kapabilitas organisasi berbasis pengetahuan file · web viewselamat pagi dan salam sejahtera untuk...
TRANSCRIPT
Artikulasi Simbolik “Pemimpin Jempolan”
ORASI ILMIAHDisampaikan pada
Wisuda Sarjana dan Dies Natalis IV Universitas TomakakaYayasan Tanratupattanabali, di d’Maleo Hotel and Convention Mamuju,
Sabtu, 23 Agustus 2014
Oleh:Prof. Dr. Haedar Akib, M.Si.(Universitas Negeri Makassar)
e-mail: [email protected]
UNIVERSITAS TOMAKAKA (UNIKA)YAYASAN TANRATUPATTANABALI
MAMUJU, 2014
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-2
Petuah Bugis-Makassar:“Hati hati berkongsi dengan:
(1) Raja, karena dengan gampang memutuskan
perkongsian dengan semena-mena;
(2) Orang kuat, karena sukar dilawan;
(3) Orang kaya, karena dengan gampang mengembalikan modal
yang ditanam apabila perusahaan kelihatan maju; dan
(4) Kenalan,kenalan yang bukan sahabat tidak merasa berat
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.(Hadits Riwayat Bukhari-Muslim)
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-3
untuk memutuskan perkongsian dengan semaunya.”
(Dikutip dari Rahman Rahim, dalam Disertasi Haedar Akib, 2005:
177)
BismillahirrahmanirrahimAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita.
© Yth. Gubernur Provinsi Sulawesi Barat (Bapak Drs. H. Anwar Adnan Saleh) atau yang mewakili.
© Yang saya hormati Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah IX (Ibu Prof. Dr. Hj. Niartiningsih, MS.)
© Yang saya hormati Ketua Yayasan Tanratupattanabali (Bapak Drs. H. Ahmad Taufan).
© Yang saya hormati Rektor Universitas Tomakaka, disingkat UNIKA (Bapak Syahril, S.Pdi., M.Pd.).
© Yang saya hormati Ketua dan Anggota Senat UNIKA.© Yang saya hormati para Dekan, Ketua Jurusan dan Program
Studi, para Dosen dan Pegawai UNIKA.© Yang saya hormati Para orang Tua Wisudawan/i, Pendamping,
para Undangan dan Hadirin yang Berbahagia.© Yang Kita Banggakan adik-adik mahasiswa/i yang saat ini
sedang berbahagia karena diinaugurasi sebagai Sarjana.
Marilah kita memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, atas Berkah dan Karuniah-Nya, sehingga kita
dapat berkumpul di Aula d’Maleo Hotel and Convention Mamuju
guna melaksanakan acara Wisuda Sarjana Strata Satu dan Dies
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-4
Natalis IV Universitas Tomakaka (UNIKA). Pada kesempatan yang
berbahagia ini perkenankan saya menyampaikan orasi ilmiah
dengan judul: Artikulasi Simbolik “Pemimpin Jempolan”.
Hadirin yang Saya Muliakan
Membangun citra organisasi pasca modern (Bergquist, 1993)
yang dinahkodai oleh pemimpin jempolan merupakan wacana
penting dan menarik untuk dibicarakan. Daya tarik itu didasarkan
pada kenyataan bahwa terdapat sejumlah organisasi yang sukses
meraih tujuan dan sasarannya, karena diarahkan oleh pemimpin
yang terpilih sesuai kapabilitas kepemimpinan yang dimiliki.
Demikian pula sebaliknya, terdapat beberapa (kasus) organisasi
yang gagal mencapai tujuan, bahkan bubar atau mati karena
diarahkan oleh pemimpin atau “kepala organisasi” yang tidak
kapabel.
Manakala fenomena kegagalan organisasi tersebut masih
demikian adanya hingga saat ini, maka perlu dipahami karakter
jari jempol kita sebagai pembelajaran atau memahami makna di
balik alasan mengapa nelayan yang menaruh ikannya di dalam
keranjang dengan posisi “kepala” ikan di bawah. Pertanyaannya
adalah mengapa pemimpin dan kepemimpinan selalu menarik
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-5
dibicarakan, seperti apa artikulasi simbolik pemimpin jempolan
dimaksud, dan bagaimana karakter pemimpin jempolan yang
identik dengan karakter ikan yang di taruh dalam keranjang
dengan posisi kepala di bawah.
