Download - kanker serviks (2).docx
BAB I
PENDAHULUAN
Serviks merupakan bagian bawah rahim yang membuka kearah lubang vagina.
Serviks merupakan saluran yang memungkinkan sperma laki-laki msuk kedalam dan
darah menstruasi keluar. Saluran serviks menjadi sempit selama masa ovulasi dan
kehamilan sehingga sperma tidak bisa lewat san janin yang sudah tertanam di dalam
rongga rahim tidak bisa keluar. Tetapi selama proses persalinan, saluran meregang
sehingga bayi bisa melewati serviks. Saluran serviks dilapisi kelenjar yang
menghasilkan lendir. Selaput lendir tebal, sehingga tidak bisa dilewati sperma kecuali
sesaat menjelang masa pelepasan telur dari indung telur (Ovulasi). Pada saat ovulasi,
konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah
pembuahan. Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir diserviks
menyimpan sperma yang hidup selama beberapa hari.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian kaum
wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara berkembang
seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker
serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang berkembang. Data yang berhasil
dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa
angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul
sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis terbesar dari kanker tersebut adalah kanker
1
serviks (Susanto, 1998). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Perjan Rumah Sakit
Dokter Hasan Sadikin Bandung, pada tahun 2004 kanker rahim menduduki urutan
pertama kanker pada sistem reproduksi wanita dengan jumlah 360 kasus.
Kanker memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Dampak fisik
ini bisa berupa kecacatan atau penurunan fungsi salah satu anggota tubuh yang
diamputasi atau dioperasi, rasa nyeri, kerontokan rambut, bahkan mungkin terjadi
perubahan penampilan fisik sebagai efek samping dari pengobatan yang dijalani
penderita. Sedangkan dampak psikologis yang mungkin muncul bisa merupakan
reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya, rangkaian terapi
atau pengobatan yang dijalani penderita dan “kondisi fisiknya yang baru”. Dapat pula
diperkirakan akan terjadi perubahan dalam kehidupan sosial pada penderita.
Permasalahan kanker serviks di Indonesia sangat khas rata-rata >70% kasus
ditemukan pada stadium lanjut pada saat datang di rumah sakit. Kanker serviks pada
umumnya juga menimbulkan permasalahan berupa kesakitan penderitaan, kematian
dan ekonomi.1
Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel gepeng (75%), diikuti oleh
adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa (20%) serta karsinoma neuroendokrin
sel kecil (kurang dari 5%). Dengan pengecualian tumor neuroendokrin, yang
perilakunya selalu agresif, karsinoma serviks dibagi menjadi derajat 1 hingga 3
berdasarkan diferensiasi sel, dan stadium 1 hingga 4 berdasarkan penyebaran klinis ⁵.
Karsinoma serviks adalah kanker kedua yang paling sering pada perempuan
setelah karsinoma mamae, sehingga bahasan mendalam lebih di tekankan pada
karsinoma serviks ini.3
1.1 ANATOMI SERVIKS
Serviks merupakan bagian terbawah dari uterus dan menjadi penghubung
antara rongga vagina dengan uterus. Serviks uteri dibagi menjadi dua bagian yaitu
pars supra vaginal, dan pars vaginal. Pars vaginal disebut juga portio, terdiri dari bibir
depan dan bibir belakang portio. Saluran yang menghubungkan orifisium uteri interna
(OUI) dan orifisium uteri eksterna (OUE) disebut kanalis servikalis. Bagian rahim
antara serviks dan korpus disebut isthmus atau segment bawah rahim, bagian ini
2
penting dalam kehamilan dan persalinan karena akan mengalami peregangan ²́̕:;⁴.
Serviks berfungsi sebagai sawar terhadap masuknya udara dan mikroflora saluran
vagina normal, pintu keluarnya darah haid, dan menahan tumbukan ringan selama
hubungan kelamin dan persalinan, hal inilah yang menyebabkan serviks sering
menjadi sarang penyakit ⁵.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
2.2 ETIOLOGI
1. HPV (human papillomavirus)
Merupakan virus penyebab kutil pada daerah genetal (kondiloma akuminata)
yang ditularkan melalui hubungan seksual. HPV sering diduga sebagai
penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.
2. Perokok
Kandungan tembakau yang ada di dalam bahan dasar pembuatan rokok,
merusak sistem kekebalan atau mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Pemakaian pil KB
Kandungan estrogen dalam pil KB dapat memicu timbulnya kanker servik.
4. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 16
tahun). Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20
tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalani hubungan seks pada usia
remaja, paling rawan bila dilakukan pada usia dibawah 16 tahun. Pada usia
ini, sel-sel mukosa pada serviks wanita belum matang. Kelebihan sel ini
akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
5. Berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas)
Penyebab kanker leher rahim, sebagian besar berasal dari kondisi lingkungan
yang diperantarai oleh virus HPV. Virus itu ditularkan melalui hubungan
seksual. Seorang wanita dapat tertular infeksi virus dari mitra seksualnya.
Infeksi virus ini dapat tertular cepat melalui hubungan seksual multi
4
pasangan. Oleh sebab itu penyakit ini sering disebut penyakit akibat
hubungan seksual. Dan resikoterjadinya kanker leher rahim meningkat lebih
dari 10x bila mitra seks 6 atau lebih.
6. Melahirkan banyak anak (multiparitas)
7. Jumlah kelahiran dengan jarak pendek
Pada wanita yang bersalin (melahirkan) tentulah bagian kemaluan wanita
yang merupakan jalan lahir dengan mudah akan terpapar oleh dunia luar,
banyak hal terjadi selama proses persalinan secara tidak sadar virus bisa
masuk sehingga mengakibatkan infeksi. Persalinan yang terlalu dekat
jaraknya, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel serviks. Jarak
persalinan dapat menjadi factor risiko terhadap kesehatan ibu apabila
melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun.
8. Kebersihan vagina yang buruk
Sosial ekonomi rendah sangat mempengaruhi seseorang dalan memperoleh
pengetahuan. Mereka tidak tahu bahwa kurang menjaga kebersihan daerah
kemaluan dapat mengakibatkan terjadinya kanker leher rahim, seharusnya
vagina dibersihkan segera setelah melakukan hubungan intim.
9. Perlukaan mulut rahim yang tidak mendapat pengobatan yang tepat
10. Wanita yang suaminya tidak disunat (sirkumsisi), karena pada leher penis
dihasilkan suatu zat yang disebut smegma. Pada smegma inilah ada sejenis
virus yang gemar dan mudah berkembang biak yang bernama Human
Papilloma Virus (HPV). HPV ini mempunyai sifat carcinogen, yaitu mampu
mengubah sifat sel menjadi sel yang ganas atau kanker.
11. Golongan sosial ekonomi rendah
Golongan sosial ekonomi rendah dapat dilihat dari pekerjaan mereka,
apakah mereka bekerja sebagai buruh ataukah sebagai wanita tuna susila
(berhubungan dengan virus HPV), ataukah dari sosial ekonomi tinggi.
12. Defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, betacarotin/
retinol dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker serviks.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Kanker servik uterus merupakan kanker yang masih menduduki urutan yang
pertama. Usia penderita antara 30-60 tahun dan terbanyak antara usia 45-50 tahun.
5
Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasive memakan waktu sekitar 10
tahun.5
2.4 PENYEBARAN
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3
arah:
a. Kearah fornises dan dinding vagina
b. Kearah korpus uterus
c. Kearah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih.
2.5 PATOGENESIS
Faktor resiko diatas memperkuat kemungkinan penularan seksual suatu agen
penyebab, dalam hal ini HPV dapat ditemukan 85% hingga 90% lesi prakanker dan
neoplasia invasif dapat ditemukan HPV, dan secara spesifik HPV yang beresiko tinggi
adalah strain 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59. Sebaliknya, kondiloma
yang merupakan lesi jinak, berkaitan dengan infeksi oleh tipe resiko rendah (yaitu 6,
11, 42, dan 44).
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada epitel skuamosa dan epitel
thoraks mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi)6. Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi
ektoserviks dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis dari porsio dengan epitel
kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita
muda SCJ ini berada diluar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berumur
>35 tahun, SCJ berada didalam kanalis serviks. Maka untuk melewati pap smear yang
efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari
Ayer atau cytobrush sikat khusus. Pada awal perkembanganya kanker serviks tidak
memberikan tanda dan gejala, pada pemeriksaan speculum tampak sebagai porsio
yang erosive yang fisiologi atau patologi.5
6
2.6 PEMBAGIAN TINGKAT KEGANASAN
Tabel 1. Tingkat Keganasan Klinik Menurut FIGO, 19783
Tingkat Kriteria
0
I
Ia
Ib occ
Ib
II
IIa
Karsinoma In Situ atau karsinoma intraepitel: membrane basalis masih utuh
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Karsinoma mikro invasive ; bila memrana basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stroma tak > 3mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa
atau pembuluh darah.
