kalkulus untuk statistika fak mipa
TRANSCRIPT
Mulyana
KALKULUS UNTUK
STATISTIKA
BUKU AJAR
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS MIPA
JURUSAN STATISTIKA
BANDUNG 2005
10 5 0 5 10
11.81
5.91
5.91
11.81
f x( )
g x( )
x
10 5 0 5 10
8.05
4.03
4.03
8.05
gx( )
hx( )
x
i
Kata Pengantar
Diktat ini disusun dalam upaya pengadaan bahan ajar Kalkulus I di
Fakultas Teknik Universitas Pasundan, mengingat mata kuliah ini merupakan
mata kuliah dasar keakhlian, sehingga materi kuliah yang diberikan diharapkan
dapat mendukung para mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan dalam
mempelajari materi kuliah ilmu-ilmu teknik yang banyak memerlukan
pemahaman ilmu kalkulus. Selain itu, karena mata kuliah Kalkulus ini merupakan
salah satu mata kuliah yang diberikan pada kelas-kelas paralel, yang diajarkan
oleh beberapa dosen, sehingga keragaman materi dan pencapaian materi
kemungkinannya cukup besar. Oleh karena itu, dengan adanya diktat ini
diharapkan keragaman tersebut dapat diperkecil.
Penulis merasa materi pada diktat ini masih belum sempurna, sehingga
kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaannya sangat diharapkan,
karena editing akan selalu dilakukan setiap waktu, agar diktat ini dapat dijadikan
acuan sebagai bahan ajar mata kuliah Kalkulus untuk mahasiswa fakultas teknik.
Kritik, saran, dan bantuan pemikiran dari semua pihak sehingga terwujudnya
diktat ini, dan harapan untuk menjadikan diktat ini sebagai acuan materi
perkuliahan, sekali lagi sangat diharapkan, dan diucapkan banyak terima kasih
atas semua kerja-samanya.
Bandung , Oktober 2004
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Struktur Bilangan 1
I.2. Sistem Bilangan Riil 2
I.3. Kalimat Matematis 4
I.4. Persamaan Linier 5
I.5. Persamaan Kuadrat 5
I.6. Bentuk-Bentuk Pertidaksamaan 8
I.6.1. Pertidaksamaan Linier 8
I.6.2. Pertidaksamaan Irasional 9
I.6.3. Pertidaksamaan Pangkat Dua atau Lebih 11
I.6.4. Pertidaksamaan Pecahan 13
I.6.5. Pertidaksamaan Yang Mengandung Nilai Mutlak 15
BAB II FUNGSI DAN GRAFIK 19
II.1. Deskripsi Fungsi 19
II.2. Gambar Fungsi 21
II.3. Fungsi Komposisi 23
II.4. Beberapa Bentuk Fungsi 24
II.4.1. Fungsi Linier 24
II.4.2. Fungsi Kuadrat 29
II.4.3. Fungsi Pangkat 33
II.4.4. Fungsi Logaritma 33
II.4.4. Fungsi Siklometri (fungsi goniometri , fungsi trigonometri) 34
II.5. Fungsi Irisan Kerucut 39
II.5.1. Lingkaran 39
II.5.2. Ellips 42
II.5.3. Hiperbola 43
iii
BAB III LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI 46
III.1. Cara menghitung nilai limit 46
III.2. Dalil-Dalil Limit Fungsi 48
III.3. Limit Kiri , Limit Kanan 50
III.4. Kekontinuan Fungsi 52
BAB IV TURUNAN (DIFERENSIASI) 54
IV.1. Arti Turunan Fungsi 55
IV.2. Dalil Dasar Untuk Turunan 55
IV.3. Turunan Fungsi Implisit 58
IV.4. Turunan dan Kekontinuan Fungsi 59
IV.5. Turunan Orde Tinggi 60
IV.6. Nilai Ekstrim Fungsi 61
IV.7. Beberapa Penggunaan Turunan 63
1
BAB I
SISTEM BILANGAN
Bilangan adalah sebuah aksioma, sehingga tidak perlu didefinisikan. Untuk
menyatakan sebuah bilangan digunakan lambang bilangan, yang berupa himpunan benda
sejenis yang ada di sekitar kita. Misalnya bilangan lima, dapat dilambangkan oleh lima jari
atau lima buah benda sejenis. Untuk keperluan perhitungan, digunakan gambar lambang
bilangan yang dinamakan dengan angka. Angka inilah yang digunakan sebagai “wakil
bilangan”. Misal pernyataan 5 + 2 = 7. Dalam hal ini, 5, 2 dan 7, bukan sebagai angka,
tetapi sebagai wakil dari bilangan “lima”, “dua” dan “tujuh”.
I.1. Struktur Bilangan
Bilangan dapat dikelompokan atas himpunan,
1. Bilangan asli : {1 , 2 , 3 , . . . }
2. Bilangan cacah : {0 , 1 , 2 , 3 , . . . }
Pada himpunan bilangan ini didefinisikan bilangan prima, yaitu bilangan yang hanya
habis dibagi oleh dirinya sendiri. Misal : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, . . .
3. Bilangan bulat : { . . . , −3 , –2 , −1 , 0 , 1 , 2 , 3 , . . . }
Bilangan yang berada di “sebelah kiri” 0 atau bilangan yang lebih kecil dari 0,
dinamakan bilangan negatif. Yang di “kanannya” atau bilangan yang lebih besar dari
0, dinamakan bilangan positif.
4. Bilangan real yang terdiri atas bilangan rasional dan bilangan irasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat disajikan dalam bentuk ba
, b tidak sama
dengan 0 (ditulis b ≠ 0), dengan a dan b bilangan bulat. Bilangan rasional jika disajikan
dalam bilangan desimal, yaitu bilangan yang disajikan dengan menggunakan tanda koma
(,) jika nilainnya antara 0 dengan 1. Maka pada desimalnya (bilangan disebelah kanan
tanda koma) terjadi pengulangan bilangan atau “terhenti”pada 0. Misalnya,
...142857142857,072 = , ...333,1
34 = , ...2500,0
41 = , 3 = 0,000…
2
Dalam bilangan rasional, pernyataan ba
, b ≠ 0, jika a lebih kecil dari b (ditulis a < b),
dinamakan pecahan murni, sedangkan jika a lebih besar dari b (ditulis a > b),
dinamakan pecahan campuran, sebab bentuknya dapat disajikan atas bilangan bulat
dan pecahan murni, misalnya : 31
134 = . Bilangan yang tidak memiliki ciri seperti
bilangan rasional dinamakan bilangan irasional.
Bilangan irasional merupakan kawan (komplemen) dari bilangan rasional. Bilangan
irasional jika disajikan dalam bilangan desimal, maka pada desimalnya tidak akan terjadi
pengulangan. Yang termasuk bilangan irasional diantaranya,
1. π = 3,141592654…, yang biasa diidentikan dengan 722
,
2. bilangan eksponensial e = 2,7182818…, yang biasa diidentikan dengan 3,
3. bilangan akar yang tidak dapat dirasionalkan, misalnya 2 , 5 , dan sejenisnya
5. Bilangan kompleks, yaitu bilangan yang disajikan oleh :
a + ib
dengan a dan b bilangan real, i = 1− yang dinamakan bilangan imaginer.
Pada sajian ini a dinamakan bagian real dan b bagian imaginer.
Jika dibangun struktur bilangan, maka bentuknya akan seperti pada Gambar I.1.
3
Gambar I.1
Struktur Bilangan
Jika dinotasikan, N = himpunan bilangan asli, C = himpunan bilangan cacah,
Z = himpunan bilangan bulat, Q = himpunan bilangan rasional, I = himpunan bilangan
irasional, R = himpunan bilangan real, dan K = himpunan bilangan kompleks, maka berlaku
hubungan,
1. C = N ∪ {0}
2. Q ∩ I = φ
3. R = Q ∪ I
4. N ⊂ C ⊂ Z ⊂ R ⊂ K
I.2. Sistem Bilangan Real
Dalam matematika, yang disebut dengan sistem, adalah himpunan tidak kosong yang di
dalamnya dilibatkan operasi terhadap anggota himpunannya. Pada himpunan bilangan real,
operasi antar anggotanya adalah, perkalian (notasinya, x atau . ), yang memiliki kawan,
pembagian (notasinya, : atau ÷ ), dan perjumlahan (notasinya, + ) yang memiliki kawan,
pengurangan (notasinya, −−−− ). Pada proses perhitungan, operasi perkalian harus
bilangan kompleks
bilangan imaginer
bilangan real
bilangan irasional
bilangan rasional
bilangan pecahan
bilangan bulat
bilangan bulat negatif
bilangan cacah
bilangan nol (0)
bilangan asli
4
didahulukan dari operasi perjumlahan, kecuali jika operasi perjumlahan itu ada didalam
tanda kurung, sedangkan operasi perkalian dengan pembagian, dan perjumlahan dengan
pengurangan, sifatnya setara, artinya mana yang lebih dulu disajikannya. Jadi yang
dimaksud dengan sistem bilangan real adalah himpunan bilangan real yang di
dalammya dilibatkan operasi-operasi x dan +.
Sistem bilangan real merupakan sitem bilangan yang banyak digunakan dalam
perhitungan sehari-hari dan persoalan terapan. Operasi dalam sistem bilangan real memiliki
sifat :
1. Tertutup.
Jika a dan b bilangan real, maka a x b (ditulis ab) dan a + b juga bilangan real.
2. Komutatif.
Jika a dan b bilangan real, maka ab = ba , dan a + b = b + a .
3. Asosiatif.
Jika a , b , dan c bilangan real, maka a(bc) = (ab)c , dan a + (b + c) = (a + b)
4. Distributif.
Jika a , b , dan c bilngan real, maka a(b + c) = ab + ac
Sifat asosiatif dan distributif menyatakan bahwa operasi dalam tanda kurung harus
selalu didahulukan.
5. Trikhotomi.
Jika a dan b bilangan real, maka hanya satu dari tiga hubungan di bawah ini yang
berlaku.
1) a = b,
2) a > b yang berarti : a – b positif ( a – b > 0),
3) a < b yang berarti : a – b negatif ( a – b < 0),
Sifat trikhotomi ini menyimpulkan, jika a dan b bilangan real, maka kemungkinannya
a = b atau a � b. Dan jika a � b, maka kemungkinannya a < b atau a > b.
Dalam sistem bilalangan real, disajikan pula pernyataan a ≥ b, atau a ≤ b. Perbedaan arti
dari sajian a ≥ b dengan a > b, (a ≤ b dengan a ≤ b) adalah : jika a < b (a > b) artinya a
dengan b murni tidak sama. Tetapi untuk a ≤ b (a ≥ b) tidak murni tidak sama,
artinya ada kemungkinan a = b.
5
Sebagai implikasi dari sifat trikhotomi, maka berlaku hubungan
1) a + b > 0, jika a > 0, b > 0,
a + b < 0, jika a < 0, b < 0,
ab > 0, jika a > 0, b > 0, atau a < 0, b< 0
ab < 0, jika a > 0, b < 0, atau a < 0, b > 0.
2) untuk setiap bilangan real c,
(1) a + c > b + c, jika a > b,
(2) a + c < b + c, jika a < b,
(3) jika a > b, maka ac > bc, jika c > 0. Dan ac < bc, jika c < 0,
sebaliknya,
jika a < b, maka ac < bc, jika c > 0. Dan ac > bc, jika c < 0.
6. Adanya unsur satuan
Definisi
s dinamakan unsur satuan dari x terhadap operasi *, jika s*x = x atau x*s = x.
Dalam sistem bilangan real, unsur satuan terhadap perkalian (x) adalah 1, dan terhadap
perjumlahan (+) adalah 0.
7. Adanya unsur kawan
Definisi
k dinamakan unsur kawan dari x terhadap operasi *, jika k*x = s atau x*k = s, s unsur
satuan.
Dalam sistem bilangan real, unsur kawan dari x terhadap perkalian adalah : x1
(x-1), dan
terhadap perjumlahan : –x.
Berdasarkan unsur kawan ini, berlaku pernyataan
x : y = x ���
����
�
y1
= yx
dan
x – y = x + (−y).
6
I.3. Kalimat Matematis
Kalimat matematis adalah kalimat yang memiliki nilai salah atau benar. Jika nilainya
dapat ditentukan secara langsung tanpa sebuah proses perhitungan, maka kalimat matematis
dinamakan kalimat tertutup. Sedangkan jika tidak langsung (nilainya harus dicari melalui
sebuah proses perhitungan) dinamakan kalimat terbuka.
Contoh
Kalimat tertutup : 2 + 3 = 5
3 x 6 < 20
Kalimat terbuka : x + 3 = 5
3x < 20
Dalam sistem bilangan real, yang termasuk kalimat tertutup adalah kesamaan dan
ketidaksamaan, sedangkan kalimat terbuka persamaan dan pertidaksamaan.
Gambar I.2
Struktur Kalimat Matematis
Sifat trikhotomi merupakan perwujudan (implemantion) dari kalimat tertutup dalam
sistem bilangan real. Sebab jika ada dua bilangan real a dan b, maka kemungkinannya,
a sama dengan b (a = b), atau a tidak sama dengan b a ≠ b (a ≠ b). Dalam hal a ≠ b,
kemungkinannya, a > b atau a < b.
Bentuk ketidaksamaan, a > b (a < b), dinamakan ketidaksamaan murni, sedangkan ba ≥ ,
(a ≤ b) dinamakan ketidaksamaan tidak murni.
Karena nilai dari kalimat tertutup dapat ditentukan secara langsung, sehingga untuk
menentukan jawabnya tidak diperlukan perhitungan atau analisis tertentu, maka tidak ada
KALIMAT MATEMATIS
KALIMAT TERBUKA
KALIMAT TERTUTUP
KESAMAAN KETIDAK-SAMAAN
PERSAMAAN PERTIDAK-SAMAAN
7
pembahasan lanjut tentang kalimat tertutup. Pembahasan lanjut dilakukan hanya untuk
kalimat terbuka, yaitu persamaan dan pertidaksamaan, sebab untuk menentukan jawabnya
diperlukan perhitungan tertentu.
Sudah dikemukakan, dalam sistem bilangan riil, yang termasuk dalam kalimat terbuka
adalah persamaan, yaitu kalimat terbuka yang melibatkan tanda sama dengan (=), dan
pertidaksamaan yaitu kalimat terbuka yang melibatkan tanda tidak sama dengan
(> , ≥ , < , ≤).
Dalam persamaan atau pertidaksamaan,
1. Bagian di sebelah kiri tanda = , > , ≥ , < atau ≤ , dinamakan ruas kiri, dan disebelah
kanannya, ruas kanan,
2. Lambang yang memiliki nilai, dengan nilainya ditentukan atau diperoleh melalui sebuah
proses perhitungan, sehingga persamaan menjadi kesamaan atau pertidaksamaan
menjadi ketidaksamaan, dinamakan variabel,
3. Nilai variabel yang menyebabkan persamaan atau pertidaksamaan bernilai benar,
dinamakan jawab, akar, solusi atau penyelesaian.
Dalam buku ajar ini, akan digunakan kata jawab, sebagai hasil perhitungan dari persamaan
atau pertidaksamaan yang bernilai benar.
I.4. Beberapa Bentuk Persamaan
Sudah dikemukakan, persamaan adalah kalimat matematis terbuka yang melibatkan
tanda =. Untuk mencari jawab sebuah persamaan, lakukan langkah-langkah sebagai berikut,
1. Ruas kanan disama dengankan 0,
2. Jika dimungkinkan, maka faktorkan ruas kiri atas faktor-faktor linear. Jika tidak, maka
lakukan analisis ciri.
3. Berdasarkan hasil faktorisasi atau analisis ciri, tentukan jawab persamaan.
8
I.4.1. Persamaan Linear
Persamaan linear merupakan persamaan yang bentuknya paling sederhana. Bentuk
umum persamaannya adalah
ax + b = 0
dengan a ≠ 0 dan b, bilangan real. x variabel. Jawab dari persamaan ini adalah,
x = −ab
Contoh 1.
Tentukan jawab persamaan 2x – 3x2 + 1 = 5x – 3x2 – 7
Jawab :
Ruas kanan disama dengankan 0 � 2x – 3x2 + 1 − 5x + 3x2 + 7 = 0 � −3x + 8 = 0
Sehingga jawab persamaannya : x = −3
8−
= 38
= 32
2
I.4.2. Persamaan Kuadrat
Bentuk umum dari persamaan kuadrat adalah
0cbxax 2 =++
dengan a ≠ 0 , b dan c bilangan real. x variabel.
Jawab dari persamaan kuadrat dapat diperoleh dengan cara
1. Metode faktorisasi.
Konsepsinya,
(1) faktorkan hasil kali a dengan c, dengan jumlah kedua faktornya sama dengan b.
a x c = d = d1 x d2 , d1 + d2 = b,
(2) ubah persamaan kuadrat menjadi ax2 + d1x + d2x + c = 0
(3) lakukan perhitungan sebagai kerikut.
ax2 + d1x + d2x + c = (ax2 +d1x) + (d2x + c) = ax(x + ad1 ) + d2(x +
2dc
) = 0
Karena a x c = d1 x d2 yang identik dengan ad1 =
2dc
= e , maka
(ax + d2)(x + e) = 0
9
Sehingga jawabnya,
ax + d2 = 0 � x1 = a
d 2−
x + e = 0 � x2 = −e = ad1−
2. Dengan menggunakan rumus.
Konsepsinya, jika x1 dan x2 jawab persamaan kuadrat, maka dipenuhi hubungan :
a2ac4bb
x2
21
−±−=., .
dalam formulasi tersebut, b2 – 4ac = D , dinamakan diskriminan.
Nilai diskriminan dapat digunakan untuk menentukan ciri dari jawab persamaan. Jika
1) D > 0, maka persamaan kuadrat memiliki dua jawab bilangan real,
2) D = 0 maka persamaan memiliki satu jawab bilangan real,
3) D < 0 maka persamaan memiliki jawab bilangan kompleks.
Contoh 2.
Tentukan jawab dari persamaan 2x2 – 3x – 2 = 0 !
Jawab :
Dengan cara faktorisasi:
(2) x (−2) = −4 = (−4) x (1) , sebab (−4) + (1) = −3 .
Jika dihubungkan dengan teorinya : a = 2 , d1 = −4 , d2 = 1 , maka jawabnya
x1 = a
d 2− = 21−
x2 = ad1− =
24−− = 2
Dengan menggunakan rumus :
D = (-3)2 – 4(2)(-2) = 25 > 0,
jadi persamaan kuadrat memiliki jawab dua bilangan real, yaitu
10
( )( ) 4
5322
253x 21
±=±−−=.,
24
53x1 =+=
21
453
x 2 −=−=
Jadi jawab persamaan 2x2 – 3x – 2 = 0 adalah, x = 2 dan x = 21− .
Jika disajikan dalam sebuah bentuk himpunan, maka himpunan jawabnya,
H = {21− . 2}.
Dari rumus untuk mencari jawab persamaan kuadrat 0cbxax 2 =++ , yaitu
a2ac4bb
x2
2.1
−±−= , yang berarti a2
ac4bbx
2
1
−+−= dan a2
ac4bbx
2
2
−−−= .
Maka diperoleh hubungan
1) ab
a2b2
a2ac4bb
a2ac4bb
xx22
21 −=−=−−−+−+−=+
2) ( ) ( )
( ) ��
�
�
��
�
� −−−=��
�
�
��
�
� −−−��
�
�
��
�
� −+−= 2
22222
21a2
ac4bba2
ac4bba2
ac4bbx.x
( )
ac
a4ac4
a4ac4bb
22
22
==−−=
Yang menyimpulkan bahwa, jika x1 dan x2 jawab persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, maka
berlaku hubungan
1) ab
xx 21 −=+
2) ac
x.x 21 = .
11
Contoh 3.
Jika x1 dan x2 jawab persamaan 3x2 + 2x – 1 = 0 , maka dengan tidak menghitung nilai-
nilainya, hitunglah
a) x12 + X2
2 !
b) x12 – x2
2 !
Jawab :
a) ( )9
1032
94
31
232
xx2xxxx2
212
212
22
1 =+=��
���
� −−��
���
�−=−+=+
b) ( )( ) ( ) ��
���
�−����
�� −=+−=−
32
xxxxxxxx 2212121
22
21
2221
21 xxx2x
32 +−−=
( )32
910
32
31
29
1032
xx2xx32
212
22
1 +−=��
���
� −−−=−+−=
98
916
32
−=−=
Contoh 4.
Bangun persamaan kuadrat yang jumlah nilai jawabnya sama dengan 3, dan hasil kalinya
sama dengan –2 !
Jawab :
Jika dimisalkan bentuk persamaannya ax2 + bx + c = 0 dan x1 , x2 , maka
x1 + x2 = −ab
= 3 � b = −3a
x1x2 = ac
= −2 � c = −2a
sehingga persamaan yang dicari
ax2 – 3x –2a = 0.
Karena a ≠ 0 maka kedua ruas dari persamaan dapat dibagi oleh a , sehingga bentuk
persamaan kuadratnya,
x2 – 3x –2 = 0
12
Contoh 5.
Bangun persamaan kuadrat yang jawab-jawabnya lebih besar 2 dari persamaan
−3x2 + 4x –2 = 0
Jawab :
Jika dimisalkan x1 , x2 jawab persamaan
−3x2 + 4x –2 = 0 ,
dan y1 , y2 jawab persamaan kuadrat yang akan dibangun dengan persamaan
ay2 + by + c = 0 ,
maka
y1 + y2 = −ab
= (x1 + 2)(x2 + 2) = (x1 + x2) + 4 = −3
4−
+ 4 = 3
16 � b = −
316
a
y1y2 = ac
= (x1 + 2)(x2 +2) = x1x2 + 2(x1 + x2) + 4 = −32
−−
+ 2 ��
���
�
−−
34
+ 4 = 3
22
� c = 3
22a
Sehingga bentuk persamaan yang dicari adalah
0a3
22ay
316
ay2 =+− .
Karena a � 0, jika persamaan dibagi a dan dikalikan 3 , maka persamaan kuadrat yang dicari,
022y16y3 2 =+− ,
atau
022x16x3 2 =+−
jika variabelnya disajikan oleh x
Definisi
Bentuk kuadrat ax2 + bx + c, dinamakan
1) definit positif, jika ax2 + bx + c > 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini akan terjadi jika D = b2 – 4ac < 0 dan a > 0.
2) definit semi positif, jika ax2 + bx + c � 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini terjadi jika D = b2 – 4ac � 0 dan a > 0.
3) definit negatif, jika ax2 + bx +c < 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini terjadi jika D = b2 – 4ac < 0 dan a< 0
13
4) definit semi positif, jika ax2 + bx +c � 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini terjadi jika D = b2 – 4ac � 0 dan a< 0
I.4.3. Persamaan Polinom
Persamaan anxn + an-1xn-1 + . . . + a1x + a0 = 0, dengan n � 3 dan an � 0, dinamakan
persamaan polinom berderajat n. Menyelesaikan persamaan ini, tidak sesederhana dan
semudah seperti menyelesaikan persamaan kuadrat atau persamaan linear, karena untuk
memfaktorkan ruas kiri tidak ada acuan khusus. Salah satu acuan yang dapat digunakan
(walaupun belum tentu mudah prosesnya), adalah faktor dari konstanta persamaan (a0).
Contoh 6
Tentukan jawab persamaan 6x3 – 13x2 + 4x + 3 = 0
Jawab :
a0 = 3 = 3 x 1 = −3 x − 1
Jika disubtitusikan x = 1 ke ruas kiri � 6(1)3 – 13(1)2 + 4(1) + 3 = 6 – 13 + 4 + 3 = 0 maka
x - 1 salah satu faktor dari 6x3 – 13x2 + 4x + 3.
Untuk mencari faktor yang lainnya,
1) bagi 6x3 – 13x2 + 4x + 3 oleh (x – 1) � (6x3–13x2+4x+3) : (x–1) = 6x2–13x–3
2) faktorkan 6x2 – 13x – 3 � 6x2 – 13x – 3 = (2x – 3)(3x + 1).
Sehingga faktorisasi persamaan : 6x3 – 13x2 + 4x + 3 = (x – 1)(2x – 3)(3x + 1) = 0
dan jawabnya
x – 1 = 0 � x1 = 1
2x – 3 = 0 � x2 = 23
= 121
3x + 1 = 0 � x3 = 31−
Contoh 7
Tentukan jawab persamaan 2x3 − 7x2 + 7x − 5 = 0
Jawab :
a0 = −5 = 5 x −1 = −5 x 1.
Jika disubtitusikan ke ruas kiri :
x = 1 � 2(1)3 − 7(1)2 + 7(1) – 5 = 2 – 7 + 7 – 5 = −3 � 0
14
x = −1 � 2(−1)3 – 7(−1)2 + 7(−1) – 5 = −2 – 7 – 7 – 5 = −21 � 0
x = 5 � 2(5)3 – 7(5)2 + 7(5) – 5 = 250 – 175 + 35 – 5 = 105 � 0
x = −5 � 2(−5)3 – 7(−5)2 + 7(−5) – 5 = −250 – 175 – 35 – 5 = −465 � 0
Jadi tidak ada jawab persamaan yang merupakan bilangan bulat.
Jika menelaah hasil perhitungan, nilai persamaan untuk x = −5 dengan x = 5 berbeda tanda.
Artinya, dalam selang −5 < x < 5, ada nilai x yang menyebabkan persamaan sama dengan 0.
Jika disubtitusikan x = 25
ke ruas kiri, maka diperoleh hasil
2(25
)3 – 7(25
)2 + 7(25
) – 5 = 4
125 −
4175
+ 2
35 − 5 = 0
Yang berarti, (x − 25
) adalah salah satu faktor persamaan.
Sehingga faktorisasinya, 2x3 − 7x2 + 7x − 5 = (x − 25
)(x2 – x + 1).
Jika dihitung, determinan dari bentuk kuadrat x2 – x + 1, D = (−1)2 − 4(1)(1) = −3 < 0,
dan koefisien kuadratnya, a = 1 > 0. Sehingga bentuk kuadrat (x2 – x + 1) definit positif,
atau x2 – x + 1 > 0, untuk setiap nilai x.
Sehingga jawab persamaan 2x3 − 7x2 + 7x − 5 = 0 adalah : x = 25
.
Untuk menyelesaikan persamaan polinom berderajat n, n � 3, jika sulit dilakukan secara
“manual”, dapat digunakan perangkat lunak komputer (software), diantaranya Mathcad.
Mathcad adalah perangkat lunak komputer untuk membantu perhitungan dalam persoalan
Matematika dan terapannya. Program ini sangat berguna bagi para profesional, pendidik,
dan mahasiswa, yang sering menggunakan kalkulus untuk menyelesaikan persoalan terapan.
Karena program ini memiliki kemampuan yang tinggi, dalam proses penyelesaiannya.
Sebagai sebuah spreadsheet, cukup sederhana dalam penggunaannya.
Misalnya untuk mencari jawab persamaan
2x4 - x3 + 3x2 - x -2 = 0.
Jika dilakukan secara “manual”, prosesnya tidak sederhana dan memerlukan waktu yang
cukup lama. Sedangkan jika diselesaikan dengan menggunakan Mathcad 2000, maka
prosesnya cukup sederhana, sebagai berikut.
15
1. “Jalankan” program Mathcad 2000, sehingga diperoleh tampilan seperti di bawah ini.
2) “Tutup” tampilan Resource Centre, sehingga tampilan menjadi seperti di bawah ini.
3) Pada “ruang editor” (bidang putih yang ada “ponter” +) secara berurut tulis
f(x) � 2x4 - x3 + 3x2 - x -2
x � (tulis sembarang nilai)
soln � root(f(x),x), selanjutnya klik � pada fungsi Evaluati…
soln =
Catatan
tanda �, dapat diperoleh dengan mengkliknya pada fungsi Calculator atau
Evaluati…
16
Dari tampilan spreadsheet, diperoleh himpunan jawabnya
H = {0,885 , -0,578 , 0,097 + 1,349i , 0,097 - 1,349i}
I.5. Bentuk-bentuk Pertidaksamaan
Sudah dikemukakan, pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang melibatkan tanda
>, �, <, atau �. Menentukan jawab sebuah pertidaksamaan identik dengan penyelesaian
sebuah persamaan, yaitu
1) ruas kanan disama dengankan 0,
2) jika memungkinkan, lakukan faktorisasi ruas kiri. Jika tidak, lakukan telaah ciri,
3) gunakan garis bilangan, yaitu garis yang titik-titiknya merupakan wakil dari bilangan
real,
4) tentukan daerah tanda pada garis bilangan,
5) tentukan daerah tanda yang sesuai dengan pertidaksamaannya.
Di bawah ini disajikan beberapa bentuk pertidaksamaan yang sering muncul dalam
persoalan sehari-hari atau terapan.
I.5.1. Pertidaksamaan Linear
Pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan yang variabel-variabel pada setiap
ruasnya berderajat satu, dan pertidaksamaan ini merupakan pertidaksamaan yang paling
sederhana bentuk dan penyelesaiannya.
17
Contoh 8.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan 5x – 3 < 2x + 9 !
Jawab :
5x – 3 < 2x + 9 � 5x – 2x < 9 + 3 � 3x < 12 � x <4
Jawab pertidaksamaan,
x < 4 .
Jika disajikan pada garis bilangan
) 4
Contoh 9.
Tentukan himpunan jawab dari pertidaksamaan 3x + 2 ≤ 7x + 10 !
Jawab :
3x + 2 ≤ 7x + 10 � 3x – 7x ≤ 10 – 2 � −4x ≤ 8 � x ≥ 2
Jadi himpunan jawabnya,
H = { x | x ≥ 2 } .
Jika disajikan pada garis bilangan
[ 2
Contoh 10.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan 3x – 2 ≤ 4x + 1 ≤ 6x - 3 !
Jawab :
Karena semua ruas memuat variabel, sebaiknya dilakukan pemecahan jawaban yang
selanjutnya dilakukan penggabungan, sebagai berikut
18
[
3
( 2
Jawab pertidaksamaan adalah irisan kedua garis bilangan, yaitu :
x ≥ 3 .
I.5.2. Pertidaksamaan Irasional
Pertidaksamaan irasional adalah pertidaksamaan yang satu atau beberapa suku
variabelnya berada di bawah tanda akar, sehingga untuk mencari jawabnya harus
diperhatikan syarat dari suku di bawah tanda akarnya, agar diperoleh nilai dalam bilangan
real. Prinsip mencari jawab dari pertidaksamaan ini, adalah dengan mengubah suku
irasional menjadi rasional, yang salah satu diantaranya melalui proses pengkuadratan.
Contoh 11.
Selesaikan pertidaksamaan 52x3 <− !
Jawab :
Agar nilai dari 2x3 − real, maka harus dipenuhi syarat : 3x – 2 ≥ 0 � x ≥ 2 � x ≥ 32
Untuk penyelesaian pertidaksamaannya, kuadratkan kedua ruasnya. Karena suku pada
masing-masing ruas positif, maka tanda pertidaksamaan tidak berubah.
3x – 2 � 4x + 1 < 6x – 3
3x – 2 � 4x + 1 3x – 4x � 1 + 2
−x � 3 x � 3
4x + 1 < 6x – 3 4x – 6x < −3 – 1
−2x < −4 x > 2
19
2x3 − < 5 � ( )22x3 − < 52 � 3x – 2 < 25 � 3x < 25 + 2 � x < 9
Jika kedua jawab digabungkan dengan menggunakan garis bilangan,
[
32
) 9 maka himpunan jawabnya
�
�� <≤= 9x
32
xH
Contoh 12.
Untuk harga-harga x manakah yang memenuhi pertidaksamaan 4x33x2 −<− ?
Jawab :
Syarat untuk suku di bawah tanda akar agar diperoleh bilangan real
2x – 3 ≥ 0 � x ≥ 23
(1)
3x – 4 ≥ 0 � x ≥ 34
(2)
Untuk penyelesaian pertidaksamaannya. Karena ruas kiri dan ruas kanan merupakan
bilangan positif, maka jika keduanya dikuatdratkan, tidak akan mengubah tanda
pertidaksamaan.
( ) ( )224x33-2x 4x33x20 −<�−<−< � 2x – 3 < 3x – 4 � 2x – 3x < -4 + 3
� −x < −1 � x > 1 (3)
20
Jika ketiga jawab, (1), (2), dan (3), digabungkan dengan menggunakan garis bilangan
[
23
[
34
( 1
maka himpunan jawabnya : �
�� ≥=
23
xxH .
Contoh 13.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan 11x6x <−−+ !
Jawab :
Syarat untuk unsur di bawah tanda akar
x + 6 ≥ 0 � x ≥ -6 (1)
x – 1 ≥ 0 � x ≥ 1 (2)
Penyelesaian pertidaksamaannya
( ) ( )
( ) ( ) (3) 10 x 91 x 31x 31x
61x2 x1x26 x 1x1x216 x
1x16x 1x16x 11x6x
22
22
>�>−�>−�>−�
>−�+−<+�−+−+<+�
−+<+�−+<+�<−−+
[
−6
[ 1
( 10
sehingga himpunan jawabnya : H = { x | x > 10 }
21
I.5.3 Pertidaksamaan Polinom
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan polinom, dapat dilakukan dengan proses sebagai
berikut
1. Jadikanlah ruas kanan sama dengan 0 , dan pangkat variabel yang paling tinggi
koefisiennya positif.
2. Unsur di ruas kiri, jika mungkin uraikan atas faktor-faktor linier, dan hitung nilai-nilai
yang menyebabkan faktor-faktor sama dengan 0 (nilai ini dinamakan nilai nol).
3. Sajikan nilai-nilai nol pada garis bilangan, dan lakukan uji tanda untuk menentukan
daerah himpunan jawab, dengan cara sebagai berikut :
3.1. ambil sebuah nilai yang bukan nilai nol dan subtitusikan ke ruas kiri.
3.2 perhatikan tanda dari nilai yang diperoleh, positif (+) atau negatif (-).
3.3 tandai daerah di mana nilai yang diambil tersebut berada dengan tanda yang
diperoleh, dan tanda berubah jika melewati nilai nol yang berasal dari faktor
berpangkat ganjil, sedangkan jika berasal dari faktor berpangkat genap tanda
tetap.
Contoh 14.
Tentukan himpunan jawab dari pertidaksamaan 5x2 – 4x + 11 < 2x2 + 6x + 8 !
Jawab :
5x2 – 4x + 11 < 2x2 + 6x + 8 � 5x2 – 4x + 11 – 2x2 – 6x – 8 < 0
� 3x2 – 10x + 3 < 0 � (3x – 1)(x – 3) < 0
Nilai-nilai nolnya :
3x – 1 = 0 � x = 31
x – 3 = 0 � x = 3
Ambil sembarang nilai x yang tidak sama dengan 31
dan 3. Misalnya x = 0.
Subtitusikan x = 0 ke ruas kiri :
(3x – 1)(x – 3) = (3.0 – 1)(0) – 3) = 3 > 0
yang berarti daerah di sebelah kiri 31
bertanda + , antara 31
dan 3 bertanda −, dan di sebelah
kanan 3 bertanda + , sehingga gambar daerah tandanya :
22
+ + + − − − + + +
31
3
Karena tanda pertidaksamaannya < 0 , jadi himpunan jawabnya
�
�� <<= 3x
31
xH .
Contoh 15.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan (x2 – 4x + 3)(x2 – 3x – 10) > 0
Jawab :
(x2 – 4x + 3)(x2 – 3x – 10) > 0 � (x –2 )2(x –5)(x + 2) > 0
Nilai-nilai nolnya :
x – 2 = 0 � x = 2
x – 5 = 0 � x = 5
x + 2 = 0 � x = -2
Gambar daerah tandanya :
+ + + - - - - - - + + +
−2 2 5
Karena tanda pertidaksamaan > 0 , jadi himpunan jawabnya
H = { x x <−2 } ∪ { x x > 5 }
Contoh 16.
Tentukan batas-batas harga x yang memenuhi pertidaksamaan
3x2 – x + 10 > x2 + 2x - 2
Jawab :
3x2 – x + 10 > x2 + 2x – 2 � 3x2 – x +10 – x – 2x + 2 > 0 � 2x2 – 3x + 12 > 0
Karena bentuk kuadrat 2x2 – 3x + 12, memiliki ciri diskriminannya :
D = (-3)2 – 4(2)(12) = -87 < 0
23
koefisien kuadratnya :
a = 2 > 0,
maka bentuk kuadrat 2x2 – 3x + 12 definit positif, 2x2 – 3x + 12 > 0 untuk setiap nilai x.
Sehingga himpunan jawabnya,
H = { x x bilangan real }.
I.5.4. Pertidaksamaan Pecahan
Pertidaksamaan pecahan adalah pertidaksamaan yang merupakan sebuah pecahan atas
suku-suku. Untuk menyelesaikan pertidaksamaan ini prosesnya sebagai berikut,
1. Ruas kanan disama dengankan 0
2. Lakukan perhitungan di ruas kiri sehingga diperoleh sebuah bentuk pecahan atas suku-
suku, yang selanjutnya ubah menjadi bangun perkalian.
3. Faktorkan bangun perkalian tersebut (jika bisa), dan tentukan nilai-nilai nolnya.
4. Sajikan nilai-nilai nol pada garis bilangan dan lakukan penentuan daerah tanda.
Contoh 17.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan 64x53x2 ≤
+−
!
