kajian sistem drainase terhadap banjir akibat curah …

117
KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH HUJAN STUDI KASUS: JALAN SUDIRMAN UJUNG KOTA LANGSA TESIS OLEH ASMADI SURIA 087020005/AR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR

AKIBAT CURAH HUJAN STUDI KASUS:

JALAN SUDIRMAN UJUNG KOTA LANGSA

TESIS OLEH

ASMADI SURIA 087020005/AR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH HUJAN

STUDI KASUS: JALAN SUDIRMAN UJUNG KOTA LANGSA

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik

Dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH ASMADI SURIA

087020005/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

PERNYATAAN

KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR

AKIBAT CURAH HUJAN

STUDI KASUS:

JALAN SUDIRMAN UJUNG KOTA LANGSA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi manapun

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dibuat sebagai

acuan dalam naskah penulisan ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Langsa,13 Januari 2011

Penulis

ASMADI SURIA

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Judul Tesis : KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH HUJAN

STUDI KASUS: JALAN SUDIRMAN UJUNG KOTA LANGSA

Nama Mahasiswa : ASMADI SURIA Nomor Pokok : 087020005 Program Studi : TEKNIK ARSITEKTUR Bidang Kekhususan : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing

(A/Prof. Abdul Majid Ismail B.Sc, B.Arch, PhD) (Ir. N. Vinky Rahman, MT Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

)

Tanggal Lulus: 13 Januari 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

TELAH DIUJI PADA

TANGGAL: 13 JANUARI 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua Komisi Penguji : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. N. Vinky Rahman, MT

2. Imam Faisal Pane, ST, MT

3. Ir. Novrial, M.Eng

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ABSTRAK

Saat ini Kota Langsa terus berkembang dengan penyediaan sarana dan prasarananya sebagai penunjang kegiatan perdagangan dan industri, hal tersebut ditunjukan dengan menyediakan unit-unit pasar dan juga terdapat beberapa akomodasi yang juga memberikan kontribusi pada perekonomian daerah seperti keberadaan Hotel dan sejenisnya. Sebagai dasar penulisan tesis ini salah satu sarana prasarana yang diteliti adalah sistem drainase kota dimana sarana tersebut merupakan unsur penting dalam pengembangan suatu daerah agar menjadi kota yang bebas dari banjir, dengan mengambil studi kasus sekitar daerah Jalan Sudirman Ujung Kota Langsa. Daerah tersebut dipilih karena merupakan pusat aktivitas kegiatan perekonomian dan jaringan drainase nya terutama dibagian hilir mempunyai elevasi dasar saluran lebih rendah dari elevasi dasar saluran muara.

Metodologi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu: objek dan batasan penelitian, jenis penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Sedangkan untuk memperkirakan besarnya hujan rencana digunakan Metode Distribusi Log pearson Tipe III yang bertujuan untuk mendapatkan harga debit banjir puncak dengan periode ulang tertentu.

Hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa besaran debit drainase eksisting (Q) daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung lebih kecil dari pada besaran debit banjir puncak (Qp). Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa sistem drainase eksisting yang ada tidak dapat menampung debit banjir puncak.

Dengan demikian, untuk mengatasi masalah genangan air/banjir di sekitar Jalan Sudirman Ujung, melalui beberapa upaya dalam mengatasinya yaitu: (1). Melakukan normalisasi saluran dengan membentuk kemiringan saluran dan perbaikan pada tanggul saluran utama (2). Memperbesar dimensi saluran yang ada dan peninggian dari lebar 4m menjadi lebar 7m (3). Membangun kolam resapan di perkotaan, aliran hujan ditampung dalam kolam resapan, untuk mengurangi laju run-off dan sekaligus mememaksa aliran masuk ke dalam sistem air tanah.

Kata Kunci: banjir, sistem drainase.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ABSTRACT Currently Langsa City continues to grow with the provision of facilities and infrastructures as supporting the activities of trade and industry, it is shown to provide market units and also there are some accommodations that also contribute to the regional economy such as the presence of hotels and the like. As the basis of this thesis one infrastructure drainage system under study is the city where the facility is an important element in the development of an area for a city that is free from flooding, with a case study around the city of Ujung Jalan Sudirman Langsa. The area was chosen because it is a center of economic activity and its drainage network especially in the downstream channel has a bottom elevation lower than the mouth of the channel bottom elevation. The methodology used by the authors in this study are: the object and limits of research, this kind of research, data collection and data analysis. Meanwhile, to estimate the amount of rainfall used plan method Log Pearson Type III Distribution that aims to get the price of peak flood discharge with a certain return period. The results and calculations is known that the amount of existing drainage discharge (Q), the area around Jalan Sudirman Edge magnitude smaller than the flood peak discharge (Qp). Thus it can be deduced that the existing drainage system is unable to accommodate peak flood discharge. Thus, to overcome the problem of stagnant water/floods in the vicinity of Ujung Jalan Sudirman, through some effort in to overcome that: (1). Normalize the channel by forming the slope of the channel and levee repairs in the main channel (2). Enlarging the existing dimensions of the channel width and the exaltation of 4m to 7m wide (3). Building a pond in the urban catchment, the flow of rain in the catchment pond, to reduce the rate of run-off and well mememaksa flow into the groundwater system. Keywords: floods, drainage system.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah atas kehadirat ALLAH SWT sehingga penulisan tesis

ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan ujian akhir pada Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Arsitektur

Universitas Sumatera Utara. Tesis ini merupakan kajian penelitian yang diberi judul

KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH HUJAN

(Studi Kasus Daerah Sekitar Jalan Sudirman Ujung Kota Langsa).

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang

telah memberikan bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis

sejak mengikuti pendidikan sampai terselesaikannya penulisan tesis ini. Untuk itu,

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus

dan ikhlas kepada semua pihak, terutama kepada Ketua Program Studi Magister

Teknik Arsitektur, Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, MSc, Sekretaris Program Studi

Magister Teknik Arsitektur, Ibu Beny Octofryana Yousca Marpaung, ST, MT, PhD,

Koordinator Manajemen Pembangunan Kota, Bapak Achmad Delianur Nasution, ST,

MT, IAI.

Tak lupa juga ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada A/Prof. Abdul

Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD, selaku Dosen Pembimbing I dan Ir. N. Vinky

Rahman, MT, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini,

BAPPEDA Kota Langsa beserta stafnya, yang telah membantu memberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

informasi serta data-data yang berkaitan dengan penelitian kepada penulis, Seluruh

Dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Magister Teknik Arsitektur Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan pendidikan yang berarti, dan saudari

Novi sebagai staf administrasi, serta Rektor dan Dekan Fakultas Teknik Universitas

Samudera Langsa Pak Ir. Zulkifli, MM, Rulina Rita ST, MT, Dosen dan Staf Tata

Usaha.

Penghargaan selanjutnya kuhaturkan kepada Isteri, Anak serta keluargaku

Dra. Rosdawati, Rizki, Fahrul, Apit, Fozan, Wawa atas dukungannya, baik selama

kuliah, maupun di dalam penyelesaian tesis ini, serta teman-teman kuliah khususnya

Pakpahan, Ibu Lusi, Erwin Sitorus, Hendra, Sahid, Bayhaki, Arfan, Yani, Bernas,

Jayadin, Armelia, Amsuardiman, Muara.

Penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada

semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

Langsa, 13 Januari 2011

Penulis ASMADI SURIA

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asmadi Suria

Alamat : Kompleks BTN Sei Pauh Langsa

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 26 Oktober 1963

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 dari 5

Warga Negara : Indonesia

Nama Ayah : Asnawi (Alm.)

Nama Ibu : Hj. Nurmila Siregar

Nama Istri : Dra. Rosdawati Abdi

Nama Anak : Rizki Asnanda

Fahrullrozi

Afit Astriansyah

Muhammad Fozan

Fadiah Siti Salwah

Pendidikan Formal : SD Negeri 43 Pematang Siantar

(tamat tahun 1976)

SMP Negeri 2 Pematang Siantar

(tamat tahun 1979)

SMA Negeri 1 Padangsidimpuan

(tamat tahun 1982)

Sarjana Teknik Sipil UISU (tamat tahun 2000)

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Permasalahan ................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4 Kontribusi Penelitian .................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 5

2.1 Infrastruktur .................................................................................. 5

2.2 Drainase ........................................................................................ 5 2.2.1 Pola Aliran Air dalam Drainase .......................................... 11 2.2.2 Bentuk-Bentuk Penampang Melintang Saluran Drainase ... 14

2.3 Banjir ............................................................................................ 16 2.3.1 Sistem Peringatan Dini Tentang Banjir .............................. 19 2.3.2 Renaturalisasi Sungai .......................................................... 21

2.4 Hujan ............................................................................................ 27

2.4.1 Tipe-Tipe Hujan .................................................................. 29

2.4.2 Pengukuran Hujan ............................................................... 29

2.4.3 Radar Hujan untuk Antisipasi Banjir .................................. 31

2.4.4 Hujan Rata-Rata Suatu Wilayah ......................................... 32

2.5 Perhitungan Curah Hujan Rencana .............................................. 36

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2.6 Debit Banjir Rencana ................................................................... 37

2.7 Koefisien Run Off ........................................................................ 40

2.8 Intensitas Hujan ............................................................... ............. 41

2.9 Luas Daerah Genangan Air/Banjir ............................................... 41

2.10 Perhitungan Kapasitas .................................................................. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 44

3.1 Objek dan Batasan Tahapan Penelitian ......................................... 45

3.2 Jenis Penelitian .............................................................................. 45

3.3 Pengambilan Data .......................................................................... 46

3.4 Analisis Data .................................................................................. 48

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ............................................. 49

4.1 Gambaran Umum ........................................................................... 49

4.2 Keadaan Lokasi Daerah Sekitar Jalan Sudirman Ujung ................ 57

4.3 Keadaan Drainase Daerah Kawasan Area Sekitar Jalan Sudirman 58

4.4 Kondisi saluran Drainase Eksisting ............................................... 62

4.5 Data Curah Hujan Daerah Sekitar Jalan Sudirman Ujung ............ 63

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 64

5.1 Perhitungan Curah Hujan Rencana ................................................. 64

5.2 Perhitungan Debit Banjir Rencana .................................................. 67

5.3 Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase Eksisting ......................... 71

5.4 Perhitungan Luas Penampang Basah Saluran Rencana .................. 74

5.5 Hasil Perhitungan Luas Penampang Basah Saluran ........................ 78

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................... 81

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 81

6.2 Rekomendasi .................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

2.1 Standar Pelayanan Minimal Bidang Drainase ....................................... 20

2.2 Perbandingan dari tiap luas tiap poligon terhadap luas daerah

pengaliran merupakan faktor koreksinya .............................................

34

2.3 Contoh Perhitungan Curah Hujan dengan Metode Log Person Tipe

III ..........................................................................................................

37

2.4 Koefisien Penyebaran Hujan ................................................................ 39

2.5 Standar Harga Koefisien Run Off ......................................................... 41

2.6 Standar Harga Koefisien Kekasaran ..................................................... 43

4.1 Data Kondisi Saluran Drainase Sekitar Jalan Sudirman Ujung ........... 62

4.2 Informasi Curah Hujan Maksimum ..... ................................................. 63

5.1

5.2

Informasi Curah Hujan Maksimun dari Tahun 2000 s/d 2009 ...........

Perhitungan Curah Hujan dengan Menggunakan Metode Distribusi

Log Person Tipe III ..............................................................................

64

65

5.3 Data Kondisi Saluran Drainase Sekitar Jalan Sudirman Ujung ........... 71

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

2.1 Konsep saluran drainase konvensional yang mengalirkan air

secepat-cepatnya ke sungai sehingga mengakibatkan bahaya banjir,

kekeringan dan tanah longsor ...............................................................

8

2.2 Struktur Drainase Perkotaan ................................................................. 9

2.3 Bentuk Segi Empat Penampang Melintang Saluran Drainase ............. 15

2.4 Bentuk Bulat dan Oval Penampang Melintang Saluran Drainase ........ 15

2.5 Bentuk Trapesium dan Trapesium Tersusun Penampang Melintang

Saluran Drainase ...................................................................................

15

2.6 Metoda Kolam Konservasi dan metoda river side polder .................... 17

2.7 Mengaktifkan tanggul sodetan atau oxbow .......................................... 23

2.8 Menanami kembali bantaran dan tebing dengan vegetasi .................... 24

2.9 Memperlebar daerah bantaran sungai untuk konsentrasi hulu ............. 25

2.10 Membangun pulau buatan pada daerah sungai ..................................... 26

2.11 Daur Hidrologi ...................................................................................... 28

2.12 Jenis-Jenis Alat Ukur Curah Hujan ...................................................... 31

2.13 Hitungan Hujan Rata-Rata Aljabar ...................................................... 33

2.14 Hitungan dengan Poligon Thiessen ...................................................... 35

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

3.1 Peta Genangan Banjir Kota Langsa ...................................................... 44

3.2 Tahapan-Tahapan Penelitian ................................................................ 47

4.1 Peta wilayah detail lokasi penelitian area Jalan Sudirman ujung di

Kota Langsa .....................................................................................

51

4.2

4.3

4.4

Peta detail genangan banjir di Jalan Sudirman ujung Kota Langsa ...

Peta Jalan Ahmad Yani ................................................................

Peta Drainase Jalan Syiah Kuala ..........................................................

52

53

54

4.6 Peta Drainase di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim ..................................... 55

4.7 Peta Drainase di Jalan Sudirman Ujung ............................................... 56

4.8 Keadaan Drainase Jalan A. Yani .......................................................... 59

4.9 Keadaan Drainase Jalan Syiah Kuala .................................................... 60

4.10 Keadaan Drainase Jalan Sudirman ....................................................... 60

4.11 Keadaan Drainase Jalan Prof. A. Majid Ibrahim .................................. 62

5.1

5.2

Perbandingan kemiringan saluran eksisting .......................................

Penampang saluran rencana daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung .....

71

75

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ABSTRAK

Saat ini Kota Langsa terus berkembang dengan penyediaan sarana dan prasarananya sebagai penunjang kegiatan perdagangan dan industri, hal tersebut ditunjukan dengan menyediakan unit-unit pasar dan juga terdapat beberapa akomodasi yang juga memberikan kontribusi pada perekonomian daerah seperti keberadaan Hotel dan sejenisnya. Sebagai dasar penulisan tesis ini salah satu sarana prasarana yang diteliti adalah sistem drainase kota dimana sarana tersebut merupakan unsur penting dalam pengembangan suatu daerah agar menjadi kota yang bebas dari banjir, dengan mengambil studi kasus sekitar daerah Jalan Sudirman Ujung Kota Langsa. Daerah tersebut dipilih karena merupakan pusat aktivitas kegiatan perekonomian dan jaringan drainase nya terutama dibagian hilir mempunyai elevasi dasar saluran lebih rendah dari elevasi dasar saluran muara.

Metodologi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu: objek dan batasan penelitian, jenis penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Sedangkan untuk memperkirakan besarnya hujan rencana digunakan Metode Distribusi Log pearson Tipe III yang bertujuan untuk mendapatkan harga debit banjir puncak dengan periode ulang tertentu.

Hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa besaran debit drainase eksisting (Q) daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung lebih kecil dari pada besaran debit banjir puncak (Qp). Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa sistem drainase eksisting yang ada tidak dapat menampung debit banjir puncak.

Dengan demikian, untuk mengatasi masalah genangan air/banjir di sekitar Jalan Sudirman Ujung, melalui beberapa upaya dalam mengatasinya yaitu: (1). Melakukan normalisasi saluran dengan membentuk kemiringan saluran dan perbaikan pada tanggul saluran utama (2). Memperbesar dimensi saluran yang ada dan peninggian dari lebar 4m menjadi lebar 7m (3). Membangun kolam resapan di perkotaan, aliran hujan ditampung dalam kolam resapan, untuk mengurangi laju run-off dan sekaligus mememaksa aliran masuk ke dalam sistem air tanah.

