stud1 daua dukung pemi mtuk mendukung tata …

7
STUD1 DAUA DUKUNG PEMI m T U K MENDUKUNG TATA LAKSANA PER1 AN UAI"JG BERTANGGUNG J A M B . (Study on Ecological Carrying Capacity Promoting Responsible Fisheries). Agus supangat') ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara ilrniah daya dukung perairan guna menunjang kegiatan pembangunan perikanan yang bertanggung jawab di Indonesia. Untuk memahami kondisi ekosistem dimana aktifitas penangkapan berlangsung, diperiukan suatu pendekatan yang dapat menggambarkan keseluruhan komponen dalam ekosistem tersebut. Hal ini berarti diperlukan suatu rnetodologi yang dapat menampilkan kondisi hidro-oseanografi, alur perpindahan biomasa dari setiap komponen yang teidapat dalam ekosistem tersebut, dan melakukan diagnosa terhadap kinerja tiap komponen variabel abiotik, biotik, sosial dan ekonomi.yang berlangsung dalam suatu daerah perikanan. Untuk itu, pendekatan yang diterapkan adalah dengan Model Hidrodinamika, Ecopath dan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries). Kegiatan dilakukan di empat perairan yang berbeda karakter yaitu Selat Sunda, Teluk Tomini, Teluk Saleh dan Teluk Ekas. Ruang lingkup dari kegiatan ini dapat dibagi atas tiga bagian yaitu hidro-oseanografi di empat lokasi, potret transfer biornassa yang berasal dari organisme yang hidup di dalam perairan di tiga lokasi (Selat Sunda, Teluk Saleh dan Teluk Ekas), serta pengukuran indikator kinerja perikanan untuk komponen sosial ekonorni wilayah di dua lokasi yaitu Selat Sunda dan Teluk Tomini. Secara garis besar, hasil penelilian dengan menerapkan metode Model Hidrodinamika, Ecopath dan Rapfish secara simultan di beberapa perairan Indonesia menunjukkan hasil yang bagus untuk mendukung perikanan yang bertanggungjawab. Kata krinci : daya dukung, perikanan Indonesia, hidrodinamika, ecopath, rapfish. ABSTRACT This research aiming to describe the marine carrying capacity in di$erent ecosystems in Indonesia. The main objective of this study was to provide the policy makers at each location the information required to support the development of responsible fisheries. To understand the ecosystem condition where fishing actirvifiestake place, a specific approach is required to describe the ecosystem as a whole. Such approach consist of a series of methodologies that can reflect various aspects of the ecosystem, which include the hydro oceanographic components, transfer of biomars, and the pe$ormance anaksis of biotic, abiotic and econontic componenls. The corresponding methods rhat have been used in this study were the Hydrodynamic models, Ecopath, and Rapfish (Rapid Appraisalfor Fisheries). This stu& took place in four locations, rhe Sunda Strait, Tomini Bay, Sa[eh Bay, and Ekas Bay. Each of the locations difers in their oceanographic and social-econonzy characteristics. The results of this s t u e consists of rhree components. namely the hydro- oceanograpb aspects at all four locations, transfer of biomass aspects at three locations (Sunda Strait, Saleh Bay, and Ekas B*, and RapJish approach as a measure of social- economic performance at two locations, Sunda Strait, and Tomini Bay. In general, by applying ail three methoak simultaneously the results revealed beneficial outputs for the reponsiblefisheries. Keyywoor& : carrying capacity,fisheries Indonesia, hydroajmamics, ecopath, rapfish ' Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riser Kelautan dan Perikanan - DKP agussuj&?iJdkp.go. id

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

STUD1 DAUA DUKUNG P E M I m T U K MENDUKUNG TATA LAKSANA PER1 AN UAI"JG BERTANGGUNG J A M B .

(Study on Ecological Carrying Capacity Promoting Responsible Fisheries).

