kapasitas produksi pabrik
DESCRIPTION
Tugas Rancangan PabrikTRANSCRIPT
1. Teori Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode
tertentu, dan merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Untuk
berbagai keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang
berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi induk (master production schedul).
Hubungan antara kapasitas dan jadwal-jadwal induk adalah sangat penting. Karena
jadwal produksi mencerminkan apa yang akan diproduksi suatu perusahaan (tidak perlu apa
yang akan dijual), kemampuan untuk memenuhi rencana ini tergantung pada kapasitas yang
tersedia sekarang atau dalam jangka pendek di waktu mendatang, atau tergantung pada
kemampuannya untuk memperluas kapasitas ini dalam jangka waktu lebih panjang. Jadwal
produksi yang realistik menjadi keberhasilan operasi suatu perusahaan yang mengakibatkan
seluruh jenis sumberdaya terikat untuk memuaskan kebutuhan kuantitasnya dan komitmen
hari pengiriman. Dalam hal ini, kapasitas juga berarti jumlah masukan sumberdaya-
sumberdaya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu tertentu. Karena
pentingnya hubungan tersebut.
Waktu dapat menimbulkan masalah lain dalam konsep kapasitas. Bagi manajer yang
membicarakan tentang kapasitas akan membicarakan juga tentang kuantitas output dalam
periode tertentu, tetapi berapa lama ? Setiap perusahaan akan berbeda-beda dalam
menentukan berapa lama tingkat output yang harus dicapai. Contoh : suatu pabrik
mempunyai kapasitas x unit, dan tidak mengetahui apakah dicapai dalam satu hari atau 6
bulan. Maka untuk menghindari masaah ini, konsep “tingkat pengoperasian terbaik” (best
Tingkat pengoperasian terbaik
Biaya rata-rata per unit keluaran
Volume produksi
Gambar 1. Tingkat pengoperasian terbaik
operating level) perlu digunakan. Tingkat kapasitas didapat melalui proses perancangan yang
menghasilkan volume output yang tinggi dengan biaya rata-rata per unit minimum.
Definisi-definisi lain tentang kapasitas produksi, dirinci sebagai berikut :
a) Design capacity, yaitu perusahan merancang jumlah output yang dapat dihasilkan per
satuan waktu.
b) Rated capacity, yaitu jumlah output yang dapat dihasulkan oleh perusahaan per satuan
waktu dengan didukung kemampuan fasilitas untuk memproduksi. (Biasanya lebih
besar dari design capacity karena perbaikan periodik dilakukan pada mesin-mesin
atau proses-proses)
c) Standart capacity, yaitu tingkat output per satuan waktu yang telah ditetapkan sebagai
sasaran operasi sebagai dasar dalam penyusunan anggaran. Kapasitas standar adalah
sama dengan rated capacity dikurangi dengan cadangan keperluan pribadi standar,
tingkat sisa (scrap) standar, berhenti untuk pemeliharaan standar, cadangan untuk
pengawasan kualitas, dsb.
d) Actual dan/atau operating capacity, yaitu tingkat output rata-rata per satuan waktu
selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah kapasitas standar ±
cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata, dsb.
e) Peak capacity, yaitu jumlah output per satuan waktu (mungkin lebih rendah daripada
rated, tetapi lebih besar daripada standart) yang dapat dicapai melalui maksimisasi
keluaran, dan akan dilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja,
menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi-mengurangi jam istirahat, dan
sebagainya.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam satuan-satuan
sebutan persamaan , seperti batang, ton, kilogram, meter, atau jam kerja yang tersedia.
Sedangkan satuan-satuan waktu yang sangat penting bagi perencanaan kapasitas, dapat
dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Dalam praktek, diantara
pengertian-pengertian kapasitas diatas, perusahaan biasanya menggunakan kapasitas
nyataatau kapasitas pengoperasian yang ditentukan dari laporan-laporan atau catatan pusat
kerja. Bila informasi ini tidak tersedia, rated capacity digunakan dan dapat diperkirakan
dengan rumusan :
Rated Capacity = jumlah mesin x jam kerja mesin x persentase penggunaan x efesiensi
sistem
Sebagai contoh, suatu pusat kerja beroperasi 6 hari per minggu dengan basis dua shift
(8 jam per shift) dan mempunyai 4 mesin dengan kemampuan sama. Bila mesin-mesin
digunakan 75 % dari waktu pada tingkat efisiensi sebesar 90%, tingkat keluaran dalam jam
kerja standar per minggu dapat dihitung sebagai berikut :
Rated Capacity = (4) (8 x 6 x 2) (0,75) (0,90) = 259 jam kerja standar/minggu
Kapasitas yang dinyatakan dalam rate tesebut (misal, jam standar per minggu)
dipengaruhi oleh berbagai faktor ; baik faktor0faktor yang dapat dikendalikan (controllable)
seperti tanah, tenaga kerja, fasilitas alternatif urutan pengerjaan, pemeliharaan preventif, dan
sebagainya, maupun faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) seperti
kerusakan mesin, tingkat absensi, kekurangan bahan, pengerjaan kembali dan sisa produksi,
prestasi tenaga kerja, dan masalah-masalah peraltan yang tidak biasa.