Kata Kunci: banjir, sistem drainase.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ABSTRACT Currently Langsa City continues to grow with the provision of facilities and infrastructures as supporting the activities of trade and industry, it is shown to provide market units and also there are some accommodations that also contribute to the regional economy such as the presence of hotels and the like. As the basis of this thesis one infrastructure drainage system under study is the city where the facility is an important element in the development of an area for a city that is free from flooding, with a case study around the city of Ujung Jalan Sudirman Langsa. The area was chosen because it is a center of economic activity and its drainage network especially in the downstream channel has a bottom elevation lower than the mouth of the channel bottom elevation. The methodology used by the authors in this study are: the object and limits of research, this kind of research, data collection and data analysis. Meanwhile, to estimate the amount of rainfall used plan method Log Pearson Type III Distribution that aims to get the price of peak flood discharge with a certain return period. The results and calculations is known that the amount of existing drainage discharge (Q), the area around Jalan Sudirman Edge magnitude smaller than the flood peak discharge (Qp). Thus it can be deduced that the existing drainage system is unable to accommodate peak flood discharge. Thus, to overcome the problem of stagnant water/floods in the vicinity of Ujung Jalan Sudirman, through some effort in to overcome that: (1). Normalize the channel by forming the slope of the channel and levee repairs in the main channel (2). Enlarging the existing dimensions of the channel width and the exaltation of 4m to 7m wide (3). Building a pond in the urban catchment, the flow of rain in the catchment pond, to reduce the rate of run-off and well mememaksa flow into the groundwater system. Keywords: floods, drainage system.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Langsa merupakan daerah pemekaran dari Pemerintah Aceh Timur, yang

mana pemerintahan aceh timur di mekarkan menjadi dua kabupaten kota yaitu

Pemerintahan Kota Langsa dan Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang. dan saat ini

Kota Langsa terus berkembang dengan penyediaan sarana dan prasarananya sebagai

penunjang kegiatan perdagangan, industri dan administrasi pemerintahan. Selain itu

Kota Langsa sebagai pusat ekonomi pada tiga wilayah Kabupaten Kota, hal tersebut

ditunjukan dengan keberadaan dermaga Kuala Langsa juga terdapat beberapa

akomodasi yang juga memberikan kontribusi pada perekonomian daerah seperti

keberadaan Hotel dan sejenisnya.

Dengan demikian dalam penulisan tesis ini salah satu sarana prasarana yang

diteliti adalah sistem drainase Kota dimana sarana tersebut merupakan unsur penting

dalam pengembangan suatu daerah agar menjadi kota yang bebas dari banjir. Jika

sistem drainase kotanya tidak baik maka tentunya akan berdampak sangat buruk

terhadap perkembangan kota itu sendiri. Dari hasil pengamatan sebagian besar

drainase utama di Kota Langsa, baik yang alamiah atau buatan, dibagian hilir

mempunyai elevasi dasar saluran lebih rendah dari elevasi dasar saluran muara. Hal

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ini menyebabkan sedimentasi serius dan menimbulkan pendangkalan hingga akhirnya

banjir. Sumber-sumber banjir Kota Langsa dapat di bedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Banjir akibat luapan suangai: aliran banjir yang datangnya dari daerah

hulu sungai di luar kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan

yang terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi

kapasitas sungainya, sehingga terjadi limpasan. Menurut Sumber dari

Dinas Pekerjaan Umum menyebutkan bahwa, banjir akibat luapan sungai

yang besar tercatat pada awal tahun 2006 yang diakibatkan dari intensitas

hujan hingga 2 (dua) hari berturut-turut akibatnya sungai/krueng Langsa

meluap menggenangi rumah-rumah warga, dari data tersebut juga

menyebutkan, ketinggian banjir saat itu mencapai 50-300 cm selama 6-12

jam dan itu berlangsung hingga sekarang.

2. Banjir Lokal: genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah

itu sendiri. Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi

kapasitas sistem drainase yang ada. Masih pada sumber yang sama dari

Dinas Pekerjaan Umum Kota Langsa, ketinggian genangan air mencapai

30-50 cm dan lama genangan antara 1-3 jam. Banjir ini sering terjadi

terutama pada daerah dataran rendah, meliputi: BTN Seuriget, kawasan

lapangan Merdeka di wilayah Gampong Jawa, Gampong Sungai Pauh dan

Gampong Sidorejo.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

3. Banjir Rob: banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang atau

air balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang. Banjir

pasang merupakan banjir rutinakibat air laut pasang yang terjadi di

sepanjang wilayah pesisir laut. Banjir rob ini sering terjadi terutama pada

daerah Gampong Kuala Langsa, Gampong Sei Luaeng, Gampong Telaga

Tujuh, Gampong Cinta Raja dan Gampong Sungai Pauh.

Sejak 3 (tiga) tahun terakhir ini banjir di Kota Langsa semakin meningkat. Hal

ini diakibatkan oleh meningkatnya debit banjir dari daerah tangkapan air,

berkurangnya kapasitas saluran akibat sedimentasi, dan akibat penurunan muka tanah.

Dilandasi pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai sistem drainase di Kota Langsa, yang dibatasi hanya pada masalah sistem

drainase akibat curah hujan yang menyebabkan banjir di daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung. Jalan Sudirman Ujung dipilih karena dilandasi oleh pemikiran

penulis bahwa pada sekitar daerah itulah pusat terparah terjadinya banjir baik besaran

maupun frekuensinya di Kota Langsa.

1.2 Rumusan Permasalahan

Sistem darainase Kota Langsa merupakan unsur penting dalam pengembangan

daerah agar menjadi kota yang bebas dari banjir. Keadaaan eksisting sistem drainase

pada daerah sekitar Jalan Sudirman ujung sering terjadi genangan air/banjir.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi keadaan eksisting sistem drainase pada daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung apakah sarana penunjang bangunan drainase sudah

dipenuhi atau belum.

2. Mencari penyelesaian secara konprehensif dengan memperhatikan

tangkapan air (catchment area).

1.4 Kontribusi Penelitian

Kontribusi penelitian, antara lain:

1. Memberikan usulan-usulan yang berguna untuk perencanaan drainase

didaerah Kota Langsa khususnya sekitar Jalan Sudirman ujung dengan

meminimalkan pengaruh genangan air/banjir.

2. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pembangunan suatu lingkungan di daerah perkotaan.

3. Memberikan landasan bagi studi-studi selanjutnya yang behubungan dengan

pengendalian air/banjir, terutama untuk perencanaan drainase perkotaan

yang peka terhadap genangan air/banjir.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Infrastruktur

Menurut sumber dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002),

infrastruktur dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: infrastruktur ekonomi dan

infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik yang

digunakan pada proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas

termasuk semua prasarana umum seperti: drainase perkotaan, air bersih dan sanitasi,

irigasi, telekomunikasi perhubungan, sedangkan infrastruktur sosial meliputi

prasarana kesehatan dan pendidikan. Urusan prasaranan umum hampir identik dengan

persoalan-persoalan yang menjadi perhatian bidang pekerjaan umum (public works)

2.2 Drainase

.

Di Indonesia saat ini pekerjaan umum merupakan tugas dari Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah atau Dinas terkait pada level pemerintah

Kabupaten/Kota.

Menurut Haryono (1999), drainase adalah suatu ilmu tentang pengeringan tanah.

Drainase (drainage) berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau

mengalirkan air dan merupakan terminologi yang digunakan untuk menyatakan

sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik di atas

maupun di bawah permukiman tanah. Pengertian drainase tidak terbatas pada teknis

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya

dengan aspek kehidupan yang berada didalam kawasan diperkotaan. Semua hal yang

menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti dapat

menimbulkan permasalahan yang cukup komplek. Dengan semangkin kompleksnya

permasalahan drainase perkotaan maka di dalam perencaaan dan pembangunannya

tergantung pada kemampuan masing-masing perencana. Dengan demikian didalam

proses pekerjaanya memerlukan kerja sama dengan beberapa ahli di bidang lain yang

terkait.

Menurut sumber dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002)

ada beberapa sarana penunjang bangunan drainase:

1. Lubang air pada dinding saluran (wheep hole) yaitu lubang yang berfungsi

untuk mengalirkan air resapan yang berasal dari tanah sekitar saluran

drainase, sehingga tanah tidak menjadi berlumpur dan becek.

2. Lubang air pada trotoar (street inlet) yaitu lubang yang berfungsi untuk

mengalirkan air yang berasal dari jalan yang beraspalsehingga tidak terjadi

genangan air/banjir.

3. Saringan sampah kasar (bar screen) yaitu saringan sampah yang diletakkan

sebelum terdapatnya kantong lumpur/pasir sehingga sampah yang berukuran

besar tidak dapat masuk ke dalam kantong lumpur/pasir.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

4. Saringan sampah halus (fine screen) yaitu saringan sampah yang mempunyai

ukuran lebih kecil dari pada ukuran saringan sampah kasar di letakkan pada

gorong-gorong (box culvert) sehingga sampah yang mempunyai ukuran

kecil tidak dapat masuk kedalam gorong-gorong (box culvert).

5. Penutup atas parit (cover slab) yaitu struktur beton bertulang yang diletakkan

di atas bangunan drainase. Umumnya penutup parit ini digunakan pada

daerah perkotaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan untuk

pembuatan trotoar (pedestrian).

Menurut Maryono (2000), pada daerah perkotaan konsep drainase konvensional

atau darainase ramah lingkungan sering dilakukan, dimana dalam konsep drainase

konvensional selurh air hujan yang jatuh di suatu wilayah harus secapat-cepatnya

dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. Konsep drainase konvensional

untuk permukiman atau perkotaan dibuat dengan cara membuat saluran-saluran lurus

terpendek menuju sungai. Demikian juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran

drainase di design sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya kesungai

terdekat dan sama sekali tidak memperhatikan apa yang akan terjadi di bagian hilir.

Jika semua air hujan dialirkan secapatnya-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar

air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah akhirnya dampak tersebut

dapat kita lihat sekarang ini yaitu terjadinya kekeringan dimana-mana, banjir, tanah

longsor dan pelumpuran seperti terlihat pada gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 2.1 Konsep saluran drainase konvensional.

Sumber: Maryono, 2000

Selanjutnya menurut Maryono (2000), sistem drainase perkotaan dapat dibagi

manjadi 2 (dua) macam sistem dan ditambah dengan pengendalian banjir (food

control), sistem tersebut adalah:

a. Sistem Jaringan Drainase Utama (Major Urban Drainage System),

berfungsi mengumpulkan aliran air hujan dari minor drainase sistem untuk

diterusin kebadan air atau flood control (sungai yang melalui daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

pemerintahan kota dan kabupaten, seperti: waduk, rawa-rawa, sungai dan

muara laut untuk kota-kota ditepi pantai) seperti terlihat pada gambar 2.1.

b. Drainase Lokal (Minor Urban Drainage System), adalah jaringan drainase

yang melayani bagian-bagian khusus perkotaan seperti kawasan real estate,

kawasan komersial, kawasan industri, kawasan perkampungan, kawasan

komplek-komplek, perumahan dan lain-lain.

c. Struktur saluran, secara hirarki drainase perkotaan mulai dari yang paling

hulu akan terdiri dari: saluran kwarter/saluran kolektor jaringan drainase

lokal, saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer (ilustrasi dapat

dilihat pada gambar 2.2.

Keterangan: 1. Saluran Primer 3. Saluran Tersier 5. Batas Daerah Pengalian 2. Saluran Skunder 4. Kuarter

Gambar 2.2 Struktur Drainase Perkotaan

Sumber: Maryono, 2000

4 3

2

5

1

2

4

3

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Menurut Haryono (1999), ada beberapa kegunaan drainase, selain untuk

pengeringan tanah atau menghambat terjadinya banjir, drainase dapat berfungsi untuk

pertanian, bangunan, kesehatan, dan lansekap.

1. Pertanian

Tanah yang terlalu basah seperti rawa misalnya tidak dapat ditanami. Untuk

dapat digunakan sebagai lahan pertanian, tanah rawa yang selalu basah perlu

dikeringkan.

2. Bangunan

Untuk mendirikan bangunan (gedung, jalan dan lapangan terbang) di atas

tanah yang basah perlu drainase, agar tanah menjadi kering dan daya dukung

tanah manjadi bertambah sehingga dapat mendukung beban bangunan di

atasnya.

3. Kesehatan

Tanah yang digenangi air dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk,

sehingga perlu dikeringkan dengan sistem jaringan drainase. Pada tanah

kering telur dan larva nyamuk tidak hidup. Sedangkan dari ilmu kesehatan

gas-gas yang terdapat di rawa seperti gas methan tidak baik untuk kesehatan,

sehingga tanah sekitar permukiman perlu dikeringkan.

4. Lansekap

Untuk pemandangan yang baik, tanah basah/berair harus dikeringkan,

sehingga dapat ditenami rumput atau tanaman-tanaman hias lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Menurut Haryono (1999), pengaliran air dalam drainase perkotaan disebabkan

terutama oleh limbah rumah tangga dan hujan. Tetapi yang paling dominan yang

mengakibatkan banjir adalah air hujan. Jatuhnya hujan disuatu daerah, baik menurut

waktu maupun menurut pembagian geografisnya tidak tetap melainkan berubah-ubah.

Bila hujan yang jatuhnya deras dan/atau lama dan lebih besar dari kapasitas infiltrasi

dan kapasitas intersepsi, semakin besar pula aliran melalui permukaan tanah, maka

kelebihan aliran permukiman tanah menjadi lebih besar, saluran drainase dan sungai

tidak dapat menampung seluruh air yang datang karena telah terisi penuh dan terjadi

luapan air. Dalam perencanan bangunan air, masalahnya adalah berapakah besar debit

air yang harus disalurkan itu adalah debit suatu saluran pembuangan atau sungai,

maka besarnya debit tidak tertentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Debit

banjir ini disebut banjir rencana, yaitu banjir yang dipakai sebagai dasar untuk

perhitungan ukuran bangunan saluran drainase yang direncanakan. Debit banjir

rencana itu sudah tentu tidak boleh diambil terlalu kecil, sebab jika sewaktu-waktu

terjadi banjir maka banguna tersebut akan selalu terancam keamanannya. Sebaliknya

jika debit banjir rencana juga tidak boleh diambil terlalu besar sehingga menyebabkan

ukuran bangunan air menjadi terlalu besar, dan mungkin dapat melampaui batas-batas

ekonomis yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.2.1 Pola aliran air dalam drainase

Aliran dalam suatu saluran dapat berupa aliran saluran terbuka (open chanel

flow) maupun saluran tertutup (pipe flow). Pada aliran saluran terbuka terdapat

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

permukaan air yang bebas (free surface). Permukaan bebas ini dapatdipengaruhi oleh

tekanan udara luar secara langsung. Sedangkan pada aliran saluran tertutup tidak

terdapat permukaan yang bebas, hal ini dikarenakan seluruh saluran diisi oleh air.

Pada aliran saluran tertutup permukaan air secara tidak langsung dipengaruhi oleh

tekanan udara luar, kecuali hanya oleh tekanan hidraulika yang ada dalam aliran saja.

Pada aliran saluran terbuka untuk penyederhanaan dianggap bahwa aliran sejajar,

kecepatan beragam dan kemiringan kecil.

Dalam hal ini permukaan air merupakan garis derajat hidraulika dan dalamnya

air sama dengan tinggi tekanan. Meskipun kedua jenis aliran hampir sama,

penyelesaian masalah aliran dalam saluran terbuka jauh lebih sulit dibanding dengan

aliran pipa tekan. Hal ini desebabkan karena permukaan air bebas cenderung bebas

sesuai dengan waktu dan ruang juga bahwa kedalaman aliran, debit, kemiringan dasar

saluran dan kedudukan permukaan bebas saling bergantung satu sama lainnya. Aliran

dalam suatu saluran tertutup tidak selalu merupakan aliran pipa.

Menurut Haryoyo (1999), apabila terdapat permukaan bebas, harus digolongkan

sebagai aliran saluran terbuka. Sebagai contoh saluran drainase air hujan yang

merupakan saluran tertutup, biasanya dirancang untuk aliran saluran terbuka sebab

aliran saluran drainase diperkirakan hampir setiap saat memiliki permukaan bebas.

