kalkulus fraksional riemann-liouville dan fungsi...
TRANSCRIPT
i
KALKULUS FRAKSIONAL RIEMANN-LIOUVILLE DAN
FUNGSI TRIGONOMETRI FRAKSIONAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Matematika
Oleh :
Refael Rio Valerian
NIM: 153114007
PROGRAM STUDI MATEMATIKA, JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
RIEMANN-LIOUVILLE FRACTIONAL CALCULUS AND
FRACTIONAL TRIGONOMETRIC FUNCTION
Thesis
Presented as a Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain the Degree of Sarjana Sains
in Mathematics
By :
Refael Rio Valerian
NIM: 153114007
MATHEMATICS STUDY PROGRAM, DEPARTMENT OF MATHEMATICS
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
MOTTO
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal” (Ayub 42:2)
“Don’t be afraid, for I am with you! Don’t be frightened, for I am your God!
I strengthen you – yes, I help you – yes, I uphold you with my saving right
hand!” (Isaiah 41:10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, kedua orang tuaku dan keluargaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Kalkulus adalah sebuah cabang matematika yang mempelajari konsep dan
perhitungan limit, kekontinuan, turunan, integral, dan deret tak hingga. Dalam
kalkulus klasik, sebuah fungsi dapat diturunkan atau diintegralkan sekali, dua kali,
dan seterusnya. Kemudian, muncul sebuah pertanyaan terkait orde pecahan dari
turunan atau integral. Lebih jelasnya, apa yang dimaksud dengan turunan ke-
setengah dari sebuah fungsi dan bagaimana cara mencarinya. Dengan kata lain, orde
turunan dan integral dalam kalkulus klasik hanya terbatas pada bilangan asli. Dalam
konteks ini, lahirlah suatu pengembangan dari kalkulus klasik yang disebut kalkulus
fraksional. Kalkulus fraksional merupakan sebuah cabang matematika yang
memperluas orde dari turunan dan integral ke dalam orde bilangan rasional atau
bahkan bilangan real.
Kalkulus fraksional secara khusus versi Riemann-Liouville, juga
memberikan perumuman dalam fungsi yang terdapat dalam kalkulus klasik,
misalnya fungsi eksponensial dan fungsi trigonometri. Oleh karena itu, penulis
mempelajari fungsi trigonometri fraksional berdasarkan fungsi eksponensial
fraksional. Dalam mengembangkan fungsi trigonometri fraksional, terlebih dahulu
akan dibahas mengenai fungsi-fungsi dasar yang terkait kalkulus fraksional,
integral fraksional, turunan fraksional, dan transformasi Laplace. Kalkulus
fraksional juga memiliki penerapan salah satunya adalah model farmakokinetik
yang akan dibahas pada bab empat.
Kata kunci: integral fraksional, turunan fraksional, transformasi Laplace, fungsi
trigonometri fraksional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Calculus is a branch of mathematics that studies concepts and calculation of
limits, continuity, derivatives, integrals, and infinite series. In the classical calculus,
a function can be differentiated or integrated once, twice, and so on. Then, a
question arises related to the derivative or integral of fractional order, for example,
how to compute the 1 2⁄ -th derivative of the function. The order of derivative and
integral operations in classical calculus are only limited to natural numbers. In this
context, an extention of classical calculus called fractional calculus was born.
Fractional calculus is a branch of mathematics that extends the order of derivatives
and integrals into the order of rational numbers or even real numbers.
Fractional calculus in particular Riemann-Liouville version, can be used
also to generalize functions from the classical calculus, for example exponential
functions and trigonometric functions. In this thesis, the author studies fractional
trigonometric functions based on fractional exponential functions. In developing
fractional trigonometric function, we will first discuss basic functions which related
to fractional calculus, fractional integral, fractional derivative, and Laplace
transform. Fractional calculus has also a lot of applications, one of which is
pharmacokinetic model which will be discussed in chapter four.
Keywords: fractional integral, fractional derivative, Laplace transform, fractional
trigonometric function.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
pengurapan, hikmat, dan kebaikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Skripsi ini dibuat dengan tujuan memenuhi syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains pada Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulis melibatkan banyak pihak yang bersedia
membantu dalam berbagai macam kesulitan, tantangan dan hambatan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. rer. nat. Herry Pribawanto Suryawan, S.Si., M.Si. selaku dosen
pembimbing skripsi.
2. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si, M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi dan selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Bapak Hartono, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Kaprodi Matematika.
4. Romo Prof. Dr. Frans Susilo, SJ., Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc, dan
Ibu Maria Vianney Any Herawati, S.Si., M.Si., selaku dosen – dosen Prodi
Matematika yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada penulis
selama proses perkuliahan.
5. Bapak/Ibu dosen/karyawan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah
berdinamika bersama selama penulis berkuliah.
6. Kedua orang tua, kakak dan keluarga yang telah membantu dan mendukung
penulis selama proses pengerjaan skripsi.
7. T.R.A.P : Petra, Andhi, dan Thomas yang telah menjadi keluarga kedua dan
sahabat serta memberi dukungan dalam proses pengerjaan skripsi.
8. Frendy dan keluarga yang telah memberikan dukungan serta tempat tinggal
selama menjalani masa perkuliahan di Yogyakarta.
9. Kak Andreas D. A. P. dan seluruh anggota Kelompok Sel RISE UP yang
telah menjadi kakak rohani dan selalu memberi dukungan dalam doa.
10. Teman-teman Prodi Matematika Angkatan 2015, serta teman – teman dari
Prodi Matematika Angkatan 2016 dan 2017 baik yang mendukung penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. x
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Batasan Masalah........................................................................................... 3
D. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
E. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4
F. Metode Penulisan ......................................................................................... 4
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II INTEGRAL DAN TURUNAN FRAKSIONAL .................................... 6
A. Sejarah Pengembangan Kalkulus Fraksional ............................................... 6
B. Beberapa Fungsi Khusus yang terkait Kalkulus Fraksional ........................ 8
C. Integral Fraksional versi Riemann-Liouville ............................................. 18
D. Sifat – sifat Integral Fraksional versi Riemann-Liouville .......................... 25
E. Turunan Fraksional versi Riemann-Liouville ............................................ 27
F. Sifat – sifat Turunan Fraksional versi Riemann-Liouville ......................... 29
G. Penerapan Integral Fraksional .................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB III TRANSFORMASI LAPLACE ........................................................... 35
A. Transformasi Laplace ................................................................................. 35
B. Sifat – sifat Transformasi Laplace ............................................................. 36
C. Transformasi Laplace dari Integral Fraksional .......................................... 39
D. Transformasi Laplace dari Turunan Fraksional ......................................... 40
BAB IV FUNGSI TRIGONOMETRI FRAKSIONAL ................................... 46
A. Fungsi Eksponensial Fraksional ................................................................. 46
B. Fungsi Trigonometri Fraksional ................................................................. 47
C. Sifat – sifat Fungsi Trigonometri Fraksional ............................................. 49
D. Transformasi Laplace dari Fungsi Trigonometri Fraksional ..................... 56
E. Perumuman Wronskian dan Kebebasan Linear ......................................... 57
F. Sistem Persamaan Diferensial Fraksional dengan Koefisien Matriks
Konstanta ........................................................................................................... 63
G. Penerapan Kalkulus Fraksional di Bidang Farmakokinetik ....................... 74
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................................ 81
B. Saran ........................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalkulus adalah suatu cabang matematika yang mempelajari konsep dan
perhitungan limit, kekontinuan, turunan, integral, dan deret tak hingga.
Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang sains, ekonomi, dan
teknik, serta dapat memecahkan berbagai masalah. Dalam kalkulus, suatu
fungsi dapat diturunkan atau diintegralkan sekali, dua kali, dan seterusnya.
Hal ini terkait dengan konsep turunan tingkat tinggi dan integral lipat.
Kemudian muncul sebuah pertanyaan terkait dengan orde pecahan turunan
atau integral, misalnya bagaimana turunan ke setengah dari fungsi tersebut.
Dalam hal ini, lahirlah suatu pengembangan kalkulus biasa yang disebut
kalkulus fraksional. Kalkulus fraksional adalah sebuah cabang matematika
yang memperluas orde dari turunan dan integral ke dalam orde bilangan
rasional. Topik yang dibahas dalam kalkulus fraksional meliputi fungsi –
fungsi dasar dalam kalkulus fraksional, integral fraksional dan turunan
fraksional, transformasi Laplace, dan persamaan diferensial fraksional.
Diingat kembali bahwa fungsi adalah suatu relasi yang menghubungkan
setiap anggota domain dengan tepat satu anggota kodomain. Trigonometri
adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan antara panjang sisi
dan sudut segitiga.
Gambar (1.1). Lingkaran satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pada gambar (1.1) di atas, dibentuk segitiga dengan panjang 𝑂𝑃 = 1, 𝑂𝑀 =
𝑎, 𝑃𝑀 = 𝑏, dan ∠𝑃𝑂𝑀 = 𝑥. Kosinus sudut 𝑥 didefinisikan oleh
cos 𝑥 ≔𝑂𝑀
𝑂𝑃=
𝑎
1= 𝑎,
sinus sudut 𝑥 didefinisikan oleh
sin 𝑥 ≔𝑃𝑀
𝑂𝑃=
𝑏
1= 𝑏,
Setiap titik (𝑎, 𝑏) pada lingkaran satuan di atas dapat dinyatakan dalam
(cos 𝑥 , sin 𝑥). Fungsi trigonometri adalah fungsi yang dapat dinyatakan
dalam bentuk sinus dan kosinus.
Dalam kalkulus fraksional, salah satu fungsi paling penting adalah fungsi
Mittag-Leffler dengan dua parameter yaitu
𝐸𝛼,𝛽(𝑥) ≔ ∑𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
, 𝛼 > 0, 𝛽 > 0,
dengan Γ adalah fungsi gamma. Fungsi tersebut adalah sebuah perumuman
dari fungsi eksponensial, sebab untuk 𝛼 = 𝛽 = 1 diperoleh
𝐸1,1(𝑎𝑥) = ∑(𝑎𝑥)𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
= ∑(𝑎𝑥)𝑘
𝑘!=
∞
𝑘=0
𝑒𝑎𝑥.
Berdasarkan fungsi Mittag-Leffler, fungsi eksponensial fraksional
didefinisikan dengan
𝑒𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔ 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼), 𝑥 > 0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Fungsi trigonometri fraksional adalah perluasan dari fungsi trigonometri
berdasarkan fungsi eksponensial fraksional. Dalam tugas akhir ini, akan
dibahas mengenai kalkulus fraksional versi Riemann-Liouville, fungsi
trigonometri fraksional, serta perumuman determinan Wronskian yang
dapat digunakan untuk menentukan kebebasan linear dari suatu himpunan
penyelesaian sistem persamaan diferensial fraksional.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibicarakan yaitu:
1. Bagaimana pengembangan kalkulus fraksional versi Riemann-
Liouville?
2. Bagaimana pengembangan fungsi trigonometri fraksional berdasarkan
fungsi eksponensial fraksional?
3. Bagaimana sifat-sifat dari fungsi trigonometri fraksional?
4. Bagaimana perumuman determinan Wronskian untuk menentukan
kebebasan linear dari suatu himpunan penyelesaian sistem persamaan
diferensial fraksional?
C. Batasan Masalah
Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai kalkulus fraksional Riemann-
Liouville dan fungsi trigonometri fraksional yang dikembangkan
berdasarkan fungsi eksponensial fraksional.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Mempelajari pengembangan kalkulus fraksional versi Riemann-
Liouville.
2. Mempelajari pengembangan fungsi trigonometri fraksional berdasarkan
fungsi eksponensial fraksional.
3. Mengetahui sifat – sifat fungsi trigonometri fraksional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
4. Mempelajari perumuman determinan Wronskian untuk menentukan
kebebasan linear dari suatu himpunan penyelesaian sistem persamaan
diferensial fraksional.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah agar kita dapat mengenal dan
memahami kalkulus fraksional Riemann-Liouville dan fungsi trigonometri
fraksional.
F. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan untuk menyusun tugas akhir ini adalah
studi pustaka dengan membaca buku, jurnal, skripsi, serta simulasi dengan
menggunakan aplikasi komputer yaitu MATLAB.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan
F. Metode Penulisan
G. Sistematika Penulisan
BAB II INTEGRAL DAN TURUNAN FRAKSIONAL
A. Sejarah Pengembangan Kalkulus Fraksional
B. Beberapa Fungsi Khusus yang terkait Kalkulus Fraksional
C. Integral Fraksional versi Riemann-Liouville
D. Sifat – sifat Integral Fraksional versi Riemann-Liouville
E. Turunan Fraksional versi Riemann-Liouville
F. Sifat – sifat Turunan Fraksional versi Riemann-Liouville
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
G. Penerapan Integral Fraksional
BAB III TRANSFORMASI LAPLACE
A. Transformasi Laplace
B. Sifat – sifat Transformasi Laplace
C. Transformasi Laplace dari Integral Fraksional
D. Transformasi Laplace dari Turunan Fraksional
BAB IV FUNGSI TRIGONOMETRI FRAKSIONAL
A. Fungsi Eksponensial Fraksional
B. Fungsi Trigonometri Fraksional versi Riemann-Liouville
C. Sifat – sifat Fungsi Trigonometri Fraksional
D. Transformasi Laplace dari Fungsi Trigonometri Fraksional
E. Perumuman Wronskian dan Kebebasan Linear
F. Sistem Persamaan Diferensial Fraksional dengan koefisien Matriks
Konstanta
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
INTEGRAL DAN TURUNAN FRAKSIONAL
Di dalam matematika, kita seringkali bertemu dengan masalah perluasan dari
konsep matematika. Contoh yang dikenal adalah perluasan dari bilangan bulat ke
bilangan rasional, bilangan rasional ke bilangan real, dan bilangan real ke bilangan
kompleks. Pertanyaan yang sering muncul mengenai perluasan dalam turunan dan
integral misalnya, diberikan sebarang fungsi 𝑓(𝑥), kemudian apakah turunan
𝑑𝑛𝑓(𝑥)
𝑑𝑥𝑛, 𝑛 > 0
dengan orde bilangan bulat 𝑛 dapat diperluas ke dalam orde bilangan rasional,
irasional, atau kompleks. Jawaban dari pertanyaan di atas dibahas dalam kalkulus
fraksional. Kalkulus fraksional adalah sebuah perluasan dari kalkulus klasik
(kalkulus Newton-Leibniz).
A. Sejarah Pengembangan Kalkulus Fraksional
Pada tanggal 30 September 1695, L’Hôpital mengirim surat kepada Leibniz yang
berisi pertanyaan mengenai notasi yang telah Leibniz gunakan dalam publikasinya
untuk turunan ke – 𝑛
𝑑𝑛𝑓(𝑥)
𝑑𝑥𝑛
dari fungsi linear 𝑓(𝑥) = 𝑥. Pertanyaan dari L’Hôpital kepada Leibniz adalah
apakah hasilnya jika 𝑛 =1
2? Peristiwa ini adalah awal lahirnya kalkulus fraksional.
Kemudian, banyak para matematikawan yang tertarik dan berkontribusi ke kalkulus
fraksional seperti Euler, Laplace, Fourier, Lacroix, Abel, Riemann, dan Liouville.
Pada tahun 1819, Lacroix berhasil mendefinisikan turunan fraksional dan menjadi
diskusi formal yang pertama dalam kalkulus fraksional. Diberikan fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
𝑓(𝑥) = 𝑥𝑚
dengan 𝑚 adalah bilangan bulat positif, Lacroix menemukan bahwa turunan ke – 𝑛
dari 𝑥𝑚 adalah
𝑑𝑛𝑥𝑚
𝑑𝑥𝑛=
𝑚!
(𝑚 − 𝑛)!𝑥𝑚−𝑛, 𝑚 ≥ 𝑛.
(2.1)
dengan 𝑚! ≔ 𝑚(𝑚 − 1) … 2 ∙ 1 adalah notasi faktorial.
Kemudian, Lacroix mensubstitusikan 𝑛 =1
2 dan 𝑚 = 1, untuk memperoleh turunan
ke – 1
2 dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 yaitu
𝑑12𝑥
𝑑𝑥12
=1!
(1 −12) !
𝑥1−12 =
𝑥12
(12) !
=2√𝑥
√𝜋.
dengan (1
2) ! =
√𝜋
2. Perhitungan (
1
2) ! =
√𝜋
2 diperoleh dengan menggunakan fungsi
gamma dan secara rinci akan dibahas pada subbab selanjutnya.
Penerapan kalkulus fraksional pertama kali dipelajari oleh Niels Henrik Abel pada
tahun 1823. Abel menerapkan kalkulus fraksional ke dalam penyelesaian
persamaan integral, yaitu pada masalah tautochrone. Masalah tautochrone
membahas mengenai pencarian bentuk dari sebuah kawat tanpa gesekan yang
terletak pada sebuah bidang vertikal sedemikian sehingga waktu yang diperlukan
bagi sebuah manik yang ditempatkan pada kawat untuk melucur ke titik terendah
dari kawat tidak bergantung pada titik awal di mana manik tersebut ditempatkan.
