kajian perubahan sifat fisik biji kakao theobrema cacao …digilib.unila.ac.id/54969/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
i
KAJIAN PERUBAHAN SIFAT FISIK BIJI KAKAO
(Theobrema cacao L.) SEBELUM DAN SESUDAH PENGERINGAN
(Skripsi)
Oleh
NIKITA PERMATAHATI
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
KAJIAN PERUBAHAN SIFAT FISIK BIJI KAKAO
(Theobrema cacaoL.) SEBELUM DAN SESUDAH PENGERINGAN
Oleh
NIKITA PERMATAHATI
Proses pengeringan merupakan proses yang sangat penting untuk menghasilkan
biji kakao kering yang berkualitas baik, terutama dalam hal fisik, cita rasa, dan
aroma. Oleh karena itu perlu pengkajian hubungan antara proses pengeringan
terhadap perubahan sifat fisik biji kakaomeliputi ukuran, berat, sphericity,
volume, luas permukaan, bulk density, true density, porositas, warna, kadar air,
dan angle of repose.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat
fisik biji kakao sebelum dan sesudah pengeringan.
Metode penelitian menggunakan sampel biji kakao segar non fermentasi sebanyak
1000 gram pada setiap unit percobaan. Tiga variasi suhu pengeringan biji kakao
digunakan sebagai perlakuan, yaitu 40oC, 50
oC, dan 60
oC. Dengan tiga ulangan
untuk masing – masing perlakuan maka total sampel yang dibutuhkan adalah
9000 gram biji kakao basah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan sifat fisik biji kakao. Hal ini dikuatkan dengan uji
paired sample T-Test yang menyatakan ada pengaruh nyata perubahan sifat fisik
untuk kondisi sebelum dan sesudah pengeringan. Parameter sifat fisik biji kakao
yang berubah signifikan adalah parameter berat, ukuran atau geometric mean
diameter (Dg), volume, luas permukaan, bulk density, porositas, warna, dan angle
of repose. Sedangkan untuk parameter sphericity dan true density tidak memiliki
pengaruh yang nyata pada sebelum dan sesudah pengeringan.
Kata Kunci : kakao, pengeringan, sifat fisik
ABSTRACT
STUDY OF PHYSICAL PROPERTIES CHANGES OF COCOA BEANS
(Theobrema cacaoL.) BEFORE AND AFTER DRYING
By
NIKITA PERMATAHATI
Drying is a very important process in order to produce a high quality dried cocoa
beans especially in terms of physical, taste and flavor. Asresult, the relation
between drying process and the physical propertieschanges of cocoa beans such as
size, weight, sphericity, volume, surface area, bulk density, true density, porosity,
color, water content, and angle of repose are important to be known. This research
is aimed to study the effect of drying toward the physical properties of cocoa
beans before and after drying.
The research used non fermentation fresh cocoabeans as sample as many as 1000
g each trial unit. There are threevariations of drying temperatures which are 40oC,
50oC, and 60
oC. There arethreereplications conducted, so that, for each trials, the
total sample needed was 9000 gfresh cocoa beans.
This research shows that drying has a significance influence to the changes of
physical properties of cocoabeans.This research data is then analyzedby paired
sample T-test which can be to learn the influence toward the change of physical
properties before and after drying. The parametersthat significantly changed are
weight, size or geometric mean diameter (Dg), volume and surface area, bulk
density, porosity, color and angle of repose. Meanwhile,sphericity and true
density don‟t have any significant influence before and after drying.
Keywords: cocoa, drying, the physical properties
KAJIAN PERUBAHAN SIFAT FISIK BIJI KAKAO (Theobrema cacao L.)
SEBELUM DAN SESUDAH PENGERINGAN
Oleh
NIKITA PERMATAHATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11
Desember 1995, sebagai anak pertama dari pasangan
Bapak Agus Sardjono dan Ibu Eliza.
Pedidikan Taman Kanak – Kanak Kartini I diselesaikan
pada tahun 2002. Sekolah Dasar diselesaikan di SD
Negeri 2 Palapa pada tahun 2008. Kemudian penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 25 Bandar
Lampung pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Bandar
Lampung pada tahun 2014.
Tahun 2014, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Pemrograman Komputer tahun
2018 dan aktif di Unit Lembaga Kemahasiswaan sebagai Bendahara Bidang
Keprofesian Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) Periode 2015-
2016 Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Sekretaris Umum Persatuan
Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) Periode 2016 - 2017 Fakultas
Pertanian Universitas Lampung, dan Anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian
Indonesia (IMATETANI). Pada tahun 2017 penulis melaksanakan kegiatan
Praktik Umum (PU) di Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Kebun Ciater,
Subang, Jawa Barat dengan judul “Mempelajari Proses Pelayuan Teh Hitam
Orthodoks Di PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Kebun Ciater, Subang,
Jawa Barat”. Pada tahun 2018 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Labuhan Ratu Danau, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten
Lampung Timur.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS.
Al –Baqarah: 153).
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-
Insyirah: 5).
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan (QS.
Ar – Rahman: 30).
i
Saya persembahkan karya kecil ini untuk keluargaku
“Papa Agus Sardjono, Mama Eliza, Adik Aprili Gledia, Adik Elga
Chantika Sabila, dan Adik Fadel Muhammad Alief Rizki yang sangat
saya sayangi dan cintai
Yang selalu memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materi
untuk kesuksesan saya”
Serta
“Almamaterku Tercinta”
Universitas Lampung
Fakultas Pertanian
Jurusan Teknik Pertanian
Teknik Pertanian Angkatan 2014
ii
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Kajian Perubahan Sifat Fisik Biji Kakao (Theobrema
cacao L.) Sebelum dan Sesudah Pengeringan” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP) di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian yang telah membantu dalam hal administrasi skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.S., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian,
Universitas Lampung yang telah membantu dan mempermudah dalam hal
administrasi skripsi ini.
3. Bapak Sri Waluyo, S.TP., M.Si., Ph.D., selaku Pembimbing Pertama,
sekaligus Pembimbing Akademik, yang telah senantiasa memberikan
berbagai masukan dan bimbingannya sampai pada penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Tri Wahyu Saputra, S.TP., M.Sc., selaku Pembimbing Kedua yang
telah memberikan bimbingan, saran, motivasi terbaik selama penyelesaian
skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iii
5. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku Pembahas yang telah memberikan saran
dan masukan dalam hal perbaikan selama penyusunan skripsi ini.
6. Keluargaku tercinta untuk Papa, Mama, dan Adik – adik yang telah
memberikan dukungan terbaik dalam berbagai hal terutama doa terbaik
untuk tercapaian penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Herliyanto dan keluarga yang telah berkontribusi dalam hal
penyediaan bahan baku penelitian sehingga tercapailah penyelesaian skripsi
ini.
8. Mbah dan keluarga yang telah membantu dalam pembuatan alat penelitian
sehingga sampailah pada tahap penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat – sahabatku tercinta, Rania Nisrina Muazis, Noor Laily Akhmalia,
dan Tiara Ika Putri Christianingrum yang telah menjadi pendengar
curhatanku, pemberi semangat dan nasihat serta saran mulai dari tahap awal
hingga tahap penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabatku saudaraku tersayang, Pipit Intan Lindasari yang telah menemani
dikala susah, senang, duka, dan drama – drama lainnya dari tahap awal,
penelitian, hingga tahap penyelesaian skripsi ini.
11. Teman – teman KTTFku, Forky, Panji, dan Rizky yang telah menemani dari
awal penelitian dan menghibur dikala putus asa hingga sampai
terselesaikannya skripsi ini.
12. Adik – Adikku TEKTAN 15, Rizky Firmansyah, Riski Pratama,
Firmansyah Pratama Yuda dan Hamimatu Zahrok yang telah membantu
memberikan referensi dalam penyelesaian skripsi ini.
iv
13. Teman – temanku, Diah, Intan, Eni, Rima, Gege, dan Anugerah yang telah
memberikan semangat, masukan, dan berbagi cerita untuk terselesaikannya
skripsi ini.
