kaleidoskop 2012
TRANSCRIPT
Bulletin Kaleidoskop 2012 1
GFTN - Indonesia
Bul
letin
Kaleidoskop 2012
Bulletin Kaleidoskop 20122
WWF Global Forest & Trade Network
DAFT
AR IS
I / T
able
of C
onte
nts
Pengenalan Better Management Practice (BMP) bagi Masyarakat Sipil
di Banda Aceh dan PekanbaruThe introduction of Better Management
Practices (BMP) for Civil Society in Banda Aceh and Pekanbaru
Memastikan Keberadaan Populasi Bekantan di Kabupaten Kubu Raya
Ensuring the Existence of Proboscis Monkey Population in Kubu Raya District
Pemantauan Praktik Bisnis Sektor Kehutanan di Kabupaten Nunukan dan Ketapang
Groundtruthing of Forestry Sector Business Practices in Nunukan and Ketapang Districts
Pelatihan Investigasi dan Advokasi Jaringan LSM Kalimantan Timur
Investigation and Advocacy Training for NGO Alliance in East Kalimantan
50 tahun yang lalu WWF-Indonesia mulai
berkiprah di Indonesia dengan program pioneer
penyelamatan badak. Saat ini WWF-Indonesia
telah berkembang menjadi satu organisasi besar
independen dengan semangat konservasi yang
tidak pernah berhenti. Program GFTN merupakan
satu tiang untuk WWF selama 9 tahun terakhir.
Kebanggaan kami tercipta melalui apresiasi
masyarakat, mitra perusahaan, pemerintah dan
media atas kerja konservasi kami di lapangan.
Selamat membaca!
Salam lestari,
Tim GFTN-Indonesia
Cover Photo: Kevin Schafer/ WWF - Canon
Publication Manager and EditorDita Ramadhani ([email protected])
Writer Iwan Setiawan ([email protected])
Layouter Madha Dewanto ([email protected])
Bul
letin
Kaleidoskop 2012
33
35
36
38
Bulletin Kaleidoskop 2012 3
GFTN - Indonesia
Pelatihan Olah Limbah Pt. Ratah TimberPt. Ratah Timber Waste Management Training
Kelola Hutan Adat PapuaPapua’s Indigenous Forest Management
Fsc Kembangkan Sertifikasi Jasa Lingkungan di Empat Negara
Fsc To Develop Eco-System Services In Four Countries
Training identifikasi HCVF untuk masyarakat KuBarTraining for the identification of HCVF Kubar
Kunjungan IKEA dan WWF Swedia ke Kalimantan Barat dan Tengah
IKEA and WWF Sweden Trip to West and East Kalimantan
PT. Ratah Timber Menuju Sertifikasi FSCPT. Ratah Timber Toward FSC Certification
Membangun Hutan Desa di SintangCommunity Forest in Sintang
Penanganan Konflik Gajah di Nunukan, Kalimantan Timur
Elephant Conflict Mitigation Training in Nunukan, East Kalimantan
Temu Bisnis Perdagangan Kayu RakyatCommunity Timber Trade Business Meeting
Senna Saraswati, Sang “Forest Ranger” Senna Saraswati, The Forest Ranger
Bersama Masyarakat Menata Batas Dengan Jelas
Spatial Delineation Map Making with Community
Promosi EU ACTIVE di EUIBDEU ACTIVE promotion in EUIBD
50 tahun WWF di Indonesia50 Years Anniversary of WWF in Indonesia
Training of Trainer (ToT) Pengelolaan Hutan Lestari Dan Kunjungan Media ke Kubu Raya
Training of Trainer (ToT) of Sustainable Forest Management and Journalist Visit to Kubu Raya
Potensi Desa Mrayan sebagai penghasil pinus
Mrayan Village hidden potential as pine producer
Pelatihan Lacak Balak Dua Perusahaan Pulp dan Kertas
Chain of Custody Training in Two Pulp and Paper Companies
Pelatihan Sistem Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)
Timber Legality Verification System Training in Surabaya
Bulletin Kaleidoskop 2012 3
GFTN - Indonesia
Pelatihan Para Pemimpin Sertifikasi HutanTraining of Trainer on Forest Certification
5
22
23
24
26
28
30
32
6
8
10
12
14
15
16
18
19
20
Bulletin Kaleidoskop 20124
WWF Global Forest & Trade Network
Memanfaatkan hutan di satu sisi, harus dibarengi
dengan pemeliharaan yang menyangkut segala
sisi. Baik itu segi pembuangan limbah, perawatan
hingga hal lainnya. Tercipta nya keseimbangan antara
alam dan industri inilah yang dicita-citakan bersama
oleh banyak pihak.
Untuk itu pada tanggal 29 Januari hingga 3 Februari
2012, WWF-Indonesia melakukan tinjau lokasi ke
PT Ratah Timber di Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Tinjauan ini meliputi beberapa hal, seperti pelatihan
pengolahan limbah, sosialisasi standard Forest
Stewardship Council (FSC ) dan peninjauan aktivitas
closed car major.
Dalam kunjungan kali ini diadakan diskusi deng-
an Prof. Dr. Ir. Maman Sutisna dari Universitas
Mulawarman. Tema yang dibicarakan dalam
diskusi tersebut seputar bagaimana
mengatur limbah hasil pengeluar-
an pohon Sengon dan Gmelima
yang mengganggu areal pem-
bibitan. Diselenggarakan pula
diskusi dengan staff lapangan
mengenai perencanaan,
pelaksanaan serta pengelolaan
limbah pembuangan dan aktivitas
rehabilitasi. Diharapkan dalam dis-
kusi tersebut tercapai pengetahuan serta
kemampuan para staff PT. Ratah Timber di lapangan
dalam pengelolaan sosial, perlindungan terhadap
hutan hingga sistem monitoring lingkungan.
Dengan sejumlah pelatihan, diskusi serta peninjauan
langsung ke lapangan seperti ini, ke depannya sema-
kin tercipta iklim yang seimbang antara pengusaha,
dengan pelestarian alam serta pemanfaatan yang
terjaga untuk masa mendatang.
Forest utilization should be harmonized with all
involving aspects. Could it be in terms of waste dis-
posal, treatment, or other things. The balance between
nature and industry is aspired by many.
Regarding that respect, on January 29 to February
3, 2012, WWF-Indonesia had a field visit to
PT. Ratah Timber concession in West
Kutai, East Kalimantan. This activity
covered a few things, such as
waste management training,
socialization of Forest Steward-
ship Council (FSC) standard,
and reviewing major closed car
activity.
There was discussion with Prof. Dr. Ir.
Maman Sutisna of Mulawarman University.
The topic in the discussion was about how to control
and manage the waste of Sengon and Gmelima that is
sprouting nursery areas. There was also discussion
with PT. Ratah Timber field staff on planning, imple-
mentation, and managing activities of disposal and
rehabilitation. Through this discussion it was expected
that field staff will achieved sufficient knowledge and
skills of social management, protection of forests to
environmental monitoring systems.
Photo by: WWF-Indonesia/ Dita Ramadhani
Bulletin Kaleidoskop 2012 5
GFTN - Indonesia
Pengembangan pembayaran jasa lingkungan
atau Paymet for Eco-system Services (PES)
akan menjadi elemen strategis dalam menjadikan
praktik konservasi dalam kehidupan sehari-hari
menjadi biasa/ rutin. Jasa lingkungan meru-
pakan nilai lebih pada sumber daya alam yang
masih bisa dikembangkan di luar produksi hutan
normal (penebangan kayu). Menurut laporan GEF
(Global Environment Facility), lebih dari 60%
jasa lingkungan di dunia digunakan secara tidak
lestari. Keanekaragaman hayati memiliki hubungan
Payment for Eco-systems Services (PES) will be
a key element in strategies for mainstreaming
forest biodiversity conservation and maintain-
ing essential support services, and for meeting
the Millennium Development Goals (MDG). The
GEF-supported Millennium Ecosystem As-
sessment concluded that more than 60% of the
world’s ecosystems services are either degraded
or used unsustainably. The Stern Report in 2006
highlighted the effect of deforestation on climate
change through carbon emissions while the role
of forests in watershed protection is critical for
water supply services downstream, for agriculture
and flood prevention. Biodiversity is closely linked
with the functioning of various forest ecosys-
tems services such as soil conservation, genetic
resources conservation and carbon sequestration,
and as a result depredation of the forest fauna and
flora can have severe consequences for human
welfare.
At the same time, these challenges pose problems
for forest management for sustainable timber
production as an integrated component of the
FSC to Develop Eco-System Services in Four Countries
FSC KEMBANGKAN SERTIFIKASI JASA LINGKUNGAN DI EMPAT NEGARA
Bulletin Kaleidoskop 20126
WWF Global Forest & Trade Network
dekat dengan jasa lingkungan di hutan seperti
konservasi tanah, sumber daya genetik dan simpa-
nan karbon. Kelalaian dalam menghargai jasa
lingkungan serta flora dan fauna bisa memberikan
dampak bagi kehidupan manusia.
Di saat yang bersamaan, tantangan ini juga
memberikan tantangan baru bagi para pengelola
hutan (misal: petani hutan rakyat, perusahaan
konsesi hutan alam) dimana hutan produksi men-
jadi bagian dari ekosistem. Hutan menyediakan
jasa lingkungan yang sangat beragam dan perlu
diintegrasikan dengan baik dengan pengelolaan
hutan. FSC (Forest Stewardship Council) sebagai
salah satu badan pengeluar sertifikat memiliki
keunggulan dalam menciptakan sistem sertifikasi.
Selain itu FSC juga memiliki catatan pengem-
bang konservasi keanekaragaman hayati melalui
pendekatan KBKT (Kawasan Bernilai Konservasi
Tinggi) atau biasa dikenal HCFV (High Conserva-
tion Forest Values).
Tujuan dari pengembangan sertifikasi jasa
lingkung an FSC adalah menambah nilai atau
mempromosikan sertifikasi hutan lestari dalam
cakupan jasa lingkungan. Kegiatan ini akan
dilakukan selama empat tahun dengan tes terhadap
standar jasa lingkungan FSC di area area terpilih.
Kegiatan ini dilakukan di empat negara: Chile,
Indonesia, Nepal dan Vietnam melalui kerjasama
dengan LSM lokal dan internasional serta badan-
badan pemerintah. Namun, hal terpenting dalam
kegiatan ini adalah pengembangan indikator yang
bisa diukur kesesuaian dan kelayakannya dengan
prinsip dan kriteria FSC lewat standar empat
negara tersebut dan standar internasional.
ecosystem. The forests provide a wide range of
services and a viable management plan needs to
incorporate these fully. Some may have commer-
cial potential while others are of social importance
and it is within this holistic approach that the
Forest Stewardship Council (FSC) system has a
distinct advantage over other certification systems
being developed which focus exclusively on one
service or another. It also has a track record in
biodiversity conservation through its High Con-
servation Value Forest approach and in fact has
one of its Core Principles (Principle 9) dedicated
to this. Nevertheless FSC is often seen as being
exclusively timber focused rather than addressing
the wider ecosystem services.
The purpose of this project is therefore to improve
and promote sustainable forest management for a
range of ecosystem services through the medium
of FSC certification. Over the project duration of
four years, the application of FSC certification will
be tested on the ground for the additional services
mentioned above and other allied ones such as
recreation. To demonstrate the feasibility of this
approach and system, as well as to provide the so
needed ‘evidence-base’, it will need to be tested
and its impacts measured in different socio-
political as well as environmental conditions.
For this reason, the project will be implemented
in four countries, Chile, Indonesia, Nepal and
Vietnam, through local and international NGOs
and government agencies. Essential to this is the
development of suitable measurable compliance
indicators which will be incorporated in FSC
national standards in the pilot countries and into
international standards.
Bulletin Kaleidoskop 2012 7
GFTN - Indonesia
KUNJUNGAN IKEA DAN WWF SWEDIAKE KALIMANTAN BARATDAN TENGAH
MARET2012
IKEA and WWF Sweden Trip to West and East Kalimantan
Bulletin Kaleidoskop 2012 7
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 20128
WWF Global Forest & Trade Network
Pada pertengahan bulan Maret 2012, PT.Suka
Jaya Makmur (SJM) yang berlokasi di Keta-
pang, Kalimantan Barat, mendapat kunjungan dari
rombongan WWF dan juga perwakilan IKEA, pe-
rusahaan retail asal Swedia. Peserta kunjungan ini
adalah Anders Hildeman (IKEA), Tomas Paulsson
(IKEA), Rod Taylor (WWF Internasional), George
White (WWF Internasional), Per Larsson (WWF
Sweden), Louise Karlsson (WWF Sweden), Devis
Rachmawan (WWF Kalteng-Project Rotan Of-
ficer), Aditya Bayunanda (WWF Indonesia-GFTN
Manager), dan Hermayani (WWF KalBar-Program
Manager).
