbeda menurut sebagaian
ulama. Dalam tulisan ini juga diuraikan
bahwa Imam al-Syafi’I merumuskan suatu
jawaban dalam menyikapi beberapa hadis
yang oleh sebagaian pihak dinilai
bertentangan, dengan teori al-Jam’,
nasikh-mansukh, tarjih dan tanawwu’ al-
Ibadah.
161 Menguji Kompleksitas ‘Illah Hadis Hairul Huda Jurnal Ilmu
Ushuluddin
IAIN
BANJARMASIN
XI/2 2012 Tulisan ini mencoba menjelaskan konsep
serta langkah-langkah dalam menguji
hadis yang terdapat di dalamnya 160‘illat
baik dalam sanad, matan, maupun
kombinasi keduanya.
162 Metodologi Kritik Matan Hadis
Menurut al-Adlabidari Teori Ke
Aplikasi
Hairul Huda Jurnal Ilmu
Ushuluddin
IAIN
BANJARMASIN
XIII/1 2014 Tulisan ini menjelaskan tentang kriteria
validitas matan. Dijelaskan bahwa ulama
menetapkan dua kriteria untuk keabsahan
matan, yakni terhindar dari syaz dan ‘illat.
Menurut al-Adlabi rumusan kriteria
validitas matan berdasarkan empath al,
yakni: tidak bertentangan dengan al-
Qur’an, tidak bertentangan dengan hadis
dan sirah nabawiyah, tidak bertentangan
dengan akal, dan mirip dengan kata Nabi
Saw.
163 Hadis Dalam Kitab Fiqh
Kontemporer: Kajian atas Kitab
Fiqh al-Sunnah Karya al-Sayyid
Sabiq
Wardatun
Nadhiroh
Jurnal Ilmu
Ushuluddin
IAIN
BANJARMASIN
XIV/2 2015 Artikel ini berhubungan dengan penelitian
terkait tokoh beserta kitabnya, yaitu al-
Sayyid Sabiq dengan kitabnya Fiqh al-
Sunnah, merupakan salah satu karya
tentang hukum Islam yang menyebutkan
banyak hadis untuk memperkuat
argumentasi di dalamnya. Penelitian ini
mengungkapkan teori yang diterapkan al-
Sayyid Sabiq tentang beberapa hadis yang
ada dalam kitabnya, dan dianalisis terkait
ketsiqah-an perawi-perawi yang terdapat
dalam hadis yang dikutipnya.
164 Teknik Interpretasi Hadis Dalam
Kitab Syarah al-Hadis (Studi Kitab
Subul al-Salam)
Sulaemang L Jurnal Ilmu
Ushuluddin
IAIN
BANJARMASIN
XIV/2 2015 Artikel ini mencoba untuk memberikan
gambaran yang komprehensif terkait
metode al-Shan’ani dalam menafsirkan
hadis. Dalam kitab Subul al-Salam, teknik
interpretasi hadis yang digunakan oleh al-
Syan’ani dengan interpretasi linguistik,
interpretasi tekstual, interpretasi historis,
dan interpretasi sain.
165 Tujuan Pendidikan Islam Dalam
Perspektif Hadis
Abd Basyir Ta’lim Muta’llim IAIN
BANJARMASIN
III/6 2013 Artikel ini memaparkan hadis-hadis
tentang tujuan pendidikan Islam. Dari
beberapa hadis yang dipahami secara
tekstual disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam yang sangat mendasar
adalah menciptakan manusia menjadi
hamba Allah yang sebenar-benarnya.
Yakni menjadikan seluruh kehidupannya
mengabdi hanya untuk Allah
166 Pendekatan Filsafat Dalam
Memahami Hadis Nabi
Muhammad
Iqbal
Ta’lim Muta’llim IAIN
BANJARMASIN
IV/7 2014 Tulisan ini menawarkan filsafat sebagai
pendekatan untuk memahami hadis.
Dengan filsafat, hadis diletakan dalam dua
kerangka yakni objektivitas dan
kontinuitas. Untuk mencapai objektivitas
diperlukan analisa struktural, historis dan
kritik ideologi. Kontinuitas hadis juga
penting karena sebagai sumber
keagamaan hadis diyakini memiliki nilai
yang universal
167 Hadis-Hadis Misoginis Dalam
Persepsi Ulama Perempuan Kota
Banjarmasin (662-1800-1-
PB)/IAIN BANJARMASIN
Saifuddin,
Fatrawati
Kumari, Dzikri
Nirwana
Mu’adalah IAIN
BANJARMASIN
I/1 2013 Tulisan ini membahas padangan ulama
perempuan di Banjarmasin terkait hadis-
hadis misoginis. Dengan teknik
wawancara, dan pendekatan fiqh al-Hadis
untuk melihat sejauh mana apresiasi,
akomodasi, dan proposionalitas ulama
perempuan kota Banjarmasin dalam
memahami dan menjelaskan hadis-hadis
yang berkonotasi misoginis
168 Hak Nafkah Istri (Perspektif Hadis
dan Kompilasi Hukum Islam
Hairul Hudaya Mu’adalah IAIN
BANJARMASIN
I/1 2013 Artikel ini membahas pemaknaan hadis
melalui pendekatan fiqh al-hadis
mengenai hak nafkah pada istri.
167Dijelaskan bahwa adanya perbedaan
hukum antara KHI (Kompilasi Hukum
Islam) dengan teks hadis sendiri. Sejauh
ini, perbedaan tersebut terletak pada
gugurnya hak nafkah istri apabila ia
belaku nusyuz
169 Peta Kajian Hadis Ulama Banjar Saifuddin,
Dzikri Nirwana,
Bashori
Tashwir IAIN
BANJARMASIN
I/2 2013 Tulisan mencoba untuk melihat
perkembangan kajian hadis ulama Banjar,
dengan meneliti kecenderungan kajian
hadis. Melalui penelusuran terhadap data-
data tulisan ini mengacu pada klasifikasi
mayoritas ilmu hadis yang dicetuskan oleh
ulama klasik, yakni ‘ilm al-hadis riwayah
dan ‘ilm al-hadis dirayah. Untuk kajian
hadis dalam bentuk riwayah cenderung
pada kajian syarh, kajian ta’liq dan
takhrij, kajian hadis arba’in dan kajian
tematis dengan fragmen fikih. Sedang
dalam bentuk dirayah karya ulama Banjar
cenderung minim
170 Pengaruh Informasi Dalam
Membentuk Persepsi (Perspektif
al-Qur’an dan Hadis)
H. Hajarjani
Hefni
Al-Hikmah IAIN
PONTIANAK
VIII/1 2014 Tulisan ini menggambarkan besarnya
peran informasi dalam membentuk
persepsi seseorang. Melalui kajian
pemahaman hadis dengan dilakukan
penelusuran sejarah hadis tentang
informasi. Mengingat pentingnya
informasi dalam kehidupan manusia, umat
Islam melarang keras umatnya untuk
berdusta.