Pada tahun 1823, Liouville berhasil mendefinisikan turunan ke – 𝜈 dari 𝑥−𝛼 dengan
𝑥 dan 𝛼 bernilai positif yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
𝑑𝜈
𝑑𝑥𝜈𝑥−𝛼 ≔
(−1)𝜈Γ(𝜈)
Γ(𝛼)𝑥−𝛼−𝜈 .
(2.2)
Kemudian, Liouville kembali berhasil memperluas definisi (2.2) untuk
menyertakan nilai kompleks untuk 𝛼 dan 𝜈. Dengan menyatukan hasil – hasil dari
banyak matematikawan terkemuka, khususnya Liouville dan Riemann, analisis
modern dapat mendefinisikan integral dengan sebarang orde. Integral fraksional
orde 𝜈 didefinisikan melalui
𝐷𝑥−𝜈
𝑐 𝑓(𝑥) ≔ 1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
𝑥
𝑐
B. Beberapa Fungsi Khusus yang terkait Kalkulus Fraksional
Ada beberapa fungsi dasar yang sangat penting dalam mempelajari kalkulus
fraksional, di antaranya adalah fungsi gamma, fungsi beta, fungsi galat, dan fungsi
Mittag-Leffler.
1. Fungsi Gamma
Fungsi gamma merupakan sebuah perluasan dari fungsi faktorial ke dalam nilai
yang bukan bilangan bulat positif. Fungsi gamma didefinisikan oleh integral tak
wajar
Γ(𝑥) ≔ ∫ 𝑒−𝑡∞
0
𝑡𝑥−1 𝑑𝑡, 𝑥 ∈ ℂ, 𝑅𝑒(𝑥) > 0. (2.3)
Hubungan antara fungsi gamma dengan faktorial adalah bahwa untuk setiap
bilangan asli 𝑛 berlaku
Γ(𝑛) = (𝑛 − 1)!. (2.4)
Fungsi gamma juga memenuhi persamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Γ(𝑥 + 1) = 𝑥Γ(𝑥), 𝑥 ∈ ℂ, 𝑅𝑒(𝑥) > 0. (2.5)
Persamaan (2.5) di atas dapat dibuktikan dengan menggunakan integral parsial,
yaitu
Γ(𝑥 + 1) = ∫ 𝑒−𝑡∞
0
𝑡𝑥 𝑑𝑡.
Misalkan 𝑢 = 𝑡𝑥 dan 𝑑𝑣 = 𝑒−𝑡𝑑𝑡, diperoleh 𝑑𝑢 = 𝑥𝑡𝑥−1 𝑑𝑡 dan 𝑣 = −𝑒−𝑡,
sehingga
Γ(𝑥 + 1) = −𝑡𝑥𝑒−𝑡|0∞ + 𝑥 ∫ 𝑒−𝑡
∞
0
𝑡𝑥−1 𝑑𝑡
= 𝑡𝑥𝑒−𝑡|0∞ + 𝑥Γ(𝑥)
= lim𝑏→∞
𝑡𝑥𝑒−𝑡|0𝑏 + 𝑥Γ(𝑥)
= 𝑥Γ(𝑥).
Persamaan (2.1) di atas dapat dinyatakan dalam fungsi gamma dan dengan
persamaan (2.4), yaitu
𝑑𝑛𝑥𝑚
𝑑𝑥𝑛=
Γ(𝑚 + 1)
Γ(𝑚 − 𝑛 + 1)𝑥𝑚−𝑛
(2.6)
Selanjutnya, akan dihitung nilai Γ (1
2) dan Γ (
3
2).
Menggunakan definisi (2.3) diperoleh
Γ (1
2) = ∫ 𝑒−𝑡
∞
0
𝑡−12 𝑑𝑡.
Misalkan 𝑡 = 𝑥2, diperoleh 𝑑𝑡 = 2𝑥 𝑑𝑥, sehingga
Γ (1
2) = 2 ∫ 𝑒−𝑥2
∞
0
𝑑𝑥.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Persamaan di atas juga ekivalen dengan
Γ (1
2) = 2 ∫ 𝑒−𝑦2
∞
0
𝑑𝑦.
Kemudian, dengan mengalikan kedua persamaan di atas diperoleh
[Γ (1
2)]
2
= 4 ∫ ∫ 𝑒−(𝑥2+𝑦2)∞
0
𝑑𝑥 𝑑𝑦.∞
0
Persamaan di atas merupakan integral lipat dua yang berada di kuadran pertama dan
dapat dihitung dalam koordinat kutub. Misalkan 𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 dan 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃,
diperoleh
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2cos2𝜃 + 𝑟2sin2𝜃
= 𝑟2(cos2𝜃 + sin2𝜃)
= 𝑟2,
dan
𝑑𝑥 𝑑𝑦 = |
𝜕𝑥
𝜕𝑟
𝜕𝑥
𝜕𝜃𝜕𝑦
𝜕𝑟
𝜕𝑦
𝜕𝜃
| 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = |cos 𝜃 −𝑟 sin 𝜃sin 𝜃 𝑟 cos 𝜃
| 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃,
sehingga
[Γ (1
2)]
2
= 4 ∫ ∫ 𝑒−𝑟2∞
0
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃.
𝜋2
0
Misalkan 𝑢 = 𝑟2, diperoleh 𝑑𝑢 = 2𝑟 𝑑𝑟 atau 1
2𝑑𝑢 = 𝑟 𝑑𝑟, sehingga
[Γ (1
2)]
2
= 2 ∫ ∫ 𝑒−𝑢∞
0
𝑑𝑢 𝑑𝜃
𝜋2
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
= 2 ∫ lim𝑏→∞
∫ 𝑒−𝑢𝑏
0
𝑑𝑢 𝑑𝜃
𝜋2
0
= 2 ∫ lim𝑏→∞
𝜋2
0
(−𝑒−𝑢)0𝑏 𝑑𝜃
= 2 ∫ ( lim𝑏→∞
𝑒−𝑏 + lim𝑏→∞
𝑒0 )
𝜋2
0
𝑑𝜃
= 2 ∫ 𝑑𝜃
𝜋2
0
= 2𝜃|0𝜋 2⁄
= 𝜋.
Jadi, Γ (1
2) = √𝜋.
Selanjutnya, akan dihitung nilai Γ (3
2).
Menggunakan persamaan (2.5) diperoleh
Γ (3
2) = Γ (
1
2+ 1) =
1
2Γ (
1
2) =
√𝜋
2.
Fungsi gamma yang diperumum disebut fungsi gamma tak lengkap (incomplete
gamma function) yang didefinisikan oleh
Γ∗(𝜈, 𝑥) ≔1
Γ(ν)𝑥𝜈∫ 𝑒−𝑡
𝑡
0
𝑡𝜈−1 𝑑𝑡, 𝑥 ∈ ℂ, 𝑅𝑒(𝑥) > 0. (2.7)
2. Fungsi Beta
Fungsi beta didefinisikan oleh integral tak wajar
𝐵(𝑥, 𝑦) ≔ ∫ (1 − 𝑢)𝑥−11
0
𝑢𝑦−1 𝑑𝑢, 𝑥, 𝑦 > 0. (2.8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Fungsi beta juga dapat dinyatakan dalam perkalian dari fungsi gamma yaitu
𝐵(𝑥, 𝑦) =Γ(𝑥)Γ(𝑦)
Γ(𝑥 + 𝑦).
(2.9)
Persamaan di atas dapat diperoleh dengan menggunakan definisi dari fungsi
gamma. Apabila
Γ(𝑥) = ∫ 𝑒−𝑡∞
0
𝑡𝑥−1 𝑑𝑡
dan
Γ(𝑦) = ∫ 𝑒−𝑢∞
0
𝑢𝑦−1 𝑑𝑢,
maka
Γ(𝑥)Γ(𝑦) = ∫ ∫ 𝑡𝑥−1∞
0
∞
0
𝑢𝑦−1𝑒−(𝑡+𝑢) 𝑑𝑡 𝑑𝑢.
Misalkan 𝑡 = 𝑣𝑧, 𝑢 = 𝑣(1 − 𝑧), dan 𝐽 = (
𝜕𝑡
𝜕𝑣
𝜕𝑡
𝜕𝑧𝜕𝑢
𝜕𝑣
𝜕𝑢
𝜕𝑧
) = (𝑧 𝑣
1 − 𝑧 −𝑣), diperoleh
𝑡 + 𝑢 = 𝑣, sehingga
𝑑𝑡 𝑑𝑢 = det(𝐽) 𝑑𝑣 𝑑𝑧 = |𝑧 𝑣
1 − 𝑧 −𝑣| 𝑑𝑣 𝑑𝑧 = −𝑣 𝑑𝑣 𝑑𝑧.
Karena 𝑡, 𝑢 > 0, berakibat 𝑣 > 0, sehingga
𝑑𝑡 𝑑𝑢 = 𝑣 𝑑𝑣 𝑑𝑧.
Selanjutnya ketika 𝑡, 𝑢 → ∞, berlaku 𝑣 → ∞ dan berakibat 𝑧 → 1 sehingga
Γ(𝑥)Γ(𝑦) = ∫ ∫ 𝑣𝑥−1∞
0
1
0
𝑧𝑥−1𝑣𝑦−1(1 − 𝑧)𝑦−1 𝑒−𝑣 𝑣 𝑑𝑣 𝑑𝑧
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
= ∫ 𝑧𝑥−11
0
(1 − 𝑧)𝑦−1 𝑑𝑧 ∫ 𝑣𝑥+𝑦−1∞
0
𝑒−𝑣 𝑑𝑣
= 𝐵(𝑥, 𝑦) Γ(𝑥 + 𝑦).
Jadi, Γ(𝑥)Γ(𝑦) = 𝐵(𝑥, 𝑦) Γ(𝑥 + 𝑦) dan akibatnya diperoleh
𝐵(𝑥, 𝑦) =Γ(𝑥)Γ(𝑦)
Γ(𝑥 + 𝑦).
3. Fungsi Galat (Error Function)
Fungsi galat didefinisikan melalui
𝐸𝑟𝑓(𝑥) ≔2
√𝜋∫ 𝑒−𝑡2
𝑥
0
𝑑𝑡, 𝑥 ∈ ℝ ∪ {∞}. (2.10)
Komplemen dari fungsi galat didefinisikan
𝐸𝑟𝑓𝑐(𝑥) = 1 − 𝐸𝑟𝑓(𝑥).
Berdasarkan persamaan (2.10), diperoleh 𝐸𝑟𝑓(0) = 0 dan 𝐸𝑟𝑓(∞) = 1.
4. Fungsi Mittag-Leffler
Fungsi Mittag-Leffler pertama kali diperkenalkan oleh Gösta Mittag-Leffler pada
tahun 1903. Fungsi ini memegang peran penting dalam kalkulus fraksional,
khususnya dalam penyelesaian persamaan diferensial fraksional. Fungsi Mittag-
Leffler dengan satu parameter didefinisikan oleh
𝐸𝛼(𝑥) ≔ ∑𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
, 𝛼 > 0, 𝑥 ∈ ℂ. (2.11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dapat diperoleh ruas kanan dari persamaan (2.11) konvergen untuk setiap 𝛼 ∈ ℂ
dengan 𝑅𝑒(𝛼) > 0, bukti dapat dilihat misalnya pada [Gorenflo et al,2014,hal.18].
Dengan kata lain, fungsi Mittag-Leffler 𝐸𝛼(𝑥) terdefinisi dengan baik.
Secara khusus, jika 𝛼 =1
𝑛, 𝑛 ∈ ℕ\{1}, maka fungsi 𝐸𝛼(𝑥) menjadi
𝐸1𝑛
(𝑥) = 𝑒𝑥𝑛{1 + 𝑛 ∫ 𝑒−𝑧𝑛
𝑥
0
[∑𝑧𝑘−1
Γ(𝑘 𝑛⁄ )
𝑛−1
𝑘=1
] 𝑑𝑧}. (2.12)
Fungsi Mittag-Leffler dengan dua parameter didefinisikan oleh
𝐸𝛼,𝛽(𝑥) ≔ ∑𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
, 𝛼 > 0, 𝛽 > 0, 𝑥 ∈ ℂ. (2.13)
Ruas kanan dari persamaan (2.13) juga konvergen untuk setiap 𝛼, 𝛽 ∈ ℂ dengan
𝑅𝑒(𝛼) > 0, bukti dapat dilihat pada [Gorenflo et al,2014,hal.56]. Dengan kata lain,
fungsi Mittag-Leffler 𝐸𝛼,𝛽(𝑥) terdefinisi dengan baik.
Diperhatikan bahwa jika 𝛽 = 1, maka 𝐸𝛼,1(𝑥) = 𝐸𝛼(𝑥). Lebih lanjut, jika 𝛼 = 1
dan 𝛽 = 1, maka
𝐸1,1(𝑥) = ∑𝑥𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
= ∑𝑥𝑘
k!
∞
𝑘=0
= 𝑒𝑥.
Gambar (2.1) berikut adalah grafik fungsi Mittag-Leffler dengan dua parameter
untuk beberapa pasangan nilai 𝛼 dan 𝛽 dengan 𝛼 = 𝛽.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar (2.1). Grafik fungsi Mittag-Leffler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar (2.1) di atas menunjukkan perilaku grafik dari fungsi Mittag-Leffler untuk
beberapa pasangan nilai 𝛼 dan 𝛽 dengan 𝛼 = 𝛽. Grafik fungsi Mittag-Leffler
berbentuk menyerupai fungsi eksponensial. Untuk pasangan nilai 𝛼 dan 𝛽 dengan
(𝛼, 𝛽) → (1,1), grafik fungsi Mittag-Leffler akan mendekati grafik fungsi
eksponensial. Dengan kata lain
lim(𝛼,𝛽)→(1,1)
𝐸𝛼,𝛽(𝑥) = lim(𝛼,𝛽)→(1,1)
∑𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
= ∑𝑥𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
= ∑𝑥𝑘
k!
∞
𝑘=0
= 𝑒𝑥.
Lema 2.2.1
Fungsi Mittag-Leffler memenuhi sifat berikut:
1. 1
Γ(𝛽)+ 𝑥𝐸𝛼,𝛼+𝛽(𝑥) = 𝐸𝛼,𝛽(𝑥), dengan 𝑥 ∈ ℂ.
2. 𝑒𝑥2[1 + 𝐸𝑟𝑓(𝑥)] − 1 = 𝑥𝐸1 2⁄ ,3 2⁄ (𝑥).
3. 𝑑
𝑑𝑥[𝐸𝛼,𝛽(𝑥)] =
1
𝛼𝑥[𝐸𝛼,𝛽−1(𝑥) − (𝛽 − 1)𝐸𝛼,𝛽(𝑥)].
Bukti:
1. Dengan menggunakan persamaan (2.13), diperoleh
1
Γ(𝛽)+ 𝑥𝐸𝛼,𝛼+𝛽(𝑥) =
1
Γ(𝛽)+ 𝑥 ∑
𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼 + 𝛽)
∞
𝑘=0
=1
Γ(𝛽)+ ∑
𝑥𝑘+1
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼 + 𝛽)
∞
𝑘=0
Misalkan 𝑚 = 𝑘 + 1, diperoleh
1
Γ(𝛽)+ 𝑥𝐸𝛼,𝛼+𝛽(𝑥) =
1
Γ(𝛽)+ ∑
𝑥𝑚
Γ(𝛼𝑚 + 𝛽)
∞
𝑚=1
=1
Γ(𝛽)+ ∑
𝑥𝑚
Γ(𝛼𝑚 + 𝛽)
∞
𝑚=0
−1
Γ(𝛽)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
= ∑𝑥𝑚
Γ(𝛼𝑚 + 𝛽)
∞
𝑚=0
= 𝐸𝛼,𝛽(𝑥).
2. Dengan menggunakan persamaan (2.12), diperoleh
𝐸12
(𝑥) = 𝑒𝑥2{1 + 2 ∫ 𝑒−𝑧2
𝑥
0
[∑𝑧𝑘−1
Γ(1 2⁄ )
2−1
𝑘=1
] 𝑑𝑧}
= 𝑒𝑥2[1 +
2
Γ(1 2⁄ )∫ 𝑒−𝑧2
𝑥
0
𝑑𝑧]
= 𝑒𝑥2[1 +
2
√𝜋∫ 𝑒−𝑧2
𝑥
0
𝑑𝑧]
= 𝑒𝑥2[1 + 𝐸𝑟𝑓(𝑥)].
Menurut sifat 1, diperoleh
1
Γ(1)+ 𝑥𝐸1 2⁄ ,1 2⁄ +1(𝑥) = 𝐸1
2
(𝑥)
𝑥𝐸1 2⁄ ,3 2⁄ (𝑥) = 𝐸12
(𝑥) − 1
𝑥𝐸1 2⁄ ,3 2⁄ (𝑥) = 𝑒𝑥2[1 + 𝐸𝑟𝑓(𝑥)] − 1.
3. Akan dibuktikan sifat 3 dengan penjabaran kedua ruas.
Untuk ruas kiri,
𝑑
𝑑𝑥[𝐸𝛼,𝛽(𝑥)] =
𝑑
𝑑𝑥[∑
𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
].
