kanker kepala leher

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestiveatas. Kanker kepala dan leher meliputi kanker-kanker yang tumbuh di bagian atasclavicula, kecuali kanker otak dan medulla spinalis. Kanker kepala dan leher merupakan kanker berbahaya yang terjadi pada rongga hidung, sinus, rongga mulut, faring, laring, kelenjar ludah, tiroid, dan kulit kepala dan leher Keganasan pada kepala danleher merupakan keganasan pada membran mukosa dan jaringan pembentuk daerah kepala dan leher, termasuk kulit. 1 Secara histopatologi, lebih dari 90% kanker kepala dan leher adalah squamous cell carcinomas, jenis lainnya adalah mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, dan adenocarcinoma. 2 Setiap tahun ada sekitar 560.000 kasus kanker kepala dan leher yangdidiagnosis di seluruh dunia dan 300.000 pasien meninggal setiap tahunnya. 1 Di Indonesia, belum ada data insidensikanker kepala dan leher yang akurat dan mencakup seluruh keganasan kepala dan leher. Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah pengawasan Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia, kanker kepala dan leher menempati urutan

Upload: fadhli-sakri

Post on 24-Oct-2015

116 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: kanker kepala leher

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker kepala dan leher adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tumor

ganas yang berasal dari saluran aerodigestiveatas. Kanker kepala dan leher meliputi kanker-

kanker yang tumbuh di bagian atasclavicula, kecuali kanker otak dan medulla spinalis. Kanker

kepala dan leher merupakan kanker berbahaya yang terjadi pada rongga hidung, sinus, rongga

mulut, faring, laring, kelenjar ludah, tiroid, dan kulit kepala dan leher Keganasan pada kepala

danleher merupakan keganasan pada membran mukosa dan jaringan pembentuk daerah kepala

dan leher, termasuk kulit.1

Secara histopatologi, lebih dari 90% kanker kepala dan leher adalah squamous cell

carcinomas, jenis lainnya adalah mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, dan

adenocarcinoma.2

Setiap tahun ada sekitar 560.000 kasus kanker kepala dan leher yangdidiagnosis di

seluruh dunia dan 300.000 pasien meninggal setiap tahunnya.1 Di Indonesia, belum ada data

insidensikanker kepala dan leher yang akurat dan mencakup seluruh keganasan kepala dan leher.

Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah pengawasan Direktorat Jendral Kesehatan

Republik Indonesia, kanker kepala dan leher menempati urutan keempat dari sepuluh besar

keganasan pada pria dan wanita,serta urutan kedua dari sepuluh besar kanker tersering pada pria.

Di Indonesia, tidak ada data insidensi kanker kepala leher yang akurat danmencakup

seluruh keganasan kepala leher. Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah

pengawasan Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia,kanker kepala leher menempati

urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita, serta urutan kedua dari

sepuluh besar tersering pada pria.

Page 2: kanker kepala leher

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker yang dikenal sebagai kanker kepala dan leher biasanya dimulai dalam sel-sel

skuamosa yang melapisi permukaan mukosa di dalam kepala dan leher (misalnya, di dalam

mulut, hidung, dan tenggorokan). Kanker sel skuamosa sering disebut sebagai karsinoma sel

skuamosa kepala dan leher. Kanker kepala dan leher juga dapat dimulai dalam kelenjar ludah,

tetapi kanker kelenjar ludah relatif jarang. Kelenjar ludah mengandung berbagai jenis sel yang

bisa menjadi kanker, sehingga ada banyak jenis kanker kelenjar ludah.3

Kanker kepala dan leher seterusnya dikategorikan berdasarkan daerah kepala atau leher

di mana kanker mulai terbentuk.

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering ditemukan pada kanker

kepala dan leher. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang

bukan perokok. Alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker. Seseorang dengan riwayat

merokok 40 bungkus per tahun dan minum alkohol 5 botol per hari dapat meningkatkan resiko

40 kali mengalami kanker. Efek langsung dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatik

dipertimbangkan bersifat karsinogenik. Merokok dan minum alkohol juga menyebabkan mutasi

dari gen supresor tumor p53.4

Faktor diet juga berpengaruh terhadap kejadian kanker. Kebiasaan makan makanan yang

mengandung nitrosamine meningkatkan resiko terjadinya karsinoma nasofaring (Shi et al, 2002).