Kunjungan ini bertujuan melihat secara dekat
aktivitas anggota GFTN yang telah memperoleh
sertifikasi FSC, dan bagaimana SJM mengimple-
mentasikan rencana pengelolaan konservasi
orangutan di dalam konsesi hutan alam mereka.
Sebelum rombongan berangkat ke Ketapang, pada
tanggal 12 Maret 2012 diadakan pertemuan di
Jakarta mengenai kegiatan aktivitas pemberday-
aan masyarakat dengan hasil rotan, Program HoB
(Heart of Borneo) dan GFTN.
Di Ketapang rombongan melihat blok tebangan
SJM dan plot pengamatan orangutan. Kemudian
pada malam harinya, diadakan rapat mengenai
kegiatan survey orangutan yang dilakukan di
SJM selama beberapa tahun terakhir. Dalam kun-
jungan singkat tersebut, PT. Suka Jaya Makmur
dapat menunjukkan bagaimana implementasi
RIL (Reduce Impact Logging) dan CoC (Chain
In mid-March 2012, WWF and IKEA group visited
PT. Suka Jaya Makmur (SJM) which is located in
Ketapang, West Kalimantan. The group par-
ticipants were Anders Hildeman (IKEA), Thomas
Paulsson (IKEA), Rod Taylor (WWF International),
George White (WWF International), Per Larsson
(WWF Sweden), Louise Karlsson (WWF Sweden),
Devis Rachmawan (WWF Kalteng-Rattan Project
Officer), Aditya Bayunanda (Indonesia WWF-GFTN
Manager), and Hermayani (WWF-Leaders Program
Manager).
This visit aimed to look closely at the activities
of GFTN members who have obtained FSC cer-
tification, and how SJM implemented orangutan
conservation management plan. Before left for
Ketapang, on March 12, 2012 there was a meeting
held at Jakarta, to discuss community’s rattan
empowerment, Heart of Borneo (HoB) program,
and GFTN.
In Ketapang, group visited SJM’s harvesting
plot and orangutan surveillance plot. At
night, there was discussion about
orangutan’s survey activity in
SJM that has been run-
ning for several
KETAPANGKalimantan Barat
Bulletin Kaleidoskop 2012 9
GFTN - Indonesia
of Custody) dapat dilaksanakan dengan baik
di lapangan. Terlebih lagi, sistem CoC yang diber-
lakukan juga sudah menggunakan sistem online.
SJM juga telah mengimplementasikan rencana
kelola konservasi orangutan.
Rombongan meneruskan kunjungan ke Kabupaten
Katingan, Kalimantan Tengah, pada keesokan
harinya. Katingan merupakan salah satu penghasil
rotan terbesar di Indonesia. IKEA mendukung
pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan
rotan di sini. Masyarakat diharapkan menjaga
kekayaan alam mereka dengan menjaga hutan dan
menanam rotan. Rotan nantinya diolah menjadi
mebel berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
years. In this short visit, SJM showed RIL (Reduce
Impact Logging) and CoC (Chain of Custody) sys-
tem implemented on the field. The CoC has using
online system. The company also implementing
orangutan conservation management plan.
The group continued their journey to Katingan Dis-
trict, Central Kalimantan, on the next day. Katingan
is one of the biggest rattan producers in Indonesia.
IKEA supported community empowerment for rat-
tan management in this district. It is expected that
the community can preserve their natural resource
asset by sustaining forest and planting rattan.
These rattan will be manufactured into high quality
and environmental friendly furniture.
Photo by: Mauri Rautkari/ WWF - Canon
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 201210
WWF Global Forest & Trade Network
Hutan Desa adalah hutan milik negara yang
dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejah-
teraan warga desa itu sendiri. Diperlukan
pemahaman dan kemampuan dari warga hingga
penyiapan terhadap hutan itu sendiri sebelum
akirnya penetapan sebuah areal hutan dinyatakan
sebagai hutan desa.
Oleh karena itu, WWF-Indonesian dan Yayasan
Titian melakukan diskusi seputar rencana
kerja dan penerapan hutan desa di Sintang,
Kalimantan Barat. Pada tanggal 14 – 15 Maret
2012 dilaksanakan serangkaian kegiatan seperti
studi, identifikasi dan penyiapan lainnya untuk
proses hutan desa. Identifikasi kawasan, zonasi
kawasan, identifikasi potensi dan pemanfaatan
hutan (potensi wisata dan mikrohidro) dilakukan
oleh YayasanTitian.
Hutan desa yang akan dikonservasi yaitu Desa
Jasa dan Desa Rasau dengan luas ± 7000 ha.
Community forest is a state-owned forest that
are managed and utilized for the welfare of
the locals. There has to be an understanding
and the skill of the local community to prepare
the readiness of the forest before it is stated as
community forest.
Therefore, WWF-Indonesia and Titian Founda-
tion held discussions regarding work plans and
community forest implementation in Sintang,
West Kalimantan. On March 14-15, 2012, there
was a series of activities such as research study,
identification, and other preparation for the com-
munity forest’s set up process. Areas identifica-
tion, zoning, potential resource identification
and forest utilization were conducted by Titian
Foundation.
The chosen community forests are located in
Jasa Village and Rasau Village with an area of ±
Membangun Hutan Desa di Sintang Community Forest in Sintang
MARET2012
Bulletin Kaleidoskop 2012 11
GFTN - Indonesia
7000 ha. Currently there are three villages of a
total 5 villages submitted general work plan to
the government for permit process (± 12.000 ha).
In Jasa Village and Rasau Village, the forest
identification had been verified by the Ministry of
Forestry and on the process at Forest Planning
and Bina Perhutanan Sosial. The appointed of
community forest will be issued by the Ministry
of Forestry. Follow by permit process from local
community to provincial government.
Furthermore, there will be series of activities to
socialize social and forestry aspect in general.
In the future, there will be an assistance to
community forest establishment activities and
creating village institution that will lead the forest
management.
Saat ini ada tiga desa dari total lima desa yang
mengajukan rencana kerja ke pemerintah untuk
perijinan hutan desa (±12,000 ha).
Untuk hutan desa di Desa Jasa dan Desa Rasau,
kawasan hutan sudah selesai diverifikasi oleh
Kementrian Kehutanan dan masih diproses
di Planologi Kehutanan dan Bina Perhutanan
Sosial. Sedangkan mengenai penetapan hutan
desa akan dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan.
Setelah itu, baru diproses perijinan peruntukan-
nya oleh masyarakat ke pemerintah provinsi.
Sleanjutnya akan dilakukan serangkaian aktivitas
guna mensosialisasikan perhutanan sosial
secara umum. Kedepannya akan dilakukan pe-
ngawalan penetapan hutan desa dan penguatan
terhadap lembaga desa yang kelak akan jadi
pengelola huta desa tersebut.
Photo by: Dokumentasi Yayasan TITIAN
Bulletin Kaleidoskop 201212
WWF Global Forest & Trade Network
TEMU BISNIS PERDAGANGAN KAYU RAKYAT
APRIL2012
Pada tanggal 30 April - 5 Mei 2012 diada-
kan serangkaian acara yang berisikan dis-
kusi, tinjau lokasi mengenai perdagangan
kayu rakyat. Acara ini mengambil tempat
di Yogyakarta, Pati, Sragen, Solo, Wonogiri,
Pacitan, dan Kulonprogo. Acara ini melibatkan
sejumlah pihak, yakni Gapoktan Hutan Rakyat
Pati, Kelompok Tani Poh Gading, UMHR Wana
Reja Asri Sragen), PERSEPSI, UMHR Catur Giri,
Ketua APHR, UMHR Catur Sari.
Tujuan dari acara ini adalah untuk menilai potensi
produksi Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR),
menilai kapasitas UMHR sebagai unit bisnis dan
menilai kesiapan UMHR dalam bertransaksi. Hal
ini menjadi penting mengingat masih kurangnya
informasi yang ada antara antara rakyat selaku
On April 30 - May 5, 2012, there was a
series of discussion and field visit to
location of community timber trade. This
event took place in Yogyakarta, Pati,
Sragen, Solo, Wonogiri, Pacitan, and Kulon Progo.
The event involved a number of parties: Gapoktan
Forestry of Pati; Farmers Group Poh Gading,
Pati; UMHR Wana Reja Asri (WARAS), Sragen;
PERSEPSI; UMHR Catur Giri; APHR; and UMHR
Catur Sari.
The purpose of this event was to assess the
production potential of the Community Forest
Management Units (UMHR), to assess the capac-
ity of UMHR as business units, and to assess
the readiness of UMHR in the transaction. It is
important to remember that there is still a lack of
Community Timber Trade
Business Meeting
Bulletin Kaleidoskop 201212
WWF Global Forest & Trade Network
Bulletin Kaleidoskop 2012 13
GFTN - Indonesia
TEMU BISNIS PERDAGANGAN KAYU RAKYAT
pengelola kayu dan kebutuhan pasar. Di satu
sisi pengadaan kayu berlimpah, di sisi lain
banyak permintaan tidak terpenuhi dengan baik.
Oleh karena itu diperlukan ketersediaan infor-
masi dan kemampuan untuk bertransaksi dalam
menjalankan roda bisnis kayu rakyat ini.
Pada akhir kegiatan akan dihasilkan potensi pa-
sokan bahan baku kayu bersertifikat dari UMHR
bagi industri dan kesepahaman antara para pi-
hak terkait dengan pemenuhan bahan baku kayu
bersertifikat untuk industri dari UMHR. Dengan
demikian otomatis akan terbangun model ker-
jasama dan skema transaksi perdaganganyang
dapat dikembangkan antara UMHR dan industri.
Diskusi ini diadakan di Pati, Sragen, Wonogiri
dan Solo.
information among the people as the manager of
the timber industry and the needs of the market.
On one side there’s abundant of timber stock while
on the other side there’s a lot of the demand that is
not well fulfilled. Therefore, it is required the avail-
ability of information and the ability to maintain
business to run community timber.
At the end of the series activities, potential supply
of certified raw wood materials for UMHR industry
would be generated and understanding between
the parties related to the fulfillment of certified raw
wood materials for UMHR and industry was cre-
ated. Thus, the business model will automatically
stimulates cooperation and trade schemes can
be developed between UMHR and industy and/or
GFTN Trade Participants.
Photo by: WWF-Indonesia/ Dita Ramadhani
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2012 13
Bulletin Kaleidoskop 201214
WWF Global Forest & Trade Network
Bertempat di Jayapura pada tanggal 30 Maret
- 3 April, dilaksanakan presentasi dan pem-
bahasan mengenai rencana pengelolaan hutan
adat Papua. Sejumlah pihak yang terlibat antara
lain WWF-Indonesia dan Dinas Kehutanan dan
Konservasi Papua. Hadir pula dalam kesempatan
tersebut Bapak Marthen Kayoi selaku Kepala
Dinas Kehutanan dan Konservasi Papua.
Seusai presentasi, rancangan rencana kelola
pengelolaan hutan masyarakat Adat di KSU
(Kope rasi Serba Usaha) Jibogol (Jayapura) dan
KSU Mo Make Unaf (Merauke) disetujui oleh
Dinas Kehutanan dan Konservasi. Sebagai tin-
daklanjut dari persetujuan tersebut, pihak Dinas
Kehutanan dan Konservasi akan memenuhi pera-
latan yang belum miliki oleh kedua KSU seperti
mesin gergaji portable, genset, alat pertukangan
dan membiayai kegiatan pengecekan potensi
serta tatabatas di kedua lokasi KSU sebagai
prasyarat penyusunan dan pengesahan dokumen
RKT (Rencana Kerja Tahunan). WWF-Indonesia
juga diminta untuk melakukan presentasi bagi
staff Dinas Kehutanan di tingkat kabupaten di
Papua.