Karena fungsi Mittag-Leffler merupakan deret yang konvergen, berlaku
𝑑
𝑑𝑥[∑
𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
] = [∑1
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
𝑑
𝑑𝑥𝑥𝑘] = ∑
𝑘𝑥𝑘−1
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Untuk ruas kanan,
1
𝛼𝑥[𝐸𝛼,𝛽−1(𝑥) − (𝛽 − 1)𝐸𝛼,𝛽(𝑥)]
=1
𝛼𝑥[∑
𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽 − 1)
∞
𝑘=0
− ∑(𝛽 − 1)𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
]
=1
𝛼𝑥[∑
𝑥𝑘(𝛼𝑘 + 𝛽 − 1)
(𝛼𝑘 + 𝛽 − 1)Γ(𝛼𝑘 + 𝛽 − 1)
∞
𝑘=0
− ∑𝛽𝑥𝑘 − 𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
]
=1
𝛼𝑥[∑
(𝛼𝑘)𝑥𝑘 + 𝛽𝑥𝑘 − 𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
− ∑𝛽𝑥𝑘 − 𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
]
=1
𝛼𝑥[∑
(𝛼𝑘)𝑥𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
]
= ∑𝑘𝑥𝑘−1
Γ(𝛼𝑘 + 𝛽)
∞
𝑘=0
.
Jadi,
𝑑
𝑑𝑥[𝐸𝛼,𝛽(𝑥)] =
1
𝛼𝑥[𝐸𝛼,𝛽−1(𝑥) − (𝛽 − 1)𝐸𝛼,𝛽(𝑥)].
∎
C. Integral Fraksional versi Riemann-Liouville
Ada lebih dari satu versi integral fraksional, seperti versi Riemann, Liouville,
Riemann-Liouville, Weyl, dan lain-lain. Sebelumnya, telah diperkenalkan integral
fraksional yang didefinisikan dengan
𝐷𝑥−𝜈
𝑐 𝑓(𝑥) ≔ 1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡, 𝜈 > 0.
𝑥
𝑐
(2.14)
Persamaan (2.14) merupakan integral fraksional versi Riemann, dengan 𝐷𝑥−𝜈
𝑐
menotasikan integrasi fraksional dari sebuah fungsi dengan sebarang orde 𝜈, dan 𝜈
adalah bilangan rasional tak negatif. Dalam notasi ini, 𝑐 dan 𝑥 adalah batas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
operator integrasi. Versi lain dari integral fraksional di atas disebut versi Liouville
yang didefinisikan oleh
𝐷𝑥−𝜈
−∞ 𝑓(𝑥) ≔ 1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡, 𝜈 > 0.
𝑥
−∞
(2.15)
Kasus khusus jika 𝑐 = 0 pada persamaan (2.14), maka didapatkan integral
fraksional versi Riemann-Liouville yang didefinisikan oleh
𝐷𝑥−𝜈
0 𝑓(𝑥) ≔ 1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡, 𝜈 > 0.
𝑥
0
(2.16)
Untuk menyederhanakan notasi, batas integrasi dari operator dihilangkan, yaitu
𝐷𝑥−𝜈
0 dapat ditulis menjadi 𝐷−𝜈.
Teorema 2.3.1 (Rumus Dirichlet)
Diberikan fungsi kontinu ℎ(𝑥, 𝑦) dan bilangan real positif 𝜇 dan 𝜈. Rumus Dirichlet
didefinisikan oleh
∫ (𝑡 − 𝑥)𝜇−1 𝑑𝑥 ∫ (𝑥 − 𝑦)𝜈−1 ℎ(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦𝑥
0
𝑡
0
≔ ∫ 𝑑𝑦𝑡
0
∫ (𝑡 − 𝑥)𝜇−1(𝑥 − 𝑦)𝜈−1 ℎ(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥.𝑡
𝑦
Kasus khusus, jika ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑔(𝑥)𝑓(𝑦) dan 𝑔(𝑥) = 1, maka
∫ (𝑡 − 𝑥)𝜇−1 𝑑𝑥 ∫ (𝑥 − 𝑦)𝜈−1 𝑓(𝑦)𝑑𝑦𝑥
0
𝑡
0
= 𝐵(𝜇, 𝜈) ∫ (𝑡 − 𝑦)𝜇+𝜈−1 𝑓(𝑦) 𝑑𝑦,𝑡
0
(2.17)
dengan 𝐵(𝜇, 𝜈) adalah fungsi beta.
Bukti teorema ini dapat dilihat pada [Whittaker,1927,hal.77].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Definisi 2.3.2
Diberikan sebuah bilangan real 𝜈 dan fungsi 𝑓 kontinu pada (0, ∞) dan terintegral
pada setiap subinterval dari 𝐽 = [0, ∞). Untuk setiap 𝑥 > 0
𝐷−𝜈 𝑓(𝑥) ≔ 1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡, 𝜈 > 0.
𝑥
0
(2.18)
disebut integral fraksional Riemann-Liouville orde 𝜈 fungsi 𝑓.
Definisi dari integral fraksional versi Riemann-Liouville dapat diperoleh dengan
beberapa cara. Salah satu cara untuk memperolehnya adalah dengan menggunakan
teori persamaan diferensial linear. Diberikan persamaan diferensial dengan nilai
awal
𝑦(𝑛)(𝑥) = 𝑓(𝑥),
𝑦(𝑐) = 0, 𝑦′(𝑐) = 0, … , 𝑦(𝑛−1)(𝑐) = 0.
(2.19)
Persamaan (2.19) di atas mempunyai penyelesaian tunggal yaitu
𝑦(𝑥) = ∫(𝑥 − 𝑡)𝑛−1
(𝑛 − 1)!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Akan dibuktikan pernyataan di atas menggunakan induksi matematis.
Basis induksi:
Untuk 𝑛 = 1 diperoleh
𝑦′(𝑥) = 𝑓(𝑥), 𝑦(𝑐) = 0,
dan diperoleh penyelesaian tunggal yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
∫ 𝑦′(𝑡)𝑥
𝑐
𝑑𝑡 = ∫(𝑥 − 𝑡)1−1
(1 − 1)!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡
𝑦(𝑥) − 𝑦(𝑐) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑥
𝑐
𝑑𝑡.
Karena 𝑦(𝑐) = 0, diperoleh
𝑦(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑥
𝑐
𝑑𝑡.
Hipotesa induksi:
Untuk 𝑛 = 𝑘 diperoleh
𝑦(𝑘)(𝑥) = 𝑓(𝑥),
𝑦(𝑐) = 0, 𝑦′(𝑐) = 0, … , 𝑦(𝑘−1)(𝑐) = 0.
dan penyelesaian tunggal
𝑦(𝑥) = ∫(𝑥 − 𝑡)𝑘−1
(𝑘 − 1)!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Langkah induksi:
Selanjutnya, untuk 𝑛 = 𝑘 + 1, diperoleh
𝑦(𝑘+1)(𝑥) = 𝑓(𝑥),
𝑦(𝑐) = 0, 𝑦′(𝑐) = 0, … , 𝑦(𝑘)(𝑐) = 0.
Karena 𝑦(𝑘+1)(𝑥) = (𝑦′)(𝑘)(𝑥), dan misalkan 𝑢(𝑥) = 𝑦′(𝑥), diperoleh
𝑢(𝑘)(𝑥) = 𝑓(𝑥),
𝑢(𝑐) = 0, 𝑢′(𝑐) = 0, … , 𝑢(𝑘−1)(𝑐) = 0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menggunakan hipotesa induksi diperoleh
𝑢(𝑥) = ∫(𝑥 − 𝑡)𝑘−1
(𝑘 − 1)!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡
𝑦′(𝑥) = ∫(𝑥 − 𝑡)𝑘−1
(𝑘 − 1)!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Kemudian, dengan mengambil integral tentu dengan batas bawah 𝑐 dan batas atas
𝑥, dan dengan menggunakan rumus Dirichlet diperoleh
∫ 𝑦′(𝑡)𝑥
𝑐
𝑑𝑡 = ∫ ∫(𝑧 − 𝑡)𝑘−1
(𝑘 − 1)!
𝑧
𝑡=𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡𝑥
𝑧=𝑐
𝑑𝑧
𝑦(𝑥) − 𝑦(𝑐) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑥
𝑡=𝑐
𝑑𝑡 ∫(𝑧 − 𝑡)𝑘−1
(𝑘 − 1)!
𝑥
𝑧=𝑡
𝑑𝑧
= ∫(𝑥 − 𝑡)𝑘
𝑘!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Jadi, menurut Prinsip Induksi Matematis,
𝑦(𝑥) = ∫(𝑥 − 𝑡)𝑛−1
(𝑛 − 1)!
𝑥
𝑐
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡
benar untuk setiap bilangan asli 𝑛. Karena 𝑓(𝑥) pada persamaan (2.19) di atas
merupakan turunan ke – 𝑛 dari 𝑦(𝑥), maka 𝑦(𝑥) dapat diinterpretasikan sebagai
integral ke – 𝑛 dari 𝑓(𝑥) yaitu
𝐷𝑥−𝑛
𝑐 𝑓(𝑥) = 1
(𝑛 − 1)!∫ (𝑥 − 𝑡)𝑛−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
𝑥
𝑐
(2.20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Kemudian, dengan mensubstitusi bilangan bulat 𝑛 dengan sebarang bilangan real
positif 𝜈 dan (𝑛 − 1)! dengan fungsi gamma dan 𝑐 = 0, persamaan (2.20) menjadi
persamaan (2.18), yaitu definisi integral fraksional versi Riemann-Liouville.
Contoh 2.3.2
Akan dihitung 𝐷−𝜈 𝑥𝜇, dengan 𝜇 > −1 dan 𝜈 > 0.
Dari Definisi 2.3.2 diperoleh
𝐷−𝜈 𝑥𝜇 =1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑡𝜇 𝑑𝑡
𝑥
0
=1
Γ(𝜈)∫ 𝑥𝜈−1 (1 −
𝑡
𝑥)
𝜈−1
𝑡𝜇 𝑑𝑡.𝑥
0
Misalkan 𝑢 =𝑡
𝑥, diperoleh 𝑑𝑢 =
𝑑𝑡
𝑥 atau 𝑥 𝑑𝑢 = 𝑑𝑡, sehingga
𝐷−𝜈 𝑥𝜇 =1
Γ(𝜈)∫ 𝑥𝜈 (1 − 𝑢)𝜈−1 (𝑥𝑢)𝜇 𝑑𝑢
1
0
=1
Γ(𝜈)𝑥𝜈+𝜇 ∫ (1 − 𝑢)𝜈−1 𝑢𝜇 𝑑𝑢
1
0
=1
Γ(𝜈)𝑥𝜈+𝜇𝐵(𝜈, 𝜇 + 1)
=1
Γ(𝜈)𝑥𝜈+𝜇
Γ(𝜇 + 1)Γ(𝜈)
Γ(𝜇 + 𝜈 + 1)
=Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 + 𝜈 + 1)𝑥𝜈+𝜇.
Jadi, disimpulkan bahwa
𝐷−𝜈 𝑥𝜇 = Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 + 𝜈 + 1)𝑥𝜈+𝜇.
(2.21)
Secara khusus, ketika 𝜈 = 1 berlaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
𝐷−1 𝑥𝜇 = Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 + 1 + 1)𝑥1+𝜇 =
Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 + 2)𝑥1+𝜇 =
𝑥1+𝜇
𝜇 + 1,
atau dalam kalkulus klasik ditulis
∫ 𝑥𝜇 𝑑𝑥 =𝑥1+𝜇
𝜇 + 1.
Jika 𝜇 = 0, maka 𝑥𝜇 = 𝑥0 = 1, dan
𝐷−𝜈 𝑥0 = Γ(1)
Γ(0 + 𝜈 + 1)𝑥𝜈+0 =
1
Γ(𝜈 + 1)𝑥𝜈 .
Dengan kata lain, integral fraksional orde 𝜈 dari fungsi konstan 𝑘 adalah
𝐷−𝜈 𝑘 = 𝑘
Γ(𝜈 + 1)𝑥𝜈 .
(2.22)
Secara khusus, jika 𝜈 =1
2, maka
𝐷−12 𝑥0 =
1
Γ (32)
𝑥12 = 2√
𝑥
𝜋.
(2.23)
Contoh 2.3.3
Diberikan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑒𝑎𝑥, dengan 𝑎 adalah sebarang konstanta. Akan dihitung
𝐷−𝜈 𝑒𝑎𝑡.
Dari Definisi 2.3.2, diperoleh
𝐷−𝜈𝑒𝑎𝑥 = 1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1 𝑒𝑎𝑡 𝑑𝑡, 𝜈 > 0.
𝑥
0
Misalkan 𝑢 = 𝑥 − 𝑡, diperoleh 𝑑𝑢 = −𝑑𝑡, sehingga
𝐷−𝜈𝑒𝑎𝑥 = −𝑒𝑎𝑥
Γ(𝜈)∫ 𝑢𝜈−1 𝑒−𝑎𝑢 𝑑𝑢, 𝜈 > 0.
𝑥
0
(2.24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Menurut persamaan (2.7), persamaan (2.24) dapat dinyatakan dalam fungsi gamma
tak lengkap yaitu
𝐷−𝜈𝑒𝑎𝑥 = 𝑥𝜈𝑒𝑎𝑥Γ∗(𝜈, 𝑎𝑥).
(2.25)
D. Sifat – sifat Integral Fraksional versi Riemann-Liouville
Teorema 2.4.1
Diberikan fungsi 𝑓 kontinu pada 𝐽 = [0, ∞) dan bilangan real positif 𝜇 dan 𝜈. Untuk
setiap 𝑥 > 0 berlaku
𝐷−𝜇[𝐷−𝜈𝑓(𝑥)] = 𝐷−(𝜇+𝜈)𝑓(𝑥) = 𝐷−𝜈[𝐷−𝜇𝑓(𝑥)].
(2.26)
Bukti:
Dari definisi integral fraksional diperoleh
𝐷−𝜇[𝐷−𝜈𝑓(𝑥)] =1
Γ(𝜇)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜇−1 [𝐷−𝜈𝑓(𝑥)] 𝑑𝑡
𝑥
0
=1
Γ(𝜇)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜇−1
𝑥
0
1
Γ(𝜈)∫ (𝑡 − 𝑦)𝜈−1
𝑡
0
𝑓(𝑦) 𝑑𝑦 𝑑𝑡
=1
Γ(𝜇)Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜇−1
𝑥
0
𝑑𝑡 ∫ (𝑡 − 𝑦)𝜈−1𝑡
0
𝑓(𝑦) 𝑑𝑦
=1
Γ(𝜇)Γ(𝜈)𝐵(𝜇, 𝜈) ∫ (𝑥 − 𝑦)𝜇+𝜈−1
𝑥
0
𝑓(𝑦) 𝑑𝑦
=𝐵(𝜇, 𝜈)
𝐵(𝜇, 𝜈)Γ(μ + ν)∫ (𝑥 − 𝑦)𝜇+𝜈−1
𝑥
0
𝑓(𝑦) 𝑑𝑦
= 𝐷−(𝜇+𝜈)𝑓(𝑥).
Dengan cara yang sama, akan diperoleh 𝐷−𝜈[𝐷−𝜇𝑓(𝑥)] = 𝐷−(𝜇+𝜈)𝑓(𝑥).
∎
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Aturan Leibniz untuk Integral
Diberikan fungsi 𝑓(𝑥, 𝑡) sedemikian sehingga 𝑓(𝑥, 𝑡) dan 𝜕
𝜕𝑥𝑓(𝑥, 𝑡) keduanya
kontinu di titik 𝑡 dan 𝑥 pada suatu daerah di bidang (𝑥, 𝑡), dan fungsi 𝑎(𝑥) dan 𝑏(𝑥)
keduanya kontinu dan mempunyai turunan yang kontinu untuk 𝑥0 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥1. Untuk
setiap 𝑥 ∈ [𝑥0, 𝑥1] berlaku
𝑑
𝑑𝑥[∫ 𝑓(𝑥, 𝑡)
𝑏(𝑥)
𝑎(𝑥)
𝑑𝑡]
= 𝑓(𝑥, 𝑏(𝑥)) ∙ 𝑏′(𝑥) − 𝑓(𝑥, 𝑎(𝑥)) ∙ 𝑎′(𝑥) + ∫𝜕
𝜕𝑥
𝑏(𝑥)
𝑎(𝑥)
𝑓(𝑥, 𝑡) 𝑑𝑡.
Teorema 2.4.2
Diberikan fungsi 𝑓 kontinu pada 𝐽 = [0, ∞) dan bilangan real positif 𝜈. Jika 𝐷𝑓
kontinu, maka untuk setiap 𝑥 > 0 berlaku
𝐷[𝐷−𝜈𝑓(𝑥)] = 𝐷−𝜈[𝐷𝑓(𝑥)] +𝑓(𝑥)|𝑥=0
Γ(𝜈)𝑥𝜈−1,
(2.27)
dengan 𝐷𝑓 adalah turunan pertama dari fungsi 𝑓.
Bukti:
Definisi 2.3.2 memberikan
𝐷−𝜈𝑓(𝑥) =1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1
𝑥
0
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Misalkan 𝑡 = 𝑥 − 𝑧𝜆 dengan 𝜆 =1
𝜈, diperoleh 𝑑𝑡 = −𝜆𝑧𝜆−1 𝑑𝑧, sehingga
𝐷−𝜈𝑓(𝑥) =1
Γ(𝜈)∫ (𝑧𝜆)
𝜈−10
𝑥𝜈
𝑓(𝑥 − 𝑧𝜆)( −𝜆𝑧𝜆−1) 𝑑𝑧
=𝜆
Γ(𝜈)∫ 𝑧𝜆𝜈𝑧−𝜆
𝑥𝜈
0
𝑓(𝑥 − 𝑧𝜆)(𝑧𝜆−1) 𝑑𝑧
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
=1
Γ(𝜈 + 1)∫ 𝑓(𝑥 − 𝑧𝜆)
𝑥𝜈
0
𝑑𝑧.
