karakteristik dan identifikasi petani

22
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG SOSIOLOGI PERTANIAN JUDUL Oleh : Kelompok 5 (Kelas G) 1. Sinar Asri Rusmawarti 135040201111158 2. Irvan Insanul Muttaqin 135040201111166 3. Arinda Dining Atsari 135040201111196 4. Chintya Ivana S 135040201111259 5. Umi Szaadatun N 135040201111289 6. Nalendra Permana J 135040201111294 7. Halim Surya A 135040201111319 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: arinda-dinning-staria

Post on 19-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sosper

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG SOSIOLOGI PERTANIANJUDULOleh :Kelompok 5 (Kelas G)1. Sinar Asri Rusmawarti1350402011111582. Irvan Insanul Muttaqin1350402011111663. Arinda Dining Atsari1350402011111964. Chintya Ivana S1350402011112595. Umi Szaadatun N1350402011112896. Nalendra Permana J1350402011112947. Halim Surya A135040201111319

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013BAB IPENDAHULUAN

1.1 PendahuluanSosiologi Pertanian menurut Ultrich Planck adalah sosiologi yang membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi pertanian. Sosiologi memusatkan hampir semua perhatian pada petani dan permasalahan hidup petani. Ruang lingkup sosiologi pertanian meliputi objek sosiologi pedesaan dan objek sosiologi pertanian. Objek sosiologi pedesaan adalah seluruh penduduk di pedesaan yang terus-menerus atau sementara tinggal disana (masyarakat pedesaan atau pertanian yang dilihat dari sudut pandang hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat). Objek sosiologi pertanian meliputi keseluruan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan janis tempat tinggalnya. Tema utama sosiologi pertanian adalah UU pertanian, organisasi sosial pertanian (struktur pertanian), usaha pertanian. Di dalam Sosiologi Pertanian dipelajari berbagai aspek interaksi sosial terutama yang berhubungan dengan pola interaksi masyarakat petani. Aspek-aspek itu diantaranya adalah masyarakat petani di Indonesia, stratifikasi sosial,ekonomi, kepemilikan lahan, kelompok tani, dan pengolahan hasil pertanian. Kelima aspek tersebut tentunya sangat berpengaruh pada cara bercocok tanam di suatu daerah. Misalnya adalah bila lahan yang diolah adalah tegal maka tentunya tanaman yang ditanam adalah tebu. Berikut juga kelompok tani di daerah tersebut. Kemungkinan besar adalah tebu merupakan komoditi terbesar dari desa tersebut.Besarnya luas lahan pertanian merupakan tolak ukur tingkat stratifikasi sosial. Berikut pula pekerjaan utama bertani atau pekerjaan lain. Kadang kala orang yang pekerjaan utamanya bukan petani enggan ikut ke dalam kelompok tani karena mereka merasa tanah yang diolahnya sempit dan hanya sebagai pengisi waktu luang saja. Oleh karena itu aspek-aspek sosiologi ini menentukan bagaimana kedudukan desa tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum1.2.1. Mengetahui cara bercocok tanam petani di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang baik di sawah maupun tegal.1.2.2 Mengetahui lembaga atau pranata sosial yang terkait dengan usaha tani di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang1.2.3Mengetahui perubahan sosial, ekonomi masyarakat dalam lembaga yang terkait dalam usaha tani di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang

1.3 Manfaat praktikum1.3.1 Agar mahasiswa universitas brawijaya fakultas pertanian mampu bercocok tanam layaknya yang dilakukan oleh para petani di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang1.3.2 agar mahasiswa universitas brawijaya fakultas pertanian mampu mengetahui lembaga atau pranata sosial yang terkait dengan usaha tani di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang1.3.3 agar mahasiswa universitas brawijaya fakultas pertanian mampu mengetahui perubahan sosial, ekonomi masyarakat dalam lembaga yang terkait dalam usaha tani di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. KARAKTERISTIK DAN IDENTIFIKASI PETANI1. Nama petani & No HP : Tamanu2. Umur :70 Tahun 3. Tingkat pendidikan formal : SD4. Pekerjaan KK : a.Utama : Petani; b.Sampingan : Peternak5. Jumlah anggota RTG : 5 orang

Status lahanLahan Sawah (1)Lahan Tegal (2)

(1)(2)(3)

a. Luas (ha)b. Lokasia. Luas (ha)b. Lokasi

1. Milik0,25 HaBocek0,5 haBorong Gragal

2. Sewa----

3. Bagi hasil (maro, mertelu, mrapat)----

Jumlah0,25 ha0,5 ha

NoJenis TernakJumlah (ekor)NoJenis TernakJumlah (ekor)

1Sapi24Kambing

2Kerbau5Domba

3Ayam6..

