karakteristik edible film dari whey dangke yang ... · buyung budiman, mu’minah rahim, kartika...
TRANSCRIPT
i
KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI WHEY
DANGKE YANG DITAMBAHKAN LEVEL AGAR
YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh
MUH QURNALDY HAKIM
I 111 11 001
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI WHEY
DANGKE YANG DITAMBAHKAN LEVEL AGAR
YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh
MUH QURNALDY HAKIM
I 111 11 001
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Muh Qurnaldy Hakim
NIM : I 111 11 001
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam
Bab Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia
dibatalkan atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Makassar, Maret 2015
TTD
Muh Qurnaldy Hakim
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Karakteristik Edible Film dari Whey
Dangke yang ditambahkan Level Agar
yang berbeda
Nama : Muh Qurnaldy Hakim
No. Pokok : I 111 11 001
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dr. Fatma Maruddin, S.Pt, MP
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
Dekan
Tanggal Lulus : 04 Maret 2015
Dr. Wahniyathi, S.Pt, M.Si
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc
Ketua Program Studi
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Skripsi
dengan judul “karakteristik edible film dari whey dangke yang ditambahkan level
agar yang berbeda” Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
hanturkan dengan penuh rasa hormat kepada :
1. Dr. Fatma Maruddin, S.Pt., M.P selaku Pembimbing Utama dan Dr.
Wahniyathi, S.Pt., M.Sc selaku pembimbing Anggota, atas segala bantuan
dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran-saran
sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dengan segenap cinta dan hormat kepada ayahanda tercinta H. Marwan
Hakim, SE dan ibunda Hj. Syahreni Mantiri atas segala doa, motivasi dan
kasih sayang serta materi yang diberikan kepada penulis dan saudara-saudara
saya Herwin Septiawan Djodi, dan Sarwan Hakim yang senantiasa
membantu dan memberikan motivasi untuk selalu lebih semangat.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Effendi Abustam, M.Sc, Ibu Endah Murpi Ningrum,
S.Pt, M.P dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sjamsuddin Garantjang, M.Sc selaku
vi
Dosen Pembahas. Terima kasih atas bimbingan, nasehat-nasehat, dan
dukungannya kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Basit Wello, M.Sc selaku Penasehat Akademik. Terima
kasih atas bimbingan, nasehat-nasehat, dan dukungannya kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M,Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Peternakan, terima kasih atas
segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc sebagai Wakil Dekan I
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, terima kasih atas segala bantuan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
7. Bapak Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt., MP selaku kepala bagian Teknologi
Hasil Ternak beserta seluruh Dosen dan Staf jurusan Teknologi Hasil Ternak
atas segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
8. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah memberi ilmu pengetahuan,
sumber informasi, nasehat kepada penulis selama kuliah di Fakultas
Peternakan.
9. Teman-teman “Solandeven” Angkatan 2011 terima kasih yang setinggi-
tingginya atas segala cinta, bantuan, pengertian, canda tawa serta kebersamaan
selama ini.
10. Teman “Tim Edible Film” kakanda Fahrullah, S.Pt, Sri Hastuti Ningsih,
dan Nathalya Edyson, terima kasih atas bantuan yang kalian berikan selama
penelitian.
vii
11. Kakanda Asma Bio Chemestry S.Pt, Andi Arham Janwar, S.Pt, Rajmi
Faridah, S.Pt, dan Syachroni, S.Pt terimakasih atas bantuan, motivasi dan
arahan kepada penulis selama penelitian.
12. Teman dekat saya St Nur Ramadhani terima kasih atas segala motivasi,
pengorbanan, pengertian, kebersamaan, dan kebaikan yang diberikan kepada
penulis.
13. Teman-teman “KELAS A” : Arra Musyaraffah, Aswar Leo, Raditya, Suci
Ramadhani, Mutiara Hikma, Aina Maharani, Awal Reskiawan,
Darussalam, Nurmulianingsih, Kurniah Kamaruddin, Nurjannah, Indri
Putri Utami, Mutmainnah, Riska Isnaini, Musfira Jafar, Fadli Hidayat
Elyas, Muh. Shoalihin, Adriawan Z, Armi Ulia Utami, Khaerun Nur K,
Naharuddin H, Igo, May Rismi Anisa, Mardatillah Utami, Nurfajri Syam,
Dwi Jayanti Syam, Novrianti, Neviani Asikin, Andi Shuaib terima kasih
atas motivasi dan kebersamaan yang kalian berikan kepada penulis.
14. Teman-teman “HIMATEHATE” : Syamsuddin, S.Pt, Basri, S.Pt, Andri
Teguh Prabowo, Haikal, Rudi Dahlan, Alifran Esarianto, M. Saldy, Andi
Muh Fuad, RBK, Andi Faisal, Ahmad Yasir, Aprisal Nur, Budi Utomo,
Indri Ratna Sari, Nurul Ilmi Harun, Syahriana Sabil, Rajma Fastawa,
Azmi Mangalisu, Siti Sarah, Nur Amalia, Nurul Adha, Ayu Prasetya, Evo
Tenri Ubba terima kasih atas motivasi yang kalian berikan kepada penulis.
15. Terima kasih kepada Tanduk 01, Caput 02, Spider 03, Hamster 04, Lebah
05, Colagen 06, Rumput 07, Bakteri 08, Merpati 09, Lion 10, Solandeven
11, Flock Mentality 12, Larfa 13.
viii
16. Terima kasih kepada teman-teman KKN Desa Jipang : Muh Thabrani, M.
Buyung Budiman, Mu’minah Rahim, Kartika Rahmayani, Inrianti, dan
Semua teman-teman KKN Reguler Gelombang 88 yang telah mengajarkan arti
kekeluargaan dan dukungannya selama KKN.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Terima kasih atas
bantunnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Makassar, Maret 2015
Muh Qurnaldy Hakim
ix
ABSTRAK
MUH QURNALDY HAKIM. I111 11 001.Karakteristik Edible Film dari Whey
Dangke yang ditambahkan Level Agar yang berbeda. Dibimbing oleh FATMA
MARUDDIN danWAHNIYATHI.
Pembuatan edible film merupakan salah satu upaya pemanfaatan whey
dangke. Penambahan agar dapat memperbaiki karakteristik edible film berbahan
dasar whey dangke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik edible
film (ketebalan, rendemen, kekuatan tarik, kemuluran, dan warna) dengan
penambahan level agar dan mengetahui level agar terbaik berbahan dasar whey
dangke. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan. Parameter yang diukur yaitu ketebalan, rendemen,
kekuatan tarik, kemuluran, dan warna. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah eksperimen di laboratorium. Ketebalan edible film a 0, 021 – 0,050 mm,
rendemen 6,271 – 10,439 %, kekuatan tarik 13,3 – 22,9 N, kemuluran 26,06 –
34,52%, dan warna L*=88,232 – 89,525, a*= 1,071 - 1,736, b*=1,071 – 1,879.
