kamis, 14 oktober 2010 | media indonesia balada sebuah ... · mat pembuka ini meluncur dari suara...

1
Nusantara | 7 KAMIS, 14 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA “H ARMONI budaya, se- jiwa dalam suara.” Kali- mat pembuka ini meluncur dari suara merdu seorang penyiar. Ia menyapa para pendengar setianya. Sebuah lagu tradisional Madura pun mengudara setelah sang penyiar menyampaikan beberapa patah kata sebagai pengantar acara. Strata sosial pada masyarakat Madura menjadi tema bahasan kali ini. Informasi ini diulas tun- tas dalam program Kerabat Rama, yang mengudara setiap hari mu- lai pukul 09.00-12.00 WIB. “Acara ini memang khusus membahas keragaman budaya dan adat-istiadat di Indonesia. Tidak hanya Madura, tradisi et- nik lain pun selalu kami bahas,” kata Penanggung Jawab Radio Suara Masyarakat Adat (Rama) Eva Caroline. Rama adalah stasiun radio komunitas milik Perkumpul- an untuk Media Komunikasi Masyarakat Adat. Stasiun radio ini berkedudukan di Kota Pon- tianak, Kalimantan Barat, dan siaran pada kanal 107,9 FM. Mereka memproklamasikan diri sebagai media alternatif yang memfokuskan diri pada isu-isu budaya, pluralisme, lingkungan hidup, dan pember- dayaan masyarakat adat. Meskipun pengurus dan pengawai Rama berasal dari etnik Dayak, stasiun radio ini tidak mengeksklusifkan diri pada etnik tertentu. “Pengertian masyarakat adat itu tidak bisa dibatasi pada etnik tertentu saja, tetapi multietnik. Oleh karena itu, kami selalu memberikan kesempatan yang sama pada setiap komunitas adat untuk bersuara melalui siaran Rama,” jelas Eva. Berangkat dari pemahaman tersebut, tidak salah Rama memi- lih kawasan Siantan Hulu di Kecamatan Pontianak Utara sebagai lokasi studio siaran. Di daerah pinggiran Pontianak ini terdapat beberapa kelompok masyarakat yang masih meles- tarikan tradisi dan adat mereka. Seperti komunitas Dayak, Ma- dura, Melayu, dan Tionghoa. Dikagumi Rama mulai mengudara se- jak 2004. Stasiun radio ini me- nempati salah satu ruangan di lantai II sebuah bangunan ruko di Jalan Budi Utomo. Di ruko ini berkantor pula beberapa LSM dan media massa yang berada di bawah naungan Gerakan Pem- berdayaan Pancur Kasih. “Kami memiliki beberapa paket siaran budaya dan kolek- si lagu daerah dari seluruh Indonesia. Kami tidak boleh memutar lagu lain selain lagu daerah,” ujar Kenedy Tian, pe- nyiar Rama. Studio utama Rama hanya seluas kurang lebih 3 meter persegi dan dilengkapi beberapa perangkat siaran yang terbilang sederhana. Namun, eksistensi stasiun radio ini tidak bisa di- pandang sebelah mata. Selain konsisten dalam me- nyuarakan berbagai isu rekon- siliasi etnik dan pemberdayaan masyarakat adat, mereka juga kerap dijadikan sebagai media komunitas percontohan yang mengembangkan prinsip-prin- sip pluralisme. Eksistensi Rama bahkan di- akui hingga ke mancanegara. Sebelumnya, berita tentang Rama juga pernah dimuat di salah satu surat kabar terke- muka di Jepang. Regulasi Radio komunitas menjadi salah satu media alternatif untuk memenuhi kebutuhan infor- masi publik. Mereka memi- liki peran penting dalam proses demokratisasi informasi karena ikut menyuarakan kepentingan dan aspirasi masyarakat, yang kurang diakomodasi media massa arus utama. Tidak semua radio komunitas di Kalimantan mampu bertahan seperti Rama. Kebanyakan pe- ngelola justru menutup stasiun radio mereka karena dililit ber- bagai persoalan. “Banyak kerja sosialnya, sehingga tidak semua tahan (bekerja) di sini,” ujar Kenedy. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Barat mencatat, terdapat sekitar 30 stasiun radio komunitas di daerah ini yang telah mengan- tongi rekomendasi kelayakan dari KPID untuk mendapatkan izin penyiaran. Sayangnya, sebagian besar keburu gulung tikar sebelum sempat memper- oleh izin prinsip untuk bersiaran sementara. “Berdasarkan data Kemente- rian Komunikasi dan Informa- tika, Kalimantan Barat tercatat sebagai daerah yang paling banyak menerbitkan rekomen- dasi kelayakan untuk radio ko- munitas,” ungkap Ketua KPID Kalimantan Barat Faisal Riza. Kendala utama yang dihadapi pengelola dalam mempertah- ankan eksistensi radio komu- nitas di antaranya faktor mana- jerial dan finansial. Sebagian besar stasiun radio ini tidak dikelola secara profesional dan sulit mencari sumber pendanaan berkelanjutan. “Saat ini hanya ada enam radio komunitas di Kalbar yang dikategorikan ‘sehat’. Dalam artian, memenuhi semua per- syaratan legalitas, bersiaran secara kontinu, dan muatan aca- ranya sesuai prinsip serta tujuan pendirian radio berbasis komu- nitas,” jelas Faisal. Regulasi atau kebijakan peme- rintah juga dinilai banyak tidak berpihak terhadap perkembang- an radio komunitas. Sebutlah ketentuan sertikasi perangkat siaran yang bisa menghabiskan belasan juta rupiah. Ketentuan ini sulit dipenuhi radio komuni- tas yang berdana pas-pasan. Ketentuan lainnya, jangkauan siaran dibatasi hanya sejauh 2,5 kilometer. Pembatasan ini dinilai tidak cocok diterapkan di Ka- limantan Barat karena rata-rata kepadatan penduduk daerah ini hanya 30 jiwa/km2. “Ke- tentuan ini sangat sentralistik dan hanya cocok diterapkan di daerah padat penduduk seperti Pulau Jawa,” tegas praktisi radio komunitas Dominikus Uyub. (N-4) [email protected] Balada Sebuah Corong Suara Radio komunitas menjadi media alternatif untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Namun, eksistensi mereka semakin terimpit. Aries Munandar MI/ARIES MUNANDAR SUARAKAN PLURALISME: Radio Suara Masyarakat Adat (Rama) mengudara dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat, pada kanal 107,9 FM. Siaran radio komunitas ini aktif menyuarakan pluralisme dan semangat rekonsiliasi. Faisal Riza Ketua KPID Kalimantan Barat Saat ini hanya ada enam radio komunitas di Kalbar yang dikategorikan ‘sehat’.”

