kampung vertikal di kelurahan bandarharjo kota...

141
KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR HUMANISME LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PROYEK AKHIR ARSITEKTUR Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Program Studi Teknik Arsitektur Oleh Ahmad Kurniawan NIM.5112413014 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN

BANDARHARJO KOTA SEMARANG

DENGAN PENDEKATAN DESAIN

ARSITEKTUR HUMANISME

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ARSITEKTUR

PROYEK AKHIR ARSITEKTUR

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Arsitektur Program Studi Teknik Arsitektur

Oleh

Ahmad Kurniawan

NIM.5112413014

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A)

dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang

dengan Pendekatan Desain Arsitektur Humanisme” yang disusun oleh Ahmad

Kurniawan dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 5112413014 telah disetujui

oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Ujian Proyek Akhir Arsitektur pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 30 April 2019

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diharto, S.T., M.Si. Andi Purnomo, S.T., M.A.

NIP 19720514200112 1 002 NIP 19710415199803 1 004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil

Universitas Negeri Semarang

Aris Widodo, S.Pd., M.T.

NIP 19710207199903 1 001

Page 3: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A)

dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang

dengan Pendekatan Desain Arsitektur Humanisme” yang disusun oleh Ahmad

Kurniawan dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 5112413014 telah disetujui di

hadapan Panitia Ujian Proyek Akhir Arsitektur Program Studi S1 Teknik

Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

pada hari Selasa, 30 April 2019.

Panitia Proyek Akhir Arsitektur

Ketua Sekretaris

Aris Widodo, S.Pd., M.T. Teguh Prihanto, S.T., M.T.

NIP 19710207199903 1 001 NIP 19780718200501 1 002

Dosen Pembimbing 1 Penguji

Diharto, S.T., M.Si. Ir. Didik Nopianto A.N., M.T.

NIP 19720514200112 1 002 NIP 19661104199803 1 001

Dosen Pembimbing 2

Andi Purnomo, S.T., M.A. NIP 19710415199803 1 004

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

Dr. Nur Qudus, M.T.

NIP 19691130199403 1 001

Page 4: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penyusunan Landasan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 30 April 2019

Ahmad Kurniawan

NIM 5112413014

Page 5: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

v

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)

yang lain” (QS. Al-Insyirah : 5-6)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu

dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada

Allah, supaya kamu menang” (QS. Ali-Imran : 200)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di

muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya

Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan

yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan

terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak

ada perlindungan bagi mereka selain Dia” (QS. Ar-Ra’d : 11)

“Kami rela Allah SWT membagikan ilmu untuk kami dan membagikan harta

untuk musuh kami. Harta akan binasa dalam waktu singkat dan ilmu akan abadi

dan tidak akan musnah” (Ali bin Abi Thalib)

Page 6: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, hasil karya ini penulis

persembahkan untuk :

1. Orang tua, dan saudara - saudara saya, terimakasih untuk semua perhatian

dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis selama

pengerjaan Proyek Akhir Arsitektur ini.

2. Teman - teman mahasiswa yang telah memberikan semangat dan doa.

3. Arsitektur Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dukungan

penuh dalam segala hal.

Page 7: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

vii

ABSTRAK

Ahmad Kurniawan

2019

“Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang

dengan Pendekatan Desain Arsitektur Humanisme”

Dosen Pembimbing

Diharto, S.T., M.Si. dan Andi Purnomo, S.T., M.A.

Program Studi S1 Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Semarang

Kota Semarang sebagai wilayah pesisir laut, membuat wilayah ini

terdampak kenaikan air laut dari garis pantai, sehingga sering terjadi banjir

rob air laut, salah satunya adalah Kelurahan Bandarharjo. Kondisi inilah

yang diperlukan perbaikan kawasan permukiman kumuh dan permukiman

langganan banjir dengan gagasan kampung vertikal dengan pendekatan

desain arsitektur humanisme.

Kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo ini menggunakan

perencanaan dan perancangan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No 05/PRT/2007 Tentang Pedoman Pembangunan Rumah Susun

Sederhana Bertingkat Tinggi. Didalam perencanaan dan perancangan

kampung vertikal nantinya yang akan direlokasi hanya area RW 01, RW 07

dan RW 08 dengan jumlah RT 24, jumlah warganya 4469 orang serta

jumlah KKnya 1020 KK. Area ini dipilih selain kumuh dan padat penghuni

juga area yang paling langganan banjir air rob. Untuk luasan wilayahnya

memiliki total luasan 261,581 ha, namun nantinya hanya satu wilayah

terpilih yang digunakan untuk kampung vertikal dengan luasan 72.662 m2

dengan KDB 80%.

Untuk tipe unit hunian dikampung ini menggunakan satu tipe yaitu

menggunakan tipe M dengan kapasitas 1 – 6 orang dengan luasan tiap satu

unitnya adalah 36 m2, dengan total luasan semua tipe hunian penghuni

70.056 m2 yang kemudian akan dibagi menjadi 4 lantai. Proses pemindahan

warganya nanti sesuai dengan data eksisting yang ada, dimana berdasarkan

RT dan RW yang sudah ada kemudian akan diletakkan di unit hunian

vertikal tersebut. Sedangkan untuk menunjang kehidupan para penghuninya

disediakan pula fasilitas yang dapat memaksimalkan hubungan sosialisasi

masyarakatnya.

Penggunaan konsep arsitektur humanisme sendiri akan menjadikan

arsitektur untuk ruang tempat hidup manusia yang nyaman dan nantinya

digunakan untuk memberikan kesinambungan manusia dengan lingkungan,

fasilitas dan teknologi. Hal yang terpenting juga dimana konsep humanisme

juga adalah penanganan konsep penurunan tanah dan banjir air rob dengan

memaksimalkan lahan yang direlokasi. Yang kemudian juga semuanya akan

kembali lagi untuk keberlangsungan kehidupan manusia dalam beraktifitas

maupun bersosialisasi.

Kata Kunci : Kampung Vertikal, Kelurahan Bandarharjo, Arsitektur

Humanisme.

Page 8: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

Proyek Akhir Arsitektur dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan

Bandarharjo Kota Semarang dengan Pendekatan Desain Arsitektur Humanisme”.

Landaasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini diajukan

untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Program Studi Teknik Arsitektur,

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan Landaasan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Nur Qudus, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik.

3. Aris Widodo, S.Pd., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.

4. Teguh Prihanto, S.T., M.T., selaku Koordinator Program Studi Teknik

Arsitektur.

5. Diharto, S.T., M.Si. dan Andi Purnomo, S.T., M.A., selaku pembimbing yang

memberikan arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan

Landaasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini

dengan penuh keikhlasan dan ketabahan dalam membantu memperlancar

Proyek Akhir Arsitektur.

6. Ir. Didik Nopianto A.N., M.T., selaku dosen penguji Landaasan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A).

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Teknik Arsitektur Universitas Negeri Semarang.

8. Kedua orang tua dan kerabat, yang selalu memberi dorongan semangat

melalui kasih sayang dan doa kepada penulis.

9. Warga kampung Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang yang sudah

memberikan informasi kepada penulis.

Page 9: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

ix

10. Teman - teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan demi

terselesaikannya Landaasan Program Perencanaan dan Perancangan

Arsitektur (LP3A) ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, maka segala saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya

penulisan Landaasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A)

ini. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan pada umumnya.

Semarang, 30 April 2019

Hormat Saya,

Penulis

Page 10: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

PERNYATAAN ......................................................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

DAFTAR TABEL...................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Permasalahan ............................................................................ 5

1.2.1 Permasalahan Umum .................................................... 5

1.2.2 Permasalahan Khusus ................................................... 6

1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................. 6

1.3.1 Maksud ......................................................................... 6

1.3.2 Tujuan ........................................................................... 6

1.4 Manfaat..................................................................................... 7

1.4.1. Secara Subjektif............................................................ 7

1.4.2. Secara Objektif ............................................................. 7

1.5 Batasan ..................................................................................... 7

1.6 Lingkup Pembahasan ............................................................... 8

1.6.1. Ruang Lingkup Substansial .......................................... 8

1.6.2. Ruang Lingkup Spasial ................................................ 8

1.7 Metode Pembahasan ................................................................. 9

1.7.1. Data Primer .................................................................. 9

1.7.1.1. Observasi Lapangan ........................................ 9

1.7.1.2. Wawancara ...................................................... 9

1.7.1.3. Kuesioner......................................................... 10

Page 11: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xi

1.7.2. Data Sekunder .............................................................. 10

1.8 Sistematika Pembahasan .......................................................... 10

1.9 Keaslian Penulisan ................................................................... 11

1.10 Alur Pikir ........................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 14

2.1. Tinjauan Kampung ................................................................... 14

2.1.1. Pengertian Kampung .................................................... 14

2.1.2. Karakteristik Kampung ................................................ 15

2.1.3. Ciri Khas Kampung ...................................................... 20

2.1.4. Hubungan dan Interaksi Sosial ..................................... 22

2.1.5. Budaya dan Adat Istiadat ............................................. 24

2.2. Tinjauan Hunian Vertikal di Indonesia .................................... 26

2.2.1. Pengertian Hunian Vertikal di Indonesia..................... 26

2.2.2. Karakteristik Hunian Vertikal di Indonesia ................. 27

2.2.3. Fungsi Hunian Vertikal di Indonesia ........................... 27

2.3. Tinjauan Kampung Vertikal ..................................................... 28

2.3.1. Pengertian Kampung Vertikal ..................................... 28

2.3.2. Karakteristik Kampung Vertikal ................................. 29

2.3.3. Karakteristik Penghuni Kampung Vertikal ................. 30

2.3.4. Fungsi Kampung Vertikal ........................................... 32

2.4 Tinjauan Perencanaan Fasilitas Kampung Vertikal ................ 32

2.4.1 Fasilitas Kesehatan ....................................................... 34

2.4.2 Fasilitas Pendidikan ...................................................... 37

2.4.3 Fasilitas Niaga atau Tempat Kerja ............................... 41

2.4.4 Fasilitas Pemerintahan atau Pelayanan Publik ............. 43

2.4.5 Fasilitas Ruang Terbuka ............................................... 45

2.4.6 Fasilitas Peribadatan ..................................................... 50

2.5 Tinjauan Pendekatan Arsitektur Humanisme.......................... 52

2.5.1 Teori Arsitektur Humanisme ........................................ 52

2.5.2 Ciri – Ciri Arsitektur Humanisme ................................ 55

2.5.3 Fungsi Arsitektur Humanisme...................................... 57

2.5.4 Arsitektur Humanisme di Indonesia ............................. 58

Page 12: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xii

2.6 Studi Banding .......................................................................... 65

2.6.1 Rusun Kaligawe Semarang .......................................... 65

BAB III TINJAUAN LOKASI ................................................................. 78

3.1. Tinjauan Umum Kota Semarang .............................................. 78

3.1.1. Letak Geografis Kota Semarang .................................. 78

3.1.2. Kondisi Penurunan Tanah di Kota Semarang .............. 80

3.1.3. Struktur Ruang Kota Semarang .................................... 84

3.2. Tinjauan Umum Lokasi ............................................................ 86

3.2.1. Letak Geografis Kelurahan Bandarharjo ...................... 86

3.2.2. Kondisi Lokasi Perencanaan ........................................ 87

3.2.3. Kondisi Permukiman, Sosial, Ekonomi dan Budaya .... 89

3.3. Penentuan Site .......................................................................... 92

3.3.1. Kriteria Site .................................................................. 92

3.3.2. Alternatif Site ............................................................... 93

3.3.3. Skoring Site .................................................................. 99

3.3.4. Site Terpilih .................................................................. 100

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN ..................................................................................... 103

4.1. Pendekatan Aspek Fungsional ................................................. 103

4.1.1. Analisis Pelaku Kegiatan.............................................. 103

4.1.2. Analisis Aktivitas Pelaku dan Kebutuhan Ruang......... 106

4.1.3. Analisis Kelompok Ruang............................................ 109

4.1.4. Analisis Organisasi Ruang ........................................... 111

4.1.5. Analisis Besaran Ruang................................................ 111

4.1.6. Analisis Kesesuaian Besaran Ruang dengan Lahan

yang Tersedia ............................................................... 123

4.2. Pendekatan Aspek Kontekstual ................................................ 125

4.2.1. Analisis Aksesibilitas ................................................... 125

4.2.2. Analisis Lingkungan..................................................... 126

4.2.3. Analisis Penanganan Penurunan Tanah ....................... 128

4.2.4. Analisis Penanganan Banjir.......................................... 130

4.3. Pendekatan Aspek Teknis ........................................................ 133

Page 13: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xiii

4.3.1. Sistem Struktur ............................................................. 133

4.4. Pendekatan Aspek Kinerja ....................................................... 137

4.4.1. Sistem Transportasi Vertikal ........................................ 137

4.4.2. Sistem Elektrikal .......................................................... 139

4.4.3. Sistem Jaringan Air Bersih ........................................... 141

4.4.4. Sistem Rainwater Harvesting ....................................... 142

4.4.5. Sistem Jaringan Air Kotor ............................................ 143

4.4.6. Sistem Pengolahan Sampah.......................................... 144

4.4.7. Sistem Fire Protection ................................................. 145

4.4.8. Sistem Penangkal Petir ................................................. 149

4.5. Pendekatan Aspek Arsitektural ................................................ 150

4.5.1. Penerapan Arsitektur Humanisme ................................ 150

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ............. 153

5.1. Konsep Dasar ........................................................................... 153

5.2. Konsep Perencanaan Tapak ..................................................... 155

5.2.1. Aksesibilitas ................................................................. 155

5.2.2. Lingkungan ................................................................... 157

5.2.3. Penanganan Penurunan Tanah ...................................... 159

5.2.4. Penanganan Banjir ........................................................ 160

5.3. Konsep Teknis .......................................................................... 161

5.3.1. Konsep Sistem Struktur ................................................ 161

5.4. Konsep Kinerja ......................................................................... 164

5.4.1. Konsep Sistem Transportasi Vertikal ........................... 164

5.4.2. Konsep Sistem Elektrikal ............................................. 166

5.4.3. Konsep Sistem Jaringan Air Bersih.............................. 168

5.4.4. Konsep Sistem Rainwater Harvesting .......................... 169

5.4.5. Konsep Sistem Jaringan Air Kotor ............................... 170

5.4.6. Konsep Sistem Pengolahan Sampah ............................ 172

5.4.7. Konsep Sistem Fire Protection .................................... 173

5.4.8. Konsep Sistem Penangkal Petir .................................... 174

5.5. Konsep Arsitektural.................................................................. 175

5.5.1. Zoning Vertikal ............................................................ 175

Page 14: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xiv

5.5.2. Konsep Gubahan Massa ............................................... 176

5.5.3. Konsep Konsep Tatanan Massa dan Sirkulasi ............. 178

5.5.4. Konsep Sistem Modul Bangunan ................................. 180

5.5.5. Konsep Arsitektur Humanisme .................................... 182

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 193

Page 15: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 RW 01, RW 07 dan RW 08 Kelurahan Bandarharjo .............. 4

Gambar 2.1 Contoh Kampung .................................................................... 14

Gambar 2.2 Pola Permukiman Menyebar ................................................... 16

Gambar 2.3 Pola Permukiman Terpusat ..................................................... 17

Gambar 2.4 Contoh Kebudayaan Semarang ............................................... 25

Gambar 2.5 Kampung Vertikal ................................................................... 29

Gambar 2.6 Penghuni Tower Rumah Susun ............................................... 31

Gambar 2.7 Puskesmas Bandarharjo........................................................... 34

Gambar 2.8 SDN Bandarharjo .................................................................... 38

Gambar 2.9 Supermarket ............................................................................ 42

Gambar 2.10 Kantor Kelurahan Bandarharjo ............................................. 44

Gambar 2.11 Taman Pandanaran ................................................................ 46

Gambar 2.12 Masjid Menara Layur ............................................................ 51

Gambar 2.13 Kali Code dahulu ................................................................... 59

Gambar 2.14 Kali Code Sekarang ............................................................... 60

Gambar 2.15 Rumah di Kali Code .............................................................. 61

Gambar 2.16 Kali Code............................................................................... 62

Gambar 2.17 Gereja Maria Assumpta ......................................................... 63

Gambar 2.18 Gereja Maria Assumpta ......................................................... 64

Gambar 2.19 Gereja Maria Assumpta ........................................................ 65

Gambar 2.20 Rusun Kaligawe Semarang ................................................... 66

Gambar 2.21 Rusun Kaligawe Semarang ................................................... 67

Gambar 2.22 Rusun Kaligawe Semarang .................................................. 67

Gambar 2.23 Lokasi Rusun Kaligawe Semarang ....................................... 68

Gambar 2.24 Rusun Kaligawe Semarang ................................................... 69

Gambar 2.25 Rusun Kaligawe Semarang ................................................... 69

Gambar 2.26 Halaman Depan Rusun Kaligawe Semarang ....................... 71

Gambar 2.27 Area Parkir Rusun Kaligawe ................................................. 72

Gambar 2.28 Taman Bermain Rusun Kaligawe ......................................... 72

Gambar 2.29 Hutan Kota Rusun Kaligawe ................................................. 73

Page 16: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xvi

Gambar 2.30 Fasilitas Olahraga Rusun Kaligawe ...................................... 74

Gambar 2.31 Pos Ronda atau Jaga Rusun Kaligawe .................................. 74

Gambar 2.32 Ruang Pengelola Rusun Kaligawe ....................................... 75

Gambar 2.33 Madrasah dan Mushola Rusun Kaligawe ............................. 75

Gambar 2.34 PAUD Rusun Kaligawe ........................................................ 76

Gambar 2.35 Toilet Rusun Kaligawe ......................................................... 76

Gambar 2.36 Ruang Serba-guna Rusun Kaligawe ...................................... 77

Gambar 3.1 Peta Kota Semarang ................................................................ 78

Gambar 3.2 Kontur Muka Air Tanah Kota Semarang ................................ 80

Gambar 3.3 Laju Penurunan tanah di Wilayah Studi Kota Semarang ........ 82

Gambar 3.4 Contoh Penurunan Tanah di Kelurahan Bandarharjo ............. 83

Gambar 3.5 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Semarang ........................ 84

Gambar 3.6 Peta Kelurahan Bandarharjo.................................................... 86

Gambar 3.7 Peta Lokasi Perencanaan ......................................................... 88

Gambar 3.8 Pelabuhan Tanjung Mas .......................................................... 90

Gambar 3.9 Kondisi Alternatif Site 1 ......................................................... 93

Gambar 3.10 Alternatif Site 1 ..................................................................... 94

Gambar 3.11 Kondisi Alternatif Site 2 ....................................................... 95

Gambar 3.12 Alternatif Site 2 ..................................................................... 96

Gambar 3.13 Kondisi Alternatif Site 3 ....................................................... 97