Edible film dengan level agar yang berbeda, berpengaruh sangat nyata terhadap
nilai ketebalan, rendeman, kuat tarik, kemuluran dan warna L* (P<0,01), namun
tidak berpengaruh nyata terhadap nilai warna a* dan b*. Penggunaan level agar
1 – 2 % akan menghasilkan karakteristik edible film yang terbaik.
kata kunci : karakteristik, edible film, whey dangke, agar
x
ABSTRACT
MUH QURNALDY HAKIM. I111 11 001. Characteristic of Edible Film from
Whey Dangke were added Agar different Levels. Supervised by FATMA
MARUDDIN and WAHNIYATHI.
The manufacture of edible film is an effort to use whey dangke The addition
of agar can improve the characteristics of edible film based whey dangke. This
research is aimed to investigate the characteristics of edible film (thickness, yield,
tensile strength, elongation, and color) with the addition of agar level and
determine the level of the best agar based on whey dangke. This research used a
completely randomized design (CRD) with four treatments and five replications.
The parameters measured are the thickness, rendemen, tensile strength,
elongation, and color. The method used in this research is an experimental
laboratory. The edible film thickness of 0,021 to 0,050 mm, rendemen 6,271 to
10,439%, tensile strength 13,3 to 22,9 N, elongation from 26,06 to 34,52%, and
the color L * = 88,232 to 89,525, a * = 1,071 – 1,736, b * = 1,071 to 1,879. The
edible films with different levels of stone, very significant effect on the value of
thickness, rendemen, tensile strength, elongation and color L * (P <0.01), but did
not significantly affect the color values a * and b *. The use of agar with a level 1-
2% will produce the best characteristics of the edible film. The use level of 1-2%
will produce the best characteristics of the edible film.
Keywords :characteristics, edible film, dangke whey, agar
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
A. Tinjauan Umum Whey Dangke ..................................................... 3
B. Tinjauan Umum Agar .................................................................... 4
C. Tinjauan Umum Edible Film ......................................................... 5
D. Karakteristik Edible film ................................................................ 8
METODE PENELITIAN ............................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 14
A. Ketebalan ....................................................................................... 14
B. Rendemen ...................................................................................... 16
C. Kekuatan Tarik (Tensile strength) ................................................. 18
D. Kemuluran (Elongation) ................................................................ 20
E. Warna............................................................................................. 22
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 25
B. Saran .............................................................................................. 25
xii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26
LAMPIRAN ................................................................................................... 31
DOKUMENTASI .......................................................................................... 38
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 42
xiii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Karakteristik Whey Dangke ............................................................... 3
2. Rata-rata pengukuran warna edible film pada konsentrasi agar yang
berbeda ................................................................................................ 22
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Rata-rata ketebalan edible film menggunakan konsentrasi agar
berbeda .............................................................................................. 14
2. Rata-rata rendemen edible film menggunakan konsentrasi agar
berbeda ............................................................................................... 16
3. Rata-rata kekuatan tarik edible film menggunakan konsentrasi agar
berbeda ............................................................................................... 18
4. Rata-rata kemuluran edible film menggunakan konsentrasi agar
berbeda ............................................................................................... 20
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Hasil uji statistik ketebalan edible film .............................................. 31
2. Hasil uji statistik Rendemen edible film ............................................ 32
3. Hasil uji statistik Kekuatan tarik edible film ...................................... 33
4. Hasil uji statistik Kemuluran edible film ........................................... 34
5. Hasil uji statistik Warna nilai L, a, dan b edible film ........................ 35
1
PENDAHULUAN
Whey dangke merupakan hasil samping pengolahan dangke. Whey dangke
belum dimanfaatkan maksimal dalam industri pengolahan dangke. Umumnya
whey dangke ini hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Ditinjau dari nilai gizinya,
whey masih bisa dimanfaatkan atau diolah menjadi produk yang bernilai. Whey
mengandung laktosa, persenyawaan nitrogen (protein, peptida, dan asam amino),
abu dan lemak. Pengolahan edible film merupakan salah satu upaya pemanfaatan
whey.
Edible film berfungsi sebagai pengemas atau pelapis produk makanan.
Edible film berwujud lapisan tipis dan dapat dimakan bersama produknya. Fungsi
lainnya menurut Robertson (1992) memperpanjang masa simpan, pembawa
komponen yang penting, diantaranya vitamin, mineral, antioksidan, antimikroba,
pengawet, serta bahan untuk memperbaiki rasa dan warna produk.
Hasil pra penelitian diketahui bahwa edible film yang berbahan whey
dangke saja tidak menghasilkan karakteristik yang baik, seperti tidak transparan,
mudah rapuh dan tidak fleksibel. Karakteristik edible film berbahan protein whey
menurut Gounga (2007) dan Krochta, dkk., (1997) dalam Prihatiningsih (2000)
adalah transparan, fleksibel dan tidak mudah rapuh.
Hidrokoloid yang berasal dari polisakarida seperti karagenan, agar, sodium
alginat, kitosan, pektin, pati, selulosa dan qum mosquite. Penggunaan polisakarida
sebagai bahan dasar pembuatan edible film didasarkan pada biaya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan bahan lain. Selain itu edible film memiliki sifat
termoplastik yang baik dan mudah didapat. Pencampuran hidrokoloid dalam
2
pembuatan edible film menyebabkan interaksi sinergis yang baik. Kondisi tersebut
menghasilkan perbaikan karakteristik edible film. Komposisi bahan serta proses
yang tepat sangat menentukan karakteristik edible film. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pembuatan edible film, yaitu : 1) hidrokoloid (protein,
polisakarida), 2) lipid, dan 3) kombinasi dari dua atau tiga bahan lainnya.
Agar merupakan salah satu polisakarida yang mudah ditemukan di pasaran.
Agar berasal dari rumput laut merah dari kelas Rhodophyceae. Persentase
campuran hidrokoloid yang berbeda akan menghasilkan karakteristik edible film
yang berbeda pula. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka penelitian ini akan
melihat sejauh mana penambahan persentase agar terbaik yang dapat memperbaiki
karakteristik edible film berbahan whey dangke seperti ketebalan, rendemen,
kemuluran, kekuatan tarik, dan warna.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi agar yang tepat jika
dikombinasikan dengan whey dangke dalam pembuatan edible film dan
mengetahui karakteristik edible film (warna, ketebalan, kekuatan tarik, kemuluran,
dan laju transmisi uap air) dari perlakuan pencampuran whey dangke dan
persentase agar yang berbeda. Manfaat penelitian ini adalah Penelitian dapat
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pemanfaatan hasil samping (by-
product) dangke dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan edible film.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Whey Dangke
Whey mererupakan hasil samping dari pembuatan keju, dangke, ataupun
tahu susu. Whey dangke merupakan produk samping dari industri pembuatan
dangke berupa cairan bening berwarna kuning kehijauan yang diperoleh dari
penyaringan dan pengepresan curd selama proses pembuatan dangke (Nurliyani,
2010).