171 Sejarah Dakwah Rasulullah Saw di
Mekkah dan Madinah
Patmawati Al-Hikmah IAIN
PONTIANAK
VIII/2 2014 Tulisan ini memaparkan perihal sirah
nabawiyah dakwah nabi selama di
Mekkah dan di Madinah. Kajian ini
menelusuri metode-metode dakwah yang
digunakan Nabi Saw pada saat
mengembangkan agama Islam kepada
masyarakat
172 Sejarah Dakwah Pada Masa Abu
Bakar
Patmawati dan
Fitri Sukmawati
Al-Hikmah IAIN
PONTIANAK
IX/1 2015 Tulisan ini memaparkan kiprah sahabat
dekat Nabi Saw dalam menegakkan
agama Islam serta pengumpulan mushaf
al-Qur’an. Melalui kajian sirah
nabawiyah peneliti menjelaskan kiprah
Abu Bakar semasa menjadi khalifah
173 Dakwah Pada Masa Umar bin
Khattab
Patmawati Al-Hikmah IAIN
PONTIANAK
X/1 2016 Tulisan ini memaparkan perihal sirah
nabawiyah dakwah sahabat Nabi Saw.
Kajian ini menelusuri metode-metode
dakwah yang digunakan Umar bin
Khattab selama menjadi khalifah
174 Konseptualisasi Sistem Pendidikan
Akhlak Menurut Al-Qur’an dan
Hadis
Anis Husni
Firdaus
Raheema IAIN
PONTIANAK
II/2 2015 Artikel ini menjelaskan seputar konsep
pendidikan akhalak berdasarkan al-
Qur’an dan hadis. Selain itu juga
menjelaskan bagaimana al-Qur’an dan
hadis mereformasi konsep Islam tentang
pendidikan akhlak sehingga bisa
menawarkan solusi alternatif sepanjang
perkembangan peradaban manusia
175 Inter-Religious Relations in The
Period of Prophet Muhammad
Patmawati Al-Albab IAIN
PONTIANAK
V/2 2016 Artikel ini memaparkan hubungan antar-
agama di masa Nabi Muhmmad Saw yang
berjalan selaras. Dalam artikel ini penulis
menjelaskan terkait sejarah dakwah Nabi
selama di Mekkah dan di Madinah yang
dilihat dalam sirah nabawiyah dan hadis-
hadis Nabi Saw. Penulis juga menjelaskan
terkait sejarah Piagam Madinah yang
dijadikan sebagai penyelaras kelompok
etnis dan agama di Madinah. Artikel ini
menunjukan bahwa pembahasan
hubungan antar-agama tidak hanya
didukung dengan karya sejarah tetapi juga
oleh teks-teks keagamaan
176 Kontroversi Hadis-Hadis Tentang
Isbal (Telaah Kritik Sanad dan
Matan Hadis Serta Metode
Penyelesaiannya)
Muhammad
Nasir
Farabi IAIN
GORONTALO
X/1 2013 Penelitian ini focus pada kajian hadis yang
berkaitan dengan isbal, dengan mengkritik
sanad dan matan hadis yang dianggap
bertentangan. Kedua hadis yang
kontroversi tersebut dikompromikan
dengan kajian mukhtalif al-Hadis.)
177 Studi Kritik Kitab Tuhfat al-
Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi
Karya Al-Mubarakfury
Muhammad
Khadary
Farabi IAIN
GORONTALO
X/1 2013 Tulisan ini menyuguhkan penelitian
terhadap kitab Tuhfat al-Ahwadzibukan
karya al-Mubarakfury. Kitab ini
merupakan syarh dari kitab Sunan al-
Tirmidzi yang ditinjau dari aspek
bahasanya kemudian dikaitkan dengan
dalil-dalil lain, ditambah dengan
pendapat-pendapat ulama yang tidak
disebutkan oleh al-Tirmidzi dalam kitab
Sunannya
178 Sunnah Dalam Pemahaman
Tekstual dan Kontekstual Pakar
Hadis dan Pakar Fiqh (Studi Kritik
atas Pemikiran Muhammad al-
Ghazaly)
Misbahuddin Farabi IAIN
GORONTALO
XI/1 2014 Artikel ini merefleksikan pemikiran al-
Ghazaly dalam menggali kembali
beberapa persoalan Sunnah yang mengacu
kepada pemahaman tekstual dan
kontekstual pakar hadis dan pakar fiqih.
179 Living Hadis M Khoiril
Anwar
Farabi IAIN
GORONTALO
XII/1 2015 Tulisan ini mengambil fokus living hadis
lisan yang muncul seiring dengan praktik
yang dijalankan umat Islam. Penulis
memberikan banyak contoh yang terkait
dengan living hadis lisan dengan berbagai
dalil keagamaan. Kajian ini dilakukan
melihat belum banyak perhatian di
lingkungan akademik terhadap kajian
living hadis.
180 Kriteria Keshahihan Hadis
Perspektif Syiah
Muhammad
Nasr
Farabi IAIN
GORONTALO
XII/1 2015 Penelitian ini difokuskan pada kriteria
keshahihan hadis dalam pandangan syiah.
Dijelaskan pandangan syiah, periwayatan
hadis dibatasi pada jalur riwayat ahl al-
bait atau imam yang ma’shum, dan
kriteria ini merupakan salah satu syarat
hadis shahih. Dalam aspek matan, kriteria
keshahihan hadis tidak disebutkan secara
eksplisit, hanya saja tolok ukur
keshahihan sanad berdasar pada
kesesuaian dengan al-Qur’an serta tidak
bertentangan dengan hadis shahih lainnya.
181 Konstruksi Ilmu Ma’ani al-Hadis
Kaum Kontekstualis
Ahmad
Muttaqin
Farabi IAIN
GORONTALO
XIII/1 2016 Tulisan ini menjelaskan sejarah
perkembangan ma’anil hadis dengan
menganalisis metode-metode
kontemporer dari lima pemikir, yakni
Fazlur Rahman, Yusuf Qardhawi,
Muhammad al-Ghazali, Syuhudi Ismail,
dan Khaled Abou El Fadl. Analisis hadis
dapat diklasifikasikan dalam tiga tahap;
analisis teks, konteks historis (asbab al-
Nuzul mikro dan makro), serta aplikasinya
dalam konteks pembaca.
