kanker serviks (2).docx

21
BAB I PENDAHULUAN Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kearah lubang vagina. Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki msuk kedalam dan darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit selama masa ovulasi dan kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat san janin yang sudah tertanam di dalam rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma kecuali sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan. Selain itu, pada 1

Upload: sii-pinky

Post on 08-Aug-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: kanker serviks (2).docx

BAB I

PENDAHULUAN

Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kearah lubang vagina.

Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki msuk kedalam dan

darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit selama masa ovulasi dan

kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat san janin yang sudah tertanam di dalam

rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang

sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang

menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma kecuali

sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi,

konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah

pembuahan. Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir diserviks

menyimpan sperma yang hidup selama beberapa hari.

Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian kaum

wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara berkembang

seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker

serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang berkembang. Data yang berhasil

dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa

angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul

sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis terbesar dari kanker tersebut adalah kanker

1

Page 2: kanker serviks (2).docx

serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit

Dokter Hasan Sadikin Bandung, pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan

pertama kanker pada sistem reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.

Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Dampak fisik

ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu anggota tubuh yang

diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut, bahkan mungkin terjadi

perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari pengobatan yang dijalani

penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin muncul bisa merupakan

reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya, rangkaian terapi

atau pengobatan yang dijalani penderita dan “kondisi fisiknya yang baru”. Dapat pula

diperkirakan akan terjadi perubahan dalam kehidupan sosial pada penderita.

Permasalahan kanker serviks di Indonesia sangat khas rata-rata >70% kasus

ditemukan pada stadium lanjut pada saat datang di rumah sakit. Kanker serviks pada

umumnya juga menimbulkan permasalahan berupa kesakitan penderitaan, kematian

dan ekonomi.1

Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel gepeng (75%), diikuti oleh

adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa (20%) serta karsinoma neuroendokrin

sel kecil (kurang dari 5%). Dengan pengecualian tumor neuroendokrin, yang

perilakunya selalu agresif, karsinoma serviks dibagi menjadi derajat 1 hingga 3

berdasarkan diferensiasi sel, dan stadium 1 hingga 4 berdasarkan penyebaran klinis ⁵.

Karsinoma serviks adalah kanker kedua yang paling sering pada perempuan

setelah karsinoma mamae, sehingga bahasan mendalam lebih di tekankan pada

karsinoma serviks ini.3

1.1 ANATOMI SERVIKS

Serviks merupakan bagian terbawah dari uterus dan menjadi penghubung

antara rongga vagina dengan uterus. Serviks uteri dibagi menjadi dua bagian yaitu

pars supra vaginal, dan pars vaginal. Pars vaginal disebut juga portio, terdiri dari bibir

depan dan bibir belakang portio. Saluran yang menghubungkan orifisium uteri interna

(OUI) dan orifisium uteri eksterna (OUE) disebut kanalis servikalis. Bagian rahim

antara serviks dan korpus disebut isthmus atau segment bawah rahim, bagian ini

2

Page 3: kanker serviks (2).docx

penting dalam kehamilan dan persalinan karena akan mengalami peregangan ²́̕:;⁴.

Serviks berfungsi sebagai sawar terhadap masuknya udara dan mikroflora saluran

vagina normal, pintu keluarnya darah haid, dan menahan tumbukan ringan selama

hubungan kelamin dan persalinan, hal inilah yang menyebabkan serviks sering

menjadi sarang penyakit ⁵.

3

Page 4: kanker serviks (2).docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kanker leher rahim (serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher

rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina).

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah

pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang

terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).

2.2 ETIOLOGI

1. HPV (human papillomavirus)

Merupakan virus penyebab kutil pada daerah genetal (kondiloma akuminata)

yang ditularkan  melalui hubungan seksual. HPV sering diduga sebagai

penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.

2. Perokok

Kandungan tembakau yang ada di dalam bahan dasar pembuatan rokok,

merusak sistem kekebalan atau mempengaruhi kemampuan tubuh untuk

melawan infeksi HPV pada serviks.

3.  Pemakaian pil KB

Kandungan estrogen dalam pil KB dapat memicu timbulnya kanker servik. 

4.  Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 16

tahun). Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20

tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalani hubungan seks  pada usia

remaja, paling rawan bila dilakukan pada usia dibawah 16 tahun. Pada usia

ini, sel-sel mukosa pada serviks wanita belum matang. Kelebihan sel ini

akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.

