karakteristik fisik susu sapi perah fries holland di kabupaten enrekang dan kaitannya dengan...

Upload: abdullah-bin-hatta

Post on 08-Oct-2015

129 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • iKARAKTERISTIK FISIK SUSU SAPI PERAH FRIES HOLLANDDI KABUPATEN ENREKANG DAN KAITANNYA

    DENGAN INFEKSI Listeria monocytogenes

    SKRIPSI

    ABDULLAH BIN HATTAI 411 07 006

    FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR2014

  • ii

    KARAKTERISTIK FISIK SUSU SAPI PERAH FRIES HOLLAND DIKABUPATEN ENREKANG DAN KAITANNYA DENGAN

    INFEKSI Listeria monocytogenes

    SKRIPSI

    Oleh:

    ABDULLAH BIN HATTAI 411 07 006

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana padaFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKJURUSAN PRODUKSI TERNAK

    FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR2014

  • iii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Abdullah Bin HattaNIM : I 411 07 006

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

    a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

    b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam bab

    hasil dan pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

    atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

    2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

    sepenuhnya.

    Makassar, 15 Juli 2014

    Abdullah Bin Hatta

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

    Pembimbing Utama

    drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.SiNIP. 19640719 198903 2 001

    Pembimbing Anggota

    Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.ScNIP. 19640712 198911 2 002

    Dekan Fakultas Peternakan

    Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M. ScNIP. 19641231 198903 1 025

    Plt. Ketua Jurusan Produksi Ternak

    Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.ScNIP. 19590917 198503 1 003

    Tanggal Lulus : 04 Agustus 2014

    Judul penelitian : Karakteristik Fisik Susu Sapi Perah Fries Holland diKabupaten Enrekang Kaitannya dengan InfeksiListeria monocytogenes

    Nama : Abdullah Bin Hatta

    No. Pokok : I 411 07 006Program Studi : Teknologi Hasil Ternak

    Jurusan : Produksi TernakFakultas : Peternakan

  • vABSTRAK

    ABDULLAH BIN HATTA, I 411 07 006. Karakteristik Fisik Susu Sapi PerahFries Holland di Kabupaten Enrekang Kaitannya dengan Infeksi Listeriamonocytogenes Dibimbing oleh drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si dan Prof. Dr.drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencemaran bakteriListeria monocytogenes terhadap kualitas susu sapi perah (warna, bau, berat jenis,kandungan asam laktat dan konsistensi). Kegunaan dari penelitian ini adalah agardapat mengetahui pengaruh pencemaran bakteri Listeria monocytogenes terhadapkualitas susu sapi perah (warna, bau, berat jenis, kandungan asam laktat dankonsistensi). Untuk menguji frekuensi harapan dilakukan dengan menggunakanperbandingan data sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Susu segardiuji warna, bau, konsistensi, berat jenis, uji alkohol, dan presentase asam laktat.Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil pengujian sifat fisik sususesuai dengan SNI . jumlah total bakteri Listeria monocytogenes yang terdapatpada susu adalah 45,02%. Hasil penelitaan menyimpulkan bahwa berdasarkansurvey di Desa Cendana Kabupaten Enrekang diduga kandungan Listeriamonocytogenes pada susu segar adalah 45,02 %. Keberadaan tidakmemperlihatkan perubahan fisik baik warna, bau, konsistensi, presentase asamlaktat maupun berat jenis.

    Kata kunci : Susu segar, Listeria monocytogenes, berat jenis, presentase asamlaktat, uji alkohol, bau, warna, konsistensi.

  • vi

    ABSTRAK

    ABDULLAH BIN HATTA, I 411 07 006. Physical Characteristics of FriesHolland Dairy Milk in Relation to Infection the Enrekang Regency Listeriamonocytogenes. drh. Farida Nur Yuliati, M.Si and Prof. Dr. drh. Hj. RatmawatiMalaka, M.Sc.

    This study aims to determine the effect of bacterial contamination ofListeria monocytogenes on dairy cow milk quality (color, odor, density, lactic acidcontent and consistency). The usefulness of this research to find out the effect ofbacterial contamination of Listeria monocytogenes on dairy cow milk quality(color, odor, density, lactic acid content and consistency). To test the expectedfrequency is using carried out of comparative data acrording to the IndonesianNational Standard (SNI). Fresh milk tested color, odor, consistency, density,alcohol test, and percentage of lactic acid. The results showed that the averagevalue of the results of testing the physical properties of milk in accordance withSNI. The testing total number of bacteria Listeria monocytogenes that are foundon milk is 45.02%. The of research results concluded that based on the survey inthe village of Cendana Enrekang regency allegedly of Listeria monocytogenes is45.02%. Although the presence apparently did not show physical changes incolor, smell, consistency, the percentage of lactic acid and specific gravity.

    Keywords: Fresh milk, Listeria monocytogenes, density, percentage of lactic acid,alcohol test, smell, color, consistency.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi

    dengan judul Karakteristik Fisik Susu Sapi Perah Fries Holland di

    Kabupaten Enrekang Kaitannya dengan Infeksi Listeria monocytogenes

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

    Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada kesempatan ini penulis

    menghanturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya dengan

    penuh rasa hormat kepada :

    1. Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si, selaku pembimbing utama sekaligus

    penasehat akademik penulis yang telah meluangkan waktunya selama penulis

    duduk dibangku perkuliahan dan Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka,

    M.Sc selaku pembimbing anggota atas segala bantuan dan keikhlasannya

    untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran sejak awal penelitian sampai

    selesainya penulisan skripsi ini.

    2. Terima kasih kepada civitas akademika Universitas Hasanuddin terkhusus

    kepada Rektor Unhas terpilih Prof. Dr. Dwia Aries Tina, M.Sc

    menggantikan Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.BO yang menjabat

    pada periode 2006-2014.

    3. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi

    Ternak sekaligus menjadi Dekan terpilih Fakultas Peternakan Universitas

    Hasanuddin di akhir studi penulis menggantikan Prof. Dr. Ir. Syamsuddin

    Hasan, M. Sc yang bertugas pada 2006-2014.

  • viii

    4. Semua dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

    memberi ilmunya kepada penulis.

    5. Kedua orang tua, ayahanda Hatta dan ibunda Suriati tercinta dan kedua adik

    penulis Umi Kalsum dan Habil, serta keluarga besarku yang terus mendidik

    dan mendukung baik materil maupun moril, dan atas segala limpahan doa,

    kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah

    diberikan tanpa henti kepada penulis.

    6. Rekan-rekan sepenelitian Ikman Mansyur, S.Pt dan Warni, S.Pt atas

    kerjasama dan peratiannya.

    7. Kepada sahabat-sahabatku yang terbaik Dimas Panji Pangestu S.Pt, Taufik

    Hidayat S.Pt, dan Tejo Laksono S.Pt, terkhusus Angkatan Rumput 07,

    yang telah memberi dukungan selama kuliah.

    8. Keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Search And Rescue Universitas

    Hasanuddin (UKM SAR-Unhas) terkhusus crew Parabus Outbond dan

    GULA AREN (Gurila Adventure and Training) atas pengalaman dan

    bantuan yang diberikan kepada penulis.

    9. Rekan-rekan Pengurus HIMAPROTEK-UH periode 2010-2011 dan

    Pengurus SEMA FAPET-UH periode 2009-2011 atas kerjasamnya

    mengemban tanggung jawab menjalankan roda kepengurusan organisasi.

    10. Teman-teman Caput 02, Spider 03, Hamster 04, Lebah 05, Colagen 06,

    Bakteri 08, Merpati 09, L10N, Solandeven 11 dan Flock Mentality 2012

    dan 2013, serta semua mahasiswa Peternakan Unhas.

  • ix

    11. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian serta penyusunan skipsi

    ini serta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima

    kasih atas bantuannya.

    Kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan

    skripsi ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan. Akhir kata, semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.