Jawab :
( )0
45x2728x
045x
45x632x 06
45x32x
64x53x2 ≤
+−−
�≤+
+−−�≤−
+−
�≤+−
⇔ (−28x – 27)(5x + 4) ≤ 0
Nilai nolnya :
−28x – 27 = 0 � x = −2827
= −140135
5x + 4 = 0 � x = −54
= −140112
24
Gambar daerah tanda
− − − + + + − − −
2827−
54−
sehingga himpunan jawabnya, �
�� −≥
�
�� −≤=
54
xx2827
xxH �
Contoh 18.
Selesaikan pertidaksamaan 6x5x
3x23x2
−+≤
−+
!
Jawab :
( )( ) ( )( )( )( ) 0
6x3x23x25x6x32x
06x5x
3x23x2
6x5x
3x23x2 ≤
−−−+−−+
�≤−+−
−+
�−+≤
−+
( )( )( ) ( )( )
( )( )( ) 06x3x2316x
06x3x2
3x16 0
6x3x215x7x218x9x2
22
≤−−−−⇔
≤−−
−−�≤
−−−+−−−
�
Nilai-nilai nolnya :
−16x – 3 = 0 � x = 163−
2x – 3 = 0 � x = 23
x – 6 = 0 � x = 6
Gambar daerah tandanya
+ + + − − − + + + − − −
163−
23
6
sehingga himpunan jawabnya, { }6xx23
x163
xH ≥�
�� ≤≤−= �
25
Contoh 19.
Tentukan himpunan jawab untuk pertidaksamaan 36x5x
11x52 −≤
+−−
!
Jawab :
( )( )( ) 0
2x3x6x5x3115x
036x5x
11x5 3
6x5x11x5 2
22 ≤−−
+−+−�≤+
+−−
�−≤+−
−
( )( )( )( )( )( ) 0
2x3x1x7x3
02x3x7x10x3 2
≤−−−−
�≤−−+−
(3x – 7)(x – 1)(x – 3)(x – 2) ≤ 0
Nilai nolnya :
3x – 7 = 0 � x = 37
x – 1 = 0 � x = 1
x – 3 = 0 � x = 3
x – 2 = 0 � x = 2
Gambar daerah tandanya
+ + + − − − + + + − − − + + +
1 2 37
3
Sehingga himpunan jawabnya, { }�
�� ≤≤≤≤= 3x
37
x2x1xH �
I.5.5. Pertidaksamaan Yang Mengandung Nilai Mutlak
Nilai mutlak dari x , ditulis x , didefinisikan sebagai berikut
��
��
<=>
=0 xjika ,x -0 xjika , 0
0 xjika , x
x
Berdasarkan definisi tersebut berarti nilai mutlak dari suatu bilangan riil adalah bilangan
positif atau 0. Sebagai contoh, 3 = 3 , −3 = −(−3) = 3.
26
Secara ilmu ukur x adalah jarak dari x ke 0 pada garis bilangan real.
x x
-x 0 x
Gambar I.3 Sajian ilmu ukur dari x
Sifat-sifat dari nilai mutlak
1. Untuk setiap bilangan real x , berlaku hubungan :
1) x ≥ 0
2) x = −x
3) x2 = x2 = x2
2. Untuk setiap bilangan real x dan y , berlaku hubungan :
1) x = y ⇔ x = ±y ⇔ x2 = y2
1) x − y = y − x
3) x + y ≤ y + x dan x − y ≤ x + y
4) x −y ≤ x − y dan x − y = x − y
5) xy = xy dan y
x
yx =
3. Untuk setiap bilangan real x dan a ≥ 0 , berlaku hubungan :
1) x ≤ a , a > 0 ⇔ −a ≤ x ≤ a ⇔ x2 ≤ a2
2) x ≥ a , a > 0 ⇔ x ≥ a atau x ≤ -a ⇔ x2 ≥ a2
Berdasarkan telaahan dari nilai mutlak tersebut, proses penyelesaian pertidaksamaan
yang mengandung nilai mutlak, adalah dengan mengubah pertidaksamaan menjadi
pertidaksamaan yang tidak mengandung nilai mutlak. Selanjutnya penyelesaian
pertidaksamaan dilakukan berdasarkan bentuk kasusnya. Menghilangkan nilai mutlak
dalam pertidaksamaan dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat dari nilai mutlak seperti
yang telah dikemukakan.
27
Contoh 20.
Tentukan himpunan jawab pertidaksamaan
a. x2 − x ≤ 2
b. x2 – x −1 ≥ 1
Jawab :
a. x2 − x ≤ 2 ⇔ −2 ≤ x2 – x ≤ 2
−2 ≤ x2 – x ≤ 2
−2 ≤ x2 – x x2 – x ≤ 2 � −2 – x2 + x ≤ 0 � x2 – x + 2 ≥ 0 � x2 – x –2 ≤ 0 � (x – 2)(x + 1) ≤ 0 Karena bentuk kuadrat x2 – x + 2 Nilai nol : x – 2 = 0 � x = 2
diskriminannya : D=(−1)2– 4(1)(2) = −7<0 x + 1 = 1 � x = −1 koefisien kuadratnya : a = 1 > 0 Gambar daerah tandanya yang berarti pertidaksamaan
x2 – x + 2 ≥ 0, selalu benar, + + + − − − + + + atau himpunan jawabnya, −1 2
H1 = { xx bilangan riil }. sehingga himpunan jawabnya, H2 = { x−1 ≤ x ≤ 2 }.
Karena H1 ∩ H2 = H2 , jadi himpunan jawab pertidaksamaan x2 −x ≤ 2 adalah
H2 = { x−1 ≤ x ≤ 2 }
28
b. x2 – x − 1 ≥ 1 ⇔ x2 – x – 1 ≥ 1 atau x2 – x – 1 ≤ −1
x2 – x − 1 ≥ 1
x2 – x – 1 ≥ 1 x2 – x – 1 ≤ −1 � x2 – x – 1 – 1 ≥ 0 �x2 – x – 2 ≥ 0 � x2 – x – 1 + 1≤ 0 � x2 – x ≤ 0
� (x –2)(x + 1) ≥ 0 � x(x – 1) ≤ 0 Nilai nol : x – 2 = 0 � x = 2 Nilai nolnya : x = 0 x + 1 = 0 � x = −1 x – 1 = 0 � x = 1 Gambar daerah tandanya Gambar daerah tandanya
+ + + - - - + + + + + + - - - + + + −1 2 0 1 himpunan jawabnya, himpunan jawabnya, H1 = { xx ≤ −1 } ∪ { xx ≥ 2 } H2 = { x0 ≤ x ≤ 1 }
Jika kedua himpunan jawab diiriskan dengan menggambarkan daerah tandanya
+ + + - - - + + +
−1 2
+ + + - - - + + +
0 1
maka himpunan jawab pertidaksamaan x2 – x − 1 ≥ 1 adalah himpunan kosong, H = φ.
Sehingga tidak ada nilai x memenuhi pertidaksamaan x2 – x − 1 ≥ 1
Contoh 21.
Selesaikanlah pertidaksamaan 1x2x
1xx
+−≤
−
29
Jawab :
( )( )( ) ( )
( )( )
0 1x2x
1xx
1x2x
1xx
1x2x
1xx
1x2x
1xx
1x2x
1xx
2
2
2
2
2
2
2
2
2222
≤+−−
−�
+−≤
−
��
���
�
+−≤�
�
���
�
−���
�
����
�
+−≤��
�
����
�
−�
+−≤
−
( ) ( ) ( )( ) ( )
( ){ } ( )( ){ }( ) ( )
( ){ } ( )( ){ }[ ] ( ){ } ( )( ){ }[ ]( ) ( )
( ){ } ( ){ }( ) ( )
( )( )( ) ( ) 0
1x1x1x2x21x4
01x1x
1x2xxxx1x2xxxx
01x1x
1x2x1xx1x2x1xx
01x1x
1x2x1xx 0
1x1x1x2x1xx
22
2
22
2222
22
22
22
22
2222
≤+−
+−−�
≤+−
+−−+++−−−+�
≤+−
−−++−−−+�
≤+−
−−−+�≤
+−−−−+
�
Nilai-nilai nolnya :
1) 4x –1 = 0 � x = 41
(1)
x – 1 = 0 � x = 1 (2)
(x + 1)2 = 0 � x + 1 = 0 � x = −1 (3)
2) 2x2 – 2x + 1 = 0.
Karena bentuk kuadrat 2x2 – 2x + 1 memiliki nilai diskriminan
D=(−2)2 – 4(2)(1) = −4 <0
dan nilai koefisien kuadrat
a > 0,
maka 2x2–2x+1 > 0, untuk setiap nilai x.
Sehingga gambar daerah tandanya
− − − − − − + + + + + +
-1 41
1
dan himpunan jawabnya, �
�� ≤=
41
xxH
30
Jika kita menelaah proses penyelesaian sebuah pertidaksamaan, yang pada dasarnya
adalah, bagaimana menentukan nilai nol dari ruas kiri, setelah ruas kanan disama dengankan
nol ? Maka jika diinginkan menyelesaikan sebuah pertidaksamaan dengan menggunakan
program Mathcad, identik dengan menyelesaikan sebuah persamaan dari bentuk ruas
kirinya, yang dilanjutkan dengan menentukan daerah tandanya.
SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN
1. Bentuk pembagian ba
, dengan a � 0, terdefinisikan, jika b � 0.
Bukti : Jika 0a
= b, maka a = 0.b = 0.
Hal ini kontradiktif dengan ketentuan bahwa a � 0
Selanjutnya tunjukan bahwa bentuk pembagian, 00
juga tidak terdefinisikan.
2. Dalil fundamental dalam ilmu hitung (aritmetika) : Setiap bilangan asli merupakan hasil
perkalian dari bilangan prima.
Makna dari dalil tersebut, untuk menunjukan apakah bilangan asli merupakan bilangan
prima, adalah dengan memfaktorkannya atas bilangan-bilangan prima. Jika memiliki
lebih dari satu faktor bilangan prima, maka bilangan asli itu bukan bilangan prima.
Misal : 4 = 2.2 , 24 = 2.2.2.3 , 95 = 5.19 , dan sejenisnya, bukan bilangan prima.
Untuk bilangan-bilangan di bawah ini, mana yang merupakan bilangan prima
a) 240 b) 119 c) 1723 d) 5433 e) 12771 f) 155711 g) 57655
3. Menunjukan bahwa 2 bilangan irasional dengan pembuktian kontradiktif.
Misalkan 2 adalah bilangan rasional, sehingga dapat disajikan 2 = ba
, a dan b
bilangan asli yang tidak sama dengan 1, b � 0. Jika kedua ruas dikuadratkan, maka 2
= 2
2
ba
� 2b2 = a2 � a2 = 2.b.b
Berdasarkan dalil fundamental, kuadrat bilangan asli dapat disajikan dalam perkalian
atas bilangan prima yang bersifat tunggal, dengan banyaknya bilangan prima masing-
masing genap.
31
Dari sajian, a2 = 2.b.b
1) jika b bilangan asli ganjil, maka banyaknya bilangan prima 2 dalam perkalian hanya
satu, ganjil
2) jika b bilangan asli genap, b = 2.b1 � a2 = 2.2.b1.2.b1 = 2.2.2.b1.b1 , maka bilangan
prima 2 dalam perkalian ada tiga, ganjil
Karena a2 kuadrat bilangan asli, jadi kontradiksi dengan dalil fundamental, atau 2
bukan bilangan rasional.
Untuk bilangan-bilangan di bawah ini, tunjukan bahwa merupakan bilangan irasional,
dengan mengunakan kontradiktif dalil fundamental
a) 3 b) 5 c) 12 d) 18 e) 15 f) 10 g) 30
4. Tunjukan bahwa
a) Jika a dan b bilangan rasional, maka c = a.b , bilangan rasional.
Apakah hal ini berlaku untuk bilangan irasional ? Lakukan analisisnya !
b) Jika a bilangan rasional dan b bilangan irasional, maka c = a.b , bilangan irasional.
c) Jika a bilangan rasional, a � 0, dan b bilangan irasional, maka c = a.b , bilangan
irasional.
5. Tunjukan bahwa jika a > 0, b > 0, maka
a) a < b jika dan hanya jika a2 < b2
b) a < b jika dan hanya jika a1
> b1
6. Tunjukan bahwa jika a < b , maka a < 2
ba +< b !
7. Tentukan jawab persamaan-persamaan di bawah ini
a) 2x3 – 3x2 = 5 + 7x – 3x2 + 2x3
b) 4x3 + 2x2 – 3x + 5 = 3x2 + 7x + 4x2 – 3
c) 2x3 – 3x2 – 6x + 1 = −2 + 2x + 2x2 – 4x3
d) 3 – 3x + 2x2 – 2x3 + 2x4 = x3 + 9x2 – 15x + 7
e) 5x2 – x3 + x + 3 = x3 – 2x2 – 3x + 3
32
8. Jika x1 dan x2 jawab persamaan 2x2 + 3x + 4 = 0, maka dengan tidak menghitung nilai-
nilai x1 dan x2 , hitunglah
a) x13 − x2
3
b) x13 + x2
3
c) x14 − x2
4
d) x14 + x2
4
e) x12 – 2x1x2 + x2
2
9. Jika ditetapkan persamaan kuadrat 3x2 – 2x + 3 = 0, maka bangun persamaan kuadrat
yang jawab-jawabnya
a) dua kali lebih besar
b) lebih besar dua
c) dua kali lebih besar dan lebih besar dua
10. Tentukan jawab pertidaksamaan-pertidaksamaan di bawah ini
a) x3 – 2x2 – 3x + 2 � −4 + 2x + 3x – x3
b) 2x5 – 3x4 + 2x3 < 6x4 – 9x3 -2x2 + 12x – 8
c) 2x1x
−−
− 2xx6
+−
≤ −2x
15−
d) 2x + 5 ≤ −2x3
3xx2 2
−−−
e) 1x3
11x5x6 2
+++
> 1x2
3x
+−
f) 2x
2x9x5 2
−−+
+ 2x
1x
+−
� 4x
1x2 −
−
g) 2x1x
−−
+ 1x3x2 2 +− � 2x
15−
h) 2x + 5 − 2xx6
+−
> 3 – 2x
33
11. Tunjukan bahwa
a) x < y jika dan hanya jika x2 < y2
b) Jika a > b > 0 maka a > b
c) a + b + c ≤ a + b + c
d) Jika x ≤ 2 maka 1x
7x2x2
2
+++
≤ 15
e) Jika x � 0 maka x2 + 2x1
� 2
f) Jika a � 0 dan b � 0 maka ab ≤ 2
ba +
g) 2x
13x
12 +
++
≤ 3x
12 +
+ 2x
1+
≤ 31
+ 21
h) 9x2x
2 +−
≤ 9
2x +
i) x < x2 jika x < 0 atau x >1, dan x > x2 jika 0 < x < 1
j) Jika a � 0 bilangan rasional dan b bilangan irasional, maka a + b dan ab adalah
bilangan irasional.
34
BAB II
FUNGSI REAL DAN GRAFIKNYA
Fungsi adalah bentuk khusus dari relasi (perkawanan) antara dua buah himpunan tidak
kosong. Jika kedua himpunan yang direlasikan, dengan relasinya membangun sebuah
fungsi, adalah himpunan bilangan real, maka fungsi dinamakan fungsi real. Pada bab ini
akan disajikan deskripsi dan konsepsi pada fungsi real.
II.1. Deskripsi Fungsi
Fungsi dari himpunan X ke himpunan Y, adalah sebuah relasi (perkawanan) dengan
cara, setiap anggota himpunan X hanya dikawankan (dipasangkan) dengan satu dan hanya
satu kali dengan anggota himpunan Y.
Sebagai ilustrasi perhatikan gambar-gambar di bawah ini,
Gambar II.1 Gambar II.2
Relasi yang merupakan fungsi Relasi yang bukan fungsi [Sebab setiap anggota X hanya [Sebab ada anggota X yang memiliki memiliki satu kawan] kawan lebih dari satu ]
Untuk menyatakan sebuah fungsi dari himpunan X ke himpunan Y, dapat digunakan
salah satu dari bentuk notasi di bawah ini,
Tabel II.1 Bentuk-bentuk Notasi Fungsi
Notasi Panah Persamaan Ekplisit Persamaan Implisit
f : X → Y x → y
Y = f(X) f (X , Y) = 0
x1
x2
x3
x4
x5
X Y
y1
y2
y3
x1
x2
x3
x4
x5
X Y
y1
y2
y3
Z Z
35
Dalam deskripsi fungsi tersebut, X disebut Domain (daerah asal) dan Y Kodomain (daerah
kawan). Sedangkan himpunan Z yang merupakan himpunan bagian dari Y, dengan setiap
anggotanya adalah kawan dari X, disebut Range (daerah harga, daerah peta).
Misalnya fungsi seperti pada Gambar 1, rangenya : Z = {y1 , y2 , y3}.
Berdasarkan kondisi dari range dan cara perkawanannya, fungsi dibedakan atas
1. Fungsi ke dalam (into), yaitu fungsi dengan rangenya merupakan himpunan bagian
murni dari kodomain.
2. Fungsi pada (onto), yaitu fungsi dengan rangenya sama dengan kodomain.
3. Fungsi satu-Satu (one to one), yaitu fungsi dengan setiap anggota X dan Y hanya
memiliki satu dan hanya satu pasangan.
Fungsi satu-satu ini dibedakan atas fungsi satu-satu pada dan fungsi satu-satu ke
dalam.
Untuk ilustrasi perhatikan gambar-gambar di bawah ini
Gambar II.3 Gambar II.4
f : X → Y , fungsi kedalam f : X → Y , fungsi pada [sebab ada anggota Y yang tidak memiliki kawan] [sebab setiap anggota Y memiliki kawan]
X Y
Z
X Y
Z
36
Gambar II.5 Gambar II.6
f : X → Y , fungsi satu-satu ke dalam f : X → Y , fungsi satu-satu pada
Setiap fungsi yang merupakan fungsi satu-satu pada, akan memiliki fungsi invers.
Definisi
Jika
f : X → Y
xi → yi
fungsi satu-satu pada, maka fungsi
g : Y → X,
yi → xi
dinamakan fungsi invers dari f, ditulis : f −1
Misal, jika
X = { x | x bilangan real , x ≥ 0 } dan Y = { y | y bilangan real , y ≥ 0 },
maka fungsi
f : X → Y x → y = x2
adalah fungsi satu-satu pada, dan fungsi inversnya
f -1 : Y → X y → x = y
x1
x2
.
.
.
xk
y1
y2 . . . yn
Z
X Y
x1
x2
.
.
.
xk
y1
y2 . . . yn
Z
X Y
f
f -1
37
II.2. Sistem Salib Sumbu
Setiap bentuk fungsi dapat digambarkan sajian hubungan elemen domain dengan
kodomainnya. Untuk menggambarkannya diperlukan sebuah media, yang dinamakan
sistem salib sumbu, yaitu dua garis berpotongan tegak lurus, yang masing-masing titiknya
menyajikan bilangan riil. Sumbu datar, dinamakan sumbu absis, dinotasikan dengan X, dan
“berperan” sebagai domain. Sedangkan sumbu tegak, dinamakan sumbu ordinat,
dinotasikan dengan Y, dan “berperan” sebagai kodomain. Titik potong sumbu absis dengan
ordinat dinamakan titik pusat, dan dinotasikan dengan O.
Pasangan nilai berurut (x0 , y0), dengan x0 nilai pada sumbu absis, dan y0 pada sumbu
ordinat, dinamakan koordinat. x0 dinamakan absis, dan y0 ordinat. Koordinat seperti ini
dinamakan koordinat kartesius.
Gambar II.7 Sistem Koordinat Kartesius
O=(0,0) sumbu absis x0
y0 T=(x0,y0)
Y
X
sum
bu o
rdin
at
38
X
Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini.
r : jarak antara titik O = (0 , 0) dengan titik T = (x0 , y0), r = OT.
φ : sudut antara sumbu-X dengan garis OT, yang diukur dari sumbu-X ke garis OT dengan berlawanan arah gerak jarum jam.
Gambar II.9 Sistem Koordinat Polar
Koordinat titik T yang disajikan dalam pasangan r dengan φ,
T = (r , φ),
dinamakan Koordinat Polar.
Dengan menggunakan goneometri, dapat diformulasikan hubungan antara koordinat
polar dengan koordinat kartesius. Jika (r,φ) koordinat polar dari koordinat kartesius (x0,y0),
maka
r = 20
20 yx + dan tg φ =
0
0
xy
.
Koordinat polar dapat digunakan sebagai koordinat alternatif, jika analisis dengan
menggunakan koordinat kartesius sulit diselesaikan.
II.3. Diagram dan Grafik
Gambar dari fungsi dinamakan Grafik, jika bentuknya sebuah garis atau lengkungan.
Sedangkan jika sebuah pencaran titik, disebut Diagram.
Misalnya, fungsi dari himpunan X = {-2 , -1 , 0 , 1 , 2} ke himpunan Y = {0 , 1 , 2 , 3 , 4}
dengan bentuk
f : X → Y x → y = x2
φ
r
y0
Y
x0 O
T=(x0,y0)
39
maka diagramnya
Y • 4 - • 3 - 2 - • 1 - • • X -2 -1 0 1 2
Gambar II.7 Diagram fungsi f : x → y = x2
Sedangkan jika X = {x x bilangan riel}, Y = {y y bilangan riel}, dan bentuk fungsinya
2 xy x
Y X : f
=→
→
maka grafiknya
Y 4 - 3 - 2 - 1 - X -2 -1 0 1 2
Gambar 8 Grafik fungsi f : x → y = x2
Menggambarkan grafik fungsi, jika dilakukan secara “manual”, maka prosesnya
sebagai berikut.
40
1. Menentukan titik-titik yang dilalui oleh grafik.
a. Titik-titik tertentu, misalnya titik potong dengan sumbu koordinat, titik ekstrim,
titik simetris dan sejenisnya.
b. Titik-titik sembarang, yang dapat dilakukan dengan menentukan sembarang nilai x,
dan mensubtitusikannya ke persamaan fungsi. Prosesnya dapat dilakukan melalui
sebuah tabel perhitungan
Misal untuk fungsi y = x2.
x y = x2 Koordinat Titik -2 (-2)2 = 4 (-2 , 4) -1 (-1)2 = 1 (-1 , 1) 1,5 (1,5)2 = 2,25 (1,5 , 2,25) dst
2. Menggambarkan koordinat titik-titik yang dilalui grafik.
3. Menghubungkan titik-titik yang digambarkan pada langkah pertama,
Tingkat “akurasi” dan “estetika” grafik yang digambarkan secara “manual”, sangat
bergantung pada pengalaman dan keahlian menggambar dari si-pembuat-nya. Untuk
mendapatkan gambar grafik fungsi yang bagus, tanpa diperlukan pengalaman dan daya
estetika, dengan proses cukup sederhana adalah dengan menggunakan program komputer
Mathcad. Langkah-langkah menggambarkan grafik fungsi dengan Mathcad 2000 :
1. “Jalankan” program Mathcad 2000, sehingga diperoleh tampilan
41
2) “Tutup” tampilan Resource Centre, sehingga diperoleh tampilan
3) Pada “pointer” + tulis persamaan fungsi yang akan digambarkan dengan formulasi
f(x) � “persamaan fungsi”
Tanda �, dapat diperoleh dengan mengkliknya pada fungsi Calculator atau
Evaluati…
Misal fungsi yang akan digambarkan, Y = 2x2 – 3x + 1. Formulasi penulisan pada
“bidang editor” seperti di bawah ini.
42
4) “Klik” gambar grafik yang ada pada sudut kiri atas “kotak Graph” (lihat tanda panah),
sehingga diperoleh tampilan
5) Pada “kotak hitam kecil” di bawah “kotak putih besar”, tulis : x, dan f(x) yang ada di
sebelah kirinya.
6) “Klik” persamaan fungsi, sehingga diperoleh tampilan
tulis : x tulis : f(x)
klik persamaan fungsi setelah menulis x dan f(x) di kotak hitam kecil
pada kotak putih klik dua kali untuk formating grafik
43
7) “Klik” dua kali pada kotak putih yang ada gambar grafik f(x), untuk formating grafik,
8) Lakukan formating grafik sehingga diperoleh gambar yang bagus, menurut si pembuat.
Misalnya seperti tampilan di bawah ini.
44
II.4. Fungsi Komposisi
Jika f : X → Y , fungsi dari himpunan X ke Y, dan g : Y → Z , fungsi dari himpunan Y
ke Z, yang merelasikan elemen-elemen dari range fungsi f, dengan elemen himpunan Z.
Maka fungsi h : X → Z disebut fungsi komposisi dari f dengan g, ditulis
h = f o g atau h = f(g)
f ff f g
f o g
X Y Z
Gambar II.10 Diagram fungsi komposisi
Sebagai contoh, jika
f : X → Y x → y = x2 dan g : Y → Z y → z = Sin y maka
fog : X → Z x → z = Sin x2
Sajian tersebut jika dalam persamaan eksplisit adalah :
22
XSin Z YSin Z
X Y =�=
=
45
II.4. Operasi Pada Fungsi
Karena nilai dari fungsi real adalah bilangan real, maka himpunan dari fungsi real yang
tidak kosong, yang di dalamnya dilibatkan operator perkalian dan perjumlahan, merupakan
sebuah sistem bilangan real. Sehingga jika dimiliki dua buah fungsi atau lebih, dengan
domain dan kodomain yang sama, maka dapat dilakukan proses perkalian, perjumlahan, atau
kombinasi keduanya, beserta operasi kawannya. Domain dan kodomain fungsi hasil operasi
adalah irisan dari domain dan range fungsi komponennya.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Gambar II.11 Konsepsi Operasi Fungsi
Jika f(x), fungsi dari himpunan A ke himpunan B ; dan g(x), fungsi dari himpunan V ke
himpunan W ; maka operasi f(x) dengan g(x) yang disajikan oleh f(x)*g(x), adalah fungsi
dari himpunan M = A∩V ke himpunan N = B∪W.
Sebagai contoh, jika
f(x) = x2 , domain = {−∞ < x < ∞} , kodomain = {x � 0}
g(x) = Sin x , domain = {−π � x � π} , kodomain = {−1 � x � 1}
dan dilakukan operasi fungsi, H(x) = f(x) + g(x) dan I(x) = f(x).g(x), yang jika digambarkan
grafiknya dengan Mathcad, hasilnya seperti di bawah ini
f(x)
g(x)
f(x)*g(x)
X
A
B
V W
M N
Y
46
3.14 0 3.14
4
4
f x( )
g x( )
H x( )
I x( )
x
II.5. Beberapa Bentuk Fungsi
II.5.1. Fungsi Linear
Fungsi linear (atau fungsi pangkat satu) jika disajikan dalam persamaan eksplisit
bentuknya :
Y = aX + b
dan dalam persamaan implisit bentuknya :
aX + bY + c = 0
Domain, kodomain, dan range dari fungsi linear adalah himpunan bilangan real, dan fungsi
ini merupakan fungsi satu-satu pada, dengan fungsi inversnya
ab
Xa1
Y −=
Fungsi linear biasa juga disebut persamaan garis, karena grafiknya merupakan garis
lurus.
f(x) = x2
g(x) = Sin x
H(x) = f(x) + g(x)
I(x) = f(x).g(x)
Pada gambar tersurat, untuk
fungsi H(x) dengan I(x),
domain = {−π � x � π}
kodomain = {−∞ < x < ∞}.
47
Y = aX + b
Gambar II.12
Grafik fungsi linear
Pada persamaan eksplisit, Y = aX + b, jika φ sudut antara sumbu-X dengan grafik fungsi,
maka
a = Tg φ
dinamakan Koefisien Arah atau Gradient. Sedangkan φ disebut Sudut Arah.
Dalam persamaan implisit,
aX + bY + c = 0
koefisien arah grafik fungsi sama dengan ba− , dan koordinat titik potong grafik dengan
sumbu-Y : ��
���
� −bc
,0 .
Cara menggambarkan grafik fungsi linear ada dua cara, yaitu berdasarkan
1) dua titik yang dilalui grafik
2) nilai koefisien arah dan sebuah titik yang dilalui grafik.
Contoh soal 1.
Gambarkan grafik fungsi Y = 2X − 3 !
Jawab :
1. Jika berdasarkan dua titik yang dilalui grafik, maka ambil dua nilai sembarang dari X
dan hitung nilai Y sesuai dengan persamaan fungsinya, misalnya :
X −2 1 Y 2(−2) – 3 = −7 2(1) – 3 = −1
φ X
Y
(0,b)
φ sudut antara grafik fungsi dengan sumbu-X, diukur dari sumbu-X berlawanan arah gerak jarum jam (0,b) titik potong grafik fungsi dengan sumbu-Y
48
garis arah
Y
-2 1
X
-1 (1 , -1)
-7
2. Jika berdasarkan nilai koefisien arah dan sebuah titik yang dilalui grafik, maka
1) gambarkan garis arah dengan sudut arah φ, yang nilai koefisien arahnya 2,
Tg φ = 2.
2) tentukan sebuah titik yang dilalui grafik, dan untuk kemudahan ambil titik
potong grafik dengan sumbu-Y, (0 , -3),
3) gambarkan garis yang sejajar garis arah dan melalui titik potong tersebut
Y
2
φ
1 X
(0 , -3)
(2 , -7)
49
Berdasarkan cara menggambarkan grafiknya, membangun persamaan fungsi linear,
dapat dilakukan berdasarkan
1. dua titik yang dilalui grafik
2. nilai koefisien arah dan sebuah titik yang dilalui grafik.
Persamaan fungsi linear jika melalui titik (x0 , y0) dan (x1 , y1) adalah
01
0
01
0
xxxX
yyyY
−−=
−−
Jika disajikan dalam persamaan eksplisit, bentuknya menjadi
01
1001
01
01
01
0010
01
0001
01
0100
01
01
01
01
xxxyxy
Xxxyy
xxxyxy
xxxyxy
Xxxyy
yxxxyy
Xxxyy
Y
−−
−−−
=
−−+
−−−
−−=+
−−−
−−=
Sedangkan persamaannya jika nilai koefisien arah, a dan melalui titik (x0 , y0) adalah,
Y – y0 = a(X – x0)
Yang jika disajikan dalam persamaan eksplisit, bentuknya
Y = aX – ax0 +y0 = aX – (ax0 – y0)
Contoh soal 2.
Tentukan persamaan fungsi linear, jika grafiknya
a. melalui titik-titik (-1 , 2) dan (2 , -3)
b. memiliki koefisien arah –2 dan melalui titik (2 , 3)
Jawab :
a. 3
1X52Y
)1()2()1(X
)2()3()2(Y +=
−−
�−−−−=
−−−
� (3)(Y – 2) = (−5)(X + 1) �
Y – 6 = −5X – 5 � 5X + 3Y – 6 + 5 = 0 �
5X + 3Y – 1 = 0 (persamaan eksplisit)
31
X35
Y −−= (persamaan implisit)
b. Y – (3) = (2)(X - 2) � Y = 2X – 4 + 3 �
Y = 2X – 1 (persamaam implisit)
2X − Y − 1 = 0 (persamaan eksplisit)
50
ϕ
ϕ1 ϕ2
l : Y= mX + n
II.5.1.1. Sudut antara dua grafik
Salah satu segi yang dapat diturunkan dari koefisien arah grafik fungsi linear, adalah
sudut antara dua grafik seperti di bawah ini.
Y
X
Gambar II.13 ϕ sudut antara g dan l (0≤ ϕ ≤ ½π)
Pada Gambar II.13.
ϕ1 sudut arah l � Tg ϕ1 = m
ϕ2 sudut arah g � Tg ϕ2 = a
ϕ = ϕ2 − ϕ1
Tg ϕ = Tg (ϕ2 − ϕ1) = )(Cos)(Sin
12
12
ϕ−ϕϕ−ϕ
= 1212
1212
SinSinCosCosSinCosCosSin
ϕϕ+ϕϕϕϕ−ϕϕ
=
12
12
12
12
12
12
12
12
CosCosSinSin
CosCosCosCos
CosCosSinCos
CosCosCosSin
ϕϕϕϕ
+ϕϕϕϕ
ϕϕϕϕ−
ϕϕϕϕ
=
12
12
1
1
2
2
CosCosSinSin
1
CosSin
CosSin
ϕϕϕϕ
+
ϕϕ−
ϕϕ
= 12
12
TgTg1TgTg
ϕϕ+ϕ−ϕ
= am1ma
+−
Karena sudut antara dua grafik yang digunakan adalah sudut lancip, 0 ≤ ϕ ≤ ½π, yang
berarti Tg ϕ � 0. Sedangkan dari formulasi kesamaan dimungkinkan Tg ϕ ≤ 0, maka pada
g : Y=aX + b
51
formulasi kesamaan, ruas kanan harus disajikan dalam harga mutlak. Sehingga jika ϕ sudut
antara dua grafik fungsi linear, g : Y=aX + b dengan l : Y= mX + n,
maka
am1 m-a
Tg+
=ϕ
II.5.1.2. Dua grafik fungsi linear
Dari konsepsi sudut antara dua grafik fungsi linear, maka dapat disimpulkan bahwa
antara dua grafik fungsi linear hanya satu dari dua hal di bawah ini yang berlaku, yaitu
1) Sejajar.
Dua grafik fungsi linear akan sejajar jika koefisien arah keduanya sama, a = m.
2) Berpotongan, yang dibedakan atas
a) berpotongan tegak lurus.
Dua grafik fungsi linear akan berpotongan tegak lurus jika hasil kali koefisien
arahnya sama dengan –1, a.m = −1.
b) berpotongan biasa.
Untuk menentukan titik potong dua grafik dapat dilakukan dengan mempersamakan
kedua persamaan fungsinya.
Jika diketahui dua grafik fungsi linear, Y = aX + b dan Y = nX + m , maka koordinat
titik potongnya dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
mnXY
baXY
+=+=
� aX + b = mX + n � aX – mX = n – b � (a – m)X = n – b �
X = mabn
−−
dari persamaan Y = aX + b � Y = ��
���
�
−−
mabn
a + b �
mabman
ma)ma(b
ma)bn(a
Y−−=
−−+
−−=
sehingga koordinat titik potongnya.
��
���
�
−−
−−
mabman
,mabn
52
Y Y Y
X X X
sejajar berpotongan berpotongan tegak lurus
Gambar II.14 Kemungkinan dua grafik fungsi linear
Contoh soal 3.
Tentukan persamaan fungsi linear yang grafiknya berpotongan tegak lurus dengan grafik
fungsi
3X2Y +−=
dan melalui titik potong grafik fungsi
3X2Y += dengan 2X3Y −−= !
Jawab :
Jika a koefisien arah grafik yang tegak lurus grafik Y = −2X + 3 , maka (a)(−2) = −1 �
a = 21
Koordinat titik potong grafik Y = 2X + 3 dengan Y = −3X – 2 :
2X3Y
3X2Y
−−=+=
� 2X + 3 = −3X – 2 � 2X + 3X = −2 – 3 � 5X = −5 � X = −1
3X2Y
1X
+==
� Y = 2(−1) + 3 = 1 � koordinat titik potongnya : (−1 , 1),
Sehingga persamaan fungsi linear yang dicari, adalah fungsi yang grafiknya melalui titik
(−1 , 1) dengan koefisien arah 21
, yaitu :
Y – (1) = 21
(X – (−1) � Y = 21
X + 21
+ 1 � Y = 21
X + 121
.
53
Persamaan fungsi jika disajikan dalam
persamaan implisit, maka diperoeh hasil
Y = 21
X + 121
� 2Y = X + 3 �
X – 2Y + 3 = 0
Jika grafik fungsi-fungsi tersebut digambarkan
dengan menggunakan program Mathcad pada
domain {−10 ≤ x ≤ 10}, maka hasilnya seperti di
samping ini.
Dengan fungsi-fungsi yang ditetapkan :
f(x) : Y = −2X + 3 , g(x) : Y = 2X + 3 ,
h(x) : Y = −3x – 2 ,
dan fungsi yang dicari : i(x) : Y = 21
X + 121
.
II.5.2. Fungsi Kuadrat
Persamaan fungsi kuadrat, atau biasa juga disebut persamaan parabola tegak, adalah :
Y = aX2 + bX + c , 0a ≠ .
Selanjutnya perhatikan proses aljabar di bawah ini :
a2b
bac4aY4a2
1 X
a4b)cY)(a4(
a2b
X
a4
ba
cY2ab
X a
cYa2
ba2
bX
ab
X
a
cYX
ab
X cYbXaX cbXaXY
22
2
2
22222
222
−+−±=�+−
±=+
�+−
=��
���
� +�−
=��
���
�−��
�
�
��
�
���
���
�++
�−
=+�−=+�++=
Karena 2bac4aY4 +− akan bernilai real jika 0bac4aY4 2 ≥+− , atau
0 ajika , a4
ac4bY
2
>−
−≥ , dan 0 ajika , a4
ac4bY
2
<−
−≤ .
Maka range fungsi kuadrat adalah,
Y = {a4
ac4by
2 −−≥ } , jika a < 0 atau Y = {a4
ac4by
2 −−≤ } , jika a > 0.
i(x)
h(x) g(x) f(x)
10 0 10
10.78
10.78
f x( )
g x( )
h x( )
i x( )
x
Gambar posisi grafik fungsi linier yang ditetapkan dengan yang dicari
54
Dari hubungan a4
b)cY)(a4(a2
bX 2
2+−±=+ , karena 0
a4b)cY)(a4(
2
2
≥+−
,
maka
a4
b)cY)(a4(a2
bX 2
2+−=+ , jika 0
a2b
X ≥+ atau a2
bX −≥
a4
b)cY)(a4(a2
bX 2
2+−−=+ , jika 0
a2b
X ≤+ atau a2
bX −≤
Hal ini menyimpulkan bahwa, fungsi kuadrat merupakan fungsi satu-satu pada, jika
domainnya X = {a2
bx −≥ } atau X = {
a2b
x −≤ }.