Selanjutnya manurut Haryono (1999), penggolongan jenis aliran berdasarkan

perubahan kedalaman aliran sesuai dengan perubahan ruang dan waktu di bagi 2,

yaitu aliran lunak (steady flow) dan aliran tidak lunak (unsteady flow).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

1. Aliran lunak (steady flow). Aliran lunak adalah aliran yang mempunyai

kedalaman tetap untuk selang waktu tertentu. Aliran lunak diklasifikasikan

menjadi:

a. Aliran seragam (uniform flow). Aliran saluran terbuka dikatakan

seragam apabila ke dalam air sama pada setiap penampang saluran.

b. Aliran berubah (varied flow). Aliran saluran terbuka dikatakan

berubah secara lambat apabila kedalaman air berubah di sepanjang

saluran. Aliran berubah terdiri dari atas 2 yaitu aliran berubah secara

lambat apabila kedalaman aliran berubah secara lambat dan aliran

berubah secara cepat apabila kedalaman aliran berubah secara cepat.

2. Aliran tidak lunak (unsteady flow). Aliran tidak lunak adalah aliran yang

mempunyai kedalaman tidak tetap untuk selang waktu tertentu. Aliran

tidak lunak diklasifikasikan menjadi:

a. Aliran seragam tidak lunak (unsteady uniform flow). Aliran saluran

terbuka dimana alirannya mempunyai permukaan yang berklasifikasi

waktu dan tetap sejajar dengan dasar saluran. Aliran seperti ini jarang

ditemukan di lapangan.

b. Aliran berubah tidak lunak (unsteady varied flow). Aliran saluran

terbuka dimana kedalaman aliran berubah sepanjang waktu dan ruang.

Aliran berubah tidak lunak terdiri dari 2 yaitu aliran yang berubah

secara lambat dimana kedalaman aliran berubah sepanjang waktu dan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ruang dengan perubahan kedalaman secara lambat, serta aliran tidak

lunak berubah secara cepat dimana kedalaman aliran berubah

sepanjang waktu dan ruang dengan perubahan kedalaman secara cepat.

Selanjutnya menurut Haryono (1999), kekentalan dan gravitasi dapat

mempengaruhi sifat aliran pada saluran terbuka. Tegangan permukaan aliran dalam

keadaan tertentu dapat pula mempengaruhi sifat aliran, tetapi pengaruh ini tidak

terlalu besar dalam masalah saluran terbuka pada umumnya ditemui dalam dunia

perekayasaan.

1. Aliran Laminer. Aliran saluran terbuka dikatakan laminer apabila gaya

kekentalan (viscosity) relatif sangat besar dibandingkan dengan gaya

inersia sehingga keketalan berpengaruh besar terhadap sifat aliran. Butir-

butir aliran bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau lurus dan

selapis cairan tipis seolah-olah menggelincir diatas lapisan lain.

2. Aliran Turbulen. Aliran saluran terbuka dikatakan turbulen apabila gaya

kekentalan (viscosity) relatif lemah dibanding dengan gaya inersia. Butir-

butir air bergerak menurut lintasan tertentu yang tidak teratur, tidak lancar

dan tidak tetap walaupun butir-butir tersebut bergerak maju di dalam aliran

keseluruhan.

2.2.2 Bentuk-bentuk penampang melintang saluran drainase

Haryono (1999), juga mengatakan ada beberapa macam bentuk penampang

saluran drainase dapat dilihat pada gambar 2.3, 2.4 dan 2.5.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 2.3 Bentuk Segi Empat Penampang Melintang Saluran Drainase

Sumber: Haryono, 1999

Gambar 2.4 Bentuk Buat dan Oval Penampang Melintang Saluran Drainase

Sumber: Haryono, 1999

Gambar 2.5 Bentuk Trapesium dan Trapesium Tersusun Penampang Melintang Saluran Drainase

Sumber: Haryono, 1999

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2.3 Banjir

Menurut Haryono (1999), genangan air/banjir pada umumnya terjadi akibat

adanya hujan lebat dengan durasi lama sehingga meningkatkan volume air dan

mempercepat akumulasi aliran permukaan (run off) pada permukaan tanah. Akhir-

akhir ini banjir terjadi dimana-mana, hal ini terjadi disebabkan oleh intensitas dan

frekuensi curah hujannya meningkat.

Sedangkan menurut Irianto (2003), kajian masalah banjir terlebih dahulu harus

dianalisa penyebab utamanya sebelum menyusun strategi antisipasinya. Secara

teoritis banjir terjadi dengan intensitas cenderung meningkat merupakan akibat dari

masukan sistem yang berlebihan, dalam hal curah hujan yang melibihi normalnya

atau sering dikenal dengan curah hujan perkecualian (eksepsional). Kejadian banjir

yang terus berulang merupakan hasil (resultan) dari kerusakan sistem dalam hal ini

adalah daerah aliran sungai (DAS).

Berdasarkan kajian menurut Maryono (2000), ada beberapa metode pencegahan

banjir perkotaan, yaitu metode kolam konservasi, metode river side polder, metode

sumur peresapan, dan metode pengembangan areal perlingsungan air tanah (ground

water protection area).

1. Metode kolam konservasi. Dalam metode ini dikatakan dengan membuat

kolam-kolam air, baik di perkotaan, permukiman, pertanian, atau

perkebunan. Kolam konservasi ini dibuat untuk menampung air hujan

terdahulu, diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

perlahan-lahan. Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan

daerah-daerah bekas galian pasir atau galian material lainnya, atau secara

ekstra dibuat dengan menggali suatu areal atau bagian tertentu (Gambar

2.6).

2. Metode river side polder. Metode menahan air dengan mengelola/menahan

kelebihan air (hujan) disepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder

pinggir sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di

berbagai tempat secara selektif disepanjang sungai. Lokasi polder perlu

dicari, sejauh mungkin polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan

tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik

(banjir), sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir

reda, sehingga banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air

terjaga (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Metoda kolam konservasi dan metode river side polder

Sumber: Maryono, 2000

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

3. Metode Sumur Resapan. Metode ini merupakan metode praktis dengan

cara membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh apada

atap perumahan atau kawasan tertentu. Sumur resapan ini juga dapat

dikembangkan pada areal oleh raga dan wisata. Perlu diketahui bahwa

sumur peresapan ini hanya dikhususkan untuk air hujan dan tidak boleh

memasukan air limbah rumah tangga.

4. Metode Pengembangan Areal Perlindungan Air Tanah. Metode ini

dilakukan dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah,

dimana di kawasan tersebut tidak boleh dibangun apapun. Areal tersebut

dkhususkan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Pada berbagai

kawasan perlu segera mungkin dicari tempat-tempat yang cocok secara

geologi dan ekologi sebagai areal untuk recharge dan perlindungan air

tanah sekaligus sebagai bagian penting dari komponen drainase kawasan.

Selanjutnya menurut Irianto (2003, rekayasa dan rancang bangun antisipasi

serta minimalisasi resiko banjir dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:

1. Curah hujan perkecualian (eksepsional). Perubahan iklim global yang

terjadi belakangan ini ternyata berdampak pada terjadinya akumulasi curah

hujan tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang

relatif sama, namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada

meningkatnya intensitas banjir yang terjadi. Apalagi kalau curah hujannya

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

menyimpang jauh lebih tinggi (hujan eksepsional) dibandingkan

normalnya, maka banjir yang akan terjadi akan sangat besar.

2. Kerusakan sistem daerah aliran sungai (DAS). Laju pertumbuhan

penduduk yang sangat tinggi dan terkonsentrasi pada wilayah tertentu

menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Lahan yang dahulunya

merupakan areal pertanian (cultivated land) akibat bertambahnya jumlah

penduduk lahan-lahan tersebut berubah menjadi daerah permukiman,

sehingga penggunaan lahan melampaui daya dukungnya.

I. Sistem peringatan dini tentang banjir

Menurut Irianto (2003), sistem peringatan dini tentang banjir dimaksudkan

supaya masyarakat di daerah endemik banjir memperoleh informasi awal tentang

besaran (magnitude) banjir yang mungkin terjadi serta waktu evakuasi korban

sehingga resiko yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Sistem peringatan dini sangat

penting, hal ini disebabkan karena:

1. Intensitas dan keragaman hujan menurut ruang dan waktu sangat tinggi

sehingga bisa terjadi secara tiba-tiba atau yang dikenal dengan banjir

kiriman/bandang (flash food).

2. Curah hujan yang tinggi umumnya terjadinya pada sore sampai malam hari

sebagai akibat proses orografi, sehingga terjadinya debit puncak umumnya

malam hari di saat masyarakat sedang tidur.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Selanjutnya menurut Irianto (2003), resiko banjir dapat juga diminimalkan

dengan perbaikan sistem daerah aliran sungai (renaturalisasi sungai). Untuk itu perlu

dilakukan peningkatan jumlah dan kualitas vegetasi penutup tanah maupun daya

tampung jaringan hidrologi daerah aliran sungai. Caranya antara lain yaitu dengan

menanami kembali kawasan daerah aliran sungai dengan tanaman yang akarnya

mampu meretensi air dan melakukan perbaikan bila terdapat penyempitan jaringan

hidrologi.

Jaringan hidrologi yang optimal dalam menampung aliran permukaan akan

membantu menyediakan air secara merata di seluruh permukaan daerah aliran sungai,

menurunkan debit banjir, memperpanjang waktu respons daerah sungai berupa selang

antara aliran sungai pada musim kemarau sesuai dengan standar pelayanan minimal

drainase (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Standar pelayanan minimal bidang drainase dan pengendalian banjir Bidang

Pelayanan Indikator Standar Pelayanan Keterangan

Kuantitas Kualitas Cakupan Tingkat

Pelayanan

Drainase dan pengendalian banjir

Luas genangan banjir tertangani di daerah perkotaan dan kualitas penanganan

Tidak ada genangan banjir di daerah perkotaan > 10 Ha.

Di lokasi genangan: Dengan tinggi genangan rata-rata > 30 cm, lama genangan > 2 jam, frekuensi kejadian banjir > 2 kali/tahun

Tidak terjadi genangan banjir bila terjadi genangan, tinggi genangan rata-rata < 30 cm, lama genangan < 2 jam, frekuensi kejadian banjir < 2 kali/tahun

Indikasi penanganan: Genangan < 10 Ha, penanganan drainase mikro, Genangan > 10 Ha, penanganan drainase makro

Sumber: Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2.3.2 Renaturalisasi sungai

Untuk mencegah terjadinya banjir pada daerah perkotaan mengingatkan kita

pentingnya merenaturalisasi sungai-sungai yang ada. Menurut Maryono (2000),

renaturalisasi adalah usaha koreksi terhadap kesalahan konsep hidraulik murni pada

pembangunan wilayah sungai dekade lalu dan sekaligus menghambat laju

pembangunan sungai dengan konsep hidraulik murni yang sekarang masih sering

dilakukan.

Di Swiss renaturalisasi ini sering disebut river revitalization, di kawasan Eropa

lain disebut river restoration, sedangkan di Amerika dan Kanada disebut

renaturalization. Renaturalisasi didefenisikan sebagai usaha mengembalikan kondisi

sungai atau wilayah air ke kondisi natural atau paling tidak mendekati, setelah

sebelumnya dilakukan koreksi terhadap berbagai pembangunan seperti sodetan,

pelurusan, penanggulangan, penalutan, pemindahan sungai, maupun penutupan alur.

Selanjutnya menurut Maryono (2000), tujuan renatulisasi adalah untuk

meningkatkan kualitas ekosistem dan keanekaragaman hayati wilayah sungai,

meningkatkan konservasi air di hulu, meningkatkan retensi ekologi hidraulik

sepanjang sungai, menurunkan intensitas banjir di hilir, menanggulangi kekeringan,

kelongsoran di hulu serta meningkatkan kualitas air sungai. Lokasi renaturalisasi

harus dipilih secara selektif sehingga apa yang terjadi dapat terkontrol dengan baik.

Namun di era keterbukaan ini mudah-mudahan usulan ini bisa menjadi entry

point untuk merevisi kekurangan-kekurangan konsep lama yang dampaknya sedang

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

dirasakan hari ini. Sebagian orang menganggap bahwa konsep renaturalisasi ini

bersifat Eropa Sentris sehingga mengkhawatirkan ketetapan aplikasinya di Indonesia.

Mereka lupa bahwa pelurusan, sodetan dan pembuatan tanggul adalah juga produk

Eropa 300 tahun silam. Pada prinsipnya renaturalisasi, konservasi, dan konsep back

to nature merupakan konsep yang sebenarnya sudah dianut secara tradisional oleh

bangsa-bangsa di dunia termasuk di Indonesia.

Berdasarkan kajian Maryono (2000), disajikan berbagai macam metode

renaturalisasi yang sedang giat dilakukan di beberapa Negara Eropa, Kanada,

Amerika, dan Jepang. Diharapkan metoda-metoda ini dapat diimplementasikan di

Indonesia. Di antara metode tersebut ada yang membuka kembali tanggul yang

menutup oxbow sungai lama atau mengaktifkan oxbow menjadi sungai lagi tanpa

harus menutup sungai sodetan, menanami bantaran dan tebing sungai yang telah

diluruskan dengan berbagai vegetasi, menginisiasi sungai yang diluruskan menjadi

meander, membangun pulau buatan di sungai, dan memperlebar bantaran banjir di

sepanjang sungai.

Mengaktifkan tanggul sodetan atau oxbow buatan (Gambar 2.7) di sungai

bekas pelurusan sodetan biasanya disebut danau oxbow buatan (initial oxbow lake).

Sedangkan oxbow lake adalah danau oxbow natural hasil proses alamiah terputusnya

meander sungai setelah ratusan tahun terjadi penggerusan. Energi kelebihan atas

putusnya meander secara alamiah ini akan diredam meander-meander lain di bagian

hulu-hilirnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 2.7 Mengaktifkan Tanggul Sodetan atau Oxbow Sumber: Maryono, 2000

Danau oxbow buatan merupakan penggal ekosistem sungai yang mati, airnya

diam, kualitas airnya jelek dan sering menjadi sarang nyamuk, selain biasanya

menjadi tempat pembuangan sampah masyarakat. Lambat laun oxbow buatan ini akan

dangkal dan tertutup sedimen, baik sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya

maupun endapan sisa-sisa vegetasi. Akhir dari perkembangan oxbow baik alamiah

maupun hasil sodetan adalah berupa hutan moor atau dijadikan areal persawahan,

industri dan pemukiman oleh penduduk setempat.

Cara renaturalisasi oxbow adalah dengan membuka kembali tanggul pembatas

oxbow dengan sungai utama. Dengan dibukanya tanggul pemisah, aliran air sungai

akan melewati oxbow kembali, di samping air masih dapat melewati sungai sodetan

yang ada. Aliran air yang kembali ke danau oxbow akan mengurangi kecepatan air ke

hilir sehingga resiko banjir juga berkurang. Sementara konservasi air di hulu dapat

ditingkatkan dan ekosistem daerah sungai oxbow akan hidup kembali. Menanami

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

kembali bantaran tebing dengan vegetasi setempat akan meningkatkan kualitas

ekosistem dan retensi air banjir sehingga menjamin stabilitas tebing sungai (Gambar

2.8).

Gambar 2.8 Penanaman Bantaran dan Tebing dengan Vegetasi Sumber: Maryono, 2000

Berikutnya adalah menginisiasi meander. Sungai yang telah diluruskan dapat

dimeanderkan lagi dengan cara menginisiasi meander di berbagai tempat secara

berselang-seling. Sarana inisiasi ini dapat dipakai vegetasi setempat atau kombinasi

bronjong batu dan vegetasi. Secara simultan maka sungai yang bersangkutan akan

membentuk meander atau berkelok-kelok lagi, diservifikasi flora dan fauna

meningkat, banjir dihulu berkurang.

Memperlebar daerah bantaran banjir dan memanjangkan sungai (Gambar 2.9)

juga bisa dilakukan. Daerah bantaran banjir (flood plain) yang biasanya berubah

menjadi areal pertanian atau dibuat talud memanjang dan diuruk dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

direnaturalisasi dengan membuka kembali talud, tanggul, atau mengeruk kembali

timbunan yang ada.

Gambar 2.9 Pelebaran daerah bantaran sungai untuk konsentrasi hulu Sumber: Maryono, 2000

Di samping itu pada bantaran-bantaran yang sempit diperlebar secara

proporsional. Areal terbuka bantaran sungai dapat dibiarkan sebagai kolam retensi

bantaran atau direvegetasi dengan tanaman yang sesuai. Cara ini sangat efektif untuk

menahan banjir dan meningkatkan konservasi air di hulu. Membangun pulau-pulau

buatan (lihat Gambar 2.10) menjadi pilihan lain.