Menurut aturan Leibniz untuk integral
𝐷[𝐷−𝜈𝑓(𝑥)] =1
Γ(𝜈 + 1)[𝑓(0)𝜈𝑥𝜈−1 + ∫
𝜕
𝜕𝑥
𝑥𝜈
0
𝑓(𝑥 − 𝑧𝜆) 𝑑𝑧]
=𝑓(0)
𝜈Γ(𝜈)𝜈𝑥𝜈−1 +
1
𝜈Γ(𝜈)∫
𝜕
𝜕𝑥
0
𝑥
𝑓(𝑡) (−1
𝜆𝑧1−𝜆) 𝑑𝑡
=𝑓(0)
Γ(𝜈)𝑥𝜈−1 +
1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1
𝜕
𝜕𝑥
𝑥
0
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡
=1
Γ(𝜈)∫ (𝑥 − 𝑡)𝜈−1
𝑥
0
𝜕
𝜕𝑥𝑓(𝑡) 𝑑𝑡 +
𝑓(0)
Γ(𝜈)𝑥𝜈−1
= 𝐷−𝜈[𝐷𝑓(𝑥)] +𝑓(0)
Γ(𝜈)𝑥𝜈−1.
∎
Secara khusus, ketika 𝜈 = 1 Teorema 2.4.2 kembali menjadi perhitungan turunan
dan integral dalam kalkulus klasik yaitu
𝐷[𝐷−1𝑓(𝑥)] = 𝐷−1[𝐷𝑓(𝑥)] +𝑓(𝑥)|𝑥=0
Γ(1)𝑥1−1
= 𝐷−1[𝐷𝑓(𝑥)] + 𝑐,
dengan 𝑐 = 𝑓(𝑥)|𝑥=0, atau dalam kalkulus klasik ditulis
𝑑
𝑑𝑥∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫
𝑑
𝑑𝑥𝑓(𝑥) 𝑑𝑥.
E. Turunan Fraksional versi Riemann-Liouville
Notasi untuk turunan fraksional adalah 𝐷𝛼𝑓(𝑥), di mana notasi tersebut
menyatakan turunan ke – 𝛼 dari fungsi 𝑓(𝑥) dengan 𝛼 sebarang bilangan real.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Definisi 2.5.1
Turunan fraksional Riemann-Liouville didefinisikan menggunakan integral
fraksional yaitu
𝐷𝛼𝑓(𝑥) ≔ 𝐷𝑛[𝐷−𝑢𝑓(𝑥)],
(2.28)
dengan 𝐷𝑛 adalah operator turunan biasa, 0 < 𝑢 < 1, dan 𝑛 adalah
bilangan bulat terkecil yang lebih besar dari 𝛼 sedemikian sehingga 𝑢 =
𝑛 − 𝛼.
Contoh 2.5.1
Akan dihitung 𝐷𝛼𝑥𝜇, dengan 𝜇 ≥ 0.
Untuk 𝑛 = 1, diperoleh
𝐷𝛼𝑥𝜇 = 𝐷1[𝐷−(1−𝛼)𝑥𝜇]
= 𝐷1 [Γ(𝜇 + 1)
Γ((μ − α + 1) + 1)𝑥𝜇−𝛼+1]
= (μ − α + 1)Γ(𝜇 + 1)
(μ − α + 1)Γ(μ − α + 1)𝑥𝜇−𝛼
=Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 − 𝛼 + 1)𝑥𝜇−𝛼.
Jadi, disimpulkan bahwa
𝐷𝛼𝑥𝜇 = Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 − 𝛼 + 1)𝑥𝜇−𝛼.
(2.29)
Secara khusus, ketika 𝛼 = 1 berlaku
𝐷1𝑥𝜇 = Γ(𝜇 + 1)
Γ(𝜇 − 1 + 1)𝑥𝜇−1 = 𝜇𝑥𝜇−1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
atau dalam kalkulus klasik ditulis
𝑑
𝑑𝑥𝑥𝜇 = 𝜇𝑥𝜇−1.
Jika 𝑓(𝑥) = 𝑘, dengan 𝑘 adalah sebarang konstanta, maka turunan ke – 𝛼 dari
fungsi konstan adalah
𝐷𝛼𝑘 = 𝑘
Γ(−𝛼 + 1)𝑥−𝛼.
(2.30)
Jelas bahwa untuk setiap konstanta 𝑘, 𝐷𝛼𝑘 tidak nol untuk 0 < 𝛼 < 1. Sebagai
contoh, turunan ke – 1
2 dari 𝑘 adalah
𝐷12𝑘 =
𝑘
Γ (12)
𝑥−12 =
𝑘
√𝜋𝑥.
F. Sifat – sifat Turunan Fraksional versi Riemann-Liouville
Lema 2.6.1
Diberikan fungsi 𝑓 bernilai real. Untuk setiap bilangan real positif 𝛼 berlaku
𝐷𝛼𝐷−𝛼𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥).
Bukti:
Dari Definisi 2.5.1 dan Teorema 2.4.1 diperoleh
𝐷𝛼𝐷−𝛼𝑓(𝑥) = 𝐷𝑛[𝐷−(𝑛−𝛼)(𝐷−𝛼𝑓(𝑥))]
= 𝐷𝑛[𝐷−(𝑛−𝛼+𝛼)𝑓(𝑥)]
= 𝐷𝑛𝐷−𝑛𝑓(𝑥)
= 𝑓(𝑥).
∎
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lema 2.6.2
Diberikan fungsi 𝑓 kontinu pada 𝐽 = [0, ∞). Berlaku
𝐷12𝐷
12𝑓(𝑥) = 𝐷𝑓(𝑥).
Bukti:
𝐷12𝐷
12𝑓(𝑥) = 𝐷
12 [𝐷 (𝐷
12𝑓(𝑥))] = 𝐷
12 [𝐷−
12 𝐷(𝑓(𝑥)) +
𝑓(𝑥)|𝑥=0
Γ (12)
𝑥−12]
Misalkan 𝑓(𝑥)|𝑥=0 = 0, diperoleh
𝐷12𝐷
12𝑓(𝑥) = 𝐷
12[𝐷−
12(𝐷(𝑓(𝑥))].
Menurut Lema 2.6.1
𝐷12𝐷
12𝑓(𝑥) = 𝐷𝑓(𝑥).
∎
Lema 2.6.3
Diberikan fungsi 𝑓 kontinu pada 𝐽 = [0, ∞). Persamaan diferensial fraksional
𝐷12𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑥) = −1,
(2.31)
dapat diubah menjadi persamaan diferensial biasa
𝐷𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑥) = −1 −1
√𝜋𝑥.
(2.32)
Bukti:
Dengan mengambil turunan ke -1
2 pada kedua ruas pada persamaan (2.31) diperoleh
𝐷12[𝐷
12𝑓(𝑥)] − 𝐷
12𝑓(𝑥) = 𝐷
12(−1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Menurut Lema 2.6.2
𝐷𝑓(𝑥) − 𝐷12𝑓(𝑥) = −
1
√𝜋𝑥.
Dengan persamaan (2.31), persamaan di atas dapat ditulis sebagai
𝐷𝑓(𝑥) − (𝑓(𝑥) − 1) = −1
√𝜋𝑥
atau
𝐷𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑥) = −1 −1
√𝜋𝑥.
∎
Lema 2.6.4
Turunan fraksional dari perkalian dua fungsi 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑥) diberikan oleh aturan
Leibniz yang diperumum yaitu
𝐷𝛼𝑓(𝑥)𝑔(𝑥) = ∑ (𝛼
𝑛)
∞
𝑛=0
𝐷𝑛𝑓(𝑥)𝐷𝛼−𝑛𝑔(𝑥),
(2.33)
dengan 𝐷𝑛 adalah operator turunan biasa, 𝐷𝛼−𝑛 adalah operator turunan fraksional
dan (𝛼𝑛
) adalah koefisien binomial yang diperumum yaitu Γ(𝛼+1)
𝑛!Γ(𝛼−𝑛+1).
G. Penerapan Integral Fraksional
Pada tahun 1823, Niels Henrik Abel pertama kali menerapkan kalkulus fraksional
dalam perumusannya yaitu masalah tautochrone. Diberikan sebuah manik pada
kawat tanpa gesekan yang terletak di sebarang titik pada kurva 𝐶 dan manik tersebut
meluncur karena pengaruh gaya gravitasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pertanyaannya adalah bentuk kawat seperti apa yang mempunyai sifat bahwa waktu
yang diperlukan manik untuk meluncur ke titik terendah dari kawat tidak
bergantung pada titik awal dimana manik tersebut ditempatkan. Pertama, kita ingat
bahwa pertambahan energi kinetik sebanding dengan pengurangan energi potensial,
atau
1
2𝑚 (
𝑑𝜆
𝑑𝑡)
2
= 𝑚𝑔(𝑦0 − 𝑦)
dengan 𝜆 adalah jarak manik sepanjang kawat, 𝑚 adalah massa, dan 𝑔 adalah
percepatan gravitasi. Oleh karena itu
−𝑑𝜆
√𝑦0 − 𝑦= √2𝑔 𝑑𝑡.
Integral persamaan di atas dari 𝑡 = 0 sampai 𝑡 = 𝑇 adalah
√2𝑔𝑇 = ∫ (𝑦0 − 𝑦)−12
𝑦=𝑦0
𝑦=0
𝑑𝜆.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Masalah tautochrone memerlukan ruas kiri dari persamaan integral ini adalah
sebuah konstanta, yaitu misalkan √2𝑔𝑇 = 𝑘. Kemudian, panjang lintasan 𝜆 dapat
diekspresikan sebagai fungsi dari tinggi, misalkan 𝜆 = 𝐹(𝑦), sedemikian sehingga
𝑑𝜆
𝑑𝑦= 𝐹′(𝑦).
Jika variabel 𝑦0 dan 𝑦 diubah menjadi 𝑥 dan 𝑡, dan 𝐹′ diubah menjadi 𝑓, maka
persamaan integral tautochrone menjadi
𝑘 = ∫ (𝑥 − 𝑡)−12
𝑥
0
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Kemudian, dengan mengalikan kedua ruas dengan 1 Γ(1/2)⁄ , diperoleh
𝑘
Γ (12)
=1
Γ (12)
∫ (𝑥 − 𝑡)−12
𝑥
0
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡.
Menurut Definisi 2.3.2
𝑘
Γ (12)
= 𝐷−12 𝑓(𝑥).
Dengan mengambil 𝐷1
2 maka kedua ruas, diperoleh
𝐷12(𝑘) = Γ (
1
2) 𝑓(𝑥)
𝑘
Γ (12)
𝑥−12 = √𝜋𝑓(𝑥)
𝑘√𝑥 = 𝜋𝑓(𝑥)
𝑓(𝑥) =𝑘
𝜋√𝑥.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lebih lanjut, Abel menemukan bahwa penyelesaian dari masalah tautochrone
adalah sebuah sikloid, bukti dapat dilihat misalnya pada [Delkosh,2013,hal.116].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
TRANSFORMASI LAPLACE
Transformasi Laplace adalah sebuah transformasi integral yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan persamaan atau sistem persamaan yang mengandung turunan
atau integral dengan cara mengubah persamaan tersebut dari variabel 𝑥 ke variabel
𝑠. Transformasi Laplace membuat persamaan tersebut lebih mudah untuk
diselesaikan dengan mengubah persamaan diferensial atau persamaan integral ke
dalam persamaan aljabar. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai definisi
transformasi Laplace dan sifat – sifatnya, serta transformasi Laplace dari integral
fraksional dan transformasi Laplace dari turunan fraksional.
A. Transformasi Laplace
Definisi 3.1.1
Diberikan fungsi 𝑓 ∶ [0, ∞) → ℝ. Transformasi Laplace dari fungsi 𝑓 didefinisikan
oleh
ℒ{𝑓(𝑥)} ≔ ∫ 𝑒−𝑠𝑥∞
0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹(𝑠), 𝑠 ∈ ℂ.
(3.1)
Transformasi Laplace dari 𝑓(𝑥) dikatakan ada jika persamaan (3.1) merupakan
integral tak wajar yang konvergen. Notasi ℒ−1{𝐹(𝑠)} digunakan untuk menotasikan
invers transformasi Laplace dari 𝐹(𝑠). Syarat perlu untuk eksistensi invers
transformasi Laplace dari 𝐹(𝑠) adalah 𝐹(𝑠) → 0 ketika 𝑠 → ∞ dan 𝐹(𝑠) memiliki
bentuk
𝐹(𝑠) =𝑃(𝑠)
𝑄(𝑠),
dengan derajat 𝑃(𝑠) kurang dari derajat 𝑄(𝑠), dan 𝑃(𝑠) dan 𝑄(𝑠) keduanya
memiliki faktor yang berbeda. Secara rinci, dapat dilihat pada [Schiff,1999,hal.35].
Dari Definisi 3.1.1, diperoleh transformasi Laplace dari beberapa fungsi berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1. ℒ{𝑥𝜇} = ∫ 𝑒−𝑠𝑥
∞
0
𝑥𝜇 𝑑𝑥
=1
𝑠𝜇 + 1∫ 𝑒−𝑢𝑢𝜇 𝑑𝑢
∞
0
=Γ(𝜇 + 1)
𝑠𝜇 + 1, 𝜇 > −1.
2. ℒ{𝑒𝑎𝑥} = ∫ 𝑒−𝑠𝑥
∞
0
𝑒𝑎𝑥 𝑑𝑥
= lim𝑏→∞
∫ 𝑒(𝑎−𝑠)𝑥 𝑏
0
𝑑𝑥
= lim𝑏→∞
1
𝑎 − 𝑠𝑒(𝑎−𝑠)𝑏 − lim
𝑏→∞
1
𝑎 − 𝑠
=1
𝑠 − 𝑎, 𝑎 ∈ ℝ, 𝑠 ≠ 𝑎.
Dengan definisi di atas dapat diperoleh juga
ℒ{cos(𝑎𝑥)} =𝑠
𝑠2 + 𝑎2, 𝑎 ∈ ℝ,
ℒ{sin(𝑎𝑥)} =𝑎
𝑠2 + 𝑎2, 𝑎 ∈ ℝ.
B. Sifat – sifat Transformasi Laplace
Jika transformasi Laplace dari 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑥) ada, maka
1. ℒ{𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)} = ℒ{𝑓(𝑥)} + ℒ{𝑔(𝑥)}.
2. ℒ{𝑐𝑓(𝑥)} = 𝑐ℒ{𝑓(𝑥)}, dengan 𝑐 adalah sebarang konstanta.
3. Jika 𝐹(𝑠) dan 𝐺(𝑠) berturut-turut adalah transformasi Laplace dari 𝑓(𝑥) dan
𝑔(𝑥), maka
ℒ{𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥)} = 𝐹(𝑠)𝐺(𝑠),
dengan operator ∗ adalah perkalian konvolusi yang didefinisikan oleh
𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) ≔ ∫ 𝑓(𝑥 − 𝑧) 𝑔(𝑧) 𝑑𝑧.𝑥
0
4. Transformasi Laplace dari turunan ke – 𝑛 fungsi 𝑓(𝑥) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ℒ{𝑓(𝑛)(𝑥)} = 𝑠𝑛𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠𝑛−𝑘−1
𝑛−1
𝑘=0
𝑓(𝑘)(𝑥)|𝑥=0,
dengan 𝑛 adalah bilangan bulat positif.
Bukti:
1. Akan dibuktikan ℒ{𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)} = ℒ{𝑓(𝑥)} + ℒ{𝑔(𝑥)}.
Menggunakan Definisi 3.1 diperoleh
ℒ{𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)} = ∫ 𝑒−𝑠𝑥∞
0
[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥
= ∫ (𝑒−𝑠𝑥 𝑓(𝑥) + 𝑒−𝑠𝑥 𝑔(𝑥))∞
0
𝑑𝑥
= ∫ 𝑒−𝑠𝑥∞
0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑒−𝑠𝑥∞
0
𝑔(𝑥) 𝑑𝑥
= ℒ{𝑓(𝑥)} + ℒ{𝑔(𝑥)}.
2. Akan dibuktikan ℒ{𝑐𝑓(𝑥)} = 𝑐ℒ{𝑓(𝑥)}, dengan 𝑐 adalah sebarang konstanta.
Menggunakan Definisi 3.1 diperoleh
ℒ{𝑐𝑓(𝑥)} = ∫ 𝑒−𝑠𝑥∞
0
𝑐𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑐 ∫ 𝑒−𝑠𝑥∞
0
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑐ℒ{𝑓(𝑥)}.