Agus supangat')

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara ilrniah daya dukung perairan guna menunjang kegiatan pembangunan perikanan yang bertanggung jawab di Indonesia. Untuk memahami kondisi ekosistem dimana aktifitas penangkapan berlangsung, diperiukan suatu pendekatan yang dapat menggambarkan keseluruhan komponen dalam ekosistem tersebut. Hal ini berarti diperlukan suatu rnetodologi yang dapat menampilkan kondisi hidro-oseanografi, alur perpindahan biomasa dari setiap komponen yang teidapat dalam ekosistem tersebut, dan melakukan diagnosa terhadap kinerja tiap komponen variabel abiotik, biotik, sosial dan ekonomi.yang berlangsung dalam suatu daerah perikanan. Untuk itu, pendekatan yang diterapkan adalah dengan Model Hidrodinamika, Ecopath dan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries).

Kegiatan dilakukan di empat perairan yang berbeda karakter yaitu Selat Sunda, Teluk Tomini, Teluk Saleh dan Teluk Ekas. Ruang lingkup dari kegiatan ini dapat dibagi atas tiga bagian yaitu hidro-oseanografi di empat lokasi, potret transfer biornassa yang berasal dari organisme yang hidup di dalam perairan di tiga lokasi (Selat Sunda, Teluk Saleh dan Teluk Ekas), serta pengukuran indikator kinerja perikanan untuk komponen sosial ekonorni wilayah di dua lokasi yaitu Selat Sunda dan Teluk Tomini.

Secara garis besar, hasil penelilian dengan menerapkan metode Model Hidrodinamika, Ecopath dan Rapfish secara simultan di beberapa perairan Indonesia menunjukkan hasil yang bagus untuk mendukung perikanan yang bertanggungjawab.

Kata krinci : daya dukung, perikanan Indonesia, hidrodinamika, ecopath, rapfish.

ABSTRACT

This research aiming to describe the marine carrying capacity in di$erent ecosystems in Indonesia. The main objective of this study was to provide the policy makers at each location the information required to support the development of responsible fisheries. To understand the ecosystem condition where fishing actirvifies take place, a specific approach is required to describe the ecosystem as a whole. Such approach consist of a series of methodologies that can reflect various aspects of the ecosystem, which include the hydro oceanographic components, transfer of biomars, and the pe$ormance anaksis of biotic, abiotic and econontic componenls. The corresponding methods rhat have been used in this study were the Hydrodynamic models, Ecopath, and Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries).

This stu& took place in four locations, rhe Sunda Strait, Tomini Bay, Sa[eh Bay, and Ekas Bay. Each of the locations difers in their oceanographic and social-econonzy characteristics. The results of this s t u e consists of rhree components. namely the hydro- oceanograpb aspects at all four locations, transfer of biomass aspects at three locations (Sunda Strait, Saleh Bay, and Ekas B*, and RapJish approach as a measure of social- economic performance at two locations, Sunda Strait, and Tomini Bay.

In general, by applying ail three methoak simultaneously the results revealed beneficial outputs for the reponsible fisheries.

Keyywoor& : carrying capacity, fisheries Indonesia, hydroajmamics, ecopath, rapfish

' Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riser Kelautan dan Perikanan - DKP agussuj&?iJdkp.go. id

Page 2: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

1 PENDAWULUAN

Daya dukung suatu perairan merupakan keadaan yang sangat dinamis karena dipengaruhi oleh variasi temporal dan spasial faktor-faktor biotik dan abiotik dari ekosistem perairan tersebut. Pengaruh dari parameter lingkungm terhadap biota yang hidup, terutama yang bernilai ekonomis penting di dalam suatu ekosistem, merupakan dasar penentuan pola pembangunan kelautan dan perikanan suatu wilayah perairan.

