karakteristik dan keberhasilan operasi...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK DAN KEBERHASILAN
OPERASI GLAUKOMA PADA GLAUKOMA UVEITIS
Disusun Oleh:
Novaqua Yandi
NPM 131221170502
PENELITIAN OBSERVASIONAL
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
2020
Penelitian Observasional
KARAKTERISTIK DAN KEBERHASILAN
OPERASI GLAUKOMA PADA GLAUKOMA UVEITIS
Disusun Oleh:
Novaqua Yandi
NPM 131221170502
Telah Disetujui Oleh
Pembimbing
DR. Elsa Gustianty, dr.,SpM(K) MKes
KARAKTERISTIK DAN KEBERHASILAN OPERASI GLAUKOMA
PADA GLAUKOMA UVEITIS
Novaqua Yandi, Elsa Gustianty
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
Abstract
Introduction:Glaucoma is one of common complication in uveitis. Surgical intervention had
been known for the lower successful rate in Uveitic Glaucoma (UG) but still a treatment of
choice when the medical therapy no longer could control the intraocular pressure (IOP)
Purpose:To describe the demographic and clinical characteristics of UG that received
glaucoma surgery and also the outcome of the surgery.
Methods:Medical records of UG patients that received glaucoma surgery in 2018-2019 were
reviewed. Age, gender, type and etiology of uveitis, duration of uveitis, intraocular
pressure(IOP), visual acuity, gonioscopy, ocular characteristic, previous surgery and laser,
current surgery, and complication were studied. Success was defined as IOP ≤21mmHg or
reduction >20% from baseline and >6mmHg with or without medication. Failure defined in
presence of surgery complication that leads to change of IOP, uncontrolled IOP which need
additional surgery, and if visual acuity become no light perception (NLP)
Results:There were 48 patients (57 eyes) with UG that received glaucoma surgery included.
Mean age was 47,23±14,62. Anterior uveitis was the most common type of UG with mean
uveitis duration before surgery was 13,75±17,65 months. Mean initial IOP was
35,81±13,30mmHg, at the final visit 15,09±3,36. Mean follow up duration was 6,41±4,02
months. The overall partial success was 75,44% in one month, 67,74% in 6 months
Conclusion:Decrease in IOP was found in all surgery intervention, including Glaucoma
Drainage Device(GDD) implant, trabeculectomy with 5Fluorouracyl(5FU), combined
trabeculectomy cataract surgery with or without 5FU, and cyclodestructive laser surgery.
There was a high percentage of successful surgery but in short follow up period with many
lost to follow up eyes.
Keywords:Glaucoma, Uveitis, Uveitic Glaucoma
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan salah satu
komplikasi yang terjadi pada 20-30%
kasus uveitis. Pada glaukoma uveitis
dengan sudut terbuka, peningkatan TIO
terjadi akibat kerusakan sel endotel
anyaman trabekular dan obstruksi aliran
humor akuos pada anyaman trabekular
yang disebabkan paparan kronis
terhadap sel-sel radang, sitokin, iris
pigmen dan kortikosteroid. Pada
glaukoma uveitis dengan sudut tertutup
peningkatan TIO terjadi akibat
obstruksi aliran humor akuos oleh iris
2
dengan terbentuknya seklusio pupil dan
sinekia anterior perifer.1,2
Glaukoma uveitis merupakan salah
satu jenis glaukoma yang memiliki
kesulitan kompleks dalam
penatalaksanaannya. Penatalaksanaan
dengan operasi memiliki angka
keberhasilan yang rendah. Peningkatan
aktivitas inflamasi dari operasi
intraokular itu sendiri dan disertai
terjadinya fibrosis konjungtiva yang
cepat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kegagalan hasil operasi.
Meskipun demikian, jika tekanan
intraokular tidak dapat dikontrol dengan
obat antiglaukoma yang maksimal,
tatalaksana dengan operasi tetap
menjadi pilihan. 1–3
Terdapat beberapa pilihan terapi
bedah antara lain bedah filtrasi
trabekulektomi dengan atau tanpa
pemberian antimetabolit, pemasangan
GDD implant, laser siklodestruktif, dan
bedah minimal invasif glaukoma.