Whey mengandung sejumlah zat gizi seperti protein dan laktosa. Setiap
produksi 1 kilogram keju dari 10 liter susu akan dihasilkan 8-9 liter whey (Jenie
dan Rahayu, 1993). Karakteristik whey dangke dari produk samping pengolahan
dangke susu sapi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Whey Dangke
Komponen Nilai
Total Padatan (%) 6,95 ± 0,23
Asam Laktat (%) 0,1 ± 0,003
Lemak (%) 0,2 ± 0,05
Protein (%) 0,63 ± 0,009
Laktosa (%) 5,08 ± 0,009
pH (%) 6,31 ± 0,01
Viskositas (poise) 0,19 ± 0,004
Sumber : Fatma, dkk., (2012)
Berdasarkan Tabel 1, whey masih memiliki kandungan gizi yang
bermanfaat. Potensi pangan dan energi whey akan hilang apabila tidak
dimanfaatkan, mengingat whey mengandung sekitar 55% total nutrisi dari susu
(Vinderola, dkk., 2000). Disamping itu menurut Almeida, dkk. (2008),
pembuangan whey ke lingkungan dapat menyebabkan polusi lingkungan sekitar
karena whey dapat menyebabkan pengaruh kuat terhadap lingkungan. Staszewski
dan Jagus (2008) menyatakan bahwa pengolahan whey dibutuhkan sebagai solusi
4
terhadap pencegahan pencemaran lingkungan dan sekaligus dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesehatan manusia.
Protein whey merupakan salah satu bahan pembentuk edible film yang
umumnya diperoleh dari hasil samping pembuatan keju (Javamard, 2009). Edible
film dari protein whey memiliki sifat yang baik sebagai pengemas yakni film yang
terbentuk transparan, lunak, tidak memiliki bau, tidak berwarna dan memiliki
kemampuan menahan aroma dari produk pangan yang dilapisinya (Awwaly, dkk.,
2010).
B. Tinjauan Umum Agar
Agar salah satu hidrokoloid yang memiliki banyak manfaat. Agar banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, maupun berbagai industri, seperti industri
makanan, industri kimia dan obat-obatan. Agar berasal dari makroalga (rumput
laut) (Widyastuti, 2009). Agar merupakan salah satu hidrokoloid yang mudah
dijumpai dipasaran. Agar berasal dari rumput laut merah dari kelas
Rhodophyceae. Agar memiliki polimer galaktosa (Rasyid, 2004; Gennadios, dkk.,
1997).
Senyawa hidrokoloid seperti agar memiliki pasar cukup baik, karena
memiliki daya gelasi yang cukup kuat. Secara kimiawi, agar merupakan senyawa
polisakarida berantai panjang yang dibangun oleh agarosa secara berulang
(Anggadiredja, dkk., 2006). Senyawa ini memiliki fungsi utama sebagai bahan
penstabil, pengemulsi, pengental, pengisi, pembuat gel dan lain-lain (Afrianto dan
Liviawati, 1993).
5
Agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang
mengisi dinding sel rumput laut dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari
monomer galaktosa. Di dalam air panas agar-agar segera mengental dan
membentuk gel. Pada umumnya pengolahan rumput laut menjadi agar-agar dapat
dilakukan secara ekstraksi dengan pelarut air yang sebelumnya dilakukan
perendaman dengan asam (Rasyid, 2004).
Struktur agar adalah ditentukan oleh fraksi yang memiliki kemampuan
membentuk gel terbesar yaitu agarose. Fraksi lainnya yang juga merupakan
penyusun struktur agar adalah agaropektin. Menurut Rasyid, (2004),
perbandingan kedua komponen tersebut adalah bergantung pada jenis makroalgae
penghasil agar (umumnya kandungan agarose sekitar 55 – 66%). Agarose
merupakan polisakarida linear yang netral tanpa percabangan dan terdiri dari
ikatan 1,3 b-D-galaktosa-(1,4)-a-L-3,6 anhirogalaktosa. Istilah agarosa dan
agaropektin telah digunakan untuk menjelaskan fraksi-fraksi agar, baik yang
berkurang ionik maupun yang lebih ionic. Agar mengandung suatu spektrum yang
meiliki kesamaan, tetapi dengan struktur kimia yang berbeda-beda (Rasyid, 2004).
C. Tinjauan Umum Edible film
Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi
makanan (coating) atau diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai
penahan terhadap transfer massa seperti kadar air, oksigen, lemak, dan cahaya
atau berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan (Krochta, 1992).
Keuntungan edible film adalah dapat melindungi produk pangan, mempertahankan
6
bentuk awal dari produk dan dapat langsung dimakan serta aman bagi lingkungan
(Kinzel, 1992).
Fungsi dan penampilan edible film bergantung pada sifat mekaniknya yang
ditentukan oleh komposisi bahan di samping proses pembuatan dan metode
aplikasinya (Rodriguez, dkk., 2006). Edible film berpotensi untuk mengontrol
perpindahan massa sehingga dapat mempertahankan kualitas makanan dan
memperpanjang masa simpan makanan dengan cara menahan perpindahan aroma,
gas dan air (Kim dan Ustunol, 2001; Guilbert, 1986).
Edible film yang sudah banyak beredar umumnya berasal dari bahan protein,
misalnya film dari kolagen, gelatin, protein jagung (corn zein), protein gandum
(wheat gluten), protein kedelai (soy protein), kasein, dan film dari protein whey.
Edible film dengan bahan dasar protein biasanya diperoleh dari pencetakan dan
pengeringan (Guilbert, 1986).
Komponen utama penyusun edible film dikelompokkan menjadi tiga yaitu
hidrokoloid, lipid, dan komposit. Hidrokoloid dapat berupa protein (kolagen,
gelatin, protein kacang kedelai, corn zein, dan wheat gluten) atau polisakarida
serta turunannya. Kelompok lipida terdiri dari lilin/wax, trigliserida,
monogliserida terasetilasi, asam lemak, alkohol asam lemak dan ester sukrosa
asam lemak (Danhowe dan Fennema, 1994).
Edible film sebagai agen pembawa bahan tambahan seperti antimikroba
yang dapat meningkatkan masa simpan produk dan mengurangi risiko
pertumbuhan bakteri patogen pada permukaan makanan juga semakin
berkembang (Cagri, dkk., 2004). Pembentukan film dari protein whey juga
7
dipengaruhi oleh adanya bahan plasticizer. Plasticizer adalah bahan dengan bobot
molekul rendah yang ditambahkan dengan maksud meningkatkan elastisitas
(Gennadios, 2002). Plasticizer didefinisikan sebagai substansi non volatil yang
mempunyai titik didih tinggi, yang jika ditambahkan ke senyawa lain akan
mengubah sifat fisik dan mekanik senyawa tersebut (Krochta, 1992).
Komponen ini diperlukan untuk membantu meningkatkan pengikatan antara
molekul-molekul protein di dalam film, tetapi jumlahnya tidak boleh terlalu
sedikit ataupun terlalu banyak, apabila terlalu sedikit film yang dihasilkan rapuh
dan apabila terlalu banyak akan meningkatkan nilai WVP film yang tidak
diinginkan dalam pembentukan film ini.