182 Urgensi Sanad dalam Naskah
Sejarah Nabi (Studi Metodologi
Penyusunan Kitab “Dala’il an-
Nubuwah wa Ma’rifah Ahwal
Shahib as-Syariah” Karya Imam
Abu Bakar al-Baihaqi
Syahril Djaafara Farabi IAIN
GORONTALO
XII/1 2015 Tulisan ini merupakan kajian kitab Dala’il
an-Nubuwah wa Ma’rifah Ahwal Shahib
as-Syariah karya Imam Abu Bakar al-
Baihaqi yang merupakan kitab sejarah
Rasulullah dengan menilik tema tentang
pembuktian akan kebenaran kenabiannya.
Dalam tulisan ini penulis menjelaskan
peranan sanad dalam penentu kualitas
kitab sejarah.
183 Hadis Ahad (Studi Kehujjahan
Hadis Ahad Dalam Aqidah)
Ahmad Zumaro Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
VII/1 2013 Tulisan ini mencoba memaparkan kritik
kehujjahan hadis ahad sebagai dalil
aqidah. Dalam penelitian ini penulis
memaparkan beberapa pendapat ulama
terkait kritik hadis ahad, dengan
berlandaskan dalil-dalil al-Qur’an
184 Syarh dan Kritik Dengan Metode
Takhrij Hadis Tentang Nikah
Mut’ah Khaybar Tanpa Himar
Junaedi
Abdillah
Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
VIII/2 2014 Artikel ini memfokuskan pada kajian
analisa kritik hadis pada sanad dan matan
hadis terkait dengan nikah mut’ah khaybar
tanpa himar. Penelitian ini dengan
melakukan kajian takhrij hadis serta
mengkritik sanad dan matan hadis.
185 Membaca Sejarah Kodifikasi Hadis Muhammad
Jayus
Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
VIII/2 2014 Tulisan ini menyuguhkan seputar sejarah
penulisan hadis yang mengalami
perkembangan agak lamban dan bertahap
dibandingkan dengan kodifikasi al-
Qur’an. Penelitian ini membahas sejarah
keadaan social serta politik sejak masa
Nabi Saw, sahabat, dan tabi’in yang
mempengaruhi perkembangan penulisan
hadis
186 Konteks Hadis Antara Asbab al-
Wurud dan Sirah Nabawiyah
Ahmad
Musyafiq
Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
VIII/2 2014 Tulisan ini menawarkan Sirah Nabawiyah
sebagai konteks selain asbab al-Wurud.
Penelitian ini melakukan perbandingan
antara asbab al-Wurud dengan sirah
nabawiyah yang ternyata sirah nabawiyah
lebih menyediakan data yang lengkap
187 Kritik Sanad Hadis Jihad-
Intoleransi
Abdul Malik
Ghozali
Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
X/1 2016 Tulisan ini mencoba menjelaskan status
keshahihan hadis tentang jihad-
intoleransi. Melalui kajian takhrij hadis,
bahwa hadis-hadis jihad-intoleransi
banyak ditemukan dalam literature hadis
otoritastif kitab enam, dan kritik sanad
hadis jihad-intoleransi menemukan
beberapa sanad bermasalah karena
beberapa perawinya lemah dalam hafalan
maupun kredibilitasnya
188 Eksistensi Kitab Subul al-Salam
Sebagai Syarah Kitab Bulugh al-
Maram
Ahmad Bastari Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
X/1 2016 Artikel ini menjelaskan kajian kitab Subul
al-Salam yakni syarh kitab Bulugh al-
Maram yang merupakan kitab hadis
paling banyak dikaji di Indonesia. Secara
umum penelitian ini mengkaji metodologi
serta sistematika kitab Subul al-Salam.
Terakhir secara konklusif, ditinjau dari
sudut pandang mazhab, kitab Subul al-
Salam merupakan salah satu kitab lintas
mazhab yang meng-counter keempat
mazhab
189 Islah Dalam Perspektif Hadis
(Kajian Hadis Dengan Pendekatan
Tematik)
Ahmad Bastari Al-Dzikra IAIN
LAMPUNG
VIII/2 2014 Tulisan ini memaparkan beberapa hadis
terkait dengan islah. Pembahasan yang
diangkat pada tulisan ini mengkaji
beberapa persoalan dalam agama yang
dapat diselesaikan dengan islah.
190 Dialektika Hadis Ahad dan Qiyas
Sebagai Dalil Dalam Penetapan
Hukum Islam
Silahuddin All-Dzikra IAIN
LAMPUNG
VIII/2 2014 Tulisan ini mengungkapkan dialektika
antara hadis ahad dengan qiyas sebagai
dalil dalam menetapkan hukum syara’.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat
pendapat di antara empat mazhab. Peran
ulama sepakat mendahulukan hadis ahad
daripada qiyas, dengan syarat sanad dan
matan hadis tersebut shahih.
191 Paradigma Ulama Dalam
Menentukan Kualitas Hadis dan
Implikasinya Dalam Kehidupan
Umat Islam
Siti Mujibatun Analisis IAIN
LAMPUNG
XIV/1 2014 Artikel ini berupaya mengungkapkan
paradigm ulama dalam menentukan
kualitas hadis. Hal ini dikarenakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
masing-masing mazhab serta
implikasinya terhadap penggunaan
landasan hukum dalam praktik kehidupan
umat Islam
192 Hadis dan Resepsi Estetis
Pesantren (Studi Kitab Fada’il
Ramadan Karya Taufiqul Hakim)
Ahmad Farih
Dzakiy
Analisis IAIN
LAMPUNG
XVI/1 2016 Artikel ini membahas terkait tokoh
berserta kitabnya, yaitu Taufiqul Hakim
dengan kitabnya Fada’il Ramadhan.
Tulisan ini mencoba menelisik lebih
dalam identitas kitab tersebut. Penelitian
ini berusaha mengungkapkan keunikan
dari kitab tersebut, diantaranya teks-teks
hadis yang disadur dari berbagai kitab
hadis, baik yang primer atau sekunder,
ditransformasikan ke dalam beberapa bair
sya’ir dalam tiga bahasa; Arab, Jawa, dan
Indonesia.
193 Pemikiran Goldziher dan Azami
Tentang Penulisan Hadis
Ahmad Isnaeni Kalam IAIN
LAMPUNG
VI/2 2012 Tulisan ini mengungkapkan pemikiran
orientalis Ignaz Goldziher terhadap
penulisan hadis yang selama ini telah
diyakini oleh muslim. Dalam tulisan ini
penulis menampakan perdebatan
pandangan orientalis dengan ulama timur,
yakni Mustafa Azami. Goldziher
meragukan keberadaan hadis, sebab asal
muasal hadis bukan benar-benar dari Nabi
Muhammad Saw, melainkan dari
kebiasaan dan tradisi masyarakat Islam
masa awal. Pendapat tersebut dibantah
oleh Mustafa Azami dengan
memperlihatkan berbagai catatan-catatan
para sahabat perihal hadis Nabi Saw.