Upload: tranhuong

Post on 20-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nusantara | 7KAMIS, 14 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

“HA R M O N I budaya, se-jiwa dalam suara.” Kali-

mat pembuka ini meluncur dari suara merdu seorang penyiar. Ia menyapa para pendengar setianya. Sebuah lagu tradisional Madura pun mengudara setelah sang penyiar menyampaikan beberapa patah kata sebagai pengantar acara.

Strata sosial pada masyarakat Madura menjadi tema bahasan kali ini. Informasi ini diulas tun-tas dalam program Kerabat Rama, yang mengudara setiap hari mu-lai pukul 09.00-12.00 WIB.

“Acara ini memang khusus membahas keragaman budaya dan adat-istiadat di Indonesia. Tidak hanya Madura, tradisi et-nik lain pun selalu kami bahas,” kata Penanggung Jawab Radio Suara Masyarakat Adat (Rama) Eva Caroline.

Rama adalah stasiun radio komunitas milik Perkumpul-an untuk Media Komunikasi Masyarakat Adat. Stasiun radio ini berkedudukan di Kota Pon-tianak, Kalimantan Barat, dan siaran pada kanal 107,9 FM.

Mereka memproklamasikan diri sebagai media alternatif

yang memfokuskan diri pada isu-isu budaya, pluralisme, lingkungan hidup, dan pember-dayaan masyarakat adat.

Meskipun pengurus dan pengawai Rama berasal dari etnik Dayak, stasiun radio ini tidak mengeksklusifkan diri pada etnik tertentu. “Pengertian masyarakat adat itu tidak bisa dibatasi pada etnik tertentu saja, tetapi multietnik. Oleh karena itu, kami selalu memberikan kesempatan yang sama pada setiap komunitas adat untuk bersuara melalui siaran Rama,” jelas Eva.

Berangkat dari pemahaman tersebut, tidak salah Rama memi-lih kawasan Siantan Hulu di Kecamatan Pontianak Utara sebagai lokasi studio siaran. Di

daerah pinggiran Pontianak ini terdapat beberapa kelompok masyarakat yang masih meles-tarikan tradisi dan adat mereka. Seperti komunitas Dayak, Ma-dura, Melayu, dan Tionghoa.