Hadirin yang Saya Hormati
Artikulasi makna simbolik pemimpin dan kepemimpinan
merupakan tema penting yang selalu menarik perhatian umat
manusia sepanjang masa, mulai dari Nabi Adam sampai anak-cucu
Adam-Adam yang akan lahir. Pemahaman ini didasarkan pada
realitas sejarah yang mengajarkan bahwa Nabi Adam sebagai
manusia pertama di muka bumi adalah pemimpin sekaligus Bapak
Umat Manusia. Kemudian, Adam Smith (Scotlandia, 1723-1790)
adalah pemimpin atau pelopor dalam ekonomi modern yang
mengenalkan konsep pasar, dimana pasar menurutnya diatur oleh
tangan yang tidak nyata (invisible hand). Selanjutnya, Adam Malik
Batubara (Pematang Siantar, 1917-1984) adalah pemimpin bangsa
sebagai mantan wakil presiden Republik Indonesia ke-3. Demikian
pula anak-cucu Adam-Adam yang akan lahir adalah calon-calon
pemimpin, minimal akan pemimpin bagi dirinya, kelompok, dan
organisasinya, atau sebagai self-leader menurut Charles C. Manz
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-6
dan Henry P Sims (2001) dalam bukunya berjudul The New
Superleadership, Berrett-Koehler Publishers, Inc., San Francisco.
Hadirin yang Saya Muliakan
Artikulasi simbolik pemimpin jempolan (Tarigan, 2006)
merupakan makna simbolik yang dapat diberikan kepada orang
yang terpilih atau dipilih berdasarkan kompetensi (Shermon,
2005) inti dan kapabilitas kepemimpinan yang dimiliki (Weinstein
dan Azoulay, 1999; Garratt, 2000; Hesselbein dan Goldsmith,
2009). Dengan demikian, orang dapat dianggap sebagai pemimpin
jempolan karena tipe atau gaya kepemimpinan yang diperankan
dapat merepresentasikan karakter ibu jari atau jempol manusia.
Dalam khazanah teori organisasi dan manajemen sumber
daya manusia (Berman, et al., 2006) dipahami bahwa mekanisme
untuk mendapatkan pemimpin dalam organisasi dapat dilakukan
minimal melalui dua pendekatan, yaitu melalui penunjukan
(appointed) dan melalui pemilihan (elected). Kedua cara ini dipilih
dan diterapkan sesuai kesepakatan yang dibuat oleh orang-orang
yang berkepentingan di dalamnya.
Menurut kaidah bahasa, appointed dari kata appoint (bahasa
Inggris) bermakna mengangkat atau menunjuk dan lazimnya
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-7
orang yang menunjuk secara simbolik menggunakan jari telunjuk,
sedangkan elected dari kata elect (bahasa Inggris) bermakna
memilih, dimana orang yang memilih seringkali menunjukkan
apresiasi simbolik kepada orang pilihannya dengan mengangkat
ibu jari atau jempol (thumb), sehingga orang pilihan tersebut
dianggap sebagai orang jempolan. Sementara itu, berdasarkan
perspektif interpretatif simbolik (perspektif ketiga perkembangan
teori organisasi menurut Mary Jo Hatch, 1997, dalam bukunya
Organization Theory, ) dapat dinyatakan bahwa penamaan ibu jari
atau jempol manusia secara filosofis bermakna sebagai salah satu
sumber pengetahuan yang mewakili dan mencirikan sekaligus
membedakan sidik jari jempol setiap manusia yang diciptakan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Pemahaman ini pula yang
“barangkali” meneguhkan pemahaman para pakar bahwa filsafat
adalah ibu, induk, atau ratu ilmu pengetahuan (queen of science).
Jadi, sekiranya filosof adalah pemikir yang jempolan, maka dapat
pula dinyatakan bahwa para pemimpin yang dipilih dan terpilih
sejatinya merupakan pemimpin-pemimpin jempolan, karena
dihasilkan melalui proses (transaksi politik) pemilihan yang etis,
estetis, dan demokratis (baca: Analogi Pemimpin Dalam Transaksi
Politik Pemilu: Haedar Akib, Opini Tribun 17 Juli 2014).
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-8
Hadirin yang Saya Hormati
Mencermati makna simbolik ibu jari atau jempol dan jari
telunjuk dapat dinyatakan bahwa karakter keduanya membawa
konsekuensi dan implikasi yang berbeda dilihat dari minimal tiga
aspek. Pertama, dalam konteks komunikasi dan interaksi aktor
yang terbangun. Jempol menunjukkan fleksibilitas gerakan ke arah
jari-jari tangan yang lain (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, jari
kelingking) yang bermakna bahwa komunikasi yang dilakukan oleh
pemimpin jempolan akan lebih mudah dan fleksibel, sehingga
dapat dan mudah diterima oleh koleganya sesama pemimpin dan
oleh semua orang yang dipimpin. Berbeda halnya dengan karakter
jari telunjuk yang relatif sulit digerakkan atau didekatkan ke jari-
jari tangan yang lain. Hal ini bermakna bahwa komunikasi yang
dilakukan oleh pemimpin yang ditunjuk mungkin sulit dan kaku,
sehingga relatif lebih sulit diterima baik oleh koleganya yang
merasa sama-sama memiliki kesempatan untuk ditunjuk menjadi
pemimpin maupun oleh orang lain atau bawahan yang dipimpin.