3. Akan dibuktikan ℒ{𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥)} = 𝐹(𝑠)𝐺(𝑠), dengan
𝑓(𝑥) ∗ 𝑔(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑥 − 𝑧) 𝑔(𝑧) 𝑑𝑧.𝑥
0
Menggunakan Definisi 3.1 diperoleh
ℒ{𝑓 ∗ 𝑔} = ∫ (𝑓 ∗ 𝑔) ∞
0
𝑒−𝑠𝑥 𝑑𝑥
= ∫ ∫ 𝑓(𝑥 − 𝑧) 𝑔(𝑧)𝑥
0
∞
0
𝑒−𝑠𝑥 𝑑𝑧 𝑑𝑥
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
= ∫ ∫ 𝑓(𝑥 − 𝑧) 𝑔(𝑧)∞
𝑧
∞
0
𝑒−𝑠𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑧
Misalkan 𝑢 = 𝑥 − 𝑧, diperoleh 𝑑𝑢 = 𝑑𝑥, sehingga
= ∫ ∫ 𝑓(𝑢) 𝑔(𝑧)∞
0
∞
0
𝑒−𝑠(𝑢+𝑧) 𝑑𝑢 𝑑𝑧
= ∫ 𝑓(𝑢) 𝑒−𝑠𝑢∞
0
𝑑𝑢 ∫ 𝑔(𝑧) 𝑒−𝑠𝑧∞
0
𝑑𝑧
= 𝐹(𝑠) 𝐺(𝑠).
4. Akan dibuktikan
ℒ{𝑓(𝑛)(𝑥)} = 𝑠𝑛𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠𝑛−𝑘−1
𝑛−1
𝑘=0
𝑓(𝑘)(𝑥)|𝑥=0,
dengan 𝑛 adalah bilangan bulat positif menggunakan induksi matematis.
Basis induksi:
Untuk 𝑛 = 1, diperoleh
ℒ{𝑓(1)(𝑥)} = 𝑠1 𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠1−𝑘−1
1−1
𝑘=0
𝑓(𝑘)(𝑥)|𝑥=0
= 𝑠 𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠𝑘
0
𝑘=0
𝑓(𝑘)(𝑥)|𝑥=0
= 𝑠 𝐹(𝑠) − 𝑓(0).
Hipotesa induksi:
Misalkan 𝑓(𝑘)(𝑥) = 𝑔(𝑥), sehingga
ℒ{𝑔(𝑥)} = ℒ{𝑓(𝑘)(𝑥)} = 𝑠𝑘𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠𝑘−𝑝−1
𝑘−1
𝑝=0
𝑓(𝑝)(𝑥)|𝑥=0.
Langkah induksi:
Menggunakan basis induksi, diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
ℒ{𝑓(𝑘+1)(𝑥)} = ℒ{𝑔(1)(𝑥)}
= 𝑠 ℒ{𝑔(𝑥)} − 𝑔(0)
= 𝑠 (𝑠𝑘𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠𝑘−𝑝−1
𝑘−1
𝑝=0
𝑓(𝑝)(𝑥)|𝑥=0) − 𝑓(𝑘)(0)
= (𝑠𝑘+1𝐹(𝑠) − ∑ 𝑠𝑘−𝑝
𝑘−1
𝑝=0
𝑓(𝑝)(𝑥)|𝑥=0) − 𝑓(𝑘)(0).
Menurut Prinsip Induksi Matematis, pernyataan di atas benar untuk setiap bilangan
bulat positif 𝑛. ∎
C. Transformasi Laplace dari Integral Fraksional
Ingat bahwa integral fraksional Riemann-Liouville orde 𝛼 dari suatu fungsi 𝑓(𝑥)
didefinisikan melalui
𝐷−𝛼 𝑓(𝑥) = 1
Γ(𝛼)∫ (𝑥 − 𝑡)𝛼−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡, 𝜈 > 0.
𝑥
0
Persamaan di atas merupakan sebuah perkalian konvolusi. Dengan mengambil
transformasi Laplace pada kedua ruas diperoleh
ℒ{𝐷−𝛼 𝑓(𝑥)} =1
Γ(𝛼)ℒ {∫ (𝑥 − 𝑡)𝛼−1 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡
𝑥
0
}
=1
Γ(𝛼)ℒ{𝑥𝛼−1 ∗ 𝑓(𝑥)}
=1
Γ(𝛼)ℒ{𝑥𝛼−1} ℒ{𝑓(𝑥)}
=1
Γ(𝛼)
Γ(𝛼)
𝑠αℒ{𝑓(𝑥)}
= 𝑠−α ℒ{𝑓(𝑥)}.
Jadi, transformasi Laplace dari integral fraksional orde 𝛼 fungsi 𝑓(𝑥) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ℒ{𝐷−𝛼 𝑓(𝑥)} = 𝑠−α ℒ{𝑓(𝑥)}.
(3.2)
Dengan menggunakan persamaan (3.2), diperoleh beberapa transformasi Laplace
dari beberapa fungsi berikut:
1. ℒ{𝐷−𝛼 𝑥𝜇} = 𝑠−α ℒ{𝑥𝜇}
= 𝑠−αΓ(𝜇 + 1)
𝑠𝜇+1
=Γ(𝜇 + 1)
𝑠𝛼+𝜇+1,
2. ℒ{𝐷−𝛼 𝑒𝑎𝑥} = 𝑠−α ℒ{𝑒𝑎𝑥}
= 𝑠−α1
𝑠 − 𝑎
=1
𝑠α(𝑠 − 𝑎),
3. ℒ{𝐷−𝛼 cos (𝑎𝑥)} = 𝑠−α ℒ{cos(𝑎𝑥)}
= 𝑠−α𝑠
𝑠2 + 𝑎2
=1
𝑠𝛼−1(𝑠2 + 𝑎2),
4. ℒ{𝐷−𝛼 sin (𝑎𝑥)} = 𝑠−α ℒ{sin(𝑎𝑥)}
= 𝑠−α𝑎
𝑠2 + 𝑎2
=𝑎
𝑠α(𝑠2 + 𝑎2).
D. Transformasi Laplace dari Turunan Fraksional
Ingat bahwa turunan fraksional dari fungsi 𝑓(𝑥) orde 𝛼 didefinisikan oleh
𝐷𝛼𝑓(𝑥) = 𝐷𝑛[𝐷−𝑢𝑓(𝑥)],
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dengan 0 < 𝑢 < 1, dan 𝑛 adalah bilangan bulat terkecil yang lebih besar dari 𝛼
sedemikian sehingga 𝑢 = 𝑛 − 𝛼. Kemudian, dengan mengambil transformasi
Laplace dari kedua ruas diperoleh
ℒ{𝐷𝛼𝑓(𝑥)} = ℒ{𝐷𝑛[𝐷−(𝑛−𝛼)𝑓(𝑥)]}
= 𝑠𝑛ℒ{𝐷−(𝑛−𝛼)𝑓(𝑥)} − ∑ 𝑠𝑛−𝑘−1
𝑛−1
𝑘=0
𝐷𝑘[𝐷−(𝑛−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0]
= 𝑠𝑛𝑠𝑛−𝛼ℒ{𝑓(𝑥)} − ∑ 𝑠𝑛−𝑘−1
𝑛−1
𝑘=0
𝐷𝑘−𝑛+𝛼𝑓(𝑥)|𝑥=0
= 𝑠𝛼ℒ{𝑓(𝑥)} − ∑ 𝑠𝑛−𝑘−1
𝑛−1
𝑘=0
𝐷𝑘−𝑛+𝛼𝑓(𝑥)|𝑥=0.
Secara khusus, jika 0 < 𝛼 ≤ 1, maka 𝑛 = 1 sehingga transformasi Laplace dari
fungsi 𝑓(𝑥) menjadi
ℒ{𝐷𝛼𝑓(𝑥)} = 𝑠𝛼ℒ{𝑓(𝑥)} − 𝐷−(1−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0
(3.3)
Tabel (3.4) berikut memberikan kesimpulan mengenai pasangan transformasi
Laplace yang penting. Tabel ini akan digunakan ketika menyelesaikan persamaan
diferensial fraksional yang akan dibahas pada bab berikutnya.
𝐹(𝑠) 𝑓(𝑥)
1
𝑠 1
1
𝑠2 𝑥
1
𝑠𝛼
𝑥𝛼−1
Γ(𝛼)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1
(𝑠 + 𝑎)𝛼
𝑥𝛼
Γ(𝛼)𝑒−𝑎𝑥
1
𝑠𝛼 − 𝑎 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼)
𝑠𝛼
𝑠(𝑠𝛼 + 𝑎) 𝐸𝛼(−𝑎𝑥𝛼)
𝑎
𝑎(𝑠𝛼 + 𝑎) 1 − 𝐸𝛼(−𝑎𝑥𝛼)
1
𝑠𝛼(𝑠 − 𝑎) 𝑥𝛼𝐸1,𝛼+1(𝑎𝑥)
𝑠𝛼−𝛽
𝑠𝛼 − 𝑎 𝑥𝛽−1𝐸𝛼,𝛽(𝑎𝑥𝛼)
1
𝑠 − 𝑎 𝑒𝑎𝑥
1
(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)
1
𝑏 − 𝑎(𝑒𝑎𝑥 − 𝑒𝑏𝑥)
Tabel 3.4. Fungsi dan Transformasi Laplacenya dengan 𝑎 dan 𝑏 adalah bilangan
real dan 𝑎 ≠ 𝑏 serta 𝛼, 𝛽 > 0 adalah sebarang konstanta.
Teorema 3.4.1 (Teorema Hampiran Weierstrass)
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada [0,1] dan 𝜀 > 0, maka terdapat sebuah polinomial 𝑃𝜀
sedemikian sehingga
sup𝑥∈[0,1]
|𝑃𝜀(𝑥) − 𝑓(𝑥)| ≤ 𝜀.
Bukti teorema ini dapat dilihat pada [Williams,1991,Teorema 7.4,hal.74].
Lema 3.4.2
Jika ℎ(𝑢) adalah fungsi kontinu pada [0,1] dan ∫ ℎ(𝑢)1
0𝑢𝑛 = 0 untuk 𝑛 = 0,1,2 …
maka ℎ(𝑢) = 0.
Bukti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Karena ℎ(𝑢) kontinu pada [0,1], maka menurut Teorema Hampiran Weierstrass
terdapat polinomial 𝑃𝜀 sedemikian sehingga |ℎ(𝑢) − 𝑃𝜀(𝑢)| < 𝜀 untuk setiap 𝑢.
Anteseden memenuhi ∫ ℎ(𝑢)1
0𝑃𝜀(𝑢) = 0. Untuk 𝜀 → 0 berlaku ∫ ℎ(𝑢)
1
0ℎ(𝑢) = 0.
Karena (ℎ(𝑢))2 ≥ 0 berakibat ℎ(𝑢) = 0. ∎
Teorema 3.4.3 (Sifat ketunggalan transformasi Laplace)
Misalkan 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi kontinu dan berlaku 𝑓(𝑥) < 𝑀𝑒𝑎𝑥 dan 𝑔(𝑥) <
𝑀𝑒𝑎𝑥 untuk suatu konstanta 𝑎 dan 𝑀. Jika 𝐹(𝑠) = 𝐺(𝑠) maka 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) untuk
𝑅𝑒(𝑠) > 𝑎, dengan 𝐹(𝑠) = ℒ{𝑓(𝑥)} dan 𝐺(𝑠) = ℒ{𝑔(𝑥)}.
Bukti:
Menurut sifat (1), jika ℒ{𝑓(𝑥)} = ℒ{𝑔(𝑥)} maka ℒ{𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)} = 0. Jadi, cukup
dibuktikan bahwa jika ℒ{𝑓(𝑥)} = 0 maka 𝑓(𝑥) = 0.
Selanjutnya, dengan menggunakan definisi dari transformasi Laplace diperoleh
ℒ{𝑓(𝑥)} = ∫ 𝑓(𝑥)∞
0
𝑒−𝑠𝑥𝑑𝑥 = 0,
untuk 𝑅𝑒(𝑠) > 𝑎. Misalkan 𝑠0 ∈ ℝ+ dengan 𝑠0 > 𝑎 dan 𝑢 = 𝑒−𝑥, diperoleh 𝑑𝑢 =
−𝑒−𝑥 𝑑𝑥 dan saat 𝑠 = 𝑠0 + 𝑛 + 1, 𝑛 = 0,1,2, … berlaku
ℒ{𝑓(𝑥)} = ∫ 𝑓(𝑥)∞
0
𝑒−𝑛𝑥𝑒−𝑠0𝑥𝑒−𝑥𝑑𝑥 = ∫ 𝑢𝑛(𝑢𝑠0𝑓(− ln 𝑢))1
0
𝑑𝑢.
Menurut Lema 3.4.2, 𝑢𝑠0𝑓(− ln 𝑢) = 0. Karena 𝑠0 > 0 berakibat 𝑢𝑠0 > 0. Jadi
𝑓(− ln 𝑢) = 𝑓(𝑥) = 0. ∎
Lema 3.4.4
Untuk 0 < 𝛼 ≤ 1, berlaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
𝐷𝛼[𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼) − 1] = 𝑎𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼),
dengan 𝐸𝛼 adalah fungsi Mittag-Leffler dengan satu parameter.
Bukti:
Dengan mengambil transformasi Laplace pada ruas kiri diperoleh
ℒ{𝐷𝛼[𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼) − 1]} = 𝑠𝛼ℒ{𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼) − 1} − 𝐷−(1−𝛼)[𝐸𝛼(0) − 1]
= 𝑠𝛼 ℒ[{𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼) − ℒ{1}] − 𝐷−(1−𝛼) 0
= 𝑠𝛼 (𝑠𝛼
𝑠(𝑠𝛼 − 𝑎)−
1
𝑠) − 0
=𝑎𝑠𝛼
𝑠(𝑠𝛼 − 𝑎).
Dengan menerapkan invers transformasi Laplace pada kedua ruas pada persamaan
di atas, diperoleh
𝐷𝛼[𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼) − 1] = 𝑎𝐸𝛼(𝑎𝑥𝛼).
Contoh 3.4.1
Akan dicari penyelesaian dari persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝑓(𝑥) = 0,02𝑓(𝑥),
𝐷−(1−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0 = 1,
dengan 0 < 𝛼 ≤ 1.
Penyelesaian:
Dengan mengambil transformasi Laplace pada kedua ruas diperoleh
ℒ{𝐷𝛼𝑓(𝑥)} = 0,02ℒ{𝑓(𝑥)},
sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
𝑠𝛼𝐹(𝑠) − 𝐷−(1−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0 = 0,02𝐹(𝑠),
dengan 𝐹(𝑠) = ℒ{𝑓(𝑥)}. Dengan mensubstitusi 𝐷−(1−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0 dengan 1,
diperoleh
𝑠𝛼𝐹(𝑠) − 1 = 0,02𝐹(𝑠)
sehingga
𝐹(𝑠) =1
𝑠𝛼 − 0,02.
Menurut Tabel (3.4), invers transformasi Laplace dari 𝐹(𝑠) adalah
𝑓(𝑥) = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(0,02𝑥𝛼).
Catatan 3.4.1
Contoh 3.4.1 di atas menunjukkan bahwa jika 𝑓(𝑥) = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼), maka
𝐷𝛼𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼),
dengan 𝑎 ≠ 0 dan 0 < 𝛼 ≤ 1.
Bukti:
Dengan mengambil transformasi Laplace pada ruas kiri diperoleh
ℒ{𝐷𝛼[𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼)]} = 𝑠𝛼ℒ{𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼)} − 𝐷−(1−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0
= 𝑠𝛼1
𝑠𝛼 − 𝑎− 1
=𝑠𝛼 − (𝑠𝛼 − 𝑎)
𝑠𝛼 − 𝑎
=𝑎
𝑠𝛼 − 𝑎.
∎
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
FUNGSI TRIGONOMETRI FRAKSIONAL
Pada bab ini akan dibahas mengenai fungsi trigonometri yang dikembangkan
berdasarkan fungsi eksponensial yang diperumum, yaitu fungsi Mittag-Leffler.
Fungsi Mittag-Leffler memegang peran penting dalam penyelesaian persamaan
diferensial fraksional. Fungsi Mittag-Leffler dapat digunakan untuk memperumum
fungsi eksponensial, dan selanjutnya fungsi ini akan dipakai untuk memperumum
fungsi trigonometri fraksional.
A. Fungsi Eksponensial Fraksional
Fungsi eksponensial fraksional atau disebut juga dengan fungsi eksponensial yang
diperumum merupakan sebuah perumuman dari fungsi eksponensial. Pada bab II,
telah ditunjukkan bahwa
𝐸1,1(𝑥) = ∑𝑥𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
= ∑𝑥𝑘
k!
∞
𝑘=0
= 𝑒𝑥.
Dengan kata lain, fungsi eksponensial dapat dinyatakan dalam fungsi Mittag-
Leffler yaitu
𝑒𝑎𝑥 = ∑(𝑎𝑥)𝑘
𝑘!
∞
𝑘=0
= ∑(𝑎𝑥)𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
= 𝐸1,1(𝑎𝑥).
Berdasarkan fungsi Mittag-Leffler, fungsi eksponensial fraksional didefinisikan
oleh
𝑒𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔ 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼), 𝑥 > 0.
(4.1)
Kasus khusus, jika 𝛼 = 𝑎 = 1, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
𝑒1,1(1, 𝑥) = 𝑥0𝐸1,1(𝑥1) = 𝑒𝑥.