Gambar 3.14 Alternatif Site 3 ..................................................................... 98

Gambar 3.15 Site Terpilih ........................................................................... 100

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pengelola Kampung Vertikal .................. 103

Gambar 4.2 Kelompok Ruang..................................................................... 111

Gambar 4.3 Denah Blok Kampung Vertikal ............................................... 123

Gambar 4.4 Analisis Aksesibilitas Site ....................................................... 125

Gambar 4.5 Hasil Analisis Aksesibilitas Site ............................................. 126

Gambar 4.6 Analisis Lingkungan Site ........................................................ 127

Gambar 4.7 Hasil Analisis Lingkungan Site ............................................... 128

Gambar 4.8 Analisis Penanganan Penurunan Tanah .................................. 129

Gambar 4.9 Hasil Analisis Penanganan Penurunan Tanah ......................... 130

Gambar 4.10 Analisis Penanganan Banjir .................................................. 131

Page 17: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xvii

Gambar 4.11 Hasil Analisis Penanganan Banjir ......................................... 132

Gambar 4.12 Grid Floor System ................................................................. 135

Gambar 4.13 Pondasi Mini Pile .................................................................. 136

Gambar 4.14 Sistem Tangga ....................................................................... 138

Gambar 4.15 Sistem Ramp ......................................................................... 139

Gambar 4.16 Instalasi Sumber Tenaga Listrik ............................................ 140

Gambar 4.17 Sistem Electrical Genset ....................................................... 140

Gambar 4.18 Sistem Panel Surya ................................................................ 141

Gambar 4.19 Sistem Down Feed ................................................................ 142

Gambar 4.20 Sistem Rainwater Harvesting................................................ 143

Gambar 4.21 Jaringan Air Kotor Grey Water ............................................. 144

Gambar 4.22 Shaft Sampah......................................................................... 145

Gambar 4.23 Smoke Detector ..................................................................... 146

Gambar 4.24 Heat Detector ........................................................................ 146

Gambar 4.25 Spinkler.................................................................................. 147

Gambar 4.26 Sistem Hydrant ...................................................................... 147

Gambar 4.27 Hydrant Box .......................................................................... 148

Gambar 4.28 Fire Extinguisher................................................................... 149

Gambar 4.29 Penangkal Petir ...................................................................... 150

Gambar 5.1 Konsep Dasar Arsitektur Humanisme ..................................... 153

Gambar 5.2 Konsep Aksesibilitas Makro ................................................... 155

Gambar 5.3 Konsep Aksesibilitas Mikro .................................................... 156

Gambar 5.4 Konsep Lingkungan Makro ..................................................... 157

Gambar 5.5 Konsep Lingkungan Mikro ..................................................... 158

Gambar 5.6 Konsep Penanganan Penurunan Tanah ................................... 159

Gambar 5.7 Konsep Penanganan Banjir ..................................................... 160

Gambar 5.8 Penggunaan Atap..................................................................... 161

Gambar 5.9 Struktur Rangka Kaku ............................................................. 162

Gambar 5.10 grid floor system .................................................................... 163

Gambar 5.11 Pondasi Mini Pile .................................................................. 164

Gambar 5.12 Tangga ................................................................................... 165

Gambar 5.13 Ramp...................................................................................... 166

Page 18: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xviii

Gambar 5.14 Jaringan Listrik ...................................................................... 167

Gambar 5.15 Sistem Panel Surya ................................................................ 167

Gambar 5.16 Jaringan Air Bersih................................................................ 168

Gambar 5.17 Rainwater Harvesting System ............................................... 170

Gambar 5.18 Jaringan Air Kotor ................................................................. 171

Gambar 5.19 Konsep Pengolahan Sampah ................................................. 172

Gambar 5.20 Fire Protection ...................................................................... 173

Gambar 5.21 Alur Fire Protection .............................................................. 174

Gambar 5.22 Sistem Penangkal Petir .......................................................... 174

Gambar 5.23 Zoning Vertikal ..................................................................... 175

Gambar 5.24 Proses Konsep Gubahan Massa Kawasan ............................. 176

Gambar 5.25 Proses Konsep Gubahan Massa Bangunan ........................... 177

Gambar 5.26 Konsep Tatanan Massa.......................................................... 178

Gambar 5.27 Konsep Tatanan Massa.......................................................... 179

Gambar 5.28 Modul Vertikal ...................................................................... 180

Gambar 5.29 Modul Horizontal (Tipe Hunian) ......................................... 181

Gambar 5.30 Konsep Arsitektur Humanisme ............................................. 182

Gambar 5.31 Konsep Tribina ...................................................................... 183

Gambar 5.32 Konsep Keruangan Interior Bangunan .................................. 184

Gambar 5.33 Konsep Keruangan Exterior Bangunan ................................. 185

Gambar 5.34 Konsep Peningkatan Kwalitas Hidup Masyarakat ................ 186

Gambar 5.35 Konsep Lingkungan dan Ruang Terbuka Hijau .................... 187

Gambar 5.36 Konsep Pemindahan Hunian ................................................. 189

Gambar 5.37 Konsep Arsitektur Humanisme Penerapan Teknologi .......... 190

Gambar 5.38 Konsep Arsitektur Humanisme Penerapan Teknologi .......... 191

Gambar 5.39 Konsep Arsitektur Humanisme Penerapan Material ............. 192

Page 19: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Mata Pencaharian Warga Kelurahan Bandarharjo ............. 2

Tabel 1.2 Data Jenis Material Rumah di Kelurahan Bandarharjo .............. 2

Tabel 2.1 Luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun dengan

KDB 50 - 60% ............................................................................................. 33

Tabel 2.2 Peraturan standar fasilitas kesehatan........................................... 36

Tabel 2.3 Peraturan standar fasilitas pendidikan......................................... 39

Tabel 2.4 Peraturan standar fasilitas niaga atau tempat kerja ..................... 43

Tabel 2.5 Peraturan standar pemerintahan atau pelayanan publik .............. 45

Tabel 2.6 Peraturan standar ruang terbuka .................................................. 47

Tabel 2.7 Hubungan antar fasilitas ruang terbuka ...................................... 49

Tabel 3.1 Wilayah Terpilih (RW 01, RW 07 dan RW 08) ........................ 89

Tabel 3.2 Fasilitas Eksisting di RW 01, RW 07 dan RW 08 ...................... 90

Tabel 3.3 Data Mata Pencaharian Warga RW 01, RW 07 dan

RW 08 Kelurahan Bandarharjo .................................................................. 91

Tabel 3.4 Kriteria Site ................................................................................. 92

Tabel 3.5 Skoring Alternatif Site ................................................................ 99

Tabel 4.1 Analisis Pelaku Kegiatan Pengelola ........................................... 104

Tabel 4.2 Analisis Pelaku Kegiatan Penghuni ............................................ 105

Tabel 4.3 Analisis Pekerjaan Pelaku Kegiatan Penghuni ........................... 106

Tabel 4.4 Analisis Aktifitas Penggelola dan Kebutuhan Ruang ................. 106

Tabel 4.5 Analisis Aktivitas Penghuni Bedasarkan Pekerjaan dan

Kebutuhan Ruang ........................................................................................ 107

Tabel 4.6 Analisis Pelaku Kegiatan Penghuni ............................................ 110

Tabel 4.7 Jumlah Keseluruhan Pelaku Kegiatan......................................... 112

Tabel 4.8 Analisis Tipe Unit Kampung Vertikal ........................................ 113

Tabel 4.9 Analisis Penghuni di Unit Kampung Vertikal ............................ 113

Tabel 4.10 Analisis Besaran Ruang Tipe Unit ............................................ 114

Tabel 4.11 Analisis Besaran Ruang Tipe Unit ............................................ 114

Tabel 4.12 Analisis Besaran Ruang Kelompok Ruang Fasilitas Penghuni 119

Tabel 4.13 Analisis Besaran Ruang Mekanika Electrical ........................... 120

Page 20: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

xx

Tabel 4.14 Analisis Besaran Ruang Fasilitas Ruang Terbuka Penghuni .... 121

Tabel 4.15 Analisis Besaran Ruang Kelompok Parkir................................ 122

Tabel 4.16 Analisis Total Besaran Ruang ................................................... 122

Tabel 4.17 Kesimpulan Total Besaran Ruang............................................. 124

Tabel 4.18 Analisis Kelebihan dan Kekurangan Rangka Baja dan Beton

Bertulang ..................................................................................................... 134

Tabel 5.1 Penghuni di Unit Kampung Vertikal ......................................... 188

Page 21: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Semarang merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah yang

memiliki dua bagian wilayah yaitu wilayah pegunungan dan wilayah pesisir

laut. Topografi wilayah pegunungan terdapat di bagian selatan, yaitu

mempunyai ketinggian 90 - 359 mdpl, Sedangkan di wilayah pesisir laut

terdapat di bagian utara, yaitu mempunyai ketinggian 0 - 3,5 mdpl. Kota

Semarang pada bagian selatan atau wilayah pegunungan merupakan area

hijau atau area resapan air sedangkan Kota Semarang pada bagian utara atau

wilayah pesisir laut merupakan pusat pemerintahan, perdagangan jasa dan

pusat kegiaatan kelautan.

Selain itu Kota Semarang sebagai wilayah pesisir laut, membuat

masyarakat yang tinggal di pesisir mayoritasnya menggantungkan

kehidupannya pada mata pencaharian di laut. Di jelaskan dalam Miladan,

2009 disebutkan bahwa 65% penduduk Jawa hidup di daerah pesisir sangat

bergantung pada kualitas dan kuantitas sumber daya pesisirnya.

Dengan banyaknya aktifitas dan kebergantungan masyarakat

tersebut terhadap pesisir Kota Semarang, maka pesisir kota ini berkembang

menjadi daerah berpenghuni padat. Salah satunya adalah Kecamatan

Semarang Utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa pada bagian

utara. Kecamatan Semarang Utara mempunyai luas 1.135,275 ha yang

mencakup sembilan kelurahan. Kecamatan ini termasuk Bagian Wilayah

Kota III (BWK III) menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang

tahun 2011 - 2031 . Di kawasan ini terdapat permukiman padat, kumuh dan

tak terencana yakni salah satunya adalah Kelurahan Bandarharjo.

Wilayah Kelurahan Bandarharjo memiliki luas wilayah 342,675 ha

dan jumlah penduduk 20.328 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)

5.367 KK yang terbagi dalam 12 jumlah RW dan 103 jumlah RT pada tahun

Page 22: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

2

2017. Mayoritas mata pencaharian warga Kelurahan Bandarharjo adalah

buruh industri.

Tabel 1.1 Data Mata Pencaharian Warga Kelurahan Bandarharjo

Sumber : Data Kelurahan Bandarharjo 2017

Kelurahan ini sendiri termasuk kelurahan dengan bangunan rumah

yang tergolong kumuh. Dari data Kelurahan Bandarharjo sendiri masih

banyak rumah yang tidak layak huni dikarenakan masih banyak bangunan

belum permanen, lebih jelasnya lihat tabel sebagai berikut;

Tabel 1.2 Data Jenis Material Rumah di Kelurahan Bandarharjo

No. Pekerjaan Jumlah

1 Nelayan 127

2 Buruh Industri 6.825

3 Pengusaha 226

4 Angkutan 9

5 Buruh Bangunan 779

6 Pedagang 140

7 PNS 275

8 Pensiunan 16

9 dll 11.931

Total 20.328

No.

Jenis Material Rumah

di Kelurahan Bandarharjo Jumlah

1 Rumah Menurut Dinding

Batu bata 3865

Kayu 45

Bambu 0

Total 3910

2 Rumah Menurut Lantai

Keramik 1432

Semen 2326

Tanah 152

Page 23: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

3

Sumber : Data Kelurahan Bandarharjo 2017

Wilayah Kelurahan Bandarharjo berbatasan langsung dengan

pantai atau laut memiliki topografi landai dengan kemiringan 0 - 0.2%.

Sebagian wilayahnya hampir memiliki ketinggian yang sama dengan

permukaan pantai. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar kawasan

Kelurahan Bandaraharjo mendapat dampak kenaikan air laut dari garis

pantai sehingga sering terjadi banjir rob. Banjir yang melanda sebagian

besar disebabkan oleh meluapnya air laut, penurunan tanah dan kurangnya

Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain itu juga kondisi lingkungan di

Kelurahan Bandaraharjo tidak memenuhi kelayakan lingkungan yang sehat.

Dari berdasarkan data yang ada wilayah di Kelurahan Bandarharjo,

wilayah yang paling parah terkena dampak banjir rob adalah wilayah yang

terdiri dari RW 01, RW 07 dan RW 08. Serta wilayah tersebut diperparah

dengan adanya genangan air selama ± 2 – 6 jam/hari selama musim

penghujan.

Total 3910

3 Rumah Menurut Atap

Genting 2532

Seng 221

Asbes 1157

Total 3910

Page 24: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

4

Gambar 1.1 RW 01, RW 07 dan RW 08 Kelurahan Bandarharjo Sumber : Analisis Penulis 2017

Wilayah ketiga RW tersebut memiliki 24 RT dengan jumlah

penduduk 4469 orang dan 1020 KK serta memiliki lahan seluas 26,16 ha.

Berdasarkan kondisi di wilayah RW 01, RW 07 dan RW 08, maka

perlu dilakukan solusi untuk mengatasi permasalahan diatas. Dalam hal ini

Page 25: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

5

ada dua solusi yang dapat dilakukan, yaitu : pindah dari area tersebut ke

wilayah yang lebih baik atau tetap diarea tersebut dengan melalui perbaikan

lingkungan (salah satu cara, yaitu hunian vertikal).

Dengan penyediaan hunian vertikal yang menitik-beratkan pada

lingkungan hidup dan hunian yang layak paling cocok digunakan pada

wilayah kelurahan tersebut, selain dapat mengatasi banjir rob dan wilayah

yang kumuh tersebut, solusi ini juga untuk mengoptimalkan lahan dan

pembiayaan yang lebih mudah dibanding harus pindah ke wilayah yang lain.

Peralihan menuju hunian vertikal merupakan perubahan besar bagi

mereka. Tidak hanya manusianya yang berpindah, namun juga

kehidupannya dalam berkeluarga ataupun sosial masyarakat. Ada banyak

hal yang warga perlu untuk dipertahankan seperti budaya lokal (lokalitas),

nilai - nilai sosial, dan persepsi yang berbeda-beda yang seharusnya dapat di

akomodasi oleh hunian vertikal tersebut. Disinilah sebenarnya pentingnya

pemerintah dalam membentuk konsep hunian vertikal yang humanis dan

tetap dapat mengambarkan kemajuan teknologinya. Secara humanis

dimaksudkan bahwa bangunan tinggi bukan hanya sekedar pembangunan

fisik semata, namun juga setidaknya yang diutamakan adalah kenyamanan

penghuninya.

Oleh karena itu desain hunian vertikal tersebut harus menitik-

beratkan pada manusianya (humanisme), melibatkan warga mulai dari tahap

konsep atau ide awal, hingga proses pembangunan, agar dapat

menyesuaikan lokalitas masyarakat yang ada sehingga tercipta konsep

arsitektur yang berkesinambungan antara desain, manusia dan

lingkungannya.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Permasalahan Umum

Bagaimana merencanakan dan merancang sebuah

perkampungan vertikal di Kelurahan Bandarharjo dengan konsep

hunian vertikal dengan pendekatan arsitektur humanisme (menitik-

Page 26: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

6

beratkan penyediaan lingkungan hidup dan hunian yang layak serta

mengedepankan sisi manusianya).

1.2.2 Permasalahan Khusus

Untuk memenuhi tuntutan perencanaan dan perancangan

sebuah kampung vertikal dengan pendekatan arsitektur humanisme

di Kelurahan Bandarharjo terdapat beberapa permasalahan khusus,

yaitu:

a. Bagaimana merencanakan dan merancang desain kampung

vertikal di Kelurahan Bandarharjo dengan pendekatan

humanisme namun tetap mempertahankan budaya lokal yang

ada dan mempertahankan pola sosial warganya yang telah

terbangun lama sebelumnya?

b. Bagaimana merencanakan dan merancang eksterior dan interior

kampung vertikal serta fasilitas pendukungnya di Kelurahan

Bandarharjo dengan pendekatan arsitektur humanisme?

c. Bagaimana menampilkan desain kampung vertikal di Kelurahan

Bandarharjo yang humanis namun tetap menarik dan modern,

seiring majunya perkembangan zaman?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari pembahasan ini adalah untuk merencanakan

dan merancang sebuah kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo

yang humanis bagi warganya dengan berbagai fasilitas pendukung di

dalam sebuah rancangan kampung vertikal.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan landasan program perencanaan dan

perancangan arsitektur ini antara lain :

a. Menentukan dan mengolah site untuk mendapatkan zoning yang

tepat yang sesuai dengan fungsi masing - masing kelompok

kegiatan.

Page 27: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

7

b. Menentukan kebutuhan ruang, besaran ruang, persyaratan ruang,

hubungan ruang dan organisasi ruang dalam perencanaan dan

perancangan kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo.

c. Menentukan konsep massa bangunan melalui ungkapan fisik

pada ruang luar dan dalam yang berdasar pada arsitektur

humanisme.

d. Menentukan struktur bangunan yang kuat dan sesuai dengan

lingkungan Kelurahan Bandarharjo.

1.4 Manfaat

Manfaat pembahasaan landasan program perencanaan dan

perancangan arsitektur kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo ini

adalah :

1.4.1 Secara Subjektif

Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Proyek

Akhir Arsitektur sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Arsitektur Program Studi Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang 2019.

1.4.2 Secara Objektif

Landasan Program Perencanaan dan Perancangan

Arsitektur (LP3A) ini diharapkan dapat menjadi landasan

perencanaan dan perancangan arsitektur kampung vertikal di

Kelurahan Bandarharjo dengan pendekatan arsitektur humanisme.

Selain itu, dapat dijadikan sebagai referensi pada perancangan

selanjutnya dan dapat memberi pengetahuan mengenai standar

kampung vertikal yang baik.

1.5 Batasan

Batasan pembahasan pada konsep perencanaan dan perancangan

kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo ini ditekankan pada

penyelesaian permasalahan dan persoalan sebuah kompleks kampung

vertikal dikawasan Kelurahan Bandarharjo dengan pendekatan arsitektur

humanisme sebagai metoda desain untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Page 28: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

8

1.6 Lingkup Pembahasan

Berpedoman pada maksud dan tujuan yang akan dicapai, maka

ruang lingkup pembahasan berkaitan dengan perencanaan dan perancangan

kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo ini meliputi ruang lingkup

secara substansial dan ruang lingkup secara spasial, sebagai berikut :

1.6.1 Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup pembahasan yang digunakan dalam

landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur ini

ditekankan pada hal - hal yang berada pada lingkup pemikiran

arsitektural, seperti ; fungsi bangunan dan fasilitas bangunan.

sedangkan hal - hal di luar ilmu arsitektur yang mempengaruhi,

melatar belakangi dan mendasari faktor - faktor perencanaan dan

perancangan akan dibatasi, dipertimbangkan atau diasumsikan tanpa

dibahas secara mendalam. tetapi tidak menutup kemungkinan untuk

mengikut-sertakan bidang ilmu lain terutama yang berkaitan dengan

kegiatan dan masalah kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo

dengan pendekatan arsitektur humanisme, sejauh masih berkaitan

dan mendukung permasalahan yang dibahas.