Salah satu bahan plasticizer yang sering digunakan adalah sorbitol. Sorbitol
umumnya ditambahkan pada makanan untuk memberikan ketahanan mutu dasar
yang dimiliki makanan tersebut selama dalam proses penyimpanan sehingga dapat
bertahan lebih lama (Marie, 1991). Penambahan sorbitol pada edible film dapat
meningkatkan nilai pemanjangan sehingga kerapuhan edible film menurun dan
permeabilitasnya meningkat (Gennadios., dkk dalam Prihatiningsih, 2000).
Sorbitol digunakan sebagai suatu humektan (pelembab) pada berbagai jenis
produk sebagai pelindung melawan hilangnya kandungan moisture. Sifat tekstur
dan kemampuan untuk menstabilisasi kelembaban, sorbitol banyak digunakan
untuk produksi permen, roti dan cokelat dan produk yang dihasilkan cenderung
menjadi kering atau mengeraskan. Sorbitol bersifat non-cariogenik (tidak
menyebabkan kanker) dan berguna bagi orang-orang penderita diabetes (Smith,
1991).
8
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2014, Pembuatan
Edible film, pengujian warna, ketebalan, dan rendemen dilaksanakan di
Laboratorium Bioteknologi Pengolahan Susu, Fakultas Peternakan dan pengujian
kekuatan tarik dan kemuluran dilaksanakan di Teaching Industri Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah whey dangke, agar,
sorbitol, aquades, silika gel, alumunium foil dan wrapping.
Peralatan yang digunakan yaitu timbangan analitik, gelas piala,
erlenmeyer, micropipet, tip, teflon berdiameter 12 cm, oven, autoclave, freezer,
digital gauge HF 500, digital color meter tes (T 135), cawan porselin,
termometer, stopwatch, magnetic stirrer, mikrometer skrup, waterpash, plastik,
gelas plastik, benang godam, kotak plastik, spatula, dan gunting.
Metode Peneltian
A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
dan 5 ulangan. Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut :
- A1 = penambahan agar pada level 1 % (w/v)
- A2 = penambahan agar pada level 2 % (w/v)
- A3 = penambahan agar pada level 3 % (w/v)
- A4 = penambahan agar pada level 4 % (w/v)
9
B. Pembuatan Edible film
1. Proses pembuatan whey bubuk
Whey disterilisasi pada suhu 121o C selama 30 menit, whey yang telah
disterlisasi selanjutnya didinginkan. Larutan whey sebanyak 100 mL lalu dituang
ke dalam cawan petri polyesteren. Whey diliofilisasi (dibekukan) kemudian
Freeze drying (facum 20 menit, main drying 24 jam, dan finally drying 2 jam) dan
dihasilkan whey bubuk.
2. Pembuatan Larutan Edible film
Komposisi bahan yang digunakan adalah whey bubuk 4 % (w/v), agar level
1, 2, 3, dan 4 % (w/v), aquades 20 mL, dan Sorbitol 35 % dari berat kering
campuran whey dan agar.
Proses pembuatan edible film berbahan dasar whey dangke sebagai berikut :
whey bubuk 4 % (w/v) ditambahkan agar pada berbagai presentase sesuai
perlakuan (w/v) kemudian dilarutkan dengan aquades 20 ml. Larutan tersebut
dipanaskan pada suhu 93oC ± 2
oC selama 30 menit dengan magnetic strirrer.
Sorbitol ditambahkan 35% dari berat kering campuran whey dan agar pada menit
ke-20. Selanjutnya larutan edible film yang terbentuk dimasukkan ke dalam teflon
(0,95 x diameter teflon) kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 55oC
selama 6 jam. Edible film yang telah kering dilepas dengan hati-hati, lalu di
digantung di dalam box yang tertutup selama 1 hari sebelum dilakukan analisis.
10
C. Parameter yang Diukur
Ketebalan
Pengujian ketebalan edible film dilakukan dengan menggunakan micrometer
skrup (Model MDC-25M, Mitutoyo, MFG, Japan). Ketebalan edible film
ditentukan dari rata-rata pengukuran pada 5 titik lokasi yang berbeda (Ayranci dan
Tunc, 2003) .
Rendemen
Rendemen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kekuatan tarik (Tensile strength) dan Kemuluran (Elongation)
Pengujian kekuatan tarik edible film menggunakan digital gauge HF 500.
Ukuran edible film yang diuji adalah 8 × 3 cm2. Edible film dikaitkan secara
horisontal pada penjepit/pengait dengan luasan 1,5 cm di kedua sisi panjangnya.
Nilai kekuatan tarik dibaca setelah penarikan sampel. Sedangkan nilai kemuluran
dihitung dengan menggunakan rumus :
E = 100 × (dafter – dbefore)/ dafter
Rumus tersebut menunjukkan : E adalah kemuluran dan d adalah jarak
antara penjepit pemegang sampel sebelum atau setelah sampel ditarik hingga
putus (Bourtoom, 2008 dan Wittaya, 2012).
Pengujian warna
11
Pengujian warna edible film menggunakan digital color meter test (T 135).
Sebelum digunakan, alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan standar yang berwarna
putih (nilai kalibrasi L=94,76, a=-0,795, dan b=2,200). Nilai warna L= 0 (hitam)
hingga 100 (putih); a=-60 (hijau) hingga +60 (merah), dan b=-60 (biru) hingga
+60 (kuning) (Bourtoom, 2006; Cho, dkk.,2006 dan Bae, dkk., 2008).
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan rancangan
acak lengkap (RAL) (Gazperz, 1991).
Yij = µ + ti+ εij
Keterangan :
i = Jumlah perlakuan (1, 2, 3, 4)
j = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5)
Yij = Nilai pengamatan pada kualitas karakteristik Edible film ke-i level
agar ke-j.
µ = Nilai tengah sampel
ti = Pengaruh perlakuan penambahan level agar ke-i
εij = Pengaruh galat percobaan dari penambahan level agar ke-i dan ulangan
ke-j
Selanjutnya jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka
dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference).
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh konsentrasi agar terhadap karakteristik edible film dari whey
dangke dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi yang ditambahkan dalam
larutan edible film yaitu agar sebesar 1 – 4% ml/ml larutan. Karakteristik yang
dianalisis adalah ketebalan, rendemen, daya tarik, kemuluran dan warna. Hasil
penelitian ditunjukkan sebagai berikut :
A. Ketebalan
Ketebalan merupakan sifat fisik yang akan mempengaruhi laju transmisi uap
air, kekuatan tarik dan kemuluran dari edible film. Hasil penelitian pengaruh
konsentrasi agar terhadap ketebalan edible film disajikan pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 rata – rata ketebalan edible film yang dihasilkan
dengan perlakuan konsentrasi agar (1, 2, 3 dan 4 %) adalah 0,021 – 0,050 mm.
