kandungan logam berat timbal dalam daun dan kulit kayu...

4
BioSMART ISSN: 1411-321X Volume 6, Nomor 2 Oktober 2004 Halaman: 143-146 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Alamat korespondensi: Jl. Williem Iskandar PSR V Medan Estate, Medan 20221. Tel. & Fax.: +62-61-6625970 e-mail: yeenda13@yahoo Kandungan Logam Berat Timbal dalam Daun dan Kulit Kayu Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmani Bl) pada Sisi Kiri Jalan Tol Jagorawi Lead heavy metals content in Cinnamomum burmani Bl. leaf and bark on left side of Jagorawi highway MARLINDA NILAN SARI RANGKUTI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan 20221 Diterima: 11 Oktober 2002. Disetujui: 15 Juni 2003. ABSTRACT The main purpose of the reseach was to determine lead heavy metals content in leaf and bark of Cinnamomum burmani Bl. on left side of Jagorawi highway located between Jakarta and Bogor. Sampling was carried out randomly at kilometer 16, 19 and 26 subsequently. AAS was used to determine the content of lead in the sample collected. The result indicated the average of lead content in Cinnamomum burmani Bl. leaf reached 7.957 ppm, and average content of lead in cinnamon as many as 19.59 ppm, until exaggrerate secure standard for consumption. Key words: lead heavy metals, Cinnamomum burmani Bl., leaf and bark of cinnamon. PENDAHULUAN Pencemaran udara di daerah Jakarta dan kota-kota sekitarnya semakin memprihatinkan, terutama disebabkan bertambahnya kendaraan yang memakai bahan bakar minyak (BBM) dan mengeluarkan emisi gas buangan. Berdasarkan Inventarisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) pada tahun 1992, bahwa emisi kendaraan bermotor mengkontribusikan 44% dari jumlah partikel (TSP, Total Suspended Particulate), berupa 89% dari hidrokarbon, 73% dari NO X dan 100% Pb (timbal atau timah hitam) (Siringoringo, 2000). Laporan dari United Nations Environmental Program (UNEP) pada tahun 1992 menempatkan kota Jakarta sebagai kota dengan keadaan pencemaran udara terburuk ketiga di dunia setelah Bangkok dan Meksiko. Evaluasi sama yang dilakukan kemudian (1995) menunjukkan kualitas udara Jakarta semakin memprihatinkan, meskipun secara umum peringkatnya turun menjadi urutan kelima dari kota dengan kualitas udara paling tercemar di dunia (Siringoringo, 2000). Salah satu bahan pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor ke udara adalah logam berat timbal yang sesungguhnya merupakan bahan aditif untuk memperbaiki mutu bakar. Bahan aditif dalam bensin dimaksudkan sebagai anti letup (anti knocking), pencegah korosi, anti oksidan, deaktivator logam, anti pengembunan dan zat pewarna. Pada saat pembakaran berlangsung bahan-bahan aditif tersebut diemisikan oleh kendaraan bermotor ke udara bersama sisa-sisa pembakaran lainnya (Krupa, 1997). Logam berat timbal dalam udara berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifatnya akumulatif. Timbal dalam darah akan diekstraksikan dan disalurkan ke bagian tubuh lainnya, jika akumulasi terjadi pada paru-paru dapat menyebabkan bronchitis kronis terutama pada perokok dan anak-anak (Krupa, 1997). Mekanisme masuknya Pb ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem pernafasan, pencernaan ataupun langsung melalui permukaan kulit. Pengaruh negatif dari Pb adalah adanya perubahan fungsi biokimia dan fungsi-fungsi dalam tubuh lainnya terutama pada kerja membran dan enzim. Interaksi Pb dengan protein yang tersusun oleh asam-asam amino dengan gugus sulfidril (-SH) akan menimbulkan efek keracunan yang hebat. Timbal anorganik (Pb 2+ ) bahkan dapat merusak pertumbuhan jaringan tulang pada anak-anak (Waldbott, 1978; Leidler, 1991). Karena kualitas udara di sekitar Jakarta semakin memprihatinkan dan dampak negatif dari logam timbal bagi kesehatan manusia begitu berat, maka Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan larangan penggunaan bensin bertimbal bagi kendaraan bermotor yang beroperasi di Jakarta. Kebijakan ini sangat baik, tetapi masih sulit diterapkan karena bensin tanpa timbal masih terbatas ketersediaannya (hanya terdapat pada beberapa pompa bensin di Jakarta) dan harganya relatif mahal. Oleh sebab itu sampai saat ini masih banyak kendaraan yang belum menggunakan bensin tanpa timbal, apalagi bagi kendaraan yang datang dari luar kota Jakarta (Anonim, 2000).