Ruang lingkup pembahasan mengacu pada tujuan dan

sasaran melalui kajian (analisis, hipotesa dan disintesiskan) guna

mendapat konsep bangunan yang sesuai dengan konsep kampung

vertikal yang humanis.

1.6.2 Ruang Lingkup Spasial

Secara administrasi dan lokasi rencana tapak ini berada di

Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Kota

Semarang, Jawa Tengah. tepatnya berada di dalam Bagian Wilayah

Kota III (BWK III) menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Semarang tahun 2011-2031 sesuai Peraturan Daerah Kota Semarang

No. 11 tahun 2011.

Ruang lingkup pembahasan berdasarkan hasil survei, data

literatur yang berkaitan dengan kampung vertikal serta Peraturan

Page 29: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

9

Daerah Kota Semarang No. 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Semarang tahun 2011-2031.

1.7 Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Landasan

Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul

Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo dengan Pendekatan Arsitektur

Humanisme ini adalah metode deskriptif.

Metode ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan terhadap

perencanaan dan perancangan tersebut. Data yang terkumpul kemudian akan

dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari

hasil penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan, batasan

dan juga anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan

kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo dengan pendekatan arsitektur

humanisme. Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep

dasar yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan.

Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan

dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu:

1.7.1. Data Primer

1.7.1.1. Observasi Lapangan

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di

wilayah lokasi dan tapak perencanaan dan perancangan

kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang

dengan pendekatan arsitektur humanisme dan melakukan

studi banding atau turun kelapangan secara langsung.

1.7.1.2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan warga

Kelurahan Bandarharjo serta berbagai pihak - pihak instansi

yang terkait dalam perencanaan dan perancangan kampung

vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

pendekatan arsitektur humanisme.

Page 30: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

10

1.7.1.3. Kuesioner

Di lakukan dengan memberikan daftar pertanyaan

dengan berdasarkan kriteria tertentu kepada warga

Kelurahan Bandarharjo serta pihak - pihak instansi yang

terkait dalam perencanaan dan perancangan kampung

vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

pendekatan arsitektur humanisme.

1.7.2. Data Sekunder

Studi literatur melalui buku dan sumber - sumber tertulis mengenai

perencanaan dan perancangan kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo

Kota Semarang dengan pendekatan arsitektur humanism serta peraturan -

peraturan yang berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan

perancangannya.

1.8 Sistematika Pembahasan

Kerangka pembahasan laporan perencanaan dan perancangan

Tugas Akhir dengan judul kampung vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota

Semarang dengan pendekatan arsitektur humanisme adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan,

maksud dan tujuan, manfaat, batasan, lingkup pembahasan, metode

pembahasan, sistematika penulisan, keaslian penulis, dan alur

pikir.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan yang menguraikan tentang tinjauan

kampung, tinjauan hunian vertikal di Indonesia, tinjauan kampung

vertikal, tinjauan perencanaan fasilitas kampung vertikal, tinjauan

pendekatan arsitektur humanisme, studi kasus dan studi banding.

BAB 3 TINJAUAN LOKASI

Membahas tentang tinjauan lokasi yang akan direncanakan,

tentang tinjauan umum Kota Semarang, tinjauan umum Kelurahan

Bandarharjo dan penentuan wilayah pemilihan.

Page 31: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

11

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Menjelaskan tentang pendekatan aspek fungsional,

pendekatan aspek kontekstual, pendekatan aspek teknis,

pendekatan aspek kinerja dan pendekatan aspek arsitektural.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pemaparan tentang konsep fungsional, konsep kontekstual,

konsep teknis, konsep kinerja dan konsep arsitektural.

1.9 Keaslian Penulisan

Proyek Akhir Arsitektur dengan tema serupa yaitu Kampung

Vertikal pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa dari beberapa

universitas lain, namun Proyek Akhir Arsitektur yang disusun ini

merupakan murni dari pemikiran dan ide individual dari penulis.

a. Kumalasari (2016), Universitas Diponegoro Semarang, Tugas Akhir

dengan judul “Kampung Nelayan Vertikal Tambak Lorok Semarang“,

Lokus di Semarang, Fokus Penekanan Desain Sustainable Architecture.

Pembahasan : Merumuskan tentang perencanaan dan perancangan

kampung vertikal nelayan yang terbesar di Kota Semarang untuk

peningkatan kualitas hidup masyarakatnya dengan keterbatasan lahan,

tanpa menghilangkan nilai sosial keagamaannya.

b. El Yanno Suminar (2016), Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tugas

Akhir dengan judul “Kampung Vertikal Kalianyar dengan

Pendekatan Arsitektur Perilaku“, Lokus di Surakarta, Fokus

Penekanan Desain Penekanan Desain Arsitektur Perilaku.

Pembahasan : Merumuskan tentang perencanaan dan perancangan

kampung vertikal Kalianyar dengan mewadahi seluruh karakter

perilaku masyarakatnya dan bagaimana desain dapat memberikan

ruang keberadaan unit industri dan komersil rumahan yang sudah ada

sejak lama di kampung Kalianyar tersebut.

c. Niwan Sutungpol (2013), Universitas Atmajaya Yogyakarta, Tugas

Akhir dengan judul “Kampung Batik Vertikal di Panggunharjo,

Page 32: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

12

Sewon, Bantul“, Lokus di Bantul, Fokus Sebuah Integrasi Ruang

Hunian, Produksi, dan Galeri yang Selaras.

Pembahasan : Merumuskan tentang merencanakan dan merancang

sebuah kampung batik vertikal dengan mengadopsi dan

mengembangkan pemikiran masyarakat Jawa, kemudian diwujudkan

dalam desain yang selaras dengan lingkungan sosial, budaya dan

ekonomi masyarakatnya.

d. Achmad Ricky Zulfahmiddin (2016), Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, Tugas Akhir dengan judul “Kampung Nelayan Vertikal

di Tegal“, Lokus di Tegal, Fokus Penekanan Desain Arsitektur

Perilaku.

Pembahasan : Merumuskan tentang perencanaan dan perancangan

kampung nelayan vertikal dengan memperhatikan isu - isu sosial,

konsepsi kebudayaan lokal, kondisi klimatologi dan topografi

wilayahnya.

Page 33: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

13

1.10 Alur Pikir

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTURAL

PRA-DESAIN

AKTUALITAS

Perkampungan dan hunian kumuh di Kelurahan Bandarharjo.

Kurangnya ruang terbuka hijau.

Lingkungan yang terkena banjir rob air laut.

URGENSI

Membutuhkan hunian layak (humanis) dengan fasilitas pendukungnya yang

memadai.

TUJUAN

Merencanakan dan merancang sebuah kampung vertikal di Kelurahan

Bandarharjo yang humanis bagi warganya dengan berbagai fasilitas pendukung di

dalam sebuah rancangan kampung vertikal.

STUDI

PUSTAKA

Landasan Teori

Kampung Vertikal.

Standar

Perencanaan dan

perancangan

Kampung Vertikal.

STUDI BANDING

Rusun Kaligawe Kota

Semarang.

STUDI

LAPANGAN

Tinjauan Kota

Semarang dan

Tinjauan Lokasi

dan Tapak di

Kelurahan

Bandarharjo.

ANALISIS

Penyediaan fasilitas dan sarana prasarana serta pengolahan lahan dan batas ruang

lingkup perencanaan dan perancangan kampung vertikal di Kelurahan

Bandarharjo Kota Semarang.

PENDEKATAN PROGAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Meliputi aspek - aspek fungsional, konstekstual, teknis, kinerja dan arsitektural

yang membahas tentang pelaku dan kegiatan, hubungan kelompok kegiatan,

kapasitas, standar besaran ruang dan kebutuhan ruang, analisis site, hubungan

dan respon terhadap lingkungan, sirkulasi dan utilitas.

ruang dan kebutuhan ruang, analisis site, hubungan dan

respon terhadap lingkungan, sirkulasi dan utilitasterpilih.

L

P

3

A

G

R

A

F

I

S

F EED

BACK

Page 34: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kampung

2.1.1 Pengertian Kampung

Kampung merupakan sebuah kumpulan komunitas yang terdiri

dari masyarakat dengan beragam etnis ataupun dalam satu etnis tertentu

serta berdiam pada suatu wilayah secara berkelompok dengan pola hidup

sederhana yang memiliki aturan arif dan bijak dalam kehidupan sehari-

hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kampung adalah

kelompok rumah yang merupakan bagian kota yang biasanya dihuni

orang berpenghasilan rendah. Namun secara lebih sederhana kampung

didefinisikan sebagai sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah

tertentu, biasanya dibagian kota, dan bertahan hidup dengan

berpenghasilan rendah.

Gambar 2.1 Contoh Kampung

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 35: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

15

Kampung adalah kawasan yang ditinggali oleh masyarakat atau

pribumi (pada masa Hindia-Belanda) yang pekerjanya sebagai pembantu

pada keluarga - keluarga Eropa atau Tionghoa dan sedikit dari mereka

yang masuk di sektor formal sebagai pegawai rendahan di kantor

pemerintah atau swasta. (Mahatmanta, 2005: 28)

Menurut Lukman Ali et, al. (1995: 438), kampung memiliki

pengertian sebagai berikut:

a. Kelompok rumah yang merupakan bagian kota ( biasanya dihuni

orang berpenghasilan rendah),

b. Desa atau dusun,

c. Kesatuan administrasi terkecil yang menempati wilayah tertentu,

dibawah Kecamatan,

d. Terbelakang (belum modern); berkaitan dengan kebiasan di

kampung,

2.1.2 Karakteristik Kampung

Kampung memiliki karakteristik penghuninya yang tampak

dalam kehidupan sehari-harinya. Namun demikian, dengan adanya

perubahan sosial dan perkembangan era-informasi dan teknologi,

karakteristik kampung tersebut mulai luntur. Berikut ini sejumlah

karakteristik kampung yang terkait dengan kehidupan masyarakatnya

dan bersifat umum;

1. Ekonomi Penduduk

Penduduk yang tinggal di kampung pada umumnya sebagian

besar penduduknya bermata-pencaharian di sektor pemanfaatan sumber

daya alam. Hal ini terjadi karena sebagian besar mereka adalah

masyarakat low education. Mereka tidak mungkin bekerja di sektor lain

karena rendahnya kemampuan mereka. Pekerjaan mereka mengandalkan

kekuatan fisik sebagai modal utama mereka dalam bekerja. Beberapa

daerah juga tidak lepas dari kegiatan usaha atau industri. Namun

beberapa mereka juga bekerja dalam bidang perkantoran, akan tetapi itu

Page 36: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

16

hanya beberapa orang yang menekuni pekerjaan di bidang tersebut,

karena diantara mereka kebanyakan hanya lulusan SMP dan SMA,

bahkan lulusan SD juga masih banyak ditemui diantara mereka.

Bagi mereka yang sudah tidak mungkin lagi menempuh

pendidikan paling tidak sampai dengan level SMA, mereka sadar bahwa

pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik tidak akan mencukupi

kehidupan sehari-hari. Dengan begitu pendapatan mereka juga sangat

minim bahkan kurang, maka tidak heran banyak orang yang tergolong

miskin didalam sebuah kampung.

2. Pola Permukiman

Macam - macam dari pola permukiman antara lain:

1) Pola permukiman menyebar (Disseminated rural settlement):

Ciri - ciri dari pola permukiman menyebar adalah jarak

antara permukiman penduduk yang satu dengan yang lain terlalu

jauh. Hal ini menyebabkan tipe permukiman pola menyebar tidak

kondusif lagi bagi perhubungan kampung.

Gambar 2.2 Pola Permukiman Menyebar

Sumber : https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id

Daldjoeni (2003: 60-66) bentuk - bentuk kampung secara

sederhana, antara lain:

Page 37: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

17

a) Farmstead: rumah petani terpencil yang dilengkapi gudang

alat mesin, penggilingan gandum, lumbung dan kandang

ternak;

b) Homestead: rumah terpencil;

c) Road site: bangunan terpencil di tepi jalan (restoran, pompa

bensin, motel, dan lain - lain).

2) Pola Permukiman Terpusat

Pola permukiman terpusat, yakni pola permukiman yang

rumahnya mengelompok (agglomerated rural settlement), dan

merupakan dukuh atau dusun (hamlet) yang terdiri atas kurang dari

40 rumah, serta kampung (village) yang terdiri atas 40 rumah atau

lebih bahkan ratusan rumah. Di sekitar kampung dan dusun

terdapat tanah pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan,

kehutanan, dan tempat bekerja sehari-hari. Perkampungan

pertanian pada umumnya mendekati bentuk bujur sangkar

sedangkan perkampungan nelayan umumnya memanjang (satu

baris atau beberapa baris rumah) sepanjang pantai atau sepanjang

sungai. Pada umumnya, warganya masih satu kerabat. Pemusatan

tempat tinggal tersebut didorong oleh adanya rasa kegotong-

royongan. Jika jumlah penduduk bertambah, pemekaran

permukiman mengarah ke segala arah, tanpa adanya rencana.

Sementara itu, pusat - pusat kegiatan penduduk dapat bergeser

mengikuti pemekaran.

Gambar 2.3 Pola Permukiman Terpusat

Sumber : https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id

Page 38: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

18

Ciri - ciri pola permukiman terpusat adalah:

a) Plot rumah saling berhubungan,

b) Kerugiannya, yaitu jarak rumah penduduk dengan lahan

pertanian mereka agak jauh,

c) Kelebihan dari pola pemukiman terpusat, yaitu areal

pertanian pribadi dapat tersebar luas.

3) Pola Permukiman Linier

Pemukiman penduduk di dataran rendah umumnya

membentuk pola permukiman linear, dengan rentangan jalan raya

yang menembus kampung. Jika terjadi pemekaran, tanah pertanian

menjadi pemukiman baru. Ada kalanya pemekaran menuju ke arah

pedalaman. Untuk memudahkan transportasi dibuatkan jalan baru

mengelilingi kampung, semacam ring road.

Ciri - ciri pola permukiman linier adalah:

a) Perkembangan permukiman penduduknya menurut pola jalan

yang ada (memanjang atau sejajar dengan rentangan jalan raya

yang menembus kampung),

b) Keuntungan dari pola permukiman ini adalah aksesibilitas ke

kota yang tinggi.

3. Sistem Kekerabatan

Hubungan - hubungan sosial antar kerabat dalam

masyarakat kampung masih cukup kuat. Perbedaan status sosial

ekonomi yang mencolok antar kerabat tidak dapat menjadi

penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab di antara

mereka.

Sistem kekerabatan dalam setiap masyarakat mempunyai

ciri khas tertentu dan sangat tergantung pada budaya setempat.

Kekerabatan menurut Mansur (1988:21-22) adalah lembaga yang

bersifat umum dalam masyarakat dan memainkan peranan penting

pada aturan tingkah laku dan susunan kelompok, sebagai bentuk

dan alat hubungan sosial. Unsur - unsurnya ialah keturunan,

Page 39: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

19

perkawinan, hak dan kewajiban serta istilah - istilah kekerabatan.

Pemahaman atas wujud organisasi sosial suatu masyarakat dimulai

dengan urutan kelompok kerabat terkecil, yaitu keluarga inti

(nuclear family), keluarga besar (extended family), kelompok

sedarah (kindred), dan seterusnya. Kelompok kerabat yang lebih

besar, seperti klan (clan), paroh masyarakat (moiety) pun bervariasi

(Melalatoa, 2005:39).

4. Sosial Budaya

Setiap daerah memiliki memiliki adat istiadat atau

kebiasaan yang berbeda-beda, sesuai dengan struktur sosial di

dalam masyarakatnya. Adat adalah kebiasaan - kebiasaan yang

berlangsung dan menjadi norma dalam masyarakat atau pola - pola

perilaku tertentu dari warga masyarakat di suatu daerah. Dalam

adat istiadat terkandung serangkaian nilai, pandangan hidup, cita -

cita pengetahuan dan keyakinan serta aturan - aturan yang saling

berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang bulat.

Fungsinya sebagai pedoman tertinggi dalam bersikap dan

berperilaku bagi seluruh warga masyarakat. Dan setiap daerah

memiliki memiliki adat istiadat atau kebiasaan yang berbeda-beda,

sesuai dengan struktur sosial dalam masyarakat tersebut.

Pola kehidupan masyarakat kampung sangat intim antara

individu dengan individu yang lain. Seperti ketika sebuah keluarga

tertimpa musibah, salah satu keluarganya meninggal dunia. Maka

tanpa adanya sosialisasi pun mereka dengan sendirinya ikut

merasakan kesedihan keluarga tersebut atau ikut simpati. Hal

demikian merupakan wujud kepedulian masyarakat Kampung

yang begitu tinggi dengan sesamanya.

Ada hal lain yang menarik dari kebudayaan suatu kampung,

proses struktur sosial berjalan dengan lancar apabila jalinan di

dalam unsur - unsur sosial tersebut tidak mengalami kegoncangan

pada unsur yang lain.

Page 40: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

20

5. Sistem Lapisan Sosial

Dalam masyarakat terbentuk sistem pelapisan sosial (social

stratification), yaitu pembedaan penduduk ke dalam kelas - kelas

secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas - kelas

tinggi dan kelas yang lebih rendah. Dasar dan inti lapisan

masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan

kewajiban serta dan pengaruhnya di antara anggota - anggota

masyarakat.

2.1.3 Ciri Khas Kampung

Beberapa ahli memberikan ciri - ciri dari kampung, diantaranya:

1. Menurut Roucek - Warren :

(1) Kelompok primer merupakan kelompok dominan.

(2) Hubungan antar warga bersifat akrab dan awet.

(3) Homogen dalam berbagi aspeknya.

(4) Mobilitas sosial rendah.

(5) Keluarga lebih dilihat fungsinya secara ekonomis sebagai unit

produksi.

(6) Proporsi anak lebih besar.

2. Menurut Talcott Parson :

(1) Afektifitas : Hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,

kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap tolong

menolong terhadap orang lain.

(2) Orientasi kolektif : meningkatkan kebersamaan, tidak suka

menonjolkan diri, tidak berbeda pendapat.

(3) Partikularisme : semua hal yang berhubungan dengan apa yang

khusus untuk tempat atau daerah tertentu saja, perasaan subjektif,

rasa kebersamaan.