Pulau-pulau sungai buatan pada normalisasi dan pelurusan sungai umumnya

dikeruk atau dihilangkan. Dalam renaturalisasi pembuatan pulau-pulau di tengah

sungai ini umumnya sangat digemari di Eropa karena merupakan komponen ekologi-

hidraulik yang sangat vital dan secara cepat dapat menyediakan lokasi

berkembangnya keanekaragaman hayati sekaligus dapat menaikkan retensi hidraulik.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 2.10 Pulau Buatan pada Daerah Sungai Sumber: Maryono, 2000

Selanjutnya menurut Maryono (2000), untuk membangun pulau di sungai

perlu dipelajari dan diteliti karakteristik pulau yang pernah ada dilokasi tersebut.

Pulau-pulau buatan di sungai yang paling stabil adalah pulau buatan yang baik

bentuk, formasi, maupun tata letaknya di sungai mengikuti karakteristik pulau

alamiah yang pernah ada.

Pembuatan pulau ditengah sungai dapat dilakukan dengan cara langsung,

yaitu dengan membangun pulau ditengah sungai dan cara tidak langsung yaitu

membuat pelebaran di suatu penggal sungai sehingga kecepatan aliran sungai turun.,

pengendapan ditengah sungai terbentuk, selanjutnya secara simultan terbentuk pulau

sungai. Keterlambatan renaturalisasi sungai biasanya banyak mendapat kesulitan

misalnya, mahalnya pembongkaran kembali bantaran yang telah di talud dan

seterusnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2.4 Hujan

Menurut Soemarto (1995), terjadinya hujan diawali oleh suatu peristiwa

penguapan air dari seluruh permukaan bumi, baik dari muka tanah, permukaan

pohon-pohonan dan permukaan air. Penguapan yang terjadi dari permukaan air

dikenal dengan penguapan (free water evaporation), sedangkan penguapan yang

terjadi dari permukaan yang terjadi dari permukaan pohon-pohonan dikenal dengan

transpirasi (transpiration). Sebagai akibat terjadinya penguapan, maka akan dapat

terbentuk awan. Oleh sebab adanya perbedaan temperatur, awan tersebut akan

bergerak oleh tiupan angin ke daerah-daerah tertentu. Hujan baru akan terjadi apabila

berat butir-butir hujan air tersebut telah lebih besar dari gaya tekan udara ke atas.

Dalam keadaan klimatologis tertentu, maka air hujan yang masih melayang

tersebut dapat berubah kembali menjadi awan. Air hujan yang sampai ke permukaan

tanah yang disebut hujan dan dapat diukur. Hujan yang terjadi tersebut sebagian akan

tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dan akan diuapkan kembali. Air yang jatuh

dipermukaan tanah terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian yang mengalir di

permukaan yang selanjutnya menjadi aliran limpasan (overland flow) yang

selanjutnya dapat menjadi limpasan (run-off), yang selanjutnya merupakan aliran

menuju sungai dan kemudian menuju laut. Aliran limpasan sebelum mencapai saluran

dan sungai, sebagian akan mengisi lekukan-lekukan permukaan bumi. Bagian lainnya

masuk kedalam tanah melalui proses infiltrasi, dan dapat menjadi aliran mendatar

yang disebut aliran antara (interflow, subsurface flow). Bagian air ini juga mencapai

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

sungai atau laut. Air yang meresap lebih dalam lagi, sebagian akan mengalir melalui

pori-pori tanah sebagai air perkolasi (percolation). Sebagian besar lagi yang meresap

lebih jauh lagi ke dalam tanah, mencapai muka air tanah, inilah yang menyebabkan

muka air tanah naik.

Selanjutnya menurut Soemarto (1995), pada suatu keadaan dimana dasar

sungai lebih rendah dari muka air tanah, maka air tanah akan mengalir ke dalam

sungai dan membentuk pengaliran secara perlahan-lahan, terutama pada musim

kemarau, aliran yang demikian disebut aliran-aliran air tanah (groundwater flow),

seperti pada gambar 2.11.

Keterangan: 1. Penguapan (evaporation, transpiration) 6. Aliran limpasan (overland flow) 2. Awan hujan 7. Aliran permukaan (surface run off) 3. Penguapan kembali 8. Aliran antara (subsurface flow, interflow) 4. Hujan (precipitation, rainfall) 9. Perkolasi (percolation) 5. Infiltrasi (infiltration)

Gambar 2.11 Aliran Air Tanah dalam Daur Hidrologi Sumber: Soemarto, 1995

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2.4.1 Tipe-tipe hujan

Berdasarkan sumber dari Departemen Pekerjaan Umum (1989), hujan sering

dibedakan menurut faktor penyebab pengangkatan udara yang menyebabkan

terjadinya hujan, antara lain Hujan Konvektif, Hujan Siklon, dan Hujan Orografik.

1. Hujan Konvektif, disebabkan oleh pergerakan naiknya udara yang lebih

panas dari keadaan di sekitarnya. umumnya hujan jenis ini terjadi pada

daerah tropis, dimana pada saat cuaca panas, permukaan bumi

memperoleh panas yang tidak seimbang, menyebabkan udara naik ke atas

dan kekosongan yang diakibatkan diisi oleh udara di atasnya yang lebih

dingin.

2. Hujan Siklon, bila gerakan udara ke atas terjadi akibat adanya udara

panas yang bergeraknya di atas lapisan udara yang lebih padat dan lebih

dingin.

3. Hujan Orografik, terjdi bila udara dipaksa naik di atas sebuah hambatan

berupa gunung. oleh sebab itu, maka lereng gunung yang berada pada

arah angin biasanya menjadi daerah yang berhujan lebat.

2.4.2 Pengukuran hujan

Berdasarkan sumber dari Departemen Pekerjaan Umum (1989), hujan

merupakan komponen masukan yang sangat penting pada proses hidrologi, sebab

jumlah kedalaman hujan ini yang dialihragamkan menjadi aliran di sungai. Dalam hal

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ini perlu diperhatikan adalah besaran kedalaman hujan yang terjadi di seluruh daerah

aliran drainase. Jadi tidak hanya besaran hujan yang terjadi di satu stasiun penakar

hujan/pengukuran hujan. Dalam hal ini diperlukan adalah data kedalaman hujan dari

banyak stasiun hujan yang tersebar di seluruh daerah aliran. Untuk memperoleh

besaran hujan yang dianggap sebagai kedalaman hujan yang sebenarnya terjadi di

seluruh daerah aliran sungai, maka diperlukan sejumlah stasiun hujan yang dipasang

sedemikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan di daerah aliran sungai

tersebut.

Selanjutnya berdasarkan sumber dari departemen pekerjaan umum (1989),

besaran hujan ini dapat diukur dengan alat pengukur hujan (rain gauge) seperti

terlihat pada gambar 2.12. Dalam pemakaiannya ada terdapat dua jenis alat ukur

hujan, yaitu:

1. Penakar hujan biasa (manual rain gauge), merupakan alat ukur yang

paling banyak digunakan, yang terdiri dari corong dan bejana. Ukuran

diameter dan tinggi corong ini berbeda-beda untuk masing-masing negara

yang berbeda sehingga hasil dari pengukuran ini tidak dapat

diperbandingkan

2. Penakar hujan otomatis (automatic rain gauge), mencatat tinggi muka air

secara otomatis untuk jangka waktu tertentu,. Dalam pemakaian alat ini

terdapat tiga jenis alat ukur hujan otomatis, yaitu dengan weighing bucket,

tipping bucket, dan float.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 2.12 Jenis-jenis Alat Ukur Curah Hujan Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1989

2.4.3 Radar hujan untuk antisipasi banjir

Menurut Irianto (2003), pemerintah daerah yang wilayahnya sering dilanda

banjir sehingga aktifitas masyarakatnya terganggu sebaiknya memanfaatkan radar

hujan yang bisa memprediksi curah hujan sesaat sebagai sistem peringatan dini

tentang banjir. Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan

terjadi hingga H minus 3. hasil prediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

terjadi dapat dikombinasikan dengan perhitungan karakteristik sistem daerah aliran

sungai (DAS) sehingga dapat diperkirakan berapa besar banjir yang mungkin terjadi.

Bila kemungkinan banjir sudah diketahui sejak dini, maka masyarakat dapat

mengantisipasinya. Peringatan dini tentang banjir dapat dilakukan mulai H minus 3

sampai dengan H minus 1, dengan menginformasikan pada instansi terkait sehingga

evakuasi korban dapat diantisipasi lebih dini. Untuk pengadaan radar hujan ini

membutuhkan biaya yang sangat mahal, namun kota-kota besar seperti Jakarta,

Surabaya dan Medan tampaknya perlu memikirkan peluang aplikasinya.

2.4.4 Hujan rata-rata suatu wilayah

Menurut Soemarto (1995), curah hujan yang diperlukan untuk menyusun

suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah

hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu

titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan

dalam millimeter (mm).

Selanjutnya menurut Soemarto (1995), curah hujan wilayah ini harus

diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Untuk menghitung besaran

ini dapat ditempuh beberapa cara yang sampai saat ini sangat lazim digunakan, yaitu

dengan cara:

1. Rata-Rata Aljabar. Cara perhitungan dengan rata-rata aljabar (mean

arithmatic methode) ini dilakukan dengan membagi rata pengukuran pada

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

semua stasiun hujan terhadap jumlah stasiun pada daerah yang

bersangkutan. Cara ini biasanya digunakan untuk daerah yang datar,

dengan jumlah stasiun curah hujan yang cukup banyak dan dengan

anggapan bahwa hujan di daerah tersebut bersifat seragam (gambar 2.13).

Gambar 2.13 Hitungan Hujan Rata-Rata Aljabar Sumber: Haryono, 1999

2. Poligon Thiessen. Cara perhitungan Poligon Thiessen dilakukan seperti

memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang

bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor koreksi (weighing factor)

dalam menghitung jumlah rata-rata (lihat tabel 2.2). Tahapan perhitungan

hujan rata-rata adalah sebagai berikut:

80mm

R7

R2

120mm

110mm

100mm

90mm

80mm

120mm

110mm

100mm

90mm

R5

R1

R3

R4

R6

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

i. Semua stasiun pengamatan di dalam dan sekitar daerah pengaliran

harus dicantumkan pada peta fotografi, kemudian tiap-tiap stasiun

yang berdekatan dihubungkan dengan sebuah garis lurus sehingga

terbentuk jaringan-jaringan segitiga.

ii. Daerah yang bersangkutan tersebut dibagi dalam poligon-poligon

yang didapat dengan menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap

sisi segitiga.

iii. Curah hujan dalam tiap poligon itu dapat dianggap diwakili oleh

curah hujan dari titik pengamatan dalam setiap poligon .

Tabel 2.2. Perbandingan dari tiap luas tiap poligon terhadap luas daerah pengaliran merupakan faktor koreksinya

R1 (mm)

A1 (km²)

FK R1 x FK (mm)

Ri R2 .... .... Rn

Ai A2 .... .... An

a1 a2 .... .... an

a1R1 a2R2

....

.... anRn

A

Keterangan: Ri = Kedalaman hujan di stasiun i, Ai = Luas vbagian daerah yang diwakili i, FK = Faktor koreksi, ai = Ai / A R = Curah hujan wilayah pada stasiun yang diperkirakan Sumber: Haryono, 1999

Cara gambar 2.14 dipandang cukup baik, karena memberikan koreksi

terhadap kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah yang dianggap mewakili.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 2.14 Hitungan dengan poligon Thiessen Sumber: Maryono, 1999

3. Isohyet. Cara perhitungan Isohyet adalah garis yang menghubungkan

tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama pembagian

daerahnya. Tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut:

i. Cara ini dilakukan dengan membuat kontur, berupa garis-garis yang

menunjukkan nilai curah hujan yang sama

ii. Luas bagian daerah antara dua garis isohyet yang berdekatan diukur

dengan planimeter

iii. Curah hujan ditetapkan sebagai hujan rata-rata antara dua isohyet

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

A. Perhitungan Curah Hujan Rencana

Menurut Soemarto (1995), untuk perhitungan debit banjir dengan periode

ulang tertentu, diperlukan juga hujan maksimum dengan periode ulang tertentu pula.

Hujan maksimum ini sering disebut dengan hujan rencana. Selanjutnya menurut

Soemarto (1995), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan

berapa besarnya hujan rencana, antara lain Metode Distribusi Log Pearson Tipe III

dan Metode Gumbel

Berdasarkan uraian persamaan rumus Metode Gumbel pada lampiran II dapat

diketahui bahwa aliran debit puncak (Qp) lebih besar harganya dari pada dengan

uraian persamaan rumus perhitungan Metode Log Person Tipe III. Sehingga pada

penulisan ini, penulis memperkirakan besarnya hujan rencana dengan menggunakan

Metode Distribusi Pearson Tipe III (Rumus 2.1), untuk contoh perhitungan lihat

Tabel 2.3. Persamaan Metode Log Pearson Tipe III adalah:

Log X = Log −

X + K.Si ............................................(2.1) Keterangan: −

X = Curah hujan rata-rata K = Kolerasi dari harga G yang terdapat pada tabel Skweness (lampiran I) Si = Standar deviasi

Rumus perhitungan curah hujan rata-rata (−

X ):

Log −

X = n

Xin

i∑=1

log

................................................(2.2)

Keterangan: Xi = Data curah hujan n = Jumlah data

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Tabel 2.3 Contoh perhitungan curah hujan dengan metode log person Tipe III.

NO Tahun Xi Log Xi Log Xi - log −

X (4)² (4)³

1 Tahun Data Log Data - - -

2 Tahun Data Log Data - - -

3 Tahun Data Log Data - - -

4 Tahun Data Log Data - - -

Rumus perhitungan standar deviasi (Si):

Si =1

)log(log1

2

−∑=

n

XXin

i . ...........................................(2.3)

Keterangan: Xi = Data curah hujan −

X = Curah hujan rata-rata n = Jumlah data

Rumus perhitungan Koefisien Kemencengan (G):

G = 3

3

1)2)(1(

)log(log

Snn

XXin

i

−−

−∑−

............................................(2.4)

Keterangan: Xi = Data curah hujan −

X = Curah hujan rata-rata (mm) n = Jumlah data

2.6 Debit Banjir Rencana

Menurut Soemarto (1995), cara menghitung debit banjir rencana tergantung

pada data yang tersedia. Apabila data debit yang tersedia tidak cukup panjang,

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

sedangkan data curah hujan tersedia cukup panjang, maka debit hujan rencana dapat

dihitung dengan metode rasional (modified rational method).

Asumsi dasar yang ada selama ini adalah bahwa kala ulang debit ekivalen

dengan kala ulang hujan. Debit rencana untuk daerah perkotaan pada umumnya

dikehendaki pembuangan air yang secepatnya, agar jangan ada genangan air/banjir

pada daerah perkotaan tersebut. Untuk memenuhi tujuan ini saluran-saluran harus

disesuaikan dengan debit rancangan.

Faktor-faktor yang menentukan sampai berapa tinggi genagan air yang

diperbolehkan agar tidak menimbulkan kerugian pada masyarakat perkotaan adalah:

1. Berapa luas daerah yang akan tergenang (sampai batas tinggi yang

diperbolehkan)

2. Berapa lama waktu penggenangan itu

Suatu daerah perkotaan umumnya merupakan bagian dari suatu daerah aliran

yang lebih luas dan pada daerah aliran ini sudah ada sistem jaringan drainase alami.

Perencanaan dan pengembangan sistem bagi suatu daerah perkotaan yang baru harus

diselaraskan dengan sistem drainase alami yang sudah ada, agar keadaan aslinya

dapat dipertahankan sejauh mungkin.

Menurut Mulvaney T.J. (1847) Dalam Haryono (1999), menyatakan bahwa

hubungan secara aljabar, antara intensitas hujan dan luas daerah aliran adalah sebagai

cara untuk mendapatkan besaran aliran genangan air/banjir. Selanjutnya menurut

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Haryono (1999), koefisien penyebaran hujan (Tabel 2.4) merupakan nilai yang

digunakan untuk mengoreksi pengaruh penyebaran hujan yang tidak merata pada

suatu daerah pengaliran. Untuk daerah yang relatif kecil biasanya kejadian hujan

diasumsikan merata.