14. Keluarga Civitas Akademik Angkatan 2014 Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan
dan doa.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 5 Desember 2018
Penulis,
Nikita Permatahati
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 3
1.3 Manfaat ............................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Klasifikasi Kakao ............................................................................... 5
2.2 Klasifikasi Penggolongan Biji Kakao................................................. 8
2.3 Pengolahan Pasca Panen Biji Kakao .................................................. 9
2.3.1 Fermentasi ............................................................................ 10
2.3.2 Perendaman dan Pencucian .................................................. 11
2.3.3 Pengeringan Biji Kakao ........................................................ 12
2.3.4 Tempering ............................................................................ 14
2.3.5 Sortasi ................................................................................... 14
2.3.6 Pengemasan .......................................................................... 15
2.4 Pengering Mekanis Tipe Rak ............................................................. 16
2.5 Sifat Fisik Bahan Pangan .................................................................... 17
vi
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 20
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 20
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 20
3.2.1 Alat ....................................................................................... 20
3.2.2 Bahan .................................................................................... 21
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................. 21
3.3.1 Pengukuran Sifat Fisik Sampel Biji Kakao .......................... 23
3.3.1.1 Pengukuran Berat Satuan Biji Kakao .............................. 23
3.3.1.2 Pengukuran Geometric Mean Diameter (Dg) atau Dimensi
Satuan Biji Kakao dan Sphericity .................................... 23
3.3.1.3 Pengukuran Volume (V) dan Luas Permukaan (S) Satuan
Biji Kakao ........................................................................ 25
3.3.1.4Pengukuran Warna Biji Kakao ......................................... 25
3.3.1.5Pengukuran Angle of Repose ............................................ 28
3.3.1.6Pengukuran Bulk Density (b) .......................................... 28
3.3.1.7Pengukuran True Density (t) ........................................... 29
3.3.1.8Pengukuran Porositas () .................................................. 29
3.3.1.9Pengukuran Kadar Air ...................................................... 30
3.3.2 Pengeringan Biji Kakao ........................................................ 30
3.4 Analisis Data ...................................................................................... 30
3.4.1 Uji Paired Sample T-Test ..................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 32
4.1 Penentuan Kadar Air Kakao Segar ..................................................... 32
4.2 Perubahan Kadar Air Biji Kakao ........................................................ 33
4.3 Perubahan Berat Biji Kakao Setelah Pengeringan ............................. 33
4.4 Perubahan Ukuran atau Geometric Mean Diameter (Dg) Biji Kakao
Setelah Pengeringan ........................................................................... 39
4.5 Perubahan Sphericity Setelah Pengeringan ........................................ 41
4.6 Perubahan Volume dan Luas Permukaan Setelah Pengeringan ......... 43
vii
4.7 Perubahan Warna Setelah Pengeringan .............................................. 47
4.8 Perubahan Angle Of Repose Setelah Pengeringan .............................. 50
4.9 Perubahan Bulk Density Setelah Pengeringan .................................... 52
4.10 Perubahan True Density Setelah Pengeringan .................................... 54
4.11 Perubahan Porositas Setelah Pengeringan .......................................... 56
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 59
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 59
5.2 Saran ................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60
LAMPIRAN ........................................................................................................ 64
Tabel 9 – 26 ........................................................................................................ 65
Gambar 19 – 33 ................................................................................................... 77
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Komposisi Biji Kakao ..................................................................................... 7
2. Persyaratan Mutu Umum ................................................................................ 9
3. Persyaratan Mutu Khusus ............................................................................... 9
4. Perubahan Berat Biji Kakao Setelah Pengeringan .......................................... 38
5. Perubahan Ukuran atau Geometric Mean Diameter (Dg)
Setelah Pengeringan ....................................................................................... 40
6. Perubahan Sphericity Setelah Pengeringan ..................................................... 42
7. Perubahan Volume Setelah Pengeringan ........................................................ 45
8. Perubahan Luas Permukaan Setelah Pengeringan .......................................... 45
Lampiran
9. Pengeringan dengan Oven (Gram) .................................................................. 65
10. Penurunan Berat Sampel pada Saat Pengeringan (gram) .............................. 66
11. Rata-Rata Penurunan Berat Sampel saat Pengeringan .................................. 67
12. Pengukuran Berat Per Ulangan pada Setiap Suhu ........................................ 68
13. Pengukuran Berat Rata - rata Ulangan pada Setiap Suhu ............................. 68
14. Pengukuran Dg per Ulangan pada Setiap Suhu ............................................ 69
15. Pengukuran Dg Rata - rata Ulangan pada Setiap Suhu ................................. 69
16. Pengukuran Sphericity per Ulangan pada Setiap Suhu ................................. 70
17. Pengukuran Sphericity Rata - rata Ulangan pada Setiap Suhu ..................... 70
ix
18. Pengukuran Volume per Ulangan pada Setiap Suhu .................................... 71
19. Pengukuran Volume Rata - rata Ulangan pada Setiap Suhu ......................... 71
20. Pengukuran Luas Permukaan per Ulangan pada Setiap Suhu ...................... 72
21. Pengukuran Luas Permukaan Rata - rata Ulangan pada Setiap Suhu ........... 72
22. Pengukuran Bulk Density Setiap Ulangan dan Rata - rata Ulangan padaSetiap
Suhu ............................................................................................................. 73
23. Pengukuran True Density Setiap Ulangan dan Rata - rata Ulangan pada Setiap
Suhu ............................................................................................................. 73
24. Pengukuran Porositas Setiap Ulangan dan Rata - rata Ulangan pada Setiap
Suhu ............................................................................................................. 74
25. Pengukuran Angle Of Repose Setiap Ulangan dan Rata - rata Ulangan pada
Setiap Suhu .................................................................................................. 74
26. Hasil Analisis Data Menggunakan Uji Paired Sample T-Test ...................... 76
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Alat Pengering Tipe Rak ................................................................................. 17
2. Diagram Alir ................................................................................................... 22
3. Ilustrasi Pengukuran Dimensi Aksial .............................................................. 24
4. Pengambilan Citra Menggunakan Program Aplikasi Borland Delphi ............ 26
5. Ekstraksi Indeks Warna Merah/ Indeks R (Ired), Indeks Hijau/Indeks G
(Igreen) dan Indeks Warna Biru/Indeks B (Iblue) ......................................... 27
6. Grafik Penurunan Kadar Air ........................................................................... 33
7. Grafik Penurunan Berat Biji Kakao ................................................................ 37
8. Grafik Penurunan Ukuran atau Geometric Mean Diameter (Dg) ................... 40
9. Hasil Sphericity Setelah Pengeringan ............................................................. 42
10. Grafik Penurunan Volume Setelah Penurunan ............................................. 44
11. Penurunan Luas Permukaan Setelah Penurunan ........................................... 45
12. Penurunan Warna R (Red) Setelah Penurunan.............................................. 48
13. Penurunan Warna G (Green) Setelah Penurunan .......................................... 48
14. Penurunan Warna B (Blue) Setelah Penurunan ............................................ 49
15. Penurunan Angle of Repose Setelah Penurunan ............................................ 51
16. Penurunan Bulk Density Setelah Penurunan ................................................. 53
17. Penurunan True Density Setelah Penurunan ................................................. 55
18. Kenaikan Nilai Porositas Setelah Penurunan ................................................ 57
xi
Lampiran
19. Penimbangan Sampel Biji Kakao.................................................................. 77
20. Penimbangan Sampel per Biji ....................................................................... 77
21. Pengukuran Dg untuk Dimensi Panjang (L) ................................................. 78
22. Pengukuran Dg untuk Dimensi Lebar (W) ................................................... 78
23. Pengukuran Dg untuk Dimensi Tebal (T) ..................................................... 79
24. Pengukuran Angle of Repose ......................................................................... 79
25. Pengukuran Diameter pada Angle Of Repose ............................................... 80
26. Pengukuran Tinggi pada Angle Of Repose.................................................... 80
27. Pengukuran Bulk Density Setelah Pengeringan ............................................ 81
28. Pengukuran True Density Setelah Pengeringan ............................................ 81
29. Kondisi Sampel Biji Kakao pada Awal Pengovenan .................................... 82
30. Kondisi Sampel Biji Kakao Setelah Dilakukan Pengovenan ........................ 82
31. Pengukuran Warna Sampel Kakao per Biji .................................................. 83
32. Kondisi Sampel Biji Kakao pada Alat Pengering Tipe Rak ......................... 83
33. Kondisi Penampakan Biji Kakao pada Varasi Suhu Sebelum dan Sesudah
Pengeringan .................................................................................................. 84
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao (Theobrema cacao L.), yang asal muasalnya dari hutan tropis di
Amerika Serikat, merupakan salah satu komoditas dalam sektor pertanian pada
subsektor perkebunan yang menghasilkan biji kakao. Kakao (Theobrema cacao
L.) memiliki peranan cukup penting bagi pengembangan agroindustri di
Indonesia. Selain menguasai penghidupan banyak petani, banyak juga masyarakat
yang menggantungkan ekonominya dari mata rantai perdagangan kakao.
Khususnya di Lampung, 117.727 penduduk (KK) dengan lahan 71.455 Ha sangat
tergantung pada komoditi kakao (Direktorat Jendral Perkebunan, 2016). Akan
tetapi produksi kakao yang sangat besar tersebut seringkali tidak diimbangi
dengan mutu biji kakao yang baik. Beberapa indikasi rendahnya mutu tersebut
karena citranya biji diolah tanpa fermentasi, biji-biji dengan kadar kotoran tinggi,
terkontaminasi serangga, jamur dan mitotoksin (Karmawati,dkk., 2010). Padahal
mutu biji kakao adalah salah satu hal terpenting dalam menentukan tingkat harga
di pasar internasional. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak petani yang
belum melakukan penanganan pasca panen kakao dengan baik.
Pengeringan adalah salah satu proses penanganan pasca panen yang
penting dalam menentukan kualitas biji kakao. Proses pengeringan dapat
2
dilakukan dengan pengeringan menggunakan sinar matahari (penjemuran),
menggunakan mesin pengering atau kombinasi antar keduanya. Proses
pengeringan biji kakao oleh petani dilakukan dengan penjemuran, Selama
pengeringan dilakukan pengadukan sesering mungkin (tiap1 - 2 jam) agar sinar
matahari diterima oleh setiap biji secara merata. Waktu untuk pengeringan biji
kakao dengan penjemuran juga sangat tergantung pada cuaca, lama pengeringan
pada cuaca cerah selama 8 – 14 hari sedangkan pada musim penghujan bisa lebih
dari dua minggu (Sandra, dkk., 2010).
Proses pengeringan merupakan proses yang sangat penting untuk
menghasilkan biji kakao kering yang berkualitas baik, terutama dalam hal fisik,
calon cita rasa, dan aroma yang baik serta berperan dalam mengurangi rasa kelat
dan pahit. Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air biji dari
sekitar 60% menjadi 6-7% sehingga aman selama transportasi dan penyimpanan
(Sandra, dkk., 2010). Pengeringan biji kakao yang menghasilkan kadar air
dibawah 6 - 7% pun tidak disarankan karena dapat mengakibatkan biji kakao
rapuh dan mudah pecah. Selain itu, pengeringan yang kurang optimal
menghasilkan biji kakao yang tidak kering, ukuran biji tidak seragam, kadar
lemak rendah, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam, dan mudah pecah
(Kusumadati, 2002). Tentunya hal tersebut berdampak pada kualitas biji kakao
yang dihasilkan. Kualitas rendah menyebabkan harga biji dan produk kakao di
pasar internasional mendapat pengurangan harga sebesar 10 – 15% dari harga
pasar, selain itu beban pajak ekspor sebesar 30 % relatif lebih tinggi dibandingkan
pajak impor produk kakao (5%). Kondisi ini menyebabkan jumlah pabrik maupun
perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan biji kakao terus menyusut
3
(Suryani, 2007 dalam Davit, dkk., 2013). Sehingga proses pengeringan harus
memperhatikan suhu pengeringan. Pengeringan biji kakao yang terlalu cepatatau
suhu pengeringan yang terlalu tinggi akan menghasilkan aroma asam dan
berkadar asam lebih tinggi dari biji yang dijemur (Hayati, dkk., 2012).
Sifat fisik merupakan aspek penting dari kualitas makanan dan
berhubungan dengan keamanan pangan. Pengetahuan tentang sifat fisik makanan
membantu dalam memprediksi perilaku bahan baku baru (Anyidoho, 2015).
Informasi tentang sifat fisik, mekanik, dan biokimia dari produk pertanian
diperlukan dalam desain mesin yang digunakan selama panen, pemilahan,
pembersihan, penanganan dan penyimpanan bahan pertanian dan mengubahnya
menjadi makanan, pakan dan makanan ternak. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh
sejumlah faktor seperti kultivar atau variasi, suhu, dan kadar air (Shitanda, dkk.,
2002). Berdasarkan pemaparan di atas, penanganan pasca panen mempengaruhi
kualitas biji yang dihasilkan seperti halnya pengeringan yang mempengaruhi
kenampakan fisik, aroma, rasa, dan faktor lainnya. Sehingga perlu dikaji
hubungan antara proses pengeringan terhadap sifat – sifat fisik biji kakao dengan
sifat-sifat fisik yang meliputi ukuran, berat, sphericity, volume, luas permukaan,
bulk density, true density, porositas, warna, kadar air, dan angle of repose.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat fisik
biji kakao (Theobrema cacao L.) sebelum dan sesudah pengeringan.
4
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
suhu pengeringan yang baik untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas dari
segi sifat fisiknya sehingga dapat menjadi referensi dalam pengeringan kakao.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kakao
Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988)
sistematika tanaman ini sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L
Beberapa sifat (penciri) dari buah dan biji digunakan dasar klasifikasi
dalam sistem taksonomi. Berdasarkan bentuk buahnya, kakao dapat
dikelompokkan ke dalam empat populasi. Kakao lindak (bulk) yang telah tersebar
luas di daerah tropika adalah anggota sub jenis sphaerocarpum. Bentuk bijinya
lonjong, pipih dan keping bijinya berwarna ungu gelap. Mutunya beragam tetapi
lebih rendah daripada sub jenis cacao. Permukaan kulit buahnya relatif halus
6
karena alur-alurnya dangkal. Kulit buah tipis tetapi keras (liat) (Karmawati, dkk.,
2010). Menurut Wood (1975), kakao dibagi tiga kelompok besar, yaitu criollo,
forastero, dan trinitario; sebagian sifat criollo telah disebutkan di atas. Sifat
lainnya adalah pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah daripada
forastero, relatif gampang terserang hama dan penyakit permukaan kulit buah
criollo kasar, berbenjol benjol dan alur-alurnya jelas. Kulit ini tebal tetapi lunak
sehingga mudah dipecah. Kadar lemak biji lebih rendah daripada forastero tetapi
ukuran bijinya besar, bulat, dan memberikan citarasa khas yang baik. Lama
fermentasi bijinya lebih singkat daripada tipe forastero.
Dalam tata niaga kakao criollo termasuk kelompok kakao mulia (fine –
flavoured), sementara itu kakao forastero termasuk kelompok kakao lindak (bulk),
kelompok kakao trinitario merupakan hibrida criollo dengan forastero. Sifat
morfologi dan fisiologinya sangat beragam demikian juga daya dan mutu
hasilnya. Dalam tata niaga, kelompok trinitario dapat masuk ke dalam kakao
mulia dan lindak, tergantung pada mutu bijinya (Karmawati, dkk., 2010).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman perkebunan
yang sudah lama dikenal diIndonesia sejak tahun 1560. Akan tetapi, baru pada
tahun 1951 menjadi komoditi penting dan mempunyai prospek cerahuntuk
dikembangkan. Tanaman kakao termasuk famili sterculiaceae yang tumbuh baik
pada iklim yang suhunya teratur dan cukup lembab. Hasil utama dari tanaman
kakao adalah biji kakao. Biji kakao dapat diolah menjadi berbagai produk pangan,
yang tentu saja sebelum dapat dikonsumsi, biji kakao tersebut akan mengalami
berbagai tahapan atau proses pengolahan (Andasuryani, 2015).
7
Buah kakao yang siap dipetik adalah buah kakao yang telah masak
optimal ditandai dengan perbuahan warna kulit buah yang semula hijau menjadi
kuning (jenis Forastero) dan merah (jenis Criollo). Masaknya buah selain
ditandai dengan perubahan warna juga bunyi nyaring apabila dilakukan
pengetukan buah. Pada kulit buah kakao terdapat senyawa tannin (Hermawan,
dkk., 2012).
Tabel 1. Komposisi Biji Kakao
Komposisi Tidak Fermentasi (%) Fermentasi (%)
Kulit Biji 9,63 9,63
Kecambah 0,77 0,77
Keping Biji
- Lemak 53,05 54,7
- Air 3,65 2,1
- Abu - 2,7
Nitrogen - Total N 2,28 2,2
- Protein N 1,5 1,3
- Amonia
N 0,028
- Amida N 0,188 -
Teobromin 1,71 1,4
- Kafein 0,085 0,07
Karbohidrat - Glukosa 0,03 0,1
- Pati 6,1 6,1
- Pektin 2,25 4,1
- Serat 2,09 2,1
- Selulosa 1,92 1,9
- Mentose 1,27 1,2
- Gum 0,38 1,8
- Tanin 7,54 6,2
Asam Organik - Asetat 0,014 0,1
- Oksalat 0,29 0,3
- Sitrat - 0,7
(Sumber: Wahyudi, dkk., 2015)
8
2.2 Klasifikasi Penggolongan Biji Kakao
Klasifikasi atau penggolongan mutu biji kakao kering menurut SNI 2323-
2008 terbagi menjadi tiga, yaitu menurut jenis tanaman, jenis mutu dan ukuran
berat biji per 100 gram. Menurut jenis tanaman, biji kakao digolongkan menjadi
dua, yaitu jenis mulia/fine cocoa/F (biji kakao yang berasal dari tanaman kakao
jenis Criolo dan Trinitario serta hasil persilangannya) dan jenis lindak/ bulk
cocoa/B (biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis Forastero). Sedangkan
menurut jenis mutu biji kakao digolongkan menjadi tiga jenis mutu, yaitu mutu I,
mutu II, dan mutu III. Sedangkan ukuran berat biji per 100 gram, biji kakao
digolongkan dalam 5 golongan ukuran dengan penandaan sebagai berikut:
1. AA : maksimum 85 biji per seratus gram,
2. A : 86 – 100 biji per seratus gram,
3. B : 101 – 110 biji per seratus gram,
4. C : 111 – 120 biji per seratus gram,
5. S : lebih besar dari 120 biji per seratus gram.
Biji kakao Indonesia menjadi salah satu komoditi perdagangan yang
menghasilkan devisa bagi negara. Selain itu, kakao Indonesia juga mempunyai
keunggulan yaitu mempunyai titik leleh tinggi, mengandung lemak coklat dan
dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. Mutu produk akhir
kakao, seperti aspek fisik, cita rasa, kebersihan serta aspek keseragaman sangat
ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Pada proses
produksi ini terjadi pembentukan citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa
yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Mutu biji kakao juga
menjadi bahan perhatian oleh konsumen, dikarenakan biji kakao digunakan
9
sebagai bahan baku makanan atau minuman (Hatmi dan Rustijarno, 2012).
Menurut SNI 2323-2008 data terkait persyaratan mutu biji kakao dapat terlihat
pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 2. Persyaratan Mutu Umum
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air % Maks 7,5
3. Biji berbau asap dan atau hammy
dan atau berbau asing
- Tidak ada
4. Kadar benda asing - Tidak ada
Tabel 3. Persyaratan Mutu Khusus
Jenis Mutu Persyaratan
Kakao
Mulia
(Fine
Cocoa)
Kakao
Lindak
(Bulk
Cacao)
Kadar
Biji
Berjamur
(biji/biji)
(%)
Kadar
Biji Slaty
(biji/biji)
(%)
Kadar Biji
Berserangga
(biji/biji)
(%)
Kadar
Kotoran
Waste
(biji/biji)
(%)
Kadar Biji
Berkecam
bah
(biji/biji)
(%)
I – F I – B Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 1,5 Maks. 2
II – F II – B Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 2,0 Maks. 3 III – F III – B Maks. 4 Maks. 20 Maks. 2 Maks. 3,0 Maks. 2
2.3 Pengolahan Pasca Panen Biji Kakao
Selama proses pengolahan pasca panen, biji kakao akan mengalami
proses perubahan fisik, kimiawi, dan biologis. Setiap tahapan – tahapan
pengolahan pasca panen biji kakao memiliki andil penting yang gunanya untuk
menjaga mutu biji agar tetap optimal. Teknologi pengolahan biji kakao melalui
beberapa tahap yaitu, panen, sortasi buah kakao, pemeraman, penyimpanan buah
kakao, pemecahan buah kakao, sortasi biji kakao basah, fermentasi biji kakao,
perendaman dan pencucian, pengeringan, tempering, sortasi, pengemasan, dan
penyimpanan (Hatmi dan Rustijarno, 2012).
10
2.3.1 Fermentasi
Fermentasi pada biji kakao dimaksudkan untuk memperoleh senyawa
kimia pembentuk cita rasa melalui pemanfaatan mikro – organisme tertentu. Sel –
sel pulp mulai pecah segera setelah proses fermentasi dimulai, karena tekanan
mekanis atau perubahan – perubahan enzimatik. Pulp pecah mencair dan mengalir
keluar, yang berjumlah sampai 12 – 15 persen dari berat biji. Aliran cairan
fermentasi umumnya telah selesai setelah 24 – 36 jam pertama fermentasi.
Perubahan utama dalam biji adalah kematian biji yang diikuti dengan sejumlah
perubahan kimia yang sangat vital dalam pembentukan citarasa chocolate. Biji
kakao kehilangan daya hidup pada hari kedua, pada waktu tersebut suhu massa
biji naik di atas 40 oC dan pH kotiledon akan turun dari 6,6 menjadi 5,0.
Peningkatan keasaman disebabkan oleh asam asetat yang dibentuk dalam pulp
kakao dan menembus kulit biji masuk ke dalam kotiledon. Pada biji yang hidup,
kulit biji tidak permiabel terhadap asam sitrat yang ada dalam pulp kakao segar
(Wahyudi, dkk., 2015).
Fermentasi dilakukan selama 4 hari dengan pengadukan atau pembalikan
setelah 48 jam (2 hari). Selain itu juga harus diperhatikan adanya faktor lain yang
mempengaruhi fermentasi diantaranya jenis kakao, kadar pulp dengan biji, dan
perbedaan iklim. Jenis kakao mulia (Criollo) memiliki waktu fermentasi yang
lebih pendek yakni 2 – 3 hari sedangkan untuk kakao lindak (Forastero)umumnya
berkisar 4 – 5 hari, kadar pulp sebelum fermentasi diturunkan sebanyak 20 - 30 %
dari total berat pulpa pada biji menggunakan mesin pemisah pulpa (Depulper).
Beberapa tanda yang dapat digunakan untuk menentukan selesainya fermentasi
adalah sebagai berikut (Wahyudi, dkk., 2015):
11
1. Biji tampak agak kering (lembab), berwarna coklat, dan berbau asam cuka,
2. Lendir mudah dilepaskan,
3. Bila dipotong melintang, penampang biji tampak seperti cincin berwarna coklat
pada kakao mulia, sedangkan pada warna ungu sudah hilang.
2.3.2 Perendaman dan Pencucian
Pencucian terhadap biji kakao dilakukan karena jumlah pulp pada kulit
yang masih tebal, sehingga menurunkan kadar kulit biji kering. Sebelum
pencucian biasanya dilakukan perendaman terlebih dahulu selama kurang lebih 3
jam, untuk meningkatkan jumlah biji bulat, dengan kenampakan menarik dan
warna coklat cerah. Proses ini tidak mutlak harus dilakukan, tergantung kebiasaan
dan permintaan konsumen. Tujuan perendaman dan pencucian adalah
menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Biji yang
tidak dicuci memberikan kenampakan yang kurang menarik, sedangkan pencucian
bersih meningkatkan jumlah biji pecah dan mengurangi randemen (berat). Dalam
hal ini disarankan untuk melakukan pencucian setengah bersih, ternyata cara ini
dapat memperbaiki kenampakan fisik, mempercepat pengeringan, tanpa terlalu
banyak menurunkan rendemen. Pencucian dapat dilakukan secara manual dengan
tangan atau menggunakan mesin cuci kadar kulit biji sangat mempengaruhi
rendemen akhir lemak kakao. Semakin tinggi kadar kulit, semakin rendah
rendemen akhir lemak kakao. Kadar kulit yang dikehendaki konsumen maksimum
adalah 12%. Kadar kulit lebih tinggi dari 12% maka biji kakao akan dikenai
potongan harga. Mesin pencuci biji kakao basah pasca fermentasi yang ada
sekarang memiliki kapasitas sekitar 2 ton biji kakao segar/jam. Pencucian
12
biasanya dimulai pukul 03.00 dan diakhiri jam 10.00. Jadi kapasitas/hari adalah
14 ton (Wahyudi, dkk., 2015).
2.3.3 Pengeringan Biji Kakao
Pengeringan adalah proses pemindahan sejumlah massa uap air secara
simultan, dengan membutuhkan energi untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan ke media pengering. Proses berpindahnya
sejumlah massa uap air terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi uap air antara
suatu bahan dengan lingkungannya (Suarnadwipa dan Hendra, 2008).
Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan
sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan sehingga
memudahkan dan menghemat biaya pengangkutan, pengemasan, dan
penyimpanan (Setyanto, dkk., 2012).
Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian yaitu
(Wignyanto dan Lestari, 2015):
1. Panas harus diberikan pada bahan yang akan dikeringkan,
2. Air harus dikeluarkan dari dalam bahan. Dua fenomena ini menyangkut
pindah panas ke dalam dan pindah massa keluar. Pindah massa adalah
pemindahan air keluar dari bahan komoditi.
Faktor-faktor pengeringan yang mempengaruhi mutu bahan adalah
sebagai berikut:
1. Luas permukaan bahan pangan
2. Suhu pengeringan
13
3. Aliran udara
4. Tekanan uap air
5. Sumber energi yang digunakan
6. Jenis bahan yang akan dikeringkan.
Pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan warna, tekstur dan
aroma bahan pangan. Pengeringan menyebabkan kadar air bahan pangan menjadi
rendah yang juga akan menyebabkan zat-zat yang terdapat pada bahan pangan
seperti protein, lemak, karbohidrat dan mineral akan lebih terkonsentrasi
(Huriawati, dkk., 2016).
Teknik pengeringan biji kakao ada 3, yaitu: 1) Pengeringan dengan sinar
matahari, 2) Pengeringan menggunakan alat pengering, 3) Pengeringan perpaduan
keduanya. Pengeringan yang biasa dilakukan oleh petani selama ini adalah
menggunakan sinar matahari. Pengeringan menggunakan sinar matahari memiliki
sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, akan diperoleh warna biji kakao coklat
kemerahan dan tampak lebih cemerlang. Warna dan kenampakan yang demikian
inilah yang diharapkan dari biji kakao kering. Pengeringan sinar matahari
memiliki kendala disebabkan kondisi cuaca terutama saat hujan. Metode
pengeringan ini memerlukan waktu 5 hingga 7 hari untuk mencapai kadar air di
bawah 7,5 % (Hatmi dan Rustijarno, 2012). Pengeringan secara terbuka
menyebabkan rawan kontaminasi dari udara, debu dan kerikil dari lingkungan
sekitar. Sedangkan pengeringan menggunakan alat pengering membutuhkan
bahan bakar untuk proses pengeringannya. Prinsip kerjanya adalah pemanasan
secara konduksi (penghantaran panas) atau konveksi (pengaliran panas) yang
14
bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan pangan, berbentuk solid (Napitupulu
dan Tua, 2012).
Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menentukan selesainya
pengeringan biji kakao adalah sebagai berikut (Wahyudi, dkk., 2015):
1. Berdasarkan penurunan berat biji, yaitu apabila berat biji kering telah
mencapai 1/3 berat basah.
2. Berdasarkan kekerasan kulit biji, biji kakao yang sudah cukup kering
biasanya mudah patah atau rapuh.
3. Mengukur kadar air biji dengan alat pengukur yang sudah dikalibrasi.
2.3.4 Tempering
Tempering adalah penyesuaian suhu biji kakao setelah pengeringan
dengan suhu udara sekitarnya. Tujuan dari tempering adalah agar biji kakao tidak
mengalami kerusakan fisik pada tahap pengolahan berikutnya, seperti sortasi dan
pengemasan, serta untuk penstabilan kadar air dan berat. Tempat tempering
biasanya disebut gudang timbun sementara. Kapasitas gudang timbun sementara
ini umumnya adalah 330 kg biji kakao kering/m3. Gudang biasanya didesain
mampu menampung sekitar 30% jumlah produksi tahunan, serta ada ruang
kosong sekitar 20% untuk memudahkan penanganan (Wahyudi, dkk., 2015).
2.3.5 Sortasi
Tujuan pembersihan dan sortasi dimaksudkan untuk memilah biji kakao
agar sesuai dengan Standar Nasonal Indonesi (SNI) bji kakao dan menghindari
biji cacat dan benda asing. Kotoran yang terikut dalam biji harus dibuang. Biji –
15
biji pecah, pecahan biji, biji lengket, biji berjamur, dan biji berkecambah harus
dipisahkan. Pada saat sortasi, juga dilakukan pengayakan biji untuk memperoleh
ukuran yang seragam dan sesuai dengan klasifikasi ukuran dalam SNI 2323:2008.
Keseragaman biji kakao akan sangat berpengaruh tehadap proses penyangraian
pada pengolahan hilirnya menjadi produk cokelat. Sortasi dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan mesin sortasi biji kakao (Grader) untuk mendapatkan
biji kakao mutu I-M (jumlah biji maksimum 85 buah per 100 g biji) hingga
ukuran II-S (jumlah biji > 120 buah per 100 g biji) (Wahyudi, dkk., 2015).
2.3.6 Pengemasan
Biji kakao dikemas menggunakan kemasan karung goni yang baru,
bersih, nontosik, bebas hama, dan bau asing. Kemasan dijahit rapat dan kuat
dengan berat bersih maksimum setiap karung 62,50 kg atau karung per ton atau
cara lain bila ada persetujuan antara pembeli dan penjual. Di bagian luar kemasan
menggunakan bahan cat berpelarut air yang tidak luntur dan nontoksik, jelas
terbaca antara lain (SNI 2323:2008):
Nama produsen
Nama barang/no. kemasan/kode partai (lot)
Jenis mutu
Nama/kede/eksportir/importir
Berat kotor/berat bersih
Tujuan
Untuk memudahkan dalam pengambilan contoh, partai barang disusun
dalam stapelan dengan tinggi maksimum 16 karung, jarak antar-staple 60 cm,
16
jarak stapel dengan dinding gudang 80 cm (SNI 2323:2008). Kondisi gudang
dikontrol sedemikian rupa untuk menjaga kelembapan di dalam gudang stabil,
mencegah serangan jamur dan hama gudang, serta mengatur pencahayaan dan
ventilasi udara.
2.4 Pengering Mekanis Tipe Rak
Pengering buatan atau mekanis merupakan suatu alat yang dirancang
sebagai alternatif dalam mengatasi proses pengeringan bahan. Pengering buatan
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan penjemuran matahari atau
konvensional misalnya, tidak bergantung pada panas matahari dan pengaruh
cuaca, tidak memakai tempat atau lokasi yang luas, kapasitas dapat dipilih sesuai
keinginan, tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak, dan selain itu dapat
meningkatkan kualitas hasil pengeringan serta dapat mempersingkat waktu
pengeringan (Riwanto, 2016).
Alat pengering tipe rak yang digunakan dalam penelitian ini didesain
menggunakan komponen utama yang terbuat dari besi dan kayu. Alat pengering
ini bersumber dari energi lisrik sebagai daya pemanasnya dengan sumber energi
panas yang berasal dari heater. Alat pengering ini didesain dengan dimensi rak 50
cm x 50 cm x 15 cm, dengan tinggi rangka besi 95 cm.
17
Gambar 1. Alat Pengering Tipe Rak
2.5 Sifat Fisik Bahan Pangan
Sifat fisik pada bahan pangan sangat penting untuk desain peralatan
untuk penanganan pra panen, panen, dan pengolahan pasca panen dari produk
pangan serta berguna juga pada proses pengepakan dan pengangkutan produk
pertanian. Karakteristik sifat fisik bahan pangan meliputi ukuran, sphericity,
volume, luas permukaan, berat, bulk density, true density, porositas, warna, kadar
air, dan angle of repose. Setiap pengukuran sifat fisik pun memiliki kegunaan nya
tersendiri dan tentunya saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pengukuran
dimensi atau ukuran penting untuk merancang mesin pembersih, pengayakan, dan
penggolongan (Amin, dkk., 2004). Pengukuran angle of repose memainkan peran
utama dalam merancang peralatan untuk aliran dan penyimpanan padat.
Pengetahuan tentang sifat gesekan sangat berharga dalam merancang mesin yang
efektif dalam dehulling dan pengemasan (Niveditha, dkk., 2013). Bulk density,
true density, dan porositas dapat berguna untuk ukuran hopper biji dan fasilitas
18
penyimpanan. Ketiga hal tersebut bisa mempengaruhi tingkat panas dan
perpindahan kelembaban massa selama aerasi dan proses pengeringan (Al –
mahasneh dan Rababah, 2007).
Banyak penelitian yang telah meneliti tentang sifat fisik bahan pertanian
seperti kakao, kemiri, almond, dan kedelai. Pada penelitian tentang sifat fisik biji
kakao pengukurannya meliputi ukuran dan bentuk, volume dan luas permukaan,
bulk dan true density, porositas, angle of friction, dan angle of refose. Berdasarkan
penelitian tersebut buah kakao memiliki dimensi panjang 13,75 – 20,50 cm
dengan panjang rata-rata 16,38 cm. Buah kakao berbentuk oblong dengan nilai
kebulatan adalah 0,47 – 0,67. Volume biji kakao berkisar antara 559,23 – 825,40
mm3dan luas permukaan biji kakao berkisar dari 365,47 – 497,02 mm
2. True
density biji kakao berkisar antara 0,982 – 1,033 g/cm3 dan sementara itu bulk
density biji kakao berkisar antara 0,410 – 0,427 g/cm3, rata-rata porositas biji
kakao adalah 56,25 %. Biji kakao memiliki angle of refose sebesar 35o
(Andarsuryani, dkk., 2015). Pada penelitian tentang karakteristik sifat fisik dan
mekanik kemiri, kemiri memiliki bentuk membulat atau limas, agak gepeng
dimana salah satu ujungnya meruncing dengan nilai kebulatan berkisar antara 0,78
– 0,93. Kemiri memiliki volume 15,365 mm3 dan luas permukaan sebesar 2,985
mm2 (Sinaga, 2016). Penelitian tentang sifat fisik almond memilki dimensi
panjang 22,85 mm, lebar 15,20 mm, dan ketebalan 9,15 mm. True density dari
kacang almond adalah 1025,124 kg/m3 sedangkan bulk density kacang almond
adalah 629,81 kg/m3. Nilai porositas kacang almond adalah 38,562% (Mirzabe,
dkk, 2013). Pada penelitian tentang sifat fisik kedelai, kedelai memiliki diameter
7,41 mm,nilai sphericity kedelai sebesar 5,34 mm, nilai porositas kedelai adalah
19
4,50 mm, bulk density dan true density kedelai secara berturut-turut adalah 465,38
kg/m3 dan 1180,75 kg/m
3 (Polat, dkk, 2006).
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2018 di
Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen (RBPP) Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengering mekanis tipe rak
2. Termometer
3. Timbangan digital
4. Jangka sorong digital
5. Nampan besi
6. Cawan
7. Gelas Ukur 1000 ml dan 500 ml
8. Spatula
9. Kotak bercorong
10. Penggaris
21
11. Gelas plastik
12. Kamera webcam
13. Seperangkat komputer dengan aplikasi program Borland Delphi
14. Kotak pengambilan citra
15. 2 Lampu warna putih
16. Oven
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kakao segar non
fermentasi sebanyak 1000 gram pada setiap unit percobaan untuk tiga variasi suhu
yaitu 40oC, 50
oC, dan 60
oC serta 3 ulangan dengan demikian total sampel yang
diperlukan adalah membutuhkan 9000 gram biji kakao. Sampel biji kakao
diperoleh dari petani kakao di Desa Kota Jawa, Kecamatan Kedondong,
Kabupaten Pesawaran.
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini secara garis besar dapat dilihat pada diagram alir
sebagai berikut :
22
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Pengukuran sifat fisik seperti berat, geometric mean diameter (Dg), warna, angle of
repose, bulk density, true density, sphericity, volume, luas permukaan, dan porositas
Pengeringan (Pengukuran Perubahan Bobot Secara Periodik sampai
mencapai nilai konstan) Suhu yang digunakan sebesar 40oC, 50
oC,
dan 60oC
Selesai
Pengukuran sifat fisik seperti berat, geometric mean diameter (Dg), warna, angle of
repose, bulk density, true density, sphericity, volume, luas permukaan, dan porositas,
dan kadar air
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
Mulai
Persiapan alat dan bahan
23
3.3.1 Pengukuran Sifat Fisik Sampel Biji Kakao
Bahan sampel biji kakao yang sudah disiapkan dilakukan pengukuran sifat fisik
biji kakao yang meliputi pengukuran berat satuan biji kakao, geometric mean
diameter (dg) atau dimensi satuan biji kakao, warna, angle of repose, bulk density,
dan true density. Sedangkan untuk parameter yang dihitung adalah sphericity,
volume, luas permukaan, dan porositas. Parameter sphericity, volume, dan luas
permukaan dihitung setelah diketahui nilai Dg. Sedangkan porositas dihitung
dengan menggunakan data bulk density, dan true density.
3.3.1.1 Pengukuran Berat Satuan Biji Kakao
Untuk setiap 1000 sampel biji kakao yang telah disiapkan, diambil sebanyak 5 biji
untuk dilakukan penimbangan berat menggunakan timbangan digital untuk
mengetahui berat satuannya. Tindakan tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan
sehingga total sampel biji adalah 15 biji.
3.3.1.2 Pengukuran Geometric Mean Diameter (Dg) atau Dimensi Satuan Biji
Kakao dan Sphericity
Untuk setiap 1000 sampel biji kakao yang telah disiapkan, diambil sebanyak 5 biji
untuk dilakukan pengukuran dimensi panjang (L), dimensi lebar (W), dan dimensi
tebal (T) menggunakan jangka sorong digital dengan ketelitian 0,1 mm. Ilustrasi
pengukuran dimensi sampel biji kakao dapat dilihat pada Gambar 3.
24
Gambar 3. Ilustrasi Pengukuran Dimensi Aksial
Hasil pengukuran digunakan untuk penentuan perhitungan Geometric
Mean Diameter (Dg) dan sphericity dengan menggunakan persamaan yang
dikutip dari (Mohsenin,1970) adalah sebagai berikut:
1/3 …………………...............................…………....(1)
…………………………………...........................(2)
Keterangan:
Dg = geometric mean diameter (mm)
L = diameter terpanjang (mm)
W = diameter yang tegak lurus dengan L (mm)
T = diameter terpanjang yang tegak lurus terhadap L dan W (ketebalan)
(mm)
= sphericity (%)
L
W
T
25
3.3.1.3 Pengukuran Volume (V) dan Luas Permukaan (S) Satuan Biji
Kakao
Data yang didapatkan dari pengukuran dimensi digunakan untuk
menghitung nilai volume (V) dan luas permukaan (S). Pengukuran volume dan
luas permukaan dihitung menggunakan persamaan (Jain dan Bal, 1997) sebagai
berikut:
…………………………………….......................(3)
…………………………………….......................(4)
1/2 …………………………………...........................(5)
Keterangan:
V = Volume (mm3)
S = Luas Permukaan (mm2)
B = Diameter bagian bulat dari biji-bijian(mm)
3.3.1.4 Pengukuran Warna Biji Kakao
Sampel biji kakao yang telah diambil sebanyak 5 biji kakao dilakukan
pengambilan citra menggunakan pengolahan citra digital dengan program aplikasi
Borland Delphi. Pengambilan citra biji kakao menggunakan kamera digital yang
dilakukan dengan prosedur sabagai berikut:
1. Buka program aplikasi Borland Delphi, kemudian klik “file” pilih open
project. Setelah itu pilih folder dengan nama Delphi 7 kemudian pilih folder
Plant Growth Monitoring Program. Setelah itu klik Project 3. Setelah itu
26
klik menu running dan muncul kotak perintah yang dapat dijadikan untuk
pengambilan citra biji kakao.
2. Pilih setting klik camera pada kolom, kemudian klik tombol ON untuk
mengaktifkan kamera.
3. Biji kakao diletakkan di atas kertas putih sebagai latar belakangnya dan di
bawah kamera dengan jarak 5 cm antara kamera digital dengan latar
belakang pada kotak pengambilan citra.
4. Posisikan kamera atau objek citra dengan presisi yang tepat untuk
memudahkan dalam pengambilan citra.
5. Klik capture image untuk menangkap citra biji kakao dan tersimpan secara
otomatis pada komputer dalam bentuk file citra dengan format BMP.
Gambar 4. Pengambilan Citra Menggunakan Program Aplikasi Borland
Delphi
Hasil yang telah diperoleh dalam pengolahan citra tersebut kemudian
dilakukan ekstraksi indeks warna merah/indeks R (I - red), indeks warna
hijau/indeks G (I - green), dan indeks warna biru/indeks B (I - blue) dengan
prosedur sebagai berikut:
27
1. Buka program aplikasi Borland Delphi, kemudian klik “file” pilih open
project. Setelah itu buka folder dengan nama program konversi nilai warna
kemudian klik Project 1. Setelah itu muncul menu perintah yang dapat
dijadikan untuk ekstraksi indeks warna.
2. Klik perintah ambil citra kemudian pilih folder yang memuat gambar citra
yang akan diekstraksi indeks warnanya. Gambar citra akan muncul secara
otomatis.
3. Atur menu perintah parameter yang berisikan hue, saturasi, dan intensitas
dengan tepat.
4. Klik menu duplikat nilai, kemudian klik menu HSI ke RGB. Hasil
pengukuran RGB dapat secara otomatis muncul dan dicatat.
Gambar 5. Ekstraksi indeks warna merah/indeks R (I - red), indeks warna
hijau/indeks G (I - green), dan indeks warna biru/indeks B (I - blue)
28
3.3.1.5 Pengukuran Angle of Repose
Sampel biji kakao sebanyak 500 gram dan kotak bercorong disiapkan
untuk menghitung angle of repose. Kemudian sampel tersebut dimasukkan ke
dalam kotak bercorong yang sebelumnya pada bagian bawah corong telah ditutup
agar sampel tidak langsung jatuh pada alas kotak. Setelah itu, bagian penutup
dibuka agar sampel secara otomatis jatuh pada alas kotak. Setelah sampel jatuh
semua dan membentuk gundukan kerucut pada alas kotak dilakukan, pengukuran
diameter (D) yaitu diameter horizontal dan diameter vertikal serta tinggi (H).
Angle of repose dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Kaleemullah,1992
dalam Amin, dkk., 2004):
= tan-1
…………………………...........................(6)
3.3.1.6 Pengukuran Bulk Density (b)
Sampel biji kakao sebanyak 250 gram dan gelas ukur disiapkan.
Kemudian sampel tersebut dijatuhkan kedalam gelas ukur 500 ml pada ketinggian
15 cm. Setelah sampel biji kakao terjatuh semua, volume yang terbaca dicatat
pada tabel data. Bulk density dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut
(Anisum, 2016):
…………………………...........................(7)
Keterangan:
b = Bulk Density (g/cm3)
m = Berat bahan curah (g)
v = Volume total atau terukur (cm3)
29
3.3.1.7 Pengukuran True Density (t)
Sampel yang telah disiapkan pada perlakuan sebelumnya yaitu sebanyak
250 gram dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml yang telah diisi air sebanyak
500 ml di dalamnya. Kenaikan volume yang terjadi digunakan untuk menghitung
true density pada biji kakao menggunakan persamaan berikut:
....………………………………………...(8)
Keterangan:
t = True Density (g/cm3)
m = Massa bahan (g)
v = Volume awal – volume akhir (kenaikan) (cm3)
3.3.1.8 Pengukuran Porositas ()
Hasil yang didapatkan dari pengolahan data untuk pengukuran bulk
density dan true density dijadikan data untuk menghitung porositas () dengan
menggunakan persamaan berikut (Mohsenin, 1970):
...................................................................(9)
Keterangan:
= Porositas (%)
t = True Density (g/cm3)
b = Bulk Density (g/cm3)
30
3.3.1.9 Pengukuran Kadar Air
Pada penelitian ini dilakukan dengan metode gravimetri dan dihitung
menggunakan kadar air basis basah yang dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut (Divekar, dkk., 2011):
………………………….........................(10)
Keterangan:
M(d.b) = Kadar Air (%)
W1 = Berat Sampel Basah (g)
W2 = Berat Sampel Kering Mutlak (g)
3.3.2 Pengeringan Biji Kakao
Sampel biji kakao yang telah disiapkan sebanyak 1000 gram dikeringkan
dengan menggunakan tiga variasi suhu sebesar 40oC, 50
oC, dan 60
oC dengan
menggunakan alat pengering tipe rak. Selama pengeringan sampel biji kakao
dikeringkan dilakukan pengukuran kadar air secara berkala (selama 30 menit)
dengan cara menimbang berat dengan menggunakan timbangan digital sehingga
diketahui besarnya penyusutan berat. Pengukuran kadar air dilakukan hingga berat
biji kakao mencapai nilai konstan. Setelah itu sampel biji kakao yang telah
dikeringkan kembali dilakukan pengukuran sifat fisik biji kakao.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah perhitungan
perlakuan penelitian sebelum dan sesudah dilakukan pengeringan dan pembuatan
31
grafik menggunakan software Microsoft Excel 2007 serta analisis dengan uji
paired sample T – Test menggunakan software SPSS 2.0.
3.4.1 Uji Paired Sample T - Test
Uji Paired Sample T - Test (Uji - t berpasangan) adalah suatu metode
statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan rata – rata dua sampel
berpasangan. Dua sampel berpasangan ini yang dimaksudkan adalah data berasal
dari subjek yang sama tetapi berbeda perlakuan dengan ketentuan data
berdistribusi normal. Jika data yang dihasilkan tidak berdistribusi normal maka
dapat dilakukan uji lain pengganti uji paired sample T - Test. Sedangkan untuk
varian data tidak harus homogen sebab dalam uji ini tidak mempermasalahkan hal
tersebut. Uji Paired Sample T - Test digunakan untuk membandingkan perbedaan
dua rata – rata dari dua sampel berpasangan. Hasil yang didapatkan dari uji ini
ditentukan oleh nilai signifikansi. Nilai signifikansi merupakan pedoman dalam
pengambilan keputusan dari uji paired sample T - Test dengan pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1. Jika nilai Sig. (2 - tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan.
2. Jika nilai Sig. (2 - tailed) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses pengeringan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan sifat fisik biji kakao. Hal ini
dikuatkan dengan uji paired sample T - Test yang menyatakan adanya pengaruh
nyata perubahan sifat fisik untuk kondisi sebelum dan sesudah pengeringan.
Parameter sifat fisik biji kakao yang berubah signifikan adalah parameter berat,
ukuran atau geometric mean diameter (Dg),volume, luas permukaan, bulk density,
porositas, warna, dan angle of repose. Sedangkan untuk parameter sphericity dan
true density tidak memiliki pengaruh yang nyata pada sebelum dan sesudah
pengeringan. Meskipun kedua parameter tersebut mengalami perubahan
penurunan dan kenaikan setelah dilakukannya proses pengeringan.
5.2 Saran
Sebagai pembanding untuk hasil penelitian ini, perlu adanya penelitian
lanjutan untuk mengetahui kualitas biji kakao dari segi fisik dan mekanik dengan
penambahan perlakuan yang berbeda. Pembedaan perlakuan tersebut misalkan
fermentasi biji kakao sebelum pengeringan, pengeringan dengan metode yang
berbeda, pengeringan dengan suhu yang berbeda maupun perlakuan lain.
60
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, B.S., Siswanti., dan Atmaja, A. 2015. Kinetika Pengeringan Temu
Giring (Curcuma heyneana Valeton & Van zijp) Menggunakan Cabinet
Dryer dengan Perlakuan Pendahuluan Blanching. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian. Vol. III(2): 107 – 114.
Amin, M.N., Hossain, M.A., dan Roy, K.C. 2004. Effects of Moisture Content on
Some Physical Properties of Lentil Seeds.Journal of Food Engineering.
Vol. 65: 83 – 87.
Andarsuryani, Putra, N., dan Sutan, S.M. 2015. Kajian Sifat - Sifat Fisik Buah dan
Biji Kakao. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Vol. 19(1): 1 – 9.
Anisum. 2016. Analisis Kinetika Kadar Air pada Pengeringan Biji Kakao
(Theobrama Cacao Linn) dengan Menggunakan Pengering Tipe
Grennhouse. Jurnal Pertanian Terpadu. Vol. 4(2): 19 – 29.
Anyidoho, E.K. 2015. The Effects of Moisture and Fermentation Periods on The
Physical and Biochemical Properties of „Amelonado‟ And „Hybrid‟
Varieties of Cocoa Beans. The Department of Agricultural Engineering of
The School of Agriculture. University of Cape Coast.
Ariyanti, M., dan Suprapti. 2016.Cemaran Mikrobiologis Biji Kakao Asal
Sulawesi Barat dan Tenggara dan Kaitannya dengan Keamanan Pangan.
Jurnal Standarisasi. Vol.18(1): 53-61.
BPTP Lampung. (2008). Kualitas Kakao [accessed 11 December 2018]. Available
from
http://lampung.litbang.pertanian.go.id/eng/images/stroies/mutukakao.pdf
Carr, R. L. 1976. Powder and Granule Properties and Granule Properties and
Mechanism. Di dalam: Marchello, J. M. And A. Gomezplata (eds). Gass
Solid Handling in The Processing Industries. Marchell Dekker, Inc, New
York.
Chakraverty, A dan Singh, R.P. 2001. Postharvest Techolology: Cereal, Pulses,
Fruits and Vegetables. Science Publishers, Inc, Enfield, NH, USA.
Culver, Catherine A. and R. E. Wrolstad. 2008. Color Quality of Fresh and
Processed Foods. ACS Symposium Series 983. ACS Division of
61
Agricultural and Food Chemistry, Inc. Oxford University Press. American
Chemical Society. Washington, DC.
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M.
Muljohardjo. UI-Press. Jakarta.
Divekar, S.P., Thakor, N.J., Mulla, H.Y., dan Sawant, M.V. 2011. Effect of
Drying on Physical Properties of Nutmeg. Engineering of Technology in
India.Vol. 2(1&2): 18 – 23.
Taib ,G., Sa‟id ,E..G. , Wiraatmaja, S., 1988, Operasi Pengeringan Pada
Pengolahan Hasil Pertanian, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Hatmi, R.U., dan Rustijarno, S. 2012. Teknologi Pengolahan Biji Kakao Menuju
SNI Biji Kakao 01-2323-2008. BPTP Yogyakarta.Yogyakarta.
Hayati, R., Yusmanizar, Mustafril, dan Fauzi., H. 2012. Kajian Fermentasi dan
Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao (Theobrama cacao L.). Jurnal
Keteknikan Pertanian. Vol. 26(2): 129 – 135.
Henderson, M. S. dan Perry, M. E. 1976. Agricultural Process Engineering. Third
Edition. The AVI Publishing Company, Inc., Wesport, Connecticut, USA.
Hermawan, S., Nasution, Y.R.A., dan Hasibuan, R. 2012. Penentuan Efisiensi
Inhibisi Korosi Baja Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobrama
cacao). Jurnal Teknik Kimia. Vol. 1(2): 31 – 33.
Huriawati, F., Yuhanna, W.L., dan Mayasari, T. 2016.Pengaruh Metode
Pengeringan Terhadap Kualitas Serbuk Seresah Enhalus acoroides dari
Pantai Tawang Pacitan. Bioeksperimen. Vol. 2(1): 35 – 43.
Jain, R.K., dan Bal, S. 1997. Properties of Pearl Millet. J. agric. Engng Res.Vol.
66: 85 – 91.
Kaleemullah, S. 1992. The effects on Moisture Content on The Physical
Properties of Groundnut Kernels. Tropical Sciences. Vol. 32: 129 – 136.
Karmawati, E., Mahmud, Z., Syakir, M., Munarso, S.J., Ardana, I.K. dan Rubiyo.
2010. Budidaya dan Pascapanen Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Kusumadati, W., Sutardi, dan Kartika, B. 2002. Kajian Penggunaan Berbagai
Metode Pengeringan dan Jenis Mutu Biji Kakao Lindak Terhadap Sifat-
Sifat Kimia Bubuk Kakao. Gama Sains.Vol. 4(2): 102 – 111.
Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas dan
Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi dan Industri
Pertanian Indonesia. Vol 4(3): 26 – 30.
62
Mirzabe, A.H., Khazaei, J., Chegini, G.R., dan Gholami, O. 2013. Some Physical
Properties of Almound Nut and Kernel and Modeling Dimensional
Properties. Agric Eng Int: CIGR Journal. Vol 15(2): 256 – 265.
Mohsenin, N.N. 1970. Physical Properties of Plant and Animal Materials Volume
1: Structure, Physical Characteristics and Mechanical Properties. Gordon
and Breach Science Publishers. New York.
Murad, Sukmawaty, Sabani, R., dan Putra, G.M.D. 2015. Pengeringan Biji Kemiri
Pada Alat Pengering Tipe Batch Model Tungku Berbasis Bahan Bakar
Cangkang Kemiri. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. Vol.
3(1): 122 – 127.
Napitupulu, F.H., dan Tua, P.M. 2012. Perancangan dan Pengujian Alat Pengering
Kakao dengan Tipe Cabinet Dryer untuk Kapasitas 7,5 Kg Per-Siklus.
Jurnal Dinamis. Vol. 2(10): 8 – 18.
Pangaribuan, S., Nuryawati, T., dan Suprapto, A. 2016. Sifat Fisik dan Mekanik
Serta Pengaruh Penyosohan terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Biji Sorgum
Varietas KD 4. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi
PertanianPoliteknik Negeri Lampung. Vol. 4(5): 81 – 86.
Polat, R., Atay, U., dan Saglam, C. 2006. Some Physical and Aerodynamic
Properties of Soybean. Journal of Agronomy. Vol. 5(1): 74 – 78.
Rahmadi, A., & Fleet, G. H. (2008b). Theoccurrence of mycotoxigenic moulds
incocoa beans from Indonesia and Queensland, Australia. Proceeding of
International Seminar on Food Science, 1- 18.
Fadhil, R., Lubis, A., Putra, B.S., Ratna, Syahrul, Habibi., M. 2015. Kualitas Biji
Kakao (Theobroma Cacao L) dengan Variasi Lama Fermentasi dan Hasil
Pengeringan. Aceh Development International Conference (ADIC).
Academy of Islamic Studies University of Malaya Kuala Lumpur.
Risdianti, D., Murad, dan Putra, G.M.D. 2016. Kajian Pengeringan Jahe (Zingiber
Officinale Rosc) Berdasarkan Perubahan Geometrik dan Warna
Menggunakan Metode Image Analysis. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian
dan Biosistem. Vol. 4(2): 275 – 284.
Sandra, Andarsuryani, Santosa, dan Putri, R.E. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia
Biji Kakao dan Karakteristik Pengeringan. Jurnal Teknologi Andalas. Vol.
14(2): 127 – 133.
Saputro, M.R. 2016. Uji Kinerja Alat Pengering Mekanis Tipe Rak Untuk
Mengeringkan Stick Singkong. Universitas Lampung. Lampung.
Setyanto, N.W., Himawan, R., Zefry, D., Endra, Y.A., Puteri, R.M.S., dan Kurnia,
N. 2012. Perancangan Alat Pengering Mie Ramah Lingkungan. Jurnal
Rekayasa Mesin.Vol. 3(3): 411 – 420.
63
Shitanda, D., Nishiyama, Y., dan Koide, S. 2002. Compressive Strength
Properties of Rough Rice Considering Variation of Contact Area. Journal
of Food Engineering 53 (2002): 53–58.
Sinaga, R. 2016. Karakteristik Fisik dan Mekanik Kemiri (Aleurites moluccana
Wild). Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 4(1): 97 – 106.
Sinurat, E., Murniyati. 2014. Pengaruh Waktu dan Suhu Pengeringan Terhadap
Kualitas Permen Jeli. JPB Perikanan. Vol. 9(2): 103 – 142.
Standar Nasional Indonesia 2323:2008. 2008. Biji Kakao. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta.
Suarnadwipa, N., dan Hendra. 2008. Pengeringan Jamur dengan Dehumidifier.
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 2(1): 30 – 33.
Suherman, Purbasari, A., dan Aulia, MP. 2012. Pengaruh Suhu Udara dan Berat
Sampel pada Pengeringan Tapioka Menggunakan Pengering Unggun
Terfluidakan. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim. Semarang
Suryani. 2007. Komoditas Kakao: Potret dan Peluang Pembiayaan. Economic
Review. 210. Desember 2007.
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Wahyudi, T., Pujiyanto, dan Misnawi. 2015. Kakao: Sejarah, Botani, Proses
Produksi, Pengolahan, dan Perdagangan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Wignyanto dan Lestari, E. 2015. Penerapan Mesin Pengering Mekanis untuk
Penguatan Kapabilitas Produksi pada Industri Kerupuk Kentang Sebagai
Upaya Pemenuhan Permintaan Pasar. Journal of Innovation and Applied
Technology. Vol. 1(1): 75 – 81.
Wood, G.A.R. 1975. Cocoa Tropical Agriculture Series, 3 Ed. London.
Longmans.
Yanda, R.J., Syah, H., dan Agustina, R. 2014. Uji Kinerja Pengering Suryadengan
Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta).
Jurnal Rona Teknik Pertanian. Vol. 7(2): 100 – 111.
Zahedi, S.M.T.G., Mousavi, S.M., Moayedi, A., Garavands, A.T., dan Alizadeh,
A.M. 2010. Moisture - Dependent Engineering Propertiesof Black Cumin
(Nigella Sativa L.) Seed. Agric Eng Int: CIGR Journal. Vol. 12(1): 194
202.