(4) Askripsi : berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak

diperoleh berdasarkan suatu usaha yang disengaja, tetapi lebih

Page 41: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

21

merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau

keharusan

(5) Kekaburan (Diffusenses) : sesuatu yang tidak jelas terutama

dalam hubungan pribadi, tanpa ketegasan yang dinyatakan secara

langsung.

3. Menurut Soerjono Soekanto :

(1) Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alam.

(2) Kampung merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja.

(3) Struktur perekonomian bersifat agraris.

(4) Hubungan antar anggota masyarakat kampung berdasar ikatan

kekeluargaan.

(5) Perkembangan sosial relatif lambat.

(6) Kontrol sosial ditentukan oleh moral dan hukum informal.

(7) Norma agama dan adat masih kuat.

Secara umum, ciri khas dari kampung adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap

kehidupan masyarakat.

2) Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani,

beternak, nelayan, dll).

3) Corak kehidupan sosialnya bersifat gemain schaft (paguyuban dan

memiliki community-sentiment yang kuat).

4) Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan

kebudayaannya relatif homogeny.

5) Interaksi sosial antar masyarakat lebih intim dan langgeng serta

bersifat familistik.

6) Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan

tradisi - tradisi warisan leluhurnya.

7) Masyarakatnya sangat menjunjung tinggi prinsip - prinsip

kebersamaan atau gotong royong kekeluargaan, solidaritas,

musyawarah, kerukunan dan kterlibatan sosial.

Page 42: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

22

8) Jumlah penduduk relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif

rendah, sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah.

9) Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga

deferensiasi sosial masih sangat sedikit.

10) Kehidupan sosial budayanya bersifat statis dan monoton dengan

tingkat perkembangan yang lamban.

11) Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap

nasib, dan sulit menerima unsur - unsur baru.

12) Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat di

dalam melakukan interaksi social.

13) Penduduknya bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada

pemimpinnya dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma

yang berlaku.

2.1.4 Hubungan dan Interaksi Sosial

Manusia adalah mahluk sosial yang ingin berkumpul antara

satu dengan yg lain. Tanpa kawan atau teman hidup, manusia akan

merasa hampa dan bahkan terjadi distabilitas sosial atau stres. Oleh

karena itu, tercipta kelompok sosial, diantaranya adalah keluarga,

masyarakat, organisasi, dan lain - lain. Hakikatnya hubungan manusia

dalam kelompok sosial adalah untuk saling tolong-menolong satu sama

lain.

Masyarakat Kampung memiliki hubungan interaksi sosial yang

erat dan mendalam dalam kebersamaan atau gotong-royong. Segala

sesuatunya dijalankan atas dasar musyawarah. Tidak heran jika

masyarakat kampung lebih cenderung terbuka satu sama lain. Sifat

kekeluargaan sangat erat walau bukan keluarga sesungguhnya. Mereka

merasa puas apabila kebutuhan keluarga telah dicukupinya. Interaksi

sosial di masyarakat kampung ini terjadi karena perubahan - perubahan

interaksi sosial pada masyarakat kampung sebelumnya, sehingga

Page 43: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

23

perubahan-perubahan tersebut berlangsung sampai pada generasi

sekarang bahkan generasi berikutnya.

Daerah kampung memiliki interaksi sosial yang baik

dibandingkan interaksi sosial di masyarakat perumahan kota, hal

tersebut disebabkan oleh perbedaan gaya hidup. Interaksi sosial yang

baik ini membuat masyarakat kampung memiliki kultur budaya

kehidupan yang lebih rukun dan ramah.

Umumnya masyarakat kampung masih kuat dalam memegang

kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Mereka lebih primitif terhadap

kebudayaan asing yang masuk dalam kehidupan seseorang. Hal ini

membuat kultur adat kebiasaan mereka sangat kental dalam

berinteraksi. Pola interaksi sosial mereka sangat kuat dalam hubungan

kekeluargaannya.

a. Penerapan hubungan dan interaksi sosial yang ada di kampung,

diantaranya :

1) Kegiatan Memperbaiki Sarana Umum

Masyarakat kampung cenderung bekerjasama dalam kegiatan

memperbaiki sarana umum, seperti halnya perbaikan jalan, mereka

antusias memilih untuk saling bekerjasama atau gotong royong

daripada memanggil pekerja dari luar. Hubungan erat antar manusia

ini tidak lepas dari kuatnya hubungan dan interaksi sosial yang di

bangun antar individu, antar kelompok, dan lain - lain. Hal ini

menjadi bukti bahwa hubungan dan interaksi sosial kampung

memiliki kultur budaya yang lebih rukun dan ramah.

2) Kegiatan Hajatan

Pada dasarnya masyarakat kampung masih kuat dalam

memegang kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Manusia

senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan

manusia yang lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

mempertahankan kehidupannya. Contohnya dalam pengadaan

hajatan. Ketika salah satu warga di desa sedang mengadakan acara

Page 44: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

24

hajatan, umumnya warga yang lain akan ikut serta membantu. Hal

tersebut merupakan kebudayaan dan adat kebiasaan masyarakat desa

yang pada umumnya dilakukan dengan sukarela, rukun, dan ramah.

Hubungan dan Interaksi sosial tersebut membuat kultur adat

kebiasaan mereka dan pola interaksi sosial mereka yang sangat kuat.

3) Kegiatan Kerja Bakti

Hubungan dan Interaksi Sosial dalam masyarakat kampung

selain peduli kepada sesama manusia, mereka juga peduli akan

lingkungan yang ada di sekitarnya, misalnya kepentingan kebersihan

kampung yang ia tinggali. Sehingga mereka bekerjasama dalam

kegiatan yaitu kerja bakti. Kegiatan tersebut atas dasar kesadaran

masing - masing perseorang yang peduli akan pentingnya kesehatan

dan kebersamaan dalam gotong-royong, sehingga kegiatan tersebut

tidak bersifat memaksa.

b. Tujuan Hubungan dan Interaksi Sosial

(1) Menjalin hubungan kekeluargaan,

(2) Menjalin hubungan usaha,

(3) Menjalin hubungan dalam bidang tertentu dalam memenuhi

kebutuhan hidup,

(4) Mendiskusikan sebuah persoalan,

(5) Melakukan kerjasama antar sesama manusia,

(6) Melaksanakan hubungan kerjasama yang saling

menguntungkan,

(7) Merundingkan suatu masalah dalam rangka mencari solusi, dll.

2.1.5 Budaya dan Adat Istiadat

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk

sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,

bangunan, dan karya seni.

Page 45: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

25

Gambar 2.4 Contoh Kebudayaan Semarang

Sumber : http://ulinulin.com

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat didefinisikan

sebagai aturan (perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak

dahulu kala. Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas

nilai - nilai budaya, norma, hukum, dan aturan - aturan yang satu dengan

yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem atau kesatuan. Sementara

istiadat didefinisikan sebagai adat kebiasaan.

Kampung identik dengan warga masyarakatnya yang selalu

ramah tamah ke semua orang meskipun sama orang yang baru di

kenalnya. Kemudian warga masyarakat di kampung tingkat

kepeduliannya dan tingkat kekeluargaannya ke semua orang masih

tinggi. Hal itu di buktikan dengan adanya adat istiadat dan budayanya

masih kental. Salah satu adat istiadat dan budaya yang masih kental dan

masih di junjung tinggi oleh warga masyarakat di kampung adalah

misalkan ada sebuah kegiatan gotong-royong warga masyarakat selalu

ikut serta dalam kegiatan gotong-royong tersebut dan apabila ada salah

satu tetangga yang mengadakan syukuran atau hajatan warga masyarakat

di desa selalu membantu mulai dari acara tersebut dimulai sampai dengan

acara tersebut selesai. Adat istiadat dan budaya antara di kampung dan di

perumahan kota sangatlah jauh berbeda sekali.

Page 46: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

26

Warga masyarakat di kampung masih sangat menjunjung tinggi

nilai kekeluargaan dan saling membantu antara warga yang satu dengan

warga yang lainnya. Sedangkan warga masyarakat hidupnya itu sudah

masing - masing saja, kalau kita tinggal di perumahan kita akan sangat

kerepotan kalau kita ingin mangadakan suatu acara tidak memiliki uang

banyak, karena warga masyarakat membantu itu harus di bayar dengan

uang, tetapi kalau warga masyarakat di kampung selalu saling membantu

tanpa sedikitpun mengharapkan imbalan.

Umumnya, orang meyakini bahwa kaidah - kaidah sosial dalam

budaya adat istiadat merupakan kehendak nenek moyang atau makhluk

yang mengatur kejadian - kejadian alam yang bersifat gaib dan sulit

dimengerti oleh orang awam. Oleh karena itu, aturan-aturan yang

ditetapkan adat harus dijalankan. Hal itu akan membuat warga terhindar

dari hal - hal yang tidak diinginkan, seperti penyakit dan bencana.

2.2 Tinjauan Hunian Vertikal di Indonesia

2.2.1 Pengertian Hunian Vertikal di Indonesia

Pengertian hunian vertikal menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah hunian merupakan tempat tinggal, kediaman (yang

dapat dihuni), vertikal adalah tegak lurus dari bawah ke atas atau

kebalikannya, membentuk garis tegak lurus (bersudut 90º) dengan

permukaan bumi, garis horizontal, atau bidang datar.

Hunian Vertikal di Indonesia sendiri merupakan Hunian atau

tempat tinggal di Indonesia dengan bentuk hunian yang vertikal atau

tegak lurus dari bawah ke atas yang layak huni (humanis), sebagai solusi

yang dicanangkan pemerintah atas permasalahan keterbatasannya lahan

yang ada di Indonesia terutama daerah perkotaan.

Page 47: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

27

2.2.2 Karakteristik Hunian Vertikal di Indonesia

Di Indonesia sendiri memiliki dua karakteristik hunian vertikal

dengan strata sosial sebagai pembedanya yaitu dengan hunian vertikal

bagi kelas golongan menengah ke atas, dengan huniannya yang bagus

dan mewah serta berharga mahal, sedangkan untuk kelas golongan

menengah kebawah mereka tinggal di hunian yang terkesan sederhana

bahkan ada yang bisa dikategorikan hunian yang vertikal yang tidak

sehat.

Namun dengan begitu pemerintah telah memberikan solusi

sebuah program hunian vertikal dengan sejumlah standar bangunan hijau

yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga di Indonesia

sepenuhnya belum diterapkan. Konsep hunian vertikal berbasis EFSC

(Ecos Friendly and Socio-Cultere) diharapkan dapat menjadi hunian

vertikal daerah perkotaan yang memperhatikan aspek lingkungan,

ekonomi, dan sosial budaya sesuai arah pembangunan berkelanjutan.

Hunian vertikal yang humanis dan nyaman diperuntukkan bukan lagi

untuk masyarakat menengah keatas namun masyarakat menengah

kebawah juga akan bisa merasakannya sehingga dengan begitu dapat

membantu perekonomian dan kesejahteraan hidup.

2.2.3 Fungsi Hunian Vertikal di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang

peningkatannya pesat setiap tahunnya. Data BPS pada tahun 2035,

penduduk Indonesia diproyeksi mencapai angka 305,6 juta jiwa dengan

persebaran penduduk yang terpusat di daerah perkotaan. Ledakan

penduduk dan kepadatan penduduk daerah perkotaan di Indonesia

memberikan dampak berupa permasalahan keterbatasan lahan untuk

hunian, persediaan sumber daya alam dan pasokan sumber energi fosil

yang semakin menipis.

Page 48: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

28

Hunian vertikal sendiri menjadi salah satu solusi atas

permasalahan tersebut, dengan keterbatasan lahan yang ada di Indonesia

terutama di perkotaan, memanfaatkan seminimal mungkin lahan untuk

bangunan dengan pembangunan gedung - gedung vertikal, salah satunya

adalah hunian vertikal yang diperuntukkan untuk masyarakat semua

golongan. Namun juga hunian tidak hanya bangunan yang begitu saja

dibangun, namun juga bangunan haruslah membuat nyaman

penghuninya (humanis).

2.3 Tinjauan Kampung Vertikal

2.3.1 Pengertian Kampung Vertikal

Kampung Vertikal yaitu kelompok hunian pada wilayah tertentu

yang didominasi oleh masyarakat berpenghasilan menengah kebawah,

dimana bangunannya didirikan tegak lurus dari bawah ke atas. Kampung

pada umumnya menempati lahan yang cukup luas, oleh karena itu sulit

untuk menciptakan kampung baru dalam kondisi lingkungan yang

semakin padat seperti saat ini. Pembangunan kampung vertikal diarahkan

untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya.

Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas

kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kumuh itu

sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah.

Oleh karena itu, untuk menciptakan kondisi lingkungan dan alam

yang lebih baik, daerah terbangun diminimalisir sehingga penciptaan

ruang terbuka hijau akan lebih banyak. kampung vertikal merupakan

wujud pelestarian keberadaan kampung rakyat yang kini kian tergerus

oleh kebutuhan zaman modern. Kampung vertikal dapat menjadi salah

satu alternatif bagi pertambahan penduduk di masa mendatang dan

kebutuhan akan tempat tinggal. Terlebih jika tempat tinggal ini dapat

juga difungsikan sebagai penyangga perekonomian rakyat.

Page 49: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

29

Gambar 2.5 Kampung Vertikal

Sumber : https://medium.com

2.3.2 Karakteristik Kampung Vertikal

Kampung vertikal memiliki karakteristik yang berbeda dengan

hunian horizontal. Kampung vertikal memiliki dua sistem kepemilikan,

yaitu kepemilikan perorangan dan bersama baik dalam bentuk ruang

maupun benda. Sistem kepemilikan bersama, yang terdiri dari bagian -

bagian yang masing - masing merupakan satuan yang dapat digunakan

secara terpisah yang dikenal dengan istilah condominium.

Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan pemisahan hak dari

masing - masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta

pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan

digunakan sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang

bersangkutan.

Karakteristik kampung vertikal dapat dikategorikan sama

dengan karakteristik rumah susun di Indonesia, karena dari jenis dan

fungsinya yang mempunyai kemiripan dan memiliki ketetapan

standarnya sebagi berikut :

1. Satuan Rumah Susun

Page 50: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

30

1) Mempunyai ukuran luas standar minimum 18 m2, lebar muka

minimal 3 meter.

2) Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain

(ruang penunjang) di dalam dan atau diluar ruang utama.

3) Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan

yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin

kelancaran dan kemudahan serta penyediaan daya listrik yang

cukup, serta sistem pemompaan air.

4) Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup

dan atau sebagian terbuka.

2. Benda Bersama

Benda bersama dapat berupa prasaran lingkungan dan

fasilitas lingkungan.

3. Bagian Bersama

Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur,

dan kelengkapan rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas

lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun.

4. Prasarana Lingkungan

Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan

sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar

lingkungan rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri

dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas,

telepon, dan alat komunikasi lainnya.

5. Fasilitas Lingkungan

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas

perniagaan dan perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan,

pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman.

2.3.3. Karakteristik Penghuni Kampung Vertikal

Pola perilaku penghuni kampung vertikal dalam melestarikan

fungsi lingkungan kampung vertikal adalah, sebagai berikut :

Page 51: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

31

1) Sikap terhadap lingkungan ikut menentukan perilaku melestarikan

fungsi lingkungan permukiman. Makin tinggi sikap terhadap

lingkungan maka makin baik perilaku melestarikan fungsi

lingkungan permukiman.

2) Motivasi hidup sehat ikut menentukan perilaku melestarikan fungsi

lingkungan permukiman. Makin kuat motivasi hidup sehat, maka

makin baik perilaku masyarkat dalam melestarikan fungsi

lingkungan. Sehingga untuk dapat melestarikan fungsi lingkungan

permukiman, pola hidup sehat harus ditanamkan.

3) Status sosial ekonomi turut menentukan. Makin tinggi status sosial

ekonomi maka makin baik perilaku melestarikan fungsi lingkungan

permukiman.

Gambar 2.6 Penghuni Tower Rumah Susun

Sumber : http://www.perumnas.co.id

Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang paling kuat dalam

menentukan perilaku melestarikan lingkungan secara berurutan adalah

(1) status sosial, (2) sikap terhadap lingkungan, dan (3) motivasi hidup

sehat.

Page 52: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

32

2.3.4. Fungsi Kampung Vertikal

Kampung vertikal memeiliki fungsi sebagai berikut;

1) Untuk memenuhi kebutuhan hunian sehat dan layak huni (humanis)

bagi masyarakat menengah kebawah dibagian pusat kota ataupun

pinggiran kota dengan melihat keterbatasan lahan yang tinggi saat

ini.

2) Kampung vertikal dapat mengefektifkan keterbatasan lahan dan

menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan

seimbang.

3) Meremajakan kembali hunian kumuh dengan menggantikannya

dengan hunian kampung vertikal yang humanis.

4) Meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam usaha, maksudnya

kampung vertikal dapat memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan

fungsi usaha. Fungsi hunian artinya rumah susun dapat

dimanfaatkan sebagai tempat tinggal yang layak huni. Sedangkan

fungsi usaha dijadikan tempat tinggal sekaligus tempat berusaha

dalam skala kecil.

Dengan tingkat padatnya penduduk Indonesia terutama diwilayah

perkotaan dan semakin bertambahnya permintaan hunian yang nyaman

(humanis), diharapkan Hunian vertikal yang direncanakan mampu

mewadahi pertumbuhan penduduk yang diprediksi akan terus tumbuh

dalam beberapa tahun ke depan.

Unit hunian pada kampung vertikal direncanakan memiliki

karakteristik perilaku kampung berupa keberagaman aktivitas, seperti

perilaku bermukim dengan berbagai kegiatan di sektor informal yang

terdapat di dalamnya untuk kemudian diwadahi secara vertikal.

2.4. Tinjauan Perencanaan Fasilitas Kampung Vertikal

Dalam melakukan perancangan fasilitas pada kampung vertikal

sederhana, terdapat hal - hal yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan

Page 53: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

33

penghuni. Hal ini telah dijelaskan bahwa fasilitas lingkungan yang ditempatkan

pada lantai bangunan kampung vertikal harus memenuhi kebutuhan sebagai

berikut :

(1) Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan.

(2) Tidak ditempatkan lebih dari lantai tiga bangunan kampung vertikal.

Atas ketentuan tersebut maka luasan lahan yang digunakan untuk

fasilitas lingkungan kampung vertikal harus diperhatikan. Luas lahan yang

diperuntukan sebagai fasilitas kampung vertikal harus memenuhi ketentuan :

1) Luas lahan untuk fasilitas rumah susun seluas-luasnya 30% dari luas

seluruhnya.

2) Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebagai penghijauan,

tempat bermain anak, dan atau lapangan olah raga seluasluasnya 20% dari

luas lahan fasilitas lingkungan kampung vertikal.