Edible film penelitian ini memiliki ketebalan yang hampir sama dengan penelitian
0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
1 2 3 4
a
b
c
d
kete
bal
an (
mm
)
konsentrasi (%)
Gambar 1. Rata-rata ketebalan edible film yang menggunakan konsentrasi
agar berbeda
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara
perlakuan (P<0,01)
13
edible film dari berbagai bahan yang berbeda seperti penelitian Yulianti dan
Ginting, (2012) berbahan pati ubi jalar dengan penambahan agar 0,024-0,028
mm. Ketebalan edible film berbehan pati gayong dengan penambahan ekstrak
bawang putih yaitu sekitar 0,04 mm (Sari, dkk., 2013). Selain itu Penelitian lain
menyatakan bahwa ketebalan dari edible film berbahan whey protein konsentrat
dan tepung porang dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,04 - 0,15 mm (Safitri,
dkk., 2014)
B. Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan antara berat edible film dengan berat
larutan edible film. Rendemen adalah persentase produk yang didapatkan dari
membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya, sehingga dapat diketahui
kehilangan beratnya selama proses pengolahannya. Jumlah rendemen yang optimal
akan menentukan efisiensi perlakuan dalam pembuatan edible film. Nilai rendemen
dapat dilihat pada Gambar 2.
a
b
c
d
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
1 2 3 4
Re
nd
em
en
(%
)
Konsentrasi (%)
Gambar 2. Rata-rata rendemen edible film yang menggunakan konsentrasi
agar berbeda
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara
perlakuan (P<0,01)
14
Berdasarkan Gambar 2 rata-rata rendemen yang dihasilkan pada perlakuan
konsentrasi agar (1,2,3 dan 4%) adalah 6,271 – 10,439 %. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa konsentrasi agar berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
rendemen edible film (Lampiran 2). Hasil uji lanjut (Gambar. 2) menunjukkan
bahwa setiap perlakuan konsentrasi agar mengalami perbedaan rendemen dengan
perlakuan konsentrasi agar yang lainnya. Rendemen edible film sangat
dipengaruhi oleh besar molekul, jumlah kelompok fungsional dan interaksi bahan
(ikatan antara air, dan polimer). Air yang tidak terikat dengan polimer-polimer
bahan akan teruapkan pada saat proses pengeringan. Agar merupakan hidrokoloid
yang memiliki daya gelasi yang cukup kuat. Interaksi yang baik tergantung pada
sifat dan komposisi bahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gaman dan
Sherrington. (1994) yang menyatakan bahwa air merupakan salah satu faktor
terpenting dalam menentukan nilai dari rendemen. Semakin banyaknya air yang
terperangkap maka menyebabkan rendemen semakin menigkat. Air yang
terkandung dalam suatu bahan di golongkan atas tiga yaitu air bebas, air yang
terikat dalam jaringan, dan air yang terikat secara kimia. Proses gelatinisasi
menyebabkan terikatnya air secara kimia dengan polimer.
C. Kekuatan Tarik (Tensile strength)
Kekuatan tarik merupakan gaya tarik maksimum yang dapat di tahan oleh
sebuah film hingga terputus. Kekuatant tarik yang terlalu kecil mengindikasikan
bahwa edible film yang bersangkutan tidak dapat dijadikan kemasan, karena
karakter fisiknya kurang kuat dan mudah patah. Nilai kekuatan tarik dapat dilihat
pada Gambar 3.
15
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
1 2 3 4
a
b c
d
Ke
kuat
an t
arik
(N
)
Konsentrasi (%)
Berdasarkan Gambar 3 rata-rata kekuatan tarik yang dihasilkan dengan
perlakuan konsentrasi agar (1, 2, 3 dan 4%) adalah 13,3 – 22,9 N. Edible film
dalam penelitian ini memiliki kekuatan tarik yang lebih besar dibanding edible
film yang terbuat dari protein whey dan tepung porang yaitu 0,4-6,5 N (Safitri,
dkk., 2014). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi agar berpengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap kekuatan tarik edible film (Lampiran 3). Hasil uji
lanjut (Gambar. 3) menunjukkan bahwa setiap perlakuan konsentrasi agar
mengalami perbedaan kekuatan tarik dengan perlakuan konsentrasi agar yang
lainnya. Semakin tinggi konsentrasi agar yang diberikan maka kuat tarik semakin
tinggi, sedangkan semakin rendah konsentrasi agar yang diberikan maka kuat tarik
semakin rendah.
D. Kemuluran (Elongation)
Kemuluruan merupakan perubahan panjang maksimum sebelum edible film
terputus. Persen pemanjangan mempresentasikan kemampuan edible film untuk
Gambar 3. Rata-rata kekuatan tarik edible film yang menggunakan konsentrasi
agar berbeda
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara
perlakuan (P<0,01)
16
meregang secara maksimum. Nilai kemuluran edible film dengan penambahan
konsentrasi agar yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa rata – rata kemuluran
(elongation) yang dihasilkan dengan perlakuan konsentrasi agar (1 – 4 %) adalah
antara 26,06 – 34,52%. Kemuluran edible film ini lebih rendah dibandingkan
dengan penelitian Safitri, dkk. (2014) yang menggunakan protein whey dan
tepung porang memiliki kemuluran (Elongation) 45,67 – 63,67%. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa konsentrasi agar berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap kemuluran edible film (Lampiran 4). Hasil uji lanjut (Gambar. 4)
menunjukkan bahwa setiap perlakuan konsentrasi agar mengalami perbedaan
kemuluran dengan perlakuan konsentrasi agar yang lainnya.
a b
c d
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
1 2 3 4
kem
ulu
ran
(%
)
konsentrasi (%)
Gambar 4. Rata-rata kemuluran edible film yang menggunakan konsentrasi
agar berbeda
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara
perlakuan (P<0,01)
17
E. Warna
Warna edible film dapat berpengaruh terhadap kenampakan atau penampilan
produk yang dikemas. Semakin cerah warnanya, semakin bagus kenampakan
produk yang dikemas. Pengukuran menghasilkan nilai L menyatakan parameter
kecerahan. Sedangkan a dan b adalah koordinat-koordinat chroma. Hasil
pengukuran nilai warna dari edible film dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata pengukuran warna edible film pada konsentrasi agar yang
berbeda
Warna Konsentrasi (%)
1 2 3 4
L* 88,232a 88,731
b 89,212
c 89,525
c
a* 1,736 1,071 1,107 1,472
b* 1,879 1,071 1,221 1,619 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama (L*) menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P<0,01)
Nilai warna L= 0 (hitam) hingga 100 (putih); a=-60 (hijau) hingga +60
(merah), dan b= -60 (biru) hingga +60 (kuning). Hasil pengujian didapatkan
bahwa rata-rata nilai edible film yang dihasilkan dengan perlakuan konsentrasi
agar (1, 2, 3, dan 4%) adalah nilai L antara 88,232 – 89,525, nilai warna a antara
1,071 - 1,736, dan nilai warna b antara 1,071 – 1,879. Hal ini sedikit berbeda
dengan penelitian yang didapatkan oleh Setiani, dkk (2013) menunjukkan bahwa
edible film dari poliblend pati sukun-kitosan yang memiliki tingkat kecerahan
nilai L = 80,49, a = 2,29, b = -12,7, dengan warna pati abu-abu pucat yang
menunjukkan karakteristik warna cerah dan warna merah kebiruan jika dilihat dari
nilai a dan b nya. Penelitian lain yang menggunakan komposit pati beras dan
kitosan, dimana nilai warna L tdk berbeda (sekitar 85-86) (Bourtoom, 2008).