B. Fungsi Trigonometri Fraksional
Pada subbab ini akan dibahas mengenai fungi trigonometri fraksional atau disebut
juga fungsi trigonometri yang diperumum berdasarkan fungsi eksponensial
fraksional. Salah satu cara untuk mendefinisikan fungsi trigonometri adalah
berdasarkan relasi yang terdekat dengan fungsi eksponensial yaitu
cos 𝑥 =𝑒𝑖𝑥 + 𝑒−𝑖𝑥
2,
(4.2)
dan
sin 𝑥 =𝑒𝑖𝑥 − 𝑒−𝑖𝑥
2𝑖.
(4.3)
Persamaan (4.2) dan (4.3) dapat diperoleh dengan menggunakan deret MacLaurin
kompleks yaitu
𝑒𝑖𝑥 + 𝑒−𝑖𝑥
2=
1
2(𝑒𝑖𝑥 + 𝑒−𝑖𝑥)
=1
2[∑
(𝑖𝑥)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
+ ∑(−𝑖𝑥)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
]
=1
2[∑
(𝑖𝑥)𝑛 + (−𝑖𝑥)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
]
=1
2[∑
(−1)𝑛2𝑥2𝑛
(2𝑛)!
∞
𝑛=0
]
= ∑(−1)𝑛𝑥2𝑛
(2𝑛)!
∞
𝑛=0
= cos 𝑥,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dan
𝑒𝑖𝑥 − 𝑒−𝑖𝑥
2𝑖=
1
2𝑖(𝑒𝑖𝑥 − 𝑒−𝑖𝑥)
=1
2𝑖[∑
(𝑖𝑥)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
− ∑(−𝑖𝑥)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
]
=1
2𝑖[∑
(𝑖𝑥)𝑛 − (−𝑖𝑥)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
]
=1
2𝑖[∑
(−1)𝑛+12𝑖𝑥2𝑛−1
(2𝑛 − 1)!
∞
𝑛=1
]
= ∑(−1)𝑛+1𝑥2𝑛−1
(2𝑛 − 1)!
∞
𝑛=1
= sin 𝑥.
Hal di atas memotivasi kita untuk mendefinisikan kosinus dan sinus fraksional
dengan menggunakan fungsi eksponensial fraksional, yaitu
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2, 𝑥 > 0,
(4.4)
dan
𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2𝑖, 𝑥 > 0.
(4.5)
Berdasarkan persamaan (4.4) dan (4.5), fungsi trigonomteri yang lain didefinisikan
𝑡𝑎𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥), 𝑥 > 0,
(4.6)
𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔1
𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥), 𝑥 > 0,
(4.7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
𝑠𝑒𝑐𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔1
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥), 𝑥 > 0,
(4.8)
𝑐𝑜𝑡𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥), 𝑥 > 0.
(4.9)
C. Sifat – sifat Fungsi Trigonometri Fraksional
Teorema 4.3.1
Fungsi trigonometri fraksional memenuhi sifat
1. 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥) = 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
2. 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥) = −𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
3. 𝑡𝑎𝑛𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥) = −𝑡𝑎𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
4. 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) = 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) + 𝑖 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
5. 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) + 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥) = 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
6. 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) − 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥) =1
2[𝑒𝛼,𝛼
2 (𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼2 (−𝑎𝑖, 𝑥)].
Bukti:
1. Berdasarkan definisi 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥), diperoleh
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥) =𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)
2= 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥).
2. Berdasarkan definisi 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥), diperoleh
𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥) =𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)
2𝑖
= − [𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2𝑖]
= −𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥).
3. Berdasarkan sifat 1 dan 2, diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
𝑡𝑎𝑛𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥) =𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥)
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥)=
−𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)= −𝑡𝑎𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥).
4. Berdasarkan persamaan (4.4) dan (4.5), diperoleh
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) + 𝑖 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
=𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2+
𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2
= 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥).
5. Berdasarkan persamaan (4.4) dan (5.5), diperoleh
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) =
1
4[𝑒𝛼,𝛼
2 (𝑎𝑖, 𝑥) + 2𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼2 (−𝑎𝑖, 𝑥)],
dan
𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) = −
1
4[𝑒𝛼,𝛼
2 (𝑎𝑖, 𝑥) − 2𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼2 (−𝑎𝑖, 𝑥)].
Kemudian, dengan menjumlahkan kedua persamaan di atas diperoleh
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) + 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥) = 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥).
6. Pada pembuktian sifat 5, telah dihitung 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) dan 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥). Dengan
mengurangkan kedua persamaan tersebut diperoleh
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) − 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥) =1
2[𝑒𝛼,𝛼
2 (𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼2 (−𝑎𝑖, 𝑥)].
∎
Kasus khusus, yakni ketika 𝛼 = 𝑎 = 1, sifat 5 dan 6 berturut – turut menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
𝑐𝑜𝑠1,12 (1, 𝑥) + 𝑠𝑖𝑛1,1
2 (1, 𝑥) = 𝑒1,1(𝑖, 𝑥)𝑒1,1(−𝑖, 𝑥) = 𝑒𝑖𝑥𝑒−𝑖𝑥 = 1,
dan
𝑐𝑜𝑠1,12 (1, 𝑥) − 𝑠𝑖𝑛1,1
2 (1, 𝑥) =1
2[𝑒1,1
2 (𝑖, 𝑥) + 𝑒1,12 (−𝑖, 𝑥)]
=1
2(𝑒2𝑖𝑥 + 𝑒−2𝑖𝑥)
= cos 2𝑥.
Kemudian, fungsi hiperbolik fraksional juga dapat diperumum berdasarkan fungsi
eksponensial fraksional yakni
𝑐𝑜𝑠ℎ𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔𝑒𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥)
2, 𝑥 > 0,
(4.10)
dan
𝑠𝑖𝑛ℎ𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) ≔𝑒𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎, 𝑥)
2, 𝑥 > 0.
(4.11)
Gambar (4.1) dan (4.2) di bawah ini menunjukkan grafik kosinus fraksional dan
sinus fraksional untuk beberapa nilai 𝛼 yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar (4.1). Kosinus Fraksional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar (4.2). Sinus Fraksional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar di atas menunjukkan perilaku grafik kosinus fraksional dan sinus
fraksional dengan nilai 𝛼 yang berbeda. Grafik menunjukkan bahwa perubahan
nilai 𝛼 yang berbeda mengakibatkan perubahan yang signifikan pada grafik,
khususnya jika 𝛼 mendekati 1, maka grafik kosinus fraksional dan sinus fraksional
akan mendekati grafik kosinus dan sinus biasa. Dengan kata lain
lim𝛼→1
𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) = lim𝛼→1
𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2
=1
2[lim
𝛼→1𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + lim
𝛼→1𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
=1
2[lim
𝛼→1𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑖𝑥𝛼) + lim
𝛼→1𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−𝑎𝑖𝑥𝛼)]
=1
2[lim
𝛼→1𝑥𝛼−1 ∑
(𝑎𝑖𝑥𝛼)𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)
∞
𝑘=0
+ lim𝛼→1
𝑥𝛼−1 ∑(−𝑎𝑖𝑥𝛼)𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)
∞
𝑘=0
]
=1
2[∑
(𝑎𝑖𝑥)𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
+ ∑(−𝑎𝑖𝑥)𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
]
=1
2[∑
(𝑎𝑖𝑥)𝑘
𝑘!
∞
𝑘=0
+ ∑(−𝑎𝑖𝑥)𝑘
𝑘!
∞
𝑘=0
]
=𝑒𝑎𝑖𝑥 + 𝑒−𝑎𝑖𝑥
2
= cos(𝑎𝑥),
dan
lim𝛼→1
𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) = lim𝛼→1
𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2𝑖
=1
2𝑖[lim
𝛼→1𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − lim
𝛼→1𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
=1
2𝑖[lim
𝛼→1𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑖𝑥𝛼) − lim
𝛼→1𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−𝑎𝑖𝑥𝛼)]
=1
2𝑖[lim
𝛼→1𝑥𝛼−1 ∑
(𝑎𝑖𝑥𝛼)𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)
∞
𝑘=0
− lim𝛼→1
𝑥𝛼−1 ∑(−𝑎𝑖𝑥𝛼)𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)
∞
𝑘=0
]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
=1
2𝑖[∑
(𝑎𝑖𝑥)𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
− ∑(−𝑎𝑖𝑥)𝑘
Γ(𝑘 + 1)
∞
𝑘=0
]
=1
2𝑖[∑
(𝑎𝑖𝑥)𝑘
𝑘!
∞
𝑘=0
− ∑(−𝑎𝑖𝑥)𝑘
𝑘!
∞
𝑘=0
]
=𝑒𝑎𝑖𝑥 − 𝑒−𝑎𝑖𝑥
2𝑖
= sin(𝑎𝑥).
Turunan Fraksional Fungsi Trigonometri
Akan dicari turunan fraksional dari fungsi trigonometri khususnya untuk fungsi
kosinus fraksional dan sinus fraksional.
𝐷𝛼𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) = 𝐷𝛼 [𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2]
=1
2[𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
=1
2[𝑎𝑖𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑎𝑖𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
=−𝑎
2𝑖[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
= −𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥).
𝐷𝛼𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) = 𝐷𝛼 [𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2𝑖]
=1
2𝑖[𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
=1
2𝑖[𝑎𝑖𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑎𝑖𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
=𝑎
2[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)]
= 𝑎 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥).
Jadi, disimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
𝐷𝛼𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) = −𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥),
dan
𝐷𝛼𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) = 𝑎 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥).
D. Transformasi Laplace dari Fungsi Trigonometri Fraksional
Sebelum menghitung transformasi Laplace dari fungsi trigonometri fraksional
khususnya kosinus fraksional dan sinus fraksional, akan dihitung terlebih dahulu
transformasi Laplace dari fungsi eksponensial fraksional.
ℒ{𝑒𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)} = ℒ{𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑥𝛼)}
= ℒ {𝑥𝛼−1 ∑𝑎𝑛𝑥𝛼𝑛
Γ(𝛼𝑛 + 𝛼)
∞
𝑛=0
}
= ℒ {∑𝑎𝑛
Γ(𝛼𝑛 + 𝛼)
∞
𝑛=0
𝑥𝛼𝑛+𝛼−1}
= ∑𝑎𝑛
Γ(𝛼𝑛 + 𝛼)ℒ{𝑥𝛼𝑛+𝛼−1}
∞
𝑛=0
= ∑𝑎𝑛
Γ(𝛼𝑛 + 𝛼)
Γ(𝛼𝑛 + 𝛼)
𝑠𝛼𝑛+𝛼
∞
𝑛=0
=1
𝑠𝛼∑ (
𝑎
𝑠𝛼)
𝑛∞
𝑛=0
=1
𝑠𝛼 − 𝑎∙
Dengan demikian, transformasi Laplace dari kosinus fraksional dan sinus fraksional
adalah
ℒ{𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)} = ℒ {𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2}
=1
2[ℒ{𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)} + ℒ{𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)}]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
=1
2(
1
𝑠𝛼 − 𝑎𝑖+
1
𝑠𝛼 + 𝑎𝑖)
=1
2(
2𝑠2𝛼
𝑠2𝛼 + 𝑎2)
=𝑠2𝛼
𝑠2𝛼 + 𝑎2 ,
dan
ℒ{𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)} = ℒ {𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)
2𝑖}
=1
2𝑖[ℒ{𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)} + ℒ{𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)}]
=1
2𝑖(
1
𝑠𝛼 − 𝑎𝑖−
1
𝑠𝛼 + 𝑎𝑖)
=1
2𝑖(
2𝑎𝑖
𝑠2𝛼 + 𝑎2)
=𝑎
𝑠2𝛼 + 𝑎2∙
E. Perumuman Wronskian dan Kebebasan Linear
Pada subbab ini akan dibahas mengenai perumuman Wronskian untuk sistem
persamaan diferensial fraksional dan kebebasan linear untuk sebuah himpunan
fungsi penyelesaian. Misalkan sebuah persamaan diferensial fraksional linear
dengan bentuk
𝑎𝑛(𝐷𝛼)𝑛𝑦(𝑥) + 𝑎𝑛−1(𝐷𝛼)𝑛−1𝑦(𝑥) + ⋯ + 𝑎1𝐷𝛼𝑦(𝑥)
+ 𝑎0𝑦(𝑥) = 𝑔(𝑥),
(4.12)
dengan 0 < 𝛼 ≤ 1, 𝑎𝑗 adalah sebarang konstanta dengan 𝑗 = 0,1,2 … , 𝑛, dan 𝑔(𝑥)
hanya bergantung pada variabel 𝑥. Jika 𝑔(𝑥) = 0, maka persamaan (4.12) disebut
persamaan diferensial fraksional homogen. Jika 𝑔(𝑥) ≠ 0, maka persamaan (4.12)
dikatakan tak homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Definisi 4.5.1
Diberikan {𝑦1, 𝑦2, … , 𝑦𝑛} adalah himpunan penyelesaian dari persamaan (4.12).
Determinan
n
nnn
n
n
n
yDyDyD
yDyDyD
yyy
yyyW
1
2
1
1
1
21
21
21
)()()(
],...,,[
disebut Wronskian yang diperumum dari himpunan penyelesaian yang diberikan,
dengan 0 < 𝛼 ≤ 1.
Teorema 4.5.2
Diberikan 𝑦1(𝑥) dan 𝑦2(𝑥) adalah penyelesaian dari persamaan diferensial
fraksional
{𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑝𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑞𝑦(𝑥) = 0,
𝐷−(1−𝛼)𝑦(𝑥0) = 0, 𝐷𝛼𝑦(𝑥0) = 0.
pada suatu interval 𝐼 dan 𝑝, 𝑞 adalah sebarang konstanta. Berlaku 𝑦1 dan 𝑦2 bebas
linear pada 𝐼 jika dan hanya jika 𝑊[𝑦1, 𝑦2] ≠ 0 untuk suatu 𝑥 pada 𝐼.
Bukti:
(⇐) Akan dibuktikan jika 𝑦1 dan 𝑦2 bergantung linear maka 𝑊 = 0.
Jika 𝑦1 dan 𝑦2 bergantung linear, maka 𝑦2 = 𝑘𝑦1 untuk suatu konstanta 𝑘 atau
sebaliknya. Dengan demikian,
𝑊[𝑦1, 𝑦2] = 𝑦1𝐷𝛼𝑦2 − 𝑦2𝐷𝛼𝑦1 = 𝑘𝑦1𝐷𝛼𝑦1 − 𝑘𝑦1𝐷𝛼𝑦1 = 0.
(⇒) Akan dibuktikan jika 𝑊 = 0, maka 𝑦1 dan 𝑦2 bergantung linear.
Asumsikan 𝑦1 ≠ 0 dan 𝑦2 ≠ 0. Karena 𝑦1 dan 𝑦2 merupakan penyelesaian,
berakibat
𝑘1𝑦1(𝑥0) + 𝑘2𝑦2(𝑥0) = 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
𝑘1𝐷𝛼𝑦1(𝑥0) + 𝑘2𝐷𝛼𝑦2(𝑥0) = 0,
dengan nilai 𝑘1 dan 𝑘2 masih belum diketahui. Kemudian, sistem persamaan di atas
dinyatakan dalam bentuk matriks yaitu
[𝑦1(𝑥0) 𝑦2(𝑥0)
𝐷𝛼𝑦1(𝑥0) 𝐷𝛼𝑦2(𝑥0)] [
𝑘1
𝑘2] = 0.
Karena
|𝑦1(𝑥0) 𝑦2(𝑥0)
𝐷𝛼𝑦1(𝑥0) 𝐷𝛼𝑦2(𝑥0)| = 0,
atau 𝑊 = 0, sistem persamaan di atas mempunyai penyelesaian tak trivial, yaitu 𝑘1
dan 𝑘2 tidak keduanya nol. Kemudian 𝑘1 dan 𝑘2 yang diperoleh digunakan untuk
mengkonstruksi fungsi
𝑦(𝑥) = 𝑘1𝑦1(𝑥) + 𝑘2𝑦2(𝑥).
Karena 𝑦1 dan 𝑦2 penyelesaian, berakibat kombinasi linear dari 𝑦1 dan 𝑦2 juga
merupakan penyelesaian yaitu
𝑦(𝑥) = 𝑘1𝑦1(𝑥) + 𝑘2𝑦2(𝑥).
Menurut Teorema Eksistensi dan Ketunggalan [Podlubny,1999,Teorema
3.1,hal.126], penyelesaian dari persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑝𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑞𝑦(𝑥) = 0,
𝐷−(1−𝛼)𝑦(𝑥0) = 0, 𝐷𝛼𝑦(𝑥0) = 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
adalah tunggal dan 𝑦 = 0 merupakan penyelesaian persamaan diferensial
fraksional di atas dengan nilai awal yang diberikan sedemikian sehingga
𝑘1𝑦1 + 𝑘2𝑦2 = 0.
Karena 𝑘1 dan 𝑘2 tidak keduanya nol, berakibat 𝑦1 dan 𝑦2 bergantung linear. ∎
Teorema 4.5.3
Diberikan 𝑌 = {𝑦1, 𝑦2, … , 𝑦𝑛} adalah himpunan 𝑛 penyelesaian dari persamaan
diferensial fraksional
𝑎𝑛(𝐷𝛼)𝑛𝑦(𝑥) + 𝑎𝑛−1(𝐷𝛼)𝑛−1𝑦(𝑥) + ⋯ + 𝑎1𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑎0𝑦(𝑥) = 𝑔(𝑥).