Tabel 2.4 Koefisien penyebaran hujan Luas Daerah Pengaliran (km²) Koefisien Penyebaran Hujan

0 - 4 1 5 0.995 10 0.980 15 0.955 20 0.920 25 0.875 30 0.820 50 0.500

Sumber: Haryono, 1999 Rumus Metode Rasional

Qp = Cs.C.I.A............................................................(2.5) Keterangan: Qp = Debit puncak aliran (m³/det) C = Koefisien run off (tabel 2.6) Cs = Koefisien penampungan I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = Luas daerah aliran genangan air/banjir (m²)

Menurut Haryono (1999), koefisien penampungan (Cs) tidak mudah

ditetapkan, tetapi perkiraan nilai tersebut dapat dihitung dengan menggunakan

formula rumus:

Cs =tdtc

tc+2

2 .............................................................(2.6)

Keterangan:

ts = Waktu konsentrasi

td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit)

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Waktu tempuh di dalam Modified Rational Method adalah waktu aliran air di

atas permukaan tanah sampai ke ujung saluran (td), sehingga didapat perumusan

menjadi:

tc = to + td................................................................(2.7)

Selanjutnya menurut Haryono (1999), harga to sangat sulit diperkirakan,

karena tergantung pada kemiringan permukaan tanah, kekerasan permukaan tanah,

sifat infiltrasi, detensi permukaan dan intensitas curah hujan dan biasanya harga to

diambil sebagai berikut:

• Untuk kota besar to = 10-30 menit

• Untuk kota kecil to = 20-30 menit

Langkah selanjutnya, td ditentukan dengan menggunakan rumus empiris dari

Kirpich sebagai berikut:

td = 0,019577.0

S

L......…………………………(2.8)

Keterangan:

td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit)

L = Panjang saluran (m)

S = Kemiringan saluran (m)

2.7 Koefisien Run Off

Menurut Haryono (1999), untuk menghitung analisis hidrologi yang harus

diketahui adalah berapa besar koefisien run off yang dipengaruhi oleh kondisi

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

penggunaan lahan, jenis tanah dan kemiringan tanah. Besarnya koefisien run off

untuk berbagai jenis tata guna lahan disajikan dalam tabel 2.5.

Tabel 2.5 Standar Harga Koefisien Run Off No Tata Guna Lahan Koefisien Run Off 1 Daerah Komersial Perdagangan 0.75 – 0.95 2 Daerah Industri 0.50 – 0.90 3 Daerah Permukiman dengan kepadatan: a. Rendah < 20 rumah/ha 0.25– 0.40 b. Sedang =20-40 rumah/ha

c. Tinggi > 40 rumah/ha 0.40 – 0.60 0.60 – 0.75

4 Daerah Pertanian 0.45 – 0.55 5 Daerah Perkebunan 0.20 – 0.30 6 Daerah Kosong, datar dan kemiringan v. Kemiringan < 20 %

v. Kemiringan = 2% - 7% 0.10 – 0.50 0.10 – 0.15

Sumber: Haryono, 1999

2.8 Intensitas Hujan

Menurut Haryono (1999), intensitas hujan selama waktu konsentrasi (I)

dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe, yang merupakan dasar dalam

menentukan harga intensitas hujan, yaitu sebagai berikut:

I = 2424R

tc24 3/2 ......................................................(2.9)

Keterangan: R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) tc = Lamanya curah hujan (menit)

2.9 Luas Daerah Genangan Air/Banjir

Menurut Haryono (1999), luas daerah genangan air/banjir (A) merupakan data

dari daerah penelitian/data sekunder yang dapat dipertanggung jawabkan.

A = ........................ m²

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2.10 Perhitungan Kapasitas

1. Kapasitas saluran. Menurut Haryono (1999), kapasitas rencana saluran

dihitung dengan menggunakan rumus Manning, yang merupakan dasar

dalam menentukan dimensi saluran, yaitu sebagai berikut:

V = K.R⅔.S½ (m/det).............................................(2.10) Q = V.F (m³/det).....................................................(2.11)

R = PF (m)..............................................................(2.12)

Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) K = Koefisien kekasaran (tabel 2.7) R = Radius hidrolis (m) S = Kemiringan rata-rata saluran F = Luas penampang basah saluran (m²) P = Keliling basah saluran (m) Q = Debit aliran (m³/det)

Penurunan rumus perhitungan luas penampang basah saluran (F):

F = (b+m.y).y..........................................................(2.13) Keterangan: b = Lebar dasar saluran (m) m = Perbandingan kemiringan lining y = Ketinggian saluran (m)

Penurunan rumus perhitungan keliling basah saluran (P):

P = b + 2.y. 221 m+ .............................................(2.14) Keterangan: b = Lebar dasar saluran (m) m = Perbandingan kemiringan lining y = Ketinggian saluran (m)

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Kemiringan saluran (S) diasumsikan:

S = .......................m

2. Koefisien kekasaran (K). Menurut Haryono (1999), koefisien kekasaran

(K) sangat berfariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Pada tabel 2.6

diberikan beberapa harga koefisien kekasaran (K).

Tabel 2.6 Standar Harga Koefisien Kekasaran NO Material Saluran Koefisien Kekasaran Stickler 1 Plesteran halus 77 - 100 2 Plesteran kasar 67 - 91 3 Beton cor dipoles 60 - 77 4 Beton pra cetak 67 - 91 5 Pasangan batu disiar 50 - 67 6 Pasangan batu kosong 42 - 59 7 Pasangan batu bronjong 29 - 50 8 Saluran tanah bersih 30 - 45 9 Saluran tanah dan timbunan 1 - 3

Sumber: Haryono, 1999

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Langsa (gambar 3.1), sejak 3 (tiga) tahun

terakhir ini genangan air/banjir di Kota Langsa semangkin meningkat.Dilandasi

pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem

drainase di kota Langsa, yang dibatasi hanya pada masalah sistem drainase yang

menyebabkan genangan air/banjir terutama di jalan Sudirman Ujung.

Gambar 3.1 Peta Genangan Banjir Kota Langsa Sumber: Dinas Pekerjaan Umum.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Metodologi penelitian pada tesis ini dilakukan dengan beberapa tahapan

penelitian, yaitu:

1. Objek dan Batasan Tahapan Penelitian

2. Jenis Penelitian

3. Pengumpulan Data

4. Analisis Data

Tahapan-tahapan penelitian tersebut di atas secara skematik dapat dilihat

pada gambar 3.2.

3.1 Objek dan Batasan Tahapan Penelitian

Yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah daerah sekitar Jalan Sudirman,

kemudian penelitian ini dibatasi pada kajian sistem drainase terhadap banjir yang

terjadi pada daerah sekitar jalan Sudirman ujung. Pembatasan penelitian ini

dilakukan karena sistem jaringan drainase bukan merupakan penyebab utama

terjadinya genangan air/banjir tetapi masih banyak kajian yang dapat mengakibatkan

banjir.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian studi kasus atau penelitian

lapangan karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan-

permasalahan akibat genangan air/banjir yang terjadi di daerah sekitar Jalan

Sudirman.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

3.3 Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 2 jenis

data, antara lain:

1. Pengambilan data primer (observasi). Data primer (observasi) merupakan

data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dari lapangan

atau daerah penelitian menyangkut berbagai informasi-informasi penting

untuk mencapai tujuan penelitian yang akan dilakukan.

2. Pengambilan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh

secara tidak langsung. Data ini berwujud data dokumentasi atau data

laporan yang tersedia dari berbagai literatur dan dari berbagai instansi yang

berhubungan. Data primer dan data sekunder yang digunakan pada

penulisan tesis ini adalah data kuantitatif yang merupakan kategori-kategori

(asumsi).

Perincian data primer dan data sekunder, adalah:

1. Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah

profil permasalahan banjir yang terjadi pada daerah sekitar Jalan Sudirman

dan sekitarnya.

2. Jenis data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah

pengambilan laporan-laporan dari berbagai sumber dan beberapa instansi

Pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 3.2 Tahapan-Tahapan Penelitian

Tinjauan kawasan/ Identifikasi masalah

Permasalahan Banjir/genangan air di daerah kota Langsa disebabkan sistem jaringan drainase belum berfunsi secara optimal

Objek dan batas penelitian

Kajian system jaringan drainase pada daerah sekitar jalan sudirman ujung

Penelitian Jenis penelitian: Studi kasus/penelitian lapangan

Pengambilan data

Teknik pengumpulan data

Data primer Data lapangan Observasi data sekunder Data dari instansi pemerintah Data pendukung lainnya

Umpan balik

Analisis data

Alat analisi data yaitu rumusan-rumusan formula perhitungan : 1. Intensitas curah hujan 2. Debit banjir 3. Debit saluran

Hasil penelitian

Kesimpulan dan Rekomendasi

Universitas Sumatera Utara

Page 65: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data pada penulisan ini yaitu

penggunaan rumusan-rumusan formula penghitungan intensitas curah hujan, debit

aliran banjir, debit aliran saluran drainase.

1. Metode Distribusi Log Person Tipe III

2. Metode Gumbel

3. Metode Rasional

4. Rumus Manning

Sebelum dilakukan analisis data dengan alat analisis data maka terlebih dahulu

dilakukan:

a. Reduksi data yaitu proses penyeleksian dan penyederhanaan data

b. Justifikasi data yaitu merupakan proses verifikasi data.

Kemudian membahas asumsi dasar yang menjabarkan pendekatan-pendekatan

yang dilakukan di dalam penelitian ini, meliputi pendekatan pada penilaian

genangan air/banjir didaerah penelitian dan asumsi terhadap ambang tingkat

genangan air/banjir pada daerah sekitar jalan Sudirman, tentunya dengan merujuk

pada identifikasi lapangan lalu diuraikannya hipotesa penelitian dan batasan analisa

penelitian setelah itu menjabarkan variable penelitian serta langkah-langkah yang

dilakukan pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

Kota Langsa terletak dibagian timur provinsi Nangro Aceh Darussalam.

Sebelum menjadi tingkat II pada tahun 2002, Kota Langsa merupakan ibu Kota

Kabupaten Aceh Timur. Kota Langsa terletak pada 4 24’35,68’’-4 33’47,03’ lintang

utara dan 97 53’14,59” bujur timur. Kota Langsa dengan luas wilayah 262,41 Km2

atau 26.241Ha dengan panjang garis pantai 16Km. Adapun wilayah batas

administrasi sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bireun Bayen kabupaten

Aceh Timur

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bireun Bayen Kabupaten Aceh

Timur

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten

Aceh Tamiang

Kota Langsa terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yang mempunyai 45 Desa

(Gampong) dan 6 Kelurahan yaitu:

1. Kecamatan Langsa Kota, terdiri dari 6 Gampong dan 4 Kelurahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2. Kecamatan Langsa Timur 14 Gampong

3. Kecamatan Langsa Barat, terdiri dari 8 Gampong dan 1 Kelurahan

4. Kecamatan Langsa Lama, terdiri dari 9 Gampong

5. Kecamatan Langsa Baro, terdiri dari 9 Gampong dan 1 Kelurahan.

Mengenai kondisi topografi, Kota Langsa terletak pada dataran rendah dengan

ketinggian antara 1,5-8 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan kemiringan

lahan (0-8%), merupakan kota yang sangat strategis sebagai pusat perekonomian,

perdagangan dan jasa, dengan demikian harus pula diimbangi dengan sarana dan

prasarana infrastruktur sebagai penunjang dari kegiatan-kegiatan tersebut. Pada

penulisan yang diteliti adalah sistem drainase perkotaan dalam rangka membantu

penanganan banjir di Kota Langsa, khususnya di wilayah Jalan Sudirman Ujung,

agar dapat menjadi bahan penanganan dan pengendalian dalam penentuan kebijakan

strategis bidang drainase di Kota Langsa yang bebas banjir.

Dalam kajian sistem drainase ini, daerah yang di teliti adalah daerah kawasan

sekitar area Jalan Sudirman Kota Langsa yaitu:

1. Saluran Draianse Jalan Syiah Kuala

2. Saluran Drainase Jalan Ahmad yani.

3. Saluran Drainase Jalan Prof.Majid.Ibrahim.

4. Saluran Drainase Jalan Sudirman Pembuangan akhir dari saluran drainase

kota

Universitas Sumatera Utara

Page 68: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Dalam pola struktur ruang eksisting Kota Langsa, pengembangan Kota

Langsa dikonsentrasikan di pusat Kota, hal tersebut menjadi landasan penulis karena

daerah tersebut akan berkembang kedepannya (gambar 4.1).

Gambar 4.1 Peta foto udara Kota Langsa

Gambar.4.1 Peta wilayah detail lokasi penelitian area Jalan Sudirman Ujung di Kota Langsa

Sumber: Google Earth

Kota Langsa merupakan kawasan rawan banjir bila curah hujan sangat tinggi

maka ketinggian genangan mencapai 2 meter dan lama genangan 5-20 hari. Selain

itu daerah pantai, sebagian besar merupakan daerah yang memiliki ketinggian sama

Universitas Sumatera Utara

Page 69: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

dengan permukaan laut rata-rata, sehingga ketika hujan lebat dan air laut pasang

pada saat bersamaan, maka terjadilah banjir di sekitar kawasan Jalan Sudirman

Ujung, yang meliputi sekitar Jalan A. Yani, Jalan Sudirman, dan Jalan Prof. A.

Majid Ibrahim, seperti terlihat pada peta dibawah ini.

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa lokasi penelitian yaitu daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung merupakan daerah genangan banjir dan pada gambar 4.4, 4.5, 4.6,

merupakan detail peta kawasan area daerah penelitian.

Gambar 4.2 Peta Detail Genangan Banjir di Jalan Sudirman Ujung Kota Langsa

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum

40. Ha

Lokasi genangan

air / Banjir. 40 Ha.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 4.3 Peta Jalan Ahmad Yani Sumber: Survey Lapangan

Universitas Sumatera Utara

Page 71: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar.4.4 Peta drainase Jalan Syiah Kuala Sumber: Survey Lapangan

Universitas Sumatera Utara

Page 72: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 4.6 Peta drainase di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim Sumber: Survey Lapangan

Universitas Sumatera Utara

Page 73: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 4.7 Peta drainase di Jalan Sudirman Ujung Sumber: Survey Lapangan

Universitas Sumatera Utara

Page 74: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

4.2 Keadaan Lokasi Daerah Sekitar Jalan Sudirman Ujung

Keadaan Lokasi penelitian, dibagi atas:

1. Ruas Jalan A. Yani. Ruas jalan ini berfungsi sebagai jalan utama

sekaligus sebagai pintu gerbang memasuki wilayah Kota Langsa. Batas

ruas jalan A. Yani ditandai dengan kawasan simpang commodore di

sebelah Barat Kota Langsa yang ditetapkan sebagai pintu masuk ke Kota

Langsa dari arah Banda Aceh dan kawasan tugu di sebelah Timur sebagai

pintu masuk dari arah Medan. Kegiatan masyarakat dan Pemerintah Kota

Langsa terpusat di ruas jalan ini, bangunan kantor pemerintahan kegiatan

perdagangan, sehingga ruas jalan A. Yani merupakan urat nadi Kota

Langsa.

2. Ruas Jalan Syiah Kuala. Ruas jalan ini berfungsi sebagai salah satu jalan

alternatif yang menghubungkan jalan utama Kota Langsa. Saat ini lalau

lintas harian yang terjadi dikawasan ini terlalu padat.

3. Ruas Jalan Sudirman. Dalam penelitian dan analisa lapangan diketahui

bahwa ruas jalan ini merupakan salah satu ruas jalan alternatif yang

paling padat lalu lintas hariannya, selain karena lokasi ruas jalannya yang

paling dekat dengan pusat kegiatan di Kota Langsa, ruas jalan ini juga

merupakan jalan penghubung utama bagi beberapa desa disekitarnya

untuk mencapai kawasan kota (gampong Matang Seulimeng, Lhok Banie,

Sungai Pauh).

Universitas Sumatera Utara

Page 75: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

4. Ruas Jalan Prof. A. Majid Ibrahim. Sesuai penelitian dan analisa di

lapangan diketahui bahwa ruas jalan Prof. A. Majid Ibrahim berfungsi

sebagai jalan Provinsi/Nasional. Sesuai dengan fungsinya maka volume

lalu lintas harian yang terjadi cukup tinggi dikawasn ini, segala jenis

kendaraan mulai dari kendaraan roda 2 hingga kendaraan berat seperti

truck container/intercooler lalu lalang dikawasan ini selama 24 jam.

4.3 Keadaan Drainase Daerah Kawasan Area Sekitar Jalan Sudirman

Keadaan drainase di sekita lokasi penelitian adalah:

1. Ruas Jalan A. Yani. Saluran Drainase telah dibangun di sepanjang ruas

jalan ini, baru-baru ini bahkan telah dilakukan perbaikan saluran dengan

dukungan dana dari BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) NAD,

sehingga secara umum kondisisaluran Drainase telah sesuai dengan

kebutuhan. Saluran-saluran dikawasan ini dibangun secara tertutup (off

site). Namun demikian masih ada kawasan yang tergenang air pada saat

hujan turun, yaitu kawasan lapangan merdeka dan kawasan sekitar Kantor

Pos dan Giro. Ketinggian genangan yang terjadi antara 30-50 cm dengan

lama genagan 1-3 jam. Beberapa permasalahan yang ditemui adalah:

a. Berkurangnya kapasitas saluran akibat dari sedimentasi.

b. Timbunan sampah dalam badan air saluran, sehingga menghambat

aliran (gambar 4.8).

Universitas Sumatera Utara

Page 76: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 4.8 Keadaan Drainase Jalan A. Yani

Sumber: Survey Lapangan

2. Jalan Syiah Kuala. Kondisi saluran drainase di kawasan ini cukup baik,

sebagian saluran drainase banyak yang ditutup karena padat dengan

pertokoan, beberapa permasalahan yang ditemui adalah:

a. Ditemukan banyak sampah di dalam saluran terutama pada saluran-

saluran yang bantarannya dibangun ruko dan rumah penduduk.

b. Perlu di buat drainase sistem jaringan dimana pengaliran air pada

suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan air melalui

sistem tata saluran dengan bangunan pelengkapnya (gambar 4.9).

Saat ini saluran atau drainase yang ada sudah mengalami degradasi

kualitas pengaliran airnya, selain karena debit air hujan yang turun

cukup tinggi beberapa tahun ini, kejadian pasang laut juga menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 77: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

faktor penting yang menyebabkan kawasan ini sering terendam air

banjir. Keadaan drainase di Jalan Sudirman secara foto visual dapat

dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.9 Keadaan Drainase Jalan Syiah Kuala Sumber: Survey Lapangan

Gambar 4.10 Kondisi Drainase Jalan Sudirman Sumber: Survey Lapangan

Universitas Sumatera Utara

Page 78: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

3. Jalan Prof. A. Majid Ibrahim. Saat ini kondisi saluran drainase di kawasan

ini belum memadai secara kualitas, sebagian besar saluran drainase yang ada

masih terputus-putus dan masih banyak yang berupa saluran tanah. Saluran

drainase yang termasuk kategori baik dan permanen hanya ditemui di lokasi

kegiatan perusahaan swasta dan kawasan perkantoran (sekitar kawasan

simpang Matang Seulimeng). Tidak diketahui secara pasti alasan perbedaan

perlakuan pembangunan saluran drainase dikawasan ini, yang dapat

dipastikan bahwa pada lokasi-lokasi yang belum memiliki saluran drainase

yang permanen sering terjadi genangan air hujan maupun air limpasan dari

sungai/alur pada saat volume air mengalami peningkatan pada musim hujan.

Kerugian akibat banjir tidak hanya dialami para pengendara yang melintasi

kawasan ini, tapi juga para petani yang pemilik lahan sawah di sekitar ruas

jalan ini, misalnya genagan air yang menyebabkan sawah mereka terendam

berhari-hari sehingga sangat mempengaruhi kualitas padi yang dihasilkan.

Dimensi saluran dikawasan ini belum sesuai dengan rencana saluran

drainase yang ditetapkan. Sehingga permasalahan yang dihadapi di kawasan

ini dapat disimpulkan bahwa selain karena bangunan saluran drainase yang

ada masih terputus atau belum terbangun seluruhnya secara permanen,

faktor dimensi saluran yang belum sesuai juga turut menjadi kendala utama

sering tergenagnya kawasan ini. Keadaan drainase di Jalan Prof. A. Majid

Ibrahim secara foto visual dapat dilihat pada gambar 4.11.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 4.11 Keadaan Drainase Jalan Prof. A. Majid Ibrahim

Sumber: Survey Lapangan

4.4 Kondisi Saluran Drainase Eksisting

Hasil penelitian di lapangan diperoleh data-data penampang saluran drainase

di daerah sekitar kawasan Jalan Sudirman, seperti tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Kondisi Saluran Drainase Sekitar Jalan Sudirman Ujung

No Nama Saluran Ukuran saluran Panjang

Saluran (m)

Kondisi Saluran

Eksisting Atas (m)

Bawah (m)

Tinggi (m)

1 Jalan A. Yani 1,0 0,80 1,2 4.464,4 Beton cor 2 Jalan Syiah Kuala 1,0 0,70 0.80 3.108,5 Beton cor 3 Jalan Sudirman 4,0 3,0 1,5 3.100,0 Beton cor+

Alami 4 Prof. A. Majid

Ibrahim 0,80 0,60 0,70 2,000,0 Beton

cor+Alami Sumber: Hasil Pengukuran di Daerah Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 80: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

4.5 Data Curah Hujan Daerah Sekitar Jalan Sudirman Ujung

Data informasi mengenai Curah Hujan diambil dari Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMG), seperti terlihat pada tabel 4.2. di bawah ini.

Tabel 4.2. Informasi Curah Hujan Maksimum Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2000 177 118 76 174 251 121 91 116 47 144 126 77

2001 49 154 83 136 86 56 97 138 106 171 161 57

2002 60 80 83 105 91 46 196 52 504 206 153 270

2003 122 53 72 84 236 52 177 461 69 102 192 114

2004 152 53 120 74 116 34 61 87 113 67 164 43

2005 135 145 60 118 216 90 79 84 181 77 98 151

2006 108 80 124 96 103 105 113 149 249 155 105 246

2007 188 72 44 209 241 138 110 150 107 115 215 101

2008 67 78 60 209 81 110 51 218 164 78 172 92

2009 335 19 172 158 183 78 111 177 135 469 286 281

Total 1393 852 894 1312 1604 830 1086 1632 1675 1584 1672 1432

Sumber: Maladi, 2004.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas besaran aliran banjir terhadap drainase di sekitar

Jalan Sudirman Ujung, untuk itu maka terlebih dahulu harus didapatkan data-data

informasi curah hujan dari pos-pos pegamatan curah hujan di sekitar Jalan Sudirman

Ujung, seperti Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisika (BKMG), sehingga

dapat diketahui apakah drainase eksisting masih dapat menampung aliran debit banjir

atau tidak.

5.1 Perhitungan Curah Hujan dan Rencana

Untuk menghitung curah hujan rencana dapat dihitung berdasarkan data

Informasi Curah Hujan Maksimum diambil dari Badan Klimatologi, Meteorologi dan

Geofisika (BKMG), seperti terlihat pada salinan tabel 5.1.

Tabel 5.1 Informasi Curah Hujan Maksimum dari Tahun 2000 s/d 2009 Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2000 177 118 76 174 251 121 91 116 47 144 126 77 2001 49 154 83 136 86 56 97 138 106 171 161 57 2002 60 80 83 105 91 46 196 52 504 206 153 270 2003 122 53 72 84 236 52 177 461 69 102 192 114 2004 152 53 120 74 116 34 61 87 113 67 164 43 2005 135 145 60 118 216 90 79 84 181 77 98 151 2006 108 80 124 96 103 105 113 149 249 155 105 246 2007 188 72 44 209 241 138 110 150 107 115 215 101 2008 67 78 60 209 81 110 51 218 164 78 172 92 2009 335 19 172 158 183 78 111 177 135 469 286 281 Total 1393 852 894 1312 1604 830 1086 1632 1675 1584 1672 1432

Sumber: Maladi, 2009

Universitas Sumatera Utara

Page 82: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Curah hujan rencana dengan Metode log pearson tipe III dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan rumus 5.1:

Log X= Log−

X +K.Si ..................................................... (5.1)

Keterangan: −

X = Curah hujan rata-rata

K = Korelasi dari harga G yang terdapat pada tabel Skweness (lampiran I)

Si = Standar Deviasi

Tabel 5.2 Perhitungan Curah Hujan dengan menggunakan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III

NO Tahun Xi Log Xi Log Xi - log −

X (4)² (4)³ 1 2000 47 1.67209 -0.45971 0.211517 0.04466 2 2001 106 2.02531 -0.10669 0.113828 0.01295 3 2002 504 2.70243 -0,57043 0.325390 0.10587 4 2003 69 1.83884 -0.29316 0.08599 0.007385 5 2004 113 2.05308 0.07892 0.006228 0.000038 6 2005 181 2.25768 -0.12568 0.015795 0.000249 7 2006 249 2.39619 -0.26419 0.069796 0.00487 8 2007 107 2.02938 -0.10262 0.0105308 0.000110 9 2008 164 2.21484 -0.08148 0.00686 0.000047

10 2009 135 2.13033 -0.00167 0.00000278 0.000000 Jumlah 21.32017 0.00000 0.845937 0.176179

Sedangkan curah hujan rata-rata (−

X ) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus 5.2:

Log −

X = n

Xin

i∑=1

log

........................................................... (5.2)

= 1032017.21

= 2,1320 Keterangan: Xi = Data curah hujan n = Jumlah data

Universitas Sumatera Utara

Page 83: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Standar deviasi (Si) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus5.3:

Si = )1(

)log(log1

2

−∑=

n

XXin

i

.................................................................... (5.3)

= 9

1240.1

= 0,35348

Keterangan: Xi = Data curah hujan −

X = Curah hujan rata-rata n = Jumlah data

Koefisien kemencengan (G) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus 5.4:

G = 3

1

3

)2)(1(

)log(log

Sinn

XXin

−−

−∑−

................................................................ (5.4)

G = 335348,0)210)(110(

1817.19x−−

G = 0,86

Keterangan: Xi = Data curah hujan −

X = Curah hujan rata-rata n = Jumlah data

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.2), (5.3) dan (5.4) diatas maka Log X

(R24) dapat dihitung dengan persamaan rumus 5.5:

Universitas Sumatera Utara

Page 84: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Log X = log −

X + K.Si ............................................................. (5.5)

= 2.13202 + (0,306839)

Log X = 2,43885

X = 10 43885.2

X = 274.700 mm

Keterangan: −

X = Curah hujan rata-rata

K = Korelasi dari harga G yang terdapat pada tabel Skweness (lampiran I)

Si = Standar Deviasi

5.2 Perhitungan Debit Banjir Rencana

Untuk menghitung analisis hidrologi untuk besaran debit puncak aliran

genangan air banjir digunakan persamaan rumus 5.6:

Qp = Cs.C.I.A ........................................................................... (5.6) Keterangan: Qp = Debit puncak aliran (m³/det) C = Koefesien run off (tabel 2.6) Cs = Koefesien penampungan I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = Luas daerah aliran genangan air/banjir (m²)

Koefisien penampungan (Cs) tidak mudah ditetapkan, tetapi perkiraan nilai

tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan formula rumus 5.7:

Cs = tdtc

tc+2

2........................................................... (5.7)

Keterangan: tc = Waktu konsentrasi (menit) td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit)

Universitas Sumatera Utara

Page 85: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Untuk mendapatkan harga waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan rumus 5.8:

to = to + td ………………………………………………. (5.8) Keterangan: td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit) to = Waktu aliran air diatas permukaan tanah sampai keujung saluran

Harga to sangat sulit diperkirakan, karena tergantung pada kemiringan

permukaan tanah, kekerasan permukaan tanah, sifat infiltrasi, detensi permukaan dan

intensitas curah hujan dan biasanya harga to diambil sebagai berikut:

1. Untuk kota besar to = 10-30 menit

2. Untuk kota kecil to = 20-30 menit

Waktu tempuh air di dalam saluran (td) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus 5.9:

td = 0,0195.

SL 77.0 ..........................................................(5.9)

td = 0,0195.

001.03100 77.0

= 135,00 Menit

Keterangan: td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit) L = Panjang saluran (3.100 m) S = Kemiringan saluran (m)

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.8) maka waktu konsentrasi (tc) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus (5.10):

Universitas Sumatera Utara

Page 86: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

tc = to+ td .........................................................................(5.10)

= 20 + 135,00 menit

= 155,00 menit Keterangan: td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit) to = Waktu aliran air diatas permukaan tanah sampai keujung saluran

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.7) dan (5.8) di atas maka perhitungan

analisis hidrologi untuk besaran debit puncak aliran banjir daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung dapat dihitung dengan persamaan rumus (5.11):

Cs = tdtc

tc+2

2....................................................................(5.11)

= 1351552

310+x

= 0.696 Keterangan: tc = Waktu konsentrasi (menit) td = Waktu tempuh air didalam saluran (menit)

Koefisien run off dapat dilihat pada tabel 2.6 point 3:

C = 0.60

Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (I) dihitung dengan menggunakan

rumus Mononobe, dengan menggunakan persamaan rumus (5.12):

I = 2424R

tc24 3/2 ..............................................................(5.12)

= jammm

241675

jamx

jam60/1155

24 ⅔

= 69.79 mm/jam x )290.9( ⅔

= 308.421 mm/jam

Universitas Sumatera Utara

Page 87: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Sehingga untuk mengubah satuan untuk intensitas curah hujan dari mm/jam

menjadi m/det dapat diuraikan dengan persamaan rumus 5.13:

I = 308.421 mm/jam x 1000

1 m x 600.31 det ...................(5.13)

= 0,0000856 m/det Keterangan: R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) tc = Waktu konsentrasi (menit)

Luas daerah genangan air/banjir (A) dapat dilihat pada gambar 3.4:

Harga A sudah diketahui, yaitu: A = 40 Ha

Sehingga untuk mengubah satuan untuk luas daerah genangan air/banjir (A)

dari Ha menjadi m² dapat diuraikan dengan persamaan rumus 5.14:

A = 40 x 10.000 m²......................................................(5.14)

A = 400.000 m²

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.6), (5.7), (5.8) dan (5.9) di atas

maka perhitungan analisis hidrologi untuk besaran debit puncak aliran banjir daerah

sekitar Jalan Sudirman Ujung dapat dihitung dengan persamaan rumus (5.15):

Qp = Cs.C.I.A.................................................................(5.15)

= 0,69 x 0,0000856 m/det x 400.000 m²x0.60

= 14.175 m³/det Keterangan: Qp = Debit puncak aliran (m³/det) C = Koefesien run off (tabel 2.6) Cs = Koefesien penampungan I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = Luas daerah aliran genangan air/banjir (m²)

Universitas Sumatera Utara

Page 88: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

5.3. Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase Eksisting

Berdasarkan hasil penelitian di lingkungan didapat data-data penampang

saluran drainase di daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung seperti terlihat pada salinan

tabel 5.2.

Tabel 5.3 Data Kondisi Saluran Drainase Sekitar Jalan Sudirman Ujung

No Nama Saluran

Ukuran saluran Panjang Saluran

(m)

Kondisi Saluran

Eksisting Atas (m)

Bawah (m)

Tinggi (m)

1 Jalan A. Yani 1,0 0,80 1,2 4.464,4 Beton cor 2 Jalan Syiah

Kuala 1,0 0,70 1.0 3.108,5 Beton cor

3 Jalan Sudirman

4,0 3,0 1.5 3,1000 Beton cor+Alami

4 Prof. A. Majid Ibrahim

0,80 0,60 0,70 2,000,0 Beton cor+Alami

Sumber: Data Pengukuran di Daerah Penelitian

Gambar penampang saluran eksisting dari hasil penelitian pada daerah

sekitar Jalan Sudirman Ujung seperti terlihat pada gambar 5.1. di bawah ini:

Gambar 5.1 Perbandingan Kemiringan Lining Saluran Eksisting

a=4m

y=1.5m

b=3m

Universitas Sumatera Utara

Page 89: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Dari gambar 5.1. di dapat perbandingan kemiringan lining saluran eksisting

adalah: (0,50/1.5) = 0,33

Dari penampang saluran di atas dapat diketahui bahwa:

a = 4,0 m

b = 3,0 m

y = 1.5 m

Slope = 0,001 m

m = 0,33

Kapasitas saluran eksisting daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus Manning (5.10), (5.11) dan (5.12),

yang merupakan dasar dalam menentukan dimensi saluran, dengan rumus 5.16:

V = K.R⅔.S½ (m/det) ................................................................(5.16) Q = V.F (M³/det)

R = PF (m)

Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) K = Koefisien kekasaran (tabel 2.7) R = Radius hidrolis (m) S = Kemiringan saluran rata-rata saluran F = Luas penampang basah saluran (m²) P = Keliling basah saluran (m) Q = Debit aliran (m³/det)

Luas penampang basah saluran (F) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus (5.17):

F = (b+m.y).y .................................................................(5.17) = (3,0m+0,33x1.5 m) x 1.5 m = 5.249 m²

Universitas Sumatera Utara

Page 90: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Keterangan: b = Lebar dasar saluran drainase (m) m = Perbandingan kemiringan lining y = Ketinggian saluran drainase (m)

Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus (5.18):

P = b+2.y. 221 m+ ........................................................(5.18)

P = 3,0m + 2 x 1.5m 22 33,01 + = 6.159 m

Keterangan: b = Lebar dasar saluran drainase (m) m = Perbandingan kemiringan lining y = Ketinggian saluran drainase (m)

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.13) dan (5.14) di atas maka

perhitungan radius hidrolis (r) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus (5.19):

R = PF

........................................................................(5.19)

R =mm

159.6249.5 2

= 1.261 meter Keterangan: R = Radius hidrolis (m) F = Luas penampang basah saluran (m²) P = Keliling basah saluran (m)

Kemiringan saluran (S) diasumsikan:

S = 0.001 m

Universitas Sumatera Utara

Page 91: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.12) diatas maka perhitungan

kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus (5.20):

V = K.R⅔.S½............................................................................................(5.20)

(Harga K dapat dilihat pada tabel 2.7 poin 3)

V = 60x0.852⅔x0,001½

= 1.705 m/det

Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) K = Koefisien kekasaran (tabel 2.7) R = Radius hidrolis (m) S = Kemiringan saluran rata-rata saluran (m)

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.10) dan (5.13) di atas maka

perhitungan debit saluran eksisting (Q) Daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus 5.21:

Q = V.F....................................................................(5.21) = 1.705 m/det x 5.249 m = 8.949 m³/det

Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) F = Luas penampang basah saluran (m²) Q= Debit aliran (m³/det)

5.4 Perhitungan Luas Penampang Basah Saluran Rencana

Gambar penampang-penampang saluran rencana daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung seperti terlihat pada gambar 5.2. di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 92: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Gambar 5.2 Penampang saluran rencana daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung

Dari gambar 5.2 juga didapat perbandingan kemiringan lining saluran

eksisting adalah (0.5/2.5) = 0,20

Dari penampang saluran drainase pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa:

a = 7,0 m b = 6,0 m y = 2.0 m Slope = 0,001 m m = 0,25

Kapasitas saluran eksisting daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus Manning (5.10), (5.11) dan (5.12),

yang merupakan dasra dalam menentukan dimensi saluran dengan rumus 5.22:

V = K.R⅔.S½ (m/det) ...........................................(5.22) Q = V.F (M³/det)

R = PF (m)

a=7m

y=2m

b=6m

Universitas Sumatera Utara

Page 93: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) K = Koefisien kekasaran (tabel 2.7) R = Radius hidrolis (m) S = Kemiringan saluran rata-rata saluran F = Luas penampang basah saluran (m²) P = Keliling basah saluran (m) Q = Debit aliran (m³/det)

Luas penampang basah saluran (F) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus 5.23:

F = (b+m.y).y .................................................................(5.23) = (6,0m+0,25x2.0 m) x 2.0 m = 13 m²

Keterangan: b = Lebar dasar saluran drainase (m) m = Perbandingan kemiringan lining y = Ketinggian saluran drainase (m)

Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus 5.24:

P = b+2.y. 221 m+ .......................................................(5.24)

P = 6,0m + 2 x 2m 22 25,01 + = 10.307 m

Keterangan: b = Lebar dasar saluran drainase (m) m = Perbandingan kemiringan lining y = Ketinggian saluran drainase (m)

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.13) dan (5.14) di atas maka

perhitungan radius hidrolis (r) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus 5.25:

Universitas Sumatera Utara

Page 94: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

R = PF

........................................................................(5.25)

R =m

m307.10

13 2

= 1.261 meter Keterangan: R = Radius hidrolis (m) F = Luas penampang basah saluran (m²) P = Keliling basah saluran (m)

Kemiringan saluran (S) diasumsikan:

S = 0.001 m

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.12) diatas maka perhitungan

kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus 5.26:

V = K.R⅔.S½............................................................................................(5.26) (Harga K dapat dilihat pada tabel 2.7 poin 3) V = 60x1.261⅔x0,001½

= 2.214 m/det Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) K = Koefisien kekasaran (tabel 2.7) R = Radius hidrolis (m) S = Kemiringan saluran rata-rata saluran (m)

Berdasarkan uraian persamaan rumus (5.10) dan (5.13) di atas maka

perhitungan debit saluran eksisting (Q) Daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus 5.27:

Q = V.F....................................................................(5.27)

= 2.214 m/det x 13 m

= 28,789 m³/det

Universitas Sumatera Utara

Page 95: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Keterangan:

V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det)

F = Luas penampang basah saluran (m²)

Q = Debit aliran (m³/det)

5.5 Hasil Perhitungan Luas Penampang Basah Saluran Rencana.

Sehingga berdasarkan persamaan rumus (5.10) dan (5.11), maka luas

penampang basah saluran rencana (F) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan penurunan rumus (5.28):

Q = V.F (m³/det) ............................................(5.28)

F =VQ

(m²)

F = 2.214 m/det

28.789 m³/det

F = 13 m² Keterangan: V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det) F = Luas penampang basah saluran (m²) Q = Debit aliran (m³/det)

Dari perhitungan persamaan rumus-rumus di atas maka didapat bahwa debit

aliran saluran drainase eksisting (Q) daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung adalah

8.949 m³/det, sedangkan besaran aliran banjir puncak (Qp) daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung adalah 14.175 m³/det, sehingga dapat diperkirakan bahwa besaran

aliran banjir tidak dapat ditampung oleh kapasitas saluran drainase eksisting yang

ada. Selain perhitungan uraian persamaan rumus-rumus yang telah diuraikan di atas,

Universitas Sumatera Utara

Page 96: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

ada beberapa hal yang diajukan untuk mengatasi terjadinya penyebab genangan

air/banjir di kawasan Jalan Sudirman Ujung adalah:

1. Ruas Jalan A. Yani. Perawatan rutin, yaitu suatu upaya untuk

mempertahankan kondisi dan atau fungsi sistem tanpa ada bagian

konstruksi yang diubah atau diganti. Karena saluran drainase di kawasan ini

berupa saluran tertutup atau off site, maka kegiatan perawatan dilakukan

dengan cara:

a. Melakukan inspeksi lubang kontrol (man hole) untuk mengetahui

ketebalan endapan sedimen dan material sampah yang ada dalam

saluran.

b. Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu yang ada pada saluran.

c. Memperbaiki longsoran-longsoran kecil yang terjadi di lereng saluran.

d. Menambal dinding saluran yang retak atau rusak, dan merapikan bentuk

profil saluran.

Perawatan berkala, dilakukan dengan cara:

a. Melakukan pengerukan/mengangkat endapan lumpur secara manual di

sepanjang saluran, dilakukan setiap periode tertentu (1-4 tahun sekali)

dan dilakukan pada musim kemarau.

b. Cara lain selain pengerukan secara manual adalah dengan penggarukan

(rodding) dan penyemprotan (jetting) serta penyedotan.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

2. Ruas Jalan Syiah Kuala. Melakukan kegiatan perbaikan dan penggantian

bangunan fisik saluran yang kondisinya tidak layak lagi. Melakukan

perawatan rutin dengan cara:

a. Melakukan pengerukan endapan sedimen yang ada pada badan air

saluran.

b. Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu yang ada pada saluran.

c. Menambal dinding saluran yang retak atau rusak, dan merapikan bentuk

profil saluran.

3. Ruas Jalan Sudirman. Melakukan perawatan rutin dengan cara:

a. Melakukan pengerukan endapan sedimen yang ada pada badan air

saluran.

b. Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu yang ada pada saluran.

c. Melakukan pembangunan saluran drainase yang baru dengan dimensi

yang sesuai dengan rencana (lihat tabel kesesuaian dimensi diatas) untuk

ruas jalan yang saluran drainasenya belum tersambung.

4. Ruas Jalan Prof. Majid Ibrahim. Melakukan perawatan rutin pada saluran

drainase yang telah berkurang kapasitas aliran airnya dikarenakan endapan

sedimentasi. Melakukan perawatan rutin dengan cara:

a. Melakukan pengerukan endapan sedimen yang ada pada badan air

saluran.

b. Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu yang ada pada saluran.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian pada Bab-Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan

bahwa penyebab banjir pada daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung antara lain,

adalah:

1. Berdasarkan perhitungan uraian persamaan rumus-rumus pada Bab V, di

dapat debit aliran saluran drainase eksisting (Q) daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung 8.949 m³/det, sedangkan besaran aliran banjir puncak

(Qp) daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung 14.175 m³/det. Dengan

demikian bahwa sistem drainase eksisting yang ada tidak dapat

menampung debit banjir puncak.

2. Perlu dilakukan system jaringan drainase yang baru agar dapat

menangulangi banjir di daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada Bab V didapat bahwa

dengan mengubah dimensi saluran drainase rencana dengan mengacu

pada dimensi saluran eksisting seperti terlihat pada gambar 5.1 dan

gambar 5.2. Menghasilkan besaran debit rencana sebesar 28.789 m³/det,

sedangkan besaran aliran puncak (Qp) daerah Jalan Sudirman Ujung

adalah 14.175 m³/det.sehingga dapat dikatakan bahwa dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 99: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

memperbesar dimensi saluran drainase rencana maka genangan air/banjir

di Jalan Sudirman Ujung dapat diatasi.

Gambar 5.1

Penampang saluran eksisting daerah Jalan Sudirman Ujung

Gambar 5.2

Penampang saluran Rencana daerah Jalan Sudirman Ujung

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase, dimana masih

banyak terdapat sampah di dalam drainase.

a=4m

y=1.5m

b=3m

a=7m

y=2m

b=6m

Universitas Sumatera Utara

Page 100: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

6.2 Rekomendasi

Upaya mengatasi permasalahan genangan air/banjir pada daerah sekitar Jalan

Sudirman Ujung dapat dilakukan yaitu:

1. Besaran debit aliran puncak banjir (Qp) 14.175 m3/dtk harus lebih besar

dari debit puncak banjir agar bisa menampung pada aliran saluran

drainase Jalan Sudirman Ujung.

2. Menciptakan drainase ramah lingkungan.

3. Normalisasi saluran sampai ke muara, agar saluran drainase yang ada

lancar

4. Drainase yang ada saat ini kurang lebar dan dalam sehingga terjadi

pelimpasan kekanan dan kiri lahan, jadi perlu peningian dan pelebaran

pada drainase utama Jalan Sudirman Ujung.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Langsa, 2009, Langsa Dalam Angka.

Catanese, J., Anthony dan Snyder, C., James, 1996, Perencanaan Kota, Edisi Kedua,

Penerbit Erlangga, jakarta.

Chow, Ven Te, Ph.D,. Prof., 1959, Open Channel Hydroulics, Penerbit McGraw-Hill

Kogakhusa, Ltd.

Departemen Pekerjaan Umum, Metode Perhitungan Debit Banjir.

Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah, 2002, Modul Pelatihan Manajemen

Prasarana dan Sarana Perkotaan, Tema (1.1), Jakarta.

Gallion, Arthur, B., FAIA dan Eisner, Simon, APA, AICP, 1997, Pengantar

Perancangan Kota, Jilid 2, penerbit Erlangga, Jakarta.

Gallion, Arthur, B., FAIA dan Eisner, Simon, APA, 1992, Pengantar

Perancangan Kota, Jilid 1, penerbit Erlangga, Jakarta.

Haryono, Sukarto, Ir., M.Si., 1999, Drainase perkotaan, Penerbit PT. Mediatama

Saptakarya, Jakarta.

Irianto, Gtot, 2003, Banjir dan Kekeringan, Penerbit CV. Universal Pustaka Media,

Bogor.

Jayadinata, Johara T., 1996, Tata Guna Lahan Dalam Perencanaan Desa Perkotaan

dan Wilayah, Edisi Ketiga, Penerbit ITB, Bandung.

Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah, No. 543/KPTS/M/2001.

Kodoatie, Robert J., 1999, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Penerbit Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Maladi, Drs., 2004, Badan Meteorologi dan Geofisika, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Maryono, Agus, Ir, Ing, DR, 2000, Renaturalisai Sungai

Mays, Larry, W. and Tung, Yeuo Koung, 1976, Hydrosystem Engineering and

Management, McGraw Hill, Inc.

, Penerbit Kompas, Jakarta.

Moersaleh, Drs., MSc., H. dan Musanef, Drs., 1989, Pedoman Membuat Skripsi dan

Tesis, Cetakan Keempat, Penerbit CV. Haji Masa Agung, Jakarta.

Sinulingga, Budi, D., Ir., M.Si., 1999, Pembangunan Kota (tinjauan regional dan

lokal), Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Medan.

Soemarto, C.D., Ir., B.I.E. Dipl., H., 1995, Hidrologi Teknik, Edisi kedua, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Sumuno, Ir., M.S., Dr., Prof., 2001, Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Medan.

Warpani, Suwardjoko, 1984, Analisa Kota & Daerah, Penerbit ITB, Bandung.