194 Pembaharuan Konsep
Kesepadanan Kualitas (Kafaa’ah)
Dalam Al-Qur’an dan Hadis
Iffatin Nur Kalam IAIN
LAMPUNG
VI/2 2012 Tulisan ini mencoba menjelaskan
pemahaman dari al-Qur’an dan hadis-
hadis tentang kesepadanan kualitas
mempelai dalam pernikahan. Penelitian
ini dilakukan dengan menyoroti
pandangan ulama empat madzhab
195 Metodologi Pemahaman
Kontekstual Hadis Ibn Qutaibah
Dalam Ta’wil Mukhtalif al-Hadis
Abdul Malik
Ghozali
Kalam IAIN
LAMPUNG
VIII/1 2014 Artikel ini memaparkan metodologi yang
digunakan Ibn Qutaibah dalam
menyelesaikan hadis-hadis mukhtalif.
Penelitian ini menegaskan bahwa hadis
nabi dapat dipahami secara kontekstual,
tidak hanya hadis yang memiliki asbab al-
Wurud tapi juga hadis yang tidak
memilikinya. Dalam memahami hadis
secara kontekstual Ibn Qutaibah lebih
focus dengan pembacaan ulang hadis
menggunakan metode ta’wil.)
196 Nilai-Nilai Maslahah Dalam
Hukum Potong Tangan: Analisis
Kritis Perspektif Hadis Ahkam
Bukhori Abdul
Somad
MADANIA IAIN
BENGKULU
XIX/1 2015 Artikel ini mencoba memaparkan hukum
potong tangan yang terkandung dalam
hadis-hadis ahkam. Melalui pendekan fiqh
al-hadis pemaknaan hukum potong tangan
yang dilihat dari beberapa pandangan
ulama, serta melihat peristiwa sejarah
potong tangan pada masa Rasulullah Saw.
197 Sejarah Hadis Pada Masa
Permulaan dan Penghimpunannya
Lukman Zain Diya al-Afkar IAIN CIREBON II/1 2014 Tulisan ini menyuguhkan perkembangan
kajian hadis yang dilihat sejak masa
Rasulullah Saw, sahabat, hingga tabi’in.
Selain itu penulis juga menjelaskan
sejarah penulisan dan penyebaran hadis
sejak masa Rasul hingga masa tabi’in
yang disebut dengan kodifikasi hadis
secara resmi
198 Mengenal Kitab-Kitab Hadis Naila Farah Diya al-Afkar IAIN CIREBON II/1 2014 Tulisan ini mencoba mengklasifikasinkan
kitab-kitab hadis, yang dilihat melalui
karakteristik kitab dan metode dalam
menetapkan sebuah hadis shahih, serta
menjelaskan sekilas biografi penulis pada
setiap kitab
199 Dari SUTET Menuju Teologi
Berbasis Ekologi (Tinjauan Hadis-
Hadis Pelestarian Lingkungan,
Kesehatan, dan Layanan Publik)
Munawir Diya al-Afkar IAIN CIREBON II/1 2014 Tulisan ini membahas seputar isu
permasalahan pro-kontra dampak
SUTET. Penulis mencoba meneropong
masalah SUTET dari perspektif hadis.
Berangkat dari pemaknaan hadis-hadis
seputar lingkungan dan kesehatan,
memandang bencana akibat krisis
lingkungan tidak serta merta sebagai
takdir Tuhan, melainkan yang lebih
penting merespon dengan aktivitas riil
berupa pelestarian lingkungan.
200 Realibilitas Riwayat Sahabat:
Pembacaan Ulang atas Doktrin
Keadilan Sahabat
Wasman Diya al-Afkar IAIN CIREBON II/1 2014 Tulisan ini menjelaskan keadilan seorang
sahabat dengan membandingkan
pandangan ulama terkait hal tersebut.
Dalam tulisan ini penulis mengungkapkan
tidak menjadikan para peneliti untuk
menutup mata atas keseluruhan sikap
hidup sahabat dan berbagai problem yang
muncul pada masa-masa awal sejarah
Islam, meski doktrin sunni yang
menyatakan seluruh sahabat itu ‘adil
201 Analisis Pemikiran Fatima
Mernissi Tentang Hadis-Hadis
Missogini
Anisun
Muthi’ah
Diya al-Afkar IAIN CIREBON II/1 2014 Artikel ini menyuguhkan analisis
pemikiran Fatima Mernisi mengenai
hadis-hadis Misogini. Dalam penelitian
ini Fatima Mernisi menganalisis hadis
tentang kepemimpinan perempuan dalam
pemerintahan dan hadis tentang anjing,
keledai, dan wanita dapat membatalkan
shalat jika melintas di depannya. Melalui
kajian ma’anil hadis, Mernisi menekankan
aspek asbab al-Wurud yang terkait dengan
hadis-hadis tersebut.)
202 Jangan Marah: Analisis Sanad dan
Matan Hadis
Umayah Diya al-Afkar IAIN CIREBON II/1 2014 Tulisan ini menjelaskan tentang larangan
marah yang terdapat dalam beberapa hadis
Nabi Saw. Ditinjau melalui kajian takhrij
hadis, untuk mengetahui berapa banyak
2hadis-hadis yang menganjurkan larangan
marah pada umat Islam. Serta
menganalisis matan hadis menggunakan
pendekatan psikologis
203 Memilih Pasangan Hidup Dalam
Perspektif Hadis (Tinjauan Teori
Dan Aplikasi)
Aeni
Mahmudah
Diya al-Afkar IAIN CIREBON IV/1 2016 Tulisan ini mencoba menjelaskan hadis-
hadis tentang menikah ditinjau melalui
pendekatan budaya dan hukum Islam.
Kajian ini merupakan kajian tematik
dengan meneliti keshahihan hadis-hadis
tentang menikah dan menganalisis teks
hadis terhadap kehidupan social masa kini
204 Hikmah Walimah al-‘Ursy (Pesta
Pernikahan) Dengan Kehormatan
Perempuan Perspektif Hadis
Lia Laquna
Jamali, Lukman
Zain, Ahmad
Faqih Hasyim
Diya al-Afkar IAIN CIREBON IV/2 2016 Artikel ini mengkaji kasus Pondok
Pesantren dalam menghidupkan sunnah.