    Makassar, 01 Agustus 2014Penulis

    Abdullah Bin Hatta

  • xDAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv

    ABSTRAK .................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR................................................................................. vii

    DAFTAR ISI ............... ............................................................................... x

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR............... ................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN............... ................................................................ xiv

    PENDAHULUAN....................................................................................... 1

    TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4

    Tinjauan Umum Susu .......................................................................... 4Kualitas Susu ....................................................................................... 5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Susu.............................. 6Komposisi Susu ................................................................................... 9Sifat Fisik Susu .................................................................................... 91. Berat Jenis (BJ) ............................................................................. 92. Presentase Asam Laktat ................................................................ 103. Bau ................................................................................................ 104. Warna ............................................................................................ 115. Konsistensi .................................................................................... 11Listeria monocytogenes ....................................................................... 12Pertumbuhan Listeria monocytogenes ................................................. 12

    METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 14Materi Penelitian .................................................................................. 14Prosedur Penelitian............................................................................... 14Parameter yang diukur ......................................................................... 17

    A. Pengamatan Sifat Fisik Susu1. Berat Jenis ................................................................................. 172. Presentase Asam Laktat ............................................................ 173. Uji Organoleptik........................................................................ 17

    B. Pemeriksaan Laboratorium Pengkayaan bakteri ................................................................... 18

  • xi

    Perhitungan Total Plate Count (TPC)....................................... 18 Perhitungan Jumlah Listeria dengan media LSA...................... 18

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    a. Berat Jenis ...................................................................................... 20b. Presentase Asam Laktat ................................................................. 22c. Uji Alkohol..................................................................................... 22d. Uji Organoleptik............................................................................. 24

    1. Bau ........................................................................................... 242. Warna ....................................................................................... 263. Konsistensi ............................................................................... 26

    Bakteri Listeria monocytogenes ........................................................... 28

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan ......................................................................................... 33Saran..................................................................................................... 33

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 34

    LAMPIRAN ................................................................................................ 36

    RIWAYAT HIDUP..................................................................................... 43

  • xii

    DAFTAR TABEL

    No. Halaman

    Teks

    1. Perbandingan Gizi Susu sapi dan ASI ................................................. 5

    2. Syarat Mutu Susu Segar ....................................................................... 6

    3. Hasil Pengamatan Susu Sapi Perah di Kabupaten Enrekang ............... 20

    4. Rata-rata Pengamatan Uji Organoleptik Susu Segar............................ 24

    5. Jumlah Listeria monocytogenes dan Total Bakteri pada susu diBaba Desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang....... 28

    6. Karakteristik Fisik dan Mikrobiologis Susu Segar .............................. 30

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    Teks

    1. Alur Penilitian tahap I ........................................................................ 15

    2. Alur Penilitian tahap II........................................................................ 16

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    HalamanTeks

    1. Data sampel susu dari sapi perah di daerah kampung Baba,Desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabuaten Enrekang ................ 36

    2. Data sanitasi pekerja dan kandang sapi perah...................................... 37

    3. Nilai Pengamatan Uji Organoleptik Bau Susu Segar........................... 38

    4. Nilai Pengamatan Uji Organoleptik Warna Sampel Susu Segar ......... 39

    5. Nilai Uji Organoleptik Konsistensi Susu Segar ................................... 40

    6. Dokumentasi Kegiatan ......................................................................... 41

  • 1PENDAHULUAN

    Saat ini Indonesia berada pada tingkat sangat rendah dalam Indeks

    Pembangunan Manusia (Human Development Indeks) yaitu pada peringkat 112 di

    antara 117 di dunia. Faktor penyebabnya adalah rendahnya konsumsi protein

    hewani termasuk susu. Kabupaten Enrekang adalah salah satu daerah yang

    menjadi prioritas pengembangan peternakan sapi perah di Sulawesi Selatan. Hasil

    produksi sapi perah di wilayah tersebut yaitu susu murni yang diolah menjadi

    dangke (sebutan masyarakat setempat untuk keju). Dangke sekilas mirip tahu,

    karena warna dan teksturnya putih dan kenyal. Usaha pembuatan dangke

    berkembang cukup pesat di Enrekang dengan populasi unit usaha mencapai 256

    (data pada Januari 2013). Pemerintah setempat berupaya untuk mengembangkan

    usaha tersebut antara lain dengan mengakomodir permintaan pasar, penambahan

    populasi, dan perbaikan sistem pemeliharaan yang terus diproduksi dan

    dikembangkan dalam kelembagaan peternak.

    Populasi sapi perah dan sapi potong di Kabupaten Enrekang sudah

    melebihi 40.000 ekor. Khusus populasi sapi perah di Kabupatan Enrekang hingga

    Mei 2013 sebanyak 1.450 ekor. Populasi sapi perah terdiri atas betina 767 ekor,

    jantan 65 ekor, dara 253 ekor, anak betina 346 ekor, dan pedet jantan 168 ekor.

    Kabupaten Enrekang mampu produksi susu segar total 4.700 liter/hari dengan

    produksi susu rata-rata 7,82 liter/ekor/hari.

  • 2Susu merupakan salah satu makanan yang bergizi tinggi, namun mudah

    tercemar. Susu juga mudah terkontaminasi cemaran lain seperti bahan kimia

    (pestisida), logam berat, antibiotika, dan racun atau toksin (jamur, kapang,

    khamir). Kontaminasi atau bahaya yang menyebabkan pangan tidak aman dapat

    terjadi pada setiap proses yaitu di peternakan, saat penanganan, industri

    pengolahan, transportasi, pengecer, dan terakhir di konsumen. Oleh karena itu

    diperlukan suatu sistem dalam pengawasan keamanan pangan sejak pra produksi,

    proses produksi, pasca produksi hingga pemasaran sampai terhidang di konsumen.

    Susu merupakan sumber gizi lengkap yang mengandung kalori, protein, lemak,

    hidrat arang, kalsium, fosfor dan zat besi, dan asam amino esensial yang tidak

    diproduksi dalam tubuh manusia. Asam amino dalam tubuh berfungsi untuk

    pertumbuhan dan menjalankan fungsi saraf. Oleh karena itu mengkonsumsi susu

    memperbaiki nilai gizi dan mencerdaskan manusia sehingga susu baik untuk

    dikonsumsi untuk semua umur.

    Bakteri yang mengontaminasi susu dikelompokkan menjadi dua, yaitu

    bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Listeria monocytogenes adalah bakteri

    patogen (food borne bacterial) yang menyebabkan listeriosis pada manusia.

    Meskipun penyakit ini jarang dilaporkan di Indonesia tetapi gejala listeriosis

    banyak ditemui hampir di seluruh tanah air seperti keguguran pada wanita hamil,

    encephalitis pada bayi, cacat mental, paralisis dan kematian anak. Untuk

    mengetahui resiko terjadinya wabah listeriosis maka perlu adanya penelitian

    tentang kualitas pada susu sapi perah dan keberadaan Listeria monocytogenes di

    Kabupaten Enrekang.

  • 3Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Susu segar (warna, bau, konsistensi berat jenis), kandungan asam laktat

    dan uji alkohol serta konsistensi yang dihasilkan dari sapi perah di

    Kabupaten Enrekang.

    2. Bagaimana kaitan kualitas susu sapi perah dengan infeksi Listeria

    monocytogenes di Kabupaten Enrekang.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencemaran bakteri

    Listeria monocytogenes terhadap kualitas susu sapi perah (warna, bau, berat jenis,

    kandungan asam laktat dan konsistensi). Kegunaan dari penelitian ini adalah agar

    dapat mengetahui pengaruh pencemaran bakteri Listeria monocytogenes terhadap

    kualitas susu sapi perah (warna, bau, berat jenis, kandungan asam laktat dan

    konsistensi).

  • 4TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan Umum Susu

    Susu dapat didefinisikan sebagai hasil sekresi normal kelenjar mamari atau

    ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat,

    tanpa dikurangi atau ditambahkan sesuatu. Susu dapat pula didefinisakan dari

    aspek kimia, yaitu suatu emulsi lemak di dalam larutan air dari gula dan garam-

    garam mineral dengan protein dalam keadaan koloid (Dwidjoseputro, 1994).

    Dwidjoseputro (1994), susu segar adalah susu murni, tidak mengalami

    pemanasan dan tidak ada penambahan bahan pengawet. Susu sapi segar

    mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%), albumin

    (0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Menurut Jannes (2010), susu juga

    merupakan sumber kalsium, riboflavin, dan vitamin A, sementara itu susu yang

    sudah difortifikasi (diperkaya) juga banyak mengandung vitamin D. Sehingga

    para ahli sangat merekomendasikan, bahwa susu dapat digunakan sebagai

    makanan pengganti ASI bagi anak-anak.

    Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat,

    dan enzim. Susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak

    tembus cahaya. Hadiwiyoto (1994) menyatakan bahwa, warna susu dipengaruhi

    oleh jenis sapi, jenis pakan, jumlah lemak susu, dan persentase zat padat di

    dalamnya. Pemeriksaan fisik ditekankan pada BJ dan angka refraksi pada susu.

    Pengujian secara kimia ditekankan untuk pengujian lemak dan bahan padat bukan

    lemak. Sedangkan pengujian secara biologi harus difokuskan untuk penghitungan

    jumlah bakteri susu dan karakterisasi aktifitas biokimianya.

  • 5Susu dapat dibuat antara lain menjadi produk susu seperti mentega, keju,

    susu kondensasi, susu evaporasi, atau susu proses, susu bubuk, krim, es krim,

    produk susu beku, yogurt atau susu asam, susu pasteurisasi dan sterilisasi, tahu

    susu, kefir dan es susu (Nurwanto,2003).