Yunus, Hadi Sabari, 1999, Struktur Tata Ruang Kota, Penerbit Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 1

Gambar penampang saluran eksisting dari hasil penelitian pada daerah

sekitar Jalan Ahmad Yani seperti terlihat pada gambar 4.8

Dari gambar 4.8 di dapat perbandingan kemiringan lining saluran eksisting

adalah: 0.20/1. = 0.20

Dari penampang saluran diatas dapat diketahui bahwa:

a = 1,20 m b = 0,80 m y = 1.00 m Slope = 0,001 m m = 0,20

Luas penampang basah saluran (F) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus (2.13):

F = (b+m.y).y = (0.80m+0,20x1.00 m) x 1.00 m = 1.00 m²

a=1.2 m

y=1,0 m

b=0,80 m

Universitas Sumatera Utara

Page 104: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus (2.14):

P = b+2.y.221 m+

P = 0.80m + 2 x 1.m 22 20,01 + = 2.84 m

Perhitungan radius hidrolis (r) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus (2.12):

R = PF

R = mm

84.200.1 2

= 0.35 meter

Perhitungan kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan rumus (2.10):

V = K.R⅔.S½............(Harga K dapat dilihat pada tabel 2.7 poin 3) V = 60x0.35⅔x0,001½ = 0.89 m/det

perhitungan debit saluran eksisting (Q) Daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus (2.11):

Q = V.F = 0.89 m/det x 1.00 m

= 0.89 m³/det

Universitas Sumatera Utara

Page 105: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 2

Gambar penampang saluran eksisting dari hasil penelitian pada daerah

sekitar Jalan Syiah Kuala seperti terlihat pada gambar 4.9

Dari gambar 4.9 di dapat perbandingan kemiringan lining saluran eksisting

adalah: 0.20/1. = 0.20

Dari penampang saluran diatas dapat diketahui bahwa:

a = 1,00 m

b = 0,70 m

y = 0.75 m

Slope = 0,001 m

m = 0,20

Luas penampang basah saluran (F) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus (2.13):

F = (b+m.y).y

= (0.70m+0,20x0.75 m) x 0.75 m

a=1.00 m

y=0,75

b=0,70 m

Universitas Sumatera Utara

Page 106: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

= 0.64 m²

Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

rumus (2.14):

P = b+2.y.221 m+

P = 0.70m + 2 x 0.75.m 22 20,01 +

= 2.23 m

Perhitungan radius hidrolis (r) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan rumus (2.12):

R = PF

R = mm

23.264.0 2

= 0.29 meter

Perhitungan kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan rumus (2.10):

V = K.R⅔.S½............(Harga K dapat dilihat pada tabel 2.7 poin 3)

V = 60x0.29⅔x0,001½

= 0.83 m/det

Perhitungan debit saluran eksisting (Q) Daerah sekitar Jalan Sudirman Ujung

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus (2.11):

Q = V.F = 0.83 m/det x 0.64 m

= 0.83 m³/det

Universitas Sumatera Utara

Page 107: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 3

Tabel III K Value For pearson Type III Distribution

Recurrence Interval In Years

1.010

0 1.05

2 1.11

1 1.25 2 5 10 25 50 100 200 Exceedance Probability

Skwe 0.99 0.95 0.9 0.80 0.50 0.20 0.10 0.04

0.02

0.01 0.005 Coe

ff Positive Skwe

3.0 -

0.667

-0.66

5 0.66

-0.63

6

-0.39

6 0.42

0 1.18

0 3.27

8 3.15

2 4.05

1 4.90

9

2.9 -

0.690

-0.66

8

-0.68

1

-0.65

1

-0.39

0 0.44

0 1.19

5 2.27

7 3.13

4 4.01

3 4.84

7

2.8 -

0.714

-0.71

1

-0.70

2

-0.66

6

-0.38

4 0.46

0 1.21

0 2.27

5 3.11

4 3.97

3 4.74

7

2.7 -

0.740

-0.73

6

-0.72

4

-0.68

1

-0.37

6 0.47

9 1.22

4 2.27

2 3.09

3 3.93

2 4.78

3

3.6 -

0.769

-0.76

2

-0.74

7

-0.69

6

-0.36

8 0.49

9 1.23

8 2.26

7 3.07

1 3.88

9 4.71

8

2.5 -

0.799

-0.79

0

-0.77

1

-0.71

1

-0.36

0 0.51

8 1.25

0 2.26

2 3.04

8 3.84

5 4.65

2

2.4 -

0.832

-0.81

9

-0.79

5

-0.72

5

-0.35

1 0.53

7 1,26

2 2.25

6 3.02

3 3.80

0 4.48

4

2.3 -

0.867

-0.85

0

-0.81

9

-0.73

9

-0.34

1 0.55

5 1.27

4 2.24

8 2.99

7 3.75

3 4,51

5

2.2 -

0.905

-0.88

2

-0.84

4

-0.75

2

-0.33

0 0.57

4 1.28

4 2.24

0 2.97

0 3.70

5 4.44

4

2.1 -

0.946

-0.91

4

-0.86

9

-0.76

5

-0.31

9 0.59

2 1.29

4 2.23

0 2.94

2 3.65

6 4.37

2

2.0 -

0.990

-0.94

9

-0.89

5

-0.77

7

-0.30

7 0.60

9 1.30

2 2.21

9 2.91

2 3.60

5 4.29

8

1.9 -

1.037 -

0.98-

0.92-

0.78-

0.290.62

7 1.31

0 2.20

7 2.88

1 3.55

3 4.22

3

Universitas Sumatera Utara

Page 108: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

4 0 8 4

1.8 -

1.087

-1.02

0

-0.94

5

-0.79

9

-0.28

2 0.64

3 1.31

8 2.19

3 2.84

5 3.49

9 4.14

7

1.7 -

1.440

-1.05

6

-0.97

0

-0.80

8

-0.26

8 0.66

0 1.32

4 2.17

9 2.81

5 3.44

4 4.06

9

1.6 -

1.197

-1.09

3

-0.99

4

-0.81

7

-0.25

4 0.67

5 1.32

9 2.13

6 2.78

0 3.38

8 3.99

0

1.5 -

1.256

-1.13

1

-1.01

8

-0.82

5

-0.24

0 0.69

0 1.33

3 2.14

6 2.74

3 3.33

0 3.91

1.4 -

1.318

-1.16

8

-1.04

1

-0.83

2

-0.22

5 0.70

5 1.33

7 2.12

8 2.70

6 3.27

1 3.83

8

1.3 -

1.383

-1.26

0

-1.06

4

-0.83

8

-0.21

0 0.71

9 1.33

9 2.10

8 2.66

6 3.21

1 3.74

5

1.2 -

1.449

-1.44

3

-1.08

6

-0.84

4

-0.19

5 0.73

2 1.34

0 2.08

7 2.62

6 3.14

9 3.66

1

1.1 -

1.518

-1.28

0

-1.10

7

-0.84

8

-0.18

0 0.74

5 1.34

1 2.06

6 2.58

5 3.08

7 3.57

5

1.0 -

1.588

-1.31

7

-1.12

8

-0.85

2

-0.16

4 0.75

8 1.34

0 2.04

3 2.54

2 3.02

2 3.48

9

0.9 -

1.660

-1.35

3

-1.14

7

-0.85

4

-0.14

8 0.76

9 1.33

9 2.01

8 2.49

8 2.95

7 3.40

1

0.8 -

1.733

-1.38

8

-1.16

6

-0.85

6

-0.13

2 0.78

0 1.33

6 1.99

3 2.45

3 2.89

1 3.31

2

0.7 -

1.806

-1.42

3

-1.18

3

-0.85

7

-0.11

6 0.79

0 1.33

3 1.96

7 2.40

7 2.82

4 3.22

3

0.6 -

1.880

-1.45

8

-1.20

0

-0.85

7

-0.09

9 0.80

0 1.32

8 1.93

9 2.35

9 2.75

5 3.13

2

0.5 -

1.955

-1.49

1

-1.21

6

-0.85

6

-0.08

3 0.80

8 1.32

3 1.91

0 2.31

1 2.68

6 3.04

1

0.4 -

2.029

-1.52

4

-1.23

1

-0.85

5

-0.06

6 0.81

6 1.31

7 1.88

0 2.26

1 2.61

5 2.94

9

0.3 -

2.104

-1.55

5

-1.24

5

-0.85

3

-0.05

0 0.82

4 1.30

9 1.84

9 2.21

1 2.54

4 2.85

6

0.2 -

2.178 -

1.58-

1.25-

0.85-

0.030.83

0 1.30

1 1.81

8 2.15

9 2.47

2 2.73

6

Universitas Sumatera Utara

Page 109: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

6 8 0 3

0.1 -

2.252

-1.61

6

-1.27

0

-0.84

6

-0.01

7 0.83

6 1.29

2 1.78

5 2.10

7 2.40

0 2.67

0.0 -

2.326

-1.64

5

-1.28

2

-0.84

2

-0.00

0 0.84

2 1.28

2 1.75

1 2.05

4 3.32

6 2.57

6 Sumber: Chow,1959.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 4 Tabel III K Value For pearson Type III Distribution

Recurrence Interval In Years

1.010

0 1.05

2 1.11

1 1.25 2 5 10 25 50 100 200 Exceedance Probability

Skwe 0.99 0.95 0.9 0.80 0.50 0.20 0.10 0.04

0.02

0.01 0.005 Coe

ff

Negative Skwe

-0.1 -

2.400

-1.67

3

-1.29

2

-0.83

6 0.01

7 0.84

6 1.27

0 1.71

6 1.00

0 2.25

2 2.48

2

-0.2 -

2.472

-1.70

0

-1.30

1

-0.83

0 0.03

3 0.85

0 1.25

8 1.68

0 1.94

5 2.17

8 2.38

8

-0.3 -

2.544

-1.72

6

-1.30

9

-0.82

4 0.05

0 0.85

3 1.24

5 1.64

3 1.89

0 2.10

4 2.29

4

-0.4 -

2.615

-1.75

0

-1.31

7

-0.81

6 0.06

6 0.85

5 1.23

1 1.60

6 1.83

4 2.02

9 2.20

1

-0.5 -

2.686

-1.77

4

-1.32

3

-0.80

8 0.08

3 0.85

6 1.21

6 1.56

7 1.77

7 1.95

5 2.10

8

-0.6 -

2.755

-1.79

7

-1.32

8

-0.80

0 0.09

9 0.85

7 1.20

0 1.52

8 1.72

0 1.88

0 2.01

6

-0.7 -

2.824

-1.81

9

-1.33

3

-0.79

0 0.11

6 0.85

7 1.18

3 1.48

8 1.66

3 1.80

6 1.92

9

-0.8 -

2.891

-1.83

9

-1.33

6

-0.78

0 0.13

2 0.85

6 1.16

6 1.44

8 1.60

6 1.73

3 1.83

7

-0.9 -

2.957

-1.85

8

-1.33

9

-0.76

9 0.14

8 0.85

4 1.14

7 1.40

7 1.54

9 1.66

0 1.74

9

-1.0 -

3.023

-1.87

7

-1.34

0

-0.75

8 0.16

4 0.85

2 1.12

8 1.36

6 1.49

2 1.58

8 1.66

4

-1.1 -

3.087

-1.89

4

-1.34

1

-0.74

5 0.18

0 0.84

8 1.10

7 1.32

4 1.43

5 1.51

8 1.58

1

-1.2 -

3.149

-1.91

0

-1.34

0

-0.73

2 0.19

5 0.84

4 1.08

6 1.28

2 1.37

9 1.44

9 1.50

1

Universitas Sumatera Utara

Page 111: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

-1.3 -

3.211

-1.92

5

-1.33

9

-0.71

9 0.21

0 0.83

8 1.06

4 1.24

0 1.32

4 1.38

3 1.42

4

-1.4 -

3.271

-1.93

8

-1.33

7

-0.70

5 0.22

5 0.83

2 1.04

1 1.19

8 1.27

0 1.31

8 1.35

1

-1.5 -

3.330

-1.95

1

-1.33

3

-0.69

0 0.24

0 0.82

5 1.01

8 1.15

7 1.21

7 1.25

6 1.28

2

-1.6 -

3.388

-1.96

2

-1.32

9

-0.67

5 0.25

4 0.81

7 0.99

4 1.11

6 1.16

6 1.19

7 1.21

6

-1.7 -

3.441

-1.97

2

-1.32

4

-0.66

0 0.26

8 0.80

8 0.97

0 1.07

5 1.11

6 1.14

0 1.15

5

-1.8 -

3.449

-1.98

1

-1.31

8

-0.64

3 0.28

2 0.79

9 0.94

5 1.03

5 1.06

9 1.08

7 1.09

7

-1.9 -

3.553

-1.98

9

-1.31

0

-0.62

7 0.29

4 0.78

8 0.92

0 0.99

6 1.02

3 1.03

7 1.04

4

-2.0 -

3.605

-1.99

6

-1.30

2

-0.60

9 0.30

7 0.77

7 0.89

5 0.95

9 0.98

0 0.99

0 0.99

5

-2.1 -

3.656

-2.00

1

-1.29

4

-0.59

2 0.31

9 0.76

5 0.86

9 0.92

3 0.93

9 0.94

6 0.94

9

-2.2 -

3.705

-2.00

6

-1.28

4

-0.57

4 0.33

0 0.75

2 0.84

4 0.88

8 0.90

0 0.90

5 0.90

7

-2.3 -

3.753

-2.00

9

-1.27

4

-0.55

5 0.34

1 0.83

9 0.81

9 0.85

5 0.86

4 0.86

7 0.86

9

-2.4 -

3.800

-2.01

1

-1.26

2

-0.53

7 0.35

1 0.72

5 0.79

5 0.82

3 0.83

0 0.83

2 0.83

3

-2.5 -

3.845

-2.01

2

-1.25

0

-0.51

8 0.36

0 0.71

1 0,77

1 0.79

3 0.79

8 0.79

9 0.80

0

-2.6 -

3.889

-2.01

3

-1.23

8

-0.49

9 0.36

8 0.69

6 0.74

7 0.76

4 0.76

8 0.76

9 0.76

9

-2.7 -

3.932

-2.01

2

-1.22

4

-0.47

9 0.37

6 0.68

1 0.72

4 0.73

8 0.74

0 0.74

0 0.74

1

-2.8 -

3.973

-2.01

0

-1.29

4

-0.46

0 0.38

4 0.66

6 0.70

2 0.71

2 0.71

4 0.71

4 0.71

4

-2.9 -

4.013

-2.00

7

-1.29

4

-0.44

0 0.39

0 0.65

1 0.68

1 0.68

3 0.68

9 0.69 0.69

0

Universitas Sumatera Utara

Page 112: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

-3.0 -

4.051

-2.00

3

-1.29

4

-0.42

0 0.39

6 0.63

6 0.66

0 0.66

6 0.66

6 0.66

6 0.66

6 Sumber: Chow, 1959.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 5 Koefisien Penyebaran Hujan ( β )

Luas Daerah Pengairan (km³) Koefisien Penyebaran Hujan a. 0 - 4 1 b. 5 0,995 c. 10 0,980 d. 15 0,955 e. 20 0,920 f. 25 0,875 g. 30 0,820 h. 50 0,500

Koefisien Pengaliran ( C ) Daerah Koefisien Aliran

a. Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/Ha) 0,25 - 0,40

b. Perumahan kerapatan sedang (20 - 60 rumah/Ha) 0,40 - 0,70

c. Perumahan rapat 0,70 - 0,80 d. Taman dan daerah rekreasi 0,20 - 0,30 e. Daerah Industri 0,80 - 0,90 f. Daerah perniagaan 0,90 - 0,95

Kemiringan Rata-rata dasar

saluran Kecepatan Rata-rata

(%) (m/det) Kurang dari I 0,40

1 - 2 0,60 2 - 4 0,90 4 - 6 1,20 6 - 10 1,50 10 - 15 2,40

LAMPIRAN 6

Koefisien Aliran ( C ) Secara Umum

Universitas Sumatera Utara

Page 114: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

Tipe Daerah Aliran Kondisi Koefisien Aliran C

Rerumputan

Tanah pasir, datar, 2 % 0,05 - 0,10 Tanah pasir, rata-rata, 2-7 % 0,10 - 0,15 Tanah pasir, Curm, 7 % 0,15 - 0,20 Tanah gemuk, datar, 2 % 0,13 - 0,17 Tanah gemuk, rata-rata, 2-7 % 0,18 - 0,22 Tanah gemuk, Curam, 7 % 0,25 - 0,35

Business Daerah kota lama 0,75 - 0,95 Daerah pinggiran 0,50 - 0,70

Perumahan

Daerah "Single family" 0,30 - 0,50 "Multi units" terpisah-pisah 0,40 - 0,60 "Multi units" tertutup 0,60 - 0,75 "Suburban" 0,25 - 0,40 Daerah rumah apartemen 0,50 - 0,70

Industri Daerah ringan 0,50 - 0,80 Daerah berat 0,60 - 0,90

Pertamanan, kuburan 0,10 - 0,25 Tempat bermain 0,20 - 0,35 Halaman kreta api 0,20 - 0,40 Daerah yang tidak 0,10 - 0,30

Jalan Beraspal 0,70 - 0,95 Beton 0,80 - 0,95 Batu 0,70 - 0,85

Untuk berjalan dan naik 0,70 - 0,85

Atap 0,70 - 0,95

Universitas Sumatera Utara

Page 115: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 7

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Saluran jalan Sudirman

ujung

Mulut muara saluran

Sudirman ujung

Muara

DETAIL LOKASI PENELITIAN DRAINASE KOTA LANGSA

Persimpangan jalan

Sudirman dan Prof Majid

Universitas Sumatera Utara

Page 116: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 8 Suasana genangan air /banjir di jalan Sudirman Ujung Kota Langsa.

Suasana genangan air/banjir di lokasi perumahan penduduk di jalan Sudirman

Ujung.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: KAJIAN SISTEM DRAINASE TERHADAP BANJIR AKIBAT CURAH …

LAMPIRAN 9 Suasana pekerjaan dinding penahan di perumahan penduduk di jalan Sudirman

Ujung Kota Langsa.

Suasana genangan air sesudah di buat dinding penahan di perumahan penduduk di

jalan Sudirman Ujung Kota Langsa.

Universitas Sumatera Utara