Kedua, dalam konteks rentang kendali dan koordinasi
bawahan yang dipimpin. Jempol menunjukkan rentang kendali
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-9
lebih luas dan kuat karena mampu menjangkau jari-jari tangan
yang lain secara cepat dan tepat. Hal ini bermakna, mekanisme
koordinasi dan kontrol yang dibangun oleh pemimpin jempolan
mencakup semua satuan kerja di sekitarnya dan unit-unit yang
dibawahi secara berdayaguna dan berhasil guna. Fenomenanya
berbeda dengan karakter jari telunjuk yang menunjukkan rentang
kendali yang agak terbatas, sempit dan lemah, karena ujung jari
telunjuk sangat mudah menjangkau jempol, tetapi agak kesulitan
menjangkau atau didekatkan dengan jari-jari tangan yang lain. Hal
ini bermakna, mekanisme koordinasi dan kontrol yang dibangun
oleh pemimpin yang ditunjuk seringkali hanya kelihatan mudah
ketika tunduk di bawah kendali orang yang menunjuknya, tetapi
relatif sulit berkoordinasi dan lemah efek kepengikutannya baik
terhadap kolega maupun bawahan yang dipimpin. Dengan kata
lain, pemimpin yang ditunjuk boleh jadi akan kurang efisien dan
efektif menjalankan kepemimpinannya dilihat dari mekanisme
koordinasi dan kontrol yang dilakukan.
Ketiga, dalam konteks utilitas karakter yang melekat dalam
diri pemimpin. Baik jempol maupun jari telunjuk memiliki karakter
yang berbeda dan sekaligus membedakan sidik jari setiap orang.
Namun, ulititas karakter jempol cenderung lebih sering digunakan
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-10
untuk melegalisasi pemiliknya, misalnya pada tradisi ijab kabul
pada acara pernikahan, tanda tangan asli orang-orang di masa
lalu, apresiasi baik kepada orang lain yang diajak berkomunikasi
secara simbolik, atau bahkan menunjuk ke arah objek atau tempat
secara lebih sopan (dalam tradisi Jawa), semuanya menggunakan
jari jempol dan tidak menggunakan jari telunjuk, kecuali orang
Islam menunjuk ke arah Kabah sewaktu bertahiyat dalam sholat
(Syariat Agama). Hal ini bermakna bahwa pemimpin jempolan
selain lebih didambakan oleh semua orang pada berbagai
kegiatan juga keberadaannya dapat memberikan manfaat yang
lebih besar karena lebih etis dan estetis dalam berkreasi dan
menunjukkan etos kerjanya. Sedangkan pemimpin yang ditunjuk
boleh jadi menjalankan fungsi kepemimpinan di bawah arahan
orang yang menunjuk, sehingga hanya memerankan karakter
pemimpin yang kreatif adaptif (Akib, 2005).
Hadirin yang Saya Muliakan
Artikulasi karakter pemimpin jempolan yang dianalogikan
seperti karakter ikan yang ditempatkan dalam keranjang dengan
posisi kepala ikan di bawah meneguhkan adanya kesesuaian
antara pemahaman nelayan bahwa “ikan mulai membusuk dari
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-11
bagian kepala” dengan asumsi bahwa organisasi mulai membusuk
karena ulah “kepala”, pemimpin, pengurus, atau bosnya”. Jika
asumsi dan pemahaman tersebut demikian senyatanya maka ikan
yang ditempatkan di dalam keranjang dengan posisi kepala di
bawah dapat memberi inspirasi baik kepada pemimpin organisasi,
termasuk diri kita agar senantiasa menempatkan diri sebagai
hamba Tuhan yang taat “bersujud” atau menyembah kepada-Nya
dengan posisi kepala di bawah. Hal ini juga bermakna bahwa
pemimpin jempolan selain mengikuti karakter perilaku jempol,
juga senantiasa banyak bersujud untuk mendekatkan diri kepala
Sang Pencipta, karena dengan menghayati kedekatan kepada
Sang Pencipta akan menjadikan pemimpin jempolan dekat dengan
bawahan atau orang yang dipimpin, atau menurut istilah sekarang
pemimpin yang merakyat.