Pembahasan ini diangkat melihat praktek
living hadis kurang mendapat pemahaman
positif oleh masyarakat sekitar. Peneliti
membahas dengan menggali sejarah
pondok pesantren serta memaknai hadis-
hadis yang dijadikan amalan pondok
pesantren
205 Living Sunnah Jama’ah al-
Syahadatain (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Nurul Huda
Munjul Kuningan)
IStifadah,
Anisatun
Muthi’ah,
Ahmad Fariq
Hasyim
Diya al-Afkar IAIN CIREBON IV/2 2015 Tulisan ini mengambil fokus living hadis
lisan yang muncul seiring dengan praktik
yang dijalankan umat Islam. Penulis
memberikan banyak contoh yang terkait
dengan living hadis lisan dengan berbagai
dalil keagamaan. Kajian ini dilakukan
melihat belum banyak perhatian di
lingkungan akademik terhadap kajian
living hadis
206 Jahiliah Dan Revolusi Kenabian
Muhammad Saw Perspektif
Normatif-Historis
Jamaludin
Arsyad
TAJDID IAIN JAMBI X/2 2011 Tulisan ini menjelaskan sejarah kehidupan
Nabi Muhammad Saw, sejak
berdampingan dengan masa jahiliyah
hingga diangkatnya Nabi sebagai
Rasulullah. Kajian ini merupakan
pembahasan mengenai sirah nabawiyah
207 Kritik Matan Hadis (Suatu
Metodologi Dalam Ilmu Hadis)
Abdul Latif TAJDID IAIN JAMBI X/1 2011 Artikel ini menjelaskan seputar metode
untuk mengetahui kesalahan hadis pada
matan. Kriteria matan hadis yang perlu
diteliti seperti, kesempurnaan maknanya,
tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan
hadis yang lebih kuat serta sesuai dengan
akal sehat, indera dan sejarah
208 Kontroversi Tentang Ke’adilan
Abu Hurairah
Azro’ Marzuki TAJDID IAIN JAMBI X/2 2011 Tulisan ini berusaha mengkritik keadilah
seorang sahabat yakni Abu Hurairah.
Melalui kajian kritik sanad hadis, dengan
menelusuri sejarah kehidupan Abu
Hurairah, serta beberapa hadis yang
diriwayatkannya.
209 Melacak Sejarah Munculnya
Pemalsuan Hadis dan Faktor
Penyebabnya
M Yusuf HM TAJDID IAIN JAMBI X/1 2011 Tulisan ini mengungkapkan sejarah
pemalsuan hadis. Melihat banyaknya
hadis-hadis palsu karena faktor penyebab
ideology politik serta mazhab-mazhab.
Kajian ini dilakukan dengan melalukan
penelitian terhadap keshahihan sanad dan
matan yang dibenturkan dengan sejarah
social pada awal pengkodifikasian hadis
210 Wacana Kritisisme Hadis (Dari
Kriteria Hadis Hingga
Penyebarannya)
Ermawati TAJDID IAIN JAMBI XI/2 2012 Artikel ini ingin melakukan kajian kritis
terhadap hadis, dengan melalukan kajian
kritik terhadap kriteria hadis, eksistensi
serta keadilan sahabat sebagai penyebar
hadis, hingga penyebaran hadis itu sendiri.
Pembahasan yang diangkat menjelaskan
seputar kriteria hadis shahih dan hasan.
211 Hadis dan Khabar Ahad Dalam
Perspektif Muhammad al-Ghazali
Muhammad
Alifudin
Syautut Tarbiyah IAIN KENDARI XVII/25 2011 Artikel ini merupakan refleksi dari
pemikiran al-Ghazali terkait pemahaman
dan penilaian terhadap hadis ahad. Al-
Ghazali berpandangan bahwa hadis ahad
tidak dapat dijadikan argument untuk
mengharamkan sesuatu, karena larangan
yang timbul dari khabar ahad hanyalah
hukum yang sifatnya makruh
212 Al-Mar’ah dalam Hadis Nabi Saw Fatira Wahidah Syautut Tarbiyah IAIN KENDARI XX/30 2014 Artikel ini membahas seputar persoalan
perempuan yang selalu aktual untuk
dibicarakan. Persoalan memandang
rendah kedudukan perempuan serta
mendiskriminasi perempuan. Dalam
tulisan ini dijelaskan seputar pemahaman
hadis-hadis yang dipandang memiliki
unsur misoginis.
213 Pendidikan Kaum Wanita Dalam
Hadis (Telaah Hadis Riwayat
‘Aisyah)
Sulaemang L Syautut Tarbiyah IAIN KENDARI XXI/32 2015 Tulisan ini menjelaskan sejarah
pendidikan kaum wanita dalam hadis yang
bertujuan mengetahui bahwa pada
masaRasul dan masa sahabat keberadaan
wanita sebagai pengembang ilmu
pengetahuan terutama dalam periwayatan
hadis.
214 Hidup Akrab Dengan al-Qur’an;
Kajian Living Qur’an dan Living
Hadis Pada Masyarakat Indragiri
Hilir Riau
Ridhoul Wahidi Turast IAIN PADANG I/2 2013 Artikel ini menjelaskan praktek living al-
Qur’an serta living hadis pada masyarakat
Indragiri Hilir Riau. Pada pembahasan ini
penulis menggunakan pendekatan
sosiologis untuk melihat macam-macam
praktek living al-Qur’an dan hadis.
Pengamalan al-Qur’an dan hadis dibagi
menjadi tiga; tulis, lisan, dan praktik
215 Rekonsepsi Hadis Dalam Wacana
Studi Islam (Telaah Terminologi
Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar)
Dzikri Nirwana Edu Islamica IAIN JEMBER IV/2 2012 Artikel ini mencoba untuk merekonsepsi
kembali definisi dari hadis, Sunnah, dana
tsar. Melalui beberapa pandangan ulama,
tulisan ini menyimpulkan bahwa keempat
term tersebut hanya bersifat teoritis, tetap
saja dimaknai sebagai sesuatu yang
bersumber dari dan dinisbahkan kepada
Nabi Saw
216 Poligami Dalam Kajian Nash al-
Qur’an dan Hadis
Rafid Abas Edu Islamica IAIN JEMBER IV/2 2012 Tulisan ini membahas seputar hadis-hadis
poligami. Dengan pamahaman kajian
hadis tulisan ini menyimpulkan
dibolehkan berpoligami dengan alasan
laki-laki tersebut dapat bertindak adil dari
segi apapun.
217 Kontroversi Hukum Islam di
Kalangan Sahabat
Husnul Yaqin Edu Islamica IAIN JEMBER IV/2 2012 Tulisan ini lahir karena adanya perbedaan
pandangan atau pendapat di kalangan
antar sahabat dalam memahami sebuah
matan hadis. Hal ini yang akhirnya
memberi dampak pada hukum islam. Oleh
karena itu penelitian ini berusaha
menjelaskan berbagai kritik matan hadis
yang dilakukan oleh sahabat dalam
memahami pesan yang disampaikan oleh
Nabi Saw.