Located in Jayapura, on March 30 to April 3,
2012, there was a presentation and discus-
sion on the management of indigenous forest in
Papua. A number of parties were involved; among
others were WWF-Indonesia and Forestry and
Conservation Service of Papua. Marthen Kayoi
as Head of Forestry and Conservation Service of
Papua attended the meeting.
After the presentation, management plan draft for
indigenous forest management in KSU Jibogol
(Jayapura) and KSU Mo Make Unaf (Merauke)
were approved by the Forestry and Conservation
Service. Furthermore, as follow-up of the agree-
ment, the Forestry and Conservation Service will
provide all equipment needed for both KSUs,
such as portable saw, generator and carpentry
tools, and financing potential checking and
boundaries identification activities at both loca-
tions as a pre-requirement for the development
and approval documents of RKT (Annual Work
Plan). WWF-Indonesia was also asked to present
to other Forestry Service staff at the district level
in Papua.
KELOLA HUTAN ADAT
PAPUAPapua’s
Indigenous Forest
Management
MARET2012
Photo by: WWF-Indonesia/ Joko Sarjito
Bulletin Kaleidoskop 2012 15
GFTN - Indonesia
TRAINING IDENTIFIKASI HCVF UNTUK
MASYARAKAT KUBAR
Training for the identification of
HCVF Kubar
APRIL2012
Pada tanggal 13 – 17 April,
diadakan pelatihan identifi-
kasi HCVF (High Conservation
Value Forest) untuk masyarakat
Kutai Barat. Pelatihan ini dihadiri
oleh WWF-Indonesia, Yayasan Titian, Pembi-
naan Hutan Dinas Kehutanan Kutai Barat, Di-
nas Bina Lingkungan Hidup Kutai Barat, Dinas
Kehutanan Bulungan dan masyarakat pengelola
hutan tanaman rakyat di wilayah Kutai Barat.
Dari acara ini diharapkan peserta memahami
mengenai pengelolaan hutan rakyat dan skema
sertifikasi sistem pengelolaannya. Di sisi lain
pihak Dinas Kehutanan mendukung upaya
masyarakat untuk mengelola hutan di kawasan
milik mereka sendiri. Bahkan Dinas Kehutanan
Kutai Barat berkomitmen mendukung kegiatan
tersebut dari segi finansial. Sangat diharapkan
masyarakat pengelola hutan tanaman rakyat
dan para peserta lainnya memiliki pengetahuan
mengenai proses identifikasi HCV dan upaya-
upaya perlindungannya
Hal ini tentu saja tidak terjadi begitu saja
melalui satu dua kali pelatihan. Untuk itu masih
diperlukan upaya lain, seperti pendampingan
bagi pengelola hutan rakyat oleh WWF. Dibu-
tuhkan pula pengawalan yang ketat sehubung-
an dengan proses perijinan hutan rakyat hingga
ke tingkat kementrian.
On 13 – 17 April, training for the identifica-
tion of HCVF (High Conservation Value
Forest) was held in Kutai Barat. The training
was attended by WWF-Indonesia, Titian Foun-
dation, Forest Development of Forestry Service
of Kutai Barat, Environmental Development
Service of Kutai Barat and community forest
managers in Kutai Barat area.
From this event, participants were expected
to understand the management of community
forest management and management systems
of certification schemes. Furthermore Forestry
Service is supporting community efforts to
manage their own forest area and wants to give
financial support as well. It is very important
for community forest management and other
participants to have the knowledge about HCV
identification process and its protection efforts.
This target of course might not happen through
one or two times trainings. It is required other
steps, such as WWF assistance for community
forest managers. It is also required thorough
facilitation related to the process of community
forest permit submission to the ministerial level.
Photo by: Dokumentasi WWF Program Kalimantan Timur
Bulletin Kaleidoskop 201216
WWF Global Forest & Trade Network
PENANGANAN KONFLIK GAJAH DI NUNUKAN, KALIMANTAN TIMURElephant Conflict Mitigation Training in Nunukan, East Kalimantan
A P R I L2012
Bulletin Kaleidoskop 201216
WWF Global Forest & Trade Network
Bulletin Kaleidoskop 2012 17
GFTN - Indonesia
P embukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di wilayah Kecamatan Sebuku dan Tulin Onsoi, Kabu-paten Nunukan, Kalimantan Timur,
menimbulkan konflik antara gajah dan manusia (Human-Elephant Conflict) yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Gajah soliter kerap melintas dan memakan tanaman kelapa sawit milik perusahaan dan masyarakat. Sejak tahun 2005 hingga 2007 diperkirakan sekitar 16.000 tanaman sawit milik perusahaan dan masyarakat rusak karena dimakan oleh gajah.
WWF-Indonesia beberapa kali telah melakukan survey mengenai populasi gajah Kalimantan ini. Berdasarkan hasil survei tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kawasan konsesi PT Adimitra Lestari merupakan wilayah penting bagi pelestarian gajah Kalimantan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan tindakan pengelo-laan hutan yang tepat bagi PT Adimitra Lestari, agar dalam mengelola hutannya, potensi konflik dengan gajah dapat diminimalisir.
Pada tanggal 17-21 April 2012 diadakan pelatihan bagi staff lapangan PT Adimitra Lestari dalam upaya penanganan konflik gajah, dengan WWF-Indonesia sebagai instrukturnya. Melalui pelatihan ini, para peserta, khususnya staff PT. Adimitra Lestari, mendapat pengetahuan dan pengalaman mengenai populasi dan habitat gajah Kalimantan, perilaku gajah dan teknik-teknik serta filosofi melakukan mitigasi konflik dengan gajah. Selanjutnya, PT Adimitra Lestari dapat menyusun standard operational procedure (SOP) monitoring gajah dan tindakan/tahapan yang dilakukan untuk mengurangi konflik antar gajah-manusia.
Forest clearance for palm oil plantations in the region of Tulin Onsoi, Sebuku, Nu-nukan, East Kalimantan, ignited a conflict between elephants and humans (Human-
Elephant Conflict) which caused disadvantage for community. Solitaire elephants often passed palm plantation and ate young plants owned by the company and community. From year 2005 to 2007 an estimated of 16,000 plants owned by oil companies and communities damaged/eaten by elephants.
WWF-Indonesia has conducted a survey a few times on the Borneo elephant population. Based on the survey results, it can be concluded that the concession area of PT. Adimitra Lestari are important areas for the conservation of Borneo elephants. Therefore, it is necessary to obtain the knowledge and forest management measures for PT. Adimitra Lestari, in order to minimize conflict potential with elephants during their daily operation.
On April 17-21, 2012 there was a training for field staff of PT. Adimitra Lestari in mitigating elephant conflict, with WWF-Indonesia as the trainer. Through this training, the participants, especially the PT. Adimitra Lestari staff gained knowledge and experience about the population and habitat of Borneo elephants, their behavior, the techniques and mitigation philosophy of human elephant conflicts. Furthermore, PT. Ad-imitra Lestari will formulate standard operational procedure (SOP) in elephant monitoring and actions/steps to reduce human elephant conflict.
Bulletin Kaleidoskop 2012 17
GFTN - Indonesia
Photo by: Christy Wiliams/ WWF-Canon
Bulletin Kaleidoskop 201218
WWF Global Forest & Trade Network
Meningkatkan budaya hidup lestari merupakan salah satu kampanye yang
terus didengung-dengung-kan oleh WWF-Indonesia. Kampanye ini kemudian dikemas dalam sebuah kom-petisi yang menarik yaitu Kom-petisi Photo Blogging bertema ‘Being Forest Ranger’. WWF-Indonesia melalui program Global Forest & Trade Network (GFTN) mengajak masyarakat bercerita tentang kesehariannya menjadi konsumen cerdas ketika memilih produk kayu atau mencari alternatif produk-produk lain yang ramah lingkungan demi menjaga
daerah Taman Nasional Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Senna diajak melihat langsung keindahan alam taman nasional tersebut serta tinggal bersama masyarakat Dayak Iban di Kampung Meliau. Dia juga ikut melihat beberapa plot sarang orangutan yang memang hidup di dalam taman na-sional. Perjalanan istimewa tersebut juga ia tuangkan dalam blognya, yaitu http://ssaraswati.blogspot.com.
Improving sustainable living culture is one that continues to campaign by WWF-Indonesia. The campaign was then packaged in an exciting competi-
tion called Photo Blogging Competition, themed ‘Being Forest Ranger’. WWF-Indonesia through its Global Forest & Trade Network (GFTN) invited the public to
talk about their everyday smart consumer when choosing wood products or find alternative products–other products that are environmentally friendly in order to maintain sustainability. Blog competition which was held on November 7 to Decem-ber 9, 2011 open to everybody from 18-35 years old.
Surabaya’s contestant, Senna Saraswati, was the winner of this competition. As the first winner, in May 2012 Senna had the opportunity to visit Borneo jungle, spe-
cifically in Sentarum Lake National Park, Kapuas Hulu District, West Kalimantan. She experienced the landscape beauty of the national park and live together with Dayak Iban tribe for couple of days. She also saw some orangutan nests plot. Orangutan is one of the endangered spe-cies that are living inside Sentarum Lake National Park. She wrote this special trip in her blog, http://ssaraswati.blogspot.com
SENNA SARASWATI, SANG “FOREST RANGER”
Senna Saraswati, The Forest Ranger
MEI2012
kelestarian hutan. Kompetisi blog yang berlangsung dari
tanggal 7 November-9 Desember 2011 ini terbuka bagi siapa saja yang
berusia 18-35 tahun.
Terpilihlah Senna Saraswati dari Surabaya sebagai pemenang kompetisi ini. Sebagai pemenang pertama, maka pada bulan Mei 2012, Senna berkesempatan mengun-jungi hutan Kalimantan, tepatnya ke
Photo by: Dokumentasi WWF-Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2012 19
GFTN - Indonesia
Pada tanggal 30 Mei hingga bulan
Juni, diadakan serangkaian kegi-
atan terkait tinjauan implementasi
RIL (Reduce Impact Logging)
aspek pembangunan infrastruktur jembatan
dan gorong-gorong di PT. Ratah Timber,
Kutai Barat. Selain itu juga dilakukan
pembuatan plot pengamatan biodiversitas
dan perhitungan karbon bersama Profesor
Kitayama dan tim dari Universitas Kyoto,
Jepang.
Kegiatan tersebut melibatkan pihak PT.
Ratah Timber, WWF-Indonesia, peneliti,
Universitas Kyoto, dan CIFOR. Serang-
kaian kegiatan yang dilaksanakan mulai
dari sejumlah pertemuan yang membahas
standard jembatan yang sesuai dengan
FSC, juga peninjauan langsung ke lokasi
pembuatan plot flora dan fauna. Untuk
pembuatan plot tersebut, ditempatkan
sejumlah kamera pemantau keberadaan
flora dan fauna tertentu. Setidaknya 100
kamera dipasang di sejumlah lokasi yang
berguna untuk memantau dan menyelidiki
keberadaan satwa tertentu. Bentuk plot
adalah lingkaran dengan jari-jari 20 meter.
Objek pengamatan adalah pohon mulai
diameter ≥ 10 cm dan jenis setiap pohon.
Plot ini akan diukur ulang pada 5 tahun
kemudian.
were carried out, starting from a number of meeting that discussed the standard bridge in accordance to the FSC, and direct observation to the locations, such as flora and fauna plots. To construct these plots, a number of cameras placed to monitor the presence of certain flora and fauna. At least 100 cameras installed in some locations to monitor and investigate the existence of certain animal. The shape of the plot is a circle with the radius of 20 meters. The object of the observation was tree with diameter ≥ 10 cm; the diameter and type of each tree were measured. This plot will be measured again in the next 5 years.
Dari hasil kegiatan ini, bisa dikatakan PT
Ratah Tiber mampu menganalisa penilaian
dampak lingkungan akibat kegiatan
pengelolaan hutan. Seperti penentuan
panjang badan jembatan atau gorong-
gorong, penilaian terhadap pembuatan
jalan dan jembatan, penilaian terhadap
penebangan, penyaradan dan penilaian
terhadap pembuatan camp tarik. Selain itu,
proses ini juga menyelesaikan pembuatan
prosedur dan instuksi kerja yang mengarah
pada minimalisasi dampak kegiatan
pengelolaan.
As the result of this activity, it can be said that PT. Ratah Tiber is able to analyze the assessment of environmental impact of forest management activities like the determination of the length of the bridge or culvert dimension, the assessment of roads and bridges, assessment of felling and skidding, and assessment of the drag camp set up. Furthermore, this process was also completed the development of procedure and work instruction that lead into minimizing the impact of management activities.
PT. RATAH TIMBER MENUJU SERTIFIKASI FSC
PT. Ratah Timber Toward FSC Certification
On May 30 and June, 2012, there were number of activities related to RIL (Reduce Impact Logging) implementation on
bridges and culverts construction aspects review in PT. Ratah Timber, West Kutai, East Kalimantan. In addition to that, it was also a construction of observation plot for biodiversity and carbon accounting with Professor Kitayama and team from Japan’s Kyoto University.
The aforementioned activities involving PT. Ratah Timber, WWF-Indonesia, Kyoto University and CIFOR. Series of activities
Photo by: WWF-Indonesia/ Joko Sarjito
Bulletin Kaleidoskop 201220
WWF Global Forest & Trade Network
WWF-Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi
Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menga-
dakan Training of Trainer (ToT) untuk Pengelolaan
Hutan Lestari di Kalimantan Timur pada tang-
gal 11 – 15 Juni 2012 di Balikpapan. Selama
ini pengelolaan hutan lestari baik di hutan
alam maupun hutan tanaman diterapkan
dalam rangka mempertahankan dan me-
ningkatkan potensi serta produktifitas
hutan yang ada. Kata “lestari” berarti
pengelolaan hutan sejalan dengan
pemenuhan kebutuhan masyara-
kat setempat dan menjamin
pasokan bahan baku industri
kehutanan.
Pelatihan tersebut bertu-
juan mengembang-
kan kelompok
trainer yang
di-
WWF-
Indonesia
together with
Indonesian Forest
Concession Associa-
tion (APHI) held Training
of Trainer (ToT) for Sus-
tainable Forest Management
(SFM) in East Kalimantan
on June 11 – 15, 2012, in
Balikpapan. Up to now, the
implementation’s aim of sustainable
forest management both in natural
forest concession and plantation is to
conserve and increase forest’s productiv-
ity potential. The word “sustainable” means
forest management that in line with local
community needs’ fulfillment and the continuity
of forest industry supply.
The training was intended to develop trainer group
who understand Indonesia’s certification system; SFM’s
policy, regulation and legality in Indonesia; understand
Training of Trainer
on Forest Certification
J U N I2012
Photo by: WWF-Indonesia/ Jimmy Syahirsyah
Bulletin Kaleidoskop 2012 21
GFTN - Indonesia
harapkan mengetahui sistem sertifikasi di
Indonesia, kebijakan dan peraturan PHPL serta
legalitas di Indonesia, memahami Best Manage-
ment Practice dalam implementasi pengelolaan
hutan lestari, menguasai pembuatan rencana aksi
sertifikasi berdasarkan analisis gap, memahami
teknik dan metode penyampaian materi/ informasi
implementasi sistem pengelolaan hutan lestari
dan bertanggung jawab. Setelah kelompok trainer
ini memahami materi, mereka wajib menjadi
“pemimpin” penerapan PHPL termasuk legalitas di
lingkup pekerjaan mereka masing-masing.
Tahun 2003 Kementrian Kehutanan mencanang-
kan SK Menhut NO. 4795/ Kpts-II/2002 beserta
aturan pelaksanaanya. SK tersebut diganti dengan
peraturan baru yaitu Peraturan Menhut No. P.38/
Menhut-II/2009. Dalam peraturan baru ini, Veri-
fikasi Legalitas Kayu (VLK) terpisah akreditasinya
dengan PHPL (Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari). Dalam penerapan regulasi ini sangat
diperlukan tanggung jawab serta pemahaman
penuh mengenai sertifikasi dari masing-masing
pengelola, baik HPH maupun HTI.
Best Management Practice (BMP) implementation
in sustainable forest management; capable to cre-
ate certification action plan based on gap analysis;
understand technical issues and method and are
able to deliver material/ information on respon-
sible and sustainable forest management system.
After this trainer group recognize and understand
all material, they were asked to become “leader” in
SFM implementation including legality issues on
each working position.
In year 2003, Ministry of Forestry issued decree
letter SK Menhut No. 4795/ Kpts-II/ 2002 and its
performance regulation. The decree was replaced
by new Ministry of Forestry regulation No. P.38/
Menhut-II/ 2009. In the new regulation, Timber
Legality Verification (VLK)’s accreditation is sepa-
rate with SFM. In this regulation’s implementation
it is significant to have dedicated people who fully
understand about certification and responsible to
it, both in natural forest concession and plantation.
Photo by: Dokumentasi WWF-Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 201222
WWF Global Forest & Trade Network
Pada tanggal 7-8 Agustus 2012 diadakan pela-
tihan FSC CoC (Chain of Custody) atau lacak
balak di perusahaan pulp dan kertas GKU (Graha
Kerindo Utama) & GCPU (Graha Cemerlang Paper
Utama) yang merupakan bagian dari Kompas –
Gramedia Group. Pelatihan ini diikuti oleh 20
orang karyawan dari kedua perusahaan.
Materi pelatihan meliputi
pengenalan sistem FSC
CoC/ lacak balak dan
ketentuan-ketentuan di
dalam standar-standar
FSC-CoC yang perlu
diterapkan di dalam
sistem FSC-CoC pe-
rusahaan. Juga dibahas
mengenai pembuatan
berkas-berkas FSC-CoC
seperti Documented Control
System (DCS), Material Accounting
Record, Annual Volume Summary, Training plan,
Document of policy for the association of organi-
zation with FSC, Documents of commitment to oc-
cupational health and safety. Terakhir, peserta juga
akan mengikuti pembahasan persiapan penerapan
sistem FSC-CoC di fasilitas produksi mereka.
Kelas-kelas pelatihan berlangsung dengan sangat
menarik, terlihat dengan tampak aktifnya peserta
dalam mengikuti setiap kelas. Salah seorang
peserta pelatihan berhasil membuat draft DCS.
Hal tersebut dapat menjadi alat ukur keberhasilan
kelas ini.
On 7-8 August 2012, FSC CoC training was
held for two pulp and paper companies, GKU
(Graha Kerindo Utama) & GCPU (Graha Cemer-
lang Paper Utama) which are part of Kompas
– Gramedia Group of company. The training was
attended by their 20 employees.
The training materials were including the
introduction of FSC CoC system,
and the provisions in the stan-
dards of FSC-CoC system
to be implemented in the
company’s FSC-CoC.
The session was also
discussed about creating
FSC-CoC files such
as Documented Control
System (DCS), Material
Accounting Record, Annual
Volume Summary, Training plan,
Document of policy for the association of
organization with FSC, Documents of commitment
to occupational health and safety. Lastly, partici-
pants were also discussed the preparation of the
application that will follow the FSC-CoC systems
in their production facilities.
The training classes had been interactive and
interesting, as seen at active participants in any
following classes. One of the trainees was man-
aged to draft DCS. It can be a good measure of the
class successfulness.
PELATIHAN LACAK BALAK DUA PERUSAHAAN PULP DAN KERTAS
Chain of Custody Training
in Two Pulp and Paper
Companies
AGUSTUS2012
Bulletin Kaleidoskop 2012 23
GFTN - Indonesia
GEF (Global Environ-
mental Funding) dan
UNEP (United Nations of
Environment Program)
bermitra de ngan FSC (For-
est Stewardship Council)
berupaya mempromosikan
dan meningkatkan nilai
pe ngelolaan hutan lestari
melalui sertifikasi FSC untuk
jasa lingkungan. WWF
merupakan lead organization di Indonesia dalam
kerjasama ini bersama CIFOR dan Kementerian
Kehutanan.
Terdapat tiga lokasi terpilih dalam pengembangan
FSC jasa lingkungan: Pulau Lombok (dengan area
fokus pada kaki Gunung Rinjani), PT. Ratah Timber
(Kutai Barat), dan Koridor Kapuas Hulu (terletak
antara Taman Nasional Danau Sentarum dan Ta-
man Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat).
Untuk mendukung kegiatan, WWF Indonesia me-
ngadakan pertemuan pembahasan dan pembuatan
peta spatial delineation (tata batas). Pertemuan ini
berlangsung di dua kota yaitu di Pontianak pada
tanggal 5 - 8 September 2012 dan Lombok pada
tanggal 24 - 26 September 2012. Kedua perte-
muan ini bertujuan menyusun rencana kerja dan
implementasi pengembangan spatial delineation
map bersama masyarakat di koridor Kapuas Hulu
dan kawasan Sesaot, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di Pontianak, pertemuan dihadiri oleh sejumlah
dinas terkait seperti Dinas Kehutanan dan Dinas
Pariwisata, akademisi serta LSM lain yang turut
bekerja di wilayah Koridor Kapuas Hulu. Semen-
tara pertemuan di Lombok dihadiri oleh perwakilan
enam desa, Kepala Taman Nasional Gunung
Rinjani dan LSM lokal.
GEF (Global Environmental Funding) and UNEP
(United Nations of Environment Program)
in partnership with the FSC (Forest Stewardship
Council) seek to promote and enhance sustainable
forest management for environmental services
chain, with FSC certification. WWF-Indonesia is
the leading organization in the project with CIFOR
and the Ministry of Forestry as partners.
In Indonesia, there are three selected sites in the
project: the island of Lombok (with focus areas on
the foot of Mount Rinjani), PT Ratah Timber (West
Kutai), and Kapuas Hulu corridor (located between
Taman Nasional Danau Sentarum and Taman
Nasional Betung Kerihun, West Kalimantan).
To support this activity, WWF-Indonesia held
spatial delineation map discussion. This meeting
took place in two cities: in Pontianak on 5 – 8
September 2012, and in Lombok on 24 – 26
September 2012. Both meetings aimed to prepare
a work plan development and implementation of
spatial delineation map for the Kapuas Hulu cor-
ridor and region of Sesaot, Lombok.
In Pontianak, the meeting was participated by
several related government services office such as
Forestry Service and Tourism Service, universities
and other NGOs who work in Kapuas Hulu corri-
dor. In Lombok, the meeting was participated
by six villages, Head of Gunung
Rinjani National Park and
local NGO.
Spatial Delineation
Map Making with Community
SEPTEMBER2012
BERSAMA MASYARAKAT
MENATA BATAS DENGAN JELAS
Bulletin Kaleidoskop 201224
WWF Global Forest & Trade Network
Tahun 2012 meru-
pakan tahun yang
sangat istimewa
bagi WWF-Indonesia,
yang tanpa terasa telah
mencapai usia 50 tahun.
Perjalanan panjang
WWF-Indonesia dalam
meningkatkan kualitas
lingkungan hidup di
Indonesia, dimulai pada tahun 1961.
Pada masa itu, World Wide Fund for Nature
(WWF) mulai bekerja di Indonesia sebagai kan-
tor program dari WWF Internasional, di bawah
pengawasan Kementerian Kehutanan. Pada
Year 2012 was a very special year for
WWF-Indonesia which has reached the
unnoticable 50 years. The long journey of
WWF-Indonesia in improving the environmental
quality of life in Indonesia, starting in 1961.
At that time, the World Wide Fund for Nature
(WWF) began working in Indonesia as a program
office of WWF International, under the supervi-
sion of the Ministry of Forestry. At this early
stage, WWF main activity was in the form of
research and survey of the species of mammals,
especially rhinos and tigers in Java and Sumatra,
where the animals were considered endangered.
WWF then started various initiatives terrestrial/
land area conservation in Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi and Papua. During the first half of the
50 TAHUN WWF DI INDONESIAYEARS
ANNIVERSARY OF WWF
IN INDONESIA
tahap awal ini aktivitas utama WWF adalah
berupa penelitian dan survey terhadap spesies
mamalia, terutama badak dan harimau di Pulau
Jawa dan Sumatera, yang mana kedua hewan
tersebut tergolong hewan yang terancam punah.
WWF kemudian memulai berbagai inisiatif
konservasi terestrial/wilayah daratan di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Selama setengah periode pertama di era 80-an,
tim program WWF berkolaborasi dengan peme-
rintah dalam mengembangkan strategi untuk
konservasi kelautan. Pengimplementasian dari
program konservasi kelautan kemudian baru
dilaksanakan di awal era 90-an.
period in the 80’s, the WWF team collaborated
with the government were developing strategies
for marine conservation. Implementation of the
marine conservation program held at the begin-
ning and then at the early 90’s.
WWF-Indonesia gained legal entity in Indonesia,
and then registered as a foundation, in 1996. In
mid-April 1998, the Office of WWF-International
in Indonesia transformed into a WWF-Indonesia,
and licensed as a national organization with the
status of the foundation.
Until 2004, WWF-Indonesia has assisted the
government in the establishment of conserva-
tion areas, including Taman Nasional Wasur,
Taman Nasional Lorentz, and the Arfak Strict
Nature Reserve in Papua, Taman Nasional Kayan
Bulletin Kaleidoskop 2012 25
GFTN - Indonesia
50 TAHUN WWF DI INDONESIA
WWF-Indonesia mendapatkan entitas legal
di Indonesia, dan kemudian didaftarkan
sebagai yayasan, pada tahun 1996. Kemu-
dian pada pertengahan April 1998, Kantor
program WWF-Internasional di Indonesia
bertransformasi menjadi WWF-Indonesia,
dan telah sah secara hukum sebagai organ-
isasi nasional dengan status yayasan.
Hingga 2004, WWF-Indonesia telah
membantu pemerintah dalam pembentukan
berbagai area konservasi hutan, termasuk
Taman Nasional Wasur, Taman Nasional
Lorentz, dan Cagar Alam Arfak Strict di
Papua; Taman Nasional Kayan Mentarang
dan Betung Kerihun di Kalimantan; Taman
Nasional Bukit Tiga Puluh di Sumatera.
WWF-Indonesia juga telah memfasilitasi
dan mendukung pembangunan ekonomi
alternatif berkelanjutan bagi komunitas
lokal. Hal ini telah dilaksanakan di Aru
Tenggara, Maluku, Takabone Rate dan
Taman Laut Bunaken-Sulawesi, serta
Taman Nasional Cendrawasih di Papua.
Pada saat ini, WWF-Indonesia terus
berupaya meningkatkan kapasitas dalam
penerapan pengelolaan area
konservasi yang lebih baik. Saat
ini, WWF-Indonesia berada di 27
wilayah kerja, yang tersebar di 17
provinsi di Indonesia.
Mentarang and Betung Kerihun in Borneo, and
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh in Sumatra .
WWF-Indonesia has also been facilitating
and supporting the economic development of
sustainable alternatives for the local commu-
nity. This has been implemented in Southeast
Aru, Moluccas, Takabone Rate and Sulawesi
Bunaken Marine Park and National Park Para-
dise in Papua. At this time, WWF-Indonesia
continues to improve management capacity
in implementing better conservation area.
Today, WWF-Indonesia offices are located in
27 areas of work, spread over 17 provinces in
Indonesia.
WWF-Internasional
di Indonesia bertransformasi
menjadi WWF-Indonesia, sah
secara hukum sebagai organisasi
nasional dengan status yayasan.
the Office of WWF-International
in Indonesia transformed into a
WWF-Indonesia, and licensed as
a national organization with the
status of the foundation.
Mendapatkan entitas
legal di Indonesia
dan didaftarkan
sebagai yayasan.
Gained legal entity in
Indonesia, and then
registered as a foundation.
Pengimplementasian dari
program konservasi kelautan.
Implementation of the marine
conservation program.
Bersama pemerintah mengembangkan
strategi untuk konservasi kelautan.
Collaborated with the government
were developing strategies for
marine conservation.
World Wide Fund for Nature (WWF)
mulai bekerja di Indonesia sebagai
kantor program dari WWF Internasional.
World Wide Fund for Nature (WWF)
began working in Indonesia as a program
office of WWF International.1961
1980’s
1996
1998
1990’sEarly
Photo by: WWF-Indonesia/
Bulletin Kaleidoskop 201226
WWF Global Forest & Trade Network
WWF-Indonesia through GFTN collaborated
with Indonesian Forest Concession Holders
Association (APHI) held Training of Trainer (ToT) in
Pontianak, West Kalimantan. This activity was held
from October 15th to 19th, 2012, attended by 22
participants who came from forest management unit,
forestry departement, and university communities.
This training was held as a partnership between
WWF-Indonesia, APHI with support from European
Union (EU).
This training is a way to build network-
ing and strong capacity in local area to
implement sustainable forest manage-
ment (SFM). This training produced the
trainer who will be “ the leader” in SFM
implementation include legality aspect
knowledge in their daily job. The “leader”
was expected to own good knowledge about
certification system in Indonesia, SFM
policies, regulation and also legality in
Indonesia, understand Best Management
Practice (BMPs) within sustainable for-
est management implementation,
capable making certification
action plan based on gap
analysis, understand both
explanation technique
WWF- Indonesia melalui GFTN bekerja sama
dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
(APHI) mengadakan Training of Trainer (ToT) yang
bertempat di Pontianak, Kalimantan Barat. Kegiatan
ini berlangsung pada 15-19 Oktober 2012 diikuti
oleh 22 peserta yang berasal dari unit-unit pengelola
hutan, dinas kehutanan, dan kalangan universitas.
Pelatihan ini diselenggarakan sebagai bentuk
kemitraan antara WWF-Indonesia, APHI dengan
dukungan dari Uni Eropa.
Pelatihan ini merupakan salah satu
sarana untuk membangun jaring-
an dan kapasitas yang kuat
di daerah dalam rangka
penerapan pengelolaan
hutan lestari. Tujuan
dari pelatihan ini adalah
mencetak para trainer
yang selanjutnya
menjadi “pemimpin”
penerapan PHPL (Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari)
termasuk legalitas di
lingkup pekerjaan-
nya masing-
masing. Para
“pemimpin”
TRAINING OF TRAINER (TOT) PENGELOLAAN HUTAN LESTARI DAN KUNJUNGAN MEDIA KE KUBU RAYA Training of Trainer (ToT) of Sustainable Forest Management
and Journalist Visit to Kubu Raya
OKTOBER2012
Bulletin Kaleidoskop 2012 27
GFTN - Indonesia
diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup ten-
tang sistem sertifikasi di Indonesia, kebijakan dan
peraturan PHPL serta legalitas di Indonesia, me-
mahami Best Management Practice (BMPs) dalam
implementasi pengelolaan hutan lestari, menguasai
pembuatan rencana aksi sertifikasi berdasarkan
analisis gap, memahami teknik dan metode penyam-
paian informasi implementasi sistem pengelolaan
hutan lestari dan bertanggung jawab.
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) telah dite-
rapkan sejak tahun 2009 untuk memastikan bahwa
semua produk kayu yang diperdagangkan memiliki
status legalitas di pasar. Pada bulan Mei 2011,
Indonesia dan Uni Eropa membuat kesepakatan
untuk memberantas perdagangan kayu illegal yang
dinamai Voluntary Partnership Agreement (VPA)
atau Kesepakatan Kemitraan Sukarela. Bila VPA
mulai berlaku dan diterapkan, maka akses pasar ke
Uni Eropa akan terjamin karena semua produk kayu
bersertifikat asal Indonesia secara otomatis diang-
gap legal, tidak perlu menjalani proses verifikasi
tambahan. Sebagai salah satu eksportir besar
produk kayu ke Eropa, sudah selayaknya Indonesia
melakukan percepatan terhadap Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (PHPL) dan penerapan SVLK untuk
memberi jaminan bahwa produk Indonesia bisa
dilacak dari hutan hingga pelabuhan ekspor.
Oleh karena itu, pada saat yang bersamaan,
GFTN juga mengadakan kunjungan media dengan
mengundang wartawan dari berbagai media massa.
Kegiatan ini bertujuan mensosialisasikan kegiatan
pengelolaan hutan lestari dengan melihat langsung
penerapannya di lapangan. Dalam kesempatan ini
dua perusahaan konsesi yang dipilih adalah PT Kan-
delia Alam dan PT BIOS yang letaknya berdekatan
di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kedua
perusahaan tersebut memiliki keunikan ekosistem
bakau di wilayahnya dan di sana juga terdapat dua
satwa yang dilindungi yaitu pesut dan bekantan.
and method of sustainable forest management
information and responsible.
Timber Legality Verification System (SVLK) has
established since 2009 to make sure that timber
commodities have legality in trading system. In May
2011, Indonesia and Uni Europe made agreement to
against illegal timber trading which called Voluntary
Partnership Agreement (VPA). If VPA had run and
implemented, the market access to EU countries
will be in legality secure circle because all timber
commodities from Indonesian certification is legal,
without any additional verifications needed. As one
of big exporter timber commodities to Europe, Indo-
nesia should make acceleration step in sustainable
forest product management and implemented SVLK
for giving guarantee that indonesian products can be
traced back until exporter gate.
Therefore, in the same time, GFTN held media visit
by inviting journalists from various mass media
companies. This activity targetted to socialize
sustainable forest management activity by observing
its field implementation directly. In this case, two
concession companies that have choosen were
PT Kandelia Alam and PT BIOS. That two compa-
nies have mangrove ecosystem and there are two
endangered species who live near the concession,
Irrawady dolphin and Proboscis monkey.
Photo by: WWF-Indonesia/ Jimmy Syahirsyah
Bulletin Kaleidoskop 201228
WWF Global Forest & Trade Network
Dalam rangka meningkatkan manfaat dari sistem
pengelolaan hutan rakyat yang sudah ada,
GFTN dan PERSEPSI (Perhimpunan untuk
Studi dan Pengembangan Ekonomi dan
Sosial), bekerja sama dalam pendam-
pingan pengelolaan hutan rakyat di
Desa Mrayan, Ponorogo, Jawa
Timur. Desa yang luasnya 1.033
ha ini memiliki koperasi sebagai
unit manajemen yaitu Koperasi
Enggal Mulyo. Di kawasan desa ini
dan sekitarnya, terdapat potensi
kayu hutan rakyat dengan taksiran
volume produksi 100-500 m3 per
bulan, dengan dominasi tegakan
pinus. Koperasi Enggal Mulyo sendiri
telah mendapat sertifikasi VLK (Verifikasi
Legalitas Kayu) pada bulan Mei 2012.
In order to increase the benefit of forest com-
munity management system that has already
existed, the GFTN and PERCEPTION were
collaborated in assisting the man-
agement of public forests in
the Desa Mrayan, Ponoro-
go, East Java. The village
is an area of 1033 haand
has a cooperative organiza-
tion named Koperasi Enggal
Mulyo FMU. In this village
and the surrounding area, there
is a community forests potential
with estimated wood production
volume of 100-500 m3 per month, with
domination of pine. Koperasi Enggal Mu-
lyo itself has received VLK certification in May
2012.
OKTOBER2012
POTENSI DESA MRAYAN
SEBAGAI PENGHASIL PINUS
Mrayan Village hidden potential as pine producer
Bulletin Kaleidoskop 2012 29
GFTN - Indonesia
Sebagai tindak lanjut, maka diadakan pelatihan
yang berlangsung pada 16-19 Oktober 2012 di
Balai Desa Mrayan. Kegiatan ini juga didukung
oleh Asia Pacific Certification Solution (APCS),
dan diikuti pengurus Koperasi Enggal Mulyo, tim
pendamping dari PERSEPSI serta warga Desa
Mrayan yang mendukung jalannya program ini.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan
ini antara lain pelatihan sistem pengelolaan hutan
lestari, sertifikasi SFM dan rencana pengelolaan
management plan dan baseline audit untuk me-
ngetahui gap antara kondisi saat ini dengan standar
FSC yang akan dipenuhi.
Hasil dari kegiatan ini akan menjadi dasar penyu-
sunan rencana kerja sertifikasi (Certification Action
Plan), untuk melengkapi rencana kerja yang sudah
ada. Pelatihan juga merupakan salah satu langkah
yang mendukung Koperasi Enggal Mulyo dalam uji
kelayakannya menjadi anggota GFTN. Jika diterima,
maka selanjutnya GFTN juga akan mendampingi
Koperasi Enggal Mulyo dalam proses perolehan
sertifikat FSC.
As a follow up, there was a training held that took
place on December 16 to October 19, 2012 in Desa
Mrayan’s hall. This activity was also supported by
GFTN of Asia Pacific Consultant Certification So-
lution (APCS), attended by the board of Koperasi
Enggal Mulyo, companion team of the PERCEP-
TION, as well as residents of Desa Mrayan who
have been supporting this program.
The series of activities carried out in this training,
including Sustainable Forest Management (SFM)
system training, SFM certification and management
plan; and baseline audit to determine the gap be-
tween current state standards that will be met (FSC)
standard.
The results of these activities will become the ba-
sis of preparing the Certification Action Plan, to
complement the existing work plan. The training
was also one of the steps that supported Koperasi
Enggal Mulyo in the feasibility test to become a
GFTN member. If accepted, GFTN will assist Kop-
erasi Enggal Mulyo in the process of acquiring FSC
certification.
Photo by: Dokumentasi PERSEPSI
Bulletin Kaleidoskop 201230
WWF Global Forest & Trade Network
PELATIHAN SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (SVLK) Timber Legality Verification
System Training in Surabaya
Laju deforestasi di Indonesia yang mencapai 2.8
juta Ha/tahun tentunya membutuhkan perhatian
serius. WWF Indonesia sebagai organisasi konservasi
melalui inisiasi Global Forest and Trade Network
(GFTN), bekerjasama dengan PT. Sucofindo bertekad
mengurangi pembalakan liar dan mening katkan
pengelolaan hutan secara lebih bertanggung jawab.
Terkait dengan tujuan ini, diadakanlah Pelatihan
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), pada pada
tanggal 12 – 14 November 2012, di Hotel Santika,
Surabaya.
Sebanyak 39 peserta mengikuti pelatihan ini. Peserta
pelatihan dibagi ke dalam dua grup yaitu grup penge-
lola hutan (forest management) dan perusahaan kayu
(trade industries). Masing-masing grup diberikan
pemaparan yang berkaitan dengan sertifikasi SVLK
dan diskusi mendalam tentang tahapan persiapan
untuk memperoleh sertifikasi SVLK. Pada hari terakhir
pelatihan juga diadakan simulasi audit SVLK.
Pelatihan ini dapat dikatakan berhasil dalam mening-
katkan wawasan peserta tentang SLVK. Hal ini terlihat
dari hasil pre-test dan post-test yang diberikan kepada
peserta, sebagai indikator untuk menilai keberhasilan
pelatihan. Selanjutnya, WWF melalui program GFTN
akan terus memfasilitasi, baik anggota GFTN maupun
calon anggota, dalam proses menuju sertifikasi SVLK.
The rapid of deforestation in Indonesia reached 2.8
million ha/year would require serious attention.
WWF Indonesia as a conservation organization
through the initiative of Global Forest and Trade Net-
work (GFTN), in cooperation with PT. Sucofindo deter-
mined to reduce illegal logging and improve forest
management to be more accountable. Related to this
goal, they held training on Timber Legality Verification
System (SVLK), on 12 – 14 November 2012, at Hotel
Santika, Surabaya.
A total of 39 participants were attended the training.
The trainees were divided into two groups, namely
forest (forest management) and timber (trade indus-
tries). Each group was given the exposure related to
certification and in-depth discussion on SVLK stages
of preparing SVLK certification. On the last day of
training, there was an also conducted simulation on
SVLK audit.
This training was successfully increased participants
knowledge of SLVK. The results of pre-test and post-
test given to participants were indicated the success of
the training. Moreover, WWF through GFTN program
will continue to facilitate both GFTN members and
prospective members, in process towards SVLK
certification.
NOVEMBER2012
Phot
o by
: Dok
umen
tasi
WW
F-In
done
sia
Bulletin Kaleidoskop 2012 31
GFTN - Indonesia
Pada tanggal 8 – 9 November 2012, bertempat
di Hotel Nikko, Nusa Dua, Bali, dialog bisnis
diadakan antara Uni Eropa dan Indonesia bertajuk
European Union Indonesia Business Dialogue
(EUIBD). Dialog tersebut dihadiri oleh Casla
Urteaga (delegasi UE), Henny Pasaribu (perwakilan
Indonesia), Daniel Tiarma Fitriani Panguhutan
(APINDO), and Rasidin (Kadin Indonesia).
Bersamaan dengan acara tersebut, WWF-Indonesia
berkesempatan mempromosikan program EU
ACTIVE dimana salah satu kegiatannya adalah
pe ningkatan kemampuan para pengelola hutan
dalam mencapai hutan lestari. Selain para penge-
lola hutan, program EU ACTIVE juga melakukan
pe ningkatan pemahaman serta kemampuan
monitoring penerapan Sistem Verifikasi Legali-
tas Kayu (SVLK) untuk LSM lokal. Kegiatan ini
dilakukan WWF-Indonesia bermitra dengan
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) di tiga
provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur.
Para peserta EUIBD memperoleh informasi
pemahaman mengenai program EU ACTIVE dalam
acara ini.
On 8 – 9 November 2012, took place in Hotel
Nikko, Nusa Dua, Bali, a business dialogue
was held between the EU and Indonesia called
European Union Indonesia Business Dialogue
(EUIBD). The dialogue was attended by Casla
Urteaga (EU delegation), Mrs. Henny Pasaribu
(Indonesia), Mrs. and Mrs. Daniel Tiarma Fitriani
Panguhutan (APINDO), and Mr. Rasidin (Kadin
Indonesia).
In the event, WWF-Indonesia was given time to
promote EU ACTIVE program which supported
capacity building for forest managers in achieving
sustainable forest management. Furthermore, EU
ACTIVE also supported skill building trainings on
Timber Legality Assurance System monitoring
for local NGOs. These activities are organized
by WWF-Indonesia and Indonesian Forest
Concession Holders Association (APHI) in three
provinces: West Kalimantan, Central Kalimantan
and East Kalimantan.
From this program the EUIBD participants learned
and gained better knowledge about EU ACTIVE
program in Indonesia and the projects funded
from these activities.
PROMOSI EU ACTIVE DI EUIBD
EU ACTIVE promotion in EUIBD
Bulletin Kaleidoskop 201232
WWF Global Forest & Trade Network
The introduction of Better Management Practices (BMP) for Civil Society in Banda Aceh and Pekanbaru
PENGENALAN BETTER MANAGEMENT PRACTICE (BMP) BAGI MASYARAKAT SIPIL DI BANDA ACEH DAN PEKANBARU Banda Aceh
Bulletin Kaleidoskop 2012 33
GFTN - Indonesia
SIAP II Workshop (Strengthening Integrity and
Accountability Program) was held in two cities,
WWF Indonesia had the opportunity to be the
resource. In Banda Aceh (26-27 November 2012),
and Pekanbaru, Riau (29-30 November 2012), WWF
Indonesia presented a material on ‘Sustainable For-
est Management System’ and ‘the HCVF integration
concept of sustainable forest management system.
SIAP II Workshop was held as a good collaboration
of WWF-Indonesia, TI Indonesia, and the Indone-
sian Working Group on Forest Finance (IWGFF)
incorporated in SIAP II Consortium Project with a
fully support from USAID.
Some important notes for follow up plan in Aceh is
identification of the location and to initiate Aceh’s
community forest for GFTN membership screen-
ing process to ease up activity’s coordination and
integration. In Riau, the follow up plan includes
strengthening the material or discussion about
environmental services schemes.
Dalam Workshop SIAP II (Strengthening Integrity
and Accountability Program) yang diadakan di
dua kota ini, WWF Indonesia berkesempatan men-
jadi narasumber. Di Banda Aceh (26-27 November
2012), dan Pekanbaru, Riau (29-30 November
2012), WWF Indonesia menjadi narasumber untuk
materi tentang ‘Sistem Pengelolaan Hutan Lestari’
dan ‘Integrasi konsep HCVF dalam sistem pengelo-
laan hutan lestari’.
Workshop SIAP II ini terselanggara berkat kerjasama
antara WWF-Indonesia, TI Indonesia, dan Indo-
nesian Working Group on Forest Finance (IWGFF)
yang tergabung dalam Konsorsium SIAP II Project.
Beberapa catatan penting untuk rencana tindak
lanjut, antara lain perlunya identifikasi dan memulai
proses screening lokasi keanggotaan hutan rakyat
di Aceh sebagai anggota GFTN, sehingga
koordinasi dan integrasi kegiatan
menjadi lebih mudah. Di Riau,
rencana tindak lanjut
meliputi pendalaman
materi atau diskusi lebih
lanjut mengenai skema
pemanfaatan jasa
lingkungan.
Photo by: WWF-Indonesia/ Joko Sarjito
Pekanbaru
Bulletin Kaleidoskop 201234
WWF Global Forest & Trade Network
NOVEMBER2012
Bulletin Kaleidoskop 201234
WWF Global Forest & Trade Network
Bulletin Kaleidoskop 2012 35
GFTN - Indonesia
Ensuring the Existence of Proboscis Monkey Population in Kubu Raya District
MEMASTIKAN KEBERADAAN POPULASI BEKANTAN DI KABUPATEN KUBU RAYA
Proboscis monkey (Nasalis larvatus) is a relatively
rare primate. It is a species that the government
has set as a top priority for the population to increase
at least 3% during 2010-2014 period. Moreover,
Proboscis monkey’s poaching has also reached at an
alarming level.
The mission to save Proboscis monkey from extinc-
tion have prompted WWF Indonesia to conduct a
survey for the second time in Kubu Raya district, West
Kalimantan. These second phase of the survey aimed
to determine the density of the population in three
prioritized locations, did research on the location’s
lenght related to vegetations type, and to build an in-
tegrated plan to protect the mangrove ecosystem and
Proboscis monkey populations. The second phase of
the survey was carried out by two teams for 9 days,
from November 26 to December 4, 2012. The team
had a direct observation in locations that the survey
had previously been known to be a major habitat of
the primate.
Proboscis monkey populations in Kubu Raya district
located in and around the active mangrove forest
concessions of PT Kandelia Alam and PT BIOS. These
two companies were supporting this positive activity
by hosting the team of researchers and surveyors. In
the future, the two companies are obliged to keep their
mangrove forest management for the conservation of
Proboscis monkey populations.
Bekantan (Nasalis larvatus) adalah jenis primata
yang tergolong langka. Bekantan merupakan salah
satu spesies yang ditetapkan pemerintah sebagai
prioritas utama untuk peningkatan populasi sebesar
3% dalam kurun waktu 2010-2014. Apalagi, kegiatan
perburuan bekantan juga sudah sampai pada tingkat
yang mengkhawatirkan.
Misi menyelamatkan bekantan dari ancaman kepuna-
han telah mendorong WWF Indonesia untuk melaku-
kan survey kedua kalinya di Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Survey tahap kedua ini bertujuan
untuk menentukan kerapatan populasi di tiga lokasi
yang diprioritaskan, meneliti lokasi & luas habitat ter-
kait dengan tipe vegetasi, serta membangun rencana
terpadu untuk melindungi ekosistem bakau dan popu-
lasi bekantan. Survey tahap kedua ini dilakukan oleh
dua tim selama 9 hari, dari tanggal 26 November – 4
Desember 2012. Tim melakukan observasi langsung
pada lokasi-lokasi yang pada survey sebelumnya telah
diketahui menjadi habitat utama bekantan.
Lokasi populasi bekantan di Kabupaten Kubu Raya
berada di dalam dan sekitar konsesi hutan bakau aktif
milik PT. Kandelia Alam dan PT. BIOS. Dua perusa-
haan tersebut mendukung kegiatan positif ini dengan
menjadi ‘tuan rumah’ para tim peneliti dan surveyor.
Ke depannya, dua perusahaan itu wajib menjaga pe-
ngelolaan hutan bakau mereka demi keberlangsungan
populasi bekantan.
Photo by: WWF-Indonesia/ Joko Sarjito
Bulletin Kaleidoskop 201236
WWF Global Forest & Trade Network
WWF and PADI Foundation (Vocal Point of JPIK
(Independent Forestry Surveillance Network))
in East Kalimantan agreed that groundtruthing pro-
cess will emphasize in collaboration of surveillance
and workplan of targeted companies
which have timber utilization
permit in Nunukan, especially
for forest plantation. Based on
2010 – 2012 landsat images,
most land clearing in several
forest plantation concession area
are for palm oil plantation and coal mining business.
WWF, PADI and Gapeta Nunukan succeeded in col-
lecting information and data based on groundtruth-
ing in Nunukan District where many areas are
overlapped between forest plantation and land
opening for palm oil.
According to Ministry of Forestry Regulation No.
41 Year 1999 company should protect 50 meters
forest area from watercourse side. However, the
PEMANTAUAN PRAKTIK BISNIS SEKTOR KEHUTANAN DI KABUPATEN
NUNUKAN DAN KETAPANGGroundtruthing of Forestry Sector Business Practices
in Nunukan and Ketapang Districts
NOVEMBER2012 Pertemuan WWF dengan Yayasan PADI (Vocal
Point JPIK (Jaringan Pemantau Independen
Kehutanan)) di Kalimantan Timur menghasilkan
kesepakatan bahwa untuk proses groundtruth-
ing akan ditekankan dalam rencana
kegiatan kolaborasi pemantauan
dengan sasaran perusahaan-
perusahaan yang memiliki
izin pemanfaatan hasil hutan
kayu di Nunukan, terutama
Hutan Tanaman Industri (HTI).
Hal ini disebabkan hasil analisa citra landsat tahun
2010 – 2012 yang menunjukkan adanya pembukaan
hutan cukup luas pada beberapa wilayah konsesi
HTI untuk kepentingan perkebunan kelapa sawit dan
tambang batubara.
WWF, PADI dan Gapeta Nunukan berhasil mengum-
pulkan informasi dan data berdasarkan groundtruth-
ing yang dilakukan di Kabupaten Nunukan dimana
terdapat areal tumpang tindih antara wilayah HTI
dan pembukaan lahan untuk kelapa sawit.
Photo by: Dokumentasi WWF-Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2012 37
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2012 37
investigation and groundtruthing results showed that
land clearing are widely occurred in Non-Forestry
Cultivation for palm oil and located in the water-
course side.
In the mean time, groundtruthing process in
Ketapang District, West Kalimantan showed different
results. There is concession operated in peat land
(conservation area). The company’s bad practices
disturb wildlife protection such as honey bear,
orangutan, armadillo, and endemic monkey. Next,
investigation and grountruthing will be held in
Bulungan, Berau, and Kutai Kartanegara districs in
early 2013.
Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 perusahaan wajib
melindungi kawasan hutan 50 meter dari tepi anak
sungai. Namun hasil investigasi dan groundtruth-
ing lainnya menunjukkan pembukaan lahan untuk
perkebunan sawit secara luas pada areal Kawasan
Budidaya Non Kehutanan (KBNK) menempati daerah
tepi anak sungai.
Lain halnya dengan groundtruthing yang berada di Ka-
bupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Sebagian besar
wilayah konsesi yang berada pada areal rawa gambut
(wilayah konservasi). Operasi perusahaan di area
tersebut mengganggu perlindungan satwa liar seperti
beruang madu, orangutan, trenggiling dan kelempiau.
Untuk selanjutnya, investigasi dan groundtruthing di
Kabupaten Bulungan, Berau dan Kutai Kartanegara
akan dilaksanakan pada tahun awal tahun 2013.
Bulletin Kaleidoskop 201238
WWF Global Forest & Trade Network
Pelatihan lima hari yang bertajuk “Pelatihan
Investigasi dan Advokasi bagi Jaringan
LSM Lokal di Bidang Pengelolaan Sumberdaya
Kehutanan” diadakan atas kerja sama antara
GFTN (Global Forest & Trade Network) dan LSM
setempat sebagai salah satu bentuk upaya men-
jaga kelestarian hutan. Acara ini diselenggarakan
di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan dihadiri
oleh 18 peserta yang berasal dari LSM lokal dan
masyarakat setempat. Dalam kesempatan ini,
hadir pula perwakilan dari EoF (Eyes on The For-
est), WWF, dan Greenpeace sebagai pemateri.
Pelatihan dimaksudkan untuk memperkuat fungsi
pengawasan masyarakat sipil dalam praktik
pengelolaan hutan. Pengetahuan yang diberikan
selama pelatihan adalah seputar ketrampilan dan
kemampuan investigasi dan advokasi di sektor
kehutanan yang profesional dan bertanggung-
jawab, meliputi pengetahuan tentang sistem
pengelolaan hutan yang legal dan berlaku
di Indonesia; metode dan teknik investigasi
lapangan yang efektif dengan menggunakan
sumberdaya, informasi, dan jaringan yang ada;
teknik pendokumentasian objek temuan atau in-
formasi lapangan; dan teknik penulisan laporan
yang efektif dalam setiap kegiatan investigasi
lapangan.
Five days training titling “Investigation and
Advocacy Training for Local NGO in Natural
Forest Resources Management” was held in col-
laboration between GFTN (Global Forest & Trade
Network) and local NGO as an effort to sustain
forest. This activity was held in Balikpapan, East
Kalimantan, and attended by 18 participants who
came from local NGO and civil society. In this
opportunity, EoF (Eyes on The Forest), WWF, and
Greenpeace were attended as trainers.
This training was expected to strengthen the
function of civil society in forest management
practice. The knowledge that have been given
during training session were about skills and
capabilities for investigating and advocating in
forestry sector, in a professional and responsible
way, include: the knowledge about existing and
legal forest management system in Indonesia, ef-
fective technique and method for field investigat-
ing by using sources, information, and available
networks; documenting fields findings technique;
and writing effective field investigation report.
This program is required to strengthen networks
among local NGO and civil society activities in
conducting surveillance on natural resources
management, especially in forestry sector. It
PELATIHAN INVESTIGASI DAN ADVOKASI JARINGAN LSM KALIMANTAN TIMUR
Investigation and Advocacy Training for NGO Alliance in East Kalimantan
DESEMBER2012
Bulletin Kaleidoskop 2012 39
GFTN - Indonesia
Kegiatan ini diperlukan untuk memperkuat
jaringan masyarakat sipil di daerah antar sesama
pegiat LSM dalam memantau pengelolan
sumberdaya alam, khususnya sektor kehutanan.
Harapannya, masyarakat sipil dapat kritis ketika
melihat pengelolaan sumberdaya alam yang
tidak baik di daerahnya masing-masing. Namun,
sikap kritis tersebut didukung pemahaman
yang baik mengenai etika advokasi serta aturan
legalitas yang berlaku.
Banyak pihak di Indonesia yang bekerja untuk
peningkatan pengelolaan hutan. Pemerintah
Indonesia telah melembagakan sistem jaminan
legalitas kayu untuk menyatakan bahwa semua
kayu dari hutan Indonesia adalah dari sumber
yang legal (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
atau SVLK). Dalam pendekatan berbasis pasar,
GFTN menjalankan program untuk mendukung
implementasi sistem pengelolaan hutan lestari
dan bertanggung jawab, yang dapat berfungsi
sebagai jembatan antara produsen dan kon-
sumen produk kehutanan yang ingin berbisnis
secara berkelanjutan. Di masa depan, sistem
pengelolaan hutan di Indonesia (khususnya di
Kalimantan) diharapkan dapat berjalan sesuai
dengan aturan dan bermanfaat maksimal bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia.
is expected that civil society can criticize bad/
illegal natural resources management practice on
their area. The criticism should be supported by
good understanding about advocacy ethics and
valid government regulation.
Many parties in Indonesia worked for improving
forest management. Indonesian government has
constituted timber legality assurance system
to declare that all Indonesian timbers are from
legal sources (SVLK). And, in market promotion,
Global Forest and Trade Network (GFTN) runs
program in supporting implementation system of
sustainable and responsible forest management,
which used as connector between producer and
consumer of forestry products which interested
in responsible and sustainable business. In the
future, Indonesian forest management system
(especially in Kalimantan) is expected to run in
line with government regulation and give maxi-
mum benefit for people welfares.
Photo by: WWF-Indonesia/ Elisabeth D. Supit
Bulletin Kaleidoskop 201240
WWF Global Forest & Trade Network
TENTANG GFTN INDONESIAABOUT GFTN INDONESIA
Bulletin Kaleidoskop 201240
WWF Global Forest & Trade Network
Bulletin Kaleidoskop 2012 41
GFTN - Indonesia
Global Forest & Trade Network (GFTN) adalah
salah satu inisiatif WWF dalam mencapai pengelo-
laan hutan berkelanjutan melalui proses sertifikasi.
GFTN Indonesia diluncurkan di Jakarta pada 16
Oktober 2003 dengan nama lokal “Nusa Hijau”.
Global Forest & Trade Network (GFTN) is one of the
initiatives from WWF to achieve sustainable forest
management through certification process. GFTN
Indonesia was launched in Jakarta on 16 October
2003 under the local name of “Nusa Hijau”.
Program GFTN Indonesia bertujuan untuk:The objectives of GFTN Indonesia program are:
Memediasi kesempatan kerjasama produsen dan buyer yang berkomitmen tinggi dalam mencapai dan mendukung kegiatan kehutanan yang bertanggung jawab dalam jaringan pasar global.
Mediating partnership opportunities between producer and buyer that are highly committed to achieve and support responsible forestry activities in a global market network.
Memfasilitasi tercapainya lebih banyak produsen dan manufaktur hasil hutan tersertifikasi di Indonesia.
Facilitating more certified forest product producers and manufacturers in Indonesia.
3
4
Mempromosikan pengelolaan hutan berkelanjutan.
Promoting sustainable forest management.1Usaha memenuhi permintaan kayu lestari dari Indonesia.
Fulfilling sustainable wood demand from Indonesia.2
Bulletin Kaleidoskop 201242
WWF Global Forest & Trade Network
GFTN menciptakan kondisi pasar untuk membantu
pelestarian hutan-hutan dunia sekaligus menye-
diakan keuntungan ekonomi sosial bagi kalangan
bisnis serta masyarakat yang bergantung pada
hutan. GFTN juga mempromosikan kerjasama
antara organisasi non-pemerintah (NGO) dengan
para perusahaan untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan hutan.
GFTN memiliki 18 Forest and Trade Networks
(FTN) lokal di 36 negara, terdiri dari kurang lebih
800 anggota, terutama di Eropa dan Amerika Utara.
Sedang kan GFTN Indonesia tercatat mempunyai
29 anggota (16 perusahaan/trade participants dan
13 HPH/forest participants). Keanggotaan GFTN
terbuka bagi para forest managers, produsen
serta pemilik/pengelola hutan rakyat yang ingin
memperbaiki dan mengembangkan pengelolaan
areal hutannya. Keanggotaan ditentukan melalui
persyaratan GFTN dan menandatangani nota
kesepahaman (MoU) atau Participant Agreement
(PA) dengan WWF-Indonesia.
GFTN creates a market condition that helps the
world’s forests conservation, and at the same time
provides social economic benefits for businesses
and communities that are dependent on the forest.
GFTN also promotes partnerships between non-
government organizations (NGO) with companies
to increase forest management qualities.
GFTN has 18 local Forest and Trade Networks
(FTN) in 36 countries, with around 800 members,
especially in Europe and North America. GFTN
Indonesia has 29 members (16 companies/trade
participants and 13 HPH/ forest participants).
GFTN membership is open for forest managers,
producers and community forest owner/ manager,
who wanted to improve and develop their forest’s
management. Membership is defined under
GFTN’s requirements and through a signing of a
Memorandum of Understanding (MoU) or Partici-
pant Agreement (PA) with WWF-Indonesia.
Pelatihan lead auditor FSC (Forest Steward-ship Council) dilaksanakan di kota Riga, Latvia, pada tanggal 8-10 Oktober 2012.Pelatihan ini diselengarakan oleh NEPCON dan FSC Accredited Certification Body Rainforest Alliance, berdasarkan persyaratan ISO 19011 guidelines for auditors. Salah satu peserta pelatihan adalah Joko Sarjito, Koordinator Responsible Forest di GFTN-Indonesia. Joko dinyatakan lulus sebagai FSC Forest Management and FSC CoC and Wood Control Assessor. Selamat!
FSC (Forest Stewardship Council) lead auditor training was held in the city of Riga, Latvia, on October 8 to 10, 2012. The training was organized by NEPCON and FSC Accredited Certification Body Rainfor-est Alliance, based on the requirements of ISO 19011 guidelines for auditors. One of the trainees is Joko Sarjito, our GFTN-Indonesia Responsible Forest Coordinator. He passed the FSC Forest Management and FSC CoC and Wood Control Assessor. Congratulation Joko!
SELAMAT, FSC LEAD AUDITOR BARU!Congratulation, a Lead FSC Auditor!