18
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Peningkatan konsentrasi agar menyebabkan peningkatan ketebalan,
rendemen, kekuatan tarik (Tensile strength), dan nilai warna L (kecerahan),
sedangkan nilai dari kemuluran (Elongation) mengalami penurunan.
2. Persentase agar yang terbaik dalam pembuatan edible film berbahan dasar
whey dangke pada perlakuan pemberian level 1 sampai 2%.
B. Saran
Sebaiknya pembuatan edible film ini menggunakan konsentrasi 1 dan 2%
untuk menghasilkan karakteristik fisik (ketebalan, rendemen, kekuatan tarik,
kemuluran, dan warna) edible film yang baik.
.
19
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. Liviawati, 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara
Pengolahannya, Bhratara, Jakarta.
Almeida, K. E., A.Y.Tamime, and M.N. Oliveira. 2008. Acidification rates of
probiotic in Minas Frescal cheese whey. LWT, 41, 311-316.
Amaliya R.R dan Putri W.D .R. 2014. Karakterisasi edible film dari pati jagung
dengan penambahan filtrat kunyit putih sebagai anti bakteri. Jurnal Pangan
dan Agroindustri 2(3) : 43 – 53.
Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini, 2006. Rumput Laut,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Awwaly, K.U, A. Manab dan E. Wahyuni. 2010. Pembuatan edible film protein
whey : kajian rasio protein dan gliserol terhadap sifat fisik dan kimia. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak. 5(1): 45-56.
Ayranci E, dan Tunc S. 2003. A method dor the measurement of oxygen
permeability and development of edible films to reduce the rate of oxidative
reactions in fresh foods. Journal Food Chem 80: 423-431.
Bae, H.J., Cha,.D.S., Whiteside, W.S., and Park, H.J., 2008. Film and
Pharmaceutical Hard Capsule Formation Properties of Mungbean,
Waterchestnut, and Sweet Potato Starches. Food Chemistry 106 : 96-105.
Bertuzzi, M.A., E.F. Castro Vidaurre, M. Armada, and J.C. Gottifredi. 2007.
Water vapor permeability of edible starch based films. J. of Food
Engineering (80) : 972 – 978.
Britton G, Jensen SL, Pfander H. 1995. Carotenoids (IA): Isolation and Analysis.
Birkhauser Verlag, Switzerland.
Chamidah, A, Dan Elita Ch, (2002), Pengaruh pengolahan terhadap kualitas
gelatin ikan hiu, Seminar Nasional PATPI, Malang, ISBN : 979-95249-6-2.
Cho, Y.J., Park, O.J., dan Shin H.J. 2006. Immobilization of Thermostable
Trehalose Synthase for Production of Trehalose. Enzyme Microbiologi.
Damat. 2008. Efek jenis dan konsentrasi plasticizer terhadap karakteristik edible
film dari pati garut butirat. Agritek, 16(3):333-339.
Donhowe, G and O Fennema., 1994, Edible film and Coating: Characteristic
Formation, Definition and Testing Methods P. 40-50 In J.M Krochta, E. A.
20
Baldwin dan M.O Nisperos-Carriedo (Ed). Edible Coating and Films to
Improve Food Quality. Tecnomic Publishing Co. Inc. Pennsylvania.
Fardiaz, D dan L.E, Radiati. 1991. Produksi Renin Mucor Pusillus Pada Substrat
Limbah Minyak Jagung. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor
Fatma, Soeparno, Nurliyani, Chusnul Hidayat, Muhammad Taufik. 2012.
Karakteristik whey limbah dangke dan potensinya sebagai produk minuman
dengan menggunakan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051. Jurnal
Teknologi Pertanian Agritech, 32 (4) : 1-5.
Gaman P.M, dan Sherrington, 1994, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi , Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan . Bandung : Armico.
Gontard, N., S. Guilbert, and J.L. Cuq. 1993. Water and glycerol as plasticizer
affect mechanical and water vapor barrier properties of an edible wheat
gluten film. J. Food Sci. 58 : 206 – 211.
Gounga, m.e., s.y. xu, and Z. Wang, 2007, whey protein isolate-based edible films
as affected by protein concentration, glycerol ratio and pullulan addition in
film formation. Joutnal Food eng., 83 (4) : 521-530.
Guilbert, S. 1986. Technology and application of edible protective films. In
Mathlouthi, M. (Ed.), Food packaging and preservation, p. 371–394.
London, UK: Elsevier Applied Science.
Javamard M. 2009. Biodegradable Whey Protein Edible films as a New
Biomaterials for Food and Drug Packaging. Iranian Journal of
Pharmaceutical Sciences. 5(3):129-134.
Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Kinzel, B.1992. Protein-rich edible coatings for foods. Journal of Agricultural
research. May 1992 : 20-21.
Krochta, J.M. 1992. Control of Mass Transfer in Foods with Edible-Coatings and
Films. In Singh, R.P. and Wirahartakusumah, M.A. Advances in Food
Engineering. P. 517-538.
Krochta and De Mulder Johnston. 1997. Edible and Biodegradable Polymers
Film: Changes & Opportunities. Food Technology (51).
21
Manuhara, G.J.,2003. Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma sp. untuk
Pembuatan Edible film. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Marie S. 1991. Blackie Publication . London.
Nurdiana, D. 2002. Karakteristik Fisik Edible film dari Kitosan dengan Sorbitol
sebagai Plasticizer. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurliyani, L. 2010. Laktosa sebagai ingridien pangan. Food Review.5 (6) : 39-43.
Prihatiningsih, N. 2000. Pengaruh Penambahan Sorbitol dan Asam Palmitat
Terhadap Ketebalan Film dan Sifat Mekanik Edible film dari Zein. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.Skripsi (Tidak Dipublikasikan).
Rachmawati, E. dan L. Suryani. 2011. Optimasi proporsi campuran gluten dan
gum arab serta penambahan asam stearat dalam pembuatan edible film dan
aplikasinya untuk pelapisan kacang bawang rendah lemak. Prosiding
Seminar Nasional. Universitas Slamet Riyadi Surakarta : 98-106.
Rasyid,A. 2004. Beberapa Catatan Tentang Agar. Jurnal Oseana XXIX (2), 1-7
Robertson, L. G. 1992. Food Packaging Principles and Practice. Marcell Dekker,
Inc. New York.