Literatur sebelumnya menyebutkan
GDD implant memiliki angka
keberhasilan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan trabekulektomi
disertai penggunaan antimetabolit.3–5
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik demografi dan
klinis serta keberhasilan operasi
glaukoma pada glaukoma uveitis yang
dilakukan tindakan operasi glaukoma di
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata
Cicendo (PMN RSM Cicendo).
MATERIAL DAN METODE
Studi ini merupakan studi
retrospektif dengan pengambilan data
dari rekam medis pasien glaukoma
uveitis yang dilakukan tindakan operasi
glaukoma, baik operasi insisi maupun
laser, oleh unit Glaukoma PMN RSM
Cicendo pada Januari 2018-Desember
2019. Kriteria inklusi meliputi seluruh
pasien dengan diagnosis glaukoma
uveitis yang dilakukan tindakan operasi
glaukoma dengan TIO >21mmHg.
Kriteria eksklusi meliputi pasien
glaukoma uveitis yang disertai dengan
diagnosis glaukoma lainnya, pasien
yang melakukan follow up <1 bulan,
pasien yang menjalani tindakan operasi
tambahan selain operasi glaukoma, dan
pasien dengan rekam medis tidak
lengkap.
3
Pengambilan data meliputi usia, jenis
kelamin, jenis uveitis, etiologi uveitis,
aktivitas uveitis, pemberian profilaksis
steroid pre operatif, durasi uveitis
sebelum dilakukan operasi, episode
rekuren uveitis, tajam penglihatan, TIO
pre operatif, TIO post operatif, sudut
bilik mata depan, jenis operasi, jumlah
obat antiglaukoma sebelum dan sesudah
operasi, durasi penggunaan obat anti
glaukoma sebelum operasi, riwayat
operasi sebelumnya, komplikasi pasca
operasi,
Klasifikasi dan aktivitas uveitis
dinilai berdasarkan kriteria dari
Standardization of Uveitis
Nomenclature (SUN).6 Tajam
penglihatan dinilai dari tajam
penglihatan jauh dengan koreksi terbaik
dikelompokan sesuai dengan klasifikasi
gangguan penglihatan.
TIO diukur pada saat pre operatif,
post operatif hari pertama, minggu ke-1,
bulan ke-1, bulan ke-3, bulan ke-6,
bulan ke-9, dan bulan ke-12 dengan
tonometer aplanasi. Penilaian sudut dan
peripheral anterior synechiae (PAS)
dilakukan menggunakan goniolens 4
mirror. Nervus optikus dinilai
berdasarkan rasio cup/disk
menggunakan slit lamp biomikroskop
dengan lensa polus posterior.
Tindakan operasi dilakukan oleh tiga
operator dari unit Glaukoma. Operasi
dikatakan sukses absolut jika TIO pasca
operasi ≤21mmHg atau terdapat
penurunan TIO> 20% dan >6mmHg
tanpa memerlukan terapi obat
antiglaukoma dan sukses parsial jika
tetap memerlukan terapi obat
antiglaukoma. Pasien yang memerlukan
operasi tambahan dan mengalami
komplikasi operasi yang mempengaruhi
TIO , serta perubahan tajam penglihatan
menjadi NLP yang diakibatkan tidak
lain oleh penyakit glaukoma termasuk
dalam kriteria gagal. Pasien yang
memerlukan tindakan tambahan seperti
nd yag laser atau suturelysis tidak
termasuk dalam kriteria gagal.
Pemeriksaan TIO dan best corrective
visual acuity (BCVA) pasca operasi
dilakukan 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan
setelah operasi sesuai dengan panduan
dari World Glaucoma Association. Data
dianalisis menggunakan Microsoft
Excel 2010.7
4
HASIL
Sebanyak 57 kasus dari 48 pasien
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Rata-rata usia pasien 47.23±14.62 tahun
dengan kasus pada perempuan sebanyak
62.5%. Uveitis anterior merupakan jenis
uveitis yang paling banyak didapatkan.