Bulletin Kaleidoskop 2012 43
GFTN - Indonesia
No Company Date of Join Product Status
1 PT Bangun Sarana Wreksa 24 January 2005 Outdoor Furniture Ongoing Process To Certification
2 PT Falak Jaya Furnitama 8 December 2005 Garden Furniture CERTIFIED
3 PT Harjohn Timber 26 June 2006 Plywood CERTIFIED
4 PT Inatai Golden Furniture Industries 11 September 2006 Outdoor Furniture CERTIFIED
5 PT Indo Bagus Slat April 2009 Pencil Slat CERTIFIED
6 PT Indo Furnitama Raya 4 January 2007 Wood working CERTIFIED
7 PT Integra Indocabinet 11 February 2009 Indoor, Garden Furniture, Plywood CERTIFIED
8 PT Intertrend Utama 21 November 2006 Garden Furniture CERTIFIED
9 PT Jaya Raya Trasindo 11 September 2008 Decking, Anti Slip, Garden Tile CERTIFIED
10 CV Karya Wahana Sentosa 11 May 2006 Indoor Furniture CERTIFIED
11 PT Kimberly Clark Indonesia 1 January 2012 Tissue Paper Ongoing Process To Certification
12 PT Marcelindo Jaya Pratama 7 August 2006 Garden Furniture CERTIFIED
13 PT Redtroindo Nusantara 15 February 2007 Manufacturer Ongoing Process To Certification
14 CV Rimba Sentosa 22 November 2006 Furniture Woodworking Ongoing Process To Certification
15 PT Seng Fong Moulding Perkasa 18 September 2006 Factory, Manufacturer CERTIFIED
16 PT Trimitra Mabelindo 15 February 2007 Garden Furniture CERTIFIED
No Company Date of Join Species Status
PLANTATION
1 Perhutani North Banyuwangi 24 February 2006 Teak Sp Waiting final report for closing Major Cars audit from CB for FSC certification
2 Perhutani Saradan 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
3 Perhutani Madiun 24 February 2006 Teak Sp Waiting final report for closing Major Cars audit from CB for FSC certification
4 Perhutani Jatirogo 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
5 Perhutani Bojonegoro 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
NATURAL
6 PT Sari Bumi Kusuma Seruyan 26 June 2006 Dipterocarp Sp CERTIFIED (FSC FM/CoC)
7 PT Sari Bumi Kusuma Delang September 2012 Dipterocarp Sp Waiting final report for closing Major Cars audit from CB for FSC certification
8 PT Suka Jaya Makmur 18 May 2009 Dipterocarp Sp CERTIFIED (FSC FM/CoC)
9 PT Ratah Timber 11 February 2010 Dipterocarp Sp Waiting final report for closing Major Cars audit from CB for FSC certification
10 PT Essam Timber 19 May 2011 Dipterocarp Sp Ongoing Process To Certification
11 PT Kandelia Alam 28 October 2011 Rhizopora sp & Bruguiera sp Ongoing Process To Certification
12 PT Bina Ovivipari Semesta 28 October 2011 Rhizopora sp & Bruguiera sp Ongoing Process To Certification
13 PT Wanasokan Hasilindo September 2012 Shorea sp Waiting final report for closing Major Cars audit from CB for FSC certification
UPDATE KEANGGOTAAN GFTN - INDONESIA
TRADE PARTICIPANT
FOREST PARTICIPANT
Bulletin Kaleidoskop 201244
WWF Global Forest & Trade Network
Sebelum bergabung dengan GFTN pada bulan Maret 2009, Dito menjabat sebagai Deputi Direktur di Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Dito mewakili Indonesia di beberapa konfe-rensi lingkungan internasional seperti ITTO, konferensi ASEAN dan AFP (Asia Forest Partnership). Latar belakang Dito adalah sertifikasi hutan, CoC, hutan tanaman dan manajemen hutan berbasis komunitas.
GFTN-Indonesia Manager
Prior joining GFTN on March 2009, Dito was working as Deputy Director in Indonesia Ecolable Institute. Dito participated in several international environmental conferences such as ITTO, ASEAN conferences and AFP (Asia Forest Partnership) as member of the Indonesian delegation. Dito has background knowledge on forest certification, CoC, forest plantation and CBFM (Community Based Forest Management). ([email protected])
Responsible Forest CoordinatorJOKO SARJITO
Joko bergabung dengan GFTN sebagai Re-sposible Forest Officer sejak akhir Novem-ber 2009. Sebelumnya ia bekerja di bidang praktisi kehutanan (HPH) bersertifikasi FSC sejak tahun 1998. Di GFTN, Joko ber-tugas untuk memfasilitasi anggota GFTN dalam mengim-plementasikan pengelolaan hutan yang bertanggungjawab (SFM).
Joko joins GFTN-Indonesia as Respon-sible Forest Officer in late November 2009. Previously, he worked in FSC certified Forest Concession since 1998. In GFTN-Indonesia, Joko facilitates GFTN Forest Participants in implementing sustainable forest management scheme through step-wise approach.
Administration Officer ([email protected])
ELISABETH DIANA SUPIT (Diana)
Berbekal kecintaannya pada binatang & pelestrian ling-kungan, Diana bergabung dengan GFTN Indonesia sebagai Administration Officer pada 2011. Dengan latar belakang pendidikan di bidang hubungan internasional & komunikasi, ia percaya pada upaya-upaya konservasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Contended with her passion for wildlife and environ-mental issues, Diana joined GFTN Indonesia as the Administration Officer in 2011. With an educational background in International Relations and Commu-nication, she believes in the conservation efforts to create a better future for generations to come.
DITA RAMADHANI
([email protected])Responsible Trade and Networking Coordinator
Dita Ramadhani terjun di bidang kehutanan pada bulan Janu-ari 2008. Sebelum di WWF, Dita bekerja sebagai wartawan di MRA Printed Media dan Indo-Pacific Reputation Management Consultant. Berbekal penga laman tersebut, saat ini Dita men-jabat sebagai Responsible Trade and Networking Coordinator program GFTN.
Dita Ramadhani joined the forestry field in January 2008. Prior to this, she worked as a journalist in MRA Printed Media (Hearst Corporation Indonesia) and as a consultant in Indo Pacific Reputation Management Consultant. With experiences from these past positions, Dita is now the Responsible Trade and Networking Coordinator for GFTN.
ADITYA BAYUNANDA (Dito)
TIM GFTN-INDONESIA
Bulletin Kaleidoskop 2012 45
GFTN - Indonesia
Trade Participant Officer([email protected])
MERZYTA SEPTIYANI (Ita)
Berlatar belakang pendidikan di bidang kehutanan, Merzyta bergabung dengan GFTN sebagai Trade Par-ticipant Officer pada akhir 2011. Pertama kali ber-gabung dengan WWF Indonesia tahun 2010 pada project Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur. Berbekal pengalaman tersebut, saat ini bertu-gas untuk memfasilitasi perusahaan pengelola hutan (trade industry) menuju proses sertifikasi.
By Forestry Management as her background, Merzyta joins GFTN as Trade Participant Officer on late 2011. She starts working in WWF-Indo-nesia in year 2010 for Kayan Mentarang National Park project in East Kalimantan. Using that expe-riences, currently she support timber trade indus-try facilitation toward certification process.
([email protected])GFTN Forest Officer Kalimantan Barat
IAN HILMAN
Ian bekerja selama 13 tahun di LSM lingkungan. Sebe-lum bergabung di GFTN, dia bekerja di Wildlife Conser-vation Society (WCS) sejak tahun 2010. Fokus di isu kehutanan dan perdagangan satwa langka membuatnya paham mengenao konsep pembangungan lestari. Ian berdomisili di Kalimantan Barat.
He worked for 13 years in environmental NGO. Prior joining GFTN, he worked for Wildlife Conser-vation Society (WCS) since 2010. Focused on for-estry and wildlife trade issues made him aware of the sustainable development concept. He is based in West Kalimantan.
([email protected])GFTN Forest Officer Kalimantan TimurSYACHRAINI
Syachraini percaya bahwa hutan lestari dapat dicapai jika seluruh jaringan peme-rintah, swasta, LSM dan masyarakat mam-pu bekerja bersama. Dia bekerja di Yayasan Konservasi RASI sebelum menjadi bagian tim GFTN pada bulan Juni 2012. Dia mene-tap di Samarinda, Kalimantan Timur.
([email protected])GIS Officer GFTN Kalimantan TengahVIRTA IKHSANUL JATI
Dia lulus dari Fakultas Geografi, Departe-men Pembangunan Daerah. Sebelum ber-gabung di GFTN pada tahun 2012, Virta menjadi sukarelawan Koalisi Perempuan Indonesia. Virta adalah analist GIS dan pembangunan daerah untuk GFTN di Kali-mantan Tengah.
Syachraini believes that sustainable forest can be achieved when all networks on gov-ernment, private sector, NGO and public can worked together. He worked in RASI Conservation Foundation before joining GFTN in June 2012. He is based in Sa-marinda, East Kalimantan.
She graduated from Faculty of Geography, Department of Regional Development. Be-fore joining GFTN in year 2012, she vol-unteered in Koalisi Perempuan Indonesia (Indonesian Women Coalition). She is GIS and regional development analyst for GFTN in Central Kalimantan.
([email protected])GIS Officer GFTN Kalimantan BaratANTONIUS
Antonius mulai membantu WWF seba-gai pekerja lepas sejak tahun 2007 and berpengalaman melakukan berbagai macam survey di lapangan. Dia ber-gabung di GFTN pada tahun 2012 dan berdomisili di Pontianak, Kalimantan Timur. Kehutanan adalah latar belakang pendidikannya.
Antonius started working with WWF-Indonesia since year 2007 and experi-enced in conducting any kind of surveys on the field. He is joining GFTN on 2012 and based in Pontianak, West Kali-mantan. His educational background is forestry.
Bulletin Kaleidoskop 201246
WWF Global Forest & Trade Network
Why We Need the GFTN and How it Works
Every year, more than 30 million hectares of natural forest are destroyed to meet the growing global demand for wood and agricultural products.
The Global Forest & Trade Network (GFTN) recognizes that an effective response to such devastation is to turn the global marketplace into a positive force to save the world’s most valuable and threatened forests. Increasingly, consumers want to know where their wood comes from and to be assured that today’s forests will be here tomorrow for their children and grandchildren.
The GFTN—a WWF-led partnership—links more than 360 companies, commu-nities, NGOs, and entrepreneurs in more than 30 countries around the world. The goal is to create a new market for environmentally responsible forest products. Since 1991, market-driven demands from GFTN participants have increased the economic incentives for responsible forest management. This is helping to en-sure that millions of hectares of forests are independently and credibly certified, a guarantee that the forests are well managed and that their products come from legal and sustainable timber harvests.
But despite this solid progress, reliable supplies of credibly certified “good wood” are still limited. And trade in wood and pulp from illegal or controversial sources is continuing.
A growing number of forest owners and managers, manufacturers of wood and paper products, retailers, distributors, and investors support sustainable forest management. But there are complex obstacles to achieving this goal. A major problem is uncertainty about how to achieve “good wood” certification and benefit from it.
The GFTN exists to support and facilitate greater coordination of national and regional efforts to expand responsible and credibly certified forest management, including technical assistance throughout the certification process and enhanced marketing opportunities.
GFTN participants are committed to increasing the availability of forest products from well managed forests, helping each other benefit and profit from sustainable forest management, and ending the purchase of forest products from illegal and controversial sources. This is the GFTN mandate.
ABOUT GFTN
Bulletin Kaleidoskop 2012 47
GFTN - Indonesia
Photo by: (c) naturepl.com/Edwin Giesbers/ WWF - Canon
Bulletin Kaleidoskop 201248
WWF Global Forest & Trade Network
WWF is one of the world’s largest and most experienced independent conservation organizations, with almost 5 million supporters and global network action in more than 100 countries.
WWF’s mission is to stop the degradation of the planet’s natural environment and to build a future in which humans live in harmony with nature, by:
• Conserving the world’s biological diversity.• Ensuring that the use of renewable natural resources is sustainable.• Promoting the reduction of pollution and wasteful consumption.
WWF - INDONESIAGedung Graha Simatupang Tower 2C Jln.TB Simatupang Kav.38 Jakarta Selatan, Indonesia Tel.: (021) 7829426 – 29www.wwf.or.id/gftnwww.panda.org/gftn