Rodriguez, M, J. Oses, K. Ziani, and J.I. Mate. 2006. Combined Effect of
Plasticizers and Surfactants on the Physical Properties of Starch Based
Edible films. Food Research. Int. 39: 840-846.
Safitri, I., Thohari, dan Purwadi. 2014. Karakterisitik sifat fisiko-mekanis edible
film komposit dengan rasio protein whey dantepung porang (Amorphopallus
oncophyllus) yang berbeda. Http://fapet.ub.ac.id/wp-content/2014/03/
karakteristik. Diakses tanggal 27 Desember 2014.
Santoso, B., Herpandi, V. Ariani, dan R. Pambayun. 2012. Karakteristik film
pelapis pangan dari surimi belut sawah dan tapioka. J. Teknologi dan
Industri Pangan 24 (1): 48-53.
Sari, R. P., S. T, Wulandari dan D. H, Wardhani. 2013. Pengaruh penambahan
ekstrak bawang putih (Alium sativum) terhadap karakteristik edible film pati
ganyong (Canna edulis kerr.). Jurnal teknologi kimia dan industri., 2 (3) :
82-87.
Setiani, W. Sudiarti, T. Rahmidar, L. 2013. Preparasi dan karakterisasi edible film
dari poliblend pati sukun-kitosan. Jurnal teknosains pangan. 3(2): 100-109.
22
Smith, J., 1991. Food Additive User’s Handbook. Van Nostrad Renihold, New
York.
Sobral, P.J.A. and A.M.Q.B. Habitante. 2001. Phase transitions of pig skin
gelatin. Journal Food Hydrocolloids. 15: 377-382.
Suryaningrum Dwi TH, Jamal Basmal, dan Nurochmawati, 2005. Studi
Pembuatan Edible film dari Karaginan. Journal Penelitian Perikanan
Indonesia. 11(4): 1-13.
Warkoyo., B. Rahardjo., D. W. Marseno., J. N. W. Karyadi. 2014. Sifat fisik,
mekanik dan barrier edible film berbasis pati umbi kimpul (Xanthosoma
sagittifolium) yang diinkorporasi dengan kalium sorbat. Agritech, 34(1):
72-81.
Widyastuti, S., 2009. Pengolahan Agar-Agar dari Alga Coklat Strain Lokal
Lombok Menggunakan Dua Metode Ekstraksi. Jurnal Teknologi Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Mataram.Vol 10 No 1-2: 29-35.
Wittaya, T. 2012. Protein-Based Edible films : Characteristics and Improvement
of Properties, Structure and Function of Food Engineering, Prof. Ayman
Amer Eissa (Ed.), ISBN: 978-953-51-0695-1, InTech, DOI: 10.5772/48167.
Zavala, D. L. Villagómez, C. G. Corona, E. S.M. Martínez, J.P. Pérez-Orozco,
E.J. Vernon-Carter and R. Pedroza-Islas. 2008. Comparative study of the
mechanical properties of edible films made from single and blended
hydrophilic biopolymer matrices. Revista Mexicana de Ingeniería Química.
7(3): 263-273.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil uji statistik ketebalan edible film
Descriptive Statistics
Dependent Variable:ketebalan
perlakuan Mean Std. Deviation N
dimension1
A1 ,0208 ,00084 5
A2 ,0308 ,00084 5
A3 ,0408 ,00130 5
A4 ,0504 ,00167 5
Total ,0357 ,01139 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Ketebalan
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model ,002a 3 ,001 551,548 ,000
Intercept ,025 1 ,025 17281,220
,000
perlakuan ,002 3 ,001 551,548 ,000 Error 2,360E-5 16 1,475E-6 Total ,028 20 Corrected Total ,002 19
a. R Squared = ,990 (Adjusted R Squared = ,989)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ketebalan
(I) perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD
dimension2
A1 dimension3
A2 -,0100* ,00077 ,000 -,0116 -,0084
A3 -,0200* ,00077 ,000 -,0216 -,0184
A4 -,0296* ,00077 ,000 -,0312 -,0280
A2 dimension3
A1 ,0100* ,00077 ,000 ,0084 ,0116
A3 -,0100* ,00077 ,000 -,0116 -,0084
A4 -,0196* ,00077 ,000 -,0212 -,0180
A3 dimension3
A1 ,0200* ,00077 ,000 ,0184 ,0216
A2 ,0100* ,00077 ,000 ,0084 ,0116
A4 -,0096* ,00077 ,000 -,0112 -,0080
A4 dimension3
A1 ,0296* ,00077 ,000 ,0280 ,0312
A2 ,0196* ,00077 ,000 ,0180 ,0212
A3 ,0096* ,00077 ,000 ,0080 ,0112
24
Lampiran 2. Hasil uji statistik rendemen edible film
Descriptive Statistics
Dependent Variable:rendemen
perlakuan Mean Std. Deviation N
dimension1
A1 6,2710 ,18301 5
A2 7,8222 ,33622 5
A3 9,1728 ,32729 5
A4 10,4390 ,23534 5
Total 8,4263 1,61129 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Rendemen
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 48,092a 3 16,031 207,488 ,000
Intercept 1420,034 1 1420,034 18379,614 ,000 perlakuan 48,092 3 16,031 207,488 ,000 Error 1,236 16 ,077 Total 1469,362 20 Corrected Total 49,329 19
a. R Squared = ,975 (Adjusted R Squared = ,970)
Multiple Comparisons
Dependent Variable : Rendemen
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD
dimension2
A1 dimension3
A2 -1,5512* ,17580 ,000 -1,9239 -1,1785
A3 -2,9018* ,17580 ,000 -3,2745 -2,5291
A4 -4,1680* ,17580 ,000 -4,5407 -3,7953
A2 dimension3
A1 1,5512* ,17580 ,000 1,1785 1,9239
A3 -1,3506* ,17580 ,000 -1,7233 -,9779
A4 -2,6168* ,17580 ,000 -2,9895 -2,2441
A3 dimension3
A1 2,9018* ,17580 ,000 2,5291 3,2745
A2 1,3506* ,17580 ,000 ,9779 1,7233
A4 -1,2662* ,17580 ,000 -1,6389 -,8935
A4 dimension3
A1 4,1680* ,17580 ,000 3,7953 4,5407
A2 2,6168* ,17580 ,000 2,2441 2,9895
A3 1,2662* ,17580 ,000 ,8935 1,6389
25
Lampiran 3. Hasil uji statistik daya tarik edible film
Descriptive Statistics
Dependent Variable:kekuatan_tarik_N
perlakuan Mean Std. Deviation N
dimension1
A1 13,3200 ,61806 5
A2 16,8600 ,26077 5
A3 18,8200 ,44385 5
A4 22,9000 ,40620 5
Total 17,9750 3,57372 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:kekuatan_tarik_N
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 239,410a 3 79,803 393,119 ,000
Intercept 6462,013 1 6462,013 31832,574 ,000 perlakuan 239,410 3 79,803 393,119 ,000 Error 3,248 16 ,203 Total 6704,670 20
Corrected Total 242,658 19