218 Melihat Kembali Keabsahan
Matan Hadis
Abbas Irfan Edu Islamica IAIN JEMBER IV/2 2012 Tulisan ini lahir karena adanya perbedaan
pandangan atau pendapat di kalangan
antar sahabat dalam memahami sebuah
matan hadis. Hal ini yang akhirnya
memberi dampak pada hukum islam. Oleh
karena itu penelitian ini berusaha
menjelaskan berbagai kritik matan hadis
yang dilakukan oleh sahabat dalam
memahami pesan yang disampaikan oleh
Nabi Saw
219 Polemik Penulisan Hadis:
Perspektif Michael A Cook Dalam
The Opponents of The Writing of
Tradition in Early Islam
Umma Farida RIWAYAH STAIN KUDUS I/1 2015 Artikel ini memaparkan karya Cook yang
memfokuskan pada penentangan terhadap
penulisan hadis yang terjadi pada masa
awal Islam dalam proses pergeseran
tradisi oral dalam periwayatan hadis
menjadi tradisi tertulis.
220 Peran dan Kontribusi Nashiruddin
al-Albani Dalam Perkembangan
Ilmu Hadis
Umaiyatus
Syarifah
RIWAYAH STAIN KUDUS I/1 2015 Tulisan ini menyajikan pemikiran tokoh
hadis kontemporer, Nashiruddin al-
Albani. Beberapa yang merupakan hasil
karyanya yakni hasil takhrij, tahqiq dan
ta’liqq. Namun, di sisi lain Albani juga
mengundang kritik atas inkonsistenannya
dalam menghukumi hadis yang ada dalam
karya ulama klasik seperti Bukhari
221 Aktualisasi Pemahaman Hadis
Hukum Dalam Kehidupan Global
Muhammad
Nurudin
RIWAYAH STAIN KUDUS I/1 2015 Artikel ini menjelaskan peran penting
pemahaman hadis untuk menyikapi setiap
permasalah dalam kehidupan global.
Dijelaskan bahwa ada dua bentuk
pemahaman hadis yakni: pemahaman
hadis terhadap isi kitab hadis dan
pemahaman yang berangkat dari masalah
yang terjadi di masyarakat kemudian
penyelesaian dengan hadis tertentu
222 Metode Kritik Abu Hafs Umar Bin
Ali al-Basri al-Fallas Terhadap
Para Perawi Hadis
Ulin Ni’am
Masruri
RIWAYAH STAIN KUDUS I/1 2015 Artikel ini membahas tentang sosok
kritikus Imam al-Fallas dalam mengkritisi
para perawi hadis dengan pendekatan
yang objektif. Dalam tulisan ini dibahas
metodologi kritik sanad hadis serta teknik
jarh wa ta’dil yang digunakan Imam al-
Fallas
223 Telaah Terhadap Kitab Mawarid
az-Zam’an Ila Zawaid Ibnu Hibban
Karya Al-Hafiz al-Haisami
Muhammad
Misbah
RIWAYAH STAIN KUDUS I/1 2015 Artikel ini mengeksplor hal-hal terkait
dengan kitab Mawarid az-Zam’an ila
Zawaid Ibn Hibban. Kitab ini berisikan
hadis-hadis shahih dari shahih Ibn Hibban
yang tidak terdapat dalam shahih Bukhari
dan shahih Muslim. Dijelaskan perihal
metode yang digunakan al-Haisami dalam
menyusun karyanya, yakni ia
menggunakan kaidah-kaidah mushthala
al-Hadis dan jarh wa ta’dil.
224 Taubat Dan Istigfar Dalam Hadis
Nabi: Sebuah Kajian Tematik
Muh
In’amuzzahidin
RIWAYAH STAIN KUDUS I/1 2015 Tulisan ini mengkaji beberapa hadis
taubat. Dalam tulisan dibahas pemahaman
setiap hadis-hadis taubat, baik
menggunakan pendekatan bahasa dan juga
pemahaman dengan ayat-ayat al-Qur’an
225 Kurban Kolektif Dalam Perspektif
Hadis
Mohammad
Arifudin
Islamuna STAIN
PAMEKASAN
II/1 2015 Tulisan memuat hadis yang meladasi
pelaksanaan ibadah kurban secara kolektif
bagi orang-orang yang memiliki
keterbatasan finansial. Kajian ini
membahas beberapa hadis-hadis tentang
kurban dan pandangan beberapa ulama
perihal tersebut. Terakhir disimpulkan
bahwa ulama membolehkan kegiatan
kurban yang dilakukan secara bersamaan.
226 Kegelisahan Intelektual Seorang
Feminis (Telaah Pemikiran Fatima
Nur Mukhlis
Zakariya
KARSA STAIN
PAMEKASAN
XIX/2 2011 Tulisan ini berusaha mendeskripsikan
kegelisahan intelektual Fatima Mernisi
Mernisi Tentang Hermeneutika
Hadis)
terhadap fenomena disparitas dan bias
gender di dunia Islam. Melalui pendekatan
hermeneutika terhadap al-Qur’an dan
hadis, Mernisi melahirkan kerangka
teoritik Islam Politik dan Islam Risalah.
Mernisi menyerukah pembacaan baru
terhadap teks-teks Islam melalui
hermeneutik dan mendekonstruksinya
227 Kepemimpinan Perempuan Dalam
Perspektif Hadis
Tasmin
Tangngareng
KARSA STAIN
PAMEKASAN
XXIII/1 2015 Artikel ini mencoba untuk menyajikan
analisis tektual dan kontekstual tentang
kepemimpinan perempuan di ranah
public. Hal ini karena berdasarkan
pemahaman secara tektual dari sebagian
ulama muslim yang menyatakan
kepemimpinan perempuan dalam urusan
public dilarang. Namun berdasarkan
pemahaman kontekstual tidak demikian,
melihat sejarah Islam mencatat semasa
Aisyah, al-22Syifa, dan Ratu Balqis
menduduki jabatan public
228 Pola Pemalsuan Sanad Dalam
Periwayatan Hadis: Pandangan
Muhaddisun dan Orientalis
Arif Chasanul
Muna
Jurnal Penelitian STAIN
PEKALONGAN
IX/1 2012 Tulisan ini membandingkan pola
pemikiran pemalsuan sanad hadis antara
kaum orientalis dengan kaum
muhaddisun. Meskipun pola pemalsuan
sanad diidentifikasi oleh muhaddisun dan
orientalis mirip, tapi pandangan mereka
sangat berbeda. Hal ini karena pendekatan
orientalis adalah skeptis dengan tidak
mengakui keberadaan asli hadis dari Nabi
Saw
229 40 Hadis Pedoman NU Karya KH
Hasyim Asy’ari: Studi Takhrij dan
Analisis Konteks Sosial Keagamaan
Berdirinya NU
Hasan Su’aidi Jurnal Penelitian STAIN
PEKALONGAN
XI/1 2014 Tulisan ini membahas hadis-hadis yang
dijadikan pedoman NU dalam
berideologi. Hadis-hadis tersebut
terkumpul dalam kitab hadis arba’in
karya KH. Hasyim Asy’ari. Dalam tulisan
ini dibahas terkait klasifikasi hadis-hadis ,
serta pemahaman matan hadis yang
dibenturkan dengan keadaan sejarah dan
sosiologi masyarakat. Terlihat bahwa
kitab arba’in al-hadis karya Hasyim
Asy’ari memiliki pengaruh besar dalam
kemerdekaan NKRI
230 Studi Living Hadis: “Ngapati”
Dalam Tradisi Masyarakat
Banyuurip
Hasan Su’aidi Junal Penelitian STAIN
PEKALONGAN
XII/2 2015 Tulisan ini merupakan sebuah kajian
pemahaman terhadap masyarakat
Banyuurip terhadap hadis penciptaan
manusia dan hadis lainnya yang berkaitan
dengan tradisi ngapati serta implementasi
pemahaman teks-teks hadis tersebut di
masyarakat. Penelitian yang
menggunakan metode kualitatif dengan
teknik wawancara menyimpulkan bahwa
bagi masyarakat Banyuurip, tradisi
tersebut sejalan dengan teks hadis,
kemudian diimplementasikan dalam
bentuk tindakan
231 Manhaj Kritik Matan Aisyah r.a Niki Alma
Febriana Fauzi
MUWAZAH STAIN
PEKALONGAN
V/1 2013 Artikel ini membahas metodologi yang
digunakan oleh Aisyah r.a sebagai
patokan dalam mengkritik matan hadis.