Dalam domain tersebut, fungsi inversnya
a2
b X jika ,
a2b
)ac4b(aX4a2
1Y 2 −>−−−=
a2b
X jika , a2
b)ac4b(aX4
a21
Y 2 −<−−−−=
Sehingga jika domainnya ∞<<∞− X maka fungsi kuadrat bukan fungsi satu-satu pada,
tetapi hanya merupakan fungsi ke dalam.
Dari uraian tersebut, garis dengan persamaan a2
bX −= , dinamakan Sumbu Simetris,
dan nilai a4
ac4bY
2 −−= , adalah nilai ekstrim fungsi. Nilai ekstrim ini, merupakan nilai
minimum jika a > 0, dan nilai maksimum jika a < 0.
Untuk menggambarkan fungsi kuadrat secara “manual” diperlukan komponen-
komponen :
1. Sumbu simetris, yaitu garis dengan persamaan a2
bX −= .
2. Titik ekstrim, yaitu titik dengan koordinat ���
����
� −−−
a4ac4b
,a2
b 2
3. Titik potong dengan sumbu-sumbu koordinat,
1) dengan sumbu-Y : X = 0 � Y = c � koordinat titik potongnya (0 , c)
2) dengan sumbu-X : Y = 0 � aX2 + bX + c = 0
55
Persamaan kuadrat aX2 + bX + c = 0 akan memiliki jawab riil, jika b2 – 4ac ≥ 0,
sehingga grafik fungsi kuadrat akan
a) memotong sumbu-X, jika b2 – 4ac > 0,
b) menyinggung sumbu-X jika b2 – 4ac = 0.
4. Titik-titik yang dilalui grafik,
Untuk ini buat tabel pasangan harga X dengan Y.
Contoh soal 4.
Gambarkan grafik fungsi Y = −2X2 + X +1 !
Jawab :
1) Sumbu simetrinya : 41
)2(21
X =−
−= .
2) Titik ekstrimnya :
Koefisien kuadratnya, a = −2 < 0, jadi titik ekstrim merupakan titik maksimum.
Koordinatnya : ��
���
�=���
����
�
−−−
−89
,41
)2(4)1)(2(4)1(
,41 2
3) Koordinat titik potong dengan :
a) sumbu-Y : (0 , 1)
b) sumbu-X :
Diskriman fungsi D = (1)2 – 4(-2)(1) = 9 > 0, jadi grafik memotong sumbu-X.
Koordinat titik potongnya
1XX2Y
0Y2 ++−=
= � −2X2 + X + 1 = 0 � (2X + 1)(−X + 1) = 0
� 1X 01X
21
X 01X2
=�=+−
−=�=+
Koordinat titik-titik potongnya : (21− , 0) dan (1,0)
56
(1,0)
��
���
�
89
,41
(-1,-2)
(−121
,-5)
4) Koordinat titik-titik lain yang dilalui grafik :
Ambil nilai X sembarang yang belum ada, dan sepihak terhadap sumbu simetri.
Pada contoh ini sumbu simetrinya X = 41
, jadi yang diambil nilai X < 41
atau X > 41
.
Jika diambil X < 41
, maka bangun tabel seperti di bawah ini
X Y Koordinat titik −1 −2(−1)2 + (−1) + 1 = −2 (−1 , −2)
−121
−2(−121
)2 + (−121
) + 1 = −5 (−121
, −5)
dst. Sehingga bentuk grafiknya seperti di bawah ini
X
X = 41
Grafik fungsi kuadrat
f(x) : Y = −2X2 + X +1
jika digambarkan dengan program Mathcad pada
domain X = {−10 � x � 10}, hasilnya seperti di
disamping ini.
(-21
,0)
Y
X
10 5 0 5 10
15
10
5
5
10
15
f x( )
Grafik fungsi kuadrat Y = −−−−2X2 + X +1 jika digambarkan dengan Mathcad
57
Kemungkinan grafik fungsi kuadrat jika ditelaah berdasarkan sumbu-X, disajikan pada
Gambar II.15 di bawah ini.
a > 0 a < 0
D > 0 10 0 10
10
10
f x( )
x
10 0 10
10
10
20
f x( )
x
Grafik memotong sumbu-X dan terbuka ke atas
Grafik memotong sumbu-X dan terbuka ke bawah
D = 0 10 0 10
10
10
f x( )
x
10 0 10
10
10
f x( )
x
Grafik menyinggung sumbu-X dan terbuka ke atas
Grafik menyinggung sumbu-X dan terbuka ke bawah
D < 0 10 0 10
10
10
f x( )
x
10 0 10
10
10
f x( )
x
Grafik tidak memotong sumbu-X dan terbuka ke atas
Grafik tidak memotong sumbu-X dan terbuka ke bawah
Gambar II.15
Kemungkinan posisi grafik fungsi kuadrat terhadap Sumbu-X
58
II.5.2.1. Grafik fungsi kuadrat dengan fungsi linear
Jika dimiliki sebuah grafik fungsi kuadrat dengan sebuah grafik fungsi linear, maka
hanya satu dari tiga kemungkinan di bawah ini yang terjadi, yaitu
a) tidak berpotongan
b) berpotongan
c) bersinggungan
edXcXY baXY
2 ++=+=
� aX + b = cX2 + dX + e � cX2 + (d – a)X + (e – b) = 0
Diskriminan bentuk kuadrat cX2 + (d – a)X + (e – b) : D = (d – a)2 – 4(c)(e – b)
Ada tiga kemungkinan untuk D
a) D < 0 � grafik fungsi linear dengan fungsi kuadrat tidak berpotongan
b) D = 0 � grafik fungsi linear menyinggung grafik fungsi kuadrat
c) D > 0 � grafik fungsi linear memotong grafik fungsi kuadrat
10 5 0 5 10
10.2
5.1
5.1
10.2
f x( )
g x( )
x
10 5 0 5 10
8.05
4.03
4.03
8.05
f x( )
h x( )
x Grafik fungsi linear dengan fungsi kuadrat tidak berpotongan
Grafik fungsi linear menyinggung grafik fungsi kuadrat
10 5 0 5 10
8.05
4.03
4.03
8.05
f x( )
i x( )
x Grafik fungsi linear memotong grafik fungsi kuadrat
Gambar II.16
Kemungkinan grafik fungsi linear dengan fungsi kuadrat
59
Contoh soal 5
Tentukan
a) persamaan garis singgung pada parabola Y = 2X2 – 3X +1 di titik (1 , 0)
b) hubungan a dan b pada persamaan parabola Y = aX2 + bX – 1, agar grafiknya memotong
grafik fungsi linear Y = 2X – 3
Jawab
a) Jika dimisalkan persamaan garis singungnya Y = aX + b, maka
1) melalui titik (1, 0) � 0 = a(1) + b � a = −b � Y = −bX + b
2) menyinggung parabola Y = 2X2 – 3X +1
1X3X2Y
bbXY2 +−=
+−= � −bX + b = 2X2 – 3X +1 � 2X2 + (b– 3)X +(1−b) = 0
diskriminan bentuk kuadrat 2X2 + (b– 3)X +(1-b) :
D = (b– 3)2 – 4(2)(1-b) = b2 – 6b + 9 – 8 + 8b = b2 + 2b + 1 = (b + 1)2
Karena yang ditentukan menyinggung, maka D harus disama-dengankan 0, D = 0,
atau b = −1
Sehingga persamaan garis singgunggnya, Y = −(−1)X + (−1) = X – 1
b) 1bXaXY
3X2Y2 −+=−=
� 2X – 3 = aX2 + bX – 1 � aX2 + (b+2)X + 2 = 0
diskriminan bentuk kuadrat aX2 + (b+2)X + 2 : D = (b+2)2 – 4(a)(2) = b2 + 4b + 4 – 8a
Karena yang ditentukan berpotongan, maka D harus lebih besar dari 0, D > 0, atau
b2 + 4b + 4 – 8a > 0 � (b + 2)2 – 8a > 0 � {(b+2) − a8 }{(b+2) + a8 } > 0
Hal ini berarti, hubungan a dengan b
1) (b+2) − a8 > 0 � b > a8 − 2
(b+2) + a8 > 0 � b > − a8 − 2
atau
2) (b+2) − a8 < 0 � b < a8 − 2
(b+2) + a8 < 0 � b < − a8 − 2
60
(0,1)
II.5.3. Fungsi Pangkat
Bentuk umum dari fungsi pangkat adalah Y = aX , dengan a > 0 bilangan real.
Dalam hal a = e , yaitu bilangan irasional yang nilainya e = 3,141592654…, bentuk Y = eX
dinamakan fungsi eksponensial. Grafik dari fungsi pangkat seperti pada Gambar II.15.
Gambar II.17 Grafik fungsi pangkat
Misal grafik fungsi
f(x) : Y = 4X dan g(x) : Y = X
41��
���
�
jika digambarkan dengan program
Mathcad dalam domain
X = {−10 < x < 10},
maka hasilnya seperti di samping ini :
Domain fungsi pangkat adalah
X = {−∞ < x <∞}
dan rangenya
Y = {y > 0}.
Fungsi ini merupakan fungsi satu-satu pada,
dengan fungsi inversinya : Y = alog Y.
Sifat perpangkatan
1. aa1
XX = , aa
X1
X =−
2. Xa+b = Xa x Xb , Xa-b = Xa X-b = b
a
XX
3. (xa)b = Xab
X
Y Y=aX , a > 1
Y=aX , 0< a < 1
f(x) g(x)
10 0 10
10
10
f x( )
g x( )
x
Grafik fungsi f(x) : Y = 4X dan g(x) : Y = X
41��
���
�
jika digambarkan dengan Mathcad
61
II.4.4. Fungsi Logaritma
Bentuk umum dari fungsi logaritma adalah Y = alog X dengan a > 0, bilangan real.
Dalam hal a = 10, 10log X ditulis log X, dan dinamakan Logaritma Biasa. Jika a = e , yaitu
bilangan irasional, e = 3,141592654… , maka elog X ditulis ln X, dan dinamakan
Logaritma Natural.
Y
X
Gambar II.18 Grafik fungsi logaritma
Misal grafik fungsi
f(x) : Y = 4log X dengan g(x) : Y = xlog41
jika digambarkan dengan program Mathcad
dalam domain X = {0 < x < 10}, hasilnya
seperti di samping ini.
Domain dari fungsi logaritma adalah,
X = {x > 0}, dan rangenya, Y = {−∞ < y < ∞}.
Sifat logaritma :
1. alog XY = alog X + alog Y , Ylog XlogYX
log aaa −=
2. XlogYlog
Ylog a
aX =
3. alog Xb = b alog X
(1,0)
Y=alog X , a > 1
Y=alog X , 0 < a < 1
f(x)
g(x)
0 5 10
5
5
f x( )
g x( )
x
Grafik fungsi f(x) : Y = 4log X dan g(x) : Y = xlog41
62
ϕ
x
r
II.4.5. Fungsi siklometri (fungsi goniometri , fungsi trigonometri)
Perhatikan gambar di bawah ini
dan perbandingan-perbandingan sisi-sisi dari segi-tiga siku-sikunya. Berdasarkan hal-hal
tersebut didefinisikan
ry
= Sinus ϕ = Sin ϕ ⇔ yr
= Cosecan ϕ = Cosec ϕ
rx
= Cosinus ϕ = Cos ϕ ⇔ xr
= Secan ϕ = Sec ϕ
yx
= Tangens ϕ = Tg ϕ ⇔ xy
= Cotangens ϕ = Ctg ϕ
Formulasi perbandingan tersebut dinamakan perbandingan goniometri (trigonometri).
Dari perbandingan goniometri tersebut diperoleh hubungan-hubungan sebagai berikut
1) –1 ≤ Sin ϕ≤ 1 , –1 ≤ Cos ϕ≤ 1
2) Sin (900 − ϕ) = Cos ϕ , Cos (900 − ϕ) = Sin ϕ , Tg (900 − ϕ) = Ctg ϕ
3) Cosec ϕ = ϕSin
1 , Sec ϕ =
ϕ Cos1
, Tg ϕ = ϕϕ Cos
Sin , Cotg ϕ =
ϕ Tg1
4) Sin2ϕ + Cos2ϕ = 1 , Tg2ϕ − Sec2ϕ = 1 , Ctg2ϕ − Cosec2ϕ = 1
Fungsi Y = Sin X dan Y = Cos X, merupakan fungsi dasar dari fungsi goniometri, sebab
fungsi-fungsi goniometri yang lainnya dapat diturunkan dari keduanya. Range dari fungsi
ini adalah Y = {–1 ≤ y ≤ 1}.
y
63
Grafik fungsi
f(x) : Y = Sin X dan g(x) : Y = Cos X
digambarkan dengan Mathcad dalam
domain X = {−10 < x < 10}, hasilnya
seperti di samping ini.
Domain fungsi Y = Sin X adalah
X = {kπ < x < (k + 2)π} ,
k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X = {−kπ < x < (−k − 2)π} ,
k = 0 , 1 , 2 , . . .
Domain fungsi Y = Sin X adalah
X = {kπ < x < (k + 2)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau X = {−kπ < x < (−k − 2)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
Dan domain fungsi Y = Cos X adalah X = {(k +21
)π < X < (k + 221
)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau X = (−k + 21
)π < X < (−k − 121
)π , k = 0 , 1 , 2 , . . . Sehingga pada domain tersebut
fungsi memiliki fungsi invers. Fungsi invers untuk Y = Sin X, adalah Y = Arc Sin X.
Sedangkan untuk Y = Cos X, adalah Y = Arc Cos X..
Fungsi goniometri yang lainnya,
1. Y = Tg X = x CosxSin
.
Fungsi ini terdefinisikan jika Cos ≠ 0,
atau jika X ≠ 21 π , ± 1
21 π , ± 2
21 π , . . . .
2. Y = Ctg X = Sin x
xCos xTg
1 =
Fungsi ini terdefinisikan jika Sin X ≠ 0
atau jika X ≠ 0 , ± π , ± 2π , . . .
10 5 0 5 10
10
5
5
10
f x( )
g x( )
x
10 5 0 5 10
10
5
5
10
f x( )
g x( )
x
Gambar II.20 Grafik fungsi siklometri
f(x) : Y = Tg X ; g(x) : Y = Ctg X
Gambar II.19 Grafik fungsi siklometri : f(x) = Sin x , g(x) = Cos x
64
Grafik fungsi f(x) : Y = Tg X dan g(x) : Y = Ctg X, jika digambarkan dengan Mathcad
dalam domain X = {−10 < x < 10}, hasilnya seperti pada Gambar II.20.
Fungsi Y = Tg X memiliki range Y = {−∞ < y < ∞}, dan merupakan fungsi satu-satu
pada, dalam domain
X = {(−k +21
)π < x < (−k + 121
)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . . ,
atau
X = {(−k − 21
)π < x < (−k + 21
)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya Y = Arc Tg X.
Sedangkan fungsi Y = Ctg X memiliki range yang sama dengan Y = Tg X, yaitu
Y = {−∞ < y < ∞},
dan merupakan fungsi satu-satu pada, dalam domain
X = {kπ < X < (k + 1)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X = {−(k + 1)π < X < −kπ} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya
Y = Arc Ctg X.
3. Y = Sec X = X Cos
1
Fungsi ini terdefinisikan jika Cos X ≠ 0,
atau jika X ≠ 21 π , ±1
21 π , ±2
21 π , . . .,
4. Y = Cosex X = XSin
1
Fungsi ini terdefinisikan jika Sin X ≠ 0,
atau jika X ≠ 0, ± π , ±2π, . . . .
Grafik fungsi f(x) : Y = Cosec X
dan g(x) : Y = Sec X jika digambarkan
dengan Mathcad dalam domain X = {−10 < x < 10},
hasilnya seperti pada Gambar II.21.
10 5 0 5 10
10
5
5
10
f x( )
g x( )
x
Gambar II.21 Grafik fungsi siklometri
g(x) : Y = Sec X ; f(x) : Y = Cosec X
65
Range fungsi Y = Sec X adalah Y = {1 ≤ y < ∞ } atau Y = { ∞− < y ≤ −1}, dan
merupakan fungsi satu-satu pada, dalam domain,
X = {(k + ½)π < x < (k + 1½)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X(-k - ½)π < X < (-k + ½)π , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya
Y = Arc Sec X.
Sedangkan fungsi Y = Cosec X, rangenya juga sama yaitu Y = {1 ≤ y < ∞ } atau
Y = { ∞− < y ≤ −1}, dan merupakan fungsi satu-satu pada, dalam domain
X = {kπ < x < (k + 1)π , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X = {−(k + 1)π < x < −kπ} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya
Y = Arc Cosec X.
Karena grafik dari fungsi goniometri merupakan lengkungan yang memiliki ciri
(karakteristik, characteristic) periodik (membentuk bangun yang berulang), maka fungsi
goniometri biasa juga dinamakan fungsi siklometri.
II.5.6. Fungsi Pecahan
Bentuk fungsi pecahan sangat banyak formulasinya, tetapi yang sering digunakan
adalah bentuk-bentuk
1) dcxbax
Y++= , cx + d � 0 untuk setiap nilai x.
2) edxcx
baxY
2 +++= , cx2 + dx + e � 0 untuk setiap nilai x.
3) fexdxcbxax
Y2
2
++++= , dx2 + ex + f � 0 untuk setiap nilai x.
Pada fungsi pecahan dideskripsikan sumbu (garis) asimtut (asimptot), yaitu garis yang
akan dipotong grafik fungsi di titik tak berhingga, sehingga grafik fungsi dengan sumbu
asimtut hampir berimpit mulai nilai x tertentu. Untuk fungsi-fungsi pecahan seperti yang
disajikan tersebut, sumbu asimtutnya dua jenis, yaitu asimtut datar dan asimtut tegak.
66
1) Untuk fungsi dcxbax
Y++=
Asimtut tegaknya :
Y → ∞ ⇔ cx + d → 0 � x = cd−
Asimtut datarnya :
x → ∞ ⇔ Y = ca
xd
xcx
xb
xax
Limdcxbax
Limxx
=+
+=
++
∞→∞→
2) Untuk fungsi edxcx
baxY
2 +++=
Asimtut tegaknya :
Y → ∞ ⇔ cx2 + dx + e → 0 , D = d2 – 4ce � 0
Sehingga asimtut tegaknya : �
�
�
<=>
0D jika , adatidak 0D jika ,buah satu
0D jika ,buah dua
Nilai persamaan asimtut tegaknya, merupakan jawab dari persamaan cx2 + dx + e = 0 .
Asimtut datarnya :
x → ∞ ⇔ Y = 0
xe
xdx
xcx
xb
xax
Limedxcx
baxLim
222
2
22
x2x=
++
+=
+++
∞→∞→
3) Untuk fungsi fexdxcbxax
Y2
2
++++=
Asimtut tegaknya :
Y → ∞ ⇔ dx2 + ex + f → 0 ⇔ D = e2 – 4df � 0
Sehingga asimtut tegaknya : �
�
�
<=>
0D jika , adatidak 0D jika ,buah satu
0D jika ,buah dua
Nilai persamaan asimtut tegaknya, merupakan jawab dari persamaan dx2 + ex + f = 0 .
67
Asimtut datarnya :
x → ∞ ⇔ Y = da
xf
xex
xdx
xc
xbx
xax
Limfexdxcbxax
Lim
222
2
222
2
x2
2
x=
++
++=
++++
∞→∞→
Perhatikan fungsi-fungsi di bawah ini :
1) f(x) = 7x5
3x2+−
−
asimtut tegaknya : x = 57
57 =
−− , dan
asimtut datarnya : y = 52
52 −=
−.
2) g(x) = 9x7x5
3x22 −+−
−
dan
h(x) = 9x7x5
5x3x22
2
−+−+−
Diskriminan fungsi penyebut :
D = (7)2 – 4(−5)(−7) < 0.
Jadi g(x) dan h(x) tidak memiliki asimtut tegak.
Asimtut datar untuk :
g(x) : y = 0 (sumbu-X)
h(x) : y = 52
52 −=
−
Jika digambarkan dengan program Mathcad pada domain
{−5 ≤ x ≤ 5}, grafik ketiga fungsi tersebut seperti pada
Gambar II.22.
5 2.5 0 2.5 5
1
0.63
0.25
0.13
0.5
f x( )
gx( )
h x( )
Gambar II.22 Gafik fungsi
f(x) : Y = 7x5
3x2+−
−
g(x) : Y = 9x7x5
3x22 −+−
−
h(x) : Y = 9x7x5
5x3x22
2
−+−+−
68
a
b
II.6. Fungsi Irisan Kerucut
Sebuah kerucut jika diiris, maka bidang irisannya akan membangun suatu bangun ilmu
ukur, sesuai dengan cara pengirisannya.
1) Jika diiris sejajar bidang alas maka akan diperoleh bangun lingkaran, dan
2) Jika diiris miring dengan tidak mengiris bagian alas maka akan diperoleh bangun ellips,
sedangkan
3) Jika diiris miring dan mengiris bagian alas, dengan kemiringan kurang dari 430, maka
akan diperoleh bangun hiperbola, sedangkan jika kemiringannya lebih dari 450,
diperoleh parabola.
Bangun-bangun tersebut dapat didefinisikan
secara matematis dan dibangun persamaan
fungsinya. Persamaan fungsi irisan kerucut
selalu disajikan dalam bentuk implisit,
sehingga jika akan digambarkan dengan
menggunakan kemasan program Mathcad,
harus diubah dulu menjadi bentuk eksplisit.
II.6.1. Lingkaran
Definisi matematisnya. Lingkaran adalah
tempat kedudukan titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik tertentu, yang dinamakan
pusat lingkaran (dinotasikan oleh P), sedangakn jarak yang sama dinamakan jari-jari
lingkaran (dinotasikan oleh r).
Y
r
�P (a,b)
X
Gambar II.23 Lingkaran dengan pusat P
dan jari-jari r
elips
hiperbola
parabola
lingkaran
Bangun-bangun irisan kerucut
69
Persamaan lingkaran dengan pusat (a , b) dan jari-jari r > 0 , adalah
(X – a)2 + (Y – b)2 = r2.
Jika persamaan dijabarkan sebagai berikut,
X2 − 2aX + a2 + Y2 − 2bY + b2 = r2
X2 + Y2 − 2aX − 2bY + a2 + b2 – r2 = 0
dan ditulis
A = −2a ,
B = −2b ,
C = a2 + b2 – r2
maka persamaan lingkaran dapat disajikan oleh
X2 + Y2 + AX + BY + C = 0
dengan koordinat pusatnya,
P = (21− A ,
21− B)
dan jari-jarinya,
cb41
a41
r 22 −+= .
Contoh soal 6.
Tentukan persamaan lingkaran yang berjari-jari 5 satuan, melalui titik (0 , 0) dan pusatnya
terletak pada garis X + Y = 1 !
Jawab :
Misalkan persamaan lingkarannya :
(X – a)2 + (Y – b)2 = (5)2
Lingkaran melalui titik (0 , 0) :
(0 – a)2 + (0 – b)2 = 25 � a2 + b2 = 25 (1)
Titik pusat (a,b) terletak pada garis X + Y = 1
a + b = 1 � a = 1 – b (2)
10 5 0 5 10
7.69
3.84
3.84
7.69
x
Grafik lingkaran (X + 3)2 + (Y – 4)2 = 25
dan garis X + Y = 1
70
Subtitusikan (2) ke (1) :
(1 – b)2 + b2 = 25 � 1 – 2b + b2 + b2 = 25 � 2b2 –2b +1 – 25 = 0 � 2b2 –2b – 24 = 0
� b2 –b – 12 = 0 � (b – 4)(b + 3) = 0 � b = 4 dan b = −3.
Dan subtitusikan
b = 4 ke (2) � a = 1 – 4 = −3 ,
b = −3 ke (2) � a = 1 – (−3) = 4.
Jadi persamaan lingkaran yang dicari adalah,
(X – (−3))2 + (Y – (4))2 = 25 � (X + 3)2 + (Y – 4)2 = 25
atau
(X – (4))2 + (Y – (-3))2 = 25 � (X − 4)2 + (Y + 3)2 = 25
Contoh soal 7.
Tentukan persamaan lingkaran singgung segitiga, yang sisi-sisinya berupa garis dengan
persamaan : 4X + 3Y = 24 , 3X – 4Y = 18 , 4X – 3Y = -32 !
Jawab :
Untuk menyelesaikan soal ini gunakan deskripsi jarak sebuah titik pada sebuah garis.
Definisi
Jarak titik T = (x0 , y0) ke garis aX + bY + c = 0 sama dengan
22
00
ba
cbyaxd
+
++=
Jika dimisalkan pusat lingkarannya P = (a , b)
dan jari-jarinya r , maka jarak P ke garis
1) 4X + 3Y = 24 � 4X + 3Y – 24 = 0
� 22 34
24b3a4
+
−+ =
524b3a4 −+
= r
2) 3X – 4Y = 18 � 3X – 4Y – 18 = 0
� 22 )4(3
18b4a3
−+
−− =
518b4a3 −−
= r
20 12.5 5 2.5 10
17.15
8.58
8.58
17.15
Grafik lingkaran singgung (X + 1)2 + (Y – 1)2 = 25
71
3) 4X – 3Y = −32 � 4X – 3Y + 32 = 0
� 22 )3(4
32b3a4
−+
+− =
532b3a4 +−
= r
Hal ini berarti
5r = 4a + 3b − 24 = 3a − 4b − 18 = 4a − 3b + 32
untuk
5r = 4a+3b−24 � 25r2 = (4a+3b−24)2 = 16a2 + 9b2 + 576 + 24ab − 192a − 144b (1)
5r = 3a−4b−18 � 25r2 = (3a−4b−18)2 = 9a2 + 16b2 + 324 − 24ab − 108a + 14 (2)
5r = 4a-3b+32 � 25r2 = (4a-3b+32)2 = 16a2 + 9b2 + 1024 − 24ab + 256a − 196b (3)
Jika diselesaikan, sistem persamaan (1), (2), dan (3) memiliki jawab :
a = −1 , b = 1 , r = 5 ,
sehingga persamaan lingkaran singgung yang dicari adalah :
(X – (−1))2 + (Y – (1))2 = (5)2
(X + 1)2 + (Y – 1)2 = 25
II.6.2.. Ellips
Ellips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jarak terhadap dua titik tertentu,
yang dinamakan titik fokus, selalu tetap. Titik tengah garis hubung titik fokus dinamakan
titik pusat.
Y C
A • F1 • P • F2 B
D X
Gambar II.24 Ellips dengan titik fokus F1 dan F2, titik pusat P
Segmen garis AB dinamakan sumbu panjang, sedangkan segmen garis CD dinamakan
sumbu pendek. P titik tengah sumbu panjang dan sumbu pendek, dengan sumbu panjang
dan sumbu pendek berpotongan tegak lurus di P.
72
Ellips dengan sumbu panjang sejajar sumbu X dinamakan ellips datar, sedangkan jika
sejajar sumbu Y dinamakan ellips tegak. Jika sumbu panjang sama dengan 2a, dan sumbu
pendek sama dengan 2b, a > b, dan koordinat P = (x0 , y0), maka koordinat fokus-fokus
ellips datar sama dengan
F1 = (x0−c , y0) dan F2 = (x0+c , y0),
dan ellips tegak sama dengan
F1 = (x0 , y0−c) dan F2 = (x0 , y0+c),
dengan c < a, b2 = a2 – c2.
Persamaan ellips datar dengan pusat P = (x0 , y0), sumbu panjang 2a, dan sumbu pendek
2b, sama dengan
( ) ( )1
b
yY
a
xX2
20
2
20 =
−+
−
sedangkan persamaan ellips tegak sama dengan
( ) ( )1
a
yY
b
xX2
20
2
20 =
−+
−
Seperti halnya lingkaran, persamaan ellips dapat disajikan dalam bentuk kuadratik
AX2 + BY2 – 2CX – 2DY + E = 0
Contoh soal 8.
Tentukan koordinat titik pusat, sumbu panjang, dan
sumbu pendek dari ellips dengan persamaan
16X2 + 9Y2 + 64X – 72Y + 64 = 0 !
Jawab :
16X2 + 9Y2 + 64X – 72Y + 64 = −64 �
16(X2 + 4X) + 9(Y2 – 8Y) = −64 �
16(X2 + 4x + 4 – 4) + 9(Y2 – 8Y + 16 – 16) = −64 �
16{(X + 2)2 – 4} + 9{(Y – 4)2 – 16} = −64 �
16(X + 2)2 – 64 + 9(Y – 4)2 – 144 = −64 �
16(X + 2)2 + 9(Y – 4)2 = -64 + 64 + 144 �
16(X + )2 + 9(Y – 4)2 = 144
10 6.25 2.5 1.25 5
9.95
4.98
4.98
9.95
f x( )
g x( )
Gambar elips ( ) ( )
116
4Y92X 22
=−++
73
Xab
Y =
Xab
Y −=
Jika kedua ruas dibagi 144, maka diperoleh persamaan
( ) ( )1
164Y
92X 22
=−++
yang merupakan persamaan dari ellips dengan pusat P = (−2 , 4), sumbu panjang sama
dengan 2(√16) = 8, dan sumbu pendek sama dengan 2(√9) = 6.
II.6.3. Hiperbola
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang selisih jarak terhadap dua titik
tertentu, yang dinamakan titik fokus, selalu tetap. Pada hiperbola didefinisikan garis
asimtut, yaitu garis yang akan memotong grafik di titik tak berhingga. Banyaknya asimtut
dua buah yang saling berpotongan, dan titik potongnya dinamakan pusat hiperbola. Jika
asimtut-asimtut berpotongan tegak lurus, maka hiperbola dinamakan hipebola tegak atau
hiperbola ortogonal. Terhadap asimtutnya grafik hiperbola selalu merupakan dua pasang
yang berkawanan.
Gambar II.25 Hiperbola dengan titik pusat O = (0 , 0),
asimtut Xab
Y = dengan Xab
Y −=
X
Y
74
Persamaan hiperbola dengan pusat (0 , 0) dan asimtut Xab
Y = dengan Xab
Y −=
adalah
1bY
aX
2
2
2
2
=−
dengan koordinat titik fokusnya
F1 = (−c , 0) dan F2 = (c , 0).
Sedangkan hiperbola kawannya, memiliki persamaan
1bY
aX
2
2
2
2
−=−
dengan koordinat titik fokusnya
F3 = (0 , −c) dan F4 = (0 , c).
Jika pusat parabola ditranslasikan dari O = (0 , 0) ke P = (x0 , y0), maka persamaan
asimtutnya menjadi
( )00 xXab
yY −=− dan ( )00 xXab
yY −−=− .
Persamaan parabolanya menjadi
( ) ( )1
b
yY
a
xX2
20
2
20 =
−−
− .
Koordinat titik fokusnya menjadi
F1 = (x0-c , y0) dengan F2 = (x0+c , y0)
dan persamaan parabola kawannya
( ) ( )1
b
yY
a
xX2
20
2
20 −=
−−
−
dengan koordinat titik fokusnya
F1 = (x0 , y0−c) dan F2 = (x0 , y0+c).
Nilai-nilai a, b, dan c, memenuhi hubungan a2 = c2 – b2 dan 0 < b < c.
75
Seperti halnya pada lingkaran dan ellips, hiperbola juga bisa disajikan dalam
persamaan kuadratik
AX2 – BY2 – 2CX + 2DY + E = 0.
Contoh 9
Tentukan koordinat titik pusat, titik-titik fokus, dan
persamaan asimtut-asimtutnya dari hiperbola
9X2 – 4Y2 –36X + 24Y – 36 = 0.
Jawab :
Jika bentuk kuadratik tersebut disajikan dalam
bentuk kuadrat sempurna, maka diperoleh hasil
9X2 – 4Y2 –36X + 24Y – 36 = 0
(9X2 – 36X) – (4Y2 – 24Y) = 36
9(X2 – 4X) – 4(Y2 – 6Y) = 36
9(X2 – 4X + 4 – 4) – 4(Y2 – 6Y + 9 – 9) = 36
9(X – 2)2 – 36 – 4(Y – 3)2 + 36 = 36
9(X – 2)2 – 4(Y – 3)2 = 36.
Jika kedua ruas dibagi dengan 36, maka diperoleh persamaan
( ) ( )1
93Y
42X 22
=−−−
Dari bentuk kuadrat sempurna ini, nilai-nilai : a = 2 , b = 3 , dan c = 94 + = √13, sehingga
koordinat titik pusat hiperbola : (2 , 3),
koordinat titik fokus : F1 = (2+ 13 , 3) dan F2 = (2- 13 , 3),
persamaan asimtutnya : ( )2X23
3Y −=− � Y = 121
X , dan
( )2X23
3Y −−=− � Y = −121
X + 6
II.7. Fungsi Genap, Fungsi Ganjil
Fungsi y = f(x) dinamakan fungsi genap jika dipenuhi hubungan f(−x) = f(x), dan
dinamakan fungsi ganjil, jika hubungan yang dipenuhi, f(−x) = −f(x). Dalam hal lain
dinamakan bukan fungsi genap atau fungsi ganjil.
10 5 0 5 10
11.64
5.82
5.82
11.64
f x( )
gx( )
h x( )
i x( )
xGambar hiperbola ( ) ( )
19
3Y4
2X 22
=−−−
76
Sebagai contoh,
1. y = 4x3x
x3x24
3
+−+
, fungsi ganjil,
sebab
f(x) = 4x3x
x3x24
3
+−+
f(−x) = 4)x(3)x(
)x(3)x(24
3
+−−−−+−
= 4x3x
x3x24
3
+−−−
= 4x3x
x3x24
3
+−+− = − f(x)
2. y = 4
2
x1x+
, fungsi genap,
sebab
f(x) = 4
2
x1x+
f(−x) = 4
2
)x(1)x(
−+−
= 4
2
x1x+
= f(x)
3. y = 1x
2−
, bukan fungsi genap atau fungsi ganjil, sebab
f(x) = 1x
2−
f(−x) = 1)x(
2−−
= 1x
2−−
� f(x) : bukan fungsi genap
= 1x
2+
− � − f(x) : bukan fungsi ganjil
f(x) = Sin x , g(x) = Cos x Dari deskripsi tersebut tersurat, fungsi genap merupakan
fungsi yang grafiknya simetris terhadap sumbu-Y, sedangkan fungsi ganjil grafiknya
simetris terhadap titik pangkal, O = (0 , 0). Sehingga jika grafik fungsi tidak simetris
terhadap titik O maupun sumbu-Y, maka fungsi tersebut bukan fungsi genap maupun fungsi
10 5 0 5 10
8.42
4.21
4.21
8.42
f x( )
g x( )
h x( )
x
Grafik fungsi f(x) : Y = 4x3x
x3x24
3
+−+
;
g(x) : Y = 4
2
x1x+
; h(x) : Y = 1x
2−
77
ganjil. Hal ini dapat ditelaah pada gambar grafik fungsi di atas, yang digambarkan dengan
menggunakan program Mathcad, dalam domain X = {−10 ≤ x ≤ 10}. Pada gambar terlihat,
f(x) simetris terhadap titik O = (0 , 0), dan g(x) simetris terhadap sumbu-Y, sedangkan h(x)
tidak simetris terhadap titik O maupun sumbu-Y.
SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN
1. Relasi dari himpunan X ke Y, dengan elemen-elemen dan bentuk relasinya seperti di
bawah ini, manakah yang merupakan fungsi ? Sajikan alasan saudara mengemukakan
hal tersebut !
a) X = {−5 , −4 , −3 , −2 , −1, 0 , 1 , 2 , 3 , 4 , 5} ; Y = {0 , 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 9}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : y = x2
b) X = {0,1,4,9,16,25,36} ; Y = {−6,−5,−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4,5,6}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : y = x
c) X = {wanita} ; Y = {laki-laki}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : pernikahan
d) X = {pengunjung di pusat perbelanjaan} ; Y = {pembeli di pusat perbelanjaan}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : transaksi pembelian
e) X = {bilangan irasional} ; Y = {bilangan rasional}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : perpangkatan
2. Fungsi-fungsi di bawah ini, mana yang merupakan fungsi pada, fungsi ke dalam, fungsi
satu-satu pada, fungsi satu-satu ke dalam ? Sajikan alasan saudara mengemukakan hal
itu !
a) Y = X , jika X = {bilangan riel} ; Y = {bilangan riel}
b) Y = X , jika X = { x : bilangan prima , x ≤ 17} ; Y = {bilangan riel}
c) Y = �
<≥
0X , X-0X , X
; X = Y = {bilangan riel}
d) Y = [[ X ]] , bilangan bulat yang lebih kecil sama dengan X ; X = Y = {bilangan
bulat}
e) Y = 1X1X
+−
; X = Y = {bilangan riel}
78
3. Tentukan domain dari fungsi-fungsi di bawah ini
(a) Y = ln (Sin X) (b) Y = e2x – 3 (c) Y = )1x(Sin1x3x2 2
−−−
(d) Y = (x – 1)Sin(2x – 1)
(e) Y = )1x(Sin
1x−
− (f) Y =
1x2x1x3x2
2
2
+−−−
(g) Y = 1x
)1x(Tg−
− (h) Y = log(2x2–3x)
4. Tentukan fog(x), jika
(a) f(x) = Sin(x+1) ; g(x) = 2x2 – x – 3 (b) f(x) = x + 1 ; g(x) = Tg(x2 + 2x – 1)
(c) f(x) = 2x – 3 ; g(x) = log (3x – 1) (d) f(x) = Sin(x + 1) ; g(x) = ln(x – 1)
(e) f(x) = x – 3 ; g(x) = 1x21x3
+−
(f) f(x) = 1x2x3x2 2
+−
; g(x) = log 1x1x
+−
5. Jika f(x) = 3x2 − dan g(x) = 1xx
1x2 ++
−, maka tentukan
(a) (f + g)(x) (b) (f – g)(x) (c) ���
����
�
gf
(x) (d) (f.g)(x) (e) fog(x)
6. Tentukan persamaan dan gambar grafik fungsi linier yang
a) grafiknya sejajar grafik fungsi 2x – 3y +1 = 0, dan melalui titik potong grafik fungsi
y = 2x – 3 dengan x + y – 1 = 0
b) melalui titik (−2 , 3) dan memotong tegak lurus grafik fungsi 3x – 2 – 6 = 0
c) melalui titik potong grafik fungsi 2x – 3x + 6 = 0 dengan x + y + 1 = 0, dan titik
potong grafik fungsi y = 2x – 3 dengan y = 3x + 2
d) membangun sebuah segitiga dengan titik-titik sudutnya (−2 , −3) ; (2 , 3) ; (−3 , 5)
e) melalui titik (2 , 3) dan grafiknya tegak lurus grafik fungsi 6 – 2y – x = 0
7. Tentukan persamaan dan gambarkan grafik fungsi kuadrat, yang
a) sumbu simetrisny x = −2 dan titik maksimumnya (3 , 5)
b) melalui titik-titik (2 , 3) ; (5 , −3) ; dan (−4 , −7)
c) titik minimumnya (−3 , −5) dan memotong sumbu-X di (−6 , 0)
d) menyinggung grafik fungsi 2x – 3y + 6 = 0 dengan titik ekstrimnya (3 , 5)
e) tidak memotong sumbu-X, memiliki sumbu simetris x = 3, menyinggung grafik
fungsi y = 4, dengan salah satu titik pada grafiknya berjarak 3 dari sumbu simetris.
79
8. Untuk fungsi-fungsi di bawah ini, mana yang merupakan fungsi ganjil, fungsi genap,
atau fungsi yang bukan fungsi ganjil maupun fungsi genap ?
(a) y = 1x2x6x3x2
2
2
+−+−
(b) y = 1x3x2
3x22 +−
− (c) y = x3 – 2x2 + x + 3
(d) y = )3x2(Sin
3x2−
− (e) y = (2x2 – 3x +1)log(2x – 1) (f) y = 3x2 – 2xe-2x+1
9. Sebuah pabrik dapat menghasilkan antara 0 sampai 100 unit barang perhari, dengan
overhead cost harian $ 2.200, dan ongkos produksi untuk setiap unit barang $ 152.
Sajikan persamaan fungsi biaya
(a) untuk total produksi x unit barang (b) rata-rata perunit barang
Untuk kedua fungsi tersebut, tentukan domainnya !
10. Sebuah penyewaan mobil menetapkan charge harian $ 24, dan ongkos $ 0.40 per km.
a) Tentukan biaya penyewaan dalam satu hari, jika digunakan sejauh x km.
b) Jika sebuah mobil disewa untuk satu hari dengan biaya $ 120, maka berapa jauh
jarak yang harus ditempuh ?
11. Jika fungsi biaya untuk membuat x buah barang sama dengan 400 + 5 3x2 2 − dolar,
dengan harga jual perunitnya $ 6, maka tentukan fungsi pendapatannya !
12. Apakah
a) jumlah dua fungsi ganjil, merupakan fungsi ganjil ?
b) jumlah dua fungsi genap, merupakan fungsi genap ?
c) perkalian dua fungsi ganjil, merupakan fungsi ganjil ?
d) perkalian dua fungsi genap, merupakan fungsi genap ?
e) perkalian sebuah fungsi ganjil dengan fungsi genap, merupakan fungsi ganjil ?
Sajikan alasan saudara untuk mengemukakan hal tersebut !
13. Jika domain fungsi y = f(x) selain memiliki nilai x, juga nilai −x, maka selidiki apakah
pernyataan-pernyataan di bawah salah atau benar ?
Sajikan alasan saudara mengemukakan hal tersebut !
a) f(x) – f(−x) adalah fungsi ganjil.
b) f(x) + f(−x) adalah fungsi genap.
c) f(x) selalu dapat disajikan sebagai perjumlahan fungsi genap dengan fungsi ganjil.
80
14. Pesawat udara A terbang mengarah ke utara dengan kecepatan 400 km/jam, dan setelah
mengudara satu jam, pesawat udara B terbang mengarah ke timur dengan kecepatan
300 km/jam. Dengan mengabaikan lengkungan bumi dan ketinggian pesawat dari
permukaan laut, maka sajikan fungsi jarak antara kedua pesawat tersebut, jika diukur
sejak pesawat A terbang.
15. Segitiga apakah yang akan diperoleh, jika sisi-sinya merupakan segmen grafik fungsi
linier Y = −2X + 3, Y = 2X – 5, dengan Y = −5X – 3 ?
16. Fungsi genap dan fungsi ganjil termasuk dalam kelompok fungsi mana ? Fungsi pada,
fungsi ke dalam, fungsi satu-satu pada, atau fungsi satu-satu ke dalam ? Sajikan alasan
saudara untuk mengemukakan hal itu !
17. Tentukan fungsi komponen dari fungsi komposisi di bawah ini.
(a) Y = log 3x2 2 − (b) Y = Tg 1x3x2
3x22 +−
− (c) Y = ln
1x)1x(Tg
−−
(d) Y = 1x3x2
2x33x2
ln
2 +−+−
(e) Y = 3x2 – 2xe-2x+1 (f) Y = Sec 1x1x
+−
18. Jika f(x) = 3x2 2 − dan g(x) = x2 – 1, maka tentukan domain untuk fungsi h(x) =
(a) (f + g)(x) (b) )x(gf���
����
� (c) (f.g)(x) (d) fog(x) (e) gof(x) (f) )x(
fg��
���
�
19. Sebuah pelat seng berukuran 24 x 32 meter, akan dibuat kotak persegi (panjang, lebar,
dan tinggi sama) tanpa tutup. Jika V(x) menyatakan fungsi volume kotak, maka
tentukan
(a) persamaan untuk V(x) (b) domain dari V(x)
20. Untuk fungsi-fungsi siklometri, fungsi mana yang merupakan fungsi genap, dan yang
mana yang merupakan fungsi ganjil ?
Sajikan telaahan saudara !
81
BAB III
LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI
Salah satu segi dalam fungsi real adalah nilai pendekatan (limit) dan kekontinuan
fungsi. Kekontiuan fungsi merupakan implementasi langsung dari perhitungan limit.
Perhitungan limit banyak digunakan dalam analisis statistika, matematika dan ilmu-ilmu
terapan.
Definisi
Limit dari fungsi y = f(x) sama dengan b, jika x menuju nilai a, ditulis :
b)x(fLimaX
=→
artinya, untuk setiap bilangan yang cukup kecil, ε > 0 , (ε : dibaca epsilon) selalu ada
bilangan yang cukup kecil lainnya, δ > 0 , (δ : dibaca delta), sedemikian rupa sehingga
f(x) – b < ε , jikax – a < δ.
Dari deskripsi ini, nilai f(x) hanya mendekati b, artinya, nilai f(x) tidak pernah sama
dengan b, jika x mendekati a.
Gambar III.1 Gambaran ilmu ukur )x(fLim
aX→
Y
X a
f(a) �
82
Ilustrasi :
Tunjukan bahwa 1x1x
Lim1X +
−→
= 0
Jawab
Ambil ε > 0, sehingga 01x1x −
+−
= 1x1x
+−
= 1x
1x
+−
< ε. Karena x + 1 > 0, maka
x − 1 < εx + 1. Dalam hal ini, jika ε merupakan bilangan yang cukup kecil, maka
εx + 1 = δ > 0 juga akan merupakan bilangan yang cukup kecil. Sehingga untuk setiap
ε > 0 ada δ = εx + 1 > 0, sedemikian rupa sehingga
01x1x −
+−
= 1x1x
+−
< ε, jika x − 1 < δ.
Hal ini menyatakan bahwa 1x1x
Lim1X +
−→
= 0, benar.
Menghitung nilai limit dengan menggunakan definisi tidaklah mudah. Sehingga
diperlukan sebuah metode praktis untuk menghitungnya. Berikut ini disajikan bagaimana
menghitung limit fungsi dan segi-segi yang dapat ditelaah pada perhitungan limit fungsi.
III.1. Cara menghitung nilai limit
Jika dimiliki persoalan sebagai berikut :
Berapakah )x(fLimaX→
?
maka cara menghitungnya :
1. Subtitusikan x = a ke f(x), sehingga diperoleh nilai f(a).
2. Selidiki apakah nilai f(a) bukan nilai tak-tentu ?
Yang termasuk nilai tak-tentu adalah bentuk-bentuk : ∞∞∞
∞∞∞∞ ,
0,
0,
00
, .0 , . .
3. Jika f(a) bukan nilai tak tentu, maka f(a) adalah nilai limit yang dicari. Sedangkan jika
nilai tak-tentu, maka bentuk f(x) harus diubah melalui sebuah proses aljabar, sehingga
jika disubtitusikan nilai x = a diperoleh nilai yang bukan nilai tak tentu.
83
Contoh 1
Hitunglah )1x1x
(fLim2
1x +−
→ !
Jawab :
Jika disubtitusikan x = 1 ke ( ) )1x1x
(xf2
+−= maka diperoleh nilai 0
10
1)1(1)1(
)1(f2
==+−= ,
yang bukan nilai tak tentu. Sehingga 0)1x1x
(fLim2
1x=
+−
→.
Contoh 2
Hitunglah )1x1x
(fLim2
1x −−
→ !
Jawab :
Jika disubtitusikan x = 1 ke ( ) )1x1x
(xf2
−−= maka diperoleh nilai
00
1)1(1)1(
)1(f2
=−−= , yang
merupakan sebuah nilai tak tentu.
Sehingga bentuk fungsi harus diubah menjadi, ( ) ( )( )1x
1x1x1x
1x1x
xf2
+=−
+−=−−= , yang
jika disubtitusikan x = 1 ke f(x) = x + 1 akan diperoleh nilai f(1) = (1) + 1 = 2. Sehingga
2)1x1x
(fLim2
1x=
−−
→.
Khusus untuk menghitung limit fungsi pecahan )x(g)x(f
Limx ∞→
, g(x) � 0 untuk setiap nilai x,
dengan f(x) dan g(x) merupakan fungsi polinom. Caranya sebagai berikut.
1. bagi kedua fungsi tersebut oleh x yang berpangkat paling tinggi,
2. subtitusikan x = ∞ ke fungsi hasil bagi.
84
Contoh 3
a) Hitunglah 4x2x33x3x2
Lim 2
2
x −+−−
∞→
Jawab :
Bagi pembilang dan penyebut oleh x2,
4x2x33x3x2
Lim 2
2
x −+−−
∞→=
222
2
222
2
x
x4
xx2
xx3
x3
xx3
xx2
Lim−+
−−
∞→=
2
2
x
x4
x2
3
x3
x3
2Lim
−+
−−
∞→=
2
2
423
332
∞−
∞+
∞−
∞−
= 003002
−+−−
= 32
b) Hitunglah 2x2x2x3
1x3x2Lim 23
2
x +−−++−
∞→
Jawab :
Bagi pembilang dan penyebut oleh x3,
2x2x2x31x3x2
Lim 23
2
x +−−++−
∞→=
333
2
3
3
333
2
x
x2
xx
2xx
2xx
3
x1
xx
3xx
2Lim
+−−
++−
∞→=
32
32
x
x2
x1
2x1
23
x1
x1
3x1
2Lim
+−−
++−
∞→
=
32
32
212
123
113
12
∞+
∞−
∞−
∞−
∞+
∞−
= 00.20.23
00.30.2+−−
−+− = 30
= 0
III.2 Dalil Limit
Untuk mempermudah perhitungan limit fungsi, dapat digunakan dalil-dalil tentang limit
di bawah ini.
1. 1x Sin
xLim
xx Sin
Lim0x0x
==→→
Bukti
Jika diambil ε > 0, sedemikian rupa sehingga
1x
x Sin − = x
xx Sin − ≤
x
xx Sin + ≤
x
x1+ < ε
85
maka
1 + x < εx � (1 − ε)x < −1 � x < ε−
−1
1 <
ε−−
11
= δ > 0
Hal ini menyatakan bahwa, untuk setiap ε > 0 selalu ada δ = ε−
−1
1 sedemikian rupa
sehingga 1x
x Sin − < ε, jika x < δ. Dengan perkataan lain 1x Sin
xLim
xx Sin
Lim0x0x
==→→
benar.
Contoh 4
Hitunglah ( ) x Tgx2Lim21
x
π−π→
!
Jawab :
( ) x Tgx2Lim21
x
π−π→
= ( )π−π→
x2Lim21
x
x TgLim21
x π→= ( )π−
π→x2Lim
21
x
x TgLim21
x π→
= ���
��� π−�
��
π21
2 Tg(½π) = 0.∞.
Hasilnya merupakan nilai tak tentu, sehingga bentuk fungsi harus diubah menjadi
(2x − π)Tg x = 2(x − ½π)x Cosx Sin
= 2(x − ½π)�
��
−π
�
��
−π
)x21
Sin
x21
Cos
= 2Cos(½π−x)�
��
π−−
�
��
π−
21
xSin
21
x= −2Cos(½π−x)
�
��
π−
�
��
π−
21
xSin
21
x
86
sehingga
( ) x Tgx2Lim21
x
π−π→
= ( ) x Tgx2Lim0
21
x
π−→�
��
π− = =
021
x
Lim→�
��
π−−2Cos(½π−x)
�
��
π−
�
��
π−
21
xSin
21
x
= �
��
−π−→�
��
π−x
21
Cos2Lim0
21
x�
��
π−
�
��
π−
→�
��
π−
21
xSin
21
xLim
021
x
= = −2Cos(−0).(1) = −2(1)(1) = −2
2. ( ) ex1Lim x1
x=+
∞→ , e bilangan irasional.
Bukti
Karena ( ) ex1Lim x1
x=+
∞→ identik dengan e
y1
1Limy
0y=��
���
+
→, sehingga jika diambil ε > 0,
sedemikian rupa sehingga
ey1
1y
−��
���
+ = e
y1y
y
−��
���
+<
y
y1y��
���
+ + e < ε
maka
0 < y
y1y��
���
+ < ε − e < ε − e = δ �
δ > y
y1y��
���
+ = y
y
y)1y( +
= y
y
0i
i
y
yiy
�=
��
���
= �−
=
1y
0i
iy > y
Hal ini menyatakan bahwa, untuk setiap ε > 0 selalu ada δ = ε − e, sedemikian rupa
sehingga ey1
1y
−��
���
+ < ε, y < δ. Dengan perkataaan lain ( ) ex1Lim x
1
x=+
∞→ benar.
Catatan : ��
���
iy
= !i)!iy(
!y−
, y! = 1.2.3. . . . y , dengan 0! didefinisikan sama dengan 1.
87
Contoh 5
a. ( )2x
2x 2x1x
Lim−
→�
��
−−
= ( )2x
2x 2x1
1Lim−
→�
��
−+
Jika ditulis : y = 2x
1−
� (x – 2) = y1
, maka : x � 2 � y → ∞, sehingga
( )2x
2x 2x1x
Lim−
→�
��
−−
= ( )y1
yy1Lim +
∞→= e
b. )x(Ctg
2x )x(Cos
)x(Sin)x(CosLim ��
���
+π
→=
)x(Ctg
2x )x(Cos
)x(Sin1Lim ��
���
+
π→
= ( ) )x(Tg1
2x
)x(Tg1Lim +π
→
Jika ditulis : Tg(x) = y, maka x → 2π
� y → ∞, sehingga
)x(Ctg
2x )x(Cos
)x(Sin)x(CosLim ��
���
+π
→= ( )y
1
y)y1Lim +
∞→ = e.
3. kkLimax
=→
, k : konstanta.
Bukti
Karena k − k = 0 < ε, maka selalu ada δ > 0, sedemikian rupa sehingga x − a < δ,
dengan perkataan lain kkLimax
=→
benar.
Contoh 6
5Lim1x −→
= 5
4 )x(gLim)x(fLim)x(g)x(fLimaxaxax →→→
= , jika hasilnya bukan nilai tak tentu, sedangkan jika
hasilnya nilai tak tentu maka bentuk f(x)g(x) harus diubah dulu, baru dihitung nilai
limitnya.
Bukti
Jika dimisalkan u)x(fLimax
=→
dan v)x(gLimax
=→
, maka ada ε1, ε2, dan δ, sedemikian
rupa sehingga u)x(f − < ε1, v)x(g − < ε2, x − a < δ.
88
Karena f(x)g(x) – uv = {f(x) – u}{g(x) – v} + vf(x) + ug(x) – 2uv
= {f(x) – u}{g(x) – v} + v{f(x) – 1} + u{f(x) – 1}
� f(x)g(x) – uv = {f(x) – u}{g(x) – v} + v{f(x) – 1} + u{f(x) – 1}
≤ {f(x) – u}{g(x) – v} + v{f(x) – 1} + u{f(x) – 1}
< {f(x) – u}{g(x) – v} = {f(x) – u}{g(x) – v} < ε1ε2 = ε,
jika x − a < δ.
Hal ini menyatakan bahwa )x(gLim)x(fLim)x(g)x(fLimaxaxax →→→
= , benar.
Contoh 7
a. ( ) ( )π−π−π→
x2Sin2xLimx
, jika diselesaikan sesuai dalil
( ) ( )π−π−π→
x2Sin2xLimx
= ( ) ( )π−π−π→π→
x2SinLim2xLimxx
= ( ) ( )π−ππ−π→π→
2SinLimxLimxx
= ( ) ππ−π Sin2 = (-π)(0) = 0 (bentuk tentu)
b. )2x(Sin6xx2
5x3Lim 22x
−−−
+→
, jika diselesaikan sesuai dalil
)2x(Sin6xx2
5x3Lim 22x
−−−
+→
= 6xx2
5x3Lim 22x −−
+→
)2x(SinLim2x
−→
= )22(Sin6)2()2(2
5)2(32 −
−−+
= 0.0
11 = ∞.0 (bentuk tak tentu)
Fungsi harus diubah menjadi
)2x(Sin6xx2
5x32 −
−−+
= )2x(Sin)2x)(3x2(
5x3 −−+
+ =
)2x()2x(Sin
)3x2(5x3
−−
++
sehingga
)2x(Sin6xx2
5x3Lim 22x
−−−
+→
= )2x(
)2x(Sin3x25x3
Lim2x −
−++
→ =
)2x()2x(Sin
Lim3x25x3
Lim2x2x −
−++
→→
= 1.3)2(25)2(3
++
= 7
11
89
5 )x(fLimk)x(kfLimaxax →→
= , k : konstanta
Bukti
Gunakan analogi pembuktian Dalil 4, dengan mengambil g(x) = k.
Contoh 8
( )xx2x35Lim 23
2x−−−
−→ = ( )xx2x35Lim5 23
2x−−−
−→
= -5 ( )xLimx2Limx3Lim2x
2
2x
2
2x −→−→−→−− = -5 ( )xLimxLim2xLim3
2x
2
2x
2
2x −→−→−→−−
= -5{3(-2)3 – 2(-2)2 – (-2)} = -5(-24 – 4 + 2) = 130
6 )x(gLim
)x(fLim
)x(g)x(f
Limax
ax
ax→
→
→= , jika hasilnya bukan nilai tak tentu, sedangkan jika hasilnya nilai
tak tentu maka bentuk )x(g
)fx harus diubah baru dihitung nilai limitnya.
Bukti
Gunakan analogi Dalil 4, dengan menyajikan )x(g
)fx =
)x(g1
f(x)
Contoh 9
a. 1x2x2x3x2
Lim 2
2
1x ++−−
−→ , jika dihitung sesuai dalil
1x2x2x3x2
Lim 2
2
1x ++−−
−→=
( )( )1x2xLim
2x3x2Lim2
1x
2
1x
++
−−
−→
−→ = 1)1(2)1(2)1(3)1(2
2
2
+−+−−−−−
= 03
= ∞ (bentuk tentu)
b. )2x(Tg2x3x
2xLim 22x
−+−
−→
, jika dihitung sesuai dalil
)2x(Tg2x3x
2xLim 22x
−+−
−→
= )22(Tg2)2(3)2(
2)2(2 −
+−−
= 0.00
= 00
(bentuk tak tentu)
Fungsi harus diubah menjadi
)2x(Tg2x3x
2x2 −
+−−
= )2x(Tg)1x)(2x(
2x −−−
−= )2x(Tg
)1x(1 −−
90
sehingga
)2x(Tg2x3x
2xLim 22x
−+−
−→
= )2x(Tg)1x(
1Lim
2x−
−→= )22(Tg
)12(1 −−
= 1.0 = 0.
7. ( ) )x(gLim)x(fLim)x(g)x(fLimaxaxax →→→
+=+
Bukti
Jika dimisalkan u)x(fLimax
=→
dan v)x(gLimax
=→
, maka ada ε1, ε2, dan δ, sedemikian
rupa sehingga u)x(f − < ε1, v)x(g − < ε2, x − a < δ.
Karena {f(x) + g(x)} – uv = {f(x) – u} + {g(x) – v} + u + v – uv
� {f(x) + g(x)} – uv = {f(x) – u} + {g(x) – v} + u + v – uv
≤ {f(x) – u} + {g(x) – v} + u + v – uv
< {f(x) – u} + {g(x) – v} < ε1 + ε2 = ε,
jika x − a < δ.
Hal ini menyatakan bahwa ( ) )x(gLim)x(fLim)x(g)x(fLimaxaxax →→→
+=+ , benar.
Contoh 10
( ))2x(Cos)x2(SinLimx
π−+π−π−→
= ( ))x2(SinLimx
π−π−→
+ ( ))2x(CosLimx
π−π−→
= Sin (2(-π) - π) + Cos ((-π) - 2π) = Sin (-3π) + Cos (-π) = 0 + (-1) = -1
III.3. Limit Kiri , Limit Kanan
Untuk menghitung nilai )x(fLimax→
bisa dilakukan secara sepihak terhadap x = a. Artinya
nilai limit dihitung berdasarkan x < a atau x> a secara berdiri-sendiri. Hal ini dilakukan
terutama jika fungsi f(x) bentuknya terbagi oleh x = a.
Misal fungsi f(x) yang didefinisikan sebagai berikut
( )��
�
��
�
�
−>+
++−=−
−<−−
+
=
1x jika , 1xTg
1x3x21x jika , 2
1x jika , 2xx
1x
)x(f2
2
91
Untuk menghitung nilai )x(fLim1x −→
, prosesnya harus dilakukan berdasarkan x < −1 dan
x > −1, yang berdiri-sendiri.
)x(fLim1x −→
=
���
���
�
+++=
−−+=
−→−→−>
−→−→−<
)1x(Tg1x3x2
Lim)x(fLim
2xx1x
Lim)x(fLim2
1x11x
21x11x
Secara matematis pernyataan )x(fLim11x −→−<
disajikan oleh )x(fLim1x −−→
, yang dinamakan limit
kiri dari f(x). Sedangkan )x(fLim11x −→−>
disajikan oleh )x(fLim1x +−→
, yang dinamakan limit
kanan dari f(x).
Definisi
Limit kiri dari fungsi y = f(x), jika x menuju a, sama dengan b, ditulis
b)x(fLimaX
=−→
artinya, untuk setiap bilangan yang cukup kecil ε > 0 selalu ada bilangan yang cukup kecil
yang lain δ > 0, sedemikian rupa sehingga f(x) – b < ε jikax – a < δ, untuk x ≤ a.
Sebaliknya
Limit kanan dari fungsi y = f(x) jika x menuju a, sama dengan b, ditulis
b)x(fLimaX
=+→
artinya, untuk setiap bilangan yang cukup kecil ε > 0 selalu ada bilangan yang cukup kecil
yang lain δ > 0, sedemikian rupa sehingga f(x) – b < ε jikax – a < δ, untuk x ≥ a.
Dari deskripsi ini, perhitungan untuk limit kiri dan limit kanan sama dengan perhitungan
untuk limit seperti yang telah dikemukakan. Dalam hal nilai limit kiri sama dengan limit
kanan
)x(fLimax −→
= )x(fLimax +→
,
maka dinamakan nilai limit fungsi ada,
)x(fLimax −→
= )x(fLimax +→
= )x(fLimax→
.
92
Contoh 11
Jika diketahui fungsi y = f(x) yang didefinisikan seperti di bawah ini
( )��
�
��
�
�
−>+
++−=−
−<−−
+
=
1x jika , 1xTg
1x3x21x jika , 2
1x jika , 2xx
1x
)x(f2
2
maka hitunglah )x(fLim1x −→
!
Jawab :
Limit kiri :
( )( ) 2111x
1Lim
2x1x1x
Lim2xx
1xLim)x(fLim
1x1x21x1x 1=+=
+=
−++=
+−+=
−→−→−→−→ −
Limit kanan
( )( )( )
( ) ( )
( )( )
( )( )( )
( ) ( )
( ) ( ) 10Cos)1(1xCosLim)1x(Sin
1xLim
)1x(Sin1xCos1x
Lim)1(
1xCos1xSin
1xLim1)1(2
)1x(Tg1x
Lim1x2Lim1xTg
1x1x2Lim
)1xTg1x3x2
Lim)x(fLim
1x1x
1x01x
1x1x1x
2
1x1x
−=−=++
+−=
+++−=
++
++−=
+++=
+++=
+++=
−→−→
−→→+
−→−→−→−→−→ +
karena nilai limit kiri tidak sama dengan limit kanan,
)x(fLim1x −−→
� )x(fLim1x +−→
,
maka )x(fLim1x −→
tidak dapat dihitung (tidak ada nilai limitnya).
III.4 Kekontinuan Fungsi
Sebuah fungsi y = f(x) disebut kontinu di titik x = a, jika dipenuhi tiga kondisi sebagai
berikut :
1. nilai y = f(x) di x = a, f(a) ada (terdefinisikan)
2. nilai limit fungsi di x = a, ada, artinya )x(fLimax −→
= )x(fLimax +→
= )x(fLimax→
3. )x(fLimax→
= f(a)
93
a
• •
f(a)
a
Jika salah satu dari kondisi-kondisi tersebut tidak ada, maka dikatakan fungsi tidak kontinu
(diskontinu).
Secara ilmu ukur gambar fungsi tidak kontinu adalah seperti pada Gambar III.1.
Y Y
X X
(a) (b)
Y
X
(c)
Gambar III.1 Fungsi-fungsi tidak kontinu (diskontinu) di x = a
(a) : )x(fLimax→
tidak ada
(b) : )x(fLimax→
ada tetapi )x(fLimax→
≠ f(a)
(c) : f(a) tidak ada (tidak didefinisikan) Pada Gambar III.1 (a) fungsi dikatakan diskontinu loncat, Gambar III.1 (b) diskontinu
dapat dihapus, yaitu jika f(a) didefinisikan sama dengan )x(fLimax→
, dan Gambar III,1 (c)
diskontinu murni.
y = f(x) y = f(x)
y = f(x)
f(a)
94
Contoh 11.
Selidiki apakah fungsi
( )
( )��
�
��
�
�
−>+
++−=−
−<π+π
−
=
1x jika , 1xSin
1x6x21x jika , 2
1x jika , xCos
1x
)x(f2
2
,
kontinu di x = −1 ?
Jawab :
Limit kiri
)x(fLim1x −−→
= ( )π+π−
−→ xCos1x
Lim2
1x=
( )( )xCos
1x1xLim
1x π−+−
−→= ( ) ( )
�
��
π−π−
+−−→−→
x21
Sin
1xLim1xLim
1x1x
= ( )( )
( )�
��
−π−−
+−−→+
21
xSin
1xLim1)1(
01x=
( )( )
�
��
−+π
+−→+
21
11xSin
1xLim2
01x
= ( )
( )( ) ( ) π+π−π+π
+−→+
21
1Sin1xCos21
1Cos1xSin
1xLim2
01x
= ( )
( )( ) ( ) )0.(1xCos)1.(1xSin
1xLim2
01x +π−−+π+−
→+ =
( )( )
( )1xSin1x
Lim201x +π
+→+
= (2)(1) = 2
Limit kanan
)x(fLim1x +−→
= ( )1xSin1x6x2
Lim2
1x +++
−→ =
( )( )( )1xSin
1x4x2Lim
1x +++
−→= ( ) ( )
( )1xSin1x
Lim4x2Lim1x1x +
++−→−→
= ( )( )
( )( )1xSin
1xLim4)1(2
01x +++−
→+= (2)(1) = 2
Karena )x(fLim1x −−→
= )x(fLim1x +−→
= )x(fLim1x −→
= 2 tetapi tidak sama dengan f(−1) = −2 , maka
fungsi tidak kontinu di x = −1.
95
III.5. Menghitung Limit Dengan Mathcad
Jika secara ”manual” perhitungan limit fungsi sulit dilakukan, maka dapat digunakan
program Mathcad untuk menyelesaikannya. Misal menghitung
( ) ( )�
��
+
+−−→
1xx
Log
1xTg1xLim
2
1x.
Jika disubtitusikan x = −1 ke fungsi yang dicari nilai limitnya, akan diperoleh bentuk tak
tentu 00 . Merubah fungsi tersebut, untuk mendapatkan nilai limit yang bukan bentuk tak
tentu, proses aljabarnya tidak sederhana.
Jika dihitung dengan menggunakan program Mathcad, prosesnya sebagai berikut.
1. “Jalankan” program Mathcad 2000, sehingga diperoleh tampilan
96
2. “Tutup” tampilan Resource Centre, sehingga diperoleh tampilan
3. ”Klik” operator limit pada fungsi Calculator (lihat tanda panah), sehingga diperoleh
tampilan seperti di bawah ini. Selanjutnya tulis formulasi limit yang dicari.
Ketik, −1
Ketik, x
Ketik, ( ) ( )
�
��
+
+−
1xx
log
1xtan . 1x 2
97
4. ”Klik” tanda → pada fungsi Evaluation . . . (lihat tanda panah)
Pada spreadsheet tersurat,
( ) ( )�
��
+
+−−→
1xx
Log
1xTg1xLim
2
1x = 0
SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN
1. Dengan menggunakan definisi limit, tunjukan bahwa
(a) 21
1x1x
Lim 21x=
−−
→ (b) 1
x xTg
Lim1x
=→
(c) ( ) 0 xln1xLim1x
=−→
(d) 1)1x(Sin
1xLim
1x=
−−
→
(e) 21xx
1xLim 21x
=−+
+→
(f) 01x
1xLim 2x
=−
−∞→
(g) 1x1
Sin xLimx
=�
��
∞→
(h) axLimax
=→
2. Hitunglah
(a) 4x4x
3x8xxLim 2
23
2x +++−+
−→ (b)
31
21x 1x1x
Lim �
��
−−
→ (c)
1x)1x(Sin
Lim 21x −−
→ (d)
1x1x
Lim 2x −−
∞→
(e) 3 23
2
x 1xxx
1x2xLim
−+−
−+∞→
(f) 1x
)1xln(Lim 21x −
−→
(g) 1x
e xLim 2
1x1
x −
−
∞→ (h)
1x2xx
Lim2
1x +−−
−→
(i) 2xSin xTg
Lim0x→
(j) ( ){ }xCtgxCos1Lim 22
0x−
→ (k) ( )
���
���
−−
π→ 1SecxSec
xSin1Lim 2
2
21
x
98
3. Telaah kekontinuan dari fungsi-fingsi di bawah ini
(a)��
��
�
>+
≤+
−+=
0 xjika , 1x
0 xjika ,1x
3x2x)x(f
24
(b)��
��
�
>−≤≤
<=
1 xjika , x21x 0 jika ,x
1 x jika , x
)x(f 2 (c)3
2
1x
1xx)x(f
+
−+=
(d) ���
= irasional x jika ,x - rasional x jika , x
)x(f (e) f(x) = x2 – 2x + 5 (f) ��
���
+−=1x1x
Sin)x(f2
4. Jika didefiniskan fungsi ��
��
�
≥<<+
≤−=
1 xjika , 11x 0 jika ,bax
0 x jika , 1
)x(f , maka hitunglah nilai a dan b agar
fungsi kontinu di mana-mana !
5. Gambarkan grafik fungsi y = f(x), yang memiliki ciri : domainnya [0 , 6] ; f(0) = f(2) =
f(4) = f(6) = 2 ; kontinu kecuali di x = 2 ; 1)x(fLim2x
=−→
; 3)x(fLim5x
=+→
.
6. Tunjukan bahwa fungsi y = f(x) kontinu di x = c, jika dan hanya jika )c(f)cx(fLim0x
=+→
7. Tunjukan bahwa jika fungsi y = f(x) kontinu di x = c dengan f(c) > 0, maka ada selang
nilai (c−δ , c+δ) sedemikian rupa sehingga f(x) > 0 untuk setiap x dalam selang nilai
tersebut.
8. Tunjukan bahwa nilai limit fungsi bersifat tunggal, artinya jika A)x(fLimax
=→
dan
B)x(fLimax
=→
, maka A = B
9. Tunjukan bahwa jika fungsi y = f(x) kontinu pada domain [0 , 1], dengan 0 ≤ f(x) ≤ 1
untuk setiap 0 ≤ x ≤ 1, maka fungsi memiliki titik tetap, yaitu ada nilai x = c, 0 ≤ c ≤ 1,
sedemikian rupa sehingga f(c) = c.
10. Jika y = f(x) fungsi kontinu pada domain [a , b], dan A nilai dengan ciri f(a) ≤ A ≤ f(b),
maka ada c dalam domain tersebut, sedemikian rupa sehingga f(c) = A.
11. Jika B)x(gLimax
=→
dan y = f(x) fugsi kontinu di x = B, maka )x(fogLimax→
= ( ))x(g(Limfax→
= B. Pernyataan ini identik dengan pernyataan, jika y = g(x) kontinu di x = a dan
y = f(x) kontinu di x = g(a), maka y = fog(x) kontinu di x = a.
Buktikanlah.
99
12. Perhatikan fungsi ��
��
�
≥<<
<=
1 x jika ,x -11 x 1- jika ,x -1 xjika , x
)x(f
3
a) Apakah ada nilai x yang menyebabkan fungsi diskontinu ?
b) Berapakah nilai f(a) agar fungsi kontinu di mana-mana !
13. Perhatikan gambar fungsi y = f(x) di bawah ini
Tentukan nilai limit, nilai fungsi,
atau pernyataan, sehubungan dengan
hal-hal berikut
(a) )x(fLim1x −→
(b) f(2)
c) titik-titik di mana fungsi
diskontinu loncat, dan diskontinu
dapat dihapus
d) sifat fungsi pada domain [−4 , 2]
14. Jika fungsi-fungsi y = f(x), y = g(x), dan y = h(x), memiliki ciri f(x) ≤ g(x) ≤ h(x) untuk
setiap x < c, x = c, x > c. Jika )x(fLimcx→
= )x(hLimcx→
= A, maka )x(gLimcx→
= A.
Buktikanlah !
1
2
4
-4 -3 -2 -1 1 4 3 2
X
Y
3
100
BAB IV
TURUNAN ( DIFFERENSIASI )
Turunan atau diferensiasi dari sebuah fungsi merupakan hal khusus dari limit fungsi.
Misalkan diketahui fungsi y = f(x). Jika
h)x(f)hx(f
0hLim
−+
→
ada dan nilainya berhingga, maka
h)x(f)hx(f
0hLim
−+
→ = )x(f ′ .
Dalam hal ini )x(f ′ dinamakan turunan (diferensiasi) fungsi y = f(x).
Tanda aksen ( ′′′′ ) pada )x(f ′ dinamakan operator turunan atau diferensiasi. Banyaknya
tanda aksen menyatakan orde atau tingkat dari turunan. Misalnya, )x(f ′ turunan orde
pertama, f ′′(x) turunan orde kedua, dan seterusnya.
Pernyataan )x(f ′ dapat juga disajikan oleh dx
)x(df atau
dxdy
, )x(f ′ = dx
)x(df =
dxdy
.
Dalam hal ini dy dan dx, masing-masing dinamakan diferensial dari y dan x. d dinamakan
operator diferensial. Suatu fungsi yang memiliki turunan dinamakan diferensiabel, dan
jika memiliki turunannya hanya pada beberapa titik pada domainnya, dinamakan
diferensiabel pada beberapa titik. Sedangkan jika pada seluruh domain fungsi dinamakan
diferensiabel di mana-mana.
Contoh 1
Jika f(x) = Sin x maka tentukan )x(f ′ !
Jawab :
f(x) = Sin x
f(x−h) = Sin (x+h)
f(x+h) – f(x) = Sin (x+h) – Sin x = 2Sin ½{(x+h) – x}Cos ½{(x+h) + x}
= 2Sin ½hCos (x +½h)
101
y = f(x)
a
f(a) ϕ
f(a+h) f(a+h)-f(a)
h
)hx(CosLimh
hSinLim
h)hx(hCosSin2
Limh
)x(f)hx(fLim 2
10h
21
21
0h
21
21
0h0h+=+=−+
→→→→
= (1)Cos x = Cos x,
yang merupakan fungsi dengan rangenya, Cos x ≤ 1. Hal ini berarti h
)x(f)hx(fLim
0h
−+→
ada dan nilainya berhingga. Sehingga jika f(x) = Sin x, maka )x(f ′ = Cos x.