Himpunan 𝑌 bebas linear jika dan hanya jika Wronskian yang diperumum tidak
sama dengan nol.
Bukti dari teorema ini analog dengan bukti Teorema 4.5.2. Teorema 4.5.2 adalah
kasus khusus dari teorema 4.5.3 dengan 𝑛 = 2.
Persamaan Karakteristik
Misalkan persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑝𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑞𝑦(𝑥) = 0,
(4.13)
dengan 𝑝 dan 𝑞 adalah sebarang konstanta. Persamaan karakteristik dari persamaan
(4.13) adalah
𝜆2 + 𝑝𝜆 + 𝑞 = 0,
(4.14)
yang diperoleh dengan cara mensubstitusi 𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥), 𝐷𝛼𝑦(𝑥), dan 𝑦(𝑥) masing –
masing dengan 𝜆2, 𝜆, dan 𝜆0 = 1. Secara umum, persamaan karakteristik dari
persamaan (4.12) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
𝑎𝑛𝜆𝑛 + 𝑎𝑛−1𝜆𝑛−1 + ⋯ + 𝑎1𝜆 + 𝑎0 = 0.
(4.15)
Penyelesaian Persamaan Diferensial Fraksional Homogen
Jika 𝜆1 dan 𝜆2 adalah dua akar karakteristik yang berbeda dari persamaan (4.13),
maka penyelesaian (4.13) adalah kombinasi linear dari dua fungsi 𝑦1 dan 𝑦2 dengan
𝑦1 = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝜆1𝑥𝛼),
dan
𝑦2 = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝜆2𝑥𝛼).
Dengan kata lain, penyelesaian umum dari persamaan (4.13) adalah
𝑦(𝑥) = 𝑐1𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝜆1𝑥𝛼) + 𝑐2𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝜆2𝑥𝛼)
= 𝑐1𝑒𝛼,𝛼(𝜆1, 𝑥) + 𝑐2𝑒𝛼,𝛼(𝜆2, 𝑥),
dengan 𝑐1 dan 𝑐2 adalah sebarang konstanta.
Jika 𝜆1 dan 𝜆2 adalah dua akar karakteristik kembar dari persamaan (4.13), maka
penyelesaian (4.13) adalah
𝑦(𝑥) = 𝑐1𝑒𝛼,𝛼(𝜆1, 𝑥) + 𝑐2𝑥𝛼𝑒𝛼,𝛼(𝜆2, 𝑥),
dengan 𝑐1 dan 𝑐2 adalah sebarang konstanta.
Jika 𝜆1 dan 𝜆2 adalah dua akar karakteristik yang kompleks konjugat dari
persamaan (4.13), maka penyelesaian (4.13) adalah
𝑦(𝑥) = 𝑒𝛼,𝛼(𝜆1, 𝑥)[𝑐1𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝜆2, 𝑥) + 𝑐2𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝜆2, 𝑥)],
dengan 𝑐1 dan 𝑐2 adalah sebarang konstanta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Contoh 4.5.1
Akan dicari penyelesaian umum untuk persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 5𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 6𝑦 = 0,
dengan 0 < 𝛼 ≤ 1 dan 𝑥 > 0.
Persamaan diferensial fraksional di atas memiliki persamaan karakteristik
𝜆2 + 5𝜆 + 6 = 0,
sehingga diperoleh akar – akar karakteristiknya 𝜆1 = −2 atau 𝜆2 = −3. Jadi,
penyelesaian persamaan diferensial fraksional di atas adalah
𝑦(𝑥) = 𝑐1𝑦1 + 𝑐2𝑦2
= 𝑐1𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−2𝑥𝛼) + 𝑐2𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−3𝑥𝛼)
= 𝑐1𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) + 𝑐2𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥).
Akan ditunjukkan bahwa 𝑦1 = 𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) dan 𝑦2 = 𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) memenuhi
persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 5𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 6𝑦 = 0,
yaitu
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦1 + 5𝐷𝛼𝑦1 + 6𝑦1
= 𝐷𝛼𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) + 5𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) + 6𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥)
= (−2)𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) − 10𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) + 6𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥)
= 4𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) − 10𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥) + 6𝑒𝛼,𝛼(−2, 𝑥)
= 0,
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦2 + 5𝐷𝛼𝑦2 + 6𝑦2
= 𝐷𝛼𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) + 5𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) + 6𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥)
= (−3)𝐷𝛼𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) − 15𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) + 6𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥)
= 9𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) − 15𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥) + 6𝑒𝛼,𝛼(−3, 𝑥)
= 0.
F. Sistem Persamaan Diferensial Fraksional dengan Koefisien Matriks
Konstanta
Pada subbab ini akan dibahas mengenai penyelesaian sistem persamaan diferensial
fraksional
𝐷𝛼𝑌(𝑥) = 𝐴𝑌(𝑥) + 𝐹(𝑥)
𝐷−(1−𝛼)𝑌(𝑥)|𝑥=0 = 𝐶,
(4.16)
dengan 𝐷𝛼𝑌(𝑥) adalah turunan fraksional orde 0 < 𝛼 ≤ 1, 𝐶 adalah vektor 𝑛 × 1,
𝑌(𝑥) dan 𝐹(𝑥) masing – masing adalah vektor 𝑛 × 1 bernilai fungsi, dan 𝐴 adalah
matriks konstanta berukuran 𝑛 × 𝑛. Akan dicari penyelesaian tunggal dari sistem
persamaan (4.16) menggunakan transformasi Laplace.
Misalkan ℒ{𝑌(𝑥)} = 𝑌∗(𝑠) dan ℒ{𝐹(𝑥)} = 𝐹∗(𝑠). Kemudian, dengan mengambil
transformasi Laplace pada kedua ruas pada sistem persamaan (4.16) diperoleh
ℒ{𝐷𝛼𝑌(𝑥)} = 𝐴ℒ{𝑌(𝑥)} + ℒ{𝐹(𝑥)}.
Menurut sifat transformasi Laplace
𝑠𝛼𝑌∗(𝑠) − 𝐷−(1−𝛼)𝑌(𝑥)|𝑥=0 = 𝐴𝑌∗(𝑠) + 𝐹∗(𝑠)
𝑠𝛼𝑌∗(𝑠) − 𝐶 = 𝐴𝑌∗(𝑠) + 𝐹∗(𝑠)
𝑠𝛼𝑌∗(𝑠) − 𝐴𝑌∗(𝑠) = 𝐶 + 𝐹∗(𝑠)
(𝐼𝑠𝛼 − 𝐴)𝑌∗(𝑠) = 𝐶 + 𝐹∗(𝑠).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Kemudian, dengan mengambil invers dari matriks (𝐼𝑠𝛼 − 𝐴) diperoleh
𝑌∗(𝑠) = (𝐼𝑠𝛼 − 𝐴)−1[𝐶 + 𝐹∗(𝑠)]
= (𝑠𝛼(𝐼 − 𝑠−𝛼𝐴))−1[𝐶 + 𝐹∗(𝑠)]
= 𝑠−𝛼(𝐼 − 𝑠−𝛼𝐴)−1[𝐶 + 𝐹∗(𝑠)].
Sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya, kita memerlukan deret Neumann.
Definisi 4.6.1 (Deret Neumann)
Deret Neumann didefinisikan oleh
∑ 𝐴𝑘
∞
𝑘=0
dengan 𝐴 adalah sebuah operator linear yang berbentuk matriks.
Teorema 4.6.2
Diberikan matriks 𝐴 adalah operator linear terbatas pada ruang vektor bernorma 𝑋.
Jika deret Neumann konvergen terhadap norma operator, maka matriks 𝐼 − 𝐴
invertibel dan inversnya adalah
(𝐼 − 𝐴)−1 = ∑ 𝐴𝑘
∞
𝑘=0
dengan 𝐼 adalah operator identitas pada 𝑋.
Bukti dapat dilihat pada [Kreyzig,1978,Teorema 7.3.1,hal.375].
Kemudian, menurut Teorema 4.6.2
𝑠−𝛼(𝐼 − 𝑠−𝛼𝐴)−1[𝐶 + 𝐹∗(𝑠)]
= 𝑠−𝛼 ∑(𝐴𝑠−𝛼)𝑘
∞
𝑘=0
[𝐶 + 𝐹∗(𝑠)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
= ∑(𝐴𝑠−𝛼)𝑘
∞
𝑘=0
𝑠−𝛼𝐶 + 𝐹∗(𝑠) ∑(𝐴𝑠−𝛼)𝑘
∞
𝑘=0
𝑠−𝛼
= ∑𝐴𝑘
𝑠𝛼𝑘+𝛼
∞
𝑘=0
𝐶 + 𝐹∗(𝑠) ∑𝐴𝑘
𝑠𝛼𝑘+𝛼
∞
𝑘=0
.
Misalkan
∑𝐴𝑘
𝑠𝛼𝑘+𝛼
∞
𝑘=0
= 𝐺∗(𝑠),
sedemikian sehingga
𝐺(𝑥) = ℒ−1 {∑𝐴𝑘
𝑠𝛼𝑘+𝛼
∞
𝑘=0
}
= ∑ 𝐴𝑘
∞
𝑘=0
ℒ−1 {1
𝑠𝛼𝑘+𝛼}
= ∑ 𝐴𝑘
∞
𝑘=0
𝑥𝛼𝑘+𝛼−1
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)
= 𝑥𝛼−1 ∑(𝐴𝑥𝛼)𝑘
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)
∞
𝑘=0
= 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼).
Dengan demikian,
𝑌∗(𝑠) = ∑𝐴𝑘
𝑠𝛼𝑘+𝛼
∞
𝑘=0
𝐶 + 𝐺∗(𝑠)𝐹∗(𝑠)
= ∑𝐴𝑘
𝑠𝛼𝑘+𝛼
∞
𝑘=0
𝐶 + ℒ{𝐺(𝑥) ∗ 𝐹(𝑥)}.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kemudian, dengan mengambil invers transformasi Laplace pada kedua ruas
diperoleh
𝑌(𝑥) = ∑ 𝐴𝑘
∞
𝑘=0
𝑥𝛼𝑘+𝛼−1
Γ(𝛼𝑘 + 𝛼)𝐶 + ∫ 𝐺(𝑥 − 𝑧)
𝑥
0
𝐹(𝑧) 𝑑𝑧
= 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼)𝐶 + ∫ (𝑥 − 𝑧)𝛼−1𝑥
0
𝐸𝛼,𝛼(𝐴(𝑥 − 𝑧)𝛼) 𝐹(𝑧) 𝑑𝑧.
Pada proses mencari penyelesaian sistem persamaan (4.16), telah melibatkan
matriks fungsi Mittag-Leffler yaitu 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼). Lebih lanjut, akan dijelaskan
peran penting matriks fungsi Mittag-Leffler melalui teorema berikut.
Teorema 4.6.3 (Algoritma Putzer yang diperluas)
Jika 𝐴 adalah matriks konstanta berukuran 2 × 2, maka penyelesaian persamaan
diferensial fraksional
𝐷𝛼𝑌(𝑥) = 𝐴𝑌(𝑥)
𝐷−(1−𝛼)𝑌(𝑥)|𝑥=0 = 𝐶
(4.17)
dengan
𝐴 = [𝑎 𝑏𝑐 𝑑
] , 𝑌(𝑥) = [𝑦1(𝑥)𝑦2(𝑥)
] , 0 < 𝛼 ≤ 1
adalah
𝑌(𝑥) = 𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼)𝐶,
dengan
𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼) = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼),
dan 𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼) adalah matriks fungsi Mittag-Leffler dan 𝐶 adalah vektor berukuran
2 × 1. Bukti teorema ini dapat dilihat pada [Kimeu,2009].
Teorema 4.6.4 (Teorema Cayley-Hamilton)
Jika matriks 𝐴 ∈ 𝑀(𝑛, 𝑛) memiliki polinomial karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
𝑑𝑒𝑡(𝐴 − 𝜆𝐼) = 𝑐𝑛𝜆𝑛 + 𝑐𝑛−1𝜆𝑛−1 + 𝑐𝑛−2𝜆𝑛−2 + ⋯ + 𝑐0,
maka
𝑐𝑛𝐴𝑛 + 𝑐𝑛−1𝐴𝑛−1 + 𝑐𝑛−2𝐴𝑛−2 + ⋯ + 𝑐0𝐼 = 0.
Bukti teorema ini dapat dilihat pada [Axler,1997,Teorema 8.20,hal.173]
Teorema 4.6.5
Jika 𝜆1 dan 𝜆2 adalah nilai eigen dari matriks 𝐴 berukuran 2 × 2, maka
𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼) = 𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1,
dengan
𝑀0 = 𝐼 = [1 00 1
] , 𝑀1 = 𝐴 − 𝜆𝐼 = [𝑎 − 𝜆1 𝑏
𝑐 𝑑 − 𝜆1],
dan vektor fungsi 𝑝 yang didefinisikan
𝑝(𝑥) ≔ [𝑝1(𝑥)𝑝2(𝑥)
] , 𝑥 ∈ ℝ,
merupakan penyelesaian dari persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝑝(𝑥) = [𝜆1 01 𝜆2
] 𝑝(𝑥), [𝐷−(1−𝛼)𝑝1(𝑥)|𝑥=0
𝐷−(1−𝛼)𝑝2(𝑥)|𝑥=0
] = [10
].
Bukti:
Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1. Akan ditunjukkan bahwa 𝑓(𝑥) memenuhi
persamaan
𝐷𝛼𝑓(𝑥) = 𝐴𝑓(𝑥), 𝐷−(1−𝛼)𝑓(𝑥)|𝑥=0 = 𝐼.
Selanjutnya
𝐷𝛼𝑓(𝑥) − 𝐴𝑓(𝑥) = 𝐷𝛼𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝐷𝛼𝑝2(𝑥)𝑀1 − 𝐴[𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1]
= 𝜆1𝑝1(𝑥)𝑀0 + [𝑝1(𝑥) + 𝜆2𝑝2(𝑥)]𝑀1 − 𝐴[𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1]
= 𝜆1𝑝1(𝑥)𝑀0 + [𝑝1(𝑥) + 𝜆2𝑝2(𝑥)]𝑀1 − (𝑀1 + 𝜆1𝐼)[𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1]
= 𝜆2𝑝2(𝑥)𝑀1 − (𝑀1 + 𝜆1𝐼)𝑝2(𝑥)𝑀1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
= (𝜆2𝐼 − 𝑀1 − 𝜆1𝐼)𝑝2(𝑥)𝑀1
= (𝜆2𝐼 − 𝐴)𝑝2(𝑥)𝑀1
= −𝑝2(𝑥)(𝐴 − 𝜆2𝐼)(𝐴 − 𝜆1𝐼).
Menurut Teorema Cayley-Hamilton,
(𝐴 − 𝜆2𝐼)(𝐴 − 𝜆1𝐼) = 0,
sehingga
𝐷𝛼𝑓(𝑥) − 𝐴𝑓(𝑥) = 0
atau
𝐷𝛼𝑓(𝑥) = 𝐴𝑓(𝑥).
∎
Contoh 4.6.1
Diberikan 0 < 𝛼 ≤ 1 dan persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑎2𝑦(𝑥) = 0
𝐷−(1−𝛼)𝑦(𝑥)|𝑥=0 = 𝑐1, 𝐷𝛼𝑦(𝑥)|𝑥=0 = 𝑐2.
Akan dicari penyelesaian umum persamaan diferensial fraksional di atas.
Persamaan diferensial di atas dapat diubah menjadi sebuah sistem persamaan
diferensial fraksional dengan mengubah variabel 𝑦1 = 𝑦 dan 𝑦2 = 𝐷𝛼𝑦 sedemikian
sehingga
𝐷𝛼𝑦1 = 𝐷𝛼𝑦 = 𝑦2
dan
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦 = −𝑎2𝑦 = −𝑎2𝑦1,
dengan 𝑦1(𝑥)|𝑥=0 = 𝑐1 dan 𝑦2(𝑥)|𝑥=0 = 𝑐2. Kemudian, terbentuk sistem
persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝑌(𝑥) = 𝐴𝑌(𝑥)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
𝐷−(1−𝛼)𝑌(𝑥)|𝑥=0 = 𝐶
dengan
𝐴 = [0 1
−𝑎2 0] , 𝑌(𝑥) = [
𝑦1(𝑥)𝑦2(𝑥)
] , 𝐶 = [𝑐1
𝑐2].
Menurut Teorema 4.6.3, sistem persamaan diferensial di atas mempunyai
penyelesaian
𝑌(𝑥) = 𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼)𝐶.
Akan dihitung 𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼) menggunakan Algoritma Putzer. Terlebih dahulu akan
dicari nilai eigen dari matriks 𝐴.
|−𝜆 1
−𝑎2 −𝜆| = 0
𝜆2 + 𝑎2 = 0.