Upload: hoangtuong

Post on 28-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

B i o S M A R T ISSN: 1411-321X Volume 6, Nomor 2 Oktober 2004 Halaman: 143-146

2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

♥ Alamat korespondensi:

Jl. Williem Iskandar PSR V Medan Estate, Medan 20221. Tel. & Fax.: +62-61-6625970 e-mail: yeenda13@yahoo

Kandungan Logam Berat Timbal dalam Daun dan Kulit Kayu Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmani Bl) pada Sisi Kiri Jalan Tol Jagorawi

Lead heavy metals content in Cinnamomum burmani Bl. leaf and bark on left side of

Jagorawi highway

MARLINDA NILAN SARI RANGKUTI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan 20221

Diterima: 11 Oktober 2002. Disetujui: 15 Juni 2003.

ABSTRACT The main purpose of the reseach was to determine lead heavy metals content in leaf and bark of Cinnamomum burmani Bl. on left side of Jagorawi highway located between Jakarta and Bogor. Sampling was carried out randomly at kilometer 16, 19 and 26 subsequently. AAS was used to determine the content of lead in the sample collected. The result indicated the average of lead content in Cinnamomum burmani Bl. leaf reached 7.957 ppm, and average content of lead in cinnamon as many as 19.59 ppm, until exaggrerate secure standard for consumption. Key words: lead heavy metals, Cinnamomum burmani Bl., leaf and bark of cinnamon.

PENDAHULUAN

Pencemaran udara di daerah Jakarta dan kota-kota

sekitarnya semakin memprihatinkan, terutama disebabkan bertambahnya kendaraan yang memakai bahan bakar minyak (BBM) dan mengeluarkan emisi gas buangan. Berdasarkan Inventarisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) pada tahun 1992, bahwa emisi kendaraan bermotor mengkontribusikan 44% dari jumlah partikel (TSP, Total Suspended Particulate), berupa 89% dari hidrokarbon, 73% dari NOX dan 100% Pb (timbal atau timah hitam) (Siringoringo, 2000).

Laporan dari United Nations Environmental Program (UNEP) pada tahun 1992 menempatkan kota Jakarta sebagai kota dengan keadaan pencemaran udara terburuk ketiga di dunia setelah Bangkok dan Meksiko. Evaluasi sama yang dilakukan kemudian (1995) menunjukkan kualitas udara Jakarta semakin memprihatinkan, meskipun secara umum peringkatnya turun menjadi urutan kelima dari kota dengan kualitas udara paling tercemar di dunia (Siringoringo, 2000).

Salah satu bahan pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor ke udara adalah logam berat timbal yang sesungguhnya merupakan bahan aditif untuk memperbaiki mutu bakar. Bahan aditif dalam bensin dimaksudkan sebagai anti letup (anti knocking), pencegah korosi, anti oksidan, deaktivator logam, anti pengembunan

dan zat pewarna. Pada saat pembakaran berlangsung bahan-bahan aditif tersebut diemisikan oleh kendaraan bermotor ke udara bersama sisa-sisa pembakaran lainnya (Krupa, 1997).

Logam berat timbal dalam udara berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifatnya akumulatif. Timbal dalam darah akan diekstraksikan dan disalurkan ke bagian tubuh lainnya, jika akumulasi terjadi pada paru-paru dapat menyebabkan bronchitis kronis terutama pada perokok dan anak-anak (Krupa, 1997). Mekanisme masuknya Pb ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem pernafasan, pencernaan ataupun langsung melalui permukaan kulit. Pengaruh negatif dari Pb adalah adanya perubahan fungsi biokimia dan fungsi-fungsi dalam tubuh lainnya terutama pada kerja membran dan enzim. Interaksi Pb dengan protein yang tersusun oleh asam-asam amino dengan gugus sulfidril (-SH) akan menimbulkan efek keracunan yang hebat. Timbal anorganik (Pb2+) bahkan dapat merusak pertumbuhan jaringan tulang pada anak-anak (Waldbott, 1978; Leidler, 1991).