Bapak Tamanu adalah seorang petani yang sudah berusia 70 tahun yang tinggal di Desa Donowarih Dusun Borong Gragal RT/RW 44/12 No.8 Karang Ploso. Pendidikan terakhir beliau adalah lulusan SD. Beliau selain mempunyai pekerjaan sebagai petani juga mempunya pekerjaan seorang peternak. Di dalam rumahnya terdapat 5 orang anggota keluarga yang mana ke lima orang tersebut adalah Bapak Tamanu sendiri sebagai Kepala Keluarga kemudian ada istri dan satu anaknya yang sudah berumah tangga dan mempunyai satu orang anak. Pada setahun terakhir yaitu sekitar tahun 2012/2013, Bapak Tamanu dan keluarga mempunya lahan garapan berupa sawah dan tegal. Untuk lahan sawah, Bapak Tamanu memiliki sawah seluas 0,25 ha yang berlokasi di Desa Bocek yang tidak jauh dari desa tempat tinggalnya. kemudian untuk lahan tegalnya, Bapak Tamanu memiliki tegal seluas 0,5 ha yang berlokasikan di Desa Borong Gragal. Bapak Tamanu tidak menyawa lahan ataupun tegal sama sekali dan dia mengolah lahan dan tegalnya sendiri jadi tidak terdapat system bagi hasil disana. Selain menjadi seorang petani Bapak Tamanu memiliki kerja sampingan yaitu sebagai peternak sapi atau lembu. Sapi yang dipelihara sebanyak 2 ekor, satu induk dan satu anaknya. Selain sapi beliau tidak memelihara hewan ternak apapun. Alasan beliau memilih sapi sebagai hewan ternak adalah karena kotoran sapi dapat dijadikan pupuk kandang untuk diberikan kepada lahan garapannya. Selain dapat dijadikan sebagai pupuk kotoran sapi tersebut dapat dijadikan biogas. Pada saat ini sebagai sumber bahan baku biogas tersedia secara melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal (Soepardjo,2005). Secara umum, penggunaan limbah pertanian sebagai bahan dasar biogas lebih sulit dibandingkan kotoran ternak, waktu yang dibutuhkan untuk proses hidrolisis bahan selulosa dari limbah pertanian Iebih lama.

2.2. POLA TANAM PADA LAHAN GARAPAN PETANI SETAHUN TERAKHIRLokasiBulan (2012)Bulan (2013)

11121234567891011

a. BocekpadipadipadipadipadipadijagungjagungjagungPadipadipadipadi

b.

Untuk lahan sawah yang dipunyai oleh Bapak Tamanu pada dasarnya lebih sering ditanami padi dikarenakan air yang ada pada desa tersebut lumayan cukup untuk pertumbuhan tanaman padi. Terkadang beliau menanami tanaman jagung dengan alas an supaya tanah disawah tersebut tidak jenuh dengan nutrisi yang dibutuhkan padi dan beralih ke jagung. Selain itu hama dan penyakitnya supaya bisa berpindah. Kemudian Bapak Tamanu memilih pola tanam seperti itu karena hasil yang didapatkan dari sawahnya yang berupa padi, akan menjadi konsumsi atau bahan pangan sehari-hari untuk keluarga Bapak Tamanu. Menurut Reijnjes et al (1992) salah satu pola tanam yang suistanable adalah kemampuan system pola tanam tersebut untuk menyeimbangkan produksi tanaman yang ada dan mampu mengkonservasi lahan tempat tumbuh

LokasiBulan (2012)Bulan (2013)