Manajemen operasi juga menekankan pentingnya dimensi waktu kapasitas. Dari sudut
pandang ini, kapasitas pada umumnya dibedakan antara perencanaan kapasitas jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Secara lebih terperinci, pembedaan rencana
kapasitas atas dasar lama waktu dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Perencanaan kapasitas jangka panjang (long range) – lebih dari satu tahun. Dimana
sumber daya-sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau
menyelesaikannya, seperti bangunan, peralatan, atau fasilitas. Perencanaan kapasitas
jangka panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan manajemen puncak.
b) Perencanaan kapasitas jangka menengah (intermediate range) – rencana-rencana
bulanan atau kuartalan untuk 6 sampai 18 bulan yang akan datang. Dalam hal ini,
kapasitas dapat bervariasi karena alternatif-alternatif seperti penarikan tenaga kerja,
peraltan baru, sub contracting dan pembelian peralatan-peralatan bukan utama.
c) Perencanaan kapsitas jangka pendek – kurang dari satu bulan. Ini dikaitkan pada
proses penjadwalan harian atau mingguan yang menyangkut pembuatan penyesuaian-
penyesuaian untuk mengahpuskan variance antara keluaran yang direncanakan dan
keluaran nyata. Keputusan perencanaan nyata. Keputusan perncanaan mencakup
alternatif-alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia, penggantian routing
personalia.
2. Perencanaan dan penentuan kebutuhan kapasitas
Agar dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan kapasitas untuk menanggapi baik
turunnya permintaan pasar, perlu dilakukan forecast penjualan dan merencanakan perubahan-
perubahan kapsitas yang dibutuhkan. Bila hal ini tidak dilakukan, perubahan-perubahan
cenderung terjadi tiba-tiba dan drastik, sehingga lebih memakan biaya.
Peramalan yang telah dibahas pada bab sebelumnya terutama lebih penting bagi
produk-produk yang diproduksi untuk persediaan daripada untuk memenuhi pesanan
langganan tertentu. Forecast ini dilakukan untuk menyusun jadwal produksi induk (master
production schedul) dan untuk mengecek permintaan kapasitas di waktu yang akan datang
dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini, kapasitas menetapkan batasan-
batasan untuk jadwal-jadwal produksi. Di samping itu, kapasitas juga membrikan batasan
bawah, karena selama periode penjualan rendah adalah tidak ekonomik untuk mengurangi
kapasitas secara drastik.
Pada dasarnya, penentuan jumlah unit kapasitas (misal, jam kerja karyawan atau
mesin) yang diperlukan selama periode waktu tertentu dibuat melalui perhitungan rasio
permintaan terhadap kapasitas satu unit sumberdaya. Jadi, bila 500 jam kerja karyawan
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan dan seorang karyawan bekerja 160
jam per bulan, maka diperlukan 3,125 karyawan. Dalam praktek, bagaimanapun juga,
sejumlah faktor-faktor tambahan harus dipertimbangkan dalam penentuan kebutuhan
kapasitas ini.
Dalam bentuk matematikal, persamaan-persamaan berikut ini menyatakan unit-unit
jam kerja dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk memenuhi berbagai permintaan. Tercakup
pada persamaan-persamaan adalah faktor-faktor seperti produktivitas dan efisiensi.
Persamaan pertama menghitung jam sumberdaya standar, kedua menghitung jam sumberdaya
nyata, dan ketiga jumlah unit sumberdaya.
Jumlah total sumberdaya standar yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akan
x produk-produk yang berbeda dengan Ni setiap jenis produk adalah sama dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan dan memproduksi setiap unit ditambah waktu untuk
mempersiapkan setiap kumpulan, atau :
Hstd = ∑i=I
x
❑[Oi (Ti + Si) + Bi Ni]
Dimana,
Hstd = jumlah total jam sumberdaya yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
Oi = jumlah unit keluaran x yang diperlukan
Ti = waktu pengoperasian standar per unit x
Si = waktu persiapan standar per unit keluaran x
Bi = waktu standar untuk mempersiapkan sekumpulan x
Ni = jumlah kumpulan x yang diperlukan
x = jumlah jenis produk, sebagai contoh, produk 1, produk 2.
