kamis, 26 mei 2011 pansel kpk intervensi - ftp.unpad.ac.id · jumlah anggota dpr periode 1999-2004...

1
4 P OLKAM AKHMAD MUSTAIN P ANITIA Seleksi (Pan- sel) pimpinan Komisi Pemberantasan Korup- si (KPK) diharapkan mampu menjaga independensi dan meminimalisasi inter- vensi. “Yang paling penting ba- gaimana mereka bisa memilih dan tidak tunduk pada inter- vensi luar,” ujar Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widoyoko di Jakarta, kemarin. Danang menegaskan, ko- ruptor ialah pihak-pihak yang berkepentingan untuk me- lemahkan KPK. Upaya pele- mahan terbesar KPK ialah melalui upaya sistematis untuk menempatkan pimpinan yang bisa dikontrol. “Mematikan KPK itu kan bu- kan harus membubarkan KPK, tinggal menyimpan pemimpin yang bisa dikompromi,” kata Danang. Karena itu, ia berharap pan- sel melakukan proses seleksi harus melibatkan partisipasi masyarakat dengan keterbu- kaan proses seleksi. Pansel harus memiliki rekam jejak setiap calon pimpinan KPK dan menegaskan kompetensi yang dibutuhkan dari pemimpin KPK. Dari 13 orang yang ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono, 7 di antaranya pernah terlibat dalam pansel pemilihan pengganti Antasari. Mereka yang pernah terlibat adalah Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Rhenald Kasali, Erry Riyana Hardjapamekas, Akhiar Salmi, MH Ritonga, dan Ahmad Ubbe. Danang menanggapi tim yang diisi oleh orang-orang ber- pengalaman itu sudah paham proses pemilihan pemimpin KPK sehingga bisa bersinergi cukup singkat. “Selain itu, ada Erry yang paham KPK,” tan- dasnya. Pada 24 Mei, Presiden Yu- dhoyono telah meneken Kepu- tusan Presiden (Keppres) No- mor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Pansel Calon Pimpinan KPK. Sekretaris Kabinet Dipo Alam, berdasarkan pesan elektroniknya kepada war- tawan, menjelaskan pansel itu dibentuk mengingat masa tugas pimpinan KPK periode 2007-2011 akan berakhir pada Desember 2011. “Dalam menjalankan tugas- nya, Pansel calon Pimpinan KPK bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tu- gasnya kepada Presiden,” ujar Dipo. Menkum dan HAM Patrialis Akbar menjelaskan, setelah penerbitan keppres, pansel ren- cananya mulai bekerja besok. Masa jabatan pimpinan KPK periode 2007-2011 akan berakhir pada 19 Desember. Koordinator Masyarakat Transparansi In- donesia (MTI) Jamil Mubarok mengatakan, idealnya proses pendaftaran calon pimpinan KPK dibuka sejak 13 Mei. Menurut dia, keterlambatan yang ada dikhawatirkan akan mengurangi kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisi- pasi dalam memberikan usulan calon atau menyampaikan rekam jejak terhadap calon pimpinan KPK. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terga- bung dalam Koalisi Pemantau Peradilan (KPP) mencatat ada enam lembaga negara yang proses rekrutmennya terlam- bat. Enam lembaga itu adalah Komisi Kejaksaan, Komisi Ke- jaksaan, Lembaga Perlindung- an Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Informasi, Ombuds- man Republik Indonesia, dan Komisi Yudisial (KY). Dipertahankan Jamil menambahkan, Busyro Muqoddas yang terpilih men- jadi Ketua KPK pada Desember 2010 masih layak dipertahan- kan. Pasalnya, Busyro yang baru menjabat selama satu ta- hun belum berkesempatan un- tuk memperlihatkan kinerja. “Integritas seorang Busyro masih dibutuhkan saat ini. De- ngan melihat rekam jejaknya, integritas Busyro terjaga. Orang yang puas dengan kinerja Busy- ro lebih banyak ketimbang yang tidak puas,” terang Jamil. (Din/VB/*/P-1) [email protected] Pansel KPK Harus Waspadai Intervensi Proses seleksi pimpinan KPK dikhawatirkan minim memberi ruang partisipasi publik. SIDANG PEMILU KADA SALATIGA: Hakim anggota Mahkamah Konstitusi Maria Farida Indrati (kanan) menerima berkas permohonan yang diserahkan panitera pengganti dalam sidang perdana permohonan hasil pemilu kada Kota Salatiga di MK, Jakarta, kemarin. PENETAPAN pengusaha Nu- nun Nurbaetie, istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun, sebagai tersangka kasus duga- an suap pemilihan Miranda S Goeltom sebagai Deputi Gu- bernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) dinilai hanyalah pen- citraan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Demikian diungkapkan poli- tikus senior PDIP yang juga tersangka kasus dugaan suap pemilihan Miranda S Goeltom, Panda Nababan, ketika hadir di Pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan, kemarin. Pasalnya, lanjutnya, ada juga tersangka kasus dugaan korup- si Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT), Anggoro Wi- djojo, yang hingga kini masih di luar negeri dan juga tak bisa dibawa penyidik KPK kembali ke Indonesia. KPK hanya ber- kutat pada pemeriksaan suap yang dilakukan adiknya, Ang- godo Widjojo. Statement KPK itu lebih ba- nyak ke pencitraan. Dan itu su- dah jauh-jauh hari sebenarnya sudah mereka lakukan,” cetus Panda. Anggota Komisi III DPR itu mengakui, penetapan Nunun sebagai tersangka memang akan membuka jalan baru bagi perkembangan kasusnya. Tapi dia juga menyadari realitas bahwa KPK selama ini tak per- nah berhasil membawa pulang Anggoro Widjojo ke Tanah Air. Panda menyebut upaya KPK menghadirkan Nunun bekerja sama dengan dunia interna- sional atau Interpol hanyalah kebohongan. “Enggak usah ngibul soal hubungan internasional, Inter- pol. Anggoro sampai sekarang di mana?” tanyanya. Dia mendesak KPK untuk se- rius menindak Nunun sehingga upaya yang dilakukan lembaga superpower itu bukan sekadar pencitraan. Kuasa hukum Panda Naba- ban, Juniver Girsang, menga- takan semestinya sejak awal Nunun ditetapkan sebagai ter- sangka dan langsung diproses hukum. “Bukan malahan yang diduga menerima diproses.” Nunun diduga telah mem- berikan sesuatu kepada se- jumlah anggota DPR periode 1999-2004 terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004 lalu. Pemi- lik PT Wahana Esa Sejati terse- but disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf b dan atau Pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (*/P-4) Hukum untuk Merawat Kebinekaan UPAYA merajut kebinekaan yang terkoyak pascakonflik tidak akan terwujud jika hu- kum berlaku diskriminatif ter- hadap komunitas tertentu. Pasalnya, kekerasan berlan- daskan agama semakin me- nguat beberapa tahun terakhir dan menimbulkan trauma pa- ling banyak bagi kaum perem- puan. Hal itu terungkap dalam Dialog Kebangsaan bertema Menghadapi tantangan kebang- kitan bangsa Indonesia di era reformasi: belajar dari pengalaman perempuan merawat kebinekaan di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, kemarin. Hadir sebagai pembicara antara lain hakim konstitusi Maria Farida Indrati dan Wakil Ketua Komisi Nasional (Kom- nas) Perempuan Masruchah. Dialog yang digagas Komnas Perempuan itu juga mengha- dirkan narasumber dari Am- bon, Mataram, Yogyakarta, dan Medan secara telekonferensi. “Selama 13 tahun reformasi kita malah disuguhkan kasus- kasus diskriminasi atas nama agama dan moral. Tentu saja, yang paling banyak mengalami