Tabel 2.1 Luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun

dengan Kdb 50 - 60%

Sumber : SNI 03-7013-2004

Fasilitas kampung vertikal juga harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

(1) Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan

budaya setempat.

(2) Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai

dengan gaya hidup di kampung vertikal.

(3) Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan

fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.

(4) Menunjang fungsi - fungsi aktivitas menghuni yang paling pokok, baik

besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada.

Page 54: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

34

(5) Menampung fungsi - fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan

pengembangan aspek - aspek ekonomi dan sosial budaya.

2.4.1 Fasilitas Kesehatan

Dalam hal ini yang menentukan jumlah dan jenis fasilitas

pelayanan kesehatan di kampung vertikal serta pemberian izin beroperasi

di daerahnya adalah pemerintah daerah sesuai SNI 03-7013-2004.

Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan dilakukan dengan

mempertimbangkan:

(1) Luas wilayah.

(2) Kebutuhan kesehatan.

(3) Jumlah dan persebaran penduduk.

(4) Pola penyakit.

(5) Pemanfaatannya.

(6) Fungsi sosial.

(7) Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Gambar 2.7 Puskesmas Bandarharjo

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 55: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

35

Lingkungan kampung vertikal harus dilengkapi dengan fasilitas

kesehatan yang memadai dan terawat. Jenis fasilitas tersebut adalah;

(1) Posyandu.

(2) Balai pengobatan.

(3) Rumah Bersalin.

(4) Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

(5) Puskesmas.

(6) Praktek dokter.

(7) Apotek.

Page 56: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

36

Tabel 2.2 Peraturan standar fasilitas kesehatan

Page 57: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

37

Sumber : SNI 03-7013-2004

2.4.2 Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan di kampung vertikal untuk memudahkan

penyelenggaraan pendidikan dalam artian segala macam peralatan,

kelengkapan, dan benda - benda yang digunakan guru dan murid untuk

memudahkan penyelenggaraan pendidikan. Fasilitas pendidikan pada

dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu tanah,

bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah (site, building, equipment,

and furniture). Agar semua fasilitas tersebut memberikan kontribusi yang

berarti pada jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik.

Manajemen yang dimaksud meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengadaan, (3)

Inventarisasi, (4) Penyimpanan, (5) Penataan, (6) Penggunaan, (7)

Pemeliharaan, dan (8) Penghapusan.

Page 58: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

38

Gambar 2.8 SDN Bandarharjo

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Lingkungan kampung vertikal harus dilengkapi dengan fasilitas

pendidikan yang memadai dan terawat. Jenis fasilitas tersebut adalah;

(1) Ruang belajar untuk PAUD atau TK.

(2) Ruang belajar untuk SD.

(3) Ruang belajar untuk SMP.

(4) Ruang belajar untuk SMA atau SMK.

(5) Ruang belajar untuk Sarjana.

(6) Madrasah atau tempat mengaji.

(7) Perpustakaan.

Page 59: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

39

Tabel 2.3 Peraturan standar fasilitas pendidikan

Sumber : SNI 03-7013-2004

Keterangan Rumus :

1) Kebutuhan jumlah ruang belajar tingkat pra belajar berdasarkan sistem

pendidikan SD 6 tahun.

S = (Ups — Us) x a% …………………………….(1)

E

Keterangan :

S : Adalah kebutuhan jumlah ruang belajar tingkat pra sekolah.

Ups : Adalah hasil proyeksi anak usia pra sekolah selama 5 tahun.

Us : Adalah jumlah anak usia pra sekolah yang sudah tertampung.

Page 60: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

40

a% : Adalah anak usia pra sekolah yang ingin masuk pendidikan pra

sekolah.

E : Adalah daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan

kondisi lingkungan (40 siswa).

2) Kebutuhan jumlah ruang tingkat SD berdasarkan sistem pendidikan SD 6 tahun.

Ssd = (Dps — Ds) x d% …………………………….(2)

E

Keterangan:

Ssd : Adalah kebutuhan jumlah ruang belajar tingkat sekolah dasar.

Dps : Adalah hasil proyeksi anak usia sekolah dasar selama 5 tahun.

Ds : Adalah jumlah anak usia tingkat sekolah dasar yang sudah

tertampung.

d% :Adalah presentase jumlah anak tingkat SD yang perlu memasuki

lembaga pendidikan tingkat SD.

E : Adalah daya tampung paling efektif dan eftsien berdasarkan

kondisi Iingkungan sama dengan 40 siswa.

3) Kebutuhan jumlah ruang kelas berdasarkan sistem pendidikan SMP.

SsIp = (Lsds — Lsds) x p% ………………………….(3)

E

Keterangan:

SsIp : Adalah kebutuhan jumlah ruang tingkat SLP.

Lsds : Adalah proyeksi lulusan SD 5 tahun.

Lsds : Adalah jumlah Iulusan SD yang dapat tertampung.

p% : Adalah presentase lulusan SD yang melanjutkan ke-SLP.

E : Adalah daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan

kondisi Iingkungan sama dengan 40 siswa.

Page 61: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

41

4) Kebutuhan jumlah ruang kelas berdasarkan sistem pendidikan SMA.

SSLA = (LSLPS - LSLPS) x a% …………………………….(4)

E

Keterangan:

SSLA : Adalah kebutuhan jumlah ruang tingkat SLA.

Lslps : Adalah proyeksi lulusan SLP selama 5 tahun sesuai data dari

instansi yang berwenang.

Lslps : Adalah jumlah lulusan SLP yang dapat tertampung.

a% : Adalah presentase lulusan SLP yang melanjutkan ke SLA.

E : Adalah daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan

kondisi lingkungan sama dengan 40 siswa.

2.4.3 Fasilitas Niaga atau Tempat Kerja

Fasilitas yang disediakan oleh pengelola kampung vertikal harus

memenuhi kebutuhan perekonomian penghuninya, baik itu berupa

lapangan pekerjaan yang disediakan maupun fasilitas yang disediakan

untuk memenuhi sandang dan pangan penghuni kampung vertikal.

Fasilitas niaga atau tempat kerja ini harus sesuai dengan kebutuhandan

tingkat sosial budaya yang ada.

Page 62: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

42

Gambar 2.9 Supermarket

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Lingkungan kampung vertikal harus dilengkapi dengan fasilitas -

fasilitas niaga atau tempat kerja yang memadai dan terawat. Jenis fasilitas

tersebut adalah;

(1) Toko - toko perusahaan atau dagang.

(2) Warung.

(3) Pusat perbelanjaan termasuk usaha dan jasa.

(4) Tempat industri rumahan.

(5) Tempat pelatihan kerja.

(6) ATM Centre.

(7) Koprasi.

Page 63: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

43

Tabel 2.4 Peraturan standar fasilitas niaga atau tempat kerja

Sumber : SNI 03-7013-2004

2.4.4 Fasilitas Pemerintahan atau Pelayanan Publik

Fasilitas pemerintahan atau pelayanan publik di kampung vertikal

dalam hal ini merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di

bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat

non-komersial, kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada

masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari

keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.

Page 64: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

44

Gambar 2.10 Kantor Kelurahan Bandarharjo

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Lingkungan kampung vertikal harus dilengkapi dengan fasilitas

fasilitas pemerintaahan atau pelayanan publik yang memadai semua

penghuninya. Jenis fasilitas tersebut adalah;

(1) Balai desa.

(2) Gedung serba-guna.

(3) Kantor RW dan RT.

(4) Pos keamanan.

(5) Ruang duka.

(6) Kotak pos.

Page 65: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

45

Tabel 2.5 Peraturan standar pemerintahan atau pelayanan publik

Sumber : SNI 03-7013-2004

2.4.5 Fasilitas Ruang Terbuka

Ruang terbuka (open spaces) yang di maksudkan dalam kampung

vertikal merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan

tempat - tempat pertemuan dan aktivitas penghuninya di area terbuka.

Ruang terbuka ini nantinya berfungsi antara lain sebagai tempat

bermain aktif untuk anak - anak dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk

orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau..

Page 66: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

46

Gambar 2.11 Taman Pandanaran

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Lingkungan kampung vertikal harus dilengkapi dengan fasilitas

fasilitas ruang terbuka yang memadai semua penghuninya. Jenis fasilitas

tersebut adalah;

(1) Taman atau kebun.

(2) Taman bermain.

(3) Lapangan olahraga.

(4) Embung.

(5) Sirkulasi.

(6) Parkir.

(7) Toilet umum.

Page 67: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

47

Tabel 2.6 Peraturan standar ruang terbuka

Page 68: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

48

Sumber : SNI 03-7013-2004

Page 69: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

49

Tabel 2.7 Hubungan antar fasilitas ruang terbuka

Page 70: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

50

Sumber : SNI 03-7013-2004

2.4.6 Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan digunakan sebagai sarana kehidupan untuk

mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan kampung

vertikal, yang direncanakan sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai

dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan.

Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut

oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang

jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat

dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.

Page 71: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

51

Gambar 2.12 Masjid Menara Layur

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Macam - macam fasilitas peribadatan kampung vertikal harus

dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut;

(1) Masjid atau mushola.

(2) Gereja.

(3) Tempat peribadatan lain.

fasilitas peribadatan harian harus disediakan disetiap blok. Fasilitas

beribadat dapat disatukan dengan ruang serba guna atau ruang komunal,

dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Jumlah penghuni minimal yang dilayani adalah 400 KK untuk setiap

satu fasilitas peribadatan disediakan 1 mushola untuk tiap 1 blok,

dengan luas lantai 9 - 360 M2.

(2) Jumlah penghuni minimal harus mendukung untuk setiap fasilitas

peribadatan kecil adalah 400 KK.

Page 72: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

52

2.5. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Humanisme

2.5.1 Teori Arsitektur Humanisme

Istilah Humanisme berkaitan dengan kata Latin humus yang berarti

tanah atau bumi. Dari kata ini muncul istilah homo yang berarti manusia

(makhluk Tuhan) dan humanus yang lebih menunjukkan sifat membumi

dan manusiawi. Pemaknaan ini awalnya adalah untuk menunjukkan bahwa

manusia berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Humanisme

menganggap individu rasional sebagai nilai paling tinggi dan menganggap

individu sebagai sumber nilai terakhir (Bagus, 1996:295). Pengertian ini

ini membawa dampak yang kuat pada kebebasan manusia sebagai

individu. Menurut pandangan ini manusia bermartabat luhur, mampu

menentukan nasib sendiri dan dengan kekuatan sendiri mampu

mengembangkan diri.

Semula humanisme adalah gerakan dengan tujuan untuk

mempromosikan harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran etis

yang menjunjung tinggi manusia. Humanisme menekankan harkat, peran,

tanggug jawab menurut manusia. Humanisme manusia mempuyai

kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih dari mahluk lainya

karena mempunyai rohani.

Pandangan humanisme membuat manusia sadar kembali tentang

harkat dan martabat manusia sebagai mahluk rohani. Etika rohani

mendasari manusia untuk bertangungjawab dalam kehidupan di dunia.

Dalam pengunaan F.C.S Schiller dan William James, humanisme

diangkat sebagai pandangan yang bertolak belakang dengan absolutisme

filosofis. Ini tidak kembali kepandangan protagoras. Alasannya pandangan

Schiller dan James dipandang melawan hal - hal absolut metafisis dan

bukan yang epestimologis, yaitu melawan dunia tertutup idealisme

absolut. Oleh karena itu, penekanannya pada alam atau dunia yang

terbuka, pluralisme dan kebebasan manusia.

Page 73: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

53

Pertengahan abad 20 dikenal sebagai masa transgressi dari

’mechanism’ menuju ’systemic dan ditandai dengan berkembangnya teori-

teori baru. Hal ini ditunjukkan dengan hadirnya neokolonialisme, revolusi

’hijau’, sistem komputerisasi dan informasi elektronik dalam waktu yang

sama. Keragaman yang ada menunjuk pada keragaman pemikiran

manusia.

Di era post-modern, kesenangan manusia terhadap filsafat dalam

arsitektur, menjadikan terlalu banyaknya pandangan dan latar belakang

yang sifatnya pribadi (K.Eaton, 2006). Hal ini mengakibatkan

bermunculan teori dengan konteks yang beragam dalam arsitektur. Masing

- masing konteks yang dikemukakan adalah yang terbaik menurut masing

- masing. Untuk mencari konteks arsitektur yang paling dibutuhkan dari

yang ada, maka dicari masalah atau tantangan terbesar yang dihadapi

arsitektur sesuai realitanya dalam kehidupan.

Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan

kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana

dirinya untuk melakukan hal - hal yang positif. Kemampuan positif ini

yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran

humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan

kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya

dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.

Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para

pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik,

belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan

memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti

mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta

realisasi diri orang yang belajar secara optimal (Murni Rachmawati,

2010:6).

Pengaruh humanisme dalam arsitektur, hadir kuat di era arsitektur

modern. Arsitektur saat itu terlihat sangat berupaya memanusiawikan

arsitektur, dengan cara memperhatikan kebutuhan manusia didunia.

Page 74: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

54

Bermula dari kekuatan rasional manusia yang diperkuat oleh Revolusi

Industri, akhirnya penekanan pada upaya pemenuhan kebutuhan manusia

secara massal menjadi sangat kuat, cenderung membabi buta. Humanisme

membawa keadaan yang menunjuk segala kebutuhan manusia harus

dituruti tanpa mempedulikan hal lainnya.

Seturut sejarah kehidupan manusia yang dihubungkan dengan

asitektur, Rachmawati (2010:77) menyebutkan kaitan manusia dengan

arsitektur yang dapat dirunut sebagai berikut:

a) Dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar manusia (human needs);

dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia sebagai komunitas

(society);

b) Dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia dalam konteks ber-

kemanusiaan sebagai korban masalah lingkungan, korban perang,

globalisasi dan keterpurukan ekonomi;

c) Dalam hal perubahan peran manusia dan arsitek sebagai pelindung

atau penjaga alam dan membantu menciptakan kualitas hidup yang

berkesinambungan.

Humanisme arsitektur yang dimaksud manusia tidak lagi sebagai

obyek yang harus dikabulkan segala keinginannya, sekalipun harus

merusak alam, namun manusia sebagai pengendali dunia dalam

hubungannya dengan kelestarian alam atau penghematan energi dan usaha

- usaha melestaikan alam lainnya.

Humanisme yang diperlukan adalah yang berada dalam perspektif

saling terkait antar segala, perspektif-holistik. Humanisme yang

meletakkan manusia pada posisi manusia yang tahu diri, manusia yang

tahu batas, manusia yang dapat menempatkan dirinya dalam situasi dan

kondisi yang baik, tidak merusak, namun menjaga dan melindungi serta

bertoleransi dengan semua hal, termasuk dengan alam dan manusia yang

lain. Segala krisis terjadi di dunia karena manusia tak sanggup merelasikan

berbagai dampak kemajuan dengan kerangka spiritualitas. Manusia yang

dibutuhkan adalah manusia yang baik. Manusia yang baik adalah manusia

Page 75: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

55

yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, namun yang juga

menjaga dan merawat alam sebagai sesama ciptaan Tuhan (Murni

Rachmawati, 2010:12).

Kesadaran manusia untuk melakukan reservasi alam dan hemat

energi tersebut harus didasari pada kepribadian atau keyakinan yang

mengakar dari kebutuhan manusia demi kebaikan manusia itu sendiri,

bukan karena ikut arus tanpa ia sadari. Konteks arsitektur

berkesinambungan yang berdasar pada kemanusiaan tersebut selaras

dengan konteks humanisme dalam urusan membuat lingkungan. Jadi,

dapat dikatakan keduanya saling terkait, sama pentingnya bagi kehidupan

dimasa depan yang diharap bisa lebih baik.

Arsitektur juga dapat ikut berperan dalam pembentukan kualitas

hidup manusia yang berkesinambungan dengan menempatkan arsitektur

sebagai budaya tertinggi manusia dan menggunakan human intelligence

untuk segala kebaikan, bukan untuk merusak. Karya arsitektur akan

bermakna apabila karya itu dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Dalam kritik arsitektur, seringkali suatu karya hanya dinilai dari segi

keindahan, estetika, dan perasaan. Akan tetapi masih jarang suatu karya

arsitektur dinilai berdasarkan kebutuhan bertingkat manusia.

2.5.2 Ciri - ciri Arsitektur Humanisme

Arsitektur adalah adalah ruang tempat hidup manusia dengan

berbahagia. Sebagai wadah manusia untuk hidup dan beraktivitas,

arsitektur juga memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia.

Maka dengan demikian arsitektur juga berkemampuan untuk

berkomunikasi dengan manusia dan lingkungannya. Arsitek

Mangunwijaya mengungkapkan bahwa arsitektur punya guna dan citra.

Citra itu disampaikan dalam bahasa pesan dan kesan arsitektur pada

lingkungannya.

Perkembangan arsitektur sejalan dengan perkembangan perbedaan

manusia dari periode ke periode berikutnya. Dimana manusia

Page 76: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

56

membutuhkan ruang sebagai wadah kegiatan hidup dengan aman, nyaman,

bermanfaat, dan dapat memberikan kenikmatan, dan rasa kebahagiaan.

Arsitektur selalu berkembang sejajar dengan perkembangan kota,

walau periodisasi perkembangannya tidak selalu sama. Hal ini

dimungkinkan karena perkembangan arsitektur mempunyai gaya

tersendiri yang tidak selalu sama dengan perkembangan kota. tampilan

bangunan bisa dibuat bebas, bila bangunan tersebut memang dibuat untuk

menunjukkan kemajuan, kejayaan atau identitas dari manusia masa kini.

Tampilan bangunan dibuat seadanya, tidak mewah karena keterbatasan

material yang dipakai, apalagi bila berhubungan dengan lokasi yang segala

sesuatunya terbatas.

Dengan demikian ditunjukkan bahwa arsitektur seharusnya

disesuaikan dengan kebutuhan, siapa pemakainya, dimana tempatnya dan

dalam kondisi yang bagaimana ia didirikan.

Dengan begitu arsitektur humanisme yang kaitannya dengan

kehidupan manusia sebagai penghuni sebuah karya arsitekturnya memiliki

ciri - ciri sebagai berikut:

a) Arsitektur yang menempatkan manusia sebagai subyek terpenting

selain desain dan lingkungan sekitarnya, menempatkan manusia

sebagai penentu seluruh kebijakan dalam melindungi alam dan juga

teknologi untuk kebaikan manusia dan alam.

b) Arsitektur sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia baik

individu maupun dalam komunitasnya.

c) Arsitektur sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dalam konteks

ber kemanusiaan sebagai korban masalah lingkungan, korban

perang, globalisasi dan keterpurukan ekonomi.

d) Arsitektur sebagai dalam hal perubahan peran manusia dan arsitek

yang melindungi alam dan membantu menciptakan kualitas hidup

yang berkesinambungan.

e) Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Prioritas yang

diberikan pada penghuni bangunannya untuk memberikan

Page 77: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

57

keseimbangan antara desain, alam dan manusia yang sebagai

penghuni bangunan.

f) Tidak ada yang absolute dalam karya arsitektur. Tidak ada satu gaya

yang terbaik yang bisa dipakai. Semua mempunyai posisi dan

kesempatan yang sama untuk dipakai asalkan adanya keseimbangan

desain dan fungsi huniannya.