Jumlah sumberdaya nyata yang dibutuhkan adalah jam sumberdaya
standardibagi efisiensi dan produktivitas, atau :
Hact = H std
Eo Pw Em
Dimana,
Hact = jam sumber daya nyata yang dibutuhkan
EO = jumlah unit keluaran x yang diperlukan
PW = waktu pengoperasian standar per unit x
Em = efesiensi mesin, faktor pemeliharaan, atau faktor mesin berhenti (mesin rusak).
Jumlah unit sumberdaya yang dibutuhkan (peralatan, mesin atau karyawan)
adalah sama dengan jam sumberdaya nyata yang dibutuhkan dibagi jumlah jam yang tersedia
per unit sumberdaya.
Nr = H actHavI
Dimana,
Nr = jumlah unit sumberdaya yang dibutuhkan (peralatan, mesin atau karyawan)
HavI = jumlah jam yang tersedia per unit sumberdaya selama periode waktu tertentu
Contoh : Suatu perusahaan menghadapi permintaan akan produknya sebesar 200 unit. Ada
22 hari kerja per bulan. Waktu pengoperasian standar per unit sebesar 8 jam, dan ini me
merlukan waktu setengah jam untuk persiapan setiap unit. 200 unit produk akan diproses
dalarn 10 kumpulan. Pada akhir setiap kumpulan, mesin harus diuji dan disesuaikan kembali
sebelum kumpulan berikutnya diproses; waktu penyiapan ini memerlukan 4 jam. Efisiensi
organisasional diperkirakan 95%, dari mesin-mesin beroperasi dengan efisiensi 90 % -
berarti, selama mesin-me-sin dioperasikan dengan kecepatan wajar, diperlukan waktu pe-
nundaan untuk pemeliharaan selama 48 menit per hari. Mesinmesin dijalankan 8 jam per hari
dan para operator mesin bekerja sesuai tingkat standar (1,00). Berapajumlah mesin yang
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan bulanan ?
X
Hstd = Σ [ 0i (Ti + Si) + Bi Ni )
i=1
Hanya ada satu produk, sehingga X = 1, dan
Hstd = 200 (8 + 0,5 ) + 4 (10) = 1.740 jam standar.
Hact = Hstd = 1.740 = 2.035,1 jam nyata.
Eo Pw Em 0,95(1.,0)0,90
Nr =Hact =
2.035,1 = 11,56 mesin.
Havl 22 (8)Apakah hasil tersebut dibulatkan menjadi 12 mesin dengan terdapat waktu menganggur atau
11 mesin dengan operator harus bekerja lembur tergantung pada biaya-biaya setiap alternatif.
Bila biaya-biaya yang diakibatkan mesin ke 12 (biaya depresiasi, pemeliharaan, overhead,
dan sebagainya) lebih kecil daripada biaya-biaya kerja lembur (atau biaya-biaya insentif
untuk mendapatkan para operator clan mesin-mesin bekerja lebih cepat), maka mesin ke 12
harus digunakan.
3. Economies of Scale
Economic berarti penghematan biaya-biaya produksi atau kenaikan produktivitas.
Dalam perencanaan kapasitas, kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang digolongkan
dalam apa yng disebut economies of scale atau yang sering pula dinamakan faktor-faktor
yang mengakibatkan increasing returns to scale (Boediono, 1984). Faktor-faktor yang
disebut economies of scale ini memungkinkan operasi-operasi perusahaan untuk
memproduksi produk atau jasa secara massa. Bila perusahaan memperbesar skala pabrik
dengan menaikkan volume produksi melalui penambahan kapasitas pabrik, maka kita dapat
bayangkan adanya kemungkinan peningkatan produktivitas. Sebagai contoh, dengan mesin-
mesin yang lebih besar biaya produksi per unit menurun; atau semakin besar skala
perusahaan semakin besar kemungkinan mengadakan pembagian kerja di dalam perusahaan
atau sebagainya. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan kenaikan produktivitas atau
penurunan biaya per unit keluaran.
4. Diseconomies of Scale
Diseconomies of scale atau decreasing retun to scale mencakup faktor-faktor yang
bekerja sebaliknya, yaitu bila skala perusahaan terus semakin besar maka mulai pada suatu
tingkat produksi tertentu ada kemungkinan timbul penurunan produktivitas dan kenaikan
biaya produksi per unit ini biasanya disebabkan adanya ketidakefisienan operasi-operasi
perusahaan. Sebagai contoh, karena perusahaan terlalu besar, pengawasan yang efektif dari
manajemen terhadap operasi perusahaan mulai sulit dilakukan, atau karena perusahaan
mendominasi pasar maka perusahaan menjadi lengah dalam memberikan tanggapan terhadap
perubahan-perubahan proses dan permintaan.
Salah satu pekerjaan penting para manajer produksi dan operasi adalah untuk
menemukan suatu keseimbangan antara economies of scale dan diseconomies of scale melaui
perancangan dan pengoperasian sistem-sistem produksi yang berskala tepat.
5. Analisa Break-Even dan Kapasitas
Titik break-even merupakan titik dimana penghasilan total sama dengan biaya total.
Atau dalam bentuk rumusan menjadi :
P x Q = F + ( V x Q )
dengan keterangan :
P = harga per unit
Q = kuantitas yang dihasilkan
F = biaya tetap total
V = biaya variabel per unit.
Karena Q, kuantitas, adalah tidak diketahui padahal yang kita cari, kita dapat
menggunakan aljabar untuk merumuskan kembali persamaan ini sebagai berikut :
PQ = F + VQ
F = (P-V) Q
dengan demikian, maka :
F
Q =
P - Q
Sebagai contoh, harga penjualan produk A adalah Rp 100.000,- per unit, dan biaya
bahan mentah dan tenaga kerja langsung sebesar Rp 80.000,- per unit, dan biaya tetap per
bulan Rp 20.000.000,-. Titik break even dalam unit keluaran dapat dihitung :
20.000.000
Q = = 1.000 unit.
100.000 - 80.000
5.1. "Kontribusi" Laba
Istilah (P-V) disebut "kontribusi", yaitu jumlah kelebihan atau selisih harga jual per
unit di atas biaya variabel per unit (atau penghasilan total melebihi biaya variabel total).
Dalam contoh ki te, harga jual satu produk A memberikan kontribusi sebesar Rp 20.000,-
terhadap penutupan biaya tetap sampai titik break even tercapai. Di atas 1.000 unit, kontribusi
Rp 20.000,- akan berupa laba sebelum pajak.
Hubungan-hubungan ini dapat digunakan oleh para manajer dalam perencanaan
kapasitas mereka. Manajer dapat menentukan, sebagai contoh, pengaruh pada laba (atau
rugi) perubahan perubahan kuantitas yang dihasilkan. Bila manajer ingin mengetahui pada
volume berapa laba akan sebesar Rp 5.000.000,-, maka cara termudah adalah membagi Rp
5.000.000,- dengan Rp 20.000,- dan mendapatkan 250 unit di atas volume breakeven, atau
1.250 unit dalam total, yang akan harus dihasilkan. Dalam bentuk rumusan,jumlah yang
dihasilkan total adalah :
F + laba yang diinginkan
Q =
P – V
20.000.000 + 5.000.000 25.000.000
= = = 1.250 unit
100.000 - 80.000 20.000
Agar lebih realistik, manajer perubhaan perlu memasukkan pajak pendapatan karena
semua laba yang dihasilkan penjualan di atas titik break-even adalah laba kena pajak. Oleh
karena itu, rumusan untuk mencari volume yang dihasilkan sekarang menjadi
Laba yang diinginkan
F +
1 – tingkat pajak
Q =
P – V
Misal, dalam contoh kita, tingkat pajak adalah 40 %, jumlah yang harus dihasilkan untuk
memperoleh laba Rp 5.000.000,- adalah :
5.000.000
20.000.000 +
1 – 0,4
Q =
100.000 – 80.000
20.000.000 + 8.333.333
Q =
20.000
Q = 1.417 unit
5.2. Rasio Kontribusi
Untuk maksud perencanaan kapasitas, kita penting mengetahui "rasio kontribusi" atau
kadang-kadang disebut "variasi laba" untuk produk-produk individual. Rasio ini mengukur
kontribusi relatif produk sebagai persentase harga per unit. Rumusan perhitungannya adalah :
P - V
Rasio kontribusi = x 100
P
Dengan menggunakan contoh kita di muka :
Rp 100.000 - Rp 80.000
CR = x 100 = 20%
Rp 100.000
Kesimpulan :
Cara menentukan kapasitas suatu pabrik adalah dengan melalui perhitungan rasio
permintaan terhadap kapasitas satu unit sumberdaya .
Metode yang dapat digunakan dalam perencanaan kapasitas produksi suatu pabrik
adalah dengan melakukan analisa BEP (Break Even Point)
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih kapasitas pabrik adalah :
a. Batasan permintaan
b. Tersedianya kapasitas mesin yang dibatasi oleh kapasitas teknis dan ekonomi
c. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja dalam proses produksi
d. Kemungkinan adanya perubahan teknologi di masa mendatang.
Referensi:
Boediono. 1984. Ekonomi Mikro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1.
Yogyakarta : BPFE
Handoko, T. Hani. 1999. Dasar-dasar Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta
: BPFE