diskriminasi dan trauma ada- lah kaum perempuan,” papar Mascruchah. Ia menambahkan, perkem- bangan situasi terakhir di In- donesia mengindikasikan aras kebinekaan menuju titik nadir. Lima tahun terakhir sebagian masyarakat mengalami in- timidasi dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Hal itu berdampak pada kecurigaan antarkelompok masyarakat. Melalui telekonferensi, se- orang warga Ambon menjelas- kan, meski kondisi keamanan pascakonflik membaik, ia masih mengalami diskriminasi. Pasalnya, aparat pemerintah setempat membagi wilayah tempat tinggal warga Ambon berdasarkan agama. Kondisi se- rupa juga dialami warga jemaat Ahmadiyah dari Mataram yang sulit mencari penghidupan dan menjalankan keyakinan mereka. Dalam menyikapi hal itu, Maria Farida mengingatkan kalau bangsa ini ingin merawat kebinekaan, perlu dijaga bersa- ma-sama. “Kalau hukum sudah masuk ranah politik, itu juga akan rusak. Kita mengetahui di setiap daerah pasti memiliki norma adat dan budaya sen- diri-sendiri. Coba kita hormati itu,” katanya. Maria juga mengungkapkan kekecewaan atas kemunculan peraturan daerah (perda) yang tidak menghormati hak asasi manusia. “Hak kita terhapus oleh perda-perda ini. Seperti perda yang suatu daerah me- wajibkan memakai jilbab, walau orang itu nonmuslim. Jangan sampai peraturan yang privat menjadi peraturan yang nor- matif,” pungkasnya. (*/P-2) Ahli tidak Hadir MK Tunda Sidang MAHKAMAH Konstitusi (MK) menunda sidang pengujian Pasal 354 ayat (2) Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (UU MD3) karena ahli pemohon I Gde Pantja Astawa tidak bisa hadir. “Saya mohon maaf yang mu- lia, ahli tidak bisa hadir karena ada perubahan jadwal sidang di MK. Mungkin ahli akan memberi keterangan tertulis,” kata pemohon uji materi pasal itu Anthon Melkianus Natun Anthon dalam sidang di MK di Jakarta, kemarin. Ketua MK Mahfud MD yang memimpin sidang itu meminta kepada pemohon dan peme- rintah untuk mengirimkan kesimpulan paling lambat pada 8 Juni. “Ditunggu kesaksian tersebut sampai 1 Juni 2011 pada jam kerja, agar memberi kesempatan pada pemerintah untuk menyanggah. Sesudah itu, nanti saudara diminta mengirim kesimpulan ke sini pada 8 Juni. Sidang berikutnya pengucapan vonis tanpa ada lagi sidang pembuktian,” tan- das Mahfud. Anthon Melkianus Natun yang menggugat UU itu sebe- lumnya adalah Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kupang periode 2009-2014 dari Partai Hanura. Permohonan ini berawal dari pemberlakuan UU Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pemben- tukan Kabupaten Sabu Raijua, Kupang, yang membuat posisi- nya bergeser menjadi anggota DPRD Kabupaten Kupang ke DPRD Kabupaten Sabu Raijua. Pergeseran itu karena ada pengurangan jumlah kursi DPRD Kabupaten Kupang un- tuk dialihkan ke DPRD Kabu- paten Sabu Raijua. Dampaknya, Partai Hanura yang semula memiliki empat kursi di DPRD Kupang berkurang menjadi tiga kursi. Dan pemohon tidak memenuhi syarat menjabat unsur pimpinan DPRD. Dengan dalih tersebut, An- thon menguji Pasal 354 UU MD3 yang mengatur pengi- sian jabatan pimpinan DPRD didasarkan urutan perolehan kursi terbanyak. Pasal itu dini- lai multitafsir dan merugikan hak-hak konstitusionalnya. Dalam persidangan terpisah, MK memulai sidang seng- keta pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) Salatiga, Jawa Tengah. (Ant/P-1) KAMIS, 26 MEI 2011 Nunun Tersangka hanya Pencitraan MI/USMAN ISKANDAR PE nu W seb an Go be (D cit Ko tik ter pe Pa di Se ter