Diperoleh 𝜆1 = 𝑎𝑖 dan 𝜆2 = −𝑎𝑖. Kemudian,
𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼) = 𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1,
dengan
𝑀0 = 𝐼 = [1 00 1
] , 𝑀1 = 𝐴 − 𝜆𝐼 = [−𝑎𝑖 1−𝑎2 𝑎𝑖
],
dan vektor fungsi
𝑝(𝑥) = [𝑝1(𝑥)𝑝2(𝑥)
] , 𝑥 ∈ ℝ
merupakan penyelesaian persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝑝(𝑥) = [𝜆1 01 𝜆2
] 𝑝(𝑥), [𝐷−(1−𝛼)𝑝1(𝑥)|𝑥=0
𝐷−(1−𝛼)𝑝2(𝑥)|𝑥=0
] = [10
].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Akan dicari 𝑝1(𝑥) dan 𝑝2(𝑥). Komponen pertama 𝑝1(𝑥) memenuhi
𝐷𝛼𝑝1(𝑥) = 𝑎𝑖𝑝1(𝑥), 𝐷−(1−𝛼)𝑝1(𝑥)|𝑥=0 = 1.
Dengan mengambil transformasi Laplace pada kedua ruas diperoleh
ℒ{𝐷𝛼𝑝1(𝑥)} = 𝑎𝑖ℒ{𝑝1(𝑥)}
𝑠𝛼𝑃1(𝑠) − 𝐷−(1−𝛼)𝑝1(𝑥)|𝑥=0 = 𝑎𝑖𝑃1(𝑠)
𝑠𝛼𝑃1(𝑠) − 1 = 𝑎𝑖𝑃1(𝑠)
𝑃1(𝑠) =1
𝑠𝛼 − 𝑎𝑖,
dengan ℒ{𝑝1(𝑥)} = 𝑃1(𝑠).
Menurut Tabel (3.4),
𝑝1(𝑥) = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑖𝑥𝛼) = 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡).
Komponen kedua 𝑝2(𝑥) memenuhi
𝐷𝛼𝑝2(𝑥) = 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑖𝑥𝛼) − 𝑎𝑖𝑝2(𝑥), 𝐷−(1−𝛼)𝑝2(𝑥)|𝑥=0 = 0.
Dengan mengambil transformasi Laplace pada kedua ruas diperoleh
ℒ{𝐷𝛼𝑝2(𝑥)} = ℒ{𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑖𝑥𝛼)} − 𝑎𝑖ℒ{𝑝2(𝑥)}
𝑠𝛼𝑃2(𝑠) − 𝐷−(1−𝛼)𝑝2(𝑥)|𝑥=0 =1
𝑠𝛼 − 𝑎𝑖− 𝑎𝑖𝑃2(𝑠)
𝑠𝛼𝑃2(𝑠) =1
𝑠𝛼 − 𝑎𝑖− 𝑎𝑖𝑃2(𝑠)
𝑃2(𝑠) =1
(𝑠𝛼 − 𝑎𝑖)(𝑠𝛼 + 𝑎𝑖),
dengan ℒ{𝑝2(𝑥)} = 𝑃2(𝑠).
Kemudian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
𝑃2(𝑠) =1
(𝑠𝛼 − 𝑎𝑖)(𝑠𝛼 + 𝑎𝑖)= −
1
2𝑎𝑖[
1
𝑠𝛼 + 𝑎𝑖−
1
𝑠𝛼 − 𝑎𝑖].
Menurut Tabel (3.4),
𝑝2(𝑥) = −1
2𝑎𝑖[𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−𝑎𝑖𝑥𝛼) − 𝑥𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(𝑎𝑖𝑥𝛼)]
= −1
2𝑎𝑖[𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡)].
Dengan demikian,
𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼) = 𝑝1(𝑥)𝑀0 + 𝑝2(𝑥)𝑀1
= [𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡) 0
0 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡)]
+ [
1
2[𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡)] −
1
2𝑎𝑖[𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡)]
𝑎
2𝑖[𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡)]
1
2[𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡)]
]
= [
1
2[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡) + 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡)]
1
2𝑎𝑖[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡)]
−𝑎
2𝑖[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡)]
1
2[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑡) − 𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑡)]
]
= [𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)
1
𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)
−𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡) 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)]
= [𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)
1
𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)
𝐷𝛼[𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)] 𝐷𝛼 [1
𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)]
].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Jadi,
𝑌(𝑥) = 𝑘𝛼,𝛼(𝐴𝑥𝛼)𝐶 = [𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)
1
𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)
𝐷𝛼[𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)] 𝐷𝛼 [1
𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡)]
] 𝐶.
Oleh karena itu, penyelesaian umum persamaan diferensial fraksional
𝐷𝛼𝐷𝛼𝑦(𝑥) + 𝑎2𝑦(𝑥) = 0
𝐷−(1−𝛼)𝑦(𝑥)|𝑥=0 = 𝑐1, 𝐷𝛼𝑦(𝑥)|𝑥=0 = 𝑐2.
adalah
𝑦(𝑥) = 𝑐1𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡) +𝑐2
𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑡),
dengan 𝑐1 dan 𝑐2 adalah sebarang konstanta.
Gambar (4.3) berikut adalah grafik solusi persamaan di atas dengan nilai 𝛼 yang
berbeda, dan 𝑎 = 𝑐1 = 𝑐2 = 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar (4.3). Solusi grafik contoh 4.6.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar di atas menunjukkan perilaku grafik solusi contoh 4.6.1 dengan nilai 𝛼
yang berbeda. Grafik menunjukkan bahwa perubahan nilai 𝛼 yang berbeda
mengakibatkan perubahan yang signifikan pada grafik. Karena solusi contoh 4.6.1
merupakan kombinasi linear dari kosinus dan sinus fraksional, berakibat untuk 𝛼 →
1, grafik akan mendekati
𝑦(𝑥) = cos(𝑥) + sin(𝑥).
Teorema 4.6.6
Fungsi kosinus fraksional dan sinus fraksional adalah dua fungsi yang bebas linear
untuk setiap 𝑥 > 0.
Bukti:
Akan dibuktikan Wronskian 𝑊 ≠ 0 sebagai berikut
𝑊[𝑦1, 𝑦2] = |𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
𝐷𝛼𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) 𝐷𝛼𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)|
= |𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)
−𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥) 𝑎 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼(𝑎, 𝑥)|
= 𝑎 𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) + 𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥)
= 𝑎[𝑐𝑜𝑠𝛼,𝛼2 (𝑎, 𝑥) + 𝑠𝑖𝑛𝛼,𝛼
2 (𝑎, 𝑥)]
= 𝑎[𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥)].
Karena 𝑒𝛼,𝛼(𝑎𝑖, 𝑥)𝑒𝛼,𝛼(−𝑎𝑖, 𝑥) ≠ 0 untuk setiap 𝑥 > 0, berakibat 𝑊[𝑦1, 𝑦2] ≠ 0.
Dengan kata lain, kosinus fraksional dan sinus fraksional bebas linear. ∎
G. Penerapan Kalkulus Fraksional di Bidang Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah sebuah cabang farmakologi yang mempelajari mekanisme
penyerapan dan penyebaran obat yang diberikan. Umumnya sejumlah fase yang
dilalui ketika obat masuk ke dalam tubuh dan memulai kontak dengan organ tubuh
yaitu absorbsi, distribusi, dan biotransformasi. Farmakokinetik memegang peran
penting dalam menentukan dosis yang tepat untuk pasien. Analisis farmakokinetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dilakukan dengan metode non-kompartemen atau kompartemen. Metode non-
kompartemen memperkirakan luas daerah di bawah kurva dari grafik konsentrasi
waktu, sedangkan metode kompartemen memperkirakan grafik konsentrasi waktu.
Kemudian, ada dua model dari metode kompartemen yaitu model satu
kompartemen dan model dua kompartemen. Pada model satu kompartemen,
diasumsikan tubuh adalah seperti satu ruang yang sama dan obat terdistribusi secara
cepat ke seluruh jaringan, sedangkan model dua kompartemen, diasumsikan tubuh
terdiri dari dua bagian yaitu kompartemen sentral dan kompartemen perifer. Pada
tugas akhir ini hanya akan dibahas mengenai model satu kompartemen dengan
menerapkan kalkulus fraksional.
Pada model satu kompartemen, obat yang telah dikonsumsi dalam tubuh sesuai
model satu kompartemen hilang dengan kinetik orde pertama. Laju kehilangan obat
dalam tubuh diberikan oleh
𝑑𝑐𝑝(𝑡)
𝑑𝑡= −𝛾𝑐𝑝(𝑡),
(4.18)
dengan 𝑐𝑝 adalah konsentrasi obat pada tubuh pada waktu 𝑡 setelah dikonsumsi, 𝛾
adalah konstanta laju kehilangan obat orde pertama. Tanda negatif menunjukkan
bahwa konsentrasi obat dalam tubuh hilang seiring bertambahnya 𝑡. Penyelesaian
dari persamaan (4.18) adalah
𝑐𝑝(𝑡) = 𝑐𝑝0𝑒−𝛾𝑡,
dengan 𝑐𝑝0 adalah konsentrasi awal saat 𝑡 = 0.
Sebuah pengembangan model (4.18) adalah melalui persamaan diferensial
fraksional. Diberikan
𝐷𝛼𝑐𝑝(𝑡) = −𝑘𝑐𝑝(𝑡) (4.19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
𝐷−(1−𝛼)𝑐𝑝(𝑡)|𝑡=0 = 𝑐𝑝0,
dengan 0 < 𝛼 ≤ 1, dan 𝑘 = 𝛾. Dengan menggunakan transformasi Laplace pada
persamaan (4.19) diperoleh
ℒ{𝐷𝛼𝑐𝑝(𝑡)} = −𝑘ℒ{𝑐𝑝(𝑡)}
𝑠𝛼ℒ{𝑐𝑝(𝑡)} − 𝐷−(1−𝛼)𝑐𝑝(𝑡)|𝑡=0 = −𝑘ℒ{𝑐𝑝(𝑡)}
𝑠𝛼ℒ{𝑐𝑝(𝑡)} − 𝑐𝑝0 = −𝑘ℒ{𝑐𝑝(𝑡)}
ℒ{𝑐𝑝(𝑡)}(𝑠𝛼 + 𝑘) = 𝑐𝑝0.
Misalkan ℒ{𝑐𝑝(𝑡)} = 𝐶𝑝(𝑠), sehingga
𝐶𝑝(𝑠)(𝑠𝛼 + 𝑘) = 𝑐𝑝0,
atau
𝐶𝑝(𝑠) =𝑐𝑝0
𝑠𝛼 + 𝑘.
Kemudian, dengan mengambil invers transformasi Laplace pada kedua ruas
diperoleh
𝑐𝑝(𝑡) = 𝑐𝑝0𝑡𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−𝑘𝑡𝛼).
Khususnya untuk 𝛼 = 1 diperoleh
𝑐𝑝(𝑡) = 𝑐𝑝0𝑒−𝑘𝑡.
Selanjutnya, akan ditunjukkan perilaku grafik model fraksional untuk beberapa
nilai 𝛼 yang berbeda. Misalkan 𝑐𝑝0 = 1002,42 dan 𝑘 = 0,011. Gambar (4.4) di
bawah ini menunjukkan grafik model fraksional dengan nilai – nilai 𝛼 yang
berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar (4.4). Grafik konsentrasi obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pada gambar (4.4) di atas, nilai 𝛼 yang berbeda menunjukkan perilaku yang berbeda
dari kurva model. Kurva akan turun semakin cepat untuk nilai – nilai 𝛼 yang
semakin kecil, serta untuk 𝛼 → 1 model fraksional akan mendekati model orde
pertama. Dengan kata lain
lim𝛼→1
𝑐𝑝0𝑡𝛼−1𝐸𝛼,𝛼(−𝑘𝑡𝛼) = lim𝛼→1
𝑐𝑝0𝑡𝛼−1 ∑(−𝑘𝑡𝛼)𝑛
Γ(𝛼𝑛 + 𝛼)
∞
𝑛=0
= 𝑐𝑝0 ∑(−𝑘𝑡)𝑛
Γ(𝑛 + 1)
∞
𝑛=0
= 𝑐𝑝0 ∑(−𝑘𝑡)𝑛
𝑛!
∞
𝑛=0
= 𝑐𝑝0𝑒−𝑘𝑡.
Kemudian, diberikan data observasi yang diambil dari [Almusharrf, 2011] berikut:
𝑡 Konsentrasi
10 920
20 800
30 750
40 630
50 610
60 530
70 520
90 380
110 350
150 200
Gambar (4.5) di bawah ini menunjukkan data observasi dengan grafik model
fraksional dengan nilai 𝛼 yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar (4.5). Grafik konsentrasi obat dan data observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Pada gambar (4.5), dapat dilihat bahwa data observasi cenderung lebih dekat
dengan kurva dengan nilai 𝛼 = 0,99 dan 𝛼 = 0,98 dibandingkan dengan 𝛼 = 1.
Dengan kata lain, kalkulus fraksional memberikan kebebasan yang lebih untuk
memilih nilai 𝛼 dalam pencocokan data, sehingga memungkinkan untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat berdasarkan data observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalkulus fraksional adalah sebuah perluasan dari kalkulus klasik. Operasi dalam
kalkulus klasik, yakni turunan dan integral terbatas hanya untuk orde bilangan
bulat, tetapi kalkulus fraksional mampu memperluas orde turunan dan integral
hingga ke bilangan real. Pada tugas akhir ini, telah dikembangkan fungsi
trigonometri fraksional versi Riemann-Liouville berdasarkan fungsi eksponensial
fraksional. Fungsi trigonometri fraksional adalah sebuah perumuman dari fungsi
trigonometri biasa sebab untuk 𝛼 = 1, fungsi trigonometri fraksional adalah fungsi
trigonometri biasa. Sifat – sifat dari fungsi trigonometri fraksional juga merupakan
sebuah perumuman dari fungsi trigonometri biasa. Pada tugas akhir ini juga dibahas
persamaan diferensial fraksional yang didasarkan pada kalkulus fraksional serta
penerapan kalkulus fraksional dalam bidang farmakokinetik. Kalkulus fraksional
juga dapat memberikan keakuratan lebih dalam pencocokan data, khususnya dalam
bidang farmakokinetik, sebab dapat dipilih nilai 𝛼 secara fleksibel berdasarkan data
observasi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kalkulus fraksional memiliki
peran yang lebih luas dibandingkan dengan kalkulus klasik.
B. Saran
Banyak permasalahan dalam kalkulus fraksional yang belum dipelajari di dalam
skripsi ini, khususnya dalam fungsi trigonometri fraksional, seperti bagaimana
invers dari fungsi trigonometri fraksional, bagaimana turunan fraksional dari tangen
fraksional, kosekan fraksional, sekan fraksional, dan kotangen fraksional,
kemudian bagaimana aturan pembagian dalam turunan fraksional. Saran bagi
penulis yang ingin melanjutkan tugas akhir ini adalah menggunakan dasar teori dari
kalkulus fraksional serta mencari sumber – sumber lain yang belum tercakup dalam
tugas akhir ini khususnya dalam mengembangkan sifat – sifat dari fungsi
trigonometri fraksional lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hal lain yang dapat dipelajari lebih lanjut misalnya pengembangan kalkulus
fraksional, khususnya fungsi trigonometri fraksional, menggunakan versi selain
Riemann-Liouville, misalnya versi Weyl, versi Caputo, versi Jumarie, dan
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Almusharrf, Amera. (2011). Development of Fractional Trigonometry and an
Application of Fractional Calculus to Pharmacokinetic Model (Master
Thesis). Kentucky: Western Kentucky University.
Axler, Sheldon. (1997). Linear Algebra Done Right. New York: Springer.
Delkosh, Mehdi. (2013). Introduction of Derivatives and Integrals of Fractional
Order and Its Applications. Applied Mathematics and Physics. 1(4): 103 –
119.
Ghosh, Uttam, et al. (2015). Solution of System of Linear Fractional Differential
Equations with Modified Derivative of Jumarie Type. American Journal of
Mathematical Analysis. 3(3): 72 – 84.
Gorenflo, Rudolf, et al. (2014). Mittag-Leffler Functions, Related Topics and
Applications. Berlin: Springer.
Green's Formula, Laplace Transform of Convolution
https://ocw.mit.edu/courses/mathematics/18-03sc-differential-equations-fall-
2011/unit-iii-fourier-series-and-laplace-transform/transfer-system-and-weight-
functions-greens-formula/MIT18_03SCF11_s30_5text.pdf
Kilbas, A. Anatoly, et al. (2006). Theory and Applications of Fractional
Differential Equations. Amsterdam: Elsevier.
Kimeu, Joseph M. (2009). Fractional Calculus: Definitions and Applications
(Master Thesis). Kentucky: Western Kentucky University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kreyszig, Erwin. (1978). Introductory Functional Analysis with Applications. New
York: John Wiley & Sons.
Podlubny, Igor. (1999). Fractional Differential Equations. Kosice: Academic
Press.
Schiff, Joel L. (1999). The Laplace Transform, Theory and Applications. Auckland:
Springer.
Spiegel, Murray R. (1985). Transformasi Laplace. Jakarta: Erlangga.
The Gamma and The Beta Function
https://homepage.tudelft.nl/11r49/documents/wi4006/gammabeta.pdf
Uniqueness of Laplace Transform
http://web.mit.edu/jorloff/www/18.03-esg/notes/extra/laplaceuniqueness.pdf
Whittaker, E.T. and G. N. Watson. (1927). A Course of Modern Analysis. New
York: Cambridge University Press.
Williams, David. (1991). Probability with Martingales. New York: Cambridge
University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI