kajian pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/bab ii.pdfsebagai upaya untuk...

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian inidilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian tentang Dampak Relokasi Pemukiman Masyarakat dari Bantaran Anak Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Balun, Kecamatan Cepu. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang sama membahas mengenai relokasi masyarakat di bantaran sungai. Pertama,Jurnal Nourma Yumita DS, Universitas Mulawarman (2014) “Tinjauan Yuridis Dampak Relokasi Warga Terhadap Lingkungan Hidup Di Singai Karang Mumus Kecamatan Samarinda Ilir. Hasil penelitian relokasi sebagai kebijakan Pemerintah Kota Samarinda dalam rangka mengatur tata ruang kota Samarinda dengan melakukan pemukiman kembali terhadap warga masyarakat diatas bantaran sungai Karang Mumus, Kelurahaan Sidomulyo, memiliki dampak secara sosial. Pemerintah juga harus tegas dalam menegakan aturan kebersihan Sungai Karang Mumus dan melakukan penanaman pohon di hulu sungai untuk mencegah erosi serta sanksi terhadap warga yang melakukan pencemaran dan juga warga yang masih memaksa untuk tinggal di atas bantaran sungai. Kedua,Jurnal Ilmu pemerintahaan, Universitas Diponegoro, Risna Sugesti (2014) “ Partisipasi Masyarakat Dalam Program Relokasi Pemukiman Penduduk

Upload: dangthien

Post on 12-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian inidilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

terdahulu sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil penelitian yang

dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian tentang Dampak

Relokasi Pemukiman Masyarakat dari Bantaran Anak Sungai Bengawan Solo di

Kelurahan Balun, Kecamatan Cepu. Adapun perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yang sama membahas mengenai relokasi masyarakat di

bantaran sungai.

Pertama,Jurnal Nourma Yumita DS, Universitas Mulawarman (2014)

“Tinjauan Yuridis Dampak Relokasi Warga Terhadap Lingkungan Hidup Di

Singai Karang Mumus Kecamatan Samarinda Ilir. Hasil penelitian relokasi

sebagai kebijakan Pemerintah Kota Samarinda dalam rangka mengatur tata ruang

kota Samarinda dengan melakukan pemukiman kembali terhadap warga

masyarakat diatas bantaran sungai Karang Mumus, Kelurahaan Sidomulyo,

memiliki dampak secara sosial. Pemerintah juga harus tegas dalam menegakan

aturan kebersihan Sungai Karang Mumus dan melakukan penanaman pohon di

hulu sungai untuk mencegah erosi serta sanksi terhadap warga yang melakukan

pencemaran dan juga warga yang masih memaksa untuk tinggal di atas bantaran

sungai.

Kedua,Jurnal Ilmu pemerintahaan, Universitas Diponegoro, Risna Sugesti

(2014) “ Partisipasi Masyarakat Dalam Program Relokasi Pemukiman Penduduk

Page 2: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

9

Tahun 2012-2014 (Studi Kasus Relokasi Permukiman Bantaran Sungai Bangawan

Solo Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan Joyosuran Kota Surakarta)”. Hasil dari

penelitian dalam implementasi program relokasi terdapat partisispasi angsung dari

masyarakat yang salah satunya ditandai dengan dibentuknya kelompok kerja

(Pokja) di kelurahaan Sangkrah dan Joyosuran. Selain itu Program Relokasi

bersifat sukarela untuk para WPH sehingga tidak ada paksaan untuk menerima

program tersebut untuk menciptakan keadilan.

Ketiga,Jurnal Administrasi Negara, Universitas Mulawarman, Ryan Hardi

Wijaya (2017) “ Evalusi Program Relokasi Pemukiman Penduduk di Bantaran

Sungai Karang Mumus Oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Samarinda

(Studi pada Bantaran Sungai Karang Mumus Kelurahan Temindung Permai)”.

Hasil penelitian digunakan untuk menentukan Indikator evaluasi program relokasi

pemukiman penduduk yang meliputi Efektifitas, Efisiensi, Kecukupan,

Pemerataan atau Kesamaan, Responsivitas, ketepatan dan juga menjelaskan

tentang faktor yang menghambat dari program relokasi ini adalah adanya tuntutan

dari warga yang melebihi jatah santunan semestinya ha ini dipengaruhi lagi

dengan sikap menolak warga yang tidak ingin bangunan rumahnya dibongkar

apabila tuntutan tersebut belum terpenuhi hal ini juga berlaku sama kasus warga

menolak untuk melakukan pembongkaran apabila sarana dan prasarana serta

fasilitas sosial dan umum dilokasi pemukiman yang baru belum terpenuhi namun

kendala dan hambatan yang paling dominan yaitu anggaran dan peraturan hukum

tentang hibah.

Keempat,Jurnal Mustianto Sepriyansyah, Universitas Mulawarman (2014) “

Relokasi Pemukiman Penduduk Bataran Sungai Karang Mumus Di Kota

Page 3: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

10

Samarinda”. Hasil penelitian pelaksanaan relokasi penduduk bantaran sungai

memiliki beberapa tahapan yaitu pemindahan/pembongkaran, penyediaan lahan

serta pengadaan rumah sangat sederhana, penyuluhan dan santunan / pola

penggantian bangunan, dan pengadaan sarana dan prasarana lingkungan

perumahan dan pemukiman serta pembangunan fasilitas umum dan fasilitas

sosial. Pelalsanaan pemukiman penduduk di bantaran Sungai Karang Mumus

sebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali

Bersih (PROKASIH) dengan salah satu program prioritas adalah merelokasikan

bangunan beserta penduduknya dari kawasan kumuh di bantaran Sungai Karang

Mumus pada radius 5-20 meter dari tepi sungai untuk dipindahkan ke kawasan

pemukiman baru yang layak secara lingkungan. Dalam hal ini bahwa program

relokasi yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Samarinda tidak sesuai dengan

tahapan pelaksanaan yang telah direncanakan dengan berbagai kendala yang ada

dilapangan baik dari pihak pemerintah maupun masyrakat yang memiliki beragam

alasan sehingga program relokasi belum terselesaikan.

Kelima,Jurnal Frendy Otavianus Rau, dkk (2016) “ Persepsi Masyarakat

Terhadap Rencana Relokasi Akibat Bencana Banjir (Studi Kasus Kelurahan

Dendengan Dalam, Kecamatan Paal Dua). Hasil penelitian bahwa ada hubungan

antara upaya pemerintah dalam mensosialisasikan program yang besarnya

pemahaman masyarakat akan rencana relokasi tersebut dengan persepsi

masyarakat mengenai rencana pemerintah untuk merelokasikan pemukiman di

lingkungan. Pasca bencana banjir juga tidak mempengaruhi kondisi sosial dan

ekonomi justru semakin meningkat lebih baik. Hasil penelitian juga menunjukan

bahwa kondisi organisasi (upaya sosialisasi pemerintah berada pada kategori

Page 4: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

11

kurang baik, sehingga berakibatkan masyarakat kurang memahami / mengetahui

rencana relokasi tersebut. Masyarakat menyatakan persepsi ragu-ragu dan tidak

setuju dengan rencana relokasi, sikap masyarakat sebagian besar merupakan sikap

yang diambil oleh masyarakat yang berada pada golongan kondisi ekonomi

kurang baik, kondisi fisik yang memburuk dan tetap, kondisi sosial budaya yang

memburuk dan membaik, dan kondisi organisasi yang kurang dan cukup baik,

serta kurangnya (cukup) pengetahuan masyarakat dengan jelas secara keseluruhan

rencana relokasi tersebut.

Perbedaan yang mendasar dari beberapa penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah dalam mengetahui dampaak sosial

dan ekonomi masyarakat yang menjadi korban relokasi bantaran sungai. Selain itu

terdapat juga persamaan pada jurnal yang pertama juga membahas mengenai

dampak relokasi namun lokasi penelitian dan dampak relokasi yang menjadi dasar

peneliti terhadap lingkungan hidup sungai yang akan ditinjau melalui tinjauan

yuridis.

2.2 Konsep Relokasi

Analisis dan Evaluasi Hukum Tertulis Tentang Cara Kegiatan Perombakan

Rumah Pemukiman Kumuh Didalam Perkotaan (Paulus Wirotomo,1996:11),

menjelaskan bahwa pengertian relokasi adalah perumahan dan pemukiman

kumuh yang lokasinya tidak sesuai dengan tata ruang wilayah yang telah

ditentukan, penanganannya dilakukan dengan relokasi ke lokasi perumahan dan

pemukiman lain yang telah ditentukan dan dipersiapkan sesuai dengan

peruntukkannya. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia reokasi

merupakan pemindahaan tempat rencana industri pada suatu daerah segera

Page 5: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

12

diwujudkan. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa

Indonesia 1982:739).

Ridlo (2001:96) menjelaskan bahwa prosedur yang ditempuh dalam

pelaksanaan relokasi yaitu :

1. Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi

dalam rangka menginformasikan rencana proyek relokasi tersebut.

2. Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali

respon, aspirasi warga dan peran serta warga dalam proyek relokasi.

Kegiatan forum diskusi ini dilaksanakan mulai dari perencanaan hingga

terlaksananya proyek.

3. Pekerjaan fisik berupa pengukuran yang bermanfaat bagi penentuan

besarnya kompensasi bagi masing-masing warga, penyiapan prasarana

dan sarana lingkungan dilokasi yang baru.

4. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru

dengan memperhatikan aspirasi warga.

2.2.1 Pemukiman

Menurut Koestoer (1995:45) batasan permukiman terkait erat dengan

konsep lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah

yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan merupakan bagian dari

lingkungan hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun perdesaan.

Page 6: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

13

Pengertian dasar Perumahan dan KawasanPermukiman dalam

Undang-UndangNomor 1 tahun 2011 pasal 1:

1. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang

terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan

kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,

penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan

fasitilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni

3. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas

lebih dari satu satuan permukiman.

5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari

satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utulitas umu, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaaan atau

kawasan perdesaan.

Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam Undang-Undang Nomor

1 tahun 2011 pasal 2, diselenggarakan dengan berasaskan:

a. Kesejahteraan;

b. Keadilan dan pemerataan;

Page 7: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

14

c. Kenasionalan;

d. Keefesienan dan kemanfaatan;

e. Keterjangauan dan kemudahan;

f. Kemandirian dan kebersamaan;

g. Kemitraan;

h. Keserasian dan keseimbangan;

i. Keterpaduan;

j. Kesehatan;

k. Kelestarian dan keberlanjutan;

l. Keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan

2.2.2 Relokasi Pemukiman Penduduk

Selain itu (Kawilarang dalam Budiono, Dahlan, & Abdullah

1997a:121), menjelaskan bahwa relokasi adalah pemindahan/ penempatan

kembali masyarakat ke lokasi lain sesuai dengan rencana tata ruang. Disini

keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat adalah perubahan hunian dari lokasi

kumuh ke satu lokasi baru terbangun (lengkap dengan prasarana dan sarana kota).

Di atas dapat dijelaskan bahwa relokasi pemukiman penduduk

merupakan suatu kegiatan pemindahan kawasan perumahan dan pemukiman ke

lokasi baru lengkap dengan sarana dan prasarana perkotaan yang sesuai dengan

rencana umum tata ruang kota. Ada beberapa kegiatan dalam pelaksanaan relokasi

pemukiman penduduk diantaranya adalah :

Page 8: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

15

1. Pemindahan/ Pembongkaran Kawasan Pemukiman

Perumahan liar yang berada di lokasi yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang, terutama yang ada di lokasi yang berbahaya atau yang

dapat membahayakan daerah sekitanya, seperti rumah liar yang ada di

bantaran sungai dan sepanjang jalur pengamanan rel kereta api, tidak dapat

dilakukan perbaikan atau peremajaan pemukiman kumuh. Perumahan

tersebut harus dibongkar dan penghuninya harus pindah ke tempat lain

(Tandjung dan Budiono, Dahlan & Abdullah 1997b:15).

2. Penyiapan lahan

Penyiapan lahan merupakan aspek pertahanan yang sangat strategis

dalam penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan akan berkelanjutan

bila penyediaan dan pengendalian tanah dilakukan secara berkelanjutan

pula. Penyiapan lahan untuk pemukiman pada umumnya sebagaimana yang

ditempuh saat ini adalah, pertama melalui cara-cara pembebasan lahan yang

sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada dan pada prinsipnya harus

dilakanakan secara musyawarah dengan para pemilik/ pemegang hak tanah

yang akan dibebaskan, dan kedua adalah dengan cara transaksi langsung

baik antara pengembang badan usaha pemerintah ataupun pengembang

swasta dengan masyarakat pemilik lahan. Dengan demikian maka

perumahan beserta tanah bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan di

wilayah permukiman akan dapat memperolehnya dengan cara membeli

rumah maupun dengan sistem KPR (Sujarto dalam Budiono, Dahlan &

Abdullah 1997c:52).

Page 9: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

16

3. Penyuluhan dan Santunan/ Pola Penggantian Bangunan SKM

Untuk memindahkan warga sekitar sungai itu diperlukan berbagai

pendekatan. Pola hidup, tradisi dan pandangan warga yang selama bertahun-

tahun tinggal dipinggir sungai tentu telah terikat oleh lingkungan itu. Untuk

itu perlu persiapan panjang, penyadaran melalui penyuluhan-penyuluhan

secara sangat manusiawi terhadap warga yang tinggal disana guna

menunjang pengembalian fungsi lingkungan sungai. Masyarakat menerima

ganti rugi untuk seluruh jenis kerugian, yang dibayarkan sesuai dengan nilai

pasar dan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Davidson

1993:51).

4. Pengadaan Prasarana dan Sarana Lingkungan Perumahan dan

Pemukiman

Suatu kawasan perumahan dan pemukimn ideal dapat dilihat apabila

terdapat adanya kelengkapan prasarana dan sarana perumahan dan

pemukiman, hal ini sangat penting didalam pengembangan kawasan

perumahan dan pemukiman. Kelengkapan komponen pemukiman ini

meliputi unsur sarana tempat tinggal dari berbagai golongan; sarana

pelayanan sosial dan pelayaanan umum; prasarana lingkungan seperti jalan

dan fasilitas umum (Sujarto dalam Budiono, Dahlan & Abdullah

1997d:58).

5. Pengadaan Rumah Sangat Sederhana

Pembangunan rumah sangat sederhana (RSS) harus tetap memenuhi

persyaratan lingkuangan hunian yang layak dan lokasinya aksesibel

terhadap pusat-pusat kegiatan/ kota sebagai pendukung perkembangannya.

Page 10: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

17

Untuk memenuhi persyaratan tersebut, lokasi untuk pembangunan RSS

harus ditempatkan tidak berjauhan dengan lokasi pusat kegiataan/ kota.

Pertimbangan pengadaan RSS harus sesuai dengan standar perumahan

nasional, antara lain rumah benar-benar sesuai standar, terjamin haknya,

lingkuangan bersih, aman dan jauh dari pencemaran (Harsono dalam

Budiono, Dahlan & Abdullah 1997e:40).

6. Pembangunan Fasilitas umum dan Fasilitas Sosial

Dalam rangka pengadaan perumahan dan pemukiman, juga perlu

memperhatikan kelengakapan fasilitas umum dan fasilitas social lainnya.

Pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa pembangunan

gedung sekolah, pasar, terminal, hidro kebakaran, tempat sampah dan

tempat ibadah.

2.3 Dampak Relokasi

Dalam kehidupan manusia setiap mengalami perubahan dalam segala aspek

pasti akan menimbulkan dampak yang sangat berpengaruh bagi kehidupan

kesehariannya. Dampak sendiri memiliki arti yaitu suatu perubahan. Perubahan

hanya dapat diukur apabila ada titik acuannya, (Otto, 2001.98). Dampak yang

timbul bagi masyarakat yang terkena relokasi tidak jauh dari sistem sosial dan

ekonomi yang berubah baik itu positif maupun negatif. Dampak sosial bertolak

dari pemikiran bahwa masyarakat itu dipandang sebagai suatu bagian dari

pemikiran bahwa masyarakat itu dipandang sebagai suatu ekosistem dengan

bermacam-macam komponen yang saling berhubungan.

Salah satu konsep tentang studi dampak sosial bertolak dari pemikiran

bahwa masyarakat itu dipandang sebagai suatu bagian dari pemikiran bahwa

Page 11: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

18

masyarakat itu dipandang sebagai suatu ekosistem dengan bermacam-macam

komponen yang saling berhubungan. Yang menjadi pusat perhatian adalah

bagaimana ekosistem itu berfungsi, bagaimana saling terkait antar subsistem,

dampak apa yang akan terjadi dan untuk berapa lama dampak itu akan

berlangsung. Di dalam masyarakat terdapat tiga subsistem yang saling interaktif

yakni sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem fisik atau lingkungan fisik.

Pembangunan suatu proyek yang ada dalam perencanaan memang sudah

bertujuan untuk meningkatkan sosial-ekonomi, sehingga secara teoritis dampak

setiap proyek harus membawa dampak positif terhadap masyarakat setempat,

provinsi, nasional ataupun Internasional. Kenyataan yang sering dijumpai tidak

selalu demikian. Masyarakat tingkat kabupaten dan nasional hanya mendapatkan

dampak positif namun masyarakat setempat tidak pernah mendapat ataupun

sangat sedikit sekali mendapat dampak positif. Maka seringkali secara

keseluruhan dampak sosial-ekonomi sering menjadi negatif (Gunarwan.2002.

108).

Komponen-komponen sosial-ekonomi yang ditetapkan cenderung lebih sulit

dikarenakan sifat manusia sangat dinamis dan setiap komponen mempunyai

hubungan yang erat dan interaksi. Yang biasanya peneliti lakukan ialah dengan

mempelajari komponen-komponen yang digunakan oleh peneliti lain dan dari

berbagai pustaka. Tetapi tetap saja tidak dapat dengan mudah ditiru karena

keadaan masyarakat dan proyeknya tidaklah sama, sedang waktu yang beradapun

seolah memungkinkan suatu perubahan dalam masyarakat yang sama.

Page 12: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

19

Menurut Gunarwan (2002. 109-110) dapat dicoba beberapa komponen-

komponen yang dianggap penting untuk diketahui, di antaranya adalah sebagai

berikut:

a. Pola perkembangan penduduk (jumlah, umur, perbandingan kelamin dan

lain sebagainya); pola perkembangan penduduk pada setiap masa-masa

yang lalu sampai sekarangpun harus perlu diketahui.

b. Pola perpindahan: pola perpindahan ini juga erat hubungannya dengan

perkembangan penduduk; pola perpindahan yang perlu diketahui ialah

pola perpindahan ke luar dan masuk ke suatu daerah secara umum, serta

pola perpindahan musiman dan tetap.

c. Pola perkembangan ekonomi: Pola perkembangan ekonomi masyarakat

ini erat hubungannya pula dengan pola perkembangan penduduk,

perpindahan, keadaan sumberdaya alam yang tersedia dan sumber

pekerjaan yang tersedia.

d. Penyerapan tenaga kerja: Masalah pengangguran ini merupakan masalah

umum khususnya di negara berkembang, negara majupun saat ini sudah

mengalami masalah tersebut. Makin banyak proyek yang akan dibangun

dapat menyerap tenaga kerja setempat akan semakin besar dampak

positifnya, sekalipun harus mengadakan pelatihan khusus.

e. Berkembangnya struktur ekonomi: Struktur ekonomi disini dimaksudkan

dengan adanya aktivitas perekonomian lain akibat adanya proyek

tersebut sehingga merupakan sumber-sumber pekerjaan baru yang sering

menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Page 13: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

20

f. Peningkatan pendapatan masyarakat: Keadaan umum untuk masyarakat

di negara berkembang adalah rendahnya pendapatan masyarakat.

Peningakatn pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung

dari proyek akan memberikan dampak yang berarti.

g. Perubahan lapangan kerja: Dengan timbulnya lapangan pekerjaan baru

baik yang langsung mapun yang tidak langsung karena perkembangan

struktur ekonomi perlu diperhatikan karena tidak selalu perubahan itu

menguntungkan bagi masyarakat secara umum.

h. Kesehatan masyarakat: Kesehatan masyarakat selain erat hubungannya

dengan pendapatan masyarakat juga erat kaitannya dengan kebiasaan

dalam kehidupannya.

i. Bentuk komponen kritis lainnya yaitu sumberdaya apa yang sangat

langka dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

2.4 Konsep Masyarakat Bantaran Sungai

2.4.1 Pengertian Masyarakat

Menurut Koentjaraningrat (1989:138), masyarakat adalah kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kolektif dimana manusia itu bergaul dan berinteraksi. Interkasi antara

individu dengan keinginan dan tujuan yang sama tersebut pada akhirnya

melahirkan kebudayaan. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling

berhubungan satu sama lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma

dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi masyarakat tersebut.

Melalui kebudayaannya, manusia menciptakan tatanan kehidupan yang ideal.

Page 14: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

21

2.4.2 Pengertian Bantaran Sungai

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 38 Tahun 2011 tentang sungai

disebutkan bahwa sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

jaringan pengaliran air didalamnnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan

diabatasi kanan dan kiri garis semapadan. Pada Peraturan Pemerintah yang sama

didalamnya juga disebutkan bahwa bantaran sungai adalah ruang antara tepi

palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletakdikiri dan/atau

dikanan palung sungai. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) bantaran adalah jalur tanah pada kanan dan kiri sunagi antara sungai dan

tanggul yang juga areal sempada kiri kanan sungai yang terkena atau terbanjiri

luapan air sungai. Fungsi bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian

debit sungai pada saat banjir.

Masyarakat bantaran sungai merupakan sekumpulan manusia yang

berinteraksi antara manusia satu dan lainnya maupun lingkungan disekitarnya

dimana manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

selalu membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Masyarakat bantaran sungai

termasuk sebagai masyarakat marjinal yang dianggap sebelah mata oleh

masyarakat lainnya. Masyarakat tersebut tidak tingga ditempat yang sebagaimana

mestinya layak untuk ditinggali. Banyak masyarakat lain yang beranggapan

bahwa masyarakat yang tinggal di bantaran sungai tergolong sebagai pemukiman

kumuh (slum area).

2.5 Perubahan Sosial

Dampak yang terjadi dari proyek relokasi sendiri pasti memiliki imbas bagi

masyarakat yang menghubungkan pada perubahan pada masyarakat yang menjadi

Page 15: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

22

korban. Menurut Selo Sumarjan perubahan-perubahan pada lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,

termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-

kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada

lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang

kemudian mempengaruhi struktur masyarakat lainnya(Soekanto,2013:263).

Banyaknya yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-

perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup

manusia. Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya

perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat,

seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau

kebudayaan. Kemudian, ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan

sosial bersifat periodik dan non periodik. Pendapat-pendapat tersebut umumnya

menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian.

Perubahan sosial dalam analisis sosiologi menyangkut dorongan-dorongan

perubahan sosial yang inheren dalam kontruksi tatanan sosial yang bersangkutan.

Hal ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia banyak terjadi perubahan tatanan

sosial. Yang dimaksud tatanan sosial disini dapat berupa keadaan transisi dan

prasosial, keadaan individual sampai ke kehidupan sosial seperti kelembagaan

sosial dan struktur masyarakat. Misalnya dalam mengidentifikasi beberapa

mekanisme keorganisasian, eksploitasi dan alienasi, disorganisasi tentang anomi

dan sebagainya (Munandar, 1998:89).

Page 16: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

23

Pitirim A. Sorokin (Soekanto, 2013:263) berpendapat bahwa segenap usaha

untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam

perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran

akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi,

perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah lingkaran

terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan tersebut

barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Beberapa sosiolog berpendapat

bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya

perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis atau

biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek

kehidupan sosial lainnya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi

teknologis). Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut

sama pentingnya, satu atau semua akan menelorkan perubahan-perubahan sosial.

Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan sosial dapat diketahui dari

adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut:

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap

masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara

tepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan

diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial

lainnya. Karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen,

maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga

sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya merupakan

suatu mata rantai.

Page 17: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

24

3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan

disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses

penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang

mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.

4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendanaan atau

bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan

timbal balik yang sangat kuat.

2.6 PERAN PEMERINTAH

Sektor pemerintah dan sektor non-pemerintah terdapat perbedaan dalam

profisi layanan-layanan kemanusiaan telah menjadi persoalan penting dalam

kebijakan sosial, dan telah membentuk banyak perdebatan tentang apa yang

diliahat sebagai isu-isu kunci kebijakan sosial; pasar verseus negara, peran agen-

agen non-pemerintah, privatisasidan seterusnya. Dilihat dari perspektif berbasis

masyarakat menjadikan perbedaan ini menjadi kurang relevan. Karena memiliki

ciri dari sebagian badan non-pemerintah, mereka tidak akan akuntabel1 pada suatu

konstituensi berbasis keanggotaan yang terbatas, mereka juga tidak akan

termotivasi oleh keinginan untuk laba, seperti layanan berbasis pasar. Mereka

akan tetap berlokasi dalam lingkup suatu struktur pemerintah dan pengambilan

keputusan publik, tetapi dalam sesuatu yang didasarkan atas masyarakat lokal

yang terevitalisasi2.

Sebagian besar peran yang dilakukan pemerintah yaitu memfasilitasi

kebutuhan kesehatan, pendidikan, perumahaan. Serta memiliki peran penting

dalam permainan untuk menyebarkan informasi dan dalam mendorong pembuatan

1 Akuntabel menurut KBBI : sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan2 Revitalisasi menurut kbbi : proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembaliberbagai kegiatan

Page 18: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

25

jaringan. Dalam suatu model berbasis masyarakat, pemerintah memiliki peran

yang penting dan vital, akan tetapi juga memiliki peran minimal dalam

pemberian.

2.7 Peraturan Daerah Kabupaten Blora Tentang “ Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Blora Tahun 2011-2031”

Pada Bab VIII berisikan tentang HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN

MASYARAKAT pada Bagian Pertama Hak Masyarakat Pasal 77:

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak:

a. Mengetahui RTRW dan rencana rinci di daerah;

b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata

ruang;

d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;

e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau

pemegang izin apabila kegiatan pembangungan yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang yang menmbulkan kerugian.

Kewajiban Masyarakat terdapat pada bagian kedua perda pasal 81, dalam

pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

Page 19: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

26

b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dan pejabat

berwenang;

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang; dan

d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Bagian Ketiga Peraturan Daerah mengenai Peran Masyarakat terdapat

pada pasal 83 s/d pasal 87:

(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:

a. Proses perencanaan tata ruang;

b. Pemanfaatan ruang; dan

c. Pengendalian pemanfaatan ruang.

(2) Ketentuan lebih lanut tentang peran masyarakat sebagai yang dimaksud

pada ayat, diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 84 menyatakan bahwa: Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata

ruang sebagai mana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) huruf a dapat berbentuk,

a. Memberi masukan mengenai:

1. Persiapan penyusun rencana tata ruang;

2. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

3. Pengidenfikasikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau

kawasan;

4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau

5. Penetapan rencana tata ruang.

Page 20: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

27

b. Kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur

masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 85 menyatakan bahwa: peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang

sebagaimana dimaksud daam pasal 83 ayat (1) huruf b dapat berbentuk,

a. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan

peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;

b. Bantuan pemikir dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan

pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu

wilayah kabupaten/kota di daerah;

c. Penyelenggaraan pembangunan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

dan rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah;

d. Perubahan atau konservasi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata

ruang wilayah kabupaten yang telah ditetapkan; dan

e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta

memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsii lingkungan hidup dan

sumber daya alam.

Pasal 86 menyatakan bahwa:

(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah

sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

di koordinasikan oleh pemerintah daerah.

Page 21: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

28

Pasal 87 menyatakan bahwa: peran serta masyarakat dalam pengendalian

pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) huruf c

disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Bupati dan pejabat yang ditunjuk.

2.8 Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 1 Tahun 2017 Tentang

Ketertiban Umum

Peraturan daerah Kabupaten Blora Nomor 1 tahun 2017 tentang

ketertiban umum. Ketertiban umum merupakan kebutuhan mutlak bagi

masyarakat dalam rangka menyelenggarakan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga

akan terkait dengan hak bagi warga negara untuk mendapatkan rasa nyaman,

aman, dan tentram. Ketertiban umum adlah suatu ukuran dalam suatu lingkungan

kehidupan yang terwujud oleh adanya perilaku manusia baik pribadi maupun

sebagai anggota masyarakat yang memenuhi kaidah hukum, norma agama, sosial,

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketertiban Umum merupakan manifestasi dari Hak Asasi Manusia

dalam tertib kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagaimana

dijamin dalm UUD 1945 bahwa kewajiban setiap orang untuk tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka

menjalankan hak dan kebebasannya. Tujuan dari pembatasan ini untu menjamin

pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai,

agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang

demokratis.

Pasal 12 (tertib sungai, saluran air, dan sumber air), Menyatakan bahwa:

(1) setiap orang atau Badan dilarang:

Page 22: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

29

a. membuang sampah ke sungai, sauran air, dan sumber air;

b. membuang kotoran pada sumber mata air, kolam air minum dan

sumber air bersih lainnya;

c. mengambil dan memindahkan penutup selokan atau saluran air

lainnya, kecuali dilakukan oleh petugas dalam rangka melaksankan

tugas kedinasan;

d. memlihara atau menempatkan keramba ikan di saluran air dan/atau

sungai, kecuali atas izin pejabat yang berwenang;

e. menangkap ikan dan di sungai dengan menggunakan peralatan/zat

yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem di sungai; dan/atau

f. mendirikan bangunan diatas sungai, bantaran sungai dan di atas

saluran air.

(2) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a)

sampai (f) dilakukan oleh Badan dikenakan sanksi administrasi secara

bertahap berupa tguran lisan, teguran tertulis dan/atau pencabutan izin oleh

pejabat yang berwenang.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi admisitratif diatur dalam Peraturan

Bupati.

Pasal 35 Menyatakan bahwa:

(1) Pembinaan atas penyelenggaraan Ketertiban Umum dilaksanakan melalui

kegiatan:

a. Sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat dan aparat;

b. Pendidikan keterampilan bagi masyarakat; dan

c. Bimbingan teknis kepada aparat dan pejabat perangkat daerah.

Page 23: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/45516/3/BAB II.pdfsebagai upaya untuk perlindungan fungsi sungai adalah salah satu Program Kali Bersih (PROKASIH) dengan salah

30

(2) Pengendalian atas penyelenggaraan Ketertiban Umum dilaksanakn

melalui kegiatan pengendalian dalam proses penertiban perizinan dan

non perizinan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengawasan atas penyelenggaraan Ketertiban Umum dilaksanakan

melalui pemantauan, pelaporan dan evaluasi.