Manhaj kritik matan Aisyah yang
diungkapkan oleh penulis, diantaranya
dengan menguji validitas hadis dengan al-
Qur’an, dengan hadis-hadis lain, menguji
dengan prinsip dasar Islam.
232 Reinterpretasi Hadis Nabi Tentang
Stereotipe Terhadap Perempuan
(Perspektif Muhammad al-Ghazali)
Erni Asih MUWAZAH STAIN
PEKALONGAN
VII/2 2015 Artikel ini membahas tentang
reinterpretasi hadis Nabi perihal stereotip
perempuan menurut pemikiran
Muhammad al-Ghazali. Pembahas yang
diangkat terkait hadis-hadis yang
dipahami secara tekstual dan kontekstual
233 Perkembangan Studi Hadis
Kontemporer
Arif Chasanul
Muna
RELIGIA STAIN
PEKALONGAN
XIV/2 2011 Tulisan ini mencoba memotret dan
mendeskripsikan perkembangan studi
hadis satu abad terakhir di dunia Islam.
Dengan pendekatan historis-deskriptif,
tulisan ini akan memetakan karakter dan
kecenderungan mutakhir studi hadis di
dunia Islam. Disimpulkan ada empat
kecenderungan kajian hadis, yakni studi
kitab-kitab hadis, studi polemic seputar
hadis, studi kemukjizatan ilmiah dan
kemukjizatan futuristik dalam hadis,
pengembangan kajian takhrij hadis.
234 Kualitas Hadis Dalam Kitab Tafsir
Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibni
Abbas (Kritik Sanad Hadis)
Hasan Su’aidi RELIGIA STAIN
PEKALONGAN
XVIII/1 2015 Artikel ini terkait penelitian periwayatan-
periwayatan hadis yang banyak digunakan
dalam tafsir. Tafsir yang bersumber dari
periwayatan disebut dengan tafsir bil
ma’tsur. Penelitian ini dilakukan dengan
menelaah hal-hal yang terkait dengan jalur
periwayatan tafsir Tanwir Tanwir al-
Miqbas Min Tafsir Ibni Abbas, tentang
penilaian terhadap sanad perawinya,
dengan membandingkan penafsiran
Abdullah bin Abbas dalam kitab tafsir ini
dan kitab tafsir Ibnu Abbas lainnya
235 Pola Redaksi Matan Hadis Dalam
Kitab Majmu’ah al-Syari’ah Karya
K.H. Saleh Darat
Mudzakiron RELIGIA STAIN
PEKALONGAN
XVIII/2 2015 Artikel ini membahas penelitian terhadap
matan-matan hadis yang tercantum dalam
kitab Majmu’ah al-Syari’ah. Fokus kajian
ini adalah meneliti kesamaan atau
ketidaksamaan redaksi matan yang
terdapat dalam kitab Majmu’ah al-
Syaria’ah dengan matan-matan yang
terdapat dalam kitab hadis primer.
236 Ragam Pembacaan Hadis:
Memahami Hadis Melalui Tatapan
Postradisionalisme
Hilmy Firdausy RELIGIA STAIN
PEKALONGAN
XIX/2 2016 Tulisan ini mengungkapkan cara pandang
memahami hadis. Kegiatan memahami
hadis lebih banyak diwarnai oleh satu car
abaca yang menisbikan keseimbangan
dialog antara teks dan pembacanya yang
tebenam dalam teks dan memori masa
lampaunya. Dalam tulisan ini dilakukan
kritik nalar terhadap cara baca tersebut
sekaligus membangun satu terapan
“membaca” yang lebih objektif
237 Sejarah Evolusi Sunnah: Studi
Pemikiran Fazlur Rahman
Sahid HM Al-Tahrir STAIN
PONOROGO
XI/1 2011 Penelitian ini mencoba menganalisis
pemikiran Fazlur Rahman pada evolusi
historis dari Sunnah. Pembahasan ini
menguak respon kritis Fazlur Rahman
terhadap beberapa pandangan orientalis
dan ulama Sunnah. Terakhir, disimpulkan
pandangan Rahman bahwa Sunnah
merupakan praktik yang hidup, Sunnah
merupakan konsep pemayung yang
bersifat umum, oleh karena itu Sunnah
dapat ditafsirkan dengan instrument
ijtihad.
238 Perspektif Orientalis Tentang
Hadis Nabi: Telaah Kritis dan
Implikasi Terhadap Eksistensi dan
Kehujjahannya
Idri Al-Tahrir STAIN
PONOROGO
XI/1 2011 Artikel ini mencoba menjelaskan tradisi
kritikal orientalis terhadap hadis, baik dari
segi sanad maupun matan. Sikap skeptic
orientalis terhadap kajian sanad dan matan
yang telah melahirkan implikasi tentang
eksistensi hadis bahwa hadis bukanlah
sabda nabi tetapi buatan umat Islam pada
abad pertama dan kedua Hijriyah
239 Kritik M. Mustafa Azami
Terhadap Pemikiran Para
Orientalis Tentang Hadis
Rasulullah
Kamarudin AL-Tahrir STAIN
PONOROGO
XI/1 2011 Tulisan ini mengkaji pemikiran Mustafa
Azami dalam mengkritisi pandangan
orientalis terkait isnad hadis. Fokus kajian
dalam tulisan menyoroti pemikiran Ignaz
Goldziher dan Joseph Schacht. Bagi
Azami, orientalis yang meragukan system
isnad, terjadi kesalahan dalam meneliti
materi studi sanad itu. Mereka umumnya
meneliti sanad bukan dari kitab hadis asli,
melainkan dari kitab sirah atau kitab fiqih,
yang cara penyusunannya berbeda sekali
dengan kitab hadis
240 Bentuk, Argumen Larangan, Dan
Upaya Penanggulangan Korupsi
Dalam Perspektif Hadis Nabi Saw
Muh Tasrif Dialogia STAIN
PONOROGO
XII/2 2014 Tulisan ini menjelaskan bentuk-bentuk
korupsi, argument yang mendasari
larangan korupsi, serta upaya preventif,
detektif, dan kuratif penanggulangan
korupsi sebagaimana disebutkan dalam
hadis-hadis Nabi Saw secara tematik dan
kontektual.