11121234567891011

a. Borong GragalTebu

Sementara untuk lahan tegal yang dimilikinya, Bapak Tamanu selalu menanami lahannya dengan tanaman tebu, beliau bilang budidaya tanaman tebu di tegal sini lumayan bisa mendatangkan keuntungan, dan keuntungan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. System penjualan tebu di desa tersebut tebu dijual ke pabrik Gula seperti Kebon Agung melalui perantara KUD Karang Ploso.2.3. KEBUDAYAAN PETANIMulai dari awal panen sampai pasca panen,Pak Tamanu menanami sawahnya dengan tanaman padi dengan luas lahan ha, dengan memerlukan bantuan alat-alat pengolah tanah seperti cangkul, bajak dan traktor. Cara mempersiapkan benih untuk persemaian, Pak Tamanu menggunakan metode membeli benih dari pemerintah hanya satu kali yang kemudian memakai benih itu sendiri lagi untuk persemaian selanjutnya. Persemaian tersebut dilakukan disawah dengan menggunakan varietas GH 15. Pak Tamanu memiliki sebidang lahan dengan luas ha yang membutuhkan benih sekitar 30 kg benih padi. Beliau menyemaikan benihnya dengan menyebarkan langsung kelahan sawah,dan persemaian tersebut membutuhkan waktu 18 sampai 20 hari, lalu tanaman tersebut siap dipindahkan dan mulai ditanam dilahan. Jarak tanam yang dibutuhkan dalam menanampa disekitar 20 sampai 25 cm dengan jumlah bibit per lubang tanam 3 sampai 4 bibit padi dengan kondisi air yang lancer dan selalu tergenang. Untuk membantu memaksimalkan hasil pertumbuhan, Beliau menggunakan pupuk organic yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos dari hasil hewan ternaknya sendiri yaitu sapi yang diberikan secukupnya setiap 40 hari sekali. Dan untuk pupuk kimianya, Beliau menggunakan pupuk phonska sebanyak 2 sak untuk ha atau sekitar kuintal per 50 kgdan NPK. Pupuk phonska ini dibeli Beliau sendiri dari pemerintah untuk setiap saknya, atau dari subsidi. Selain pupuk phonska dan NPK, Beliau juga menggunakan pestisida kimia, tetapi beliau menggunakannya tergantung pada ada atau tidaknya penyakit pada padi. Pada pengaplikasian pupuk kimia ini, dilakukan mencampur berbagai pupuk kimia tersebut lalu disebarkan secara bersamaan. Pak Tamanu melakukan penyiangan tergantung dari keadaan gulma atau rumputnya. Jika gulma atau rumput tumbuh berlebih, maka Beliau melakukan penyiangan agar tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Pada penyiangan ini Beliau menggunakan alat-alat sepertiga srok atau landak. Untuk selalu mengairi lahan sawahnya, Beliau selalu menggenangi sawahnya dengan air yang lancar, tetapi jika pada saat waktu pemupukan, lahan tersebut dikeringkan dahulu lalu diberi pupuk atau urea atau mess. Biasanya pada lahan Beliau, Beliau menemukan hama penyakit yang mengganggu tanamannya seperti belalang, tetapi hama tersebut tidak selalu dating pada lahannya karena beliau menggunakan pestisida kimia setiap jika ada hama yang datang. Selain penggunaan pestisida kimia Beliau juga memberikan micin dan dos beruntuk hama penyakit. Dan untuk penyakit pada tanamannya sendiri , biasanya ditemukan buruk pada akar.Untuk menentukan waktu tiba panen, Beliau hanya melihat jika padi tersebut sudah mulai menguning dan merunduk setelah itu padi digebyok atau dirontokan dan dijemur lalu dibersihkan untuk memisahkan gabah dengan kotorannya. Dari hasil panen tersebut, gabah disimpan dan diolah sendiri untuk dikonsumsi Pak Tamanu sehari-hari.Pak Tamanu memperoleh pengetahuan tentang cara bercocok tanam tanaman padi yang baik adalah dari orangtua. Beliau dan juga dari Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) yang berasal dari Karangploso. Pengetahuan dan cara budidaya padi ini tetap digunakan sampai sekarang oleh pak Tamanu karena sampai saat ini masih berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan dari hasil panennya.2.4 LEMBAGA/PRANATA SOSIAL TERKAIT DENGAN USAHATANI2.4.2. Lembaga penguasaan lahan pertanian Pak Tamanu memiliki lahan sendiri yang diperoleh dari warisan orang tuanya dan beliau sama sekali tidak menyewa tanah, Pak Tamanu menggarap sendiri sawahnya tanpa menggunakan sistem bagi hasil dengan bantuan dari keluarganya sendiri. Beliau tidak menyewa sawah, dan tegal yang berada daerah desa beliau dan digunakan untuk menanam tebu. Dan Pak Tamanu tidak menggunakan sistem bagi hasil maro, mertelu ataupun mrapat, karena beliau menggarap tegalnya bersama keluaarganya sama halnya dengan pada sawah yang di tanami padi.2.4.1. Lembaga yang melakukan Fungsi Penyediaan Sarana Produksi NoJenis Pupuk0. Tdk 1. YaJika ya, sebutkan varietas/ jenisnya Diperoleh dari *)

berapa kg/satuan lainnya

1Benih/bibit Rp1.700,- per kgKUD

2Urea

3ZA

4Phonska 50kg, (2sak ) per haKUD

5NPK Di kira-kirakKUD

6KCl

7SP-36

8Kandang/kompos Dikira-kiraKandang sendiri

9Pestida kimia Dikira-kiraToko pertanian

10Melihat dari penyakitnya

11Pestisida nabati

Beliau menggunakan bibit/benih yang diperoleh dengan membeli di KUD dan setelah beberapa kali menanan beliau menyemai benih itu sendiri. Dalam penggarapannya beliau menggunakan pupuk phonska sebanyak 50kg (2 karung) per ha dan NPK yang di dapatkan dari hasil membeli di KUD yang bersubsidi dari pemerintah, Pak Tamanu tidak menggunakan pupuk urea, ZA, SP-36,KCL. Menurut (Marsono,2007) pupuk NPK berbentuk padat mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan unsure hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Sedangkan pupuk kandang/kompos yang diperoleh dari hewan ternaknya dengan takaran yang tidak tentu. Untuk pengendalian hama, beliau menggunkan pestida kimia dengan melihat dari penyakit atau hama yang menyerang pada tanaman budidaya dan pada pestisida nabati tidak digunakan oleh Pak Tamanu karena belum banyak sosialisasi yang mendalam tentang pestisida nabati.2.4.3 Lembaga yang melakukan Fungsi Penyediaan Tenaga Kerja (pada lahan sawah untuk usahatani)

NoKegiatan usahatani 1)0.Tdk 1.YaJika tdk/ya apa alasannyaJika ya, bagaimana caranya/sistemnya 2)

1Sumber Rejeki 4 Untuk mempermudah dalam pemenuhan fasiliat dalam bertani.Bagi hasil sama rata dengan semua anggota

2

Dari wawancara yang kita lakukan di daerah Karang Ploso keluarga Pak Tamanu tidak menyuruh tetangga ataupun buruh tani untuk membantunya merawat sawah, karena ladang ataupun tegalnya hanya sedikit beliau juga memikirkan kebutuhan keluarga yang semakin meningkat sehingga beliau memanfaatkan tenaga dari keluarganya untuk membantu beliau menggarap sawah dan tegalnya. Dan di daerah ini sistim tolong menolong juga masih diterapkan antara tetangganya khususnya antara anggota kelompok gapoktan tanpa menggunakan upah, dan hanya memberi makan dan minum sedangkan ketika tetangga atau anggota gapoktan yang lain mulai panen, Pak Tamanu dan warga lain juga saling membantu tanpa biaya.2.4.4 Lembaga yang dapat Melakukan Fungsi Pengolahan Hasil PertanianHasil panen tebu Pak Tamanu dijual, karena pengolahannya membutuhkan mesin dan tenaga yang besar, sehingga tebu yang dihasilkan di jual. Penjualan tebu tersebut di bawa ke KUD Ponco Kusumo, sebelum diangkut kesana biasanya Tak Tamanu menggunakan sistem tebas tetapi biasanya Pak Tamanu mengepras hasil panen tebu dengan memanen bersama dengan keluarganya kemudian di angkut dengan truk ke KUD Ponco Kusumo dengan menggunakan truk. Sedangkan pada padi, karena hasil yang di dapat hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.4.5 Lembaga Pemasaran Hasil Pertanian (Padi dan Tebu)Pada pemanenan padi, Pak Tamanu mengolah hasil sendiri dengan bantuan keluarga dan mengonsuminya bersama keluarga dikarenakan hasilnya hanya sedikit dan hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup beliau dan keluarganya, tetapi menurut Bapak Tamanu jika dijual gabah hasil panennya dihargai dipasaran sekitar Rp.1700,00/kg, sedangkan pada tebu, Pak Tamanu menjual semuanya (100%) di KUD dalam bentuk tebu dan ditebas langsung disawah kemudian diangkut oleh truk ke KUD karang Ploso. Cara pembayarannya tidak pasti, tergantung penebas tebu dan kesepakatan antara keduanya. Menurut Supartono (1986:28) KUD mempunyai perlengkapan organisasi antara Rapat Anggota,Pengurus, Badan Pemeriksa, dan Manajer.Menurut Subyakto dan Cahyono (1983 : 86) gerakan perkoperasian di Indonesia berkembang menurut dua pola pengembangan yaitu : 1)Pola umum atau pola konvensional, yaitu pola pengembangan koperasi berdasarkan ajaran umum koperasi.2)Pola KUD, yaitu pola pengembangan dengan bantuan, dorongan dan pengawasan dari pemerintah.

2.4.6 Kelompok Tani/ Gabungan Kelompok Tani Pada kegiatan usaha tani Pak Tamanu mengikuti sebuah kelompok tani yang bernama Sumber Rejeki 4, beliau tidak begitu aktif dalam kegiatan ini. Padahal kegiatan ini sangat bermanfaat bagi Pak Tamanu dan para anggota lainnya seperti para anggota akan lebih mudah dalam mendapatkan fasilitas untuk bertani. Dan dengan sistem kegiatan tersebut bagi rata antar anggota. Kelompok tani ini diketuai oleh Pak Sampir dengan wakil Pak Sumantari, pertemuannya diatur dengan mengadakan arisan dalam setiap bulannya.Alasan pembentukan kelompok tani atau koperasi secara ekonomi dapat dipandang sebagai upaya menghindari biaya transaksi tinggi yang harus dikeluarkan oleh para anggotanya (karena adanya masalah free rider, komitmen, loyalitas dan faktor eksternal) (Arkadie, 1989).

2.4.7. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Lembaga Irigasi Tradisional Pak tamanu tidak menerapkan sistem HIPPA, karena disana sumber air mencukupi.Irigasi atau pengairan adalah sistem pengairan di sawah ataupun ladang sebagia pemenuh kebutuhan air dalam tanaman budidaya. Di dusun Doronggragal, Desa Donowari keluarga Pak Tamanu tidak mengikuti Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), dikarenakan pada sawah milik pak tamanu dekat dengan sungai yang telah diatur oleh warga dengan sistem yang baik sebelumnya, sehingga Pak Tamanu tidak mengikuti kegiatan tersebut. Sedangkan pada tegal beliau lokasinya berada jauh dari sumbr air, jadi Pak Tamanu menanami tebu agar lebih mudah dalam pengaturan penyiraman tegal tersebut, dengan hanya memanfaatkan air hujan. Menurut Bakhri et al. (1994), budidaya padi baik dilahan sawah tadah hujan atau lahan kering membutuhkan curah hujan diatas 200 mm/bulan selama 3- 4 bulan secara berurutan sehingga tanaman berhasil baik.Kondisi curah hujan pada saat pembungaan yaitu pada Bulan Maret cukup tinggi sebanyak 410 mm/bulan. Hal ini mempengaruhi tingkat keberhasilan penyerbukan bunga pada tanam padi. Dari wawancara yang kita lakukan, Pak Tamanu dalam menggarap lahan pertaniannya dalam satu tahun ini tidak pernah meminjam uang dari lembaga ataupun orang lain (tetangga) pada Bank ( BRI, BNI, BPR). 2.5. PERUBAHAN SOSIAL DALAM LEMBAGA YANG TERKAIT DENGAN USAHATANIMenurut Bapak Tamanu, didalam dia menjadi petani selama ini, tidak ada perubahan dalam perkembangan sewa menyewa di desa tersebut. Kemudian untuk benih,bibit,pupuk dan pestisidanya Bapak Tamanu memperolehnya dari pemerintah. Untuk system pengadaan tenaga kerja menurut Beliau didesanya menerapkan system upah harian dengan upah perharinya sekitar Rp. 75.000,00 itu dimulai dari pagi hingga siang dan kemudian istirahat dan mulai lagi hingga sampai sekitar pukul 4 sore. Untuk hasil pengolahan dan pemasarannya Bapak Tamanu menjualnya ke KUD untuk hasil tebunya yang kemudian disalurkan/ dikirim ke Kebon Agung menggunakan kendaraan truck. Sementara untuk lembaga kredit/keuangan yang diikuti oleh Bapak Tamanu beliau hanya memanfaatkan simpan pinjam dari pihak Kelompok Tani Sumber Rejeki 4.

2.6. PENGOLAHAN HASIL PERTANIANPak Tamanu tidak pernah melakukan pengolahan hasil pertanian dari hasil panen komoditas tebu. Namun pada komoditas padi Pak Tamanu melakukan pengolahan hasil pertanian sendiri, karena hasil panen dari padi biasanya dikonsumsi oleh keluarga pak Tamanu sendiri, sementara hasil panen dari tebu dijual ke KUD Karang PlosoCara pengolahannya 1.bulir padi dipisahkan dari malainya dengan cara digebyok2.lalu dijemur beberapa hari hingga kering3. kemudian gabah dipisahkan dari kulitnya dengan cara diselep4.selanjutnya padi diolah menjadi bahan makanan.

LAMPIRAN

KEBUDAYAAN PETANI (TEBU)Pengetahuan petani tentang cara bercocok tananam dan teknologi pertanian (tebu)Pada periode 2011- 2013 dalam bercocok tanam tanaman tebu pak Tamanu menggunakan hasil panen sebelumnya untuk menghasilkan bibit yang akan di tanam dengan menggunakan sistem keprasan ke 2, dalam pengolahan lahan pak Tamanu menggunakan lembu dan cangkul untuk membajak sawahnya atau ladangnya kemudian beliau menaburkan benih tebu yang di hasilkan dari panen sebelumnya. Dalam pemupukan pada tanaman tebu pak Tamanu menggunakan pupuk ZA, pupuk kandang, dan phonska dengan cara menyebarkan langsung pada lahan tersebut. Pak Tamanu menghandalkan atau menggunakan air hujan dalam sistem pengairan yang ada di lahannya hal ini karena jika suatu tanaman tebu tersebut kebanyakan air maka tebu tersebut tidak akan terasa manis sehingga hasil yang di peroleh tidak akan optimal oleh karena itu beliau hanya menghandalkan air hujan dalam proses pengairan, kemudian pada proses menanggulangi hama dan penyakit beliau menggunakan pestisida kimia tergantung pada jenis penyakit yang menyerang tanaman tebu tersebut, kemudian pada proses pengguludan dan pengelentekan pak tamanu menggunakan cangkul dan sabit.Pada proses pengelentekan pak Tamanu menyabit tanaman tebu tersebut pada saat adanya ruas-ruas di tanaman tebu. Pada saat pemanenan pak Tamanu menebang tebu dengan menngunakan sabit serta dalam pengankutan hasil produksi tanaman tebu pak Tamanu menggunakan truk dari tegal langsung ke kebun agung. Pada proses bercocok tanam ini pak Tamanu mempelajarinya dari orang tua terdahulu,sehingga pak Tamanu masih terus menggunakan sistem bercocok tanam ini.

BAB IIIPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan praktikum lapang Sosiologi Pertanian yang dilakukan di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso Kabupaten malang pada tanggal 15 mei 2014 dapat disimpulkan bahwa Masyarakat yang ada di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso Kabupaten malang bermata pencaharian petani, diantaranya bertani padi, dan jagung. Ada pula masyarakat di Dusun Donowari, Kecamatan Karangploso Kabupaten malang yang bermata pencaharian beternak sapi. Lahan yang mereka gunakan sebahagian besar adalah lahan milik sendiri dan adapula yang disewakan.Pupuk yang digunakan oleh masyarakat yang ada di Dusun Donowarih, Kecamatan Karangploso Kabupaten malang adalah pupuk Phonska, NPK, Pupuk kandang/kompos, dan pestisida kimia sebagai pengendali hama, yang diperoleh dari KUD yang di subsidi oleh pemerintah.

5.2 SaranSemoga praktikum sosiologi pertanian kedepannya melakukan fieltrip di dua tempat yang berbeda agar lebih paham mengenai kehidupan sosial para petani. Untuk para petani di Desa Donowari Kecamatan Karang Ploso sebaiknya ikut aktif dalam kegiatan kelompok tani di desa tersebut supaya dapat mengetahui dan mempunyai wawasan yang luas tentang pertanian.