Upload: buihuong

Post on 18-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4 POLKAM

AKHMAD MUSTAIN

PANITIA Seleksi (Pan-sel) pimpinan Komisi Pemberantasan Korup-si (KPK) diharapkan

mampu menjaga independensi dan meminimalisasi inter-vensi.

“Yang paling penting ba-gaimana mereka bisa memilih dan tidak tunduk pada inter-vensi luar,” ujar Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widoyoko di Jakarta, kemarin.

Danang menegaskan, ko-ruptor ialah pihak-pihak yang berkepentingan untuk me-lemahkan KPK. Upaya pele-mahan terbesar KPK ialah melalui upaya sistematis untuk menempatkan pimpinan yang bisa dikontrol.

“Mematikan KPK itu kan bu-kan harus membubarkan KPK, tinggal menyimpan pemimpin yang bisa dikompromi,” kata Danang.

Karena itu, ia berharap pan-sel melakukan proses seleksi harus melibatkan partisipasi masyarakat dengan keterbu-kaan proses seleksi. Pansel harus memiliki rekam jejak setiap calon pimpinan KPK dan menegaskan kompetensi yang dibutuhkan dari pemimpin KPK.

Dari 13 orang yang ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono, 7 di antaranya pernah terlibat dalam pansel pemilihan pengganti Antasari. Mereka

yang pernah terlibat adalah Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Rhenald Kasali, Erry Riyana Hardjapamekas, Akhiar Salmi, MH Ritonga, dan Ahmad Ubbe.

Danang menanggapi tim yang diisi oleh orang-orang ber-pengalaman itu sudah paham proses pemilihan pemimpin KPK sehingga bisa bersinergi cukup singkat. “Selain itu, ada Erry yang paham KPK,” tan-dasnya.

Pada 24 Mei, Presiden Yu-dhoyono telah meneken Kepu-tusan Presiden (Keppres) No-mor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Pansel Calon Pimpinan KPK.

Sekretaris Kabinet Dipo Alam, berdasarkan pesan elektroniknya kepada war-tawan, menjelaskan pansel itu dibentuk mengingat masa tugas pimpinan KPK periode 2007-2011 akan berakhir pada Desember 2011.

“Dalam menjalankan tugas-nya, Pansel calon Pimpinan KPK bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tu-gasnya kepada Presiden,” ujar Dipo.

Menkum dan HAM Patrialis Akbar menjelaskan, setelah penerbitan keppres, pansel ren-cananya mulai bekerja besok.

Masa jabatan pimpinan KPK periode 2007-2011 akan ber akhir pada 19 Desember. Koordinator Masyarakat Transparansi In-donesia (MTI) Jamil Mubarok mengatakan, idealnya proses

pendaftaran calon pimpinan KPK dibuka sejak 13 Mei.

Menurut dia, keterlambatan yang ada dikhawatirkan akan mengurangi kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisi-pasi dalam memberikan usulan calon atau menyampaikan re kam jejak terhadap calon pimpinan KPK.

Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terga-bung dalam Koalisi Pemantau Peradilan (KPP) mencatat ada enam lembaga negara yang proses rekrutmennya terlam-bat.

Enam lembaga itu adalah Komisi Kejaksaan, Komisi Ke-jaksaan, Lembaga Perlindung-an Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Informasi, Ombuds-man Republik Indonesia, dan Komisi Yudisial (KY).

DipertahankanJamil menambahkan, Busyro

Muqoddas yang terpilih men-jadi Ketua KPK pada Desember 2010 masih layak dipertahan-kan. Pasalnya, Busyro yang baru menjabat selama satu ta-hun belum berkesempatan un-tuk memperlihatkan kinerja.

“Integritas seorang Busyro masih dibutuhkan saat ini. De-ngan melihat rekam jejaknya, integritas Busyro terjaga. Orang yang puas dengan kinerja Busy-ro lebih banyak ketimbang yang tidak puas,” terang Jamil. (Din/VB/*/P-1)

[email protected]

Pansel KPK Harus Waspadai

IntervensiProses seleksi pimpinan KPK dikhawatirkan minim

memberi ruang partisipasi publik.