241 Hadis-Hadis Tentang Keutamaan
Nikah Dalam Kitab Lubab al-Hadis
Karya Jalal al-Din al-Suyuti
Nuril Azizah Dialogia STAIN
PONOROGO
XII/1 2014 Tulisan ini menjelaskan kajian perihal
hadis keutamaan pernikahan.
Pemabahasan yang diangkat dalam tulisan
difokuskan pada penelitian kualitas sanad
dan kualitas matan hadis. Hingga
disimpulkan terdapat sanad hadis yang
dla’if , dan sanad yang berstatus shahih
lighayrih. Sedangkan matan semua hadis
berkualitas shahih dapat dijadikan hujjah.
242 Kepemimpian Dalam Islam: Kajian
Tematik Dalam al-Qur’an dan
Hadis
Umar Sidiq Dialogia STAIN
PONOROGO
XII/1 2014 Artikel ini menjelaskan seputar ayat-ayat
al-Qur’an serta hadis-hadis tentang
pemimpin. Melalui kajian tematik dengan
pendekatan sejarah masa Nabi Saw, serta
menjelaskan asbab al-wurud pada setiap
hadis. Terakhir disimpulkan bahwa
Rasulullah Saw merupakan sebaik-
baiknya seorang pemimpin.
243 Urgensi Pendidikan Anak
Perspektif Hadis
Rustina N Al-Riwayah STAIN
SORONG
V/1 2012 Artikel ini terkait pendidikan anak.
Melalui kajian tematik hadis dijelaskan
pentingnya keluarga dalam pendidikan
anak, serta pentingnya pendidikan Islam
dalam membangun anak
244 Media Pengembangan Pemahaman
Hadis Nabi
Taqiuddin
Zarkasi
Al-Riwayah STAIN
SORONG
VIII/1 2015 Tulisan ini menjelaskan perihal
metodologi pemahaman hadis-hadis Nabi
Saw. Pemahaman hadis dapat dilakukan
secara tekstual dan kontekstual. Karena
hal tersebut telah dipraktekkan sejak masa
sahabat. Salah satu media yang dapat
dipakai untuk pengembangan pemahaman
hadis adalah pengetahuan tentang ilmu
asbab al-Wurud.
245 Kesetaraan Gender Dalam
Perspektif Hadis
Hamzah Jnaid An-Nisa STAIN
WATAMPONE
V/1 2012 Tulisan ini menjelaskan perihal hadis-
hadis yang dipandang memiliki unsur
misoginis. Pembahasan ini menjelaskan
hadis tentang kepemimpinan perempuan
serta imam shalat wanita. Terakhir,
disimpulkan bahwa yang membedakan
antara laki-laki dan perempuan hanya
kualitas ketaqwaan
246 Perempuan Dalam Lintas Sejarah
Periwayatan Hadis
Junaid bin
Junaid
An-Nisa STAIN
WATAMPONE
V/1 2012 Tulisan menjelaskan sejarah periwayatan
hadis, yang telah dimulai sejak masa
Rasulullah Saw. Kajian ini memaparkan
kiprah perempuan-perempuan dimasa
Rasulullah yang ikut andil dalam
periwayatan hadis
247 Poligami Dalam Perspektif Hadis Hamzah Junaid An-Nisa STAIN
WATAMPONE
V/2 2012 Artikel ini menjelaskan ayat-ayat al-
Qur’an serta hadis-hadis Nabi terkait
poligami. Secara umum tulisan ini
melakukan kajian pemahaman terhadap
hadis-hadis poligami.
248 Batas Minimal Usia Nikah Menurut
Hadis Nabi Saw dan Hukum
Keluarga di Dunia Islam
Mujahid An-Nisa STAIN
WATAMPONE
V/2 2012 Tulisan ini membahas terkait batas
minimal usia pernikahan menurut hukum
Islam. Selain itu pembahasan ini juga
dianalisis dengan pendekatan psikologis.
Pembatasan minimal usia nikah adalah
upaya untuk menghindari terjadinya
pernikahan terlalu dini, yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan.
249 Historitas Hadis Dalam Kacamata
M. Mustafa Azami
Ahmad Isnaeni Episteme IAIN TULUNG
AGUNG
IX/2 2014 Tulisan ini menyangkut sejauhmana
argumentasi pemikiran kesejarahan hadis
benar-benar dapat diterima secara ilmiah.
Dalam tulisan ini dijelaskan pandangan
kritis Mustafa Azami atas beberapa
pandangan yang mencoba mendistorsi
kesejarahan hadis. Dijelaskan bahwa
penulisan kitab hadis berbeda dengan
kodifikasi hadis. Sejarah kodifikasi hadis
memang baru ada sejak masa az-Zuhri,
tidak dengan penulisan hadis tersebut.
250 Pandangan Orientalis Terhadap
Sunnah: Telaah Kritis atas
Pandangan Goldziher
Ummu Iffah Kontemplasi IAIN TULUNG
AGUNG
IV/1 2016 Tulisan ini mendiskusikan pemikiran
Goldziher tentang otentisitas hadis. Dalam
bahasan ini dijelaskan metodologi
Goldziher dan metodologi yang
digunakan ahl hadis terkait otentisitah
hadis.
251 Menyoal Fikih Islam Dan Studi
Hadis Dari Relasi Historis-Organik
ke Segregasi Epistemologis
Asep Nahrul
Musadad
Episteme IAIN TULUNG
AGUNG
X/1 2015 Tulisan ini membahas persinggungan
awal antara sejarah kemunculan fikih
Islam dan disiplin studi hadis. Dijelaskan
bahwa sejarah diawali dengan penjelasan
elementer terkait kontak awal antara
pembentukan hukum yurisprudensi Islam
dengan studi terhadap tradisi Rasulullah,
mendiskusikan bagaimana keduaya terjali
secara organic dan kemudian mengalami
pergeseran pascaabad kodifikasi