Karena kualitas udara di sekitar Jakarta semakin memprihatinkan dan dampak negatif dari logam timbal bagi kesehatan manusia begitu berat, maka Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan larangan penggunaan bensin bertimbal bagi kendaraan bermotor yang beroperasi di Jakarta. Kebijakan ini sangat baik, tetapi masih sulit diterapkan karena bensin tanpa timbal masih terbatas ketersediaannya (hanya terdapat pada beberapa pompa bensin di Jakarta) dan harganya relatif mahal. Oleh sebab itu sampai saat ini masih banyak kendaraan yang belum menggunakan bensin tanpa timbal, apalagi bagi kendaraan yang datang dari luar kota Jakarta (Anonim, 2000).

B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 139-142 144

Jalur tol Jagorawi merupakan salah satu jalur padat kendaraan ke arah Jakarta yang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga konsentrasi logam berat yang diemisikan ke udara juga besar. Karena kebanyakan kendaraan yang berbahan bakar bensin tersebut mengisi bahan bakar di luar kota Jakarta (Bogor, Ciawi, Bandung, dan lain-lain), maka pencemaran timbal di jalur tol masih tinggi. Keadaan yang lebih memprihatinkan adalah adanya penanaman berbagai tanaman sumber bahan makanan seperti ubi kayu, pisang, dan tanaman lainnya oleh masyarakat secara ilegal di pinggir jalan tol yang sangat rentan terhadap pencemaran timbal. Selain itu pada sisi jalan tol juga ditanami jenis tanaman peneduh yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan penyedap makanan yaitu tanaman kayu manis (Cinnamomum burmani). Oleh karena tanaman ini merupakan tumbuhan menahun, maka timbal akan terakumulasi dalam jaringan terutama pada bagian tanaman yang dekat dengan permukaan tanah (Rangkuti, 2004).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat timbal pada tanaman kayu manis terutama pada bagian yang sering dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan yaitu daun dan kulit kayu.

BAHAN DAN METODE

Bahan Bahan penelitian berupa sampel daun dan kulit kayu

tanaman kayu manis yang diambil dari tanaman di sepanjang jalan tol Jagorawi, dari arah Bogor-Jakarta pada km 11-15, pada daerah ini banyak ditemukan tanaman kayu manis. Sampling dilakukan pada waktu yang sama yaitu pada tanggal 8 Juli 2002. Bahan kimia yang diperlukan untuk pengukuran kandungan timbal adalah HNO3, standar Pb (titrisol) yaitu 1 g Pb(NO3)2 dalam H2O, akuades, kertas saring dan bahan penunjang lainnya. Cara kerja

Pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yang ditentukan secara acak pada setiap kilometer dari km 11, 13 dan 15. Agar sampel daun representatif untuk setiap pohon diambil sampel daun pada ketinggian 1, 2, dan 3 meter dari permukaan tanah dan daun ketiga sampai daun kesepuluh dari pucuk untuk masing-masing ketinggian dan selanjutnya dicampur secara merata. Untuk sampel kulit kayu dilakukan pada bagian yang menghadap langsung ke arah jalan dan diambil pada ketinggian yang sama yaitu 1, 2 dan 3 meter, dan juga dilakukan pencampuran secara merata sebelum dianalisis kandungan timbalnya.

Pengukuran kandungan timbal pada sampel daun maupun kayu dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Prosedur penentuan kandungan timbal dilaksanakan dengan urutan kerja sebagai berikut: • Bahan berupa daun dan kulit kayu dihaluskan dengan

gunting kemudian ditimbang sebanyak 10 gram sampel basah pada masing-masing ulangan.

• Sampel basah selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan pada suhu 105°C selama 3 jam, kemu-dian diambil sampel yang telah kering sebanyak 2 g.

• Masing-masing sampel kemudian dibakar dalam tanur dengan suhu 500°C selama 3 jam untuk memperoleh sampel dengan bobot abu tetap dan tidak berasap lagi.

• Setelah itu ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing sampel, sehingga terbentuk ikatan Pb(NO3)2 aq., kemudian ditambahkan 10 ml akuades.

• Larutan selanjutnya dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditepatkan dengan tanda tera.

• Selanjutnya diukur dengan menggunakan AAS menurut metode AOAC Official (Cunnif, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran kandungan timbal dalam daun dan

kulit kayu tanaman kayu manis disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan timbal pada daun dan kulit kayu tanaman kayu manis

Kandungan timbal (ppm) No Lokasi sampel Daun Kulit kayu

1 2 3

Kilometer 11 Kilometer 13 Kilometer 15

7,24 6,76 9,87

20,024 17,020 21,731

Total 23,87 58,774 Rata-rata 7,957 19,59

Dari hasil analisis kandungan timbal pada daun

tanaman kayu manis (Tabel 1.) terlihat bahwa pada kilometer 15 konsentrasi timbal dalam daun tanaman tersebut sangat tinggi (9,87 ppm). Demikian juga pada kilometer 11 (7,24 ppm) dan kilometer 13 (6,76 ppm) meskipun lebih rendah dibandingkan kandungan timbal pada kilometer 15, tetapi secara keseluruhan masih sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan baku mutu unsur logam yang dibolehkan dalam bahan makanan sebesar 2 ppm (FAO dan Ditjen POM Depkes dengan surat keputusan No. 03725/B/SK/VII/89) maka konsentrasi timbal dalam daun tanaman kayu manis yang ditemukan pada kilometer 11-15 di jalan tol Jagorawi jauh melewati ambang batas yang aman dikonsumsi manusia.

Kandungan timbal dalam kulit kayu yang tergambar dari hasil analisis (Tabel 1) juga sangat tinggi. Dari ketiga sampel yang diambil, kandungan timbal tertinggi ditemukan pada pohon yang terdapat di kilometer 15 dengan konsentrasi timbal sebesar 21,731 ppm. Selanjutnya pada kilometer 11 konsentrasi timbal mencapai 20,024 ppm dan pada kilometer 13 konsentrasi timbal pada kulit kayu tanaman kayu manis sebesar 17,020 ppm. Meskipun kandungan timbal dalam kulit kayu manis pada ketiga lokasi tersebut bervariasi, tetapi seluruhnya jauh di atas ambang batas konsentrasi timbal yang diperbolehkan terdapat dalam bahan makanan yang akan dikonsumsi.

Timbal dapat terakumulasi di permukaan organ tanaman atau terserap ke dalam jaringan. Konsentrasi timbal yang tinggi dalam jaringan tanaman disebabkan karena proses masuknya timbal ke dalam jaringan dapat melalui beberapa cara yaitu penyerapan melalui akar dan

RANGKUTI – Kandungan timbal pada Cinnamomum burmani di Jagorawi 145

daun. Penyerapan melalui akar dapat terjadi apabila Pb terdapat dalam bentuk senyawa terlarut. Kramer dan Kozlowski (1979, dalam Rahayu, 1995), menyatakan bahwa sebagian besar bahan pencemar di udara akan menurunkan proses fotosintesis baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh rusaknya jaringan-jaringan untuk melakukan fotosintesis dan gangguan dalam pembukaan stomata. Bahan pencemar dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisiologis di dalam tanaman jauh sebelum terjadinya kerusakan fisik. Hal ini disebut sebagai kerusakan yang tersembunyi, dapat berupa penurunan kemampuan tanaman dalam menyerap air, pertumbuhan sel yang lambat, atau pembukaan stomata yang tidak sempurna. Selain itu Kozlowski et al., (1991) menambahkan, total luasan daun (leaf area) dari suatu tanaman yang terkena pencemaran udara akan mengalami penurunan, karena terhambat laju pembentukan dan perluasan daun serta meningkatnya jumlah daun yang gugur.

Baker dan Allen (1978) menyatakan, panjang celah stomata daun berkisar antara 2-4 µm, sedangkan Smith (1981), menyebutkan panjang stomata sekitar 10 µm dan lebarnya 2-7 µm. Ukuran diameter partikel Pb rata-rata hanya 0.2 µm (Elsenreich et al., 1986), sehingga dapat masuk ke dalam jaringan daun lewat celah stomata dan menetap di dalamnya. Cara masuk partikel Pb ini lewat proses penyerapan pasif.

Penyerapan melalui daun dapat terjadi karena partikel Pb di udara jatuh dan mengendap pada permukaan daun. Permukaan daun yang kasar, berbulu dan lebar akan lebih mudah menangkap partikel daripada permukaan daun yang halus, tidak berbulu, dan sempit (Flanagan et al., 1980). Meskipun mekanisme masuknya Pb ke dalam jaringan daun lewat proses penyerapan pasif, Rahayu (1995) berpendapat bahwa di antara jaringan dalam organ tanaman, daun merupakan bagian yang kaya akan unsur-unsur kimia, dengan demikian kemungkinan akumulasi Pb di dalam jaringan daun akan lebih besar. Menurut Kozlowsky et al. (1991), kandungan Pb yang lebih besar dari 10 µg/kg bobot kering daun akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

Sebagai unsur logam berat beracun berbahaya (LB3) unsur timbal sangat berbahaya jika dikonsumsi melebihi batas baku mutu yang dibolehkan oleh FAO dan Ditjen POM Depkes. Pengaruh negatif dari Pb adalah adanya perubahan fungsi biokimia dan fungsi-fungsi dalam tubuh terutama pada kerja membran dan enzim. Interaksi Pb dengan protein yang tersusun oleh asam-asam amino dengan gugus sulfidril (-SH) akan menimbulkan efek keracunan yang hebat, bahkan timbal anorganik (Pb2+) dapat menghambat pertumbuhan anak-anak karena merusak pertumbuhan jaringan tulang (Waldbott, 1978; Laidler, 1991).

Selain itu unsur-unsur logam berat memiliki afinitas yang sangat besar terhadap senyawa belerang. Logam-logam berat tersebut dapat merusak ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim menjadi tidak stabil dan kehilangan fungsinya. Gugus asam karboksilat (-COOH) dan gugus amino (-NH2) dalam asam-asam amino juga dapat diserang oleh logam berat. Logam berat dapat mengendapkan

senyawa-senyawa fosfat fisiologis, disamping juga dapat mengkatalisis penguraiannya (Mahan, 1977).

Meskipun demikian sesungguhnya secara alamiah tubuh dapat mentolerir unsur logam berat timbal pada konsentrasi rendah, karena selain melalui makanan yang kita konsumsi logam berat juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan ataupun langsung melalui permukaan kulit. Pb yang masuk ke dalam tubuh pada konsentrasi yang rendah akan dibuang melalui urine, rambut, keringat, kuku dan feses. Dari hasil penelitian Saeni (1995), diketahui bahwa kandungan Pb dalam rambut manusia ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan Pb dalam air minum dan sayuran yang dikonsumsinya.

Pada konsentrasi yang tinggi, terutama jika telah melebihi ambang batas aman, Pb di dalam darah akan mempengaruhi aktivitas enzim delta ALAD. Pb dapat mempengaruhi aktivitas enzim ini di dalam pembentukan haemoglobin (Hb) pada butir darah merah. Terganggunya aktivitas enzim delta ALAD dalam memproduksi haemo-globin dapat menimbulkan penyakit anemia, yang dikenal sebagai penyakit kurang darah (Soemarwoto, 1989).

Menurut laporan hasil diskusi Pusat Kajian Resiko dan Keselamatan Lingkungan (Puska RKL) dari FMIPA UI (Anonim, 2001). Akibat nyata dari pencemaran udara karena penggunaan bensin bertimbal adalah kadar Pb (timbal) di udara telah melampaui baku mutu udara yang ditetapkan oleh WHO. Hal ini menimbulkan dampak bagi kesehatan, yaitu: peningkatan jumlah kematian orang dewasa karena penyakit kardiovaskuler dan jantung koroner, peningkatan kasus hipertensi, penurunan IQ pada anak-anak, serta dapat menimbulkan gangguan intestinal, anemia, nephoropathy (ginjal) dan encephalopathy (otak).

Oleh sebab itu hasil penelitian ini kiranya menjadi bahan pertimbangan bagi aparat terkait untuk membuat ketentuan yang lebih ketat lagi dan pengawasan yang lebih intensif bagi masyarakat sekitar jalan tol Jagorawi agar tidak mengambil daun dan kulit kayu tanaman kayu manis sebagai bahan makanan. Meskipun telah dikeluarkan kebijakan tentang larangan penggunaan bensin bertimbal dan telah ditetapkannya DKI Jakarta bebas dari penggunaan bensin bertimbal tahun 2003, dan anjuran penggunaan bensin tanpa timbal (Super-TT) telah dikeluarkan sejak tahun 2001, tetapi sampai saat ini untuk wilayah Jakarta masih banyak dijual bensin bertimbal dan untuk daerah diluar Jakarta belum tersedia bensin tanpa timbal, padahal kendaraan yang melintas di jalan tol Jagorawi ke arah Jakarta umumnya masih mengisi bahan bakar di luar Jakarta.