    Di antara berbagai sumber protein hewani, yang menarik dikaji untuk

    diketahui adalah susu. Dalam kajian ini, yang disebut susu adalah susu yang

    diproduksi oleh sapi perah. Di antara berbagai jenis susu, ternyata susu sapi

    merupakan komoditi yang paling banyak dikonsumsi. Hal tersebut beralasan,

    karena susu sapi memiliki zat-zat gizi yang hampir sama kualitasnya dengan Air

    Susu Ibu (ASI) seperti tampak pada Tabel 1.

    Tabel 1. Perbandingan Gizi Susu Sapi dan ASINo. Zat Gizi Susu Sapi ASI1.2.3.4.5.

    Total Solid (%)Casein (%)Laktosa (%)Lemak (%)Energi (Kkal/Kg)

    12,90,47,14,5

    720,0

    12,72,64,63,9

    660,0Sumber : Jannes (2010).

    Kualitas Susu

    Susu sebagai bahan makanan yang memiliki daya cerna tinggi yaitu berkisar

    98% untuk daya cerna terhadap protein dan 99% terhadap karbohidrat dan lemak

    sehingga dapat digunakan secara efisien oleh tubuh manusia. Susu merupakan

    minuman bersumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat

    baik untuk kesehatan (Malaka, 2007).

    Syarat kualitas susu segar di Indonesia telah dibakukan dalam Standart

    Nasional Indonesia (SNI No. 3141.1:2011) dapat dilihat pada Tabel 2 :

  • 6Tabel 2. Syarat Mutu Susu SegarNoo.

    Karakteristik Syarata. Berat Jenis (pada suhu 27,5

    oC) minimum 1,0270 g/mlb. Kadar lemak minimum 3,0 %c. Kadar bahan kering tanpa

    lemak minimum 7,8 %d. Kadar protein minimum 2,8 %e. Warna, bau, rasa, kekentalan Tidak ada perubahanf. Derajat asam 6,0 7,5 SHg. pH 6,3 6,8h. Uji alkohol (70 %) v/v Negatifi. Cemaran maksimum mikroba,:

    1. Total Plate Count2. Staphylococcus aureus3. Enterobacteriaceae

    1 x 106 CFU/ml1 x 102 CFU/ml1 x 103 CFU/ml

    j. Jumlah sel somatis maksimum 4 x 105 CFU/mlk. Residu antibiotika (Golongan

    penisilin,Tetrasiklin,Aminoglikosida, Makrolida)

    Negatif

    l. Uji pemalsuan Negatifm. Titik beku

    -0,520 s.d - 0,560 oCn. Uji peroxidase Positifo. Cemaran logam berat,

    maksimum:1. Timbal (Pb)2. Merkuri (Hg)3. Arsen (As)

    0,02 g/ml0,03 g/ml0,1 g/ml

    Sumber : BSN, SNI tentang Susu Segar No. 3141.1:2011

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu :

    1. Keadaan kandang sapi. Kandang sapi yang baik akan menghasilkan susu yang

    baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap keadaan kandang adalah

    bentuk lubang angin (ventilasi luar ruangan, penerangan, saluran

    pembuangan).

    2. Keadaan kandang perah. Kandang perah adalah kandang untuk mengadakan

    pemerahan susu. Kandang ini umumnya terpisah dari kandang sapi.

    3. Keadaan kesehatan sapi. Sapi perah yang sakit akan menghasilkan mutu susu

    tidak baik.

  • 74. Kesehatan pemerah atau pekerja. Hal ini penting agar kontaminasi bakteri

    yang berasal dari pekerja yang sakit dapat dihindari dan dikurangi.

    5. Pemberi makanan. Sapi yang baru saja diberi makanan akan menghasilkan

    susu dengan kandungan lebih banyak daripada sapi yang belum diberi

    makanan ternyata mempengaruhi cita rasa susu yang dihasilkan. Misal

    bawang merah yang diberikan 1 - 4 jam sebelum pemerahan akan

    menghasilkan susu yang berbau kuat atau merangsang.

    6. Kebersihan hewan. Apabila sapinya kotor, susu yang diperoleh juga akan

    mengandung jumlah bakteri yang lebih banyak sehingga mutu susu menjadi

    rendah.

    7. Kebersihan alat pemerah.

    8. Penyaringan susu. Penyaringan dapat membantu mengurangi kotoran-kotoran

    atau debu.

    9. Penyimpanan susu. Penyimpanan susu pada suhu tinggi atau kamar, jumlah

    bakteri yang ada pada susu akan lebih banyak daripada penyimpanan susu

    pada suhu rendah.

    Susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila dalam susu

    tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar

    dan susu menggumpal atau memisah. Produk seperti ini sebaiknya tidak

    dikonsumsi. Susu yang diperah sering tercemar jika bagian luar dari sapi dan

    daerah sekitarnya sebelum diperah tidak diperhatikan. Susu yang baru diperah

    sekalipun dari sapi-sapi yang sehat dan diperah secara aseptis biasanya

    mengandung jumlah bakteri yang sedikit (Eckles dkk., 1998).

  • 8Saleh (2004) menyatakan bahwa, penanganan susu segar sangat diperlukan

    untuk memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang masa simpan

    susu. Cara penanganan susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut :

    a. Susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang agar susu

    tersebut terbebas dari bau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama

    jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.

    b. Susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih

    dan bersih, susu tersebut disaring langsung ke dalam milk can. Segera setelah

    selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain penyaring harus

    dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Jila kain penyaring tersebut

    hendak dipakai kembali maka sebaiknya disetrika terlebih dahulu.

    c. Tanpa menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu

    didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-

    kurangnya pada suhu 47oC selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk

    mencegah berkembangnya kuman yang terdapat di dalam susu.

    Beberapa penanganan susu, antara lain :

    Pendinginan Susu. Pendinginan susu bertujuan agar terjadi penurunan suhususu dari suhu ambing 37C ke suhu yang lebih rendah untuk menahan

    mikroba perusak susu agar jangan berkembang, sehingga susu tidak

    mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif singkat. Pendinginan susu

    biasanya menggunakan lemari es atau alat pendingin khusus yang suhunya di

    bawah 10C.

  • 9 Pasteurisasi Susu. Pasteurisasi susu adalah pemanasan susu di bawahtemperatur didih dengan maksud hanya membunuh kuman ataupun bakteri

    patogen, sedangkan sporanya masih dapat hidup. Ada tiga cara pasteurisasi

    yaitu Pasteurisasi lama (Law Temperature Long Time), Pasteurisasi singkat

    (High Temperature, Short Time), dan Pasteurisasi dengan UHT atau Ultra

    High Temperature (Anonim, 2014)c.

    Komposisi susu

    Komposisi susu segar sangat beragam tergantung pada beberapa faktor

    antara lain jenis ternak, waktu pemerahan, urutan pemerahan, musim, umur sapi,

    penyakit dan makanan. Komposisi susu dapat dipengaruhi oleh adanya faktor-

    faktor lain dari luar seperti pemalsuan dengan air dan bahan lain serta aktifitas

    bakteri atau mikroba. Komponen yang terdapat dalam susu adalah 12,10 - 12,75%

    bahan kering yang terdiri dari 3,8% lemak, 3,5% laktosa, 0,7% abu, dan 87,3%

    air. Komponen lain adalah dalam jumlah kecil antara lain vitamin, enzim dan

    pigmen (Buckle, 1987).

    Sifat fisik Susu

    1. Berat jenis susu (BJ)

    Berat jenis susu dapat diukur dengan menggunakan laktometer atau

    laktodensimeter. Prinsip dari alat ini adalah suatu obyek yang terapung akan

    memindahkan berat cairan sama dengan beratnya sendiri (hukum

    Archimedes). Pada laktodensimeter terdapat skala yang dapat dibaca yaitu

    mengukur BJ berdasarkan volume yang telah dikalibrasi. Berat jenis susu

    berkisar antara 1,027-1,035 dan menurut codex adalah 1,028. Variasi ini

  • 10

    disebabkan karena perbedaan kandungan lemak dan bahan padatan bukan

    lemak. Berat jenis berangsur-angsur meningkat dari saat pemerahan mencapai

    maksimum 12 jam sesudah pemerahan. Berat jenis susu dapat meningkat jika

    disimpan beberapa lama setelah pemerahan karena memadatnya lemak.

    Lemak yang padat mempunyai berat jenis lebih besar dibanding lemak cair

    dimana perubahan berat jenis setelah pemerahan juga disebabkan karena

    terbebasnya gas-gas CO2 dan N2 yang terdapat dalam susu yang baru diperah.

    (Malaka, 2010).