SIDANG PEMILU KADA SALATIGA: Hakim anggota Mahkamah Konstitusi Maria Farida Indrati (kanan) menerima berkas permohonan yang diserahkan panitera pengganti dalam sidang perdana permohonan hasil pemilu kada Kota Salatiga di MK, Jakarta, kemarin.

PENETAPAN pengusaha Nu-nun Nurbaetie, istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun, sebagai tersangka kasus duga-an suap pemilihan Miranda S Goeltom sebagai Deputi Gu-bernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) dinilai hanyalah pen-citraan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Demikian diungkapkan poli-tikus senior PDIP yang juga tersangka kasus dugaan suap pemilihan Miranda S Goeltom, Panda Nababan, ketika hadir di Pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan, kemarin.

Pasalnya, lanjutnya, ada juga tersangka kasus dugaan korup-

si Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT), Anggoro Wi-djojo, yang hingga kini masih di luar negeri dan juga tak bisa dibawa penyidik KPK kembali ke Indonesia. KPK hanya ber-kutat pada pemeriksaan suap yang dilakukan adiknya, Ang-godo Widjojo.

“Statement KPK itu lebih ba-nyak ke pencitraan. Dan itu su-dah jauh-jauh hari sebenarnya sudah mereka lakukan,” cetus Panda.

Anggota Komisi III DPR itu mengakui, penetapan Nunun sebagai tersangka memang akan membuka jalan baru bagi perkembangan kasusnya. Tapi

dia juga menyadari realitas bahwa KPK selama ini tak per-nah berhasil membawa pulang Anggoro Widjojo ke Tanah Air. Panda menyebut upaya KPK menghadirkan Nunun bekerja sama dengan dunia interna-sional atau Interpol hanyalah kebohongan.

“Enggak usah ngibul soal hubungan internasional, Inter-pol. Anggoro sampai sekarang di mana?” tanyanya.

Dia mendesak KPK untuk se-rius menindak Nunun sehingga upaya yang dilakukan lembaga superpower itu bukan sekadar pencitraan.

Kuasa hukum Panda Naba-

ban, Juniver Girsang, menga-takan semestinya sejak awal Nunun ditetapkan sebagai ter-sangka dan langsung diproses hukum. “Bukan malahan yang diduga menerima dipro ses.”

Nunun diduga telah mem-berikan sesuatu kepada se-jumlah anggota DPR periode 1999-2004 terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004 lalu. Pemi-lik PT Wahana Esa Sejati terse-but disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf b dan atau Pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (*/P-4)

Hukum untuk Merawat KebinekaanUPAYA merajut kebinekaan yang terkoyak pascakonflik tidak akan terwujud jika hu-kum berlaku diskriminatif ter-hadap komunitas tertentu.

Pasalnya, kekerasan berlan-daskan agama semakin me-nguat beberapa tahun terakhir dan menimbulkan trauma pa-ling banyak bagi kaum perem-puan.

Hal itu terungkap dalam Dialog Kebangsaan bertema Menghadapi tantangan kebang-kitan bangsa Indonesia di era reformasi: belajar dari pengalaman perempuan merawat kebinekaan di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, kemarin.

Hadir sebagai pembicara antara lain hakim konstitusi

Maria Farida Indrati dan Wakil Ketua Komisi Nasional (Kom-nas) Perempuan Masruchah.

Dialog yang digagas Komnas Perempuan itu juga mengha-dirkan narasumber dari Am-bon, Mataram, Yogyakarta, dan Medan secara telekonferensi.

“Selama 13 tahun reformasi kita malah disuguhkan kasus-kasus diskriminasi atas nama agama dan moral. Tentu saja, yang paling banyak mengalami diskriminasi dan trauma ada-lah kaum perempuan,” papar Mascruchah.