2.5.3 Fungsi Arsitektur Humanisme

Permasalahan yang dihadapi oleh alam, kemanusiaan, teknologi,

globalisasi dan ekonomi, semuanya berpusat kepada manusia. Manusialah

yang merusak alam dengan mendirikan bangunan - bangunan tanpa

mengindahkan alam atau menjaga kelestariannya. Manusialah yang suka

berperang, menjajah dan melukai sesama manusia hingga mengakibatkan

penderitaan manusia lainnya. Manusia pula yang menciptakan teknologi

serta memanfaatkannya untuk keperluannya. Teknologi yang dibuat

tersebut merusak alam, manusia pula yang menata dunia dalam aturan

globalisasi tanpa melihat kekhususan atau perbedaan masing - masing

belahan dunia hingga mengakibatkan dampak yang kurang baik pada

ekonomi dan budaya.

Untuk mendapatkan fungsi humanisme dalam arsitektur yang

sesuai dengan kondisi saat ini diperlukan kebutuhan manusia dengan

permasalahan atau tantangan yang dihadapi manusia saat ini. Kaitan

manusia dengan arsitektur dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi

manusia sebagai tokoh yang mengerjakan arsitektur, dalam hal ini adalah

arsitek dan sisi yang lain yaitu pihak yang dilayani oleh arsitek dengan

arsitekturnya dan yang tidak dilayani namun turut merasakan dampak

keberadaan arsitektur tersebut. Pembahasan ini juga langsung melihat

manusia dari kedua isi tersebut.

Berkaitan dengan fungsi pertama, dalam pemenuhan kebutuhan

manusia sebagai pribadi, berhubungan dengan kualitas manusia sendiri.

manusia memerlukan wadah yang berkualitas agar hidupnya juga

Page 78: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

58

berkualitas. Manusia dengan intelegensia dan kreativitas yang tinggi,

memerlukan pengesahan atas kemampuannya dalam bentuk wadah yang

representatif dan sesuai kebutuhan pribadi mereka. Dengan begitu

arsitektur humanismeyang berperan dalam menjaga kualitas manusianya

yang sebagai penghuni suatu bangunan.

Fungsi arsitektur humanisme yang kedua, sebagai wadah

komunitas atau masyarakat akan mengikuti keinginan dari berbagai

kelompok masyarakat yang masing - masing mempunyai karakteristik

sendiri sesuai budaya masing - masing. Keberadaan kelompok kaya dan

kelompok miskin akan mempengaruhi pola dan perilaku mereka dalam

meningkatkan kualitas hidup mereka. Arsitektur humanisme sendiri

mewadahi komunitas masyarakat tersebut dengan memeberikan

keseimbangan dalam kehidupan sehari-harinya.

Fungsi arsitektur humanisme yang ketiga dalam konteks

kemanusiaan sebagai korban masalah lingkungan, menunjukkan dimensi

lain yang tidak hanya berada di dimensi kaya dan miskin. Manusia yang

terkena bencana akibat alam yang marah atau akibat perang bisa jadi bukan

berasal dari golongan miskin. Dalam kondisi seperti saat ini, arsitektur

humanisme sangat berperan dalam memberikan kebutuhan yang layak dan

nyaman untuk hunian manusianya.

Fungsi arsitektur humanisme yang keempat yaitu memposisikan

konsep pelindung atau penjaga alam. Manusia yang tinggal didalamnya

dituntut untuk terlibat dalam penjagaan terhadap kelangsungan alam

sekitar agar tetap baik terjaga.

2.5.4 Arsitektur Humanisme di Indonesia

a. Kali Code

Pendekatan arsitektur humanisme memiliki pengertian

pendekatan arsitektur yang menempatkan manusia sebagai subyek

terpenting selain desain dan lingkungan sekitarnya, menempatkan

manusia sebagai penentu seluruh kebijakan dalam melindungi alam dan

Page 79: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

59

juga teknologi untuk kebaikan manusia dan alam. Di Indonesia sendiri

memiliki bangunan arsitektur dengan pendekatan arsitektur humanisme

yang masih sedikit ditemukan namun tetap ada, diantaranya adalah

desain bantaran pinggir Kali Code di Yogyakarta yang didesain oleh

arsitek Romo YB Mangunwijaya.

Gambar 2.13 Kali Code dahulu Sumber : http://membacaruang.com

Arsitektur adalah adalah ruang tempat hidup manusia dengan

berbahagia. Sebagai wadah manusia untuk hidup dan beraktivitas,

arsitektur juga memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia.

Maka dengan demikian arsitektur juga berkemampuan untuk

berkomunikasi dengan manusia dan lingkungannya. Beliau

mengungkapkan bahwa arsitektur punya guna dan citra. Citra itu

disampaikan dalam bahasa pesan dan kesan arsitektur pada

lingkungannya.

Humanisme dengan fokus jati diri manusia yang abu - abu, tidak

hitam-putih, masih perlu terus dikembangkan. Tidak mudah memang

sebab masih berkembang subur kultur budaya feodalisme yang telanjur

mendarah daging, pencampuradukan ”milikku” dan ”milik negara”

warisan feodalisme khas Jawa maupun warisan sebagai bangsa terjajah.

Page 80: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

60

Memang, walaupun belum terjabar luas, Romo Mangun menawarkan

konsep manusia humanis dengan istilah manusia Pasca-Indonesia, Pasca-

Nasional, Pasca-Einstein.

Romo YB Mangunwijaya atau yang dikenal dengan Romo

Mangun, yang dikenal banyak kalangan sebagai tokoh yang sangat dekat

dengan wong cilik ini melekat kuat dalam ingatan masyarakat

Yogyakarta, Pemikiran beliau tentang kebenaran dan keindahan yang

tidak bisa dipisahkan, tentang nasionalisme yang luas tak berbatas, serta

sikapnya yang rendah hati, membuat Romo Mangun akrab dikenal

sebagai sosok yang mengutamakan nilai - nilai humanisme khususnya

kaum bantaran pinggir Sungai Code. Bagaimana tidak, Romo Mangun

adalah sosok yang berhasil mengubah wajah buram permukiman

bantaran Sungai Code, khususnya di sebelah selatan Jembatan

Gondolayu, menjadi permukiman yang lebih layak dan tertata dengan

pendekatan arsitektur humanisme.

Gambar 2.14 Kali Code Sekarang

Sumber : http://membacaruang.com

Page 81: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

61

Sekitar tahun 1980-an wilayah tersebut merupakan rumah - rumah

bambu yang kumuh dan tidak tertata. Pada pertengahan tahun 1980-an,

Romo Mangunwijaya bersama para mahasiswa dan relawan kemudian

menata kawasan pemukiman. Warga tetap boleh menempatinya. Rumah

- rumah ditata dengan baik mengikuti kontur alam di tempat itu. Romo

Mangun juga membuat fasilitas umum seperti tempat MCK, sumur dan

tempat pertemuan warga. Tempat pertemuan warga di tengah - tengah

pemukiman itu sampai sekarang masih tetap seperti aslinya. Konstruksi

rumah tidak mengalami perubahan namun hanya dicat ulang pada tiang

dan dindingnya.

Gambar 2.15 Rumah di Kali Code

Sumber : http://membacaruang.com

Page 82: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

62

Jalan menuju rumah warga ditata mengikuti kontur tanah sehingga

tampak berundak-undak dan berkelok. Di bantaran Kali Code sudah

dibangun tanggul di kanan kiri. Di pinggir tanggul berfungsi sebagai jalan

setapak memanjang ke arah selatan. Di pinggir jalan tersebut juga ditanami

aneka pohon perindang dan penerangan lampu di sepanjang pinggir

sungai. Pada tahun 2015, rumah - rumah yang ada di Kampung Code dicat

dengan warna - warni sehingga menyerupai perkampungan di Rio de

Janeiro, Brazil. Bila melihat dari atas jembatan Gondolayu ke arah sisi

timur akan kelihatan meriah dengan cat warna - warni dibagian atap dan

dinding rumah.

Gambar 2.16 Kali Code

Sumber : http://membacaruang.com

b. Gereja Maria Assumpta, Klaten

Bangunan gereja Maria Assumpta karya Y. B. Mangunwijaya

yang terletak di Klaten, Jawa Tengah adalah salah satu contoh karya

arsitektur yang berinkulturasi dengan budaya setempat. Y. B.

Mangunwijaya dikenal sebagai arsitek yang memperhatikan dengan teliti

aspek identitas pada karya-karyanya. Setiap penggunaan elemen

ruangnya yang digunakan secara fungsional, diusahakan untuk juga

memiliki makna yang dapat dicerna dan sesuai dengan penggunanya.

Page 83: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

63

Gambar 2.17 Gereja Maria Assumpta

Sumber : http://www.paroki-klaten.org

Sebagian orang memaknai bentuk bangunan gereja ini sebagai

burung yang sedang membentangkan sayap. Sebagian lagi juga melihat

simbol - simbol pohon kehidupan pada relief dinding luarnya. Lebih jauh

lagi ternyata kolom tengah adalah bagian dari saka guru (simbol jawa).

Di dalamnya sangat banyak komponen bangunan dengan berbagai

makna. Bangunan ini sungguh kaya dari segi bentuk dan pemaknaannya.

Bentuk bangunan keseluruhan adalah persegi panjang yang

terbagi menjadi dua buah bujur sangkar dengan salah satu sisi terpotong,

jadi seperti huruf L. Alur sirkulasi dimulai dari halaman depan gereja,

dilanjutkan ke dalam menuju sebuah inner court yang dikelilingi oleh

selasar. Layout ruang berpola simetris. Pada bentuk bujur sangkar utama

layout simetris memiliki as diagonal dengan altar pada satu sisinya,

sedangkan bujursangkar kedua terbagi dua dengan as membelah sisi yang

berhadapan.

Page 84: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

64

Bentuk layout simetris ini memiliki makna kestabilan, sifat dapat

diandalkan, ketenangan, dan kekokohan yang merupakan sifat - sifat

perlindungan yang dicari oleh manusia dalam agama.

Gambar 2.18 Gereja Maria Assumpta

Sumber : http://www.paroki-klaten.org

Bentuk simetris juga terdapat pada atap bangunan. Atap gereja

berbentuk pelana atau tenda yang terdiri dari beberapa atap mengikuti

masing - masing ruang dibawahnya. Atap ini didukung oleh tiang-tiang

utama (soko guru) dengan bentuk dan dimensi yang berbeda. Bentuk

ujung atap yang mengerucut ke atas menyimbolkan citra gunungan,

dalam tradisi Jawa berarti penghayatan kepada yang tinggi atau yang

berada di atas. Gunungan juga dipakai pada awal dan akhir pertunjukan

wayang kulit, yang mewakili alam semesta.

Selain itu secara metafora, bentuk atap dengan ujung mencuat ini

dapat juga diartikan sebagai posisi tangan yang tertangkup ketika berdoa.

Sedangkan pada pertemuan ceiling terdapat bentuk kubus - kubus yang

saling bersilangan yang tampak seperti posisi jari - jari tangan yang

tertangkup.

Page 85: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

65

Sistem penghawaan pada bangunan adalah sistem penghawaan

alami, dimana pada beberapa sisi bangunan tidak dibuat dinding,

melainkan dibiarkan terbuka. Konsep bangunan yang terbuka ini sesuai

dengan konsep rumah orang Jawa yang pada dasarnya bersahabat dan

membuka diri terhadap alam tropis (bersifat makrokosmos). Untuk

memisahkan area luar dengan dalam, dibuat tembok berlubang-lubang

pada beberapa tempat, yang berbatasan langsung dengan taman dalam

dan kolam. Pada dinding dan langit - langit gereja, Romo Mangun

membuat celah - celah untuk membiarkan cahaya matahari masuk untuk

lebih memperkuat kesan sakral serta membantu penghayatan spiritual

umat yang datang berdoa disini.

Gambar 2.19 Gereja Maria Assumpta

Sumber : http://www.paroki-klaten.org

2.6. Studi Banding

2.6.1 Rusun Kaligawe Semarang

Rusun Kaligawe ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah

sebagai tempat tinggal bagi masyarakat menengah kebawah yang ada di

Kota Semarang. Rusun ini terdiri dari tujuh blok namun serta merta

bangunan dibangun tidak sekaligus, akan tetapi dibangun secara bertahap.

Awal mula bangunan yang dibangun adalah blok A, B dan C yaitu pada

Page 86: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

66

tahun 2002. Bangunan blok rusun ini dahulu rencana awal akan

diperuntukan untuk masyarakat yang terkena gusuran yang diakibatkan

oleh penggusuran tol yang ada di Kota Semarang, Rusun ini lama tidak

ditempati, dikarenakan bangunan yang lama selesai dibangun serta warga

yang susah untuk tinggal di rusun, baru tahun 2009 warga mulai

menempati rusun Kaligawe ini. Dan warga yang berbondong pindah di

Rusun Kaligawe ini adalah warga kampung PDI.

Gambar 2.20 Rusun Kaligawe Semarang

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Dan ditahun 2009 ini juga blok tambahan D, E, F dan G dibangun

untuk memenuhi kuota tambahan untuk warga Semarang di tahun

selanjutnya untuk tinggal dirusun ini. Tepatnya di tahun 2010 ke empat

blok rusun ini dihuni oleh warga yang terkena penggusuran, seperti di

waduk Jatibarang dan warga penggusuran banjir kanal di Kota Semarang

serta beberapa warga yang terkena longsoran di Trangkil, Gunung Pati.

Page 87: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

67

Gambar 2.21 Rusun Kaligawe Semarang

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

1) Lokasi Rusun Kaligawe Semarang

Gambar 2.22 Rusun Kaligawe Semarang

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Rumah susun sederhana sistem sewa rusun Kaligawe

berada di Jalan Sawah Besar XIII, kelurahan Kaligawe, kecamatan

Page 88: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

68

Gayamsari Kota Semarang. Dibangun di atas lahan seluas ± 5 hektar

milik Pemerintah Kota Semarang. Rusun ini letaknya sangat setrategis

karena lokasinya yang berdekatan dengan pasar Gayamsari dan Jalan

Raya Kaligawe. Dalam hal ini lokasi sangatlah membantu penghuni

rusun dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 2.23 Lokasi Rusun Kaligawe Semarang

Sumber : https://www.google.co.id/maps

2) Kondisi Rusun Kaligawe Semarang

Rusun Kaligawe ini terdiri dari 7 blok (A, B, C, D, F, dan G)

dengan total unit hunian 672 unit ( 1 blok = 96 unit). Khusus untuk blok

A, B, dan C terdiri dari 4 lantai dengan lantai dasar sebagai unit usaha

dan tempat parkir, setiap lantainya terdapat 32 unit rumah. Sedangkan

untuk blok D, E,F, dan G terdiri dari 5 lantai dengan lantai dasar

digunakan sebagai unit usaha dan tempat parkir, setiap lantainya

Page 89: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

69

terdapat 24 unit rumah dan setiap unitnya adalah satu KK. Rusun

Kaligawe ini terdiri dari 2 tipe rumah, yaitu tipe 21 dengan ukuran luas

rumah 3 m x 6 m dan ditempatkan di blok A, B, dan C. dan yang kedua

tipe 24 dengan ukuran luas rumah 4 m x 6 m dan ditempatkan pada blok

D, E, F, dan G.

Gambar 2.24 Rusun Kaligawe Semarang

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Walapun disini rumah susun namun tetap adanya pembagian RT dan

RW didalam rumah susun ini. Setiap RT terdiri dari 48 unit atau dua lantai

dan untuk satu RW-nya terdiri dari tiga blok. Dalam setiap unit rusun

terdapat juga selasar yang menghubungkan antara unit yang lain sehingga

warga penghuni tetap saling bersosialisasi antar tetangga ataupun antar RW.

Gambar 2.25 Rusun Kaligawe Semarang Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 90: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

70

3) Sosial Ekonomi Penghuni Rusun Kaligawe Semarang

Tujuan dibangunnya Rusun Kaligawe ini adalah diperuntukkan

kepada para pekerja atau pun kaum buruh yang berpenghasilan rendah.

Terlebih khusus lagi bagi mereka yang terkena normalisasi Kaligarang.

Dengan penghasilan rendah diharapkan mereka tetap memiliki

kesempatan tinggal di tempat yang teduh dengan sewa yang terjangkau.

Masyarakat yang tinggal di Rusun Kaligawe Semarang ini

mayoritas adalah warga berpenghasilan menengah kebawah dengan

mata pencaharian rata - rata sebagai buruh diwilayah kota Semarang

sendiri. Mereka juga yang tinggal mayoritas bukan warga situ asli,

mereka adalah para warga Semarang dan sekitarnya yang tidak

memiliki rumah tinggal tetap.

Untuk sosial ekonomi masyaraktnya sendiri mereka tinggal

dirusun kaligawe ini dikarenakan juga dekatnya lapangan pekerjaan

dengan rusun ini. Dengan kepemilikan rusun yang hanya bisa disewa

dengan harga yang terbilang murah mereka mendapatkan fasilitas yang

cukup memadai dan terawat. Kebanyakan mereka mengaku betah

tinggal dirumah susun seiring berjalannya waktu walaupun pola pikir

dari mereka ada yang berubah dengan perbedaan hunian dari

sebelumnya horizontal ke vertikal itu sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Rusun Kaligawe sendiri

masih tetap menjalankan kehidupan bermasyarakat selayaknya

dikampung - kampung atau permukiman horizontal lainanya, salah

satunya masih terdapat pengajian, arisan, kegiatan PKK, kegiatan

kepemudaan, kerja bakti, perayaaan kemerdekaan dan masih banyak

lagi.

Page 91: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

71

Gambar 2.26 Halaman Depan Rusun Kaligawe Semarang

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Selain itu adat dan tradisi juga masih dijalankan secara rutin

maupun yang direncanakan, salah satunya yang masih dijalankan

adalah dengan adanya resepsi pernikahan, aqiqah, perayaan keagamaan

dan masih banyak lagi lainnya.