    2. Persentase Asam Laktat

    PH susu pasteurisasi sama dengan pH susu segar yaitu antara 6,6 - 6,8

    dan umumnya pasteurisasi konstan selama penyimpanan sampai 24 jam pada

    penyimpanan suhu 18 - 20oC. Susu segar rata-rata mengandung asam laktat

    antara 0,14 -0,19 % asam laktat (Chaplin dan Lyster, 1988). Ketika susu

    disimpan dalam suhu ruang, keasaman menjadi meningkat menjadi 0,25%

    yaitu ketika pH mencapai 6,0. Jika keasaman terus meningkat maka akan

    terjadi presipitasi kasein saat keasaman mencapai 0,5 - 0,65 % saat pH

    mencapai 4,64 sampai 4,78 (Parry,1974).

    3. Bau

    Bau susu adalah dikatakan bau khas susu dan dengan mudah susu

    menyerap bau yang mudah diserap oleh butiran-butiran lemak. Susu segar

    lebih mudah menyerap bau dibanding susu yang sudah didinginkan, karena

    butir-butir lemak akan berkurang pada susu yang didinginkan (Malaka, 2010).

  • 11

    4. Warna

    Soeparno (1992) melaporkan bangsa sapi Jersey dan Guernsey

    memiliki lemak dengan warna paling kuning sedangkan Ayrshire dan FH

    menghasilkan warna lemak relatif tidak kuning. Warna susu yang normal

    adalah putih sedikit kekuningan. Warna susu bervariasi sedikit kekuningan

    atau putih agak kebiruan dapat tampak pada susu yang memiliki kadar lemak

    rendah atau susu skim. Warna susu yang putih disebabkan oleh disfersi yang

    diakibatkan sinar dari globula-globula lemak serta partikel koloid senyawa

    kasein dan kalsium fosfat. Warna kuning disebabkan oleh adanya pigmen

    karoten yang ada dalam globula lemak. Karoten memiliki keterkaitan dengan

    santrofil yang banyak ditemukan dalam tanaman hijauan. Bila karoten dan

    santrofil dikonsumsi oleh sapi perah dan diserap oleh darah dan sebagian

    terlarut dalam lemak susu (Legowo, 2002).

    Warna putih pada susu merupakan warna normal akibat butiran-

    butiran lemak, kasein, mineral yang mereflesikan sinar matahari, warna

    kebiruan akibat pemalsuan dengan air, warna kuning menandakan bahwa susu

    mengandung vitamin B-kompleks yang tinggi dan warna kemerahan akibat

    adanya eritrosit hemoglobin pada kasus mastitis (Malaka, 2010).

    5. Konsistensi

    Susu yang sehat memiliki konsistensi baik, hal ini terlihat tidak

    adanya butiran-butiran pada dinding tabung setelah tabung digoyang, susu

    yang baik akan membasahi dinding tabung dengan tidak akan

    memperlihatkan bekas berupa lendir atau butiran-butiran yang lama

    menghilang. Susu yang konsistensinya tidak normal (berlendir) disebabkan

  • 12

    oleh kegiatan enzim atau penambahan asam, biasanya mikroba kokus yang

    berasal dari air, sisa makanan atau alat-alat susu (Anonim, 2011).

    Listeria monocytogenes

    Listeria monocytogenes adalah bakteri yang menyebabkan penyakit

    listeriosis. Bakteri ini merupakan bakteri anaerob fakultatif yang mampu hidup

    dalam keadaan ada atau tanpa oksigen. Bakteri ini dapat tumbuh dan

    mereproduksi sel inang dan merupakan salah satu bakteri yang berbahaya karena

    dapat menular melalui makanan. Klasifikasi bakteri Listeria monocytogenes

    adalah sebagai berikut :

    Kingdom : Bacteria

    Phyllum : Firmicutes

    Classis : Bacilli

    Ordo : Bacillales

    Familia : Listeriaceae

    Genus : Listeria

    Species : Listeria monocytogenes

    Pertumbuhan Listeria Monocytogenes

    Suhu optimal untuk pertumbuhan Listeria monocytogeneses adalah 35 -

    37oC. Listeria monocytogenes mampu bertahan hidup pada perlakuan pasteurisasi

    dengan suhu 72oC selama 15 detik dan dapat hidup pada pH 4,3- 9,4. Listeria

    monocytogenes mampu hidup dan berkembangbiak pada suhu 4 - 37C dan

    tergolong bakteri psikrofilik atau bakteri yang tumbuh pada suhu di bawah 20oC.

    Umumnya lemari pendingin memiliki suhu 4C. Sebagian besar masyarakat

  • 13

    beranggapan bahwa makanan atau minuman akan sangat aman apabila disimpan

    dalam lemari pendingin. Jika produk makanan atau minuman tercemar oleh

    Listeria monocytogenes kemudian disimpan dalam lemari pendingin, berarti

    memberikan suhu optimal untuk bakteri Listeria monocytogenes berkembangbiak

    (Nadal, 2007).

    Gejala listeriosis termasuk septicemia (infeksi pada aliran darah),

    meningitis (radang selaput otak) atau meningoencephalitis (radang pada otak dan

    selaputnya), encephalitis (radang otak), dan infeksi pada kandungan atau pada

    leher rahim pada wanita hamil, yang dapat berakibat keguguran spontan (trimester

    kedua/ketiga) atau bayi lahir dalam keadaan meninggal. Kondisi di atas biasanya

    diawali dengan gejala-gejala seperti influenza, antara lain demam berkepanjangan.

    Waktu mulai timbulnya gejala listeriosis yang lebih parah tidak diketahui, tetapi

    mungkin berkisar dari beberapa hari sampai tiga minggu. Awal munculnya gejala

    pada saluran pencernaan tidak diketahui, tetapi mungkin lebih dari 12 hari

    (Anonim 2014).

    Pasteurisasi dapat membunuh bakteri Listeria monocytogenes. Malaka

    (2010) bahwa pasturisasi dapat membunuh bakteri patogen. Pasteurisasi

    merupakan proses pemanasan di bawah titik didih dengan suhu dan waktu

    tertentu. Proses ini terbagi dua yaitu High Temperature Short Time (HTST) yaitu

    pemanasan di atas 75oC selama beberapa detik sampai menit dan Low

    Temperature Long Time (LTLT) yaitu dengan pemanasan dengan suhu rendah

    tapi jangka waktunya lama misalnya pemanasan 65oC selama 30 menit.

  • 14

    METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013, pengambilan

    sampel di Desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang, dan

    pengujian sampel di laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan Ternak Fakultas

    Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

    Materi Penelitian

    Materi utama penelitian ini adalah susu segar yang diperoleh dari Enrekang,

    Listeria Enrichment Broth (LEB), akuades, Listeria Selektif Agar (LSA), Listeria

    selective supplement, Nutrient Agar (NA) dan alkohol.

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu timbangan analitik,

    botol, mikropipet, tip, spatula, cawan petri, tabung reaksi, bunsen, erlemeyer,

    inkubator, waterbath, autoclaf, thermometer, kompor, dan colony counter dan

    objek glass.

    Prosedur Penelitian

    Prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi :

    1) Pengambilan data kondisi higienitas peternakan sapi perah (kuesioner).

    2) Pengambilan sampel susu sapi menggunakan coolbox berisi es batu dan

    pemeriksaan sampel susu di laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

    Ternak, Universitas Hasanuddin.

  • 15

    Alur pengambilan sampel susu sapi perah di Kabupaten Enrekang (tahappertama), disajikan pada Gambar 1 berikut ini :

    Gambar 1. Alur Penelitian Tahap Pertama

    Mengisi kuesioner ditempat pemerahan

    Pengambilan sampel sususapi perah

    Menyimpan sampel susumenggunakan cool box +

    ice gelPengujian berat jenis dan

    alkohol

    Sampel dibawa keMakassar dengan

    menggunakan cool box +ice gel

    Disimpan di refrigeratordengan suhu 4oC selama

    sehari

    Pengujian laboratoriummikrobiologi dankesehatan ternak

  • 16

    Alur penelitian tahap kedua disajikan pada Gambar 2 berikut ini :

    Gambar 2. Alur Penelitian Tahap 2.

    ListeriaEnrichmen Broth

    Inkubasi selama 1 - 2 hari

    Dihomogenkan

    Listeria Selektif Agar(media selektif)

    Nutrium Agar

    Inkubasi selama 1 - 2 hari

    GoresTuang

    Inkubasiselama

    1 - 2 hari

    Inkubasiselama

    1 - 2 hari

    Perhitungandan

    morfologi

    Uji konfirmasi

    Susu segarPengujian beratjenis susu dan

    alkohol

    Pengujian warna,bau, konsistensi,asam laktat (%)

    Kuesionerhigienitas

    Inkubasi selama 1- 2 hari

    Perhitungankoloni

    Morfologi

  • 17

    Parameter yang diukur

    A. Pengamatan Sifat Fisik Susu

    Pengamatan sifat fisik susu yaitu :

    1. Berat Jenis

    Perhitungan berat jenis pada susu dilakukan dengan menggunakan alat

    laktodensimeter dengan rumus sebagai berikut.