Kegiatan dilakukan di empat perairan yang berbeda karakter yaitu Selat Sunda, Teluk Tomini, Teluk Saleh dan Teluk Ekas. Ruang lingkup dari kegiatan ini dapat dibagi atas tiga bagian yaitu hidro-oseanografi di empat lokasi tersebut, potret transfer biomassa yang berasal dari organisme yang hidup di dalam perairan tersebut di tiga lokasi (Selat Sunda, Teluk Saleh dan Teluk Ekas), serta pengukuran indikator kinerja perikanan untuk komponen sosial ekonomi wilayah di dua lokasi yaitu Selat Sunda d m Teluk Tomini.

Diharapkan hasil kajian ini dapat dijadikan pedoman pengambilan keputusan dalam mengembangkan sektor perikanan dan kelautan.

Metode yang dilakukan dalam peneIitian ini meliputi:

Modelling, yang dapat merupakan representasi kondisi wilayah penelitian sesuai dengan tujuan yang disampaikan diatas. Peniodelan yang dilakukan ada 3, yaitu:

(1) Pemodelan hidrodinamika, sebagai representasi kondisi fisik oseanografi, dengan menggunakan Sofmare 300 Suite Model (ASR Ltd, 2001), dan POM (Princeton Ocean Model).

(2) Pemodelan ekosistem, sebagai representasi daya dukung ekosistem perairan, dengan menggunakan Sofmare Ecopath with Ecosim version 5 (Puly & Christensen, 1992). Data pendukung tentang biologi, fisiologi dan ekologi ikan diperoleh dari Software Fishbase (FAO, 1998).

(3) Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries), suatu tehnik yang memungkinkan proses cepat untuk menampilkan kondisi perikanan ditinjau dari berbagai aspek atau dimensi (Pitcher & Preikshot, 2001).

Pengumpulan Data dipergunakan untuk analisa dan pemodelan dalam penelitian ini adalah :

(1) Data hasil survei

Pengambilan data survei dilakukan dengan rnelakukan pengmatan dan pengukurdperekman langsung di lapangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan input model Ecopath dm verifikasi terhadap hasil model hidrodinamika.

(2) Data sekunder

Setelah data yang dibutuhkstn terkumpul, maka analisa selmjutnya adalah dengan mengolah informasi tersebut sehingga bemanfaat.

(3) Wawancara

Wawancara terhadap para ahli, pengambil kebijakm lokal, dan pelaku usaha dilakukm untuk memenuhi kebutuhan data malisa RAPFISH.

Page 3: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

Tabel 1. Matriks Pelaksanaan Pemodelan

1 4. 1 Teluk Ekas 3DD Ecopath *) Functional Croup of Ecopath

3 NASPL DAN PEMBAHASAN

3.1 Selat Sunda

Hasil dan pembahasan berdasarkan hidro-oseanografi, ecopath dan rapfish perairan Selat Sunda adalah sebagai berikut :

(1) Pola arus pasang surut di Selat Sunda dengan titik referensi untuk waktu cuplik adalah Stasiun Ketapang bervariasi sebagai berikut

m Saat pasut purnama, terjadi dominasi arus yang berasal dari Selat Sunda masuk ke Laut Jawa dengan kecepatan rata-rata sangat besar dengan rnaksirnurn sekitar 1,54 rnldetik di daerah Bakauhuni, kecuali pada saat air surut terendah terjadi arus yang sebaliknya, yaitu dari Laut Jawa menuju Selat Sunda (kecepatan juga besar, maksimum sekitar 1,16 m/detik).

e Saat pasut perbani, terjadi arus bolak-balik dari dan ke Selat Sunda. Pada waktu air pasang tinggi hingga air menuju surut arus menuju Laut Jawa dari Selat Sunda dengan kecepatan yang eukup besar (maksimum 1.05 mfdetik). Fenomena sebaliknya terjadi pada waktu air surut rendah hingga air rnenuju pasang, yaitu arus bergerak lemah menuju Selat Sunda dari Laut Jawa.

(2) Pola elevasi pasang surut di Selat Sunda dengan titik referensi untuk waktu cuplik adalah Stasiun Ketapang bervariasi sebagai berikut

r Saat purnama, terjadi dominasi elevasi yang lebih tinggi di Selat Sunda daripada di Laut Jawa, kecuali pada saat air surut rendah terjadi elevasi yang lebih tinggi di Laut Jawa daripada di Selat Sunda.

r Saat perbani, terjadi perobahan elevasi, yaitu pada waktu air pasang tinggi hingga air menuju surut eIevasi lebih tinggi di Selat Sunda daripada Laut Jawa. Fenomena sebaliknya terjadi pada waktu air surut rendah hingga air menuju pasang, yaitu eIevasi lebih tinggi di Laut Jawa.

(3) Ekosistem Selat Sunda terdiri dari lebih empat tmphic level, dengan kelompok Shark (Miu) berada di level predator teratas dengan nilai trophic level tinggi yaitu 4.2 dan nilai production/consumtion yang rendah 0.0 1 1. Untuk trophic level rendah ada 10 keIompok fbngsional yaitu Fitopiankton, Larnun, Mangrove, Terumbu karang, Zooplankton, LBS, Udang & Kepiting, Molluska, Cumi-cumi dan Detritus dan 2 kelompok untuk intemediete trophic level yaitu pelagis kecil, pelagis sedang, serta 3 keiompk untuk trophic level tinggi (>3.5) yaitu Ikan Hiu, Ikan Demersal dan Burung Laut.

(4) Jumlah kelompok fungsional yang banyak dalam tingkatan tropkic level, seperti tingkatan tropkic level ke-2 sampai ke-4 menunjukan tingkat kompetisi yang tinggi dalam rnemperoleh makman pada ekosistem tersebut. Sehingga dampak dari adanya kegiatan perikanan tangkap harus diperhitungkan dalam pengelolam

Page 4: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

ekosistem Selat Sunda. Karena, jika kegiatan perikanan tangkap di Selat Sunda menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, maka akibatnya sumberdaya yang ada pada ekosistem tersebut akan terancam keberlanjutannya.

( 5 ) Bagi kedua propinsi yang membatasinya, Selat Sunda merupakan bagian penting dari wilayah perikanan yang menjadi kewenangannya. Namun demikian, pengembagan perikanan di kedua propinsi terhadang oleh berbagai permasalahan. Di antara pernasalahan yang nlenonjol adalah yang terkait dengan adanya ketimpangan antara nelayan lokal dan pendatang, dimana baik nelayan Banten maupun Lampung pada umumnya tidak cukup mampu bersaing dengan nelayan pendatang. Karenanya, terjadi friksi di antara kepentingan perikanan lokal dan nelayan pendatang, yang berakibat pada praktek perikanan yang tidak efisien, misalnya yang terkait dengan segmentasi wilayah pemasaran dan penangkapan.

(6) Nasil analisis Rapfish menunjukkm bahwa ada peluang-peluang untuk menjaga kelestarian ekologis karena sebagian besar alat yang dioperasikan dalam penangkapan ikan di Selat Sunda dapat diklasifikasikan berkinerja 'sedang' menurut kriteria Rapfish. Tingkat perusakan alat-alat tersebut pada umumnya masih dalam batas tidak terlalu membahayakan. Namun demikian, perlu dicatat bahwa saat ini berkembang penggunaan alat yang cukup destruktif, misalnya arad. Diharapkan bahwa perkembangan alat ini tidak akan berlanjut, karena berdasarkan pengalaman di tempat lain, pengoperasian arad hanya menguntungkan pada saat awal operasinya.

(7) Berbagai kebijakan telah diterapkan, baik oleh Pemerintah Propinsi Lampung maupun Pemerintah Propinsi Banten. Namun demikian, penelitian ini menemukan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut sering tidak terlaksana dengan baik karena berbagai kendala. Salah satu kendala tersebut adalah yang terkait dengan desentralisasi, dimana koordinasi antar dinas perikanan kabupaten dan antara dinas kabupaten dengan propinsi tidak dapat terjalin secara baik. Gejala yang dalam sudut pandang Rapfish dikategorikan mengarah pada adanya konflik regulasi ini menurunkan kinerja perikanan di beberapa dimensi, sehingga memungkinkan terjadinya pengelollan yang tidak baik pada perikanan di Selat Sunda.

(8) Berbagai ha1 yang dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai peluang untuk perbaikan adalah di antaranya: (i) mempertimbangkan kembali keberadaan alat yang destrukqif, misalnya arad, (ii) pemberdayam nelayan lokal, (iii) dan pembatasan investasi yang menjurus pada inefisiensi dan overeksploitasi, misalnya mengatur penggunaan FAD, dan (iv) sinkronisasi kebijakan, termasuk kebijakan perijinan antara pengelola pelabuhan dan dinas perikanan.

(9) Kebijakan-kebijak tersebut sebaiknaya mempertimbangkan faktor-faktor yang tercakup pada dimensi kebaharian, karena berdasarkan hasil penelitizn ini dimensi tersebut menunjukkan ha i l yang positif.

3.2 Tellrk Tomini

Nasil dan pembahasan berdasarkan hidro-oseanografi dan rapfish perairan Teluk Tomini adalah sebagai berikut :

( I ) Kondisi arus pemukaan pada bulan Oktober di perairan Teluk Tomini secara umum dipengaruhi oleh pola batimetri perairan dan juga kondisi perairan Laut Maluku yang rnempakan satu-satunya laut terbuka yang berbatasan langsung dengan Teluk tomini.

Page 5: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

(2) Pola arus di perairan Kepulauan Togian lebih dinamis dibandingkan lokasi lain di perairan teluk. Hal ini terjadi karena perairan Kepulauan Togian memiliki batimeteri yang lebih dangkal dibanding daerah sekitarnya dan memiliki banyak celah sempit di antara pulau-pulanya. Tunggang pasang surut maksimum rata-rata pada bulan Oktober 2003 berdasarkan hasil prediksi adalah 264 - 250 cm, dengan kondisi rata-rata tunggang pasut maksimum lebih tinggi terjadi di perairan Kepulauan Togean.

(3) Kondisi perairan Kepulauan Togian selama simulasi dijalankan berperan sebgai daerah pertemuan arus yang masuk dari arah Timur, Utara, dan Barat.

(4) Pola pergerakan arus permukaan yang dibangkitkan oleh pasang surut pada kondisi purnama dan perbani secara umum memperlihatkan kondisi arus yang relatif tenang harnpir di seluruh perairan pada saat kondisi pasang dan kondisi surut, sementara pada kondisi selain kondisi pasang dan kondisi surut, kondisi arus permukaan cenderung menguat dan lebih dinamis.

(5) Perairan teluk Tomini yang sangat strategis dapat menjadi model untuk pengembangan pembangunan kelautan dalam berbagai bidang. Pembangunan parawisata dan sekaligus konservasi terumbu karang dapat dikembangkan di daerah kepulauan Togian. Sedangkan untuk perikanan tangkap untuk jenis ikan pelagis besar dan budidaya di lokasi yang terlindung, masih memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan prinsip pemanfaatan sumberdaya yang lestari.

(6) Pengukuran kinerja perikanan Teluk Tomini, yang menunjukkan beberapa kekurangan, mengindikasikan adanya urgensi untuk perbaikannya. Perbaikan tersebut perlu dituangkan dalam bentuk pembentukan kelembagaan pengelolaan yang dapat rnengatasi berbagai masalah sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya nilai I skor berbagai atribut pada analisis Rapfish dalam penelitian ini.

3.3 Teluk Saleh

Hasil dan pembahasan berdasarkan hidro-oseanografi dan ecopath perairan Teluk Saleh adalah sebagai berikut :

(1) Suhu berkisar antara 27.0 - 29.05 OC, dengan rerata 27.78 O C , salinitas di perairan Teluk Saleh rata-rata 32.77960. Nilai pH sebesar 8.0, dan pH ini relatif sama untuk setiap stasiun pengarnatan sedang tingkat kecerahan air laut berkisar antara 6.0 - 8.0 meter dengan rata-rata 13.40 meter. Pengamatan terhadap benda padat terapung, lapisan rninyak d m bau adalah nihil.

(2) Kondisi arus pemukaan pada bulan Oktober di perairan Teluk Saleh didominasi oleh arus yang mengalir rnemasuki Teluk Saleh melewati Selat Batahai.

(3) PoIa arus di bagian utara perairan Teluk Saleh jauh lebih dinamis dibandingkan pola arus di bagian selatan pang cenderung stabii selarna simulasi dilakukan.

(4) Tunggang pasang surut maksimum rata-rata pada bulan Oktober 2003 berdasarkan hasil prediksi adalah 140,16 - 143,68 cm, dengan kondisi rata-rata tunggang pasut maksimum lebih tinggi di perairan Teluk Saleh sebelah timur daripada sebelah barat.

( 5 ) PoIa pergerakan arus permukaan yang dibangkitkan oleh pasang surut pada kondisi p m m a secara umum : pada saat air menjelang surut, arus memasuki Teluk Safeh melaIui Selat Batahai dan keluar meninggalkm leluk Saleh meldui Selat Saleh. Saat pasang, aliran ants berke~epatan tinggi yang berasal dari Selat Batahai menimbulkan eddj~ yang terbentuk dengan baik dan terbentuk pula zona- zona depresi.

Page 6: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

(6) Ekosistem Teluk Saleh terdiri dari 18 kelompok fungsional

(7) Tingkatan Trophic level Teluk Saleh lebih dari empat tingkatan, dengan distribusi jumlah kelompok fbngsional yang merata pada setiap level.

(8) Sumbangan Transfer Energi terbesar diberikan oleh kelompok fungsional Primary Producers di trophic level I, dengan nilai 19.8 %.

(9) Nilai Expectation rate dari kegiatan perikanan tangkap di Teluk Saleh berkisar antara 0,O 1 - 0,5.

3.4 Teluk Ekas

Hasii dan pembahasan berdasarkan hidro-oseanografi dan ecopath di perairan Teluk Ekas adalah sebagai berikut :

( I ) Suhu berkisar 25,8 - 27,6 "C, salinitas berkisar 34,4 - 34, 8 %o, . Nilai p1-I sebesar 8.0, dan sedang nilai pH adalah 7.5 - 8.

(2) Kondisi arus permukaan pada bulan Januari 2004 didominasi oleh arus yang mengalir keluar masuk sesuai dengan pola pasang surut.

(3) Kecepatan arus cenderung kuat ketika mendekati bagian Ujung Timurlaut, dan di rnulut Teluk Ekas.

(4) Elevasi pasang tertinggi dan surut terendah rata-rata pada bulan Januari 2004 berdasarkan hasil prediksi berturut-turut adalah + 128.67 dan - 130.96 em, dengan tunggang maksimum rata-rata 258,63 cm.

( 5 ) Ekosistem Teluk Ekas terdiri dari 17 kelompok fungsional

(6) Distribusi dari keiompok fungsinal dalam trophic level relatif tidak merata dimana trophic level rendah (< 2.5) sebanyak 10 grup, intermediate (2.5 - 3.5) sebanyak 5 grup dan 2 grup mempunyai trophic level lebih besar dari 3.5.

(7) Dolphin merupakan top predator dalam ekosistem perairan Teluk Ekas. Estimasi nilai EE berkisar antara 0.000 (produsen benthik) sampai 0.986 (pelagis kecil).

(8) Pelagik kecil merupakan komponen tereksploitasi yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap komponen-komponen kelompok Iainnya.

(9) Produktivitas primernpa terrnasuk rendah dilihat dari biomassa fioplankton sebesar 3,798 ton/km?, semen-wa nilai EE-nya adalah 0.922 dianggap sebagai nilai yang konservatif.

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut diatas rnaka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode Model Hidrodinamika, Ecopath dan Rapfish secara simultan di beberapa perairan Indonesia menunjukkan hasil yang bagus untuk mendukung perikanan yang bertanggungjawab.

DAFTAR PUSTAKA

Buchary, E.A.1399. Evaluating the effect of the 1980 trawl ban in the Java Sea, Indonesia : An ecosystem-based approach. Department of Resource Management and Environmental Studies. The University of British Columbia. M.Sc. thesis. 134 p.

Page 7: STUD1 DAUA DUKUNG PEMI mTUK MENDUKUNG TATA …

Buchary, E.A., Jackie Alder, Subhat Nurhakim and Tony Wagey. 2002. The use of ecosystem lnodelling to investigate multi-species management stategies for capture fisheries in the Bali Strait, Indonesia. Fisheries Centre Research Centre Reports Vol. 10(2):24 - 32.

Carey, D. (1993). Development based on carrying capacity: a strategy for environmental protection. Global Environmental Change, June, 140-148.

Christensen, V and D. Pauly. 1992. A guide to the ECOPATH I I software system (version 2.1). ICLARM Software 6. 72 p.

Christensen, V., and D. Pauly. 1992. ECQPATH I1 - A software for balancing steady- stae models and calculating network characteristics. Ecoi. Model. (6 1): 169- 185

Clarke, A.L. 2002. Assessing the Canying Capacity of the Florida Keys. Population and Environment. (23): 405 - 41 8

Cohen, J. (1995). How many people can the Earth support? New Vork: Norton.

Dhont, A. 1988. Carrying Capacity: A confusing concept. Acta Oecologia (9): 337 - 346

Olivieri, R.A., A.Cohen aand F.P. Chavez. 1993. An ecosystem model of Monterey Bay, Caalifornia. p.3 15-322. In V-Christensen and D.Pauly (eds) Thropic models of aquatic ecosystems. ICLARh4 Conf. Proc. 26.

Pauly, D and V. Christensen. 1993. Stratified models of large marine ecosystems : A general approach and an application to The South China Sea p:148-174. In K.Sherman, L.M, Alexander and B.D. Gold (eds). Large Marine Ecosystem : stress, mitigation and sustainability. AAAS Press Washington, DC.

Pauly, D., and V. Christensen. 1995. Primary Production required to sustain global fisheries. Nature (374): 255-257

Pawlowicz, R., Beardsley, B., Lentz, S., 2002. Classical Tidal Mamonic Analysis Including Error Estimates in MATLAB using T-TIDE. Computer and Geosciences, 28, p. 929-937.

Pitcher. T.J. and D. Preikshot. 2001. Rapfish: A Rapid Appraisal Technique to Evaluate the Sustainabili~ Status of Fisheries. Fisheries Research 49 (3):255-270.

Polovina, J.J and h4.D. Ow. 1983. An approach to estimating an ecosystem box model. U.S. Fish. Bull. 83(3):457-460.

Postel, S. 1991. Carrying capacity: the Earth's bottom line. In L. Mazur (Ed.), Beyond the numbers: .-I reader o)7popzrlation, consumption, and the environment (pp. 48- 70). Washington, DC: Island Press.

Supangat A., T.Wagey dan S. Burhanuddin. 2004. Daya Dukung Kelautan dan Perikanan. ISBN. No.979-97572-8-2.

Supangat A. 2005. Aplikasi Model ECOPATH With ECOSIM untuk Studi Daya Dukung Sumberdaya Perikanan di Teluk Saleh, Sumbawa. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia (SNPI) 2005. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 2 1-22 September 2005. ISBN. No.979-97 1 19-7-5.