a. R Squared = ,987 (Adjusted R Squared = ,984)
Multiple Comparisons
Dependent Variable:kekuatan_tarik_N
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
LSD
dimension2
A1 dimension3
A2 -3,5400* ,28496 ,000 -4,1441 -2,9359
A3 -5,5000* ,28496 ,000 -6,1041 -4,8959
A4 -9,5800* ,28496 ,000 -10,1841 -8,9759
A2 dimension3
A1 3,5400* ,28496 ,000 2,9359 4,1441
A3 -1,9600* ,28496 ,000 -2,5641 -1,3559
A4 -6,0400* ,28496 ,000 -6,6441 -5,4359
A3 dimension3
A1 5,5000* ,28496 ,000 4,8959 6,1041
A2 1,9600* ,28496 ,000 1,3559 2,5641
A4 -4,0800* ,28496 ,000 -4,6841 -3,4759
A4 dimension3
A1 9,5800* ,28496 ,000 8,9759 10,1841
A2 6,0400* ,28496 ,000 5,4359 6,6441
A3 4,0800* ,28496 ,000 3,4759 4,6841
26
Lampiran 4. Hasil uji statistik kemuluran edible film
Descriptive Statistics
Dependent Variable:kemuluran
perlakuan Mean Std. Deviation N
dimension1
A1 34,5180 ,89940 5
A2 32,3460 ,93996 5
A3 27,8100 ,59321 5
A4 26,0640 ,43821 5
Total 30,1845 3,54880 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kemuluran
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 230,340a 3 76,780 137,329 ,000
Intercept 18222,081 1 18222,081 32592,101 ,000 perlakuan 230,340 3 76,780 137,329 ,000 Error 8,946 16 ,559 Total 18461,367 20 Corrected Total 239,286 19
a. R Squared = ,963 (Adjusted R Squared = ,956)
Multiple Comparisons
Dependent Variable:kemuluran
(I)
perlakuan (J)
perlakuan Mean
Difference (I-J) Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD
dimension2
A1 dimension3
A2 2,1720* ,47290 ,000 1,1695 3,1745
A3 6,7080* ,47290 ,000 5,7055 7,7105
A4 8,4540* ,47290 ,000 7,4515 9,4565
A2 dimension3
A1 -2,1720* ,47290 ,000 -3,1745 -1,1695
A3 4,5360* ,47290 ,000 3,5335 5,5385
A4 6,2820* ,47290 ,000 5,2795 7,2845
A3 dimension3
A1 -6,7080* ,47290 ,000 -7,7105 -5,7055
A2 -4,5360* ,47290 ,000 -5,5385 -3,5335
A4 1,7460* ,47290 ,002 ,7435 2,7485
A4 dimension3
A1 -8,4540* ,47290 ,000 -9,4565 -7,4515
A2 -6,2820* ,47290 ,000 -7,2845 -5,2795
A3 -1,7460* ,47290 ,002 -2,7485 -,7435
27
Lampiran 5. Hasil uji statistik warna edible film
a. Warna L*
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Warna L*
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4,802a 3 1,601 17,934 ,000
Intercept 158152,935 1 158152,935 1771918,439 ,000
perlakuan 4,802 3 1,601 17,934 ,000
Error 1,428 16 ,089
Total 158159,165 20
Corrected Total 6,230 19
a. R Squared = ,771 (Adjusted R Squared = ,728)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Warna L*
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD
dimension2
A1
dimension3
A2 -,4998* ,18895 ,018 -,9004 -,0992
A3 -,9804* ,18895 ,000 -1,3810 -,5798
A4 -1,2932* ,18895 ,000 -1,6938 -,8926
A2
dimension3
A1 ,4998* ,18895 ,018 ,0992 ,9004
A3 -,4806* ,18895 ,022 -,8812 -,0800
A4 -,7934* ,18895 ,001 -1,1940 -,3928
A3
dimension3
A1 ,9804* ,18895 ,000 ,5798 1,3810
A2 ,4806* ,18895 ,022 ,0800 ,8812
A4 -,3128 ,18895 ,117 -,7134 ,0878
A4
dimension3
A1 1,2932* ,18895 ,000 ,8926 1,6938
A2 ,7934* ,18895 ,001 ,3928 1,1940
A3 ,3128 ,18895 ,117 -,0878 ,7134
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = ,089.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
28
b. Warna a*
Descriptive Statistics
Dependent Variable:warna_a
perlakuan Mean Std. Deviation N
dimension1
A1 1,7360 1,26056 5
A2 1,0712 1,21600 5
A3 1,1066 2,02426 5
A4 1,4722 ,90955 5
Total 1,3465 1,32734 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:warna_a
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1,504a 3 ,501 ,25
1
,859
Intercept 36,261 1 36,261 18,
147
,001
perlakuan 1,504 3 ,501 ,25
1
,859
Error 31,970 16 1,998
Total 69,736 20
Corrected Total 33,475 19
a. R Squared = ,045 (Adjusted R Squared = -,134)
29
c. Warna b*
Descriptive Statistics
Dependent Variable:warna_b
perlakuan Mean Std. Deviation N
dimension1
A1 1,8786 1,50693 5
A2 1,3268 1,78887 5
A3 1,2214 2,44281 5
A4 1,6188 1,85026 5
Total 1,5114 1,78840 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:warna_b
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1,323a 3 ,441 ,119 ,948
Intercept 45,687 1 45,687 12,297 ,003
perlakuan 1,323 3 ,441 ,119 ,948
Error 59,447 16 3,715
Total 106,456 20
Corrected Total 60,769 19
a. R Squared = ,022 (Adjusted R Squared = -,162)
30
DOKUMENTASI
Proses liofilisasi dan freeze drying
Proses penimbangan
31
Mengg menunakan
Proses pemanasan mengunakan
magnetic stirer
Proses pengeringan mengunakan
oven
32
Edible Film
Pengukuran ketebalan Edible Film
33
Pengukuran kekuatan tarik dan kemuluran Edible Film
Pengukuran Warna Edible Film
34
RIWAYAT HIDUP
Muh Qurnaldy Hakim, lahir pada tanggal 18 April 1993 di
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Marwan Hakim, SE
dan Hj. Syahreni Mantiri. Jenjang pendidikan formal yang
pernah ditempuh Penulis adalah TK Tamalanrea Kota
Makassar yang lulus pada tahun 1999 dan melanjutkan Sekolah Dasar Islam
Athirah, Makassar. dan lulus tahun 2005. Penulis melanjutkan di SMP Santo
Fransiskus De Salles Kokoleh 1, Manado. Kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Parepare, lulus pada tahun 2011. Setelah
menyelesaikan SMA, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui
Jalur Undangan di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar.
Penulis juga merupakan salah satu asisten Laboratorium Ilmu Kesehatan Ternak
pada tahun 2014 sampai sekarang. Saat ini Penulis juga aktif di Himpunan
Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak Universitas Hasanuddin
(HIMATEHATE_UH).