4) Sarana dan Prasarana Rusun Kaligawe Semarang

Rusun Kaligawe ini sendiri memiliki sarana dan prasaran

ataupun fasilitas yang terbilang cukup lengkap untuk sebuah rumah

susun. Beberapa fasilitas yang disediakan diantaranya adalah;

1) Area Parkir

Area parkir di Rusun Kaligawe Semarang ini cukup

memadai dengan adanya parkiran motor yang sangat luas yang

berada disepanjang dilantai satu, terdapat parkiran motor penghuni

dan pengunjung. Selain itu terdapat parkiran mobil yang berada di

samping bangunan gedung.

Page 92: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

72

Gambar 2.27 Area Parkir Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

2) Taman Bermain

Taman bermain di Rusun Kaligawe ini cukup luas untuk

penghuni Rusun Kaligawe atau pengunjung lain. Karena di taman

tersebut juga ternyata banyak pengunjung dari luar rusun untuk

sekedar bermain. Ditaman ini terdapat playground untuk anak -

anak dengan berbagai macam jenis permainan.

Gambar 2.28 Taman Bermain Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 93: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

73

3) Hutan Kota

Hutan kota di Rusun Kaligawe ini terbilang baru, hanya

beberapa pohon yang baru ditanam untuk menciptakan keasrian

lingkungan hijau di area rusun ini.

Gambar 2.29 Hutan Kota Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

4) Fasilitas Olahraga

Fasilitas olahraga di area Rusun Kaligawe ini cukup untuk

penghuni rusun berolahraga. Di area ini terdapat sebuah lapangan

futsal dan lapangan bola voli.

Page 94: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

74

Gambar 2.30 Fasilitas Olahraga Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

5) Pos Ronda atau Jaga

Di masing - masing blok bangunan Rusun Kaligawe ini

terdapat Pos Ronda atau jaga untuk tiap - tiap blok untuk menjaga

dan mengamankan barang berharga terutama sepeda motor yang

terdapat diparkiran.

Gambar 2.31 Pos Ronda atau Jaga Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 95: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

75

6) Ruang Pengelola

Ruang pengelola sendiri digunakan untuk pengelola rusun

dalam memantau lingkungan rusun kaligawe ini.

Gambar 2.32 Ruang Pengelola Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

7) Madrasah dan Mushola

Madrasah dan Mushola di Rusun Kaligawe ini terdapat di

satu ruangan, untuk bergantian digunakan untuk mengaji dan

sholat berjamaah.

Gambar 2.33 Madrasah dan Mushola Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 96: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

76

8) PAUD

Di tempat Rusun Kaligawe ini juga terdapat tempat pra

pendidikan berupa PAUD untuk anak - anak belajar dan

bersosialisasi.

Gambar 2.34 PAUD Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

9) Toilet Umum

Fasilitas toilet umum digunakan ketika ada pengunjung

maupun tamu di Rusun Kaligawe ini setiap waktu.

Gambar 2.35 Toilet Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 97: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

77

10) Ruang Serba-guna

Di ruang seba guna ini biasanya para penghuni rusun

melakukan acara bersama baik itu yang sifatnya hajatan, kematian

maupun ketika ada sosialisasi dari pemerintah setempat.

Gambar 2.36 Ruang Serba-guna Rusun Kaligawe

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

Page 98: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

153

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar

Gambar 5.1 Konsep Dasar Arsitektur Humanisme

Sumber : Analisis Penulis 2017

Arsitektur adalah objek budaya dan juga merupakan hasil karya manusia yang

mewadahi aktivitas – aktivitas manusia secara umum. Dalam implementasinya

harus melengkapi permasalahan sosial masyarakatnya berikut perilaku yang timbul

didalam lingkingannya. Karya arsitektur akan bermakna apabila karya itu dapat

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seringkali suatu karya hanya dinilai dari segi

keindahan, estetika, dan perasaan. Akan tetapi masih jarang suatu karya arsitektur

Page 99: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

154

dinilai berdasarkan kebutuhan bertingkat manusia, sosial-masyarakat dan

lingkungannya.

Di dalam suatau bangunan manusialah yang harus diperhitungkan, ketika

bangunan telah menjadi tempat (ruang arsitektural) barulah manusia menjadi titik

pusat. Karena itulah manusia menjadi persoalan pokok ketika terbentuk, persoalan

manusia harus menjadi studi yang harus diselesaikan.

Kehadiran realitas dan konteks di sekitar eksistensi manusia menjadikan

pertalian antara arsitektur dan humanisme mendapat tempatnya. Menurut

Mangunwijaya (1988:9), “..Menurut Y.B. Mangunwijaya, arsitektur adalah media

untuk memanusiakan manusia. Keberadaan arsitektur sangatlah dekat dan berkait

dengan nilai-nilai, bukan sekadar bangunan wadag. Nilai-nilai kemanusiaan yang

dianyam merupakan suatu totalitas, serta berkait dengan banyak aspek sejak tahap

gagasan desain sampai dengan perwujudan bahkan penggunaannya nanti…”.

Secara umum, konsep Humanisme dalam Arsitektur mengambil dua

pendekatan. Pertama, menggunakan dan memberdayakan setiap elemen pembentuk

arsitektur dalam rangka mencapai pemaknaan akan nilai kemanusiaan. Disini,

setiap kualitas fisik, teknik dan bahasa arsitektur diberdayakan.

Kedua, pendekatan konsep ini merujuk pada manusia sebagai pemakai dari

objek arsitektur, baik dalam kapasitasnya secara pribadi maupun kolekitif. Disini,

manusia tidak hanya sekedar ditinjau sebagai pengguna, tapi secara umum melalui

hakekatnya sebagai manusia dalam sosial masyarakat dilingkungannya yang

selanjutnya akan mempengaruhi output perencanaan dan perancangan.

Page 100: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

155

5.2 Konsep Perencanaan Tapak

5.2.1 Aksesibilitas

a. Konsep Aksesibilitas Makro

Gambar 5.2 Konsep Aksesibilitas Makro

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 101: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

156

b. Konsep Aksesibilitas Mikro

Gambar 5.3 Konsep Aksesibilitas Mikro

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 102: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

157

5.2.2 Lingkungan

a. Konsep Lingkungan Makro

Gambar 5.4 Konsep Lingkungan Makro

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 103: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

158

b. Konsep Lingkungan Mikro

Gambar 5.5 Konsep Lingkungan Mikro

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 104: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

159

5.2.3 Penanganan Penurunan Tanah

Gambar 5.6 Konsep Penanganan Penurunan Tanah

Sumber : Analisis Penulis 2017

Dalam hal ini penanganan penurunan tanah menggunakan cara

peninggian tanah pada site dengan pengurugan tanah, kemudian akan ada

lavel tanah yang berbeda-beda dengan penahan menggunakan talut.

Dengan ketinggian tanah yang berbeda-beda ini diharapkan akan

meminimalkan penurunan tanah yang terjadi. Selain itu lahan kosong

yang lainnya aka digunakan sebagai embung penampung air (daerah

peresapan air) dan akan dijadikan hutan bakau yang wilayahnya palaing

dekat dengan pantai.

Page 105: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

160

5.2.4 Penanganan Banjir

Gambar 5.7 Konsep Penanganan Banjir

Sumber : Analisis Penulis 2017

Dalam hal ini penanganan banjir menggunakan banyak cara,

diantaranya :

1. Akan dilakukan peninggian lahan bangunan pada site yang akan

dibangun serta penggunaan bangunan panggung pada kampung

vertikal.

2. Penggunaan lavel tanah dan penampung air ataupun embung

diwilayah yang terkena relokasi serta adanya penghijauan lahan.

3. Normalisasi sungai yang ada dan nantinya air kotor ataupun air

banjir akan dipompa atau dialirkan ke sungai ataupun ke embung.

Page 106: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

161

5.3 Konsep Teknis

5.3.1 Konsep Sistem Struktur

a. Upper Structure

Upper structure atau struktur bagian atas bangunan dalam

konsep bangunan kampung vertikal ini struktur bagian atas bangunan.

Sistem struktur pada bagian ini dapat berupa sistem konvensional

untuk grid bangunan dengan bentang kecil.

Dalam hal ini, sistem rangka atap yang digunakan adalah

sistem rangka atap miring, atap dak atau beton bertulang dan atap

pelana. karena mengingat bangunan yang vertikal, selain itu juga

dengan sistem rangka ini bertujuan efisiensi penggunaan material.

Gambar 5.8 Penggunaan Atap

Sumber : Dokumentasi Penulis 2017

b. Mid Structure

Sistem struktur yang dipilih adalah struktur rangka kaku.

Struktur rangka ini, dipilih karena sistem ini lebih fleksibel dan mudah

dipadukan dengan struktur yang lain. Sistem struktur ini terdiri dari

kolom dan balok yang bekerja saling mengikat satu dengan yang

lainnya. Kolom sebagai unsur vertikal yang bertugas menerima beban

dan gaya, sedangkan balok sebagai unsur horizontal media pembagi

beban dan gaya. Sistem ini biasanya berbentuk pola grid persegi.

Dengan keterpaduan rangka spasial yang bergantung pada kekuatan

kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom

menjadi penentu pertimbangan rancangan.

Page 107: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

162

Gambar 5.9 Struktur Rangka Kaku

Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com

Sedangkan pada struktur lantai menggunakan struktur lantai

grid floor system karena plat lantai ini lebih tipis dibandingkan dengan

struktur lantai yang lain. Sistem ini mempunyai balok-balok yang

saling bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas

yang tipis.

Page 108: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

163

Gambar 5.10 grid floor system

Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com

c. Sub Structure

Adapun Sub Structure yang dipilih untuk bangunan kampung

vertikal ini adalah penggunaan pondasi mini pile. Pemakaian pondasi

ini dipergunakan apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak

mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk

memikul berat bangunan dan beban diatasnya, dalam hal ini tanah

yang berada di Kelurahan Bandarharjo memiliki karakteristik tanah

yang sering tergenang banjir air rob mengakibatkan genangan terus

menerus membuat tanah menjadi berawa. Dari alasan itulah maka

dalam mendesain digunakan pondasi mini pile.

Selain menentukan jenis pondasi mini pile yang paling tepat,

masalah tanah rawa yang labil ini juga bisa diatasi dengan

memperluas ukuran pondasi dan memperbaiki karakteristik dari tanah

tersebut. Metode perbaikannya bisa dilakukan dengan

mengaplikasikan proses elektrokinetik sehingga kadar tanah menurun

Page 109: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

164

dan daya dukung tanah pun bakal meningkat. Dengan demikian secara

otamatis daya dukung pondasi juga turut naik dan stabil.

Gambar 5.11 Pondasi Mini Pile

Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com

5.4 Konsep Kinerja

5.4.1 Konsep Sistem Transportasi Vertikal

Sistem transportasi dibutuhkan pada bangunan kampung vertikal

diperlukan transportasi vertikal yaitu berupa tangga dan ramp. Tangga

merupakan alat transportasi vertikal yang digunakan untuk

menghubungkan antara zona vertikal yang mempunyai keefektifan

penggunaan hingga 4 lantai. Nantinya pada kampung vertikal ini akan

Page 110: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

165

menggunakan tangga dengan dua jenis tangga yaitu tangga darurat dan

tangga utama dengan contoh standar ukuran sebagai berikut :

Gambar 5.12 Tangga

Sumber : http://www.flat-living.co.uk/

Ramp merupakan alat transportasi vertikal seperti tangga, akan

tetapi fungsi ramp lebih universal karena dapat diapakai oleh pengguna

siapapun termasuk penyandang disabilitas. Sudut kemiringan ramp

adalah 10o (standar 15o) dengan panjang tidak lebih dari 900 meter. Lebar

ramp minimal 95 cm tanpa tepi pengaman, bila dengan tepi pengaman

lebarnya 120 cm. Nantinya ramp digunakan untuk mobilitasi bagi kaum

diffabel.

Page 111: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

166

Gambar 5.13 Ramp

Sumber : Sumber : www.Pinterest.com/

5.4.2 Konsep Sistem Elektrikal

Ditinjau sistem jaringan listrik eksisting sekitar site, bangunan

kampung vertikal ini menggunakan jaringan listrik sendiri yang

bersumber dari PLN. Untuk lebih mempermudah sistem jaringan listrik,

maka pada bangunan menggunakan satu titik sentral untuk melayani

penyediaan listrik setiap unit kamar penghuni. Sumber yang digunakan

berasal dari PLN.

Page 112: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

167

Gambar 5.14 Jaringan Listrik

Sumber : Analisis Penulis 2017

Selain menggunakan PLN, penggunaan energi listrik juga

berasal dari energi yang bisa diperbaharui yaitu menggunakan panel

surya. Selain nantinya bisa menghemat biaya listrik namun juga

memberikan hemat energi pada bangunan. Nantinya panel surya ini akan

diletakkan pada luar landsakpe terutama lampu penerangan jalan.

Gambar 5.15 Sistem Panel Surya

Sumber : Sumber: http://kelas-fisika.com

Untuk perhitungan standar kebutuhan listrik kampung vertikal

ini Berdasarkan SNI, 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Dari uraian standar tersebut bahwa

konsumsi listrik minimum tiap hari 450 watt per orang untuk hunian dan

konsumsi listrik fasilitas umum 40 % dari total konsumsi hunian.

Jika Jumlah total KK 1020 dengan 1 KK rata-rata terdapat 4

orang maka konsumsi listriknya perhari sebagai berikut :

Konsumsi Listrik (KL):

KL 1 KK = 4 x 450 watt/hari

= 1800 watt/hari

PLN Main

Panel

Sub

Main

Genset

Sub main

panel power

Panel

distribusi

Ac,

lampu

panggun

ATS

Page 113: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

168

= 1,8 Kwh/hari

= 54 Kwh/bulan

KL Total KK = 1020 x 54 Kwh/bulan

= 55.080 Kwh/bulan

Jika konsumsi listrik fasilitas umum 40 % dari total konsumsi

hunian maka : 40 % x 75.060 Kwh/bulan = 30.024 Kwh/bulan.

Jadi total konsumsi listrik bulanan dikampung vertikal adalah :

55.080 Kwh/bulan + 30.024 Kwh/bulan = 185.104 Kwh/bulan.

5.4.3 Konsep Sistem Jaringan Air Bersih

Sumber air bersih bangunan kampung vertikal ini berasal dari

PDAM Kota Semarang, penggunaan air PDAM ini cocok di area yang

berdekatan dengan pesisir dikarenakan penggunaan air sumur yang ada

di pesisir laut tercemar oleh air laut sehingga air berasa asin dan tidak

sehat. Penggunaan air bersih PDAM sendiri ditampung di bak

penampung air atau tangki. Tangki ini bisa diletakkan di bawah atau

disebut Sistem Down Feed, yaitu air dipompakan dari bawah ke reservoir

atas, untuk kemudian disalurkan ke outlet air secara gravitasi.

Gambar 5.16 Jaringan Air Bersih

Sumber : Analisis Penulis 2017

Untuk perhitungan standar kebutuhan listrik kampung vertikal ini

berdasarkan SNI 03-7065-2005, Tentang Tata Cara Perencanaan

Plumbing. Dari uraian standar tersebut bahwa konsumsi pemakaian air

bersih penghuni rumah susun minimum tiap hari adalah 100 liter per

orang pada tiap harinya.

Page 114: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

169

Jika Jumlah total KK 1020 dengan 1 KK rata-rata terdapat 4 orang

maka konsumsi pemakaian air bersih perhari sebagai berikut :

Pemakaian Air Bersih (PAB) :

PAB 1 KK = 4 x 100 liter/hari

= 400 liter/hari

PAB Total KK = 1020 x 400 liter/hari

= 408.000 liter/hari

Jadi total konsumsi pemakaian air bersih perhari dikampung

vertikal adalah : 408.000 liter/hari.

5.4.4 Konsep Sistem Rainwater Harvesting

Air hujan yang turun dibangunan kampung vertikal nantinya

tidak langung dibuang ditanah. selain nantinya membantu

meminimalkan banjir. Air hujan yang turun nantinya bisa di olah kembali

dan dimanfaatkan kembali untuk penghuninya. Air ini nantinya akan

ditampung yang kemudian akan di alirkan tank penampung air yang

sebelumnya air ini mengalami penyaringan agar bisa di olah atau

dimanfaatkan kembali, seperti untuk penyiram kloset ataupun untuk

mencuci.

Page 115: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

170

Gambar 5.17 Rainwater Harvesting System

Sumber : Analisis Penulis 2017

5.4.5 Konsep Sistem Jaringan Air Kotor

Air kotor yang dihasilkan bangunan kampung vertikal ini

menggunakan sistem untuk setiap 10 meter saluran air kotor diletaknya

bak kontrol untuk mempermudah perbaikan seandainya terjadi

kebocoran pipa, sedangkan untuk septictank beberapa massa bangunan

akan dijadikan satu agar mudah dalam hal perawatan (maintenance).

Tetapi untuk pembuangan yang berasal dari dapur (kotoran kuliner)

ditampung di bak penampungan diproses melalui proses penyaringan

secara bertahap melalui bak penangkap lemak terlebih dahulu lalu

dibuang ke saluran buang.

Page 116: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

171

Gambar 5.18 Jaringan Air Kotor

Sumber : Analisis Penulis 2017

Untuk perhitungan standar kebutuhan listrik kampung vertikal ini

Total berat basah tinja manusia100-400 gr/hari (Richard dkk, 1980).

Keluaran berupa feses bersama urin dibuang ke dalam septictank.

Sedangkan total air yang digunakan untuk pembilasan urine rata-rata

berkisar 0,4 liter/orang/hari. Total urine yang dihasilkan rata-rata 1

liter/orang/hari, sehingga total keluaran pemisah urine mencapai 1,4

liter/orang/hari.

Jika Jumlah total KK 1020 dengan 1 KK rata-rata terdapat 4 orang

maka total berat basah tinja dan urine perhari sebagai berikut :

Berat Basah Tinja (BBT) :

BBT 1 KK = 4 x 200 gr/hari

= 800 gr/hari

BBT Total KK = 1020 x 800 gr/hari

= 816.000 gr/hari

= 816 kg/hari

Berat Urine (BU):

BU 1 KK = 4 x 1,4 liter/ hari

= 5,6 liter/ hari

Page 117: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

172

BU Total KK = 1020 x 5,6 liter/ hari

= 5712 liter/ hari

Jadi total Berat Basah Tinja perhari dikampung vertikal adalah :

816 kg/hari dan Berat Urine 5712 liter/ hari.

5.4.6 Konsep Sistem Pengolahan Sampah

Sitem pembuangan sampah pada bangunan vertikal ini masih

menggunakan system manual dimana sampah akan dikumpulkan pada

masing – masing penghuni dengan penyediaan tong sampah dengan

perbedaan jenis sampah pada setiap unitnya, kemudian sampah dibuang

lagi pada shaft sampah yang kemudian terkumpul pada bak sampah,

kemudian truk sampah mengambil sampahnya dan kemudian dipilih

mana sampah yang bisa diolah dan sampah yang tidak bias diolah untuk

sampah yang bias diolah akan dibawa di rumah pengolahan sampah

sedangkan yang tidak bisa diolah makan akan dibuang ke TPA Kota

Semarang.