IV.1. Arti turunan
Turunan dari sebuah fungsi adalah fungsi lagi. Sedangkan turunan pada sebuah titik,
x = a, )a(f ′ , adalah koefisen arah garis singgung lengkungan y = f(x) di titik x = a.
a+h
Gambar IV.1 Arti ilmu ukur turunan pada sebuah titik
)a(f ′ = Tg ϕϕϕϕ
Perhatikan Gambar IV.1. Berdasarkan goniometri, h
)a(f)ha(f −+ = Tg Ψ. Sehingga
jika h → 0 maka f(a+h) → f(a), dan Ψ → ϕ. Dan berdasarkan konsepsi turunan,
f ′(a) = h
)a(f)ha(f
0hLim
−+
→
jika nilainya ada dan berhingga.
Hal ini menyimpulkan bahwa f ′(a) = h
)a(f)ha(f
0hLim
−+
→ = ψ
→Tg
0hLim = Tg ϕ,
merupakan koefisien arah garis singung lengkungan y = f(x) di titik (a , f(a)).
Ψ
Y
X
102
Contoh 2.
Tentukan persamaan garis singgung pada lengkungan y = Sin x di titik x = ¼π !
Jawab :
Pada Contoh 1, telah ditunjukan bahwa, jika f(x) = Sin x maka )x(f ′ = Cos x.
Untuk x = ¼π, )(f 41 π′ = Cos ¼π = 22
1 , dan Sin ¼π = 221 .
Sehingga persamaan garis singgung yang dicari adalah, persamaan garis yang melalui titik
(¼π , 221 ) dengan koefisien arah 22
1 , yaitu
y − 221 = 22
1 (x − ¼π) � y = 221 x – (¼π - 22
1 )
IV.2. Dalil dasar untuk turunan
Menghitung turunan dengan menggunakan deskripsi turunan seperti yang telah
dikemukan, jelas tidak efisien, walaupun selalu dapat dilakukan. Untuk efisiensi
perhitungan, dapat digunakan dalil-dalil untuk turunan seperti di bawah ini.
Dalil :
1. Jika f(x) = k , k : konstanta , maka )x(f ′ = 0
Bukti
f(x) = k
f(x+h) = k
f(x+h) – f(x) = 0
h)x(f)hx(f
Lim0h
−+→
= h0
Lim0h→
= 0 = )x(f ′
2. Jika f(x) = g(x) h(x) , maka )x(f ′ = )x(g′ h(x) + )x(h′ g(x)
Bukti
f(x) = g(x) h(x)
f(x+w) = g(x+w)h(x+w)
103
f(x+w) – f(x) = g(x+w)h(x+w) – g(x)h(x)
= {g(x+w) – g(x)}h(x) +{h(x+w) – h(x)}g(x) − g(x+w)h(x) − h(x+w)g(x)
+ h(x)g(x) + g(x+w)h(x+w)
= {g(x+w) – g(x)}h(x) +{h(x+w) – h(x)}g(x) + g(x+w){h(x+w) – h(x)}
− g(x){h(x+w) – h(x)}
w)x(f)wx(f
Lim0w
−+→
= w
)x(h)}x(g)wx(g{Lim
0w
−+→
+ w
)x(g)}x(h)wx(h{Lim
0w
−+→
+ w
)}x(h)wx(h){wx(gLim
0w
−++→
− w
)}x(h)wx(h){x(gLim
0w
−+→
w)x(f)wx(f
Lim0w
−+→
= )x(hLimw
)}x(g)wx(g{Lim
0w0w →→
−++ )x(gLim
w)}x(h)wx(h{
Lim0w0w →→
−+
+w
)}x(h)wx(h{Lim)wx(gLim
0w0w
−++→→
−w
)}x(h)wx(h{Lim)x(gLim
0w0w
−+→→
Sehingga jika nilai-nilai limitnya ada dan berhingga, maka
f′(x) = g′(x)h(x) + h′(x)g′(x) + g(x)h′(x) – g(x)h′(x) = g′(x)h(x) + h′(x)g′(x)
3. Jika f(x) = kg(x) , k : konstanta , maka )x(f ′ = k )x(g′
Bukti
Gunakan analogi pembuktian Dalil 2, dengan membuat h(x) = k
4. Jika f(x) = )x(h)x(g
, h(x) ≠ 0 untuk setiap nilai x , maka )x(f ′ = { }2)x(h
)x(g)x(h)x(h)x(g ′−′
Bukti
Gunakan analogi pembuktian Dalil 2, dengan menyajikan f(x) = g(x) ���
����
�
)x(h1
104
5. Jika f(x) = g(x) + h(x) , maka )x(f ′ = )x(g′ + )x(h′
Bukti
f(x) = g(x) + h(x)
f(x+w) = g(x+w) + h(x+w)
f(x+w) – f(x) = {g(x+w) + h(x+w)} – {g(x) + h(x)}
= {g(x+w) – g(x)} + {h(x+w) – h(x)}
w
)x(f)wx(fLim
0w
−+→
= w
)x(g)wx(gLim
0w
−+→
+ w
)x(h)wx(hLim
0w
−+→
Jika nilai-nilai limitnya ada dan berhingga, maka f′(x) = g′(x) + h′(x)
6. Jika f(x) = goh(x) , fungsi komposisi , maka )x(f ′ = )x(h)}x(h{g ′′
Bukti
f(x) = goh(x) = g{h(x)}
f(x+w) = goh(x+w) = g{h(x+w)} =
f(x+w) – f(x) = g{h(x+w)} – g{h(x)} = [g{h(x) + w} – g{h(x)}]w
)x(h)wx(h −+
w
)x(f)wx(fLim
0w
−+→
= w
w)x(h)x(h
)}]x(h{g}w)x(h{g[Lim
0w
−+−+
→
= x
)x(h)wx(hLim
w)}x(h{g}w)x(h{g
Lim0w0w
−+−+→→
Sehingga jika nilai-nilai limitnya ada dan berhingga, maka f′(x) = g′{h(x)}h′(x).
7. Jika f(x) = xn maka )x(f ′ = (n-1) xn-1
Bukti
f(x) = xn
f(x+h) = (x+h)n = iinn
0i
hxin −
=� ��
�
����
�
f(x+h) – f(x) = iinn
0i
hxin −
=� ��
�
����
� -xn = iin
n
1i
hxin −
=� ��
�
����
�
105
h
)x(f)hx(fLim
0h
−+→
= h
hxin
Lim
iinn
1i
0h
−
=
→
� ���
����
�
= ��
���
� +− �=
−−−
→
n
2i
1iin1n
0hhxx)1n(Lim
= (n−1)xn-1 = f′(x)
8. Jika f(x) =Sin x maka )x(f ′ =Cos x, dan jika f(x) = Cos x maka )x(f ′ = −Sin x
Bukti
Untuk f(x) = Sin x, perhatikan pembuktian Contoh 1, sedangkan untuk f(x) = Cos x,
gunakan analoginya.
f(x) = Cos x
f(x+h) = Cos(x+h)
f(x+h) – f(x) = Cos(x+h)–Cos x = −2Sin21
(x+h+x)Sin21
(x+h−x)
= −2Sin(x+21
h)Sin21
h
h
)x(f)hx(fLim
0h
−+→
= h
h21
Sin)h21
x(Sin2Lim
0h
+−
→ = −
h
h21
SinLim)h
21
x(SinLim0h0h →→
+
= −Sin (x + 21
(0))(1) = −Sin x, yang merupakan fungsi dengan
range Sin x ≤ 1.
Hal ini berarti h
)x(f)hx(fLim
0h
−+→
ada dan berhingga, sehingga f′(x) = −Sin x.
9. Jika f(x) = ex , e bilangan irasional maka )x(f ′ = ex , sedangkan jika f(x) = ax , a > 0,
a ≠ e maka )x(f ′ = ax ln(a).
Bukti
f(x) = ex
f(x+h) = ex+h
f(x+h) – f(x) = ex+h – ex = exeh – ex = ex(eh – 1)
106
h
)x(f)hx(fLim
0h
−+→
= h
)1e(eLim
hx
0h
−→
= h
1eLime
h
0h
x −→
= ex.1 = ex = f′(x).
Untuk f(x) = ax
Karena a > 0, maka ax = ex ln(a) = eg(x) , dengan g(x) = x.ln(a).
Dengan menggunakan Dalil 6 dan 7, maka
f′(x) = (eg(x)}′ = eg(x)g′(x) = ax{x1-1ln(x)} = axln(a)
10. Jika f(x) = ln x maka )x(f ′ = x1
= x-1, sedangkan jika f(x) = log x maka )x(f ′ = 10lnx
1.
Bukti
f(x) = ln x ⇔ x = ef(x)
Gunakan Dalil 6 dan 7
(x)′ = (ef(x))′ � x1-1 = ef(x)f′(x) � 1 = x f′(x) � f′(x) = x1
= x-1
f(x) = log x = )10ln()xln(
� f′(x) = )10ln(
1(ln x)′ =
)10ln(1
x1
= 10lnx
1
Beberapa contoh perhitungan turunan fungsi.
Contoh 3.
Jika f(x) = 2x2Sin x + 3x2 –2x – 3xCos x , maka tentukan )x(f ′ !
Jawab :
)x(f ′ = (2x2)′Sin x + 2x2(Sin x)′ + (3x2) – (2x) –{(3x)′Cos x + 3x(Cos x)′}
= 2.2x2-1Sin x + 2x2.Cos x + 3.2x2-1 – 2x1-1 – (3x1-1Cos x + 3x.-Sin x)
= 4xSin x + 2x2Cos x + 6x – 2 –3Cos x + 3xSin x
107
Contoh 4.
Jika f(x) = Tg x maka tentukan )x(f ′ !
Jawab :
)x(f ′ =′��
���
�
xCos xSin
= ( ) ( )
( )2 xCos xSin xCosx Cos xSin ′−′
=( ) ( )
( )2 xCos xSin xCosx Cos xSin ′−′
= xCos
n x(-Sin x)Si - x Cos x.Cos2 =
xCosxSinxCos
2
22 + =
xCos1
2 = Sec2 x
Contoh 5.
Jika f(x) = log(2x2 – 3x + 1) maka tentukan )x(f ′ !
Jawab :
Karena
f(x) = log(2x2 – 3x + 1)
merupakan fungsi komposisi f(x) = g(h(x)) dengan
h(x) = 2x2 – 3x + 1 dan g(x) = log(x)
maka
)x(f ′ = )x(h))x(h(g ′′ = ( ) ( )′+−+−
1x3x210ln1x3x2
1 22
= ( ) ( )0x3x2.210ln1x3x2
1 11122 +−
+−−− = ( ) 10ln1x3x2
3x42 +−
−
Contoh 6.
Jika f(x) = (4x3 – 2x2 + 3x)6Ctg(3x2 – 2x) maka tentukan )x(f ′ !
Jawab :
fungsi ini merupakan perkalian dari dua fungsi komposisi, f(x) = g(h(x)).i(j(x)),
g(h(x)) : h(x) = 4x3 − 2x2 + 3x , g(x) = x6
i(j(x)) : j(x) = 3x2 – 2x , i(x) = Ctg(x)
sehingga
)x(f ′ = ( )( ) ( ) ( ) ( )( )′−+−+−′
+− x2x3Ctgx3x2x4x2x3Ctgx3x2x4 26232623
108
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctgx3x2x4x3x2x46 2231623 −′+−+− −
( ) ( )( )
′
���
����
�
−−+−+
x2x3Sinx2x3Cos
3x2x42
223
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctgx3x2.2x3.4x3x2x46 2111213523 −+−+− −−−
+ ( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ( )( )( )
′
���
�
�
���
�
�
−
−′−−−′−+−22
222223
x2x3Sin
x2x3Cosx2x3Sinx2x3Sinx2x3Cos3x2x4
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctg3x4x12x3x2x46 22523 −+−+−
+ ( ) ( ) ( ) ( )( x2x3Sin)x2x3(x2x3Sinx2x3Sin
13x2x4 222
2223 −′−−−
−+−
( )( ) ( )��
�−′−−− x2x3Cosx2x3x2x3Cos 222
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctg3x4x12x3x2x46 22523 −+−+−
+ ( ) ( ) ( ) ( )( x2x3Sinx2x2.3x2x3Sin
13x2x4 221112
2223 −−−
−+− −−
( ) ( ))x2x3Cosx2x2.3 221112 −−− −−
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctg3x4x12x3x2x46 22523 −+−+−
+ ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( )x2x3Cosx2x3Sin2x6x2x3Sin
13x2x4 2222
2223 −−−−−
−+−
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctg3x4x12x3x2x46 22523 −+−+− + ( ) ( )( )x2x3Sin
2x63x2x4
2223
−−−+−
= ( ) ( ) ( )x2x3Ctg3x4x12x3x2x46 22523 −+−+−
( )( ) ( )x2x3secCo2x63x2x4 2223 −−+−−
IV.3. Turunan Fungsi Implisit
Untuk menghitung turunan dari fungsi implisit dapat dilakukan dengan menggunakan
operator diferensial, d, yang prosesnya mengikuti dalil-dalil turunan.
109
Contoh 7.
Tentukan y′ dari 2xy2 – 3x – 4y + x2y = −5
Jawab :
Jika digunakan operator diferensial d pada kedua ruas, maka diperoleh
d(2xy2 – 3x – 4y + x2y) = d(−5)
� d(2xy2) – d(3x) – d(4y) + d(x2y) = 0
� 2{d(x).y2 + x.d(y2)} – 3d(x) – 4d(y) + {d(x2).y + x2.d(y)} = 0
� 2y2dx +2x.2y2-1dy – 3dx – 4dy + 2x2-1dx.y + x2dy = 0
� 2y2dx +4xydy – 3dx – 4dy + 2xydx + x2dy = 0,
selanjutnya kumpulkan suku-suku yang memiliki operator dx dengan dy, secara terpisah,
sehingga diperoleh
(2y2dx – 3dx + 2xydx) + (4xydy – 4dy + x2dy) = 0
� (2y2 – 3 + 2xy)dx + (4xy – 4 + x2)dy = 0
� (4xy – 4 + x2)dy = − (2y2 – 3 + 2xy)dx
� dxdy
= y′= ( )( )2
2
x4xy4xy23y2
+−+−−
=4xxy43xy2y2
2
2
−+−+−
IV.4. Turunan dan Kekontinuan Fungsi
Pada Bab III sudah dikemukakan, fungsi y = f(x) kontinu di titik x = a jika dipenuhi tiga
kondisi yaitu,
1. f(a) terdefinisikan (ada nilainya),
2. )x(fLimax→
ada,
3. )x(fLimax→
= f(a).
Berdasarkan deskripsi turunan fungsi pada sebuah titik, x = a,
)a(f ′ =h
)a(f)ha(f
0hLim
−+
→
jika nilainya ada dan berhingga. Karena f′(a) adalah koefisien arah garis singgung
lengkungan di titik x = a, maka syarat perlu sebuah fungsi diferensiabel di titik x = a adalah,
fungsi harus kontinu di titik tersebut. Tetapi sebaliknya tidak selalu berlaku. Artinya, jika
110
sebuah fungsi kontinu di titik x = a, maka fungsi tersebut belum tentu diferensiabel di titik
itu. Sebagai contoh, fungsi nilai mutlak, y = x. Fungsi ini kontinu di titik x = 0, tetapi
tidak diferensiabel di titik tersebut, sebab :
1. Nilai pada x = 0, 0 = 0
2. Limit kirinya, x0x
Lim−→
= x0x
Lim −→
= 0
3. Limit kanannya x0x
Lim+→
= x0x
Lim→
= 0
Ketiga kondisi tersebut, menyatakan )x(f0x
Lim−→
= )x(f0x
Lim+→
= )x(f0x
Lim→
= 0,
yang berarti fungsi y = x kontinu di x = 0.
4. Nilai turunan di x = 0,
)0(f ′ = h
)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ =
h
0h0
0hLim
−+
→ =
h
h
0hLim→
= �
<>
0h jika , 1-0h jika , 1
Hal ini menunjukan bahwa, h
)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ + = 1, sedangkan
h)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ − = −1. Yang berarti,
h)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ +�
h)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ −
atau h
)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ tidak ada.
Dari keempat kondisi tersebut menyatakan bahwa fungsi y = x tidak diferensiabel di
x = 0.
111
O = (0,0)
y = x
Y
X
Gambar IV.2 Grafik fungsi y = x
Pada Gambar IV.2 terlihat bahwa fungsi y = x kontinu di x = 0, tetapi tidak dapat dibuat
garis singgung di titik tersebut, karena grafik fungsi membangun sebuah sudut.
Kesimpulan dari sajian ini adalah : Untuk menelaah apakah fungsi y = f(x) kontnu di
x = a, maka telaah apakah fungsi diferensiabel di titik tersebut ? Artinya, apakah f′(a)
nilainya terdefinisikan ?
IV.5. Turunan Orde Tinggi
Pada awal dari bab ini telah dikemukan bahwa, jika h
)x(f)hx(f
0hLim
−+
→ ada dan
berhingga, maka h
)x(f)hx(f
0hLim
−+
→ = f ′(x). Dalam hal ini f ′(x) dinamakan turunan
orde pertama.
Orde turunan ini dapat dikembangkan sehingga diperoleh turunan orde tinggi.
Konsepsinya dapat menggunakan analogi dari turunan pertama. Jika
h)x(f)hx(f
0hLim
′−+′
→ ada dan berhingga, maka
h)x(f)hx(f
0hLim
′−+′
→ = f ′′(x) = (f ′(x))′.
Analog, jika h
)x(f)hx(f
0hLim
′′−+′′
→ ada dan berhigga, maka
h)x(f)hx(f
0hLim
′′−+′′
→ = f ′′′(x) = (f ′′(x))′
Dan seterusnya f (n)(x) = (f (n-1)(x))′.
112
Y
a b x1 x2
x3
x4
Contoh 8.
Jika f(x) = 2x2 – 3x + 1 , maka tentukan f ′′(x) dan f ′′′(x) !
Jawab :
f ′(x) = 2.2x2-1 – 3x1-1 + 0 = 4x – 3
f ′′(x) = (f ′(x))′ = 4x1-1 – 0 = 4
f ′′′(x) = (f ′′(x))′ = 0
IV.6. Nilai Ekstrim
Perhatikan fungsi y = f(x) pada domain interval tertutup, [a , b], dengan grafiknya seperti
di bawah ini.
Gambar IV.3 Titik-titik ekstrim fungsi
Gambar IV.3 menyajikan bahwa fungsi y = f(x) dalam selang tutup [a , b], memiliki nilai
minimum lokal di x = x1, maksimum lokal di x = x2, minimum mutlak di x = x3, dan
maksimum mutlak di x = x4. Nilai-nilai maksimum dan minimum, baik lokal maupun
mutlak, dinamakan nilai ekstrim.
X
y = f(x)
113
Definisi
1. Ekstrim mutlak
Fungsi y = f(x) yang didefinisikan dalam selang tutup [a , b] mencapai nilai maksimum
mutlak di x = x0, a ≤ x0 ≤ b, jika untuk setiap a ≤ x ≤ b dan x ≠ x0, maka f(x0) ≥ f(x).
Sedangkan mencapai minimum mutlak jika f(x0) ≤ f(x).
2. Ekstrim lokal
Fungsi y = f(x) yang didefinisikan dalam selang tutup [a , b] mencapai nilai maksimum
lokal di x = x0 , a ≤ x0 ≤ b, jika untuk setiap c ≤ x ≤ d dengan a ≤ c ≤ d ≤ b dan x ≠ x0,
maka f(x0) ≥ f(x). Sedangkan mencapai minimum mutlak jika f(x0) ≤ f(x).
Pada Gambar IV.3 terlihat bahwa, garis-garis singgung pada titik-titik ekstrim selalu
sejajar dengan sumbu-X. Hal ini berarti koefisien arah garis singgung pada titik ekstrim
selalu sama dengan 0. Jika hal ini dikaitkan dengan turunan fungsi pada sebuah titik, maka
fungsi y = f(x) memiliki nilai ekstrim di x = x0, jika f ′(x0) = 0. Untuk menentukan jenis
ekstrimnya, dapat ditelaah dari tanda turunan kedua di titik tersebut, f ′′(x0).
1. Jika f ′′′′′′′′(x0) > 0, maka titik ekstrim adalah titik minimum (lokal atau mutlak), dan jika
f ′′′′′′′′(x0) < 0, adalah titik maksimum (lokal atau mutlak).
2. Jika f ′′′′′′′′(x0) = 0, maka harus dilakukan telaahan tanda dari f ′(x) di sekitar x = x0.
2.1. Jika f ′(x) > 0 untuk x < x0 , dan f ′(x) < 0 untuk x > x0 , maka titik x = x0
merupakan titik maksimum.
2.2. Jika f ′(x) < 0 untuk x < x0 , dan f ′(x) > 0 untuk x > x0 , maka titik x = x0
merupakan titik minimum.
2.3. Jika tanda f ′(x) tidak berubah untuk x < x0 maupun x > x0 , maka titik x = x0
adalah titik belok.
114
Y Y
X X x0 x0
y = f(x)
y = f(x)
Gambar IV.4 Titik x = x0 titik belok fungsi y = f(x)
Titik ekstrim dan titik belok biasa dinamakan titik stasioner.
Contoh 9.
Tentukan titik-titik stasioner dari fungsi y = x4 + 4x3 – 8x2 !
Jawab :
y ′ = 4x4-1 + 4.3x3-1 – 8.2x2-1 = 4x3 + 12x2 – 16x = 0
� 4x(x2 + 3x – 4) = 0
� 4x(x + 4)(x – 1) = 0
� 4x = 0 � x = 0
� x + 4 = 0 � x = − 4
� x – 1 = 0 � x = 1
Ada tiga buak titik stasioner pada x = 0, x = − 4 dan x = 1. Untuk menelaah jenisnya,
tentukan turunan kedua, dan telaahan tanda untuk nilai-nilai x tersebut.
y ′′ = 4.3x3-1 + 12.2x2-1 – 16x1-1 = 12x2 + 21x – 16
Untuk
1) x = 0 � y ′′= 12x2 + 21x – 16 � y ′′(0) = 12(0)2 + 21(0) – 16 = −16 < 0. Fungsi
memiliki nilai maksimum di x = 0.
Nilai maksimumnya, x = 0 � y = x4 + 4x3 – 8x2
� y(0) = (0)4 + 4(0)3 – 8(0)2 = 0.
Koordinat titik maksimumnya, (0 , 0).
115
2) x = − 4 � y ′′= 12x2 + 21x – 16 � y ′′(4) = 12(− 4)2 + 21(−4) – 16 = 98 > 0. Fungsi
memiliki nilai minimum di x = 0.
Nilai minimumnya, x = − 4 � y = x4 + 4x3 – 8x2
� y(− 4) = (− 4)4 + 4(− 4)3 – 8(− 4)2 = −128.
Koordinat titik minimumnya, (-4 , -128).
3) 3x = 1 � y ′′= 12x2 + 21x – 16 � y ′′(1) = 12(1)2 + 21(1) – 16 = 17 > 0. Fungsi
memiliki nilai minimum di x = 1.
Nilai minimumnya, x = 1 � y = x4 + 4x3 – 8x2
� y(1) = (1)4 + 4(1)3 – 8(1)2 = −3.
Koordinat titik minimumnya, (1 , -3).
Contoh 10
Tunjukan bahwa titik O = (0 , 0) merupakan titik belok
fungsi y = x3
Jawab :
y′ = 3x2 = 0 ⇔ x = 0
y′′ = 6x � y′′(0) = 0 :
Kesimpulan tentang jenis titik stasioner harus dilakukan
dengan memperhatikan tanda dari y′ di sekitar x = 0.
Perhatikan y′ = 3x2. Untuk x < 0 dan x > 0, y′ > 0. Hal
ini menunjukan bahwa titik (0 , 0) adalah titik belok.
IV.7. Beberapa Penggunaan Turunan
1. Garis singgung lengkungan
Contoh 11.
Tentukan persamaan garis singgung lengkungan
y = 1x1x
−+
, x ≠ 1 , di titik (2 , 3) !
10 5 0 5 10
11.81
5.91
5.91
11.81
f x( )
g x( )
x
10 5 0 5 10
13.96
6.98
6.98
13.96
f x( )
x
116
Jawab :
y ′ = ( )2)1x(
)1x()1x()1x()1x(
−+′−−−′+
= 2
1111
)1x()1x)(0x()1x)(0x(
−+−−−+ −−
= 2)1x()1x()1x(
−+−−
= 2)1x(1
−−
. Subtitusikan x = 2 ke y ′ = 2)1x(1
−−
� y ′(2) = 2)12(1
−−
= −1.
Jadi persaman garis singgung lengkungan yang dicari adalah, persamaan garis yang melalui
titik (2 , 3) dengan koefisien arah –1.
Persamaannya : y – (3) = (−1){x – (2)} � y = −x +2 +3 � y = −x +5
Contoh 12.
Selidiki apakah garis 2x–3y+6 = 0 menyinggung
hiperbola 9x2–4y2–54x+16y–34 = 0 ?
Jika menyinggung, tentukan titik singgungnya !
Jawab :
2x–3y+6 = 0 ⇔ y = 2x32 −
Koefisien arah garis : a = 32
(1)
Diferensiasi hiperbola
d(9x2–4y2–54x+16y–34) = 0
18xdx–8ydy–54dx+16dy = 0
� (18x–54)dx – (8y–16)dy = 0
� (18x–54)dx = (8y–16)dy � y′ = dxdy
= 16y854x18
−−
(2)
Persamakan a (1) dengan y′ (2)
� 16y854x18
−−
= 32
� 54x – 162 = 16y – 32 � 54x – 16y – 130 = 0 ⇔ 27x – 8y – 65 = 0
Karena 27x – 8y – 65 = 0 tidak sama dengan 2x–3y+6 = 0, maka garis : 2x–3y+6 = 0 tidak
menyinggung hiperbola : 9x2–4y2–54x+16y–34 = 0.
Untuk lebih jelas perhatikan gambar posisi garis terhadap parabola yang telah disajikan di
atas.
10 5 0 5 10
8.05
4.03
4.03
8.05
f x( )
gx( )
hx( )
x
117
Contoh 13.
Tentukan persamaan asimtut hiperbola
9x2–4y2–54x+16y–34 = 0
Jawab :
Misalkan persamaannya y = ax + b
Sudah ditunjukan, diferensiasi hiperbola
9x2–4y2–54x+16y–34 = 0 adalah,
y′ = 16y854x18
−−
.
Karena asimtut identik dengan garis singgung sekawan,
maka a dapat dipersamakan dengan y′, sehingga
16y854x18
−−
= a � 18x – 54 = 8ay – 16a
� y = a8
18x +
a854a16 −
.
Jika dipersamakan dengan y = ax + b, maka diperoleh persamaan a8
18 = a dan
a854a16 −
= b.
Yang jawabanya, a2 = 49 � a = ±
23
dan b = �
�
�
−=
=−
23
a jika , 2
13
23
a jika , 25
. Sehingga persamaan
asimtutnya y = �
�
�
+−
−
213
23
25
x23
2. Nilai stasioner
Contoh 14.
Sebuah kertas dengan luas 2 m2 ingin dibuat poster. Poster tersebut harus terletak 21 cm di
bawah sisi atas, 21 cm di atas sisi bawah, 14 cm dari sisi kri, dan 14 cm dari sisi kanan
kertas. Tentukan ukuran kertas dan poster dengan luas bidangnya yang maksimum ?
10 5 0 5 10
16.11
8.05
8.05
16.11
f x( )
g x( )
h x( )
i x( )
x
118
Jawab :
Jika dimisalkan panjang kertas : x meter dan lebarnya : y meter, dan luas kertas 2 m2, maka
diperoleh hubungan :
xy = 2 atau y = x2
.
Untuk bidang poster, panjang (x–0,28) m,
lebar (y–0,42) m = (x2 −0,42) m,
sehingga luas bidang poster :
L = (x – 0,28)( x2
– 0,42).
Mencari luas yang maksimum :
L = (x – 0,28)( x2
– 0,42)
L′ = (x – 0,28)′( x2
– 0,42) + (x – 0,28)( x2
– 0,42)′
= (x1-1 – 0)( x2
– 0,42) + (x – 0,28)(2.−1x-1-1 – 0)
= ( x2
– 0,42) + (x – 0,28)(− 2x2
) = x2
− 0,42 − x2
+ 2x56,0
= 2x56,0
− 0,42
Syarat agar nilai L maksimum, L′ = 0 dan L′′ < 0, � 2x56,0
− 0,42 = 0 � 0,56 – 0,42x2 = 0
� − 0,42(x2 − 4256
) = 0 ⇔ (x2 − 4256
) = 0 ⇔ x2 = 4256
� x = 4256
= 332
(karena
domain harus merupakan bilangan real positif).
L ′′ = 0,56.−2x-2-1 – 0 = − 2x12,1
> 0, untuk setiap x. Jadi x = 332
memaksimumkan L.
Sehingga ukuran kertas : panjang = 332
m , lebar = 3
32
2m = 3 m, dan ukuran poster :
panjang = ( 332
- 0,28) m dan lebar = ( 3 - 0,42) m.
21 cm
21 cm
21 cm 14 cm
119
Contoh 15.
Sebuah kotak tanpa tutup dibuat dari sebuah karton tebal berukuran 24 x 9 cm2. Tentukan
ukuran kotak agar volumenya paling besar ?
Jawab :
Jika tinggi kotak x cm, maka volumenya
v(x) = (24 – 2x)(9 – 2x)(x) cm3
= 4x3 – 66x2 + 216x
v′(x) = 12x2 – 132x + 216
v′(x) = 0 � 12(x – 9)(x – 2) = 0
� x = �
129
v′′(x) = 24x – 132
Subtitusikan :
x = 9 ke v′′(x) � v′′(9) = (24)(9) – 132 = 84 > 0. � x meminimumkan v(x)
x = 12 ke v′′(x) � v′′(12) = (24)(12) – 132 = 156 > 0 � x meminimumkan v(x)
Berdasarkan hasil perhitungan disimpulkan bahwa, tidak ada kotak yang dapat dibuat
dengan volume maksimum. Tetapi jika menelaah dari denah pembuatan kotak, x harus
memenuhi ciri, 0 < x < (9) : (2) = 4,5. Karena x = 9 > 4,5, maka sebagai nilai kritis untuk
v(x) adalah x = 0, x = 2, dan x = 4,5.
Jika disubtitusikan
x = 0 ke v(x) � v(0) = 4(0)3 – 66(0)2 + 216(0) = 0
x = 2 ke v(x) � v(2) = 4(2)3 – 66(2)2 + 216(2) = 200
x = 4,5 ke v(x) � v(4,5) = 4(4,5)3 – 66(4,5)2 + 216(4,5) = 0
maka volume maksimum kotak adalah 200 cm3, dengan ukuran
(24 – 2.2)(9 – 2.2)(2) = 20 x 5 x 2 cm3
24 – 2x
9 – 2x
x x
x
x
120
Contoh 16
Tentukan ukuran selinder dalam kerucut yang memiliki volume terbesar !
Jawab :
Misalkan tinggi kerucut a dan jari-jari bidang
alasnya b, dengan a dan b konstan.
Jika tinggi selinder t dan jari-jari bidang
alasanya r, maka volumenya v = πr2t
dengan menggunakan kesamaan segitiga
ata −
= br
� a – t = bar
� t = a − bar
⇔ t = b
arab − =
b)rb(a −
, subtitusikan ke
v = πr2t sehingga diperoleh v(r) = πr2
b)rb(a −
v′(r) = πba
(2br – 3r2)
v′(r) = 0 � πba
(2br – 3r2) = 0 ⇔ (2br – 3r2) = 0 � (r)(2b −3r) = 0 � r = �
��
3b2
0
Karena r = 0 tidak mungkin dipilih, maka subtitusikan r = 3b2
ke t = a − bar
� t = 31
a,
sehingga ukuran selinder : tinggi, t = 31
a, jari-jari bidang alas, r = 32
b. Dengan a dan b,
masing-masing tinggi dan jari-jari bidang alas kerucut, yang merupakan konstanta
3. Gerak benda.
Contoh 17.
Sebuah benda bergerak pada garis lurus dengan persamaan gerak s = t3 – 6t2 + 9t + 4 ,
dengan s : panjang jalan yang ditempuh (satuan dalam m), dan t : waktu tempuh (satuan
dalam detik).
Tentukan kecepatan dan percepatan benda setelah bergerak 5 detik !
a
b
t
r
121
Jawab :
Dalam ilmu fisika, kecepatan adalah rasio jarak tempuh dengan waktu tempuh, dan
percepatan rasio kecepatan dengan waktu tempuh.
Secara matematis,
kecepatan : v = dtds
= 3t3-1 – 6.2t2-1 + 9t1-1 + 0 = 3t2 – 12t + 9
percepatan : a = dtdv
= 3.2t2-1 – 12t1-1 + 0 = 6t – 12
Sehingga setelah bergerak 5 detik,
kecepatan gerak benda : t = 5 � v = 3t2 – 12t + 9
� v(5) = 3(5)2 – 12(5) + 9 = 24 m/det
percepatannya : t = 5 � a = 6t – 12 � a(5) = 6(5) – 12 = 18 m/det2
Contoh 18.
Sebuah pesawat, terbang berdasarkan persamaan
gerak lurus beraturan dengan percepatan tetap 100
km/jam2. Pada saat seseorang melihatnya,
ketinggian pesawat 1 km dari orang tersebut dengan
kecepatan 240 km/jam, dan telah terbang selama 30
menit. Jika setelah 6 menit sudut pandang orang
pada pesawat sebesar ϕ, dengan Tg ϕ = 20, maka
tentukan persamaan gerak pesawat ?
Jawab :
Dalam ilmu fisika persamaan gerak benda dengan
percepatan tetap adalah s(t) = at2 + bt + c.
Kecepatan pada saat t, v(t) = s′(t) = 2at + b, dan percepatannya a(t) = v′(t) = s′′(t) = 2a.
Percepatan pesawat tetap 100 km/jam2, jadi 2a = 100 � a = 50
Setelah terbang 30 menit (0,5 jam), kecepatan pesawat sama dengan 240 km/jam,
� v(0,5) = 100(0,5) + b = 240 � b = 190
1 km
ϕϕϕϕ
x km
122
(1,−−−−1)
(-¼,- 1283 )
(½+½√√√√3,0)
(½-½√√√√3,0) (0,0)
Setelah 6 menit (0,1 jam) sudut pandang menjadi ϕ, dengan Tg ϕ = 20 = 1x
� x = 20 , yang merupakan jarak tempuh pesawat setelah terbang 6 menit (0,1 jam)
Subtitusikan x = 20, a = 50, b = 190 dan t = 0,1, ke persamaan gerak s(t) = at2 + bt + c
� 20 = 50(0,1)2 + 190(0,1) + c � c = 0,5
Jadi persamaan gerak pesawat, s(t) = 50t2 + 190t + 0,5
4. Sketsa grafik
Contoh 19.
Gambarkan sketsa grafik fungsi y = 2x4 – 2x3 – x2 !
Jawab :
Titik ekstrim grafik :
y = 2x4 – 2x3 – x2
y ′ = 2.4x4-1 – 2.3x3-1 – 2x2-1 = 8x3 – 6x2 – 2x = 0
� 2x(4x2 – 3x – 1) = 0
� 2x(4x + 1)(x – 1) = 0
� 2x = 0 � x = 0
� 4x + 1 = 0 � x = − ¼
� x – 1 = 0 � x = 1
y ′′= 8.3x3-1 – 6.2x2-1 – 2x1-1 = 24x2 – 12x – 2
x = 0 � y ′′ : y ′′(0) = 24(0)2 – 12(0) – 2 = -2 < 0 ,
di titik x = 0 fungsi mencapai nilai maksimum.
Nnilai maksimumnya
x = 0 � y : y(0) = 2(0)4 – 2(0)3 – (0)2 = 0
x = -¼ � y ′′ : y ′′(0) = 24(-¼)2 – 12(-¼) – 2 = 2½ > 0
di titik x = -¼ fungsi mencapai nilai minimum.
nilai minimumnya
x = -¼ � y : y(-¼) = 2(-¼)4 – 2(-¼)3 – (-¼)2 = 128
3−
0.37 0.42 1.21
1
0.5f x( )
x
Sketsa “manual”
Sketsa Mathcad
Y
X
123
x = 1 � y ′′ : y ′′(1) = 24(1)2 – 12(1) – 2 = 10 > 0 ,
di titik x = 1 fungsi mencapai nilai minimum.