Human Papilloma Virus (HPV) dan Epstein Barr Virus (EBV) adalah virus yang erat

hubungannya dengan kejadian kanker, EBV berkaitan dengan karsinoma nasofaring dan HPV

berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa kepala dan leher terutama pada orofaring dan laring,

dimana 25% dari seluruh karsinoma sel skuamosa terinfeksi virus HPV.4

Page 3: kanker kepala leher

2.3 Jenis kanker kepala dan leher

2.3.1 Kanker hidung dan sinus paranasal

Tumor hidung dan sinus paranasal jarang terjadi. Diperkirakan insidensi pertahun dari

tumor ini di Amerika serikat adalah kurang dari 1/100.000 orang.Beberapa factor lingkungan

dicurigai berperan dalam perkembangan tumor dalamregion sinonasal. Khususnya, tukang kayu,

tukang sepatu, dan furniture, memilikiresiko pekerjaan untuk berkembangnya adenokarsinoma

karna terhirupnya zatmutagen. Human papiloma virus (HPV) juga berhubungan dengan

perkembangankarsinoma sel pipih. Walaupun mekanisme molekularnya belum diketahui

pasiendengan HPV tipe 16 dan 18 memiliki resiko berkembangnya karsinoma.5

Ada beberapa tahap staging morfologi proses patologi menujuadenokarsinoma pada

kanker hidung, yaitu metaplasia dan dysplasia sebelumterjadinya karsinoma. Satu-satunya

keluhan adalah hidung terasa buntu sebelah,dan biasanya tidak ada rasa nyeri. Pada kaneker

sinus paranasal gejala awal yangdidapatkan adalah hidung mampet sebelah, atau keluar cairan,

perdarahan kecilatau tidak ada perdarahan, pada kanker sinus paranasal juga tidak didapatkan

rasanyeri, pertumbuhan lanjut kebawah dapat menyebabkan gigi graham lepas,sementara

pertumbuhan kearah lekuk mata dapat menyebabkan mata juling6

Klasifikasi karsinoma rongga hidung dan sinus paranasal berdasarkan histopatologi

Carlson et al, 2011:

1. Karsinoma sel skuamosa

a. Keratinizing

b. Non keratinizing

2. Varian karsinoma sel skuamosa

a. Acatholiytic squamous cell carcinoma

b. Adenosquamous carcinoma

c. Basaloid squamous carcinoma

d. Papilary squamous cell carcinoma

e. Spindle cell squamous cell carcinoma

f. Verrocous carcinoma

3. Giant cell carcinoma

Page 4: kanker kepala leher

a. Lymphoephithelial carcinoma (non-nasopharingeal)

b. Sinonasal undifferentiated carcinoma.

2.3.2 Kanker rongga mulut

Karsinoma rongga mulut jarang terjadi. Diperkirakan kejadiannya 30%kanker ganas dari

kepala dan leher. Walaupun mayoritas kanker adalah karsinomasel skuamosa, sarcoma, dan

umor kelenjar air ludah minor tapi berbagai macamtuor dapat muncul pada rongga mulut. Di

amerika utara, faktor resiko yang palingsering dari perkembangan dari karsinoma rongga mulut

adalah merokok dankonsumsi alkohol, selain itu juga jeleknya kebersihan mulut dan iritasi

mekanik kronis juga dapat menyebabkan terjadinya karsinoma Lesi dapat menimbulkannyeri

lokal atau kesulitan menelan, tetapi banyak yang asimptomatik sehingga lesi( yang terbiasa

dirasakan oleh lidah) diabaikan. akibatnya, banyak yang belumterdiagnosis sampai tahap yang

tiak dapat diobati.6

Tipe histopatologi dari kanker rongga mulut adalah squamous cell carsinoma,

adenocarsinoma, adenoid cyst carsinoma, ameloblastic carsinoma,adenolymphoma, mal. mixed

tumor, pleomorphic carsinoma, melanoma maligna,dan lymphoma maligna. Sebagian besar