*) kedalaman invasi 3mm sebaiknya diganti dengan tak > 1mm.
( Ib occult = Ib yang tersembunyi): secara klinis tumor belum sebagai karsinoma
tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi I a.
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi
kedalam stroma serviks uteri.
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke ⅔ bagian atas vagina
dan keparametrium tetapi tidak sampai kepanggul.
Penyebaran hanya kevagina, parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai ke
panggul.
7
III
IIIa
IIIb
IV
IVa
IVb
Penyebaran telah sampai ke ⅓ bagian distal vagina atau ke parametrium
sampai ke dinding panggul.
Penyebaran sampai ke ⅓ bagian distal vagina, sedang ke parameterium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai ke dinding panggul.
Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrate antara tumor dengan dinding pangggul atau proses pada tingkat klinik I
atau II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum
dan kandung kemih atau telah terjadi metastase keluar panggul atau ketempat-
tempat yang jauh.
Proses telah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa
rectum dan kandung kemih.
Telah terjadi penyebaran jauh.
8
Tabel 2. Pembagian Tingkat Keganasan Menurut System TNM3
Tingkat Kriteria
T
T1S
T1
T1a
T1b
T2
T2a
T2b
T3
NB:
T4
T4a
T4b
NB:
NX
N0
N1
N2
M0
M1
Tidak ditemukan tumor primer.
Karsinoma pra-invasif, ialah KIS(karsinoma in situ).
Karsinoma terbatas pada serviks.
Pra-klinik adalah karsinoma yang invasive dibuktikan dengan pemeriksaan
histologik.
Secara klinis jelas karsinoma yang invasive.
Karsinoma telah meluas sampai keluar serviks tetapi belum sampai
dinding panggul.
Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium.
Karsinoma sudah menginfiltrasi parametrium.
Karsinoma sudah melibatkan ⅓ bagian distal vagina.
Adanya hidronefrosis menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun
pada penemuan lain kasus ini seharusnya masuk kategori yang lebih
rendah (T1 atau T2).
Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rectum atau kandung kemih atau
meluas sampai keluar panggul.
Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rectum saja dan dibuktikan
secara histologik
Karsinoma telah meluas sampai diluar panggul.
Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukkannya
sebagai T4.
Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfe regional.
Tidak ada deformitas kelenjar limfe pada limfografi.
Kelenjar limfe regional berubah bentuk .
Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
celah bebas infiltrate diantara massa ini dengan tumor.
Tidak ada metastasi jarak jauh.
Terdapat metastase jarak jauh.
9
2.7 MANIFESTASI KLINIS
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam
hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera
sehabis senggama ( disebut sebagai perdarahan kontak ) merupakan gejala karsinoma
serviks (75-80%).3
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan
lebih sering terjadi , juga diluar senggama ( perdarahan spontan ). Perdarahan spontan
umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II-III) terutama pada tumor
yang bersifat eksofitik. Paada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami
secara seksual atau janda yang sudah menopause bilamana mengidap kanker servik
sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan spontan saat defekasi akibat
tergesernya tumor eksofitik dari serviks. Adanya perdarahan spontan pervaginam saat
defekasi, perlu dicurigai kemungkinan adanya karsinoma serviks tingkat lanjut.