Karakteristik klinis uveitis pada pasien
dapat dilihat pada tabel 1. HSV
merupakan etiologi uveitis pada 9 dari
19 pasien (47%) dengan uveitis yang
etiologinya teridentifikasi. Seklusio
pupil didapatkan sebanyak 24,6%.
Seluruh pasien dalam keadaan uveitis
yang tidak aktif saat dilakukan operasi
dan dilakukan pemberian steroid
preoperatif Durasi uveitis sebelum
tindakan operasi yaitu 13,75±17,65
bulan.
Tabel 1. Karakteristik Uveitis pada Pasien Glaukoma Uveitis yang Mendapat Terapi
Operasi Glaukoma
Jumlah
(n=48
pasien)
Persentase
(%)
Jumlah
(n=57
mata)
Persentase
(%)
Jenis uveitis Sinekia posterior 47 82.5%
Uveitis anterior 27 47.4% Seklusio pupil 14 24.6%
Uveitis intermediate 2 3.5% Iris bombe 6 10.3%
Panuveitis 22 38.6% Preoperatif steroid
Uveitis sanata 6 10.5% Oral 4 7.0%
Lateralitas metilprednisolon
Bilateral 28 58.3% Oral
Unilateral 20 41.7% metilprednisolon
Etiologi + tetes mata
CMV 1 2.1% prednisolone
CMV+Rubella 1 2.1% asetat 24 42.1%
Toxoplasma 1 2.1% Tetes mata
HSV 9 18.8% prednisolon asetat 13 22.8%
HIV 1 2.1% Injeksi TCA 1 1.8%
TBC 1 2.1% Tidak diberikan 15 26.3%
RA 1 2.1% Aktivitas
VKH 4 8.3% peradangan
Tidak ditemukan 9 18.8% pre operatif
Tidak diperiksa 20 41.7% Inaktif 57 100%
CMV: Cytomegalovirus. HIV: Human Immunodeficiency Virus. TBC: Tuberculosis. RA: Rhematoid
Arthritis. VKH: Vogyt Koyanagi Hoyt. TCA: Triamcinolone Acetate
5
Sebanyak 54.4% termasuk dalam
kelompok tajam penglihatan <3/60,
dan terdapat 8.7% pasien dengan tajam
penglihatan awal NLP. Gambaran
klinis secara umum dapat dilihat pada
Tabel 2. Rata-rata TIO pre operatif
35,81±13.30mmHg. Kondisi okular
pasien didapatkan sebanyak 87,7%
dengan katarak komplikata. Sebanyak
10 mata sudah pernah menjalani
operasi glaukoma sebelumnya.
Sebelum menjalani tindakan operasi
rata-rata telah mendapatkan
pengobatan dengan medikamentosa
selama 11,84±18.87 bulan. Kombinasi
trabekulektomi dengan ekstraksi lensa
dengan implantasi lensa intraokular
merupakan tindakan yang paling
banyak dilakukan. Tabel 3
menunjukan sebanyak 45.61%
tindakan menggunakan antimetabolit
5FU sebagai tindakan tambahan. Pada
pasien yang mendapatkan tindakan
GDD implant, 4 diantaranya
mendapatkan implant baerveldt.
Tabel 2. Karakteristik Klinis Pasien Glaukoma Uveitis yang Mendapat Terapi
Operasi Glaukoma
Jumlah
(n=57
mata)
Persen-
tase
(%)
Jumlah
(n=57
mata)
Persen-
tase
(%)
Tajam penglihatan Lensa
>6/12 4 7.0% Jernih 2 3.5%
6/12-6/18 3 5.3% Pseudofakia 5 8.8%
6/18-6/60 8 14.0% Katarak komplikata 50 87.7%
6/60-3/60 6 10.5%
<3/60 31 54.4%
Operasi glaukoma
sebelumnya
NLP 5 8.8% Kombinasi
Gonioskopi
trabekulektomi+
ekstraksi lensa+
implantasi LIO+5FU 1 1.75%
Sudut terbuka 18 31.6% Trabekulektomi 2 3.51%
Sudut tertutup 35 61.4% Trabekulektomi+MMC 3 5.26%
PAS 12 21.1% Trabekulektomi+5FU 4 7.02%
Tidak diperiksa 4 7% Laser sebelumnya
LPI 2 3.5%
LPI: Laser Peripheral Iridectomy. MMC: Mytomycin C.
6
Tabel 3. Karakteristik Operasi Glaukoma pada Glaukoma Uveitis
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Jenis pembedahan
GDD implant 5 8.7%
Trabekulektomi+5FU 18 31.6%
Kombinasi trabekulektomi+ekstraksi lensa+implantasi +LIO 23 40.4%
Kombinasi trabekulektomi+ekstraksi lensa+implantasi +LIO +5FU 8 14.0%
TSCPC 3 5.3%
Sinekiolisis
Ya 21 36.8%
Tidak 36 63.2%
Komplikasi
Hifema &koagulum 4 7.0%
Hipotoni 3 5.0%
Rekurensi uveitis post operasi 16 28.0%
TSCPC: Transcleral Cyclophtocoagulation
Penurunan TIO didapatkan pada
setiap jenis tindakan. Grafik 1
menggambarkan perubahan TIO pada
setiap jenis tindakan. Terdapat
penurunan TIO dengan rata-rata TIO
inisial 35,81±13,30 mmHg dalam
follow up selanjutnya pada hari
pertama, minggu pertama, bulan
pertama, bulan ke-3, bulan ke-6, bulan
ke-9, dan bulan ke-12 secara berturut-
turut dalam mmHg 21,95±9,93,
18,09±11,65, 17,49±7,06, 16,93±7,43,
17,35±7,91, 16,19±7,87, 15,09±3,36.
Rata-rata follow up pasien 6.41±4.02
bulan. Sukses parsial pada bulan
pertama didapatkan sebanyak 43 dari
57 mata, pada bulan ke-6 sebanyak 21
dari 31 mata, dan bulan ke-12
sebanyak 7 dari 11 mata. Terdapat 15
mata lost to follow up, 27 mata
dijadwalkan untuk kontrol selanjutnya
dan 4 mata yang menjalani operasi
glaukoma tambahan.
.
7
Grafik 1. Penurunan TIO Setelah Operasi Glaukoma
Grafik 2. Perubahan BCVA Setelah Operasi Glaukoma
0
10
20
30
40
50
Preoperatif 1 hari
(n=57)
1 minggu
(n=57)
1 bulan
(n=57)
3 bulan
(n=46)
6 bulan
(n=31)
9 bulan
(n=21)
12 bulan
(n=11)
TIO (mmHg)
Periode Follow-up
Semua jenis operasiGDD implantTrabekulektomi+5FUKombinasi trabekulektomi+ ekstraksi lensa+implantasil LIOKombinasi trabekulektomi+ekstraksi lensa+implantasi LIO+5FUTSCPC
0
10
20
30
40
50
60
Preoperatif 1 hari
(n=57)
1 minggu
(n=57)
1 bulan
(n=57)
3 bulan
(n=46)
6 bulan
(n=31)
9 bulan
(n=21)
12 bulan
(n=11)
Jumlah
mata
Periode Follow-up
<6/12 6/12-<6/18 6/18-<6/60 6/60-<3/60 <3/60 NLP
8
kombinasi trabekulektomi dengan
ekstraksi lensa dan implantasi LIO.
Grafik 2 menunjukan perubahan
BCVA setelah operasi glaukoma
dengan 2 pasien mengalami perubahan
BCVA menjadi NLP.
Tabel 4. Keberhasilan Operasi Glaukoma pada Glaukoma Uveitis
Sukses
Absolut
Sukses
Parsial Gagal
Follow up bulan ke-1 (n=57)
GDD implant 1 (20%) 3 (60%) 1 (20%)
Trabekulektomi+5FU 1 (5,56%) 14 (77,78%) 3 (16,67%)
Kombinasi Trabekulektomi+Ekstraksi Lensa+
Implantasi LIO 3 (13,04%) 19 (82,61%) 1 (4,35%)
Kombinasi Trabekulektomi+Ekstraksi Lensa+
Implantasi LIO+5FU 2 (25%) 6 (75%) 0 (0%)
TSCPC 2 (66,67%) 1 (33,3%) 0 (0%)
Semua jenis operasi 9 (15,79%) 43 (75,44%) 5 (8,77%)
Follow up bulan ke-6 (n=31)
GDD implant 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%)
Trabekulektomi+5FU 1 (10%) 6 (60%) 3 (30%)
Kombinasi Trabekulektomi+Ekstraksi Lensa
+Implantasi LIO 1 (9,09%) 10 (90,91%) 0 (0%)
Kombinasi Trabekulektomi+Ekstraksi Lensa+
Implantasi LIO+5FU 1 (16,67%) 4 (66,67%) 1 (16,67%)
TSCPC 2 (66,67%) 0 (0%) 1 (33,33%)
Semua jenis operasi 5 (16,13%) 21 (67,74%) 5 (16,13%)
Follow up bulan ke-12 (n=11)
GDD implant 0 (0%) 0 (0%) 0(0%)
Trabekulektomi+5FU 0 (0%) 4 (100%) 0 (0%)
Kombinasi Trabekulektomi+Ekstraksi Lensa+
Implantasi LIO 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%)
Kombinasi Trabekulektomi+Ekstraksi Lensa+
Implantasi LIO+5FU 2 (66,67%) 1 (33,33%) 0 (0%)
TSCPC 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Semua jenis operasi 3 (27,27%) 7 (72,72%) 1 (9,09%)
Tabel 5 menggambarkan adanya
penurunan jumlah medikasi obat
antiglaukoma sebelum tindakan dan
setelah tindakan. Pemberhentian
Carbonic Anhidrase Inhibitor (CAI)
merupakan yang paling banyak
didapatkan. Komplikasi tindakan pada
studi ini didapatkan hifema dan
9
koagulum yang didapatkan pada follow
up minggu pertama pasca operasi.
Hipotoni terjadi pada 3 pasien tetapi
tekanan kembali dalam kurun waktu
follow up1 bulan.
Tabel 5. Perubahan Jumlah Medikasi TIO preoperatif dan follow up terakhir
Preoperatif Kunjungan terakhir
Jumlah obat antiglaukoma 1.96±0.33 1.18±0.78
DISKUSI
Penatalaksanaan operasi glaukoma
pada glaukoma uveitis memiliki
keberhasilan yang rendah. Beberapa
penelitian sebelumnya mendapatkan
faktor yang meningkatkan risiko
kegagalan tindakan bedah glaukoma
pada pasien uveitis antara lain usia
muda, laki-laki, etiologi uveitis, uveitis
kronis,dan inflamasi pasca operasi5,8–11
Etiologi uveitis memberikan
gambaran mekanisme peningkatan
TIO yang terjadi. HSV dan
toksoplasma meningkatkan TIO pada
saat inflamasi akut tanpa penutupan
sudut. Mekanisme peningkatan TIO
pada VKH antara lain terbentuknya
sinekia posterior ekstensif yang
menyebabkan seklusio pupil dan iris
bombe dapat menutup sudut dan
meningkatkan TIO.5,8–11 Pada
penelitian lain didapatkan idiopatik
uveitis anterior kronis dengan sudut
terbuka merupakan kasus terbanyak.
Tingginya TIO diasosiasikan dengan
adanya PAS dan terapi steroid serta
imunomodulator. Studi ini
menunjukan uveitis anterior
merupakan kasus terbanyak, akan
tetapi sebanyak 47,7% tidak dilakukan
pemeriksaan. Adanya PAS sebanyak
21% menunjukan uveitis yang terjadi
sudah merupakan tahap yang kronis
dengan adanya perubahan struktur
okular.
Steroid preoperatif umumnya
diberikan sebagai profilaksis untuk
mencegah peradangan hebat setelah
operasi intraokular pada pasien dengan
uveitis. Pendapat lain dikemukakan
Kwon dkk yang dalam studinya
mendapatkan uveitis yang aktif pada
10
saat tindakan operasi bukan
merupakan faktor risiko kegagalan
tindakan baik trabekulektomi maupun
pemasangan GDD implant, tetapi
rekurensi uveitis post operasi
berhubungan dengan risiko
kegagalan.12,13 Pada studi ini sebanyak
73,68% mendapatkan pemberian
steroid preoperatif dengan pemberian
kombinasi metilprednisolon dan tetes
mata prednisolon asetat merupakan
steroid yang paling banyak digunakan,
yaitu 42,1%, dan operasi dilakukan
saat aktivitas peradangan sudah tidak
aktif. Rekurensi uveitis pasca operasi
didapatkan pada 28% kasus.
Tindakan bedah filtrasi glaukoma
merupakan tindakan yang paling
umum dan memiliki keberhasilan yang
tinggi dalam mengontrol TIO. Suatu
studi yang menilai keberhasilan
tindakan trabekulektomi dalam 20
tahun menunjukan pasien dengan usia
muda dan memiliki glaukoma uveitis
merupakan faktor risiko kegagalan
trabekulektomi. Penggunaan agen
antifibrotik dalam tindakan
trabekulektomi berdasarkan beberapa
studi terdahulu dapat meningkatkan
keberhasilan tindakan. Almobarak dkk
menunjukan probabilitas kumulatif
keberhasilan trabekulektomi dengan
MMC sebesar 60% pada 36 bulan.
Tindakan bedah galukoma dengan
GDD implant saat ini banyak dijadikan
pilihan baik sebagai tindakan primer
ataupun sekunder pada pasien dengan
glaukoma uveitis. Suatu penelitian
menunjukan keberhasilan GDD
implant tidak berbeda antara pasien
uveitis dan non-uveitis. Kwon dkk
mendapatkan secara keseluruhan
sukses parsial pada pasien glaukoma
uveitis tidak berbeda secara signifikan
antara tindakan trabekulektomi dan
GDD implant, yaitu 67% dan 75%.
Hasil serupa juga didapatkan oleh
Chow dkk tetapi didapatkan angka
kegagalan baerveldt yang lebih rendah
dibandingkan dengan trabekulektomi
ataupun ahmed implant.13–19 Studi ini
menunjukan sukses parsial yang lebih
tinggi yaitu 75,44% pada bulan
pertama, 67,74% pada bulan ke-6 dan
72,72% pada bulan ke-12. Akan tetapi
pada studi ini terdapat perbedaan
jumlah pasien dalam setiap periode
follow up dan banyaknya jumlah
11
pasien lost to follow up, yaitu 15mata
atau 26,31%. Pada 4 mata dengan
implant barveldt, 1 diantaranya
menunjukan hasil sukses absolut pada
bulan pertama. Tindakan
trabekulektomi+5FU mendapatkan
hasil sukses parsial yang besar pada
bulan pertama dan ke-6 tetapi
memiliki kegagalan yang lebih banyak
dari tindakan lainnya, yaitu 3 mata
pada follow up bulan pertama dan 3
mata pada follow up bulan ke-6.
Penggunaan 5FU pada studi ini
didapatkan sebanyak 45,61%.
Katarak komplikata merupakan
salah satu komplikasi yang cukup
umum didapatkan pada pasien uveitis.
Bedah katarak yang dilakukan sebelum
bedah filtrasi glaukoma berisiko
menyebabkan inflamasi kembali dan
meningkatkan TIO. Akan tetapi,
tindakan bedah filtrasi glaukoma jika
dilakukan sebelum bedah katarak
memiliki risiko meningkatkan
progresivitas katarak. Kombinasi
kedua tindakan tersebut dalam satu
waktu merupakan jalan tengah yang
banyak dipilih. Pada penelitian
didapatkan kombinasi
fakotrabekulektomi memiliki
probabilitas kumulatif keberhasilan
sebesar 71% dalam 5 tahun tanpa
penggunaan obat antiglaukoma pasca
operasi.20,21 Studi ini menunjukan
keberhasilan yang tinggi pada pasien
dengan tindakan kombinasi tersebut ,
yaitu sebanyak 3 pasien dengan
keberhasilan sukses absolut, dan
82,61% termasuk dalam kategori
sukses parsial. Akan tetapi pada studi
ini penambahan 5 FU pada tindakan
kombinasi tersebut tidak
meningkatkan keberhasilan.
Banyaknya pasien yang mendapat
terapi kombinasi ini juga berpengaruh
pada tajam penglihatan. Pada grafik 2
terlihat pada saat post operatif pasien
dengan kategori penglihatan<3/60
memiliki proporsi yang lebih sedikit
dibandingkan saat periode pre operatif.
Studi Primary Tube vs
Trabeculectomy mendapatkan
komplikasi post operasi pada
kelompok tube sebanyak 29% dan
pada kelompok trabekulektomi
sebanyak 41%. Hipotoni merupakan
komplikasi yang ditakutkan pada
tindakan pembedahan glaukoma,
12
khususnya pada pasien glaukoma
uveitis karena inflamasi kronis sudah
terjadi kerusakan pada fungsi badan
siliar. Pada pasien glaukoma uveitis,
hipotoni terjadi pada 0-36% Hipotoni
awal dapat terjadi pada 30% kasus.
Overfiltrasi yang berlebihan dapat
menyebabkan bilik mata depan yang
dangkal, efusi koroidal, perdarahan
suprakoroidal,dan makulopati. Implant
baerveldt memiliki risiko persisten
hipotoni.13,16,17,22 Studi ini menunjukan
komplikasi hipotoni terjadi pada 3
pasien. Terdapat 1 pasien dengan
hipotoni pasca operasi pemasangan
implant GDD tipe baerveldt dengan
perubahan tajam penglihatan LP
menjadi NLP. Hifema dan koagulum
terjadi pada 4 pasien, kondisi membaik
dalam kurun waktu kontrol 1 bulan.
Limitasi pada studi ini antara lain,
pengambilan data dengan waktu follow
up yang bervariasi dan singkat. Studi
ini merupakan studi retrospektif yang
bergantung kepada kelengkapan rekam
medis sehingga ketidaklengkapan
rekam medis mempengaruhi hasil.
Pemeriksaan nervus optikus tidak
ditampilkan oleh karena pemeriksaan
tersebut hanya dilakukan pada sedikit
pasien.
SIMPULAN
Secara keseluruhan, penurunan TIO
terjadi pada setiap jenis tindakan baik
operasi filtrasi trabekulektomi dengan
pemberian 5FU, kombinasi
trabekulektomi dan operasi katarak,
pemasangan GDD implant, maupun
laser TSCPC. Sukses absolut dan
parsial memiliki persentase yang tinggi
tetapi dengan waktu follow up yang
singkat, bervariasi, dan banyaknya
kasus lost to follow up.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi
GA. Basic and Clinical Science
Course 10: Glaucoma. San
Fransisco: American Academy
of Ophthalmology; 2016. Hlm
143–6
2. Shaarawy TM, Sherwood MB,
Hitchings RA, Crowston JG.
Glaucoma Medical Diagnosis &
Therapy Volume One.
Vancouver: Elsevier; 2009. Hlm
393–401.
3. Muñoz-negrete FJ, Moreno-
montañés J, Hernández-
martínez P, Rebolleda G.
Current Approach in the
Diagnosis and Management of
Uveitic Glaucoma. Biomed Res
13
Int. 2015;2015 Hlm 1–13.
4. Siddique SS, Suelves AM,
Baheti U, Foster CS. Major
Review Glaucoma and Uveitis.
Surv Ophthalmol. 2013;58(1):
Hlm 1–10.
5. Pathanapitoon K, Smitharuck S.
Prevalence and Visual Outcome
of Glaucoma With Uveitis in a
Thai Population. J Glaucoma.
2017;26(3):2 Hlm 47–52.
6. Deschenes J, Murray PI, Rao
NA, Nussenblatt RB, Deschenes
J, Murray PI, et al. International
Uveitis Study Group ( IUSG )
Clinical Classification of
Uveitis. Ocul Immunol
Inflamm. 2009; 3948: Hlm 8–
10.
7. Shaarawy TM, Sherwood MB,
Grehn F. Guidelines on Design
and Reporting of Glaucoma
Surgical Trials. Amsterdam:
Kugler; 2008. Hlm 5–24.
8. Cunningham ET, Zierhut M,
Cunningham ET. Uveitic Ocular
Hypertension and Glaucoma.
Ocul Immunol Inflamm
[Internet]. 2017;25(6): Hlm
737–9.
9. Kesav N, Palestine AG, Kahook
MY, Pantcheva MB. Current
Management of Uveitis-
associated Ocular Hypertension
and Glaucoma. Surv
Ophthalmol. 2020; Hlm 1–20.
10. Sharon Y, Friling R, Luski M,
Quizhpe B, Sharon Y. Uveitic
Glaucoma : Long-term Clinical
Outcome and Risk Factors for
Progression. Ocul Immunol
Inflamm. 2017;00(00): Hlm 1–
8.
11. Ai Shimizu, Maruyama K,
Yokoyama Y, Tsuda S, Ryu M,
Nakazawa T. Characteristics of
uveitic glaucoma and evaluation
of its surgical treatment. Clin
Ophthalmol. 2014;8: Hlm
2383–9.
12. Rodriguez-garcia A, Foster CS,
Foster CS. Cataract Surgery in
Patients with Uveitis :
Preoperative and Surgical
Considerations. IntechOpen.
2018; Hlm 5–28.
13. Jin H, Mbbs K, Xiang Y, Kong
G, William L, Mbbs T, et al.
Surgical outcomes of
trabeculectomy and glaucoma
drainage implant for uveitic
glaucoma and relationship with
uveitis activity. Clin Exp
Ophthalmol. 2017;45: Hlm
472–80.
14. Landers J, Martin K, Sarkies N.
A Twenty-Year Follow-up
Study of Trabeculectomy : Risk
Factors and Outcomes.
Ophthalmology.
2012;119(4):694–702.
15. Almobarak FA, Alharbi AH,
Morales J, Aljadaan I.
Intermediate and Long-term
Outcomes of Mitomycin C –
enhanced Trabeculectomy as a
First Glaucoma Procedure in
Uveitic Glaucoma. J Glaucoma.
2017;26(5): Hlm 478–85.
16. Chow A, Burkemper B, Varma
R, Rodger DC, Rao N, Richter
GM. Comparison of surgical
outcomes of trabeculectomy ,
Ahmed shunt , and Baerveldt
shunt in uveitic glaucoma. J
Ophthalmic Inflamm Infect.
14
2018;8(9): Hlm 1–10.
17. Ramdas WD. Efficacy of
glaucoma drainage devices in
uveitic glaucoma and a meta-
analysis of the literature. Clin
Exp Ophthalmol. 2019;257:
Hlm 143–51.
18. P B, PT K. Wound Healing and
Glaucoma Surgery : Modulating
the Scarring Process with
Conventional Antimetabolites
and. Dev Ophthalmol. 2012;50:
Hlm 79–89.
19. Iwao K, Inatani M, Seto T.
Long-term Outcomes and
Prognostic Factors for
Trabeculectomy With
Mitomycin C in Eyes With
Uveitic Glaucoma : A
Retrospective Cohort Study. J
Glaucoma. 2014;23(2):Hlm 88–
94.
20. Wadke V, Lingam V, George R,
George AE, Ganesh SK, Biswas
J, et al. Phacotrabeculectomy in
Eyes With Uveitic Glaucoma :
A Retrospective Case-Control
Study. J Glaucoma.
2019;28(7):Hlm 606–12.
21. Nishizawa A, Inoue T, Ohira S,
Takahashi E, Saruwatari J. The
Influence of
Phacoemulsification on Surgical
Outcomes of Trabeculectomy
with Mitomycin-C for Uveitic
Glaucoma. PLoS One. 2016;
Hlm 1–11.
22. Gedde SJ, Feuer WJ, Shi W,
Lim KS, Barton K, Goyal S, et
al. Treatment Outcomes in the
Primary Tube Versus
Trabeculectomy Study after 1
Year of. Ophthalmology. 2018;
Hlm1–14.