Hadirin yang Saya Hormati
Sebagai wujud apresiasi dan artikulasi makna simbolik
karakter pemimpin jempolan tersebut, beserta peran nyata aktor
seperti para pemimpin di Provinsi Sulawesi Barat, khususnya yang
hadir pada kesempatan ini sebagai contoh, maka kerinduan dan
harapan seluruh rakyat Indonesia pun, khususnya para pemilih
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-12
yang telah menetapkan pilihannya pada pemilu yang demokratis
tanggal 9 Juli 2014 lalu, tentu saja semuanya mendambakan
pasangan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih
(Bapak Ir. H. Joko Widodo, dan Bapak Drs. H. Muhammad Yusuf
Kalla) sebagai Pemimpin Jempolan. Semoga.
Hadirin yang Saya Hormati
Sebagai penutup orasi ilmiah ini, perkenankan saya
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Pimpinan
Universitas Tomakaka (UNIKA), beserta segenap unsur Civitas
Akademikanya yang memberikan kepercayaan dan undangan
kepada saya untuk berbagi pengetahuan pada saat ini. Terima
kasih kepada Bapak/Ibu Pimpinan organisasi/lembaga Pemerintah
dan Swasta yang hadir pada acara terhormat ini. Terima kasih
kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan namanya
satu persatu. Terima kasih kepada seluruh hadirin yang antusias
mengikuti acara ini hingga selesai. Selamat Kepada adik-adik para
Wisudawan/wati yang telah menyelesaikan tugas akademiknya
dan diinaugurasi (diwisuda) sebagai Sarjana pada hari ini.
Akhirnya, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa kita berserah diri
atas segala niat dan jerih payah yang dilakukan. Wabillahi Taufik
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-13
wal Hidayah. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat pagi/siang dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua.
Daftar Bacaan
Akib, Haedar. “Analogi Pemimpin Dalam Transaksi Politik Pemilu”, Opini Tribun 17 Juli 2014.
____________. “Potret Organisasi Masa Depan Berbasis Pengetahuan”, Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana STIA Bina Taruna Gorontalo, 1 September 2013.
____________. “Transformasi Kepemimpinan Publik pada Era Globalisasi”, Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana IISIP Biak Numfor, Sabtu 22 September 2012.
____________. Pidato Pengukukan Guru Besar Ilmu Administrasi Publik, “Mencermati Heuristik Transformasi Organisasi”, dalam Jurnal Manajemen USAHAWAN Indonesia, Vol. 40 No. 3 Mei-Juni 2011.
____________. 2005. Kreativitas Dalam Organisasi, Ringkasan Disertasi Ilmu Administrasi FISIP Univesitas Indonesia.
Ammons, David N. (ed.) 2008. Leading Performance Management. USA: ICMA Press.
Berman, Evan M et al. 2006. Human Resource Management in Public Service, Sage Publications Inc. California.
Bergquist, William. 1993. The Postmodern Organization, Jossey-Bass Publishers, San Francisco.
Garratt, Bob. 2000. The Twelve Organizational Capablities, Harper Collins Publishers London.
Hesselbein, Frances and Marshall Goldsmith (ed.). 2009. The Organization of the Future, Jossey-Bass San Francisco.
Haedar Akib: Orasi Ilmiah-14
Manz, Charles C and Henry P. Sims. 2001. The New Leadership, Berrett-Koehler Publishers, Inc, San Francisco.
Morgan, Gareth. 1986. Images of Organization, Sage Publications, London.
Morse, Richardo S, Terry F. Buss and C Morgan Kinghorn. 2007. Transforming Public Leadership for the 21st Century, M.E. Sharpe, Armonk New York.
Sadler, Philip. 2003. Leadership, Kogan Page, London.Scharmer, C Otto. 2009. Theory U: Leading from the Future as It
Emerges, Berrett Koehler Publishers, Inc. San Francisco.Schein, Edgar. 2004. Organizational Culture and Leadership,
Jossey-Bass, San Francisco.Shermon, Ganes. 2005. Human Resource Based Competency,
Tata McGraw-Hill, New Dehli.Tarigan, Antonius. “Pemimpin Jempolan”, Majalah Perencanaan
Pembangunan, Bappenas Jakarta, 2006.Wart, Montgomery van and Lisa A. Dicke. 2008. Administrative
Leadership in the Public Sector, M.E. Sharpe. Armonk, New York.
Weinstein, Olivier and Nicole Azoulay. Firms’ Capabilities and Organizational Learning, CREI-Universite de Paris 13 et Universite de Paris 7, December 1999, http://www., diakses 27 Oktober 2003.
Yulk, Gary. 2006. Leadership in Organizations, Pearson Education Inc., New Jersey.