Nilai minimumnya x = 1 � y : y(1) = 2(1)4 – 2(1)3 – (1)2 = −1
Titik potong dengan sumbu koordinat
1. dengan sumbu-Y :
x = 0 � y : y(0) = 0 � koordinat titik potong : (0 , 0)
2. dengan sumbu-X :
y = 0 � 2x4 – 2x3 – x2 = 0 � x2(2x2 – 2x – 1) = 0
� x2 = 0 � x = 0
� 2x2 – 2x – 1 = 0 � D = (-2)2 – 4(2)(-1) = 12 > 0 , ada dua jawab real
� 2
314
322)2(2
12)2(x 2,1
±=±=±−−= � x1 = ½ + ½ 3 dan x2 = ½ - ½ 3
koordinat titik-titik potongnya : (0 , 0) , (½ + ½ 3 , 0) , (½ - ½ 3 , 0)
5. Dalil L’Hospital
Dalil
Jika a bilangan riil, f(x), g(x) ≠ 0 fungsi memiliki turunan pada setiap order di x = a,
maka untuk semua nilai x dalam selang 0 <x - a< δ, δ bilangan yang cukup kecil,
berlaku hubungan
)x(g)x(f
Limax→
= )x(g)x(f
Limax ′
′→
= )x(g)x(f
Limax ′′
′′→
= . . . = )x(g)x(f
Lim )k(
)k(
ax→
Dalil ini digunakan untuk menghitung limit dari rasio dua fungsi yang menghasilkan nilai-
nilai tak tentu, tetapi bentuk fungsinya sulit untuk diubah menjadi bentuk fungsi yang
menghasilkan nilai limit dengan nilai yang bukan nilai tak tentu.
124
Contoh 20.
Hitunglah x Sinxx Sinx
Lim0x −
+→
Jawab :
Jika dihitung langsung, maka x Sinxx Sinx
Lim0x −
+→
= 0Sin00Sin0
−+
= 00
(nilai tak tentu).
Tetapi untuk mengubah bentuk fungsi agar 00
dapat dieliminasi cukup sulit, sehingga harus
digunakan dalil L’Hospital.
x Sinxx Sinx
Lim0x −
+→
= )x Sinx()x Sinx(
Lim0x ′−
′+→
= x Cosxx Cosx
Lim 11
11
0x −+
−
−
→ =
0Cos10Cos1
−+
= 1111
−+
= 02
(bukan nilai tak tentu).
Contoh 21
Hitunglah ( )( ) ( )3xx2
0xxln1eLim
2
−−
→
Jawab :
Jika disubtitusikan x = 0 pada limit fungsi, maka akan diperoleh bentuk tak tentu 0.∞.
f(x) = ( )( )1e xx2 2
−− ln(x3)
f′(x) = ( )( )1e xx2 2
−− ′ ln(x3) + ( )( )1e xx2 2
−− {ln(x3)}′
= { ( )( )xx2 2
e − (4x – 1)} ln(x3) + ( )( )1e xx2 2
−−
( )3x1
(3x2)
= ( )( )xx2 2
e − (4x – 1) ln(x3) + x3 ( )( )1e xx2 2
−− = ( )( )xx2 2
e − {(4x−1)ln(x3) + x3
} − x3
Jika dihitung f′(0) = (1){(−1)(∞) + (∞)} − ∞ = −∞ + ∞ −∞ , bentuk tentu yang tidak
didefinisikan.
125
f′′(x) = ( )( )xx2 2
e − ′{(4x–1)ln(x3)+ ��
���
�
x3
} + ( )( )xx2 2
e − {(4x−1)ln(x3) + ��
���
�
x3
}′ − (x3
)′
= { ( )( )xx2 2
e − (4x–1)}{(4x–1)ln(x3)+x3
}+ ( )( )xx2 2
e − [(4x–1)′ln(x3)+(4x–1){ln(x3)}′+ ��
���
�
x3 ′]
− ��
���
�− 2x3
= ( )( )xx2 2
e − {(4x−1)2ln(x3)+ x3
(4x−1)} + ( )( )xx2 2
e − {(4)ln(x3) + (4x−1) ( )3x1
(3x2)
+ ��
���
�− 2x3
} + ��
���
�2x
3
= ( )( )xx2 2
e − {(4x−1)2ln(x3) + x3
(4x−1) + 4ln(x3) + x3
(4x−1) − ��
���
�2x
3} + �
�
���
�2x
3
Jika dihitung f′′(0) = (1){(−1)2(∞) + (∞)(−1) + 4(∞) + (∞)(−1) – (∞)} + (∞)
= ∞ − ∞ + ∞ − ∞ − ∞ + ∞ , bentuk tentu yang tidak didefinisikan.
Jika proses diferensiasi dilanjutkan dengan mensubtitusikan x = 0, maka akan diperoleh
hasil yang sama.
Hal menunjukan bahwa ( )( ) ( )3xx2
0xxln1eLim
2
−−
→ = ∞.
6. Pengunaan dalam ilmu ekonomi
Contoh 22
Diketahui fungsi biaya total untuk memproduksi sejenis barang adalah,
C(x) = 10.000 + 50x + 100 3 x
Hitunglah biaya rata-rata perunit dan marginal jika diproduksi 1000 unit barang ?
Jawab :
Berdasarkan definisi
Biaya rata-rata perunit, r(x) = x
)x(C =
xx100x50000.10 3++
Biaya marginal, m(x) = )x(Cdxd
= C′(x) = 50 + 32
x3
100 −
126
Subtitusikan x = 1000 ke
r(x) � r(1000) = 1000
1000100)1000(50000.10 3++ = 61 , biaya rata-rata perunit
m(x) � m(1000) = 50 + 32
)1000(3
100 − =
31
50 , biaya marginal
Contoh 23
Manajer penjualan memperkirakan dalam setiap minggu akan terjual 1000 unit barang jika
dijual dengan harga Rp 3.000,- perunit. Tetapi dalam setiap minggu akan terjadi pula
resiko, 100 unit barang harganya akan turun Rp 500,- perunit. Tentukan pendapatan
maksimum dalam setiap minggunya !
Jawab :
Perdefinisi
Fungsi harga = harga jual − penyusutan harga,
H(x) = 3000 − 100
1000x −(0,5) = 3005 – 0,005x
Fungsi pendapatan = total barang terjual x fungsi harga,
P(x) = xH(x) = 3005x – 0,005x2
P′(x) = 3005 – 0,01x = 0 � x = 300500
P′′(x) = −0,01 < 0 , jadi x = 300500 memaksimukan P(x)
Subtitusikan x = 300500 ke P(x)
� P(300500) = 3005(300500) – 0,005(300500)2 = 4515011250
Pendapatan maksimum, Rp 4.515.011.250,-
Contoh 24
Jika diketahui persamaan fungsi biaya dan fungsi harga masing-masing,
C(x) = 3000 + 1100x dan H(x) = 5000 – 2x
maka bagaimana persamaan untuk pendapatan marginal, biaya marginal, dan keuntungan
marginal ? Selanjutnya tentukan total produksi yang memaksimumkan pendapatan total !
127
Jawab :
Fungsi pendapatan, P(x) = xH(x) = x(5000 – 2x) = 5000x – 2x2
Fungsi pendapatan total, p(x) = P(x) – C(x) = 5000x – 2x2 – (300 + 1100x)
= −2x2 + 3900x – 300
Fungsi pendapatan marginal, M(x) = H′(x) = 5000 – 4x
Biaya marginal, m(x) = C′(x) = 1100
Fungsi keuntungan marginal, K(x) = p′(x) = −4x + 3900 = 0 � x = 975
K′(x) = p′′(x) = -4 < 0 , jadi x = 975 memaksimumkan p(x)
Sehingga total produksi yang memaksimumkan pendapatan adalah 975 unit.
IV.8. Dalil nilai tengah
Sebenarrnya, dalil ini yang membidani lahirnya ilmu kalkulus, khususnya perhitungan
diferensial, tetapi perannya tidak banyak muncul, terutama dalam penyelesaian persoalan
kalkulus yang bersifat lanjutan. Perannya lebih banyak muncul sebagai pengantar untuk
memunculkan dalil baru, terutama dalam proses pembuktian. Misalnya dalil-dalil tentang
kemonotonan dan kekonkavan fungsi, yang melahirkan telaahan tentang titik-titik stasioner
fungsi.
Dalil
Jika y = f(x) fungsi kontinu pada
selang tertutup [a,b], dan diferensiabel
pada selang terbuka (a , b), maka ada
paling sedikit satu nilai c, a < c < b,
sedemikian rupa sehingga
ab)a(f)b(f
−−
= f′(c)
atau f(b) – f(a) = f′(c)(b – a)
y = f(x)
a b
f(a)
f(b)
y = g(x)
y = h(x)
x X
Y
128
Bukti
Perhatikan gambar di atas.
Grafik fungsi y = g(x) melalui titik {a,f(a)} dengan {b,f(b)}, sehingga akan memiliki
persamaan
)a(f)b(f)a(f)x(g
−−
= abax
−−
g(x) – f(a) = ab
)a(f)b(f−−
(x – a)
� g(x) = f(a) + ab
)a(f)b(f−−
(x – a)
Sedangkan grafik fungsi y = h(x) sejajar sumbu-Y dengan domain {g(x),f(x)}, sehingga
h(x) = f(x) – g(x) = f(x) – {f(a) + ab
)a(f)b(f−−
(x – a)} = f(x) – f(a) – ab
)a(f)b(f−−
(x – a)
Jika dihitung,
1) h(a) = h(b) = 0,
2) h′(x) = f′(x) – 0 – ab
)a(f)b(f−−
(1 – 0) = f′(x) − ab
)a(f)b(f−−
, untuk a < x < b.
maka hal ini menunjukan bahwa ada c, a < c < b, sedemikian rupa sehinga h′(c) = 0, atau
f′(c) − ab
)a(f)b(f−−
= 0, atau ab
)a(f)b(f−−
= f′(c).
Contoh 25
Perhatikan grafik y = x3 pada selang −10 ≤ x ≤ 10
Jika menelaah bentuk lengkungannya, pada selang
tersebut dapat dibuat paling sedikit dua buah garis
singgung. Hal ini berarti ada c1 dan c2,
−10 < c1 < 10 ; −10 < c2 < 10,
sedemikian rupa sehingga
)10()10()10(y)10(y
−−−−
= y′(c1) = y′(c2)
Karena y(10) = 1000 dan y(−10) = −1000, maka y′(c1) = y′(c2) = )10()10(
)1000()1000(−−−−
= 100
10 5 0 5 10
1000
500
500
1000
f x( )
x
129
y′(x) = 3x2 � y′(c) = 3c2 = 100 � c = ± 33
10 � c1 = 3
310
, c2 = − 33
10
Contoh 26
Selidiki apakah fungsi y = 32
x diferensiabel pada
domain [−8 , 27] ?
Jawab :
y = 32
x � y(−8) = 4 , y(27) = 9
y′ = 31
x32 −
� )8()27(
)8(y)27(y−−
−− =
3549 −
= 71
= 31
c32 −
c = 3
314��
���
� ≈ 102 � c ∉ [−8 , 27
Maka tidak ada c, −8 < c < 27, sedemikian rupa sehingga )8()27(
)8(y)27(y−−
−− = y′(c). Dengan
perkataan lain y = 32
x tidak diferensiabel pada domain [−8 , 27]. Untuk lebih jelas dapat
ditelaah pada gambar di atas. Pada selang [−8 , 27] tidak dapat digambarkan garis singgung
lengkungan, sebab grafik fungsi membentuk
perpotongan dua garis.
Contoh 26
Tentukan persamaan dan titik singgung lengkungan
y = x3 – x2 – x + 1 pada domain [−1 , 2]
Jawab :
Pada gambar terlihat ada paling sedikit dua titik
singgung pada domain [−1 , 2].
y(−1) = 0 dan y(2) = 3
)1()2()1(y)2(y
−−−−
= 3
03 − = 1
8 0.75 9.5 18.25 27
2.5
5
7.5
10
f x( )
x
1 0 1 2
2
4
f x( )
x
130
y′ = 3x2 − 2x – 1 � y′(c) = 3c2 − 2c – 1 = 1 � 3c2 − 2c – 2 = 0
Jika dihitung akan diperoleh, c1 = 3
71+ ≈ 1,22 dan c2 =
371−
≈ − 0,55, yang keduanya
ada pada domain [−1 , 2].
Jika c1, c2 disubtitusikan ke y, maka akan diperoleh nilai y(c1) ≈ −0,22 dan y(c2) ≈ 1,081.
Jadi titik-titik singgungnya, (1,22 , − 0,22) dengan (− 0,55 , 1,081). Sedangkan persamaan
garis singgungnya,
1) y – (−0,22) = (1){x – (1,22)} � y = x – 1,44
2) y – (1,081) = (1){x – (−0,55)} � y = x + 1,631
IV.8.1 Fungsi naik, fungsi turun, dan fungsi monoton
Perhatikan gambar di
samping ini.
Dalam hal ini, fungsi
y = f(x) dikatakan
1) naik pada domain,
x < a, d < x < e,
f < x < g
2) turun pada domain,
a < x < b, c < x < d
3) monoton naik pada domain, e < x < f, dan x > g
4) monoton turun pada domain, b < x < c.
Deskripsi dari ciri fungsi tersebut dapat ditelaah di bawah ini.
Definisi
Perhatikan fungsi y = f(x) yang didefinisikan pada selang S (bentuknya bisa selang tertutup,
terbuka, atau tertutup-terbuka). Fungsi disebut
1. naik, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) < f(x2).
2. turun, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) > f(x2).
3. monoton kuat, jika fungsi naik saja atau turun saja pada S.
g f d
y=f(x)
b c e
X a Y
131
3. tidak naik, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) ≤ f(x2).
4. tidak turun, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) ≥ f(x2).
Untuk menelaah apakah sebuah fungsi merupakan fungsi naik, fungsi turun, fungsi
monoton, maka perlu dipahami dalil di bawah ini.
Dalil
Perhatikan fungsi y = f(x) yangi kontinu pada domain S, dan diferensiabel pada setiap titik
dalam (interior point) pada S. Jika
1. f′(x) > 0 untuk setiap x titik dalam pada S, maka fungsi naik pada S.
2. f′(x) < 0 untuk setiap x titik dalam pada S, maka fungsi turun pada S.
Bukti :
Jika x1, x2 titik dalam pada S dan y = f(x) diferensiabel pada setiap titik dalam, maka
berdasakan dalil nilai tengah, ada c, x1 < c < c2, sedemikian rupa sehingga
12
12
xx)x(f)x(f
−−
= f′(c).
Karena x2 – x1 > 0, sehingga jika
1) f′(c) > 0, maka f(x2) – f(x1) > 0 atau f(x2) > f(x1), yang berarti fungsi naik pada S.
2) f′(c) < 0, maka f(x2) – f(x1) < 0, atau f(x2) < f(x1), yang berarti fungsi turun pada S.
Contoh 27
Telaah ciri dari fungsi y = 31
x3 – x2 – 3x + 4
Jawab :
y = 31
x3 – x2 – 3x + 4
y′ = x2 – 2x – 3 = (x – 3)(x + 1)
titik nol : (x – 3)(x + 1) = 0 � x = 3 dan x = −1
daerah tanda
−−−−1 3
10 5 0 5 10
8.05
4.03
4.03
8.05
f x( )
x
+ − +
132
Pada daerah tanda tersurat, bahwa untuk
1) x < −1 dan x > 3, y′ > 0, atau fungsi naik
2) −1 < x < 3, y′ < 0, atau fungsi turun
Contoh 28
Tentukan domain di mana fungsi y = 2x1x
+ naik atau turun !
Jawab :
y = 2x1x
+
y′ = 22
22
)x1(x2)x1(
+−+
= 22
2
)x1(x1
+−
titik nol : 1 – x2 = (1 – x)(1 + X) = 0 � x = 1 dan x = −1
daerah tanda
Jadi fungsi
1) naik pada domain −1 < x < 1
2) turun pada domain x < −1 dengan x > 1
IV.8.2. Kekonkavan fungsi
Salah satu segi yang
dapat dimunculkan dari
fungsi naik dan fungsi turun
adalah kekonkavan fungsi.
Jika y = f(x) fungsi kontinu
pada domain S = (a , b), dan
ada c, a < c < b, sehingga
fungsi turun untuk x < c, dan
+ −−−− −−−−1 −−−−1
Y
X X
Konkav ke atas Konkav ke bawah
Y
10 5 0 5 10
0.5
0.25
0.25
0.5
fx()
x
133
naik untuk x > c, maka dikatakan fungsi konkav ke atas di x = c. Sebaliknya, jika fungsi
naik untuk x < c, dan turun untuk x > c, maka fungsi dikatakan konkav ke bawah di x = c.
Konspsi tersebut dapat dideskripsikan seperti di bawah ini
Definisi
Perhatikan fungsi y = f(x) yang diferensiabel pada domain S = (a , b). Jika y′ naik pada S,
maka fungsi dinamakan konkav ke atas pada S. Sebaliknya jika y′ turun, maka dinamakan
konkav ke bawah pada S.
Untuk menelaah apakah sebuah fungsi konkav ke atas atau ke bawah, pahami dalil di
bawah ini.
Dalil
Perhatikan fungsi y = f(x) yang diferensiabel orde dua pada domain S. Jika
1) f′′(x) > 0 untuk setiap x ∈ S, maka fungsi konkav ke atas pada S.
2) f′′(x) < 0 untuk setiap x ∈ S, maka fungsi konkav ke bawah pada S.
Bukti :
Jika x1, x2, dan x3 titik dalam pada S, dengan ciri x1 < x2 < x3, dan karena y = f(x)
diferensiabel orde dua, maka jika dilakukan diferensiasi terhadap formulasi dalil nilai tengah
13
13
xx)x(f)x(f
−−
= f′(x2) � ′
���
����
�
−−
13
13
xx)x(f)x(f
= (f′(x2))′ � ���
����
�
− 13 xx1
(f′(x3)–f′(x1)) = f′′(x2)
Karena x3 – x1 > 0, sehingga jika
1) f′′(x2) > 0, maka f′(x3) – f′(x1) > 0, atau f′(x3) > f′(x1), yang berarti f′(x) naik, atau f(x)
konkav ke atas pada S.
2) f′′(x2) < 0, maka f′(x3) – f(x1) < 0, atau f′(x3) < f′(x1), yang berarti f′(x) turun., atau f(x(
konkav ke bawah pada S.
Salah satu segi yang dapat dimunculkan dari kekonkavan fungsi adalah didefinisikannya
titik infleksi (inflection point) atau titik belok.
134
Definisi
Jika fungsi y = f(x) kontinu di x = c, maka titik (c , f(c)) dinamakan titik inleksi dari grafik
fungsi, jika kekonkavan fungsi untuk x < c berbeda dengan x > c.
Arti pada dalil ini, jika untuk x < c fungsi konkav ke bawah, maka untuk x > c konkav
keatas, atau sebalinya jika untuk x < c konkav ke bawah, maka untuk x > c konkav ke atas.
Misal, titik infleksi fungsi y = 2x1x
+, yang grafiknya di
samping kanan ini, adalah (0 , 0)
Contoh 29
Telaah kekonvakan fungsi y = 2x1x
+ !
Jawab :
y = 2x1x
+,
y′ = 22
22
)x1(x2)x1(
+−+
= 22
2
)x1(x1
+−
y′′ = 42
2222
)x1()x2)(x1(2)x1()x1(x2
++−−+
= 42
22
)x1()x31)(x1(x2
++−+
titik nol : 42
22
)x1()x31)(x1(x2
++−+
= 0 ⇔ 2x(1 + x2)(−1 + 3x2) = 0 ⇔ x(−1 + 3x2) = 0
� x = 0 , x = 331
, x = − 331
daerah tanda :
0 −−−− 3
31
331
10 5 0 5 10
0.5
0.25
0.25
0.5
fx()
x
+ −−−− + −−−−
135
Berdasarkan daerah tanda, untuk
1) x < − 331
dengan 0 < x < 331
, y′′ < 0, fungsi konkav ke bawah.
2) − 331
< x < 0 dengan x > 331
, y′′ > 0, fungsi konkav ke atas.
Contoh 30
Tentukan titik inleksi dari fungsi y = 31
x + 2 !
Jawab :
y = 31
x + 2
y′ = 32
x31 −
y′′ = 35
x92 −
−
� �
�><′′�<>′′
bawah ke konkav fungsi 0 xjika 0yatas ke konkav fungsi 0 xjika 0y
Jadi x = 0 menyebabkan fungsi memiliki titik
infleksi.
Subtitusikan x = 0 ke y � y(0) = 31
)0( + 2 = 2 � titik infleksinya : (0 , 2)
Kegunaan kekonkavan fungsi adalah untuk menentukan titik ekstrim fungsi. Jika fungsi
konkav ke atas di titik x = c, maka titik tersebut merupakan titik minimum. Sebaliknya jika
konkav ke bawah, maka merupakan titik maksimum
IV.9. Menggunakan Mathcad untuk menghitung turunan
Untuk menghitung turunan fungsi yang bentuknya sangat kompleks, sehingga jika
dihitung secara “manual” memerlukan waktu dan tempat yang cukup banyak, dapat
digunakan paket program Mathcad. Misalnya menentukan turunan dari fungsi
y = 3
)1x2(Sin2
)1x3log(e)2x3x2(
−+− −
.
10 5 0 5 10
2
2
4
6
f x( )
x
136
Jika diselesaikan secara “manual” akan memerlukan waktu dan tempat yang cukup besar,
maka untuk kemudahannya dapat digunakan program Mathcad. Proses penyelesaiannya
adalah
1. Jalankan program Mathcad hingga diperoleh tampilan seperti di bawah ini
2. Tuliskan persamaan fungsi yang akan dicari turunannya, dengan terlebih dulu
meng”klik” pointer penulisan fungsi, dan formulasi penulisannya
f(x) : = 3
)1x2(Sin2
)1x3log(e)2x3x2(
−+− −
3
)1x2(Sin2
)1x3log(e)2x3x2(
−+− −
f(x)
pointer penulisan fungsi
pointer penulisan turunan orde satu
pointer penulisan turunan orde n
137
3. “Klik” pointer turunan (diferensiasi), dan tuliskan formulasi orde turunan yang
diinginkan, selanjutnya “klik” pointer evaluate symbolically.
sehingga hasil yang diperoleh
pointer evaluate symbolically
diferensial orde 1
diferensial orde 2
138
Pada spreadsheet tertulis, turunan orde satu
)x(fdxd
→ (2X−3) 3
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
ln(10)3 + 2(x2−3x+2)Cos(2x+1) 3
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
ln(10)3 –
9(x2−3x+2) 4
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
1x3)10ln( 3
−
turunan orde dua
)x(fdxd
2
2
→ 2 3
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
ln(10)3 + 4(2x−3)Cos(2x+1) 3
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
ln(10)3
– 18(2x−3) 4
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
1x3)10ln( 3
− − 4(x3−3x+2)Sin(2x+1) 3
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
ln(10)3
+ 4(x2−3x+2)Cos(2x+1)23
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
ln(10)3
− 36(x2−3x+2)Cos(2x+1) 4
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
1x3)10ln( 3
−
+ 108(x2−3x+2) 5
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
2
3
)1x3()10ln(
− + 27(x2−3x+2) 4
)1x2(Sin
)1x3ln(e
−
+
2
3
)1x3()10ln(
−
SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN
1. Gunakan definisi untuk menentukan turunan fungsi-fungsi di bawah ini.
(a) y = (2x2 – x – 3) (b) y = 1x1x 2
++
(c) y = x Sin x (d) y = x Sin
x
(e) y = Tg x (f) y = Sec x (g) y = xCos
xSin1− (h) y = (x – 1)Ctg x
2. Tentukan y′, y′′, dan y′′′ dari fungsi-fungsi di bawah ini
(a) y = Sin 3(x – 1) (b) y = )1x(
)1x(Sin+
− (c) y = (2x3 – 3x2 – x)Ctg(2x + 3)
(d) y = e(3x-2)log(x2 – 2x) (e) y = 23
x3x2
x3x2e
2
+
−
(f) y = x3x
)xxlog()3x2(2
2
+−−
139
3. Tentukan turunan dari fungsi-fungsi implisit di bawah ini
(a) 2xy – 3x2 + 2y2 = 5 (b) x2y +xy2 – x + y – xy = 0 (c) x Sin y + y Cos x = 1
(d) Sin2(x + y) – Cos2(x + y) = 0 (e) (x2 + y)3 – (x – y2)3 = 0 (f) x2Tgy – yCtg x = 0
4. Selidiki apakah fungsi-fungsi di bawah ini memiliki turunan pada domain yang
ditentukan ?
(a) y=(x–1)Sin x2, pada domain [−π4
1,
π41
] (b) y=)
41
x(Cos
x41 2
π−
−π, pada domain (0,
π41
)
(c) x2+y2–2x–6y–15=0, pada domain (−3,1) (d) xy−x2y+xy2−5=0, pada domain (−1,3)
(e) y = 9x4
x2 −
, pada domain [2 , 5] (f) y = 1x2
e )1x2(
−
−
, pada domain (1 , 7)
5. Tentukan persamaan garis singgung pada lengkungan di bawah ini pada titik yang telah
ditentukan !
(a) y = 2x3x
x12 +−
−, di titik (0 ,
21
) (b) y = (x – 1)log x2, di titik (10 , 18)
(c) x2 – 2xy + y2 = 9, di titik (1 , −2) (d) x2 – 3x + y − 4 = 0 di titik (2 , 6)
(e) y = (2x2 – 3x + 1)e(2x – 1), di titik (21
, 0) (f) 2x + xy – y 2 – 2 = 0, di titik (1 , 0)
6. Tentukan domain di mana fungsi naik, turun, atau monoton !
(a) y = (2x + 3)log(x – 3), x � 3 (b) y = x3 − 2x2 + 3x – 5 (c) y = (x3 + x2)e(x – 1)
(d) y = 1x3x2
e2
)1x2(
+−
−
, x � 1, x � 21
(e) y = (x2 + 1)Tg(x – 1) (f) y = 1x2
e )1x2(
−
−
7. Perhatikan fungsi y = f(x). Jika f′(x) ada dan kontinu pada domain S, dengan f′(x) � 0
untuk pada setiap titik dalam S, maka fungsi seluruhnya naik atau turun pada S.
Tunjukanlah !
8. Dengan menggunakan dalil kemonotonan fungsi, jika 0 < x < y maka tunjukan bahwa
(a) x2 < y2 (b) x1
> y1
(c) x < y
9. Tunjukan bahwa fungsi kuadrat tidak memiliki titik infleksi, sedangkan fungsi pangkat
tiga hanya memiliki satu titik infleksi.
10. Tentukan dua bilangan positif yang jumlahnya 10 dan hasil kalinya paling besar !
140
11. Sepotong kawat dengan panjang 16 m, dipotong dua. Satu potong dibuat bangun bujur
sangkar, sedangkan yang satu potong lagi dibuat bangun lingkaran. Berapa ukuran
masing-masing potongan agar jumlah luas kedua bangun minimum ? Bagaimana jika
maksimum ?
12. Buktikan pernyataan berikut ini. Misalkan dimiliki dua buah fungsi y = f(x) dan
y = g(x). Jika f(x) ≤ g(x) untuk setiap nilai x, kecuali untuk x = c pada selang dimana
)x(fLimcx→
dengan )x(gLimcx→
ada dan berhingga, maka )x(fLimcx→
≤ )x(gLimcx→
.
13. Sebuah kerucut dibuat dari bidang berbentuk lingkaran yang memiliki diameter 10 m,
dengan menggunting sektor bidang lingkaran, sebesar ϕ. Berapakah besar ϕ, agar
diperoleh kerucut dengan volume paling besar ?
14. Tunjukan fungsi y = f(x), dengan y′ = 1x
1xx2
2
++−
, merupakan fungsi naik dimana-mana !
15. Pada pukul 7 pagi sebuah kapal laut berada 60 km arah timur sebuah kapal laut yang
lain. Jika kapal yang pertama bergerak dengan kecepatan 20 km/jam, ke arah barat, dan
kapal yang kedua 30 km/jam ke arah utara, maka pada pukul berapa kedua kapal tersebut
akan berjarak paling dekat ? Berapa jarak terdekat tersebut ?
16. Sebuah beban dikaitkan pada sebuah pegas yang bergerak sepanjang sumbu-X, dengan
kedudukan pada saat t memenuhi persamaan x = Sin 2t + 3 Cos 2t. Berapakan jarak
terjauh beban dari titik asalnya.
17. Seorang manajer pemasaran memperkirakan 100 unit barang akan terjual pada setiap
bulannya, jika harga setiap unitnya $ 250,-. Kuantitas penjualan akan meningkat 20 unit
perbulan, jika harga barang diturunkan $ 10,- perunitnya. Tuliskan persamaan fungsi
harga dan fungsi pendapatan daam setiap bulannya. Hitunglah nilai ekstrim untuk kedua
fungsi tersebut !
141
18. Diketahui sebuah pabrik memiliki m orang pegawai, untuk memproduksi x unit barang
dalam setiap minggunya. Jika h = h(x) fungsi harga, dan p = p(x) = x.h(x) fungsi
pendapatan perminggu, yang juga akan merupakan fungsi atas m, maka dmdp
dinamakan
produk pendapatan marginal. Formulasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
memperkirakan pendapatan jika ada penambahan seorang pegawai. Tunjukan bahwa
dmdp
= dmdx
(h + xdxdh
).
19. Garis dengan persamaan y = ax + b dinamakan asimtut miring untuk lengkungan
y = f(x), jika )}bax()x(f{Limx
+−∞→
= 0 atau )}bax()x(f{Limx
+−−∞→
= 0.
Tentukan asimtut miring untuk f(x) = 1x
4x2x3x23
34
−−−+
.
20. Buat sketsa grafik fungsi
(a) y = xSin (b) y = Sin x (c) y = 1x
x2
2
+ (d) y = xx (e) y = (x – 1)e2x+1
21. Dalil Rolle
Jika y = f(x) fungsi kontinu pada domain S = [a , b] dan diferensiabel pada domain
(a , b), maka untuk f(a) = f(b), ada paling sedikit sebuah nilai c, a < c < b, sedemikian
rupa sehingga f′(c) = 0.
Tunjukan bahwa dalil ini merupakan hal khusus dari dalil nilai tengah ! Tunjukan
dimana hal khususnya tersebut ?
22. Jika fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c didefinisikan pada domain S = [u . v], maka
tunjukan c = 2
uv − memiliki ciri f′(c) =
uv)u(f)v(f
−−
!
142
23. Perhatikan konsepsi tentang diferensial, yang menyatakan jika h
)x(f)hx(fLim
0h
−+→
ada
dan berhingga, maka
h)x(f)hx(f
Lim0h
−+→
= dx
)x(df.
Jika y = f(x), maka f(x+h) – f(x) = ∆y, dan
h = ∆x, ∆ dinamakan operator diferensi.
Hal ini menunjukan bahwa diferensial
adalah limit diferensi, jika nilainya ada dan
berhingga.
Tunjukan bahwa jika M konstantan yang memiliki hubungan 2
2
dxyd
≤ M pada selang
tutup [c , c+∆x], maka ∆y − dy ≤ 21
M(∆x)2.
24. Gunakan soal 23 untuk menghitung batas atas kekeliruan diferensial fungsi-fungsi di
bawah ini, jika x naik dari 2,00 menjadi 2,01 !
(a) y = 3x2 – 2x + 11 (b) y = x
1x −, x � 0 (c) y = xe(x−1) (d) y =
)x(Sinx
, 0 < x < π
25. Diketahui fungsi y = f(x) dan y = g(x), dengan f(2) = 3, f′(2) = 4, f′′(2) = −1, g(2) = 2,
g′(2) = 5, g′′(2) = −2. Hitunglah di x = 2
(a) ( ))x(g)x(fdxd 32 + (b) ( ))x(g)x(f
dxd
2
2
(c) ( ))x(fogdxd
(d) ���
����
�
)x(g)x(f
dxd
22
2
y=f(x) ∆∆∆∆y
∆∆∆∆x
f(x+h)
f(x)
x x+h
143
BAB V
PERHITUNGAN INTEGRAL
(ANTI DIFERENSIAL)
Perhatikan Gambar V.1. Selang [a , b] dipartisi atas n bagian yang sama, dan dibangun
dua macam persegi–persegi panjang. Persegi−persegi panjang yang pertama seluruhnya
berada di bawah grafik y = f(x). Sedangkan yang kedua meliput grafik y = .(x).
Jika disajikan :
mi : luas persegi panjang yang seluruhnya
berada di bawah grafik,
Mi : luas persegi panjang yang memuat
grafik,
maka
mi = f(xi)n
ab −, i = 1, 2, . . . , n−1,
Mi = f(xi+1) n
ab −, i = 1, 2, . . . , n−1,
Dalam hal ini, f(x0)=f(a) dan f(xn) = f(b).
Selanjutnya, tulis m(n) = �−
=
1n
1iim , M(n) = �
−
=
1n
1iiM . Jika nilai )n(mLim
n ∞→ dan nn
MLim∞→
ada dan
berhingga, maka nnmLim
∞→ = nn
MLim∞→
= �b
a
dx)x(f .
Formulasi �b
a
dx)x(f dinamakan integral tentu dari fungsi y = f(x) dengan batas bawah
x = a dan batas atas x = b. Jika nilai-nilai batas integral tidak disajikan, sehingga
formulasinya menjadi � dx)x(f , maka bentuk integral ini dinamakan integral tak tentu dari
fungsi y = f(x). Perbedaan antara integral tentu dengan tak tentu adalah, Integral tentu
X
y = f(x)
. . . x2 x1 xn-1 b=xn X0=a
Y
Gambar V.1. Konsepsi integral
144
hasilnya sebuah bilangan (konstanta), sedangkan integral tak tentu, sebuah fungsi. Fungsi
f(x) pada bentuk integral (baik tentu maupun tak tentu) dinamakan integrand.
V.1. Fungsi Primitif
Menghitung integral sebuah fungsi, baik integral tentu maupun tak tentu, dengan
menggunakan konsepsi limit, tidak semudah pada perhitungan difrensial. Sebab untuk
keperluan perhitungan integral perlu didefinisikan sebuah fungsi yang dinamakan fungsi
primitif atau biasa dinamakan antidiferensial. Hal ini karena pada formulasi integral
terlibat operator diferensial, dx.
Definisi
Fungsi y = F(x) dinamakan fungsi primitif (antidiferensial) dari y = f(x), jika berlaku
hubungan
)x(d)x(dF
= f(x)
untuk setiap x pada domain y = f(x).
Sebagai contoh, fungsi primitif dari y = Cos x adalah y = Sin x, sebab )x(d
)x(dSin = Cos x
Selanjutnya untuk dapat melakukan proses perhitungan integral perlu dipahami dalil
berikut ini.
Dalil
Jika y = f(x) fungsi kontinu pada domain S = [a , b], dan y = F(x) fungsi primitif dari
y = f(x), maka
�b
a
dx)x(f = b
a)x(F = F(b) – F(a)
Bukti
Perhatikan Gambar V.1.
Berdasarkan gambar, maka dapat disajikan barisan nilai
a = x0 < x1 < x2 < . . . < xn-1 < xn = b,
145
sehingga dengan cara menambahkan suku baru dan mengurangkan kembali, diperoleh
formulasi
F(b) – F(a) = F(xn) – F(xn-1) + F(xn-1) − . . . − F(x1) + F(x1) − F(x0) = �=
−−n
1i1ii )}x(F)x(F{
Karena y = F(x) fungsi primitif dari y = f(x), yang berarti F′(x) = f(x), maka y = F(x)
merupakan fungsi diferensiabel dengan turunannya kontinu di S, sehingga berdasarkan dalil
nilai tengah, ada ix , xi-1 < ix < xi, sedemikian rupa sehingga
F(xi) – F(xi-1) = f( ix )(xi – xi-1), atau F(b) – F(a) = �=
−−n
1i1iii )xx)(x(f ,
sehingga jika kedua ruas dihitung nilai limitnya untuk n → ∞, maka
{ })a(F)b(FLimn
−∞→
= �=
−∞→−
n
1i1iii
n)xx)(x(fLim .
Karena F(b) – F(a) sebuah konstanta, maka { })a(F)b(FLimn
−∞→
= F(b) – F(a), ada dan
merupakan nilai berhingga. Sehingga �=
−∞→−
n
1i1iii
n)xx)(x(fLim juga ada dan berhingga.
Berdasarkan konsepsi integral, maka �=
−∞→−
n
1i1iii
n)xx)(x(fLim = �
b
a
dx)x(f = F(b) – F(a).
Contoh 1
Tunjukan bahwa �2
1
xdx = 121
Jawab :
Fungsi primitif f(x) = x adalah F(x) = 21
x2, sebab ��
���
� 2x21
dxd
= 21
.2.x2-1 = x.
Karena F(x) = 21
x2, maka
�
�
==
==
2)2(21
)2(F
21
)1(21
)1(F
2
2
, sehingga �2
1
xdx = 2 − 21
= 121
.
146
Contoh 2
Hitunglan �π
41
0
dx)x(Cos !
Jawab :
Sudah ditunjukan bahwa fungsi primitif dari f(x) = Cos x, adalah F(x) = Sin x, sehingga
F(41 π) = Sin(
41 π) = 2
21
f(0) = Sin(0) = 0
�π
41
0
dx)x(Cos = Sin(41 π) − Sin(0) = 2
21
− 0 = 221
Dari paparan dalil, dapat disajikan pernyataan sebagai berikut. Jika batas integral a
dengan b pada integral tentu �b
a
dx)x(f dihilangkan, sehingga diperoleh bentuk � dx)x(f ,
maka
� dx)x(f = F(x) +k,
dengan k konstanta, yang nilainya dapat dihitung, jika ada tambahan ketentuan.
Sebelumnya sudah dikemukan, �b
a
dx)x(f adalah sebuah konstanta, sedangkan � dx)x(f
sebuah fungsi. Hal ini tersurat pada sajian bahwa �b
a
dx)x(f = F(b) – F(a), yang merupakan
sebuah konstanta, dan � dx)x(f = F(x) + k, sebuah bentuk fungsi.
147
Contoh 3
Hitunglah ( )� +
dx1x
22
, jika untuk x = 0 nilainya sama dengan 1 !
Jawab :
Fungsi primitif dari f(x) = ( )21x
2+
, x � −1 adalah F(x) = 1x1x
+−
, sehingga
( )� +dx
1x
22
= 1x1x
+−
+ k
Subtitusikan x = 0 pada hasil integrasi 1010
+−
+ k = 1 k = 2
Sehingga ( )� +
dx1x
22
= 1x1x
+−
+ 2 = 1x1x3
++
Fungsi yang memiliki nilai integral pada domain S, dinamakan integrabel, pada domain
S. Jika menelaah paparan yang telah disampaikan, syarat perlu dan cukup agar sebuah
fungsi integrabel pada domain S adalah kontinu di mana-mana pada S. Sedangkan agar
diferensiabel, kekontinuan fungsi hanya merupakan syarat perlu tetapi tidak cukup. Hal ini
menyatakan bahwa, sebuah fungsi integrabel tidak perlu diferensiabel, sedangkan jika
fungsi diferensiabel, maka integrabel. Sebagai contoh fungsi y = x. Fungsi ini
integrabel pada domain bilangan riel, tetapi tidak diferensiabel di titik (0 , 0). Hal ini dapat
ditelaah pada fakta, � dxx =
�
�
<+−
>+
0 x ,K x21
0 x , Kx21
2
2
. Yang berarti integralnya ada, tetapi
h)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ − = −1, sedangkan
h)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ + = 1. Yang berarti
h)0(f)h0(f
0hLim
−+
→ tidak ada.
148
V.2. Dalil dasar tentang integral
Untuk lebih memudahkan perhitungan integral perlu dipahami dalil dasar tentang
integral.
1. � kdx = kx + c , k, c : konstanta
Bukti
( )ckxdxd + = kx1-1 + 0 = k
2. � dxx n = 1n
1+
xn+1 + k ; n � −1 , k : konstanta
Bukti
��
���
� ++
+ Kx1n
1dxd 1n =
1n1+
(n+1)x(n+1)-1 + 0 = xn
3. � dxx1
= ln x + k ; k : konstanta
Bukti
( )kxlndxd + =
x1
+ 0 = x1
4. � dxe x = ex + k ; k : konstanta
Bukti
( )kedxd x + = ex + 0 = ex
5. � dx)x(Sin = −Cos(x) + k, dan � dx)x(Cos = Sin(x) + k ; k ; konstanta
Bukti
Sudah disampaikan sebagai contoh pada definisi fungsi primitif
149
6. ( )� + dx)x(g)x(f = � dx)x(f + � dx)x(g
Bukti
( )( )i1i
1n
11
ii xx)x(g)x(f −+ +
−
=� = ( )( )i1i
1n
11
i xx)x(f −+
−
=� + ( )( )i1i
1n
11
i xxx(g −+
−
=�
( )( )��
���
� −+ +
−
=∞→ � i1i
1n
11
iin
xx)x(g)x(fLim
= ( )( )��
���
� −+
−
=∞→ � i1i
1n
11
in
xx)x(fLim + ( )( )��
���
� −+
−
=∞→ � i1i
1n
11
in
xx)x(gLim
Berdasarkan konsepsi integral, jika masing-masing limit nilainya ada dan berhingga,
maka ( )� + dx)x(g)x(f = � dx)x(f + � dx)x(g
7. � dx)x(kf = k � dx)x(f
Bukti
Gunakan analogi pembuktian dalil 6, dengan menyatakan kf(x) sebagai perjumlahan atas
k buah fungsi f(x)
V.3. Cara menghitung sebuah integral
Menghitung integral sebuah fungsi dengan menggunakan konsepsi seperti yang telah
dipaparkan cukup sulit, dan proses perhitungannya relatif tidak sesederhana perhitungan
diferensial. Ada beberapa metode untuk menghitung integral sebuah fungsi.
1. Integral sebagai sebuah antidiferensial
Berdasarkan dalil pada fungsi primitif, tersurat bahwa ( )� dx)x(fdxd
= f(x). Dari
pernyataan ini dapat disimpulkan, sebuah integral dapat diselesaikan jika diketahui fungsi
primitifnya, sehingga untuk menyelesaikan sebuah integral dengan cara ini, diperlukan
150
sebuah direktori fungsi primitif yang lengkap. Metode ini dapat digunakan jika bentuk
integrandnya cukup sederhana.
2. Metode subtitusi
Ada beberapa cara subtitusi yang dapat digunakan, diantaranya
a) Subtitusi aljabar
Contoh 4
Hitunglah ( )�
+−− dxe)3x2( 1x3x2
Jawab :
Subtitusikan y = x2 – 3x + 1 dy = (2x – 3)dx dx = 3x2
dy−
( )�
+−− dxe)3x2( 1x3x2
= � −−
3x2dy
e)3x2( y = � dye y = ey + k = e(x² - 3x + 1) + k
Contoh 5
Hitunglah � −++ dx)1x2x(Tg)1x( 2
Jawab :
Subtitusikan y = (x2 + 2x – 1) dy = (2x + 2)dx dx = 2x2
dy+
= ��
���
�
+1xdy
21
Dengan menggunakan dalil 7,
� −++ dx)1x2x(Tg)1x( 2 = � ++
1xdy
21
)y(Tg)1x( = � dy)y(Tg(21
= � dy})y(Cos)y(Sin
21
Subtitusikan z = Cos(y) dz = −Sin(y)dy
� dy})y(Cos)y(Sin
21
= �−
zdz
21
= −ln(z) + k = −ln{Cos(y)} + k = −ln{Cos(x2 + 2x – 1) + k
151
Contoh 6
Hitunglah � dx)x(Sec !
Jawab :
Sec(x) = )x(Cos
1 =
)x(Cos)x(Cos
2 = )x(Sin1
)x(Cos2−
Subtitusikan y = Sin(x) dy = Cos(x)dx
Sehingga � dx)x(Sec = � −dx
)x(Sin1)x(Cos
2 = � − 2y1
dy
Karena 2y11
− =
)y1)(y1(1
+− =
)y1(21
− +
)y1(21
+, dengan menggunakan dalil 6, 7, dan 3,
maka � − 2y1dy
= � − y1dy
21
+ � + y1dy
21
.
Menghitung � − y1dy
Subtitusikan z = 1 – y dz = −dy,
� − y1dy
= �−
zdz
= −ln(z) + K1 = −ln(1−y) + k1 = −ln{1−Sin(x)} + k1
Menghitung � + y1dy
Subtitusikan z = 1 + y dz = dy
� + y1dy
= � zdz
= ln(z) + k2 = ln(1+y) + k2 = ln{1+Sin(x)} + k2
152
Sehingga
� dx)x(Sec = ��
���
�
21
[−ln{1−Sin(x)} + k1] + ��
���
�
21
[ln{1+Sin(x)} + k2]
= − ��
���
�
21
ln{1−Sin(x)} + ��
���
�
21
ln{1+Sin(x)} + k = ���
����
�
−+
)x(Sin1)x(Sin1
ln21
+ k,
dengan k = ��
���
�
21
k1 + ��
���
�
21
k2.
b) Subtitusi goniometri
Metode ini dilakukan jika integrand memiliki bentuk 22 xa − , 22 xa + , 22 ax − ,
a2 – x2, a2 + x2, atau x2 – a2; a � 0.
Bentuk subtitusinya,
1) untuk bentuk 22 xa − atau a2 – x2
x = aSin(y) dx = aCos(y)dy , y = arc Sin ��
���
�
ax
, atau
x = aCos(y) dx = −aSin(y)dy , y = arc Cos ��
���
�
ax
Contoh 7
Hitunglah � −
+dx
x4
1x2
Jawab :
Subtitusikan x = 2Sin(y) dx = 2Cos(y)dy
y = arc Sin ��
���
�
2x
sehingga
153
� −
+dx
x4
1x2
= � −
+dy)y(Cos2
)y(Sin44
1)y(Sin22
= �+
dy)y(Cos2)y(Cos21)y(Sin2
= ( )� + dy1)y(Sin2 = � dy)y(Sin2 + �dy = −2Cos(y) + y + k
= −2Cos ���
����
���
���
�
2x
arcSin + arc Sin ��
���
�
2x
+ k
2) untuk bentuk 22 xa + atau a2 + x2
x = aTg(y) dx = aSec2(y)dy
y = arc Tg ��
���
�
ax
Contoh 8
Hitunglah � +dx
x9x
12
Jawab :
Subtitusikan x = 3Tg(y) dx = 3Sec2(y)dy
y = arc Tg ��
���
�
3x
� +dx
x9x
12
= � +dy)y(Sec3
)y(Tg99)y(Tg3
1 2
2 = � dy)y(Sec3
)y(Sec3)y(Tg31 2
= � dy)y(Tg)y(Sec
31
= � dy)y(Sin
131
= � dy)y(Sin
)y(Sin31
2 = � −
dy)y(Cos1
)y(Sin31
2
Subtitusikan z = Cos(y) dz = −Sin(y)dy
Sehingga
154
� −dy
)y(Cos1)y(Sin
2 = � −
dzz1
12
= � −dz
z121
+ � +dz
z121
= − ��
���
�
21
ln(1−z)+ ��
���
�
21
ln(1+z)+k
= ��
���
�
21
ln ��
���
�
−+
z1z1
+ k = ��
���
�
21
ln ���
����
�
−+
)y(Cos1)y(Cos1
+ k
� +dx
x9x
12
= ��
���
�
31 { �
�
���
�
21
ln ���
����
�
−+
)y(Cos1)y(Cos1
+ k} = ��
���
�
61
ln
�����
�
�
�����
�
�
���
����
���
���
�−
���
����
���
���
�+
3x
arcTgCos1
3x
arcTgCos1 + k
3) untuk bentuk 22 ax − atau x2 – a2
x = aSec(y) dx = aSec(y)Tg(y)dy
y = arc Sec ��
���
�
ax
Contoh 9
Hitunglah �−
dxx
4x3
2
Jawab :
Subtitusikan x = 2Sec(y) dx = 2Sec(y)Tg(y)dy
y = arc Sec ��
���
�
2x
�−
dxx
4x3
2
= �−
dy)y(Tg)y(Sec2)y(Sec8
4)y(Sec43
2
= � dy)y(Tg)y(Sec4)y(Tg2
2
2
= � dy)y(Cos)y(Sin
21 3
= ( )
�−
dy)y(Cos
)y(Cos1)y(Sin21 2
Subtitusikan z = Cos(y) dz = −Sin(y)dy
Sehingga
155
( )
�−
dy)y(Cos
)y(Cos1)y(Sin 2
= ( )�
−− dzzz1 2
= �− dzz1
+ � zdz = −ln(z) + ��
���
�
21
z2 + k
= −ln(Cos(y)) + ��
���
�
21
Cos2(y) + k
�−
dxx
4x3
2
= ��
���
�
21
{−ln(Cos(y)) + ��
���
�
21
Cos2(y) + k}
= − ��
���
�
21
ln(Cos(y)) + ��
���
�
41
Cos2(y) + k
= − ��
���
�
21
ln ���
����
����
����
���
���
�
2x
arcSecCos + ��
���
�
41
Cos2���
����
���
���
�
2x
arcSec + k
c) Subtitusi jika integrand memiliki bentuk kuadratik ax2 + bx + c.
Dalam hal seperti ini, proses yang harus dilakukan
1) Merubah bentuk kuadratik ax2+bx+c menjadi perjumlahan dua suku kuadrat
(Ax)2+B2 , sebagai berikut
ax2+bx+c = a(x2+ab
x+ac
) = a{(x+a2
b)2+
ac − 2
2
a4b
} = a{(x+a2
b)2+
22
a2bac4
��
�
�
��
�
� −}
2) Subtitusikan y = x + a2
b dy = dx
x = y − a2
b
Contoh 10
Hitunglah � +−+
dx1xx2
2x2
!
Jawab :
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan,
156
2x2 – x + 1 = 2{(x + )2(2)1(−
)2 +
22
)2(2)1()1)(2(4��
�
�
��
�
� −− = 2{(x −
41
)2 + 2
23��
���
� }
Subtitusikan : y = x − 41
dy = dx
x = y − 41
� +−+
dx1xx2
2x2
= ���
�
�
��
�
���
���
�+
+��
���
� −dy
23
y2
241
y
22
= ���
�
�
��
�
���
���
�+
dy
23
y
y21
22
+ ���
�
�
��
�
���
���
�+
dy
23
y
187
22
Menghitung integral ���
�
�
��
�
���
���
�+
dy
23
y
y2
2
Subtitusikan z = y2 dz = 2ydy
���
�
�
��
�
���
���
�+
dy
23
y
y2
2
= ���
���
� +49
z
dz21
= ���
���
� +dz
49
z
121
= 21
ln ��
���
� +49
z +k1 = 21
ln ��
���
� +49
y 2 +k1
= 21
ln��
�
�
��
�
�+��
�
����
���
���
�−49
41
x2
+ k1 = 21
ln ��
���
� +−1637
x21
x 2 + k1
Menghitung integral ���
�
�
��
�
���
���
�+
dy
23
y
12
2
Subtitusikan y = 23
Tg(z) dy = 23
Sec2(z)dz
z = arc Tg ��
���
�
3y2
Sehingga
157
���
�
�
��
�
���
���
�+
dy
23
y
12
2
= ���
���
� +dz)z(Sec
23
49
)z(Tg49
1 2
2
= � dz)z(Sec23
)z(Sec49
1 2
2 = �dz
32
= 32
z + k2 =32
arc Tg ��
���
�
3y2
+ k2 = 32
arc Tg����
�
�
����
�
���
���
� −
341
x2 + k2 =
32
arc Tg ��
���
� −6
1x4 + k2
� +−+
dx1xx2
2x2
= ��
���
�
21
21
ln ��
���
� +−1637
x21
x 2 + ��
���
�
87
32
arc Tg ��
���
� −6
1x4 + k
= 41
ln ��
���
� +−1637
x21
x 2 + 127
arc Tg ��
���
� −6
1x4 + k
d) Subtitusi rasionalisasi
Metode ini dilakukan jika integrand memiliki bentuk akar, n bax + , n > 2.
Prosesnya, subtitusikan y = n bax + , sehingga
yn = ax + b x = a
byn − dx =
an
y(n−1)dy
Contoh 11
Hitunglah � + dx4xx3 !
Jawab :
Berdasarkan paparan, y = 3 4x + x = y3 − 4 dx = 3y2dy
� + dx4xx3 = ( )� − )dyy3)(y(4y 23 = � dyy3 6 = ( )� − dyy4y3 36 = � dyy3 6 − � dyy12 3
= 73
y7 − 412 y4 + k =
73 ( )( )73 4x+ − 3 ( )( )43 4x + + k
= 73
(x + 4)2 3 4x + − 3(x + 4) 3 4x + + k
158
3. Integral Parsial
Konsepsinya
� )x(dg)x(f = f(x)g(x) − � )x(df)x(g .
Dalam hal ini bentuk integral � )x(df)x(g harus lebih sederhana dari � )x(dg)x(f .
Contoh 12
Hitunglah � dx)xln(x !
Jawab :
f(x) = ln(x) df(x) = x1
dx
dg(x) = x dx g(x) = � dxx = 1
21
1
+
121
x+
= 32 2
3
x
(konstanta k tidak dituliskan sebab dapat dikumulatifkan pada perhitungan terakhir)
� dx)xln(x = {ln(x)}(32 2
3
x ) − � ���
����
�dx
x1
x32 2
3
= 32 2
3
x ln(x) − �−
dxx32 1
23
= 32 2
3
x ln(x) − 32
32 2
3
x + k = 32 2
3
x (ln(x) − 32
) + k
Contoh 13
Hitunglah ( )� dx)xln(Sin !
Jawab :
Subtitusikan : ln(x) = y x = ey , dy = dxx1
dx = xdy = eydy
Sehingga ( )� dx)xln(Sin = � dye)y(Sin y = � dy)y(Sine y
f(y) = Sin(y) df(y) = Cos(y)dy
dg(y) = eydy g(y) = � dye y = ey
159
� dy)y(Sine y = {Sin(y)}{ey} − � dy)y(Cos}e{ y = eySin(y) − � dy)y(Cose y
Menghitung integral � dy)y(Cose y
f(y) = Cos(y) df(x) = −Sin(y)dy
dg(y) = eydy g(y) = � dye y = ey
� dy)y(Cose y = {Cos(y)}{ey} − � − dy}}y(Sin}{e{ y = eyCos(y) + � dy}y(Sine y
Sehingga
� dy)y(Sine y = eySin(y)−{ eyCos(y)+ � dy}y(Sine y } = eySin(y)−eyCos(y)− � dy}y(Sine y
2 � dy)y(Sine y = eySin(y) − eyCos(y)
( )� dx)xln(Sin = � dy)y(Sine y = 21
{ eySin(y) − eyCos(y)} + k
4. Integral partisi
Metode ini digunakan jika integrandnya merupakan fungsi pecahan aljabar (fungsi
rasional). Proses yang harus dilakukan,
1) Jika derajat pembilang lebih besar dari derajat penyebut, maka lakukan proses
pembagian, sehingga diperoleh suku sisa.
2) Pada suku sisa, jika penyebut dapat difaktorkan, maka partisi suku sisa, selanjutnya
lakukan proses kesamaan pada pembilang.
3) Lakukan perhitungan integral berdasarkan hasil partisi.
Contoh 14.
Hitunglah � +−−+−
dx2x3x
1xx2x2
23
!
Jawab :
Karena derajat pembilang lebih besar dari penyebut, maka proses perhitungannya
1) Melakukan pembagian sehingga diperoleh suku sisa
2x3x
1xx2x2
23
+−++−
= (x + 1) + 2x3x
1x22 +−
−
160
2) Mempartisi suku sisa
2x3x
1x22 +−
− =
)2x)(1x(1x2−−
− =
1xA−
+ 2x
B−
= )2x)(1x(
)1x(B)2x(A−−
−+−
= )2x)(1x(
)BA2(x)BA(−−
+−+
Pada kesamaan ini, A + B = 2 dan 2A + B = 1. Jika diselesaikan, akan diperoleh A = −1,
B = 3, sehingga 2x3x
1x22 +−
− =
1x1
−−
+ 2x
3−
3) Proses integral partisi
� +−−+−
dx2x3x
1xx2x2
23
= � + dx)1x( + � −−
dx1x
1 + � −
dx2x
3
= � xdx + �dx + � −−
dx1x
1 + � −
dx2x
3 =
21
x2 + x – ln(x−1) + 3ln(x−2) + k
Contoh 15
Hitunglah � +−−+−
dx2x3x2
1xx2x2
23
!
Jawab :
Karena derajat pembilang lebih besar dari penyebut, dengan penyebutnya tidak dapat
difaktorkan, sebab diskriminannya, D < 0, maka proses perhitungannya
1) Melakukan pembagian untuk mendapatkan suku sisa
2x3x2
1xx2x2
23
+−−+−
= ��
���
� −41
x21
+ 2x3x2
23
x43
2 +−
−− = �
�
���
� −41
x21
− ��
���
�
+−+
��
���
�
2x3x22x
43
2
161
2) Mempartisi bentuk integral
� +−−+−
dx2x3x2
1xx2x2
23
= dx41
x21
� ��
���
� − − dx2x3x2
2x43
2� ��
���
�
+−+
��
���
�
= dxx21� − �dx
41
− dx2x3x2
2x43
2� ��
���
�
+−+
= dxx21� − �dx
41
− dx2x3x2
x43
2� +− − dx
2x3x22
43
2� +−
= 41
x2 − 41
x − dx2x3x2
x43
2� +− −
23
dx2x3x2
12� +−
Menghitung integral dx2x3x2
12� +−
(1) Sajikan bentuk kuadrat (2x2–3x+2) menjadi perjumlahan dua suku kuadrat
2x2–3x+2 = 2(x2−23
x+1) = 2{(x−43
)2−169
+1} = 2{(x−43
)2+167
}
= 2{(x−43
)2+2
47���
����
�}
(2) Subtitusikan, x−43
= y dy = dx
x = y + 43
(3) dx2x3x2
12� +−
= dy
47
y2
12
2
�
��
�
�
��
�
�
���
����
�+
= 21
dy
47
y
12
2
����
����
�+
= 21
arc Tg ���
����
�
7
y4+k1
= 21
arc Tg ���
����
� −7
3x4 + k1
162
Menghitung integral dx2x3x2
x2� +−
(1) Sajikan bentuk kuadrat (2x2–3x+2) menjadi perjumlahan dua suku kuadrat
2x2–3x+2 = 2(x2−23
x+1) = 2{(x−43
)2−169
+1} = 2{(x−43
)2+167
}
= 2{(x−43
)2+2
47���
����
�}
(2) Subtitusikan, x−43
= y dy = dx
x = y + 43
(3) dx2x3x2
x2� +−
= dy
47
y2
43
y
2
2
�
��
�
�
��
�
�
���
����
�+
+
= dy
47
y
y21
2
2
�
���
����
�+
+ dy
47
y
183
2
2
�
���
����
�+
Menghitung integral dy
47
y
y2
2
����
����
�+
Subtitusikan y2 + 2
47���
����
� = y2 +
167
= z dz = 2ydy
dy
47
y
y2
2
����
����
�+
= dzz21
� = ��
���
�
21 ( ){ }zln + k2 =
21
ln ��
���
� +167
y 2 + k2
163
Menghitung integral dy
47
y
12
2
����
����
�+
Subtitusikan y = ���
����
�
47
Tg(z) dy = ���
����
�
47
Sec2(z)z
dy
47
y
12
2
����
����
�+
= dz)z(Sec47
167
)z(Tg167
1 2
2� �
��
����
�
+
= dz)z(Sec47
)z(Sec16
7
1 2
2� �
��
����
�
���
����
� = �dz = z = arc Tg ��
�
����
�
7
y4
Sehingga
dx2x3x2
x2� +−
= 21
ln ��
���
� +167
y 2 + ��
���
�
43
arc Tg ���
����
�
7
y4 + k3
= 21
ln��
�
�
��
�
�+�
�
���
� −167
43
x2
+ ��
���
�
43
arc Tg����
�
�
����
�
���
���
� −
743
x4 + k3
= 21
ln ��
���
� −−162
x169
x 2 + ��
���
�
43
arc Tg ���
����
� −7
3x4 + k3
Sehingga
� +−−+−
dx2x3x2
1xx2x2
23
= 41
x2 − 41
x − ��
���
�
43
{21
ln ��
���
� −−162
x169
x 2 + ��
���
�
43
arc Tg ���
����
� −7
3x4}
− ��
���
�
23
{arc Tg ���
����
� −7
3x4} + k
= 41
x2 − 41
x − 83
ln ��
���
� −−162
x169
x 2 − 4
15arc Tg ��
�
����
� −7
3x4 + k
164
Contoh 16
Hitunglah � −−+
dxx3x2x
3x523 !
Jawab :
Derajat pembilang lebih kecil dari penyebut, dan penyebut dapat difaktorkan atas tiga faktor,
sehingga proses perhitungannya
1) Mempartisi integrand
x3x2x
3x523 −−
+ =
)3x2x(x3x5
2 −−+
= )1x)(3x(x
3x5+−
+ =
xA
+ 3x
B−
+ 1x
C+
= )1x)(3x(x
)3x(Cx)1x(Bx)1x)(3x(A+−
−++++− =
)1x)(3x(xCx3CxBxBxA3Ax2Ax 222
+−−+++−−
= )1x)(3x(x
)A3(x)C3BA2(x)CBA( 2
+−−+−+−+++
Dari kesamaan diperoleh, A + B + C = 0, −2A + B – 3C = 5, −3A = 3. Jika dihitung,
maka : A = −1 , B = −21
, C = 23
2) Integral partisinya
� −−+
dxx3x2x
3x523 = �
−dx
x1
+ � −
−dx
3x21
+ � +dx
1x23
= −ln(x) − 21
ln(x–3) + 23
ln(x+1) + k
165
Contoh 17
Hitunglah � −+−+
dx4x3x1x3x5
23
2
!
Jawab :
Karena derajat pembilang lebih kecil dari penyebut, maka proses perhitunganya
1) Mempartisi bentuk integrand
4x3x1x3x5
23
2
−+−+
= 2
2
)2x)(1x(1x3x5
+−−+
= 1x
A−
+ 2x
B+
+ 2)2x(C+
= 2
2
)2x)(1x()1x(C)2x)(1x(B)2x(A
+−−++−++
= 2
22
)2x)(1x()1x(C)2xx(B)4x4x(A
+−−+−++++
= 2
2
)2x)(1x()CB2A4(x)CBA4(x)BA(
+−−−+++++
Dari kesamaan disimpulkan, A + B = 5 , 4A + B + C = 3 , 4A – 2B – C = −1. Jika
dihitung, diperoleh A = 9329
, B = 9346
, C = 3139
2) Integral partisinya
� −+−+
dx4x3x1x3x5
23
2
= � −dx
1x9329
+ � +dx
2x9346
+ � +dx
)2x(3139
2
= � −dx
1x1
9329
+ � +dx
2x1
9346
+ � +dx
)2x(1
3139
2
= 9329
ln(x – 1) + 9346
ln(x + 2) + 3139
.(−2 + 1)(x + 2)−2+1 + k
= 9329
ln(x – 1) + 9346
ln(x + 2) − 3139
2x1+
+ k
= )2x(93
117)2xln()2x(46)1xln()2x(29+
−+++−+ + k
166
5. Integral fungsi goniometri
Mengintegralkan fungsi-fungsi goniometri pada umumnya tidak sesederhana seperti
pada fungsi-fungsi aljabar, karena adanya pengulangan bentuk fungsi. Sehingga untuk
menghitung beberapa bentuk integral fungsi goniometri, perlu telaahan secara khusus.
Bentuk-bentuk tesebut diantaranya :
1) � dx)x(Sin n atau � dx)x(Cosn
Metode penyelesaiannya dengan memperhatikan apakah n bilangan genap atau ganjil.
a) Jika n bilangan ganjil, maka
(1) Ubah bentuk Sinn(x) menjadi Sinn-1(x)Sin(x), dan Cosn(x) menjadi Cosn-1(x)Cos(x)
(2) Gunakan hubungan Sin2(x) + Cos2(x) = 1
Sehingga diperoleh bangun Sink(x)Cos(x) atau Cosk(x)Sin(x)
Contoh 18
Hitunglah � dx)x(Sin 7
Jawab
� dx)x(Sin 7 = � dx)x(Sin)x(Sin 6 = ( )� dx)x(Sin)x(Sin32 = ( )� − dx)x(Sin)x(Cos1
32
= ( ) ( )( )� −+− dx)x(Sin)x(Cos)x(Cos3)x(Cos3132222
Subtitudikan Cos(x) = y dy = dCos(x) = Sin(x)dx
� dx)x(Sin 7 = ( )� −+− dyyy3y31 642 = y – y3 + 53
y5 – 71
y7 + k
= Cos(x) – Cos3(x) + 53
Cos5(x) – 71
Cos7(x) + k
b) Jika n genap maka
(1) Ubah bentuk Sinn(x) menjadi (Sin2(x))n/2, dan Cosn(x) menjadi (Cos2(x))n/2
(2) Gunakan hubungan Sin2(x) = 21
(1 – Cos(2x)), Cos2(x) = 21
(1 + Cos(2x))
Sehingga diperoleh bangun Sink(x)Cos(x) atau Cosk(x)Sin(x)
167
Contoh 19
Hitunglah �π
41
0
6 dx)x(Cos !
Jawab
Cos6(x) = (Cos2(x))3 = (21
(1 + Cos(2x)))3 = 81
(1 + 3Cos(2x) + 3Cos2(2x) + Cos3(2x))
= 81
+ 83
Cos(2x) + 83
(21
(1 + Cos(2x))) + 81
Cos2(2x)Cos(2x)
= 81
+ 83
Cos(2x) + 83
(21
(1 + Cos(2x))) + 81
( 1 − Sin2(2x))Cos(2x)
Subtitusikan 2x = y dy = 2dx dx = 21
dy
x = 0 y = 0 , x = 41 π y =
21 π
Sehingga
�π
41
0
6 dx)x(Cos = �π
��
���
�21
0
dy21
81
+ �π
��
���
�21
0
dy21
)y(Cos83
+ �π
��
���
�21
0
dy21
163
+ �π
��
���
�21
0
dy21
)y(Cos163
+ �π
��
���
�21
0
dy21
)y(Cos81
− �π
21
0
2 dy21
)y(Cos)y(Sin
= 161 π
21
0y +
163 π
21
0)y(Sin +
323 π
21
0y +
323 π
21
0)y(Sin +
161 π
21
0)y(Sin −
21 ( )�
π21
0
2 )y(Sind)y(Sin
= 161
(21 π − 0) +
163
(Sin(21 π) – Sin(0)) +
323
(21 π − 0) +
323
(Sin(21 π) – Sin(0))
+ 161
(Sin(21 π) – Sin(0)) −
21
31
(Sin3(21 π) − Sin3(0))
= 321
+ 163
+ 643
+ 323
+ 161
− 61
= 192113
168
2) � dx)x(Cos)x(Sin nm
Menyelesaikan bentuk integral seperti ini, identik dengan bentuk 1), yaitu
a) Sajikan Sinm(x) = Sinm-1(x)Sin(x), jika n ganjil, dan Sinm(x) = (Sin2(x))m/2, jika m genap
analog Cos(x)n = Cos(x)n-1Cos(x), jika n ganjil, dan Cosn(x) = (Cos2(x))n/2, jika n genap
b) Gunakan hubungan Sin2(x) + Cos2(x) = 1, jika m, atau n, atau keduanya ganjil, atau
Sin2(x) = 21
(1 – Cos(2x)), Cos2(x) = 21
(1 + Cos(2x)), jika m dan n genap.
Sehingga diperoleh bangun Sink(x)Cos(x) atau Cosk(x)Sin(x)
Contoh 20
Hitunglah � dx)x(Cos)x(Sin 43 !
Jawab :
Sin3(x)Cos4(x) = Sin2(x)Sin(x)Cos4(x) = (1 – Cos2(x))Sin(x)Cos4(x)
= (Cos4(x) – Cos6(x))Sin(x)
sehingga
� dx)x(Cos)x(Sin 43 = � − dx)x(Sin))x(Cos)x(Cos( 64
= � dx)x(Sin)x(Cos 4 − � dx)x(Sin)x(Cos6
subtitusikan Cos(x) = y dy = dCos(x) = Sin(x)dx
� dx)x(Cos)x(Sin 43 = � dyy4 − � dyy6 = 51
y5 − 71
y7 + K = 51
Cos5(x) − 71
Cos7(x) + k
Contoh 21
Hitunglah � dx)x(Cos)x(Sin 64 !
Jawab :
Sin4(x)Cos6(x) = {Sin2(x)}2Cos6 = {1−Cos2(x)}2Cos6(x) = {1−2Cos2(x)+Cos4(x)}Cos6(x)
= Cos6(x)−2Cos8(x)+Cos10(x) = {Cos2(x)}3 − 2{Cos2(x)}4 + {Cos2(x)}5
= [21
{1 + Cos(2x)}]3 − 2[21
{1 + Cos(2x)}]4 + [21
{1 + Cos(2x)}]5
169
= 81
{1+3Cos(2x)+3Cos2(2x)+Cos3(2x) − 81
{1+4Cos(2x)+6Cos2(2x)+4Cos3(2x)+Cos4(2x)}
+ 321
{1+5Cos(2x)+10Cos2(2x)+10Cos3(2x)+5Cos4(2x)+Cos5(2x)}
= 321
− 323
Cos(2x) − 161
Cos2(2x) − 161
Cos3(2x) + 321
Cos4(2x) + 321
Cos5(2x)
sehingga
� dx)x(Cos)x(Sin 64 = �dx321
− � dx)x2(Cos321
− � dx)x2(Cos161 3 + � dx)x2(Cos
321 4
+ � dx)x2(Cos321 5
subtitusikan 2x = y dy = 2dx dx = 21
dy
� dx)x(Cos)x(Sin 64 = 321
x − 641
Sin(y) − 321� dy)y(Cos)y(Cos 2 +
641� dy)}y(Cos{ 22
+ 641� dy)y(Cos)}y(Cos{ 22
= 321
x − 641
Sin(2x) − 321� − dy)y(Cos)}y(Sin1{ 2 +
641� + dy)}]y2(Cos1{
21
[ 2
+ 641� − dy)y(Cos)}y(Sin1{ 22
= 321
x − 641
Sin(2x) − 321
{Sin(y)− 31
Sin3(y)} + 2561� ++ dy)y2(Cos)y2(Cos21{ 2
+ 641� +− dy)y(Cos)}y(Sin)y(Sin21{ 42 + k
= 321
x − 641
Sin(2x) − 321
Sin(2x) − 961
Sin3(2x) + 2561
{y+Sin(2y)+ � + dy)}y4(Cos1{21
}
+ 641
{Sin(y)−32
Sin3(y)+ 51
Sin5(y)} + k
170
= 321
x − 641
Sin(2x) − 321
Sin(2x) − 961
Sin3(2x) + 2561
{2x+Sin(4x)+21
y+81
Sin(4y)}
+ 641
Sin(2x) − 961
Sin3(2x) + 320
1Sin5(2x) + k
= 321
x − 641
Sin(2x) − 321
Sin(2x) − 961
Sin3(2x) + 128
1x +
2561
Sin(4x) + 2561
x
+ 2048
1Sin(8x) +
641
Sin(2x) − 961
Sin3(2x) + 320
1Sin5(2x) + k
= 25611
x − 321
Sin(2x) + 2561
Sin(4x) + 2048
1Sin(8x) −
481
Sin3(2x) + 320
1Sin5(2x) + k
3) � dx)x(Tg n atau � dx)x(Ctg n
Cara menyelesaikan integral seperti ini adalah dengan menuliskan
(1) Tgn(x) = Tg2(x)Tgn-2(x) , Ctgn(x) = Ctg2(x)Ctgn-2(x),
(2) Menggunakan hubungan Tg2(x) = Sec2(x) – 1, Ctg2(x) = Cosec2(x) – 1.
Sehingga diperoleh bangun Tgk(x)Sec2(x).
Contoh 22
Hitunglah � dx)x(Tg 6 !
Jawab :
Tg6(x) = Tg2(x)Tg4(x) = {Sec2(x) – 1}Tg4(x) = Sec2(x)Tg4(x) – Tg4(x)
= Sec2(x)Tg4(x) – Tg2(x)Tg2(x) = Sec2(x)Tg4(x) – {Sec2(x) – 1}Tg2(x)
= Sec2(x)Tg4(x) – Sec2(x)Tg2(x) + Tg2(x) = Sec2(x)Tg4(x) – Sec2(x)Tg2(x) + Sec2(x) – 1
subtitusikan y = Tg(x) dy = Sec2(x)dx , sehingga
� dx)x(Tg 6 = � dyy 4 − � dyy 2 + �dy − �dx = 51
Tg5(x) − 31
Tg3(x) + Tg(x) – x + k.
171
Soal 23
Hitunglah � dx)x(Ctg 7
Jawab :
Ctg7(x) = Ctg2(x)Ctg5(x) = {Cosec2(x) – 1}Ctg3(x) = Cosec2(x)Ctg3(x) – Ctg3(x)
= Cosec2(x)Ctg3(x) – Cosec2Ctg(x) + Ctg(x)
subtitusikan y = Ctg(x) dy = −Cosec2(x)dx, sehingga
� dx)x(Ctg 7 = �− dyy3 − �− ydy + � dx)x(Ctg = −41
Ctg4(x) + 21
Ctg2(x) + ln{Sin(x)} + k
Catatan :
� dx)x(Ctg = � dx)x(Sin)x(Cos
= � x)x(dSin)x(Sin
1 = ln{Sin(x)} + k
4) � dx)x(Sec)x(Tg nm atau � dx)x(secCo)x(Ctg nm
Untuk menyelesaikan bentuk integral seperti ini perlu diperhatikan ciri dari m atau.
a) Jika n genap dan m sembarang, maka tulis
Secn(x) = Sec2(x)Secn-2(x) = {1 + Tg2(x)}Secn-2(x),
Cosecn(x) = Cosec2(x)Cosecn-2(x) = {1 + Ctg2(x)}Cosecn-2(x)
sehingga diperoleh bangun Tgk(x)Sec2(x)
Contoh 24
Hitunglah � dx)x(Sec)x(Tg 65 !
Jawab :
Tg5(x)Sec6(x) = Tg5(x){1 + Tg2(x)}Sec4(x) = Tg5(x)Sec4(x) + Tg7(x)Sec4(x)
= Tg5(x){1 + Tg2(x)}Sec2(x) + Tg7(x){1 + Tg2(x)}Sec2(x)
= Tg5(x)Sec2(x) + Tg7(x)Sec2(x) + Tg7(x)Sec2(x) + Tg9(x)Sec2(x)
= Tg5(x)Sec2(x) +2Tg7(x)Sec2(x) + Tg9(x)Sec2(x)
Subtitusikan y = Tg(x) dy = Sec2(x)dx , sehingga
� dx)x(Sec)x(Tg 65 = � dyy5 + 2 � dyy7 + � dyy9 = 61
Tg6(x) + 41
Tg8(x) + 101
Tg10(x) + k
172
b) Jika m ganjil dan n sembarang, maka tulis
Tgm(x) = Tg2(x)Tgm-2(x) = {Sec2(x) – 1}Tgm-2(x)
Ctgm(x) = Ctg2(x)Ctgm-2(x) = {Cosec2(x) – 1}Ctgm-2(x)
sehingga diperoleh bangun Coseck(x){Ctg(x)Cosec(x)}
Contoh 25
Hitunglah � dx)x(secCo)x(Ctg 37 !