Gambar 5.19 Konsep Pengolahan Sampah

Sumber : Analisis Penulis 2017

Untuk perhitungan jumlah timbunan sampah di kampung vertikal ini

berdasarkan SNI 3242:2008, Tentang Pengelolaan Sampah di

Permukiman. Dari uraian standar tersebut bahwa jumlah timbunan

sampah (liter/orang atau unit/hari adalah 3 liter/orang/hari di kota besar

dan 2,5 3 liter/orang/hari di kota kecil. Sedangkan standar minimal dalam

1 KK terdapat tong sampah minimal berkapasitas 40 liter dan dalam

Page 118: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

173

maksimal waktu 3 hari sampah harus diambil atau dibuang lagi dari

tempat sampah.

Jika Jumlah total KK 1020 dengan 1 KK terdapat 4 orang maka

jumlah timbunan sampah perharinya adalah sebagai berikut :

Timbunan Sampah (TS) :

TS 1 KK = 4 x 3 liter/hari

= 12 liter/hari

PAB Total KK = 1020 x 12 liter/hari

= 12.240 liter/hari

Jadi total timbunan sampah timbunan sampah perharinya di

kampung vertikal adalah : 12.240 liter/hari.

5.4.7 Konsep Sistem Fire Protection

Sistem Fire Protection pada suatu bangunan, diperlukan suata cara

atau sistem yang terorganisir dengan baik dan terbukti keakuratannya.

karena bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian, kerusakan

lingkungan dan terganggunya masyarakat. Sehingga Fire Protection

dibangunan kampung vertikal ini dibuat sesuai standar yang ada di

Indonesia. Sebagaimana system kebakaran ini akan dijelaskan dalam

gambar sebagai berikut :

Gambar 5.20 Fire Protection

Sumber : http://fireprotecosafety.com/services/

Page 119: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

174

Gambar 5.21 Alur Fire Protection

Sumber : Analisis Penulis 2017

5.4.8 Konsep Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir ini sangat penting penggunaanya untuk bangunan

vertikal sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi (earthing

atau ground), termasuk kampung vertikal ini. Nantinya sistem penangkal

petir menggunakan sistem konvensional. Untuk penjelasan penggunaan

sistem penangkal petir, akan dijelaskan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 5.22 Sistem Penangkal Petir

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 120: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

175

5.5 Konsep Arsitektural

5.5.1 Zoning Vertikal

Gambar 5.23 Zoning Vertikal

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 121: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

176

5.5.2 Konsep Gubahan Massa

Gambar 5.24 Proses Konsep Gubahan Massa Kawasan

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 122: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

177

Gambar 5.25 Proses Konsep Gubahan Massa Bangunan

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 123: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

178

5.5.3 Konsep Tatanan Massa dan Sirkulasi

Gambar 5.26 Konsep Tatanan Massa

Sumber : Analisis Penulis 2017

Dalam konsep tatanan massa ini dirancang dengan mengutamakan

kenyamanan penghuni, sehingga nantinya sangat banyak dibutuhkan

ruang luar dengan sirkulasi yang baik. Selain itu Orientasi juga harus

diperhatikan untuk mendapatkan sirkulasi tersebut.

Page 124: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

179

Gambar 5.27 Konsep Tatanan Massa

Sumber : Analisis Penulis 2017

Dalam konsep tatanan massa ini juga harus memperhatikan tampak

bangunan dari berbagai sisi terutama tampak pada bagian jalan utama

dan tampak yang terdekat dengan lingkungannya. Karena tampak ini

menentukan penilaian keindahan bangunan. Ketika tampak bangunan

indah maka akan juga memberikan kenyamanan penghuni sehingga

kesan kumuh akan berganti menjadi bangunan yang bagus dan humanis.

Page 125: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

180

5.5.4 Konsep Sistem Modul Bangunan

a. Modul Vertikal

Dalam konsep sistem modul vertikal bangunan ini nantinya akan

mempunyai 5 lantai bangunan dengan mencakup lantai 1 sebagai ruang

publik (pemanfaatan bangunan panggung) dan selebihnya lantai 2 – 5

digunakan sebagai unit ruang untuk penghuni. Untuk jarak antar antar

lantai dengan lantai atau antar lantai dan plafon adalah 3,6m. Untuk

ukutan antar unit sendiri adalah ukuran 6m x 6m, dengan begitu dengan

luasan dan jarak tersebut maka akan meberikan kenyamanan serta agar

memberikan skala manusia yang pas.

Gambar 5.28 Modul Vertikal

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 126: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

181

b. Modul Horizontal (Tipe Hunian)

Dalam konsep sistem modul horizontal (tipe hunian) bangunan ini

nantinya akan mempunyai satu tipe hunian yaitu tipe M dengan luasan

36 m2 (6 m x 6 m). Tipe yang digunakan nantinya akan dibagi menjadi

beberapa ruang yaitu ruang tamu atau ruang keluarga, WC/toilet, ruang

makan, dapur, kamar tidur utama dan kamar tidur anak. Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat digambar sebagai berikut :

Gambar 5.29 Modul Horizontal (Tipe Hunian)

Sumber : Analisis Penulis 2017

Page 127: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

182

5.5.5 Konsep Arsitekur Humanisme

Dalam perencanaan dan perancangan suatu bangunan harus

memiliki konsep desain yang menjadi acuan dalam menentukan langkah

- langkah perancangan suatu bangunan. Dalam hal ini kampung vertikal

yang akan di desain menggunakan konsep arsitektur humanisme, karena

mengingat wilayah kampung vertikal yang berada diwilayah kumuh dan

ikatan sosialnya yang erat. Dalam hal ini konsep bangunan akan

menjadikan arsitektur untuk ruang tempat hidup manusia yang nyaman

dan berbahagia. Sebagai wadah manusia untuk hidup dan beraktivitas

nanti penghuninya, arsitektur juga memiliki kemampuan untuk

berinteraksi dengan manusia. Dengan demikian konsep bangunan ini

juga berkemampuan untuk berkomunikasi dengan manusia dan

lingkungannya. Butuh manusia (warga Bandarharjo) yang akan

menghuni kampung vertikal terlibat dalam perencanaan desain, maka

konsep membutuhkan data dari warga (wawancara atau kuisioner).

Gambar 5.30 Konsep Arsitektur Humanisme

Sumber: Analisis Penulis 2017

Page 128: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

183

1. Konsep Tribina

Konsep Tribina adalah suatu konsep pendekatan arsitektur yang

mana manusia ditempatkan sebagai pelaku utama (subjek) dan objek

pembangunan. Konsep ini sangat sejalan dengan konsep arsitektur

humanisme dimana manusia sebagai subjek dan objek pembangunan.

Maka dari itu konsep ini sangat baik untuk melanjutkan dari konsep

arsitektur humanisme. Konsep Tribina sendiri mencangkup dari bina

manusia, bina usaha dan bina lingkungan.

Gambar 5.31 Konsep Tribina Sumber: Analisis Penulis 2017

Konsep ini diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan

keswadayaan masyarakat dalam pembangunan kampung vertikal,

pengendalian terhadap sumber daya beralih pengelolaanya kepada

masyarakat penghuninya. Dalam konsep ini masyarakat harus terlibat

dalam proses pengambilan keputusan baik itu dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pemanfaatan serta evaluasi.

a. Bina Manusia

Pada konsep bina manusia itu sendiri dengan memberikan

kenyamanan penghuni kampung vertikal maka harus diberikan unit

ruang yang sesuai dengan standar SNI dan harus memperhatikan

fasilitas didalamnya. Hal ini dikarenakan tidak mudah bagi mereka

berpindah dari hunian horizontal ke hunian vertikal. Dengan

Page 129: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

184

keruangan yang lengkap, diharapkan nantinya mereka akan cepat

beradabtasi.

Gambar 5.32 Konsep Keruangan Interior Bangunan

Sumber: Analisis Penulis 2017

Penggunaan ruang luar sebagai tempat sosialisasi ataupun

tempat sekedar tempat bersantai di kampung vertikal sangatlah

penting dan dibutuhkan. Ini yang membedakan dari hunian vertikal

lain dengan kampung vertikal. Kampung vertikal harus

menyediakan banyak tempat yang dibutuhkan untuk warganya agar

mereka tetap menjaga kekerabatan yang sudah dibangun sejak lama.

Sehingga dari desain ruang luar harus menciptakan atau memberika

ruang bagi mereka untuk tetap bermasyarakat dalam kehidupan

sehari-harinya.

Page 130: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

185

Gambar 5.33 Konsep Keruangan Exterior Bangunan

Sumber: Analisis Penulis 2017

b. Bina Usaha

Dengan konsep bina usaha sendiri nantinya kampung vertikal

ini akan menjadi media peningkatan kwalitas hidup masyarakat.

Baik dalam bidang kemasyaraakatan maupun bidang ekonominya.

Dengan penerapan bangunan vertikal bukan berarti malah

berdampak penurunan kwalitas hidup, seharusnya berdampak positif

bagi perbaikan kwalitas hidup dan ekonominya. Maka dari itu

Konsep bangunan nantinya harus memberikan ruang bagi

masyarakatnya untuk memperbaiki kehidupannya, desain harus

memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik untuk

menunjang ekonomi masyarakat maupun perbaikan lingkungan

bersosialisasi masyarakat. Desain tidak lagi membuat masyarakat

malah menjadi manusuiawi yang individu, harus menjaga sosialisasi

dan kekerabatan diantara masyarakatnya.

Page 131: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

186

Gambar 5.34 Konsep Peningkatan Kwalitas Hidup Masyarakat Sumber: Analisis Penulis 2017

c. Bina Lingkungan

Dalam konsep bina lingkungan sendiri diharapkan lingkungan

kampung vertikal akan menjadikan manusia (penghuninya) menjadi

tempat bersosialisasi dan berinteraksi sesama penghuni yang lebih

baik. Nantinya lingkungan yang dirancang ini akan menggunakan

pembagian area hijau dengan beberapa area terbuka hijau yang

nantinya memiliki fungsi masing – masing. Namun yang lebih utama

fungsi dari area terbuka hijau ini digunakan sebagai area

bersosialisasi tersebut.

Page 132: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

187

Gambar 5.35 Konsep Lingkungan dan Ruang Terbuka Hijau Sumber: Analisis Penulis 2017

2. Konsep Pemindahan Hunian

Pemindahan ataupun relokasi dikampung vertikal ini

menggunakan sistem pemindahan berdasarkan RW dan RT

penghuninya. Data yang ada akan dijadikan patokan pemindahan,

dimana seoarang akan tetap berpenghuni sesuai dengan RT dan RW yang

sebelumnya. Dalam hal ini digunakan untuk tetap menjaga kekerabatan

Page 133: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

188

dalam bertetangga dan dalam bermasyarakat. Untuk data penghuni

berdasarkan RW dan RT sebagai berikut :

Tabel 5.1 Penghuni di Unit Kampung Vertikal

Sumber : Data Kelurahan Bandarharjo 2017

Dalam pemindahan hunian horizontal ke vertikal harus

memperhatikan beberapa hal, diantaranya kenyamanan penghuni,

mempertahankan pola sosial ataupun sosialisasi warga yang telah

terbangun, melibatkan warga mulai dari tahap konsep atau ide awal

bangunan dan yang lebih terpenting harus ada sosialisasi pemerintah

tentang bangunan vertikal yang humanis dan lebih manusiawi dari pada

bangunan kumuh sebelumnya.

No. Pelaku

Kegiatan

Jumlah

RT

Jumlah

Warga

Jumlah

KK

1 Warga RW 01 9

1773 417

7 Warga RW 07 5

917 193

8 Warga RW 08 10

1779 410

TOTAL 24 4469 1020

Page 134: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

189

Gambar 5.36 Konsep Pemindahan Hunian

Sumber: Analisis Penulis 2017

Page 135: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

190

3. Konsep Penerapan Teknologi Bangunan

Gambar 5.37 Konsep Arsitektur Humanisme Penerapan Teknologi

Sumber: Analisis Penulis 2017

Page 136: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

191

Gambar 5.38 Konsep Arsitektur Humanisme Penerapan Teknologi

Sumber: Analisis Penulis 2017

Page 137: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

192

4. Konsep Penerapan Material Bangunan

Gambar 5.39 Konsep Arsitektur Humanisme Penerapan Material

Sumber: Analisis Penulis 2017

Page 138: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

193

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, S. A. 2004. Pengaruh Genangan Banjir Akibat Pasang Air Laut

terhadap Kondisi Lingkungan Permukiman di Bandarharjo. Tesis.

Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Kota

Universitas Diponegoro. Semarang.

Mildan, N. 2009. Kajian Kerentanan Wilayah Kota Semarang terhadap Perubahan

Iklim. Tesis. Program Pascasarjana Megister Teknik Pembangunan

Kota Universitas Diponegoro. Semarang.

Taaluru, S. Y., J. O. Waani, dan F. Warouw. 2015. Kampung Vertikal di

Sindulang: Humanisme dalam Arsitektur. Jurnal Arsitektur DASENG

UNSRAT Manado 4(1): 174—81.

A.S, Moenir. 1995. Managemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara.

Jakarta.

Ali, L. et, al. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta.

Bagus, Lorens.1996. Kamus Filsafat. Gramedia. Jakarta.

Budihardjo, Eko.1998. Jati diri Arsitektur Indonesia. PT Alumni. Bandung.

Dahlan, Alwi. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Daldjoeni. 2003. Geografi Kota dan Desa. Edisi Revisi. PT Alumni. Bandung.

Mahatmanta. 2005. Awal Moderenisasi Kota-kota di Jawa. Dalam Kampung

Menulis Kota. Yayasan Pondok Rakyat. Yogyakarta.

Mansur, Y.M. 1988. Sistem Kekerabatab dan Pola Pewarisan. Pustaka Graika

Kita. Jakarta.

Rachmawati, M. 2010. Humanisme (Kembali) dalam Arsitektur. NALARs 9(1):

103–116.

Wirasatriya, Anindya et al. 2006. Kajian Kenaikan Muka Laut sebagai Landasn

Penanggulangan Rob di Pesisir Kota Semarang. Jurnal Pasir Laut,

1(2) : 31-42.

Page 139: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

194

Kumalasari. 2016. Kampung Nelayan Vertikal Tambak Lorok Semarang. Tugas

Akhir. Semarang : FT Universitas Diponegoro.

Suminar, El Yanno. 2016. Kampung Vertikal Kalianyar dengan Pendekatan

Arsitektur Perilaku. Tugas Akhir. Solo : FT Universitas Sebelas

Maret.

Sutungpol, Niwan. 2013. Kampung Batik Vertikal di Panggunharjo, Sewon,

Bantul. Tugas Akhir. Yogyakarta : FT Universitas Atmajaya.

Zulfahmiddin, Achmad Ricky. 2016. Kampung Nelayan Vertikal di Tegal. Tugas

Akhir. Yogyakarta : FT Universitas Gadjah Mada.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031. 30 Juni 2011. Lembaran

Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14. Semarang.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan.16

Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

41. Jakarta.

Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 Jaminan Kesehatan.18 Januari

2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29.

Jakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/2007 Tentang Pedoman

Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor 28/Prt/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai

Dan Garis Sempadan Danau.

Pusat Bahsa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahsa Indonesia (Edisi Ketiga).

Jakarta : Balai Pustaka.

SNI, 03-7013-2004, Tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah

Susun Sederhana.

SNI 03-7065-2005, Tentang Tata Cara Perencanaan Plumbing.

SNI, 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan.

SNI 3242:2008, Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman.

Page 140: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

195

Perumnas. “Lanjutkan Pembangunan Tower Rumah Susun”.

http://www.perumnas.co.id/lanjutkan-pembangunan-tower-rumah-

susun/ (diakses tanggal 12 Juli 2017)

Ruang. 2016. “Kampung Code”. http://membacaruang.com/5-foto-kampung-code/

(diakses tanggal 17 Juli 2017)

Capitaland. 2010. “The Interlace”. http://www.theinterlace.com/ (diakses tanggal

10 Agustus 2017)

Pemerintah Kota Semarang. “Peta Kota Semarang”.

http://www.semarangkota.go.id/main/mainmenu/48/peta-wilayah

(diakses tanggal 10 Oktober 2017)

UNWAHAS. 2013. “Kontur Muka Air Tanah Kota Semarang”.

https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/ (diakses tanggal 10 Oktober

2017)

Electrcal Knowhow. “Elevator Control System”.

http://www.electrical-knowhow.com/2012/04/elevator-control-

system.html (diakses tanggal 16 Agustus 2017)

Teknik Elektronika. “Pengertian Microphone (Mikrofon) dan Cara Kerjanya”.

http://teknikelektronika.com/pengertian-microphone-mikropon-cara-

kerja-mikrofon/ (diakses tanggal 18 Agustus 2017)

GMS. 2017. “Alat Pemadam Kebakaran / Alat Pemadam Api Ringan (APAR) /

Tabung Pemadam”. http://www.alatpemadamkebakaran.co/alat-

pemadam-kebakaran/ (diakses tanggal 17 September 2017)

Rumah Belajar. “Pola Permukiman Penduduk”.

https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/P

ola-Pemukiman-Penduduk-2008/konten5.html (diakses tanggal 17

September 2017)

Sing Yu. 2016. “Kampung Susun Manusiawi Kampung Pulo”.

https://medium.com/forumkampungkota/kampung-susun-manusiawi-

kampung-pulo-4eb363c74b31 (diakses tanggal 23 September 2017)

Agustinus Mikhael . 2017. “Paroki Santa Maria Assumpta Klaten”.

Page 141: KAMPUNG VERTIKAL DI KELURAHAN BANDARHARJO KOTA …lib.unnes.ac.id/36191/1/5112413014__Optimized.pdf · dengan judul “Kampung Vertikal di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan

196

http://www.paroki-klaten.org/p/blog-page.html (diakses tanggal 23

September 2017)

ilmutekniksipil.com. 2012. “System Struktur Pada Bangunan”.

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-pelaksanaan-

pondasi-batu-kali (diakses tanggal 23 September 2017)

INDOCOMM. 2017. “Apa Itu PABX dan Bagaimana Cara Kerjanya”.

http://www.indocommco.com/artikel/8-apa-itu-pabx-dan-bagaimana-

kerjanya.html (diakses tanggal 25 September 2017)

FPSS. 2015. “Fire Protec Safety Services”. http://fireprotecosafety.com/services/

(diakses tanggal 25 September 2017)

ALKONUSA. 2016. “Yuk Mengenal Jenis – jenis Sanitair Beserta Fungsinya”.

http://www.alkonusa.com/news/yuk-mengenal-jenis-jenis-sanitair-

beserta-fungsinya/ (diakses tanggal 5 November 2017)