    BJ = 1,000 + Skala Lacto + FK (Suhu susu Suhu tera lacto)1000

    2. Persentase Asam Laktat

    Perhitungan persentase asam laktat pada susu dilakukan dengan

    menambahkan larutan NaOH 0,1N indikator PP dengan rumus sebagai berikut.

    % Asam laktat = (ml NaOH x N NaOH) x 9Berat Sampel

    3. Uji Organoleptik

    Pengujian kualitas organoleptik dilakukan oleh 7 orang panelis dengan

    menggunakan sistem skala yaitu :

    a. Bau 1 2 3 4 5Keterangan : 1 = Tidak bau susu

    2 = Sedikit sekali bau susu3 = Agak bau khas susu4 = Bau khas susu5 = Sangat bau khas susu

    b. Warna 1 2 3 4 5Keterangan : 1 = Putih

    2 = Agak putih3 = Tidak putih kekuningan4 = Putih kekuningan5 = Sangat putih kekuningan

  • 18

    c. Konsistensi 1 2 3 4 5Keterangan : 1 = Encer

    2 = Agak encer3 = Agak kental4 = Kental5 = Sangat kental

    B. Pemeriksaan laboratorium

    Pengkayaan bakteri

    Sebanyak 1 ml sampel susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

    7 ml media Listeria Enrichment Broth (LEB), kemudiaan diinkubasi pada

    suhu 35oC selama 24 - 48 jam.

    Penghitungan Total Plate Count (TPC)

    Sebanyak 1 ml biakan dari LEB dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi

    akuades steril sebanyak 9 ml dengan menggunakan mikropipet kemudian

    dihomogenkan dengan menggunakan tube shaker pengenceran (10-1),

    pengenceran 10-2 , 10-3 dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama

    (pengenceran desimal). Sebanyak 1 ml biakan dipindahkan ke dalam cawan

    petri kemudian ditambahkan media nutrient agar suhu 45-50oC,

    dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 350C, koloni yang tumbuh dihitung

    setelah inkubasi 1 2 hari.

    Pengitungan bakteri jumlah Listeria dengan media Listeria Selektif Agar

    (LSA)

    Biakan sebanyak 1 ml dari Listeria Enrichment Broth (LEB) dipindahkan ke

    tabung reaksi yang berisi akuades steril sebanyak 9 ml, biakan diambil dengan

    menggunakan mikro pipet sebanyak 1 ml, kemudin dihomogenkan dengan

  • 19

    menggunakan tube sheker. Pengenceran 10-1,10-2 dan 10-3 (pengenceran

    desimal). Sebanyak 1 ml biakan dipindahkan ke dalam cawan petri kemudian

    ditambahkan media (LSA) suhu 45 - 50OC, dihomogenkan dan disuhu 35oC,

    koloni yang tumbuh dihitung setelah inkubasi 1-2 hari.

    Analisa Data

    Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriftif yaitu penyajian

    data dalam bentuk tabel atau grafik yaitu kualitatif (warna, bau, konsistensi,

    alkohol, berat jenis susu, asam laktat (%), dan uji konfirmasi).

  • 20

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian diperoleh rata-rata berat jenis (BJ), uji asam laktat, uji

    alkohol pada susu segar dari beberapa sapi di kabupaten Enrekang dapat dilihat

    dari Tabel 3 :

    Tabel 3. Hasil Pengamatan Susu Segar Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

    Keterangan : BJ = Berat jenis = Agak menggumpal = Tidak menggumpal

    a. Berat Jenis Susu

    Pengujian berat jenis susu dilakukan dengan menggunakan alat

    laktodensimeter. Berat jenis susu dari kabupaten Enrekang yang terendah adalah

    1,014 g/ml dan yang tertinggi 1,030 g/ml. Rata-rata berat jenis dari hasil

    penelitian didapatkan adalah 1,024. Hal ini tidak sesuai dengan SNI nomor

    Sampel BJ (g/ml) Asam laktat (%) Hasil uji alkoholS1 1,024 0,38 S2 1,022 0,47 S3 1,018 0,28 S4 1,025 0,28 S5 1,030 0,43 S6 1,023 0,19 S7 1,028 0,38 S8 1,028 0,33 S9 1,028 0,24 S10 1,028 0,28 S11 1,026 0,43 S12 1,024 0,33 S13 1,014 0,28 S14 1,021 0,28 S15 1,026 0,33 S16 1,026 0,28 S17 1,023 0,38 S18 1,026 0,28 S19 1,028 0,24 S20 1,021 0,28 Jumlah 20,49 6,39 3 (), 17 ( )Rata-Rata 1,024 0,32

  • 21

    3141.1: 2011 bahwa berat jenis minimum 1,0270 g/ml pada suhu 27,5oC. Jika

    susu encer maka BJ menjadi rendah atau di bawah standar. Sampel susu yang

    memiliki berat jenis di bawah SNI sebanyak tujuh sampel yaitu (S2, S3, S6, S13,

    S14, S17, S20). Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa umumnya susu sapi

    perah di Enrekang itu encer. Adnan (1984) menyatakan berat jenis susu

    dipengaruhi oleh kadar lemak protein, laktosa dan mineral-mineral yang terlarut di

    dalam susu tersebut. Umumnya di dalam suatu larutan, semakin besar atau

    semakin banyak senyawa-senyawa yang terlarut didalamnya, maka semakin besar

    pula berat jenisnya. Demikian pula berat jenis susu dipengaruhi oleh senyawa

    yang terlarut di dalamnya.

    Hasil kuisioner dari Tabel Lampiran 2 menunjukan rata-rata higienitas

    lingkungan sebelum sapi diperah berada pada skor 2 yang berarti kurang higienis.

    Hal tersebut tidak mempengaruhi nilai berat jenis susu, karena berat jenis susu

    dipengaruhi oleh kadar lemak dan gas dalam susu, hal ini sesuai dengan pendapat

    Jorgensen dan Hoffman, (2008) bahwa air susu mempunyai berat jenis yang lebih

    besar daripada air. BJ air susu adalah 1.027 - 1.035 dengan rata-rata 1.031. Berat

    jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan

    menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perubahan

    kondisi lemak dan adanya gas yang timbul didalam air susu.

    Atmaja (2011) yang menyatakan bahwa penurunan berat jenis susu segar

    dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : makanan, perubahan kondisi

    kadar lemak, adanya gas-gas yang timbul dalam susu, protein, laktosa, jenis

    ternak, usia ternak, dan kesehatan lingkungan.

  • 22

    b. Presentase Asam Laktat Susu Segar

    Presentase asam laktat pada susu segar menentukan tingkat aktivitas

    bakteri asam laktat pada susu. Hasil penelitian diperoleh rata-rata presentase asam

    laktat susu segar dari beberapa jumlah sapi perah di Kabupaten Enrekang,

    Kecamatan Cendana, Desa Cendana dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil penelitian

    menunjukan presentase asam laktat terendah 0.19% dan tertinggi sebanyak 0,47%.

    Bakteri asam laktat dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain dengan

    memproduksi protein yang disebut bakteriosin.

    Menurut Sudarmaji (2010) pembentukan asam laktat dalam susu

    diistilahkan sebagai masam dan rasa masam susu disebabkan karena adanya

    asam laktat. Pengasaman susu ini disebabkan karena aktivitas bakteri yang

    memecah laktosa membentuk asam laktat. Menurut Parry (1974), ketika susu

    disimpan dalam suhu ruangan, keasaman meningkat dan mulai terasa asam ketika

    asam laktat meningkat menjadi 0,25% yaitu ketia pH mencapai 6,0. Jika

    keasaman terus meningkat maka akan terjadi presipitasi kasein saat keasaman

    mencapai 0,5 0,65% saat pH 4,64 - 4,78.

    Hasil kuisioner dari Tabel lampiran 2 menunjukan rata-rata higienitas

    lingkungan sebelum sapi diperah berada pada skor 2 yang berarti kurang higienis.

    Hal tersebut tidak mempengaruhi nilai asam laktat pada susu, tetapi sangat

    berpengaruh terhadap pengujian mikrobiologi dengan total bakteri yang diperoleh

    diduga mengandung bakteri Listeria monocytogenes sebanyak 45,02 %.

    c. Uji Alkohol

    Hasil pengujian alkohol sebanyak tiga sampel susu agak menggumpal

    (Tabel 3) atau presentasenya sebesar 15%. Uji alkohol bertujuan untuk

  • 23

    mengetahui adanya susu yang pecah (rusak). Susu segar yang berkualitas baik,

    tidak akan pecah atau menggumpal begitupun saat dipanaskan/dididihkan.

    Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan mengalami penggumpalan bila

    dipanaskan. Hal itu terjadi karena adanya asam yang dihasilkan oleh mikroba dari

    penguraian laktosa. Asam tersebut mengakibatkan protein susu mudah mengalami

    denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan pemanasan. Susu yang telah banyak

    mengandung mikroba akan menjadi asam dan mudah pecah bila dipanaskan.