5.  Berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas) 

Penyebab kanker leher rahim, sebagian besar berasal dari kondisi lingkungan

yang diperantarai oleh virus HPV. Virus itu ditularkan melalui hubungan

seksual. Seorang wanita dapat tertular infeksi virus dari mitra seksualnya.

Infeksi virus ini dapat tertular cepat melalui hubungan seksual multi

4

Page 5: kanker serviks (2).docx

pasangan. Oleh sebab itu penyakit ini sering disebut penyakit akibat

hubungan seksual. Dan resikoterjadinya kanker leher rahim meningkat lebih

dari 10x bila mitra seks 6 atau lebih.

6.  Melahirkan banyak anak (multiparitas)

7.  Jumlah kelahiran dengan jarak pendek

Pada wanita yang bersalin (melahirkan) tentulah bagian kemaluan wanita

yang merupakan jalan lahir dengan mudah akan terpapar oleh dunia luar,

banyak hal terjadi selama proses persalinan secara tidak sadar virus bisa

masuk sehingga mengakibatkan infeksi. Persalinan yang terlalu dekat

jaraknya, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel serviks. Jarak

persalinan dapat menjadi factor risiko terhadap kesehatan ibu apabila

melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun.

8.  Kebersihan vagina yang buruk

Sosial ekonomi rendah sangat mempengaruhi seseorang dalan memperoleh

pengetahuan. Mereka tidak tahu bahwa kurang menjaga kebersihan daerah

kemaluan dapat mengakibatkan terjadinya kanker leher rahim,  seharusnya

vagina dibersihkan segera setelah melakukan hubungan intim.

9.  Perlukaan mulut rahim yang tidak mendapat pengobatan yang tepat

10. Wanita yang suaminya tidak disunat (sirkumsisi), karena pada   leher penis

dihasilkan suatu  zat yang disebut smegma. Pada smegma inilah ada sejenis

virus yang gemar dan mudah berkembang biak yang bernama Human

Papilloma Virus (HPV). HPV ini mempunyai sifat carcinogen, yaitu mampu

mengubah sifat sel menjadi sel yang ganas atau kanker. 

11. Golongan sosial ekonomi rendah

Golongan sosial ekonomi rendah  dapat dilihat dari pekerjaan mereka,

apakah mereka bekerja sebagai buruh ataukah sebagai wanita tuna susila

(berhubungan dengan virus HPV), ataukah dari sosial ekonomi tinggi.

12. Defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E,          betacarotin/

retinol dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker serviks. 

2.3 EPIDEMIOLOGI

Kanker servik uterus merupakan kanker yang masih menduduki urutan yang

pertama. Usia penderita antara 30-60 tahun dan terbanyak antara usia 45-50 tahun.

5

Page 6: kanker serviks (2).docx

Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasive memakan waktu sekitar 10

tahun.5

2.4 PENYEBARAN

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3

arah:

a. Kearah fornises dan dinding vagina

b. Kearah korpus uterus

c. Kearah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum

rektovaginal dan kandung kemih.

2.5 PATOGENESIS

Faktor resiko diatas memperkuat kemungkinan penularan seksual suatu agen

penyebab, dalam hal ini HPV dapat ditemukan 85% hingga 90% lesi prakanker dan

neoplasia invasif dapat ditemukan HPV, dan secara spesifik HPV yang beresiko tinggi

adalah strain 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59. Sebaliknya, kondiloma

yang merupakan lesi jinak, berkaitan dengan infeksi oleh tipe resiko rendah (yaitu 6,

11, 42, dan 44).

Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada epitel skuamosa dan epitel

thoraks mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona

transformasi)6. Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi

ektoserviks dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar

junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis dari porsio dengan epitel

kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita

muda SCJ ini berada diluar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berumur

>35 tahun, SCJ berada didalam kanalis serviks. Maka untuk melewati pap smear yang

efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari

Ayer atau cytobrush sikat khusus. Pada awal perkembanganya kanker serviks tidak

memberikan tanda dan gejala, pada pemeriksaan speculum tampak sebagai porsio

yang erosive yang fisiologi atau patologi.5

6

Page 7: kanker serviks (2).docx

2.6 PEMBAGIAN TINGKAT KEGANASAN

Tabel 1. Tingkat Keganasan Klinik Menurut FIGO, 19783

Tingkat Kriteria

0

I

Ia

Ib occ

Ib

II

IIa

Karsinoma In Situ atau karsinoma intraepitel: membrane basalis masih utuh

Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

Karsinoma mikro invasive ; bila memrana basalis sudah rusak dan sel tumor sudah

memasuki stroma tak > 3mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa

atau pembuluh darah.