Ia menambahkan, perkem-bangan situasi terakhir di In-donesia mengindikasikan aras kebinekaan menuju titik nadir. Lima tahun terakhir sebagian

masyarakat mengalami in-timidasi dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Hal itu berdampak pada kecurigaan antarkelompok masyarakat.

Melalui telekonferensi, se-orang warga Ambon menjelas-kan, meski kondisi keamanan pascakonflik membaik, ia masih mengalami diskriminasi. Pasalnya, aparat pemerintah setempat membagi wilayah tempat tinggal warga Ambon berdasarkan agama. Kondisi se-rupa juga dialami warga jemaat Ahmadiyah dari Mataram yang sulit mencari penghidupan dan menjalankan keyakinan mereka.

Dalam menyikapi hal itu, Maria Farida mengingatkan

kalau bangsa ini ingin merawat kebinekaan, perlu dijaga bersa-ma-sama. “Kalau hukum sudah masuk ranah politik, itu juga akan rusak. Kita mengetahui di setiap daerah pasti memiliki norma adat dan budaya sen-diri-sendiri. Coba kita hormati itu,” katanya.

Maria juga mengungkapkan kekecewaan atas kemunculan peraturan daerah (perda) yang tidak menghormati hak asasi manusia. “Hak kita terhapus oleh perda-perda ini. Seperti perda yang suatu daerah me-wajibkan memakai jilbab, walau orang itu nonmuslim. Jangan sampai peraturan yang privat menjadi peraturan yang nor-matif,” pungkasnya. (*/P-2)

Ahli tidak HadirMK Tunda Sidang

MAHKAMAH Konstitusi (MK) menunda sidang pengujian Pasal 354 ayat (2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (UU MD3) karena ahli pemohon I Gde Pantja Astawa tidak bisa hadir.

“Saya mohon maaf yang mu-lia, ahli tidak bisa hadir karena ada perubahan jadwal sidang di MK. Mungkin ahli akan memberi keterangan tertulis,” kata pemohon uji materi pasal itu Anthon Melkianus Natun Anthon dalam sidang di MK di Jakarta, kemarin.

Ketua MK Mahfud MD yang memimpin sidang itu meminta kepada pemohon dan peme-rintah untuk mengirimkan kesimpulan paling lambat pada 8 Juni. “Ditunggu kesaksian tersebut sampai 1 Juni 2011 pada jam kerja, agar memberi kesempatan pada pemerintah untuk menyanggah. Sesudah itu, nanti saudara diminta mengirim kesimpulan ke sini pada 8 Juni. Sidang berikutnya pengucapan vonis tanpa ada

lagi sidang pembuktian,” tan-das Mahfud.

Anthon Melkianus Natun yang menggugat UU itu sebe-lumnya adalah Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kupang periode 2009-2014 dari Partai Hanura.

Permohonan ini berawal dari pemberlakuan UU Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pemben-tukan Kabupaten Sabu Raijua, Kupang, yang membuat posisi-nya bergeser menjadi anggota DPRD Kabupaten Kupang ke DPRD Kabupaten Sabu Raijua.

Pergeseran itu karena ada pengurangan jumlah kursi DPRD Kabupaten Kupang un-tuk dialihkan ke DPRD Kabu-paten Sabu Raijua. Dampaknya, Partai Hanura yang semula memiliki empat kursi di DPRD Kupang berkurang menjadi tiga kursi. Dan pemohon tidak memenuhi syarat menjabat unsur pimpinan DPRD.

Dengan dalih tersebut, An-thon menguji Pasal 354 UU MD3 yang mengatur pengi-

sian jabatan pimpinan DPRD didasarkan urutan perolehan kursi terbanyak. Pasal itu dini-lai multitafsir dan merugikan hak-hak konstitusionalnya.

Dalam persidangan terpisah, MK memulai sidang seng-keta pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) Salatiga, Jawa Tengah. (Ant/P-1)

KAMIS, 26 MEI 2011

Nunun Tersangka hanya Pencitraan

MI/USMAN ISKANDAR

PEnuWsebanGobe(DcitKo

tikterpePadi Se

ter