    Uji alkohol merupakan uji yang sering dilakukan untuk mengukur kualitas

    susu. Susu yang mengandung lebih dari 0,21% asam atau mengandung kalsium

    dan magnesium dalam jumlah tinggi, akan terkoagulasi dengan penambahan

    alkohol. Hal tersebut menjadi dasar uji alkohol untuk menentukan kualitas susu.

    Semakin tinggi derajat keasaman susu yang diperiksa semakin kurang jumlah

    alkohol dengan kepekatan tertentu yang diperlukan untuk memecahkan susu

    dengan jumlah yang sama (Sakinah, dkk., 2010)

  • 24

    d. Uji Organoleptik

    Rata-rata konsistensi pada uji organoleptik sampel susu di kabupaten

    Enrekang dapat dilihat dari Tabel 4 :

    Tabel 4. Nilai Rata-rata Pengamatan Uji Organoleptik Susu SegarSampel Bau Warna KonsistensiS1 4,00 4,00 1,00S2 3,43 3,43 1,43S3 4,29 4,29 1,14S4 4,00 4,00 1,43S5 4,43 4,43 1,71S6 4,14 4,14 1,71S7 3,57 3,57 1,57S8 3,71 3,71 1,29S9 4,00 4,00 1,29S10 4,00 4,57 1,57S11 4,14 4,57 2,00S12 4,43 4,57 1,43S13 4,43 4,29 1,71S14 4,43 4,57 1,14S15 4,29 4,57 1,14S16 4,29 4,14 1,00S17 4,43 4,43 1,86S18 4,71 4,43 1,29S19 4,71 4,43 1,43S20 4,43 4,29 1,29Jumlah 83,86 84,83 28,43Rata-Rata 4,19 4,22 1,42Keterangan :Uji bau1 = Tidak bau susu2 = Sedikit sekali bau susu3 = Agak bau susu4 = Bau khas susu5 = Sangat bau khas susu

    Uji warna1 = Putih2 = Agak putih3 = Tidak putih kekuningan4 = Putih kekuningan5 = Sangat putih kekuningan

    Uji konsistensi1 = Encer2 = Agak encer3 = Agak kental4 = Kental5 = Sangat kental

    1. Bau

    Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan rata-rata nilai bau pada

    semua sampel susu adalah 4,19 yang berarti bau khas susu. Keberadaan bakteri

    Listeria monocytogenes tidak memperlihatkan perubahan bau pada susu. Hal ini

  • 25

    sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang menyatakan bau susu tidak

    mengalami perubahan. Menurut Purnomo dan Adiono (1985) setelah beberapa

    saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka terhadap pencemaran sehingga

    dapat menurunkan kualitas susu. Kualitas susu yang sampai ditangan konsumen

    terutama ditentukan antara lain oleh jenis ternak dan keturunannya (hereditas),

    tingkat laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, nutrisi/pakan ternak,

    lingkungan dan prosedur pemerahan susu.

    Beberapa jam setelah pemerahan atau setelah penyimpanan aroma khas

    susu mengalami perubahan. Saleh (2004) menyatakan bahwa aroma susu

    dipengaruhi adanya sifat lemak susu. Demikian juga pada pakan ternak dapat

    mempengaruhi aroma susu. Bau tidak sedap, kemungkinan adalah faktor

    lingkungan tempat penyimpanan. Menurut Soeparno (1992) menyatakan bahwa

    penyimpanan atau abnomalisasi aroma (bau) susu disebabkan oleh beberapa

    kemungkinan yaitu :

    a. Sapi sedang mengalami gangguan fisik atau kesehatan. Dalam hal ini

    senyawa-senyawa yang memberikan rasa abnormal disekresikan bersama

    susu.

    b. Pakan ternak. Senyawa bau dari pakan diserap ke dalam darah dan

    disekresikan di dalam susu.

    c. Absorbsi bau yang menonjol atau tajam oleh susu. Pada saat pemerahan atau

    penanganan dimungkinkan terabsorbsi bau sekeliling susu tempat pemerahan.

    d. Dekomposisi komponen susu akibat pertumbuhan dan perkembanganbiakan

    bakteri.

  • 26

    e. Perubahan karena reaksi kimia misalnya oksidasi yang dapat menimbulkan

    oksidasi yang menimbulkan bau tengik (rancid).

    2. Warna

    Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan rata-rata warna susu adalah

    4,22 yang berarti putih kekuningan. Warna susu bervariasi dari putih kebiruan-

    biruan sampai kuning keemasan tergantung dari bangsa sapi, jenis makanan dan

    jumlah kandungan lemak dan bahan kering lainnya. Keberadaan bakteri Listeria

    monocytogenes tidak memperlihatkan perubahan warna pada susu. Perbedaan bau

    susu dapat disebabkan oleh adanya perbedaan bakteri atau kapang tertentu yang

    membentuk pigmen pada permukaan seluruh bagian susu. Menurut Malaka (2010)

    susu segar berwarna putih kebiruan-biruan sampai kuning kecoklat-coklatan.

    a. Putih : merupakan warna normal susu yang disebabkan oleh adanya

    penyebaran butiran koloid lemak, kalsium kaseinat, kalsium fosfat dan mineral

    yang merefleksikan sinar matahari.

    b. Kebiru-biruan : hal yang disebabkan karena pemalsuan dengan air.

    c. Kehijauan disebabkan oleh tingginya kandungan vitamin B kompleks.

    d. Kuning : disebabkan oleh karoten dan riboblavin akibat pengaruh pakan.

    e. Merah : akibat adanya eritrosit dan hemoglobin, umumnya terjadinya pada

    susu mastitis.

    3. Konsistensi

    Pengentalan merupakan salah satu sifat susu yang khas. Data penelitian uji

    organoleptik dapat dilihat pada tabel 4 di atas . Hasil rata-rata konsistensi susu

    sapi sebesar 1,42 yang berarti sangat encer. Buckle (1987) menyatakan bahwa

  • 27

    pengumpalan merupakan sifat susu yang paling khas, pengumpalan dapat

    disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam. Enzim proteolitik yang

    dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan penggumpalan susu. Kerja enzim ini

    biasanya terjadi tiga tahap yaitu penyerapan enzim dalam partikel kasein, diikuti

    dengan perubahan keadaan partikel sebagai akibat kerja enzim dan terakhir

    mengendapnya kasein yang telah berubah sebagai garam kalsium atau gram

    kompleks. Adanya ion-ion kalsium dalam susu diperlukan untuk proses

    pengendapan.

    Hasil kuisioner dari Tabel lampiran 2 menunjukan rata-rata higienitas

    lingkungan sebelum sapi diperah berada pada skor 2 yang berarti kurang higienis.

    Hal tersebut tidak mempengaruhi nilai asam laktat pada susu, tetapi sangat

    berpengaruh terhadap pengujian mikrobiologi dengan total bakteri yang diperoleh

    diduga mengandung bakteri Listeria monocytogenes sebanyak 45,02 %.

    Keberadaan bakteri Listeria monocytogenes tidak memperlihatkan perbedaan

    yang signifikan pada konsitensi susu sapi.

  • 28

    Bakteri Listeria monocytogenes

    Hasil penelitian cemaran bakteri Listeria monocytogenes pada sampel susu

    dapat dilihat dari Tabel 5 :

    Tabel 5. Jumlah Listeria monocytogenes dan Total Bakteri pada susu di BabaDesa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang

    SampelBakteri Listeriamonocytogenes(Log10 cfu/ml)

    Jumlah Bakteri(Log10 cfu/ml) Presentase (%)

    1 3,01 8,30 36,272 2,68 8,48 31,623 3,49 6,85 51,004 3,95 8,41 47,005 3,91 8,99 43,446 3,37 8,33 40,407 3,88 8,10 47,908 5,12 8,48 60,389 4,02 8,48 47,43

    10 5,80 9,06 64,0011 4,64 8,22 56,4412 2,81 7,96 35,3413 2,78 7,91 35,1214 4,54 7,92 57,3415 2,00 8,23 24,3016 2,78 7,68 36,1717 2,00 8,58 23,3118 4,08 4,86 84,0419 3,35 8,64 38,8020 4,14 7,38 56,10

    Jumlah 72,36 160,87 45,02%Rata-rata 3,62 8,04

    Infeksi Listeria monocytogenes =Jumlah Listeria monocytogenesTotal bakteri

    =

    3,628,04 x 100 %= 45,02 %

    Hasil penelitian cemaran bakteri Listeria monocytogenes pada susu

    sebesar 45,02 % dari total bakteri pada semua sampel susu. Kontaminasi bakteri

    Listeria monocytogenes paling tinggi berada pada sampel susu S10 dengan jumlah

    bakteri 5,80 (log10 cfu/ml) dan yang terendah pada sampel S15 dan S17 sebanyak

  • 29

    2,00 (log10 cfu/ml). Menurut Standar Nasional Indonesia No. 3141.1:2011 adalah

    susu sapi harus bebas dari kontaminasi Listeria monocytogenes. Keberadaan

    bakteri ini dalam susu kemungkinan akibat pencemaran baik dari ternak, manusia

    dan lingkungan selama proses produksi. Kontaminasi bakteri pada susu yang

    terlihat seperti kandang yang kurang bersih, pemerahan dengan tangan peternak

    yang tidak higienis dan ekor sapi yang tidak diikat saat pemerahan. Selain itu,

    penanganan distribusi susu dari kandang ke tempat pengolahan dengan

    menggunakan wadah tanpa penutup menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

    tercemarnya susu.