*) kedalaman invasi 3mm sebaiknya diganti dengan tak > 1mm.

( Ib occult = Ib yang tersembunyi): secara klinis tumor belum sebagai karsinoma

tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah mengadakan invasi

stroma melebihi I a.

Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi

kedalam stroma serviks uteri.

Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke ⅔ bagian atas vagina

dan keparametrium tetapi tidak sampai kepanggul.

Penyebaran hanya kevagina, parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai ke

panggul.

7

Page 8: kanker serviks (2).docx

III

IIIa

IIIb

IV

IVa

IVb

Penyebaran telah sampai ke ⅓ bagian distal vagina atau ke parametrium

sampai ke dinding panggul.

Penyebaran sampai ke ⅓ bagian distal vagina, sedang ke parameterium tidak

dipersoalkan asal tidak sampai ke dinding panggul.

Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas

infiltrate antara tumor dengan dinding pangggul atau proses pada tingkat klinik I

atau II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.

Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum

dan kandung kemih atau telah terjadi metastase keluar panggul atau ketempat-

tempat yang jauh.

Proses telah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa

rectum dan kandung kemih.

Telah terjadi penyebaran jauh.

8

Page 9: kanker serviks (2).docx

Tabel 2. Pembagian Tingkat Keganasan Menurut System TNM3

Tingkat Kriteria

T

T1S

T1

T1a

T1b

T2

T2a

T2b

T3

NB:

T4

T4a

T4b

NB:

NX

N0

N1

N2

M0

M1

Tidak ditemukan tumor primer.

Karsinoma pra-invasif, ialah KIS(karsinoma in situ).

Karsinoma terbatas pada serviks.

Pra-klinik adalah karsinoma yang invasive dibuktikan dengan pemeriksaan

histologik.

Secara klinis jelas karsinoma yang invasive.

Karsinoma telah meluas sampai keluar serviks tetapi belum sampai

dinding panggul.

Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium.

Karsinoma sudah menginfiltrasi parametrium.

Karsinoma sudah melibatkan ⅓ bagian distal vagina.

Adanya hidronefrosis menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun

pada penemuan lain kasus ini seharusnya masuk kategori yang lebih

rendah (T1 atau T2).

Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rectum atau kandung kemih atau

meluas sampai keluar panggul.

Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rectum saja dan dibuktikan

secara histologik

Karsinoma telah meluas sampai diluar panggul.

Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukkannya

sebagai T4.

Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfe regional.

Tidak ada deformitas kelenjar limfe pada limfografi.

Kelenjar limfe regional berubah bentuk .

Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan

celah bebas infiltrate diantara massa ini dengan tumor.

Tidak ada metastasi jarak jauh.

Terdapat metastase jarak jauh.

9

Page 10: kanker serviks (2).docx

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari

vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam

hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera

sehabis senggama ( disebut sebagai perdarahan kontak ) merupakan gejala karsinoma

serviks (75-80%).3

Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan

lebih sering terjadi , juga diluar senggama ( perdarahan spontan ). Perdarahan spontan

umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II-III) terutama pada tumor

yang bersifat eksofitik. Paada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami

secara seksual atau janda yang sudah menopause bilamana mengidap kanker servik

sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan spontan saat defekasi akibat

tergesernya tumor eksofitik dari serviks. Adanya perdarahan spontan pervaginam saat

defekasi, perlu dicurigai kemungkinan adanya karsinoma serviks tingkat lanjut.

Adanya bau busuk yang khas memperkuat adanya karsinoma. Anemia akan menyertai

sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang.3

Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf, memerlukan pembiusan

umum untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat, khususnya pada

lumen vagina yang sempit dan dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang

timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir,

penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal akibat

infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan

obstruksi total.3

2.8 DIAGNOSA

Hasil pemeriksaan sitologi eksploratif dari ekto dan endo serviks yang positif

tidak boleh dianggap diagnosis pasti. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan

histologik dari jaringan yang diperoleh dengan melakukan biopsy. Secara sederhana

yang ternyata memadai dapat dikerjakan dengan sebelumnya memulas porsio dengan

larutan lugol dan jaringan yang akan diambil hendaknya pada batas jaringan normal

dengan bagian porsio yang pucat. Kemudian jaringan direndam dalam larutan

formalin 10% untuk dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi. Pada tingkat klinik