(±90%) kanker rongga mulut berasal darimukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau

karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang,

jelek, atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma,

fibrosarcoma, malignat fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainya6

2.3.3 Kanker nasofaring

Karsinoma nasofaring, kanker faring atas sangat jarang terjadi didunia barat, tetapi cukup

sering terjadi dikawasan Asia tenggara, termasuk Indonesia,Cina selatan, Afrika Utara, dan

Eropa Selatan. Banyak faktor penyebab yang penting. Selain infeksi virus Ebstein-Bar (Pencetus

penyakit Pfeifeer), juga berperan faktor genetik dan kebiasaan makan. Gejala pertamanya sering

tidak datang sering tidak datang dari tumor induknya yang tersembunyi tinggi di laring. Gejala

pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk dan perluasan kelingkungan sekitar, misalnya

mata juling, kareana pertumbuhan masuk dan perluasan kejaringan sekitar (atap rongga

tenggorok). Disini terdapat saraf otak yang memasok otot mata, atau tuli satu telinga karena

tabung eustacius tertutupakibat tertekan, sehingga selaput gendang dilorong pendengar tidak lagi

Page 5: kanker kepala leher

dapat bergerak atau bengkak pada leher akibat metastasis dikelenjar limfa leher, nyeriyang hanya

dirasakan disatu telinga tanpa diketahui asalnya. 6

Tiga varian histologik adalah karsinoma sel skuamosa keratinasi,karsinoma sel skuamosa

non keratinasi, dan karsinoma tidak berdiferensiasi. 6

2.3.4 Kanker hipofaring

Karsinoma nasofaring jarang terjadi, jumlahnya kira-kira 4,3-7 % darikanker kepala dan

leher, dilaporkan insidensinya satu kasus per seratus ribu orang pertahun. Didunia, jumlahnya

bervariasi dengan rata-rata tertinggi ada di Prancissekitar 9,4/100000 orang pertahun. Pada laki-

laki ditemukan 75-90% kasus, dankebanyakan terjadi pada umur 60 sampai 70. 6

Seperti tumor kepala dan leher lainnya, tumor di hipofaring juga lambatdalam

menimbulkan keluahan, banyak terjadi bahwa pada saat diagnosis, sudahada pertumbuhan masuk

kelingkungan sekitar atau bahkan sudah ada penyebaranke kelnjar limfa. Juga tidak jarang

adanya penyebaran hematogen. Keluhan yang muncul adalah sulit menelan dan atau nyeri pada

saat, serak, napas bau, dan pembengkakan dikelenjar di leher (De jong, 2005). Secara

Histopatologi, lebih dari 90% karsinoma nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa, dengan

differensiasi yang jelek, yang lainnya adenokarsinoma sebanyak 5%. Namun ada beberapa

neoplasma lain yang dilaporkan, yaitu, Hystiosytoma fibrosa ganas, liphosarcoma, sinovial

sarcoma,dan mukosal melanoma. 6

2.3.5 Kanker laring

Karsinoma laring mencerminkan hanya sekitar 2% dari semua kanker.Tumor ini paling

sering terjadi pada usia setelah 40 tahun dan lebih seringterjadi pada laki-laki dari pada

perempuan. Pengaruh linkungan sangat penting sebagai penyebabnya, hampir semua kasus

terjadi pada perokok,sementara pajanan ke alkohol dan asbestos, mungkin juga berperan. 6

Sekitar 95% karsinoma laring adalah lesi sel skuamosa tipikal. Meskipun jarang, dapat

terjadi adenokarsinoma yang mungkin berasal dari kelenjar mukosa.Tumor biasanya terbentuk

dipita suara (tumor glotis) pada 60% hingga 75%kasus, meskipun juga dapat diatas pita

suara(supraglotis, 25% hingga 40%) ataudibawah pita suara (subglotis, kurang dari 5%).6