Adanya bau busuk yang khas memperkuat adanya karsinoma. Anemia akan menyertai
sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang.3
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf, memerlukan pembiusan
umum untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat, khususnya pada
lumen vagina yang sempit dan dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang
timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir,
penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal akibat
infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan
obstruksi total.3
2.8 DIAGNOSA
Hasil pemeriksaan sitologi eksploratif dari ekto dan endo serviks yang positif
tidak boleh dianggap diagnosis pasti. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan
histologik dari jaringan yang diperoleh dengan melakukan biopsy. Secara sederhana
yang ternyata memadai dapat dikerjakan dengan sebelumnya memulas porsio dengan
larutan lugol dan jaringan yang akan diambil hendaknya pada batas jaringan normal
dengan bagian porsio yang pucat. Kemudian jaringan direndam dalam larutan
formalin 10% untuk dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi. Pada tingkat klinik
0, Ia, Ib-occ, penentuan tingkat keganasan secara klinis didasarkan atas hasil
10
pemeriksaan histologik. Oleh karena itu untuk konfirmasi diagnosis yang tepat sering
diperlukan tindak lanjut seperti kuretase endoserviks (ECC = Endo- Cervical
Curretage ) atau konisasi serviks.3
2.9 TATALAKSANA
Pada tingkat klinik (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi, bedah
krio (cryosurgery) atau dengan sinar laser. Dengan biopsy kerucut (conebiopsy)
meskipun untuk diagnostic, seringkali menjadi terapeutik. Ostium uteri internum tidak
boleh sampai rusak karenanya. Bila penderita telah cukup tua, atau sudah mempunyai
anak, uterus tidak perlu ditinggalkan, agar penyakit tidak kambuh, dapat dilakukan
histerektomi sederhana ( simple vaginal hysterectomy).3
Pada kasus tertentu dimana operasi merupakan suatu kontraindikasi aplikasi
radium dengan dosis 6500-7000 rads/cGy di titik A tanpa penambahan penyinaran
luar, dapat dilakukan.3
Pada tingkat klinik Ia umumnya dianggap dan ditangani sebagai kanker yang
invasive. Bilamana keadaan invasi kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi
area yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah,
penanganannya dilakukan seperti pada KIS diatas.
Pada klinik Ib, Ibo cc dan IIa dilakukan histerektomi radikal dengan
limfadenoktomi panggul. Pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran
tergantung ada/tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.
Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah,
untuk ini primer adalah radioterapi. Sebaiknya kasus dengan karsinoma serviks
selekasnya dikirim ke pusat penanggulangan kanker, dimana berkumpul para pakar
onkologi yang berpengalaman dan tersedianya sarana mutakhir. Bilamana diperlukan
penyinaran pasca bedah, dilakukan radiasi luar dengan cobalt -60 dosis 5000 rads
(fraksi 200 rads/hari selama 25 hari).3
Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif, pemberian
kemoterapi dapat dipertimbangkan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah
penanganan lengkap, dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan
prosesnya masih terbatas pada panggul. Bilamana proses sudah jauh atau operasi tidak
mungkin dilakukan, harus dipilih kemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi. Untuk
itu tidak digunakan sitostatika tunggal, tetapi berbentuk regimen yang terdiri dari
kombinasi beberapa sitostatika. Jika terapi terdahulu adalah operasi, sebaiknya
11
dilakukan penyinaran bila prosesnya masih terbatas dalam panggul, sedangkan kalau
penyinaran tidak mungkin dikerjakan atau prosesnya sudah lanjut penyebarannya,
maka dipilih polikhemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi.3
2.10 PROGNOSIS3
Factor-faktor yang menentukan prognosis ialah:
a. Umur penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinik keganasan
d. Ciri-ciri histologik sel tumor
e. Kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani
f. Sarana pengobatan yang ada
TabeL 3. Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun Menurut Data Internasional
Tingkat AKH 5 tahun
T1S
T1
T2
T3
T4
Hampir 100%
70-85%
40-60%
30-40%
<40%
2.11 PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular.
2. Menghindari rokok.3. Tidak melakukan hubungan seksual dibawah umur 18 tahun.4. Tidak melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan.
12
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya tidak
tampak, tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya.
2. Faktor resiko kanker serviks antara lain:
Leher rahim terserang bekteri atau jamur
Wanita suka berganti-ganti pasangan.
Wanita perokok berat.A
SARAN
Yang dapat disarankan ialah menghindari factor eksogen/ekstrinsik yang
memberi resiko untuk mengidap kanker rahim. Upaya pencegahan skunder
melalui usapan servikovaginal berkala dengan pengecatan papanicolaou, biopsy
terarah atau kuretase endoserviks sangat penting.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Lenevo, J. Kenneth, dkk, Williams Manual Of Obstetrics, Edisi 21,
Texas, The McGraw – Hill, 2003.
2. Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kebidanan, Edisi 4, Jakarta, PT. Bina
Pustaka, 2008.
3. Prawirohardjo, sarwono, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Jakarta; PT. Bina
Pustaka, 2007.
4. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta; EGC, 1998.
13
5. Robbins, Stanley L. dkk, Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2, Edisi
7, Jakarta; EGC, 2007.
6. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit
Volume 2, Edisi 6, Jakarta; EGC, 2006.
14