DikagumiRama mulai mengudara se-

jak 2004. Stasiun radio ini me-nempati salah satu ruangan di lantai II sebuah bangunan ruko di Jalan Budi Utomo. Di ruko ini berkantor pula beberapa LSM dan media massa yang berada di bawah naungan Gerakan Pem-berdayaan Pancur Kasih.

“Kami memiliki beberapa paket siaran budaya dan kolek-si lagu daerah dari seluruh Indonesia. Kami tidak boleh memutar lagu lain selain lagu

daerah,” ujar Kenedy Tian, pe-nyiar Rama.

Studio utama Rama hanya seluas kurang lebih 3 meter persegi dan dilengkapi beberapa perangkat siaran yang terbilang sederhana. Namun, eksistensi stasiun radio ini tidak bisa di-

pandang sebelah mata. Selain konsisten dalam me-

nyuarakan berbagai isu rekon-siliasi etnik dan pemberdayaan masyarakat adat, mereka juga kerap dijadikan sebagai media komunitas percontohan yang mengembangkan prinsip-prin-sip pluralisme.

Eksistensi Rama bahkan di-akui hingga ke mancanegara. Sebelumnya, berita tentang Rama juga pernah dimuat di salah satu surat kabar terke-muka di Jepang.

RegulasiRadio komunitas menjadi

salah satu media alternatif untuk memenuhi kebutuhan infor-masi publik. Mereka memi-liki peran penting dalam proses

demokratisasi informasi karena ikut menyuarakan kepentingan dan aspirasi masyarakat, yang kurang diakomodasi media massa arus utama.

Tidak semua radio komunitas di Kalimantan mampu bertahan seperti Rama. Kebanyakan pe-ngelola justru menutup stasiun radio mereka karena dililit ber-bagai persoalan. “Banyak kerja sosialnya, sehingga tidak semua tahan (bekerja) di sini,” ujar Kenedy.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Barat mencatat, terdapat sekitar 30 stasiun radio komunitas di daerah ini yang telah mengan-tongi rekomendasi kelayakan dari KPID untuk mendapatkan izin penyiaran. Sayangnya,

sebagian besar keburu gulung tikar sebelum sempat memper-oleh izin prinsip untuk bersiaran sementara.

“Berdasarkan data Kemente-rian Komunikasi dan Informa-tika, Kalimantan Barat tercatat sebagai daerah yang paling banyak menerbitkan rekomen-dasi kelayakan untuk radio ko-munitas,” ungkap Ketua KPID Kalimantan Barat Faisal Riza.

Kendala utama yang dihadapi pengelola dalam mempertah-ankan eksistensi radio komu-nitas di antaranya faktor mana-jerial dan finansial. Sebagian besar stasiun radio ini tidak dikelola secara profesional dan sulit mencari sumber pendanaan berkelanjutan.

“Saat ini hanya ada enam radio komunitas di Kalbar yang dikategorikan ‘sehat’. Dalam artian, memenuhi semua per-syaratan legalitas, bersiaran secara kontinu, dan muatan aca-ranya sesuai prinsip serta tujuan pendirian radio berbasis komu-nitas,” jelas Faisal.

Regulasi atau kebijakan peme-rintah juga dinilai banyak tidak berpihak terhadap perkembang-an radio komunitas. Sebutlah ketentuan sertifi kasi perangkat siaran yang bisa menghabiskan belasan juta rupiah. Ketentuan ini sulit dipenuhi radio komuni-tas yang berdana pas-pasan.

Ketentuan lainnya, jangkauan siaran dibatasi hanya sejauh 2,5 kilometer. Pembatasan ini dinilai tidak cocok diterapkan di Ka-limantan Barat karena rata-rata kepadatan penduduk daerah ini hanya 30 jiwa/km2. “Ke-tentuan ini sangat sentralistik dan hanya cocok diterapkan di daerah padat penduduk seperti Pulau Jawa,” tegas praktisi radio komunitas Dominikus Uyub. (N-4)

[email protected]

Balada Sebuah Corong SuaraRadio komunitas menjadi media alternatif untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Namun, eksistensi mereka semakin terimpit.

Aries Munandar

MI/ARIES MUNANDAR

SUARAKAN PLURALISME: Radio Suara Masyarakat Adat (Rama) mengudara dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat, pada kanal 107,9 FM. Siaran radio komunitas ini aktif menyuarakan pluralisme dan semangat rekonsiliasi.

Faisal Riza Ketua KPID Kalimantan Barat

Saat ini hanya ada enam radio komunitas di Kalbar yang dikategorikan ‘sehat’.”