    Susu sapi di Enrekang terkontaminasi bakteri sebanyak 8,04 (log10 cfu/ml)

    melebihi batas SNI tentang cemaran bakteri yang hanya 1,0 x 106 cfu/ml,

    sehingga susu tidak layak untuk diminum oleh manusia sebelum diolah (direbus).

    Penanganan susu menjadi diperhatikan sebelum mengkomsumsi susu. Menurut

    Volk dan Wheeler (1990) susu dapat tercemar oleh bakteri patogen atau

    nonpatogen yang berasal dari sapi itu sendiri, peralatan pemerahan, ruang

    penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penanganan oleh

    manusia.

    Listeria monocytogenes mampu hidup dan berkembangbiak pada suhu 4 -

    37C dan tergolong bakteri psikrofilik atau bakteri yang tumbuh pada suhu di

    bawah 20oC. Pemasakan menjadi solusi untuk menyelamatkan susu yang telah

    tercemar oleh bakteri. Menurut SNI tentang susu segar No.3141.1:2011 bahwa

    susu harus negatif atau terbebas dari bakteri Listeria monocytogenes. Dangke

    merupakan hasil dari pengolahan susu yang dilakukan oleh masyarakat kabupaten

    Enrekang. Susu dimasak hingga mendidih sebelum menjadi produk dangke.

  • 30

    Menurut Lovett (1990) Listeria monocytogenes tidak akan tahan hidup setelah

    perlakuan HTST komersial pasteurisasi dan akan mati dengan proses pasteurisasi

    dalam batch komersial (Prentice, 1994).

    Higienitas selama proses produksi produk olahan susu menjadi perhatian

    penting mengingat kerentanan susu sebagai media tumbuh bakteri yang sangat

    baik. Higiene sanitasi makanan dan minuman adalah suatu usaha yang menitik

    beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan

    minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan

    Undang-undang No. 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene dipergunakan untuk

    mencakup seluruh usaha manusia maupun masyarakat yang perlu dijalankan guna

    mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya di dalam lingkungannya yang

    bersifat badan dan jiwa. Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999

    tentang perlindungan konsumen, higiene didefenisikan sebagai suatu usaha

    pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan

    atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.

    Karakteristik fisik susu dan mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 6 :

    Tabel 6. Karakteristik Fisik dan Mikrobiologis Susu SegarNo. Parameter Nilai SNI Keterangan1.2.3.4.5.6.7.8.9.

    Berat jenisPresentase asam laktatAlkoholWarnaBauKonsistensiHigienitasJumlah bakteri (TPC)Jumlah bakteri Lmonocytogenes

    1,0240,45

    3 () / 17 (-)4,224,191,42

    25,3 x 10945,02 %

    1,027-

    -

    Tidak ada perubahanTidak ada perubahanTidak ada perubahan

    51 x 106 cfu/ml

    Negatif

    Tidak sesuai*NormalNormalNormalNormalNormalKurang

    Tidak sesuai**Tidak sesuai**

    Keterangan : * = dibawah standar (Kurang baik)** = diatas standar (Kurang baik)

  • 31

    Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa :1. Nilai rata-rata berat jenis susu adalah 1,024 g/ml dengan kisaran terendah

    1,014 g/ml sampai tertinggi 1,030 g/ml. Hal ini tidak sesuai dengan Standar

    Nasional Indonesia No. 3141.1:2011 yang menyatakan berat jenis susu

    minimum adalah 1,0270 g/ml pada suhu 27,5 oC.

    2. Pada pengujian presentase asam laktat dengan rata-rata 0,45 tersebut berada di

    kisaran normal, hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

    3. Pengujian alkohol rata-rata hasil yang diperoleh dari dua puluh sampel, tiga

    diantaranya positif menggumpal sebesar 15% yang berarti tingkat kualitasnya

    rendah.

    4. Hasil pengujian warna susu segar diperoleh adalah 4,22 yang menandakan

    agak putih kekuningan. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia,

    bahwa susu tidak mengalami perubahan.

    5. Bau susu rata-rata yang diperoleh 4,19 angka ini menunjukan bahwa bau khas

    susu. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

    6. Pada pengujian konsistensi susu segar memperoleh rata-rata sebesar 1,42 yang

    berarti encer. Hal ini sesuai dengan Standar Nasinonal Indonesia.

    7. Higienitas skornya sebesar 2 yang menandakan kurang higienitas, hal ini

    disebabkan karena manajemen peternakan sapi perah di kabupaten Enrekang

    yang belum maksimal. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran peternak

    akan kebersihan kandang dan penanganan susu.

    8. Jumlah bakteri yang ada pada sampel susu sapi perah adalah 8,00 (Log10

    cfu/ml). Hal ini tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia tentang Susu

    Segar No. 3141.1:2011 yang hanya 1 x 106 cfu/ml.

  • 32

    9. Hasil penelitian bakteri didapat Listeria monocytogenes sebesar 45,02 % pada

    sampel yang diperiksa. Hal ini tidak sesuai dengan SNI yang menyatakan

    bahwa susu harus bebas dari bakteri Listeria monocytogenes.

  • 33

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes sebesar 45,02 % dari total

    sampel susu.

    2. Keberadaan bakteri Listeria monocytogenes tidak memperlihatkan

    perubahan fisik baik dari bau, warna, dan konsitensi.

    3. Bakteri Listeria monocytogenes tidak mempengaruhi nilai berat jenis,

    presentase asam laktat serta pengujian alkohol pada susu sapi.

    Saran

    Sebaiknya harus memperhatikan kebersihan dan higienitas dalam

    mengolah susu menjadi produk hasil ternak. Agar konsumen terhindar dari

    gangguan kesehatan yang disebabkan kontaminasi bakteri Listeria

    monocytogenes.

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnan, M. 1984. Kimia Dan Teknologi Hasil Air Susu. Fakultas TeknologiPangan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

    Anonim. 2011. Uji kualitas susu. Diakses pada tanggal 21 Januari 2014.Anonim 2014 Penanganan Susu Segar dalam Menjaga Kualitas Pasca Pemerahan.

    Karakteristik Kualitas. Diakses tanggal 21 Januari 2014.

    Anonime 2014 http: www.itd.unair.ac.id /files/pdf/protocol1/Listeria%20monocytogenes.pdf. Diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

    Buckle, K, A.R. Edwards G.H. Fleet dan Wooton.1987. Ilmu Pangan. PenerjemahHari Purnomo dan Adiono, Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1998, Standar Mutu Susu Segar, Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011 tentang Susu Segar No.3141.1:2011.Jakarta.

    Chaplin, L. C. and R. L. J. Lyster. 1988. Effect of Temperature On The pH OfSkim Milk. J. Of Dairy Res. 55:277 280.

    Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

    Eckles, C.H., Combs and H. Macy. 1998. Milk and product. 4 th. Ed. Mc. GrawHill Publishing Co. Ltd., New Delhi.

    Hadiwiyoto, S. 1994. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty.Yogyakarta.

    Hoffman, Patt,. Jorgensen, Matt. 2008. On-Farm Pasteurization of Milk OnCalves. University of Wisconsin Dairy Update. http://www.johnes.org (12juli 2008).

    Jannes. 2010. Manfaat Susu Segar. http//duniasapi.com/manfaat-susu-segar/html//. Diakses 21 Januari 2014.

    Legowo A. 2002. Diktat Sifat Fisika dan Kimia. IPB. Bogor.

    Malaka, R. 2007. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu. Yayasan Citra Emulsi.Makassar.

    Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

  • 35

    Milk Codex. 1977. Terjemahan. Direktorat Bina Sarana Usaha Petemakan.Direktorat Jendral Petemakan. Jakarta.

    Nadal., A., A., Coll., N., Cook and M.,PLA 2007 Molecular beacon-basedrealtime NASBA Assay for detection of Listeria monocytoegenes in foodproducts role of target mRNA secndary structure of NASBA designJ.Microbiol inf.dis 62: 372-381.

    Nurwanto, 2003. Bahan Ajar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan.Universitas Diponegoro. Semarang.

    Parry, R.M . 1974. Milk Coagulation and Protein Denaturation. Page 603-655 inFundamental of Dairy Chemistry. Webb, B et al., ed. The Avi PublishingCompany, Connecticut.

    Purnomo, H. dan Adiono. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia,Jakarta.

    Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. SumateraUtara: Program studi Produksi Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara.

    Sakinah, N. E, G. Dwiyanti, dan S. Darasati. 2010. Pengaruh Penambahan AsamDokosaheksaenoat (DHA) Terhadap Ketahanan Susu Pasteurisasi. JurnalSains dan Teknologi. ISSN 2087-7472. Vol I, No. 2. Oktober 2010. Hal170-176.

    Soeparno, 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu, Pusat Antar UniversitasPangan dan Gizi, Univeristas Gajah Mada, Yogyakarta.

    Sudarmadji, S. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Gadjah Mada.Yogyakarta.

    Volk, W.A. and M.F.Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar. S. Adisoemarto (Ed.).Edisi ke-5.Penerbit Erlangga Jakarta.

  • 36

    LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Data sampel susu dari sapi perah di daerah kampung Baba, DesaCendana, Kecamatan Cendana, Kabuaten Enrekang.

    No. Nama Peternak Kode sampel Nama Sapi

    1. Nr

    S1 BoyolaliS2 SakkaS3 PanceS4 DonoS5 BingaS6 Bunga

    2. Nsr S7 -S8 -

    3. Ht

    S9 PuteS10 PokkiS11 BullangS12 Kredit

    4. Cp S13 -S14 -

    5. JfS15 BolabatuS16 Boyolali 2S17 Balopaci

    6. Dr S18 -S19 -7. Sr S20 -

  • 37

    Lampiran 2 : Data sanitasi pekerja dan kandang sapi perahNo. Keadaan Kriteria higienitas Skor1. Sanitasi Pekerja 1. Memakai topi 3

    2. Tidak ada pakaian khusus3. Mencuci tangan.4. Tidak menggunakan sabun pembersih.5. Menggunakan sepatu bot.

    2. Kebersihan sapi 1. Sapi dimandikan sebelum diperah. 12. Ambing tidak dicuci dengan air hangat.3. Ambing tidak dilap/dikeringkan.4. Ekor sapi tidak diikat.

    3. Kebersihan kandang 1. Kandang dibersihkan sebelum diperah. 22. Kandang dicuci mengunakan air.

    4. Kebersihan tempatsusu

    1. Menggunakan milk can dan emberplastik. 2

    2. Milk can dicuci.3. Milk can tidak dikeringkan.4. Milk can tidak dicuci setelah digunakan.

    Jumlah 8Rata-Rata 2Keterangan : 1 = Tidak higienis.

    2 = Kurang Higienis.3 = Agak Higienis.4 = Higienis.5 = Sangat higienis.

  • 38

    Lampiran 3. Nilai Pengamatan Uji Organoleptik Bau Susu SegarSampel Panelis Jumlah Rata-

    rataP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7S1 4 4 4 4 4 4 4 28 4,00S2 3 3 4 4 4 3 3 24 3,43S3 4 4 5 5 4 4 4 30 4,29S4 4 4 4 4 4 4 4 28 4,00S5 4 5 4 3 5 5 5 31 4,43S6 4 4 4 4 4 4 5 29 4,14S7 4 3 4 3 4 3 4 25 3,57S8 4 3 4 4 3 4 4 26 3,71S9 4 4 3 4 4 5 4 28 4,00S10 4 4 4 4 4 4 4 28 4,00S11 4 4 5 4 4 4 4 29 4,14S12 4 5 5 4 4 5 4 31 4,43S13 4 5 5 5 4 4 4 31 4,43S14 5 4 4 4 5 5 4 31 4,43S15 4 5 4 4 4 5 4 30 4,29S16 4 4 5 4 5 4 4 30 4,29S17 4 5 4 4 5 4 5 31 4,43S18 5 4 5 5 5 4 5 33 4,71S19 5 5 4 4 5 5 5 33 4,71S20 4 4 5 4 4 5 5 31 4,43Jumlah 82 83 86 81 85 85 85 587 83,86

    Rata-Rata 4,1 4,15 4,3 4,05 4,25 4,25 4,25 4,19Keterangan : 1 = Tidak Bau susu

    2 = Sedikit sekali bau susu3 = Agak bau khas susu4 = Bau khas susu5 = Sangat bau khas susu

  • 39

    Lampiran 4. Nilai Pengamatan Uji Organoleptik Warna Sampel Susu SegarSampel Panelis Jumlah Rata-

    rataP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7S1 4 4 4 4 4 4 4 28 4,00S2 3 3 4 4 4 3 3 24 3,43S3 4 4 5 5 4 4 4 30 4,29S4 4 4 4 4 4 4 4 28 4,00S5 4 5 4 3 5 5 5 31 4,43S6 4 4 4 4 4 4 5 29 4,14S7 4 3 4 3 4 3 4 25 3,57S8 4 3 4 4 3 4 4 26 3,71S9 4 4 3 4 4 5 4 28 4,00S10 4 4 5 4 5 5 5 32 4,57S11 4 4 5 4 5 5 5 32 4,57S12 5 5 5 4 4 5 4 32 4,57S13 4 4 5 5 4 4 4 30 4,29S14 5 5 4 4 5 5 4 32 4,57S15 4 4 5 5 5 5 4 32 4,57S16 4 4 4 4 5 4 4 29 4,14S17 5 5 4 4 4 4 5 31 4,43S18 4 4 5 5 4 4 5 31 4,43S19 5 5 4 4 4 4 5 31 4,43S20 4 4 5 4 4 4 5 30 4,29Jumlah 83 82 87 82 85 85 87 591 84,43Rata-Rata 4,15 4,10 4,35 4,10 4,25 4,25 4,35 4,22Keterangan : 1 = Putih

    2 = Agak putih3 = Tidak putih kekuningan4 = Putih kekuningan5 = Sangat putih kekuningan

  • 40

    Lampiran 5. Nilai Uji Organoleptik Konsistensi Susu SegarSampel Panelis Jumlah Rata-

    rataP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7S1 1 1 1 1 1 1 1 7 1,00S2 1 2 1 2 1 2 1 10 1,43S3 1 1 1 1 1 1 2 8 1,14S4 1 1 1 2 2 1 2 10 1,43S5 2 2 2 1 2 1 2 12 1,71S6 2 1 2 2 1 2 2 12 1,71S7 2 2 2 1 1 2 1 11 1,57S8 2 2 1 1 1 1 1 9 1,29S9 1 1 1 1 2 2 1 9 1,29S10 1 2 2 2 1 2 1 11 1,57S11 3 2 3 2 2 1 1 14 2,00S12 2 2 1 2 1 1 1 10 1,43S13 2 2 2 1 2 1 2 12 1,71S14 1 1 1 1 1 2 1 8 1,14S15 1 1 1 1 2 1 1 8 1,14S16 1 1 1 1 1 1 1 7 1,00S17 2 2 2 3 2 1 1 13 1,86S18 1 1 1 1 2 2 1 9 1,29S19 2 2 1 1 1 2 1 10 1,43S20 1 1 2 1 2 1 1 9 1,29Jumlah 30 30 29 28 29 28 25 199 28,43Rata-Rata 1,5 1,5 1,45 1,40 1,45 1,40 1,25 1,42Keterangan : 1 = Encer

    2 = Agak Encer3 = Agak kental4 = Kental5 = Kental sekali

  • 41

    DOKUMENTASI KEGIATAN

    Sampel Penilitian

    Kandang sapi perah

  • 42

    Pengujian laboratorium

    Pengujian alkohol dan Berat Jenis

  • 43

    RIWAYAT HIDUP

    Abdullah Bin Hatta lahir di Enrekang pada tanggal 21

    November 1989 merupakan anak pertama dari tiga

    bersaudara pasangan Hatta dan Suriati. Penulis

    memulai pendidikan Sekolah Dasar Inpres 155 Baba

    tahun 1995. Tahun 2001 melanjutkan pendidikan di

    Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Enrekang.

    Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Enrekang, tahun

    2004 sampai 2007. Pada bulan Agustus 2007 menempuh kuliah di Fakultas

    Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Beliau aktif dibeberapa organisasi

    kemahasiswaan baik itu organisasi kemahasiswaan intra kampus seperti Senat

    Mahasiswa Fakultas Peternakan dan sempat menjabat Ketua Himpunan

    Mahasiswa Produksi Ternak Universitas Hasanuddin selama satu tahun. Aktif di

    organisasi ekstra kampus di SAR Universitas Hasanuddin sebagai salah satu

    lembaga kemanusiaan yang berada di Makassar.

    PERNYATAAN KEASLIANHALAMAN PENGESAHAN