Page 6: kanker kepala leher

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dinitumor pita

suara. Hal ini merupakan akibat dari gangguan fungsi fonasi laring.Pada tumor ganas laring, pita

suara gagal berfungsi dengan baik disebabkan olehketidak teraturan pita suara, oklusi atau

penyempitan celah glotik, terserangnyaotot0otot vokalis, sendi dan ligamen krikoritenoid, dan

kadang-kadang menyerangsaraf (Robinet al , 2007).Pada pemeriksaan laring diamati dengan

cermin kecil dan sebuah laringoskop yang sekaligus dapat mengambil suatu biopsi. Tindakan ini

tergantung atas letak tumor, dilaksanakan dibawah pembiusan setempat atau

narkosis.Penyebaran kanker laring lebih lambat dari kanker lainnya termasuk nasofaring. 6

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95% samapi 98% dari semua tumor ganas laring.

Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi:

a) Berdiferensiasi baik (grade 1)

b) berdiferensiasi sedang (grade 2)

c) berdiferensiasi buruk (grade 3) (Robinet al , 2007).

2.3.6 Kanker kelenjar liur

Sekitar 80% tumor kelenjar liur terjadi didalam kelenjar parotis dan sebagian besar

sisanya dikelenjar submandibula. Angka kejadian anatara laki-lakidan perempuan adalah sama,

kanker kelenjar ludah banyak terjadi pada orang berusia lanjut, yaitu sekita 60 keatas. 6

Tumor ini berbeda dari tumo-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit

yang panjang, ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering,dan kekembuhan dapat terjadi setelah

15 tahun (Liston SL, 1997).Secara histopatologis, gambaran yang bisa ditemukan pada

kanker kelenjar liur adalah karsinoma mukoepidermoid, karsinoma adenokistik, kanker  sel asini,

adenokarsinoma, karsinoma sel clear,dankarsinoma sel skuamosa. 6

2.3.7 Kanker tiroid

Karsinoma tiroid relatif jarang ditemukan di Amerika serikat dan merupakan penyebab

pada kurang dari 1% kematian akibat kanker. Pentingnyafaktor genetik digaris bawahi dengan

adanya kasus kanker tiroid dalam satukeluarga, selain itu pajanan ke radiasi pengion terutama

selama dua dekade pertama kehidupan, juga menjadi faktor terpenting terjadinya kanker tiroid. 6

Page 7: kanker kepala leher

Ditemukan adanya predominasi perempuan pada pasien yang menderitakarsinoma

dewasa muda dan pertengahan, mungkin berkaitan dengan ekspresireseptor estrogen di epitel

tiroid neuplastik. Sebaliknya kasus yang timbul padaanak dan dewasa lanjut terdistribusi merata

pada laki-laki dan perempuan danterutama berkaitan dengan pengaruh eksogen. 6

Subtipe utama karsinoma tiroid dan frekuensi relatifnya yang terbanyak yaitu karsinoma

papilar (75% hingga 85% kasus), karsinoma folikular (10% hingga 20% kasus), karsinoma

medular (5% kasus), dan yang terkecil karsinoma anasplatik (<5% kasus). 6

Page 8: kanker kepala leher

Daftar pustaka

1. American Cancer Society, 2010. Head and neck cancer backgrounder

2. Ridge J.A, et al. 2009. Head and neck squamous cell cancer and the human

papillomavirus: summary of a National Cancer Institute State of the Science

Meeting, November 9–10, 2008, Washington, D.C. Head and Neck; 31(11):1393–

1422.

3. National Cancer Institute, 2013. Head and Neck Cancer Fact Sheet.

4. Goldenberg D., 2004. Habitual risk factors for head and neck cancer.

Otolaryngology Head Neck Surg. 2004 Dec;131(6):986-93.

5. Chaboki, H., Wanna, G.B., Westreich, R., Kao, J. 2008. Carsinoma of the Nasal

cavity and Paranal sinus: Head and neck cancer Thime: New York.

6. Kumar V., Abbas A.K, Aster J.C. 2007 Robbins Basic Pathology. Elsevier

7.