Kondisi pencemaran udara oleh timbal diharapkan akan berkurang dan kualitas udara akan membaik jika kebijakan penggunaan bensin tanpa timbal telah dapat diterapkan dengan baik dan didukung oleh Pertamina sebagai institusi yang menyediakan bensin tanpa timbal. Ketersediaan bensin tanpa timbal untuk wilayah lain di luar Jawa diharapkan sudah dapat direalisasikan pada tahun 2003 atau masih kurang lebih satu tahun setelah penelitian ini dilaksanakan. Oleh sebab itu akumulasi unsur logam berat timbal dalam tanaman di jalur tol Jagorawi akan terus meningkat, terutama untuk tanaman menahun (perennial). Karena kondisi ini membahayakan masyarakat sekitarnya,

B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 139-142 146

maka hendaknya pengelola jalan tol dan instansi yang terkait dapat mencegah masyarakat mengkonsumsi bahan makanan yang berasal dari tanaman yang ditanam di pinggir jalan tol terutama dari tanaman kayu manis.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (i) konsentrasi timbal yang terdapat dalam daun tanaman kayu manis (C. burmani) yang tumbuh di sisi kiri jalan tol Jagorawi rata-rata sebesar 7,957 ppm. (ii) konsentrasi timbal yang terdapat dalam kulit kayu tanaman kayu manis yang tumbuh di sisi kiri jalan tol Jagorawi rata-rata sebesar 19,59 ppm. (iii) kandungan timbal dalam daun maupun kulit kayu tanaman kayu manis yang tumbuh di sisi kiri jalan tol Jagorawi tersebut telah jauh melampaui baku mutu timbal yang di bolehkan dalam bahan makanan (SK Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/89) sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang tulus disampaikan kepada semua

pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai penulisan naskah jurnal ini, terutama kepada Jasa Marga Cabang Jagorawi yang telah memberikan izin pengambilan sampel di jalan Tol Jagorawi, Staf Laboratorium Terpadu IPB Bogor yang telah membantu menganalisa sampel dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga hasil penelitian dapat memberikan manfaat yang berarti.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Buku II NKLD DKI Jakarta.

http:www.dki.go.id/Bapedalda/BukuII/-1k. Anonim. 2001. Dampak Pencemaran Udara (Timbal) Bagi Kesehatan

dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta: Puska RKL FMIPA UI. Baker, J.W. dan G.E Allen. 1978. The Study of Biology. Sidney: Addison

Wesley Publ. Co. Cunnif, P. 1999. Official Methods of Analysis Of AOAC International.

Edisi ke-16. Maryland: AOAC International. Elsenreich, S.J., N.A. Metzer, N.R. Urban, and J.A. Robbins. 1986.

Response atmospheric lead to decrease use of lead in gasoline. Environmental Science and Technology 20: 171-174.

Flanagan, J.T., K.J. Wade, A. Currie, and D.J. Curtis. 1980. The deposition of lead and zinc from traffic pollution on two roadside hrubs. Environmental Pollution (Series B) 1: 71-78

Kozlowski, T.T., et al. 1991. The Physiological Ecology of Woody Plants. New York: Academic Press Inc..

Krupa , S.V. 1997. Air Pollution, People, and Plants. St. Paul-Minnesota: APS Press.

Leidler, G. 1991. Environmental Chemistry. London: Longman Chesire. Mahan, S.E. 1977. Environmental Chemistry. 2nd ed. Boston: Willard

Press. Rahayu, L. 1995. Analisis Jumlah Klorofil dan Kandungan Logam Berat

Pb dalam Jaringan Daun Akibat Pencemaran Lalulintas. Jurnal PPLH-UGM 5 (2): 53-66.

Rangkuti, M.N.S. 2004. Kemampuan Menjerap Timbel (Pb) Pada Daun Beberapa Tanaman Penghijauan Jalan Tol Jagorawi: Analisis Struktur Anatomi dan Histokimia. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Saeni, M.S. 1995. The correlation between the concentraion of heavy metals (Pb, Cu and Hg) in the environment and in human hair. Bulletin Kimia 9:63-70

Siringoringo, H. H. 2000. Kemampuan beberapa jenis tanaman hutan kota dalam menjerap partikulat timbal. Buletin Pelitian Hutan 622: 1-16.

Smith, J. 1981. Air Pollution and Forest Ecosystems. New York: Springer Verlag

Soemarwoto, O., 1989. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Waldbott, G.L. 1978. Health Effect of Environmental Pollutans. Missouri: Moscby Co.