0, Ia, Ib-occ, penentuan tingkat keganasan secara klinis didasarkan atas hasil

10

Page 11: kanker serviks (2).docx

pemeriksaan histologik. Oleh karena itu untuk konfirmasi diagnosis yang tepat sering

diperlukan tindak lanjut seperti kuretase endoserviks (ECC = Endo- Cervical

Curretage ) atau konisasi serviks.3

2.9 TATALAKSANA

Pada tingkat klinik (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi, bedah

krio (cryosurgery) atau dengan sinar laser. Dengan biopsy kerucut (conebiopsy)

meskipun untuk diagnostic, seringkali menjadi terapeutik. Ostium uteri internum tidak

boleh sampai rusak karenanya. Bila penderita telah cukup tua, atau sudah mempunyai

anak, uterus tidak perlu ditinggalkan, agar penyakit tidak kambuh, dapat dilakukan

histerektomi sederhana ( simple vaginal hysterectomy).3

Pada kasus tertentu dimana operasi merupakan suatu kontraindikasi aplikasi

radium dengan dosis 6500-7000 rads/cGy di titik A tanpa penambahan penyinaran

luar, dapat dilakukan.3

Pada tingkat klinik Ia umumnya dianggap dan ditangani sebagai kanker yang

invasive. Bilamana keadaan invasi kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi

area yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah,

penanganannya dilakukan seperti pada KIS diatas.

Pada klinik Ib, Ibo cc dan IIa dilakukan histerektomi radikal dengan

limfadenoktomi panggul. Pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran

tergantung ada/tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.

Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah,

untuk ini primer adalah radioterapi. Sebaiknya kasus dengan karsinoma serviks

selekasnya dikirim ke pusat penanggulangan kanker, dimana berkumpul para pakar

onkologi yang berpengalaman dan tersedianya sarana mutakhir. Bilamana diperlukan

penyinaran pasca bedah, dilakukan radiasi luar dengan cobalt -60 dosis 5000 rads

(fraksi 200 rads/hari selama 25 hari).3

Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif, pemberian

kemoterapi dapat dipertimbangkan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah

penanganan lengkap, dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan

prosesnya masih terbatas pada panggul. Bilamana proses sudah jauh atau operasi tidak

mungkin dilakukan, harus dipilih kemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi. Untuk

itu tidak digunakan sitostatika tunggal, tetapi berbentuk regimen yang terdiri dari

kombinasi beberapa sitostatika. Jika terapi terdahulu adalah operasi, sebaiknya

11

Page 12: kanker serviks (2).docx

dilakukan penyinaran bila prosesnya masih terbatas dalam panggul, sedangkan kalau

penyinaran tidak mungkin dikerjakan atau prosesnya sudah lanjut penyebarannya,

maka dipilih polikhemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi.3

2.10 PROGNOSIS3

Factor-faktor yang menentukan prognosis ialah:

a. Umur penderita

b. Keadaan umum

c. Tingkat klinik keganasan

d. Ciri-ciri histologik sel tumor

e. Kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani

f. Sarana pengobatan yang ada

TabeL 3. Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun Menurut Data Internasional

Tingkat AKH 5 tahun

T1S

T1

T2

T3

T4

Hampir 100%

70-85%

40-60%

30-40%

<40%

2.11 PENCEGAHAN

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular.

2. Menghindari rokok.3. Tidak melakukan hubungan seksual dibawah umur 18 tahun.4. Tidak melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan.

12

Page 13: kanker serviks (2).docx

BAB III

KESIMPULAN

KESIMPULAN

1. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah rahim

yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak

tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya.

2. Faktor resiko kanker serviks antara lain:

Leher rahim terserang bekteri atau jamur

Wanita suka berganti-ganti pasangan.

Wanita perokok berat.A

SARAN

Yang dapat disarankan ialah menghindari factor eksogen/ekstrinsik yang

memberi resiko untuk mengidap kanker rahim. Upaya pencegahan skunder

melalui usapan servikovaginal berkala dengan pengecatan papanicolaou, biopsy

terarah atau kuretase endoserviks sangat penting.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Lenevo, J. Kenneth, dkk, Williams Manual Of Obstetrics, Edisi 21,

Texas, The McGraw – Hill, 2003.

2. Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kebidanan, Edisi 4, Jakarta, PT. Bina

Pustaka, 2008.

3. Prawirohardjo, sarwono, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Jakarta; PT. Bina

Pustaka, 2007.

4. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta; EGC, 1998.

13

Page 14: kanker serviks (2).docx

5. Robbins, Stanley L. dkk, Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2, Edisi

7, Jakarta; EGC, 2007.

6. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit

Volume 2, Edisi 6, Jakarta; EGC, 2006.

14