Jawab :
Ctg7(x)Cosec3(x) = {Cosec2 – 1}Ctg5(x)Cosec5(x)
= {Cosec2(x) – 1}Ctg4(x)Cosec4(x){Ctg(x)Cosec(x)}
= {Cosec6(x) – Cosec4(x)}{Cosec2(x) – 1}2{Ctg(x)Cosec(x)}
= {Cosec6(x) – Cosec4(x)}{Cosec4(x) – 2Cosec2(x) + 1}{Ctg(x)Cosec(x)}
= {Cosec10(x) – 3Cosec8(x) + 3Cosec6(x) – Cosec4(x)}{Ctg(x)Cosec(x)}
= Cosec10(x){Ctg(x)Cosec(x)} – 3Cosec8(x){Ctg(x)Cosec(x)}
+ 3Cosec6(x){Ctg(x)Cosec(x)} – Cosec4(x){Ctg(x)Cosec(x)}
subtitusikan y = Cosec(x) dy = Ctg(x)Cosec(x)dx
sehingga
� dx)x(secCo)x(Ctg 37 = � dyy10 − 3 � dyy8 + 3 � dyy6 − � dyy4
= 111
Cosec11(x) − 31
Cosec9(x) + 73
Cosec7(x) − 51
Cosec5(x) + k
5) � dx)nx(Sin)mx(Sin atau � dx)nx(Cos)mx(Sin atau � dx)nx(Cos)mx(Cos .
Untuk menyelesaikan integral seperti ini gunakan hubungan
Sin(mx)Cos(nx) = 21
[Sin{(m+n)x} + Sin{(m−n)x}]
Sin(mx)Sin(nx) = −21
[Cos{(m+n)x} – Cos{(m−n)x}]
Cos(mx)Cos(nx) = 21
[Cos{(m+n)x} + Cos{(m−n)x}]
173
Sehingga diperoleh bentuk Sin(kx) atau Cos(kx)
Contoh 26
Hitunglah � dx)x6(Sin)x5(Sin !
Jawab :
Sin(5x)Sin(6x) = −21
Cos(11x) – Cos(−x)} = −21
Cos(11x) + 21
Cos(x)
sehingga
� dx)x6(Sin)x5(Sin = −21� dx)x11(Cos +
21� dx)x(Cos = −
221
Sin(11x) + 21
Sin(x) + k
6. Integral fungsi rasional dengan variabelnya berpangkat rasional
Untuk menyelesaikan integral seperti ini subtitusikan x = yn, dengan n merupakan kelipatan
persekutuan terkecil dari penyebut pangkat.
Contoh 27
Hitunglah dxxx
x143 2� −
− !
Jawab :
43 2 xx
x1
−
− =
41
32
21
xx
x1
−
−
Subtitusikan x = y12 dx = 12y11dy , y = 12 x
Sehingga
dxxx
x143 2� −
− = dyy12
yyy1 11
38
6
� −−
= 12 dyyyyy
38
1711
� −−
= 12 dy1y
yy5
148
� −−
= 12 dy1yyy
yyyy 5
34349
����
��
−++++−−
= −12 dyy9� − 12 dyy 4
� + 12 dyy3� + 12 dyy� + 12 dy
1yy5
4
� − + 12 dy
1yy5
3
� −
174
= −56
y10 − 5
12y5 + 3y4 + 6y2 +
512
ln(y5−1) + 12 dy1y
y5
3
� −
= −56 12 10x −
512 12 5x + 3 12 4x + 6 12 2x +
512
ln( 12 5x -1) + 12 dy1y
y5
3
� −
= −56 6 5x −
512 12 5x + 3 3 x + 6 6 x +
512
ln( 12 5x -1) + 12 dy1y
y5
3
� −
Menghitung integral dy1y
y5
3
� − :
1yy5
3
− =
)1yyyy)(1y(y
234
3
++++− =
1y51
− +
1yyyy51
y52
y53
y51
234
23
++++
+++−
= ���
����
�
−1y1
51
+ ���
����
�
+++++++
1yyyy1y2y3y4
51
234
23
− 1yyyy
y234
3
++++
Sehingga
dy1y
y5
3
� − = dy
1y1
51� ��
�
����
�
− + dy
1yyyy1y2y3y4
51
234
23
� ���
����
�
+++++++
− dy1yyyy
y234
3
� ++++
= 51
ln(y−1) + 51
ln(y4+y3+y2+y+1) − dy1yyyy
y234
3
� ++++
= 51
ln( 12 x −1)+51
ln( 12 4x + 12 3x + 12 2x + 12 x +1) − dy1yyyy
y234
3
� ++++
= 51
ln( 12 x −1)+51
ln( 3 x + 4 x + 6 x + 12 x +1) − dy1yyyy
y234
3
� ++++
Karena integral dy1yyyy
y234
3
� ++++ jika dihitung secara “manual”, tidak sederhana,
maka diselesaikan dengan menggunakan program Mathcad.
175
Hasilnya :
dy1yyyy
y234
3
� ++++ =
41
ln{2y2+(1− 5 )y+2}−20
5ln{2y2+(1− 5 )y+2}−
52105
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(y45
−5210
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(y4+
41
ln{2y2+(1+ 5 )y+2}+20
5 ln{2y2+(1+ 5 )y+2}
+52105
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(y45 −
5210
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(y4
= 41
ln{2 12 2x +(1− 5 ) 12 x +2} − 20
5ln{2 12 2x +(1− 5 ) 12 x +2}
− 52105
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(x45
12
− 5210
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(x412
+41
ln{2 12 2x +(1+ 5 ) 12 x +2} + 20
5 ln{2 12 2x +(1+ 5 ) 12 x +2}
+52105
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(x45
12
−5210
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(x412
= 41
ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2} − 20
5ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2}
− 52105
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(x45
12
− 5210
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(x412
+41
ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2} + 20
5 ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2}
+52105
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(x45
12
−5210
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(x412
176
Sehingga
dxxx
x143 2� −
−= −
56 6 5x −
512 12 5x + 3 3 x + 6 6 x +
512
ln( 12 5x -1)
+ 12[51
ln( 12 x −1) + 51
ln( 3 x + 4 x + 6 x + 12 x +1)
− {41
ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2} − 20
5ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2}
− 52105
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(x45
12
− 5210
1
+Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
+
−+
5210
51(x412
+ 41
ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2}
+ 20
5 ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2}
+ 52105
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(x45
12
− 5210
1
−Arctg
�
��
��
��
�
�
��
�
�
−
++
5210
51(x412
}]
Metode mengintegralkan fungsi seperti yang sudah disajikan merupakan metode yang
menghasilkan nilai eksak, dan pada umumnya dapat dilakukan secara “manual” Ada
metode lain yang dapat dilakukan secara “manual”, tetapi hasilnya biasanya nilai
pendekatan, yaitu dengan mengubah fungsi yang diintegralkan dalam bentuk deret.
177
V.4. Beberapa penggunaan integral
1. Luas bidang datar
Jika menelaah konsepsi dari
integral, maka pada integral tentu
dari sebuah fungsi adalah luas
bidang yang dibatasi oleh grafik
fungsi, sumbu-X, dan garis-garis
batas integral.
Sehingga luas bidang yang dibatasi
oleh grfik fungsi y = f(x), sumbu-
X, garis X = a, dengan X = b,
seperti di samping kiri ini, sama
dengan L = �b
a
dx)x(f .
Sedangkan luas bidang yang dibatasi oleh
dua grafik fungsi y = f(x) dengan y = g(x)
seperti pada gambar di samping kanan
ini, sama dengan
L = { }� −1
0
x
x
dx)x(g)x(f .
Karena nilai ini bisa negatif, sedang L>0,
maka formulasi disajikan oleh
L = { }� −1
0
x
x
dx)x(g)x(f .
Y
X=a X=b
X
y = f(x)
Gambar V.1 Bidang di bawah grafik
(x0,y0) y = f(x)
y = g(x)
Y
X
(x1,y1)
Gambar V.2 Bidang diantara dua grafik
178
Contoh 28
Hitunglah luas bidang yang dibatasi oleh grafik fungsi y = x5 – x3 + x – 3, sumbu-X, garis
X = −3 dengan X = 5 !
Jawab :
Grafik fungsi jika digambarkan dengan
Mathcad adalah seperti di samping kiri ini.
Karena bidang terbagi oleh sumbu-X, maka
luas bidang harus dihitung berdasarkan
bidang yang ada di atas sumbu-X dengan di
bawah sumbu-X.
Jika dihitung dengan menggunakan Mathcad,
absis titik potong grafik dengan sumbu-X
yang merupakan bilangan real, adalah
x = 1,317
Luas bidang di bawah sumbu-X,
L1 = ( )�−
−+−317,1
3
35 dx3xxx = (61
x6−41
x4+21
x2−3x)3
317,1−
= {61
(1,317)6−41
(1,317)4+21
(1,317)2−3(1,317)} − {61
(-3)6−41
(-3)4+21
(-3)2−3(-3)}
= −2,966 − (114,75) = −117,716
Karena luas bidang harus merupakan bilangan posistif, jadi yang digunakan : L1 = 117,716
Luas bidang di atas sumbu-X
L2 = ( )� −+−5
317,1
35 dx3xxx = (61
x6−41
x4+21
x2−3x)317,15
= {61
(5)6−41
(5)4+21
(5)2−3(5)} – {61
(1,317)6−41
(1,317)4+21
(1,317)2−3(1,317)
= 2445,417 – (-2,966) = 2448,383
Sehingga luas bidang yang dicari,
L = L1 + L2 = 117,716 + 2448,383 = 2566,099 (satuan luas)
10 5 0 5 10
14.5
9.66
4.83
4.83
f x( )
179
Contoh 29
Hitung luas daerah yang dibatasi oleh grafik y = 2x2 – 3x + 1, dengan y = ex !
Jawab :
Jika digambarkan dengan mengunakan program
Mathcad, maka sajian grafik kedua fungsi adalah
seperti di samping kanan.
Absis titik potong kedua grafik, dihitung
berdasarkan persamaan
2x2 – 3x + 1 = ex
2x2 – 3x + 1 – ex = 0
Jika dihtung dengan Mathcad, diperoleh nilai
x = 43 −
41 ee81+ dan x =
43
+41 ee81+
Dari gambar, seluruh bidang berada di atas sumbu-X, sehingga luas bidang yang dicari,
L = ( )( )�++
+−
+−−
e
e
e8141
43
e8141
43
2x dx1x3x2e
= (ee − 32
x3 + 23
x2 − x)e
e
e8141
43
e8141
43
+−
++
= �
��
��
��
���
� ++−��
���
� +++��
���
� ++−++ e
2e
3ee81
41
43
e8141
43
e8141
43
23
e8141
43
32
ee
− �
��
��
��
���
� +−−��
���
� +−+��
���
� +−−+− e
2e
3ee81
41
43
e8141
43
e8141
43
23
e8141
43
32
ee
= 256,232 (satuan luas)
10 5 0 5 10
8.05
4.03
4.03
8.05
gx( )
h x( )
x
180
2. Persamaan gerak benda
Dalam ilmu fisika, jika a(t) percepatan benda pada saat t, maka persamaan kecepatan
pada saat t, v(t) = � dt)t(a , dan persamaan lintasan gerak benda, s(t) = � dt)t(v .
Contoh 30.
Sebuah benda bergerak dengan percepatan awal konstan 20 m/detik2. Hitunglah jarak
tempuh setelah 0,5 jam dari titik awal, jika pada saat akan bergerak berjarak 1 km dari titik
awal, dan kecepatan setelah 0,5 jam tersebut sama dengan 120 m/detik ?
Jawab :
Persamaan gerak benda, v(t) = � dt20 = 20t + K,
t = 0,5(jam) = 30(menit) = 1800(detik) v(t) :
v(1800) = 120(m/detik) = 20(1800) + K (m/detik) K=300
1 v(t) = 20t +
3001
Persamaan gerak lintasan, s(t) = � dt)t(v = � ��
���
� + dt300
1t20 = 10t2 +
3001
t + k,
t = 0 (detik) s(t) : s(0) = 1(km) = 1000(m) = 10(0)2 + 300
1(0) + k (m) k = 1000
t = 0,5(jam) = 1800(detik) s(t) :
s(1800) = 10(1800)2 + 300
1(1800) + 1000 (m) = 32.401.006 (m) = 32.401 (km)
Jarak tempuh setelah bergerak 0,5 jam, adalah 32.401 km.
181
3. Benda putar
Perhatikan Gambar V.3. Bangun-1 adalah benda putar yang diperoleh, jika bidang yang
dibatasi oleh grafik y = f(x), garis x = a, x = b, dan sumbu-X, diputar, dengan sumbu putar
sumbu-X. Sedangkan bangun-2, adalah benda putar yang diperoleh, jika bidang yang
dibatasi oleh grafik y = f(x), garis x = a, dan y = d, diputar, dengan sumbu putar sumbu-Y.
Pada benda putar ini ada dua hal yang dapat dipelajari, yaitu luas selimut (L) dan volume
benda (V). Yang dimaksud dengan selimut benda putar, adalah bidang putar yang diperoleh
sebagai hasil pemutaran bagian grafik PQ. Tidak termasuk bidang-bidang lingkaran
penutupnya.
Jika LX dan VX, masing-masing luas selimut dan volume benda putar bangun-1 (benda
putar dengan sumbu putar sumbu-X), maka
LX = ( )� ′+πb
a
2 dx)x(f1)x(f2
dan
VX = �πb
a
dx)x(xf2
Q
P
Gambar V.3 Benda putar y = f(x)
(1) sumbu putar, X; (2) sumbu putar, Y
Y
X
y = f(x)
x = a x = b
2
y = d
1 y = c
182
Untuk menghitung luas selimut dan volume benda putar bangun-2 (benda putar dengan
sumbu putar sumbu-Y), dapat digunakan analoginya, dengan proses sebagai berikut
1. Ubah bentuk fungsi y = f(x) menjadi x = g(y).
2. Jika LY dan VY, masing-masing luas selimut dan volume benda putar bangun-2, maka
LY = ( )� ′+πd
c
2 dy)y(g1)y(g2
dan
VY = �πd
c
dy)y(yg2
Contoh 31
Hitung luas selimut dan volume benda putar, yang dibangun dengan memutar bagian grafik
fungsi y = x3, antara titik (0,0) dengan (2,4) !
Jawab :
Jika diputar dengan sumbu putar sumbu-X.
f(x) = x3 f′(x) = 3.x2
LX = ( )� +π2
0
223 dxx31x2 = � +π2
0
43 dxx91x2
Jika disubtitusikan u = 1 + 9x4 du = 36x3dx
x = 0 u = 1
x = 2 u = 145
sehingga luasnya :
LX = � +π2
0
43 dxx91x2 = �π145
1
duu361
2 =
145
1
121
u1
21
118
����
�
�
����
�
�
+
π + = 2
11
145272π
= 27
145290π (satuan luas)
10 6 2 2 6 10
6.44
3.22
3.22
6.44
9.66
f x( )
x
183
dan volumenya :
VX = �π2
0
3 dx)x(x2 = �π2
0
4dxx2 = 2
0
14x14
12 �
�
���
�
+π + =
52π
25 = 5
64π (satuan volume)
Jika diputar dengan sumbu putar sumbu-Y.
y = x3 x = 31
y = g(y) g′(y) = 32
y31 −
sehingga luas dan volumenya :
LY = � ���
����
�+π
−4
0
2
32
31
dyy31
1y2 = �−
+π4
0
34
31
dyy91
1y2 = �+π
4
0 34
34
31
dy
y9
1y9y2
= � +π4
0
34
31 dy 1y9
y3
12
Jika disubtitusikan u = 32
y du = 31
y32 −
= 31
y3
2dy
y = 0 u = 0
y = 4 u = ��
���
�
32
4 = 3 16
LY = � +π4
0
34
31 dy 1y9
y3
12 = � +π
3 16
0
2 du 1u9
Jika disubtitusikan u = 31
tg(w) du = 31
sec2(w)dw , w = arctg(3u)
u = 0 w = arcTg(0) = 0 (radial)
u = 3 16 w = arcTg(3 3 16 ) = 1,439 (radial)
Sehingga
184
LY = � +π3 16
0
2 du 1u9 = � +π439,1
0
22 dw)w(sec31
1)w(tg = �π 439,1
0
4 dw)w(sec3
= �+π 439,1
04
22
dw)w(cos
)w(cos)w(sin3
= �π 439,1
0
22 dw)w(sec)w(tg3
+ �π 439,1
0
2 dw)w(sec3
= �π 439,1
0
2 )}w(tg{d)w(tg3
+ �π 439,1
0
)}w(tg{d3
= 439,1
0
3 )w(tg31
3 ���
��π
+ { } 439,1
0)w(tg
3π
= { }3 16
0
3u39π
+ { }3 16
0u3
3π
= π48 + 3 16π = 2π(48 + 3 2 ) (satuan luas)
VY = �π4
0
31
dy)y(y2 = �π4
0
34
dyy2 =
4
0
134
y1
34
12
�
�
�
�
�
+π
+ = 3 74
76π
= 3 47
96π (satuan volume)
V.5. Menggunakan Mathcad untuk menghitung integral
Pada umumnya perhitungan integral tidak “lebih mudah” dari perhitungan diferensial.
Dalam perhitungan diferensial, bagaimanapun kompleksnya persamaan fungsi yang akan
didiferensialkan, masih dapat dilakukan secara “manual”. Hanya mungkin, memerlukan
waktu yang cukup lama. Biasanya makin kompleks bentuk fungsi yang akan
didiferensialkan, makin kompleks pula persamaan fungsi turunannya. Perhatikan saja
contoh pada IV.9.
Dalam perhitungan integral, jika semua metode integrasi seperti yang telah dipaparkan,
tidak dapat digunakan, maka cara yang “mudah” adalah dengan menggunakan paket
program Mathcad. Misalnya, menghitung dx)1x3log(
)2x3x2(3
2
� −+−
, yang proses perhitungan jika
menggunakan Mathcad, adalah
185
1. Jalankan program Mathcad
dan tutup RESOURCE CENTRE
186
2. Tulis persamaan fungsi integradnya.
3. Klik “pointer” integral tak tentu.
187
4. Pada “kotak hitam kecil” di depan huruf “d”, tulis “f(x)”, dan di belakangnya huruf “x”
5. Klik “pointer” → pada kotak Evaluate . . .
188
6. Klik di luar “kotak formulasi integrasi”
7. Hasil yang diperoleh
( )( )
( )( )
( )( )
( )( )1x3ln
10ln21
x1x3ln
10ln1849
1x3ln
10ln31
x1x3ln
10ln23
dx)1x3log(
)2x3x2( 32
3
2
3
2
3
3
2
−+
−−
−+
−−=
−+−
�
( )( )
( )( )
( )( )
( )( ) ( ) ( )( )1x3ln,1Ei10ln
5411
1x3ln10ln
21
x1x3ln
10ln1849
1x3ln
10ln31
x1x3ln
10ln23 3
32
3
2
3
2
3
−−−−
+−
−−
+−
−
( )( )
( )( ) ( ) ( )( ) ( )
( )( )
( )3
33
2
332
32
2
3
x1x3ln
10ln3x
1x3ln
10ln1x3ln2,1Ei10ln
2710
x1x3ln
10ln3
14x
1x3ln
10ln6
11−
−−
−−−+−
+−
+
( ) ( )( ) K1x3ln3,1Ei10ln31 3 +−−−
Catatan : ibae)b,a(Ei += , 1i −=
189
V.6. Integral tak wajar
Yang dimaksud dengan integral tak wajar, adalah integral tentu dengan salah satu atau
kedua batas integralnya adalah bilangan tak hingga, ∞. Sehingga bentuk-bentuk integral tak
wajar adalah �∞−
b
dx)x(f , �∞
adx)x(f , �
∞
∞−dx)x(f . Deskripsinya sama dengan nilai limit, jika
salah satu atau kedua batas integral limitnya ∞.
�∞−
b
dx)x(f = �−∞→
b
aadx)x(fLim , �
∞
adx)x(f = �
∞→
b
abdx)x(fLim , �
∞
∞−dx)x(f = �
∞→−∞→
b
abadx)x(fLimLim
Contoh 32
Hitunglah �����
�
�
����
�
�
−π
∞−
21
dxx
x1
Cos
x1
Sin
Jawab :
�����
�
�
����
�
�
−π
∞−
21
dxx
x1
Cos
x1
Sin = �����
�
�
����
�
�
−π
−∞→
21
aadx
xx1
Cos
x1
SinLim = �
π
−∞→
21
aadx
x1
SinLim − �
π
−∞→
21
aadx
xx1
CosLim
= ����
�
�
����
�
�
� −−ππ
∞→
21
a
21
aa
dxx
x1
Cos
x1
xSinLim − �
π
−∞→
21
aadx
xx1
CosLim
= ����
�
�
����
�
�
−π
π−∞→ a
1aSin
211
Sin21
Lima
+ �
π
−∞→
21
aadx
xx1
CosLim − �
π
−∞→
21
aadx
xx1
CosLim
= π
π 2Sin
21
− a1
aSinLima −∞→
= π
π 2Sin
21
−
a1
a1
SinLima −∞→
= π
π 2Sin
21
−
a1
a1
SinLim
0a1→
= π
π 2Sin
21
− 1
190
Integral tak wajar sering digunakan dalam teori Statistika, misalnya pada deskripsi
fungsi distribusi peluang.
Definisi
Fungsi y = f(x) disebut fungsi distribusi peluang, jika
1. 0 ≤ f(x) ≤ 1, untuk setiap nilai x, −∞ < x < ∞
2. �∞
∞−dx)x(f = 1
Contoh 32
Telaah apakah fungsi f(x) = ( )
2
2
a2bx
e
2a1 −−
π , dengan a , b konstanta, dan a > 1; merupakan
fungsi distribusi peluang ?
Jawab :
1. ( )
2
2
a2
bx
e2a
1 −−
π =
( )2
2
a2
bx
e
2a1
−
π
Karena π2a
1 < 1 , dan
( )2
2
a2bx
e−
> 1, maka ( )
2
2
a2
bx
e
2a1
−
π < 1.
( )
2
2
a2
bx
xe
2a1
Lim−−
−∞→ π =
( )2
2
a2
bx
xe
2a1
Lim−−
∞→ π =
( )2
2
a2
b
e2a
1 −∞−
π = ∞−
πe
2a1
= 0
Sehingga 0 < ( )
2
2
a2bx
e
2a1 −−
π< 1 , untuk setiap nilai x
2. ( )
�π
∞
∞−
−−dxe
2a1 2
2
a2
bx
= π2a
1 ( )
�∞
∞−
−−dxe 2
2
a2
bx
= π2a
1�∞
∞−
���
����
� −−dxe
2
2a
bx
Jika disubtitusikan, y = 2abx −
dy = 2a
1dx dx = 2a dy.
Sehingga ( )
�π
∞
∞−
−−dxe
2a1 2
2
a2
bx
= π2a
1�∞
∞−
− dy2ae2y =
π1
�∞
∞−
− dye2y
191
Jika dimisalkan, �∞
∞−
− dye2y = c, maka c2 =
2y dye
2
��
���
��∞
∞−
− = � �∞
∞−
∞
∞−
+− dydze )zy( 22
. Sehingga jika
dihitung dalam koordinat polar, dengan mensubtitusikan y = r Cos θ dan z = r Sin θ,
maka
c2 = � �∞
∞−
∞
∞−
+− dydze )zy( 22
= � � θπ ∞
−2
0 0
r rdrde2
= � �
���
��
π ∞−
2
0 0
r drdre2
= � �
�
�
��
�
�−
π ∞−
2
0 0
r de21 2
= ( )� ��
�� −−
π−∞−
2
0
0 dee21 22
= � θπ2
0d
21
= ( )πθ 2
021
= π c = �∞
∞−
− dye2y = π
Sehingga, ( )
�π
∞
∞−
−−dxe
2a1 2
2
a2
bx
= π
1�∞
∞−
− dye2y =
π1 π = 1
Jadi f(x) = ( )
2
2
a2bx
e2a1 −−
π merupakan fungsi distribusi peluang.
Contoh 33
Perhatikan fungsi yang didefinisikan seperti di bawah ini
f(x) =
��
<<∞∞<<
−
0 x - jika , 0konstanta : c ; x 0 jika , cxe
x21
Tentukan c agar f(x) merupakan fungsi distribusi peluang !
Jawab
1. 0 ≤ f(x) ≤ 1
karena 0 < xx
21
e−
< 1, maka 0 ≤ c ≤ x
21
xe
1−
2. �∞
∞−dx)x(f = �
∞−
0
dx0 + �∞ −
0
x21
dxcxe = �∞ −
0
x21
dxcxe = 1
�−a
0
x21
dxcxe = �−a
0
x21
dxxec = ��
�
�
��
�
�� −−−
−− a
0
x21a
0
x21
dxe2)e2(xc
192
= ���
����
��+−−
−−− a
0
x21
021
a21
dxe2)e0ae(2c =��
�
�
��
�
�−+−
−−a
0
x21
a21
e2(2ae2c
= ���
����
�−−−
−−−)ee(4ae2c
021
a21
a21
= ���
����
�+−−
−−4e4ae2c
a21
a21
�∞ −
0
x21
dxcxe = ���
����
�+−−
−−
∞→)4e4ae2cLim
a21
a21
a= 4LimceLimc4aeLimc2
a
a21
a
a21
a ∞→
−
∞→
−
∞→+−−
= −2c(0) − 4c(0) + c(4) = 1 c = 41
SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN
1. Hitunglah � dx)x(f , jika f(x) =
a. 5x6x2
3x22 +−
− b. ( )
( )1x32 e
1x2x3ln1x3 −
+−−
c. (2x3 − 3x2)Sin(x4)
d. ( )3x2Cos5xxx
1x2x323
2
−−+−
+− e.
25x3
3x22 −−
f. x2xx65x2x3
23
2
−++−
g. 2x
x2x3x 34
−+−
h. (3x2 − 4x +1)Tg(x3 − 2x2 + x − 5) i. 22 ax
ax
−−
j. Cos x Cos3 (x − 3) k. (2x3 − 3x2 − x +5) Cos2 (2x + 3) l. e2xlog3x
2. Hitunglah nilai integral tentu di bawah ini
a. � +−−π
π−
41
21
22 dx)1x3x(Sin)3x2( b. � +−π
π−
61
31
2 dx)1x2x(Cos
c. � +−+−
−
7
52
4
dx1x3x21x3x2
d. �−+−π
π−
21
21
2
dx1x21xx
e. � −−9
2
2 dx)2x3x2log(
193
f. � −π
π−
−61
31
)3x2(Sin dx)3x2(Cose g. � −−−
−
61
2
2
dx1x3
)1x2x3ln( h. � +−
−−
6
32 dx
3x5x23x2
i. �π−
−π−π
π−
61
31
dx)
31
x2(Sin
)x265
(Cos1 j. �
+−−
π
π−
61
31 2
3
dx1x4x3
1x3 k. � +
π
π−
−61
31
)1x2( dx)1xln(e
3. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi y = f(x) dengan y = g(x), jika
a. 1x3x2)x(g
31
1x21
)x(f
2 +−=
+= b.
x926
x31
)x(g
)1xlog()x(f
2 −=
+= c.
1x3x2)x(g
1x2x)x(f2
2
+−=
−+−=
d. 2
3
x2)x(g
2x)x(f
=
+= e.
2xln()x(ge)x(f )1x2(
+== −
f. 1x2)x(gx4)x(f 2
−=−=
4. Kecepatan aliran darah sepanjang pembuluhnya, memiliki persamaan
v = K(R2 − r2)
dengan
K : konstanta, yang menyatakan kecepatan maksimum aliran darah
R : konstanta, yang menyatakan jari-jari pembuluh darah
r, konstanta, yang menyatakan jarak sel darah khusus ke pusat pembuluh darah.
Laju kecepatan (rate) aliran darah, dapat dihitung dengan mengukur volume darah yang
melewati titik ukur, dalam periode waktu tertentu. Volume tersebut dapat
diformulasikan dalam persamaan
� π=R
0dr vr2V
π : bilangan irasional
a. Hitunglah V, jika R = 0,30 cm dan v = (0,30 − 3,33r2) cm/detik !
b. Tentukan formulasi umum dari V !
194
5. Laju produksi dari sebuah produk baru, mengikuti model ���
����
�
++= 2)401(
4001200
dtdx
x : banyak item produk, dalam 100 unit
t : waktu produksi, dalam satuan minggu
a. Hitunglah total produk dalam lima minggu pertama ! Berapakah totalnya dalam
selang waktu 10 minggu ?
b. Jika laju penurunan produksi, diformulasikan oleh persamaan
D’(t) = 3000(20 − t)
0 ≤ t ≤ 20, selang waktu produkasi, dalam satuan tahun
Maka hitunglah total penurunan produksi untuk 10 tahun pertama ! Berapakah
totalnya untuk 10 tahun berikutnya ?
c. Jika laju penjualan produk tersebut, memiliki model dengan persamaan
S’(t) = −3t2 + 300t
0 ≤ t ≤ 30 : selang waktu penjualan setelah promosi selesai dilakukan, dalam satuan
hari
Maka hitunglah total penjualan untuk satu minggu pertama, setelah selesai promosi,
dan satu minggu berikutnya. Jika total penjualan pada saat promosi selesai, adalah
500 unit.
6. Total penjualan harian sebuah produk, memiliki model 100xe100S2x += − , x : hari-hari
penjualan, setelah promosi produk dimulai. Hitunglah rata-rata penjualan harian,
selama 20 hari pertama promosi ! Jika tidak ada promosi baru, maka hitunglah rata-rata
penjualan harian untuk 10 hari berikutnya !
7. Hitunglah integral tak wajar di bawah ini
a. ( )�+
∞
∞−dx
1x
x22
b. �∞
∞−dx
e
x4x
3
c. �−
−
∞−
2
2dx
1x
x
195
d. ( )�+
∞
∞−dx
3x
x24
3
e. �∞−
0
x
2
dxe
x3 f. �
∞
∞−
− dxex5x4
8. Hitunglah c agar
a. � =∞
0t5,0 1dt
ec
b. ( ) 2dx1x
cx10
22
3
=�+
∞ c. 5dx
xx1
1=�
∞
9. Hitunglah luas daerah di bawah lengkungan y = f(x), dan di sebelah kanan sumbu x = 1,
jika
a. 3xe
x)x(f = b. f(x) = log x c. f(x) = ex d.
1x1x
)x(f−+=
10. Misalkan laju kemampuan reaktor nuklir untuk membuat produk beradioaktif,
proporsional dengan lama beroperasinya reaktor tersebut. Jika laju tersebut memiliki
model f(t) = 500 t, t : waktu dalam satuan tahun. Dan laju penurunan kemampuan,
membangun model eksponensial dengan rata-rata 3% pertahun, maka perkiraan
akumulasi produk selama b tahun, akan memiliki model dtte500b
0
)tb(03,0�
−− .
a. Hitunglah formulasi untuk perkiraan akumulasi tersebut !
b. Berapakah akumulasi produk selama reaktor berfungsi ?
11. Untuk fungsi-fungsi di bawah ini, manakah yang merupakan distribusi peluang ?
a. 1x
x)x(f
+= , x ≥ 0 b.
x21
e21
)x(f−
= , −∞ < x < ∞
c.
�
�<<=
lainnya yanguntuk , 0
3 x 3- , 18x
)x(f
2
d.
�� <<+
=lainnya yanguntuk , 0
4 x 2- , 18
2x)x(f
196
12. Hitunglah luas selimut dan volume benda putar, yang diperoleh dari hasil memutar
bidang yang dibatasi oleh
a. X = 2 , Y = X3 , X = 5 , jika diputar dengan sumbu putar, sumbu-X
b. Y = 2X2 − 3X + 1 , Y = −3X2 + 2X + 1 , jika diputar dengan sumbu putar, sumbu-Y
13. Selesaikan formulasi integrasi di bawah ini
a. � dx x2Sec x 2 b. �
π43
0
3 dx x Cosx Sin c. �
π
π
43
31
32 dx xTg x
d. � +dx
xTg3xSec3
e. � dx2x Cotg2x Cosec f. �
π31
0dx x Tg x Sec x
g. �ππ1
0dx x
4 Tg x
4 Sec h. ( )�
π21
0dx 2x)Sin -2x Cos i. � dx (Sin x)ln x Cos
14. Hasil penjualan produk AC secara obralan, dari sebuah toko elektronik, memiliki model
100 t6
Cos 200)t(P +π=
t : bilangan bulan
a. Bangun tabel hasil penjualan untuk 0 ≤ t ≤ 12 !
b. Berdasarkan nilai-nilai dari tabel tersebut, gambarkan grafik hasil penjualan !
c. Tentukan periode waktu yang menyebabkan toko akan kehilangan hasil penjualan !
15. Laju produksi sebuah komoditi menurut waktu produksi, memiliki model
( ) ���
����
�
++= 240t
4001200
dtdx
x : banyak item barang, t : waktu produksi (dalam mingguan)
a. Jika pda saat t = 0 , x = 0, maka sajikan persamaan yang menyatakan total produksi
sepanjang wktu t !
b. Hitunglah total produksi selama lima minggu !
197
16. Bumi hanya memiliki sekitar 10 juta are, lahan yang baik untuk dijadikan daerah
pertanian. Dan populasi penduduk bumi terbatas. Jika populasi penduduk terbatas pada
40 juta jiwa, dan laju pertumbuhannya proporsional dengan “kapan dunia berakhir”,
yang merupakan batas atas waktu kehidupan dan penghidupan. Sehingga laju
pertumbuhan penduduk dapat diformulasikan dengan persamaan
)P40(KdtdP −=
K : konstanta positif.
Formulasi tersebut identik dengan � −= dP
P401
K1
t
a. Sajikan formulasi persamaan t atas P !
b. Gunakan sifat hubungan fungsi logaritma dengan eksponensial, untuk membangun
persamaan P atas t !
17. Sebuah partikel bergerak lurus dengan persamaan percepatannya, 2tte)t(a =
t : waktu, dalam detik
Hitunglah kecepatan dan jarak tempuh, setelah partikel bergerak
a. 0,5 menit b. 50 detik c. 0,5 jam d. 1 menit 25 detik
18. Dalam ilmu statistika, salah satu konsepsi yang sering digunakan adalah ekspektasi
matematis, E[f(x)]. Jika x variabel acak yang memiliki fungsi distribusi peluang p(x),
dan f(x) fungsi atas x. Maka �=∞
∞−dx )x(p )x(f)]x(f[E , jika nilainya ada dan berhingga.
Jika x memiliki fungsi distribusi peluang
�� <<+
=lainnya yanguntuk , 0
4 x 2- , 18
2x)x(p , maka
hitungalah E[f(x)], jika f(x) =
a. x b. (x + 2)3 c. 6x − 2(x + 2)2 d. x − E[x]
BAB VI
DERET
Deret (series) dengan barisan (sequence) merupakan dua kata yang saling berkaitan.
Barisan adalah fungsi dengan domain himpunan bilangan bulat positif (bilangan cacah). Nilai-
nilai a1, a2, . . . , an, . . . , disebut barisan, jika merupakan sebuah urutan. Artinya, a1 nilai
kesatu, a2 nilai kedua, dan seterusnya. Barisan a1, a2, . . an, . . . dengan b1, b2, . . . , bn, . . . ,
disebut sama jika ai = bi untuk setiap i. Dalam hal lain tidak sama. Misal barisan 2, −1, 3, 6, −8,
dengan 2, 3, −1, 6, −8 , tidak sama. Untuk menyatakan sebuah barisan a1, a2, . . . , an, . . . ,
digunakan notasi { }1i
a i =∞
. Dalam hal ini, ai dinamakan suku barisan, sedangkan jumlah suku
barisant, a1 + a2 + . . . + an + . . . = �∞
=1iia , dinamakan deret.
Barisan { }1i
a i =∞
disebut konvergen ke L < ∞ (berhingga), jika L a Lim ii=
∞→. Dalam hal lain
disebut divergen. Misal barisan 1i1i7
i32
2
=∞
���
���
+. Untuk menelaah apakah merupakan barisan
konvergen atau divergen ? Maka hitunglah 1i7
i3Lim 2
2
i +∞→ !
1i7i3
Lim 2
2
i +∞→ =
2
i
i1
7
3Lim
+∞→
=
2
17
3
∞+
= 07
3+
= 73
(berhingga)
Jadi barisan 1i1i7
i32
2
=∞
���
���
+, konvergen.
Contoh lain.
Telaah apakah barisan 0, 23
, 32
, 45
, 54
, 67
, 76
, . . . , konvergen atau divergen ?
Jika suku barisan tersebut disajikan dengan formulasi eksplisit, maka formulasinya
i1
)1(1a ii −+= .
Sehingga iiaLim
∞→ = �
��
−+∞→ i
1)1(1Lim i
i =
i1
)1(Lim1 i
i−+
∞→ = 1. Jadi barisan konvergen.
VI.1. Deret Konvergen
Perhatikan deret �∞
=1iia . Formulasi �=
=
n
1iin as , dinamakan deret parsial. Sebuah deret
disebut konvergen ke L, jika barisan deret parsialnya, konvergen ke L, L s Lim ii=
∞→. Dalam hal
lain disebut divergen.